JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
PENGARUH MEDIA FILM ANIMASI FIKSI ISLAMI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR Mika Istova, Tatat Hartati Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media film animasi fiksi islami untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain kontrol pretest dan posttest. Subjek penelitian adalah siswa di sekolah dasar di Kota Bandung, sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat pretest pada kelas eksperimen menggunakan media film animasi fiksi islami dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional sangat rendah. Setelah diberikan perlakuan ternyata terjadi peningkatan pada kedua kelompok baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada saat postest. Namun peningkatan lebih baik pada kelas eksperimen dengan menggunakan media film animasi fiksi islami dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran secara konvensional. Kata Kunci: kemampuan menyimak dan berbicara, media film
Abstact: This study is aimed to find out the influence of Islamic fiction animation film media to enhance listening and speaking ability of elementary school students. This study use experiment quasi with pretest and posttest control. Subject of this study are elementary school students in Bandung City with total of 60 students who are divided into two classes namely experiment class and control class. The result of study show that in pretest, experiment class use Islamic fiction animation film and control class use low conventional learning. After treatment is given, there is enhancement in two groups both in experiment class and control class in posttest. But there is better enhancement in experiment class who use Islamic fiction animation film media compared with control class who only use conventional learning. Key Word: listening and speaking ability, movie media
72
[Type here]
A. Pendahuluan Dalam Undang-Undang No. 20 tahun
2003
tentang
maka pendidikan, selain bertujuan
Pendidikan
untuk terwujudnya perubahan perilaku
Nasional, pasal 1 ayat (1) dan (2),
peserta didik dalam ranah kognisi,
dikemukakan bahwa “(1) pendidikan
afeksi,
adalah usaha sadar dan terencana untuk
kreativitas,
mewujudkan
mengikuti
suasana
belajar
dan
psikomotorik, dan
aspirasi,
imajinasi
pembelajaran
setelah
melainkan
proses pembelajaran agar peserta didik
pula untuk tumbuhkembangnya budaya
secara aktif mengembangkan potensi
belajar. Budaya belajar inilah yang
dirinya
kekuatan
hendaknya merupakan bagian dari
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
peserta didik atau lulusan lembaga
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia,
pendidikan sehinga mereka mampu
serta keterampilan yang diperlukan
belajar untuk mengetahui (learning
dirinya,
dan
how to know), belajar untuk belajar
negara; dan (2) pendidikan nasional
(learning how to learn, to re learn, to
adalah pendidikan yang berdasarkan
unlearn), belajar untuk mengerjakan
pancasila dan undang-undang tahun
sesuatu (learning how to do), belajar
1945 yang berakar pada nilai-nilai
untuk memecahkam masalah (learning
agama, kebudayaan nasional indonesia,
how to solve problems), belajar untuk
dan
hidup bersama (learning how to live
untuk
memiliki
masyarakat,
tanggap
bangsa,
terhadap
tuntutan
perubahan zaman”.
together), dan belajar untuk kemajuan
Unesco (1979) mendefinisikan pendidikan
adalah
kehidupan
komunikasi
(learning
how
to
be)
(Sudjana, 2006 dalam Resmini, N dkk,
terorganisasi dan berkelanjutan yang
2009).
dirancang bangun untuk menumbuhkan
Keterampilan
berbahasa
belajar. Sejalan dengan itu Smith
mempunyai empat komponen yaitu
(1982)
mendengarkan/menyimak,
mengemukakan
bahwa
berbicara,
pendidikan adalah kegiatan sistemik
membaca, dan menulis. Setiap satu
untuk menumbuhkembangkan belajar.
keterampilan
berhubungan
dengan
Berdasarkan penelitian tersebut di atas
keterampilan
berikutnya.
Seperti
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 73
[Type here]
halnya menyimak dan berbicara, sudah
anak sehingga anak mudah meniru
dimulai
perilaku buruk. Perilaku buruk seperti
sebelum
kemudian menulis
masuk
diikuti setelah
sekolah
membaca masuk
dan
adegan
sekolah
perkelahian,
mengeluarkan
kata-kata kasar, dan perilaku buruk
sehingga disebut caturtunggal karena
lainnya
masing-masing keterampilan tersebut
Berdasarkan kondisi di atas, pada
dalam
Senin, 22 September 2014 lalu, Komisi
satu
kesatuan
keterampilan
(Tarigan, H.G, 2013:2).
yang
Penyiaran
Dewasa ini banyak tontonan yang
tidak
patut
ditiru.
Indonesia
(KPI)
mengumumkan tayangan kartun anak
kurang baik dan kurang mendidik
yang
anak-anak usia SD. Sesuai dengan
BERBAHAYA (lampu merah) dan
tontonan yang kurang mendidik di atas,
HATI-HATI (lampu kuning). Daftar ini
sebagaimana dikemukakan oleh Ketua
dibuat berdasarkan pandangan dari para
Lembaga Sensor Film (LSF), Titie
pakar
Said, dunia pertelevisian kini terancam
memiliki kompetensi dalam bidangnya,
oleh
vulgarisme,
yaitu Kak Seto Mulyadi (Komnas
kekerasan, dan pornografi (KR, 23/9-
Anak), B. Guntarto (YPMA), Elly
2003). Ketiga unsur tersebut hampir-
Risman (Yayasan Kita dan Buah Hati),
hampir menjadi sajian rutin di sejumlah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
stasiun televisi serta dapat ditonton
(KPAI),
secara bebas bahkan oleh kalangan
Perlindungan Anak dari Kementerian
anak-anak. Padahal ketiga unsur itu
Pemberdayaan
mestinya dicegah agar tidak ditonton
Perlindungan Anak, perwakilan dari
oleh anak-anak mengingat kondisi
KOWANI dan Muslimat. Selain itu
psikologi mereka yang belum mampu
daftar ini juga dibuat berdasarkan
membedakan mana hal-hal yang positif
keluhan
dan mana hal-hal yang negatif dari
orangtua.
unsur-unsur
sebuah tayangan TV.
masuk
dan
dalam
pemerhati
kategori
anak
perwakilan
Deputi
Perempuan
dan masukan
yang
dari
dan
para
Dari tontonan yang tidak patut
Tontonan yang kurang baik dan
ditiru
anak-anak
tersebut
kurang mendidik seperti tontonan yang
melatarbelakangi
tidak memberi keteladanan kepada JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
berusaha mencari tontonan sekaligus Mika & Tatat 74
peneliti
yang untuk
[Type here]
tuntunan yang dapat menjadi teladan
yang berhubungan dengan keseharian
untuk
mereka dan merangkap pembelajaran
anak-anak.
Sesuai
dengan
kondisi di atas, peneliti akan meneliti
tentang
Kemampuan Menyimak dan Berbicara
Agama Islam.
dengan
menggunakan
Tauhid
untuk
Pendidikan
perangkat
Sesuai topik yang akan Peneliti
“multimedia yaitu Media Film Animasi
teliti, setelah menyimak cerita yang
dengan Fiksi Islami” melalui in focus.
ditayangkan melalui Film Animasi
Film animasi diperoleh dari internet
Cerita
dengan
mengungkapkan
cara
didownload.
Alasan
Islami,
siswa
dapat
kembali
menurut
peneliti memilih “Film Animasi Anak
bahasanya sendiri karena masih dalam
Fiksi
karena
taraf
diteliti
disesuaikan dengan kemampuan anak
Islami”
adalah
pembahasan
yang
kebanyakan
meneliti
sudah
menggunakan
perkembangannya
kelas
lima.
sehingga
Peneliti
kemudian
“Film Animasi Kartun Anak Non
menginstruksikan
Islami baik dari Indonesia sendiri
kaitannya dengan tayangan melalui
maupun dari Luar Negeri. Kartun dari
tontonan yang siswa simak melalui
Indonesia seperti:
berbicara (menceritakan kembali).
“Keluarga Pak
Somat”, Si Unyil, dan lain-lain. Kartun
yang
Berdasarkan
masih
masalah
dihadapi
Bobo boy, Sinchan, Doraemon, dan
perkembangan
masih banyak lagi bebas ditonton di
kaitannya dengan tontonan di televisi
layar televisi secara gratis. Namun Film
sekarang ini kurang begitu berbobot
Animasi Anak Islami ini terkadang
karena alur ceritanya banyak masalah
hanya dalam bentuk kaset CD sehingga
percintaan
harus
kekerasan yang tidak layak ditonton
biaya
dalam
memperolehnya. Sesuai permasalahan
anak-anak.
tersebut, menampilkan
siswa
remaja,
dengan
kelas
lima,
selingkuhan,
Sesuai
dengan
Peneliti
berusaha
permasalahan alur cerita dalam dunia
proses
pembelajaran
pertelevian sekarang ini, hak anak
melalui Film Animasi Fiksi Islami
dalam
karena
semakin
alur
sesuai
yang
dari Luar Negeri seperti: Ipin dan Upin,
mengeluarkan
dan
ada
ceritanya
ada
unsur
keteladanan yang patut ditiru oleh anak JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
penyiaran hari
tayangan
semakin
televisi
terabaikan.
Terbukti dengan minimnya proporsi Mika & Tatat 75
[Type here]
tayangan untuk anak di stasiun televisi.
tayangan yang tidak ramah terhadap
Ditambah makin parah dengan isi
anak.
B. Metologi Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
Pre-
Group
dalam penelitian ini adalah eksperimen
Test
kuasi dengan rancangan Nonequivalent
A
O1
Control
B
O3
Group
Design.
Dalam
rancangan ini, kelompok eksperimen
tanpa prosedur penempatan acak. Pada kedua kelompok tersebut sama-sama pretest
dan
X
PostTest O2 O4
Keterangan: A = Kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol X = Perlakuan O1 = Pretest Kelompok Eksperimen O2 = Posttest Kelompok Eksperimen O3 = Pretest Kelompok Kontrol O4 = Posttest Kelompok Kontrol
(A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi
dilakukan
Treatment
posttest.
Nonequivalent Control Group Design (Creswell, 2012, hlm. 242).
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
minimum 36,67. Tabel 4.1 menyajikan
diperoleh bahwa kemampuan awal
secara
siswa kelas V SD dalam menyimak
menyimak cerita tersebut.
cerita untuk kelompok eksperimen
lengkap
kemampuan
awal
dengan standar deviasi 6,50 dan nilai
Tabel 1.1 Kemampuan Awal Siswa Dalam Menyimak Cerita Data Eksperimen Kontrol
maksimum 76,67 serta nilai minimum
Rata-Rata
55.67
55.78
33,33. Sedangkan untuk kelompok
Std. Deviasi
6.50
6.00
kontrol
Maksimum
76.67
73.33
55,78 dengan standar deviasi 6,00 dan
Minimum
33.33
36.67
nilai maksimum 73,33 serta nilai
Nilai Maksimum Ideal = 100
yaitu
mempunyai
rata-rata
yaitu mempunyai
55,67
rata-rata
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 76
[Type here]
Bila divisualisasikan dalam bentuk
Kriteria pengujian: Jika nilai
grafik, maka gambaran kemampuan
probabilitas (Sig.) dari Z lebih besar
awal menyimak tersaji seperti pada
dari α = 0,05 maka hipotesis nol
Grafik 1.1 berikut.
diterima, dan sebaliknya jika nilai
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
probabilitas (Sig.) dari Z lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis nol
76,67 73,33
ditolak.
55,78 55,67
Hasil uji normalitas data N-Gain
36,67 33,33
kedua 6,50 6,00
kelompok
pembelajaran
disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Menyimak
Eksperimen
Kelom
Kontrol
n
pok Eksperi
Grafik 1.1
men
Pada bagian ini akan dilakukan
Kontrol
uji perbedaan peningkatan kemampuan
Ratarata
Sig
30
.5777
.87
.42
30
.2533
.779
.57
Tabel
menyimak cerita data N-Gain. Sebelum
Z
1.2
Ho Diteri ma Diteri ma
memperlihatkan
dilakukan uji tersebut, terlebih dahulu
bahwa kedua kelompok pembelajaran
dilakukan uji prasyarat,
yaitu uji
mempunyai nilai sig. (2-tailed) sebesar
normalitas dan homogenitas varians
0,427 dan 0,578 yang lebih besar dari
kedua kelompok sampel data N-Gain.
0,05
–Smirnov.
menggunakan
bantuan
ini
menyimak
perhitungan
kelompok
Uji
Ho
diterima.
Jadi,
berdasarkan data N-Gain kemampuan
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov
sehingga
cerita
siswa
pembelajaran,
kedua populasi
berdistribusi normal.
software SPSS versi 21. Hipotesis nol
Setelah diketahui bahwa data
yang diuji: H0 : Sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, dilakukan uji
berdistribusi normal
homogenitas data N-Gain kemampuan
H1: Sampel berasal dari populasi
menyimak
cerita
siswa
kedua
berdistribusi tidak normal JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 77
[Type here]
kelompok
pembelajaran
dengan
pada kedua kelompok pembelajaran
hipotesis sebagai berikut.
homogen. Oleh karena itu, untuk
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians
menguji
skor
N-Gain
kemampuan
perbedaan
data
N-Gain
kemampuan menyimak cerita siswa
menyimak cerita ditinjau dari
kedua
kelompok
pembelajaran
kelompok pembelajaran.
digunakan statistik t independen.
H1 : Terdapat perbedaan varians skor
Untuk menguji hipotesisnya,
N-Gain kemampuan menyimak
selanjutnya diajukan hipotesis untuk
cerita ditinjau dari kelompok
menguji
pembelajaran.
kemampuan menyimak cerita kedua
Kriteria pengujian: jika nilai
kelompok
perbedaan
data
pembelajaran.
probabilitas (sig.) lebih besar dari α =
hipotesis statistik yang diuji:
0,05, maka H0 diterima, dan dalam hal
Ho :
N-Gain
Rumusan
μe = μk
sebaliknya, H0 ditolak. Untuk menguji
Peningkatan rata-rata kemampuan
hipotesis tersebut digunakan uji Levene
menyimak
(Levene’s
Test
Variances).
for
Hasil
cerita
Equality
of
eksperimen
perhitungan
uji
kelompok kontrol
homogenitas disajikan pada Tabel 1.3
sama
dengan
μe > μk
H1 :
berikut.
kelompok
Peningkatan rata-rata kemampuan
Tabel 1.3 Uji Homogenitas Varians Data N-Gain Kemampuan Menyimak
menyimak
Levene
dibandingkan dengan kelompok
Statistic 1.355
df1 df2 1
Tabel 1.3
eksperimen
Sig.
58
μe
memperlihatkan
baik
=
rata-rata
N-Gain
kemampuan
menyimak
cerita
kelompok
siswa
eksperimen
Ho diterima. Dengan demikian, varians data
lebih
dengan
.249
0,249 lebih besar dari 0,05, sehingga
kelompok
kelompok
kontrol
bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar
kedua
cerita
μk
N-Gain
=
rata-rata
kemampuan
kemampuan menyimak cerita siswa JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
N-Gain menyimak
Mika & Tatat 78
[Type here]
cerita
siswa
kelompok
lainnya,
kontrol Kriteria
Ho
ditolak.
Hasil
uji
signifikansi perbedaan data N-Gain
pengujian:
Jika
nilai
kemampuan menyimak cerita siswa
probabilitas (sig.) lebih besar dari α =
dengan menggunakan uji t independen,
0,05, maka Ho diterima; dalam hal
disajikan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Uji Perbedaan Data N-Gain Kemampuan Menyimak Cerita Equal Variances assumed Kelompok Ratan Beda Sig. Pembelajaran rata dk t Rerata (2-tailed) Eksperimen
30
.5777
Kontrol
30
.2533
Tabel
1.5
.32433
58
9.423
0.000
Ho
Ditolak
memperlihatkan
kelompok kontrol atau dengan kata lain
bahwa nilai probabilitas atau sig. (2-
terdapat pengaruh media film animasi
tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil
fiksi
dari α = 0,05, sehingga Ho ditolak.
kemampuan menyimak cerita. Grafik
Dengan
setelah
1.2 berikut menyajikan rata-rata N-
film
Gain antara kelompok eksperimen dan
demikian,
pembelajaran animasi
fiksi
dengan
media
islami,
peningkatan
islami
Rata-Rata N-Gain
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara statistik. Jika dilihat dari rata-rata peningkatan, maka eksperimen
lebih
meningkatkan
kelompok kontrol.
kemampuan menyimak cerita siswa
kelompok
dalam
besar
1 0,8 0,6
0,5777
0,4
0,2533
0,2 0 Eksperimen
Kontrol
dibandingkan kelompok kontrol. Hal Grafik 1.2
ini berarti bahwa setelah penerapan
Kemampuan
pembelajaran media film animasi fiksi
berbicara
kemampuan
(menceritakan kembali) terdiri dari
kelompok
lima aspek yaitu aspek ketepatan
eksperimen lebih baik dibandingkan
ucapan, aspek pilihan kata (diksi),
islami, menyimak
peningkatan cerita
siswa
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 79
[Type here]
aspek ketepatan isi ringkasan, aspek
Pilihan Kata (diksi) diperoleh bahwa
bahasa tubuh dan mimik yang tepat
rata-ratanya
serta aspek kenyaringan suara dan
deviasi 2,17 dan nilai maksimum 15
kelancaran.
berikut
serta nilai minimum 5. Pada aspek Ketepatan Isi Ringkasan diperoleh
Tabel
1.4
9,33
dengan
standar
menyajikan
secara
lengkap
kemampuan
awal
berbicara
bahwa
(menceritakan kembali) pada kelompok
standar
eksperimen.
maksimum 16 serta nilai minimum 8.
rata-ratanya deviasi
10,27
2,49
dengan
dan
nilai
Pada aspek Bahasa Tubuh dan Mimik
diperoleh bahwa kemampuan berbicara
yang Tepat diperoleh bahwa rata-
(menceritakan
kelompok
ratanya 9,50 dengan standar deviasi
eksperimen mempunyai rata-rata 51,60
1,53 dan nilai maksimum 10 serta nilai
dengan standar deviasi 4,55 dan nilai
minimum 5. Pada aspek Kenyaringan
tertinggi 58 serta nilai terendah 40.
Suara dan Kelancaran diperoleh bahwa
Grafik 1.3 berikut menyajikan secara
rata-ratanya
visual kemampuan berbicara kelompok
deviasi 3,18 dan nilai maksimum 18
eksperimen tersebut.
serta nilai minimum 6. Grafik 4.4
Nilai
Sesuai grafik di bawah ini
100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
kembali)
berikut 58,00
51,60
13,00
dengan
menyajikan
secara
standar
visual
gambaran kemampuan awal berbicara
40,00
(menceritakan
kembali)
kelompok
4,55
eksperimen
berdasarkan
aspek-
aspeknya. 20,00
Grafik 1.3 Selanjutnya
15,00 10,00
gambaran
5,00
kemampuan berbicara (menceritakan
0,00
kembali) pada setiap aspek yiatu pada aspek Ketepatan Ucapan diperoleh
Rata-Rata
bahwa rata-ratanya 9,50 dengan standar
Std. Deviasi
deviasi 1,53 dan nilai maksimum 10
Maksimum Minimum
serta nilai minimum 5. Pada aspek
Grafik 1.4
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 80
[Type here]
Tabel 1.5 Gambaran kemampuan awal siswa kelas V dalam berbicara (menceritakan kembali) Pada Kelompok Kontrol Aspek Bahasa
Data
Ketepatan Ucapan
Pilihan
Ketepatan
Kata
Isi
(diksi)
Ringkasan
Tubuh dan Mimik yang
Kenyaringan
Kemampuan
Suara dan
Berbicara
Kelancaran
Tepat
Rata-Rata
10.50
9.83
10.00
9.67
11.53
51.53
Std. Deviasi
2.01
0.91
2.29
1.27
2.71
5.23
Maksimum
15.00
10.00
12.00
10.00
18.00
65.00
Minimum
5.00
5.00
4.00
5.00
6.00
41.00
Berdasarkan Tabel 1.5 diperoleh bahwa
kembali) pada setiap aspek yiatu pada
kemampuan berbicara (menceritakan
aspek Ketepatan Ucapan diperoleh
kembali) kelompok kontrol mempunyai
bahwa
rata-rata 51,33 dengan standar deviasi
standar
5,23 dan nilai tertinggi 65 serta nilai
maksimum 15 serta nilai minimum 5.
terendah
Pada
41.
Grafik
4.5
berikut
rata-ratanya deviasi
aspek
10,50
2,10
Pilihan
dan
Kata
nilai
(diksi)
menyajikan secara visual kemampuan
diperoleh
berbicara kelompok kontrol tersebut.
dengan standar deviasi 0,91 dan nilai
rata-ratanya
9,83
maksimum 10 serta nilai minimum 5.
100,00 80,00 60,00
bahwa
dengan
Pada aspek Ketepatan Isi Ringkasan
65,00 51,53
diperoleh
41,00
40,00
bahwa
rata-ratanya
10
dengan standar deviasi 2,29 dan nilai
20,00
5,23
maksimum 12 serta nilai minimum 4.
0,00
Pada aspek Bahasa Tubuh dan Mimik yang Tepat diperoleh bahwa rataratanya 9,67 dengan standar deviasi Grafik 1.5 Selanjutnya
1,27 dan nilai maksimum 10 serta nilai gambaran
minimum 5. Pada aspek Kenyaringan
kemampuan berbicara (menceritakan
Suara dan Kelancaran diperoleh bahwa Mika & Tatat
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X 81
[Type here]
rata-ratanya
11,53
dengan
standar
H1: Sampel berasal dari populasi
deviasi 2,71 dan nilai maksimum 18
berdistribusi tidak normal
serta nilai minimum 6. Grafik 4.6
Kriteria pengujian: Jika nilai
berikut
menyajikan
secara
visual
probabilitas (Sig.) dari Z lebih besar
gambaran kemampuan awal berbicara
dari α = 0,05 maka hipotesis nol
(menceritakan
diterima, dan sebaliknya jika nilai
kembali)
kelompok
kontrol berdasarkan aspek-aspeknya.
probabilitas (Sig.) dari Z lebih kecil
20,00
dari α = 0,05 maka hipotesis nol
15,00
ditolak.
10,00
Hasil uji normalitas data N-Gain
5,00 0,00
kedua
kelompok
pembelajaran
disajikan pada Tabel 1.6.
Rata-Rata
Std. Deviasi
Maksimum
Minimum
Tabel 1.6 Uji Normalitas Data N-Gain Kemampuan Berbicara Kelom pok
Grafik 1.6
Eksperi
Pada bagian ini akan dilakukan
men
uji perbedaan peningkatan kemampuan berbicara
data
N-Gain.
Kontrol
Rata
KS
rata
-Z
30
.59
30
.332
n
Sig
Ho
.87
.43
Diterima
.76
.60
Diterima
Tabel 1.6 memperlihatkan bahwa
Sebelum
dilakukan uji tersebut, terlebih dahulu
kedua
dilakukan uji prasyarat,
yaitu uji
mempunyai nilai sig. (2-tailed) sebesar
normalitas dan homogenitas varians
0,433 dan 0,600 yang lebih besar dari
kedua kelompok sampel data N-Gain.
0,05, sehingga Ho diterima. Jadi,
Uji
menggunakan
perhitungan
bantuan
pembelajaran
berdasarkan data N-Gain kemampuan
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
kelompok
berbicara
ini
siswa
kedua
kelompok
pembelajaran, populasi berdistribusi normal.
software SPSS versi 21. Hipotesis nol
Setelah diketahui bahwa data
yang diuji: H0 : Sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, dilakukan uji
berdistribusi normal
homogenitas data N-Gain kemampuan berbicara
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X 82
siswa
kedua kelompok Mika & Tatat
[Type here]
pembelajaran dengan hipotesis sebagai
homogen. Oleh karena itu, untuk
berikut.
menguji
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians
kemampuan berbicara siswa kedua
skor
N-Gain
kemampuan
perbedaan
kelompok
berbicara ditinjau dari kelompok
data
pembelajaran
N-Gain
digunakan
statistik t independen.
pembelajaran.
Untuk
H1 : Terdapat perbedaan varians skor
menguji
hipotesisnya,
selanjutnya diajukan hipotesis untuk
N-Gain kemampuan berbicara
menguji
ditinjau
kemampuan berbicara kedua kelompok
dari
kelompok
perbedaan
pembelajaran.
pembelajaran.
Kriteria pengujian: jika nilai
statistik yang diuji:
probabilitas (sig.) lebih besar dari α =
Ho :
data
Rumusan
N-Gain
hipotesis
μe = μk
0,05, maka H0 diterima, dan dalam hal
Peningkatan
sebaliknya, H0 ditolak. Untuk menguji
kemampuan menyimak cerita
hipotesis tersebut digunakan uji Levene
kelompok
Test
(Levene’s Variances).
for
Hasil
Equality
of
perhitungan
uji
rata-rata
eksperimen
sama
dengan kelompok control H1 :
μe > μk
homogenitas disajikan pada Tabel 1.7
Peningkatan
rata-rata
berikut.
kemampuan
berbicara
kelompok
Tabel 1.7 Uji Homogenitas Varians Data N-Gain Kemampuan Berbicara Levene df1 df2 Sig. Statistic .814
1 58
baik
eksperimen
dibandingkan
lebih dengan
kelompok kontrol dengan μe
.371
=
rata-rata
N-Gain
kemampuan
berbicara
bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar
siswa
kelompok
0,371 lebih besar dari 0,05, sehingga
eksperimen
Tabel 4.7
memperlihatkan
μk
Ho diterima. Dengan demikian, varians kedua
kelompok
kemampuan
data
berbicara
rata-rata
kemampuan
N-Gain
siswa
=
N-Gain berbicara
siswa kelompok kontrol
pada
kedua kelompok pembelajaran JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 83
[Type here]
Tabel 1.8 Uji Perbedaan Data N-Gain Kemampuan Berbicara Equal Variances assumed RataKelompok n Beda Sig. Pembelajaran rata dk t Rerata (2-tailed) Eksperimen
30
.6337
Kontrol
30
.2443
Tabel 1.8
.38933
memperlihatkan
58
6.037
kelompok
0.000
eksperimen
Ho
Ditolak
lebih
besar
bahwa nilai probabilitas atau sig. (2-
dibandingkan kelompok kontrol. Hal
tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil
ini berarti bahwa setelah penerapan
dari α = 0,05, sehingga Ho ditolak.
pembelajaran media film animasi fiksi
Dengan
islami,
demikian,
pembelajaran
kemampuan
berbicara siswa kelompok eksperimen
peningkatan
lebih baik dibandingkan kelompok
kemampuan berbicara siswa kelompok
kontrol atau dengan kata lain terdapat
eksperimen dan kelompok
pengaruh media film animasi fiksi
fiksi
media
peningkatan
film
animasi
dengan
setelah
islami,
kontrol
berbeda secara statistik. Jika dilihat
islami
dari
kemampuan berbicara.
rata-rata
peningkatan,
maka
dalam
meningkatkan
D. Simpulan
Simpulan
ini
menggunakan media film animasi fiksi
adalah terdapat perbedaan peningkatan
islami sedangkan kelas kontrol hanya
kemampuan
menggunakan
kelompok
dari
penelitian
menyimak baik
kelas
pada
dua
pembelajaran
eksperimen
konvensional. Terdapat peningkatan
maupun kelas kontrol pada saat pretest
kemampuan berbicara (menceritakan
maupun posttest. Peningkatan pada
kembali) isi ringkasan cerita pada kelas
kelas
baik
eksperimen dibandingkan kelas kontrol
dibandingkan kelas kontrol pada saat
baik pretest maupun posttest. Jadi,
postest
terdapat
eksperimen
karena
kelas
lebih
eksperimen
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
pengaruh
dengan Mika & Tatat
84
[Type here]
menggunakan untuk
media
film
meningkatkan
animasi
memahami
penelitian
yang
akan
kemampuan
diteliti. Kepada peneliti berikutnya
menyimak dan berbicara (menceritakan
supaya lebih memanfaatkan waktu,
kembali) isi ringkasan cerita di sebuah
menambah
wawasan
Sekolah
penelitian
pendidikan
Dasar
Swasta
di
Kota
Bandung.
di
bidang sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal
Saran dari penelitian ini adalah
karena keterbatasan peneliti dalam
bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung
penelitian ini juga terkendala dengan
supaya lebih fokus untuk memberikan
waktu dan aktivitas formal situasi dan
pelatihan
kondisi
penulisan
kepada karya
memberikan
guru ilmiah
sarana
tentang dan
dan
juga
di
pemecahan
prasarana
supaya
lapangan. masalah
memperhatikan
di
Kepada lapangan,
waktu
dan
khusunya untuk sekolah yang berada di
karakter siswa sehingga dapat memilih
daerah khususnya media pembelajaran
media pembelajaran film yang sesuai
yang mendidik. Kepada para pengguna
untuk siswa.
hasil
penelitian
ini
agar
dapat
Daftar Pustaka Aliyah, S. (2011). Pengaruh metode storytelling dengan media panggung boneka terhadap peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara anak usia dini. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Arsjad, M.G & S, M.U. (1991). Pembinaan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arsyad, A. (2013). Media pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Creswell, J.W. (2014). Educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research fourth JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
edition. University of NebraskaLincoln: Pearson. Gultom, A.L. (2014). Peningkatan kemampuan berbicara dengan pendekatan kontekstual melalui media audio visual. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Harrison, H. L. & Hummel, L. J. (2010). Incorporating animation concepts and principles in STEM education. The Technology Teacher, 69,20-25. Hermawan, H. (2012). Menyimak; keterampilan berkomunikasi yang terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Heryadi, D. (2008). Kemahiran menyimak (teori dan Mika & Tatat 85
[Type here]
pembelajaran). Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Iskandarwassid & Sunendar. D. (2011). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kemp, J. E & Smellie, D. C. (1989). Planing, producing and using instructional media. New York: Harper & Row, Publisher, Inc. M.K, Sabarti Akhadiah. dkk. (1992). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. N, S. U. S. (1988). Metodologi pengajaran bahasa. Jakarta: Depdikbud. Nurgiyantoro, Burhan. (2014). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Resmini, N; Hartati, T; & Cahyani, I. (2009). Bahan belajar mandiri: pembinaan dan pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia Edisi Revisi. Bandung: UPI Press. Saddhono, K. & Slamet, S. Y. (2012). Meningkatkan keterampilan
Berbahasa Indonesia (teori dan aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati. Scarratt, E. & Davison, J. (2012). The media teacher’s handbook. New York: Routledge. Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russel, J. D. (2008). Instruction technology and media for learning. (9th ed). Upper Saddle River: Merril Prentice Hall. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta. Syihabuddin. (2009). Evaluasi pengajaran bahasa Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tarigan, D. (1991). Pendidikan bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, H.G. (2008b). Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (2009). Strategi pengajaran dan pembelajaran bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (2015). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mika & Tatat 86