IV. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Case study adalah penelitian yang berusaha memberikan gambaran yang rinci dengan tekanan pada situasi keseluruhan mengenai proses atau urut-urutan suatu kejadian yang dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat dan waktu tertentu sehingga populasi yang akan diteliti lebih terarah pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum (Daniel 2001). Menurut Sevilla et al. (1993), metode studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang suatu unit analisis selama kurun waktu tertentu. Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap lingkungan dari waktu lampau dan keadaan sekarang dari lingkungan subjek. 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Seluma merupakan salah satu sentra produksi padi sawah yang potensial di Provinsi Bengkulu. Produktivitas padi sawah di daerah ini sekitar 4,03 ton/ha, sedangkan produktivitas rata-rata provinsi hanya sekitar 4,00 ton/ha. Selanjutnya dipilih Kecamatan Seluma Selatan sebagai unit analisis, daerah ini memliliki areal persawahan yang luas dan memiliki sistem irigasi yang baik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir luas lahan sawah mengalami penurunan akibat beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Penelitian dilakukan selama empat bulan, dari bulan April 2011 sampai dengan Juli 2011. 4.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series dan cross section, data time series merupakan data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu, dan cross section merupakan sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari pengamatan lapang, wawancara dan diskusi kelompok dengan responden yang terdiri atas para petani padi sawah, petani kelapa sawit, aparat pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya dengan panduan kuesioner. Wawancara dilakukan berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan usahatani padi sawah
31
dan kelapa sawit yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian, laporan, peta, dan data statistik dari dinas dan instansi terkait yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai pengguna data. Jenis-jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian Tujuan penelitian Laju Konversi lahan sawah
Jenis data
Sumber data
Alat analisis
- Data luas lahan sawah tahun 2004 2010 - Data pencetakan sawah baru tahun 2004 – 2010 - Data penyusutan lahan sawah karena faktor alam
- BPS - Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten - Dinas Pekerjaan Umum - Bappeda
Analisis Tabulasi sederhana
Land rent padi sawah dan kelapa sawit
- Data usahatani padi sawah dan kelapa sawit
- Responden/petani Analisis land - Responden/petani rent
Faktor yang mempengaruhi konversi lahan
- Data usahatani, demografi, sosial - Intensitas penyuluhan - Peraturan daerah tentang pengelolaan lahan
- Lembaga penyuluhan
Analisis regresi logistik
- Dinas terkait, Bappeda
4.3. Metode Pengambilan Sampel Pemilihan responden dalam penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki dan dipandang mempunyai keterkaitan yang erat dengan ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Responden dipilih berdasarkan pertimbangan keterlibatannya secara langsung pada mekanisme sistem dan pengetahuannya dalam kegiatan usahatani padi sawah dan kelapa sawit di Kabupaten Seluma. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh responden yang mengusahakan komoditas padi sawah dan komoditas kelapa sawit
pada lahan yang
sebelumnya merupakan lahan sawah.
Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan pendataan di lapangan bersama tokoh masyarakat dan petugas lapangan, sehingga diperoleh total populasi sebanyak 43 orang ditambah responden petani padi sawah sebanyak 23 orang, selanjutnya
32
seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini. Responden yang digunakan berasal dari beberapa desa di Kecamatan Seluma Selatan, yaitu Desa Rimbo Kedui (27 orang), Desa Padang Genting (9 orang), Desa Padang Rambun (4 orang), Desa Sidomulyo (14 orang), Desa Padang Seluai (5 orang), dan Desa Padang Merbau (7 orang). 4.4. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk mencapai tujuan yang dibangun dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai
land rent pemanfaatan lahan sawah sebagai
sarana produksi dalam budidaya padi sawah dan nilai land rent lahan yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit sebagai lahan konversi dari lahan sawah. Untuk tujuan tersebut dilakukan beberapa analisis, yaitu: 4.4.1. Analisis Laju Konversi Lahan Sawah Perkembangan konversi lahan menurut jenis irigasi, dalam hal ini irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, dan tadah hujan. Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari publikasi BPS deret waktu tahun 2005-2010. Menurut Ilham, et al (2005 ), konversi lahan sawah didefinisikan sebagai konversi lahan neto. Artinya luas lahan tahun t adalah luas lahan tahun sebelumnya ditambah pencetakan sawah baru
dikurangi alih fungsi lahan
sawah. Secara matematika, diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan: Lt
= Luas lahan sawah tahun t ( hektar)
Ct
= Pencetakan sawah baru (hektar)
At
= Lahan sawah yang dikonversi (hektar)
Lt-1
= Luas lahan sawah tahun sebelumnya ( hektar)
Dengan demikian luas lahan sawah tahun t akan mengalami peningkatan jika luas pencetakan sawah baru lebih besar dari luas lahan sawah yang dikonversi menjadi penggunaan selain sawah (Ct > At) atau hanya dilakukan pencetakan sawah baru. Sebaliknya jika konversi lahan sawah lebih besar dari pencetakan sawah baru (Ct < At) atau hanya terjadi konversi lahan sawah maka luas lahan sawah pada tahun t akan mengalami penurunan.
33
4.4.2. Analisis Land rent Tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai manfaat yang diperoleh dari pengelolaan sumberdaya lahan sawah yang digunakan untuk usahatani padi dan lahan sawah yang telah dikonversi menjadi kebun kelapa sawit di Kecamatan Seluma Selatan. Analisis yang dibangun untuk tujuan ini mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses produksi Barlowe (1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan usahatani padi sawah dan kelapa sawit. Konsep land rent dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan yang bisa diperoleh berdasarkan manfaat dan biaya yang dikeluarkan. Misalkan pada suatu kegiatan usahatani yang ingin memaksimalkan keuntungan menggunakan sejumlah harga input variabel dan input tetap, untuk menghasilkan sejumlah output tunggal. Diasumsikan di sini bahwa kuantitas (atau kualitas) tanah (dilambangkan L) yang digunakan dalam proses produksi mempengaruhi output dengan penambahan faktor-faktor produksi lainnya. Output dilambangkan Y dan harganya Py, variabel input adalah X, dan Px merupakan harga dari input. Faktor tetap K juga berkontribusi terhadap proses produksi. Kegiatan usahatani ini diasumsikan bahwa supply (penawaran) bersifat elastis sempurna untuk faktor input dan permintaan bersifat elastis sempurna untuk output, adapun fungsi produksinya adalah sebagai berikut:
Fungsi keuntungan (kesejahteraan) dari kegiatan usahatani ini dapat ditulis sebagai:
Dimana Y = Y(X, L, K) adalah output dan PyY(X, L, K) adalah nilai total produk (TVP). Fungsi produksi Y = Y(X, L, K) diasumsikan dua kali didiferensialkan pada semua komponennya. Persamaan 3 menyatakan bahwa keuntungan itu sama dengan penerimaan dikurangi biaya input variabel (X dan L) dan biaya tetap. Solusi untuk maksimisasi profit adalah sebagai berikut:
34
Fungsi
adalah produk fisik marjinal
(MPP) dan fungsi
disebut nilai produk marjinal (VMP) dari input. Persamaan 4 menyatakan bahwa keuntungan maksimum diperoleh jika VMP untuk setiap input harus sama dengan harganya (VMPi = Pxi). Produsen akan menggunakan input X sampai jumlah tertentu sehingga VMPx sama dengan harga per unit input X. Ini adalah tingkat penggunaan input X yang optimal karena menghasilkan keuntungan maksimum. (Young 2005). Analisis kesejahteraan dari keputusan produsen dalam menanggapi intervensi kebijakan publik biasanya didasarkan pada model di mana satu atau lebih input yang diasumsikan tetap, dan lebih didasarkan pada konsep surplus produsen. Surplus produsen didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan dan biaya variabel produksi, dan dengan demikian ditentukan oleh input tetap. Surplus produsen kemudian adalah PyY - PxX (surplus produsen juga dapat disebut quasi-rent). Untuk mengilustrasikan penggunaan product exhaustion theorem dalam residual valuation yang didasarkan pada
proses produksi sederhana
dihubungkan dengan suatu nilai untuk input yang tidak dipasarkan seperti tanah. Asumsikan satu produk dinotasikan Y yang dihasilkan oleh beberapa faktor produksi: material yang dibeli dan peralatan (M); input manusia, misalnya tenaga kerja (H); modal ekuitas (K); sumber daya alam lainnya, seperti air (W), dan residual claimant
yaitu tanah (L). Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai
berikut:
Input dan output diasumsikan sebagai variabel yang kontinyu (continuously variable) dan tingkat teknologi yang digunakan tetap. Postulat pertama, jika semua input dibayar sesuai dengan nilai produk marjinalnya, maka nilai total produk menjadi: (Y.PY) = (VMPM.XM) + (VMPH.XH) + (VMPK.XK) + (VMPW.XW) + (VMPL.XL) ……… 6 Dimana Y.Py merupakan nilai total produk Y (total revenue), VMPi mewakili nilai produk marjinal sumberdaya i, dan Xi adalah jumlah sumber daya i. Persamaan 6 menggambarkan jumlah input yang digunakan ditentukan oleh jumlah nilai produk marjinalnya dengan nilai total produk (atau pengembalian total). Pada pasar yang kompetitif untuk input yang dapat dibeli dan informasi sempurna, biasanya harga untuk input bersifat konstan. Postulat kedua 35
(menegaskan bahwa untuk setiap input i, produsen memilih tingkat input agar VMPi = Pi), maka Pi digunakan untuk mengganti masing-masing VMPi pada persamaan 6, sehingga diperoleh persamaan berikut:
Estimasi secara empiris dapat diperkirakan nilai untuk semua variabel di sisi kiri persamaan 7, sisi kanan dapat diturunkan untuk menentukan kontribusi lahan terhadap nilai total produk: (PL.XL). Untuk merubah fungsi produksi menjadi rente jangka panjang maka symbol R digunakan untuk rente, P adalah harga dan superscrip L adalah lahan. Formula net rent ini disesuaikan dengan luasan lahan yang ditunjukkan per unit lahannya, misalnya dalam hektar atau meter persegi. Dengan mengasumsikan biaya input yang tahan lama dapat ditunjukkan oleh biaya yang sama pertahunnya maka formula dasar untuk nilai land rent tahunan untuk satu komoditas dapat ditulis sebagai berikut: RLi= [Yi.PYi] – [(PMi.XMi) + (PHi.XHi) + (PKi.XKi) + (PWi. XWi) ] ……. 9 Keterangan: RLi
= Land rent komoditas i (Rp per hektar per tahun)
Yi
= Output usahatani komoditas i (ton per hektar per tahun)
PYi
= Harga output komoditas i (Rp)
PMi,Hi,Ki,Wi, = Harga input usahatani komoditas i (Rp) XMi
= Input sarana produksi usahatani komoditas i (Kg per hektar per tahun)
XHi
= Input tenaga kerja (HOK per hektar per tahun)
XKi
= Input modal ekuitas (unit per hektar per tahun)
XWi
= Input sumberdaya air (volume per hektar per tahun) Selanjutnya untuk memudahkan dalam opersional perhitungan land rent,
dihitung komponen-komponen penunjang lainnya, seperti produktivitas, biaya produksi, dan harga. Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas padi sawah dan kelapa sawit yang diusahakan oleh petani. Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya sarana produksi (input), biaya tenaga kerja, biaya peralatan, dan biaya pengelolaan pada kegiatan usahatani padi sawah dan kelapa sawit. Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga. 36
Analisis land rent untuk komoditas padi sawah dan kelapa sawit dilakukan dalam bentuk analisis pendapatan berdasarkan data hasil tabulasi masingmasing responden. Nilai dari data yang diperoleh dikelompokan dalam dua bagian, yaitu penerimaan (revenue) dan pengeluaran (inputted cost and cash cost). Selisih antara keduanya merupakan manfaat bersih (net benefit). Nilai penerimaan dan biaya tersebut kemudian diprediksi selama 25 tahun berdasarkan umur produktif tanaman kelapa sawit. Land rent merupakan Present Value of Net Returns (PVNR), merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskonto dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini, bentuk persamaan matematikanya adalah sebagai berikut:
Keterangan: PVNRi = Present Value Net Return komodi i (Rp per hektar) Ati
= Pendapatan usahatani tahun t komoditas i (Rp per hektar)
r
= Interest rate
t
= Jangka waktu analisis (tahun) Nilai land rent untuk lahan sawah dihitung berdasarkan selisih penerimaan
dan pengeluaran dari pengelolaan lahan sawah dalam satu tahun. Pengelolaan lahan sawah terdiri dari 2 – 3 periode tanam dengan pola tanam Padi-Padi atau Padi-Padi-Palawija. Nilai yang diperoleh selanjutnya dihitung sebagai PVNRland rent dengan waktu analisis selama 25 tahun dan discount factor sebesar 10%. Discount factor diperoleh dari penjumlahan tingkat suku bunga simpanan di bank ditambah resiko usaha. Untuk tanaman kelapa sawit, nilai land rent merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya pengelolaan usahatani selama 25 tahun. 4.4.3. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik (logit) biner terhadap variabel bebas yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit. Model logit diturunkan
37
berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikkan sebagai berikut (Juanda 2009): 11 Dimana e mempresentasikan bilangan dasar logaritma natural (e = 2,718…), dengan menggunakan aljabar biasa, persamaan 11 dituliskan:
Peubah Pi/(1-Pi) disebut odds yang juga diistilahkan dengan resiko atau kemungkinan. Selanjutnya jika persamaan 12 dapat ditransformasi dengan logaritma natural, maka:
Keterangan: Pi
= Peluang pemilik lahan dalam memilih/mengelola lahan sawah (1= lahan dikonversi menjadi kebun kelapa sawit dan 0 = lahan tidak dikonversi)
β0
= Intersep
β1… βi = Koefisien regresi X1 …Xi = Variabel bebas yang mempengaruhi luas lahan sawah yang dikonversi menjadi kebun kelapa sawit i
= 1, 2, 3, … Jumlah variabel bebas Regresi logistik adalah regresi di mana variabel terikatnya adalah dummy,
yaitu 1 dan 0, residualnya yang merupakan selisih antara nilai prediksi dengan nilai sebenarnya tidak perlu dilakukan pengujian normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Namun uji multikolinearitas yang berkaitan dengan variabel bebasnya masih perlu dilakukan. Setelah dugaan model diperoleh, tahapan berikutnya adalah pengujian model agar diperoleh model yang baik. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah model logit yang dihasikan secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan pilihan kualitatif, dalam hal ini pilihan untuk melakukan konversi lahan sawah atau tidak melakukan. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
38
a. Likelihood Ratio Statistik uji Likelihood Ratio adalah rasio fungsi kemungkinan maksimum yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel penjelas (X) secara bersamaan terhadap variabel respon (Z) (Hosmer dan Lemeshow 2002). Prinsip uji Likelihood ratio adalah membandingkan nilai observasi dari variabel respon (dependent) dengan nilai prediksi yang diperoleh dari model dengan variabel independent dan tanpa variabel independent (untuk kasus univariat) dan membandingkan persamaan (model) yang memasukkan variabel tertentu dengan yang tidak (untuk kasus multivariat). Statistik uji yang dapat menunjukkan nilai likelihood ratio adalah Uji G, dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana l0 adalah nilai likelihood tanpa variabel penjelas dan l1 nilai likelihood model penuh. Statistik Uji G akan mengikuti sebaran Chi Square dengan derajat bebas α (k-1). Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > Chi Square table maka hipotesis H0 ditolak (model significant). b. Odds Ratio Odds ratio adalah kemungkinan hasil yang diperoleh antara individu dengan x = 1 didefinisikan π(1)/[1- π (1)]. Demikian pula, kemungkinan hasil yang hadir antara individu dengan x = 0 didefinisikan sebagai π(0)/[1- π (0)]. Odds Rasio yang dilambangkan dengan OR, didefinisikan sebagai rasio peluang untuk x = 1 dan peluang untuk x = 0 yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut(Hosmer dan Lemeshow 2002):
Dengan demikian, Odds ratio dapat diartikan sebagai perbandingan antara peluang kejadian untuk x = 1 dan peluang untuk kejadian x = 0. Misalnya pada variabel respon yang berisi kejadian konversi lahan dan tidak mengkonversi lahan. apabila pengamatan x ke-i merupakan konversi lahan dan kita lambangkan dengan xi =1, maka peluang untuk x = 1 adalah πi, sedangkan peluang untuk xi = 0 adalah 1 - πi.
39
4.5. Batasan Penelitian 1. Laju konversi lahan sawah dihitung per tahun untuk memperoleh laju ratarata dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. 2. Land Rent dalam satuan Rp per ha, adalah nilai surplus lahan yang didapat dari pemanfaatannya sebagai sarana produksi dalam usahatani padi sawah dan kelapa sawit. 3. Nilai land rent lahan sawah merupakan Present Value Net Return (PVNR), yang dihitung selama 25 tahun berdasarkan umur produktif tanaman kelapa sawit. 4. Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan upah harian yang diterima. 5. Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya. 6. Produksi padi sawah dan kelapa sawit merupakan kondisi saat ini, dengan asumsi tidak ada perubahan teknologi. 7. Harga gabah dan kelapa sawit adalah harga riil komoditas di tingkat petani pada saat penelitian. 8. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan konversi sebagian atau keseluruhan lahan sawah yang dimilikinya untuk dijadikan kebun kelapa sawit dan masih melakukan usahatani padi sawah. 9. Untuk mengkoreksi produksi kelapa sawit sampai dengan umur 25 tahun digunakan jumlah rata-rata produksi hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang disajikan pada Lampiran 4.
40