IV.
4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Kertawangi merupakan salah satu desa sentra budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012.
4.2.
Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan petani responden dan lembaga-lembaga tataniaga responden yang terlibat dalam proses tataniaga jamur tiram putih serta beberapa narasumber terkait. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, majalah, internet, penelitian terdahulu, jurnal, serta instansi terkait seperti Perpustakaan LSI IPB, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kantor Desa Kertawangi, dan sumber lainnya yang menunjang penelitian ini.
4.3.
Metode Penentuan Responden Pada penelitian ini digunakan dua kelompok responden, yaitu petani
(produsen) dan pedagang (lembaga tataniaga). Penentuan responden petani dilakukan secara sengaja (purposive) dengan memanfaatkan informasi yang didapat dari beberapa narasumber yang merupakan pionir usaha pembudidayaan jamur tiram putih di Desa Kertawangi. Penentuan lembaga tataniaga responden dilakukan dengan menggunakan teknik Snowball Sampling, yaitu dengan cara mengikuti alur pemasaran dari produsen hingga mencapai tangan konsumen akhir berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden dan kemudian berlanjut menuju lembaga tataniaga responden yang dirujuk oleh petani
37
responden. Langkah awal penentuan responden terhadap petani dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kantor Desa Kertawangi. Responden yang terpilih adalah delapan orang petani jamur tiram putih yang penulis anggap cukup untuk mewakili gambaran petani jamur tiram putih di Desa Kertawangi dan sepuluh lembaga tataniaga jamur tiram putih yang terlibat dalam proses pendistribusian jamur tiram putih dari petani hingga mencapai konsumen akhir. Petani yang terpilih menjadi responden kemudian dibagi menurut skala usahanya berdasarkan jumlah baglog (media tanam) jamur tiram putih yang dimiliki dalam usahanya. Lembaga tataniaga yang menjadi responden meliputi pedagang pengumpul, bandar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Data mengenai petani dan lembaga tataniaga responden dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
4.4
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mendefinisikan secara kualitatif gambaran umum mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, serta hal lain seperti interpretasi hasil perhitungan penelitian dari analisis kuantitatif. Hal-hal yang dianalisis berhubungan tentang marjin tataniaga, farmer’s share, rasio keuntungan, dan biaya untuk menganalisis efisiensi tataniaga.
4.4.2. Analisis Sistem Tataniaga Pengamatan sistem tataniaga jamur tiram putih dimulai dari petani/ produsen dengan menghitung persentase pasokan sampai ke tangan konsumen akhir. Sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi dianalisis dengan cara mengamati lembaga-lembaga tataniaga yang berperan sebagai pihak perantara dalam proses penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Jalur tataniaga tersebut kemudian menggambarkan peta saluran tataniaga.
38
4.4.3. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar Struktur pasar jamur tiram putih dianalisis berdasarkan saluran tataniaga yang didukung peranan fungsi-fungsinya, jumlah lembaga tataniaga yang terlibat (penjual dan pembeli), sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar, dan informasi harga pasar yang terjadi. Perilaku pasar jamur tiram putih ini dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, kerjasama antar lembaga tataniaga, serta sistem penentuan dan pembayaran harga. Struktur pasar dilihat dengan mengetahui jumlah petani dan penjual yang terlibat, kondisi dan keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar, serta perubahan informasi harga pasar. Oleh karena itu, akan diketahui struktur pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga jamur tiram putih. Analisis perilaku pasar jamur tiram putih dapat dicirikan dengan tingkah laku lembaga tataniaga dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, sistem penentuan harga, cara pembayaran, serta bentuk kerjasama yang dilakukan.
4.4.4
Analisis Marjin Tataniaga Analisis marjin tataniaga bertujuan untuk mengetahui tingkatan efisiensi
tataniaga jamur tiram putih. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga, atau perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑛
MT = Pr − Pf =
𝑀𝑖 𝑖=1
Keterangan: MT Pr Pf Mi n
: Marjin Total (Rp/kg) : Harga pembelian oleh konsumen akhir (Rp/kg) : Harga penjualan di tingkat petani (Rp/kg) : Marjin tataniaga di tingkat ke-i (Rp/kg) : Jumlah tingkatan lembaga tataniaga yang terlibat
39
Marjin tataniaga untuk tiap lembaga tataniaga (Mi) dapat dihitung dengan dua cara yaitu pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada suatu lembaga tataniaga atau penjumlahan biaya dan keuntungan tataniaga pada suatu lembaga tataniaga. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Mi
= Psi – Pbi = Ci + Πi, atau
Πi
= Psi – Pbi - Ci
Keterangan: Mi Psi Pbi Ci Πi
: Marjin tataniaga di tingkat ke-i (Rp/kg) : Harga jual pasar di tingkat ke-i (Rp/kg) : Harga beli pasar di tingkat ke-i (Rp/kg) : Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg) : Keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga tingkat ke-i (Rp/kg)
4.4.5. Analisis Rasio Keuntungan Atas Biaya Tataniaga Rasio keuntungan atas biaya (Π/C) adalah persentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga yang secara teknis (operasional) untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Rasio keuntungan diperoleh dari pembagian keuntungan tataniaga (Π) dengan biaya tataniaga (C). Keuntungan tataniaga diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli pada masing-masing lembaga tataniaga dikurangi dengan biaya tataniaga. Hasil rasio keuntungan dan biaya menunjukkan seberapa besar setiap satuan biaya yang dikeluarkan selama tataniaga dapat memberikan besaran keuntungan tertentu selama proses penyaluran produk. Penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Keuntungan Biaya =
Πi Ci
Keterangan: Πi Ci
: Keuntungan lembaga tataniaga ke-i : Biaya tataniaga pada lembaga tataniaga ke-i
40
4.4.6. Analisis Farmer’s Share Pendapatan
yang
diterima
petani
(farmer’s
share)
merupakan
perbandingan persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar di tingkat konsumen akhir. Dalam Asmarantaka (2009) disebutkan bahwa perhitungan farmer’s share adalah sebagai berikut:
Fsi =
Pf Pr
X 100%
Keterangan: Fsi Pf Pr
: Farmer’s share (persentase yang diterima petani) : Harga di tingkat petani : Harga di tingkat konsumen
Tabel 10. Pengaplikasian Metode Penelitian No. 1.
Tujuan Penelitian
Jenis Data dan Data primer
Sumber Data Pengamatan langsung dan wawancara dengan responden dan narasumber terkait
Analisis Data Analisis sistem tataniaga dan analisis struktur dan perilaku pasar
2.
Menganalisis bagian Data primer pendapatan yang diperoleh petani dari keseluruhan harga yang dibayarkan oleh konsumen (farmer’s share).
Wawancara dan kuisioner
Analisis farmer’s share
3.
Menganalisis efisiensi Data primer saluran tataniaga jamur tiram putih melalui besarnya marjin tataniaga dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga di setiap lembaga tataniaga yang terkait dalam proses tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi.
Wawancara dan kuisioner
Analisis marjin tataniaga dan analisis rasio keuntungan dan biaya
Mengidentifikasi menganalisis sistem tataniaga jamur tiram putih di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
41