IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben’s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga,
Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi perusahaan pembenihan larva ikan bawal air tawar dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cibungbulang merupakan pusat penghasil benih ikan bawal terbesar di Kabupaten Bogor, yang mana lebih dari 90 persen benih ikan bawal di Kabupaten Bogor diproduksi di Kecamatan Cibungbulang (Lampiran 1). Ben’s Fish Farm merupakan perusahaan penghasil larva ikan bawal air tawar terbesar di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang, dimana produksinya rata-rata 28 juta ekor per bulan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2010, hal ini bertujuan pada waktu tersebut diperkirakan Bogor berada pada alih musim kemarau ke musim hujan, yang mana musim kemarau merupakan musim yang memiliki risiko paling tinggi bagi induk ikan bawal untuk memproduksi larva, sedangkan musim hujan merupakan musim yang cocok bagi induk ikan bawal memproduksi larva. 4.2.
Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik Ben’s Fish Farm, karyawan bagian produksi dan karyawan bagian pemasaran serta pengamatan langsung pada kegiatan pembenihan larva ikan bawal air tawar. Data sekunder diperoleh dari data produksi dan penjualan perusahaan, literatur pada instansi-instansi terkait seperti data yang terkait dengan pendapatan dan konsumsi perikanan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, data tentang produksi dan permintaan perikanan dari Dinas Perikanan Kabupaten Bogor dan perpustakaan daerah Kabupaten Bogor, literatur penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko dan pembenihan ikan bawal air tawar dari Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, sedangkan data pelengkap lainnya dari penelusuran melalui internet, buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
34
4.3.
Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data produksi dan penjualan yang berkaitan dengan pembenihan ikan bawal, data sekunder yang diambil adalah data produksi dan penjualan selama empat bulan terakhir. Data primer diperoleh dari observasi langsung pada perusahaan selama tiga kali siklus produksi pembenihan (dari pemilihan induk sampai menghasilkan benih larva berumur 7-10 hari), wawancara dan diskusi langsung dengan pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan manajer produksi untuk menganalisis risiko dan menganalisis manajemen risiko perusahaan. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam pembenihan ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben’s Fish Farm. Untuk menganalisis risiko selain dari observasi dan analisa data sekunder juga dilakukan studi literatur (perpustakaan IPB, LIPI dan buku-buku terkait) untuk memperlengkap data yang kemudian dilakukan analisis besaran risikonya dengan menghitung probabilitas, varian dan koefisien varian untuk mengukur seberapa besar risikonya. 4.4.
Metode Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Adapun analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui gambaran umum pembenihan ikan bawal dan manajemen risiko yang diterapkan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan simpangan baku (Standard Deviation), koefisien varian (Coefficient Variation), dan metode Zscore. Untuk mengukur besarnya dampak risiko menggunakan analisis VaR (Value at Risk). Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan terhadap return dari suatu aset. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan Microsoft Office Excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko yang diterapkan Ben’s Fish Farm. 35
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan perusahaan, baik risiko produksi maupun risiko pasar. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul pada aspek teknis maupun aspek ekonomis perusahaan. Analisis dilakukan berdasarkan penelitian di perusahaan secara sukjektif yang mana apakah manajemen risiko yang diterapkan perusahaan sudah efektif untuk meminimalkan risiko. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara observasi, wawancara langsung dengan manajer produksi dan pemasaran. 4.4.2. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa langkah yang harus dimiliki jika ingin mengidentifikasi sumber-sumber risiko yaitu: 1. Menentukan unit risiko Proses identifikasi manajemen risiko dimulai dengan menentukan unit di dalam suatu organisasi dimana risiko akan diidentifikasi. Proses produksi merupakan hal yang menjadi tujuan utama dalam identifikasi risiko produksi. Dalam hal ini unit bisnis yang dipilih di Ben’s Fish Farm adalah pembenihan larva ikan bawal air tawar. 2. Memahami proses bisnis atau kegiatan dari unit tersebut Setiap unit dalam organisasi bekerja untuk memberikan pelayanan kepada unit yang lain, kepada pelanggan, menghasilkan produk yang digunakan unit lain atau yang akan dijual kepada pelanggan. Setiap unit melakukan beberapa kegiatan untuk menghasilkan produk atau jasa. Proses bisnis ini 36
adalah gambaran alur dari kegiatan yang terjadi dalam suatu unit bisnis dalam menghasilkan produk atau jasa. 3. Menentukan aktivitas yang krusial Setelah memahami proses bisnis, langkah selanjutnya adalah mencari tahu manakah dari aktivitas tersebut yang termasuk aktifitas krusial. Dikatakan aktivitas krusial apabila unit risiko tidak dapat menghasilkan produk atau jasa oleh karena aktivitas yang bersangkutan terganggu. Aktivitas yang paling krusial di Ben’s Fish Farm adalah proses pendederan. 4. Menentukan barang atau orang pada kegiatan yang krusial Identifikasi risiko perlu dilakukan terhadap barang-barang atau apa saja yang ada pada kegiatan krusial dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hal ini adalah jenis hormon perangsang yang digunakan serta karyawan yang menyuntikkan hormon tersebut. 5. Menentukan bentuk kerugian Bentuk kerugian yang terjadi pada barang ataupun orang dalam kegiatan operasional perlu diketahui. Kerugian yang dapat terjadi pada orang diantaranya: cedera, sakit, hilang, meninggal, dan sebagainya. Bentuk kerugian yang dapat terjadi pada barang antara lain: rusak, hilang, kadaluarsa, dan sebagainya. 6. Menentukan penyebab risiko Setelah
kejadian-kejadian
merugikan
teridentifikasi,
selanjutnya
menentukan penyebabnya. Risiko dapat dikategorikan menjadi risiko operasional (produksi) dan risiko keuangan (pasar). 7. Membuat daftar risiko Tahap akhir yang dilakukan dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko. Daftar risiko ini yang kemudian diajukan kepada pihak Ben’s Fish Farm untuk menilai probabilitas dan dampak risiko berdasarkan skala yang telah ditetapkan.
37
4.4.3. Pengukuran Risiko Setelah identifikasi sumber-sumber risiko dilakukan, maka selanjutnya adalah mengukur risiko. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap Ben’s Fish Farm. Pada penelitian ini nilai pembatas probabilitas adalah sebesar 20 persen dan nilai pembatas dampak yang ditimbulkan sebesar Rp 50 juta yang ditentukan oleh pemilik Ben’s Fish Farm melalui wawancara. Menurut pemilik Ben’s Fish Farm probabilitas di atas 20 persen dampak Rp 50 juta merupakan ambang batas yang bisa diterima perusahaan, jika melebihi angka tersebut akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Menurut pemilik Ben’s Fish Farm pembenihan larva ikan bawal air tawar mempunyai siklus produksi yang pendek sehingga tidak dapat mentoleransi kerugian yang besar karena akan mempengaruhi kebutuhan modal untuk produksi pada siklus berikutnya. 4.4.4. Pengukuran Probabilitas Risiko Menurut Kountur (2008), beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diataranya adalah simpangan baku (standard deviation), koefisien varian (coefficient variation), dan nilai standar (z-score). 1.
Simpangan baku (Standard Deviation) Simpangan baku dapat diukur dengan akar kuadrat dari nilai Variance.
Dari nilai standar deviasi dapat meunjukkan bahwa semakin kecil nilai standar deviasinya maka semakin rendah risiko yang dihadapi, sehingga standar deviasi digunakan untuk melihat seberapa besar risiko yang dihadapi oleh Ben’s Fish Farm. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: i=
2
dimana : i = Standar Deviasi 2 = Varian 2.
Koefisien varian (coefficient variation) Koefisien varian diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang 38
diharapkan atau ekspektasi return. Senakin kecil koefisien varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi, begitu sebaliknya. Koefisien varian adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan pendapatan tunai yang akan diperoleh. Dengan kata lain, koefisien varian digunakan untuk membandingkan risiko yang dihadapi terhadap return atau pendapatan yang diterima. Secara matematis koefisien varian dapat dituliskan sebagai berikut: CV =
i
R
Dimana : CV = Coefficient Variation i = Standar Deviasi
R = Ekspected Return 3. Metode z-score Metode z-score adalah metode pengukuran risiko atau kejadian yang merugikan akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Z-score merupakan angka yang menunjukkan seberapa jauh nilai dari rata-ratanya atau standarnya pada distribusi normal. Hasil dari z-score (nilai z) dapat mengetahui besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari standarnya. -
]/s
Dimana: x : Nilai x yang telah ditentukan : Rata-rata x s : Standar deviasi Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan pemasaran larva ikan bawal air tawar di Ben’s Fish Farm. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan pemasaran adalah data produktivitas dan harga 39
larva selama kurun waktu empat bulan yaitu dari bulan April hingga Juli 2010. 4.4.5. Pengukuran Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR pada saat ini dianggap sebagai metode standar yang digunakan untuk mengukur risiko pasar. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam waktu/periode tertentu yang diprediksi dengan tingkat kepercayaan tertentu, secara matematis VaR dapat dituliskan sebagai berikut :
VaR=
+ z ( s/√n)
Dimana : VaR
= Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko. = Rata-rata kejadian merugikan
z
= Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen
s
= Standar deviasi
n
= Banyaknya kejadian merugikan Pada penelitian VaR yang digunakan untuk mengukur besarnya kerugian
yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Konsep analisis yang dilakukan dengan menggunakan observasi dan data-data historis objek penelitian. 4.4.6. Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, hal yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Teknik ini cukup sederhana karena tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Nilai probabilitas risiko dibagi menjadi dua bagian yaitu probabilitas besar dan probabilitas kecil. Pada bagian dampak risiko juga dibagi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4.
40
Peluang ( %) Besar
Kuadran 1
Kuadran 3
Kuadran 2
Kuadran 4
Kecil Kecil Dampak (Rp)
Besar
Gambar 4. Peta Risiko Sumber Kountur (2008) Kuadran 1 merupakan tempat rsiko yang mempunyai probabilitas besar dan dampak kecil, dan pada kuadran 2 merupakan area yang dihuni oleh risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak yang besar. Pada kuadran 3 adalah posisi risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak kecil, dan pada kuadran 4 merupakan area bagi risiko yang mempunyai probabilitas yang kecil namun dampak yang ditimbulkan dari risiko ini besar. 3.4.7. Strategi Penanganan Risiko Setelah mengidentifikasi dan menentukan posisi dari masing-masing sumber risiko, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi penanganan risiko yang sebaiknya dilakukan. Menurut Kountur (2008), strategi penanganan risiko dapat digolongkan menjadi dua yaitu strategi
menghindari risiko
(preventif) dan strategi mengurangi dampak risiko (mitigasi). Strategi preventif dan mitigasi yang dihasilkan kemudian dipetakan lagi sehingga risiko yang ada dapat ditangani secara baik. A. Penghindaran risiko (preventif) Strategi preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar, strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran 1 bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser 41
ke kuadran 4. Strategi penanganan risiko secara preventif dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas (%) Kuadran 1
Kuadran 2
Preventif Kuadran 3
Kuadran 4
Kecil
Dampak (Rp)
Besar
Gambar 5. Peta Strategi Penanganan Risiko Secara Preventif Sumber : Kountur (2008) B. Mengurangi dampak risiko (mitigasi) Setelah melakukan penanganan risiko secara preventif, maka selanjutnya melakukan penanganan risiko secara mitigasi. Peta penanganan risiko secara mitigasi dapat dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kecil
Kuadran 4
Mitigasi
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 6. Peta Strategi Penanganan Risiko Secara Mitigasi Sumber : Kountur (2008)
42
Strategi mitigasi dilakukan apabila risiko yang mempunyai dampak besar. Semua risiko yang berada di kuadran 2 dan kuadran 4 dimana dampaknya besar ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksud agar risiko yang berada di kuadran 2 dapat bergeser ke kuadran 1, dan risiko yang berada di kuadran 4 dapat bergeser ke kuadran 3. Penanganan lain yang digunakan dalam menganalisis strategi untuk menghadapi strategi adalah beberapa alternatif strategi yang dinilai mampu memberikan solusi bagi masalah risiko. Menurut Hanafi (2004), dengan mengelompokkan risiko pada masing-masing kuadran yang tersedia, maka akan diperoleh kemungkinan risiko yang dihadapi dan dampaknya bagi perusahaan yaitu: 1) Probabilitas kecil dan dampak kecil (kuadran 3) Kelompok risiko ini berada pada kuadran 3 dengan alternatif strategi yang diusulkan adalah low control. Ben’s Fish Farm dapat menerapkan pengawasan yang rendah pada risiko ini. 2) Probabilitas kecil dan dampak besar (kuadran 4) Posisi risiko pada kuadran ini dinamakan dengan detect and monitor. Risiko ini apabila muncul akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan, dan jika tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan bangkrut bagi perusahaan. 3) Probabilitas besar dan dampak kecil (kuadran 1) Probabilitas besar dan dampak kecil terdapat pada kuadran 1 dengan deskripsi monitor. Risiko-risiko yang berada pada kuadran ini diharapkan tetap dalam kondisi normal. 4) Probabilitas besar dan dampak besar (kuadran 2) Kondisi risiko pada kuadran 2 ini menyebabkan perusahaan tidak dapat lagi mengendalikannya, alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan pada kuadran ini yaitu hanya penghindaran. Alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. 43