IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor adalah wilayah yang menjadi salah satu target pengembangan benih padi hibrida di Jawa Barat, kemudian Kecamatan Cigombong merupakan salah satu kecamatan yang telah menjadi target pengembangan serta bantuan benih padi hibrida di Kabupaten Bogor. Kecamatan ini terpilih karena termasuk pada kategori daerah yang potensial untuk pengembangan benih padi hibrida dan merupakan suatu wilayah yang areal persawahannya bukan daerah endemik hama penyakit serta memiliki pengairan yang cukup baik dibanding dengan lokasi lain. Selain itu, Kecamatan ini telah mendapatkan benih bantuan padi hibrida varietas Intani 2 pada tahun 2010 yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Ciburuy, Desa Pasir jaya, dan Desa Srogol. Sehingga penelitian ini dilakukan di tiga desa tersebut dari bulan Juni hingga Agustus 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan dengan melakukan wawancarai secara langsung kepada para petani padi hibrida di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik dan judul penelitian, yang bersumber pada buku-buku (Buku mengenai Benih Padi dan Perilaku Konsumen), hasil penelitian terdahulu (Jurnal, Skripsi, dan Disertasi), website, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BP4K (Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Peternakan dan Kehutanan) Bogor, BP3K Caringin, UPT (Unit Pelaksana 29
Teknis) Wilayah Caringin, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, serta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Padi Inlipta Muara Bogor. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pemilihan
responden
dilakukan
dengan
metode
Sensus,
yaitu
menggunakan seluruh unsur populasi petani sebagai sumber data. Metode ini dipilih karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua Gapoktan, para Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan hasil pra survei ke lokasi penelitian. Pada pelaksanaan program benih bantuan, terdapat dua kelompok tani di Desa Ciburuy yang mendapatkan benih bantuan padi hibrida varietas Intani 2 yaitu kelompok Tunas Inti dan kelompok Manunggal Jaya. Kelompok Manunggal Jaya ialah kelompok yang pertama menerima bantuan dan menanam. Kelompok ini diberikan bantuan sebesar 150 kg (15 orang petani) dengan program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) yaitu bukan hanya sekedar diberi benih saja tetapi diberi pendampingan dan pengawasan. Akan tetapi banyak petani yang gagal panen dan akhirnya berdampak pada kelompok tani lainnya. Kelompok Tunas Inti ialah kelompok selanjutnya yang menanam benih. Kelompok ini diberikan bantuan sebesar 450 kg benih dengan program Non SLPTT yang artinya hanya diberi bantuan benih saja tanpa ada proses pendampingan dan pengawasan yang ketat, sehingga para petani membagikannya secara acak dan bebas. Pada pelaksanaannya yang bersedia untuk menanam benih hanya 5 orang petani (±50 kg benih) dan sisanya tidak bersedia untuk menanam karena takut mengalami kerugian akibat dari gagal panen sehingga sebagian benih bantuan dibagikan kepada anggota kelompok tani harapan maju yang berada di Desa Pasir Jaya sebanyak ± 100 kg (8 orang petani) adapun sisanya dibagikan kepada petani-petani di kecamatan lain yang keberadaanya sulit untuk di identifikasi. Selain itu, sisa benih lainnya digiling oleh para petani yang tidak bersedia menanam. Hal ini merupakan ketidaktauan petani dan tingkat keingintauan petani yang minim. Kelompok terakhir ialah kelompok tani Silih Asuh yang berada di Desa Srogol. Kelompok ini sama dengan kelompok Manunggal Jaya yaitu diberikan bantuan sebesar 150 kg (15 orang petani) dengan program SLPTT. Adanya hal 30
tersebut, maka jumlah populasi petani yang teridentifikasi di Kecamatan Cigombong yang menggunakan benih bantuan padi hibrida varietas Intani 2 sebesar 43 orang petani yang terdiri dari 5 orang dari kelompok Tunas Inti, 8 orang dari kelompok Harapan Maju, 15 orang dari kelompok Manunggal Jaya, dan 15 dari kelompok silih asuh (Lampiran 6). Responden yang dipilih merupakan para petani padi yang pernah melakukan penanaman benih padi hibrida varietas Intani 2 dan benih padi inbrida varietas Ciherang. Varietas Ciherang digunakan sebagai pembanding karena merupakan varietas yang paling banyak ditanam di Indonesia dan merupakan salah satu varietas yang banyak ditanam di wilayah Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Cigombong. Menurut Apriyantono (2009), varietas Ciherang yang diproduksi pada tahun 2000 telah berkembang luas dan menduduki posisi tertinggi, karena luas areal tanam varietas ini pada tahun 2008 meningkat menjadi 48,3 persen dari 41,5 persen pada tahun 2007. 4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Analisis Deskriptif Menurut Nazir (2005), analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Apabila menurut Rangkuti (2008), analisis deskriptif harus dilakukan secara hati-hati dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sifat penelitian harus longitudinal (responden yang diteliti tahun lalu harus sama dengan responden yang diteliti tahun ini), penilaian kepuasan pelanggan harus dilakukan pada konsumen yang telah menggunakan produk tersebut, dan jangan memaksakan diri untuk membandingkan tingkat kepuasaan pelanggan untuk merek atau produk yang berbeda. Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah suatu informasi dan data yang berasal dari kuisioner. Selanjutnya akan diolah serta ditampilkan dalam bentuk berupa tabel sederhana dan
dikelompokkan
sesuai
dengan
jawaban
yang
sama.
Kemudian
dipersentasekan menurut jumlah responden. Hasil yang menjadi suatu faktor dominan dari setiap variabel yang dianalisis ialah yang memiliki persentase terbesar.
31
Analisis dekriptif ini dipergunakan untuk menganalisis karakteristik umum petani dan motivasi petani di dalam penggunaan benih padi hibrida variaetas Intani 2. Pada penelitian ini, aspek-aspek yang digunakan sebagai indikator kebutuhan pada motivasi petani dalam penggunaan benih padi hibrida varietas Intani 2 di adopsi dari literatur terdahulu. Menurut Sumarno et al. (2008), motivasi dan pendorong petani dalam menggunakan benih padi hibrida ialah produktivitas harus lebih tinggi dari padi inbrida, lebih menguntungkan, mendapatkan pengalaman menanam benih padi hibrida, benih padi hibrida harus lebih bagus dari pada benih padi inbrida, harus memiliki kemudahan didalam penggunaannya (benih, pupuk,obat-obatan, teknis budidaya padi hibrida), dan harga terjangkau melalui pemberian subsidi dari pemerintah. 4.4.2 Analisis Cochran Q Test Salah satu metode untuk menentukan atribut yang dianggap penting adalah metode Cochran Q Test. Menurut Rangkuti (2008), Cochran Q Test merupakan uji variabel dengan bentuk data nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Metode ini digunakan untuk mengeluarkan atribut-atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria statistik yang dipakai dan tidak ada unsur subjektivitas peneliti didalamnya. Pada metode ini menggunakan bentuk kuisioner tertutup atau berstruktur dengan pilihan jawaban “Ya” dan Tidak”. Kuisioner pendahuluan diujikan pada 30 orang untuk memenuhi syarat pengujian atribut Cochran yang dilakukan terhadap responden (Umar, 2000). Daftar atribut benih padi hibrida yang diajukan pada kuisioner pendahuluan ditampilkan pada Tabel 4. Atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan acuan dari penelitian terdahulu, eksplorasi langsung ke petani di Kecamatan Cigombong, dan Sularjo (Pemulia Tanaman Padi pada Balai Penelitian Tanaman Padi Inlipta Muara Bogor). Menurut Rangkuti (2008), hasil kuisioner pendahuluan diuji menggunakan Cochran Q Test dengan tahapan sebagai berikut: 1. Hipotesis atas atribut yang akan diuji, yaitu : Ho
: Semua atribut yang memberikan hasil yang sama
H1
: Semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda 32
2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut :
Qhit =
2 k k (k − 1)k ∑ C12 − ∑ C1 i 1 n
n
i
i
k ∑ − ∑ R12
Dimana : K = Jumlah atribut C = Jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok R = Jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut tiap blok 3. Penentuan Q tabel dengan cara Q tabel diukur dengan α = 0,05 derajat kebebasan (dk) = jumlah atribut -1 dan akan diperoleh dari tabel chi-square distribution (khi-kuadrat). 4. Keputusan, yaitu : -
Jika Qhit > Q tabel maka tolak Ho
-
Jika Qhit < Q tabel maka terima Ho, dan pengujian dapat dihentikan yang berarti brand image suatu produk terbentuk dari atribut-atribut sisanya yang belum diuji dan atribut yang terakhir diuji.
4.4.2.1 Atribut-Atribut Hasil Perhitungan Analisis Cochran Q Test Analisis
Cochran
dilakukan
pada
penelitian
pendahuluan
untuk
mengidentifikasi dan menentukan atribut-atribut yang melekat pada benih padi hibrida yang ditanam di persawahan Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Uji Cochran ini dilakukan pada 15 atribut yaitu produktivitas, umur tanaman, kerontokan gabah, jumlah anakan produktif, jumlah biji padi per malai, tahan rebah tanaman, benih bersertifikat, tekstur nasi (pulen), rasa nasi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, tingkat kebutuhan pupuk anorganik, ketersediaan benih, harga benih, harga jual gabah (GKP), dan pemasaran hasil panen (Lampiran 7). Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 jika nilai Q hitung < Q tabel maka terima H0, sehingga menghasilkan 9 atribut yang dianggap penting serta dipertimbangkan
oleh
para petani.
Atribut-atribut tersebut ialah
benih
bersertifikat, rasa nasi, tahan rebah tanaman, ketersediaan benih, pemasaran hasil 33
panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, produktivitas, harga benih, dan yang terkahir harga jual gabah (GKP). Sembilan atribut ini akan dipergunakan sebagai atribut-atribut yang dipertanyakan di dalam kuesioner dan dianalisis tingkat kepentingan serta tingkat kinerja pada benih padi tersebut. Sehingga akan mempermudah untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida varietas Intani 2. Tabel 4. Atribut-Atribut pada Analisis Cochran Q Test dan Hasilnya No 1 2 3 4 5
Atribut pada Analisis Uji Cochran Produktivitas Umur Tanaman Kerontokan Gabah Jumlah Anakan Produktif Jumlah Biji Padi Per Malai
6 7 8 9 10
Tahan Rebah Tanaman Benih Bersertifikat Tekstur Nasi Rasa Nasi Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit Tingkat Kebutuhan Pupuk Anorganik Ketersediaan Benih Harga Benih Harga Jual Gabah (GKP) Pemasaran Hasil Panen
11 12 13 14 15
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut Hasil dari Uji Cochran Produktivitas Tahan Rebah Tanaman Benih Bersertifikat Rasa Nasi Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit Ketersediaan Benih Harga Benih Harga Jual Gabah (GKP) Pemasaran Hasil Panen
4.4.3 Analisis Multiatribut Fishbein Metode yang digunakan untuk mengukur sikap yaitu model sikap multiatribut fishbein. Menurut Sumarwan (2002), model multiatribut sikap dari fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut menjelaskan secara singkat bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model multiatribut menekankan adanya saliance of attributes. Saliance ialah tingkat kepentingan yang diberikan konsumen kepada sebuah atribut. Model ini mampu untuk memberikan suatu informasi mengenai persepsi petani sebagai konsumen terhadap benih padi hibrida varietas Intani 2 yang dibandingkan dengan padi inbrida Varietas Ciherang. Selain 34
itu, model ini lebih sederhana dalam penggunaan data yang ada, serta adanya kemudahan dalam melakukan pengisian kuisioner ataupun proses analisisnya. Model sikap multiatribut fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan kepercayaan diri konsumen mengenai evaluasi atribut produk sehingga akan membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Jika sikap konsumen bersifat positif maka produk akan diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila negatif maka konsumen akan menolak. Model sikap ini didasarkan pada sebuah perangkat kepercayaan mengenai atribut objek yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Menurut Sumarwan (2002), secara simbolis model sikap Fishbein diformulasikan dalam bentuk : n
Ao =
∑b e i =1
i
i
Dimana : Ao : Sikap terhadap objek bi : Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memilki atribut –i ei : Evaluasi mengenai atribut –i n
: Jumlah atribut yang dimiliki objek Model tersebut menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu
produk atau merek sebuah produk ditentukan oleh dua hal yaitu (1) kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk atau merek (komponen bi), dan (2) evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei). Komponen ei
atau
evaluasi adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut atau menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen. Menggambarkan evaluasi atribut, diukur pada sebuah 5 angka skala yang berjajar mulai dari sangat tidak penting (-2) hingga sangat penting (+2). Contoh komponen ei pada atribut produktivitas padi: Sangat tidak penting
-2
Produktivitas Padi -1 0 +1
+2
Sangat penting
Komponen bi menggambarkan seberapa kuat petani padi percaya bahwa padi hibrida varietas Intani 2 dan padi inbrida varietas Ciherang memiliki atribut yang diberikan. Kepercayaan akan diukur pada sebuah 5 angka skala, hasil 35
pelaksanaan atribut yang berjajar dari negatif 2 hingga positif 2. Contoh komponen bi pada aribut produktivitas padi : Sangat rendah
-2
Produktivitas Padi -1 0 +1
+2
Sangat tinggi
Estimasi sikap pada setiap objek menggunakan indeks∑ b i ei dengan cara mengalikan setiap skor kepercayaan dengan skor evaluasi yang sesuai. Penilaian akhir dari semua atribut pada setiap varietas akan berupa suka atau tidak suka, tahan atau tidak tahan, setuju atau tidak setuju dan sebagainya. 4.4.4 Customer Satisfaction Index Indeks kepuasan pelanggan atau Customers Satisfaction Index merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mendukung peneliti agar mengetahui tingkat kepuasan petani secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari seluruh atribut benih padi hibrida. Tahapan pengukuran CSI terdiri dari empat tahapan perhitungan (Starford 2004, diacu dalam Chanifah 2009) antara lain : 1. Weight Factors (WF), ialah suatu fungsi dari Mean Importance Score (MISi) masing-masing indikator atau atribut dalam bentuk persentase yang berasal dari total Mean Importance Score (MIS-t) dari semua atribut yang diuji.
MISi Weight Factors (WF) = MISt Dimana i = atribut ke-i 2. Weight Score (WS), ialah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) yang dikalikan dengan Weighting Factors (WF) WS = MSS x WF 3. Weight Average Total (WAT), ialah fungsi dari total Weight Score (WS) dari semua atribut. WAT = WS1 + WS2 + …..+ WS ke-i 4. Costumers Satisfaction Index (CSI), ialah fungsi dari Waighted Average (WA) dibagi Highest Scale (HS). 36
WA × 100% CSI = HS Indeks kepuasan konsumen mempergunakan suatu rentang skala untuk menunjukan kriteria tingkat kepuasan konsumen terhadap sebuah produk. Rentang skala kepuasan berkisar antara 0% hingga 100%. Menurut Simamora (2002), untuk membuat skala linier numerik dimulai dengan mencari Rentang Skala (RS) dengan rumus sebagai berikut :
m−n RS = b Dimana : m : Skor tertinggi n : Skor terendah b : Jumlah kelas atau kategori yang akan disusun Pada penelitian ini akan menggunakan rentang skala sebagai berikut : RS =
(100% − 0%) = 20% 5
Berdasarkan skala rentang di atas maka kriteria kepuasan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 0%
= sangat tidak puas
20%
= tidak puas
40%
= biasa
60%
= puas
80%
= sangat puas
4.5 Definisi Operasional 1. Sikap ialah evaluasi secara keseluruhan terhadap suatu produk yang akan dibeli untuk memuaskan kebutuhan. 2. Responden ialah para petani yang menggunakan benih padi hibrida varietas Intani 2 dan Ciherang. 3. Atribut ialah ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk. 37
4. Produktivitas ialah suatu rata-rata hasil dari panen aktual gabah kering giling per hektar. 5. Umur tanaman ialah lamanya atau jumlah hari suatu tanaman mulai tumbuh dari sebar sampai panen. 6. Kerontokan gabah ialah kerontokan yang terjadi pada saat dipukul-pukul. 7. Jumlah anakan produktif ialah banyaknya anakan yang mampu tumbuh dan mampu berproduksi menghasilkan bunga dan gabah yang bernas. 8. Tahan rebah tanaman ialah kekuatan ketegakan yang dimiliki oleh suatu tanaman pada saat masuk dalam fase masak biji serta kekuatan dari hembusan angin yang diukur dengan cara melihat posisi ketegakan tanaman pada semua plot. 9. Benih bersertifikat adalah benih yang sudah memperoleh sertifikasi dari pemerintah 10. Tekstur nasi (pulen) ialah tingkat kepulenan atau keperaan nasi yang dihasilkan oleh varietas. 11. Rasa nasi adalah rasa nasi dari varietas padi dan lebih tergantung pada selera konsumen. 12. Ketahanan hama dan penyakit ialah suatu kemampuan genetik yang dimiliki oleh setiap varietas padi dalam mempertahankan diri dari berbagai serangan organisme pengganggu tanaman baik hama ataupun penyakit. 13. Tingkat kebutuhan pupuk Anorganik ialah jumlah optimal dari suatu kebutuhan pupuk anorganik yang dibutuhkan oleh suatu varietas padi. 14. Ketersediaan benih ialah ada atau tidaknya dan mudah atau sulitnya petani dalam memperoleh benih yang diinginkan pada saat masa tanam. 15. Harga benih ialah harga yang dikeluarkan oleh para petani untuk membeli benih sebagai bahan input produksi. 38
16. Harga jual gabah (GKP) ialah harga yang telah diterima oleh petani pada saat menjual gabah kering panen atau sesaat setelah panen dilaksanakan. 17. Pemasaran hasil panen adalah mudah atau tidaknya hasil panen untuk dijual ke tengkulak maupun ke tempat penggilingan padi.
39