IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Gunung Malang merupakan salah satu daerah produksi jagung manis di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan JuniJuli 2012. Desa Gunung Malang dipilih karena daerah ini merupakan daerah pegunungan dimana banyak diusahakan berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura. Menurut informasi dari BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) Cibungbulang yang membawahi wilayah kerja kecamatan Tenjolaya, salah satu tanaman budidaya yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Desa Gunung Malang adalah tanaman jagung manis. Diantara beberapa desa yang ada di Kecamatan Tenjolaya, Desa Gunung Malang memiliki jumlah produksi jagung manis lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Luas lahan, produksi, dan produktivitas jagung manis di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6
Desa Tapos 1 Gunung Malang Tapos 2 Situ Daun Cibitung Tengah Cinangneng
Luas Panen (Ha) 102 105 102 95 95 101
Produksi (kw) 1530 1575 1530 1425 1425 1515
Produktivitas (kw/ha) 15 15 15 15 15 15
Sumber: BPS Kab. Bogor (2011)
4.2 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau
38
objek penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di lapang dan melalui wawancara dengan petani, penyuluh pertanian, perangkat desa, ketua gapoktan maupun pemerintah dinas untuk mengetahui keadaan umum lokasi usaha, proses produksi, penanganan produk, pemasaran, dan sumber risiko yang dihadapi dalam melakukan usaha pembudidayaan jagung manis di Desa Gunung Malang. Data sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan tidak untuk tujuan penelitian peneliti. Data sekunder diantaranya diperoleh dalam bentuk data historis yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Gunung Malang berupa data monografi desa, literatur pada instansi-instansi terkait seperti data yang terkait dengan data Produk Domestik Bruto, data produksi, konsumsi, dan data ekspor impor hortikultura dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Pusat Perpustakaan Deptan, perpustakaan Pusat Kajian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, dan literatur penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko produksi dan pembudidayaan jagung manis dari perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, buku, jurnal, penelusuran melalui internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan topik dan komoditas penelitian. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Sampel atau responden merupakan petani jagung manis yang ada di Desa Gunung Malang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non random sampling dengan metode sampling convinience sampling. Metode convinience sampling dipilih dengan pertimbangan kemudahan, ketersediaan dan kenyamanan dalam menggali informasi dan data dari petani yang dipilih. Metode ini digunakan karena adanya keterbatasan informasi mengenai jumlah populasi petani jagung manis di Desa Gunung Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan melalui bantuan informasi dari ketua kelompok tani dan antar petani jagung manis di Desa Gunung Malang. Pemilihan sampel petani dilakukan juga dengan mempertimbangkan petani tersebut pernah melakukan budidaya tanaman jagung manis selama kurun waktu tahun 2011 dan 2012. Jumlah populasi petani jagung manis tidak diketahui sehingga jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 34 orang untuk memenuhi aturan umum secara
39
statistik yaitu lebih dari atau sama dengan 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan responden sebanyak 31 orang sedangkan sisanya sebanyak tiga responden tidak digunakan untuk pengamatan. Tiga responden dikeluarkan dari pengamatan karena mengandung data pencilan sehingga tidak bisa mewakili keragaman data. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi. Kegiatan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kepada pihak-pihak terkait dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, proses kegiatan teknis seperti kegiatan produksi dan pemasaran, sumber risiko, dan keterangan lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4.5 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai fenomena yang diteliti. Dalam analisis kualitatif ini menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dan analisis pendapatan usahatani. Pengolahan data secara kuntitatif menggunakan alat bantu kalkulator, Microsoft Exel 2010, dan SPSS versi 17. 4.5.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan secara rinci mengenai karakteristik petani responden seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan sebagainya. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani yang dijalankan oleh petani responden seperti teknik budidaya, penggunaan input dan informasi lain yang terkait dengan budidaya. Metode analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan petani.
40
4.5.2 Analisis Risiko Produksi Pengukuran risiko produksi pada penelitian ini menggunakan metode Just and Pope. 4.5.2.1 Model Just and Pope Risiko produksi dapat diidentifikasi menggunakan nilai variance produktivitas. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui variance produktivitas yaitu model Just and Pope. Dengan model Just and Pope ini, risiko produksi diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi ratarata dan fungsi variance produktivitas. Fungsi produksi yang digunakan dalam model ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Produksi jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi dan faktor eksternal. Perbedaan penggunaan faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman jagung manis hal ini menyebabkan produktivitas jagung manis yang dihasilkan oleh petani beragam. Menurut Putra (2011), produksi jagung manis ditentukan oleh luas lahan, jumlah benih, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk TSP, jumlah pestisida, dan jumlah tenaga kerja. Dengan mengacu pada penelitian terdahulu tersebut dan dengan melakukan penyesuaian terhadap kondisi di lapang, produktivitas jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya penggunaan benih, penggunaan pupuk kandang, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk phonska, penggunaan pupuk TSP, penggunaan pestisida cair, penggunaan furadan, jumlah tenaga kerja dan varietas benih yang digunakan. Selain itu, produktivitas juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengaruh musim. Adapun fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produktivitas jagung manis sebagai berikut:
Fungsi Produksi Rata-Rata: LnYi
β0 + β1LnX1i + β2LnX2i + β3LnX3i + β4LnX4i + β5LnX5i + β6LnX6i + β7LnX7i + β8LnX8i + β9D1i + β10D2i + ε
Fungsi Variance Produktivitas : Lnσ2Yi
θ0 + θ1LnX1i + θ2LnX2i + θ3LnX3i
+
θ4LnX4i + θ5LnX5i + θ6LnX6i +
θ7LnX7i + θ8LnX8i + θ9D1i + θ10D2i + ε
41
Variance Produktivitas : = ( Yi - ̂ i )2
σ2Yi Dimana: Y ̂ X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 D1 D2
σ2 Y ε i β1,β2,...,β8 θ3,θ4,...,θ10
= Produktivitas Jagung Manis Aktual (ton/ha) = Produktivitas Jagung Manis Dugaan (ton/ha) = Jumlah penggunaan benih per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk kandang per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk urea per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk phonska per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk TSP per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pestisida cair per musim tanam (ml/ha) = Jumlah penggunaan furadan per musim tanam (kg/ha) = Jumlah tenaga kerja per musim tanam (HOK/ha) = Dummy Musim ( D1 = 1 jika musim kemarau dan D1 = 0 jika musim hujan) = Dummy Varietas ( D2 = 1 jika varietas benih Hawai dan D2 = 0 jika lainnya) = Variance produktivitas jagung manis = error = Petani responden = Koefisien parameter dugaan X1, X2,..., X8 = Koefisien parameter dugaan X1, X2,..., X8
Penentuan variabel dummy musim didasarkan bahwa pada musim hujan peluang serangan hama dan penyakit meningkat sehingga dapat menurunkan produksi. Oleh karena itu, musim kemarau diduga dapat menghasilkan produksi yang lebih besar daripada musim hujan. Variabel dummy varietas menggunakan acuan varietas Hawai. Hal ini dikarenakan varietas Hawai banyak digunakan oleh petani jagung manis dan dinilai lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan Desa Gunung Malang. Oleh karena itu, varietas Hawai diduga mampu menghasilkan produksi yang lebih besar daripada varietas lainnya. 4.5.2.2 Hipotesis 1.
Hipotesis untuk fungsi produksi rata-rata Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa
petani bertindak rasional dalam melakukan proses produksi sehingga setiap faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
42
a.
Benih (X1) β1 > 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
b.
Pupuk Kandang (X2) β2 > 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
c.
Pupuk Urea (X3) β3 > 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
d.
Pupuk Phonska (X4) β4 > 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
e.
Pupuk TSP (X5) β4 > 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
f.
Pestisida Cair (X6) β5 > 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
g.
Furadan (X7) β6 > 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
h.
Tenaga Kerja (X8) β7 > 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat.
i.
Musim (D1) β8 > 0, artinya pada musim kemarau produktivitas jagung manis lebih tinggi daripada musim hujan.
j.
Varietas (D1) β8 > 0, artinya penggunaan varietas hawai dapat menghasilkan produktivitas lebih besar daripada menggunakan varietas selain hawai.
43
2.
Hipotesis untuk fungsi variance produktivitas Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa tidak
semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap variance produktivitas jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: a.
Benih (X1) θ3 > 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga benih dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors).
b.
Pupuk Kandang (X2) θ4 > 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk kandang dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors).
c.
Pupuk Urea (X3) θ5 > 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk urea dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors).
d.
Pupuk Phonska (X4) θ6 > 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk phonska dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors).
e.
Pupuk TSP (X5) θ6 > 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk TSP dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors).
f.
Pestisida Cair (X6) θ7 < 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun,
44
sehingga pestisida cair dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). g.
Furadan (X7) θ8 < 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga furadan dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors).
h.
Tenaga Kerja (X7) θ9 < 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors).
i.
Musim (D1) θ10 < 0, artinya jika tanaman ditanam pada musim kemarau maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga musim kemarau dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors).
j.
Varietas (D1) θ10 < 0, artinya jika tanaman yang ditanam menggunakan benih varietas hawai maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga benih varietas hawai dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors).
4.5.2.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik Pengujian
pada
penyimpangan
asumsi
klasik
digunakan
untuk
mendapatkan model terbaik untuk melakukan pendugaan. Pengujian dilakukan untuk kedua model baik model fungsi produksi maupun model fungsi variance produktivitas. Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah pengujian multikolinier dan autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas tidak dilakukan karena pendekatan analisis risiko produksi pada fungsi variance produktivitas sudah mewakili pengujian heteroskedastisitas.
45
1. Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna yaitu tidak adanya hubungan linier yang pasti di antara variabelvariabel penjelas (Gujarati 2007). Jika terjadi multikolinieritas dalam model dapat menyebabkan estimasi pengaruh dari semua parameter (variabel independen) terhadap variabel dependen tidak dapat dijelaskan sehingga model tidak dapat diggunakan sebagai model dugaan terbaik. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinier dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF pada masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut terjadi multikolinieritas. Rumus untuk mencari VIF adalah sebagai berikut: IF
1 (1-
2 i)
2. Uji Autokorelasi Selain tidak boleh adanya multikolinier, dalam asumsi model linier klasik juga tidak boleh adanya autokorelasi. Autokorelasi yaitu adanya korelasi di antara komponen error, artinya komponen error yang berhubungan dengan suatu observasi terkait dengan atau dipengaruhi oleh komponen error pada observasi lain (Gujarati 2007). Adanya gejala autokorelasi dalam model dapat menyebabkan variabel penjelas menjadi tidak dapat diestimasikan dengan baik karena nilai uji t dan uji F mengalami penyimpangan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian DurbinWatson (DW). Pengujian Durbin-Watson dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik untuk mendapatkan nilai DW hitung. Nilai uji DW tabel diperoleh dengan menentukan jumlah sampel (n) dan jumlah variabel penjelas diluar konstanta (k). Kemudian melihat nilai DW pada tabel dan diperoleh nilai DW batas atas (dU) dan DW batas bawah (dL). Kriteria hasil uji dapat dilihat pada Gambar 5.
46
Ada Autokorelasi positif
Daerah meragukan
Daerah meragukan
Ada Autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
0
dL
2
dU
4-dU
4-dL
4
Gambar 5. Statistik d Durbin-Watson Sumber : Gujarati (2007)
4.5.2.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat tingkat akurasi atau tingkat kesesuaian model dalam memprediksi variabel dependent. Pengujian hipotesis dilakukan melalui evaluasi model dugaan yaitu dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2), uji signifikansi model dugaan, dan uji signifikansi variabel. a.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi
(R2) digunakan untuk mengetahui tingkat
kesesuaian (goodness of fit) model dugaan dan untuk mengetahui seberapa jauh keragaman produksi dan variance produktivitas dapat dijelaskan oleh variabel independen yang telah dipilih. Nilai R2 maksimal bernilai 1 dan minimal bernilai 0. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar keragaman produksi dapat dijelaskan oleh variabel independent yang dipilih dan sisanya (1-R2) dijelaskan oleh komponen yang tidak dimasukkan dalam model atau komponen error. Semakin besar nilai koefisien determinasi (R2) berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent. Koefisien determinasi (R2) dapat dituliskan sebagai berikut (Gujarati dan Porter 2010): 2
2
Jumlah Kuadrat egresi ( Jumlah Kuadrat otal (
) )
2 ∑( ̂ - ̅ ) ∑( - ̅ )2
47
b.
Uji signifikansi model dugaan Uji signifikansi model dugaan digunakan untuk mengetahui apakah faktor
produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis. Pengujian model dugaan menggunakan uji F (Gujarati dan Porter 2010). Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut: 1) Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H0 : β1 β2 .... β8 = 0 H1 : Ada salah satu βi yang tidak sama dengan 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H0 : θ3 θ4 .... θ10 = 0 H1 : Ada salah satu θi yang tidak sama dengan 0 2) Statistik Uji – Uji F 2
Fhitung
(1-
⁄(k-1) 2
)⁄(n-k)
Dimana: R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel bebas (termasuk intersept) n = Jumlah sampel 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai sebaran F pada tabel: Fhitung > F(k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka tolak H0 Fhitung < F(k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka terima H0 Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value < α , maka tolak H0 P-value > α , maka terima H0 Apabila Fhitung > F(k-1,
n-k)
atau P-value < α maka secara bersama-sama
variabel bebas dalam kegiatan produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. Sedangkan apabila Fhitung < F(k-1, n-k) atau P-value > α maka secara bersama-sama variabel bebas atau faktor
48
produksi tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. c.
Uji signifikansi variabel Uji signifikansi variabel digunakan untuk mengetahui variabel bebas mana
saja yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Uji yang digunakan yaitu uji T (Gujarati dan Porter, 2010). Prosedur uji signifikansi variabel sebagai berikut: 1) Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H0 : βi = 0 , i = 1,2,3,...,8 H1 : βi ≠ 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H0 : θi = 0 , i = 3,4,5,...,10 H1 : θi ≠ 0 2) Statistik Uji – Uji T hitung
bi - 0 tDev (bi )
Dimana: bi
= Koefisien determinasi untuk variabel Xi
StDev = Standar deviasi dari bi 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: Thitung > T(α, n-k) pada taraf nyata α, maka tolak H0 Thitung < T(α, n-k) pada taraf nyata α, maka terima H0 Dimana: n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value < α , maka tolak H0 P-value > α , maka terima H0 49
Jika tolak H0 artinya variabel bebas ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model. 4.5.2.5 Definisi Operasional 1.
Produktivitas (Y) adalah jumlah total panen jagung manis segar yang diukur dalam satuan kilogram per hektar pada setiap periode tanam.
2.
Benih (X1) adalah jumlah benih yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
3.
Pupuk Kandang (X2) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk menanam jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
4.
Pupuk Urea (X3) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
5.
Pupuk Phonska (X4) adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
6.
Pupuk TSP (X5) adalah jumlah pupuk TSP yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
7.
Pestisida cair (X6) adalah jumlah penggunaan pestisida cair untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung manis yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan mililiter per hektar per periode tanam.
8.
Furadan (X7) adalah jumlah penggunaan furadan pada budidaya jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam.
9.
Tenaga Kerja (X7) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh kegiatan produksi sampai panen yang diukur dengan satuan HOK per hektar per periode tanam.
50
10. Musim (D1) adalah musim dimana petani melakukan budidaya jagung manis. Pembagian musim menjadi dua yaitu musim kemarau dan musim hujan. 11. Varietas (D2) adalah varietas benih jagung manis yang digunakan petani. Pembagian varietas benih menjadi dua yaitu varietas hawai dan non hawai.
4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani 1) Penerimaan Usahatani Jagung Manis Analisis penerimaan usahatani jagung manis terdiri dari penerimaan tunai yang diterima petani dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri, hasil produksi yang disimpan, atau hasil produksi yang digunakan untuk input penanaman periode selanjutnya. Dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan tersebut dapat dihitung total penerimaan usahatani jagung manis yaitu dengan menjumlahkan kedua komponen penerimaan tersebut. 2) Biaya Usahatani Jagung Manis Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan petani dengan nilai konstan tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi seperti sewa lahan, pajak, atau iuran irigasi. Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana besarnya biaya tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam komponen biaya variabel adalah biaya untuk pengeluaran faktor produksi. Dalam kegiatan usahatani, biaya usahatani sering dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam kegiatan usahatani jagung manis. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan adalah nilai dari penggunaan faktor produksi yang tidak dinilai langsung dengan uang seperti nilai penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan nilai modal yang tidak dihitung.
51
3) Pendapatan Usahatani Jagung Manis Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan dari penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu, pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani jagung manis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani dalam melakukan usahatani jagung manis. Dengan penghitungan ini maka petani dapat mengetahui bagaimana kondisi usahatani yang dijalankan apakah menguntungkan atau tidak. Secara lebih rinci pendapatan usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen Pendapatan Usahatani Jagung Manis No A B C D
E
F G H
Komponen Penerimaan tunai
Keterangan Harga x Hasil panen yang dijual Harga x Hasil panen yang Penerimaan yang diperhitungkan dikonsumsi/disimpan Total penerimaan A+B a. Biaya sarana produksi Biaya tunai b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) b. Penyusutan peralatan Biaya yang diperhitungkan c. Nilai lahan sendiri atau nilai sewa lahan d. Pajak Total biaya D+E Pendapatan atas biaya tunai A–D Pendapatan atas biaya total C–F
4) Uji Beda Pendapatan Musim Hujan dengan Musim Kemarau Uji beda pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata pendapatan pada musim hujan berbeda signifikan dengan pendapatan pada musim kemarau. Uji beda dilakukan untuk kedua pendapatan yaitu pendapatan atas biaya
52
tunai dan pendapatan atas biaya total. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Uji-T untuk Dua Contoh Bebas. Uji ini digunakan karena sampel yang digunakan bukan merupakan data berpasangan tetapi berupa dua sampel bebas karena memiliki jumlah populasi yang berbeda pada kedua sampel. Adapun prosedur UjiT untuk Dua Contoh Bebas sebagai berikut (Saefuddin et al. 2009): 1) Hipotesis H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 2) Statistik Uji – Uji T ̅̅̅̅ 1-̅̅̅̅ 2 hitung
1 1 σgab √n + n 1 1
σgab
(n1 +1)σ21 +(n2 +1)σ22 n2 +n2 -2
Dimana: X1= Rata-rata pendapatan pada musim kemarau dengan nilai tengah µ1 X2= Rata-rata pendapatan pada musim hujan dengan nilai tengah µ2 n1 = Jumlah sampel pada musim kemarau n2 = Jumlah sampel pada musim hujan σ1 = Simpangan baku musim kemarau σ2 = Simpangan baku musim hujan 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: Thitung > t(α/2) pada taraf nyata α, maka tolak H0 Thitung < t(α/2) pada taraf nyata α, maka terima H0 Apabila tolak H0 maka terdapat perbedaan secara signifikan pada rata-rata pendapatan musim hujan dan musim kemarau pada taraf nyata α.
53