IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Mei 2001 untuk pengumpulan data dan informasi sistem pengelolaan kawasan. Pengambilan data dimulai bulan JuniSeptember untuk orientasi lapangan, menelusuri kawasan dan untuk mengetahui keberadaan Owa Jawa dalam kawasan Bodogol. Kegiatan selanjutnya dilakukan untuk pengambilan data kuisioner dari tiga tipe responden yang terlibat dalam sistem pengelolaan kawasan. Analisis statistik dan penyusunan tesis dilakukan sekitar bulan Oktober
- Januari
2001 di Kawasan Bodogol, Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango Propinsi Jawa Barat. Pengambilan data kuisioner dari masyarakat sekitar kawasan dilakukan di lokasi Kampung Lengkong Ciwaluh, Kampung Lengkong
Hi,Kampung Lengkong Tengah, Desa Wates Jaya,
Cijeruk Bogor dan Kampung Babakan Kencana, Desa Benda Cicurug, Sukabumi
4.2. Dasar Pemikiran
Pengelolaan sumberdaya hayati dikawasan alami yang dilindungi meliputi seluruh proses yang berjalan dalam ekosistem (MacKinnon, 1993). Pembahan kawasan karena faktor fisik alam, satwa dan manusia berpengamh terhadap tingkat kepunahan spesies ha1 ini dapat disebabkan oleh hgmentasi habitat, jumlah populasi yang sisa di alam, perbandingan seks yang tidak seimbang, kualitas dan kuantitas habitat (Alikodra, 1997). Respon perubah~nkawasan tersebut salah satunya mempunyai pengaruh antara satwa primata dan pengelolaan kawasan, dan lain sebagainya. Kawasan konsewasi alam dalam
ekosistem yang seimbang sangat memperhatikan keadaan vegetasi dalam tingkat klimaks atau tingkat awal suksesi. Menutut Caughley dan Sinclair (1994) pengambilan keputusan untuk menentukan suatu komponen yang harus dilestarikan sangat penting sekali artinya, terutama berkaitan dengan pedoman pengolahan kawasan konservasi. Kawasan yang dilindungi dapat memberikan konstribusi banyak pada pengembangan suatu kawasan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan penelitian, pendidikan, rekreasi, dan sumber perbaikan perekonomian (MacKinnon, 1993). Potensi kawasan konservasi sebagai kawasan wisata lebih banyak diminati terutama untu negara-negara dikawasan tropika sepertl Indonesia. Sejak tahun awal tahun 1980, kawasan yang memiliki potensi sumberdaya dam yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan yang cukup berarti bagi bangsa termasuk, didalamnya unsur pemerintahan dan masyarakat setempat disekitar kawasan konservasi (SECM-Dephut, 1992). Selama beberapa tahun pertama, dalam proses pengelolaan, pihak pengelola kawasan konservasi diharapkan dapat mengumpulkan banyak informasi dasar tentang jumlah -satwaliar, musim berbuah dan berbunga, perkembangbiakan satwa, data kondisi fisik dan karakteristik kawasan, iklim dan sebagainya (MacKinnon, 1993). Menurut MacKinnon (1993) sebagai kompensasi dari kemajuan pengolahan kawasan konservasi, mengelola hams menerapkan kedisiplinan dalam pengelolaan dan mewajibkan peneliti yang berkunjung dapat memberikan laporan. Laporan tersebut berupa laporan hasil studi dan infonnasi ilmiah yang bernilai; seperti peta, daftar spesies, laporan studi dan kerja keras. Dalam SECM-Dephut (1992) telah mengungkapkan bahwa keberadaan kawasan
penyangga atau kawasan yang berada dekat disekitar kawasan konservasi memiliki potensi yang besar sebagai modal bagi pengelolaan. Tetapi hal tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keutuhan kawasan konservasi. Prinsip pengelolaan ekosistem dalam kawasan konservasi meliputi bentuk kerjasama dalam pengelolaan kawasan mempakan suatn bentuk khusus dari penggunaan tanah atau sumberdaya. Pengelolaan kawasan konservasi seperti seperti Taman Nasional yang didalamnya terdapat spesies terancam punah seperti Owa Jawa (Hylobares moloch) hams mempertimbangkan tiga faktor utama dalam pengelolaan yang
dilakukan, yaitu; kondisi spesies, tindak pengelolaan dan pengaruh manusia dalam hal ini pengunjung yang datang ke kawasan konservasi. Status Owa Jawa yang terancam punah menuntut pengelolaan dan penelitian yang intensif terhadap spesies tersebut (Supriyatna dan Tilson, 1994). Dalam masalah pengelolaan kawasan yang ungkapkan oleh beberapa ahli seperti Alikodra, 1997; Caughley dan Sinclair, 1994; MacKinnon, 1986; Primack dan Supriyatna, 1998 menyatakan bahwa faktor penting yang juga mempengardu tindak pengelolaan diantaranya hilangnya habitat asli, angka kematian di alam, Faktor intrinsik dan ekstrinsik spesies, dan terjadinya pembahan fisik alami kawasan karena iklim (angin, udara, tempratur), sistem hidrologi, cahaya matahari, geologis dan evolusi. Pelestarian sumberdaya mempakan bagian dalam pengelolaan kawasan yang herkelanjutan. Klasifikasi peruntnkan kawasan dengan kriteria sistem pengelolaan akan memudahkan pengelola dalam menjalankan sistem tersebut. Keefektifan pengelolaan kawasan dapat diukur melalui penilaian terhadap sistem
pengelolaan yang dilakukan secara terus menerus. Rencana pengelolaan dengan sistem yang terintegrasi sangat mempengaruhi sistem pengelolaan. Pengukuran keberhasilan pengelolaan dilakukan dengan memberi penilaian pada kriteria yang menjadi bagian dalam sistem pengelolaan kawasan. Kriteria penilaian disesuaikan dengan tujuan pengelolaan dan menurut kepentingan organisasi atau individu yang secara langsung atau tidak mendapat memberikan manfaat terhadap sistern pengelolaan. Penilian siste~npengelolaan kawasan secara teknis dapat dilakukan oleh internal dan atau eksternal pengelola. Tujuan akhir yang diharapkan dari penilaian sistem pengelolaan kawasan adalah dapat menerapkan sistem pengelolaan kawasan yang lestari.
Komiimen---.------. Perenca
............................
lmplementasi
..........................
Perhaikan Gambar 5. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi (modifikasi dari sistem manajemen lingkungan SNI,1997)
Kriteria yang digunakan dalam pengelolaan bertujuan untuk memudahkan perencanaan dan pengembangan fungsi kawasan disamping lebih dapat diterima oleh masyarakat disekitarnya (Lusigi 1984 dalam MacKinnon, 1984). IUCN sebagai organisasi dunia yang lnengumpulkan informasi tentang kawasan yang dilindungi juga bekerjasama dengan organisasi dunia program manusia dan Biosfir N A B (UNESCO), Konvensi Warisan se-Dunia dan Sistem Pernantauan Lingkungan /GERMS (UNEP). Kriteria IUCN menurut klasilikasi kriteria pengelolaan kawasan dibedakan menurut sepuluh kategori. Berdasarkan tujuan pengelolaan kawasan Taman Nasional sebagai bentuk kawasan tennasuk dalam kategori 11. Menurut IUCN (MacKinnon, 1993) kategori Taman Nasional bertujuan untuk melindungi kawasan alami dan pemandangan indah yang penting secara nasional dan intemasional ser&a memiliki nilai pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Prioritas perlindungan taman nasional lebih difokuskan pada pemanfaatan tidak konsumtif untuk skala nasional. Tetapi karena kepentingan meningkat taman nasional dapat ditetapkan menjadi cagar biosfir, dimana tujuan kawasan dapat dimanfaatkan konsumtif oleh masyarakat setempat. Walaupun dalam ha1 ini pengunjung mendapatkan prioritas yang tinggi setelah perlindungan dan k o n s e ~ a s idam. Pernntukan kawasan konservasi diharapkan dapat bermanfaat untnk kepentingan manusia dan lingkungannya. Secara langsung pengelolaan kawasan konservasi akan memberikan keuntungan kepada pengelola, pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan. Sistem pengelolaan yang baik memerlukan kesesuaian antara komitmen, perencanaan, implementasi dan usaha perbaikan. Tindakan perbaikan dalam sistem pengelolaan memerlukan instrumen
pengukuran yang tepat. Salah satu instrumen pengukuran keberhasilan sistem pengelolaan dapat menggunakan penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi (Gambar 5). Responden yang menjadi target penilai dikelompokan menurut keterlibatan responden dalam sistem pengelolaan. Responden dikelompokan menjadi kelompok pengelola, pengunjung dan masyarakat. Kriteria penilaian menurut responden disesuaikan dengan kategori umum pengelolaan kawasan yang sudah ditentukan menurut kriteria kawasan lindung IUCN. Kriteria tersebut juga mengacu pada kriteria pengelolaan hutan lestari dan rencana pengelolaan kawasan yang akan dinilai. Responden dalam kelompok pengelola adalah pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan mulai dari kesepakatan komitmen kawasan, perencanaan, implementasi sampai pada perbaikan sistem pengelolaan. Pengunjung adalah pihak yang terlibat secara langsung terhadap hasil pengelolaan. Masyarakat adalah plhak yang berada disekitar kawasan yang dikelola dan diharapkan dapat menerima keuntungan dari sistem pengelolaan kawasan.
4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Survey Keberadaan Owa Jawa Observasi keberadaan Owa Jawa dilakukan melalui pengamatan keberadaan individu Owa di Bodogol secara langsung. Observasi langsung dilakukan pada jalw-jalw pengamatan yang telah ada di lokasi PPKAB. Beberapa ha1 sebagai indikasi keberadaan satwa Owa Jawa seperti gerakan-
gerakan pohon, vokalisasi (seruan panjang atau "long call", suara alarm atau "alarm call" dan serum penandaan teritori "morning call". Waktu perjumpaan
dengan satwa Owa Jawa secara langsung, vokalisasi, jumlah individu, jumlah kelompok, jarak dengan pengamat dan penggunaan strata selama pengamatan dicatat untuk mengetahui keberadaan Owa Jawa. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan metode "Ad Libitum Sample" yaitu pencatatan peristiwa penting yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa yang terjadi selama obsewasi berlangsung, tennasuk: jam perjumpaan, lokasi dijumpai, jarak antara pengamat dengan Owa Jawa, waktu perjumpaan, jumlah individu dalarn kelompok dan respon yang terhadap pengamat.
4.3.2. Kuisioner Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Pengambilan data kuisioner penilaian sistem pengelolaan kawasan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner berupa checklist dengan skala jawaban dalam skor nilai kepada pengunjung, pengelola dan masyarakat. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan wawancara dan diskusi semi formal dengan pengelola (kepala taman nasional, kepala resort, manajer PPKAB dan staff pengelola). Kxiteria penilaian yang dibuat disesuaikan dengan rencana pengelolaan kawasan Bodogol. Kriteria penilaian berpedoman pada kriteria pengelolaan kawasan konservasi menurut IUCN berdasarkan keberadaan satwa penting, dalam penelitian dapat diketahui melalui keberadaan satwa Owa Jawa di kawasan. Kriteria penilaian juga didasarkan pada rencana pengelolaan TNGP khususnya rencana pengelolaan Bodogol. Kriteria penilaian dalam kuisioner dibedakan menurut keterlibatan responden dalam sistem pengelolaan kawasan
konservasi. Kriteria penilaian dibuat dalam bentuk checklist dengan skala jawaban menurut skor penilaian (1-5). Masing-masing skala jawaban merniliki nilai tersendiri. Nilai satu dalam penilaian berarti adalah b
d dalam menilai
kriteria pengelolaan. Nilai dua untuk skala jawaban berarti nilai kriteria pengelolaan kurang. Nilai tiga untuk skala jawaban berarti nilai kriteria pengelolaan cukup. Nilai empat untuk skala jawaban berarti kriteria pengelolaan dinilai baik. Selanjutnya nilai lima unhk skala jawaban berxti
kriteria
pengelolaan dinilai sangat baik untuk pengembangan siste~n pengelolaan kawasan. Penilaian dengan skor bertujuan untuk menemukan prioritas penting dalam sistem yang terdiri dari satu atau lebih kriteria. Sistem skor akan membantu pengelola untuk menentukan sistem pengelolaan yang sesuai (Norton, 1993 dalam Horton et al, 1993). Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuisioner dalam bentuk checklist. Kuisioner atau angket (selfadministered questionnaire) yaitu, metode pengisian data dengan menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh responden (Soel~artono,2000). Dalam penelitian yang dilakukan pengisian kuisioner selalu didampingi dengan observer untuk memberikan penjelasan kepada responden mengenai kriteria penilaian secara rinci. Kuisioner dan alat tulis dan perlengkapan wawancara selalu disiapkan setiap pengambilan data dilakukan. Kemudian siapkan jadwal pengambilan data menurut target responden yang telah ditentukan. Responden dengan tipe kelompok kuisioner A a d ~ l a hresponden yang berasal dari pengelola. Kelompok pengelola merupakan anggota konsorsium PPKAB yang terdiri dari tiga organisasi pembentuknya (TNGP, CI dan Yayasan
Alami). Dalam pengambilan data tidak membedakan pendidikan, status sosial dan jenis kelamin dan umw responden. Target responden yang harus dicapai oleh kelompok pengelola sebanyak 23 orang. Tetapi hanya 16 orang responden dari pengelola yang hasil kuisionernya memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel. Memenuhi petyaratan menjadi sampel memiliki arti bahwa; responden dapat menjawab lebih dari 50% pertanyaan dalam kuisioner dan jawaban yang diberikan bukan merupakan angka rata-rata penilaian. Responden dari kelornpok mengisi kuisioner dengan tipe B, yang ditujukan untuk pengunjung. Pengunjung adalah wisatawan yang datang berkunjung dengan mengikuti prosedur kunjungan dan telah membeli tiket masuk kawasan. Pengunjung yang yang menjadi sasaran termasuk kategori dewasa (berusia diatas 15 tahun). Dianggap pada usia diatas 15 tahun tersehut pengunjung sudah mengerti makna pengelolaan secara m u m . Bila pengunjung yang datang berupa kelompok tertentu atau kunjungan dari sekolah maka responden yang diberikan kesempatan untuk menilai sistem pengelolaan adalah guru dan pengawas. Selama pengamatan berlangsung ada dua kelompok dari kunjungan sekolah dasar (dari desa sekitar kawasan). Lebih dari dua kali kunjungan termasuk kelompok dengan lebih dari 10 pengunjung. Responden dari pengunjung ada sekitar 77 orang. Hanya sekitar 69 orang responden hasil penilaianya dijadikan sebagai sampel. Responden dari masyarakat diambil dari kampung sekitar kawasan diantaranya termasuk kampung Babakan Kencana, Desa Benda Cicurug Sukabumi, Kampung Lengkong Ciwaluh, Kampung Lengkong Tengah dan Kampung Lengkong Hilir. Masing-masing kampung diwakili lima orang
responden (kepala kampung, kepala rukun warga, kepala rukun tetangga dan rnasyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan kawasan). Masyarakat yang menjadi responden sekitar 35 orang. Dan hanya 26 orang responden yang hasil penilaiannya memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penilaian. Proses penilaian dimulai sejak pengumpulan informasi dan identifikasi rnasalah. Setelah data sekunder yang dikumpulkan kemudian dilakukan penyusunan kriteria penilaian. Proses selanjutnya melakukan observasi dan pengambilan data penilaian kriteria melalui kuisioner. Kemudian dilakukan pernilahan dan analisis data hasil penilaian. Kriteria penilaian dan hasil penilaian oleh responden diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam menentukan arah pengelolaan kawasan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kawasan (Gambar 6).
w Identifikasi Masalah
Gambar 6 . Diagram Alir Proses Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
4.4. Analisis Statistik
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis non parametrik, yaitu uji yang memiliki syarat observasi independen dan variabelnya memiliki kontinuitas. Uji statistik non-parametrik yang digunakan termasuk kedalam pengukuran dengan skala ordinal, dimana objek dalam kriteria yang diuji berurutan (Siegel, 1994). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program minitab 11.32 dan SPSS 10.0. Analisis cluster digunakan untuk mengklasifikasi responden dalam beberapa kelompok berdasarkan ukuran kemiripan, sehingga responden dapat dikelompokan berdasarkan hirarki kemiripan (similanty). Dalam analisis cluster responden dikelompokan dengan responden yang memiliki ciriciri yang relatif homogen dalam menilai sistem pengelolaan kawasan. Analisis cluster dalam pengukuran jarak single linkage (Suharjo dan Siswadi, 1999; Khamee dan Dayanand, 2000). Dalam pengamatan yang dilakukan analisis cluster digunakan untuk mengetahui kemiripan penilaian yang diberikan oleh responden terhadap kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan. Responden diurutkan berdasarkan nomor responden dan penilaian yang diberikan, kemudian kriteri penilaian menjadi peubah sesuai analisis. Analisis cluster berdasarkan kemiripanketidakmiripan untuk data kuantitatif "Jarak Euclid dengan menggunakan rumus:
dimana: ke-r dengan ke-s
=
ukuran kemiripanketidakmiripan dan d,
=
fungsi
syarat menurut (Jardine & Sibson,l971, Chatfield & Collins, 1980 dalarn
Suharjo dan Siswadi, 1999) Jika d,=O untuk setiap r dan s, d, =O untuk setiap r dan d a d, Makin besar ukuran kemiripan antara dua buah objek atau responden maka semakin besar kesamaan yang dimiliki kedua objek tersebut. Program SPSS 10.0 digunakan untuk melakukan analisis koefisien korelasi peringkat Spearman. Analisis Spearman merupakan ukuran asosiasi yang menyatakan derajat pertalian antara peringkat.
Analisis Speannan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana: r, = koefisien korelasi; n = subjek; dan di = perbedaan kedua ranking Analisis Spearman digunakan untuk mengetahui asosiasi knteria penilaian yang diukur dalam skala ordinal sehingga objek yang diteliti dapat di rangking dalam dua rangkaian benuntan. Analisis Spearman dapat mengetahui hubungan antara kriteria penilaian dalam penilaian responden (pengelola, pengunjung dan masyarakat). Kriteria penilaian yang dikorelasikan dapat berbeda antara kriteria yang satu dengan kriteria yang lain. Korelasi antara kriteria behngsi untuk memudahkan dalam menentukan kriteria yang terbaik yang hams diperhatikan sehubungan dengan kekuatan korelasi dua arah menurut kriteria yang diuji (Siegel, 1994; Daniel, 1989).