II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi merupakan jenis tumbuhan semusim (annual) dengan sistematika atau taksonomi sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminales
Family
: Graminae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L
(AAK, 1990). Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan satu kali berproduksi; setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dibedakan kedalam dua tipe yaitu, padi kering yang tumbuh pada lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang. Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu: 1. Bagian vegetatif Akar Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman dapat dibagi lagi menjadi akar tunggang, serabut/ akar adventif,
Universitas Sumatera Utara
rambut, tajuk. Anakan pertama tumbuh setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam, maksimum 50-60 hari setelah tanam, tergantung varietasnya. Batang Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi mempunyai panjang yang berbeda-beda Anakan Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama yang tumbuh pada batang pokok atau batang utama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga dan seterusnya tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dengan betuk yang serupa dengan anakan pertama dan kedua. Daun Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. 2. Bagian Generatif Malai Malai adalah sekumpulan bunga padi yang keluar dari buku paling atas. Bulirbulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang
Universitas Sumatera Utara
Buah Padi Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata “gabah” dari bahasa Jawa gabah. Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. (AAK, 1990). Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 2000 mm/ bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun adalah 1500-2000 mm. Suhu yang dikehendaki untuk tanaman padi adalah 230 C keatas. Pengaruh suhu tidak terasa di Indonesia, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut
(Suparyono, 1993).
Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah lumpur dengan kandungan ketida fraksi yaitu pasir, lempung, liat dengan perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antar 4-7 dengan kedalaman olah tanah 18 cm (Suparyono, 1993). Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi indonesia, pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah istilah-
Universitas Sumatera Utara
istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga. Tabel 5. Kriteria Kualitas Gabah Butir Kualitas Gabah
Kadar Air (%)
GabahKering Panen (GKP) Gabah Kering Simpan (GKS) Gabah Kering Giling (GKG)
18
Hampa/ Kotoran (%) 6
Hijau/ Mengapur (%) 7
0
14
3
5
0
0
0
0
0
Kuning (%)
Merah (%)
Sumber: Anonimous, 2010 Tabel 5 menunjukkan bahwa kriteria kualitas gabah terdiri dari : 1. Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25 % (18%
Universitas Sumatera Utara
3. Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal
14 %,
kotoran/hampa
maksimal
3 %, butir
hijau/mengapur
maksimal 5 %, butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 % (Anonimous, 2010). Harga dasar sebagai instrumen untuk melindungi petani dari jatuhnya harga saat panen karena surplus musiman serta jaminan terhadap profitabilitas usahatani padi yang wajar masih diperlukan. Tingkat harga dasar perlu ditetapkan secara nasional. Ukuran yang dapat dipakai adalah seberapa besar peranan harga diharapkan menyumbang pendapatan petani, serta seberapa besar tingkat proteksi yang diberikan kepada petani terhadap harga beras dunia. Semakin tinggi kontribusi pendapatan dan proteksi yang diharapkan akan meningkatkan tingkat harga dasar (Sumodiningrat, 2001). 2.2. Landasan Teori Kenaikan HPP gabah bisa dinikmati oleh petani, pemerintah meminta Perum Bulog meningkatkan penyerapan gabah, tidak memfokuskan hanya pada beras. Selama ini Bulog
lebih banyak menyerap beras, sehingga yang menikmati
keuntungan adalah mitra kerjanya yaitu perusahaan penggilingan gabah/beras. Padahal Bulog mempunyai 130 Unit Penggilingan Gabah Beras (UPGB) di seluruh Indonesia namun khusus untuk daerah penelitian ini belum ada Bulog. Karena lembaga itu lebih banyak membeli beras, akhirnya banyak UPGB yang tidak optimal. Data Perum Bulog, hingga 8 Desember 2009 penyerapan gabah/beras sudah sekitar 3,6 juta Ton. Jumlah itu masih di bawah sasaran sebanyak 3,8 juta Ton. Namun sudah lebih tinggi dari penyerapan tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
yang hanya 3,2 juta Ton. Pemerintah juga berharap dengan kenaikkan HPP GKP sebesar 10 %, pendapatan petani akan meningkat sekitar Rp 1 juta/ Ha. Jumlah itu dengan asumsi, biaya produksi petani tidak naik, kecuali pupuk. Namun demikian dalam usaha tani, pengeluaran petani untuk membeli pupuk hanya sekitar 7-10 % (Sinar tani, 2010). Harga jual jarang mempunyai hubungan yang pasti dengan harga pokok, oleh karena persaingan dan elastisitas permintaan perlu juga diperhitungkan. Laba tergantung pada kombinasi yang memuaskan antara harga dan volume oleh karena itu volume harus dianggap sebagai faktor variabel dalam mengumpulkan data tentang biaya yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam penetapan harga jual (Soemarsono, 1990). Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk atas hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Di samping itu dalam menghasilkan suatu produk tertentu dapat digunakan input yang lain. Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan altenatif usaha. Konsep marjinalitas dapat menjelaskan besarnya perubahan akibat perubahan satu satuan faktor tertentu sahingga konsep ini banyak digunakan. Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan (relationships) yang dapat menyelesaikan masalah mengenai berbagai upaya usahatani dan profitabilitas (Suratiyah, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut 1. Faktor internal (umur petani, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal) dan faktor eksternal (input yang meliputi ketersediaan dan harga, output yang meliputi permintaan dan harga) 2. Faktor manajemen yaitu petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh keputusan yang memberikan pendapatan yang maksimal. Petani sebagai jurutani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. (Suratiyah, 2006). Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usahatani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan (Soekartawi, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: n
TR = ∑ Y .Py i =1
Keterangan : TR
= Total Penerimaan
Y
= Produksi yang diperoleh dalam usahatani
Py
= Harga Y
n
= Jumlah macam tanaman yang diusahakan
Struktur usahatani bisanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap (Fixed Cost) dan Biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif
tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan dan ketersediaan modal yang dimiliki petani. Cara menghitung biaya tetap adalah n
FC
= ∑ X i Pxi i =1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : FC
= Biaya tetap
Xi
= Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi
= Harga input
n
= Macam input
Untuk menghitung nilai penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus (straight line method)
Penyusu tan per tahun =
Cost − Nilai sisa Umur ekonomis
Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani selama proses produksi berlangsung. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:
TC
= FC + VC
Keterangan : TC
= Total Cost (Biaya total)
FC
= Fixed Cost (Biaya tetap)
VC
= Variable Cost (Biaya tidak tetap)
(Suratiyah, 2006). Pada akhir tahun 1967 Departemen Pertanian meletakkan suatu ancer-ancer harga terendah (Floor Price) untuk beras dalam bentuk rumus tani. Rumus ini menentukan bahwa harga terendah beras pada tingkat usahatani sekurangkurangnya harus sama dengan pupuk urea, karena sebagian besar pupuk urea masih harus diimpor.
Universitas Sumatera Utara
Rumus ini ditulis sebagai berikut: P=
(1,5. A.B ) 2
Keterangan: P
: Harga terendah untuk padi pada level usahatani
A
: Harga CIF (Cost, Insurance and Freight) pupuk urea asal impor (dalam rupiah)
B
: Kurs BE (bonus ekspor) yang berlaku di pasar bebas, dinyatakan dalam rupiah per US dolar.
(Puspoyo, 1999). Cara perhitungan harga dasar dengan pendekatan Incremental Benefit Cost Ratio (IBCR). Besarnya kenaikan produksi dibandingkan dengan tambahan biaya karena mengikuti program Bimas dipakai sebagai patokan untuk menghitung seberapa besar harga minimum yang harus diterima petani. Formula IBCR dapat ditulis sebagai berikut: IBCR =
P.Q(1 − a − b ) c
Keterangan : P
: Harga padi dalam Rp/kg sebagai harga dasar yang dicari
Q
: Tambahan hasil (kg/ha)
a
: Pajak
b
: Upah
c
: Tambahan biaya (Rp/ha)
(Puspoyo, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
BEP H arg a =
Total Biaya Pr oduksi Total Pr oduksi
Analisa BEP (analisa keseimbangan/ Break Event Point) adalah suatu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Analisa ini mempunyai faedah atau kegunaan sebagai berikut: 1. Menunjukkan hubungan dengan penjualan, biaya produksi dan laba. 2. Menunjukkan pengaruh perubahan penjualan atas laba. 3. Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba. 4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi jumlah penjualan tetapi dikehendaki laba konstan. (Wasis, 1986). Kerangka Pemikiran Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi padi sawah di Indonesia. Salah satu daerah penghasil padi di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang. Di daerah ini, masyarakatnya hidup dari berbagai macam mata pencaharian, salah satu mata pencahariaanya adalah sebagai petani dan salah satu komoditas yang diusahakan petani adalah padi sawah. Hampir setiap tahunnya produksi padi meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena itu layak dikatakan jika daerah ini merupakan sentra produksi padi di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Usahatani padi adalah sistem budidaya padi yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi seoptimal mungkin yang bertujuan untuk menghasilkan produktivitas padi yang tinggi guna mengganti seluruh biaya yang telah dikorbankan mulai lahan diolah hingga padi siap untuk dipanen dan dijual. Usahatani disini dapat diartikan berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap, atau penyewa lahan pada sebidang lahan yang dikuasainya, tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk memperoleh hasil. Penerimaan dapat diperoleh setelah produksi gabah dikalikan dengan harga yang berlaku. Besarnya penerimaan selain dipengaruhi oleh produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga baik itu harga di petani, di penggilingan maupun di Bulog. Untuk melindungi petani maka pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) terendah baik dipetani, dipenggilingan maupun di Bulog. Penerimaan tersebut bukanlah mutlak menjadi keuntungan atau pendapatan bagi petani. Untuk mendapatkan pendapatan bersih maka petani perlu melakukan analisis usahatani yaitu memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari perencanaan sampai siap dipasarkan. Besar pendapatan petani tentu saja akan bervariasi karena harga penjualan petani yang satu dengan petani lain tidak akan sama. Ada kecenderungan petani menjual gabahnya diatas atau dibawah HPP yang ditetapkan oleh pemerintah dan penelitian ini juga mencoba menelusuri keadaan ini secara langsung dari petani. Dengan demikian secara sistematis akan dapat diasumsikan bahwa apakah kenaikan HPP tersebut menolong meningkatkan pendapatan petani atau tidak,
Universitas Sumatera Utara
perlu diteliti. Dari uraian diatas, secara sistematis kerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan
Petani
Usahatani Padi Sawah
Harga Jual Setelah Kenaikan HPP 1 Januari 2010
Produksi Gabah Harga Jual Sebelum Kenaikan HPP 1 Januari 2010 Produktivitas Penerimaan
Pendapatan Bersih
Sebelum Kenaikan HPP
Sesudah Kenaikan HPP
Pengaruh (-) Turun (+) Naik (=) Tetap Lingkungan Keterangan: : Berpengaruh Langsung Gbr 2. Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian adalah persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 cukup tinggi di daerah penelitian, ada perbedaan pendapatan usahatani bagi petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara