BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2009). Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial. Petani umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rismayani, 2007). Menurut Suratiyah (2009), klasifikasi usahatani dapat dibedakan menurut corak dan sifat, organisasi, pola serta tipe usahatani. a.
Corak dan sifat Menurut corak dan sifat, usahatani dibagi menjadi dua, yakni komersial
dan subsistence.Usahatani komersial telah memperhatikan kualitas serta kuantitas produk sedangkan usahatani subsistence hanya memenuhi kebutuhan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Organisasi Menurut organisasinya, usahatani dibagi menjadi 3 yakni: 1. Usaha individual ialah usahatani yang seluruh proses dikerjakan oleh petani sendiri beserta keluarganya mulai dari perencanaan, mengolah tanah, hingga pemasaran ditentukan sendiri. 2. Usaha kolektif ialah usahatani yang seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian hasilnya dibagi dalam bentuk keuntungan. 3. Usaha kooperatif ialah usahatani yang tiap prosesnya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang dianggap penting dikerjakan oleh kelompok, misalnya pembelian saprodi, pemberantasan hama, pemasaran hasil, dan pembuatan saluran irigasi. c. Pola Menurut polanya, usahatani dibagi menjadi 3, yakni khusus, tidak khusus dan campuran. 1. Usahatani khusus ialah usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani saja, misalnya usahatani tanaman pangan, usahatani peternakan dan usahatani perikanan. 2. Usahatani tidak khusus ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama, tetapi dengan batas yang tegas. 3. Usahatani campuran ialah usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam sebidang lahan tanpa batas yang tegas, contohnya tumpang sari dan mina padi.
Universitas Sumatera Utara
d. Tipe Menurut tipenya, usahatani dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan komoditas yang diusahakan, misalnya usahatani ayam, usahatani kambing, dan usahatani jagung.Tiap jenis ternak dan tanaman dapat merupakan tipe usahatani. Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah (Sukirno, 2005). Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi; luas lahan yang dimiliki, jumlah benih yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, banyaknya pupuk yang digunakan, banyaknya pestisida yang digunakan, keadaan pengairan, tingkat pengetahuan dan keterampilan, tingkat kesuburan tanah, iklim atau musim, modal yang tersedia (Soekartawi, 2003). 2.1.2. Bencana Alam Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (Pasal 1, UU RI No. 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana). Memurut Priyatin (2011)bencana alam yang menimpa suatu kawasan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari kerusakan ekosistem, hilangnya kawasan pemukiman dan lokasi tanah garapan maupun kehilangan nyawa manusia dan ternak peliharaan.Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Universitas Sumatera Utara
(BPNB) mengelompokkan bencana alam yang ada di Indonesia menjadi delapan hal salah satunya bencana letusan Gunung Berapi. Lahan pertanian yang terkena dampak letusan gunung merapi sepeti lahanlahan disekitar Gunung Merapi dan gunung merapi lainnya di Indonesia mengalami perubahan fisik kimia, fisika, serta biologi yang besarnya bergantung pada sifat kimia dan fisika abu yang menimbun, dan ketebalan timbunan. Oleh karena itu perlu suatu tindakan perbaikan yang ditunjukan untuk (1). Pemulihan kesuburan tanah, seperti (a) pengurangan tebal timbunan abu yang tidak subur, atau (b) membenamkan dan mengaduk abu vulkanis yang subur dengan tanah asal pada saat pengolahan tanah (c) pemberian bahan organik; dan (2). Peningkatan produktivitas tanaman hortikultura melalui budidaya yang sesuai (Martini, dkk.,2011). 2.1.3. Gunung Sinabung Gunung Sinabung adalah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung merapi aktif yang berdekatan di Sumatera Utara.Ketinggian Gunung Sinabung 2. 640 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara.Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600. Material Gunung Merapi yang berpengaruh terhadap pertanian berupa (1) abu vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit dilahan pertanian, atau menutupi pertanaman padi dan palawija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar dingin yang scara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut gunung, biasanya didominasi oleh sulfur yang ditandai dari baunya yang
Universitas Sumatera Utara
menyengat hidung. Diantara ketiga material tersebut butir pertama lebih luas dampaknya terhadap pertanian (Martini, dkk.,2011). 2.1.4. Teknik Budidaya Tomat Tomat (Solanum lycopersicum)berasal dari daerah Peru dan Ekuador, kemudian menyebar keseluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropis.Bangsa Eropa dan Asia mengenal tanaman tomat pada tahun 1523.Namun pada waktu itu tanaman tomat dianggap sebagai tanaman yng beracun dan hanya ditanam sebagai tanaman hias dan obat kanker.Tanaman tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda, hal ini menandakan bahwa tanaman tomat
sudah
tersebar
diseluruh
dunia,
baik
didaerah
tropis
maupun
subtropis.Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur pendek artinya umur tanaman hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati (Cahyono, 1998). Klasifikasi tanaman tomat: Kingdom
: Plantea (Tanaman)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermathopyta (Menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum lycopersicum L
Universitas Sumatera Utara
Tanaman tomat bisa tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tergantung dari varietasnya.Namun budidaya tomat di dataran tinggi biasanya lebih produktif dibanding dataran rendah.Sosok tanaman tomat berupa semak yang bersifat annual atau tahunan tergantung pada varietasnya, buah tomat sangat beragam baik bentuk, warna maupun ukurannya.Keindahan bentuk dan warnanya membuat tomat sering dimanfaatkan pula sebagai bahan dekorasi. Selain itu, karena rasanya yang segar menyebabkan tomat sering pula dimakan langsung sebagai buah (Widayati, 1999). 2.1.5. Kandungan Gizi dan Varietas Tanaman Tomat Buah tomat termasuk komoditas multiguna, dikatakan multigunan karena selain berfungsi sebagai sayuran maupun dikonsumsi buah segar, buah tomat juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik serta obat-obatan berbagai macam penyakit. Kandungan kimia buah tomat mempunyai khasiat dan manfaat sangat besar bagi kesehatan manusia.Tomat banyak mengandung vitamin A, C, serta mineral Mg dan P. Selain itu, tomat juga mengandung mineral Ca dan Fe, meskipun dalam jumlah tidak banyak. Dalam 100 g tomat terdapat 20-23 kalori (Widayati, 1999). Buah tomat ternyata memiliki manfaat banyak sekali, tidak hanya sebagai lalapan ataupun tambahan masakan saja, melainkan bermanfaat serta berkhasiat dalam menjaga kesehatan tubuh.Buah tomat berasa asam karena mengandung asam sitrat.Rasa keasaman ini justru menambah kesegarannya.Kandungan asam sitrat pada buah tomat dapat meningkatkan selera makan.Segudang manfaat buah tomat bagi kesehatan diantaranya adalah baik dikonsumsi untuk penderita penyakit wasir (haemorrhoid), buah tomat juga baik dimanfaatkan untuk
Universitas Sumatera Utara
perawatan kecantikan karena air tomat dapat melicinkan kulit, terutama kulit muka. Selain itu, manfaat lainnya yaitu mampu mengobati berbagai macam penyakit seperti sembelit, demam, sariawan, gusi berdarah, menurunkan tekanan darah tinggi, radang usus buntu (sakit kuning), melawan stroke maupun penyakit jantung, memulihkan fungsi lever, mengobati bisul, memar akibat terbentur, serta mampu mengembalikan kulit yangterbakar sinar matahari. Meskipun demikian konsumsi buah tomat tidak dianjurkan bagi orang yang menderita sakit perut maupun sakit mag.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Produksi Fungsi produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah (Sukirno, 2005) Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Input atau faktor produksi biasanya diklasifikasikan sebagai tanah, tenaga kerja atau modal. Tanah dan tenaga kerja dikategorikan sebagai input yang tidak diproduksi untuk menjadi input untuk produksi selanjutnya. Sedangkan modal adalah faktor yang sengaja diproduksi untuk proses produksi selanjutnya. Jadi, modal adalah suatu output dari proses produksi yang satu, kemudian menjadi input untuk proses produksi berikutnya. Modal bisa dalam bentuk struktur (rumah dan bangunan), peralatan dan inventori.Modal mempunyai sifat bisa disimpan. Karakteristik ini
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan tenaga kerja yang jika tidak digunakan akan menguap tanpa bekas (Sukirno, 2005). 2.2.2. Biaya Produksi Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi atau biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya seringkali menjadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah tergantung pada besar kecilnya produksi (Prawirokusumo, 1990). Menurut Fadholi (1998) Ada empat katagori atau pengelompokan biaya, yaitu : a). Biaya tetap (Fixed Cost) dimaksudkan biaya penggunaan tidak habis dalam satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain : bangunan. b). Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (Variabel Cost) yaitu besar kecilnya sangat tergantung skala produksi. Tergolong dalamnya antara lain: bibit, pupuk, pestisida, peralatan, tenaga kerja, biaya panen, biaya pengolahan tanah. 2.2.3. Penerimaan dan Pendapatan 2.2.3.1. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah hasil penjualan dari sejumlah produksi tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain (Soekartawi, 1995). Di lain pihak, Soedarsono (1992), menyatakan bahwa jumlah
Universitas Sumatera Utara
penerimaan total didefinisikan sebagai penerimaan dan penjualan barang tertentu dikalikan dengan harga jual per satuan. Setelah petani menjual hasil produksinya, maka petani akan menerima sejumlah uang. Penerimaan dirumuskan dengan (Soekartawi, 1995): TR = P.Q Dimana:
TR
= Total Revenue (penerimaan total)
P
= Price (harga)
Q
= Quantity (jumlah produksi)
2.2.3.2. Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang akan diterima oleh seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja.Pendapatan dan kekayaan seperti sewa, bunga serta pembayaran transfer atau penerimaan dari tunjangan sosial (Samuelson, 2003). Sementara itu Kadariah (1983), menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang berasal dan pemakaian kekayaan atau dan jasa-jasa manusia yang bebas.Pendapatan umumnya adalah peneriman-penerimaan individu perusahaan. Ada dua jenis pendapatan, yaitu: 1.
Pendapatan kotor (gross income) adalah penerimaan seseorang atau suatu badan usaha selama periode tertentu sebelum dikurangi dengan pengeluaranpengeluaran usaha.
2.
Pendapatan bersih (net income) adalah sisa penghasilan dan laba setelah dikurangi semua biaya, pengeluaran dan penyisihan untuk depresiasi serta kurugian-kerugian yang bisa timbul.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa pendapatan ada 2 macam: 2.
Pendapatan
usahatani
adalah
pendapatan
yang
diperoleh
dengan
mempertimbangkan biaya tenaga kerja keluarga. 3.
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh petani dan keluarga tanpa dikurangi dengan biaya tenaga kerja. Soedarsono (1992), menyatakan pendapat yang diterima petani dari hasil
produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): I = TR – TC Dimana: I
= Income (pendapatan)
TR
= Total Revenue (penerimaan total)
TC
= Total Cost (biaya total)
2.2.4. Analisis Kelayakan Usahatani Ada beberapa alat analisis kelayakan usahatani, salah satunya adalah dengan R/C ratio.AnalisisRevenue Cost Ratio (R/C Ratio) atau imbangan penerimaan dan biaya dihitung dengan cara membandingkan penerimaan total dengan biaya total. R/C Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu produksi, dimana jika R/C ratio > 1 maka usahatani layak dikembangkan, R/C ratio < 1 maka usahatani tidak layak dikembangkan (Soekartawi, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Irsan Z, Tatu (2010) dengan judul Analisis Komperatif Usahatani Tomat Buah Organik dan Anorganik di Kabupaten Banggai.Penentuan sampel (responden) dilakukan secara acak sederhana (sample random sampling). Sampel sebanyak 60 orang masing-masing 30 orang petani yang merupakan petani tomat buah organik dan 30 orang petani tomat buah anorganik. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan analisis pendapatan usahatani dan R/C ratio (revenue cost ratio). Hasil penelitian menunjukkan produksi usahatani tomat buah organik lebih besar 4.600 kg dibandingkan tomat buah anorganik 3.100 kg, penerimaan usahatani tomat buah organik lebih tinggi Rp 9.350.000./ha dibandingkan tomat buah anorganik sebesar Rp 5.675.000/ha Pendapatan usahatani tomat buah organik lebih besar Rp 6.438.000/ha dibandingkan tomat buah anorganik Rp 2.758.168/ha. Usaha tani tomat buah organik lebih layak (R/C ratio =3.2) dibandingkan tomat buah anorganik (R/C ratio = 1,9). Agribisnis tomat buah organik sangat potensial untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan petani tomat di Kabupaten Banggai. Antonius Y. Luntungan (2012) dengan judul Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Tomat Apel di Kabupaten Minahasa.Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa, datayang digunakan adalah data primer dari petani respondenpada tiga desa yaitu DesaKamanga, Desa Touure dan Desa Tonsewer, metode yang dipakai adalah observasidan wawancara dan analisis yang digunakan adalah analisis tabel dan analisisregresi berganda.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi tomatapel mempunyai mengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat pendapatanusahatani tomat apel pada tingkat α = 0,01. Biaya produksi tomat menunjukan tandanegatif dan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usahatanitomat apel pada tingkat α = 0,01. Heriani, et al (2013), dengan judul Analisis Keuntungan dan Resiko Usahatani Tomat di Kecamatan Sumberejo.Dengan analisis bahwa rata-rata umur petani adalah 38.2 tahun.Hal ini berarti bahwa usahatani tomat yang dilakukan petani di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus secara ekonomi menguntungkan
dan
layak
diusahakan.Penelitian
inimenggunakanmetode
surveiyang56sampelpenelitianini diambilolehsimple random sampling. Alat analisis
yang
penelitian
digunakanuntukpendapatan
menunjukkanbahwa
petaniadalahrasioR/C
nilairasioR/Cadalah3.03,
itu
ratio.Hasil berartibahwa
pertanianitumenguntungkandanlayak.
2.3. Kerangka Pemikiran Usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini adalah usahatani tanaman tomat di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.Faktor produksi mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan usahatani tanaman tomat seperti dalam melaksanakan usahatani lainnya. Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan kerjasama beberapa faktor produksi dan kombinasi faktor-faktor produksi tersebut perlu digunakan secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani. Usahatani tomat memiliki beberapa faktor produksi yaitu modal, lahan, tenaga kerja, dan sarana produksi. Faktor-faktor ini digunakan untuk menghasilkan jumlah produksi yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Setiap usahatani memiliki biaya produksi yang berasal dari faktor produksi yaitu terdiri dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC). Pendapatan bersih dalam usahatani tomat diperoleh dari selisih antara total penerimaan dan total biaya produksi (I = TR-TC). Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dalam masing-masing usahatani dengan harga jual output tersebut. Desa Gajah sebagai salah satu daerah sentra produksi tomat di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga menjadi salah satu daerah produksi tomat yang tinggi. Pengembangan tersebut didukung dengan kondisi alam yang dalam keadaan baik. Pengelolaan usahatani bukan hanya mengemukakan tentang cara mendapatkan produksi yang maksimum dari semua cabang usahatani yang diusahakan, akan tetapi juga bagaimana meningkatkan pendapatan bersih dari satu cabang usahatani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian, maka disusun skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Petani
Usahatani Tomat
Faktor-faktor Produksi: 1. Sarana Produksi 2. Tenaga Kerja 3. Alat Pertanian
Hasil Produksi
Biaya Produksi
Penerimaan
Harga
Pendapatan
Layak
Tidak Layak
Gambar.2.1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan: Menyatakan pengaruh
2.4. Hipotesis Penelitian
Usahatani tomat di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo pasca meletusnya Gunung Sinabung layak untuk diusahakan.
Universitas Sumatera Utara