BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat tumbuh dilahan pasang surut. Hanya saja padi yang ditanaman dilahan ini haruslah yang toleran terhadap keadaan air yang asin (saliniti). Hal ini disebabkan karena masuknya air laut ke lahan pertanian padi. Pada dasarnya, padi adalah tanaman yang agak toleran (moderately toleran) terhadap keasinan. Namun, tidak ada varietas padi yang bertahan terus menerus dalam satu periode tumbuhan terhadap keasinan dan tidak ada padi yang ditanam secara kering dilahan yang berkadar garam tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah respon tanaman padi terhadap keasinan selama priode tumbuh. Tanpa disengaja petani yang menanam padi dilahan asin telah memiliki varietas-varietas yang toleran terhadap keasinan secara alami. Pada tingkat keasinan tertentu, tanaman padi akan lebih sensitif pada intensitas cahaya yang lebih tinggi dan kelembapan yang relatif rendah. Tanaman padi lebih dapat bertahan pada tingkat keasinan (salinitas) tertentu selama musim hujan dari pada musim kemarau (Suparyono, 1997) Varietas padi merupakan salah satu teknologi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Varietas padi
Universitas Sumatera Utara
merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini mudan dan penggunaannya sangat praktis. Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah selalu berupaya untuk mendapatkan jenis-jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik. Jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik itu disebut dengan “padi jenis unggul” atau disebut “varietas unggul”. Caranya dengan mengadakan perkawinanperkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis padi lain yang juga mempunyai salah satu sifat baik pula, sehingga akan didapat satu jenis padi yang mempunyai sifat yang paling baik atau unggul (Sugeng, 2001) Pilihan kebijakan teknologi yang utama di era reformasi ini adalah pengembangan teknologi dibidan agribisnis. Usulan pemerintah menjadikan agribisnis sebagai salah satu unggulan teknologi sangat tepat. Keunggulan komperatif Indonesia (seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar) sebaiknya dijadikan basis untuk pengembangan teknologi sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia. Pengembangan teknologi dibidang agribisnis diharapkan dapat berperan dalam : 1. Peningkatan produksi dan efisiensi. 2. Meningkatkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran. 3. Memberi nilai tambah (value added) produk akhir. 4. Meningkatkan cadangan devisa (Sa’id dkk, 2001)
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan produktifitas usaha tani tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Badan Pengkajian Teknologi Pertanian menciptakan komponen teknologi PTT yaitu pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, sistem tanam, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Kesinergisan komponen PTT mampu meningkatkan produktifitas padi (Sembiring, 2001) Budidaya padi dengan pendekatan PTT pada prinsipnya memadukan berbagai komponen teknologi saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha tani seperti selama ini telah dikembangkan dilahan irigasi. Dilahan rawa pasang surut, kemajuan teknologi seperti perakitan varietas baru, pengelolaan tata mikro, pengelolaan hara tanaman sesuai tipologi lahan, peningkatan monitoring hama/penyakit, ameliorasi lahan yang disertai dengan penerapan beberapa komponen teknologi lain yang saling menunjang diharapkan dapat juga berhasil seperti halnya pendekatan pengembangan PTT dilahan irigasi. Akan tetapi dilahan rawa pasang surut suatu perhatian khusus diperlukan karena lahan ini terdiri dari beberapa tipologi lahan sehingga memerlukan penerapan teknologi sfesifik lokasi dan tidak bisa disamaratakan (Suryana, 2007) Komponen teknologi yang dapat di introduksikan dalam pengembangan usaha tani melalui pendekatan PTT padi lahan pasang surut terdiri dari : 1. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan, bentuk gabah maupun rasa nasi yang diinginkan oleh petani setempat.
Universitas Sumatera Utara
2. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi). 3. Jumlah bibit 2-3 batang per lubang dan tanam dengan sistem jajar legowo 2:1, 4:1, dan lainnya dengan populasi minimum 250.000 rumpun/Ha, atau tanam dengan sistem tabela. 4. Pengelolaan tata air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan saluran keliling dan kemalir, pintu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta stoplong, saluran kemalir dibuat dengan interval 6-8 m yang disertai caren-caren. 5. Mengaplikasi pupuk urea tabel/granul dengan dosis 200kg/Ha. Pemberian pupuk N berdasarkan pembacaan BWD bisa merancu karena gejala keracunan besi dan defisiensi hara N sukar dibedakan. 6. Pemberian pupuk P dan K didasarkan pada status hara tanah. Pemakaian Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau menggunaka petak omisi dilahan pasang surut masih perlu penelitian yang lebih mendalam. 7. Ameloirasi lahan dengan mengaplikasi 1-2 t/ha kapur pertanian (kaptan) atau dolomit. 8. Pengendalian gulma secara terpadu. 9. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). 10. Panen beregu dan pasca panen menggunakan alat perontok. (Suryana, 2007) Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi dan penelitian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feedback) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Untuk keperluan ini diadakan pemantauan dan monitoring dan selanjutnya dilaporkan perkembangan.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan ini dibuat pada waktu rencana dilaksanakan. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positip maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan. Dengan menentukan norma-norma atau kriteria mengenai hasil yang harus dicapai, sekaligus pelaksana-pelaksana diawasi melalui norma-norma tersebut (Reksopoetranto, 1992) Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efesiensi, efektifitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Dengan demikian
kegiatan
ini
merupakan
proses
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan aktifitas yang sedang berjalan. Evaluasi juga dimaksud untuk membantu manajemen dalam merumuskan program dan pengambilan keputusan (Suryana, 2007) 2.2 Landasan Teori Lahan rawa pasang surut telah diusahakan sebagai usaha tani yang berbasis padi, yang dikombinasikan dengan tanaman jeru, kelapa, dan tanaman lainnya secara tradisional oleh petani Banjar dan Bugis di sepanjang pantai dan tepian sungai Kalimantan dan Sumatera sejak ratusan tahun yang lalu. Luas lahan pasang surut di Indonesia diperkirakan 24,7 juta Ha yang sebagian besar terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Irianjaya. Dari total luas lahan pasang surut berikut 9,53 juta ha diantaranya berpotensi dikembangkan untuk pertanian, 3 juta ha
Universitas Sumatera Utara
sudah direklamasi oleh penduduk setempat dan 1,8 juta ha direklamasi oleh pemerintah. Berdasarkan tipologinya, lahan rawa pasang surut dibedakan kedalam 4 tipe : − Lahan potensial : lahan yang mempunyai kedalaman pirit (lapisan beracun) pada kedalaman >50 cm di atas permukaan tanah, luasnya diperkirakan sekitar 10%. − Lahan sulfat masam : Lahan yang mempunyai lapisan parit pada kedalaman 0-50 cm di atas permukaan tanah, luasnya sekitar 33%. − Lahan gambut : Lahan yang mengandung lapisan gambut dengan kedalaman yang sangat bervariasi , luasnya sekitar 5% dan − Lahan salin : lahan yang mendapat intruksi air laut sehingga mengandung garam dengan konsentrasi yang tingi, terutama pada musim kemarau, luasnya sekitar 2% (Suryana, 2007) Dalam usaha pemerintah meningkatkan produksi pertanian daerah pantai mulai dimanfaatkan untuk tanaman padi, yang dimungkinkan berkat teknologi pertanian yang sangat canggih. Di pilih varietas yang tahan sementara waktu pada permulaan pertumbuhannya terhadap salinitas dan sampai pada tahap pengisian butir-butir pdi sampai masa panen (Muljani, 1988) Kendala dan masalah yang umum dihadapi petani di dalam usaha tani padi di lahan rawa pasang surut berdasarkan tipe lahan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Lahan potensial : Masalah kesuburan tanah relatif kecil. b. Lahan Sulfat masam : − PH tanah sangat rendah (sangat masam). − Keracunan besi (permukaan air di lahan adakalanya nampak berwarna kecoklatan, berbau besi). − Keracunan aluminium. − Kadar hara P dan K. c. Lahan gambut : − Konsentrasi asam-asam organik tinggi. − PH rendah. − Kadar hara N, P, K, Si. − Kadar hara mikro (Cu dan Zn). d. Lahan salin : − Konsentrasi garam (NaCl) di dalam tanah tinggi, terutama pada musim kemarau (Suryana, 2007) Varietas unggul baru (VUB) tanaman padi yang telah di lepas hingga tahun 2006 lebih dari 190 varietas, dan sekitar 85% diantaranya adalah hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Sekitar 90% lahan sawah irigasi di Indonesia ditanami oleh sekitar 80 jenis varietas, namun jumlah VUB yang ditanam dalam luasan lebih dari 10.000 hektar per musim hanya sekitar 31 varietas. Sebelas varietas diantaranya merupakan varietas yang dilepas pada tahun 2002-2003. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab kurang berkembangnya VUB adalah diseminasi VUB yang belum efektif. survei mengungkapkan bahwa jumlah
Universitas Sumatera Utara
daerah petani belum mengenal VUB yang dilepas tiga tahun terakhir. Salah satu strategi diseminasi untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi VUB oleh petani adalah komersialisasi benih bermutu VUB. Data distribusi benih menunjukan bahwa ketersediaan volume benih bernutu yang cukup dari varietas IR64, Ciherang dan Ciliwung menjadikan varietas tersebut paling tinggi tingkat komersialisasinya yang diukur dengan volume permintaan benih yang dapat disertakan dengan luas arel pertanaman, luas penyebaran varietas dan kontinuitas permintaan yang dapat disertakan dengan umur pengguna varietas. Penggunaan benih bermutu varietas unggul adalah salah satu penentu untuk keberhasilan budidaya tanaman. Melalui penggunaan benih varietas unggul dan teknik budidaya yang sesuai diharapkan produksi padi tradisional dapat meningkat (Suprihatno, 2008) Varietas Indragiri dengan nomor seleksi B7952F-KN-18-2, berasal dari persilangan B6256-MR-3-5P/Barumun/Rojolele/IR68 termasuk kepada golongan cere dengan bentuk tegak dan tinggi tanaman 100 cm serta memiliki anakan produktif sebanyak 15-20 batang dan dilepas pada 25 februsri 2000 dengan No. SK Pelepasan 57/Kpts/TP.240/2/2000.
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri lain dari varietas Indragiri adalah sebagai berikut : No Uraian 1.
Ciri-ciri
Warna •
Kaki
Hijau
•
Batang
Hijau
•
Daun
Hijau
•
Telinga daun
Tidak berwarna
•
Lidah daun
Tidak berwarna
2.
Muka daun
Kasar
3.
Posisi daun
Tegak
4.
Daun bendera
Miring
5.
Gabah
6.
7.
•
Bentuk
Sedang
•
Warna
Kurang bersih
•
Bobot 1000 butir (g)
24-25 butir
•
Tekstur
Sedang
•
Kadar amilosa (%)
23,5
•
Hasil gabah (GKP)
4,5-5,5 ton/ha
•
Umur (hari)
117
•
Kerontokan
Sedang
Nasi
Panen
Sumber : Situmorang, dkk 2004 Varietas Indragiri tahan terhadap rebah, terhadap hama wereng coklat populasi IR42 (biotipe 2) serta tahan terhadap penyakit blast dan tahan terhadap hawar daun bakteri strain 3. Varietas Indragiri ini juga toleran terhadap keracunan Fe dan Al. Baik ditanam pada lahan potensial, gambut, dan sulfat masam (Situmorang, dkk 2004)
Universitas Sumatera Utara
Dampak dalam arti sederhana merupakan manfaat yang paling akhir. Beberapa penulis mereflesikan dampak sebagai outcomes dan manfaat suatu program. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan itu sudah tepat. Evaluasi program bertujuan : (a) mempertanggung jawabkan keberhasilan program kepada masyarakat atau instansi yang membiayai program yang bersangkutan, dan (b) keberhasilan maupun ketidakberhasilan program ini selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang (Kunarjo, 2002) Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasipola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktifitasnya saja, akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisikelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi petani (Torado, 1998) Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka petani harus mampu mengelola faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi. Permasalahan yang dihadapi petani adalah kemampuan petani dalam menguasai suatu teknologi baru. Tujuan dari suatu penerapan teknologi dalam usaha tani adalah untuk mencapai produktifitas pertanian yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh akan berbentuk uang yang akan diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi
Universitas Sumatera Utara
atau diperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usaha tani atau pendapatannya akan mendorong petani dapat mengalokasikan kebutuhan seperti biaya produksi priode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efesiensi teknis, efesiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi ini penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesarbesarnya, umumnya petani tidak mempunyai catatan usaha tani (farm recording), sehingga sulit bagi petani untuk melakukan usaha taninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran Usaha tani padi sawah banyak diusahakan pada kualitas lahan yang subur dan topografi yang relatif landai (sawah) dengan unsur klimatologi yang khas pada umumnya. Namun dengan sejalan perkembangan teknologi dilakukan pengujian varietas unggul yakni varietas Indragiri yang toleran terhadap keasinan tanah di daerah pinggir pantai. Maka dilakukan kegiatan evaluasi terhadap proses pelaksanaan penerapan varietas Indragiri dan faktor-faktor sosial ekonomi yang menilai relevansi, efisiensi, efektivitas pada petani yang melaksanakan program penerapan varietas Indragiri secara keseluruhan melalui berbagai variabel-variabel yang telah ditentukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, untuk kemudian dibandingkan hasilnya dengan sebelum petani melaksanakan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN Usaha Tani Padi
setelah menerapkan varietas Indragiri
Sebelum menerapkan varietas Indragiri
Kegiatan PP input
Proses
produktivitas
output
input
produksi
produktivitas
Penerimaan
Biaya
Kegiatan PP
Kegiatan bersama
Proses
Biaya
Kegiatan bersama
Pendapatan
produksi
Penerimaan
Pendapatan
Evaluasi Dampak
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
output
menyatakan hubungan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Pelaksanaan penerapan varietas Indragiri di daerah penelitian sesuai dengan pedoman tata laksana penerapan teknologi BPTP. 2. a. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan penyuluhan pertanian di daerah penelitian. b. Penerapan varietas Indragiri meningkatkan kegiatan bersama di daerah penelitian. 3. a. Produksi padi pada lahan yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum menerapkan varietas Indragiri. b. Pendapatan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum me nerapkan varietas Indragiri. c.
Produktifitas lahan petani padi yang menerapkan varietas Indragiri lebih besar dibandingkan sebelum menerapkan varietas Indragiri.
Universitas Sumatera Utara