BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996). Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK, 1994). Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik. Di Eropa, umumnya hanya dikenal jeruk “Citroen” yaitu pada tahun ± 300 SM.
Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis jeruk lainnya (AAK, 1994). Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994). Jeruk
siam
adalah
salah
satu
spesies buah
jeruk yang
telah
banyak
dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986). Pada dasarnya jeruk siam mempunyai satu nenek moyang yang berasal dari Siam (Muangthai). Orang Siam menyebut jenis jeruk ini dengan nama som kin wan. Mungkin karena lidah orang Indonesia sulit untuk menyebutkan nama tersebut sehingga terbiasa menyebutnya dengan nama Siam, Kelatahan ini terus berlanjut
sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal (Rismunandar, 1986). Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef, 1993). Tipe tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir. Jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur, mengandung banyak hawa udara (oksigen), bahan organik, dan air dalam tanah yang agak dalam. Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan PH 4–7,8. Hasil yang maksimal didapat pada tanah dengan PH 6. Jeruk mengendaki air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm dan waktu musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah. Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di Muangthai. Curah hujan optimal 1.500 mm/tahun dengan suhu optimal antara 250–300C. Tanaman jeruk juga membutuhkan banyak penyinaran matahari yaitu sekitar 50–70% (Pracaya, 2003).
2.1.2 Botani Jeruk Siam Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus. Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut : Famili
: Rutacceae
Subfamili
: Aurantioidae
Tribe
: Citriae
Subtribe
: Citrinae
Genus
: Citrus
Subgenus
: Eucitrus, papeda
Spesies
: Citrus nobilis
Varietas
: Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Panjang akar tunggang bisa mencapai 4 m. Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6–7 m. Perakaran jeruk tergantung pada banyaknya unsur hara di dalam tanah dan umumnya di kedalaman 0,15–0,50 m. Umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial
mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon
dari okulasi,
tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm. Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm. Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas. Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan (Soelarso, 1996). Jeruk siam mempunyai ciri khas dengan kulit buahnya tipis sekitar 2 mm, permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya. Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji buahnya berbentuk oval, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9 cm x 0,6 cm, dan jumlah biji per buah sekitar 20 biji. Yang paling penting dari semua itu adalah daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Lebih menarik lagi, produksi buahnya cukup lebat dengan berat per buah sekitar 75,6 gram. Satu
pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).
2.1.3
Teknik Budidaya Jeruk Siam
2.1.3.1. Pembibitan a. Persyaratan Bibit Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif. Kelebihan bibit dari biji adalah mempunyai sistem perakaran yang baik. Akar tunggang yang dimilikinya memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan menyerap hara juga lebih baik. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mulai berproduksi. Kelebihan bibit cangkokan adalah sifatnya tidak menyimpang dari induknya, lebih cepat berbuah, bentuk pohonnya lebih bagus, banyak pohon sehingga tampak lebih rimbun, dan tidak meninggi. Kelebihan bibit okulasi terletak pada perakaran yang kuat karena mempunyai akar tunggang. Kekurangan bibit okulasi lebih lambat menghasilkan buah dibanding bibit cangkokan. Kelebihan bibit stek diantaranya sifatnya sama dengan induk dan cepat berproduksi tergantung bahan seteknya. Kekurangan, mudah mati ketika disemaikan.
b. Teknik Penyemaian Bibit a. Cara generative Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1). b. Cara Vegetatif Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/ rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo Citrange. 2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu empat persegi panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau heksagonal, dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal
di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter. 2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut : a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi kapur Dolomit. b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak.
Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada
persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC. c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003). 2.1.3.4 Penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump,
cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut : a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang. b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan. c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelanpelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung. d. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi
kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003). 2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti : a. Penyiraman Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang (Pracaya, 2003). Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994). b. Pemberian mulsa Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003). c. Penyiangan Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang ambillah umbi dan akar
rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003). d. Penggemburan Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya, 2003). e. Pemangkasan Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003). 2.1.3.6 Pemupukan Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O 2 , kaya akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya yang tidak mudah ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media pertumbuhan mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis
mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsurunsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994). Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP).
Pupuk
organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5
bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen. Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap.
Makin
bertambah
umurnya
makin
bertambah
kemampuan
penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini : 1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm. 2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu. 3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah. 4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya. 2.1.3.7 Hama dan Penyakit Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang, cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim, kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni Penyakit yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition). Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala-gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit, petani harus mengetahui cara-cara mengendalikan penyakit dan caracara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994). 2.1.3.8 Panen a. Pemetikan Buah Jeruk Siam Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :
Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau agak kekuningan.
Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.
Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah tidak berbunyi nyaring lagi.
Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.
Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun. Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :
jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.
Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.
Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan kulitnya tidak rusak.
Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.
Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor.
b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel. Buah yang masih basah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kain lap.
Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat. Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah. Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk. Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.
2.2 Landasan Teori Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995). Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bemodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahataninya subsistem, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil atau
tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam, peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut : 1.Umur Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008). 2. Pengalaman Bertani Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi, 1999). 3. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Soekartawi, 1989).
4. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005). Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994). 5. Luas Lahan Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan (Mubyarto, 1994). Meskipun demikian bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, serta terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usahatani tersebut. Sebaliknya dengan lahan
yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995). Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis (Mubyarto, 1994). Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1989). Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal udah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk penggandaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan (Daniel, 2002).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991). Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007). Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan megatur
biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004). Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu : 1. Net Present Value (NPV) NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau tidak (Soekartawi, 1995). 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990). 3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit)
yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995). 2.2
Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti Riduan M. Rumap ea
Judul Rumusan Variabel Metode Penelitian Masalah Pengamatan Analisis Analisis bagaimana Aspek uji Usahatani besar R/C ekonomi korelasi Jeruk (revenue sederhana Manis per Cost) analisis (Citrus) per Ha regersi Studi usahatani sederhana Kasus: jeruk di Desa daerah Suka, penelitian? Kecamata bagaimana n Tiga hubungan Panah, R/C per Ha Kabupaten dengan luas Karo tanaman jeruk petani di daerah penelitian? Bagaimana pengaruh umur tanaman jeruk terhadap produksi per Ha di daerah penelitian? Nuraida Analisis Berapa Aspek teori ekonomi Pane Usahatani besar total pendapata
Kesimpulan Rata-rata besar R/C sebesar 5,82 dengan range R/C per Ha sebesar 1,2 sampai 16,3 dalam artian secara finansial usahatani jeruk manis layak diusahakan dari uji statistik tidak ada hubungan luas tanaman dengan besar nya R/C per Ha atau t-hitung (1,33) < dari t-tabel (2,502) ada pengaruh nyata antara umur tanaman terhadap produksi
petani di desa Kuala Dekah kecamatan
Buah Duku (Lansium domesticu m) Studi Kasus : Desa Kuala Dekah Kecamata n BiruBiru Kabupaten Deli Serdang
biaya produksi, produktivit as tenaga kerja, produktivit as lahan, total penerimaan dan pendapatan bersih pada usahatani duku di daerah penelitian ? Apakah usahatani duku di daerah penelitian layak untuk diusahakan ? Bagaimana pengaruh biaya produksi, produktivit as tenaga kerja dan produktivit as lahan terhadap pendapatan usahatani buah duku di daerah penelitian ?
n analisis kelayakan analisis uji korelasi karakterist ik petani terhadap pendapata n
Biru-Biru rata-rata mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 49.531.680 per petani, Rata-rata produktivitas tenaga kerja per petani adalah 0,18 Ton/hkp, Rata-rata produktivitas lahan adalah 5,73 Ton/ha, Rata-rata total penerimaan per petani adalah sebesar Rp. 88.200.000 dan ratarata pendapatan bersih per petani sebesar Rp 38.668.320 Usahatani buah duku ini layak untuk diusahakan. Hal ini karena umur ekonomis pohon duku bisa mencapai sampai ratusan tahun. Semakin tua umur pohon duku maka semakin meningkat produksi buah duku yang dihasilkan. Secara serempak terdapat pengaruh nyata biaya produksi, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas lahan terhadap pendapatan usahatani buah
3.
Whendr Analisis Bagaimana Aspek ekonomi o Ases Usahatani teknis Siahaan Kakao pengelolaan Studi usahatani Kasus : kakao di Desa daerah Kuala Lau penelitian? Bicik, Berapa Kecamata Biaya n produksi, Kutalimba penerimaan ru, dan Kabupaten pendapatan Deli usahatani Serdang kakao di daerah penelitian? Bagaimana kelayakan finansial usahatani kakao di daerah penelitian?
duku. Analisis Teknologi budidaya deskriptif yang diterapkan petani masih bersifat Tabulasi sederhana sederhana, dan ketersediaan input Analisis (bibit, pupuk, obatKelayaka obatan dan tenaga n kerja) di daerah penelitian sudah cukup tersedia. Manfaat yang diperoleh petani berupa hasil penjualan biji kakao mereka, diamana pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah Rp. 27.684.866,49 per petani, Rp.29,979,618.06 per Ha. Usahatani kakao di daerah penelitian secara ekonomi layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis finansial diantaranya NPV > 1 yaitu sebesar Rp.11.623.911,75; nilai Net B/C yaitu 2,60 dan nilai IRR sebesar 51,41.
4.
Claudy a Rahmi
5.
Hosann a sri arta Br
Analisis Berapa Aspek ekonomi Usahatani besar Dan produktivit Pemasaran as jagung di Jagung daerah Studi penelitian Kasus dan faktorDesa faktor apa Pamah, yang Kecamata mempengar n Tanah uhi Pinem, produktivit Kabupaten as jagung di Dairi daerah penelitian? Bagaimana struktur biaya produksi usahatani jagung di daerah penelitian? Bagaimana perkemban gan harga jagung di daerah penelitian? Bagaimana sistem pemasaran jagung dan tingkat efisiensi pemasaran jagung di daerah penelitian? Analisis Bagaimana Aspek ekonomi usahatani tingkat kopi di
Fungsi Produksi model CoobDouglas Fungsi Pendapata n model Regresi Linier Berganda Analisis Regresi model Tren Linier
Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi struktur biaya usahatani didominasi oleh biaya saprodi yang terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk dan biaya herbisida Harga jagung di Kabupaten Dairi fluktuatif namun cenderung meningkat sistem pemasaran jagung di daerah penelitian tergolong efisien
Fungsi Produksi
Tingkat produksi kopi di daerah
karo
kecamatan produksi simpang kopi di empat, daerah kabupaten penelitian? karo Faktorfaktor produksi apakah yang mempengar uhi produksi kopi di daerah penelitian? Bagaimana kah tingkat kelayakan usahatani kopi di daerah penelitian?
model CoobDouglas Analisis regresi linier berganada Analisis finansial (IRR,NPV , Net B/C)
penelitian relatif tinggi, karena tingkat produktifitas kopi sedikit lebih besar dari pada tingkat produktifitas di kecamatan simpang empat dan 9 kali lebih kecil bila di bandingkan dengan kabupaten dairi yang merupakan sentra produksi kopi di sumatera. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi kopi didaerah penelitian adalah pupuk organik, pupuk anorganik dan curahan tenaga kerja. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi secara serempak ada pada umur 2– 4 tahun namun secara parsial hanya curahan tenaga kerja yang berpengaruh nyata. Sementara pada umur 5–15 tahun baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Usahatani kopi
secara finansial layak untuk di usahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80.
2.4 Kerangka Pemikiran Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai komoditas utama di dalam usahataninya. Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta modal. Dalam menjalankan usahatani jeruk siam petani menggunakan faktor-faktor produksi. Ketersediaan faktor produksi akan berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produksi, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.
Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usahatani
jeruk
siam.
Usahatani
jeruk
siam
dikatakan
layak
apabila
menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani tersebut. Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut : Petani
Karakteristik petani: - Umur - Pengalaman Bertani - Pendidikan - Luas Lahan - Jumlah Tanggungan Keluarga
Layak
Usahatani Jeruk Siam
Tanaman Baru Menghasilkan Input
Tanaman Sudah Lama Menghasilkan rxy
Input
rxy
Output
Output
Penerimaan
Penerimaan
Pendapatan
Pendapatan
Tidak Layak
Layak
Tidak Layak
Keterangan :
rxy
= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh = Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)
Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk Siam
Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
Input Tanaman Baru Menghasilkan
Input Tanaman Sudah Lama Menghasilkan
Bibit
Bibit
Pestisida
Pestisida Output (Produksi Jeruk)
Pupuk
Pupuk
Tenaga Kerja
Tenaga kerja
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output
2.5 Hipotesi Penelitian Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani
jeruk siam yang baru
menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.