II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Ikhtiologi Ikan Cunang renang merupakan yang hewan yang termasuk ke dalam famili Muradinae. Hewan ini memiliki banyak nama daerah, Ikan Malong, Ikan Lumbon, ikan Larak, dan ikan Pelus dan memiliki ordo Angullidae yang lebih banyak hidup di sungai. Di Indonesia ikan Cunang renang hidup di sungai-sungai yang bermuara di laut dalam, seperti di pesisir barat daya Sumatera, pesisir selatan Jawa dan Bali, Pesisir timur Kalimantan, dan Sulawesi. Selama sekitar 5-7 tahun, ikan Cunang renang hidup ikan sungai di pengunungan. Di Indonesia terdapat 7 spesies dari 16 spesies ikan Cunang renang yang terdapat di dunia. Beberapa ahli lain Weber dan de Beaufon (1929), Schuster dan Djajadiredja (1952), serta Hayward dan Ryland (1995) mengklasifikasikan ikan Cunang renang dalam tata nama sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Osteichthye Ordo : Muarenesoxmes Famili : Muarenesoxdae Genus : Muarenesox Spesies : Muarenesox talabon (Sasongko,2007).
Universitas Sumatera Utara
Ikan Cunang renang beradaptasi pada suhu 12-300C. Nafsu makannya menurun pada suhu lebih rendah 120C. Salinitas kadar (kadar garam perairan) yang bisa ditoleransi antara 0-35 ppm. Salinitas dan turbidias (kekeruhan suatu perairan) merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah elver di suatu daerah, elver menyukai habitat dengan salinitas rendah dan turbiditas tinggi. Pengemasan (packing) dilakukan terutama untuk konsumsi ikan segar. Cara packing harus disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan keawetan ikan segar sampai ditangan konsumen. Hal yang terpenting yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan keawetan ikan agar sampai ketangan konsumen dalam keadaan segar sehingga harganya tidak turun. Untuk ikan yang diawetkan biasanya dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label, kemudian dimasukkan ke dalam dus, Begitu pula dengan ikan-ikan didalam kaleng (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).
2.1.2. Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk, 2001). Dalam lingkup industri pengolahan hasil pertanian, teknologi ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditas. Semakin tinggi nilai produk olahan diharapkan devisa yang diterima oleh Negara juga meningkat, serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku industri pengolahan juga relatif tinggi (Anonimius, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian dapat dilihat pada industri pengolahan. Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. 2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian secara perlahan menjadi lebih maju, kemudian output dari hasil pengolahan itu dikonsumsi. Sampai dengan batas tertentu, pengolahan tahap sekunder berkembang ke tahap tersier 3. Tahap Tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang dapat diolah lagi menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk tersebut (Siswono, 2004). Pendinginan merupakan proses pengawetan dengan suhu rendah -1-50C. Proses ini bertujuan untuk menghambat kegiatan mikrooganisme, proses kimia-kimia, dan proses fisis lainnya yang dapat mempengaruhi kesegaran mutu. Pada saat ini, proses pendinginan sudah banyak menggunakan unit pendingin mekanis yang dapat mendinginkan ikan secara lebih menyakinkan sampai suhu 00C. Unit pendingin ini langsung mendinginkan ikan dan mempertahankan suhu 00C atau sedikit lebih rendah
Universitas Sumatera Utara
(-20C). Dengan demekian, es yang dipakai untuk mendinginkan ikan tidak cepat mencair. Prinsip pembekuan sebenarnya hampir sama dengan proses pendinginan. Hanya saja, dalam proses pembekuan, ikan dibuat samapi membeku agat tidak khawatir terjadi proses pembusukan akibat mencairnya es pendingin. Pembekuan ini dilakukan karena jarak tempuh pengiriman jauh dan ikan yang dikirim berada dalam jumlah besar. Alat pembukuan yang biasa sharp freezer, multiplate freezer,contact freezer, air blast freezer, dan brine freezer. Waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan ini berbeda-beda, tergantung pada kecepatan dan suhu yang hendak dicapai. Pada suhu - 550 C sampai – 650 C, semua cairan tubuh ikan membeku. Sementara faktor-faktor mempengaruhi kecepatan pembekuan, yaitu cara perambatan panas, perbedaan suhu awal. Dan wadah yang digunakan (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008). Dalam proses biasanya dilakukan penambahan medium pengalengan. Di Indonesia, dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam (brine), minyak atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, serta saus tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas sehingga memperpendek waktu proses, mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam kaleng dan Apabila menginginkan produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat. Bila ingin mengolah produk dalam kaleng lebih lanjut, produk produk dalam kaleng lebih lanjut, produk berlarutan garam atau minyak nabati dapat dipilih. Penyimpanan produk harus dilakukan pada suhu yang cukup rendah, seperti pada
Universitas Sumatera Utara
suhu kamar normal dengan kelembaban rendah. Akan menjadi lebih baik lagi bila disimpan pada lemari pendingin. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan dalam kaleng. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya reaksi kimia, Karena itu, makanan kaleng sebaiknya tetap disimpan dalam ruang bersuhu rendah (di bawah 10 derajat Celcius) untuk mencegah kerusakan dan pembusukan. Simpanlah produk pada kelembaban rendah untuk mencegah karat pada bagian luar kaleng dan tumbuhnya jamur. Jauhkan produk dari terpaan cahaya matahari langsung (Anominius,2009). Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan adalah kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya, kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan, kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer dan untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng dapat menjaga terhadap cahaya (Anonimous,2009).
2.1.3. Tinjauan Ekonomi Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien,
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu dan industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif (Daniel,2002). Bisnis ikan adalah memilih segmen usaha yang tepat juga perlu mempertimbangkan banyak hal. Antara lain modal, peluang pasar, dan potensi lokal. Kalau menginginkan usaha yang perputarannya relatif cepat dan beresiko kecil, usaha pembenihan bisa dijadikan pilihan (Flona,2009). Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk pengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan. Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacan-macam oleh karenanya, pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut (Muzhar,1994). Pengalengan sebagai salah satu sub sistem dalam agribisnis merupakan alternatif terbaik untuk dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan industri pengalengan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antara sektor perikanan dan sektor industri. Industri pengalengan akan mempunyai kemampuan yang baik jika kedua sektor di atas memiliki keterkaiatan yang erat, baik ke depan maupun ke
Universitas Sumatera Utara
belakang. Pengalengan dari hasil akan meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yang di proses dan akan meningkatkan nilai jual dan akan memberikan nilai kesejahteraan yang lebih tinggi kepada para pekerja yang bekerja di daerah tersebut
mendapatkan
upah
yang
lebih
layak
(Tim
Penulis
Penebar
Swadaya,2008). Bisnis pengalengan ikan didalamnya terhadap aspek produksi, ini karena dalam bisnis perikanan terjadi sebuah usaha untuk menghasilkan sebuah komoditas. Oleh karena itu, aspek produksi sangat memerlukan kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Selain itu, bisnis perikanan sifatnya yang cukup kompleks sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan yang dilakukan, mulai dari persiapan produksi dan saat produksi itu berlangsung (Junianto,2003). Ketersediaan input produksi yang sangat mendukung besarnya produksi yang dihasilkan. Produksi yang tinggi akan sangat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pengolah. Harga jual yang ditetapkan oleh pengolah bedasarkan hasil produksi dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Semakin banyak pengalengan ikan Cunang renang yang dijual dan kecilnya biaya produksi memberikan keuntungan yang besar bagi pabrik pengalengan ikan (Sarwono,2003). Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan
Universitas Sumatera Utara
yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran hingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008). Masyarakat lebih menghargai dan menyukai mengkonsumsi hasil olahan ikan yang modern, seperti ikan dalam keleng, Apalagi, kalau itu merupakan produk luar negeri atau ekspor. Masyarakat juga mengutamakan masih hasil olahan ikan pabrikan. Ikan nomor kualitas satu atau kulaitas utama digunakan untuk bahan untuk pengolahan ikan tradisional hanyalah ikan kuliatas nomor dua, bahkan nomor tiga. Karena bahannya kurang bagus, hasilnya pun juga kurang bagus. Ini menyebabkan hasil olahan kurang diminati oleh masyarakat, mereka sangat menyukai produk olahan yang modern seperti dalam kemasan kaleng dan plastik yang mudah untuk dikonsumsi masyarakat sekarang (Afrianto dan Evi,1989). Selain halal dan keragaman jenis yang tinggi, keunggulan ikan yang lain adalah keleluasaan untuk disajikan dalam berbagai bentuk olahan. Sayangnya, keragaman produk olahan dalam negeri saat ini masih sangat terbatas. Melihat data statistik, tercatat bahwa sebagian besar hasil laut kita diolah menjadi produk tradisional seperti ikan asin, ikan pindang, ikan asap, kerupuk dan beberapa produk fermentasi. Produk yang dikategorikan modern dan juga banyak beredar adalah produk kaleng dan beku (terutama udang dan tuna). Dari beberapa jenis tersebut, yang dikategorikan siap saji teutama adalah ikan dalam kaleng. Namun, tidak semua menyukai ikan kaleng karena terbatasnya rasa yang tersedia, yang umumnya hanya berkisar pada ikan kaleng dalam saus tomat, minyak atau larutan garam. Beruntung beberapa industri dalam negeri saat ini sudah banyak yang membuat variasi rasa untuk ikan kaleng misalnya dalam sambal bali, rendang, dan
Universitas Sumatera Utara
kari. Namun tetap saja kosumsi ikan kaleng masih belum tinggi. Meskipun beberapa kelemahan yang menjadi keberatan dalam memasak ikan sudah dihilangkan, seperti penyiangan, pembersihan, bahkan tulang telah menjadi lunak, beberapa ibu rumah tangga masih menambahkan beberapa bumbu untuk mengolah ikan kaleng lebih lanjut, setidaknya ditambah bawang merah, bawang putih atau cabe, atau digoreng dengan dibungkus tepung atau telur (Anominius, 2009). Ikan cunang renang juga memiliki potensi pasar yang cukup baik, karena selain dijual kepada konsumen dan juga diekspor ke luar negeri. Cunang renang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, awetan, dan olahannya adalah ikan Cunang renang goreng, sendeng, ikan asap, dan abon dan lain-lainnya (Suhaeri,2008). Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih lagi Negara kepulauan seperti Indonesia yamg memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan baik penangkapan maupun akultur. Namun demekian, tuntunan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumbert daya ikan uyang juga semakin intensif. Jika
tidak dikelola secara
bijaksana maka sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumber daya secara intensif akan mendorong usaha perikanan pada jurang kehancuran (Junianto,2003). Tingginya permintaan baik pasar domestik maupun pasar internasional merupakan tantangan bagi para pengusaha Cunang renang, tetapi kecil kemungkinan seorang pengusaha dalam memenuhinya sendiri, kecuali pengusaha besar, Hal in karena untuk memproduksi Cunang renang sebanyak itu, diperlukan lahan yang sangat yang luas dan modal yang sedikit. Untuk mengatasi itu, perlu
Universitas Sumatera Utara
dikembangkan suatu kerja sama, baik antara investor dengan penagkap dan pengumpul, antara investor dengan pembudi daya, maupun antarsemua pihak dengan pemerintah sebagai penyandang dana, melalui program pemberian kredit (Evy ,dan Endang, 2001). Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non migas ikan memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan sangat tinggi di beberapa negara, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut mengalami peningakatan periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta dolar AS. Keadaan ekspor tersebut mengambarkan sangat tingginya permintaan dunia terhadap komoditas perikanan Indonesia. Namun, kurangnya bahan baku membuat Indonesia tidak memenuhi semua permintaan (Afrianto dan Evi,1989).
2.3. Landasan Teori Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar dapat menjadi salah satu andalan pemasok bahan pangan sekaligus sumber pendapatan devisa melalui ekspor. Meskipun demekian, potensi tersebut belum memanfaatkan secara optimal, terutama disebabkan oleh lemahnya sisi pengawetan, pengolahan, dan pemasaran. Pemasalahan yang dihadapi terutama adalah tidak akuratnya sumber daya, ketidakpastian bahan mentah dan tidak berjalannya sistem industri penggalengan ikan yang ada didaerah tersebut (Pusat Riset Perikanan Budidaya,2000).
Universitas Sumatera Utara
Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan seperti rumput laut, kerapu, udang, memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak diimbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, dan kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik di pasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah. (Sudrajat,2008). Strategi pengembangan perikanan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu : 1. Menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor perikanan. 2. Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel. 3. Menciptakan nilai tambah. 4. Menciptakan penerimaan devisa. 5. Menciptakan lapangan kerja. Agroindustri adalah pengolahan hasil dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari sub sistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian (Soekartawi (a),1993).
Universitas Sumatera Utara
Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain : 1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian. 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian. 3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. 4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian. 5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. (Muzhar, 1994). Komponen
pengolahan
hasil
pertanian
menjadi
penting
karena
pertimbangan sebagai berikut : 1. Meningkatkan Nilai Tambah Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2. Kualitas Hasil Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. 3. Penyerapan Tenaga Kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan. 4. Meningkatkan keterampilan Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar. 5. Peningkatan Pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. (Soekartawi (b), 1999). Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai
Universitas Sumatera Utara
tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1990). Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan biaya. Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil (Wasis, 1992). Biaya dalam suatu usaha dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap (variable cost) didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi (c), 1995) Dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi (Samuelson, 2001). Keberhasilan industri pada masa yang akan datang sangat tergantung pada pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan potensi yang sangat besar di dalam negeri (Sumarsono, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Kebijaksanaan ketenagakerjaan diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Disamping adanya peningkatan produksi juga dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan (Sumarsono, 2003). Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target hasil yang direncanakan atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda terhadap tenaga kerja, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi (Simanjuntak, 1998). Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula. Karenanya perluasan kesempatan kerja merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial untuk bisa tumbuh secara otomatis dan terusmenerus (Sagir, 1992)
Universitas Sumatera Utara
Badan
Pusat
Statistik
menggolongkan
perusahaan/usaha
industri
pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut adalah : 1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang. 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang. 3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. 4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001). Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Jika produksi besar, tetapi tidak memiliki sasaran pasar maka hasil produksi tidak akan bisa terjual.Oleh karena itu, sebelum melangkah ke usaha produksi, sebaiknya pengusaha perikanan berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pasar sebaiknya dapat dianalisis secara akurat. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap terhadap hal ini agar tidak terjadi permasalahan (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008). Keuntungan dari adanya pengalengan hasil dari perikanan adalah melakukan ekspor karena Cunang renang bisa dijual di pasar domestik maupun pasar internasional, Hal ini karena Cunang renang adalah salah satu bahan makanan yang setiap hari dikonsumsi mansyarakat sebagai lauk-pauk. Jumlah permintaan pasarnya di pasar domestik maupun pasar internasional sangat tinggi (Sarwono,2003).
Universitas Sumatera Utara
Di pasar Internasional, permintaan ikan Cunang renang sangat tinggi, sedangkan pasokannya masih rendah, kondisi ini sangat menguntungkan karena harga yang ditawarkan tinggi, Jepang menjadi tujuan ekspor ikan Cunang renang Indonesia, tetapi Negara itu juga merupakan negara penghasil ikan Cunang renang di dunia yang terbesar. Membudidayakan
ikan
Cunang
renang
merupakan
bisnis
yang
menguntungkan karena selisih antara pendapatan dengan biaya produksi sangat tinggi atau dengan kata lain menguntungkan. Keuntungan ini diperoleh dari harga ikan Cunang renang yang cukup tinggi dan biaya yang dikeluarkan bisa ditekan serendah mungkin. Tahun 2006, harga ikan Cunang renang konsumsi ukuran 110120 Gram di pasar domestik dapat mencapai Rp 60.000/Kg dengan biaya produksi rata-rata Rp 40.000/Kg. Keuntungan ini akan semakin berlipat dalam bila dijual ke pasar internasional mencapai 14 U$ atau Rp 130.000.000/Kg. Terlebih lagi bila skala usaha semakin ditingkatkan dan manajemennya diatur dengan baik (Sasongko,2007).
2.4. Kerangka Pemikiran Usaha pengalengan Cunang renang merupakan salah satu industri pengalengan yang dengan memanfaatkan ikan sebagai bahan baku utamanya, dimana ikan Cunang renang tersebut dikalengkan sesuai dengan kebutuhan untuk dijual dan diekspor, Dalam hal ini pengadaan input yaitu jumlah dan kontiniuitas ikan segar, Ketersediaan tenaga kerja, Ketersediaan mesin, dan Ketersediaan teknologi sangat diperlukan untuk pengalengan ikan.
Universitas Sumatera Utara
Ikan Cunang renang dapat dinikmati dalam bentuk segar dan juga dapat dilakukan proses pengolahan lebih lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat diperoleh nilai tambah sehingga produk pengalengan ikan ini mampu menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses pengolahan ikan Cunang renang menjadi pengalengan ikan Cunnag renang ini tentu juga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian. Dalam proses produksi bisnis pengalengan ikan Cunang renang tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha pengalengan ikan Cunang renang, maka ikan kaleng ikan Cunang renang tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan dan
agar
pengalengan ikan Cunang renang tersebut dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. Nilai tambah untuk bisnis pengalengan ikan Cunang renang ini adalah nilai produk olahan (penerimaan) dikurangi dengan total nilai bahan baku dan bahan penunjang. Dimana nilai bahan baku diperoleh dari perkalian antara jumlah bahan baku yang dibutuhkan dengan harga beli bahan baku, sedangkan nilai bahan penunjang yang digunakan dikali dengan harga bahan penunjang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil produk pengalengan Ikan Cunang renang baik berupa ikan segar maupun produk pengalengan yang memiliki nilai tambah (value added) harus disalurkan kepada pabrik pengalengan atau konsumen melalui pedagang perantara, ini terjadi karena keterbatasan nelayan dalam menjalankan fungsi tataniaga. Baik keterbatasan kemampuan juga materil. Produk olahan ikan Cunang renang abon, lauk-pauk, fillet Dari usahatani, pengalengan ikan Cunang
dan
pemasaran pengalengan ikan Cunang renang akan diperoleh penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, sedangkan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dalam proses produksi industri pembuatan ikan kaleng tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha pengalengan ikan cunang renang, maka ikan Cunang renang kaleng tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan dan agar pengalengan ikan Cunang renang tersebut dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. Ketersediaan input yang cukup sangat mendukung besarnya produksi yang dihasilkan. Produksi yang tinngi akan sangat mempengaruhi keuntungan uang diperoleh petani. Semakin banyak produksi pengalengan ikan Cunang renang yang dijual dan kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi memberikan keuntungan yang besar untuk pabrik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan proses pengalengan terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh pabrik pengalengan ikan Cunang renang tersebut, untuk mengatasi kendala-kendala maka dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengadaan Input a. Jumlah dan kontiniuitas ikan Cunang renang segar b. Ketersedian Peralatan c. Ketersediaan Tenaga Kerja d. Ketersediaan Teknologi Biaya – Biaya Produksi : - Bahan Baku - Bahan Penunjang - Tenaga Kerja - Penyusutan
Proses Pengalengan Value Added
Produk ( Ikan kaleng ) Harga Jual Penerimaan dan Pendapatan Total Biaya Produksi Kendala-kendala
Keuntungan
Upaya-upaya
Keterangan :
: Ada hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikira
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis : 1) Input produksi bisnis pengalengan ikan Cunang renang cukup tersedia. 2) Biaya tetap bisnis pengalengan ikan Cunang renang lebih besar dari biaya variabel. 3)
Penerimaan
dan
pendapatan
yang
diperoleh
dalam
bisnis
pengalengan ikan Cunang renang adalah tinggi. 4)
Adanya nilai tambah (value added) yang diperoleh sebagai akibat proses Pengolahan yang menghasilkan pengalengan ikan Cunang renang.
5)
Volume pemasaran dalam bisnis pengalengan ikan Cunang renang dalam setiap tahunnnya mengalami peningkatan sangat tinggi baik dari pasar domestik dan pasar internasional.
Universitas Sumatera Utara