I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk perikanan, udang memberikan kontribusi sebesar 19 persen dari segi volume sebesar US$ 2.699.764.700 dan 43,3 persen dari segi nilai atau sebesar US$ 1.168.940.664 (Ditjen Perikanan Budidaya, April 2009)1. Perikanan dapat memberikan nilai strategis, diantaranya sumbangan terhadap ekspor, pendapatan nasional, ketahanan pangan serta penyediaan bahan pangan bergizi untuk dikonsumsi masyarakat2. Adapun beberapa negara pengekspor komoditi perikanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Indonesia dan Beberapa Negara-Negara Eksportir Komoditi Perikanan Luas Jumlah Eksport Ikan (US $) Negara Wilayah Penduduk 2001 2004 (km2) Tahun 2001 Thailand 513.515 61.251.000 4.039.127 4.034.003 China 9.572.900 1.274.915.000 3.999.274 6.636.839 Norwey 323.758 4.516.000 3.363.955 4.132.147 USA 9.518.323 286.067.000 3.316.056 3.850.629 Canada 9.970.610 31.081.900 2.797.933 3.487.477 Denmark 43.096 5.358.000 2.660.563 3.566.149 Chile 756.626 15.402.000 1.939.295 2.483.628 Spain 505.990 40.144.000 1.844.257 2.564.977 China, Taiwan 36.188 22.340.000 1.809.358 1.800.504 Indonesia 1.922.570 212.195.000 1.533.061 1.654.112 Sumber : Year Book Of Fisheries FHO, Webster’s New International Atlas, Jawa Barat Dalam Angka 2006 Dilihat dari Tabel 1 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan luasan wilayah yang tergolong besar jika dibandingkan dengan negara Thailand, tetapi hal ini berbeda jauh dengan nilai ekspor yang didapat oleh Indonesia. Dengan luasan wilayah yang besar, Indonesia masih memiliki potensi 1
http://pheyodiccaps.blogspot.com/2010/12/potensi-bahari-Indonesia-udang.html (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] 2 www.Dinas Kelautan dan Perikanan.go.id [14 januari 2011]
1
untuk meningkatkan hasil perikanan khususnya ekspor. Salah satu komoditi unggulan adalah udang windu yang merupakan indegeneous species Indonesia di tahun 1980-an. Udang windu adalah primadona produk perikanan karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan, khususnya pada perusahaan. Volume ekspor udang pada tahun 2000-2006 mengalami peningkatan sebesar 6,65 persen, yaitu tahun 2000 produksi udang mencapai 116.188 ton dan pada tahun 2006 telah meningkat menjadi 169.581 ton. Negara tujuan ekspor komoditi udang saat ini adalah ke Jepang, USA dan Uni Europa. Volume dan nilai ekspor udang tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Udang Tahun 2000-2006 No. Tahun Volume (ton) Nilai Ekspor (US$) 1. 2000 116 188 1 002124 2. 2001 128 830 934989 3. 2002 124 765 836563 4. 2003 137 636 850222 5. 2004 139 450 887127 6. 2005 153 906 948130 7. 2006 169 581 1 098 651 Sumber : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, 2008
Indonesia masih menjadi negara pengekspor udang terbesar setelah beberapa negara, seperti China, Thailand dan Vietnam. Pasar utama Indonesia untuk udang windu adalah Jepang dan Amerika Serikat. Sedangkan untuk pesaing Indonesia, yaitu Thailand memiliki pasang pasar yang kuat di Amerika Serikat dan memberikan kontribusi bagi perekonomian negaranya. Begitu pula dengan Vietnam yang mengekspor ke Negara Jepang dan Amerika Serikat dengan volume ekspor yang tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Beberapa negara lainnya, seperti China dan Ekuador memiliki mengekspor udang ke Negara Amerika Serikat saja pada tahun 2009 dengan volume ekspor yang cukup besar. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh National Marine Fisheries Service (NMFS) menjelaskan negaranegera pengekspor udang tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.
2
Tabel 3. Pengekspor Udang Ke Beberapa Negara Tahun 2009 No. Pengekspor Negara Tujuan Juni 2009 Volume Nilai Ekspor Ekspor (MT) (juta yen) 1. Indonesia Jepang 2.894 2.561 Amerika Serikat 5.680 2. Thailand Jepang 1.074 Amerika Serikat 15.264 3. Vietnam Jepang 2.968 2.532 Amerika Serikat 3.348 4. Ekuador Amerika Serikat 5.338 5. China Amerika Serikat 2.973 Indonesia masih memegang peranan yang penting dalam menyediakan komoditi udang bagi negara jepang. Walaupun hasil yang didapatkan pada bulan Juni 2009 tidak jauh beda dengan negara Vietnam, tetapi nilai ekspornya lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Sedangkan untuk pasar Amerika Serikat, Indonesia berada di urutan ke-2 sebagai negara pengekspor. Potensi udang windu juga dimiliki beberapa daerah di Jawa Barat, salah satunya adalah Kabupaten Karawang. Daerah ini terletak di bagian Utara Propinsi Jawa Barat yang secara geografis berada diantara 107°2-107°40 BT dan 5°56-6°34 LS. Kabupaten Karawang termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai variasi kemiringan 0-2 persen, 2-15 persen dan diatas 40 persen. Potensi ikan dan udang di Kabupaten Karawang cukup beragam dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena didukung oleh panjang pantai yang terbentang dari bagian Utara sepanjang 84,23 km dan hutan mangrove seluas 8.736 ha. Adapun luas areal perikanan budidaya di Kabupaten Karawang Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Areal Perikanan Budidaya Kabupaten Karawang Tahun 2010 No. Areal Perikanan Potensi (ha) Dimanfaatkan (ha) Persentase (%) 1. Tambak 18.273,300 13.405,00 73,36 2. Sawah 10.580,80 179,05 1,69 3. Kolam 1.188,19 636,01 53,53 KJA (Keramba 4. 99 79 79,79 Jaring Apung) Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, 2011
3
Daerah-daerah di Pantura terdiri dari beberapa wilayah, antara lain : Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang dan Bekasi. Dari beberapa wilayah yang ada, Karawang merupakan tiga wilayah terbesar yang masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan dan ini merupakan potensi yang besar untuk meningkatkan produksi perikanan. Adapun data mengenai Rumah Tangga Perikanan (RTP) pantura tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rumah Tangga Perikanan Pantura Tahun 2009 No. Wilayah RTP Pantura 2009 1. Kota Cirebon 204 2. Kabupaten Cirebon 8.025 3. Indramayu 6.101 4. Subang 726 5. Karawang 1.088 6. Bekasi 713 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, 2009 Luas dan produksi tambak di Pantura tahun 2009 Karawang masih menghasilkan perikanan dalam jumlah yang besar setelah Indramayu. Dengan luasan yang cukup besar membuat produksi juga semakin besar dan ini merupakan potensi yang harus terus ditingkatkan. Luas dan produksi tambak Pantura tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas dan Produksi Tambak Pantura Tahun 2009 No. Lokasi Luas (ha) Produksi (ton)
Jumlah Pembudidaya 1. Kota Cirebon 91 47,08 200 2. Kabupaten Cirebon 7.500 16.067,3 431 3. Indramayu 22.800 50.588,03 6.565 4. Subang 10.000 18.810,14 548 5. Karawang 18.348 33.848,60 3.887 6. Bekasi 12.000 21.820,89 1.167 Sumber : Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut, 2009 Potensi perikanan yang dikembangkan khususnya di Kabupaten Karawang adalah budidaya ikan air payau (tambak), budidaya ikan air tawar dan perikanan hasil tangkapan, baik di laut maupun di perairan umum. Dilihat dari potensi lahan 4
tambak yang luas, membuat Karawang menghasilkan cukup tinggi hasil perikanan tambaknya. Salah satu komoditi perikanan tambak yang dibudidayakan adalah udang windu yang merupakan komoditi yang memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran. Tidak hanya udang windu saja yang dibudidayakan, ada beberapa jenis komoditi perikanan yang cocok untuk dibudidayakan di tambak. Tingginya pemanfaatan areal tambak di Kabupaten Karawang dibandingkan dengan areal perikanan yang lain disebabkan oleh lokasi tambak yang dekat dengan sumber air, yaitu air laut di Pantai Utara (Pantura). Hasil produksi ikan tambak cukup besar dengan potensi luas areal yang cukup memadai dibandingkan dengan tempat budidaya lainnya. Disamping itu, beberapa jenis ikan maupun udang-udangan yang memiliki peran yang cukup besar di Kabupaten Karawang ini adalah udang windu sebagai salah satu komoditas utama. Udang windu masih banyak dibudidayakan karena memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan serta memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan jenis udang dan ikan-ikan lainnya. Adapun produksi ikan, RTP (Rumah Tangga Perikanan), luas areal yang dimanfaatkan menurut tempat budidaya Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Produksi Ikan Menurut Tempat Budidaya Tahun 2007-2010 Produksi (ton) Tempat No. Produksi Ikan 2007 2008 2009 1. Tambak 32.952,40 33.985,91 35.005,49 2. Sawah 2.093,40 2.156,58 671,47 3. Kolam 632,90 651,91 2.221,28 KJA (Keramba 4. 155,50 160,16 164,98 Jaring Apung) Jumlah 34.311,30 36,954,56 38.063,22 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, 2011
2010 35.101,19 611,92 2.225,35 165,17 38,103.63
Harga udang windu dengan size 30 (1 kg = 30 ekor) memiliki harga Rp 60.000,00 per kg. Sedangkan harga udang vanname yaitu Rp 45.000,00 dengan size 30. Bandeng memiliki harga Rp 10.000,00 per kg dengan size 10 dan ikan nila memiliki harga Rp 9.000,00 per kg dengan size 10. Harga jual udang windu hingga sekarang masih unggul. Tingginya produksi perikanan tambak juga dikarenakan besarnya kontribusi komoditi perikanan lain, seperti bandeng, ikan 5
nila, rumput laut dan beberapa ikan-ikan lain dalam meningkatkan produksi perikanan tambak di Kabupaten Karawang. Adapun produksi ikan tambak berdasarkan jenisnya Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Produksi Ikan Di Tambak Berdasarkan Jenis Ikan Tahun 2007-2010 di Kabupaten Karawang Jumlah (ton) No. Jenis Ikan 2007 2008 2009 2010 1. Bandeng 28.159,10 15.514,63 15.980,07 17.038,27 2. Mujaer 1.140,30 4.140,30 4.246,27 4.320,54 3. Blanak 22,40 2.249,90 2.317,38 2.402,08 4. Udang windu 1.430,70 5.415,90 5.578,37 3.481,43 Jumlah 30.752,50 27.320,73 28.122,09 27.242,32 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, 2011 Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi udang windu mengalami peningkatan yang cukup tajam di tahun 2008 mencapai tiga kali lipat dari tahun 2007. Peningkatan jumlah produksi disebabkan oleh bebarapa hal salah satunya adalah pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk membudiayakan udang windu sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Karawang. Selain itu, keadaan atau lingkungan yang baik juga mempengaruhi kehidupan udang windu. Penurunan yang signifikan di tahun 2010 mencapai 2.096,94 ton, dimana hasil yang didapat pada tahun 2009 sebesar 5.578,37 ton. Beberapa jenis ikan tambak lainnya mengalami kenaikan tiap tahunnya, kecuali bandeng telah mengalami penurunan produksi di tahun 2008. Penurunan produksi udang windu di tahun 2010 diduga karena lingkungan sekitar tambak yang sudah tidak lagi memenuhi kriteria, khususnya air laut yang tercemar oleh bahan-bahan kimia berbahaya sehingga berakibat pada jumlah udang alam yang semakin menipis. Penurunan produksi udang windu juga bisa disebabkan oleh merambahnya virus white spot atau bintik putih ke areal tambak sehingga menurunkan kualitas lingkungan tambak sebagai media tumbuh kembang udang, lahan tambak yang sudah tidak produktif membuat semakin menyempitnya lahan untuk budidaya, abrasi setiap tahun yang membuat lahan tambak tertutup oleh air laut, beralihnya udang windu ke komoditi lain yang 6
dinilai dapat meningkatkan pendapatan para petambak seperti udang vanname, bandeng, kepiting dan beberapa jenis ikan lainnya seperti ikan nila dan ikan mas. Kabupaten Karawang yang menjadi sentral perikanan khususnya udang windu mengalami kemunduran pada beberapa periode yang lalu. Untuk dapat meningkatkan produksinya, para petambak melakukan berbagai macam cara untuk dapat mempertahankan komoditas yang dibudidayakan. Berdasarkan data yang ada, produksi perikanan budidaya pembesaran tambak pada kuartal 1 sampai kuartal 4 tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Tambak Kuartal 1-4 Tahun 2008 Kabupaten Karawang Kuartal (dalam ton) No Komoditas 1 2 3 4 1. Udang windu 530,40 1.479,20 1.589,40 1.665,20 2. Udang putih 257,80 695,70 699,70 772 3. Udang api-api 348 864,50 864,70 1.109,90 4. Udang vanname Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2010
Dalam satu kuartal (tahun 2008), udang windu masih memegang peranan pertama sebagai salah satu komoditas yang paling besar diproduksi dalam tambak. Hal ini terlihat dari peningkatan yang terjadi tiap kuartalnya. Peningkatan ini didasari bahwa udang windu masih menjadi primadona bagi para petambak di Kabupaten Karawang. Adapun Nilai produksi perikanan budidaya pembesaran tambak kuartal 1-4 dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Tambak Kuartal 1 Kuartal 4 Tahun 2008 Kabupaten Karawang Kuartal (satuan Rp 1.000) No Komoditas 1 2 3 4 1. Udang windu 31.824.000 88.752.000 95.364.000 99.912.000 2. Udang putih 6.702.800 19.479.600 19.591.600 21.616.000 3. Udang api-api 6.960.000 17.290.000 17.294.000 22.198.000 4. Udang vanname Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, 2010
7
Udang memiliki kandungan protein yang dapat dikategorikan sebagai protein lengkap karena kadar asam amino yang tinggi. Dalam 100 gram udang mentah mengandung 20,3 gram protein untuk memenuhi kebutuhan protein sebesar 41 persen. Adapun kandungan asam amino yang baik untuk tubuh dalam 100 gram udang (Lampiran 8) sedangkan untuk dapat melihat kandungan udang windu yang tertinggi berturut-turut sesuai dengan persentase kebutuhan harian (daily value) (Lampiran 9). Desa Pusakajaya Utara merupakan salah satu desa yang berada dalam lingkup Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang yang memiliki luas sebesar 9.111.140 m2 serta potensi yang cukup besar terhadap komoditas udang, khususnya udang windu. Sebagian besar masyarakatnya membudidayakan udang windu secara tradisional dalam tambak. Komoditas udang windu masih menjadi produk unggulan karena selain memiliki bentuk yang bisa mencapai size 15 (1 kg = 15 ekor), harga jual tinggi, serta udang windu juga masih menjadi incaran pasar di dalam maupun luar negeri. Di dalam persaingan yang semakin ketat, para petambak udang windu di desa ini masih tetap mengusahakan udang windu sebagai produk andalan karena dinilai memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan jenis ikan tambak lainnya. Penelitian mengenai Analisis Risiko Faktor-Faktor Produktivitas Udang Windu (Penaeus monodon) pada Petambak Tradisional di Desa Pusakajaya Utara Kabupaten Karawang penting dilakukan karena untuk melihat kondisi nyata petambak udang windu tradisional di Desa Pusakajaya Utara sehingga para petambak dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan usaha di bidang budidaya udang windu sehingga dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Selain itu, dapat memberikan masukan serta saran yang berguna ke depannya.
1.2 Perumusan Masalah Desa Pusakajaya Utara merupakan salah satu desa di Kecamatan Cilebar yang berlokasi dekat dengan Pantai Utara. Sebagian besar masyarakat desa bermatapencaharian sebagai petambak tradisional karena sebagian besar luasan wilayah di daerah ini adalah tambak. Komoditi yang masih memiliki potensi 8
untuk diusahakan adalah udang windu. Budidaya udang windu secara tradisional tidak menggunakan pakan buatan sehingga hanya memakan biaya operasi sebesar 40 persen saja. Biaya terbesar dalam usaha budidaya adalah biaya pakan yang memerlukan biaya tinggi untuk meningkatkan produksi, yaitu sekitar 60-70 persen. Selain itu, penggunaan input-input produksi tidak terlalu banyak dengan luasan lahan yang dimiliki para petambak tidak terlalu besar. Penggunaan biaya yang kecil membuat banyak pembudidaya mengembangkan usaha budidaya udang windu karena dinilai memiliki nilai jual tinggi dan komoditi yang cepat berkembang. Penurunan kualitas lingkungan tambak yang terjadi di desa ini menjadi salah satu penyebab beralihnya para petambak udang windu ke komoditas perikanan lain yang dianggap memiliki prospek yang baik demi tercapainya peningkatan pendapatan para petambak. Permasalahan ini berdampak kepada produksi udang windu yang semakin menurun. Dengan teknologi yang sederhana masih belum bisa menangani permasalahan terhadap lingkungan tambak. Pokok permasalahan juga terdapat pada keseimbangan lahan yang mulai menurun di lokasi. Lahan tambak saat ini sudah terkontaminasi dengan virus yang masuk ke areal tambak melalui media air. Dimana tidak jauh dari tempat lokasi budidaya terdapat pengeboran kilang minyak yang membuat keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Tapi sebagian petambak lain masih tetap bertahan membudidayakan udang windu dengan alasan bahwa udang windu masih memiliki nilai jual yang tinggi. Walaupun produksi udang windu yang berfluktuatif membuat sebagian petambak yang masih bertahan saat ini berharap bahwa bisa mendapatkan hasil yang besar. Adapun hama tambak dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan pemangsa, golongan penyaing dan golongan pengganggu. Golongan pemangsa, terdiri dari kakap, kepiting maupun ular. Golongan penyaing, terdiri dari siput dan udang-udangan kecil dan golongan pengganggu terdiri dari udang tanah, tritip, remis dan tiram. Penyakit udang dapat terjadi pada masa pemeliharaan di tambak. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh protozoa, bakteri, cendawan dan virus. Apabila udang sudah terserang penyakit maka sulit untuk disembuhkan, terlebih lagi teknologi yang digunakan masih sederhana. Cara digunakan untuk 9
mengatasi hal ini adalah dengan mengganti air sebagian atau seluruhnya apabila terlihat kondisi di lingkungan tambak yang menurun. Kondisi tambak yang menurun dapat dilihat dari kelainan udang yang berakibat produksi menurun dan kualitas udang yang dihasilkan tidak sesuai atau kurang baik. Salah satu gejala yang dialami oleh udang adalah insang hitam. Penanggulangannya adalah dengan mengganti air baru sampai air menjadi jernih. Adapun produktivitas udang windu di Desa Pusakajaya Utara Tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 1.
350 300 250 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Produktivitas (Kg/Ha)
standar
Gambar 1. Produktivitas Udang Windu Di Desa Pusakajaya Utara Tahun 2010 (2 siklus penanaman) Grafik diatas menggambarkan bahwa dari 30 responden yang dianalisis menujukkan sebesar 19 responden yang produktivitasnya berada di bawah garis standar atau rata-rata, yaitu 143,22 kg/ha. Banyaknya responden yang berada dibawah garis standar dikarenakan bahwa kurangnya penanganan dalam mengatasi berbagai kemungkinan yang terjadi di areal tambak karena pangetahuan yang dimiliki cukup terbatas. Selain itu, benur yang ditebar ke tambak tidak terlalu banyak dengan tingkat kehidupan (Survival Rate) yang rendah karena menggunakan sistem budidaya tradisional (teknologi yang digunakan sederhana). Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan permasalahan dapat dikaji lebih dalam lagi, antara lain : 10
1.
Bagaimana sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh para petambak udang windu di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang?
2.
Bagaimana faktor-faktor dalam kegiatan budidaya udang windu dapat mempengaruhi risiko dalam produktivitas udang windu bila dikaitkan dengan fungsi produktivitas rata-rata dan variance yang dihadapi petambak di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini, yaitu : 1.
Identifikasi sumber-sumber risiko.
2.
Menganalisis faktor-faktor dalam kegiatan budidaya udang windu dilihat dari tingkat produktivitasnya dan dikaitkan dengan fungsi produktivitas rata-rata dan variance secara signifikan pada komoditas udang windu.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup berharga dan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, diantaranya : 1.
Bagi petambak udang, hasil kajian yang dilakukan dapat digunakan sebagai literatur untuk meminimalkan risiko, memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha udang windu dalam tambak tradisional agar dapat meningkatkan hasil produksi yang berdampak pada keuntungan yang diterima oleh petambak di Desa Pustakajaya Utara, Kabupaten Karawang.
2.
Bagi penulis, sebagai sarana dalam peningkatan kompetensi diri, baik dalam pengetahuan dan keterampilan dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan yang terdapat dalam sektor perikanan khususnya budidaya tambak tradisional.
3.
Bagi institusi, sebagai literatur dan informasi mengenai analisis risiko produksi serta faktor-faktornya yang mempengaruhi kegiatan para petambak tradisional udang windu (Penaeus monodon) di Desa Pustakajaya Utara, Kabupaten Karawang. 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan pada Analisis Risiko Faktor-Faktor Produktivitas Udang Windu (Penaeus monodon) pada Petambak Tradisional di Desa Pusakajaya Utara Kabupaten Karawang dengan ruang lingkup penelitian, antara lain : 1.
Menganalisis faktor-faktor produktivitas pada usaha budidaya udang windu secara tradisional.
2.
Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dialami pada usaha budidaya.
12