Skripsi HUBUNGAN MOTIVASI DAN POLA MENONTON DENGAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PROGRAM BERITA TV ONE (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor)
AMELIA ANDREMICA I34060949
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT AMELIA ANDREMICA. Relationship of Motivation and Patterns of Watching with Satisfactory Rate of College Student on TV One News Program (Case of College Student of Communication Science and Community Development, Human Ecology Faculty of Bogor Agricultural Institute). Under direction of AMIRUDDIN SALEH. Television is most effective mass media to transfer information to audience than print media. Recently, people use television not only to get entertainment but also information. One of television programme that content more information and knowledge is news programme. TV One becomes one option which can be a source of recent information and science for the audiences. Based on uses and gratification theory, the audiences were looked actively in using mass media to fulfill their need. It means that someone uses mass media because of a certain motive. Mass media aplication offer expectable satisfaction for the audience. The audiences behaviour in applying media continually will increase day after day, in which they get satisfaction. It called by pattern of watching. Therefore, this reseach examines relationship between motivation, patterns of watching and satisfactory rate of college student on TV One news program. This research was done by a quantitative survey using a descriptive correlational design. Respondents were college student in Bogor Agriculture University and it selected by proportional stratified random sampling technique. Data were processed by the frequency distribution table and mean scores, chi square analysis and rank Spearman correlation test with SPSS for windows version 17. The patterns of watching such as duration and shows option had a significant relation (p<0,05) with whole aspects of motivation for each of them. But, frequency had a possitive significant relation (p<0,05) with entertainment satisfaction. Motivation of information, integration and social interaction had a highly possitive significant relation (p<0,01) with satisfaction rate of information, personal identity, integration, social interaction and entertainment. Motivation of personal identity had a highly significant relation (p<0,01) in motivation of information, personal identity, integration and social interaction. Motivation of entertainment had highly significant relation (p<0,01) with satisfaction of personal identity, integration, social interaction and entertainment. Keywords: news programme, motivation, patterns of watching, satisfaction rate
RINGKASAN AMELIA ANDREMICA. HUBUNGAN MOTIVASI DAN POLA MENONTON DENGAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PROGRAM BERITA TV ONE (KASUS MAHASISWA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT, FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR). Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH. Penelitian ini membahas dan memaparkan mengenai hubungan antara motivasi, pola menonton dan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One. Berbagai faktor pendorong atau motivasi yang turut mempengaruhi mahasiswa dalam menonton program berita TV One. Pola menonton program berita TV One mencakup durasi menonton, frekuensi dan pilihan acara berita yang paling banyak ditonton. Televisi merupakan media komunikasi massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi ataupun hiburan. Oleh sebab itu, khalayak dapat menentukan sendiri pilihan acara yang akan ditontonnya. Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan uses and gratification. Program berita TV One merupakan salah satu program acara berita yang dipilih khalayak untuk memenuhi kebutuhan akan informasi guna memperluas wawasannya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan motivasi mahasiswa untuk menonton program berita TV One, (2) menganalisis hubungan antara motivasi dan pola menonton mahasiswa terhadap program berita TV One dan (3) menganalisis hubungan motivasi dan pola menonton dengan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One. Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor, pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan IPB merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri di wilayah Bogor dan termasuk perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian menggunakan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Sedangkan jumlah responden yang diambil sebanyak 154 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Stratified
Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder yang digunakan adalah data profil TV One, tayangan program berita TV One dan literatur yang menunjang penelitian. Selain itu, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap kuesioner sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil uji validitas yaitu dari 77 pernyataan, terdapat 36 pernyataan yang memiliki hasil uji validitas lebih kecil pada taraf nyata 5% dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361), sehingga lebih dari separoh item pernyataan di kuesioner dinyatakan telah valid. Pernyataan yang tidak valid kemudian diganti dengan pernyataan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Nilai reliabilitas yang diperoleh yaitu sebesar 0,769 yang berarti kuesioner termasuk kategori reliabel, sehingga dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tergolong tinggi baik untuk motivasi informasi, motivasi identitas pribadi serta motivasi integrasi dan interaksi sosial responden. Namun, motivasi hiburan responden dalam menonton program berita TV One tergolong rendah. Umumnya, lingkungan sosial responden memiliki pengaruh yang rendah dalam proses pengambilan keputusan untuk menonton. karakteristik individu memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan setiap aspek motivasi yang diamati. Hanya waktu luang yang memiliki hubungan nyata negatif (p<0,05) dengan motivasi identitas pribadi. Pola menonton memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan seluruh aspek motivasi. Hanya frekuensi menonton yang memiliki hubungan positif nyata (p<0,05) dengan tingkat kepuasan hiburan. Motivasi informasi memiliki hubungan positif sangat nyata (p<0,01) dengan seluruh aspek kepuasan yang diamati. Motivasi identitas pribadi ternyata juga memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan seluruh aspek kepuasan, kecuali kepuasan hiburan. Motivasi integrasi dan interaksi sosial memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan setiap aspek kepuasan. Motivasi hiburan juga memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan seluruh aspek kepuasan.
HUBUNGAN MOTIVASI DAN POLA MENONTON DENGAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PROGRAM BERITA TV ONE (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB)
AMELIA ANDREMICA
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Kelulusan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Amelia Andremica Nomor Pokok : I34060949 Judul : Hubungan Motivasi dan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Program Berita TV One (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB) dapat diterima sebagai bagian persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS NIP. 19611113 198811 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan PengembanganMasyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian:
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi dan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Mahasiswa terhadap Program Berita TV One (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor)” belum pernah diajukan pada perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahanbahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikin pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Agustus 2010
Amelia Andremica I34060949
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat pada tanggal 15 Januari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Refrizal dan Ibu Misteti, S.Pd. Penulis menamatkan pendidikan Taman KanakKanak (TK) di TK Wijaya Tangerang (1993-1994), Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gebang Raya I (1994-2000), Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Pasar Kemis Tangerang (2000-2003) dan Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 4 Tangerang (2003-2006). Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di kampus, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman dan menjadi pengurus selama dua periode. Pada 2007-2008 penulis menjadi Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan pada 2008-2009 penulis menjadi staf Departemen Fasilitas dan Properti (Faspro). Selain itu, penulis berkesempatan mengikuti misi budaya, Gentra goes to Malaysia mewakili Institut Pertanian Bogor dan berpartisipasi dalam pemecahan rekor MURI Rampak Suling. Beberapa kegiatan kepanitiaan yang diikuti penulis dalam berbagai acara di kampus IPB yaitu Masa Perkenalan Fakultas (MPF), Fakultas Ekologi Manusia 2008, Communication and Community Development Expo (Commnex) 2008, Ecology Sport Event (E’Spent) 2008, Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2008, Ki Sunda Midang VI (2009), Indonesian Ecology Expo (2009).
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi dan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Mahasiswa
terhadap Program
Berita TV
One
(Kasus Mahasiswa
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Di era globalisasi ini, televisi menjadi media yang paling banyak digunakan untuk mengakses berbagai informasi di seluruh dunia. Maraknya persaingan di kancah pertelevisian mengakibatkan dominasi acara-acara yang bersifat menghibur daripada program acara yang sifatnya informatif dan mendidik. Salah satu program acara yang informatif dan sarat pengetahuan adalah program berita. Banyak faktor yang menentukan apakah suatu berita layak ditampilkan atau bagaimana berita tersebut ditampilkan. Salah satu yang menentukannya adalah nilai berita itu sendiri. Program berita TV One merupakan salah satu program acara berita yang dipilih mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengikuti perkembangan zaman. Berbagai faktor pendorong atau motivasi yang turut mempengaruhi mahasiswa dalam menonton program berita TV One yaitu motif informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Fakta menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki motivasi tinggi di setiap aspek motivasi yang diamati, memiliki durasi menonton lebih lama. Selain itu, pola menonton juga memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan menonton, sebab jika memperoleh kepuasan dari penggunaannya terhadap media, maka frekuensi menonton khalayak juga cenderung meningkat. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2010 Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1.
Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS sebagai dosen pembimbing atas kesabaran serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA yang telah bersedia menjadi Dosen penguji utama dalam ujian sidang skripsi.
3.
Bapak Ir. Dwi Sadono, M.Si yang telah bersedia menjadi Dosen penguji perwakilan dari Departemen SKPM.
4.
Kedua orang tuaku Misteti, S.Pd (mamah) dan Refrizal (papa) yang selalu memberikan dukungan dan tak henti mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, uni-uniku, adik-adikku Andre, Nella, Mela, serta keluarga besar yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis.
5.
Abangku, Sani Etyarsah yang selalu membantu, memberi motivasi serta perhatian dalam penulisan skripsi ini.
6.
Sahabat-sahabatku di KPM’43 Mba Yu, Utut, Nadra, Arif Dudul, Rany yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Teman-teman seperjuanganku Viora, mas Ryan dan Tika, makasi yah bimbingannya, akhirnya mel bisa menyusul.
8.
Teman-teman KPM’43, yang bersedia mengisi kuesioner serta yang selalu memberikan keceriaan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
9.
Teman-teman KPM’44 dan 45 terimakasih telah bersedia membantu dalam pengisian kuesioner penelitian.
10. Keluarga besar di Gentra Kaheman dan Mmak/Meiyana, Poppy, Ayun, terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini. 11. Teman-temanku di Wisma Bintang “belakang” Ririchonk PSP’43, Pipit ESL’43, Arum Mate’43, Ayu Kim’43, Cicay GM’43, Ririmen Mene’43, Wing ESL’43, Sari Bio’43, Maget Mene’43, Rani, Nahrin, Aida, mba-
mba’ku dan ade-adeku para bintang’ers yang selalu jadi tempat berbagi cerita dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xiv
PENDAHULUAN............................................................................... Latar Belakang Penelitian .................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................................. Kegunaan Penelitian ............................................................................
1 1 4 4 4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... Definisi Komunikasi Massa ................................................................. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ............................. Program Berita Televisi ....................................................................... Ciri-ciri Program Berita yang Berkualitas dan Waktu Pemberitaan ................................................................................ Kelebihan dan Kekurangan Berita Televisi ................................ Motivasi Menonton Televisi ................................................................ Pola Menonton Televisi ....................................................................... Efek Komunikasi Massa ...................................................................... Pendekatan Uses and Gratification ............................................ Kepuasan Khalayak terhadap Media .......................................... Hubungan Motivasi, Pola Menonton dan Tingkat Kepuasan Individu dalam Menonton Televisi ...........................................................
6 6 7 9 9 11 12 14 15 15 16 17
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ............................. Kerangka Pemikiran ............................................................................. Hipotesis Penelitian .................................................................... Definisi Operasional ...................................................................
19 19 21 21
METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... Desain Penelitian.................................................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... Penetapan Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ............................. Data dan Instrumentasi......................................................................... Data ............................................................................................. Instrumentasi .............................................................................. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi............................................... Validitas Instrumen..................................................................... Reliabilitas Instrumen ................................................................. Teknik Analisis Data ............................................................................
24 24 24 24 25 25 26 26 26 27 27
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... Gambaran Umum Departemen SKPM Fakultas Ekologi Manusia IPB ............................................................................... Gambaran Umum TV One ................................................................... Visi, Misi dan Logo TV One ...................................................... Karakteristik Individu .......................................................................... Jenis Kelamin ............................................................................. Waktu Luang Responden............................................................ Lingkungan Sosial Responden ............................................................. Motivasi Menonton Responden terhadap Program Berita TV One ..... Pola Menonton Responden pada Program Berita TV One .................. Frekuensi Menonton ................................................................... Durasi Menonton ........................................................................ Pilihan Acara .............................................................................. Tingkat Kepuasan Menonton Responden terhadap Program Berita TV One ....................................................................................... Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial dengan Motivasi Menonton Program Berita TV One ............................. Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One ............................................................................ Hubungan Motivasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One .............................................................. Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One ..............................................................
29 29 30 31 31 32 32 33 34 35 36 36 37 37 39 41 42 44
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
46 46 46
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
47
LAMPIRAN ........................................................................................
49
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Distribusi Populasi dan Sampel ....................................................
25
2.
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu .................
32
3.
Rataan Skor Lingkungan Sosial Responden .................................
33
4.
Rataan Skor Motivasi Menonton Responden terhadap Program Berita TV One ...............................................................................
35
Distribusi Responden Menurut Pola Menonton Program Berita TV One ..........................................................................................
36
Rataan Skor Tingkat Kepuasan Responden dalam Menonton Program Berita TV One ................................................................
38
Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Menonton Program Berita TV One ................................................................
39
Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One ...............................................................................
41
Hubungan Motivasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One ...............................................
42
10. Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One ................................................................
44
5. 6. 7. 8. 9.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................
50
2.
Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Angkatan dengan Motivasi Menonton TV One ........................................................................
55
Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Jenis Kelamin dengan Motivasi Menonton TV One .........................................................
58
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Waktu Luang dengan Motivasi Menonton TV One .................................
61
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Lingkungan Sosial dengan Motivasi Menonton TV One ..................................
62
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One.........
63
Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Pilihan Acara dengan Motivasi Menonton TV One .........................................................
64
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Motivasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One ............
67
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One ............
68
10. Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Pilihan Acara dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One ..........................................
69
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Sekarang ini televisi bukan lagi barang yang mewah, karena hampir di setiap rumahtangga telah memilikinya, termasuk masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Siaran televisi telah menjangkau hampir seluruh masyarakat di Indonesia sejak awal tahun 1989. Hingga saat ini, telah banyak bermunculan stasiun-stasiun televisi yang bersifat komersial, baik yang berskala nasional maupun lokal. Terdapat 11 stasiun televisi nasional yang ada di Indonesia, yaitu Cakrawala Andalas Televisi (Antv), Global TV (GTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Lativi, MetroTV, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Trans7 dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) (Isnanta dalam Novarinda, 2009). Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa televisi adalah media yang potensial, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. Oleh sebab itu, menurut Effendy dalam Mulyana (1997) porsi acara-acara televisi semestinya disajikan terutama untuk memenuhi aspek kognisinya agar fungsi televisi sebagai media massa dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Menurut Hofmann (1999), tugas media komunikasi secara umum adalah untuk membuat orang-orang terbelakang menjadi modern. Namun, saat ini fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi (Priyowidodo, 2008). Semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan saat ini, membuat maraknya persaingan dalam meningkatkan rating penonton menjadi semakin ketat. Akibatnya, untuk mendapatkan perhatian dari khalayak, pihak pengelola stasiun TV akan lebih banyak menyiarkan acara-acara yang disenangi oleh khalayak. Namun, inilah yang justru menggeser paradigma pihak pengelola untuk menyajikan program acara yang berkualitas dan sarat pengetahuan. Programprogram acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat.
2
Di zaman informasi sekarang ini, kebutuhan akan informasi yang cepat merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Program berita merupakan salah satu program televisi yang dipilih khalayak untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebab program berita berisi tentang informasi mengenai realitas sosial yang sedang terjadi. Berita televisi merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya dan disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Program berita juga bisa berisi materi tambahan seperti liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan lalu-lintas, komentar dan bahan lain yang dianggap relevan oleh penyiar berita dengan pendengar ataupun pemirsanya. Salah satu stasiun TV yang memfokuskan diri pada program berita yaitu TV One. Dengan program yang berbeda seperti ini, TV One menarik pemirsa yang berbeda. Penonton program berita kebanyakan adalah kaum terpelajar, khususnya mahasiswa. Terlepas dari pemirsanya yang cenderung tersegmentasi, kehadiran TV One secara umum memberi warna baru bagi dunia televisi swasta di tanah air. Berdasarkan hasil riset AGB Nielsen pada tahun 2008, TV One cenderung ditonton oleh pemirsa dewasa (usia di atas 20 tahun) dengan status sosio-ekonomi menengah atas, sedangkan dari sisi latar belakang pendidikan pemirsa juga terlihat adanya pemirsa berlatar belakang pendidikan tinggi (universitas) yang lebih dominan. 1 Mahasiswa sebagai kaum akademisi tidak hanya sebatas sebagai konsumen tetapi juga diharapkan mampu merespons atau bahkan mengkritisi informasi yang disampaikan dari program berita tersebut. Porsi jam tayang terbesar yang saat ini ditawarkan oleh TV One adalah informasi (28%), film (20%), berita (19%) dan olahraga (16%) tanpa program serial (Wijendaru, 2008). Berdasarkan riset yang dilakukan AGB Nielsen, rata-rata jumlah penonton program berita pada stasiun televisi yang mengkhususkan diri sebagai TV berita sepanjang tahun 2009 naik 28% menjadi 23.000 orang dibandingkan dengan 18.000 orang pada tahun sebelumnya. 2 Peningkatan jumlah pemirsa tersebut terjadi sejak April, bertepatan dengan penyelenggaraan pemilu legislatif. Tren tersebut berlanjut hingga menjelang pemilihan presiden (pilpres). Idris (1999) 1
Andini W, 2008, Sajian TV One Menarik Pemirsa yang Berbeda. http://www.agbnielsen.co.id/news/ php=com.html, [diakses 1 Oktober 2009] h.1. 2 _______, 2009, Pemilu Membuat Program Berita Naik Daun. http://www.agbnielsen.co.id/ news/php=com.html, [diakses 1 Oktober 2009] h.1.
3
yang menyatakan bahwa kualitas dasar berita yaitu dinilai dari: (1) kecermatan (accuracy), (2) menarik (interesting), (3) baru (timeliness) dan (4) mengandung penjelasan (explanation). Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa khalayak tidak semata-mata menginginkan fakta, tetapi juga ingin mendapat penjelasan yang lebih luas. Robert Tyrell sebagaimana dikutip Idris (1999), berita adalah informasi yang baru, menarik perhatian, mempengaruhi banyak orang dan punya kekuatan untuk membangkitkan selera yang mengikutinya. Akan tetapi, saat ini program berita harus bersaing dengan acara-acara hiburan seperti reality show, quiz, infotainment, musik, sinetron dan acara-acara lain yang bersifat menghibur. Acara-acara tersebut akhirnya lebih mendominasi dibandingkan program berita, meskipun ada beberapa stasiun TV yang memang bergerak khusus dalam program pemberitaan. Banyak faktor yang menentukan apakah suatu berita layak ditampilkan atau bagaimana berita tersebut ditampilkan. Salah satu yang menentukannya adalah nilai berita itu sendiri. Program berita TV One merupakan salah satu program acara berita yang dipilih mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengikuti perkembangan zaman. Berbagai faktor pendorong atau motivasi yang turut mempengaruhi mahasiswa dalam menonton program berita TV One yaitu motif informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Fakta menunjukkan bahwa terdapat hubungan motivasi dengan tingkat kepuasan yaitu semakin tinggi motivasi menonton, maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan. Motivasi juga berpengaruh terhadap pola menonton televisi yakni durasi atau total waktu yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, frekuensi menonton dan pilihan acara yang ditonton. Terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki motivasi tinggi di setiap motivasi, memiliki durasi menonton lebih lama. Oleh sebab itu, diasumsikan terdapat motif-motif tertentu yang mendorong seseorang dalam menonton program berita untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Setelah mengkonsumsi berita perlu diteliti apakah motif tersebut dapat terpuaskan. Hal ini berkaitan pula dengan pola menonton yang dapat diukur dari frekuensi menonton, durasi menonton dan pilihan acara. Ketika tingkat kepuasan terhadap media terpenuhi, maka pola menonton juga cenderung meningkat.
4
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah sejauh mana motivasi dan pola menonton mempengaruhi kepuasan responden terhadap program berita TV One. Permasalahan ini cukup penting untuk diteliti sebab saat ini kebutuhan akan informasi semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, perumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana hubungan karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan motivasi mahasiswa untuk menonton program berita TV One? 2. Sejauh mana hubungan antara motivasi dengan pola menonton mahasiswa terhadap program berita TV One? 3. Sejauh mana hubungan motivasi dan pola menonton dengan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka dirumuskanlah tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan motivasi mahasiswa untuk menonton program berita TV One. 2. Menganalisis hubungan antara motivasi dengan pola menonton mahasiswa terhadap program berita TV One. 3. Menganalisis hubungan motivasi dan pola menonton dengan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca maupun peminat studi yang dijadikan topik penelitian agar menambah informasi sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait dengan motivasi, pola menonton dan kepuasan khalayak terhadap program berita di televisi secara khusus:
5
1. Bagi pihak stasiun televisi, studi ini dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kualitas berita yang sesuai dengan minat dan kebutuhan khalayak. 2. Bagi khalayak, studi ini dapat menambah wawasan dan informasi mengenai motivasi, perilaku dan penilaian khalayak terhadap program berita di televisi. 3. Bagi kalangan akademisi, studi ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai program berita di televisi.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Komunikasi Massa Permana (2007) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) yang ditujukan kepada massa (khalayak) yang tidak tampak oleh penyampai pesan (abstrak). Menurut pendapat Rakhmat (2007) komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Dalam hal ini, jumlah penerima pada saat tertentu tidaklah esensial. Menurut Elizabeth Noelle-Neumann (1973) dalam Rakhmat (2007) secara teknis, komunikasi massa memiliki empat tanda pokok dari komunikasi antara lain: 1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis. 2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. 3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. 4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Menurut McQuail (2005) dari segi sosiologi komunikasi, beberapa karakteristik komunikasi massa ialah: 1. Adanya suatu organisasi yang kompleks dan formal dalam tugas operasional pengiriman pesan. 2. Adanya khalayak yang luas dan heterogen. 3. Isi pesan harus bersifat umum dan tidak dapat bersifat rahasia. 4. Komunikasi ditentukan dengan massa yang sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, keadaan sosial dan ekonomi maupun keadaan budayanya. 5. Setiap pesan mengalami kontrol sosial dalam arti murni, yaitu dinilai oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang dan taraf pendidikan maupun daya cernanya. 6. Sifat hubungan antara komunikator dan komunikan/khalayak adalah anonim. 7. Walaupun reaksi pada pihak khalayak akan berbeda-beda, tetapi pesan yang keluar dari agregat/peralatan komunikasi difokuskan pada perhatian yang
7
sama, seakan-akan khalayak yang heterogen tersebut akan memberi reaksi yang sama pula. Fungsi Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Menurut Hofmann (1999) tugas media komunikasi adalah untuk membuat orang-orang terbelakang menjadi modern. Difusi informasi dinilai komunikatif apabila diterima khalayak dalam dua tahap, yakni diterima secara inderawi (received), yang pada gilirannya diterima secara rohani (accepted). Selain itu, menurut Effendy dalam Mulyana (1997) porsi acara-acara televisi semestinya disajikan terutama untuk memenuhi aspek kognisinya agar fungsi televisi sebagai media massa dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Sebagai media audiovisual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Oleh sebab itu, menurut Dahlan dalam Mulyana (1997), siaran televisi yang bersifat langsung dan cepat itu menyebabkan munculnya potensi terjadi kesalahan yang berdampak langsung pada masyarakat dan jika itu terjadi maka akan sangat sukar diperbaiki. Saat ini terdapat empat grup stasiun televisi swasta nasional yang telah dikenal oleh khalayak yaitu Media Nusantara Citra (RCTI, TPI, dan Global TV), Para Grup (Trans TV dan Trans 7), Surya Citra Media (SCTV, O Channel dan Indosiar) dan Bakrie (Antv, TV One dan Jak TV). Mulyana (2008) menyatakan bahwa melalui penggunaan bahasa dan gambar sebagai sistem simbol yang utama, para pengelola televisi mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan dan bahkan meruntuhkan suatu realitas. Menilai kehadiran beberapa televisi swasta masa mendatang, tampaknya hanya TV yang mempunyai visi memberdayakan masyarakat yang akan cukup bermanfaat (meskipun juga beorientasi bisnis). Menurut Siregar (2001) dalam Testiandini (2006) kandungan siaran TV dibagi dua yaitu: 1. Faktual, berasal dari empiris/sosiologis dan bersifat objektif. Materi dari faktual ada yang bersifat keras yang terikat dengan aktualitas dan bersifat lunak
8
yang lebih menekankan nilai human interest. Fungsi primer dari materi faktual adalah sosial. Walaupun terdapat juga fungsi hiburannya namun hanya bersifat sekunder. 2. Fiksional, berasal dari dunia humanities psikologis dan bersifat subjektif. Fungsi primer dari materi fiksional adalah psikologis (menghibur). Sama dengan materi faktual, materi fiksional juga memiliki fungsi informasional yang hanya bersifat sekunder. Hofmann (1999) menuliskan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran para pakar komunikasi di Amerika Serikat, televisi tidak lagi dilihat sebagai sarana pendidikan (dalam arti formal), lima fungsi yang pada umumnya diakui adalah: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Seandainya fungsi ini diperhatikan betul, televisi dapat menjadi media komunikasi yang cukup demokratis sejauh yang hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi pada masyarakat lewat siaran. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut Neil Postman (Hofmann 1999), televisi tidak berkesinambungan. Namun, televisi yang menyerupai sebuah mozaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih mudah daripada sebuah dokumen tertulis. Namun, jika televisi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata para pemirsa. 3. Menyalurkan kebudayaan Sebetulnya kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat kalau televisi berfungsi sebagai pengawas masyarakat. Televisi dalam hal ini diharapkan lebih proaktif. Televisi sendiri tidak hanya mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. 4. Hiburan Kebudayaan audiovisual segala-galanya paling sedikit mempunyai unsur hiburan. Jika tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton.
9
Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Orang yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di depan layar televisi, umumnya ingin dihibur. Namun, ini tidak berarti mereka tidak mau belajar juga. Suatu hiburan umumnya kurang menarik jika tidak ada sesuatu yang dapat dipelajari. 5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama. Program Berita Televisi Berdasarkan paradigma Moss (Mulyana, 2008), wacana media massa, termasuk berita televisi, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan oleh ideologi. Sebagai produk media massa, televisi menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial. Lewat narasinya, televisi menawarkan definisidefinisi tertentu mengenai kehidupan manusia. Berita televisi merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokal/regional maupun internasional. Program berita atau acara berita, biasanya berisi liputan berbagai peristiwa berita dan informasi lainnya, baik yang diproduksi secara lokal oleh stasiun radio/televisi atau oleh suatu jaringan penyiaran. Program berita juga bisa berisi materi tambahan seperti liputan olahraga, prakiraan cuaca, laporan lalu-lintas, komentar dan bahan lain yang oleh penyiar berita dianggap relevan dengan pendengar ataupun pemirsanya. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipkan dengan 'berita sekilas' untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang penting. Ciri-ciri Program Berita yang Berkualitas dan Waktu Pemberitaan Hohenberg seperti yang dikutip Idris (1999) menyatakan bahwa kelayakan berita dinilai dari: (1) tingkat kepentingannya (important), (2) kekinian (actual) dan (3) menarik (interesting). Selain kualitas dasar, masih ada pertimbangan lain yang harus dilakukan sebelum berita itu ditayangkan yaitu harus menyangkut
10
kepentingan nasional (national security). Bagaimanapun tingginya kualitas berita, baik yang berasal dari reporternya atau sumber lain, jika dianggap mengganggu keamanan nasional, maka berita itu tidak layak disiarkan. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya dan disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Terdapat beberapa waktu pemberitaan yang secara umum digunakan oleh para penyelenggara TV swasta yaitu program berita pagi, siang dan petang. Berdasarkan penelitian Hapsari (2002), program berita siang pada umumnya kurang diminati oleh khalayak. Vane dan Gross dalam Hapsari (2002) menyatakan bahwa pada siang hari, khalayak lebih menyukai acara-acara seperti quiz, sinetron atau dialog ringan. Khalayak biasanya menonton berita pagi untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan seperti traffic reports dan ramalan cuaca. Terlihat bahwa kebutuhan khalayak terhadap kebutuhan berita pada pagi, siang dan petang ternyata berbeda-beda. Pemilihan isi berita yang akan ditampilkan pada setiap media televisi memang berbeda-beda. Banyak faktor yang menentukan apakah suatu berita layak ditampilkan atau bagaimana berita tersebut ditampilkan. Salah satu yang menentukannya adalah nilai berita itu sendiri. Penilaian isi berita secara lebih luas dikemukakan oleh Melvin Mencher dalam Idris (1999), ia memberi perhatian pada tujuh hal sebagai tolok ukur sebuah berita yang layak siar, yaitu: 1. Dampak (impact). Jika berita itu dapat mendorong penonton melakukan hal-hal positif, setidaknya tidak mengarah pada tindakan negatif, maka berita itu dapat disiarkan. 2. Aktual (timeliness). Berita yang sudah basi, yang umumnya sudah diketahui penonton melalui surat kabar atau radio, kurang mendapat tempat di hati mereka. Akan lebih baik jika berita itu tidak disiarkan. 3. Ketermukakan (prominence). Berita yang di dalamnya terdapat nama-nama penting atau tempat dan instansi, baik sekali disiarkan. Tokoh-tokoh masyarakat, ilmuwan, tokoh politik, penemu atau wiraswasta yang sering muncul di surat kabar atau berita radio, mendapat tempat pula dalam berita televisi.
11
4. Jarak (proximity). Perbandingan jarak terjadinya peristiwa dengan khalayak, artinya jika jaraknya terlalu jauh, perhatian terhadap peristiwa itu akan berkurang. Hal yang sama berlaku juga untuk jarak yang disebabkan oleh waktu. Peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu akan kurang menarik dibandingkan peristiwa yang sama yang terjadi hari ini. 5. Benturan (conflict). Suatu berita jangan sampai menyiarkan benturan yang membawa buruk bagi penonton, seperti berita konflik berupa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) sebab hal-hal semacam itu akan memancing meluasnya benturan itu sendiri. 6. Keganjilan (bizarre). Peristiwa mengenai keganjilan atau yang menyimpang dari kebiasaan hidup baik sekali untuk disiarkan, terutama karena mengandung human interest, seperti berita mengenai kelahiran bayi kembar lima, sapi berkaki sepuluh dan sebagainya. 7. Buah tutur (currency). Buah tutur tidak selalu mengenai hal-hal yang buruk, terkadang bahkan merupakan human interest. Selama sebuah isu tidak berbau perdukunan (klenik) dan tidak pula mengganggu keamanan penonton, ada baiknya dipertimbangkan untuk disiarkan. Kelebihan dan Kekurangan Berita Televisi Menurut Dominick dalam Hapsari (2002) berita TV memiliki kelebihan daripada berita pada media cetak, yaitu: (1) lebih efektif dalam membentuk pengalaman dan kesan (image) atas realitas sosial yang dipersepsikan pemirsa sebab terdapat dimensi visual atau gambar daripada kata-kata dan (2) hubungan antara berita yang disajikan dengan pembawa berita sangat erat dan sulit dipisahkan. Kemungkinan kelemahan, ketidaklengkapan atau ketidakberimbangan pemberitaan media pers kita yaitu 3: 1. Penyusun berita kurang memahami permasalahan yang dibahas narasumber karena tidak lebih dulu mempelajari materi latar belakang masalah.
3 Astraatmadja A, 2008, Penyebab Kelemahan Berita, Rubrik_Kita.php? op=tarakan&mid=217, [diakses 26 Agustus 2010] h.1.
http://www.tarakankota.go.id/in/
12
2. Kurang gencar melakukan wawancara dengan sebanyak mungkin narasumber yang relevan. 3. Kurang bernalar kritis dalam mengikuti permasalahan atau pernyataan yang hendak diberitakan sehingga ”kurang berminat” untuk bertanya secara gencar kepada narasumber. 4. Tidak mempunyai cukup waktu, antara lain karena terlalu banyak berita yang harus selalu diperbarui. 5. Terkadang pemberitaan wartawan tidak objektif dan tidak komprehensif. 6. Menganggap narasumber yang berposisi kuat dan berpengaruh secara politis dan sosial pasti paling kredibel dan pandangannya pasti benar. Bila mereka melancarkan tuduhan atau kecaman, pihak yang dituduh atau dikecam dianggap tidak penting untuk dimintai klarifikasi atau reaksinya. Motivasi Menonton Televisi Menurut Sabri yang dikutip oleh Farida (2005), motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Marnarizka (2007) televisi adalah suatu sarana komunikasi massa yang merupakan media audiovisual, menampilkan gerak, gambar, warna dan suara, dengan tujuan menghibur, memberi informasi, mendidik dan mempengaruhi khalayak sasarannya. Motivasi dibentuk dari elemen-elemen psikologis meliputi kepribadian, kemampuan, nilai-nilai, sikap dan suasana hati. Motif-motif khalayak menonton TV adalah untuk menonton acara-acara yang sering didengar, menonton acara yang lebih disukai atau karena hobi dan belajar sesuatu. Menurut Testiandini (2006) yang mengutip Siregar, motivasi menonton TV dibagi menjadi dua, yaitu motivasi pragmatis psikis dan sosial. Pemenuhan kebutuhan motivasi pragmatis psikis dapat diwujudkan melalui penggunaan acara fiktif yang berfungsi hiburan, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pragmatis sosialnya akan mencari fakta yang lebih bersifat informatif.
13
Menurut penelitian Mars (1997) dalam Marnarizka (2007), motivasi yang terdapat di balik sebuah perilaku, dibagi atas tiga alasan, yaitu: 1. Kebutuhan Dasar (Expected) Tingkat kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang bersifat expected tidak pernah bernilai positif, walaupun pemenuhan kebutuhannya semakin besar. Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka konsumen akan merasa kecewa dan sebaliknya apabila terpenuhi, konsumen tetap tidak merasa puas atau menganggap memang sudah seharusnya diterima konsumen. 2. Kebutuhan Performanced Kebutuhan performanced memberikan tingkat kepuasan yang berbanding lurus dengan pemenuhannya. Konsumen akan bertambah puas apabila kebutuhan ini dipenuhi, sebaliknya konsumen akan kecewa bila tidak terpenuhi. 3. Kebutuhan Exciting Kebutuhan yang bersifat exciting tidak pernah menyebabkan kepuasan yang bernilai negatif, meskipun kebutuhan tersebut tidak dipenuhi. Apabila dipenuhi, konsumen akan merasa puas namun ketika tidak terpenuhi, maka konsumen tidak akan kecewa. McQuail (2005) memberikan sejumlah motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu sebagai berikut: 1. Informasi, pengguna dikatakan memiliki motif informasi apabila: a. Dapat mengetahui berbagai berita tentang kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat. b. Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan keadaan dunia. c. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah, pendapat dan halhal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. d. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. e. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas pribadi, pengguna dikatakan memiliki motif identitas pribadi apabila: a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
14
3. Integrasi dan interaksi sosial, pengguna dikatakan memiliki motif integrasi dan interaksi sosial apabila: a. Memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial. b. Memperoleh pengetahuan mengenai berbagai kepentingan. c. Dapat memelihara rasa persatuan dan kesatuan. d. Mengidentifikasi diri dengan orang lain. e. Meningkatkan rasa memiliki. f. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain di sekitarnya. g. Dapat menjalankan peran sosial. h. Keinginan untuk dekat dengan orang lain. i. Keinginan untuk dihargai oleh orang lain. 4. Hiburan, pengguna dikatakan memiliki motif hiburan apabila: a. Dapat melepaskan diri dari permasalahan. b. Dapat bersantai dan mengisi waktu luang. c. Dapat memperoleh hiburan dan kesenangan d. Dapat menyalurkan emosi. Penelitian Rubin dalam Marnarizka (2007) menyatakan bahwa motivasi menonton televisi yaitu untuk relaksasi ketegangan negatif, pencarian informasi, perbandingan antara pikiran pemirsa dengan pikiran orang lain, untuk interaksi sosial atau identitas sosial seseorang dan keluar dari masalah. Pola Menonton Televisi Pola menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motif. Menurut DeFleur et al. (1982) dalam Novarinda (2009) ada tiga hal yang menjadi alat ukur pola dalam menonton televisi yaitu: (1) total waktu yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, (2) frekuensi menonton acara televisi dan (3) pilihan acara yang ditonton dan yang paling disuka. Palmgreen dan Rayburn dalam Purwanti (2003) menyatakan bahwa perilaku khalayak dalam menggunakan media secara terus-menerus cenderung
15
akan meningkat setiap waktu, bila khalayak memperoleh kepuasan dari penggunaannya terhadap media. Efek Komunikasi Massa Pendekatan Uses and Gratification Pendekatan Uses and Gratification mulai berkembang pada awal dasawarsa 1940 (Gonzalez dalam Novarinda, 2009). McQuail dalam Novarinda (2009) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam hal ini adalah: (1) alokasi waktu pada media yang berbeda, (2) hubungan penggunaan media dan penggunaan waktu untuk kegiatan lain, (3) hubungan penggunaan media dan penyesuaian diri dan hubungan sosial, (4) fungsi media yang berbeda atau tipe isi, dan (5) berbagai alasan penggunaan media massa. Rakhmat (2007) menjelaskan bahwa pendekatan yang menganggap khalayak aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya dikenal dengan pendekatan Uses and Gratification (penggunaan dan pemuasan). Menurut pendekatan Uses and Gratification, seseorang menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaedi (2005), dalam pendekatan ini, khalayak diasumsikan aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. Media massa dianggap hanya sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan individu dan individu boleh memenuhi kebutuhan mereka melalui media massa atau dengan suatu cara lain. Tradisi Uses and Gratification menempatkan khalayak sebagai titik fokus atau pusat penelitian. McQuail dan Windahl dalam Novarinda (2009) menjelaskan bahwa yang paling penting dari teori gratifikasi penggunaan media adalah ide bahwa media menawarkan “imbalan” yang bisa diharapkan (dapat diprediksi) oleh anggota khalayak, dengan dasar pengalaman di masa lalu dengan media. Ide ini menyediakan cara untuk menjelaskan perilaku penggunaan media massa. Teori ini, menurut Hofmann (1999) pemirsa televisi ternyata lebih aktif, membantah anggapan bahwa televisi secara langsung dapat mengarahkan masyarakat dengan
16
tujuan tertentu. Mereka memenuhi kebutuhan tertentu yang mereka rasakan sendiri dengan menonton televisi. Jadi, sama sekali bukan semacam tabularasa yang dapat diisi semaunya oleh para perancang program televisi. Berdasarkan teori tersebut, antara lain dibedakan dua macam kegunaan yaitu kegunaan “ritual” dan “instrumental.” Kegunaan ritual artinya, orang akan menonton acara yang ditayangkan pada waktu-waktu utama/prima. Oleh sebab itu, pada waktu prima semua saluran berebut berusaha menyerap sebanyak-banyaknya penonton dengan program yang paling menarik. Kegunaan instrumental yaitu televisi digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menghabiskan waktu, menikmati acara yang menarik, mengobati rasa kesepian, belajar sesuatu dan melupakan masalah. Kepuasan Khalayak terhadap Media Penggunaan media menawarkan kepuasan yang dapat diharapkan dan diramalkan
oleh
khalayak
berdasarkan
pengalaman
sebelumnya
dalam
menggunakan media. Kepuasan ini dapat dianggap sebagai efek-efek psikologis yang dialami oleh seseorang (Palmgreen dan Raybun dalam Purwanti 2003). Menurut Afdjani (2007), khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, mereka juga belajar sejauh mana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Berdasarkan teori Uses and Gratification, Lommeti seperti yang dikutip oleh Novarinda (2009) mendefinisikan gratification sought sebagai kepuasan yang dibayangkan akan diterima seseorang bila ia menggunakan media massa tertentu. Blumler seperti yang dikutip oleh Novarinda (2009) juga menambahkan bahwa dalam membayangkan kepuasan yang diperoleh seseorang, berpegang pada prinsip utility (manfaat), interpersonality (penggunaan diarahkan pada motif), selectivity (cerminan kepentingan) dan imperviousness to influence (‘kebal’ pengaruh lain). Hal ini berbeda dengan definisi gratification obtained menurut Lommeti (Novarinda, 2009), adalah kepuasan nyata yang diperoleh setelah seseorang menggunakan media. Konsep gratification sought dan gratification obtained ini berguna untuk mengetahui apa saja yang didapat dari penggunaan media massa dibandingkan dengan apa yang diharapkan.
17
Hubungan Motivasi, Pola Menonton dan Tingkat Kepuasan Individu dalam Menonton Televisi Menurut Testiandini (2006) karakteristik individu yang berkaitan dengan penggunaan media massa, yaitu: jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku individu dalam menonton. Pria lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi dan hiburan action, sementara perempuan lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi dan quiz. Hal ini berbeda dengan pendapat Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara usia dan jenis kelamin dengan motivasi mencari informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Novarinda (2009) menunjukkan bahwa motivasi informasi dan kepuasan informasi memiliki hubungan yang positif (nyata) dan kuat. Artinya, semakin tinggi motivasi informasi responden semakin terpuaskan kebutuhan informasinya dalam menonton televisi. Demikian pula dengan aspek-aspek motivasi lain seperti motivasi identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan, dimana semakin tinggi motivasi maka semakin terpuaskan kebutuhan identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan responden dalam menonton televisi. Motivasi paling tinggi yang dimiliki oleh khalayak dalam menonton televisi adalah motivasi hiburan. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, pola dan kepuasan dalam menonton televisi menurut Novarinda (2009) yaitu: 1. Motivasi informasi, dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu usia, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. 2. Motivasi identitas pribadi, tidak dipengaruhi faktor intrinsik seperti jenis kelamin. Faktor usia dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi identitas pribadi. 3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial, dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Faktor usia, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. 4. Motivasi hiburan, dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu jenis kelamin. Faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan yang nyata dengan motivasi hiburan.
18
Faktor usia memiliki hubungan yang negatif (tidak nyata) dengan motivasi hiburan. Pengaruh motivasi menonton terhadap pilihan acara yaitu semakin tinggi motivasi seseorang menonton televisi, maka semakin banyak pula jenis pilihan acara yang ditonton. Responden yang memiliki motivasi tinggi di setiap motivasi cenderung memiliki durasi menonton lebih lama. Rata-rata responden yang memiliki motivasi tinggi di setiap motivasi menghabiskan waktu tiga sampai lima jam per hari dalam menonton televisi. Hubungan motivasi dengan tingkat kepuasan yaitu semakin tinggi motivasi menonton, maka akan semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh individu.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Televisi merupakan satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Priyowidodo (2008) menyebutkan bahwa televisi adalah media yang potensial, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif, disengaja ataupun tidak. Oleh sebab itu, menurut Effendy dalam Mulyana (1997) porsi acara-acara televisi semestinya disajikan terutama untuk memenuhi aspek kognisinya agar fungsi televisi sebagai media massa dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Salah satu acara televisi yang fungsinya menekankan pada aspek kognisi yaitu program acara berita. Salah satu stasiun swasta nasional yang memfokuskan diri pada program berita yaitu TV One. Sebelum berperilaku untuk menonton, diduga seseorang memiliki motivasi menonton. Menurut McQuail (2005) motivasi ini terdiri dari informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Motivasi informasi berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian aktual yang terjadi di masyarakat. Motivasi identitas pribadi berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Motivasi integrasi dan interaksi sosial berkaitan dengan kebutuhan individu untuk melakukan interaksi dengan masyarakat lain dan mengetahui kondisi masyakat lain melalui televisi. Motivasi hiburan berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mendapatkan hiburan. Pada umumnya, khalayak yang ingin memenuhi kebutuhan mereka akan informasi menonton acara seputar politik, ekonomi, sosial/budaya, IPTEK, mistis, seks, berita aktual, infotainment, film, sinetron, musik, komedi dan olahraga/kesehatan. Gambar 1 menjelaskan bahwa karakteristik individu seperti angkatan, jenis kelamin serta waktu luang memiliki hubungan dengan motivasi menonton program berita TV One. Selain karakteristik individu, lingkungan sosial seperti teman dan
keluarga diduga juga berhubungan dengan motivasi menonton.
Motivasi menonton ditinjau dari motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Motivasi menonton (gratification
20
sought) merupakan faktor pendorong atau kepuasan yang dicari dan diinginkan pengguna ketika menonton program berita TV One, kemudian motivasi tersebut diduga berhubungan dengan pola menonton program berita TV One. Terdapat tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat pola perilaku menonton program berita TV One, yaitu: (1) durasi menonton berita dalam sehari, (2) frekuensi menonton program berita TV One dan (3) pilihan acara berita yang ditonton. Menurut Purwanti (2003), terdapat hubungan antara motif menonton televisi dengan pola menonton televisi. Berbagai pola dan motivasi menonton televisi tersebut dapat menghasilkan suatu pemuasan kebutuhan atau gratification obtained. Adapun keterkaitan antara variabel-variabel tersebut, tersaji pada Gambar 1 di bawah ini. Karakteristik Individu • Angkatan • Jenis kelamin • Waktu luang
Lingkungan sosial • Teman • Keluarga
Motivasi Menonton (Gratification Sought) • Informasi • Identitas pribadi • Integrasi dan interaksi sosial • Hiburan
Pola Menonton • Durasi Menonton • Frekuensi Menonton • Pilihan acara: - News One - Talkshow One
Tingkat Kepuasan (Gratification Obtained)
Gambar 1. Kerangka pemikiran keterkaitan peubah motivasi, pola menonton dan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program berita TV One
21
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka disusun hipotesis sebagai berikut: H1 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan motivasi menonton program berita TV One. H2 = Terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan motivasi menonton program berita TV One. H3 = Terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton program berita TV One dengan pola menonton berita TV One. H4 = Terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton dengan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap program berita TV One. H5 = Terdapat hubungan nyata antara pola menonton dengan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap program berita TV One.
Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur berbagai variabel. Masing-masing variabel terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu: 1. Karakteristik individu adalah keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. variabel ini dapat diukur dengan: • Mengidentifikasi angkatan mahasiswa yaitu lamanya mahasiswa menjalani jenjang perkuliahan. Variabel ini diukur menggunakan skala nominal dan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu angkatan 43, 44 dan 45. • Mengidentifikasi jenis kelamin mahasiswa dan dibedakan dengan menggunakan skala nominal menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. • Mengidentifikasi waktu luang
mahasiswa yaitu banyaknya waktu yang
dimiliki oleh mahasiswa selain kuliah ataupun kegiatan akademik lainnya selama satu minggu terakhir. Waktu luang dinyatakan dalam satuan jam dan diukur dengan skala rasio, kemudian diubah menjadi skala ordinal dan dibedakan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Waktu luang dengan selang
22
42-84 jam dalam seminggu dikategorikan rendah, 85-104 jam dikategorikan sedang dan 105-111 jam dikategorikan tinggi. 2. Lingkungan sosial menggambarkan suasana di sekitar mahasiswa, diukur dengan skala ordinal dan dibedakan menjadi kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan rataan skor menjadi lemah dan kuat. Rataan skor dengan selang 1−2,50 dikategorikan lemah dan selang 2,51−4 dikategorikan kuat. Indikatorindikator yang digunakan untuk lingkungan sosial adalah sebagai berikut: • Mengidentifikasi teman yaitu orang-orang yang berinteraksi dengan mahasiswa di lingkungan tempat tinggal/kampus dan yang memiliki kemungkinan untuk saling mempengaruhi. • Mengidentifikasi keluarga yaitu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau anggota keluarga lain yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah. 3. Motivasi menonton diukur melalui beberapa indikator. Indikator-indikator motivasi yaitu (a) informasi, (b) identitas pribadi, (c) integrasi dan interaksi sosial serta (d) hiburan. Pengukuran untuk setiap indikator dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skoring dilakukan dengan cara menentukan skor dari tiap-tiap butir indikator, yaitu 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju dan 4= sangat setuju. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan rataan skor menjadi empat kategori yaitu kisaran skor 1−1,75 dikategorikan sangat rendah; 1,76−2,50 dikategorikan rendah; 2,51−3,25 dikategorikan tinggi dan 3,26−4 dikategorikan sangat tinggi. 4. Pola menonton diukur melalui beberapa indikator, yaitu pilihan acara, frekuensi menonton dan durasi menonton. Ketiga indikator tersebut diukur menggunakan skala rasio. a. Frekuensi menonton diketahui berdasarkan tingkat keseringan responden dalam menonton program berita TV One selama satu minggu. Frekuensi menonton diukur dengan satuan kali. Kemudian data yang diperoleh diolah menjadi skala ordinal dan dikelompokkan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Responden yang menonton 3-9 kali dalam seminggu dikategorikan
23
rendah, 10-12 kali dikategorikan
sedang dan 13-37 kali dikategorikan
tinggi. b. Durasi menonton diukur berdasarkan total waktu rata-rata yang digunakan responden untuk menonton program berita TV One dalam satu hari. Durasi diukur dengan skala rasio menggunakan satuan menit. Kemudian data yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Durasi menonton responden dikategorikan rendah jika berada pada selang 53-251 menit dalam sehari, dikategorikan sedang jika 252-450 menit dan dikategorikan tinggi jika 451-1575 menit. c. Pilihan acara berita adalah pilihan acara TV One yang ditonton oleh responden. Pilihan acara dibagi menjadi 2 kategori siaran, yaitu: i. News One adalah program berita hardnews TV One yang dikemas dengan judul Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. ii. Talkshow One adalah program berita TV One yang ditayangkan di luar studio dengan format talkshow. 5. Tingkat kepuasan (gratification obtained/GO) diukur melalui beberapa indikator yaitu kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Pengukuran untuk setiap parameter dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu sangat tidak puas (STP), tidak puas (TP), puas (P) dan sangat puas (SP). Skoring dilakukan dengan cara menentukan skor dari tiap-tiap butir indikator, yaitu 1= sangat tidak puas, 2= tidak puas, 3= puas dan 4= sangat puas. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan rataan skor menjadi empat kategori yaitu kisaran skor 1−1,75 dikategorikan sangat rendah; 1,76−2,50 dikategorikan rendah; 2,51−3,25 dikategorikan tinggi dan 3,26−4 dikategorikan sangat tinggi.
METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik individu, lingkungan sosial, motivasi menonton, pola menonton dan kepuasan. Selain itu, penelitian ini juga berusaha menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana hubungan antara karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan motivasi menonton serta hubungan motivasi menonton berita dengan pola menonton sehingga dapat menimbulkan suatu kepuasan menonton dari khalayak. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan cara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa IPB merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang berada di wilayah Bogor serta dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi yang berkualitas di Indonesia. Program berita televisi yang menjadi obyek penelitian adalah program berita TV One (NewsOne). Pemilihan obyek penelitian ini dengan pertimbangan bahwa TV One merupakan salah satu televisi yang memfokuskan programnya pada program berita. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2010. Penetapan Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Populasi yang diambil dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu mahasiswa dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) tingkat II (angkatan 45), III (angkatan 44) dan IV (angkatan 43) Institut Pertanian Bogor. Populasi total dalam penelitian berjumlah 307 orang. Jumlah responden yang diambil sebanyak 154 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Stratified Random Sampling sebab sampel strata diambil secara
25
proporsional 50% dari masing-masing angkatan tersebut. Metode ini dilakukan dengan cara mengelompokkan mahasiswa berdasarkan tingkatan/angkatan masuk. Pengambilan sampel hanya dilakukan pada tingkat II, III dan IV dengan pertimbangan bahwa mahasiswa pada tingkat tersebut telah mengikuti perkuliahan di Departemen SKPM sehingga memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai komunikasi massa dan berbagai aspek mengenai perilaku menonton. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu, yaitu mahasiswa yang pernah menonton program berita TV One. Oleh sebab itu, perlu dikaji sejauh mana motivasi dan kepuasan mahasiswa SKPM dalam menonton program berita. Distribusi populasi dan sampel yang diambil tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Populasi dan Sampel Responden Populasi (orang)
Tingkat/Angkatan
Sampel (orang)
IV/43 III/44 II/45
98 104 105
49 52 53
Jumlah
307
154
Sumber: Dit. AP Departemen SKPM FEMA IPB (2010)
Data dan Instrumentasi Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah melakukan wawancara menggunakan kuesioner untuk memperoleh data tentang kepuasan mahasiswa sebagai penonton program berita TV One. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data variabel karakteristik individu, motivasi menonton berita, pola menonton dan kepuasan menonton. Data variabel karakteristik individu diolah berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu angkatan, jenis kelamin dan waktu luang. Variabel lingkungan sosial meliputi hubungan teman dan keluarga. Data sekunder yang digunakan adalah data profil TV One, tayangan program berita TV One dan literatur yang menunjang penelitian.
26
Instrumentasi Instrumen riset merupakan sebuah alat ukur untuk mengukur data di lapangan yang menentukan bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data (Kriyantono, 2009). Instrumen riset yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang harus diisi oleh responden. Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pertanyaan terdiri dari pertanyaan terbuka, dimana jawaban responden tidak dibatasi sehingga dapat mengungkap lebih banyak hal dan pertanyaan tertutup, dimana jawaban telah disediakan. Kuesioner disusun atas lima bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan/pernyataan mengenai karakteristik individu. Bagian kedua berisi pertanyaan/pernyataan mengenai lingkungan sosial. Bagian ketiga berisi pertanyaan/pernyataan mengenai motivasi menonton. Bagian keempat berisi pertanyaan/pernyataan
mengenai
pola
menonton.
Bagian
kelima
berisi
pertanyaan/pernyataan mengenai tingkat kepuasan. Selain itu, pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan dengan pendampingan secara langsung sehingga memudahkan peneliti untuk lebih memperdalam data dan informasi yang dibutuhkan. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen Uji validitas ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 mahasiswa. Responden uji yang dipilih yaitu mahasiswa Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (AGB FEM) angkatan 2006 (43), 2007 (44) dan 2008 (45). Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 2006). Dalam hal ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji validitas alat ukur ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Validitas kuesioner diperoleh dengan menyesuaikan pertanyaanpertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli, termasuk konsultasi dengan dosen serta menggunakan product moment Pearson. Setelah dilakukan uji kuesioner kepada 30 orang mahasiswa, diperoleh nilai validitas instrumen. Dari 77 pernyataan yang diajukan, terdapat 36 pernyataan
27
yang memiliki hasil uji validitas lebih kecil pada taraf nyata 5% dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361), sehingga lebih dari separoh item pernyataan di kuesioner dinyatakan telah valid. Pernyataan yang tidak valid kemudian diganti dengan pernyataan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen menunjukan sejauh mana alat ukur yang digunakan secara konsisten dapat memberikan hasil yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable) dan tetap/ajeg (consistent) (Kriyantono, 2009). Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan reliabilitas teknik belah dua (split half) dengan membagi butir pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi belahan genap dan belahan ganjil. Setelah dilakukan pengujian terhadap kuesioner pada 30 orang mahasiswa, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,784 untuk lingkungan sosial, 0,786 untuk motivasi menonton dan 0,737 untuk tingkat kepuasan menonton. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa kuesioner termasuk kategori reliabel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian (Lihat Lampiran 1). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan korelasi. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan digunakan untuk menggambarkan variabel karakteristik individu, lingkungan sosial, motivasi menonton, pola menonton dan tingkat kepuasan hubungan untuk mengetahui derajat hubungan di antara variabel-variabel penelitian. Analisis korelasi menggunakan uji statistik yaitu uji korelasi rank Spearman dan Chi Square melalui SPSS 17 for windows. Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk mencari koefisien antara data ordinal/interval dan data ordinal lainnya. Dalam teknik ini setiap data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar, misalnya rendah, sedang dan tinggi. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Uji korelasi ini untuk melihat hubungan
28
antara variabel lingkungan sosial dengan motivasi menonton, motivasi menonton dengan tingkat kepuasan dan pola menonton (durasi dan frekuensi) dengan tingkat kepuasan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui korelasi rank Spearman yaitu:
rs = 1 −
6∑ d 2 N(N 2 − 1)
Keterangan: rs = koefisien korelasi rank Spearman = perbedaan antara pasangan jenjang d ∑ = sigma atau jumlah N = jumlah individu dalam sampel
Uji Khi kuadrat (chi square test) yaitu pengujian menggunakan tabulasi silang (crosstab) yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom. Variabel antara baris dan kolom adalah variabel independen dan data yang digunakan adalah data nominal atau bisa ordinal tapi tidak diukur tingkatannya dan menjadi data nominal. Uji korelasi ini untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik individu dengan motivasi menonton dan pola menonton (pilihan acara) dengan tingkat kepuasan. Rumus chi square yang digunakan yaitu:
(f 0 − f h )2 χ =∑ fh i =1 2
k
Keterangan: f0 = banyaknya observasi fh = banyaknya observasi yang diharapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Departemen SKPM Fakultas Ekologi Manusia IPB Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB (SKPM Fema) terletak di Gedung FEMA Wing I Level 5 Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Departemen SKPM Fema didirikan pada tanggal 10 Januari 2005 berdasarkan surat keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor dengan mandat pengembangan Ilmu Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Politik, Kependudukan, Komunikasi, Ekologi Manusia, Pendidikan Penyuluhan dan Pengembangan Masyarakat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat pertanian, peternakan, kehutanan serta perikanan dan pesisir. Berdasarkan rencana strategis Fema periode 2006-2009, tujuan didirikannya Departemen SKPM ini yaitu untuk mempersiapkan dan mencetak tenaga-tenaga ahli yang mampu menganalisis masalah dan situasi masyarakat sekaligus mendampingi masyarakat agar dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan 4. Departemen SKPM Fema merupakan kelanjutan kematangan dari beragam program studi yang mengasuh program-program pendidikan dan penelitian untuk ilmu-ilmu sosial di Institut Pertanian Bogor, sehingga departemen ini memiliki keunggulan antara lain mampu mempraktekkan ilmu-ilmu sosial dan metodologi keilmuan bidang komunikasi dan pengembangan masyarakat untuk menganalisis masalah kemasyarakatan, mengembangkan manajemen komunikasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan keswadayaan serta berwawasan pembangunan pertanian melalui aksi komunikatif. Kegiatan akademik, mahasiswa diberi kebebasan melakukan penilaian kritis pada setiap diskusi interaktif. Mahasiswa juga dilibatkan dalam riset dan kegiatan lomba karya ilmiah mahasiswa. Selain itu, secara ekstrakurikuler, mahasiswa terlibat dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Profesi serta kegiatan jurnalistik dan radio. Di bidang pengabdian masyarakat, mahasiswa dilibatkan pula dalam kegiatan-kegiatan sosial yang bekerjasama dengan masyarakat seperti Program Mitra Desa dan Pentas untuk Aceh (FEMA, 2006).
4
Fakultas Ekologi Manusia, 2006, Rencana Strategis (Renstra) FEMA IPB 2006-2009.
30 Gambaran Umum TV One TV One merupakan stasiun TV pertama di Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan di Istana Presiden RI. Pada tanggal 14 Februari 2008 peresmian tersebut dilakukan langsung oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Pada awal tahun ini, TV One memiliki 26 stasiun pemancar dan pada akhir tahun akan menjadi 37 stasiun pemancar di berbagai daerah dengan jumlah potensi pemirsa 162 juta pemirsa. Menurut pendapat Hofmann (1999) yang menyatakan bahwa tugas media komunikasi adalah untuk membuat orang-orang terbelakang menjadi modern. Difusi informasi dinilai komunikatif apabila diterima khalayak dalam dua tahap, yakni diterima secara inderawi (received), yang pada gilirannya diterima secara rohani (accepted). Selain itu, Hofmann (1999) menuliskan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pemikiran para pakar komunikasi di Amerika Serikat, terdapat beberapa fungsi televisi antara lain menghubungkan satu dengan yang lain, menyalurkan kebudayaan dan pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Sebagai pendatang baru dalam dunia news, TV One telah mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti Apa Kabar Indonesia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV One. Terdapat pula program berita hardnews TV One dikemas dengan judul Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang yakni menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah (Medan, Surabaya dan Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini berhasil meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung oleh Lima Presenter dari Empat Kota yang Berbeda dalam Satu Layar”. Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis 5.
5
TV One, 2010, “Tentang TV One”, http://
[email protected], [diakses 18 Maret 2010] h.1.
31 Visi, Misi dan Logo TV One Secara korporasi, TV One mempunyai Visi untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa. TV One memiliki misi antara lain: 1. Menjadi stasiun TV Berita dan Olahraga nomor satu. 2. Menayangkan program Berita dan Olahraga yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas. 3. Memilih program Berita dan Olahraga yang informatif dan inovatif dalam penyajian dan kemasan. Logo TV One memiliki arti: 1. Warna Merah dan Putih melambangkan Indonesia. 2. Lingkaran dengan angka 1 di dalamnya merupakan simbol persatuan. 3. Penggunaan kalimat berbahasa Inggris One menunjukkan kesiapan TV One dalam kancah pertelevisian global. Mudah dipahami oleh mitra kerja TV One yang berada di luar negeri serta mencerminkan optimisme kebangsaan sebagai bangsa Indonesia yang ingin maju. TV One mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, Talkshow One dan Reality One. Menurut Siregar (2001) dalam Testiandini (2006) salah satu kandungan siaran televisi adalah faktual, yaitu berasal dari empiris/sosiologis dan bersifat objektif. Materi dari faktual ada yang bersifat keras yang terikat dengan aktualitas sebab fungsi primer dari materi faktual adalah sosial. Walaupun terdapat juga fungsi hiburannya namun hanya bersifat sekunder. TV One mempunyai slogan “TV One Terdepan Mengabarkan”. Hohenberg dalam Idris (1999) menyatakan bahwa kelayakan berita dinilai dari: (1) tingkat kepentingannya (important), (2) kekinian (actual) dan (3) menarik (interesting). Karakteristik Individu Karakteristik individu adalah keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Meskipun berbeda angkatan, tetapi usia responden tergolong homogen, dimana seluruh mahasiswa termasuk ke dalam kategori usia remaja, yaitu antara 18 sampai 23 tahun. Jumlah keseluruhan responden adalah
32 154 orang. Karakteristik individu terdiri dari jenis kelamin, waktu luang dan angkatan/tingkat mahasiswa. Sebaran responden menurut karakteristik individu tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu Karakteristik Individu Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Waktu Luang Tinggi Sedang Rendah Angkatan/Tingkat II (45) III (44) IV (43)
Total Jumlah (orang)
Persentase (%)
37 117
24,03 75,97
51 52 51
33,1 33,8 33,1
53 52 49
34,4 33,8 31,8
n = 154
Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 154 orang responden diperoleh data bahwa responden yang diteliti terbagi menjadi dua kelompok jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa responden didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 75,97%. Perbedaan tersebut terjadi karena berdasarkan kerangka sampling, memang jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki di Departemen SKPM Fema. Waktu Luang Responden Waktu luang adalah total waktu yang digunakan responden selain kuliah ataupun kegiatan yang bersifat akademik lainnya. Sebaran data responden berdasarkan waktu luang dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada Tabel 2 terlihat bahwa mahasiswa memiliki waktu luang yang tergolong sedang, yaitu berkisar antara 86 - 104 jam per minggu. Mahasiswa biasanya lebih banyak menggunakan waktu luang tersebut untuk istirahat di
33 rumah/tempat kost atau bersama dengan teman-teman. Selain itu, beberapa mahasiswa juga menggunakan waktu luangnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kepanitiaan. Berdasarkan keseluruhan, jumlah mahasiswa yang memiliki waktu luang tinggi dan rendah berada pada posisi yang sama, yaitu sebanyak 51 orang (33,1%). Namun, jika dilihat menurut tingkatan, jumlah mahasiswa yang memiliki waktu luang tinggi adalah mahasiwa tingkat IV (angkatan’43) yaitu sebanyak 21 orang. Mahasiswa yang memiliki waktu luang paling sedikit yaitu mahasiswa tingkat II (angkatan’45) yang berjumlah 13 orang. Hal tersebut disebabkan oleh mahasiswa tingkat IV yang sebagian besar telah menyelesaikan perkuliahan dan sedang menyusun skripsi. Sementara mahasiswa tingkat II masih aktif menjalankan jadwal perkuliahan, sehingga waktu luang yang dimiliki keduanya berbeda. Lingkungan Sosial Responden Lingkungan sosial menggambarkan suasana di sekitar mahasiswa yang memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi mahasiswa dalam menonton program berita TV One. Lingkungan sosial mahasiswa meliputi keluarga dan teman. Tabel 3 menunjukkan bahwa rataan skor untuk keluarga adalah 2,47. Artinya, keluarga memiliki pengaruh yang lemah dalam proses pengambilan keputusan oleh mahasiswa untuk menonton program berita TV One. Hal ini disebabkan sebagian besar mahasiswa tinggal di tempat kost dan jauh dari keluarga, sehingga intensitas pertemuan dengan keluarga juga sedikit. Rataan skor lingkungan sosial tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Skor Lingkungan Sosial Responden Lingkungan Sosial Keluarga Teman Total Rataan Skor Keterangan: *Kisaran skor 1−2,50=lemah; 2,51−4=kuat
Rataan Skor* 2,47 2,48 2,47
34 Begitu pula dengan rataan skor untuk teman yaitu 2,48. Artinya, kemungkinan adanya pengaruh teman juga tergolong lemah. Hal ini dapat disebabkan sebagian besar mahasiswa tinggal di tempat yang berbeda, sehingga mereka hanya bertemu pada saat kuliah dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya hanya untuk mengobrol ringan. Responden lebih banyak menonton TV One karena keinginan dan kebutuhan pribadi. Motivasi Menonton Responden terhadap Program Berita TV One Motivasi menonton adalah sesuatu yang menjadi pendorong responden untuk menonton program berita TV One untuk memenuhi kebutuhannya. Motivasi dibentuk dari elemen-elemen psikologis meliputi kepribadian, kemampuan, nilai-nilai, sikap dan suasana hati. Menurut pendekatan Uses and Gratification, seseorang menggunakan media massa karena didorong oleh motifmotif tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaedi (2005), dalam pendekatan ini, khalayak diasumsikan aktif dan diarahkan oleh tujuan. Anggota khalayak dianggap memiliki tanggung jawab sendiri dalam mengadakan pemilihan terhadap media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan bagaimana cara memenuhinya. McQuail (2005) memberikan sejumlah motivasi penggunaan media, yaitu (a) motivasi informasi, yaitu dorongan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi; (b) motivasi identitas pribadi, yaitu dorongan untuk memperkuat identitas pribadi dari nilai-nilai yang didapat dari program acara yang ditayangkan; (c) motivasi integrasi dan interaksi sosial, yaitu untuk kepentingan hubungan sosial dan interaksi dengan orang lain serta memperkuat persatuan dan (e) motivasi hiburan, yaitu untuk melepaskan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan dengan kata lain untuk mendapatkan hiburan. Rataan skor motivasi menonton program berita TV One dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa motivasi informasi, identitas pribadi serta motivasi integrasi dan interaksi sosial responden tergolong tinggi. Program berita TV One memang disajikan untuk memenuhi aspek kognisi khalayak, sehingga responden memiliki harapan yang kuat untuk memperoleh tambahan pengetahuan guna menambah informasi dan mendapat referensi.
35 Tabel 4. Rataan Skor Motivasi Menonton Responden terhadap Program Berita TV One Motivasi Menonton Program Berita TV One Informasi Identitas Pribadi Integrasi dan Interaksi Sosial Hiburan Total Rataan Skor
Rataan Skor* 2,85 2,61 2,76 2,44 2,66
Keterangan: * Kisaran skor 1−1,75=sangat rendah; 1,76−2,50=rendah; 2,51−3,25=tinggi; 3,26−4=sangat tinggi
Mahasiswa dituntut untuk selalu membuka wawasan mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Hal ini dilakukan agar pengetahuan mereka luas, sehingga dapat membantu mereka dalam berinteraksi dengan rekannya atau masyarakat. TV One juga tidak terlalu menonjolkan acaranya pada aspek hiburan. Oleh sebab itu, rataan skor untuk motivasi hiburan responden dalam menonton program berita TV One tergolong rendah. Penyebab lainnya adalah kebiasaan responden yang lebih memilih program acara lain seperti infotainment, sinetron, acara musik dan quiz untuk memenuhi kebutuhan hiburannya. Rataan skor motivasi menonton mahasiswa dalam menonton program berita TV One secara keseluruhan menunjukkan angka 2,66, yang artinya bahwa motivasi menonton responden tergolong tinggi. Khalayak biasanya menggunakan media untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan seperti traffic reports dan ramalan cuaca untuk berita pagi. Pola Menonton Responden pada Program Berita TV One Pola menonton adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Menurut DeFleur et al. (1982) dalam Novarinda (2009) ada tiga hal yang menjadi alat ukur pola dalam menonton televisi yaitu: (1) durasi, (2) frekuensi menonton dan (3) pilihan acara yang ditonton dalam sehari serta yang paling disuka. Distribusi responden menurut pola menonton program berita TV One dapat dilihat pada Tabel 5.
36 Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pola Menonton Program Berita TV One Pola Menonton Program Berita TV One
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah (3-9 kali)
64
41,6
Sedang (10-12 kali)
43
27,9
Tinggi (13-37 kali)
47
30,5
Rendah (53-251 menit)
50
32,5
Sedang (252-450 menit)
55
35,7
Tinggi (451-1575 menit)
49
31,8
Pilihan Acara News One Talkshow One
57 97
37 63
Frekuensi
Durasi
Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menonton program berita TV One selama satu minggu. Pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah responden dengan frekuensi menonton yang tergolong rendah lebih besar yaitu sebanyak 64 orang dengan frekuensi berkisar antara 3-9 kali per minggu dalam menonton program TV One. Hal ini dapat disebabkan oleh cukup banyaknya kegiatan yang dilakukan mahasiswa sebab selain menjalani perkuliahan, mereka juga mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan sehingga waktu yang digunakan untuk menonton televisi tidak banyak. Mahasiswa biasanya menonton program berita tersebut hanya untuk menggunakan sebagian waktu luangnya pada jam-jam tertentu. Durasi Menonton Durasi menonton dalam penelitian ini adalah total waktu yang digunakan responden untuk menonton program berita TV One. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki durasi menonton yang tergolong sedang lebih banyak yaitu sebanyak 55 orang (35,7%). Hal ini disebabkan oleh frekuensi menonton responden yang tergolong rendah akibat banyaknya kegiatan yang dilakukan responden sehingga durasi menonton
37 responden juga tidak tinggi. Responden biasanya menonton dengan durasi berkisar antara 252-450 menit dalam seminggu. Selain itu, pada waktu-waktu tertentu, khalayak terkadang memilih program acara lain sebab berdasarkan hasil penelitian Hapsari (2002) diketahui bahwa program berita siang pada umumnya kurang diminati oleh khalayak sebab pada siang hari, khalayak lebih menyukai acara-acara seperti quiz, sinetron atau dialog ringan. Pilihan Acara Pilihan acara dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu News One dan Talkshow One. News One adalah program berita hardnews TV One yang dikemas dengan judul Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang dan Kabar Malam. Program-program berita tersebut ditayangkan sepanjang hari pada jam-jam tertentu. Talkshow One adalah bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelumnya seperti Apa Kabar Indonesia yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi dan malam hari dari studio luar TV One. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa sebesar 37% responden menonton program News One dan 63% responden menonton program Talkshow One. Hasil penelitian menunjukkan acara berita yang paling banyak ditonton oleh mahasiswa adalah Apa Kabar Indonesia yang ditayangkan pada pukul 06.30-10.00 WIB. Format berita dengan talkshow semacam ini merupakan salah satu strategi TV One untuk menarik pemirsa. Mahasiswa tampaknya lebih menyukai format berita yang tidak terlalu kaku, menarik dengan pembawa berita yang interaktif. Tingkat Kepuasan Menonton Responden terhadap Program Berita TV One Kepuasan menonton adalah sesuatu yang dirasakan khalayak ketika kebutuhannya terpenuhi setelah menonton televisi. Oleh sebab itu, kepuasan khalayak dalam menonton televisi diarahkan pada motivasi menonton. Berdasarkan teori Uses and Gratification, kepuasan ini disebut sebagai gratification obtained yang menurut Lommeti (Novarinda, 2009) adalah kepuasan
38 nyata yang diperoleh setelah seseorang menggunakan media. Rataan skor tingkat kepuasan menonton program berita TV One disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Skor Tingkat Kepuasan Responden dalam Menonton Program Berita TV One Kepuasan Menonton Program Berita TV One Informasi Identitas Pribadi Integrasi dan Interaksi Sosial Hiburan Total Rataan Skor
Rataan Skor* 2,86 2,69 2,67 2,37 2,65
Keterangan:*Kisaran skor 1−1,75=sangat rendah; 1,76−2,50=rendah; 2,51−3,25=tinggi; 3,26−4=sangat tinggi
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rataan skor untuk tingkat kepuasan informasi responden dalam menonton program berita TV One yaitu 2,86. Hal ini berarti bahwa tingkat kepuasan informasi responden tergolong tinggi. Demikian pula
dengan tingkat kepuasan identitas pribadi serta integrasi dan interaksi sosial yang juga tergolong tinggi, dengan rataan skor masing-masing yaitu 2,69 dan 2,67. Sebaliknya tingkat kepuasan hiburan responden tergolong rendah yaitu dengan rataan skor 2,37. Secara keseluruhan, tingkat kepuasan menonton responden dalam menonton program berita TV One tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan motivasi menonton responden yang juga tergolong tinggi. Kepuasan menonton akan tercipta jika motivasi untuk memenuhi kebutuhan dalam menonton juga terpenuhi. Responden merasa bahwa program berita TV One telah dapat memenuhi harapan-harapan mereka untuk memperoleh berbagai informasi agar pengetahuan mereka bertambah dan membantu dalam berinteraksi dengan rekan atau masyarakat yang ada di sekitar mereka sehingga dapat meningkatkan nilai diri mereka sendiri sebagai kaum akademisi. Menurut penelitian Mars (1997) yang dikutip Marnarizka (2007), motivasi yang terdapat di balik sebuah perilaku, didasari oleh alasan tertentu, salah satunya adalah kebutuhan performanced, artinya kebutuhan tersebut memberikan tingkat kepuasan yang berbanding lurus dengan pemenuhannya. Konsumen akan bertambah puas apabila kebutuhankebutuhannya dapat terpenuhi, sebaliknya konsumen akan kecewa bila tidak terpenuhi.
39 Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial dengan Motivasi Menonton Program Berita TV One Motivasi menonton diduga berhubungan dengan karakteristik individu. Motivasi terdiri dari: (a) motivasi informasi, yaitu dorongan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi; (b) motivasi identitas pribadi, yaitu dorongan untuk memperkuat identitas pribadi dari nilai-nilai yang didapat dari program acara yang ditayangkan; (c) motivasi integrasi dan interaksi sosial, yaitu untuk kepentingan hubungan sosial dan interaksi dengan orang lain serta memperkuat persatuan dan (e) motivasi hiburan, yaitu untuk melepaskan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan dengan kata lain untuk mendapatkan hiburan. Karakteristik individu terdiri dari angkatan, jenis kelamin dan waktu luang responden. Di sisi lain, motivasi menonton diduga berhubungan pula dengan lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga dan teman. Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan motivasi menonton berdasarkan nilai koefisien korelasinya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hubungan Karakteristik Individu dengan Motivasi Menonton Program Berita TV One Nilai Koefisien Korelasi Motivasi Menonton TV One Variabel
Korelasi Informasi
Angkatan Jenis kelamin Waktu luang Lingkungan Sosial
χ2 χ2 rs rs
0,206 0,122 -0,018 0,089
Identitas pribadi 0,065 0,061 -0,184* 0,137
Integrasi dan interaksi sosial 0,164 0,124 0,013 0,152
Hiburan 0,218 0,091 -0,133 0,124
Keterangan:*Berhubungan nyata pada p<0,05; χ2=koefisien chi-square; rs=koefisien rank- Spearman
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa angkatan mahasiswa memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan setiap aspek motivasi, baik motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Sama halnya untuk jenis kelamin, dimana jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan setiap aspek motivasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumah (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
40 nyata antara usia dan jenis kelamin dengan motivasi mencari informasi. Berbeda dengan pernyataan Testiandini (2006) yang menyatakan bahwa karakteristik individu jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan berkaitan dengan motivasi penggunaan media massa, dimana pria biasanya lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi dan hiburan action, sementara perempuan lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi dan quiz. Perbedaan tersebut terjadi karena dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian dikhususkan pada program acara berita dan menurut responden, mencari informasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting tidak hanya tertuju pada karakteristik tertentu sebab responden berasal dari kalangan mahasiswa yang memiliki kebutuhan informasi yang sama sebagai kaum akademisi, tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Namun demikian, terdapat hubungan antara waktu luang dengan motivasi identitas pribadi, dimana waktu luang memiliki hubungan nyata negatif (p<0,05) dengan motivasi identitas pribadi. Artinya, semakin tinggi waktu luang, maka motivasi identitas pribadi responden semakin rendah. Hal ini disebabkan responden menyatakan bahwa mereka menonton program acara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam menunjang nilai-nilai pribadi. Selain itu, meskipun responden memiliki motivasi yang tinggi di setiap aspek, tetapi responden lebih memilih menggunakan sebagian besar waktu luangnya bersama dengan temanteman untuk sekedar jalan-jalan atau mendiskusikan sesuatu dan mengobrol ringan daripada berdiam di rumah untuk menonton program berita TV One. Jadi, hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan motivasi menonton program berita TV One,” diterima untuk hubungan antara waktu luang dengan motivasi identitas pribadi. Selain itu, terlihat bahwa lingkungan sosial juga memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan semua aspek motivasi, baik motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan dalam menonton program berita TV One. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar responden tinggal di tempat kost dan jauh dari keluarga, sehingga intensitas pertemuan dengan keluarga juga sedikit. Selain itu, responden memutuskan untuk menonton TV One karena keinginan dan kebutuhan pribadi tanpa pengaruh dari teman sebab sebagian besar mahasiswa tinggal di tempat yang berbeda, sehingga
41 mereka hanya bertemu pada saat kuliah. Hal tersebut sekaligus menolak hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan motivasi menonton program berita TV One.”
Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One Motivasi menonton diduga berhubungan dengan pola menonton. Motivasi menonton terdiri dari motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Pola menonton diukur dari frekuensi menonton, durasi menonton dan pilihan acara. Hasil penelitian mengenai hubungan motivasi menonton dengan pola menonton program berita TV One tersaji dalam Tabel 8. Tabel 8. Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One Pola Menonton TV One Nilai Koefisien Korelasi Motivasi Menonton TV One Informasi Identitas pribadi Integrasi dan interaksi sosial Hiburan
Frekuensi (rs)
Durasi (rs)
Pilihan Acara (χ2)
0,152 0,118 0,083 0,143
0,000 0,026 0,090 0,029
0,147 0,026 0,093 0,129
Keterangan: χ2=koefisien chi-square; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa setiap aspek motivasi dalam menonton program berita TV One memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan pola menonton. Hal ini berbeda dengan penelitian Novarinda (2009) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki motivasi tinggi di setiap motivasi cenderung memiliki durasi menonton lebih lama. Menurut Tabel 8, motivasi informasi bahkan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan durasi menonton responden. Hal ini disebabkan responden yang berasal dari kalangan mahasiswa dimana sebagian besar waktunya digunakan untuk menjalankan aktivitas perkuliahan, mengerjakan tugas-tugas dan penelitian sehingga mereka memiliki frekuensi menonton yang tergolong rendah dengan durasi menonton hanya 4-7 jam per minggu. Artinya, motivasi yang tinggi belum tentu membuat responden menonton lebih sering dengan durasi waktu yang lama. Keterbatasan waktu yang
42 dimiliki oleh responden menyebabkan responden memilih berita online yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Berdasarkan data yang diperoleh, responden juga menonton berita TV One hanya untuk mengisi sebagian waktu luangnya pada jam tertentu. Oleh sebab itu, hipotesis ketiga yang berbunyi ”terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton program berita TV One dengan pola menonton berita TV One” ditolak.
Hubungan Motivasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One Motivasi menonton diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan menonton. Motivasi menonton meliputi motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Ketika kebutuhan dalam menggunakan suatu media terpenuhi, maka akan muncul kepuasan. Berdasarkan teori Uses and Gratification, Lommeti dalam Novarinda (2009) mendefinisikan kepuasan sebagai efek yang dibayangkan akan diterima seseorang bila ia menggunakan media massa tertentu. Blumler seperti yang dikutip oleh Novarinda (2009) juga menambahkan bahwa dalam membayangkan kepuasan yang diperoleh seseorang, salah satunya berpegang pada prinsip interpersonality (penggunaan diarahkan pada motif). Oleh sebab itu, tingkat kepuasan meliputi kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta kepuasan hiburan. Tabel 9 berikut ini menjelaskan mengenai hubungan antara motivasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program berita TV One. Tabel 9. Hubungan Motivasi Menonton Menonton Program Berita TV One Motivasi Menonton TV One
dengan
Tingkat
Kepuasan
Nilai Korelasi Koefisien rank Spearman (rs) Tingkat Kepuasan Menonton Informasi
Identitas pribadi
Integrasi dan interaksi sosial
Hiburan
Informasi
0,296
**
0,346
**
0,232
**
Identitas pribadi Integrasi dan interaksi sosial Hiburan
0,252
**
0,456
**
0,226
**
0,359
**
0,435
**
0,597
**
0,289
**
0,291
**
0,234
**
0,438
**
0,129
Keterangan:*Berhubungan nyata pada p<0,05; **Berhubungan sangat nyata pada p<0,01
*
0,168 0,053
43 Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa hampir di setiap aspek motivasi memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Artinya, semakin tinggi motivasi mahasiswa dalam menonton program berita TV One, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasannya. Hal ini terjadi karena harapan-harapan yang dibayangkan responden sebelum menonton TV One atau yang disebut sebagai motif hampir seluruhnya terpenuhi, sehingga menimbulkan suatu kepuasan menonton. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Novarinda (2009) yang menunjukkan bahwa hubungan motivasi dengan tingkat kepuasan yaitu semakin tinggi motivasi menonton, maka akan semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh individu. Demikian pula dengan penelitian Rubin dalam Marnarizka (2007) menyatakan bahwa motivasi menonton televisi yaitu untuk relaksasi ketegangan negatif, pencarian informasi, perbandingan antara pikiran pemirsa dengan pikiran orang lain, untuk interaksi sosial atau identitas sosial seseorang dan keluar dari masalah. Namun, motivasi hiburan yang memiliki hubungan tidak nyata (p>0,05) dengan kepuasan informasi dalam menonton program berita TV One. Hal ini disebabkan motivasi hiburan responden dalam menonton berita TV One tergolong rendah sehingga responden merasa TV One tidak dapat memenuhi kebutuhan hiburannya dan responden biasanya menonton program acara lain seperti musik, infotainment, sinetron dan quiz untuk mendapat kesenangan atau hiburan. Demikian pula dengan motivasi identitas pribadi yang memiliki hubungan tidak nyata (p>0,05) dengan kepuasan hiburan. Hal tersebut terjadi karena TV One merupakan televisi berita yang fokus utamanya adalah untuk memenuhi aspek kognisi para pemirsanya. Secara keseluruhan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan menonton program berita TV One, responden mendapat kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan. Jadi, hipotesis keempat yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara motivasi menonton dengan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap program berita TV One,” diterima.
44 Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One Pola menonton diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan menonton. Pola menonton terdiri dari frekuensi dan durasi menonton. Tingkat kepuasan meliputi kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta kepuasan hiburan. Hasil penelitian mengenai hubungan antara pola menonton dengan tingkat kepuasan menonton program berita TV One berdasarkan nilai korelasi koefisien rank Spearman disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton Program Berita TV One Nilai Koefisien Korelasi Pola Menonton TV One Frekuensi Durasi Pilihan Acara
Korelasi
Tingkat Kepuasan Menonton TV One Informasi
rs rs χ2
0,108 -0,043 0,114
Identitas pribadi 0,145 0,012 0,145
Integrasi dan interaksi sosial 0,063 0,056 0,136
Hiburan *
0,186 0,120 0,120
Keterangan:*Berhubungan nyata pada p<0,05 ; χ2=koefisien chi-square; rs=koefisien rank Spearman
Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa frekuensi menonton, durasi menonton dan pilihan acara memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan seluruh aspek kepuasan yang diamati. Bahkan durasi menonton TV One juga memiliki hubungan negatif dengan kepuasan informasi, meskipun hubungan ini tidak nyata (p>0,05). Artinya, semakin lama menonton, maka semakin rendah kepuasan informasi yang diperoleh responden. Hal ini terjadi karena kepuasan dalam menonton program berita sebetulnya bukan ditentukan oleh pola menonton, tetapi sejauh mana tayangan berita itu menyampaikan fakta-fakta yang dapat memenuhi kebutuhan informasi yang diharapkan pemirsa. Terkadang berita yang ditayangkan juga memiliki kekurangan misalnya pengulangan-pengulangan pemberitaan sehingga pemirsa menjadi jenuh. Menurut Afdjani (2007), khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, mereka juga belajar sejauh mana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Suatu berita terkadang disampaikan terlalu berlebihan dengan tujuan menarik minat pemirsanya agar dapat meningkatkan
45 rating tanpa memperhatikan keakuratan berita. Menurut Astraatmadja (2008), penyebab kelemahan pemberitaan yaitu penyusun berita kurang memahami permasalahan yang dibahas narasumber karena tidak lebih dulu mempelajari materi latar belakang masalah, sehingga berita yang disampaikan menjadi tidak akurat. Namun, frekuensi menonton memiliki hubungan positif nyata (p<0,05) dengan tingkat kepuasan hiburan. Artinya, semakin tinggi frekuensi menonton responden maka tingkat kepuasan hiburan dalam menonton program berita TV One juga akan semakin tinggi. Hal ini terjadi jika responden menyaksikan suatu berita tertentu yang sedang hangat dibicarakan, maka biasanya muncul rasa penasaran sehingga membuat mereka terus menerus mengikuti perkembangan berita tersebut misalnya berita yang terkait dengan tokoh masyarakat atau artis yang sedang naik daun, sehingga responden bukan hanya memperoleh kepuasan informasi tetapi juga kepuasan hiburan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Palmgreen dan Rayburn dalam Purwanti (2003) yang menyatakan bahwa perilaku khalayak dalam menggunakan media secara terus-menerus cenderung akan meningkat setiap waktu, bila khalayak memperoleh kepuasan dari penggunaannya terhadap media. Dengan demikian, hipotesis kelima yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara pola menonton dengan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap program berita TV One,” diterima untuk hubungan antara frekuensi dengan kepuasan hiburan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik individu dan lingkungan sosial memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan setiap aspek motivasi, baik motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta motivasi hiburan. Hanya waktu luang yang memiliki hubungan nyata negatif (p<0,05) dengan motivasi identitas pribadi. 2. Aspek-aspek motivasi memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan pola menonton program berita TV One. 3. Aspek-aspek motivasi memiliki hubungan positif sangat nyata (p<0,01) dengan kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan, kecuali untuk motivasi hiburan yang memiliki hubungan tidak nyata (p>0,05) dengan kepuasan informasi dalam menonton program berita TV One. Demikian pula untuk motivasi identitas pribadi yang memiliki hubungan tidak nyata (p>0,05) dengan kepuasan hiburan. Pola menonton memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,05) dengan tingkat kepuasan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial program berita TV One. Hanya frekuensi menonton yang memiliki hubungan positif nyata (p<0,05) dengan tingkat kepuasan hiburan. Saran Sebagian besar responden menilai baik penayangan program berita TV One. Namun, terdapat beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagi pihak TV One, hendaknya terus meningkatkan kualitas berita yang akan disiarkan, baik dari tingkat kepentingannya (important), (2) kekinian (actual), dan (3) menarik bagi khalayak (interesting), sebab kebutuhan khalayak terhadap kebutuhan berita pada pagi, siang dan petang ternyata berbeda-beda. 2. Segala informasi yang disampaikan kepada pemirsa tidak perlu di lebihlebihkan agar berita menjadi akurat dan hendaknya lebih dulu diselidiki latar belakang masalahnya sehingga tidak terjadi pengulangan-pengulangan yang dapat membuat pemirsa menjadi jenuh. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan isi berita.
DAFTAR PUSTAKA Afdjani, H. 2007. Efek Psikologis Pemberitaan Media Massa terhadap Khalayak Ditinjau dari Teori Peluru, Agenda Setting dan Uses and Gratification. J. Komunikasi. Jakarta: Universitas Budi Luhur. Astraatmadja, A. 2008. Penyebab Kelemahan Berita. http://www.tarakankota.go. id/in/Rubrik_Kita.php?op=tarakan&mid=217. [diakses 26 Agustus 2010] Direktorat Administrasi Pendidikan (Dit.AP) Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB. 2010. Daftar Mahasiswa Peserta Mayor. Fakultas Ekologi Manusia. 2006. Rencana Strategis (Renstra) FEMA IPB 20062009. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB. Farida, A. 2005. Motivasi Remaja Menonton Program Acara Ajang Cari Bakat di TV (Kasus Mahasiswa TPB IPB Tahun Akademik 2004-2005). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hapsari, T. 2002. Kompetisi Siaran Berita TV Swasta (Aplikasi Pendekatan Uses and Gratification dan Teori Niche untuk Mengukur Superioritas Program Siaran Berita Pagi, Siang dan Petang pada RCTI, SCTV dan Metro TV). [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Hofmann, R. 1999. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: Grasindo. Idris, S. 1999. Perihal Berita Televisi. Bandung: Rosdakarya. Junaedi, F. 2005. Teori Komunikasi Massa terhadap Individu. http://komunikasimassa-umy.blogspot.com/2005/11/teori-komunikasi-massa.html. [diakses 16 Desember 2009] Kriyantono, R. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kusumah, F. 2010. Motivasi, Perilaku dan Penilaian Masyarakat terhadap Televisi Lokal. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Marnarizka, F. 2007. Analisis Motivasi Menonton Televisi (Studi Kasus: Pemirsa Palembang). [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. McQuail, D. 2005. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Mulyana, D. 1997. Bercinta dengan Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2008. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori dan Aplikasi). Bandung: Widya Padjajaran.
48 Novarinda, M. 2009. Motivasi, Pola dan Kepuasan dalam Menonton Televisi Lokal serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Permana, B. 2007. Apresiasi Ibu Rumah Tangga terhadap Tayangan Ceriwis. http://www.scribd.com/doc/16962020/Apresiasi-Ibu-Rumah-TanggaTerhadap-Tayangan-Ceriwis2007. [diakses 16 November 2009] Priyowidodo, G. 2008. Menakar Kekuatan dan Keunggulan Industri Televisi Lokal di Era Otonomi. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA Vol. 2, No. 1, Januari 2008: 56 – 62. Jakarta: Universitas Kristen Petra. Purwanti, N. 2003. Motif Menonton TV dengan Pola Menonton Acara TV pada Khalayak Dewasa. [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2007. Psikologi Rosdakarya.
Komunikasi
Edisi
Revisi.
Bandung:
Remaja
Singarimbun, M., S. Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES. Testiandini, A. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja: Kasus Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. TV One. 2010. “Tentang TV One”. http://
[email protected]. [diakses 18 Maret 2010] Wijendaru, A. 2008. Sajian TV One Menarik Pemirsa yang Berbeda. http://www.agbnielsen.co.id/news/php=com.html. [diakses 1 Oktober 2009] . 2009. Pemilu Membuat Program Berita Naik Daun. http:// www. agbnielsen.co.id/news/php=com.html. [diakses 1 Oktober 2009]
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen A. Variabel Lingkungan sosial Validitas:
Korelasi antara
Nilai Korelasi (Pearson Correllation)
Ls1 dengan Ls_tot Ls2 dengan Ls_tot Ls3 dengan Ls_tot Ls4 dengan Ls_tot Ls5 dengan Ls_tot Ls6 dengan Ls_tot Ls7 dengan Ls_tot Ls8 dengan Ls_tot Ls9 dengan Ls_tot Ls10 dengan Ls_tot
Nilai r tabel (n=30, α=5%)
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)]
0,375 0,715 -0,190 0,619 0,637 -0,044 0,513 0,195 0,203 0,418
0,041 0,000 0,314 0,000 0,000 0,819 0,004 0,301 0,281 0,021
0,361
Kesimpulan Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Spearman-Brown Coefficient
Value
,029 5a -,893b
N of Items
5c
Total N of Items
10
Correlation Between Forms
,646
Equal Length
,785
Unequal Length
,785
Guttman Split-Half Coefficient
,784
a. The items are: Ls2, Ls4, Ls6, Ls8, Ls10. b. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. c. The items are: Ls1, Ls3, Ls5, Ls7, Ls9.
51
B. Motivasi menonton program berita Validitas
Korelasi antara Mm1 dengan Mm_tot Mm2 dengan Mm_tot Mm3 dengan Mm_tot Mm4 dengan Mm_tot Mm5 dengan Mm_tot Mm6 dengan Mm_tot Mm7 dengan Mm_tot Mm8 dengan Mm_tot Mm9 dengan Mm_tot Mm10 dengan Mm_tot Mm11 dengan Mm_tot Mm12 dengan Mm_tot Mm13 dengan Mm_tot Mm14 dengan Mm_tot Mm15 dengan Mm_tot Mm16 dengan Mm_tot Mm17 dengan Mm_tot Mm18 dengan Mm_tot Mm19 dengan Mm_tot Mm20 dengan Mm_tot Mm21 dengan Mm_tot Mm22 dengan Mm_tot Mm23 dengan Mm_tot Mm24 dengan Mm_tot Mm25 dengan Mm_tot Mm26 dengan Mm_tot Mm27 dengan Mm_tot Mm28 dengan Mm_tot Mm29 dengan Mm_tot Mm30 dengan Mm_tot
Nilai Korelasi (Pearson Correllation)
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)]
0,255 0,121 0,369 -0,034 0,336 0,272 0,298 0,620 0,634 0,500 0,527 0,365 0,427 0,494 0,185 0,353 0,178 0,504 0,003 0,571 0,139 0,354 0,493 0,571 0,163 0,474 0,058 0,462 0,452 0,462
0,174 0,524 0,045 0,860 0,069 0,145 0,110 0,000 0,000 0,005 0,003 0,047 0,018 0,006 0,327 0,055 0,347 0,005 0,986 0,001 0,463 0,055 0,006 0,001 0,391 0,008 0,762 0,010 0,012 0,010
Nilai r tabel (n=30, α=5%)
0,361
Kesimpulan Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid
52
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items Total N of Items
Spearman-Brown Coefficient
,648 15a ,487 15b 30
Correlation Between Forms
,666
Equal Length
,800
Unequal Length
,800
Guttman Split-Half Coefficient
,786
a. The items are: mm2, mm4, mm6, mm8, mm10, mm12, mm14, mm16, mm18, mm20, mm22, mm24, mm26, mm28, mm30. b. The items are: mm1, mm3, mm5, mm7, mm9, mm11, mm13, mm15, mm17, mm19, mm21, mm23, mm25, mm27, mm29.
53
C. Tingkat kepuasan menonton program berita Validitas
Korelasi antara Tk1 dengan Tk_tot Tk2 dengan Tk_tot Tk3 dengan Tk_tot Tk4 dengan Tk_tot Tk5 dengan Tk_tot Tk6 dengan Tk_tot Tk7 dengan Tk_tot Tk8 dengan Tk_tot Tk9 dengan Tk_tot Tk10 dengan Tk_tot Tk11 dengan Tk_tot Tk12 dengan Tk_tot Tk13 dengan Tk_tot Tk14 dengan Tk_tot Tk15 dengan Tk_tot Tk16 dengan Tk_tot Tk17 dengan Tk_tot Tk18 dengan Tk_tot Tk19 dengan Tk_tot Tk20 dengan Tk_tot Tk21 dengan Tk_tot Tk22 dengan Tk_tot Tk23 dengan Tk_tot Tk24 dengan Tk_tot Tk25 dengan Tk_tot Tk26 dengan Tk_tot Tk27 dengan Tk_tot Tk28 dengan Tk_tot Tk29 dengan Tk_tot Tk30 dengan Tk_tot Tk31 dengan Tk_tot Tk32 dengan Tk_tot Tk33 dengan Tk_tot
Nilai Korelasi (Pearson Correllation)
Probabilitas Korelasi [sig.(2-tailed)]
0,169 0,386 0,117 0,457 0,519 0,171 -0,048 0,584 0,404 0,563 0,504 0,531 0,262 0,180 0,305 0,246 0,573 0,059 0,285 -0,025 0,048 0,577 0,401 0,487 0,673 0,279 0,158 0,485 0,239 0,062 0,287 0,226 0,408
0,371 0,035 0,537 0,011 0,003 0,366 0,799 0,001 0,027 0,001 0,005 0,003 0,161 0,341 0,101 0,190 0,001 0,758 0,126 0,895 0,800 0,001 0,028 0,006 0,000 0,136 0,406 0,007 0,203 0,743 0,125 0,229 0,025
Nilai r tabel (n=30, α=5%)
0,361
Kesimpulan Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid
54
Reliabilitas: Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value N of Items
Part 2
Value N of Items Total N of Items
Spearman-Brown Coefficient
,614 17a ,596 16b 33
Correlation Between Forms
,584
Equal Length
,738
Unequal Length
,738
Guttman Split-Half Coefficient
,737
a. The items are: tk2, tk4, tk6, tk8, tk10, tk12, tk14, tk16, tk18, tk20, tk22, tk24, tk26, tk28, tk30, tk32, tk1. b. The items are: tk1, tk3, tk5, tk7, tk9, tk11, tk13, tk15, tk17, tk19, tk21, tk23, tk25, tk27, tk29, tk31, tk33.
55
Lampiran 2. Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Angkatan dengan Motivasi Menonton TV One
Tingkat * Motivasi Informasi motivasi informasi rendah
sedang
tinggi
Total
Tingkat 43
9
32
8
49
44
15
33
4
52
45
9
31
13
53
33
96
25
154
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
6.828a
4
.145
Likelihood Ratio
7.010
4
.135
Linear-by-Linear Association
.707
1
.400
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.95. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.206
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .145
Tingkat * Motivasi Identitas Pribadi motivasi identitas pribadi rendah
sedang
tinggi
Total
Tingkat 43
10
30
9
49
44
9
34
9
52
45
8
34
11
53
27
98
29
154
Total
56 Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
.658a
4
.956
Likelihood Ratio
.654
4
.957
Linear-by-Linear Association
.418
1
.518
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.59. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.065
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .956
Tingkat * Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah
sedang
tinggi
Total
Tingkat 43
10
30
9
49
44
13
27
12
52
45
6
32
15
53
29
89
36
154
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
4.252a
4
.373
Likelihood Ratio
4.434
4
.350
Linear-by-Linear Association
2.238
1
.135
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.23.
57 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.164
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .373
Tingkat * Motivasi Hiburan motivasi hiburan rendah
sedang
tinggi
Total
Tingkat 43
15
28
6
49
44
17
30
5
52
45
13
25
15
53
45
83
26
154
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
7.671a
4
.104
Likelihood Ratio
7.370
4
.118
Linear-by-Linear Association
2.889
1
.089
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.27. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.218
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .104
58
Lampiran 3. Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Jenis Kelamin dengan Motivasi Menonton TV One
Jenis Kelamin * Motivasi Informasi motivasi informasi rendah jenis kelamin
laki-laki perempuan
Total
sedang
tinggi
Total
5
24
8
37
28
72
17
117
33
96
25
154
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
2.345a
2
.310
Likelihood Ratio
2.441
2
.295
Linear-by-Linear Association
2.290
1
.130
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.01. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.122
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .310
Jenis Kelamin * Motivasi Identitas Pribadi motivasi identitas pribadi rendah jenis kelamin
laki-laki perempuan
Total
sedang
tinggi
Total
5
25
7
37
22
73
22
117
27
98
29
154
59 Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
.567a
2
.753
Likelihood Ratio
.593
2
.744
Linear-by-Linear Association
.225
1
.636
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.49. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.061
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .753
Jenis Kelamin * Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah jenis kelamin
laki-laki perempuan
Total
sedang
tinggi
7
18
12
37
22
71
24
117
29
89
36
154
Chi-Square Tests Value
Total
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
2.413a
2
.299
Likelihood Ratio
2.318
2
.314
Linear-by-Linear Association
.926
1
.336
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.97.
60 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.124
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .299
Jenis Kelamin * Motivasi Hiburan motivasi hiburan rendah jenis kelamin
sedang
tinggi
Total
laki-laki
13
17
7
37
perempuan
32
66
19
117
45
83
26
154
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
1.274a
2
.529
Likelihood Ratio
1.267
2
.531
Linear-by-Linear Association
.163
1
.686
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.25. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.091
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .529
61
Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Waktu Luang dengan Motivasi Menonton TV One Correlations motivasi
waktu
motivasi
identitas
integrasi dan
motivasi
luang
informasi
pribadi
interaksi sosial
hiburan
1.000
-.018
-.184*
.013
-.133
.
.821
.022
.869
.101
154
154
154
154
154
-.018
1.000
.444**
.398**
.262**
Sig. (2-tailed)
.821
.
.000
.000
.001
N
154
154
154
154
154
-.184*
.444**
1.000
.313**
.235**
Sig. (2-tailed)
.022
.000
.
.000
.003
N
154
154
154
154
154
Correlation
.013
.398**
.313**
1.000
.365**
Sig. (2-tailed)
.869
.000
.000
.
.000
N
154
154
154
154
154
-.133
.262**
.235**
.365**
1.000
Sig. (2-tailed)
.101
.001
.003
.000
.
N
154
154
154
154
154
Spearman's waktu luang Correlation rho
motivasi
Coefficient Sig. (2-tailed) N motivasi
Correlation
informasi
Coefficient
motivasi
Correlation
identitas
Coefficient
pribadi
motivasi
integrasi dan Coefficient interaksi sosial motivasi
Correlation
hiburan
Coefficient
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
62
Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Lingkungan Sosial dengan Motivasi Menonton TV One Correlations motivasi motivasi
motivasi
integrasi dan
informasi identitas pribadi interaksi sosial
lingkungan
hiburan
sosial
1.000
.444**
.398**
.262**
.089
.
.000
.000
.001
.272
154
154
154
154
154
.444**
1.000
.313**
.235**
.137
Sig. (2-tailed)
.000
.
.000
.003
.091
N
154
154
154
154
154
.398**
.313**
1.000
.365**
.152
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.
.000
.060
N
154
154
154
154
154
.262**
.235**
.365**
1.000
.124
Sig. (2-tailed)
.001
.003
.000
.
.126
N
154
154
154
154
154
lingkung Correlation
.089
.137
.152
.124
1.000
Sig. (2-tailed)
.272
.091
.060
.126
.
N
154
154
154
154
154
Spearman's motivasi Correlation rho
motivasi
informasi Coefficient Sig. (2-tailed) N motivasi Correlation identitas Coefficient pribadi
motivasi Correlation integrasi Coefficient dan interaksi sosial
motivasi Correlation hiburan
Coefficient
an sosial Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
63
Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Motivasi Menonton dengan Pola Menonton Program Berita TV One Correlations motivasi integrasi motivasi
dan
motivasi
identitas
interaksi
motivasi
informasi
pribadi
sosial
hiburan
durasi
frekuensi
menonton menonton
1.000
.444**
.398**
.262**
.000
.152
.
.000
.000
.001
.998
.060
154
154
154
154
154
154
.444**
1.000
.313**
.235**
.026
.118
Sig. (2-tailed)
.000
.
.000
.003
.744
.146
N
154
154
154
154
154
154
.398**
.313**
1.000
.365**
.090
.083
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.
.000
.267
.303
N
154
154
154
154
154
154
.262**
.235**
.365**
1.000
.029
.143
Sig. (2-tailed)
.001
.003
.000
.
.719
.076
N
154
154
154
154
154
154
durasi_m Correlation
.000
.026
.090
.029
1.000
.414**
Sig. (2-tailed)
.998
.744
.267
.719
.
.000
N
154
154
154
154
154
154
frekuensi Correlation
.152
.118
.083
.143
.414**
1.000
Sig. (2-tailed)
.060
.146
.303
.076
.000
.
N
154
154
154
154
154
154
Spearman's
motivasi Correlation
rho
informasi Coefficient Sig. (2-tailed) N motivasi Correlation identitas Coefficient pribadi
motivasi Correlation integrasi Coefficient dan interaksi sosial
motivasi Correlation hiburan
enonton
Coefficient
Coefficient
_menont Coefficient on
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
64
Lampiran 7. Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Pilihan Acara dengan Motivasi Menonton TV One
Pilihan Acara * Motivasi Informasi motivasi informasi rendah pilihan_acara
sedang
tinggi
Total
newsone
13
31
13
57
talkshowone
20
65
12
97
33
96
25
154
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
3.407a
2
.182
3.333
2
.189
Linear-by-Linear Association
.649
1
.421
N of Valid Cases
154
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.25. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.147
N of Valid Cases
.182
154
Pilihan Acara * Motivasi Identitas Pribadi motivasi identitas pribadi rendah pilihan_acara
Total
sedang
tinggi
Total
newsone
10
37
10
57
talkshowone
17
61
19
97
27
98
29
154
65 Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.103a
2
.950
Likelihood Ratio
.104
2
.950
Linear-by-Linear Association
.042
1
.838
N of Valid Cases
154
Pearson Chi-Square
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.99. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.026
N of Valid Cases
.950
154
Pilihan Acara * Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah pilihan_acara
sedang
newsone talkshowone
Total
tinggi
Total
9
32
16
57
20
57
20
97
29
89
36
154
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
1.340a
2
.512
Likelihood Ratio
1.332
2
.514
Linear-by-Linear Association
1.281
1
.258
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.73. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.093
N of Valid Cases
154
Approx. Sig. .512
66
Pilihan Acara * Motivasi Hiburan motivasi hiburan rendah pilihan_acara
sedang
tinggi
Total
newsone
17
27
13
57
talkshowone
28
56
13
97
45
83
26
154
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
2.608a
2
.271
Likelihood Ratio
2.556
2
.279
Linear-by-Linear Association
.571
1
.450
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.62. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.129 154
Approx. Sig. .271
Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Motivasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One
67
Lampiran 8.
68
Lampiran 9. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Hubungan Pola Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One tingkat tingkat kepuasan tingkat kepuasan integrasi dan tingkat kepuasan identitas interaksi kepuasan Durasi informasi pribadi sosial hiburan menonton Spearman's rho
tingkat kepuasan informasi
Correlation Coefficient
tingkat kepuasan identitas pribadi tingkat kepuasan integrasi dan interaksi sosial tingkat kepuasan hiburan
Durasi menonton
.511**
.467**
.309**
-.043
.108
.
.000
.000
.000
.597
.182
154
154
154
154
154
154
**
1.000
**
**
.012
.145
Sig. (2-tailed)
.000
.
.000
.000
.881
.072
N
154
154
154
154
154
154
**
**
1.000
**
.056
.063
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.511
.467
.306
.345
.000
.000
.
.000
.493
.440
N
154
154
154
154
154
154
**
**
**
1.000
.120
.186*
Correlation Coefficient
.309
.306
.345
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.
.138
.021
N
154
154
154
154
154
154
-.043
.012
.056
.120
1.000
.414**
.597
.881
.493
.138
.
.000
Correlation Coefficient N
154
154
154
154
154
154
Correlation Coefficient
.108
.145
.063
.186*
.414**
1.000
Sig. (2-tailed)
.182
.072
.440
.021
.000
.
N
154
154
154
154
154
154
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.520
.520
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed) Frekuensi menonton
1.000
Sig. (2-tailed) N
Frekuensi menonton
69
Lampiran 10. Hasil Uji Crosstab Chi-Square untuk Pilihan Acara dengan Tingkat Kepuasan Menonton TV One
Pilihan Acara *Tingkat Kepuasan Informasi tingkat kepuasan informasi rendah pilihan_acara
sedang
tinggi
Total
newsone
14
31
12
57
talkshowone
33
50
14
97
47
81
26
154
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
2.039a
2
.361
Likelihood Ratio
2.048
2
.359
Linear-by-Linear Association
2.025
1
.155
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.62. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.114
N of Valid Cases
.361
154
Pilihan Acara *Tingkat Kepuasan Identitas Pribadi tingkat kepuasan identitas pribadi rendah pilihan_acara
Total
sedang
tinggi
Total
newsone
13
21
23
57
talkshowone
31
40
26
97
44
61
49
154
70 Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Pearson Chi-Square
3.298a
2
.192
Likelihood Ratio
3.276
2
.194
Linear-by-Linear Association
3.049
1
.081
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.29. Symmetric Measures Value
Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient
.145
N of Valid Cases
154
.192
Pilihan Acara *Tingkat Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial tingkat kepuasan integrasi n interaksi sosial rendah pilihan_acara
sedang
tinggi
newsone
11
31
15
57
talkshowone
31
45
21
97
42
76
36
154
Total Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.909a
2
.233
Likelihood Ratio
3.010
2
.222
Linear-by-Linear Association
2.121
1
.145
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.32.
Total
71 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.136
N of Valid Cases
.233
154
Pilihan Acara * Tingkat Kepuasan Hiburan tingkat kepuasan hiburan rendah pilihan_acara
sedang
tinggi
Total
newsone
14
30
13
57
talkshowone
27
57
13
97
41
87
26
154
Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
2.264a
2
.322
Likelihood Ratio
2.204
2
.332
Linear-by-Linear Association
1.347
1
.246
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
154
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.62. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.120 154
Approx. Sig. .322