PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV (Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh: RUTH ELISABETH SILITONGA I34050173
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV (Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
Oleh: RUTH ELISABETH SILITONGA I34050173
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat September, 2009
ABSTRACT The objectives of this study were to analyze the correlation between characteristics of audience and behavior while watching Jelajah, to analyze the correlation between characteristics of audience and audience’s perceptions, and to analyze the correlation between behavior while watching Jelajah and audience’s perceptions. This research was conducted at IPB campuss, Dramaga, Bogor, Indonesia. using survey sampling on 68 students of IPB. The respondents were selected using a Stratified Random Sampling method. Data were collected and analyzed using Chi Square’s Test and Spearman’s Test. The results of this research showed that there were significant correlation between characteristics of audience and behavior while watching Jelajah. That correlation were significant between ages with durations of watching Jelajah, gender with the way of watching, semester with the way of watching and durations, know first about Jelajah with motivation source to watch, the way of watching, and location. Perceptions of respondents about Jelajah were good, and there were significant correlation between perceptions with characteristics of audience, e.g correlation between gender with theme, correlation between father’s job with show time, correlation mother’s job with theme, correlation social-economic with object, correlation pocket money with object, and correlation know first about Jelajah with packaging design of Jelajah. There were significant correlation between all aspects of behavior while watching Jelajah with some of aspects of audience perceptions.
Keyword: audience, behavior, perception.
RINGKASAN RUTH ELISABETH SILITONGA. PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. Kasus: Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2008/2009) (Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO)
Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis hubungan antara karakteristik khalayak dengan perilaku menonton terhadap program Jelajah, menganalisis hubungan antara karakteristik khalayak dengan persepsi terhadap program Jelajah, dan menganalisis hubungan antara perilaku menonton khalayak dengan pembentukan persepsi khalayak terhadap program Jelajah di Trans TV. Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, dengan fokus pada responden mahasiswa yang sedang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan metode survai. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling). Berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah semester yang diambil mahasiswa tersebut, sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 68 orang. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, sementara data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 15.0 dengan tabulasi silang, Chi Square (χ²) dan Rank Spearman ( . Hasil penelitian mengungkapkan bahwa mahasiswa Mata Kuliah Komunikasi Bisnis sebagian besar berusia 19-20 tahun, berjenis kelamin perempuan dan sedang kuliah di semester 4. Sebagian besar ayah responden bekerja sebagai pegawai negeri dan ibu responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Latar belakang sosial ekonomi responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari golongan menengah. Sebagian besar responden mengetahui pertama kali program Jelajah dengan cara mengetahui sendiri dari televisi langsung. Mengenai perilaku menonton responden tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku menonton responden sudah baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan perilaku menontonnya. Hubungan tersebut nyata antara usia dengan durasi, jenis kelamin dengan cara menonton, semester dengan cara menonton dan durasi, tahu pertama tentang Jelajah dengan sumber dorongan untuk menonton, cara menonton, dan lokasi menonton. Perbedaan karakteristik responden ternyata membuat perbedaan persepsi mereka terhadap program Jelajah. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap program Jelajah adalah baik, dimana rataan skor persepsi responden tentang Jelajah menunjukkan persepsi setuju bahwa program Jelajah sudah baik. Jika melihat hubungan antara kedua variabel ini, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan persepsi mereka, seperti hubungan jenis kelamin dengan tema, hubungan
pekerjaan ayah dengan penayangan, hubungan pekerjaan ibu dengan tema, hubungan sosial ekonomi dengan objek, hubungan uang saku dengan objek, dan hubungan tahu pertama tentang Jelajah dengan kemasan. Sebagian besar aspek perilaku menonton responden yang bervariasi tersebut memiliki hubungan nyata dengan aspek persepsi responden terhadap program Jelajah. Ditunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi dengan tema dan penayangan Jelajah, ada hubungan antara frekuensi dengan kemasan, ada hubungan antara sumber dorongan dengan narasi, ada hubungan antara motivasi menonton dengan kemasan, ada hubungan antara cara menonton dengan kemasan, tema dan narasi, ada hubungan antara lokasi menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi, serta ada hubungan antara tingkat keseriusan menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi.
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Ruth Elisabeth Silitonga
NRP
: I34050173
Judul
: Perilaku Menonton dan Persepsi Mahasiswa terhadap Program Jelajah di Trans TV (Kasus: Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Pengikut Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 1988031004
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 1983031001
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV (Kasus: Mahasiswa-Mahasiswi Pengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, Semester Genap, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2008/2009)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU
MEMPEROLEH
LEMBAGA GELAR
LAIN
MANAPUN
AKADEMIK
UNTUK
TERTENTU.
TUJUAN
SAYA
JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 3 September 2009
Ruth Elisabeth Silitonga I34050173
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Mei 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Manahan A. Silitonga dan Melly Manalu. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Budi Murni 1 Medan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Katolik Budi Murni 3 Medan. Selanjutnya, penulis melanjutkan lagi pendidikannya ke SMU Negeri 5 Medan dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Semasa kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi
Himpunan
Mahasiswa
Peminat
Ilmu-ilmu
Komunikasi
dan
Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) selama satu periode pada bidang broadcasting. Penulis juga pernah menjadi penyiar di Agri FM pada periode 2007 sampai 2008. Selain itu, penulis juga menjadi assisten dosen untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis selama tiga semester mulai tahun 2008 sampai 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Yesus Kristus, Tuhan ku yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan judul “Perilaku Menonton dan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV”. Melalui Skripsi ini, penulis mencoba untuk menganalisis bagaimana pembentukan perilaku menonton khalayak oleh karakteristik khalayak dan bagaimana hubungan karkateristik khalayak dengan penciptaan persepsi mereka, serta menganalisis hubungan perilaku dengan persepsi khalayak akan program Jelajah di Trans TV. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kekurangan. Akhir kata, penulis berharap bahwa Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang mempunyai perhatian terhadap perilaku menonton dan hubungannya dengan persepsi khalayak akan suatu tayangan televisi.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan Skripsi ini telah berhasil diselesaikan dan tidak lepas dari bantuan, petunjuk, saran, kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, memberikan masukan dan dengan sabar membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama. Terima kasih atas masukan dan saran-saran yang diberikan pada penulis selama sidang. 3. Ibu Ir. Siti Sugiah M. Mugniesyah, MS, yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil departemen. Terimakasih atas masukan yang diberikan pada penulis. 4. Di atas semuanya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Jesus Christ, Juru Selamat yang telah memberikan kekuatan, petunjuk, kebaikan, kasih dan bimbingan-Nya. Karena roh kudus Mu lah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dan dengan sebaikbaiknya. 5. Keluarga penulis, pada Mama, Papa dan Paul. Terimakasih untuk semangat dan doanya yang tidak henti-hentinya untuk penulis, sehingga penulis dapat terus semangat mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, Nantulang, Tulang, Kak Sondang, Kak Butet yang telah menyemangati penulis untuk tetap sabar mengerjakan Skripsi ini. 7. Pihak Trans TV, khususnya crew program Jelajah yang telah membantu memberikan data-data Jelajah kepada penulis. 8. Virgin dan Anda, Teman “seperjuangan” skripsi. 9. Anyes, sahabat ku di KPM.
10. Teman-teman KPM 42, khususnya Hesti, Novie, Liza untuk kebersamaan dan keceriaan selama kuliah yang telah banyak membantu dan memberikan semangatnya. 11. Teman-teman asisten dosen MK. Komunikasi Bisnis: Vbee, Anggi, Rio, Adit, dan Fahmie (KPM 42) juga Risman, Siska, Aero, Ayu, Rio (KPM 43). 12. Mba Maria, dan Mba Icha, sekretariat KPM yang banyak membantu. 13. Daisuke, onee chan, yang telah memberikan keceriaan, menemani, dan memberikan semangat dalam pembuatan Skripsi ini. 14. Teman-teman kost ‘ITBers’: Ida, Deslie, Arni, Sella, Deborah, Vani, Amer, Metha 15. Pihak-pihak yang terlewatkan dan tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu, menyemangati dan mengisi hari-hari ku dengan tawa, semangat dan doa.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv viii
DAFTAR GAMBAR
xi
I. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
3
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Kegunaan Penelitian
5
II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka
6 6
2.1.1 Komunikasi Massa
6
2.1.2 Siaran Televisi
7
2.1.3 Program Jelajah di Trans TV
10
2.1.4 Khalayak Siaran Televisi
10
2.1.5 Perilaku Menonton Televisi
12
2.1.6 Persepsi Khalayak tentang Siaran televisi
15
2.2 Kerangka Pemikiran
18
2.3 Hipotesis
20
2.4 Definisi Operasional
20
III. PENDEKATAN LAPANGAN
26
3.1 Metode Penelitian
26
3.2 Lokasi dan Waktu
26
3.3 Teknik Pengumpulan Data
27
3.4 Teknik Analisis Data
27
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Trans TV
30 30
4.1.1 Program Siaran Trans TV
31
4.1.2 Deskripsi Singkat Program Jelajah
31
4.2 Karakteristik Responden Penelitian
33
4.2.1 Usia
35
4.2.2 Jenis Kelamin
35
4.2.3 Semester
36
4.2.4 Pekerjaan Orang Tua
37
4.2.5 Pendapatan Orang Tua
38
4.2.6 Uang Saku
38
4.2.7 Teman
39
V. HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA DENGAN PERILAKU MENONTON 5.1 Deskripsi Perilaku Menonton
40 40
5.1.1 Durasi Menonton
41
5.1.2 Frekuensi Menonton
42
5.1.3 Sumber Dorongan Menonton
42
5.1.4 Motivasi Menonton
43
5.1.5 Cara Menonton
44
5.1.6 Lokasi Menonton
44
5.1.7 Keseriusan Menonton
44
5.2 Analisis Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Perilaku Menonton
45
5.2.1 Hubungan antara Usia dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
47
5.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
49
5.2.3 Hubungan antara Semester dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
51
5.2.4 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
54
5.2.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
56
5.2.6 Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
58
5.2.7 Hubungan antara Uang Saku dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV
58
5.2.8 Hubungan antara Teman dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV VI. HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA DENGAN PERSEPSI MENONTON
59
63
6.1 Deskripsi Persepsi
63
6.1.1 Kemasan
64
6.1.2 Presenter
64
6.1.3 Tema Tayangan
65
6.1.4 Penayangan
66
6.1.5 Objek Liputan
66
6.1.6 Musik
67
6.1.7 Narasi
67
6.2 Analisis Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi terhadap Program Jelajah 6.2.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah 6.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah
68
69
69
6.2.3 Hubungan antara Semester dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah
71
6.2.4 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Persepsi Menonton terhadap Jelajah
71
6.2.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah 6.2.6 Hubungan antara Pendapatan Orang tua dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah 6.2.7 Hubungan antara Uang Saku dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah 6.2.8 Hubungan antara Teman dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah VII. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV 7.1 Hubungan antara Durasi Menonton dengan Persepsi Menonton
72
74
75
76
78
79
7.1.1 Hubungan antara Durasi Menonton dengan Tema Jelajah
79
7.1.2 Hubungan antara Durasi Menonton dengan Penayangan Jelajah
80
7.2 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi Menonton
80
7.3 Hubungan antara Sumber Dorongan Menonton dengan Persepsi Menonton
81
7.4 Hubungan antara Motivasi Menonton dengan Persepsi Menonton
82
7.5 Hubungan antara Cara Menonton dengan Persepsi Menonton
83
7.6 Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Persepsi Menonton
85
7.7 Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Persepsi Menonton
88
VIII. KESIMPULAN
91
LAMPIRAN
xii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
Tabel 1.
Teks Karakteristik Responden…………………………………………..…34
Tabel 2.
Perilaku Menonton Responden………………………………………43
Tabel 3.
Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara Karakteristik Responden dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV…………………………………………………………..48
Tabel 4.
Hubungan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Responden terhadap program Jelajah di Trans TV………………………………………....52
Tabel 5.
Hubungan antara Semester dengan Cara Menonton Responden terhadap program Jelajah di Trans TV……………….….54
Tabel 6.
Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Sumber Dorongan untuk Menonton…………………………………….….…57
Tabel 7.
Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Frekuensi Menonton………………………………………………….60
Tabel 8.
Hubungan antara Teman dengan Sumber Dorongan untuk Menonton…………….……………………61
Tabel 9.
Hubungan antara Teman dengan Cara Menonton………………………………………………………62
Tabel 10. Hubungan antara Teman dengan Lokasi Menonton…………………………………………………….63 Tabel 11. Persepsi Responden terhadap Jelajah……………………...…………63 Tabel 12. Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi tentang Jelajah……………………………………...68 Tabel 13. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tema Jelajah………………70 Tabel 14. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Penayangan……………...72 Tabel 15. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Tema Jelajah……………….73
Tabel 16. Hubungan antara Teman dengan Kemasan Jelajah……………………………………………..77 Tabel 17. Hubungan antara Perilaku Menonton dengan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV…………………………………….…………………….78 Tabel 18. Hubungan antara Sumber Dorongan Menonton dengan Narasi………………………………………………………...82 Tabel 19. Hubungan antara Motivasi Menonton dengan Kemasan…………….83 Tabel 20. Hubungan antara Cara Menonton dengan Kemasan…………………84 Tabel 21. Hubungan antara Cara Menonton dengan Tema Jelajah……………..84 Tabel 22. Hubungan antara Cara Menonton dengan Narasi……………………85 Tabel 23. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Kemasan…………….....86 Tabel 24. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Narasi………………….86 Tabel 25. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Presenter…………….…87 Tabel 26. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Penayangan……………88 Tabel 27. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Kemasan……………………………………………………..89 Tabel 28. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Presenter……………………………………………………..89 Tabel 29. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Narasi…………………………………………………….......90 Tabel 30. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Penayangan……………………………………….90
Lampiran Tabel 1.
Persepsi tentang Kemasan
xxi
Tabel 2.
Persepsi tentang Reporter
xxi
Tabel 3.
Persepsi tentang Daya Tarik Reporter
xxii
Tabel 4.
Persepsi tentang Tema
xxiii
Tabel 5.
Persepsi tentang Penayangan
xxiii
Tabel 6.
Persepsi tentang Objek
xxiii
Tabel 7.
Persepsi tentang Musik
xxiv
Tabel 8.
Persepsi tentang Narasi
xxiv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan informasi untuk kebutuhan seharihari mereka. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari menonton tayangan televisi. Melalui siaran televisi pula, masyarakat dapat mengetahui berita terbaru yang sedang terjadi ataupun sekedar ingin memperoleh hiburan. Siaran televisi di Indonesia merupakan media massa yang sangat pesat perkembangannya. Pada tahun 1962, siaran televisi milik pemerintah Indonesia pertama kali disiarkan oleh TVRI. Stasiun TVRI cukup banyak mengalami perkembangan, yang dimulai dari tayangan hitam putih sampai tayangan full colour untuk pertama kalinya disiarkan di Jakarta pada tahun 1979. Pada tahun 1987, TVRI juga mendirikan stasiun-stasiun transmisi di berbagai daerah, seperti Medan, Ujung Pandang, Balikpapan, Palembang, dan Bandung. Perkembangan TVRI di Indonesia ternyata membawa “angin segar” bagi pihak-pihak swasta yang ingin mendirikan stasiun televisi. Pada tahun 1987, RCTI merupakan stasiun televisi swasta pertama yang memiliki izin siaran (terbatas) di Indonesia. Stasiun RCTI memulai siaran terbuka di akhir tahun. Pada tahun yang sama berdiri media SCTV. Tahun 1991, pihak swasta lain pun mulai mendirikan stasiun pendidikan, yang diberi nama TPI dan memperoleh izin siaran siang. Setahun kemudian, TPI memperoleh hak siaran malam. Sampai akhir tahun 1999, semakin beragam stasiun televisi di Indonesia, sebut saja Indosiar dan ANTEVE. Pada awal tahun 2000, kebebasan pers di Indonesia semakin meningkat, yang membuat pihak-pihak swasta lain semakin meningkat pula dalam mendirikan stasiun televisi. Dalam kurun waktu sejak tahun 2000, sudah terdapat lima stasiun televisi swasta yang baru, Metro TV, Global, TV 7, Trans TV, dan Lativi.1
1
http://www.amacpix. Diakses pada tanggal 20 Maret 2009
Dewasa ini, stasiun televisi berusaha menarik perhatian masyarakat dengan berlomba-lomba menyiarkan acara yang menarik, mengikuti tren, dan bermutu. Bagus atau tidaknya suatu acara, menarik atau tidaknya acara suatu televisi dapat diketahui dari tingkat kepuasan mahasiswanya. Komunikasi massa melalui media televisi memperlihatkan bahwa pesan yang diberikan pada masyarakat melalui media ini memiliki tujuan mendapatkan sasaran mahasiswa dan mengharapkan adanya feedback atau umpan balik dari mahasiswa tersebut. Suatu stasiun televisi dengan program yang dimilikinya dapat mengetahui bahwa acara yang telah dibuat dan ditayangkannya dinilai cukup bagus dan diinginkan oleh mahasiswanya berdasarkan umpan balik mahasiswanya. Stasiun televisi cukup sering mengangkat fenomena yang sering terjadi dalam masyakarat dan menayangkannya kembali. Jika suatu acara tersebut berhasil memperoleh tingkat rating yang tinggi, berarti acara tersebut telah berhasil “mengambil hati” mahasiswanya. Dengan demikian, bagus atau tidaknya mutu suatu acara televisi bergantung pada penilaian dan persepsi dari mahasiswa yang telah menonton acara tersebut. Persepsi mahasiswa terhadap tayangan yang ditontonnya dapat diketahui setelah mahasiswa tersebut menonton, dengan kata lain persepsi mahasiswa timbul dari tingkah laku selama menonton. Salah satu stasiun televisi swasta yang kerap menayangkan acara yang berisi fenomena kehidupan masyarakat adalah Trans TV, antara lain melalui program Jelajah. Menurut Research and Creative Development (RCD) Trans TV, Jelajah merupakan feature entertaining, yang ingin menyajikan tayangan berbeda bagi penonton Indonesia dalam bentuk informatif, humanis, dan inspiring. Di awal terbentuk program, tema Jelajah sangat kental dengan nuansa budaya dan kisah kehidupan manusia yang luar biasa. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kurang menyukai tema budaya, sehingga sekarang lebih sering mengangkat tema-tema petualangan ataupun tema urban. Jelajah adalah salah satu acara andalan Trans TV dan merupakan program news feature yang tertua di Trans TV. Berdasarkan data RCD Trans TV, walaupun program Jelajah ini memiliki share dan rating yang tidak tinggi dan mengalami perubahan yang terlalu signifikan, tetapi program Jelajah ini tetap dipertahankan. Menurut Trans TV, program ini baik dan harus dipertahankan.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas program Jelajah, maka setiap enam bulan sekali Trans TV melakukan rolling (pertukaran crew pada setiap program acara). Untuk dapat bersaing dengan program-program di televisi lain, berbagai cara dilakukan oleh program Jelajah untuk meningkatkan kualitas isi maupun presenternya, agar penonton lebih tertarik untuk menonton tayangan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan presenter yang sekaligus merangkap sebagai reporter. Gaya reporter dalam meliput tayangan juga menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas Jelajah. Menurut produser program Jelajah, reporter diharapkan selain dapat PTC (Piece to Camera) harus dapat berpartisipatif dalam menyajikan informasi, dengan cara turut serta atau terjun langsung dengan objek liputan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tayangan ini terasa lebih hidup dan dinamis, serta penonton merasa diajak untuk menyimak dikarenakan ada aksi yang menarik (RCD Trans TV, 2008) Sampai sejauh mana program Jelajah telah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan baik terhadap isi acaranya maupun waktu penayangan program Jelajah tersebut? Perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan menarik minat mahasiswanya untuk tetap setia menonton program Jelajah. Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan melakukan suatu studi yang dapat mengungkapkan bagaimana respon mahasiswa terhadap program tersebut. Ketertarikan mahasiswa dapat diungkapkan dari bagaimana mahasiswa menonton acara Jelajah dan bagaimana pendapat mereka tentang program tersebut.
1.2
Perumusan Masalah Dengan semakin berkembangnya acara televisi, membuat mahasiswa
memiliki pola kebiasaan untuk mengubah tayangan acara sesuai dengan kesukaan. Acara-acara yang ditonton oleh mahasiswa tersebut juga sangat erat kaitannya dengan karakteristik mahasiswanya. Jenis kelamin, umur, serta tingkat pendidikan seseorang akan menentukan pemilihan acara yang berbeda oleh mahasiswanya. Perilaku yang demikian membuat masyarakat memiliki persepsi akan suatu tayangan televisi yang berbeda-beda. Persepsi tersebut akan menghasilkan berbagai dampak bagi mahasiswa yang menontonnya. Dampak berupa perubahan
tingkat pengetahuan dan sikap biasanya sering terjadi di kehidupan masyarakat setelah menonton tayangan televisi, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak suka menjadi suka. Setelah menonton program Jelajah, akan timbul adanya persepsi tentang tayangan tersebut, baik isi cerita, reporter yang mendukung cerita tersebut dan jam tayang acara tersebut. Persepsi mahasiswa dibentuk berdasarkan adanya penyerapan pesan yang diterima kemudian diberikan stimulus (ransangan) pada indera. Pembentukan persepsi dibutuhkan adanya proses, dan proses persepsi itu akan menghasilkan pendapat/ opini kita tentang sesuatu hal. Proses persepsi dipengaruhi oleh karakteristik mahasiswa itu sendiri maupun karakteristik televisi yang menayangkan siaran televisi. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini berusaha mengungkapkan tentang karakteristik mahasiswa dengan perilaku menonton dan persepsi mahasiswa dalam menonton tayangan Jelajah. Oleh karena itu, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku menonton mahasiswa dalam program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa? 2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tayangan program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa? 3. Bagaimana hubungan antara perilaku menonton mahasiswa dengan pembentukan persepsi mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini mengkaji persepsi mahasiswa tentang program Jelajah dalam
hubungannya dengan perilaku menonton dan karakteristik mereka. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis perilaku menonton responden dalam program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa. 2. Menganalisis persepsi responden terhadap tayangan program Jelajah berdasarkan karakterisitik mahasiswa. 3. Menganalisis hubungan antara perilaku menonton mahasiswa dengan pembentukan persepsi mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV.
1.4
Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca umumnya sebagai
literatur yang mampu memperluas wawasan mengenai persepsi pembaca terhadap tayangan program Jelajah. Sementara bagi masyarakat (penonton Jelajah), penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang perilaku menonton terhadap Jelajah. Penelitian ini diharapkan akan mempermudah Trans TV khususnya program Jelajah dalam menyusun program siaran yang baik. Dengan penelitian ini pula, program Jelajah Trans TV dapat menempatkan mahasiswanya tidak hanya sebagai objek siaran tetapi juga sebagai subjek yang berpengaruh terhadap kinerja sebuah televisi dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangannya di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan pula bermanfaat bagi program Jelajah sebagai masukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat program Jelajah bagi mahasiswa yang menontonnya.
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa berarti suatu kegiatan menyampaikan pesan melalui media dan media yang digunakan harus dapat dijangkau khalayak yang kedudukannya tersebar luas, jumlahnya banyak atau bersifat massal, serta dalam waktu bersamaan (Gunardi, dkk, 2004). Sebagaimana dikutip Rakhmat (2003), komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang, sementara menurut Gerbner dalam Rakhmat (2003), komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat. Komunikasi massa melibatkan sejumlah besar orang yang heterogen dan tidak dikenal oleh sumber pesan. Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang melibatkan media dalam menyampaikan informasi yang berasal dari sumber informasi kepada penerima informasi, dimana penerima informasi ini tidak mencakup berada dalam satu tempat dan pada waktu yang bersamaan (Jubido, 2007). Menurut De Vito (1997), pengertian komunikasi massa adalah sejumlah variabel yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet. Wright dalam Gunardi, dkk (2004) menyatakan bahwa komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. Komunikasi massa dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi, membujuk orang lain, menciptakan persepsi atas masalah-masalah serta mempertimbangkan solusinya. Komunikasi massa merupakan bentuk adaptasi akan lingkungan.
2.1.2 Siaran Televisi Televisi merupakan bagian dari perkembangan media massa. Melalui televisi, masyarakat dapat mengetahui kejadian yang terjadi di luar sana, baik kejadian yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir tidak ada berita yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat karena televisi. Masyarakat Indonesia khususnya dapat menikmati suguhan acara-acara yang ditayangkan baik televsi pemerintah maupun swasta. Untuk acara televisi swasta saat ini, cukup disenangi di hampir semua lapisan masyarakat. Televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar secara bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak jauh (Setyobudi dalam Shanti, 2008). Menurut Kuswandi dalam Syarief (2008), televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu berita dan informasi yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat meningkatkan pemahaman seseorang akan informasi yang ditayangkan. Komunikasi massa bersifat periodik dan penyelenggara komunikasi ini bukan perorangan melainkan sekelompok organisasi yang kompleks dengan pembiayaan yang sangat besar. Televisi sebagai bagian media massa menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk mendapatkan khalayak penonton serta mengharapkan adanya umpan balik baik secara langsung maupun tidak langsung (Shanti, 2008) Pada awalnya televisi ditemukan oleh mahasiswa Jerman (dalam bentuk electrische teleskop) yang bernama Paul Nipkov yang dijuluki “bapak” televisi untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Kelebihan televisi antara lain menyampaikan pesan seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Media televisi bersifat hanya meneruskan sehingga pesanpesan yang disampaikan tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi tentang suatu isu yang terjadi di masyarakat. Selain itu, pesan yang disampaikan pula harus singkat dan jelas, intonasi dan artikulasi harus tepat dan baik. Kelemahan televisi yang bersifat hanya
meneruskan ini membuat isi pesan televisi tersebut tidak dapat ditangkap jelas oleh khalayak. Media televisi terikat oleh waktu dan tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan secara langsung dan vulgar (Kuswandi dalam Kurniasih 2006). Televisi merupakan bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang adanya suatu isu yang berkembang dan terjadi di berbagai belahan bumi ini. Akan tetapi dengan kehadiran televisi ini, perlu diwaspadai pula akan monopoli negara maju terhadap arus informasi. Dimana dengan kemampuan media televisi untuk menarik perhatian massa berarti bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis (Shanti, 2008). Menurut Hofmann dalam Kurniasih, 2006, terdapat lima teori fungsi televisi. Pertama fungsi pengawasan situasi masyarakat dan dunia yang disebut juga fungsi informasi, dimana televisi berfungsi mengamati kejadian dalam masyarakat dan melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Informasi-informasi yang diberitakan umumnya berkaitan dengan kebutuhan manusia, seperti informasi cuaca, finansial, atau produk barang, Kedua, menghubungkan hasil yang satu dengan yang lain: televisi tidak hanya berkesinambungan, tetapi dapat pula menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan lainnya secara lebih mudah daripada sebuah dokumen tertulis, Ketiga, menyalurkan kebudayaan: televisi tidak hanya mencari, tetapi ikut juga mengembangkan kebudayaan. Fungsi ini disebut juga fungsi pendidikan, Keempat, fungsi hiburan: saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia, dimana tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar, Kelima, pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat: jika terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi tentu akan menayangkan berita tentang daerah tersebut, sehingga masyarakat dapat mengetahui berita tentang adanya bahaya suatu penyakit. Berdasarkan fungsinya, maka televisi disebut sebagai pengawas. Televisi harus proaktif memberikan motivasi dan menganjurkan pada masyarakat agar orang-orang mau dibantu dan membantu.
Jika dikaitkan dengan media massa, khalayak atau receiver pesan selalu berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Khalayak bukanlah suatu ide yang abstrak. Secara umum, khalayak dapat didefinisikan bahwa khalayak dikaitkan dengan skala dan spesifitas (specifity). Khalayak merupakan komponen penting dalam komunikasi massa, karena jika tidak ada khalayak maka komunikasi massa pun tidak ada pula. Dengan kata lain, khalayak diartikan sebagai orang-orang yang berada dalam komunikasi massa. Suatu tayangan televisi dapat memiliki mutu yang baik yang dinilai dari beberapa kriteria atau kebijakan. Setiap stasiun televisi memiliki kebijakan tersendiri untuk menciptakan suatu program yang bermutu. Materi atau isi program yang bermutu merupakan keunggulan suatu program, yang dapat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti (1) materi yang aktual, faktual dan sesuai dengan kebutuhan khalayak, dan (2) kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak. Selain itu, presenter atau penyiar yang membawakan program (jika ada), harus berpenampilan menarik dan berwawasan luas sehingga dapat menyuguhkan informasi pada khalayak. Sebagaimana dikutip Jubido (2007), Masduki menyatakan bahwa presenter atau penyiar harus memiliki sikap, bahasa dan memiliki wawasan professional. Selain itu, faktor biologis juga menentukan presenter yang baik menurut khalayak. Kesesuaian jam tayang program serta jumlah jam tayang suatu program yang baik dapat meningkatkan mutu tayangan program tersebut. Stasiun televisi harus dapat ‘membaca’ khalayak, kapan waktu khalayak (dengan umur, jenis kelamin tertentu) menonton suatu acara. Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan formatformat umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dan lain-lain. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat diklasifikasikan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam hard news atau berita-
berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan soft news yang mengangkat berita bersifat ringan.2 Feature sebenarnya merupakan bagian dari soft news.
2.1.3 Program Jelajah di Trans TV Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, diantaranya adalah siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program acara tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen Magazine,
Departemen
Buletin,
dan
Departemen
Operasional.
Untuk
Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian. Salah satu program yang di bawah tangung jawab Departemen Magazine adalah Jelajah. Program ini pertama kali ditayangkan pada tanggal 1 Desember 2001, sebelum launching Trans TV tanggal 15 Desember 2001. Semenjak itu Jelajah tayang seminggu sekali setiap hari Sabtu dengan durasi 30 menit. Setelah itu jam tayang dan durasi Jelajah beberapa kali mengalami perubahan. (Riyadi, 2008) Program ini merupakan alternatif lain bentuk berita atau news feature yang unik dan menarik. Jelajah dikemas dalam bentuk story-line yang komunikatif dan menghibur namun tetap seimbang dan tajam. Jelajah sangat luas lingkupnya antara lain membahas tema hobi, gaya hidup, profesi, travel, budaya, kepercayaan, lingkungan, masalah perkotaan, sosial-ekonomi, penemuan, petualangan, misteri, dan kesehatan. 3
2.1.4 Khalayak Siaran Televisi Khalayak massa adalah suatu fenomena dalam media khususnya pada abad ke-19. Orang-orang beramai-ramai membaca atau menonton produk yang sama. Televisi memiliki banyak khalayak untuk program acara yang berbeda-beda. Orang-orang yang sama tidak akan konsisten menonton pro4gram yang sama.
2 3
http://www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 22 Maret 2009 ibid
Dilain pihak, terdapat pula tipe-tipe khalayak yang serupa untuk program acara tertentu. Khalayak-khalayak tersebut bersifat spesifik dan saling melengkapi: (1) khalayak yang didefiniskan menurut majalah, rekaman, film tertentu yang akan mereka konsumsi, (2) terdapat khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu seperti majalah komputer, musik jazz modern dan lain sebagainya, (3) khalayakkhalayak yang dispesifikasikan menurut profil/ karakteristik mereka, berdasarkan faktor-faktor seperti usia, kelas, jenis kelamin, tingkat pendapatan, gaya hidup dan seterusnya (Burton, 2008). Selain karakteristik khalayak, terdapat pula istilah media exposure, yaitu usaha untuk mencari data-data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi maupun durasi. Disamping itu terdapat juga istilah audience rating yang digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap media, jenis informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak. Menurut Caldwell dalam Shanti (2008), khalayak dibedakan ke dalam empat stage, antara lain seperti: the elite stage, the mass stage, the specialized stage, dan the interactive stage. The elite audience stage merupakan khalayak yang berada pada skala relative kecil dan merefleksikan segmentasi dalam komunitas. The mass audience stage merupakan khalayak yang berada hampir di seluruh populasi khalayak dengan berbagai segmentasi, sementara the specialized audience stage adalah khalayak yang tersegmentasi dari suatu khalayak yang memiliki minat yang sama. Adapun The interactive audience stage merupakan individu yang selektif terhadap jenis acara apa yang ditontonnya. Secara garis besar ada dua tipe khalayak massa, yaitu general public audience dan specialized audience. General public audience merupakan khalayak yang sangat luas, heterogen dan anonim. Sedangkan specialized audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama anggota-anggotanya sehingga lebih homogennya. Pada prinsipnya, ada tiga sub kelompok dasar khalayak, yaitu the illiterate, the pragmatis, dan the intellectual. The illiterate merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual dengan orientasi pada pesan superficial dan full action program, mereka kurang berorientasi pada ide. The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan
diri pada masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern. Sementara The intellectual merupakan segmen terkecil dari khalayak massa (Sari, 1993) Dengan demikian terdapat khalayak yang sangat spesifik untuk programprogram tertentu bagi kaum wanita dan sebaliknya. Mungkin pula terdapat khalayak yang dideskripsikan untuk materi media yang dianggap menarik perhatian kaum wanita secara umum atau pria secara umum pula. Blumer dalam Sari (1993), menegaskan empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai profil/ identitas khalayak massa, yaitu: berasal dari berbagai strata sosial (usia, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya idup), kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal, karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk berinteraksi, serta tidak terorganisasi sehingga mungkin untuk digerakkan demi kepentingan tertentu.
2.1.5 Perilaku Menonton Televisi Kehadiran televisi di tengah-tengah khalayak pada zaman ini telah berubah dan bergeser peranannya dari media komunal menjadi media individual. Dimana pada awalnya orang-orang selalu beramai-ramai menonton televisi yang dikarenakan pada zaman dulu kepemilikan televisi masih jarang ditemui. Sementara pada zaman ini hampir disetiap rumah memiliki televisi. Perbedaan tersebut membentuk perilaku khalayak pada pola menontonnya, yang dulunya lebih bersosialisasi kini menjadi lebih individual. Keinginan khalayak untuk menonton televisi didasari oleh beberapa hal, salah satunya adalah motivasi. Motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat/ melakukan kegiatan. Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku untuk menuntut/ mendorong
orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Pengaruh motivasi individu untuk menonton disebabkan adanya faktor dari dalam diri individu (intrinsik) tersebut, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita, serta tingkat pengetahuan dan pengalaman terhadap suatu acara televisi (Juariah, dalam Meilani, 2007). Purwati (2003) menyatakan bahwa motivasi seseorang
dalam menonton televisi tergantung pada kekuatan motifnya, seperti kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu atau dengan kata lain sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Berdasarkan pengertian motivasi menurut Juariah dalam Meilani, (2007), dapat diartikan bahwa motivasi seseorang akan tayangan televisi akan mempengaruhi perilaku menonton khalayak. Perilaku khalayak dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan, tidak hanya dari fisik manusia seperti badan atau ucapan. Perilaku khalayak merupakan perilaku yang kelihatan berupa tindakan nyata. Menurut William J. Mc.Guire dalam Purwati (2003), ada dua motif khalayak yang menjadi dasar penggunaan media khususnya televisi, yaitu motif kognitif dan motif afektif. Motif kognitif menekankan proses penerimaan informasi dan pengetahuan seseorang dan penciptaan ide-ide tertentu dari informasi yang diterimanya, sementara motif afektif lebih pada perasaan seseorang akan informasi yang diterimanya yang dapat mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Penelitian Neilsen Media Research dalam Morrisan (2003) melaporkan bahwa perbandingan khalayak pria dan wanita adalah wanita lebih banyak menonton dibandingkan pria. Wanita banyak menghabiskan waktunya di rumah, sehingga alokasi waktu untuk menonton televisi lebih tinggi diabnding laki-laki. Sehingga wanita lebih mudah terpengaruh acara televisi dibanding pria. Dari sisi umur, penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi (26 %). Jumlah terbesar kedua adalah pemirsa berusia 25 – 29 tahun (15 %). Motif-motif khalayak dalam menonton tayangan televisi dapat dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: information, entertainment, social utility, dan personal identity. Kuswarno (1993) menyebutkan bahwa khalayak berjenis kelamin laki-laki memiliki motivasi rendah untuk memenuhi kebutuhan kognitif dengan menonton televisi, sebaliknya khalayak perempuan memiliki motivasi sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan kognitif dengan menonton televisi. Untuk kategori usia, disebutkan bahwa semakin rendah usia khalayak maka semakin rendah pula motivasi menonton televisi mereka, dan semakin tinggi usia khalayak berarti semakin mereka membutuhkan informasi dari televisi.
Pernyataan diatas yang mengemukakan bahwa semakin rendah usia seseorang memiliki motivasi menonton yang rendah tidak selamanya benar. Khalayak yang memiliki usia sekolah dasar biasanya memiliki motivasi menonton yang sangat tinggi. Jumlah jam menonton mereka lebih tinggi dibandingkan jumlah kegiatan mereka yang lain seperti belajar. Sementara khalayak remaja juga memiliki tingkat menonton yang cukup bervariatif. Motivasi menonton mereka dikarenakan ingin menonton salah satu acara favorit mereka dan tidak ingin ketinggalan cerita acara televisi tersebut. Selain itu motivasi mereka disebabkan karena pengaruh teman sepermainan mereka. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kebutuhan akan informasi dari televisi juga semakin besar (Bajari, 1995). Menurut Sudarsono (1997), kategori pekerjaan juga menentukan tingkat motivasi seseorang akan televisi. Berbedanya jenis pekerjaan seseorang menyebabkan perbedaan daya beli, pola pemanfaatan waktu luang dan rekreasi sehingga akan mempengaruhi pola pemilihan acara dan akan mengakibatkan efek yang berbeda pula. Sementara pendapat Budyatana (1994), ada perbedaan pola menonton antara wanita yang bekerja dan tidak bekerja yang diakibatkan adanya perbedaan pola pemanfaatan waktu luang. Tingkat sosio-ekonomi seseorang akan mempengarui pembentukan pola menonton mereka. Khalayak yang tinggal di desa berbeda pola menontonnya dengan khalayak yang tinggal di kota karena berbedanya aktivitas, pekerjaan ataupun ekonomi mereka. Bagi khalayak desa yang tingkat ekonominya rendah memiliki pola menonton sangat rendah karena mereka disibukkan dengan bekerja di sawah. Sementara bagi khalayak kota yang tingkat ekonominya cukup tinggi memiliki pola menonton yang beragam, tetapi tidak sampai batas pola menonton rendah. Selain itu pula, pola menonton khalayak dipengaruhi dari lamanya menonton (durasi), seringnya menonton (frekuensi) dan jumlah acara yang ditonton setiap harinya. Beragamnya acara yang ditayangkan oleh televisi merupakan faktor yang mempengaruhi pola menonton seseorang. Semakin beragam suatu acara membuat khalayak dapat memilih jenis acara yang diinginkan. Khalayak tidak menyukai siaran televisi yang menayangkan berita yang sama dan ‘itu-itu saja’ dalam satu hari. Khalayak juga kurang menyukai
program acara dengan tema yang sama. Saat ini banyak stasiun televisi yang menayangkan acara dengan tema yang hampir sama dengan stasiun televisi lain. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesan persepsi khalayak bahwa televisi tidak kreatif dalam menayangkan suatu acara. Televisi tidak dapat memuaskan pemirsanya dengan tayangan mereka.
2.1.6 Persepsi Khalayak tentang Siaran Televisi Dalam kehidupan sehari-hari, kesadaran kita selalu dipengaruhi oleh indera. Melalui indera, kita dapat menerima informasi, kemudian mengolahnya dan kita merespon informasi tersebut. Proses pengolahan ini merupakan proses komunikasi antarpersonal yang sering kita alami. Komunikasi antarpersonal yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh orang-orang yang tinggal di sekitar kita. Semakin beragam budaya seseorang maka komunikasi yang terjadi pun akan semakin beragam. Komunikasi yang dimaksud disini adalah persepsi seseorang akan sesuatu yang terjadi. Perbedaan persepsi ini dapat menimbulkan konflik yang dikarenakan ketidaktahuan tentang keterbatasan kemampuan perseptual. Jika seseorang menyadari bahwa penginderaanya dapat salah, tentu tidak terlalu sulit untuk mengakui bahwa persepsinya keliru (Tubbs dan Moss, 1996). Menurut Tubbs dan Moss (1996), persepsi adalah suatu proses aktif, dimana seseorang akan memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Setiap orang memilih stimulus (ransangan), bergantung pada minat, motivasi, keinginan dan harapannya. Persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (DeVito, 1996). Sementara menurut Sarwono (1999) menjelaskan pula bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
tersebut
adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif seseorang. Dalam mempersepsi benda maupun seseorang dapat ditinjau dari tiga unsur: pengamat, objek persepsi, dan konteks yang berkaitan dengan objek yang diamati (Tubbs dan Moss, 1996).
Menurut DeVito (1996) pula, ada enam proses yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implisit, (2) primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, (5) konsistensi, (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini membantu menjelaskan mengapa kita membuat perkiraan tertentu dan tidak membuat perkiraan yang lain tentang orang. Keenam proses ini merupakan pula penghambat kita dalam menentukan persepsi maupun berinteraksi dengan orang lain. Ada dua faktor yang menentukan persepsi, yaitu: (1) faktor fungsional: berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang disebut faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respons stimuli. (2) faktor struktural: berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Dalam proses persepsi ini, proses atribusi pun perlu diperhatikan. Dari proses atribusi ini akan “lahir’ konsep-konsep tentang memahami bagaimana perilaku itu. Atribusi adalah proses dimana kita mencoba memahami perilaku orang lain selain perilaku kita sendiri. Kita juga dapat memahami alasan atau motivasi seseorang, apakah ada fakor-faktor tertentu yang mempengaruhi seperti faktor internal seseorang ataupun faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang. Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh variabel yang dibentuk oleh individu akan kemasan tayangan tersebut. Kemasan acara-acara televisi tersebut berupa isi cerita, aktor/ aktris yang berlakon , dan jam tayang. Isi cerita merupakan faktor yang dapat menimbulkan persepsi bagi khalayak. Cerita yang sarat dengan sisi humanis, nyata seperti kehidupan manusia layaknya membuat dorongan dan motivasi khalayak untuk berpersepsi akan tayangan tersebut. Tayangan-tayangan realita akan membuat khalayak merasa terusik pikiran dan perasaannya sehingga akan meninggalkan kesan akan ceria tayangannya. Contoh tayangan yang realita yang
cukup sering ditayangkan di televisi, yaitu tayangan tindak kriminal/ tindak kekerasan. Tayangan tersebut menayangkan suatu kejadian yang benar-benar terjadi di kehidupan masyarakat. Khalayak yang menonton tayangan tersebut tidak saja dari kalangan orang dewasa/ itu tetapi kalangan anak-anak pun hampir tidak terlewatkan. Tayangan kekerasan itu akan menimbulkan suatu kesan dan membuat suatu persepsi tersendiri bagi khalayak khususnya anak-anak. Bagi anak-anak yang cukup mengerti dan diberi pengarahan oleh orang tua mereka, maka mereka cenderung untuk tidak terpengaruh atau meniru. Lain halnya dengan khalayak anak-anak yang tidak memperoleh pembinaan dari orang tuanya maka cenderung untuk meniru. Artinya bahwa peranan keluarga dan latar belakang keluarga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Karakteristik khalayak juga mempengaruhi penciptaan persepsi seseorang akan sebuah tayangan televisi. Menurut McQuail dalam Sarwono, 1999) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap tayangan televisi dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Semua persepsi yang ditimbulkan oleh khalayak setelah menonton suatu tayangan akan menghasilkan suatu penilaian dan kepuasan tersendiri bagi khalayak. Khalayak yang menggunakan televisi ditawarkan suatu kepuasan yang diharapkan dan diramalkan oleh khalayak berdasarkan pengalaman mereka sebelum menonton televisi. Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl (1995) menjelaskan teori tentang suatu model kepuasan khalayak dalam menggunakan media televisi. Perilaku khalayak dalam menggunakan media televisi yang terus menerus cenderung akan meningkat setiap waktu. Bila kepuasan yang diperoleh khalayak lebih besar daripada kepuasan yang diharapkan dari penggunannya maka dapat dikatakan bahwa persepsi khlayak akan puas karena kebutuhannya terpenuhi dan pada akhirnya berlanjut pada perhatian dan penghargaan yang besar pada acara yang ditayangkan. Masih menurut Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl (1995), kepuasan yang diharapkan melalui televisi berdasarkan pada keyakinan terhadap isi tayangan televisi yang dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat
bagi diri mereka. Isi tayangan televisi dapat dikategorikan menjadi: news and public affairs yang berisi berita umum, berita buletin atau berita khusus yang membahas kasus-kasus yang terjadi dalam masyarakat; features and documentary yang berhubungan dengan aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya, atau laporan jurnal; education, yang tidak selamanya didefinisikan dengan pendidikan secara formal melainkan mendidik secara umum, arts and music, children program, drama, film, general entertainment, sport, religion, commercial (Williams, 1990).
2.2
Kerangka Pemikiran Media massa khususnya televisi saat ini berperan sebagai pendukung bagi
terciptanya pembangunan di masyarakat khususnya mahasiswa. Bagi mahasiswa media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang sedang terjadi di belahan dunia mana pun. Informasi yang dibutuhkan tersebut akan dipergunakan oleh mahasiswa tergantung pada tipe masyarakatnya. Mahasiswa atau yang sering disebut khalayak bagi dunia pertelevisian, dapat disegmentasi berdasarkan karakteristik khalayak tersebut, seperti usia, jenis kelamin, sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, teman sepermainan, dan uang saku. Beragamnya
karakteristik
khalayak
Jelajah
akan
mempengaruhi
pembentukan perilaku mereka menonton. Perilaku mahasiswa dalam menonton televisi, khususnya dalam hal ini program Jelajah dapat dilihat dari berapa lamanya mereka duduk dan menonton tayangan televisi tersebut, seberapa seringnya mereka menonton, apakah rutin setiap program tersebut ditayangkan atau sesekali tergantung isi acaranya. Yang perlu diperhatikan pula adalah motivasi mahasiswa ketika menonton. Teman, keluarga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi motivasi seseorang untuk menonton. Selain itu, faktor lainnya seperti isi cerita yang menarik, reporter/ presenter yang menarik akan membuat khalayak termotivasi untuk menonton televisi, dalam hal ini program Jelajah. Hal lain yang dapat diukur untuk mengetaui perilaku mahasiswa menonton adalah bagaimana cara mereka menonton, apakah sendiri, bersamasama dengan teman atau keluarga. Selain itu lokasi menonton dan tingkat
keseriusan menonton harus diperhatikan untuk mengetahui pola perilaku menonton mahasiswa. Karakteristik mahasiswa ini juga mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang akan suatu tayangan televisi. Mahasiswa dapat berpersepsi tentang kemasan (isi cerita), presenter/ reporter, tema/ objek tayangan, kesesuaian penayangan, objek liputan, musik pengiring dan narasi. Selanjutnya, perilaku menonton mahasiswa ini akan mempengaruhi pembentukan persepsi khalayak juga.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Karakteristik khalayak • Usia • Jenis kelamin • Semester • Pekerjaan orangtua • Pendapatan orang tua • Uang saku • Teman
Perilaku Menonton Khalayak • Lama menonton (durasi) • Tingkat keseringan menonton (frekuensi) • Sumber Dorongan Menonton • Motivasi menonton • Cara menonton • Lokasi menonton • Tingkat keseriusan menonton
• • • • • • •
Persepsi Khalayak Kemasan (isi cerita) Presenter/ reporter Tema/ objek tayangan Penayangan Objek Musik Narasi
2.3
Hipotesis Berdasarkan hasil kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan perilaku khalayak ketika menonton program Jelajah 2. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan persepsi khalayak dalam menonton program Jelajah 3. Ada hubungan antara perilaku menonton dengan persepsi khalayak terhadap program Jelajah.
2.4
Definisi Operasional Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian
ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi secara operasional. 1. Karakteristik khalayak adalah unsur atau komponen yang menjadi faktor pembentukan perilaku menonton dan persepsi responden setelah menonton Jelajah. Karakteristik responden ini ditunjukkan melalui beberapa variabel, meliputi: a. Usia adalah lama hidup mahasiswa dan mahasiswi pada saat diwawancarai (dalam satuan tahun). b. Jenis kelamin adalah faktor biologis yang membedakan responden kedalam kategori: •
laki-laki
•
perempuan
c. Semester adalah tingkatan pada jenjang pendidikan formal yang diperoleh responden untuk mengenyam dan memperoleh ilmu di bangku kuliah, dalam hal ini, semester yang diukur adalah semester genap, yang dibagi menjadi tiga kategori: •
Semester 4
•
Semester 6
•
Semester 8
d. Pekerjaan orangtua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua (ayah dan ibu) sebagai penghasil utama (nafkah) dalam keluarga, yang dibedakan kedalam: bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta dan tidak bekerja. e. Pendapatan orangtua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang dihasilkan oleh orangtua dari bekerja. Kategori pendapatan orangtua tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: •
Golongan rendah, dengan pendapatan orangtua < Rp 2.000.000,00
•
Golongan sedang, dengan pendapatan orangtua Rp 2000.000,00 Rp 4.000.000,00
•
Golongan tinggi, dengan pendapatan orangtua >Rp 4.000.000,00
f. Uang saku adalah jumlah uang (dalam hitungan rupiah) yang diterima responden dari orangtua per bulannya, yang dibedakan dalam: •
Rendah, dimana jumlah uang saku per bulan
•
Sedang, dimana jumlah uang saku per bulan Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00
•
Tinggi, dimana jumlah uang saku per bulan >Rp 1.000.000,00
g. Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden dalam menonton televisi. Variabel teman dapat diukur dalam beberapa kategori, yaitu: •
Teman kelas kuliah
•
Teman satu rumah selama di IPB
•
Teman di lingkungan rumah (tetangga)
2. Perilaku menonton khalayak adalah tindakan-tindakan spesifik khalayak dalam menonton acara Jelajah, yang meliputi: a. Sumber Dorongan: adanya orang lain yang mengajak responden untuk menonton, yang dibedakan atas kategori: teman, keluarga, dan orang lain. b. Motivasi: adanya dorongan responden untuk menonton program Jelajah dengan alasan tertentu. Motivasi menonton ini dibedakan atas seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, atau pengisi waktu luang.
c. Durasi menonton: jumlah waktu atau lama waktu (dalam hitungan menit) yang digunakan responden untuk menonton Jelajah setipa kalinya. Durasi Jelajah setiap tayangnya adalah 30 menit, yang terdiri dari tiga segmen yang berdurasi 20 menit dan iklan berdurasi 10 menit. Durasi menonton responden ini dapat diukur dalam satuan menit yang kemudian dikategorikan dalam dua kategori: • Durasi sedang : < 15 menit • Durasi lama
: 15 - 30 menit
d. Frekuensi menonton: tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali) menonton Jelajah selama satu minggu. Dalam hal ini, Jelajah memiliki tiga jenis program Jelajah: Jelajah-Jelajah, Jelajah, dan Jelajah Dunia. • Rendah: 1 kali seminggu • Sedang: 2 kali seminggu e. Cara menonton: kebiasaan khalayak dalam menonton, dengan siapa responden menonton Jelajah, apakah menonton sendirian atau ditemani dengan orang lain. Cara menonton responden ini dapat dikategorikan menjadi: •
Sendirian
•
Bersama teman
•
Bersama keluarga
•
Bersama-sama orang lain selain teman dan keluarga
f. Lokasi menonton: tempat responden menonton Jelajah. Lokasi menonton responden dikategorikan menjadi: •
Tempat tinggal selama di IPB
•
Rumah
•
Lainnya (kantin/ warung)
g. Tingkat keseriusan menonton: tingkat perhatian responden dalam menonton Jelajah, apakah hanya khusus menonton program Jelajah (tanpa melakukan kegiatan lain) atau menonton Jelajah sembari melakukan kegiatan lain. Indikator serius menonton adalah responden dapat menceritakan kembali isi cerita Jelajah secara lengkap. Keseriusan responden dalam menonton Jelajah ini dapat dikategorikan:
•
Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain (menonton sepenuhnya, dari awal sampai akhir tanpa mengganti-ganti channel)
•
Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain, tetapi mengganti-ganti channel
•
Menonton Jelajah sembari melakukan kegiatan lain, seperti belajar, makan
:
3. Persepsi khalayak terhadap program Jelajah adalah pandangan dan pendapat responden terhadap tayangan program Jelajah. Persepsi ini akan membahas sejauh mana peran program Jelajah memberikan manfaat bagi responden sebagai media hiburan, informasi dan pengetahuan. Persepsi responden ini dapat diukur berdasarkan empat indikator: a. Kemasan (isi cerita) adalah substansi yang terkandung dalam tayangan program Jelajah. Indikator baik atau buruknya suatu materi cerita dinilai dari: •
Faktual cerita tersebut
•
Menarik dan tidak membuat bosan penontonnya.
•
Konsisten materi mulai dari awal tayangan sampai selesai.
•
Kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak
•
Cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita
b. Presenter atau reporter adalah orang yang membawakan program Jelajah. Berkualitas atau tidaknya seorang presenter atau reporter dapat diukur dengan beberapa kategori, yaitu: •
Jenis kelamin
•
Jumlah presenter/ repor.ter
•
Penguasaan materi: dapat menyampaikan informasi, tahu tentang objek liputannya
•
Gaya bahasa: formal atau tidak formal
•
Gaya bicara: mampu berimprovisasi dengan baik
•
Penampilan fisik
•
Partisipasi dengan objek liputan
•
Dapat menghibur khalayak
c. Tema tayangan adalah jenis atau tema acara yang ditayangakan oleh program Jelajah. Setiap satu episode program Jelajah, biasanya menayangkan satu tema yang berbeda-beda. Tema-tema tersebut dikategorikan atas budaya, sejarah, nature, petualangan, suku terasing, animal, urban, lifestyle, dan leisure. Indikator suatu tema yang baik dapat diukur dari menarik atau tidaknya tema Jelajah tersebut dan monoton atau tidaknya acara tersebut. d. Penayangan adalah waktu tayang program Jelajah dapat dilihat dari kesesuaian penempatan waktu tayang Jelajah dengan program-program lain dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden memindahkan saluran televisinya. Pengukuran variabel penayangan ini dapat dilihat berdasarkan: •
Kesesuaian jam tayang dengan waktu khalayak menonton
•
Kecukupan jumlah durasi Jelaja
•
Lama slot iklan Jelajah
e. Objek Jelajah adalah apa atau siapa yang menjadi pusat liputan Jelajah, seperti alam, hewan, tumbuhan, maupun manusia. Variabel ini dapat diukur berdasarkan: •
Menarik tidaknya objek
•
Kesesuaian objek
•
Kelayakan objek
f. Musik merupakan musik pengiring/ latar atau backsound dalam program Jelajah. Baik atau tidaknya kualitas musik backsound dapat diukur berdasarkan: •
Menarik tidaknya musik pengiringnya
•
Kesesuaian musik dengan tema cerita dan setiap segmen cerita
•
Ear catching atau akrab tidaknya musik tersebut di telinga responden
g. Narasi adalah serangkaian kalimat yang diceritakan secara lisan oleh seorang narator untuk mengantarkan isi liputan. Pada umumnya yang menjadi narator Jelajah adalah reporter atau presenter. Seorang narator dapat menjadi pengaruh akan kualitas tayangan tersebut. Indikator seorang narasi yang baik adalah: •
Isi narasi menarik
•
Isi narasi sesuai dengan isi liputan
•
Suara yang menarik
•
Gaya bicara yang gaul
•
Pengucapannya jelas
•
Kecepatan suara sesuai
•
Tekanan/ pitch suara yang stabil
•
Dialek narator sesuai
III.
3.1
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai, dengan pendekatan kuantitatif.
Dalam metode survai ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1986). Sementara data sekunder diperoleh dari literatur-literatur. Responden penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari berbagai tingkat kuliah yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Pemilihan responden dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan mahasiswa yang berarti masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program Jelajah. Selain itu, responden dapat dengan mudah untuk ditemui secara langsung. Karakteristik individu responden diperlukan dalam penelitian ini karena diduga berpengaruh terhadap perilaku menonton dan pembentukan persepsi responden.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlokasi di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Penelitian dilakukan dengan purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan kemudahan akses penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Juni 2009. Pada bulan April 2009 dilakukan penentuan hipotesa penelitan, dan penentuan metodologi penelitian yang disajikan dalam proposal penelitian. Di pertengahan bulan Mei sampai Juni 2009 dilakukan pengambilan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada responden penelitian. Pada bulan Juli 2009 dilakukan input data, pengolahan data, interpretasi data, serta penyusunan laporan akhir skripsi.
3.3
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan dari sampel yang
diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan metode Sampel Acak Distratifikasi (Stratified Random Sampling) dengan menggunakan tingkatan semester kuliah sebagai tingkatan (strata). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan mengisi kuesioner dan hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa data-data yang berasal dari sumber lain seperti data rating. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 214 orang mahasiswa, yaitu seluruh mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 68 responden, dengan nilai kritis sebesar 10%, yang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Ruslan, 2006), sebagai berikut:
²
, dimana:
n
= besaran sampel
N
= besaran populasi
e
= nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan
3.4
Teknik Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan
diolah dengan menggunakan komputer dengan program SPSS. Hasil pengisian kueisoner oleh responden dikelompokkan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sebelum diolah, data-data kuesioner yang diperoleh diedit terlebih dahulu, dikode untuk mendapatkan deskripsi karakteristik penonton, perilaku menonton, persepsi menonton dan pemanfaatan informasi oleh responden. Penelitian ini merupakan penelitian inferensial melalui pengujian hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan dengan menguji hubungan antara variabelvariabel adalah analisis bivariat. Data-data primer yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis dengan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang jumlah responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kelas, pekerjaan orangtua, sosial-ekonomi, uang saku, dan teman. Tabulasi silang akan dipergunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai
perilaku menonton dan persepsi mahasiswa dan mahasiswi IPB terhadap program Jelajah berdasarkan karakteristik individu responden, serta deskripsi persepsi responden dalam pembentukan pemanfaatan informasi. Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji statistik non parametik melalui Uji Chi Square (χ²) untuk melihat hubungan yang nyata antara variabelvariabel dengan skala nominal. Hasil uji Chi Square (χ²) kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel–variabel dengan rumus Kontingensi (C). Makin besar C berarti hubungan antara dua variabel makin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun dan Effendy, 1986). Uji korelasi Rank Spearman untuk menguji hipotesis data mengenai hubungan antara variabel yang berukuran ordinal. Rumus Uji Chi Square, (Rakhmat, 2003) yang digunakan adalah sebagai berikut:
χ² =∑
²
, dimana:
χ²
= Chi Square observasi
O
= frekuensi observasi
E
= frekuensi harapan
Rumus koefisien Kontingensi (C): ² ²
Rumus Spearman (Zanten, 1982):
=
∑ . ! ." .#
Tingkat keeratan hubungan dikategorikan berdasarkan kategori yang diungkapkan Guilford (1956:145) seperti dikutip oleh Rakhmat (2007), sebagai berikut: •
< 0,20
: hubungan rendah sekali, lemah sekali
•
0,20 – 0,40
: hubungan rendah tetapi berarti
•
0,40 – 0,70
: hubungan yang cukup berarti
•
0,70 – 0,90
: hubungan yang tinggi, kuat
•
> 0,90
: hubungan sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan
IV. GAMBARAN UMUM
4.1
Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan bagian dari
Trans Corporation yang berdiri sejak bulan Oktober 1998 dan memperoleh izin siaran serta dinyatakan lulus uji kelayakan. Sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans TV dinyatakan resmi mulai siaran di Indonesia. Trans TV memiliki logo yang berbentuk ‘berlian‘, yang berarti keindahan dan keabadian. Logo kilau berlian ini diharapkan dapat merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif yang digunakan mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenal. Trans TV memiliki visi dan misi perusahaan. Visi Trans TV adalah berusaha menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara, memberikan hasil usaha yang positif bagi pemangku kepentingan (stakeholders), menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Visi ini sudah dibuktikan antara lain dengan memberikan sejumlah bantuan dana sosial pada sejumlah sekolah dan pesantren, membangun wisma bagi korban-korban gempa dan tsunami, menyalurkan dana bantuan pada korban gempa di Jogjakara dan Jawa Tengah, memberikan bantuan pada korban banjir yang terjadi pada tahun 2007 lalu. Stasiun televisi ini memiliki misi menjadi wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi. Selain itu pula, Trans TV memiliki keinginan untuk memperbaiki bangsa yang besar, bangsa yang rumit permasalahannya, sehingga diperlukan institusi yang kokoh, berkemampuan tinggi dan berkapasitas untuk mengajak bangsa untuk berubah.
4.1.1 Program Siaran Trans TV Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, mulai dari siaran acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program siaran tersebut meliputi:
Sinema: dibedakan atas sinema liburan, sinema dini hari, sinema spesial, bioskop Trans TV
Sinetron: dibedakan atas sinetron komedi (sitkom) dan religi
Variety show, meliputi program acara: ceriwis, ngelenong nyok, komedi betawi
Trans TV news, meliputi program acara: Jelajah, Kejamnya dunia, Sisi Lain, Reportase, John Pantau, Jelang Siang
Light entertainment: Dorce Show
Infotainment: Insert
Program anak: Surat Sahabat, Cerita Anak
Religius: Jazirah, Perjalanan 3 Wanita, Halal, dan Agama Kristen
Program acara tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen Magazine, Departemen Buletin, dan Departemen Operasional. Untuk Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian.
4.1.2 Deskripsi Singkat Program Jelajah Jelajah merupakan sebuah program news feature paling tua yang ada di stasiun Trans TV. Pada awalnya program ini ditayangkan dengan tujuan untuk mengangkat keindahan dan keanekaragaman budaya nusantara. Di awal terbentuknya, tema program Jelajah ini cukup kental dengan nuansa budaya dan kisah kehidupan manusia, namun seiring berjalannya waktu, masyarakat kurang begitu menyukai tema budaya. Kemudian Jelajah mulai memperbanyak porsi tema petualangan bahkan mempelopori tayangan backpackers. Program yang sudah tayang sejak 1 Desember 2001 ini telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari pembagian segmen tayangan sampai konsep desain produksi.
Awalnya, program yang berdurasi 30 menit ini memiliki konsep desain produksi yang dibawakan oleh presenter baik di dalam studio maupun di luar studio. Seiring berjalannya waktu, konsep presenter dihilangkan dari program Jelajah dan menggantinya dengan reporter. Salah satu bentuk perubahan konsep siaran Jelajah adalah waktu penayangannya, yang pada mulanya tayang stripping (kejar tayang setiap hari), yaitu dengan program Jelajah Khatulistiwa dari hari Senin – Jumat, hari Sabtu dan Minggu menayangkan Jelajah, kemudian berubah penayangannya menjadi tiga kali seminggu untuk weekdays dan hari Sabtu untuk weekend. Kedua program tersebut masih merupakan bagian dari Jelajah namun berbeda konsep, dimana Jelajah Khatulistiwa menampilkan perjalanan reporter Jelajah ke berbagai tempat yang uni dan menarik di seluruh Indonesia, sementara Jelajah menampilkan perjalanan reporter ke negara-begara di belahan dunia yang memiliki keunikan dengan konsep petualangan backpackers dan konsep documentary yang menampilkan perjalanan reporter yang mengulik sisi sukusuku pedalaman terasing. Namun seiring berjalannya waktu, lagi-lagi Jelajah mengalami perubahan pada jam tayangnya. Sejak 1 November 2008 Jelajah kembali tayang stripping dari Senin – Jumat dengan jam tayangnya pukul 15.00 – 15.30 WIB, dengan memakai tiga nama Jelajah. Untuk Senin – Rabu menayangkan Jelajah, untuk Kamis menayangkan Jelajah-Jelajah, dan Jumat menayangkan Jelajah Dunia. Perubahan terakhir pada Jelajah adalah pergeseran jam tayang Jelajah yang hanya menjadi sekali seminggu yaitu pada hari Sabtu pukul 15.30 – 16.00 WIB, yang masih menggunakan nama Jelajah namun isi acara bisa dari format Jelajah, Jelajah-Jelajah, maupun Jelajah Dunia. Perubahan ini dilakukan dengan tujuan penyegaran bagi program Jelajah sendiri yang sudah berusia hampir delapan tahun tayang, dimana Jelajah tidak memberikan tayangan yang monoton sehingga penonton tidak merasa jenuh dengan program Jelajah. Selain itu, untuk dapat terus memberikan ide-ide yang segar, maka setiap enam bulan sekali tidak hanya pada program Jelajah tetapi di seluruh program Trans TV yang ada melakukan rolling (pertukaran crew) dengan harapan memberikan penyegaran dan ide-ide kreatif tetap ada.
4.2
Karakteristik Responden Penelitian Responden yang dipilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa dan
mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang terdiri dari berbagai karakteristik. Alasan pemilihan responden ini berdasarkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis terdiri dari berbagai macam mahasiswa dengan tingkat semester yang berbeda dan mahasiswa maupun mahasiswi dengan mayor yang beragam pula. Selain itu responden dinilai memiliki tingkat intensitas menonton yang cukup sering dibandingkan mahasiswa maupun mahasiswi lainnya. Karakteristik yang dapat dilihat berdasarkan usia yang seragam, jenis kelamin responden, tingkat semester yang sedang diduduki oleh responden, jenis pekerjaan orang tua responden saat ini, jumlah penghasilan orang tua responden, jumlah uang saku yang diperoleh setiap bulan dari orang tua, tahu pertama tentang Jelajah. Semua karaktersitik tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengetahui bagaimana pola perilaku responden ketika menonton dan bagaimana pembentukan persepsi responden setelah menonton Jelajah.
Tabel 1. Karakteristik Responden No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik
Umur
Kategori
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
19 – 20 tahun
45
72.6
21 – 22 tahun
17
27.4
Laki-laki
17
27.4
Perempuan
45
72.6
4
38
61.3
6
19
30.6
8
5
8.1
Pegawai swasta
9
14.3
Pegawai negeri
26
41.3
Wiraswasta
19
30.2
Tidak bekerja
5
7.9
Pegawai swasta
2
3.2
Pegawai negeri
17
27.0
Wiraswasta
10
15.9
Tidak bekerja (ibu rumah tangga)
31
49.2
Pendapatan orang
Golongan rendah (< Rp 2000000)
14
22.6
tua
Golongan menengah (Rp 2000000
32
51.6
15
24.2
5
8.1
49
79
Tinggi (>Rp 1000000)
6
9.7
Dari teman kuliah
4
6.5
Dari teman satu rumah selama di
2
3.2
Dari teman tetangga
10
16.1
Dari teman sepermainan
21
33.9
Dari lainnya (diri sendiri)
25
40.3
Jenis kelamin
Semester
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
- Rp 4000000) Golongan menengah atas (> Rp 4000000) 7.
Uang saku
Rendah (
8.
Teman
IPB
4.2.1 Usia Responden penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang tersebar dari usia 19-22 tahun. Usia responden tersebut dinilai kurang bervariasi, dikarenakan responden adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berada pada semester 4 sampai semester 8, sehingga tidak terlalu jauh berbeda dalam usia. Selain itu, penentuan usia responden
didasarkan
pada
pertimbangan
bahwa
responden
merupakan
mahasiswa yang berarti masyarakat yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat berpikir kritis dan memiliki persepsi mengenai tayangan program Jelajah. Dalam Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa maupun mahasiswi yang menjadi responden, lebih banyak yang berada pada usia 19-20 tahun dibandingkan usia 21-22 tahun. Hal ini dapat dipahami, karena responden yang berusia 19-20 tahun tersebut adalah mahasiswa semester 4 yang berarti sedang mengikuti perkuliahan di IPB. Penentuan batas minimal usia ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada kelompok usia tersebut mahasiswa maupun mahasiswi Institut Pertanian Bogor sudah dapat mengambil dan mengikuti MK. Komunikasi Bisnis. Penemuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Neilsen Media Reaserch terhadap usia penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi berlaku bagi penelitian terhadap program Jelajah.
4.2.2 Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden laki-laki dan perempuan yang berjumlah 68 orang. Namun dari jumlah tersebut hanya 62 responden yang menyatakan pernah menonton Jelajah. Dari jumlah tersebut terdapat 45 responden perempuan dan sisanya 17 orang responden laki-laki. Jumlah mahasiswi yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis lebih banyak dibandingkan mahasiswanya. Data jumlah responden perempuan lebih banyak, ditunjukkan pula dari jumlah mahasiswi mayor KPM yang lebih banyak dari mahasiswa mayor KPM, dimana responden terbanyak berasal dari mayor KPM dibandingkan mayor
lainnya. Pada umumnya mahasiswa KPM terdiri dari mayoritas mahasiswi. Hal ini dikarenakan perempuan lebih menyukai bidang studi komunikasi. Bidang komunikasi yang cukup luas untuk minat profesi kedepannya membuat kaum perempuan lebih menyukai dan mengambil KPM sebagai mayor kuliah mereka dibandingkan mayor-mayor lainnya. Bidang komunikasi, khususnya komunikasi bisnis dinilai memiliki ilmu yang beragam yang nantinya dapat dipergunakan untuk bidang pekerjaan yang akan digeluti selepasnya dari kuliah. Kaum perempuan cukup banyak yang menyukai hal-hal seperti hubungan dengan publik, dimana hal tersebut dipelajari pada Public Relation dalam Mata Kuliah Komunikasi Bisnis. Hal ini dapat dipahami pula dengan banyaknya kaum perempuan yang lebih diminati oleh perusahaan untuk bekerja khususnya dibidang komunikasi bisnis. Persepsi awam menilai kaum perempuan dianggap memiliki penampilan yang dapat menarik perhatian orang lain, karena sifat perempuan yang senang merias diri sehingga penampilannya lebih menarik. Persepsi ini didukung pula oleh pendapat psikolog Amerika terkemuka, Nancy Etcoff, dalam Survival of the Prettiest: The Science of Beauty (1999) yang menyebutkan bahwa gejala tersebut dengan Lookism.5 Lookism adalah teori yang menganggap bahwa bila lebih baik tampilan kita, maka akan lebih sukseslah kita dalam kehidupan, dalam hal ini sukses dalam pekerjaan di bidang komunikasi bisnis.
4.2.3 Semester Sebagian besar responden penelitian yang mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis adalah mahasiswa dan mahasiswi semester 4. Jumlah mahasiswa semester 4 adalah 43 orang, mahasiswa semester 6 adalah 20 orang, dan mahasiswa semester 8 adalah 5 orang. Hal ini disebabkan mahasiswa maupun mahasiswi IPB dapat memperoleh kesempatan mengambil mata kuliah Komunikasi Bisnis ini pada semester 4. Selain itu sebagian besar responden yang mayoritas semester 4 tersebut berasal dari mayor KPM. Sementara itu, mahasiswa maupun mahasiswi semester 4 di luar mayor KPM, memiliki kesempatan untuk mengambil mata kuliah minor sebanyak satu 5
http://marketing.infogue.com/estetika_dan_mitos_perempuan_dalam_iklan. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009
pada awal pemilihan mayor disela-sela mata kuliah mayor. Responden yang berada pada semester 6 dan 8, biasanya memilih Komunikasi Bisnis untuk melengkapi jumlah SKS atau sebagai supporting course mata kuliah mereka. Mahasiswa maupun mahasiswi semester 6 atau 8 biasanya menganggap mata kuliah Komunikasi Bisnis tidak terlalu sulit untuk dipelajari sehingga tidak akan menyulitkan mereka ketika mengambil mata kuliah mayor.
4.2.4 Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua ditunjukkan dua, yaitu jenis pekerjaan dan pelaku pekerjaan. Jenis pekerjaan orang tua yang dimaksud adalah orang tua responden bekerja sebagai bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta, maupun lainnya. Sementara untuk pelaku pekerjaan dikelompokkan menjadi hanya ayah yang bekerja, atau hanya ibu yang bekerja atau kedua orang tua (ayah dan ibu) bekerja. Mahasiswa yang memiliki hanya satu orang tua (salah satu orang tua) yang bekerja dikelompokkan dalam lain-lain, disebabkan karena orang tua mahasiswa adalah orang tua tunggal, salah seorang tua (ayah) meninggal dunia dan dapat disebabkan karena salah seorang tua telah pensiun dan tidak bekerja lagi. Kelompok orang tua ibu yang dikelompokkan dalam lainnya disebabkan ibu tidak memiliki pekerjaan atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa orang tua laki-laki (ayah) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat dipahami karena pada zaman ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil lebih diminati dibandingkan menjadi pegawai swasta. Masyarakat awam menilai dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat memiliki kehidupan layak, hidup terjamin sampai masa pensiun, dan dengan penghasilan yang lumayan banyak. Dengan begitu, orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dapat menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi. Sementara orang tua perempuan (ibu) mahasiswa atau mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak tidak bekerja atau dengan kata lain hanya menjadi ibu rumah tangga.
4.2.5 Pendapatan Orang Tua Sosial ekonomi responden dapat dinilai dari pendapatan yang diperoleh orang tua dari bekerja setiap bulannya. Pendapatan orang tua dapat diperoleh dari bekerja, baik bekerja secara formal maupun bekerja sampingan. Pendapatan ini dapat diperolah dari pendapatan ayah, pendapatan ibu, atau gabungan pendapatan ayah dan ibu (jika kedua orang tua bekerja). Tingkat pendapatan orang tua responden dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu golongan rendah dengan penghasilan orang tua < Rp2.000.000,00; golongan menengah dengan penghasilan orang tua Rp2.000.000,00 – Rp4.000.000,00; dan golongan menengah atas dengan penghasilan orang tua > Rp4.000.000,00 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 51,6 persen responden berasal dari golongan menengah. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data pekerjaan orang tua responden yang mayoritas bekerja sebagai pegawai negeri. Dimana berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 yang disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil untuk Golongan III adalah berkisar 1.6 juta sampai 2.7 juta rupiah.6 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penghasilan rata-rata orang tua responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil diatas dua juta rupiah setiap bulan.
4.2.6 Uang Saku Uang saku yang diterima responden setiap bulannya akan mempengaruhi dalam mengakses siaran televisi. Dalam penelitian ini uang saku per bulan diberi selang < Rp 500000 (rendah), Rp 500000 – Rp. 1000.000 (sedang), > Rp 1000000 (tinggi). Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebaran tertinggi uang saku per bulan mahasiswa berada pada uang saku sedang, sebesar 79 persen atau 49 responden. Hal ini dapat dikaitkan dengan penghasilan orang tua responden yang sedang, dimana orang tua responden mayoritas bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ibu rumah tangga. Oleh karena penghasilan orang tua yang sedang, maka uang saku yang diberikan pada responden setiap bulannya juga disesuaikan dengan penghasilan orang tua. 6
http://blogberita.net/2009/07/23/daftar-gaji-pns-pegawai-negeri/. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009
4.2.7 Teman Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dapat mengetahui tentang adanya siaran program Jelajah, baik tahu dari teman kelas, teman kuliah, teman sepermainan, maupun tahu sendiri karena melihat iklan tayangan program Jelajah tersebut. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengetahui dengan sendiri (lainnya) akan program Jelajah sebanyak 25 responden atau 40,3 persen. Dimana mahasiswa maupun mahasiswi dapat mengakses informasi tentang jadwal tayang Jelajah dari televisi dan melihat tayangan iklan program Jelajah. Pada zaman sekarang ini, kecenderungan menonton televisi secara individual lebih mayoritas dibandingkan secara komunal. Kegiatan menonton yang dulunya banyak dilakukan beramai-ramai, sekarang dapat dilakukan sendiri. Hal ini terjadi mengingat semakin banyaknya orang yang memiliki televisi sendiri, bahkan tidak hanya rumah tangga yang dapat memiliki televisi, tetapi mahasiswa yang tinggal sendiri pun memiliki televisi. Disamping itu, semakin banyaknya stasiun pemancar televisi semakin memperbanyak pilihan kepada khalayaknya sehingga masing-masing dapat memiliki referensi yang spesifik dalam menonton televisi. Banyaknya responden yang mengetahui sendiri tentang program Jelajah dapat disebabkan pula karena kesibukan kuliah responden sebagai mahasiswa, sehingga tidak dapat menonton bersama-sama. Pada tabel ditunjukkan pula, bahwa mayoritas kedua responden mengetahui tentang Jelajah diperoleh dari teman sepermainan mereka, baik di rumah maupun di luar teman kuliah lainnya.
V. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK MAHASISWA DENGAN PERILAKU MENONTON
5.1
Deskripsi Perilaku Menonton Ketika menonton tayangan suatu televisi, beberapa perilaku penonton
dapat kita perhatikan dan jika dilihat lebih jelas lagi perilaku-perilaku menonton tersebut dapat diteliti untuk melihat perbandingan yang terjadi antara setiap penonton. Dalam penelitian ini, perilaku menonton responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis akan dapat dilihat ketika menonton tayangan program Jelajah. Perilaku-perilaku menonton responden ini memiliki perbedaan yang disebabkan karena berbedanya karakter mereka tersebut. Karakter yang berbeda tersebut akan menghasilkan perilaku yang berbeda dalam hal lama ketika menonton (durasi), seringnya menonton suatu tayangan (dalam hal ini program Jelajah), sumber yang mempengaruhi responden menonton, motivasi yang dimiliki responden ketika menonton, cara responden ketika menonton, dimana mereka menonton Jelajah, serta bagaimana keseriusan mereka ketika menonton Jelajah setiap Jelajah tayang. Hasil keseluruhan penelitian tentang perilaku menonton ini dicantumkan pada Tabel 2
Tabel 2. Perilaku Menonton Mahasiswa No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perilaku
Durasi menonton
Frekuensi menonton
Kategori
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
< 15 menit
7
11.5
15- 30 menit
54
88.5
1 x seminggu
51
83.6
2 x seminggu
10
16.4
Sumber dorongan untuk
Teman
8
12.9
menonton
Keluarga
8
12.9
Lainnya (diri sendiri)
46
74.2
Informasi
35
56.5
Hiburan
11
17.7
Mengisi waktu luang
8
12.9
Lainnya
8
12.9
Sendiri
29
46.8
Teman
15
24.2
Keluarga
14
22.6
Lainnya
4
6.4
Rumah
35
56.5
Tempat kostan
18
29.0
9
14.5
20
33.3
40
66.7
Motivasi menonton
Cara menonton
Lokasi menonton
Lainnya 7.
Keseriusan menonton
Ya (serius menonton) Tidak
(tidak
serius
menonton)
5.1.1 Durasi Menonton Durasi menonton adalah lamanya waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis untuk menonton program Jelajah setiap tayang. Dilihat dari hasil tabel di atas ditunjukkan bahwa responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis memiliki waktu yang cukup banyak untuk menonton program Jelajah. Hal ini dapat diketahui dari hasil tabel, bahwa sebanyak 89 pesen responden memiliki waktu menonton Jelajah mulai dari awal tayang sampai selesai yang diperkirakan 30 menit waktu tayang. Dari waktu durasi yang cukup lama tersebut, dapat disimpulkan bahwa Jelajah memiliki daya tarik tersendiri sehingga cukup banyak penonton yang
tertarik untuk menonton program tersebut. Daya tarik yang dimaksud adalah kemasan dan isi acara Jelajah yang menarik, serta berisi beragam informasi bagi responden, dimana informasi tersebut tidak diperoleh responden ketika menonton program televisi lain. Selain itu, waktu yang cukup lama yang dikeluarkan oleh responden untuk menonton menimbulkan arti bahwa mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis memiliki waktu luang menonton yang cukup.
5.1.2 Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah seberapa sering mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis menonton program Jelajah dalam seminggunya. Frekuensi menonton mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis dilihat dari tabel menunjukkan sebagian besar frekuensi responden ketika menonton Jelajah yang cukup rendah. Sebanyak 84 persen dari total responden memiliki kesempatan waktu menonton Jelajah hanya sekali seminggu, walaupun pada saat itu program Jelajah tayang empat kali seminggu. Frekuensi menonton responden yang kurang dapat disebabkan karena mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis tidak mengingat dengan jelas waktu penayangan Jelajah. Selain itu, karena kesibukan kuliah yang cukup padat menimbulkan lemahnya frekuensi menonton mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis. Karena alasan sibuk kuliah, responden pada umumnya tidak memiliki jadwal yang tetap untuk menonton. Ketika mereka memiliki waktu senggang, dapat menikmati tayangan Jelajah.
5.1.3 Sumber Dorongan untuk Menonton Sebagian besar orang biasanya diajak oleh orang lain ketika menonton program televisi. Begitu pula dengan program Jelajah. Dari tabel dilihat bahwa teman dan keluarga cukup memotivasi responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis untuk menonton program Jelajah. Namun, pada kenyataanya, sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis yang menjadi responden, ketika menonton program Jelajah tidak didorong oleh orang lain, melainkan didorong oleh diri sendiri.
Pada tabel ditunjukkan bahwa sebanyak 74 persen responden memilih jawaban lainnya untuk pilihan mereka. Jawaban lainnya tersebut mengartikan bahwa mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis didorong oleh diri sendiri ketika menonton program Jelajah. Beberapa dari jawaban responden tersebut menyebutkan bahwa mereka tidak didorong oleh siapa pun untuk menonton program Jelajah, karena terkadang mereka tidak sengaja menonton program Jelajah tersebut. Ketika mereka memiliki waktu luang untuk menonton dan tidak sengaja menyetel televisi dan responden tidak sengaja melihat Jelajah (cerita pada episode tersebut menarik). Beberapa dari jawaban itu, menyebutkan pula bahwa situasi dan keadaan dapat mendorong mereka pula untuk menonton program Jelajah.
5.1.4 Motivasi Menonton Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa responden penelitian ini baik mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis tertarik/ termotivasi menonton program Jelajah dikarenakan oleh berbagai alasan. Dari tabel dapat dilihat bahwa yang menjadi motivasi paling besar responden untuk menonton program Jelajah adalah untuk memperoleh informasinya. Hal ini sangat sesuai yang dikarenakan Jelajah cukup sarat informasi tentang budaya, alam, suku terasing, dimana informasi tersebut belum pernah diperoleh oleh mahasiswa maupun mahasiswi di bangku perkuliahan. Jadi informasi yang responden inginkan adalah informasi yang benar-benar baru. Jika dibandingkan dengan berita yang sama-sama memberikan informasi, responden tentu lebih tertarik untuk menonton Jelajah (sifat beritanya news feature), karena informasi yang diberikan berbeda dibandingkan berita (hard news). Selain motivasi untuk memperoleh informasi, responden juga menonton Jelajah karena adanya alasan untuk memperoleh hiburan dan mengisi waktu luang mereka yang kosong.
5.1.5 Cara Menonton Berbagai macam cara responden ketika menonton Jelajah, ada yang menonton sendiri, ditemani oleh orang lain, seperti teman maupun keluarga. Menurut hasil tabel dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, responden baik mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih tertarik/ lebih sering untuk menonton program Jelajah secara sendiri dibandingkan secara bersama-sama. Hal ini dapat disebabkan sifat manusia pada zaman ini yang individual, dimana setiap orang dapat memiliki televisi sendiri dan menonton acara yang diinginkan tanpa harus menonton beramai-ramai. Banyaknya pilihan acara televisi yang menarik membuat orang-orang memiliki pilihan acara kesukaan sendiri, dan artinya tidak semua orang menonton program televisi yang sama.
5.1.6 Lokasi Menonton Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden baik mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis lebih banyak yang memilih lokasi menonton Jelajah di rumah mereka masing-masing. Mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis menyatakan mereka pernah menonton program Jelajah ketika mereka berada di rumah. Sementara ketika mereka berada di kosan, mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis jarang menonton program Jelajah tersebut yang disebabkan karena kesibukan waktu kuliah dan tidak sesuainya jam tayang Jelajah dengan waktu luang menonton mereka. Namun, ada beberapa dari responden menyatakan juga bahwa mereka juga menonton program Jelajah ketika berada di kosan.
5.1.7 Keseriusan Menonton Keseriusan menonton program Jelajah maksudnya adalah ketika menonton program Jelajah, mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis benar-benar fokus menonton mulai dari awal tayangan sampai tayangan itu berakhir. Hasil tabel menunjukkan bahwa keseriusan mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis ketika menonton program Jelajah adalah tidak sepenuhnya fokus. Kebanyakan dari mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis tidak menonton tayangan Jelajah seutuhnya. Mereka menonton bagian awal sampai
pertengahan, kadang pertengahan sampai akhir. Sebagian besar responden menonton Jelajah ketika Jelajah menayangkan isi cerita yang responden anggap menarik. Namun, ketika isi ceritanya tidak/ kurang menarik maka responden mengganti saluran televisi ke program yang jauh lebih menarik bagi responden. Keseriusan menonton responden dapat dilihat pula ketika mereka mengganti-ganti saluran pada saat jeda iklan. Hal tersebut dikarenakan beberapa responden tidak tertarik menonton iklan, sehingga mengganti saluran Jelajah ke program televisi lain. Dengan begitu, informasi yang diperoleh responden tidak sepenuhnya diperoleh karena kadang-kadang responden ketinggalan episode Jelajah berikutnya.
5.2
Analisis Hubungan antara Karakteristik Mahasiswa dengan Perilaku Menonton Hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, semester, pekerjaan orang tua, sosial ekonomi, uang saku, dan tahu pertama tentang Jelajah dengan perilaku menonton terhadap program Jelajah di Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan uji Rank Spearman. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat dari hasil pengujian bahwa ada beberapa variabel yang memiliki hubungan nyata. Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara beberapa karakteristik responden dengan perilaku menontonnya, dan ada beberapa hubungan yang tidak nyata di antara karakteristik responden dengan mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menonton masing-masing responden tidak jauh berbeda diantara responden yang berbeda karakter. Dengan demikian ditunjukkan bahwa hipotesis yang mengungkapkan tentang ada hubungan antara karakteristik responden dengan perilaku menonton diterima.
Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi Spearman dan Korelasi Chi Square antara Karakteristik Mahasiswa dengan Perilaku Menonton terhadap Program Jelajah di Trans TV. N o
Karakteristik Responden
1.
Usia
χ² = 2,219
χ² = 4,287
χ² = 1,678
χ²= 0,164
-0,350 ***
0,063
2.
Jenis kelamin
χ² = 3,668
χ² = 1,797
χ² = 7,174* C = 0,332
χ² = 2,595
χ²= 0,043
χ² = 0,884
χ² = 0,240
3.
Semester
χ² = 6,303
χ² = 3,112
χ² =13,213** C = 0,419
χ² = 6,694
χ²= 0,126
0.419***
χ² = 0,091
4.
Pekerjaan Ayah
χ²= 11,718* C = 0,410
χ²= 10,021
χ²= 10,570
χ²= 5,347
χ²= 1,627
χ²= 2,305
χ²= 0,961
5.
Pekerjaan Ibu
χ²= 7,421
χ²= 7,264
χ²= 8,079
χ²= 3,808
χ²= 2,400
χ²= 1,209
χ²= 7,143* C = 0,331
6.
Sosial ekonomi
χ² = 6,519
χ² = 6,901
χ² = 3,032
χ² = 1,112
χ² =3,597
-0,066
0
7.
Uang saku
χ² = 4,852
χ² = 4,764
χ² = 7,267
χ² = 1,901
χ²= 1,610
-0,129
0,018
8.
Tahu pertama tentang Jelajah
χ² =19,623** C = 0,490
χ² =11,157
χ² =22,668** C = 0,517
χ² =19,687** C = 0,491
χ²= 5,375
χ²= 4,925
χ² = 5,593
Ket:
*** ** *
Motivasi menonton
Cara menonton
Perilaku Menonton Lokasi Keseriusan menonton menonton
Sumber dorongan untuk menonton χ² = 1,320
Durasi
: sangat-sangat nyata (p < 0.01) : sangat nyata (p < 0,05) : nyata (p < 0,1)
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar variabel karakteristik tidak terbukti memiliki hubungan yang nyata dengan perilaku menonton. Namun, beberapa karakteristik seperti antara usia, jenis kelamin, semester, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan tahu pertama tentang Jelajah menunjukkan hubungan yang nyata dengan (p < 0,1) dengan aspek-aspek tertentu dari perilaku menonton.
Frekuensi
5.2.1 Hubungan antara Usia dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV
Perbedaan usia mahasiswa antara 19-20 tahun dan 21-22 tahun pada penelitian ini memiliki perbedaan dalam berperilaku ketika menonton tayangan program Jelajah. Hal ini disebabkan karena perbedaan kesibukan responden sebagai mahasiswa aktif. Dari hasil dapat dilihat bahwa dari aspek-aspek perilaku menonton, hanya aspek
durasi
menonton
yang memiliki
hubungan
dengan
aspek-aspek
karakteristik. Aspek usia ternyata tidak berhubungan dengan aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Berapa pun usia mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis dan kurang beragamnya usia mahasiswa tidak membuat perbedaan dalam perilaku mereka ketika menonton program Jelajah. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara aspek usia dengan sumber dorongan menonton. Hal ini berarti bahwa baik mahasiswa yang berusia 19-20 tahun maupun mahasiswa yang berusia 21-22 tahun sama saja ketika diajak menonton program Jelajah. Perbedaan usia yang kurang beragam tidak membuat perbedaan pada sumber dorongan menonton Jelajah. Usia yang berbeda tidak menjadi alasan untuk membuat motivasi mahasiswa menjadi berbeda dalam menonton. Pada umumnya, motivasi menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis adalah untuk memperoleh informasi, sehingga faktor usia tidak menjadi ukuran untuk mengetahui motivasi menonton mahasiswa. Sementara melihat hubungan usia dengan cara menonton menunjukkan bahwa cara menonton mahasiswa, apakah sendiri atau tidak sendiri tidak berhubungan dengan usia mereka, tetapi cara menonton mahasiswa tersebut berhubungan dengan kepribadian masing-masing responden tersebut. Tabel 3 menunjukkan bahwa usia mahasiswa yang berbeda dan kurang beragam tersebut tidak membuat perbedaan dalam menentukan dimana mereka akan menonton Jelajah. Artinya bahwa usia mahasiswa tidak dapat menjadi ukuran dan faktor penentu dimana mahasiwa tersebut menonton. Usia mahasiswa 19-20 tahun tersebut tidak membuat mahasiswa tersebut menjadi kurang serius ketika menonton Jelajah, sementara mahasiswa yang
berusia 21-22 tahun menjadi lebih serius ketika menonton Jelajah. Tidak ada hubungan yang nyata di antara aspek usia mahasiswa dengan keseriusan menonton mereka. Serius tidaknya mahasiswa tersebut menonton berasal dari keinginan mahasiswa tersebut. Usia berbeda tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa menjadi berbeda pula ketika menonton. Tingkat frekuensi menonton yang rendah tidak berhubungan dengan usia mahasiswa. Rendahnya frekuensi menonton tersebut disebabkan oleh kegiatan responden sebagai mahasiwa yang memiliki jadwal kuliah dan tugas yang beragam, sehingga tidak dapat mengikuti secara berkelanjutan program Jelajah. Berdasarkan uji Korelasi Rank Spearman, usia responden hanya berhubungan nyata (p=0,006 < 0,1) dengan durasi menonton, tetapi tidak berhubungan dengan sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Angka korelasi menunjukkan negatif yang berarti arahnya berkebalikan/ berlawanan antara dua variabel. Artinya semakin rendah usia responden maka semakin tinggi jumlah durasi menonton, dan sebaliknya semakin tinggi usia responden maka semakin rendah jumlah durasi menonton. Usia responden tidak menyebabkan perbedaan dengan sumber dorongan menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton. Menurut pendapat Kuswarno (1993) bahwa semakin rendah usia mahasiswa maka semakin rendah motivasi (bagian dari perilaku) menonton, dimana artinya arah hubungan antara kedua variabel ini lurus, dan pendapat Kuswarno ini tidak sesuai dengan penelitian terhadap program Jelajah. Responden yang berusia 19-20 tahun memiliki durasi menonton yang lebih lama karena dengan menonton tayangan lebih lama berarti responden menonton program Jelajah tersebut secara keseluruhan mulai dari awal sampai tayangan tersebut selesai atau minimal responden menonton lebih dari setengah tayangan tersebut . Dengan menonton secara keseluruhan, responden dapat memperoleh informasi yang disajikan Jelajah secara lengkap. Sementara responden yang berusia 21-22 tahun, sebagian besar menonton tayangan Jelajah kurang dari 15 menit. Dengan begitu, responden akan sedikit memperoleh informasi yang
diberikan. Hal tersebut dapat terjadi karena responden tidak mengetahui jadwal penayangan Jelajah sehingga menonton tidak dari awal, atau seringnya responden mengganti-ganti saluran televisi sehingga sering terlewatkan episode Jelajah berikutnya.
5.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Aspek jenis kelamin memiliki hubungan dengan salah satu aspek perilaku menonton, yaitu aspek cara menonton, tetapi tidak berhubungan dengan aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Hal ini berarti cara menonton mahasiswa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup nyata. Baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai sumber dorongan menonton. Tidak menjadi permasalahan mahasiswa laki-laki atau perempuan sama-sama dapat di ajak dan dipengaruhi untuk menonton Jelajah. Dalam hal ini, mahasiswa tersebut didorong oleh dirinya sendiri untuk menonton. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda ketika menonton Jelajah. Ada yang ingin memperoleh informasi, memperoleh hiburan, atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan dapat memiliki motivasi yang sama dalam menonton Jelajah. Artinya dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin mahasiswa dengan motivasi menonton mereka. Lokasi menonton mahasiswa yang lebih banyak di rumah asal mereka masing-masing disebabkan ketika mereka berada di rumah mereka memiliki waktu untuk menonton, sementara ketika mereka berada di luar rumah bisa saja mereka memiliki waktu perkuliahan yang sibuk sehingga tidak dapat menonton Jelajah. Sementara melihat hubungan usia dengan tingkat keseriusan dapat dilihat dari seringnya mereka mengganti saluran televisi, menonton sambil melakukan kegiatan lain, atau tanpa melakukan kegiatan lain. Seriusnya menonton program Jelajah dapat dilihat dari masing-masing individu mahasiswa tersebut. Dengan
demikian keseriusan menonton responden yang aktif sebagai mahasiswa tidak dapat dilihat dari berbedanya jenis kelamin mahasiswa tersebut. Semakin lama durasi menonton mahasiswa tersebut berarti semakin banyak waktu diperoleh mahasiswa tersebut untuk menonton Jelajah. Semakin lama pula durasi menonton mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak informasi yang ingin diperoleh mahasiswa tersebut dalam menonton Jelajah. Dengan demikian berarti jenis kelamin tidak berhubungan nyata dengan durasi menonton mahasiswa. Tingkat frekuensi menonton mahasiswa yang rendah dapat disebabkan karena kesibukan mahasiswa di perkuliahan, sehingga mahasiswa tersebut tidak mengikuti perkembangan program Jelajah. Tidak menjadi persoalan apakah mahasiswa laki-laki atau perempuan, keduanya samasama memiliki frekuensi menonton yang rendah. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel jenis kelamin dengan variabel cara menonton responden terhadap program Jelajah di Trans TV. Hal ini ditandai dengan P= 0,067< 0,1. Responden perempuan lebih menyukai menonton baik secara bersama teman, keluarga, orang lain, atau bahkan menonton sendiri. Sementara responden laki-laki yang pada dasarnya kurang memiliki ketertarikan dalam menonton program Jelajah, sehingga bagaimana pun cara menonton responden laki-laki tidak menimbulkan hasil yang nyata. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Hubungan Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Cara Menonton Jenis Kelamin
Sendiri
Teman n
Keluarga
n
(%)
(%)
n
Laki-laki
11
17,74
5
Perempuan
18
29,03
10
16,13
Total
29
46,77
15
24,19
8,06 8,060
(%)
Total
Lainnya n
(%)
n
(%)
0,00
1
1,62
17
27,42
14
22,58
3
4,84
45
72,58
14
22,58
4
6,46
62
100,00
χ² = 7,174; P-value = 0,067 C = 0,332
Responden perempuan memiliki minat menonton yang jauh lebih besar, baik menonton sendiri maupun menonton bersama teman, keluarga atau orang lain dibandingkan responden laki-laki yang kurang menyukai menonton. Beberapa responden laki-laki lebih menyukai melakukan kegiatan lain seperti main Playstation (PS) dibandingkan menonton. Tetapi jika dibandingkan menonton bersama teman, keluarga, orang lain, dan bahkan menonton sendiri, maka responden perempuan lebih menyukai menonton secara sendiri. Hal tersebut disebabkan pengaruh zaman yang semakin individualis dimana orang-orang lebih senang hidup sendiri dibandingkan pada zaman dulu dimana orang-orang lebih senang hidup komunal. Efek tersebut juga berpengaruh pada cara menonton orang-orang pada zaman kini, yang mana setiap orang sebagian besar telah memiliki televisi sendiri. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan sama-sama menyukai menonton secara sendiri dibandingkan menonton secara komunal. Baik responden laki-laki maupun perempuan lebih menyukai menonton sendiri karena responden pada penelitian ini adalah mahasiswa yang sebagian besar tinggal di rumah kosan, dimana sesama penghuni kosan yang kuliah tidak memiliki waktu menonton yang sama (memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda).
5.2.3 Hubungan antara Semester dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Aspek semester pada mahasiswa memiliki hubungan dengan perilaku menonton, yaitu aspek cara menonton dan durasi menonton. Sementara pada aspek lainnya, aspek semester tidak berhubungan dengan aspek perilaku menonton lainnya seperti aspek sumber dorongan menonton, motivasi menonton, lokasi menonton, keseriusan menonton, dan frekuensi menonton Sumber dorongan atau ajakan untuk menonton Jelajah dapat berasal dari orang lain, namun pada umumnya faktor individu mahasiswa tersebut yang menjadi dorongan untuk menonton Jelajah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat semester pada mahasiswa dengan sumber dorongan untuk menonton.
Motivasi menonton muncul dari diri sendiri mahasiswa tersebut, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mahasiswa dengan menonton Jelajah. Dengan demikian tidak ada hubungan yang nyata antara semester dengan motivasi menonton mahasiswa. Tingkat semester pada responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu semester 4, semester 6, dan semester 8. Menurut Tabel 6, responden yang berada pada semester 4 lebih banyak menonton dibandingkan responden pada semester 6 dan semester 8. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa semester 4 memiliki waktu untuk menonton yang lebih banyak dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Pada umumnya mahasiswa semester 4 di IPB yang baru saja keluar dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB)
masih memiliki jadwal kuliah yang tidak
terlalu padat, sehingga mereka masih memiliki kesempatan waktu luang untuk menonton dibandingkan mahasiswa yang berada pada semester 4 sudah disibukkan dengan jadwal kuliah mayor dan minor serta tugas-tugas yang banyak sementara beberapa mahasiswa semester 8 disibukkan dengan penelitian di lapang yang memungkinkan mereka tidak dapat menonton. Hal ini ditandai dengan P=0,040 < 0,1. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5. Hubungan antara Semester dengan Cara Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Cara Menonton Sendiri Semester
Teman
n
(%)
n
4
18
29,03
5
6
10
16,13
8
1
Total
29
Keluarga
(%)
n
(%)
8,06
12
19,36
7
11,29
2
1,62
3
4,84
46,78
15
24,19
Total
Lainnya n
(%)
n
(%)
3
4,84
38
61,29
3,23
0
0,00
19
30,65
0
0,00
1
1,62
5
8,06
14
22,59
4
6,46
62
100,00
χ² = 13,213 ; P = 0,040 C = 0,419
Jika dilihat pada Tabel 5, ditunjukkan bahwa responden mahasiswa semester 4 lebih banyak yang menonton program Jelajah secara sendiri
dibandingkan menonton bersama teman, keluarga, atau orang lain. Hal tersebut dapat dipahami mengingat mahasiswa pada semester 4 memiliki jadwal perkuliahan yang tidak terlalu padat dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Jika dilihat dari cara menonton, maka baik mahasiswa semester 4 atau 6, lebih menyukai menonton program Jelajah secara sendirian, dimana tidak semua mahasiswa semester 4 dan 6 memiliki jadwal kosong yang sama sehingga dapat menonton bersama-sama. Sementara mahasiswa semester 8 lebih menyukai menonton bersama teman. Beberapa mahasiswa semester 8 yang sedang melakukan penelitian di lapang memiliki waktu menonton yang tidak dapat diperkirakan, namun mereka masih memiliki kesempatan untuk menonton bersama teman ketika mereka berada di rumah kosan. Lokasi menonton mahasiswa yang lebih banyak di rumah menggambarkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki waktu yang banyak untuk menonton, dimana mahasiswa MK. Mahasiswa yang memiliki jadwal kuliah padat biasanya dialami oleh mahasiswa semester 4 dan 6, sementara mahasiswa semester 8 tidak memiliki jadwal kuliah yang padat, tetapi memiliki kesibukan penelitian untuk tugas akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara semester dengan lokasi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah. Keseriusan mahasiswa menonton dilihat dari ketika mahasiswa tersebut benar-benar fokus atau tidak menonton mulai dari awal tayangan sampai tayangan tersebut berakhir. Keseriusan menonton program Jelajah tidak dapat dilihat berdasarkan tingkat semester mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara semester dengan keseriusan menonton mahasiswa terhadap program Jelajah. Berdasarkan hasil Tabel 3 menunjukkan bahwa responden mahasiswa yang berada pada semester 4 memiliki jumlah durasi menonton yang cukup lama bila dibandingkan mahasiswa semester 6 atau semester 8. Hasil Uji Rank
Spearman ( ) yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel semester dengan variabel durasi menonton responden. Hal ini ditandai dengan P=0,001 < 0,1. Angka korelasi menunjukkan negatif yang berarti arahnya berkebalikan/ berlawanan antara dua variabel. Semakin rendah
semester responden maka semakin tinggi durasi menonton program Jelajah, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat semester responden maka semakin rendah durasi menonton. Tingkat pendidikan yang dibedakan menjadi kategori semester memiliki hubungan yang terhadap lama waktu (durasi) menonton seseorang. Responden pada semester 4 lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton Jelajah dibandingkan responden pada semester 6 atau 8. Dapat disimpulkan bahwa waktu menonton responden akan berkurang seiring bertambahnya tingkat perkuliahan. Hal ini dapat dipahami mengingat waktu luang responden pada semester 8 sangat sedikit, yang lebih banyak dihabiskan untuk melakukan penelitian akhir. Tingkat semester yang berbeda tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah menjadi semakin sering. Rendahnya frekuensi menonton mahasiswa tidak disebabkan oleh faktor yang melekat pada mahasiswa tersebut, tetapi disebabkan oleh faktor kesibukan mahasiswa tersebut. Mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang sibuk dengan kuliah, membuat tidak memiliki waktu untuk menonton televisi, sehingga mahasiswa tersebut tidak mengetahui acara-acara yang ditayangkan di televisi. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat semester dengan frekuensi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah.
5.2.3 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Dari tabel dapat ditunjukkan bahwa pekerjaan ayah responden lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan pekerjaan lainnya. Sementara yang mendorong responden untuk menonton Jelajah berasal dari diri sendiri. Hasil uji korelasi Chi Square yang dilakukan menunjukkan bahwa pekerjaan ayah berhubungan yang nyata (P=0,069 < 0,1) dengan sumber dorongan menonton.
Tabel 6. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Sumber Dorongan untuk Menonton Sumber dorongan untuk menonton Pekerjaan Ayah
Teman
Keluarga
Total
Lainnya (diri sendiri)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Bekerja swasta
1
1,72
0
0,00
8
13,79
9
15,51
Pegawai negeri
2
3,45
3
5,17
20
34,48
25
14,10
Wiraswasta
2
3,45
3
5,17
14
24,14
19
32,76
Lainnya
3
5,17
0
0,00
2
3,45
5
8,62
Total
8
13,79
6
10,34
44
58
100,00
75,87
χ² = 11,718 ; P = 0,069 C = 0,410
Hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa tidak kelihatan berbeda jauh hubungan ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri dan wiraswata dengan sumber dorongan menonton, namun memiliki hubungan yang cukup berarti (0,40 < C=0,410 < 0,70). Responden yang ayahnya bekerja, baik sebagai pegawai negeri maupun wiraswasta didorong oleh responden itu sendiri ketika menonton Jelajah (didominasi oleh sendiri). Hal ini juga dapat disebabkan dari pola kebiasaan di rumah, dimana biasanya kegiatan keluarga pegawai negeri sudah terpola dengan baik, yang memiliki waktu-waktu untuk menonton. Sementara pegawai swasta tidak memiliki waktu yang terpola, karena adanya jam kerja yang ‘terikat’ dengan kantor. Oleh karena itu, keluarga pegawai swasta terbiasa dengan hidup yang mandiri. Pekerjaan ayah yang berbeda-beda tidak membuat motivasi mahasiswa dalam menonton program Jelajah menjadi berbeda. Motivasi menonton muncul dari dalam diri mahasiswa. Motivasi menonton mucul ketika mahasiswa tersebut menginginkan sesuatu dari tayangan Jelajah. Oleh karena itu tidak terdapat hubungan yang nyata antara pekerjaan ayah dengan motivasi menonton. Cara menonton mahasiswa terhadap program Jelajah yang pada umumnya dilakukan dengan sendiri. Hal ini disebabkan karena berbedanya waktu luang mahasiswa untuk menonton. Tidak semua mahasiswa memiliki waktu kuliah yang
sama, sehingga tidak semua mahasiswa yang memiliki waktu luang yang sama. Cara menonton mahasiswa yang berbeda-beda ini tidak berhubungan dengan faktor-faktor lain termasuk pekerjaan ayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apapun pekerjaan ayah mahasiswa, tidak membuat lokasi menonton mahasiswa menjadi berbeda. Hal ini menyatakan bahwa dimana pun lokasi mahasiswa menonton Jelajah tidak berhubungan dengan pekerjaan ayah mahasiswa. Terdapat sejumlah besar mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang tidak memiliki keseriusan ketika menonton Jelajah. Serius tidaknya mahasiswa menonton Jelajah dipengaruhi oleh diri mahasiswa tersebut. Sehingga tidak ada hubungan nyata antara keseriusan menonton dengan pekerjaan ayah. Semakin lama durasi menonton mahasiswa terhadap program Jelajah tidak disebabkan oleh faktor pekerjaan ayah. Dimana durasi menonton mahasiswa yang lama menunjukkan mahasiswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk menonton program Jelajah, dan sebaliknya semakin kurang durasi menonton mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak memiliki waktu yang banayak untuk menonton. Berbedanya pekerjaan ayah pada setiap mahasiswa tidak membuat frekuensi menonton mahasiswa tersebut berbeda. Tidak terdapat perbedaan dan hubungan yang nyata antara pekerjaan ayah dengan frekuensi menonton. Dimana frekuensi menonton mahasiswa yang rendah dapat disebabkan karena mahasiswa tersebut tidak mengetahui dengan pasti waktu penayangan Jelajah.
5.2.4 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Banyak mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang memiliki ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini tidak membuat adanya hubungan dengan sumber dorongan mahasiswa untuk menonton. Dimana sumber dorongan menonton mahasiswa berasal dari teman, keluarga, sehingga tidak berhubungan sama sekali dengan pekerjaan orang ibu. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan motivasi menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis. Hal
ini ditunjukkan bahwa motivasi mahasiswa untuk menonton Jelajah adalah untuk memperoleh informasi. Mahasiswa yang sibuk dengan kuliah tentu kurang memiliki waktu untuk menonton, sehingga disaat mereka menonton, mahasiswa tersebut ingin memperoleh informasi. Dengan demikian pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan motivasi menonton mahasiswa. Cara menonton mahasiswa dibedakan dengan menonton sendiri, bersama teman, atau bersama keluarga. Terdapat sejumlah mahasiswa yang menyatakan bahwa cara menonton mereka dengan sendiri. Hal ini disebabkan karena berbedanya waktu luang mahasiswa untuk menonton. Oleh karena itu tidak terdapat hubungan antara cara menonton mahasiswa dengan pekerjaan ibu mereka. Pekerjaan ibu mahasiswa juga tidak berhubungan nyata dengan lokasi menonton, keseriusan menonton, dan durasi menonton mahasiswa tersebut. Apapun pekerjaan ibu mahasiswa tidak dapat membuat lokasi menonton mahasiswa menjadi berbeda-beda, keseriusan menonton berubah dari yang tidak serius menjadi serius dan sebaliknya, dan merubah durasi menonton mahasiswa tersebut. Hasil tabel menunjukkan bahwa banyak ibu responden yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa sudah kodratnya perempuan menjadi ibu rumah tangga, mengurus keluarga. Uji korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata (p=0,067 < 0.1) antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton program Jelajah. Dilihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga memiliki tingkat keseringan menonton Jelajah yang rendah. Ibu rumah tangga pada umumnya memiliki kebiasaan menonton televisi berkisar antara jam 12 siang sampai jam 5 sore. Dimana pada kisaran waktu tersebut, program Jelajah tayang. Sehingga responden yang berada di rumah ketika ingin menonton program Jelajah, menjadi tidak dapat menonton karena harus ‘bersaing’ dengan ibu responden yang ingin menonton program lain.
Tabel 7. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Frekuensi Menonton Frekuensi Menonton Pekerjaan Ibu
1 kali seminggu
2 kali seminggu
n
n
(%)
(%)
Total n
(%)
Bekerja swasta
1
1,72
0
0,00
1
1,72
Pegawai negeri
15
25,86
1
1,72
16
27,58
6
10,34
4
6,90
10
17,24
28
48,28
3
5,17
31
53,45
50
86,21
8
13,79
58
100,00
Wiraswasta Lainnya
(ibu
rumah
tangga) Total
χ² =7,143; P = 0,067 C = 0,331
5.2.5 Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Pendapatan orang tua yang berbeda-beda pada setiap mahasiswa, tidak membuat perilaku menonton mahasiswa tersebut berubah. Artinya perilaku menonton seperti dorongan menonton, cara menonton, motivasi, lokasi menonton, keseriusan menonton, durasi dan frekuensi menonton mahasiswa itu disebabkan oleh faktor internal mahasiswa dan bukan faktor eksternal. Baik rendah, sedang, maupun tinggi, pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan perilaku menonton mahasiswa.
5.2.6 Hubungan antara Uang Saku dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang pendapatan orang tua mereka berbeda, akan membuat jumlah uang saku yang diberikan pada mahasiswa tersebut akan berbeda pula. Berapa pun jumlah uang saku yang diberikan orang tua mereka, tidak akan berhubungan dengan perilaku menonton mahasiswa tersebut.
5.2.7 Hubungan antara Teman dengan Perilaku Menonton Mahasiswa terhadap program Jelajah di Trans TV Tidak semua tayangan di televisi dapat diketahui dengan baik oleh penonton. Apabila penonton tersebut termasuk penonton setia yang selalu mengikuti dan menonton televisi, kemungkinan besar penonton tersebut tahu tentang acara-acara yang tayang. Pada penelitian terhadap program Jelajah ini, tidak semua responden tahu akan program Jelajah ini. Beberapa responden tahu sendiri ketika mereka melihat iklan tayangan Jelajah. Namun ada beberapa responden yang tahu dari informasi teman-teman responden. Informasi tentang adanya program Jelajah dapat pula menjadi pendorong responden untuk menonton Menurut Tabel 8, menunjukkan lebih banyak responden yang tahu sendiri akan program Jelajah. Sementara yang mendorong responden untuk menonton lebih banyak berasal diri responden sendiri. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara variabel tahu pertama tentang program Jelajah dengan variabel sumber dorongan menonton. Hal tersebut ditandai dengan nilai P-value < α, dan uji ini berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Hasil lengkap dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan antara Tahu Pertama tentang Jelajah dengan Sumber Dorongan untuk Menonton Sumber dorongan untuk menonton Teman
Teman n
Keluarga
(%)
n
(%)
Total
Lainnya (diri sendiri) n
(%)
n
(%)
Teman kuliah
2
3,23
0
0,00
2
3,23
4
6,46
Teman kosan
1
1,61
0
0,00
1
1,61
2
3,22
Teman tetangga
3
4,84
1
1,61
6
9,68
10
16,13
Teman sepermainan
1
1,61
6
9,68
14
22,58
21
33,87
Lainnya (diri sendiri)
1
1,61
1
1,61
23
37,10
25
40,32
Total
8
12,9
8
12,9
46
74,2
62
100,00
χ² =19,623; P = 0,012 C = 0,490
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi tentang program Jelajah diketahui oleh responden sendiri, dan responden itu sendiri pula yang dapat mendorong dirinya sendiri dalam menentukan acara tersebut layak tidaknya program tersebut untuk ditonton, bagus tidaknya program tersebut. Dengan kata lain bahwa faktor individual responden itu sendiri yang memutuskan untuk menonton atau tidaknya suatu tayangan televisi. Aspek teman menunjukkan tidak berhubungan nyata dengan aspek motivasi menonton. Dimana motivasi menonton Jelajah timbul dari dalam diri mahasiswa sendiri, sehingga teman tidak dapat menjadi alasan untuk mengubah motivasi mahasiswa dalam menonton program Jelajah. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara tahu pertama tentang program Jelajah dengan cara menonton responden. Hal ini ditunjukkan dengan uji statistik yang digunakan berdasarkan Uji Chi Square (χ²), dimana nilai P-value < α. Uji ini berlaku pada tingkat kepercayaan α = 0.1. Hasil keseluruhan pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hubungan antara Tahu Pertama tentang Jelajah dengan Cara Menonton Cara Menonton Sendiri
Teman
Keluarga
Total
Lainnya
Teman n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Teman kuliah
0
0,00
2
3,23
2
3,23
0
0,00
4
6,46
Teman kosan
1
1,61
1
1,61
0
0,00
0
0,00
2
3,22
Teman
2
3,23
7
11,29
1
1,61
0
0,00
10
16,13
13
20,97
2
3,23
4
6,46
2
3,23
21
33,87
13
20,97
3
4,84
7
11,29
2
3,23
25
40,32
29
46,77
15
24,19
14
22,58
4
6,46
62
100,00
tetangga Teman sepermainan Lainnya (diri sendiri) Total
χ² =22,668; P = 0,031 C = 0,517
Responden yang tahu sendiri ataupun responden yang tahu dari teman sepermainan tentang penayangan program Jelajah memiliki hubungan dalam pembentukan cara menonton responden. Pada umumnya responden yang tahu sendiri tentang Jelajah lebih senang menonton sendiri. Hal tersebut dapat memberikan suatu kepuasan pada diri responden itu sendiri ketika sedang menonton Jelajah. Hal ini dapat pula disebabkan oleh keadaan yang membuat responden harus menonton sendiri, dimana keadaan tempat responden menonton tidak ada orang lain, yang memiliki kesibukan kuliah masing-masing. Selain itu, tidak semua penonton memiliki minat yang sama terhadap suatu tayangan televisi, sehingga responden harus menonton Jelajah sendirian. Hasil uji statistik yang menggunakan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata pada variabel tahu pertama tentang Jelajah dengan variabel lokasi menonton. Hal ini ditandai dengan nilai P-value < α, dimana uji berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1).
Tabel 10. Hubungan antara Tahu Pertama tentang Jelajah dengan Lokasi Menonton Lokasi Menonton Rumah Teman
Total
Tempat Kost
Lainnya
n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Teman kuliah
1
1,61
2
3,23
1
1,61
4
6,45
Teman kosan
1
1,61
1
1,61
0
0,00
2
3,22
Teman tetangga
2
3,23
8
12,90
0
0,00
10
16,13
Teman sepermainan
14
22,58
4
6,45
3
4,84
21
33,87
Lainnya (diri sendiri)
17
27,42
3
4,84
5
8,06
25
40,32
35
56,45
18
29,03
9
14,52
62
100,00
Total
χ² =19,687; P = 0,012 C = 0,491
Sebagian besar responden yang mengetahui pertama tentang program Jelajah berasal dari diri responden sendiri. Dimana responden tersebut lebih sering menonton program Jelajah ketika mereka berada di rumah. Beberapa responden yang tinggal di tempat kost tidak dapat menonton Jelajah. Responden yang tinggal secara komunal akan sangat sulit untuk dapat menonton suatu program yang sejenis, yang dikarenakan beragamnya selera program acara responden. Oleh karena itu ketika responden berada di rumah dapat menonton Jelajah tanpa harus berebut dengan teman kost untuk menentukan program acara yang diinginkan. Keseriusan menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis ternyata tidak dapat dipengaruhi oleh teman. Keseriusan menonton timbul dari diri mahasiswa itu sendiri. Ketika mahasiswa tersebut menonton salah satu episode Jelajah yang dianggap menarik, maka mahasiswa akan fokus dan serius dalam menonton Jelajah. Sama halnya dengan durasi dan frekuensi menonton, bahwa aspek teman tidak dapat mempengaruhi lamanya dan frekuensi menonton mahasiswa. Durasi dan frekuensi menonton ditentukan oleh mahasiswa itu sendiri, sehinggan tidak ada hubungan nyata antara teman dengan keseriusan menonton, durasi menonton, dan frekuensi menonton Jelajah.
VI. HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA DENGAN PERSEPSI MENONTON
6.1
Deskripsi Persepsi Persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis dalam menonton tayangan
program Jelajah dapat dinilai dari apa yang disajikan oleh Jelajah, meliputi kemasan, presenter atau reporter yang membawakan program Jelajah, tema Jelajah setiap penayangan, waktu penayangan, objek liputan, musik pengiring, dan narasi. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap program Jelajah adalah baik, dimana rataan skor persepsi responden tentang Jelajah menunjukkan persepsi setuju bahwa program Jelajah sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 11
Tabel 11. Persepsi Responden terhadap Program Jelajah Persentase (%) No
Aspek Persepsi
Sangat
Tidak
Ragu-
terhadap Program
Tidak
Setuju
ragu
Jelajah
Setuju
(TS)
Setuju
Sangat
Rataan Skor*
Setuju
(STS) 1.
Kemasan
0,0
0,0
6,1
85,8
8,1
3,98
2.
Presenter
0,0
0,0
9,6
84,5
5,9
4,04
3.
Tema tayangan
0,0
2,6
20,8
65,8
10,8
3,72
4.
Penayangan
0,0
3,8
39,6
56,6
0,0
3,42
5.
Objek
0,0
1,6
6,1
80,0
12,2
3,95
6.
Musik
0,0
1,7
21,0
77,2
0,0
3,68
7.
Narasi
0,0
0,0
13,8
82,0
4,2
3,85
Total
Ket:
∑ = 3,87
*rataan skor: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 =
setuju, 5 = sangat setuju
Berdasarkan Tabel 11, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persepsi responden sudah baik (setuju/ ∑ rataan skor = 3,87) tentang program Jelajah jika dibandingkan antara indikator-indikator persepsi tersebut. Hanya terdapat satu
indikator yaitu aspek penayangan yang dipersepsikan kurang baik oleh responden (rataan skor = 3,42), sementara enam indikator lainnya adalah baik.
6.1.1 Kemasan Kemasan suatu acara televisi merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam menilai baik tidaknya tayangan tersebut. Kemasan acara dapat berupa isi cerita, gambar-gambar, materi liputan, warna gambar. Jika semuanya itu digabung menjadi suatu acara yang menarik, tentu akan membuat penonton merasa betah dan tertarik untuk menyaksikan tayangan tersebut. Kemasan program Jelajah sangat bervariatif dan menarik dengan isi cerita di setiap segmennya yang berbeda-beda dan sesuai dengan tema yang dihadirkan. Oleh karena itu, banyak penonton yang merasa terhibur dengan Jelajah. Persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis yang menjadi responden dalam penelitian ini mengarah pada Setuju (dengan rataan = 3,98). Responden menyatakan Setuju dengan penilaian-penilaian akan kemasan Jelajah yang dapat menayangkan suatu cerita yang benar-benar faktual, mudah dipahami, dan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang menontonnya.
6.1.2 Presenter/ Reporter Presenter merupakan orang yang memandu jalannya suatu program acara di televisi. Dalam hal ini, Jelajah menempatkan presenter sebagai reporter juga. Salah satu faktor yang mendukung baik atau tidaknya suatu program adalah dengan kehadiran presenter, baik yang dilihat dari penampilan fisik maupun keahilan mereka dalam membawakan acara tersebut agar disukai oleh penonton. Jenis presenter yang memandu program Jelajah ada bermacam-macam tipe tergantung jenis acara Jelajah apa yang mereka bawakan. Untuk Jelajah, presenter yang digunakan biasanya monolog dan single. Artinya presenternya membawakan program Jelajah tersebut secara sendiri dan berbicara sambil menatap kamera (piece to camera). Sementara untuk Jelajah-Jelajah, presenter yang digunakan biasanya dua orang yang saling berdialog satu sama lainnya. Berdasarkan Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis terhadap penampilan presenter Jelajah ketika membawakan
program tersebut adalah sebagian besar menyatakan setuju (rataan = 4,04) bahwa presenter Jelajah baik dalam membawakan program tersebut. Persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis menyatakan setuju dengan penampilan, bahasa, tutur sapa, serta penguasaan materi acara oleh presenter yang begitu baik. Selain persepsi tersebut, terdapat pula persepsi yang menyatakan suka dengan presenter yang dapat akrab dengan penontonnya, percaya diri, memiliki wawasan luas, serta membuat penontonnya nyaman. Jika diklasifikasikan secara detail mengenai presenter Jelajah antara presenter laki-laki maupun presenter perempuan, sebagian besar responden menilai presenter yang sudah baik membawakan Jelajah adalah presenter perempuan. Namun ada kalanya pula, persepsi responden yang baik terhadap presenter laki-laki, dimana hal ini tergantung pada ketertarikan fisik yang menganggap presenter laki-laki lebih menarik, dan kesesuaian antara pemilihan tema dengan presenter.
6.1.3 Tema Tayangan Untuk membuat suatu program acara yang baik, terlebih dahulu yang harus dipikirkan dan dilakukaan adalah bagaimana menentukan tema acara. Tema tayangan dalam setiap program televisi merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Dari tema cerita, penonton dapat menyimpulkan sendiri bagaimana bentuk dan ujung cerita tersebut. Pada Jelajah ditemukan cukup banyak tema cerita, seperti tema alam, petualangan, leisure, lifestyle, animal, suku-suku terasing dan lainnya. Bermacammacam tema Jelajah yang dihadirkan membuat penonton merasa puas dan tidak merasa bosan. Tema-tema yang disajikan dalam program Jelajah tidak selalu sama disetiap episode nya. Hasil Tabel menyimpulkan bahwa persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis setelah menonton program Jelajah adalah Setuju (rataan skor = 3,72), bahwa tema-tema Jelajah menarik, tidak monoton disetiap episodenya, serta tema-tema tersebut sesuai dengan semua kalangan. Berikut hasil jawaban responden yang mendukung hasil tabel di atas:
“Saya lebih suka tema lifestyle tuh, soalnya kita bisa tahu bagaimana gaya hidup di tempat lain yang tidak selalu sama dengan gaya hidup kita sehari-hari” (ADP, Perempuan, 19 tahun) “Tema Nature lebih oke, karena dengan begitu membuat kita bangga sebagai orang Indonesia yang punya kekayaan alam yang luar biasa indahnya”. (PND, Laki-laki, 20 tahun)
6.1.4 Penayangan Penempatan jadwal tayang setiap acara televisi yang baik, memegang peranan penting bagi suatu program acara ketika program tersebut ingin memperoleh rating yang tinggi. Waktu tayang setiap acara televisi juga harus disesuaikan dengan segmentasi penontonnya, apakah penontonnya termasuk segmen dewasa, remaja, atau termasuk segmen anak-anak. Jelajah merupakan salah satu acara yang segmennya tidak hanya ditujukan untuk dewasa, tetapi lebih kesemua kalangan umur. Oleh karena itu, Jelajah memilih waktu tayang nya di sore hari pada pukul 15.30 dengan harapan penonton dapat melihat tayangan Jelajah. Persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis menyatakan Kurang Setuju (rataan = 3,42) dengan penayangan Jelajah. Hal ini disebabkan karena pada jam tayang Jelajah pada sore hari, membuat mahasiswa Komunikasi Bisnis tidak dapat menonton Jelajah dikarenakan kesibukan kuliah maupun kesibukan lainnya. Mereka berpendapat jam tayang Jelajah sebaiknya dirubah menjadi malam hari, agar mereka dapat menontonnya. Namun, beberapa dari mahasiswa Komunikasi Bisnis menyatakan penayangan Jelajah pada sore hari sudah baik.
6.1.5 Objek Objek penayangan yang diliput merupakan suatu hal yang menjadi daya tarik penonton untuk melihatnya. Apakah objek tersebut berupa makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, maupun benda mati, selalu menjadi fokus penonton ketika menyaksikannya. Begitu pula dengan objek pada proram Jelajah. Objek liputan Jelajah selalu dapat menjadi bahan yang dapat dipertontonkan. Menurut persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis, objek liputan Jelajah sudah baik
dan mereka Setuju (rataan = 3,95) bahwa objek-objek liputan Jelajah sesuai dengan yang diinginkan oleh penonton, layak untuk ditayangkan, dan menarik untuk disaksikan.
6.1.6 Musik Musik adalah musik pengiring/ latar atau backsound yang digunakan pada program Jelajah. Dalam menentukan musik pengiring Jelajah biasanya diperhatikan kesesuaian dengan tema cerita. Jika tema Jelajah pada saat tayang adalah tema nature, maka musik pengiring yang digunakan juga harus bernuansa alam. Tabel 11 di atas menunjukkan sebanyak rataan 3,68 yang menyatakan bahwa persepsi mahasiswa Komunikasi Bisnis setuju dengan pemilihan musik pengiring yang sudah tepat dengan program Jelajah. Responden berpendapat bahwa jenis musik pengiring yang mereka sukai biasanya sesuai dengan tema Jelajah yang mereka sukai pula.
6.1.7 Narasi Narasi adalah serangkaian kalimat yang diceritakan secara lisan oleh seorang narator untuk mengantarkan isi liputan. Narasi yang diceritakan oleh narator biasanya harus sesuai dengan isi liputan, karena akan mempengaruhi kualitas tayangan Jelajah itu sendiri. Narasi tersebut dapat dibawakan oleh presenter itu sendiri atau oleh orang lain selain presenter. Dalam penelitian ini, mahasiswa Komunikasi Bisnis menyatakan Setuju akan persepsi mereka tentang narasi yang diceritakan pada program Jelajah.
5.2
Analisis Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi terhadap Program Jelajah Hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, semester, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, uang saku, dan tahu pertama tentang Jelajah dengan persepsi responden terhadap program Jelajah di Trans TV dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan uji Rank Spearman. Dari tujuh indikator variabel karakteristik responden, terdapat empat
indikator (usia, semester, pendapatan orang tua, uang saku) yang diuji menggunakan Uji Rank Spearman, dan tiga indikator lainnya (jenis kelamin, pekerjaan orang tua, tahu pertama tentang Jelajah) menggunakan Uji Chi Square. Berdasarkan analisis hubungan ini, maka hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan antara karakteristik mahasiswa dengan persepsi tentang Jelajah diterima.
Tabel 12. Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi terhadap Program Jelajah N o
Karakteristik Responden
1
Usia
2
Persepsi tentang Jelajah Presenter
Tema
= -0,077
= 0,132
=-0,001
= -0,003
Jenis kelamin
χ²=0,065 C=0,032
χ²=0,781 C=0,112
χ²=8,375** C=0,345
3
Semester
0,040
$ 0,089
4
Pekerjaan Ayah
χ²=1,938 C=0,180
5
Pekerjaan Ibu
6
Pendapatan orang tua
7
Uang saku
8
Tahu pertama tentang Jelajah
Ket:
Kemasan
Musik
Narasi
= -0,068
-0,202
-0,139
χ²=3,342 C=0,226
χ²=3,278 C=0,224
χ²=4,075 C=0,248
χ²=0,756 C=0,110
-0,032
-0,163
0,033
-0,196
0,065
χ²=4,669 C=0,273
χ²=8,997 C=0,366
χ²=10,919* C=0,398
χ²=10,575 C=0,393
χ²=4,733 C=0,275
χ²=6,407 C=0,315
χ²=1,129 C=0,137
χ²=6,604 C=0,317
χ²=17,675** C=0,480
χ²=7,729 C=0,340
χ²=7517 C=0,336
χ²=5,792 C=0,299
χ²=2,474 C=0,201
-0,077
0,070
-0,098
0,05
0.470***
-0,093
0,072
0,116
0,008
-0,053
0,042
-0,269**
0,023
0,212
χ²=15,749** C=0,450
χ²=8,185 C=0,342
χ²=15,174 C=0,443
χ²=10,132 C=0,375
χ²=8,111 C=0,340
χ²=8,755 C=0,352
χ²=,461 C=0,307
*** ** *
: sangat-sangat nyata (p < 0.01) : sangat nyata (p < 0,05) : nyata (p < 0,1)
Penayangan
Objek
Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat dari hasil pengujian bahwa ada beberapa variabel yang memiliki hubungan nyata, seperti hubungan jenis kelamin dengan tema, hubungan pekerjaan ayah dengan penayangan, hubungan pekerjaan ibu dengan tema, hubungan pendapatan orang tua dengan objek, hubungan uang saku dengan objek, dan hubungan tahu pertama tentang Jelajah dengan kemasan. Namun perlu diperhatikan bahwa secara umum tidak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik responden dengan persepsi mereka terhadap program Jelajah. Hal ini menunjukkan pula bahwa persepsi responden terhadap program Jelajah tidak jauh berbeda diantara masing-masing responden.
5.2.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Berdasarkan hasil Tabel 12 di atas, bahwa aspek usia mahasiswa tidak menunjukkan adanya hubungan dengan semua aspek persepsi mahasiswa ketika menonton program Jelajah. Hal tersebut berarti usia mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang kurang beragam tersebut tidak mempengaruhi persepsi akan kemasan, presenter, tema tayangan, penayangan, objek, musik, dan narasi Jelajah. Mahasiswa baik yang berumur 19-20 tahun atau 21-22 tahun memiliki persepsi yang sama terhadap program Jelajah. Mahasiswa tersebut menilai program Jelajah sudah baik secara keseluruhan, hanya saja mahasiswa kurang setuju pada aspek penayangan Jelajah (dapat melihat pada Tabel 11).
5.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Tabel sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan jumlah persepsi perempuan yang menyatakan tema tayangan Jelajah sudah baik lebih banyak dibandingkan persepsi laki-laki. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa baik responden laki-laki maupun perempuan sama-sama menyatakan setuju dengan tema Jelajah yang sudah baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek jenis kelamin hanya berhubungan pada aspek tema, dan tidak berhubungan pada aspek kemasan, presenter, penayangan, objek, musik, dan narasi. Kemasan Jelajah yang sudah
baik, penempatan presenter laki-laki atau perempuan, waktu penayangan, objek liputan, musik, dan narasi yang sesuai tidak akan membuat persepsi mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan menjadi berbeda. Artinya mahasiswa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki persepsi sama terhadap program Jelajah. Hasil uji statistik dengan menggunkan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin responden dengan pemilihan tema Jelajah. Hal tersebut ditandai dengan nilai P-value < α, dimana uji berada pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tema Jelajah Tema Jelajah Jenis Kelamin
Tidak setuju n
(%)
Ragu-ragu n
(%)
Setuju n
(%)
Sangat setuju n (%)
Total n
(%)
Laki-laki
1
1,61
1
1,61
15
24,19
0
0,00
17
27,42
Perempuan
1
1,61
16
25,81
24
38,71
4
6,45
45
72,58
Total
2
3,22
17
27,42
39
62,90
4
6,45
62
100,00
χ² =8,375; P = 0,039 C = 0,345
Hasil di atas didukung pula dengan beberapa pernyataan responden baik laki-laki maupun perempuan menyatakan pemilihan tema Jelajah sudah baik. Dari beberapa tema Jelajah seperti, petualangan, alam, hewan, travel, budaya, sejarah, suku terasing, urban, dan leisure, menarik semua. Pemilihan tema yang menarik menurut responden tergantung pada pribadi responden masing-masing. Tema Jelajah yang disajikan ternyata sudah sesuai dengan kebutuhan responden. Dari keseluruhan
pertanyaan
tentang
tema
yang
diberikan
pada
responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik laki-laki maupun perempuan setuju bahwa tema Jelajah baik. Dengan demikian persepsi baik responden lakilaki maupun perempuan tidak jauh berbeda dalam menilai tema Jelajah.
5.2.3 Hubungan antara Semester dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Perbedaan tingkat semester pada mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis tidak membuat persepsi mahasiswa tersebut menjadi berbeda terhadap program Jelajah. Berdasarkan hasil Tabel 12 yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara semester mahasiswa dengan persepsi akan kemasan, presenter, tema, penayangan, objek liputan, musik, dan narasi Jelajah. Mahasiswa semester 4 memiliki persepsi yang sama dengan mahasiswa semester 6 dan mahasiswa semester 8.
5.2.4 Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Tabel sebaran pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa orang tua responden lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri dibandingkan pekerjaan lainnya. Pada sebagian jenis pekerjaan di beberapa kantor pegawai negeri memiliki waktu kerja yang longgar, dalam artian pegawai tersebut bebas masuk kerja pada jam tertentu, dan pulang pada jam yang mereka inginkan. Jika hal seperti itu terjadi, maka kesempatan pegawai negeri tersebut untuk pulang dan menonton tayangan televisi kesukaan mereka semakin besar. Dengan demikian beberapa pegawai negeri tersebut dapat menonton bersama keluarga. Pekerjaan ayah responden ini hanya berhubungan dengan satu aspek persepsi menonton, yaitu aspek penayangan, dan pekerjaan ayah tidak berhubungan dengan aspek persepsi lainnya seperti kemasan, presenter, tema, objek liputan, musik, dan narasi. Artinya apapun jenis pekerjaan ayah responden tidak membuat persepsi mahasiswa tersebut berbeda ketika menilai kemasan, presenter, tema, objek liputan, musik, dan narasi. Uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata diantara kedua variabel (pekerjaan ayah dengan penayangan Jelajah) tersebut. Hal tersebut ditandakan dengan nilai P-value < α, dimana uji berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Hasil keseluruhan pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Penayangan Penayangan yang sesuai Pekerjaan Ayah
Total Tidak Setuju n
(%)
Ragu-ragu n
(%)
Setuju n
(%)
n
(%)
Bekerja Swasta
1
1,72
5
8,62
3
5,17
9
15,52
Pegawai negeri
2
3,45
7
12,07
16
27,59
25
43,10
Wiraswasta
0
0,00
14
24,14
5
8,62
19
32,76
Lainnya
0
0,00
2
3,45
3
5,17
5
8,62
Total
3
5,17
28
48,28
27
46,55
58
100,00
χ² =10,919; P = 0,091 C = 0,398
Sebagian besar responden menganggap bahwa penayangan Jelajah kurang baik (rataan skor = 1.66). Berdasarkan tabel di atas pula dapat dilihat bahwa apa pun jenis pekerjaan orang tua responden, persepsi responden terhadap penayangan Jelajah belum sepenuhnya baik, dimana sebagian besar menyatakan keraguraguan nya akan penayangan Jelajah. Namun jika ditilik lebih detail pada setiap pertanyaan persepsi tentang penayangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa responden yang memiliki persepsi kurang baik akan penayangan Jelajah (2.5 < persepsi ragu-ragu < 3.5). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat Tabel Lampiran 1.
5.2.5 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan dengan aspek persepsi menonton kecuali dengan tema Jelajah. Persepsi mahasiswa terhadap kemasan, presenter, penayangan, objek liputan, musik, narasi Jelajah tidak dipengaruhi oleh jenis pekerjaan ibu, artinya persepsi mahasiswa terhadap kemasan, presenter, penayangan, objek liputan, musik, narasi Jelajah hanya dapat dibentuk dari diri mahasiswa itu sendiri. Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu responden adalah sebagai ibu rumah tangga. Hal ini dapat dipahami karena pada hakikatnya
wanita bekerja di rumah untuk melayani keluarga. Responden yang memiliki ibu tidak bekerja di luar rumah hanya sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu luang untuk menonton yang lebih banyak. Pada umumnya, salah satu anggota keluarga sudah menyalakan televisi, maka besar kemungkinan anggota keluarga lainnya akan ikut menonton pula. Biasanya kaum ibu-ibu lebih banyak menonton televisi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, kira-kira pukul 13.00 sampai 16.30 (dimana pada selang waktu tersebut Jelajah tayang). Uji statistik dengan menggunkan Uji Chi Square (χ²) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara pekerjaan ibu dengan tema Jelajah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P-value < α, dimana uji berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Tema Jelajah Tema Pekerjaan Ibu
Total Tidak Setuju n (%)
Ragu-ragu n
(%)
Setuju n
(%)
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Bekerja Swasta
0
0,00
0
0,00
2
3,40
0
0,00
2
3,40
Pegawai negeri
0
0,00
6
10,17
10
16,94
0
0,00
16
27,12
Wiraswasta
2
3,40
0
0,00
8
13,56
0
0,00
10
16,94
Lainnya (ibu rumah tangga) Total
0
0,00
10
16,95
18
30,51
3
5,08
31
52,54
2
3,40
16
27,12
38
64,41
3
5,08
59
100,00
χ² =17,675; P = 0,039 C = 0,480
Secara keseluruhan dapat dinilai bahwa persepsi responden yang ibu nya bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga menganggap tema-tema Jelajah sudah baik. Namun untuk pemilihan tema-tema Jelajah dinilai tidak sesuai dengan apa yang responden butuhkan. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap pribadi responden memiliki kesukaan tema acara yang berbeda. Hal ini didukung dengan rataan skor akan pertanyaan tentang pemilihan tema yang dinilai kurang baik oleh responden. Namun secara keseluruhan, responden memiliki persepsi yang baik akan tema, dimana tema Jelajah sesuai dengan semua kalangan penonton, dan tidak monoton
disetiap tayangnya. Menurut pernyataan salah satu responden, bahwa tema Jelajah tersebut sesuai dengan ilmu mayor kuliah yang digelutinya.
5.2.6 Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Pendapatan orang tua dibedakan menjadi tiga kateori, yaitu rendah, menengah, dan atas. Menurut hasil penelitian menunjukkan rata-rata sebaran pendapatan orang tua berada pada sedang. Persepsi diantara masing-masing ketiga pendapatan orang tua tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki persepsi yang baik tentang objek liputan Jelajah. Namun semakin rendah pendapatan orang tua responden menunjukkan bahwa semakin tinggi (sangat setuju) persepsi mereka akan objek liputan Jelajah. Aspek pendapatan orang tua responden hanya memiliki hubungan dengan persepsi tentang objek liputan Jelajah. Berapa pun besarnya pendapatan orang tua dari mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis tidak membuat persepsi mahasiswa tersebut berbeda terhadap kemasan, presenter, tema, penayangan, musik, narasi Jelajah. Uji statistik dengan menggunakan Uji Rank Spearman ( ) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pendapatan orang tua responden dengan persepsi mereka terhadap objek liputan Jelajah. Hal ini ditandakan dengan nilai P-value < α, dimana uji tersebut berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Angka korelasi bernilai negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel tersebut, dimana semakin rendah pendapatan orang tua responden maka persepsi setuju tentang objek liputan juga semakin tinggi (sangat setuju). Persepsi sebagian besar responden yang menyatakan setuju dan menganggap objek liputan Jelajah sudah baik berasal dari pendapatan orang tua menengah. Hal ini dapat dipahami, mengingat sebagian besar orang tua responden bekerja sebagai pegawai negeri yang memiliki rata-rata penghasilan menengah. Responden menganggap objek liputan Jelajah menarik, layak untuk ditayangkan dan sesuai dengan yang diinginkan responden yang berasal dari pendapatan orang tua. Pada umumnya, responden yang berasal dari pendapatan orang tua menengah
jarang melakukan perjalanan dan melihat objek-objek yang terdapat selama di perjalanan tersebut, sehingga dengan menonton Jelajah, responden memperoleh informasi tentang objek-objek yang selama ini tidak mereka peroleh.
5.2.7 Hubungan Uang Saku dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Uang saku responden dibedakan atas tiga kategori, yaitu uang saku rendah, uang saku sedang, dan uang saku tinggi. berdasarkan hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki uang saku yang sedang. Hal ini dapat dipahami jika dilihat dari penghasilan orang tua responden, dimana mayoritas responden memiliki tingkat pendapatan orang tua sedang. Aspek uang saku responden hanya memiliki hubungan dengan persepsi tentang objek liputan Jelajah. Aspek uang saku ini berhubungan dengan besarnya pendapatan orang tua. Berapa pun besarnya uang saku yang diterima mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis dari orang tua mereka tidak membuat persepsi mahasiswa tersebut berbeda terhadap kemasan, presenter, tema, penayangan, musik, narasi Jelajah. Uji statistik yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman ( ) menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara variabel uang saku dengan variabel objek liputan. Dimana nilai P-value < α , dan uji berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Persepsi responden yang sebagian besar menilai baik objek liputan Jelajah memiliki uang saku yang sedang. Hal ini dapat dipahami mengingat keterbatasan pemasukan orang tua, dimana sebagian besar pula pekerjaan orang tua responden adalah pegawai negeri dengan penghasilan yang menengah pula, sehingga pengeluaran untuk responden pun harus disesuaikan dengan pemasukan. Responden yang memiliki uang saku tidak terlalu banyak tentunya tidak dapat melakukan perjalanan seperti yang dilakukan Jelajah dengan melihat dan meliput objek-objek alam, wisata, maupun lainnya. Sehingga dengan keterbatasan uang saku tersebut membuat responden yang ingin melihat dan mengetahui tentang objek-objek yang menarik, dapat memperolehnya dengan menonton program Jelajah.
5.2.8 Hubungan Teman dengan Persepsi Menonton terhadap Program Jelajah Sebaran mahasiswa yang tahu pertama tentang Jelajah berasal dari tahu sendiri, yang disebabkan karena melihat iklan program Jelajah dan membuat rasa penasaran tentang isi cerita Jelajah tersebut. Setelah menonton Jelajah, sebagian besar responden menyatakan program tersebut sudah baik. Salah satu variabel yang dinyatakan baik oleh responden tersebut adalah kemasan Jelajah. Responden yang tahu sendiri tentang Jelajah akan mencoba untuk melihat lebih lengkap dan jelas terhadap apa yang ditonton. Setelah menontonnya, responden memiliki persepsi bahwa program Jelajah baik. Persepsi mahasiswa tidak sepenuhnya berhubungan dengan aspek teman. Dimana, aspek teman hanya berhubungan dengan persepsi akan kemasan Jelajah. Persepsi mahasiswa tentang presenter, tema, penayangan, objek, musik, narasi Jelajah dipengaruhi oleh teman mahasiswa tersebut. Penelitian terhadap kedua variabel ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chi Square (χ²) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara kedua variabel tersebut. Hal ini ditandakan dengan nilai P-value < α, dimana uji ini berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0.1). Hasil keseluruhan pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 16
Tabel 16. Hubungan antara Tahu Pertama tentang Jelajah dengan Kemasan Jelajah Tahu pertama tentang Jelajah
Kemasan Setuju
Ragu-ragu n
(%)
n
(%)
Total
Sangat Setuju n
(%)
n
(%)
Teman Kuliah
0
0,00
4
6,45
0
0,00
4
6,45
Teman Kosan
1
1,61
1
1,61
0
0,00
2
3,22
Teman Tetangga
0
0,00
10
16,13
0
0,00
10
16,13
Teman Sepermainan
0
0,00
18
29,03
3
4,84
21
33,87
Lainnya (diri sendiri)
3
4,84
22
35,48
0
0,00
25
40,32
Total
4
6,45
55
88,71
3
35,48
62
100,00
χ² =15,749; P = 0,046 C = 0,450
Kesimpulan yang diperoleh dari Tabel 16 di atas adalah bahwa faktor dari luar individu responden untuk menonton Jelajah tidak akan mempengaruhi pembentukan persepsi akan baik atau tidaknya program tersebut. Persepsi responden yang tahu pertama Jelajah secara sendiri terhadap kemasan Jelajah dinilai baik berasal dari penilaian pribadi. Responden yang tahu pertama akan Jelajah menggunakan indera penglihatannya untuk melihat, dan kemudian diransang sehingga diperoleh persepsi. Dengan demikian persepsi kemasan Jelajah tidak dapat diperoleh jika ada faktor sumber orang lain. Jika responden tahu Jelajah dari temannya maka ada kemungkinan teman-teman responden beranggapan Jelajah itu menarik, sehingga setelah menontonnya memberikan penilaiannya kepada orang-orang, dan orangorang yang mendengar menjadi penasaran. Artinya secara tidak langsung, orangorang yang mendengar Jelajah tersebut menarik, sudah memiliki asumsi Jelajah menarik juga karena banyak yang menonton program tersebut, namun bukan berasal dari tindakan langsung menonton orang tersebut. Persepsi tersebut hanya dapat diperoleh ketika responden melihat langsung dengan sendiri.
VII. HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV Hubungan antara aspek-aspek perilaku menonton yang meliputi durasi, frekuensi, orang yang mempengaruhi menonton, motivasi menonton, cara menonton, lokasi menonton, dan tingkat keseriusan menonton dengan aspek persepsi khalayak terhadap program Jelajah dapat dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Chi Square dan korelasi Spearman. Berdasarkan analisis hubungan ini, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku menonton responden dengan persepsi diterima
Tabel 17. Hubungan antara Perilaku Menonton dengan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV N o 1
Perilaku Menonton Durasi
Kemasan = -0,018
Presenter = 0,197
Persepsi tentang Jelajah Tema Penayangan Objek = 0,289** = 0,247 = 0,105
Musik = 0,130
Narasi =0,125
2
Frekuensi
= 0,282**
= 0,202
= 0,182
= 0,125
=-0,085
= 0,066
=0, 153
3
Orang yang mempeng aruhi menonton Motivasi Menonton
χ²=2,904 C=0,212
χ²=4,735 C=0,66
χ²=3,635 C=0,235
χ²=1,624 C=0,160
χ²=3,372 C=0,227
χ²=3,802 C=0,240
χ²=9,163* C=0,359
χ²=13,993** C=0,429
χ²=7,779 C=0,334
χ²=11,428 C=0,395
χ²=6,387 C=0,306
χ²=6,934 C=0,317
χ²=8,261 C=0,343
χ²=4,742 C=0,267
5
Cara Menonton
χ²=24,139*** C=0,529
χ²=10,536 C=0,381
χ²=18,401 C=0,478**
χ²=9,170 C=0,359
χ²=10,155 C=0,375
χ²=3,917 C=0,244
χ²=19,729** * C=0,491
6
Lokasi Menonton
χ²=10,607** C= 0,382
χ²=8,471 C=0,347*
χ²=8,548 C=0,348
χ²=8,589* C=0,349
χ²=1,422 C=0,150
χ²=3,834 C=0,241
χ²=11,225** C=0,392
7
Keseriusa n Menonton
χ²=8,038** C=0,344
χ²=5,143 C=0,281*
χ²=4,247 C=0,257
χ²=8,067** C=0,344
χ²=4,053 C=0,252
χ²=2,257 C=0,190
χ²=4,705* C=0,270
4 .
Ket:
*** ** *
: sangat-sangat nyata (p < 0.01) : sangat nyata (p < 0,05) : nyata (p < 0,1)
Perilaku menonton responden yang beraneka ragam menimbulkan beraneka ragam pula persepsi yang terbentuk setelah responden menonton program Jelajah. Dari Tabel 17 ditunjukkan bahwa semua variabel perilaku menonton responden berhubungan nyata dengan beberapa variabel tertentu dari persepsi khalayak.
7.1
Hubungan antara Durasi Menonton dengan Persepsi Menonton Aspek durasi menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis memiliki
hubungan dengan beberapa aspek persepsi menonton, yaitu aspek tema dan penayangan Jelajah. Persepsi mahasiswa akan kemasan, presenter, objek, musik, dan narasi Jelajah tidak dipengaruhi oleh aspek durasi sehingga tidak berhubungan. Artinya lama atau singkatnya waktu menonton mahasiswa tersebut tidak membuat persepsi mereka berubah terhadap kemasan, presenter, objek, musik, dan narasi Jelajah.
7.1.1 Hubungan antara Durasi Menonton dengan Tema Jelajah Jumlah lama menonton (durasi) setiap responden berbeda-beda tergantung berapa lama waktu luang yang dimiliki untuk menonton suatu tayangan televisi. Dalam menonton Jelajah, setiap responden tidak memiliki durasi menonton yang sama. Perbedaan ini dapat disebabkan karena perbedaan karakter masing-masing responden tersebut. Semakin lama khalayak tersebut menghabiskan waktunya dengan menonton, maka semakin banyak pula informasi yang dapat diperoleh. Dalam sekali tayang program Jelajah yang ditonton oleh responden dapat menghasilkan banyak persepsi terhadap program yang mereka tonton. Ketika menonton satu episode Jelajah, seorang responden dapat menilai tema tayangan tersebut. Jika responden tersebut menonton program Jelajah dengan durasi yang lama (15-30 menit), maka persepsi yang dihasilkan oleh responden tersebut berbeda dengan responden yang menonton Jelajah dengan durasi < 15 menit. Tentunya durasi yang berbeda tersebut akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan informasi yang berbeda pula. Kebutuhan informasi responden yang menonton dengan durasi lama (15 sampai 30 menit) terpenuhi maka akan menimbulkan rasa kepuasan, dengan
demikian rasa kepuasan tersebut akan menghasilkan persepsi yang baik pula. Responden yang menonton Jelajah selama 15 sampai 30 menit akan dapat mempersepsikan tema-tema program Jelajah tersebut. Artinya durasi menonton responden memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi akan tema Jelajah, hubungan ini rendah tetapi pasti ( = 0,289) 7.1.2 Hubungan antara Durasi Menonton dengan Penayangan Jelajah Jadwal penayangan Jelajah pada sore hari membuat beberapa responden yang memiliki kesibukan sebagai mahasiswa, tidak dapat atau jarang menonton program Jelajah. Hal ini didukung dengan persepsi responden yang menyatakan tidak setuju dengan penayangan Jelajah. Uji yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata (P=0,055 < 0,1) diantara durasi dengan penayangan Jelajah, namun hubungan tersebut dinilai rendah tetapi pasti ( = 0,247). Responden yang memiliki durasi menonton Jelajah yang lama (15-30 menit) berarti responden tersebut memiliki waktu luang untuk menonton. Dengan demikian semakin lama durasi menonton responden tersebut, berarti responden tersebut dapat melihat keseluruhan tayangan Jelajah. Artinya responden dapat memiliki persepsi yang baik terhadap penayangan Jelajah. Ketika responden tersebut menonton Jelajah < 15 menit, berarti responden tidak memiliki kesempatan atau waktu yang sesuai dengan penayangan Jelajah, sehingga tidak dapat menonton Jelajah secara keseluruhan.
7.2
Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi Menonton Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa frekuensi menonton
responden terhadap program Jelajah dinilai cukup kurang, dimana frekuensi menonton mayoritas responden (83,6 persen) hanya sekali seminggu, sementara Jelajah tayang empat kali seminggu. Semakin sering frekuensi menonton responden, maka responden tersebut dapat memiliki persepsi terhadap program Jelajah. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan beberapa aspek persespi menonton, dimana frekuensi menonton ini tidak berhubungan dengan persepsi mahasiswa tentang presenter, teman, penayangan, objek, musik, dan narasi.
Responden yang menonton Jelajah hanya sekali seminggu dengan acara yang berbeda-beda (tidak fokus pada satu acara Jelajah) membuat responden tidak dapat menilai baik kemasan program Jelajah tersebut. Berbeda halnya dengan responden yang menonton Jelajah dua kali seminggu secara rutin dan fokus pada satu jenis acara Jelajah, membuat responden tersebut memiliki penilaian secara total terhadap baik buruknya kemasan Jelajah. Artinya terdapat hubungan yang rendah namun nyata (P = 0,028) antara frekuensi menonton dengan persepsi responde terhadap kemasan Jelajah = 0,282). 7.3
Hubungan antara Orang yang mempengaruhi menonton dengan Persepsi Menonton Mayoritas orang yang mempengaruhi menonton responden ketika
menonton Jelajah adalah berasal dari diri responden sendiri. Hal ini disebabkan karena beberapa responden yang masih berstatus mahasiswa yang memiliki kesempatan untuk menonton disela-sela waktu perkuliahan, tidak sengaja menonton, dengan demikian tidak ada yang mendorong responden untuk menonton Jelajah kecuali dari diri sendiri. Aspek orang yang mempengaruhi menonton ini berhubungan dengan persepsi menonton yaitu pada aspek narasi. artinya siapa pun yang mengajak mahasiswa untuk menonton Jelajah tidak akan memiliki hubungan dengan aspek kemasan, presenter, tema, penayangan, objek, musik, dan narasi Jelajah. Berdasarkan uji korelasi, orang yang mempengaruhi menonton hanya berhubungan nyata (p=0,057 < 0,1) dengan narasi, tetapi tidak berhubungan dengan kemasan, presenter, tema, penayangan, objek, dan musik.
Tabel 18. Hubungan antara Orang yang mempengaruhi menonton dengan Narasi Orang yang mempengaruhi menonton
Narasi Total Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n
(%)
n
(%)
Teman
0
0,00
8
12,90
0
0,00
8
12,90
Keluarga
2
3,22
5
8,07
1
1,61
8
12,90
Lainnya (diri sendiri) Total
8
12,90
38
61,29
0
0,00
46
74,19
10
16,13
51
82.26
1
1,61
62
100,00
χ²=9,163 ; P=0,057 C=0,359
Dari hasil Tabel 18, dapat dilihat bahwa orang yang mempengaruhi menontonyang berasal dari diri sendiri untuk menonton program Jelajah akan menghasilkan persepsi setuju bahwa program Jelajah sudah baik. Hal ini dapat dipahami, mengingat bahwa diri sendiri yang mendorong untuk menonton dan tidak mendapat pengaruh dari pihak lain sehingga persepsi terhadap program Jelajah akan terbentuk oleh diri sendiri tanpa mendapat pengaruh dari pihak manapun.
7.4
Hubungan antara Motivasi Menonton dengan Persepsi Menonton Setiap responden memiliki berbagai motivasi ketika akan menonton
program Jelajah. Sebagian besar responden mahasiswa maupun mahasiswi Komunikasi Bisnis termotivasi menonton Jelajah karena ingin memperole informasi yang terdapat pada program tersebut. Namun ada pula beberapa responden yang menyatakan bahwa menonton Jelajah dilakukan hanya sekedar hiburan. Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa motivasi menonton responden
tidak
memiliki
hubungan
dengan
aspek
persepsi
tentang
presenter,tema, penayangan, objek, musik, dan narasi, tetapi motivasi menonton ini memiliki hubungan yang nyata (p=0,030 < 0,1) dengan pembentukan persepsi Jelajah akan kemasan tayangan tersebut.
Tabel 19. Hubungan antara Motivasi Menonton dengan Kemasan Motivasi Menonton
Kemasan Ragu-ragu n
(%)
Setuju
Total
Sangat Setuju
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Memperoleh Informasi
1
1,61
33
54,84
1
1,61
35
56,46
Hiburan
1
1,61
10
16,13
0
0,00
11
17,74
Mengisi waktu luang
2
3,22
6
9,68
0
0,00
8
12,90
Lainnya
0
0,00
6
9,68
2
3,22
8
12,90
Total
4
6,45
55
88,71
3
4,84
62
100,00
χ²=13,993; P=0,030 C=0,429
Responden yang menonton Jelajah karena motivasi untuk memperoleh informasi. Setelah menonton tayangan tersebut, responden tentu akan dapat menyimpulkan dan berpendapat tentang keseluruhan program Jelajah tersebut, bail isi cerita, kemasan, presenter atau reporter yang membawakan program, atau lainnya. Hasil menunjukkan bahwa responden menyatakan bahwa kemasan program Jelajah dinilai baik. Informasi yang diberikan Jelajah sangat bermanfaat bagi responden.
7.5
Hubungan antara Cara Menonton dengan Persepsi Menonton Tabel 2 menunjukkan bahwa cara menonton responden terhadap program
Jelajah cukup bervariatif, dimana hampir setengah dari total responden menonton Jelajah sendirian, dan beberapa ada yang menonton bersama teman maupun keluarga mereka. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa perilaku menonton responden seperti cara menonton tidak memiliki hubungan dengan aspek presenter, penayangan, objek, dan musik Jelajah, tetapi memiliki hubungan yang nyata dengan beberapa aspek persepsi responden seperti bentuk kemasan program Jelajah, tema Jelajah, dan narasi. Hal ini ditandakan dengan nilai p-value < α, dimana uji berlaku pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Hasil keseluruhan pengujian ini dapat dilihata pada Tabel 20, Tabel 21, dan Tabel 22.
Tabel 20. Hubungan antara Cara Menonton dengan Kemasan Kemasan Total Ragu-ragu n
Setuju
Sangat Setuju
(%)
n
(%)
4
6,45
24
38,71
Teman
0
0,00
15
Keluarga
0
0,00
Lainnya
0
Total
4
Cara Menonton Sendiri
n
(%)
n
(%)
1
1,61
29
46,77
24,19
0
0,00
15
24,19
14
22,58
0
0,00
14
22,58
0,00
2
3,22
2
3,22
4
6,45
6,45
55
88,71
3
4,84
62
100,00
χ²=24,139; P=0,000 C=0,529
Cara menonton mahasiswa MK. Komunikasi Bisnis yang lebih menonton sendiri menyatakan setuju bahwa kemasan Jelajah sudah baik. Mahasiswa yang menonton sendiri, melihat dan menilai dengan sendiri kemasan Jelajah. Artinya bahwa tanpa ada pihak lain yang menonton bersama responden pun, secara keseluruhan kemasan Jelajah sudah baik. Hal ini didukung pula dengan rataan skor pertanyaan akan kemasan Jelajah = 3,99 (setuju=4,00).
Tabel 21. Hubungan antara Cara Menonton dengan Tema Jelajah Tema Jelajah Cara Menonton
Total Tidak Setuju n
(%)
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Sendiri
2
3,22
8
12,90
18
29,04
1
1,61
29
46,77
Teman
0
0,00
3
4,84
11
17,74
1
1,61
15
24,19
Keluarga
0
0,00
6
9,68
8
12,90
0
0,00
14
22,58
Lainnya
0
0,00
0
0,00
2
3,22
2
3,22
4
6,44
Total
2
3,22
17
27,42
39
62,90
4
6,46
62
100,00
χ²=18,401; P=0,031 C=0,478
Cara menonton juga berhubungan dengan persepsi akan tema dan narasi Jelajah. Baik menonton sendiri maupun bersama-sama dengan teman dan keluarga, responden setuju bahwa tema dan narasi program Jelajah sudah baik. Namun, dilihat pada tabel, bahwa lebih banyak responden yang menonton Jelajah sendiri menyatakan setuju tema dan narasi Jelajah baik. Dengan demikian, faktor individual berperan dalam memutuskan penilaian terhadap tema dan narasi Jelajah.
Tabel 22. Hubungan antara Cara Menonton dengan Narasi Kemasan Total Cara Menonton
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n
(%)
n
(%)
Sendiri
4
6,45
24
38,71
1
1,61
29
46,77
Teman
0
0
15
24,19
0
0
15
24,19
Keluarga
0
0
14
22,58
0
0
14
22,58
Lainnya
0
0
2
3,22
2
3,22
4
6,45
Total
4
6,45
55
88,71
3
4,84
62
100
χ²=24,139; P=0,000 C=0,529
7.6
Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Persepsi Menonton Tabel 23, Tabel 24, Tabel 25 dan Tabel 26 menunjukkan bahwa pada
umumnya responden menonton Jelajah ketika berada di rumah dibandingkan menonton di tempat tinggal selama di IPB atau lainnya. Responden lebih banyak menonton Jelajah ketika mereka berada di rumah, karena ketika mereka berada di tempat tinggal selama di IPB, responden jarang menonton Jelajah yang dikarenakan kesibukan kuliah. Hasil pengujian dengan Uji Korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lokasi menonton dengan tema, objek, dan musik Jelajah. Tetapi ada hubungan nyata (P-value < 0,1) yang rendah antara lokasi menonton, presenter, penayangan, dan narasi dengan kemasan Jelajah.
Tabel 23. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Kemasan Kemasan Lokasi Menonton
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Total
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Rumah
4
6,45
31
50,00
0
0
35
56,45
Tempat tinggal selama di IPB Lainnya
0
0
17
27,42
1
1,61
18
29,03
0
0
7
11,29
2
3,22
9
14,51
Total
4
6,45
55
88,71
3
4,84
62
100
χ²=10,607 ; P=0,031 C=0,382
Dilihat bahwa dimana pun responden menonton Jelajah, tetapi ketika melihat kemasan dan presenter Jelajah, serta mendengar narasi Jelajah penilaian responden sudah baik, namun lebih banyak responden yang menyatakan kemasan, presenter dan narasi Jelajah sudah baik ketika menonton di rumah. Dengan kata lain, dimana pun responden menonton Jelajah, baik di rumah maupun di tempat tinggal selama di IPB tidak membuat persepsi responden berubah menjadi buruk ketika melihat tayangan program Jelajah.
Tabel 24. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Narasi Narasi Total Lokasi Menonton
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Rumah
9
14,52
26
41,93
0
0
35
56,45
Tempat tinggal selama di IPB Lainnya
1
1,61
17
0
0
18
29,03
0
0
8
27,4 2 12,90
1
1,61
9
14,52
10
16,13
51
82,26
1
1,61
62
100,00
Total
χ²=11,225 ; P=0,024 C=0,392
Namun hal ini sedikit tidak berlaku bagi hubungan antara lokasi menonton dengan penayangan Jelajah. Dimana ketika responden menonton Jelajah di rumah, persepsi mereka terhadap penayangan Jelajah cukup baik. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa responden tidak selalu seorang diri menonton televisi. Bila ada anggota keluarga lain yang ingin menonton televisi dengan program lain, maka responden tidak akan memperoleh kesempatan untuk menonton Jelajah. Selain itu, ada faktor penyebab lainnya seperti ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan responden ketika berada di rumah, sehingga ketika Jelajah tayang responden tidak dapat menontonnya.
Tabel 25. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Presenter Presenter Ragu-ragu
Setuju
Total
Sangat
Lokasi Menonton
Setuju n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Rumah
7
11,29
27
43,56
1
1,61
35
56,46
Tempat tinggal
0
0
18
29,03
0
0
18
29,03
Lainnya
0
0
8
12,90
1
1,61
9
14,51
Total
7
11,29
53
2
3,22
62
100
selama di IPB
85,49
χ²=8,471 ; P=0,076 C=0,347
Persepsi responden yang menonton di tempat tinggal selama di IPB terhadap penayangan Jelajah dinilai sudah baik. Hal ini dapat dipahami bahwa ketika responden dapat menonton televisi dan menyaksikan program Jelajah berarti responden yang beraktivitas sebagai mahasiswa memiliki waktu luang untuk menonton, dengan demikian responden berpersepsi bahwa penayangan Jelajah sudah sesuai.
Tabel 26. Hubungan antara Lokasi Menonton dengan Penayangan Penayangan Tidak Setuju
Ragu-ragu
Total
Setuju
Lokasi Menonton n
(%)
n
(%)
n
(%)
n
(%)
Rumah
2
3,23
21
33,87
12
19,35
35
56,45
Tempat tinggal
0
0
8
12,90
10
16,13
18
29,03
Lainnya
1
1,61
1
1,61
7
11,29
9
14,52
Total
3
4,84
30
48,39
29
46,77
62
100,00
selama di IPB
χ²=8,589 ; P=0,072 C=0,349
7.7
Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Persepsi Menonton Sebagian besar responden mahasiswa dan mahasiswi Komunikasi Bisnis
menyatakan tidak serius ketika menonton Jelajah. Ketidakseriusan responden tersebut dapat dilihat ketika menonton Jelajah ‘setengah-setengah’, bisa dari awal tayang sampai pertengahan, dari pertengahan sampai akhir, atau menonton keseluruhan satu episode Jelajah, tetapi tidak fokus menonton karena menggantiganti saluran program televisi lain (responden menyatakan tidak menonton iklan komersil). Sehingga terkadang responden ketinggalan cerita segmen Jelajah selanjutnya. Responden yang serius menonton Jelajah adalah khalayak yang menonton Jelajah mulai dari tayang awal sampai selesai berikut menonton iklan (tidak mengganti-ganti saluran program televisi lain). Hasil Uji Korelasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keseriusan menonton mahasiswa dengan tema, objek, dan musik Jelajah. Tetapi ada hubungan yang nyata (p-value < 0,1) antara tingkat keseriusan menonton dengan persepsi responden terhadap kemasan, presenter, penayangan, dan narasi Jelajah.
Tabel 27. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Kemasan Kemasan Tingkat Keseriusan Menonton
Total Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Ya
0
0,00
17
28,33
3
5,00
20
3333
Tidak
4
6,67
36
60,00
0
0,00
40
66,67
Total
4
6,67
53
88,33
3
5,00
60
100,00
χ²=8,038 ; P=0,018 C=0,344
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun responden tidak serius ketika menonton program Jelajah, tetapi responden setuju bahwa kemasan, presenter, dan narasi Jelajah sudah baik. Artinya ketidakseriusan responden ketika menonton Jelajah, tidak dapat menjadi ukuran bahwa responden tidak dapat menilai apa yang mereka tonton dan dengar tentang program Jelajah.
Tabel 28. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Presenter Presenter Tingkat Keseriusan Menonton
Total Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Sangat Setuju n (%)
n
(%)
Ya
1
1,67
17
28,33
2
3,33
20
33,33
Tidak
6
10,00
34
56,67
0
0,00
40
66,67
Total
7
11,67
51
85,00
2
3,33
60
100,00
χ²=5,143 ; P=0,076 C=0,281
Tabel 29. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Narasi Narasi Tingkat Keseriusan Menonton
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
Total
Sangat Setuju n
(%)
n
(%)
Ya
1
1,67
18
30,00
1
1,67
20
33,33
Tidak
9
15,00
31
51,67
0
0,00
40
66,67
Total
10
16,67
49
81,67
1
1,67
60
100,00
χ²=4,705 ; P=0,095 C=0,270
Sementara hasil berbeda ditunjukkan pada hubungan tingkat keseriusan menonton responden terhadap penayangan Jelajah. Beberapa responden yang serius menonton Jelajah menyatakan penayangan Jelajah sudah baik. Artinya responden tersebut memiliki waktu menonton yang sesuai dengan jadwal penayangan Jelajah, dan responden sudah mengetahui kapan waktu penayangan Jelajah setiap minggunya. Tabel 30. Hubungan antara Tingkat Keseriusan Menonton dengan Penayangan Penayangan Tingkat Keseriusan Menonton
Total Tidak Setuju n
(%)
Ragu-ragu n
Setuju
(%)
n
(%)
n
(%)
Ya
0
0,00
6
10,00
14
23,33
20
33,33
Tidak
3
5,00
24
40,00
13
21,67
40
66,67
Total
3
5,00
30
50,00
27
45,00
60
100,00
χ²=8,067 ; P=0,018 C=0,344
Responden yang tidak serius menonton Jelajah menyatakan tidak setuju dengan waktu penayangan Jelajah. Hal ini dapat dipahami karena beberapa responden yang tidak serius menonton tersebut tidak mengetahui dengan pasti waktu penayangan Jelajah.
VIII. KESIMPULAN Karakteristik mahasiswa yang menonton Jelajah adalah mahasiswa Komunikasi Bisnis yang mayoritas berumur 19-20 tahun, mayoritas sedang kuliah pada tingkat semester 4, lebih banyak responden mahasiswa perempuan yang menonton daripada responden laki-laki. Responden tidak diajak oelh orang lain untuk menonton program Jelajah tetapi dari diri responden itu sendiri, dimana mereka mengetahui dari iklan tayangan di televisi. Pekerjaan orang tua responden lebih banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri, dengan demikian pendapatan orang tua responden berada pada tingkat menengah. Oleh karena itu, uang saku yang diterima oleh sebagian besar responden pada umumnya pada taraf sedang. Perilaku
menonton
responden
mahasiswa
Komunikasi
Bisnis
menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat keseriusan menonton yang kurang baik, salah satunya adala jarang menonton. Namun responden memiliki waktu menonton Jelajah yang cukup baik, dimana beberapa responden menonton Jelajah dari awal tayang sampai acara tersebut selesai walaupun responden sering mengganti-ganti saluran televisi. Jika dilihat hubungan antara karakteristik responden dengan perilaku menonton, maka dapat dilihat bahwa ada hubungan yang nyata antara kedua variabel tersebut, seperti hubungan antara usia dengan durasi, hubungan antara jenis kelamin dengan cara menonton, hubungan antara semester dengan cara menonton dan hubungan antara semester dengan durasi, hubungan antara tahu pertama tentang Jelajah dengan sumber dorongan untuk menonton, hubungan antara tahu pertama tentang Jelajah cara menonton, dan hubungan antara tahu pertama tentang Jelajah lokasi menonton. Persepsi menonton responden terhadap program Jelajah dapat dilihat sudah baik. Sebagian besar responden menyatakan setuju dengan program Jelajah yang dinilai baik. Dari aspek persepsi Jelajah seperti kemasan, presenter, tema tayangan, penayangan, objek, musik, dan narasi, hanya aspek penayangan yang dinilai responden kurang baik. Jika dilihat secara umum, maka responden mahasiswa yang berbeda karakteristik tersebut memiliki hubungan yang nyata dengan pembentukan
persepsi terhadap program Jelajah, seperti hubungan antara jenis kelamin dengan tema, hubungan antara pekerjaan ayah dengan penayangan, hubungan antara pekerjaan ibu dengan tema, hubungan antara sosial ekonomi dengan objek, hubungan antara uang saku dengan objek, dan hubungan antara tahu pertama tentang Jelajah dengan kemasan. Perilaku menonton responden yang beraneka ragam menimbulkan beraneka ragam pula persepsi yang terbentuk setelah responden menonton program Jelajah. Ada hubungan yang nyata pada semua variabel perilaku menonton responden dengan beberapa variabel tertentu dari persepsi mahasiswa, seperti antara durasi dengan tema dan penayangan Jelajah, antara frekuensi dengan kemasan, ngan antara sumber dorongan dengan narasi, antara motivasi menonton dengan kemasan, antara cara menonton dengan kemasan, tema dan narasi, antara lokasi menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi, serta antara tingkat keseriusan menonton dengan kemasan, presenter, penayangan, dan narasi.
KUESIONER SURVEI “PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV” Peneliti bernama Ruth Elisabeth Silitonga, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang menyelesaikan skripsi, sebagai salah satu syarat kelulusan studi, dengan judul “Perilaku Menonton dan Persepsi Khalayak terhadap Program Jelajah di Trans TV”. Peneliti berharap Anda bersedia mengisi kuesioner ini dengan Lengkap dan Jujur. Identitas dan jawaban Anda akan Dijamin Kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini.
No
: (diisi oleh peneliti)…………
A. Karakteristik Responden 1. Usia
: ………tahun
2. Jenis kelamin
:
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Semester a. 4
: b. 6
c. 8
4. Apa pekerjaan orangtua Anda? a. Ayah, 1. Bekerja swasta 2. Pegawai negeri 3. Wiraswasta 4.
Atau yang lainnya, sebutkan…………………….
b. Ibu, 1. Bekerja swasta 2. Pegawai negeri 3. Wiraswasta 4. Atau yang lainnya, sebutkan…………………….
5. Berapa pendapatan orangtua anda setiap bulannya? a. < Rp. 2.000.000 b. Rp. 2.000.000 - Rp.4.000.000
c. > Rp. 4000.000 6. Uang saku Anda per bulannya
: Rp.……………………………….
7. Darimana Anda pertama kali tahu tentang program Jelajah di Trans TV? a. Teman sekelas kuliah
c. Teman kosan
b. Teman kuliah beda kelas
d. Teman bermain di rumah
e. Lainnya, sebutkan………………………..
B. Perilaku menonton Jelajah terhadap program Jelajah 1. Apakah Anda pernah menonton Trans TV? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda tahu bahwa di Trans TV terdapat program Jelajah? a. Ya
b.Tidak
3. Apakah Anda pernah menonton program Jelajah di Trans TV? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan no 5, Jika Tidak, lanjutkan ke pertanyaan no 4? 4. Bila Tidak, apakah alasan Anda tidak pernah menonton program Jelajah di Trans TV? a. Tidak berminat b. Acaranya membosankan c. Tidak tahu programnya d. Acaranya mirip dengan program televisi lain 5. Bila Ya, sejak kapan Anda menonton program Jelajah tersebut? a. < 1 tahun b. 1 tahun – 2 tahun
c. > 2 tahun
6. Berapa kali Anda menonton Jelajah? (dalam semingu)? a. 1 kali seminggu
b. 2 kali seminggu
c.
3-4
seminggu 7. Berapa lama Anda menonton Jelajah setiap tayangannya? ……………… menit 8. Tayangan Jelajah apa yang sering Anda tonton? a. Jelajah
b. Jelajah-Jelajah c. Jelajah Dunia 9. Siapa yang mendorong Anda menonton Jelajah? a. Teman b. Keluarga c. Lainnya, sebutkan……………………………. 10. Apa yang mendorong Anda menonton Jelajah? a. Menambah informasi dan pengetahuan b. Memberikan hiburan c. Mengisi waktu luang d. Lainnya, sebutkan………………………… 11. Dengan siapa Anda biasanya menonton Jelajah? a. Sendiri
c. Keluarga
b. Teman
d.
Lainnya,
sebutkan…………………… 12. Dimana Anda biasa menonton program Jelajah ini? a. Rumah b. Kosan c. Kantin/ warung d. Lainnya, sebutkan……………………………………… 13. Apakah Anda menonton Jelajah selengkapnya (mulai dari awal – akhir)? a. Ya
b. Tidak
Jika Tidak, berikan penjelasan dan alasan Anda? ………………………………………………………………………………… …... Bagian mana yang Anda tonton? ………………………………………………………………………………… …..
C. Persepsi khalayak terhadap program Jelajah
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan member tanda check list (√) pada kolom. Keterangan: STS
: Sangat Tidak Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
SS
: Sangat Setuju
R
: Ragu-ragu
No
Pernyataan
STS
Kemasan/ Isi cerita 1.
Setiap
jenis
tayangan
Jelajah
selalu
menayangkan cerita faktual 2.
Isi/ cerita Jelajah tidak membosankan
3.
Isi setiap segmen selalu konsisten dengan tema
4.
Isi Jelajah setiap episode-nya berubah-ubah
5.
Materi Jelajah setiap segmennya sesuai dengan tema cerita
6.
Materi liputan Jelajah sesuai dengan yang Anda butuhkan
7.
Materi liputan Jelajah sesuai untuk semua kalangan, baik pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum
8.
Isi/ cerita Jelajah mudah dipahami dan “diikuti”
9.
Informasi
yang
diberikan
Jelajah
bermanfaat 10.
Isi/ cerita Jelajah membahas satu tema secara mendalam
11.
Materi Jelajah dapat memuaskan rasa keingintahuan
TS
R
S
SS
1. Hal-hal positif apa saja yang dari isi/ cerita Jelajah menurut Anda mudah diingat? ………………………………………………………………………………… ….......................................................................................................................... ............ 2. Apa yang Anda peroleh setelah menonton Jelajah? ………………………………………………………………………………… …...…………………………………………………………………………… ………... 3. Apa saja kekurangan dari isi/ cerita Jelajah menurut Anda? ………………………………………………………………………………… …...…………………………………………………………………………… ………...
No
Pernyataan
STS
Presenter/ reporter 12.
Penampilan reporter Jelajah menarik
13.
Jumlah reporter Jelajah dalam setiap liputan sudah memadai
14.
Cara penyampaian informasi reporter baik
15.
Reporter
Jelajah
menguasai
materi
informasi yang disampaikannya 16.
Reporter Jelajah mampu mendeskripsikan objek liputannya dengan cukup detail
17.
Bahasa yang digunakan Reporter menarik dan akrab
18.
Tutur Reporter Jelajah sopan
19.
Reporter Jelajah mampu berimprovisasi dengan semua objek
20.
Reporter Jelajah selalu dapat menatap penonton dengan luas, percaya diri dan nyaman
TS
R
S
SS
21.
Reporter Jelajah cantik dan tampan
22.
Reporter Jelajah memiliki karakter pribadi yang menarik
23.
Reporter Jelajah mampu secara total terlibat dengan objeknya
24.
Reporter
Jelajah
mampu
menghibur
penontonnya dengan baik
Perbedaan reporter laki-laki dengan reporter perempuan menurut Responden pada program Jelajah Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan member tanda check list (√) pada kolom.
No 1.
Daya Tarik Reporter Reporter
mana
yang
Laki-laki
lebih
cocok
membawakan program Jelajah? 2.
Reporter mana yang lebih menarik?
3.
Reporter mana yang lebih tepat ditempatkan pada liputan bertemakan “male”?
4.
Reporter yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas?
5.
Reporter
yang
lebih
menghibur
penontonnya? 6.
Reporter yang penyampaian informasinya menarik?
7.
Reporter yang lebih menguasai materi informasi yang disampaikannya?
8.
Reporter yang detail dalam mendeskripsikan objek liputannya?
9.
Reporter yang berimprovisasi baik?
10.
Reporter yang lebih berinteraksi dengan
Perempuan
objek liputannya?
4. Reporter seperti apakah yang Anda sukai ketika menonton Jelajah? ………………………………………………………………………………… ………..………………………………………………………………………… ……
No
Pernyataan
STS
TS
R
S
SS
Tema Jelajah 25.
Tema
Jelajah
tidak
monoton
setiap
episodenya 26.
Semua tema-tema Jelajah menarik
27.
Tema-tema yang diangkat Jelajah sesuai dengan keinginan penonton
28.
Tema-tema Jelajah sesuai dengan semua kalangan penontonnya
5. Diantara tema-tema Jelajah (petualangan, nature, hewan, travel, budaya, sejarah, suku terasing, urban, lifestyle dan leisure), menurut Anda mana yang lebih menarik?Alasannya…………………………………………………………… ……
No
Pernyataan
STS Penayangan
29.
Jam tayang Jelajah sesuai dengan waktu luang menonton
30.
Waktu tayang Jelajah tidak bersaing dengan program lain
31.
Lama/ durasi tayang Jelajah dirasa kurang lama
32.
Iklan Jelajah cukup proporsional
TS
R
S
SS
6. Kapan menurut Anda waktu yang tepat untuk penayangan Jelajah? ………………………………………………………………………………… …...…………………………………………………………………………… ………...
No
Pernyataan
STS
TS
R
S
SS
Objek 33.
Objek liputan Jelajah menarik
34.
Objek
liputan
sesuai
dengan
yang
diinginkan penonton Jelajah 35.
Objek liputan layak untuk ditayangkan
7. Objek liputan seperti apa yang Anda sukai? Alasannya? ………………………………………………………………………………… …...…………………………………………………………………………… ………..
No
Pernyataan
STS
TS
Musik 36.
Musik opening Jelajah menarik
37.
Musik pengiring/ backsound sesuai dengan tema dan cerita Jelajah
38.
Jenis musik yang diberikan enak didengar
39.
Beberapa
jenis
musik
yang
menjadi
backsound, sering dipakai untuk tema-tema tertentu 40.
Backsound Jelajah dipakai juga untuk program lain
8. Musik backsound seperti apa yang menurut Anda menarik?
R
S
SS
………………………………………………………………………………… ….......................................................................................................................... ............ No
Pernyataan
STS
TS
R
S
SS
Narasi 41.
Narasi yang disampaikan menarik
42.
Narasi yang disampaikan sesuai dengan cerita liputan
43.
Suara narator yang menceritakan narasinya menarik dan enak didengar
44.
Gaya bicara naratornya gaul
45.
Pengucapan narasi oleh naratornya jelas
46.
Pengucapan narasi oleh naratornya mudah dimengerti
47.
Kecepatan suara narator sesuai
48.
Tekanan suara narator stabil
49.
Dialek narator dalam Jelajah sesuai
9. Apakah narasi sebaiknya diceritakan oleh reporter itu sendiri atau orang lain? Mengapa? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …… 10. Apakah
baik
atau
tidaknya
penyampaian
informasi
oleh
narator
mempengaruhi kualitas tayangan Jelajah? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …….
Tabel Lampiran 1. Persepsi tentang Kemasan No.
Persepsi
Rataan Skor 3.99
A. Kemasan 1.
Setiap jenis tayangan Jelajah selalu menayangkan cerita faktual
4.11
2.
Isi/ cerita Jelajah tidak membosankan
3.95
3.
Isi setiap segmen selalu konsisten dengan tema
3.89
4.
Isi Jelajah setiap episode-nya berubah-ubah
3.87
5.
Materi Jelajah setiap segmennya sesuai dengan tema cerita
3.87
6.
Materi liputan Jelajah sesuai dengan yang Anda butuhkan
3.45
7.
4.11
8.
Materi liputan Jelajah sesuai untuk semua kalangan, baik pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum Isi/ cerita Jelajah mudah dipahami dan “diikuti”
9.
Informasi yang diberikan Jelajah bermanfaat
4.37
10.
Isi/ cerita Jelajah membahas satu tema secara mendalam
3.60
11.
Materi Jelajah dapat memuaskan rasa keingintahuan
3.71
Tabel Lampiran 2. Persepsi tentang Reporter No.
B. Presenter
Rataan Skor 3.88
1.
Penampilan reporter Jelajah menarik
3.44
2.
Jumlah reporter Jelajah dalam setiap liputan sudah memadai
3.63
3.
Cara penyampaian informasi reporter baik
3.95
4.
3.82
6.
Reporter Jelajah menguasai materi informasi yang disampaikannya Reporter Jelajah mampu mendeskripsikan objek liputannya dengan cukup detail Bahasa yang digunakan Reporter menarik dan akrab
7.
Tutur Reporter Jelajah sopan
3.98
8.
Reporter Jelajah mampu berimprovisasi dengan semua objek
3.79
9.
Reporter Jelajah selalu dapat menatap penonton dengan luas, percaya diri dan nyaman Reporter Jelajah cantik dan tampan
3.83
5.
10.
Persepsi
3.71 4.14
3.58
4.08
11.
Reporter Jelajah memiliki karakter pribadi yang menarik
3.84
12.
Reporter Jelajah mampu secara total terlibat dengan objeknya
3.77
13.
Reporter Jelajah mampu menghibur penontonnya dengan baik
3.89
Tabel Lampiran 3. Persepsi tentang Daya Tarik Presenter atau Reporter Kriteria daya tarik
Presenter/ Reporter (%) Laki-laki
Perempuan
Keduanya (laki-laki dan Perempuan)
Reporter mana yang lebih cocok membawakan program Jelajah?
46.8
51.6
1.6
Reporter mana yang lebih menarik?
27.9
72.1
0
Reporter mana yang lebih tepat ditempatkan pada liputan bertemakan “male”?
67.2
32.8
0
Reporter yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas?
48.4
50
1.6
Reporter yang lebih menghibur penontonnya?
30.6
69.4
0
Reporter yang penyampaian informasinya menarik?
27.4
72.6
0
Reporter yang lebih menguasai materi informasi yang disampaikannya?
32.8
65.6
1.6
Reporter yang detail dalam mendeskripsikan objek liputannya?
34.4
65.6
0
Reporter yang berimprovisasi baik?
30.6
69.4
0
Reporter yang lebih berinteraksi dengan objek liputannya?
53.2
46.8
0
Tabel Lampiran 4. Persepsi tentang Tema Jelajah No.
Persepsi C. Tema Jelajah
Rataan Skor 3.69
1.
Tema Jelajah tidak monoton setiap episodenya
3.58
2.
Semua tema-tema Jelajah menarik
3.73
3.
Tema-tema yang diangkat Jelajah sesuai dengan keinginan penonton Tema-tema Jelajah sesuai dengan semua kalangan penontonnya
3.34
4.
3.64
Tabel Lampiran 5. Persepsi tentang Penayangan No.
Persepsi D. Penayangan
Rataan Skor 1.66
1.
Jam tayang Jelajah sesuai dengan waktu luang menonton
3.24
2.
Waktu tayang Jelajah tidak bersaing dengan program lain
2.98
3.
Lama/ durasi tayang Jelajah dirasa kurang lama
3.03
4.
Iklan Jelajah cukup proporsional
3.32
Tabel Lampiran6. Persepsi tentang Objek Liputan
No.
Persepsi E. Objek
Rataan Skor 3.96
1.
Objek liputan Jelajah menarik
4.03
2.
Objek liputan sesuai dengan yang diinginkan penonton Jelajah
3.56
3.
Objek liputan layak untuk ditayangkan
4.06
Tabel Lampiran 7. Persepsi tentang Musik No.
F. Musik
Rataan Skor 3.74
1.
Musik opening Jelajah menarik
3.69
2.
Musik pengiring/ backsound sesuai dengan tema dan cerita Jelajah Jenis musik yang diberikan enak didengar
3.74
Beberapa jenis musik yang menjadi backsound, sering dipakai untuk tema-tema tertentu Backsound Jelajah dipakai juga untuk program lain
3.64
3. 4. 5.
Persepsi
3.79
3.18
Tabel Lampiran 8. Persepsi tentang Narasi
No.
Persepsi G. Narasi
Rataan Skor 3.86
1.
Narasi yang disampaikan menarik
3.90
2.
Narasi yang disampaikan sesuai dengan cerita liputan
3.95
3.
3.90
4.
Suara narator yang menceritakan narasinya menarik dan enak didengar Gaya bicara naratornya gaul
5.
Pengucapan narasi oleh naratornya jelas
3.81
6.
Pengucapan narasi oleh naratornya mudah dimengerti
3.84
7.
Kecepatan suara narator sesuai
3.85
8.
Tekanan suara narator stabil
3.76
9.
Dialek narator dalam Jelajah sesuai
3.79
3.42
DAFTAR PUSTAKA DeVito, A. Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar. Edisi Kelima. Ekawati, S. Wahyuni dan Puji, Mulyono. 2006. Modul Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor Etcoff, Nancy. 1999. Survival of the Prettiest: The Science of Beauty. www.marketing.infogue.com/estetika dan mitos perempuan dalam iklan. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2009 Faisal, Sanapiah. 2005. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta Gunardi, dkk. 2004. Modul Mata Kuliah Komunikasi Massa. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor Institut Pertanian Bogor. 2006. Panduan Program Sarjana. Juariah. 1994. Studi Motivasi dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Pedesaan dalam Menonton Siaran Televisi Siang Hari, Kasus di Pondok Rajek, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Dati II Bogor, Jabar. Skripsi: Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Jubido, Bayu Kamajaya Ushido. 2007. Persepsi Mahasiswa terhadap Mutu Siaran Radio Agri FM di Institut Pertanian Bogor. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Kurniasih, Eko. 2006. Hubungan antara Perilaku Menonton Tayangan Sinetron Religius dengan Sikap Remaja terhadap Agama Islam. Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Kuswarno, Engkus. 1993. Hubungan Karakteristik Demografis dengan Motif Kognitif dan Afektif Penggunaan Radio dan Televisi pada Masyarakat Padasuka, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. McQuail, Dennis & Windahl. 1995. Communication Models for Study of Mass Communication 3nd. London
Morrisan, 2003. Programming TV. Pokok Bahasan: Perilaku Audience Penyiaran. www.pksm.mercubuana.ac.id/modul/41037-4-654269399816.doc. Diakses tanggal 15 Agustus 2009 Purwati, Novita Henny. 2003. Hubungan Motif Menonton Televisi dengan Pola Menonton Acara Televisi pada Khalayak Dewasa. Skripsi: Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Program Ekstensi. Depok Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Research and Creative Development (RCD) Trans TV. 2008. Review and Higlights, Jelajah Performance. Jakarta Riyadi, Agus. 2008. Data Jelajah Trans TV. Jakarta Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Sari, Endang S. 1993. Audience Research (Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta Shanti, Nadia Priona Eri. 2008. Segmen dan Penilaian Khalayak terhadap Program Komedi di Televisi: Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi. Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M. & Effendi, S. (Editor). 1989. Metode Penelitian Survai. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta Syarief, Khairunnisa. 2007. Skripsi. Persepsi Khalayak terhadap Tayangan Infotainment RCTI. Institut Pertanian Bogor. Testiandini, Dini. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja: Studi Kasus Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi. Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 1987. Human Communication (Kontekskonteks Komunikasi). Penerjemah Deddy Mulyana. Buku kedua. Rosdakarya. Bandung Williams, Raymond. 1990. Television: Technology and Cultural Form. London Wim, van Zanten. 1980. Statistika untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia. Jakarta