i
HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI
NITA DWI PRATIWI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani adalah benar karya saya, dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Nita Dwi Pratiwi NIM I34090046
iii
ABSTRAK NITA DWI PRATIWI. Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani. Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG. Media komunikasi memiliki peran penting dalam menyalurkan informasi mengenai pertanian terutama di wilayah pedesaan. Media komunikasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku petani dalam berkomunikasi baik secara interpersonal maupun kelompok. Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik individu petani, keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani di gapoktan Mandiri Jaya?, 2) Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi?, 3) Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani?. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu karakteristik petani anggota gapoktan seperti jenis kelamin, umur, lama bertani, luas lahan, tingkat pendidikan dan akses terhadap media komunikasi mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Sementara itu, keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet berhubungan dengan perilaku komunikasi interpersonal petani dan keterdedahan terhadap radio,keterdedahan terhadap rapat gapoktan dan keterdedahan media komunikasi total berhubungan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Kata kunci: karakteristik individu, keterdedahan terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani.
ABSTRACT NITA DWI PRATIWI. Correlation Between Media Communications Exposure with Communication Behavior of Members of Farmers Group Assosiation. Supervised by SARWITITI S. AGUNG. Media communication has an important role in distributing information about agriculture, especially in rural areas. Communication media can influence the communication behavior of farmers. The issues raised in this research are: 1) How do the characteristics of individual farmers, farmers exposure the communication media and communication behavior of farmers in gapoktan Jaya Mandiri?, 2) the extent of individual characteristics affecting the relationship exposure farmers on communication media?, 3) the extent of the relationship farmers communication media exposure influence the communication behavior of farmers?. The research was conducted using survey research methods. The results obtained are characteristic gapoktan member farmers such as gender, age, duration of farming, land, education and access to communication media influence farmers expoure to communication media. Meanwhile, the internet exposure related to interpersonal communication behavior of farmers and radio exposure, meeting gapoktan exposure and total communication media-related communication behavior of farmers in meeting gapoktan. Key words: individual characteristics, the exposure of the communication media and communication behavior of farmers.
iv
HUBUNGAN KETERDEDAHAN MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI
Nita Dwi Pratiwi
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
vi Judul Skripsi Nama NIM
: Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani : Nita Dwi Pratiwi : I34090046
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah media komunikasi, dengan judul Hubungan Keterdedahan Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Gabungan Kelompok Tani. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sealku dosen penguji utama dan Heru Purwandari, SP, Msi selaku dosen penguji akademik, serta teman-teman akselerasi KPM 46, teman-teman KPM 46 dan teman sepermainan yang dikenal penulis di IPB yang telah memberikan dukunganya kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak AB selaku ketua Gapoktan Mandiri Jaya dan petani di Desa Cikarawang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu, ayah serta seluruh keluarga yang telah mendukung serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Nita Dwi Pratiwi
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani
5
Definisi dan Jenis Media Komunikasi
6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi
9
Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi
9
Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani
10
Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani
11
KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI
13
Kerangka Pemikiran
13
Hipotesis Penelitian
14
Definisi Operasional
14
METODE
17
Metode Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Kerangka Sampling Penelitian
17
Teknik Pengumpulan Data
18
Teknik Analisis Data
18
GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG
21
Kondisi Geografis Desa Cikarawang
21
Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang
22
Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
24
ix Letak Wilayah Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
25
Visi, Misi, dan Tujuan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
25
Struktur Organisasi dan Keanggotan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya
26
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 Deskripsi Karakteristik Individu Petani
29
Deskripsi Keterdedahan Petani Terhadap Media Komunikasi
32
Keterdedahan Petani terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Frekuensi dan Lama Petani dalam Mengakses Media Komunikasi 32 Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Penggunaan Media Komunikasi oleh Petani Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI
35 39 43
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 47 Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Petani
47
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Petani dalam Rapat Gapoktan
48
SIMPULAN DAN SARAN
51
Simpulan
51
Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
53
RIWAYAT HIDUP
57
LAMPIRAN
59
x
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah penduduk di Desa Cikarawang, berdasarkan umur pada tahun 2009 Daftar mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap gapoktan Mandiri Jaya tahun 2012 Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya Deskripsi karakteristik individu petani menurut umur, lama bertani, pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi Jenis-jenis media komunikasi yang digunakan oleh anggota gapoktan Mandiri Jaya Distribusi karakteristik individu petani menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status lahan Deskripsi keterdedahan media komunikasi oleh petani Fungsi media komunikasi, jenis-jenis informasi dan pemilihan media komunikasi lain anggota gapoktan Mandiri Jaya Deskripsi perilaku komunikasi petani secara interpersonal dan kelompok Nilai korelasi antara karakteristik individu petani dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi oleh petani Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi interpersonal petani Nilai korelasi hubungan antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan
22 23 25 26 29 31 32 33 37 39 43 47 48
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku komunikasi petani 2 Struktur organisasi gapoktan Mandiri Jaya
14 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Daftar populasi anggota gapoktan Mandiri Jaya Daftar responden dalam penelitian Kuesioner penelitian Panduan pertanyaan mendalam Jadwal kegiatan penelitian Daftar uji statistic Dokumentasi penelitian Penguasaan lahan oleh gabungan kelompok tani Mandiri Jaya Denah Desa Cikarawang
60 61 62 69 71 72 93 94 96
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia. Menurut data BPS (2012)1, sektor pertanian memberikan kontribusi besar pada PDB di Indonesia sebanyak 20.9 persen, sehingga dapat membantu dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Pentingnya sektor pertanian juga didukung oleh Apriyanto (2012) yang menyebutkan bahwa kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah penyerap tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara , kontribusi dalam peyediaan pangan, pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital, dan pertanian sebagai sumber devisa. Pentingnya sektor pertanian bagi Indonesia, membuat pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap sektor tersebut. Perhatian tersebut di antaranya ditunjukkan oleh fasilitas-fasilitas pendukung yang diberikan oleh pemerintah seperti pinjaman modal usaha tani, kemitraan, penguatan lembaga-lembaga lokal petani serta penyampaian informasi mengenai pertanian lewat media komunikasi seperti penyuluh lapang, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani dan media massa. Media komunikasi di Indonesia semakin berkembang dan informasi mengenai pertanian semakin banyak dan dapat diperoleh secara mudah dan cepat. Banyaknya media komunikasi yang telah berkembang dapat digunakan sebagai media pendidikan bagi petani. Media komunikasi dapat dikategorikan sebagai media antar pribadi, media kelompok, media publik dan media massa. Indonesia memiliki media komunikasi yang dapat diakses oleh petani seperti, penyuluh pertanian, media massa seperti koran, televisi radio bahkan internet dan seminar maupun rapat akbar yang membahas permasalahan mengenai pertanian. Departemen Dalam Negeri (1992) dikutip dalam Kifli (2007) menyebutkan bahwa menurut Undang-Undang Nomor 12/ 1992 Tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab VI Pasal 57 ayat (2), berisi pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan informasi yang mendukung pengembangan budidaya tanaman serta mendorong dan membina peran serta masyarakat dalam pemberian pelayanan. Oleh karena itu, pembanguan jaringan komunikasi serta perbaikan akses media komunikasi di pedesaan harus dibenahi dengan baik agar aliran pesan informasi dapat disalurkan secara merata ke seluruh wilayah di Indonesia. Hal tersebut berarti, pemerintah Indonesia mendukung penyebaran informasi pertanian di Indonesia yang dapat diumumkan melalui seluruh media komunikasi yang ada, agar petani dapat memperoleh informasi mengenai pertanian yang lebih layak, sehingga dapat memajukan pertanian di Indonesia. Menyebarkan informasi pertanian melalui media komunikasi massa, tidak akan cukup untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menghambat kemajuan pertanian di Indonesia dan salah satu penyebabnya adalah sumber daya manusia (SDM) dibidang pertanian semakin sedikit dan kualitasnya rendah. Hal tersebut, didukung dengan pernyataan bahwa di Indonesia sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian semakin berkurang dan kualitasnya rendah, sehingga petani kurang mampu dalam mengadopi inovasi maupun menghasilkan produk atau hasil pertanian yang berkualitas dikutip dari Mulyandari et al. (2010). Penyebab 1
BPS. 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2012.pdf.
[Internet].
[diacu
9 Mei
2012]
2 dari rendahnya kualitas SDM petani disebabkan oleh beberapa hal di antaranya yakni, rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani, berakibat pada rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya sehingga membuat sebagian besar petani memiliki pendapatan yang rendah seperti yang diungkapkan oleh Awang (2008) dalam Mulyandari et al. (2010). Rendahnya tingkat pegetahuan petani disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor pendidikan, petani yang rata-rata tamatan SD atau bahkan tidak sekolah, meyebabkan petani kurang dapat memahami programprogram dari pemerintah, maupun mencari informasi dari berbagai sumber informasi. Banyaknya petani miskin menyebabkan mereka fokus pada pekerjaannya dan terkadang mereka juga memiliki pekerjaan sampingan, sehingga mereka sibuk dengan pekerjaannya dan enggan dalam mencari informasi. Hal tersebut, menyebabkan petani kurang terdedah terhadap media komunikasi, sehingga mereka kurang mampu dalam memahami informasi, karena waktu mereka habis oleh kesibukan pekerjaannya. Oleh sebab itu, terdapat penyuluh pertanian yang dapat menyalurkan informasi dari pemerintah kepada petani mengenai informasi pertanian. Penyuluh merupakan media komunikasi antar pribadi yang dapat menyalurkan informasi dari pemerintah ke petani maupun dari petani ke pemerintah. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan bahwa penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi. Selain media massa dan media antar pribadi yaitu penyuluh pertanian, yang dapat menyalurkan informasi secara lebih luas dan cepat dalam masyarakat di Indonesia saat ini. Pemerintah memiliki kebijakan untuk memajukan sistem pertanian di Indonesia yaitu dengan cara penguatan kelembagaan lokal yang ada di desa. Petani di pedesaan banyak yang tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah petani untuk bertukar pikiran, memecahkan masalah maupun menemukan solusi permasalahan yang dihadapi oleh petani sebagai anggota kelompok tani. Kelompok tani merupakan lembaga di pedesaan dengan kompleksitas yang rendah yang mengumpulkan petani-petani di desa untuk saling bekerja sama di bidang pertanian, sehingga sistem pertanian beberapa orang petani yang tergabung dalam kelompok tersebut, dapat terorganisir dengan baik dan memiliki sistem pertanian yang lebih terarah. Lebih jauh lagi, pemerintah membentuk lembaga lokal yang disebut gabungan kelompok tani atau gapoktan. Gapoktan merupakan lembaga yang tingkatanya lebih kompleks, jika dibandingkan dengan kelompok tani. Gapoktan berfungsi sebagai lembaga sentral dalam korodinasi kelompok-kelompok tani yang tergabung di dalamnya dan memberikan fasilitas-fasilitas dalam hal untuk mengkoordinasi bantuan dari pemerintah, sehingga pertanian di suatu desa dapat berjalan lancar. Gapoktan sebagai lembaga sentral bagi petani di suatu desa, yang memiliki peran dalam mengorganisasikan pertemuan atau penjadwalan kegiatan dengan penyuluh lapang, sehingga petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat memperoleh informasi yang terdapat dalam setiap agenda rapat rutin gapoktan. Gabungan kelompok tani mempunyai banyak fungsi dalam membantu peningkatan SDM para petani yang tergabung dalam kelompok tersebut, oleh karena itu diperlukan peningkatan kemampuan dalam mengelola gabungan kelompok tani. Peningkatan kemampuan gabungan kelompok tani dimaksudkan agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerja sama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana
3 produksi, unit pengolahan dan pemasaran dan unit jasa penunjang sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri2. Penggabungan kelompok tani ke dalam gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi tawar. Jadi, gapoktan merupakan lembaga sentral di sebuah desa, yang mengatur mengenai segala kegiatan pertanian yang dilakukan di desa tersebut dan gapoktan sekaligus sebagai lembaga penerima dan penyalur bantuan, aspirasi baik dari pemerintah ke petani maupun petani ke pemerintah. Gapoktan dapat dijadikan wahana belajar, karena gapoktan juga memberikan penyuluhan seperti pengenalan program baru, pupuk baru dan lainnya kepada petani anggota gapoktan.
Perumusan Masalah Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia sudah semakin berkembang. Hal tersebut ditandai dengan semakin beragam dan bertambahnya kemajuan media komunikasi di Indonesia yang sekarang ini sudah tersebar ke berbagai penjuru daerah. Perluasan media komunikasi tersebut juga dirasakan oleh petani yang tinggal di desa. Bertambahnya media komunikasi yang tersebar di desa seperti koran masuk desa (KMD), radio komunitas, penyuluhan serta media komunikasi lainnya membuat semakin mudahnya warga desa untuk mengakses sebuah informasi yang diperlukannya. Karakteristik individu petani dapat mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nasution (2009)3, setelah mendapatkan informasi dari media komunikasi, kelompok akan mendiskusikan informasi yang didapatkanya dengan pemimpin kelompok, sehingga menghasilkan keputusan bersama yang nantinya akan dilaksanakan pula secara bersama-sama. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa informasi dari media komunikasi dapat mempengaruhi perubahan perilaku komunikasi petani anggota gapoktan. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik petani, keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani? 2. Sejauhmana hubungan karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi? 3. Sejauhmana hubungan keterdedahan petani terhadap media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
2
Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Peraturan menteri pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007. Diunduh tanggal 31 Mei 2012 di alamat: http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-27307.pdf 3 Nasution Z. 2009. Komunikasi pembangunan, pengenalan teori dan penerapannya. Jakarta: Rajawali Pers.
4 1. Mendeskripsikan karakteristik petani, keterdedahan terhadap media komunikasi dan perilaku komunikasi petani. 2. Menguji hubungan antara karakteristik petani dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. 3. Menguji hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi terhadap perubahan perilaku petani.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh kalangan baik bagi sivitas akademika, masyarakat (khususnya petani di Indonesia), maupun bagi pemerintah yang berkecimpung dalam bidang pertanian dan teknologi. Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh masing–masing pihak adalah sebagai berikut: 1. Sivitas akademika Bagi sivitas akademika, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi permasalahan media komunikasi yang ada di desa. Lebih jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai hubungan keterdedahan media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani anggota gapoktan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh media komunikasi bagi petani sebagai salah satu sumber informasi bagi petani. 2. Petani Bagi petani penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan petani mengenai media komunikasi yang ada di desa dan menjadikan penelitian ini sebagai acuan atau percontohan dalam memahami bagaimana keterdedahan media komunikasi mempengaruhi perilaku komunikasi petani. Lebih jauh lagi, petani menjadi paham mengenai apa saja fungsi media komunikasi, pengaruhnya terhadap petani lain dan bagaimana perilaku komunikasi petani setelah pengunaan media komunikasi. 3. Pemerintah (Deptan, penyuluh, komisi penyiaran RI dan lainnya) Bagi pemerintah terutama yang bergerak dibidang pertanian dan penyiaran publik, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berhubungan dengan media komunikasi. Melalui penelitian ini, pemerintag dalam hal ini penyuluh agar dapat lebih peka lagi dalam membimbing petani agar mau terdedah terhadap media komunikasi. Selain itu, komisi penyiaran RI dapat mempertahankan program–program siaran yang membahas mengenai pertanian dan pedesaan agar dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi pemenuhan kebutuhan informasi petani dan masyarakat pedesaan.
5
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani Pengertian petani menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Lionberger dan Gwin (1982) menjelaskan bahwa keadaan petani dan apa yang mampu dilakukannya merupakan kombinasi dari karakteristik yang melekat pada dirinya dan pengalaman yang didapatnya melalui proses belajar. Oleh sebab itu, petani perlu diberdayakan SDMnya melalui proses belajar. Mulyana (2006) menyebutkan bahwa kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Menurut Kurniawati (2009) kelompok dapat digunakan sebagai media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecah masalah). Kelompok tani menurut Uchrowi (2006) adalah kumpulan petani yang terdiri atas petani dewasa baik pria maupun wanita maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Sementara itu, menurut Kurniawati (2009), kelompok tani merupakan wahana belajar mengajar, wadah bagi setiap anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berusaha tani yang lebih baik dan mengguntungkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, petani perlu dilibatkan dalam proses belajar dan mengajar sehingga dapat meningkatkan SDM petani dan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dapat bertambah baik. Komunikasi kelompok tani menurut derajat keterhubunganya dapat dimasukan ke dalam derajat mutual pairs karena dalam hal ini, masing-masing petani saling berinteraksi satu sama lain, sehingga informasi yang diperoleh dapat terwujud dari 2 arah. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah untuk petani dalam bertukarr pikiran, pendapat maupun solusi. Biasanya kegiatan-kegiatan pertanian di fokuskan dalam kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan dari beberapa petani yang mempunyai tujuan yang sama. Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009), kelompok tani merupakan wadah bagi petani yang berfungsi untuk menggadakan rapat rutin anggota kelompok tani dan biasanya digunakan untuk sosialisasi oleh penyuluh pertanian lapang (PPL) tentang program baru pemerintah. Selain itu, kelompok tani sering mengadakan agenda rapat rutin guna membahas masalah pertanian petani di desa. Gabungan kelompok tani (gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan, sehingga mencapai peningkatan produksi dan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan suatu proses lanjut dari lembaga petani yang sudah baik, seperti kelompok tani. Gapoktan berfungsi dalam menguatkan kelembagaan yang sudah
6 ada sebelumnya sehingga dapat lebih memajukan sistem pertanian yang ada. Terdapat tiga peran pokok gapoktan menurut Syahyuti (2007), yaitu: 1. Gapoktan difungsikan sebagai lembaga sentral dalam sistem terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran banish bersubsidi, pencairan dana subsidi benih yang berbentuk voucher dari departemen pertanian setempat dan kegiatan lainnya. 2. Gapoktan dibebankan sebagai lembaga untuk peningkatan ketahanan pangan diwilayah lokal. Gapoktan dalam hal ini digunakan sebagai wadah untuk membimbing petani yang masuk dalam anggota kelompok tani, agar dapat mengenali potensi sumber daya alam (SDA) yang dimilikinnya, mengenali permasalahan pertanian dan membantu dalam membuat rencana kerja untuk meningkatkan produksi tanaman melalui usaha agribisnis. 3. Gapoktan dianggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan (LUEP), sehingga dapat menerima dana penguatan modal (DPM), sehingga dapat membeli gabah dari petani saat terjadi panen raya dan menyebabkan harganya tidak terlalu jatuh. Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) fungsi gabungan kelompok tani yaitu: 1. Kelas belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. 2. Wahana kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. 3. Unit Produksi: Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Definisi dan Jenis Media Komunikasi Menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia 4. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkanya. Menurut Cangara (1998) media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Jenis-jenis media komunikasi yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik dan media massa5. Media antar pribadi merupakan media yang berhubungan dengan perorangan, bersifat pribadi dan terdiri dari kurir (utusan), surat dan telepon. Littlejohn (2001)
4 5
Danim, S. 2008. Media komunikasi pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Cangara H. 1998. Pengantar ilmu komunikasi. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
7 dalam Prawiranegara (2010)6 menyebutkan bahwa sebelum media cetak ditemukan, manusia merupakan penghantar pesan yang berorientasi pada pendengaran, mendengarkan berarti mempercayai. Menurut hasil penelitian Awaliah (2012), pemilihan media komunikasi yang efektif digunakan adalah media komunikasi antar pribadi yaitu kurir atau utusan dalam hal ini penyuluh lapang. PPL di desa mempunyai peranan penting dalam menyampaikan informasi mengenai pertanian kepada petani, karena akses petani terhadap media lainnya dianggap kurang dan petani umumnya memiliki pendidikan rendah sehingga kurang dapat dalam memahami pesan yang di sampaikan oleh media elektronik maupun cetak. Syahyuti et al. (1999) menyebutkan bahwa penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi. Media komunikasi kelompok terdiri dari seminar, konferensi. Seminar merupakan media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh khalayak tidak lebih dari 150 orang. Fungsi seminar adalah membicarakan masalah dengan menampilkan pembicara kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peseta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai narasumber. Konferensi adalah media komunikasi kelompok yang biasanya dihadiri oleh angota dan pengurus suatu kelompok. Media publik merupakan media yang digunakan jika khalayak yang terlibat lebih dari 200-an orang. Contoh media publik yaitu, rapat raksasa dan rapat akbar. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Menurut hasil penelitian Handayani (2006) menyatakan bahwa media massa berpengaruh pada pemahaman petani mengenai program kredit ketahanan pangan (KKP), pemilihan jenis media massa yang tepat akan membantu petani dalam memahami KKP lebih dalam lagi karena media berfungsi sebagai pemberi informasi yang luas dan cepat. Selain itu, media komunikasi yang efektif digunakan oleh petani adalah televisi dan brosur. Petani banyak menonton televisi, karena informasi mengenai KKP banyak yang disiarkan melalui media tersebut, sehingga petani dapat lebih memahami tentang KKP melalui media tersebut. Jenis media lain yang efektif juga digunakan adalah brosur atau majalah, karena jenis media ini dapat dibaca berulang kali sehingga petani dapat memperoleh informasi kapanpun melalui media tersebut serta petani dapat lebih paham mengenai KKP.
Penggunaan Gabungan Kelompok Tani Sebagai Media Komunikasi Gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan tertinggi di pedesaan setelah kelompok tani yang memiliki fungsi sebagai lembaga sentral kegiatan pertanian yang ada di pedesaan. Partisipasi petani dalam gabungan kelompok tani, memiliki suatu motif yang mendorong petani terlibat dalam berbagai aktivitas-aktivitas kelembagaan. 6
Prawiranegara D. 2010. Pengaruh media komunikasi terhadap pemberdayaan petani pada program Prima Tani lahan sawah irigasi di Kabupaten Karawang. [internet]. [diacu 23 Januari 2013]. Tersedia di repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/40979
8 Penelitian Anantanyu (2009) menyebutkan bahwa petani memiliki keragaman motif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gapoktan. Motif tersebut antara lain adalah usaha untuk meningkatkan hasil, memudahkan pengelolaan usaha tani, untuk mendapatkan informasi pertanian atau menambah wawasan dan pengalaman, menjalin kebersamaan atau persaudaraan, serta untuk mendapatkan bantuan. Sebagian besar petani menyatakan bahwa, gapoktan dapat digunakan sebagai wahana belajar dan sarana untuk meningkatkan usaha pertanianya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa petani menaruh harapan yang besar pada gapoktan sebagai lembaga yang mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan usaha taninya. Selain itu, manfaat gapoktan yang lainnya adalah sebagai tempat pertemuan antara petani dengan petani lainnya dan petani dengan penyuluh pertanian. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) penyuluh dapat memainkan peran yang berbeda-beda mengenai organisasi petani, diantaranya adalah: 1. Mengajari petani bagaimana mencapai tujuan mereka secara lebih efektif dengan mendirikan dan mengelola sebuah organisasi petani yang efektif. 2. Menggunakan organisasi tersebut sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan petani melalui cara: a. Berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan organisasional b. Mengajar dikursus-kursus yang dikelola oleh organisasi ini bagi para anggotanya c. Menulis artikel di jurnal mereka d. Melibatkan wakil-wakil organisasi dalam merencanakan program penyuluhan dan mendorong tukar-menukar pengalaman dan informasi antar anggota . Dalam hal ini, organisasi petani seperti gabungan kelompok tani dapat dijadikan sebagai media komunikasi karena dapat menghubungkan antara penyuluh dengan petani, petani dengan petani lainnya di suatu desa untuk saling berkomunikasi sehingga nantinya diharapkan terjadi pertukaran informasi yang banyak membahas mengenai permasalahan pertanian. Menurut penelitian Ayu (2011) gapoktan memiliki peran sebagai unit produksi, kerja sama, wahana belajar, dan jaringan kerjasama. Gapoktan dapat dijadikan sebagai jaringan kerjasama karena melalui lembaga ini, petani-petani anggota gapoktan, dapat menjalin kerjasama dengan lembaga lain yang menjadi mitra dari gapoktan tersebut, seperti lembaga saprodi, lembaga penyedia modal, lembaga pengelolaan hasil, lembaga pemasaran dan lembaga penyuluhan. Anggota gapoktan yang aktif dalam rapat-rapat gapoktan memiliki kektifan pula dalam bermitra dengan lembaga-lembaga tersebut, sehingga dapat memaksimalkan usaha pertanian yang dimilikinya. Selain itu, menurut Anantanyu (2009) menyatakan bahwa gapoktan juga berfungsi sebagai penyedia media komunikasi bagi petani. Dalam hal ini, petani dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh gapoktan dan pemerintah untuk mengakses media komunikasi, sehingga petani dapat belajar dari media komunikasi tersebut. Selain itu, gapoktan merupakan tempat para petani saling bertemu dan berinteraksi dengan petani lainnya. Menurut Anantanyu (2009) interaksi petani dengan petani lainnya dalam suatu kelompok dapat mewujudkan sarana petani dalam mengekspresikan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan dalam bertani. Dalam rapat yang diadakan oleh gapoktan, sebagian besar petani anggotanya berinteraksi secara tatap muka yang berlangsung dua arah dengan pembicaraan yang dimulai dengan sapaan sopan santun, sampai pada permasalahan pertanian, seperti budidaya, serangan hama, harga sarana produksi dan sebagainya.
9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Media Komunikasi Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur berhubungan nyata dengan media komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi adalah jumlah penghasilan dan luas lahan serta kepemilikan lahan. Petani dengan jumlah penghasilan tinggi, memiliki luas lahan yang luas serta memiliki status kepemilikan yang sah atas lahan cenderung untuk mengunakan media komunikasi terutama media komunikasi massa untuk mendapatkan informasi. Selain itu, mereka juga sering berkonsultasi pada PPL agar dapat mengembangkan usaha taninya. Hal tersebut berkebalikan dengan penggunaan media komunikasi yang terbatas oleh petani yang jumlah penghasilanya kecil, lahan garapan yang sempit bahkan tidak mempunyai status kepemilikan lahan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis media di desa adalah ketersediaan media tersebut di desa. Menurut hasil penelitian Kifli (2002) yang menyatakan bahwa, partisipasi komunikasi petani dalam mengakses informasi pertanian dan media massa masih rendah, karena petani memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan media massa yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan, petani lebih banyak mencari informasi melalui interaksi dan berkomunikasi mengenai usaha taninya dengan PPL dan petani lainnya. Wilayah pedesaan seringkali memiliki teknologi yang minim dan penyesuaian biaya dalam mengaksesnya membuat petani cenderung lebih selektif dalam memilih media komunikasi. Petani cenderung memilih media komunikasi yang sesuai dengan kemampuan finansialnya untuk mengakses media komunikasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai media komunikasi.
Definisi dan Indikator Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Menurut Rogers (1976), perilaku komunikasi dapat dilihat dengan beberapa variabel yaitu partisipasi dalam kegiatan sosial, jaringan komunikasi interpersonal, kosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, dan keterdedahan pada saluran interpersonal. Menurut Kincaid (1979), tujuan dasar komunikasi antar manusia adalah menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan lain dapat diseleksi dan dicapai. Manjar (2002) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Perilaku komunikasi dapat ditunjukkan seseorang melalui partisipasinya dalam menerapkan suatu program seperti
10 berpendapat, bertanya, mendengarkan dan lainnya. Hasil penelitian Kurniawati (2009), menyatakan bahwa perilaku petani dalam kelompok tani ditunjukkan saat petani mengadakan rapat rutin dengan penyuluh pertanian lapang (PPL), sehingga dapat memperoleh informasi mengenai pertanian dari PPL, akan tetapi, perilaku komunikasi yang ditunjukkan oleh petani pasif dalam rapat rutin tersebut, mereka umumnya aktif mendengar dan pasif dalam mengungkapkan pendapat. Berlo (1973) mengemukakan bahwa perilaku komunikasi terbagi dalam empat level (jenjang) kedalaman yaitu: (1) hanya sekedar berbicara (only talk), (2) saling ketergantungan (interdependent), (3) tenggang rasa (emphaty) dan (4) saling berinteraksi (interactive). Lebih jauh lagi, proses analisis interaksi Bales (1950) dalam Goldberg dan Larson (2006)7 merupakan sistem keseimbangan. Semua unsur berada dalam keadaan seimbang. Bales membagi interaksi komunikasi ke dalam beberapa kategori-kategori. Kategori tersebut adalah kategori tugas, dan sosio-emosional yang kedua kategori tersebut dibagi sama dalam unsur positif dan negatif. Menurut hasil penelitian Kurniawati (2009) menyatakan bahwa perilaku komunikasi dapat dilihat dari partisipasi komunikasi petani dalam kelompok tani, misalnya saja partisipasinya dalam rapat kelompok tani. Partisipasi tersebut dapat dilihat baik secara lisan maupun non lisan. Perilaku lainnya adalah perilaku dalam pemanfaatan media massa dan pemahaman isi media dimana media massa yang tepat dapat mempengaruhi keefektifan komunikasi baik dari individu petani maupun dalam kelompok petani. Menurut hasil penelitian Handayani (2002), perilaku komunikasi seperti penerimaan informasi berhubungan nyata dengan pemahaman prosedur pengajuan kredit ketahanan pangan (KKP), hak, kewajiban dan sanksi aturan pelanggaran KKP serta manfaat KKP. Kehadiran dalam RAK berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, dan hak, kewajiban serta sanksi aturan pelanggaran dalam KKP.Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban dan sanksi aturan pelanggaran dalam KKP serta manfaat KKP. Sedangkan kontak dengan sumber informasi berhubungan dengan pemahaman prosedur pengajuan KKP, hak, kewajiban, dan sanksi aturan pelanggaran KKP.
Hubungan Media Komunikasi dengan Perilaku Petani Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Selain menggunakan media, petani juga dapat mendapatkan informasi dari temanya, penyuluh maupun pihak Bank untuk mencari informasi tentang program KKP. Dalam hal kontak dengan sumber informasi, sebagian besar petani kurang intensif dalam kontak dengan sumber informai. Hal tersebut disebabkan petani tinggal di desa sehingga jauh untuk mengakses bank, sifat pemalu petani menyebabkan mereka enggan untuk kontak dengan penyuluh maupun sumber informan lainnya dan kesibukan petani juga menghambat keintensifan kontak petani dengan sumber informasi. Selain itu, penggunaan jenis media oleh petani dapat dilihat dalam aspek-aspek penggunaan media komunikasi seperti mendengarkan radio, menonton televisi dan 7
Goldeberg A. dan Larson C. 2006. Komunikasi kelompok. UI Press: Jakarta.
11 membaca majalah atau brosur. Dalam hal mendengarkan radio, petani kurang intensitasnya dalam mendengarkan radio untuk mencari informasi tentang KKP. Hal tersebut disebabkan karena petani sibuk dengan pekerjaannya sehingga petani kurang mendapatkan informasi melalui media berupa radio. Dalam hal menonton televisi, petani di Kabupaten Ponorogo hampir semuanya telah memiliki televisi sehingga petani dapat menonton televisi. Kegiatan menonton televisi oleh petani dapat dikatakan belum terlalu intensif karena petani sibuk dengan pekerjaannya dan waktu tayang program KKP yang ditayangkan kurang sesuai dengan adwal longgar istirahat petani, sehingga petani tidak banyak yang memperoleh informasi dari tayangan televisi mengenai program KKP. Sebagian besar petani dapat membaca majalah atau brosur mengenai program KKP. Informasi dari media tersebut dapat membuat petani memperoleh informasi yang banyak mengenai program KKP. Menurut petani, membaca majalah maupun brosur lebih hemat biaya, dan fleksible dengan waktu longgar para petani sehingga informasi yan diperoleh mudah untuk dimengerti. Hasil penelitian lain, yaitu penelitian Awaliah (2012) menyebutkan bahwa hubungan keterdedahan petani dengan media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi petani dalam menggunakan media komunikasi. Frekuensi bertemu dengan PPL tidak berpengaruh secara nyata dengan sikap petani, hal tersebut karena petani lebih percaya pada pengalamanya selama ini dalam bertani. Frekuensi menonton tv berpengaruh dalam pertambahan pengetahuan petani karena tv memberikan informasi pertanian yang banyak. Frekuensi membaca koran tidak berpengaruh secara nyata baik dalam sikap, pengetahuan maupun tindakan oleh petani karena petani tidak mengerti mengenai materi yang ada di dalamnya dan pendidikan petani hanya sampai SD. Frekuensi membaca leaflet tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan petani karena petani hanya membaca leafleat 10 menit saja dalam satu bulan. Penilain petani terhadap media komunikasi menurut hasil penelitian adalah media komunikasi berperan dalam meberikan informasi yang baru bagi petani, akan tetapi informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sering kali sama dengan informasi yang sudah petani peroleh dari nenek moyangnya terdahulu. Hasil penelitian Awaliah (2012) menyatakan bahwa keefektivan media komunikasi bagi petani dapat dikatakan tinggi karena jika dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan petani sudah berubah kearah yang semakin maju. Dalam hal ini, media komunikasi membuat pengetahuan petani tentang pertanian semakin bertambah dan pola berfikir petani juga lebih maju. Dalam aspek sikap, petani menyetujui informasi yang disampaikan oleh media komunikasi mengenai usaha tanam padi. Dalam aspek tindakan, petani tua cenderung tidak melakukan tindakan seperti informasi yang diberikan oleh media komunikasi, sedangkan petani muda melakukan tindakan sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh media komunikasi. Petani tua lebih memiliki pengalaman tentang pertanian, sehingga mereka enggan mengambil resiko dengan melakukan tindakan seperti yang diinformasikan dari media komunikasi.
Hubungan Perilaku Komunikasi Petani terhadap Keefektifan Kelompok Tani Hubungan perilaku petani terhadap keefektivan kelompok tani dapat dilihat dari hasil penelitian Kurniawati (2009) yang menyebutkan bahwa komunikasi partisipatif anggota kelompok tani tidak terjadi karena petani yang berpartisipasi aktif secara lisan lebih sedikit dibandingkan dengan petani yang pasif dalam berpartisipasi. Jika dilihat
12 dari dimensi waktu, partisipasi hanya dapat digambarkan melalui pertemuan kelompok tani pada bulan Februari sampai Juni 2009 dan tidak tergambarkan melalui pertemuan kelompok tani secara keseluruhan. Akses terhadap terjadinya komunikasi secara partisipatif sudah terbuka lebar, tinggal bagaimana petani menyikapinya, karena penyuluh pertanian lapang (PPL) pun telah memberikan kesempatan kepada petani dalam mengekspresikan ide, perasaan dan pandangannya. Selain itu, dalam segi kekohesivan serta dinamika kelompok, perilaku petani yang tergolong rendah membuat keefektifan dalam komunikasi kelompok tani kurang maksimal. Menurut hasil penelitian Handayani (2006), perilaku komunikasi petani dapat dilihat dari pencarian informasi, kehadiran pada rapat anggota kelompok tani (RAK), keterdedahan terhadap media dan kontak dengan sumber informasi (penyuluh, ketua kelompok, Bank Bukopin dan PT Petrokimia). Dalam hal pencarian informasi, sebagian besar petani melakukan pencarian informasi yang tidak terlalu intensif atau dapat dikatakan petani hanya kadang-kadang (sedikit) mencari informasi mengenai program kredit ketahan pangan (KKP). Hal tersebut disebabkan karena kesibukan petani dalam mengelola sawahnya setiap harinya serta petani juga mempunyai pekerjaan sampingan yang membuatnya tidak bisa mencari informasi mengenai program KKP secara intensif. Kehadiran petani dalam rapat anggota kelompok menujukan bahwa sebagian besar petani tidak secara intensif menghadiri RAK. Hal tersebut terjadi karena, faktor kesibukan petani dalam pekerjaannya, petani kurang tertarik terhadap RAK dan mereka juga merasa malas dalam mengadiri RAK karena faktor geografis serta mereka menganggap RAK kurang mampu memberikan kuntungan bagi petani. Hasil penelitian Rahmani (2006) menyebutkan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama pada aspek afeksi dan konatif. Pelatihan atau kursus yang diikuti oleh responden menjadi faktor penentu dalam membangun komunikasi yang efektif pada program participatory integrated development in rainfed area (PIDRA) di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, menurut penelitian Manjar (2002) faktor karakteristik individu dalam keefektivan kelompok ditentukan oleh tindakan, pendidikan formal dengan tindakan, pendapatan keluarga dengan pengetahuan dan sikap serta pendapatan keluarga dengan pengetahuan dan pengalaman serta mengikuti kursus atau penataran atau pelatihan dengan pegetahuan dan sikap. Hasil penelitian Kurniawati (2009) menyebutkan bahwa partisipasi petani dalam kelompok tani menghasilkan ketidakefektifan komunikasi dalam kelompok tani. Hal tersebut menyebabkan petani kurang dapat menggali informasi yang lebih dalam saat adanya rapat, karena mereka hanya banyak mendengarkan dan hanya sedikit dalam berbicara mengeluarkan aspirasi maupun pendapatnya.
13
KERANGKA PEMIKIRAN DAN OPERASIONALISASI Kerangka Pemikiran Media komunikasi saat ini memiliki kontribusi besar dalam penyaluran informasi kepada khalayak. Media komunikasi dapat berupa media antar individu, media massa, publik maupun kelompok. Berdasarkan hasil review pustaka disimpulkan bahwa media komunikasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani. Pengetahuan petani dapat berubah dan bertambah jika petani dapat mengakses media komunikasi secara rutin. Melalui tulisan ini, penulis ingin mengetahui pengaruh media komunikasi terhadap perilaku petani yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu perilaku komunikasi interpersonal petani dengan orang lain seperti interaksi dengan teman sesama petani, keluarga dan penyuluh, serta perilaku komunikasi petani pada saat rapat gapoktan. Variabel karakteristik individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas penguasaan lahan pertanian, status lahan pertanian dan akses terhadap media komunikasi. Karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan terhadap media komunikasi oleh petani. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu. Selain itu, hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur, jumlah penghasilan dan luas lahan lahan pertanian berhubungan nyata dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Dalam hal ini, karakteristik individu mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi yang ditunjukkan oleh lama serta frekuensi petani dalam mengakses informasi melalui media komunikasi. Keterdedahan media komunikasi adalah bagaimana responden menggunakan media komunikasi untuk mencari informasi mengenai pertanian melalui media komunikasi tersebut. Keterdedahan media komunikasi dalam penelitian ini adalah keterdedahan media komunikasi seperti televisi, radio, koran, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan internet. Penyuluh pertanian dalam hal ini dapat dikatakan sebagai media komunikasi karena penyuluh merupakan media antar pribadi yang menyampaikan pesan dari pemerintah kepada petani dan sebaliknya dari petani kepada pemerintah. Menurut Syahyuti et al. (1999) penyuluh pertanian merupakan suatu bagian delivery system dalam penyampaian jasa informasi pertanian. Dalam sistem ini, penyuluh pertanian berperan sebagai penyampai jasa informasi kepada petani (customers), yang harus melakukan interaksi baik ke penghasil teknologi maupun petani sebagai customers. Jadi, penyuluh termasuk media komunikasi antar pribadi. Menurut Morissan (2005) terpaan media, keterdedahan khalayak terhadap media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi dan lama dalam mengakses media komunikasi. Perilaku komunikasi petani terdiri dari dua variabel yaitu komunikasi interpersonal petani dan komunikasi petani dalam kelompok tani. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok dan individu dapat dipengaruhi oleh keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Menurut penelitian Handayani (2006) hubungan antara media komunikasi dengan perilaku petani dapat dilihat dari sebagian besar petani
14 peserta kredit ketahanan pangan (KKP) sudah terdedah terhadap media, namun petani kurang intensif dalam menggunakan media untuk memperoleh informasi. Adapun keterkaitan antar variabel-variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran berikut ini:
X. Karakteristik Individu: Umur Tingkat pendidikan Lama bertani Jenis kelamin Luas penguasaan lahan pertanian Status kepemilikan lahan Akses terhadap media komunikasi
Y2. Perilaku komunikasi interpersonal petani Y1. Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Y2. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani.
Keterangan Gambar: : Mempengaruhi. Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh media komunikasi terhadap perilaku komunikasi petani
Hipotesis Penelitian
1. Karakteristik individu berhubungan nyata dengan keterdedahan petani dalam menggunakan media komunikasi. 2. Keterdedahan terhadap media komunikasi berhubungan nyata dengan perubahan perilaku komunikasi petani.
Definisi Operasional
1. Umur adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilaksanakan penelitian. 2. Jenis kelamin adalah identitas responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Pernyataan responden tentang jenis kelamin dikategorikan dengan skala nominal, menjadi dua kategori yaitu: Laki–Laki Perempuan 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang responden menempuh pendidikan formal saat pengisian kuisoner. Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan
15 formal yang pernah ditempuh oleh responden, dikategorikan dengan skala ordinal dalam lima kategori yaitu : Tidak tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi 4. Lama bertani adalah selang waktu dalam satuan tahun antara saat pertama kali responden menjalani pekerjaan sebagai petani hingga saat penelitian dilaksanakan. 5. Luas penguasaan lahan pertanian adalah satuan luas lahan dalam satuan m2 yang digunakan oleh petani untuk bercocok tanam saat penelitian dilaksanakan. 6. Status kepemilikan lahan adalah status dari kepemilikan lahan yang digarap oleh petani saat penelitian dilangsungkan. Dalam hal ini, status kepemilikan lahan diukur dengan skala ordinal dengan kategori sebagai berikut: Milik Bukan milik 7. Akses terhadap media komunikasi adalah jumlah media komunikasi yang dapat digunakan oleh responden pada saat penelitian berlangsung. Media komunikasi yang dimaksud adalah televisi, penyuluh, radio, koran, dan seminar serta internet dan rapat gapoktan. 8. Keterdedahan terhadap media komunikasi adalah frekuensi, lama dan cara responden dalam memanfaatkan media komunikasi, seperti televisi, radio, koran, seminar, penyuluh, rapat gapoktan dan internet. Keterdedahan terhadap media komunikasi diperoleh dari frekuensi responden dalam mengakses media komunikasi dan lama responden dalam mengakses media komunikasi. Rumus keterdedahan terhadap media komunikasi berdasarkan frekuensi dan lama mengakses media komunikasi: Frekuensi mengakses media komunikasi X Lama mengakses media komunikasi 9. Perilaku komunikasi interpersonal petani adalah jumlah skor kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi dengan sesama petani, keluarga dan penyuluh. Kegiatan keaktifan dalam berkomunikasi ditunjukkan dengan interaksi komunikasi dengan teman sesama keluarga (skor 1), interaksi dengan teman sesama petani (skor 2) dan interaksi dengan penyuluh pertanian (skor 3). ((Nilai: Ya=2 dan Tidak=1((Skor untuk jawaban pertanyaan adalah: skor tertinggi 24 dan skor terendah 12)). Rumus perilaku komunikasi interpersonal petani: a. Interaksi dengan keluarga : Skor jawaban pertanyaan X skor 1(Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12). b. Interaksi dengan teman sesama petani : Skor jawaban pertanyaan X skor 2 (Skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 24) c. Interaksi dengan penyuluh pertanian : Skor jawaban pertanyaan X skor 3 (Skor tertinggi adalah 72 dan skor terendah adalah 36). 10. Perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani adalah adalah jumlah skor kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi
16 yang diperlihatkan saat rapat rutin anggota kelompok tani. (Nilai: Ya=2 dan Tidak=1 (Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12).
17
METODE Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penulis menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data kuantitatif dari responden dan wawancara secara mendalam dengan informan untuk memperoleh data kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai karakteristik individu petani, frekuensi dan lama mengakses media komunikasi serta perilaku komunikasi petani secara interpersonal maupun dalam kelompok. Data kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam lagi dari informan seperti ketua gapoktan untuk mengetahui perilaku komunikasi petani dalam rapat anggota gapoktan dan sejarah berdirinya gapoktan serta penyuluh lapang untuk mengetahui informasi mengenai petani di Desa Cikarawang secara lebih lanjut tentang perkembangan pertaniannya. Pemilihan responden, menggunakan salah satu teknik dalam penarikan sampel probabilitas, yaitu simple random sampling, di mana peneliti mengambil sampel petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) Mandiri Jaya, di Desa Cikarawang.
Lokasi dan Waktu Penelitian Objek pada penelitian ini adalah gabungan kelompok tani (gapoktan). Gapoktan yang dipilih dalam penelitian ini adalah gapoktan Mandiri Jaya yang terletak di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan objek penelitian dilakukan dengan observasi melalui studi langsung pada objek penelitian dan melalui pencarian informasi dengan internet. Alasan peneliti memilih objek gapoktan Mandiri Jaya sebagai objek penelitian adalah gapoktan Mandiri Jaya terletak di Desa Cikarawang yang memiliki pengelolaan pertanian yang cukup maju karena gapoktan terletak di desa yang dekat dengan kota dan terletak di kawasan penelitian kampus IPB Darmaga, sehingga informasi yang diterima oleh petani semakin banyak dan kompleks. Beberapa hal yang mempengaruhi pertimbangan penulis dalam pemilihan objek penelitian tersebut adalah: 1) Gapoktan Mandiri Jaya merupakan gapoktan berprestasi dengan memperoleh penghargaan dari pemerintah provinsi Jawa Barat dalam kategori gapoktan teladan dan mendapatkan peringkat kedua, 2) Gapoktan Mandiri Jaya terletak di desa yang dekat dengan IPB dan di desa tersebut sering dijadikan desa implementasi program pertanian baik dari pemerintah maupun IPB, dan 3) Wilayahnya dekat kota sehingga akses terhadap media komunikasinya lebih luas. Penelitian ini berlangsung pada bulan September 2012 hingga Desember 2012.
Kerangka Sampling Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Cikarawang, sedangkan populasi sasaran yaitu petani yang termasuk dalam kelompok tani dan tergabung dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya sebanyak 138 orang. Unit analisis pada penelitian ini adalah petani. Pemilihan lokasi sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa gapoktan Mandiri Jaya merupakan gapoktan berprestasi, berada di lingkungan IPB dan memiliki akses terhadap media komunikasi
18 yang luas karena dekat dengan kota. Sampel yang diteliti berjumlah 35 orang, sedangkan populasi sasaran yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya adalah 138 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan simple random sampling. Simple random sampling dilakukan dengan cara memasukan data populasi ke dalam lembar kerja Microsoft excel lalu mengacak daftar responden untuk menentukan responden penelitian yang berjumlah 35 orang. Dari 138 orang tersebut diambil secara acak 35 orang sebagai sampel atau responden penelitian (lihat lampiran 1).
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan informan melalui penelitian langsung di lapangan menggunakan kuesioner (lihat di Lampiran 3) dan wawancara terstruktur (lihat Lampiran 4). Data sekunder diperoleh dari profil Desa Cikarawang mengenai kependudukan, letak geografis, demografis, dan gambaran umum lokasi penelitian secara keseluruhan dan profil gapoktan Mandiri Jaya. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada saat penelitian di lapangan adalah dengan wawancara mendalam kepada ketua gapoktan dan penyuluh lapang, kuesioner penelitian dengan cara bertanya langsung kepada petani dan dokumentasi penelitian. Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat seperti apa adanya dan diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi. Data primer yang didapatkan setelah penelitian adalah data dari kueisoner yang mencangkup data mengenai karakteristik individu, data keterdedahan petani terhadap media komunikasi dan data mengenai perilaku komunikasi petani baik secara interpersonal maupun kelompok. Selain itu, penulis juga mendapatkan data primer dari lapang yang berasal dari wawancara penulis dengan informan. Informan adalah pihak yang memberikan keterangan mengenai segala informasi yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dilaksanakan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, informan yang ditemui adalah ketua gapoktan Mandiri Jaya yaitu Bapak AB dan penyuluh lapang dari BP3K Dramaga yang ditugaskan di Desa Cikarawang yaitu Bapak DT. Pemilihan Bapak AB sebagai informan bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai sejarah berdirinya gapoktan dan bagaimana perilaku komunikasi saat rapat rutin anggota gapoktan. Informan penyuluh pertanian digunakan untuk mengetahui bagaimana cara penyuluh menyampaikan materi penyuluhan serta antusiasme petani dalam memperoleh informasi dan bagaimana keadaan pertanian di Desa Cikarawang.
Teknik Analisis Data Jawaban kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS for Windows versi 17.0. Variabel karakteristik individu seperti umur, luas lahan, pengguasaan lahan dan akses terhadap media komunikasi dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata, nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel. Penulis juga menggunakan Tabel frekuensi untuk menyajikan dta dari variabel
19 karakteristik individu yaitu jenis kelamin, status lahan dan tingkat pendidikan. Variabel perilaku komunikasi petani baik secara interpersonal maupun kelompok dideskripsikan dengan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata, nilai maksimum dan minimum serta standar deviasi yang disajikan dalam bentuk Tabel . Pengujian hubungan antara variabel keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dianalisis dengan menggunakan rank spearman. Sementara itu, untuk variabel karakteristik individu seperti umur, luas lahan, akses terhadap media komunikasi, lama bertani dihubungkan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi dengan menggunakan analisis rank spearman. Hubungan antara variabel karakteristik individu yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status lahan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi dianalisis dengan menggunakan chi square. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk memperkuat data seperti keaktifan anggota gabungan kelompok tani saat rapat dan antusiasme petani anggota gabungan kelompok tani dalam berinteraksi dengan penyuluh pertanian.
21
GAMBARAN UMUM DESA CIKARAWANG Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Cikarawang berbatasan dengan Sungai Cisadane pada bagian utara, Sungai Ciapus pada bagian selatan, Sungai Cianduan pada bagian barat, dan kelurahan Situ Gede pada bagian timur. Sebagian besar penduduk di Desa Cikarawang bekerja sebagai petani. Di Desa Cikarawang sendiri terdapat beberapa kelompok tani, diantara adalah kelompok tani Hurip, Subur Jaya, Mekar, Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Setia dan Andalan. Keenam kelompok tani tersebut masuk ke dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yang diketuai oleh Bapak AB. Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya (Gapoktan Mandiri Jaya) resmi berdiri pada tahun 2007 berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman pangan seperti umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen. Berikuti ini adalah penjelasan mengenai gambaran umum desa dan gambaran umum gapoktan Mandiri Jaya. Kondisi Geografis Desa Cikarawang Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut keadaan topografinya, Desa Cikarawang merupakan dataran dan persawahan dengan ketinggian mencapai 193 m dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25°C–30°C. Batas-batas wilayah Desa Cikarawang adalah sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cisadane, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane), dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Setu Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Secara administratif, wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga dusun dan tujuh rukun warga (RW). Wilayah ini terbagi lagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat, yaitu 32 rukun tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Luas wilayah desa adalah 226,56 ha yang terdiri dari lahan sawah dan ladang seluas 194,572 ha, lahan pemukiman atau perumahan seluas 37,854 ha, lahan empang seluas 2,15 ha, lahan perkuburan seluas 0,6 ha, dan sisanya digunakan untuk jalan. Desa Cikarawang juga memiliki danau (situ), yang diberi nama Situ Burung. Danau (situ) seluas kurang lebih 2,5 ha tersebut berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi persawahan, sebagai reservoir air yang mampu mencegah banjir di musim hujan dan mencegah kekurangan air di musim kemarau. Warga setempat juga menjadikan danau tersebut sebagai tempat rekreasi dan tempat pemancingan ikan terutama pada hari-hari libur. Pengelolaan danau tersebut di bawah PSDA propinsi Jawa Barat. Pemerintah dan warga setempat diperkenankan memanfaatkan danau ini sejauh tidak mengganggu fungsi danau sebagai reservoir air. Sejauh ini, belum ada aktivitas pemanfaatan danau sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan untuk desa. Belum tergarapnya potensi danau secara optimal terutama dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki desa dan belum adanya investor yang berminat untuk menanamkan investasinya untuk mengembangkan salah satu potensi yang ada di Desa Cikarawang.
22
Kondisi Sosial dan Ekonomi di Desa Cikarawang Jumlah penduduk Desa Cikarawang pada tahun 2012 adalah 8.227 jiwa, yang terdiri dari 4.199 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.028 jiwa berjenis kelamin perempuan, yang terbagi dalam 2114 kepala keluarga (KK). Sebanyak 777 KK di Desa Cikarawang termasuk ke dalam keluarga miskin (Gakin) dengan presentase 35.6% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Cikarawang. Tabel 1 Jumlah penduduk di Desa Cikarawang berdasarkan umur pada tahun 2009 No. Umur (tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah 1 0-5 495 560 1055 2 6-10 409 367 776 3 11-15 391 389 780 4 16-20 378 368 746 5 21-25 389 374 763 6 26-30 390 378 768 7 31-35 303 285 588 8 36-40 309 284 593 9 41-45 258 251 509 10 46-50 215 193 408 11 51-55 181 160 341 12 56-60 156 137 293 13 61-65 186 147 333 14 66-67 139 136 275 Jumlah 4199 4029 8228 Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Mayoritas penduduk Desa Cikarawang menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah. Mutu sumber daya manusia di Desa Cikarawang sangat rendah karena dari 8.227 penduduk, hanya 4.394 (61%) yang pernah mengenyam bangku pendidikan dan 2.285 (52%) dari jumlah tersebut adalah lulusan sekolah dasar (SD). Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat banyak bertumpu di sektor pertanian dengan profesi utama sebagai petani. Berdasarkan Tabel 2, masyarakat Desa Cikarawang juga ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, karyawan pegawai negeri dan swasta, pedagang, tukang ojeg, dan sopir angkot. Profesi lain dari masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung, ayam ras, kambing, domba, sapi dan kerbau. Di sektor industri, Desa Cikarawang memiliki tiga industri skala rumah tangga, empat industri skala kecil, dan satu industri skala sedang.
23
Tabel 2 Daftar mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang No. 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Mata pencaharian Petani Buruh tani Pedagang PNS TNI/POLRI Karyawan Wirausaha dan lainnya
Jumlah (orang) 310 225 435 175 2 477 600 2224
Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Fasilitas umum yang ada di Desa Cikarawang diantaranya adalah di bidang pendidikan terdapat empat buah PAUD, TK,TPA, MI berjumlah dua buah, Sekolah Dasar (SD) berjumlah empat dan SMP yang berjumlah satu buah. Selain itu, di Desa Cikarawang sudah memiliki sebuah perpustakaan umum guna meningkatkan minat baca masyarakat, sehingga kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat dapat meningkat dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat pula. Perpustakaan desa tersebut terletak di samping kantor Desa Cikarawang dan buka pada saat hari dan jam kerja. Selain itu, dalam bidang kesehatan, terdapat berbagai fasilitas umum diantaranya adalah puskesmas pembantu yang ada di sebelah kantor desa, posyandu yang berjumlah tujuh buah yang tersebar di setiap RW, bidan desa yang berjumlah satu orang dan poliklinik serta balai pengobatan. Pertanian Desa Cikarawang memiliki lima kelompok tani yang tersebar di empat kampung yang berbeda yaitu Kelompok Tani Hurip di Kampung Carangpulang Bubulak, Kelompok Tani Mekar di Kampung Carangpulang Kidul, Kelompok Tani Setia di Kampung Cangkrang, dan Kelompok Tani Subur Jaya di Kampung Petapaan dan Kelompok Wanita Tani Melati di Kampung Carangpulang Bubulak. Di Desa Cikarawang terdapat Gabungan Kelompok Tani yaitu Gapoktan Mandiri Jaya yang menjadi gabungan enam kelompok tani lima dari Desa Cikarawang dan satu dari Dramaga yaitu Kelompok Tani Andalan. Masing-masing kelompok tersebut menangani komoditas ubi jalar dan padi. Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya. Adapun hasil pertanian desa ini terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang tanah, pisang, dan pepaya. Komoditi unggulan petani Desa Cikarawang adalah tanaman ubi jalar dan kacang tanah. Padi yang ditanam, setelah panen tidak pernah dijual ke pasar atau ke tengkulak. Padi-padi yang sudah dipanen akan dijemur, kemudian sebagian akan digiling sesuai dengan kebutuhan untuk dikonsumsi dan sisanya akan disimpan dalam bentuk gabah oleh petani sebagai persediaan pangan keluarga mereka. Sebaliknya, untuk komoditi lainnya selain untuk dikonsumsi juga dijual ke pasar-pasar terdekat atau ke tengkulak. Pola usaha tani yang diterapkan oleh gapoktan Mandiri Jaya yaitu usaha pokok poktan Hurip adalah padi, palawija seperti ubi jalar dan kacang tanah, usaha pokok poktan Setia adalah padi, singkong dan bawang, usaha pokok poktan Mekar adalah padi dan palawija dan usaha pokok poktan Subur Jaya yaitu padi dan palawija (lihat lampiran 8). Pola tanam yang digunakan oleh petani di Desa Cikarawang adalah pola tanam padi dengan sistem tanam gilir, tumpang sari bergiliran, tumpang sari bersisipan
24
dan tumpang sari. Sementara itu, untuk lahan kering, petani menggunakan pola tanam yaitu tanaman sejenis dan tumpang gilir. Terdapat suatu permasalahan desa yang secara tidak langsung menimbulkan suatu hubungan sebab-akibat sekaligus berpengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian di Desa Cikarawang. Para petani di desa ini menghadapi kendala sumber air. Selama ini sumber air untuk irigasi berasal dari Bendungan Cibenda yang terletak di wilayah administratif Kota Bogor. Air yang berasal dari bendungan ini akan ditampung di Situ Gede, Kelurahan Situ Gede baru kemudian dialirkan ke sawah-sawah para petani di Desa Cikarawang. Permasalahan yang dihadapi adalah, Situ Gede merupakan tempat rekreasi yang persediaan airnya harus terus mencukupi. Apabila persediaan air di Situ berkurang, maka air dari Bendungan Cibenda tidak akan dialirkan ke sawah-sawah di Desa Cikarawang, akibatnya para petani sering menghadapi kesulitan untuk pengairan sawahnya. Selain itu, saluran yang menghubungkan Situ Gede dengan sawah-sawah di Desa Cikarawang juga sering mengalami kebocoran. Oleh karena itu, para petani di Desa Cikarawang melakukan pengaturan pola tanam pertanian berdasarkan persediaan air dan kebijakan kelompok tani yang ada.
Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Gabungan kelompok tani Mandiri Jaya terbentuk pada tahun 2007 berawal dari adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam hal komoditi tanaman pangan seperti umbi-umbian dan dalam hal pemasaran hasil panen. Anggota gabungan kelompok tani Mandiri Jaya adalah petani yang tergabung dalam aggota kelompok tani yang menjadi anggota gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yang berdomisili di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Ketentuan dan persyaratan menjadi anggota gabungan kelompok tani (gapoktan) Mandiri Jaya diatur dalam anggaran daar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) gapoktan Mandiri Jaya.Administrasi yang dimiliki gapoktan Mandiri Jaya yaitu buku tamu, buku daftar anggota, buku daftar hadir dan notulen pertemuan, buku hasil penjualan serta buku angsuran dan simpan pinjam anggota. Dinamika kelompok pada gabungan kelompok tani dapat ditunjukkan oleh pertemuan gapoktan dilaksanakan dengan interval satu bulan sekali, anggota gapoktan bersama-sama dalam mengelola usaha kelompok, anggota gapoktan beserta petugas lapang meninjau langsung kelapangan tempat usaha yang dijalankan anggota gapoktan dan anggota gapoktan saling bergotong-royong dalam membantu kelompok tani maupun dalam lingkungan masyarakat sehingga tercipta saling berkesinambungan. Dalam kegiatan yang dilakukan oleh gapoktan Mandiri Jaya, terdapat beberapa pihakpihak lain yang mendukung kegiatan tersebut. Dukungan tersebut diantaranya adalah pembinaan baik teknis maupun managerial dari petugas teknis setempat dalam hal ini petugas penyuluh pertanian dari balai penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan (BP3K) wilayah Dramaga, UPT dan Dinas atau Instansi di tingkat kabupaten.
25
Letak Wilayah Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Gapoktan Mandiri Jaya terletak di wilayah Desa Cikarawang Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jarak ke kantor kecamatan Dramaga yaitu 5 km, jarak ke ibu kota kabupatan Bogor yaitu 30 km, jarak ke ibu kota provinsi yaitu 137 km, dan jarak ke ibu kota negara yaitu 78 km. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah dengan tiga tipe lahan yaitu lahan basah yang memiliki sistem pengairan setengah teknis seluas 100 Ha, lahan kering dengan rincian 10 Ha berupa tegalan, 121 Ha berupa pekarangan, dan 1 Ha berupa perkebunan rakyat. Selain itu terdapat lahan perairan yang terdiri dari 4.5 Ha berupa lahan kolam untuk ikan dan 2.5 Ha berupa lahan setu. Berikut ini adalah sebaran luas lahan sawah dan darat yang diusahakan oleh anggota gapoktan Mandiri Jaya pada tahun 2012: Tabel 3 Sebaran luas lahan pertanian dan komoditas peternakan yang digarap oleh gapoktan Mandiri Jaya tahun 2012 No.
1 2 3 4 5 6
Nama kelompok Kelompok tani Hurip Kelompok tani Subur Jaya Kelompok tani Mekar Kelompok tani Setia Kelompok tani Andalan Kelompok tani wanita Melati Jumlah
Luas lahan (Ha)
Ternak (ekor)
Sawah
Darat
Jumlah
Ayam buras
Kelinci
Domba
Kambing
Kerbau
Jumlah
35
10
45
-
-
305
20
-
325
25
7
32
-
-
212
-
83
295
10
6
16
250
-
247
-
-
297
35
10
45
354
35
384
-
-
773
5
1
6
-
-
-
-
-
-
-
0.5
6
-
-
-
-
-
-
110
34.5
144.5
604
35
1112
20
83
1690
Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor
Visi, Misi, dan Tujuan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Sejak awal, para petani sudah menyadari bahwa tujuan mereka bergabung dalam kelompok tani ini adalah untuk bekerjasama memajukan pertanian Desa Cikarawang. Visi Kelompok Tani Hurip adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok pada khususnya dan masyarakat Desa Cikarawang pada umumnya. Misi Kelompok Tani Hurip adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan Sapta Usaha Tani (pengolahan lahan dan tanam, penggunaan bibit unggul, pemupukan berimbang, pengairan atau tanaman pelindung, pemeliharaan atau perlindungan tanaman, serta panen dan pasca panen). 2. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan kelompok tani (meningkatkan jumlah anggota, mengadakan pertemuan rutin, administrasi kelompok, dan mengaktifkan tugas pengurus). 3. Pemupukan modal (simpanan wajib, pokok, sukarela, dan pinjaman). Tujuan dibentuknya gabungan kelompok tani Mandiri Jaya yaitu:
26
1. Mengembangkan kapasitas pelaku utama dalam berorganisasi yang lebih formal 2. Mengembangkan kapasitas pelaku utama dalam mengelola usaha secara lebih efisien dan mengguntungkan. 3. Membantu meningkatkan akses kelompok tani untuk memanfaatkan fasilitas yang ada disekitarnya seperti subsidi benih, subsidi pupuk dan lain-lain. 4. Memberikan pendampingan kepada kelompok tani dalam penumbuhan gabungan kelompok tani kearah kelembagaaan yang berbadan hukum melalui proses yang partisipatif dan berharap serta sesuai dengan kondisi lokal dalam meningkatkan posisi tawar. 5. Menumbuh kembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan kemampuan menjadi pelaku utama dan pelaku usaha. 6. Memberikan arahan dan petunjuk kepada gabungan kelompok tani tentang pola penyaluran dan pemanfaatan dana BLM 7. Menetapkan arah pengembangan sistem dan usaha agribisnis desa sesuai dengan potensi ekonomi dalam PUAP 8. Memberikan petunjuk pemanfaatan dana PUAP dalam rangka penumbuhan usaha anggota serta membangun jaringan pasar. Struktur Organisasi dan Keanggotan Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Kelompok tani yang tegabung dalam gapoktan Mandiri Jaya ada enam yaitu, kelompok tani Hurip, kelompok tani Subur Jaya, kelompok tani Mekar, kelompok tani Setia, kelompok tani Andalan dan kelompok tani wanita Melati. Berikut ini adalah rincian dari masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya. Tabel 4 Kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya Kelompok Tani Kelompok tani Hurip Kelompok tani Subur Jaya Kelompok tani Mekar Kelompok tani Setia Kelompok tani Andalan Kelompok tani wanita Melati Jumlah total Sumber: Profil Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor.
Ketua Ahmad Bastari Senan Wahyudin Ujang Dimyati Normayanti
Anggota (Orang) 30 28 20 20 20 20 138
27
Susunan kepengurusan gabungan kelompok tani Mandiri Jaya adalah: Ketua: Ahmad B.
Sekretaris: Andung
Kasir: Normayanti
Unit usaha
Bendahara: Ujang
Manager LKMA: Napi
Saprotan: Hendrik
Pengolahan: Wahyudin
Pemasaran: Tjahyadi Harjo
Permodalan: Mery
Produksi: Jaja
Pembukuan: Dedi I.
Gambar 2 Struktur organisasi gapoktan Mandiri Jaya Persyaratan untuk menjadi anggota gapoktan Mandiri Jaya yaitu anggota kelompok tani, telah membayar simpanan pokok sebesar 50000 rupiah, telah membayar simpanan wajib sebesar 5000 rupiah per bulan, aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok tani dan gabungan kelompok tani, mematuhi ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gapoktan, mematuhi persetujuan manajer dan memberikan fotocopy KTP 1 lembar dan kartu keluarga 1 lembar. Anggota gapoktan Mandiri Jaya berjulah 138 orang yang termasuk ke dalam anggota keenam kelompok tani anggota gapoktan seperti tertera pada Tabel 4. Akan tetapi, saat ini persyaratan tersebut tidak berlaku secara mutlak, karena menurut penuturan Bapak AB selaku ketua gapoktan, menyebutkan bahwa siapa saja boleh mendaftar menjadi anggota gapoktan meskipun mereka tidak tergabung dalam kelompok tani, asalkan memenuhi persyaratan selain menjadi anggota kelompok tani seperti yang telah disebutkan di atas. Setelah adanya program PUAP, anggota gapoktan Mandiri Jaya jumlahnya semakin banyak karena, banyak penduduk di Desa Cikarawang memanfaatkan hal tersebut untuk meminjam dana dari program PUAP yang digunakan untuk memajukan usahanya baik dibidang pertanian maupun non pertanian.
29
DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota gapoktan Mandiri Jaya di Desa Cikarawang memiliki rata-rata umur sebesar 48 tahun, dengan umur termuda berusia 25 tahun dan umur tertua berusia 90 tahun. Dengan rata-rata umur tersebut, maka dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar petani yang tergabung dalam anggota gapoktan Mandiri Jaya tergolong dalam usia produktif. Desa Cikarawang memiliki jumlah petani terbanyak pada usia paruh baya (30 tahun-50 tahun) dan memiliki jumlah petani yang kecil untuk usia muda (30 tahun ke bawah). Petani muda yang tergabung dalam gapoktan semakin sedikit dan keterdedahan terhadap media komunikasinya pun kurang karena mereka enggan untuk mendalami pertanian sebagai pekerjaan utama. Petani muda yang tergabung dalam gapoktan biasanya terpaksa menggarap sawah karena tidak ada pekerjaan lain dan desakan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Sedikitnya generasi penerus untuk pertanian di Desa Cikarawang, menyebabkan berkurangnya pengurus yang dapat melanjutkan kepengurusan organisasi maupun sistem pertanian yang ada di Desa Cikarawang. Hal tersebut terjadi karena, sebagian pemuda maupun pemudi desa lebih memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Sementara itu, petani yang masih tersisa di Desa Cikarawang sudah semakin menua dan daya fisik serta kemampuan dalam mengelola pertanian semakin berkurang sehingga menyebabkan kurangnya produksi pertanian yang dihasilkan oleh petani dan tidak adanya regenerasi dalam kepengurusan gapoktan. Tabel 5 Deskripsi karakteristik individu petani menurut umur, lama bertani, penguasaan lahan pertanian dan akses terhadap media komunikasi Karakteristik individu Umur (tahun) Lama bertani (tahun) Penguasaan lahan pertanian (m2) Akses terhadap media komunikasi (media)
Rata-rata 48 23 334 2 5
Nilai minimum 25 2
Nilai maksimum 90 67
Standar deviasi 14 16
120
10000
3561
2
7
1.58 6
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan mempunyai rata-rata dalam lama bekerja menjadi petani sebesar 23 tahun. Hal tersebut berarti sebagian besar dari petani anggota gapoktan Mandiri Jaya memiliki pengalaman dalam mengelola pertanian yang cukup lama, sehingga informasi pertanian yang dimilikinya sudah sangat banyak. Lama bertani responden yang paling rendah adalah dua tahun dan lama bekerja sebagai petani paling tinggi adalah 67 tahun. Berdasarkan data tersebut, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan sudah berpengalaman dalam bertani.
30
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan rata-rata memiliki luas lahan sebesar 3342 m2. Berdasarkan data tersebut, dapat dideskripsikan bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya, sebagian besar mengarap lahan dengan luas lahan yang cukup luas. Dengan luas lahan yang cukup luas, pada umumnya petani menanam lebih dari satu jenis tanaman untuk memaksimalkan lahan pertanian agar menjadi efisien dan keuntungan yang didapatkan juga semakin besar. Sedangkan untuk lahan sempit, petani biasanya hanya menanam satu jenis tanaman saja misalnya tanaman ubi atau singkong. Lahan pertanian di Desa Cikarawang sebagian besar ditanami oleh sayuran, jambu kristal, padi, umbi-umbian dan biji-bijian. Sistem pertanian yang digunakan di Desa Cikarawang saat ini adalah sistem tanam dengan cara tumpang sari dan jajar legowo. Lahan pertanian tersempit yang digarap oleh responden adalah seluas 120 m2 dan lahan terluas adalah lahan dengan luas 10000 m2. Tanah dengan luas lahan yang sempit biasanya merupakan tanah milik pribadi dan diolah secara pribadi oleh pemilik tanah yaitu petani. Sementara itu, tanah dengan luas lahan yang cukup luas, ada yang milik pribadi petani dan biasanya peninggalan dari keluarga yang sudah digarap secara turun temurun, serta ada juga tanah dengan lahan luas yang merupakan lahan garapan dan memiliki hak bukan milik petani penggarap. Media komunikasi yang terdapat di Desa Cikarawang adalah televisi, radio, koran atau majalah pertanian, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu dengan penyuluh dan internet. Responden di Desa Cikarawang, rata-rata dapat mengakses lima media komunikasi. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya memiliki akses yang cukup banyak terhadap media komunikasi. Akses media komunikasi tersedikit adalah sebanyak dua media komunikasi dan akses media komunikasi terbanyak yaitu tujuh media komunikasi. Menurut sebagian besar responden menyatakan bahwa jaringan media komunikasi di Desa Cikarawang sudah layak. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya sumber informasi yang dapat ditemui oleh petani dengan mudah dan jaringan serta fasilitas telekomunikasi yang cukup memadai, membuat petani di Desa Cikarawang dapat mudah dalam memperoleh informasi mengenai pertanian dan mereka dapat memilih media komunikasi yang dianggap dapat sesuai dengan kebutuhanya. Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan lebih sering mengakses media komunikasi yaitu televisi. Hal tersebut disebabkan, televisi merupakan media audio visual sehingga membuat petani lebih memahami informasi yang disampaikan melalui media tersebut, terutama informasi mengenai pertanian. Selain itu, petani anggota gapoktan sebagian besar telah memiliki televisi, sehingga akses terhadap televisi lebih mudah dibandingkan dengan akses terhadap media komunikasi lainnya. Media komunikasi yang paling sedikit diakses oleh petani anggota gapoktan adalah internet. Dalam hal ini, petani anggota gapoktan kurang dapat menggunakan internet, sehingga mereka hanya sebagian kecil yang mengaksesnya untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian. Kurangnya akses petani anggota gapoktan disebabkan oleh petani anggota gapoktan tidak memiliki sarana untuk mengakses informasi melalui internet, petani tidak bisa menggunakan internet dan petani menganggap bahwa media lain cukup menambah informasi mengenai pertanian kepada mereka, sehingga internet dianggap kurang terlalu diperlukan oleh petani.
31
Tabel 6 Jenis-jenis media komunikasi yang digunakan oleh anggota gapoktan Mandiri Jaya Media komunikasi TV Radio Koran Seminar Rapat Penyuluh Internet
Jumlah (orang yang mengakses) 34 24 22 25 33 32 10
Jumlah (%) 18.9 13.3 12.2 13.9 18.3 17.8 5.6
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa terdapat sebanyak 57.1 persen anggota gapoktan berjenis kelamin laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan anggota gapoktan perempuan yang memiliki jumlah 42.9 persen. Persentase petani lakilaki lebih tinggi dari pada petani perempuan dalam gapoktan, disebabkan oleh sebagian petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Desa Cikarawang sebagian besar tidak bekerja sebagai petani atau menjadi ibu rumah tangga yang memiliki tugas memasak, mengasuh anak, dan menyiapkan bekal makan siang suaminya di sawah. Selain itu, petani laki-laki di Desa Cikarawang lebih aktif dalam mencari informasi mengenai pertanian, sehingga mereka bergabung dalam gapoktan, sedangkan petani wanita tidak banyak tergabung di gapoktan seperti petani laki-laki karena mereka biasanya hanya membantu suaminya di sawah dan kurang aktif dalam mencari informasi mengenai pertanian. Petani laki-laki lebih banyak yang tergabung dalam gapoktan karena merekalah yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani, sedangkan petani perempuan hanya bertugas untuk membantu suaminya di sawah. Sementara itu, petani perempuan pasif dalam mencari informasi karena mereka dapat memperoleh informasi dari suaminya. Status lahan adalah status dari kepemilikan lahan yang digarap oleh petani saat penelitian dilangsungkan. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebanyak 80 persen tanah yang digarap oleh petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya merupakan tanah dengan status hak milik dan hanya 20 persen petani yang menggarap tanah milik orang lain atau tanah yang berstatus bukan milik pribadi. Tanah dengan status hak milik biasanya merupakan tanah peninggalan dari keluarga yang telah digarap secara turun temurun. Petani dengan status lahan hak milik, biasanya mengolah tanahnya sendiri dan hasil atau keuntungan yang didapatkanya dari mengolah sawah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya, petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang bersifat subsisten, jadi jika hasil pertaniannya melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya, petani akan menjual hasil pertaniannya ke pasar. Sementara itu, petani dengan status lahan tidak hak milik, biasanya hanya menggarap lahan pertanian menggunakan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan untuk membagi keuntungan dari hasil pertanian yang diolahnya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa petani dengan status kepemilikan lahan pertanian milik pribadi banyak yang tergabung dalam Gapoktan Mandiri Jaya.
32
Tabel 7 Distribusi karakteristik individu petani menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status kepemilikan lahan Jumlah Karakteristik Individu Jumlah (orang) (%) Jenis kelamin Laki-laki 20 57.1 Perempuan 15 42.9 Tingkat pendidikan Tidak tamat SD 2 5.7 SD/Sederajat 14 40 SMP/Sederajat 4 11.4 SMA/Sederajat 12 34.3 Perguruan tinggi 3 8.6 Status kepemilikan lahan Milik 28 80 Bukan milik 7 20 Tingkat pendidikan merupakan jenjang responden dalam menempuh pendidikan formal saat pengisian kuesioner. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya sebanyak 40 persen berpendidikan hingga SD dan sebanyak 34.4 persen petani yang berpendidikan sampai SMA. Selain itu, terdapat data bahwa terdapat 11.4 persen petani dengan pendidikan SMP, terdapat 5.7 persen petani yang berpendidikan sampai Perguruan Tinggi dan sebanyak 8.6 persen petani yang pendidikannya Tidak Tamat SD. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya masih memiliki pendidikan yang rendah dan hanya sedikit petani dengan pendidikan tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan data bahwa sebagian besar petani hanya tamatan SD dan hanya sedikit sekali petani yang mengenyam pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi. Deskripsi Keterdedahan Petani Terhadap Media Komunikasi Keterdedahan Petani terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Frekuensi dan Lama Petani dalam Mengakses Media Komunikasi Keterdedahan petani terhadap media komunikasi dapat dilihat dari frekuensi petani dalam mengakses media komunikasi dalam satu bulan saat penelitian, serta lama petani dalam mengakses media komunikasi dalam sekali akses. Dalam hal ini, keterdedahan media komunikasi yang akan dibahas adalah keterdedahan terhadap televisi, radio, koran atau majalah, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan mengakses internet. Semua informasi yang diakses melalui media tersebut, difokuskan kepada informasi mengenai pertanian. Jadi keterdedahan media yang dimaksud adalah mengakses media komunikasi untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa keterdedahan petani anggota gapoktan terhadap keseluruhan media komunikasi adalah 25.45 jam. Akses terhadap
33
media komunikasi secara total memiliki akses terendah yaitu 0 jam dan akses tertinggi yaitu 136.5 jam pada akses selama satu bulan saat penelitian. Hal tersebut menandakan bahwa akses sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang untuk keseluruhan media komunikasi memiliki banyak variasi. Keterdedahan terhadap media komunikasi dapat dipengaruhi oleh lama bertani petani. Pada umumnya, semakin lama pengalaman bertani, maka informasi yang petani punya semakin banyak dan komplek, oleh karena itu, mereka jarang mencari informasi karena sebagian informasi yang disampaikan oleh media komunikasi sudah mereka ketahui lewat pengalaman bertaninya. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak AND, salah satu anggota gapoktan yang mempunyai jabatan sebagai sekretaris dalam gapoktan Mandiri Jaya, mengatakan bahwa: “Saat ini, petani yang sudah lama bertani tidak mudah begitu saja percaya dengan informasi yang disampaikan oleh media mana pun. Hal tersebut karena, apa yang disampaikan oleh media belum tentu benar dan dapat diterapkan dalam pertanian saya. Oleh karena itu, saya lebih percaya pada pengalaman saya selama ini menjadi petani. Saya bertani dengan cara yang diajarkan oleh keluarga saya dan selama ini hal tersebut masih berjalan dengan baik”.
Tabel 8 Deskripsi keterdedahan media komunikasi oleh petani Keterdedahan media Nilai Nilai Rata-rata komunikasi minimum maksimum Keterdedahan terhadap televisi 9.54 0 120 (jam) Keterdedahan terhadap radio 1.27 0 10 (jam) Keterdedahan terhadap koran 6.28 0 36 (jam) Keterdedahan terhadap seminar 5.71 0 63 pertanian (jam) Keterdedahan terhadap rapat 3.49 0 10 gapoktan (jam) Keterdedahan dalam bertemu 2.79 0 24 penyuluh (jam) Keterdedahan terhadap internet 0.26 0 5 (jam) Keterdedahan total (jam) 25.45 0 136.5
Standar deviasi 20.9 2.5 6.2 11.9 2.66 4.6 0.91 27.9
Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan memiliki rata-rata keterdedahan terhadap televisi sebesar 9.54 jam. Selain itu, responden juga memiliki keterdedahan terhadap televisi dengan nilai terendah sebesar 0 jam dan nilai tertinggi sebesar 120 jam. Hal tersebut berarti sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu televisi untuk mengakses informasi pertanian masih dalam taraf rendah. Rendahnya petani dalam mengakses media komunikasi disebabkan karena beberapa hal yaitu sebagian besar petani sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani mau pun pekerjaan sampingan lainnya, waktu tayangan televisi yang membahas mengenai pertanian juga terkadang bentrok dengan waktu kerja petani. Selain itu, setelah bekerja umumnya petani kelelahan
34
sehingga tidak sempat menonton televisi dan semakin sedikitnya televisi yang menyiarkan program pertanian menyebaabkan petani kesulitan dalam memperoleh informasi pertanian, sehingga petani menggunakan televisi sebagai sarana hiburan. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata petani anggota gapoktan memiliki keterdedahan terhadap radio sebesar 1.27 jam. Nilai akses radio terendah adalah 0 jam dan nilai akses radio tertinggi adalah 10 jam. Hal tersebut berarti, keterdedahan petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang terhadap media komunikasi radio masih dalam taraf rendah. Rendahnya akses petani dalam mendengarkan radio disebabkan oleh beberapa hal yaitu, petani tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan radio karena sibuk dengan pekerjaannya, petani sudah kelelahan dalam bekerja sehingga tidak bisa mendengarkan radio, sebagian besar petani tidak punya radio atau radionya sudah rusak sehingga tidak bisa dipakai, dan saat ini program radio yang menyiarkan informasi mengenai pertanian semakin sedikit jumlahnya sehingga petani kurang tertarik dalam mengakses media ini. Selain itu, radio hanya bisa di dengarkan dan petani tidak dapat melihat hasil dari penjelasan lewat radio sehingga sebagian besar petani menggunakan radio untuk hiburan seperti mendengarkan musik dan lainnya. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata keterdedahan terhadap koran atau majalah yang membahas informasi pertanian oleh petani anggota gapoktan sebesar 6.28 jam. Selain itu, nilai terendah dalam mengakses koran atau majalah mengenai informasi pertanian adalah 0 jam dan nilai tertinggi dalam akses terhadap koran adalah 36 jam. Berdasarkan data tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa keterdedahan petani di Desa Cikarawang terhadap koran masih pada taraf rendah. Rendahnya akses petani dalam membaca koran mengenai pertanian disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah tidak adanya penjual koran di desa dan jika ingin membeli koran, petani harus ke kota terlebih dahulu sehingga, jarang petani yang membaca koran dan mendapatkan informasi pertanian dari koran. Selain itu, petani juga masih banyak yang buta huruf dan faktor usia yang menyebabkan petani kurang mampu dalam membaca koran dengan baik. Berdasarkan Tabel 8, petani anggota gapoktan memiliki rata-rata keterdedahan terhadap seminar pertanian sebesar 5.71 jam. Nilai terendah keterdedahan terhadap seminar pertanian yaitu 0 jam dan nilai tertinggi dalam keterdedahan terhadap seminar pertanian adalah 63 jam. Hal tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang kurang terdedah terhadap seminar pertanian. Rendahnya keikutsertaan petani dalam seminar pertanian di sebabkan oleh sibuknya petani dalam pekerjaannya, waktu seminar yang sering kali bentrok dengan pekerjaan petani dan petani kurang dalam mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan acara seminar pertanian. Berdasarkan Tabel 8, keterdedahan terhadap rapat gapoktan oleh petani anggota gapoktan memiliki rata-rata sebesar 3.49 jam. Nilai terendah keterdedahan terhadap rapat gapoktan adalah 0 jam dan nilai tertinggi dalam keterdedahan terhadap rapat gapoktan adalah 10 jam. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi rapat gapoktan dengan taraf rendah. Hal tersebut disebabkan karena, rapat gapoktan lebih banyak dihadiri oleh penggurus saja, dan sedikit melibatkan anggota gapoktan. Anggota gapoktan dilibatkan dalam rapat gapoktan saat acara penting saja seperti persiapan lomba maupun acara besar lainnya. Selain itu, anggota
35
gapoktan juga tidak memperoleh informasi mengenai pelaksanaan rapat sehingga petani tidak tahu dan tidak menghadiri rapat gapoktan. Berdasarkan Tabel 8, rata-rata petani anggota gapoktan memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi bertemu dengan penyuluh sebesar 2.79 jam. Nilai keterdedahan terhadap bertemu penyuluh terendah adalah 0 jam dan nilai keterdedahan terhadap penyuluh tertinggi adalah 24 jam. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterdedahan petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang terhadap pertemuan dengan penyuluh masih dalam taraf rendah. Rendahnya akses petani dalam bertemu dengan penyuluh disebabkan oleh penyuluh lapang untuk Desa Cikarawang yaitu Bapak Sulaiman meninggal dunia, sehingga tidak ada penyuluh lapang di desa dan belum ada pengganti penyuluh lapang dari pemerintah daerah. Kepergian penyuluh lapang meninggalkan kesedihan mendalam bagi petani karena selama ini, penyuluh tersebut sangat membantu petani dalam hal pertanian. Penyuluh pertanian melaksankan penyuluhan minimal dua kali dalam sebulan. Hal tersebut bisa jadi bertambah jika petani memerlukan bantuan dari penyuluh lapang. Waktu penyuluhan biasanya disesuaikan dengan petani melalui koordinasi antara gapoktan dengan penyuluh lapang. Saat ini belum ada penyuluh pengganti di Desa Cikarawang, oleh karena itu, petani memilih untuk bekerja secara mandiri menggarap sawahnya sambil menunggu adanya penyuuluh lapang yang baru. Berdasarkan Tabel 8, petani anggota gapoktan rata-rata memiliki keterdedahan terhadap internet sebesar 0.25 jam. Nilai keterdedahan terendah terhadap internet adalah 0 jam dan nilai keterdedahan tertinggi terhadap internet adalah 5 jam. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar petani di Desa Cikarawang jarang yang menggunakan media komunikasi internet untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. Rendahnya akses petani dengan internet disebabkan oleh sebagian besar petani tidak merasa perlu mengakses internet dan belum mengetahui apa itu intenet, serta petani belum mempunyai pemahaman mengenai penggunaan internet. Petani lebih cenderung memilih media komunikasi lainnya karena mudah diakses oleh petani. Beberapa responden yang mengakses internet memiliki peralatan pendukung misalnya komputer, laptop dan modem. Situs yang pernah dikunjungi oleh responden yaitu situs mengenai buah naga dan okra, BP3K, dan situs mengenai gapoktan dari daerah lain. Informasi yang didapatkan dari internet adalah jenis-jenis buah naga dan manfaatnya dan manfaat okra sebagai obat darah tinggi.
Keterdedahan terhadap Media Komunikasi Berdasarkan Penggunaan Media Komunikasi oleh Petani Keterdedahan petani terhadap media komunikasi selain dapat dilihat dari frekuensi petani dalam mengakses media komunikasi dalam satu bulan saat penelitian, serta lama petani dalam mengakses media komunikasi dalam sekali akses, juga dapat dilihat dari segi cara yang dilakukan petani dalam memperoleh informasi mengenai pertanian melalui media komunikasi. Dalam hal ini, keterdedahan media komunikasi yang akan dibahas adalah keterdedahan terhadap televisi, radio, koran atau majalah, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan mengakses internet. Semua informasi yang diakses melalui media tersebut, difokuskan kepada informasi mengenai pertanian. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu televisi untuk sarana hiburan dan
36
menambah informasi. Sementara itu, anggota gapoktan yang mengakses televisi dapat mendapatkan informasi mengenai sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses televisi, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga yang tidak melakukan tindakan apapun yang mengindikasikan bahwa petani tersebut termasuk memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yang rendah karena tidak berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian. Stasiun televisi yang banyak diakses oleh petani terbagi menjadi dua yaitu televisi lokal seperti Megaswara, Elshinta, mau pun televisi nasional seperti TVRI, Trans TV, TV ONE dan SCTV. Program siaran televisi yang biasa diakses oleh petani yaitu profil desa, lumbung padi, berita mengenai pertanian, penyuluhan dan pengendalian hama serta pengolahan produk pertanian. Petani menggunakan televisi untuk hiburan dan menambah pengetahuan petani seperti menambah pengetahuan mengenai pertanian. Petani lebih banyak menggunakan televisi sebagai media untuk hiburan karena saat ini, stasiun televisi di Indonesia sebagian besar menayangkan acara hiburan dan semakin sedikit stasiun televisi yang menayangkan acara untuk pertanian. Informasi yang disampaikan melalui media televisi sangat berguna bagi petani yaitu untuk menambah pengetahuan petani dalam hal pertanian seperti pengenalan varietas tanaman baru, pengolahan hasil pertanian dan pembibitan ikan. Beberapa kendala yang dihadapi petani untuk mengakses media komunikasi televisi yaitu mati listrik, cuaca buruk sehingga siaran terganggu, dan acara yang sebentar sehingga membuat petani sering kali ketinggalan untuk mengikuti acara yang disajikan dalam televisi. Hal yang dilakukan oleh sebagian besar petani jika tidak bisa memperoleh atau ketinggalan dalam menonton acara televisi mengenai program pertanian yaitu, dengan cara bertanya kepada teman sesama petani, ketua gapoktan dan mengakses media komunikasi lainnya untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu radio untuk sarana hiburan dan menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari radio. Sementara itu, melalui radio, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses radio, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Stasiun radio yang banyak didengarkan oleh petani di Desa Cikarawang yaitu Radio Ciawi, Radio Agri FM, Radio Elshinta dan Radio Megaswara FM. Program atau informasi yang banyak didengarkan oleh petani antara lain yaitu mengenai budidaya tanaman, pengenalan varietas tanaman baru, cara beternak hewan seperti ikan lele, sapi dan kambing, serta cara pemberantasan hama. Kendala yang dihadapi oleh petani dalam mengakses radio adalah cuaca buruk sehingga siaran terganggu dan siaran pertanian di radio waktunya bentrok dengan kegiatan petani, sehingga petani tidak sempat mendengarkan radio. Hal yang dilakukan petani agar tidak ketinggalan informasi pertanian dari radio adalah dengan cara bertanya kepada orang lain seperti teman sesama petani, ketua gapoktan maupun penyuluh pertanian serta menggunakan media komunikasi lain untuk memperoleh informasi pertanian yang dibutuhkan
37
Tabel 9 Fungsi media komunikasi, jenis-jenis informasi dan pemilihan media komunikasi lain anggota gapoktan Mandiri Jaya Media komunikasi (%) TV
Radio
Koran
Seminar
Gapoktan
Penyuluh
Internet
Fungsi media komunikasi Hiburan
53.85
54.55
0.00
0.00
0.00
0.00
50.00
Menambah pengetahuan Interaksi sosial (Silahturahmi) Jenis-jenis informasi berdasarkan sektor mengenai pertanian Pertanian (varietas baru dan budidaya tanaman) Peternakan Perikanan Pemilihan media komunikasi lain saat terjadi hambatan media komunikasi Bertanya kepada petani Mengakses media lain Tidak melakukan apapun
46.15
45.45
100.00
93.75
91.67
94.12
50.00
0.00
0.00
0.00
6.25
8.33
5.88
0.00
64.8
65.2
76.9
100.0
100.0
100.0
40.0
27.8 7.4
30.4 4.3
15.4 7.7
0.0 0.0
0.0 0.0
0.0 0.0
20.0 40.0
66.04 28.30 5.66
67.57 27.03 5.41
76.92 15.38 7.69
92.59 0.00 7.41
92.59 0.00 7.41
86.21 6.90 6.90
100.00 0.00 0.00
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu koran atau majalah pertanian untuk menambah pengetahuan melalui informasi pertanian. Sementara itu, melalui koran, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses koran, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Koran atau majalah pertanian yang biasa dibaca oleh petani yaitu Sinar Tani, Lingkar Kampus, Radar Bogor, Trubus, Republika dan lainnya. Informasi yang biasa diperoleh petani melalui koran yaitu informasi keberhasilan petani di daerah lain, cara bercocok tanam, penemuan varietas baru, harga produk pertanian dan informasi lainnya. Kendala yang dihadapi untuk mengakses koran atau majalah mengenai pertanian yaitu keterbatasan waktu petani dan jauhnya lokasi pembelian koran. Hal yang dilakukan agar petani tidak ketinggalan informasi melaui koran yaitu bertanya dengan orang lain dan mengakses media komunikasi lainnya. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu seminar pertanian untuk menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari seminar dan sarana untuk silaturahmi dengan petani dari daerah lain. Sementara itu, melalui seminar
38
pertanian, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian saja. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses seminar pertanian, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya dan ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Seminar pertanian yang diikuti oleh petani sebagian besar berasal dari IPB, ada juga seminar pertanian dari P2KP, Forum Petani Muda Indonesia dan sebagainya. Informasi yang diperoleh antara lain yaitu pengenalan tanaman pangan, varietas bibit tanaman baru, pengolahan tanaman dengan cara jajar legowo, informasi mengenai modal awal bisnis jambu kristal dan cara dalam memasarkan jambu kristal, dan lainnya sebagainya. Kendala dalam mengikuti seminar pertanian adalah waktu seminar yang terkadang bentrok dengan kegiatan petani dan kurangnya informasi mengenai penyelenggaraan seminar. Hal yang dilakukan petani agar tidak ketinggalan informasi mengenai pertanian yaitu bertanya dengan penyuluh dan bertanya kepada teman sesama petani. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu rapat gapoktan untuk menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari rapat gapoktan dan sarana untuk silaturahmi dengan sesama petani anggota gapoktan. Sementara itu, melalui rapat gapoktan, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian saja. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses rapat gapoktan, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya dan ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Rapat anggota gapoktan dilaksanakan minimal empat kali dalam sebulan. Dalam rapat gapoktan pada bulan saat penelitian, hal yang dibicarakan adalah mengenai PUAP, tanaman obat di pekarangan dan sistem tanam jajar legowo. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu bertemu penyuluh pertanian untuk menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari pertemuan dengan penyuluh dan sarana untuk silaturahmi dengan penyuluh pertanian. Sementara itu, melalui pertemuan dengan penyuluh pertanian, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian saja. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses penyuluh pertanian, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi dan ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anggota gapoktan mengakses media komunikasi yaitu internet untuk sarana hiburan dan menambah pengetahuan melalui informasi pertanian yang diperolehnya dari internet. Sementara itu, melalui internet, petani anggota gapoktan dapat mendapatkan informasi yang berkaitan dengan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu dapat dilihat pula bahwa saat petani mengalami hambatan dalam mengakses internet, hal-hal yang dilakukan oleh petani agar tidak tertinggal informasi adalah dengan cara bertanya kepada petani lainnya, mengakses media komunikasi lainnya serta ada juga petani yang tidak melakukan tindakan apapun.
39
Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani Perilaku interpersonal petani dapat dilihat dari bagaimana cara petani dalam berinteraksi dengan orang lain seperti interaksi petani dengan keluarganya, interaksi petani dengan petani lainnya dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Keaktifan dalam berkomunikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan cara petani dalam memberikan penjelasan mengenai informasi pertanian; kepuasan dengan pendapat orang lain; penerimaan pendapat serta saran dari orang lain; memberikan informasi, saran dan pendapat kepada orang lain; meminta informasi, saran dan memberi pendapat kepada orang lain; pernyataan enggan untuk membantu menjelaskan mengenai informasi pertanian; meminta penjelasan kepada orang lain mengenai informasi pertanian; dan pembelaan terhadap pendapat sendiri. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa perilaku komunikasi interpersonal petani anggota gapoktan memiliki skor rata-rata 61.2. Skor terendah perilaku komunikasi interpersonal petani anggota gapoktan adalah 10 dan skor tertinggi perilaku komunikasi interpersonal petani adalah 132. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani anggota gapotan di Desa Cikarawang memiliki interaksi komunikasi interpersonal dengan orang lain dalam taraf sedang. Petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang termasuk dalam petani yang terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau untuk mendengarkan, menjelaskan, memberi saran mau pun meminta saran atau pendapat kepada orang lain. Secara umum, petani di Desa Cikarawang termasuk aktif dalam berinteraksi dengan orang lain untuk membahs informasi mengenai pertanian yang didapatkan dari berbagai sumber informasi. Tabel 10 Deskripsi perilaku komunikasi petani secara interpersonal dan kelompok Klasifikasi
Rata-rata
Nilai minimum
Nilai maksimum
Standar deviasi
Perilaku komunikasi interpersonal petani Interaksi komunikasi dengan keluarga Interaksi komunikasi dengan petani lain Interaksi komunikasi dengan penyuluh Total
9.43 31.49 18 61.2
0 6 0 10
24 44 66 132
9.4 8.31 21.3 30.56
Perilaku komunikasi kelompok petani
20.77
12
24
3.6
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa, petani anggota gapoktan memiliki rata-rata skor interaksi komunikasi interpersonal dengan keluarga sebesar 9.43. Skor minimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 0 dan skor maksimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 24. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi komunikasi dengan keluarga untuk membahas mengenai informasi pertanian masuk pada taraf rendah. Rendahnya interaksi petani dengan keluarga untuk membahas mengenai pertanian disebabkan karena dalam satu keluarga, biasanya hanya kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani dan dialah yang paling mengerti mengenai permasalahan pertanian, sedangkan keluarga yang lain seperti istri maupun anak kurang memahami mengenai pertanian. Sebagian
40
besar anak petani, jarang ada yang mau untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai petani. Sedangkan istri, bertugas untuk membereskan urusan rumah tangga. Petani di Desa Cikarawang sering berada di luar rumah untuk bekerja, sehingga mereka lebih banyak berkomunikasi dengan teman sesama petani untuk membahas masalah pertanian. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa skor rata-rata interaksi komunikasi interpersonal petani anggota gapoktan dengan petani lain adalah 31.49. Skor terendah untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 31.49 dan skor tertinggi untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 44. Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi komunikasi dengan petani lain dalam taraf rendah. Rata-rata skor interaksi interpersonal petani dengan teman petani di Desa Cikarawang menempati skor tertinggi dari keseluruhan jenis interaksi. Hal tersebut menggambarkan bahwa, sebagian besar interaksi komunikasi interpersonal petani terjadi antar sesama petani untuk membahas masalah pertanian. Penyebab seringnya interaksi interpersonal antar sesama petani disebabkan oleh tingginya intensitas pertemuan antar petani misalnya di sawah dan di rapat gapoktan untuk membahas masalah pertanian. Seringnya petani bertemu, mereka banyak yang saling bercerita mengenai permasalahan yang dihadapinya saat bertani dan mereka saling bertukar informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Komunikasi interpersonal petani dengan petani lainnya dapat dikatakan paling sering diantara jenis interaksi komunikasi lainnya. Berdasarkan Tabel 10, petani anggota gapoktan memiliki skor rata-rata dalam interaksi komunikasi dengan penyuluh sebanyak 18. Skor tertinggi interaksi komunikasi interpersonal petani dengan penyuluh adalah 0 dan skor tertinggi untuk interaksi interpersonal petani dengan penyuluh adalah 66. Rendahnya interaksi komunikasi petani dengan penyuluh disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah saat penelitian penyuluh pertanian untuk Desa Cikarawang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, perilaku komunikasi petani dengan penyuluh saat sebulan saat penelitian dapat dikatakan rendah. Interaksi komunikasi yang terjadi antara petani dengan penyuluh pada saat penelitian adalah mengenai sekolah lapang tanaman pangan terpadu (SNPTT). Setelah meninggalnya penyuluh, dan belum tersedianya penyuluh pengganti, maka petani di Desa Cikaarawang mengerjakan pertaniannya secara mandiri. Jika, petani menemui hambatan atau kesulitan dalam bertani, biasanya mereka berkonsultasi dengan teman sesama petani maupun ketua gapoktan Mandiri Jaya guna mendapatkan solusi mengenai permasalahan pertanian yang dihadapinya. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa petani anggota gapoktan memiliki skor rata-rata perilaku komunikasi dalam gapoktan sebesar 20.77. Skor terendah untuk perilaku komunikasi dalam rapat gapoktan adalah 12 dan skor tertinggi perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan adalah 24. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Cikarawang memiliki interaksi komunikasi dengan orang lain saat berjalannya rapat gapoktan, berada pada taraf sedang. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Cikarawang mempunyai keaktifan yang sedang dalam berkomunikasi dengan anggota gapoktan lain saat rapat gapoktan. Keaktifan komunikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan cara petani dalam melengkapii informasi anggota lainnya saat menjelaskan mengenai informasi pertanian; membuat lelucon saat rapat, penerimaan pendapat dari anggota gapoktan; penolakan terhadap pendapat anggota gapoktan lainnya; memberikan informasi, saran dan pendapat kepada anggota gapoktan lainnya; meminta informasi,
41
saran dan memberi pendapat kepada anggota gapoktan lainnya; pernyataan mau membantu menjelaskan mengenai informasi pertanian kepada anggota gapoktan; dan pembelaan terhadap pendapat sendiri saat rapat gapoktan. Bapak AB selaku ketua gapoktan Mandiri Jaya mengatakan bahwa: “Petani anggota gapoktan bersemangat mengikuti rapat anggota untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian dan program-program pertanian yang diterapkan. Sebagian besar petani saat rapat aktif bertanya mengenai masalah PUAP. Ada sekitar 70 persen petani baik wanita maupun laki-laki yang aktif bertanya mengenai masalah PUAP. Saat rapat gapoktan, banyak petani yang saling bertukarr dan memberikan informasi mengenai informasi pertanian yang didapatkanya melalui berbagai sumber informasi dan saat berjalannya rapat, petani anggota gapoktan saling mendengarkan pendapat orang lain sehingga rapat dapat berjalan kondusif karena adanya rasa saling menghargai antar anggota gapoktan”.
43
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI
Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa terdapat tujuh variabel yang berhubungan. Karakteristik individu yang mempengaruhi keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu jenis kelamin mempengaruhi keterdedahan terhadap akses internet, umur mempengaruhi keterdedahan terhadap koran, lama bertani berpengaruh terhadap keterdedahan dalam membaca koran, luas lahan mempengaruhi keterdedahan media komunikasi total, keterdedahan terhadap seminar pertanian, dan keterdedahan terhadap pertemuan penyuluh. Selain itu, terdapat juga hubungan antara status lahan dengan keterdedahan terhadap internet serta hubungan antara akses terhadap media komunikasi dengan keterdedahan terhadap koran. Tabel 11 Nilai korelasi antara karakteristik individu dengan keterdedahan terhadap media komunikasi oleh petani Karakteristik individu
Keterdedahan terhadap media komunikasi Televisi
Jenis kelamin
.645 -.102
Umur
Radio .318
Koran .207
Seminar pertanian .314
Rapat gapoktan .022**
-.087
-.095
.077
.265
*
Bertemu penyuluh .422 .040
Internet
Total
.243
.600
*
.001
-.346
Lama bertani
-.068
.069
-.377
-.014
.254
.013
-.328
-.102
Luas lahan
-.326
-.094
-.385*
-.205
.126
-.058
.162
-.310
Status lahan
.856
.607
.168
.545
.719
.770
.426
.426
.841
**
.059
.853
.687
.699
.631
.253
.316
*
-.107
*
.079
.390*
Pendidikan Akses terhadap media komunikasi
.325
.036
.333
.402
.385
Keterangan: * berhubungan nyata pada p<0.05 (Analisis rank spearman) ** berhubungan nyata pada α<0.05 (Analisis Chi Square)
Berdasarkan Tabel 11, luas lahan pertanian berhubungan nyata dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu koran. Luas lahan pertanian berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu koran. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi luas lahan petani, maka keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu koran semakin rendah. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang yang memiliki lahan luas jarang mengakses media komunikasi yaitu koran. Sementara itu, petani dengan luas lahan yang sempit malah justru memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu koran dalam taraf tinggi. Petani dengan luas lahan yang luas, pada umumnya enggan mencari informasi pertanian melalui media yang belum tentu memuat informasi pertanian yang sesuai dengan pertaniannya saat ini, sehingga petani dengan luas lahan luas memilih untuk mencari informasi mengenai pertanian melalui media komunikasi yang dianggap sesuai dengan pertanian yang digarapnya saat ini, misalnya penyuluh pertanian dan ketua gapoktan. Dengan luas
44
lahan pertanian yang luas, petani tidak mau untuk menggambil resiko tinggi dengan mengadopsi inovasi melalui media komunikasi yang sembarangan karena, informasi tersebut dapat dianggap merugikan petani. Sementara itu, petani dengan luas lahan sempit pada umumnya memiliki akses terhadap koran yang tinggi karena, koran dapat dibaca setiap saat sehingga mudah untuk dipahami dan banyak informasi pertanian yang baru seperti bibit baru, varietas tanaman baru dan lainnya yang dapat diperoleh melalui koran, sehingga pengetahuan petani terhadap pertanian dapat meningkat. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa, jenis kelamin memiliki hubungan dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan. Hubungan antara jenis kelamin dengan keterdedahan terhadap rapat gapoktan berhubungan secara nyata positif. Jadi, petani berjenis kelamin laki-laki memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan taraf tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan fakta bahwa petani laki-laki lebih banyak yang mengakses rapat gapoktan dibandingkan dengan petani perempuan. Keterdedahan petani laki-laki terhadap rapat gapoktan yang tinggi disebabkan oleh sebagian besar petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya adalah petani lakilaki dengan pekerjaan utama sebagai petani dan sebagai sumber nafkah utama bagi keluarganya. Petani laki-laki mengolah sawahnya dengan bantuan petani perempuan. Hal tersebut berarti, petani laki-laki sebagai pengelola utama, akan selalu mencari informasi mengenai pertanian melalui berbagai media komunikasi karena mereka membutuhkan informasi tersebut untuk pertaniannya. Petani laki-laki lebih aktif mencari informasi melalui media komunikasi, sedangkan petani perempuan cenderung pasif dalam mencari informasi mengenai pertanian dan bergantung kepada petani lakilaki. Selain itu, petani perempuan juga sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya yang menyebabkan mereka kurang dapat mengikti rapat gapoktan secara penuh. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa umur petani berhubungan nyata dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet. Hubungan umur dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet adalah berhubungan nyata secara negatif. Jadi, semakin tinggi umur petani, maka keterdedahan terhadap media komunikasi internet semakin rendah. Sebagian besar petani anggota gapoktan di Desa Cikarawang memiliki umur yang tidak tergolong muda lagi. Umur yang sudah menua menandakan bahwa pengalaman petani dalam bertani pun cukup lama, sehingga pengetahuanya mengenai pertanian pun juga cukup lama. Penelitian ini mendapatkan fakta bahwa sebagian besar petani yang termasuk ke dalam usia muda maupun sedang lebih sering mengakses internet dibandingkan dengan petani tua. Hal tersebut disebabkan oleh, petani tua umumnya tidak mengerti dan kurang memahami bagaimana cara dalam menggunakan internet dan mereka merasa belum memerlukan informasi melalui media komunikasi yaitu internet. Sementara itu, petani muda dan sedang dengan pengalaman bertani yang belum cukup lama, membuatnya untuk lebih aktif lagi dalam mencari informasi pertanian. Petani muda dan sedang sebagian besar telah memiliki teknologi yang lebih maju seperti komputer, laptop dan handphone yang membuat mereka dapat memperoleh informasi dari sumber tersebut, sehingga informasi pertanian yang didapatkanya dapat semakin bertambah. Analisis chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi. Dalam hal ini, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan keterdedahan terhadap radio. Hal tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula keterdedahanya terhadap media komunikasi yaitu radio. Petani
45
dengan pendidikan yang tinggi akan mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui berbagai media agar dapat memperoleh informasi pertanian yang bermanfaat untuk pertaniannya. Petani dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki akses terhadap radio yang tinggi pul. Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar petani dengan pendidikan tinggi merupakan petani yang aktif dalam gapoktan dan memiliki pengetahuan mengenai pertanian yang tinggi pula. Hal tersebut membuat mereka mencari informasi dari berbagai sumber terutama radio untuk nanti didiskusikan dengan petani lain atau saat rapat gapoktan berlangsung. Analisis chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara status kepemilikan lahan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara status kepemilikan lahan pertanian dengan keterdedahan petani terhadap keseluruhan media komunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti dapat digambarkan bahwa status kepemilikan lahan petani di Desa Cikarawang tidak mempengaruhi keterdedahan petani terhadap media komunikasi untuk mencari informasi mengenai pertanian. Petani dengan status kepemilikan lahan baik milik maupun bukan milik, memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses informasi pertanian melalui media komunikasi seperti televisi, radio, koran, seminar pertanian, rapat gapoktan, bertemu penyuluh dan internet. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa akses terhadap media komunikasi berhubungan nyata dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu seminar pertanian dan keterdedahan dalam bertemu penyuluh pertanian, serta berhubungan dengan keterdedahan terhadap media komunikasi total. Hubungan akses terhadap media komunikasi dengan keikutsertaan petani dalam seminar dan bertemu penyuluh adalah hubungan nyata positif. Hal tersebut berarti, semakin petani memiliki akses terhadap media komunikasi yang tinggi, maka semakin sering petani mengikuti seminar pertanian dan semakin tinggi akses petani terhadap media komunikasi, maka semakin sering juga petani dalam bertemu penyuluh pertanian. Petani dengan akses terhadap media komunikasi yang banyak pada umumnya lebih aktif dalam mengikuti seminar pertanian. Petani senang menggikuti seminar pertanian karena, pada umumnya dalam seminar pertanian terdapat pelatihan-pelatihan dan contoh yang diberikan oleh penyelenggara seminar secara langsung, sehingga petani lebih mudah dalam memahami isi materi pertanian yang disampaikan saat seminar. Selain itu, petani juga dapat bertukarr informasi dengan petani lainnya, sehingga pengetahuan yang didapatkan oleh petani semakin bertambah. Petani dengan akses terhadap media komunikasi yang tinggi juga memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu penyuluh dengan tingkat keterdedahan yang tinggi pula. Petani yang aktif dalam mencari informasi dengan akses terhadap media komunikasi tinggi, biasanya menggali informasi pertanian yang lebih banyak kepada penyuluh pertanian. Hal tersebut terjadi karena, petani ingin lebih memaksimalkan pengelolaan sawahnya dengan mencari informasi dari penyuluh dan petani aktif dalam berdiskusi dengan penyuluh pertanian mengenai informasi yang telah didapatkanya melalui media komunikasi lainnya, untuk dicaritahu mengenai kebenaran dari informasi tersebut. Selain itu, akses terhadap media informasi juga berhubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap media komunikasi total. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi akses petani terhadap media komunikasi, maka semakin tinggi pula keterdedahannya terhadap total media komunikasi. Hal tersebut berarti, petani di Desa Cikarawang sudah dapat mengakses
46
banyak media komunikasi, sehingga mereka memiliki keterdedahan terhadap media komunikasi yang tinggi. Variabel-variabel yang tidak berhubungan antara karakteristik individu petani dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi disebabkan oleh, semua anggota gapoktan yang memiliki karakteristik individu yang berbeda memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses media komunikasi, sehingga petani dapat terdedah terhadap media komunikasi tersebut.
47
HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Petani
Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi interpersonal oleh petani. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa terdapat satu variabel yang saling berhubungan yaitu keterdedahan terhadap media komunikasi internet dengan perilaku komunikasi interpersonal petani secara total dan perilaku interaksi petani dengan keluarga. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet, berhubungan nyata positif dengan interaksi komunikasi petani dengan keluarga dan perilaku interaksi petani secara total. Hal tersebut menggambarkan bahwa, semakin tinggi akses atau keterdedahan petani terhadap media komunikasi yaitu internet, maka semakin tinggi pula interaksi komunikasi petani dengan keluarga untuk membahas informasi mengenai pertanian. Selain itu, semakin tinggi keterdedahan petani terhadap internet, maka semakin tinggi pula keaktifan petani dalam melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain. Petani yang sudah terdedah terhadap internet dapat disebut sebagai petani yang sudah maju. Hal tersebut berarti petani telah memiliki akses terhadap berbagai macam media komunikasi yang membuatnya memperoleh informasi pertanian yang cukup banyak. Petani dengan keterdedahan internet yang tinggi memiliki tingkat komunikasi interpersonal yang tinggi pula dengan orang lain. Mereka mempunyai banyak pengetahuan dan saling bertukarr pengetahuan dengan orang lain serta saling bantu membantu dalam menyelesaikan permasalahan pertanian. Tabel 12 Nilai korelasi antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi interpersonal petani Keterdedahan media komunikasi
Perilaku komunikasi interpersonal petani Interaksi komunikasi dengan keluarga
Televisi
Interaksi komunikasi dengan petani lain
Interaksi komunikasi dengan penyuluh -.041
Total
-.001
.247
Radio
.279
.275
.026
.251
Koran
.010
.133
-.126
-.011
-.085
.081
.155
.174
.052
-.040
-.119
-.012
Bertemu penyuluh
-.274
.086
.142
-.016
Internet
.413*
.068
.267
.367*
Total
-.097
.234
.066
.175
Seminar pertanian Rapat gapoktan
Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0.05
.103
48
Semakin tinggi keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu internet, maka semakin tinggi pula intensitas petani dalam berkomunikasi dengan anggota keluarganya untuk membahas informasi mengenai pertanian. Petani yang memiliki akses terhadap internet, pada umumnya merupakan petani yang menjadi pengurus dalam gapoktan Mandiri Jaya dan petani tersebut termasuk aktif baik dalam mencari informasi maupun berkomunikasi secara interpersonal dengan orang lain. Dalam hal ini, ditemukan bahwa petani mengakses informasi pertanian melalui internet lalu menjadi aktif berkomunikasi dengan keluarganya. Internet dianggap belum sebagai media utama bagi petani untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. Sementara itu, informasi pertanian kurang dianggap teruji kebenaranya oleh petani. Hal tersebut menyebabkan petani aktif berinteraksi membahas informasi pertanian melalui internet dengan keluarga dibandingkan berinteraksi dengan orang lain, karena sebagian besar petani takut untuk menyebarkanya karena mereka menganggap bahwa informasi yang didapatkanya kurang benar.
Hubungan antara Keterdedahan terhadap Media Komunikasi dengan Perilaku Komunikasi Petani dalam Rapat Gapoktan Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan petani terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani. Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa terdapat tiga variabel yang saling berhubungan yaitu keterdedahan terhadap media komunikasi radio dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan, hubungan antara keterdedahan media komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan, dan hubungan keterdedahan terhadap media komunikasi total dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Tabel 13 Nilai korelasi hubungan antara keterdedahan terhadap media komunikasi dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan Keterdedahan media komunikasi Televisi Radio Koran Seminar pertanian Rapat gapoktan Bertemu penyuluh Internet Total
Perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan .296 .402* .241 .180 .619** .001 .051 .375*
Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0.05 **Berhubungan sangat nyata pada p<0.01
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata yang positif antara keterdedahan terhadap media komunikasi radio oleh petani dengan perilaku komunikasi dalam rapat gapoktan. Semakin tinggi keterdedahan petani terhadap media
49
komunikasi yaitu radio, maka semakin tinggi pula interaksi atau keaktifan komunikasi petani pada saat rapat gapoktan. Petani yang aktif mencari informasi melalui radio biasanya merupakan petani yang tergabung dalam kepengurusan gapoktan. Selain itu, petani dengan keterdedahan terhadap media komunikasi yang tinggi biasanya juga mendengarkan radio untuk melengkapi informasi pertanian yang mereka butuhkan. Dalam hal ini, keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu radio berhubungan nyata positif dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Petani yang mempunyai keterdedahan terhadap media komunikasi radio yang tinggi biasanya aktif dalam berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya untuk membahas informasi pertanian. Selain itu, petani yang mempunyai keterdedahan yang tinggi terhadap radio umumnya memiliki informasi pertanian yang lengkap sehingga mereka berani mengungkapkan pendapatnya saat berlangsungnya rapat gapoktan. Selain itu, terdapat hubungan sangat nyata positif antara keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Hal tersebut digambarkan dengan, semakin tinggi keikutsertaan petani dalam rapat gapoktan, maka semakin tinggi pula interaksi komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Hal tersebut berarti petani yang sering ikutserta dalam rapat gapoktan, sudah mengetahui suasana saat rapat sehingga petani dalam mengetahui jalannya arah komunikasi saat rapat gapoktan dilaksanakan dan petani dapat berbaur dalam rapat gapoktan tersebut. Selain itu, petani yang sering ikut dalam rapat gapoktan biasanya adalah petani pengurus gapoktan dan mereka mempunyai informasi mengenai pertanian yang cukup banyak dibandingkan dengan anggota gapoktan, sehingga mereka aktif dalam berkomunikasi dengan anggota gapoktan lainnya saat mengikuti rapat gapoktan. Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa, terdapat hubungan nyata positif antara keterdedahan terhadap media komunikasi total dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Hal tersebut berarti bahwa, semakin tinggi keterdedahan petani terhadap semua media komunikasi, semakin tinggi pula interaksi komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Petani yang mengakses media komunikasi secara keseluruhan dapat dikatakan memiliki informasi mengenai pertanian yang lengkap, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya saat rapat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang dimilikinnya serta memberikan penjelasan kepada anggota gapoktan lainnya. Pada umumnya ketua gapoktan merupakan petani yang memiliki tingkatan tinggi dalam keterdedahan total terhadap media komunikasi, sehingga banyak anggota gapoktan yang sering bertanya kepadanya untuk memperoleh solusi maupun informasi mengenai pertanian.
51
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik individu petani di Desa Cikarawang yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya yaitu sebagian besar petani berumur paruh baya dengan pengalaman bertani yang cukup lama. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani di Desa cukup luas dengan rata-rata luas lahan seluas 3342 m2. Sebagian besar petani di Desa Cikarawang menggarap lahan dengan status lahan milik sendiri. Selain itu, petani yang tergabung dalam gapoktan Mandiri Jaya sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan sebagian besar petani juga memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sampai tamat SD. Petani di Desa Cikarawang sudah aktif dalam mengakses media komunikasi. Mereka memiliki tingkat frekuensi dan lama dalam mengakses media komunikasi yang tinggi selama satu bulan saat penelitian. Media yang paling sering diakses oleh petani adalah televisi, sedangkan media yang paling jarang diakses oleh petani adalah internet. Perilaku komunikasi petani di Desa Cikarawang dapat dibagi ke dalam dua perilaku komunikasi, yaitu perilaku komunikasi petani secara interpersonal dengan sesama petani dan perilaku komunikasi petani dalam kelompok tani. Sebagian besar petani di Desa Cikarawang dapat dikatakan telah aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain dan aktif berkomunikasi saat rapat gapoktan. Petani di Desa Cikarawang memiliki informasi mengenai pertanian yang cukup banyak, sehingga membuat petani aktif dalam berkomunikasi untuk membicarakan mengenai permasalahan pertanian. Karakteristik individu petani sebagian besar tidak berhubungan dengan keterdedahan petani terhadap media komunikasi. Ada beberapa variabel yang berhubungan dan dapat ditunjukkan oleh umur berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap internet, lama bertani berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap koran atau majalah pertanian, luas lahan berhubungan nyata negatif dengan keterdedahan petani terhadap koran. Selain itu, terdapat variabel akses terhadap media komunikasi yang berhubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap seminar pertanian. Akses terhadap media komunikasi juga mempunyai hubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap penyuluh dan akses terhadap media komunikasi juga berhubungan nyata positif dengan keterdedahan terhadap keseluruhan media komunikasi. Selain itu, terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan keterdedahan terhadap rapat gapoktan dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan keterdedahan terhadap radio. Keterdedahan terhadap media komunikasi sebagian besar tidak berhubungan dengan perilaku komunikasi interpersonal petani di Desa Cikarawang. Ada variabel yang berhubungan dan dapat ditunjukkan oleh variabel keterdedahan terhadap media komunikasi internet yang berhubungan nyata positif dengan interaksi komunikasi petani dengan keluarga serta hubungan antara variabel keterdedahan terhadap internet yang berhubungan nyata positif dengan perilaku komunikasi interpersonal petani secara interpersonal dengan orang lain. Sebagian besar variabel keterdedahan terhadap media
52
komunikasi tidak berhubungan. Ada beberapa variabel yang berhubungan nyata seperti, keterdedahan terhadap radio yang berhubungan nyata positif dengan perilaku komunikasi petani dalam rapat gapoktan. Selain itu, terdapat hubungan pula antara variabel keterdedahan terhadap media komunikasi yaitu rapat gapoktan yang berhubungan sangat nyata dengan keaktifan perilaku komunikasi petani saat rapat gapoktan dan terdapat hubungan antara variabel keterdedahan total terhadap media komunikasi yang berhubungan nyata positif dengan keaktifan perilaku komunikasi petani dalam berinteraksi dengan anggota gapoktan lainnya saat rapat gapoktan.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah: 1. Penyuluh pertanian dan ketua gapoktan seharusnya mampu mendorong petani usia tua untuk lebih terdedah terhadap internet, sehingga informasi mengenai pertanian yang diperoleh lebih banyak dan dapat dijadikan percontohan bagi anggota petani gapoktan. Untuk mendorong keterdedahan etani terhadap internet, maka penyuluh seharusnya mengadakan pelatihan dan pembelajaran khusus kepada petani terutama usia tua agar petani dapat memanfaatkan internet sebagai media komunikasi untuk memperoleh informasi mengenai pertanian. 2. Ketua gapoktan seharusnya lebih mensosialisasikan kepemilikan inventaris gapoktan yaitu koran mengenai pertanian kepada anggota gapoktan, sehingga anggota gapoktan tidak kesulitan dalam memperoleh koran dan mereka juga dapat selalu memperbaharui informasi yang mereka dapatkan melalui koran tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar petani dengan pengaalaman bertani yang tinggi dapat mengakses media komunikasi tersebut dengan mudah, sehingga petani dapat memperoleh informasi mengenai pertanian. 3. Penyuluh seharusnya dapat lebih dalam lagi mempelajari karakteristik anggota gapoktan, agar dapat mengetahui informasi apa saja yang dimiliki oleh mereka, sehingga informasi pertanian yang mereka dapatkan tidak sia-sia atau bahkan jika dikoordinasikan dengan baik, informasi tersebut akan membuahkan hasil program yang bermanfaat bagi petani. 4. Stasiun penyiaran dan media cetak, seharusnya dapat lebih menambah program siaranya mengenai informasi pertanian dengan cara, menambah jam tayang program maupun memperbaharui jadwal penayangan siaran pada media massa, sehingga petani dapat mengakses media komunikasi tersebut. 5. Ketua gapoktan seharusnya dapat memberikan rangsangan saat rapat agar anggota gapoktan dapat aktif menyuarakan pendapatnya, sehingga informasi yang mereka dapatkan dari media komunikasi, dapat didiskusikan bersama, sehingga nantinya dapat menemukan informasi pertanian yang bermanfaat dan bisa diaplikasikan.
53
DAFTAR PUSTAKA Anantanyu S. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah). [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Apriyanto A. 2012. Pembangunan pertanian di Indonesia. [internet]. [diacu 31 Mei 2012]. Tersedia di http://www.deptan.go.id/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf. Awaliah R. 2012. Efektivitas media komunikasi bagi petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang (Kasus program ketahanan pangan). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Ayu N P S. 2011. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan dan Hubunganya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Azainil. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektivan komunikasi kelompok tani (Kasus penerapan proyek pembinaan peningkatan pendapatan petaninelayan kecil). Jurnal EPP. Vol. 2, No. 2, Hal. 1-7. [internet]. [diacu 7 April 2012]. Tersedia dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/adminjurnal/220517.pdf. Badan Litbang Pertanian. 2005. BPS Telah Hasilkan Sensus Pertanian 2003. [internet]. [diacu 26 Maret 2012]. Tersedia dari http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/226/. Berlo D K. 1973. The process of communication: An introduction to theory and practice. New York: Holt Rinerhart and Winston, Inc. BPS. 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. [Internet]. [diacu 9 Mei 2012]. Tersedia dari http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2012.pdf. Cangara H. 1998. Pengantar ilmu komunikasi. PT Raja grafindo Persada: Jakarta. Danim S. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. Fakhrina. 2004. Perilaku komunikasi dan partisipasi kelompok petani pemakai air dalam pengelolaan irigasi (Kasus P3A di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Goldeberg A dan Larson C. 2006. Komunikasi kelompok. UI Press: Jakarta. Gould J dan Kolb W L (Eds). 1964. A Dictionary of Social Science. New York: The Free Press.
54
Handayani M A. 2002. Hubungan karakteristik individu, prilaku komunikasi, dan penggunaan jenis media dengan pemahaman petani tentang kredit ketahanan pangan (Kasus: Kelompok tani di Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor Kincaid D L. 1979. The convergence model of communication. Honolulu: The EastWest Communication Institut. Kifli G C. 2002. Perilaku komunikasi petani padi dalam usahatani tanman pangan (Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor Kifli G C. 2007. Strategi komunikasi pembangunan pertanian pada komunitas dayak di Kalimantan Barat. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No 2 Hal. 1125. [internet]. [diacu 26 Maret 2012]. Tersedia dari: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE25-2d.pdf Kurniawati N Y. 2009. Pola komunikasi kelompok tani dan komunikasi partisipatif anggotanya (Kasus: Pertemuan kelompok tani “Krida Tani Lestari” Dusun Mroto, Karanganyar, Surakarta). [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Lionberger H F dan Paul H G. 1982. Communication strategic: A guide for agricultural change agent. Illions: The Interstate Printers and Public Inc. Manjar A. 2002. Efektivitas komunikasi perencanaan partisipatif pembangunan masyarakat desa (P3MD) pada lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) di Kabupaten Bogor. [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Morissan M A. 2005. Media penyiaran, strategi mengelola radio dan televisi. Tangerang : Ramdina Prakarsa. Mulyana D. 2006. Ilmu komunikasi sebagai suatu pengantar. Bandung : Remaja Rosida Mulyandari R S H, Sumarjo, Pandjaitan N K, dan Lubis D P. 2010. Pola Komunikasi Dalam Pengembangan Modal Manusia dan Sosial Pertanian. Jurnal : Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 28, No. 2, Desember 2010 hal. 135-158. [internet]. [diacu 31 Mei 2012]. Tersedia di pse.litbang.deptan.go.id/pdffiles. Nasution Z. 2009. Komunikasi pembangunan, pengenalan teori dan penerapannya. Jakarta: Rajawali Pers. Prawiranegara D. 2010. Pengaruh media komunikasi terhadap pemberdayaan petani pada program Prima Tani lahan sawah irigasi di Kabupaten Karawang. [internet]. [diacu 23 Januari 2013]. Tersedia di repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/40979
55
Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Peraturan menteri pertanian nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007. [internet]. [diacu 31 Mei 2012]. Tersedia dari: http://perundangan.deptan.go.id/admin/k_mentan/SK-273-07.pdf. Rahmani A W. 2006. Efektivitas komunikasi dalam pemberdayaan kelompok mandiri lahan kering (Kasus: Program PIDRA di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat). [Thesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Rogers E M. 1976. Komunikasi dan pembangunan perspektif kritis. Terjemahan. Jakarta: LP3ES. Setiabudi D. 2004. Pemanfaatan media informasi teknologi pertanian oleh penyuluh pertanian di Jakarta. [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Syahyuti. 2007. Kebijakan pengembangan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai kelembagaan ekonomi di pedesaan. Jurnal: Analisis kebijakan pertanian. Volume 5 no 1, Maret 2007: 15-35. [internet]. [diacu 21 Januari 2013]. Tersedia di pse.litbang.deptan.go.id/ind.pdffiles/ISUS-1b.pdf. Syahyuti F S dan Beni R. 1999. Kegiatan kelembagaan penyelenggara penyuluhan pertanin nasional, dinamika sosial ekonomi dan kelembagaan pertanian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Uchrowi Z. 2006. Model ketahanan kelompok tani di Jawa. [Disertasi]. Bogor [ID]: Sekolah Pasca Sarjana: Institut Pertanian Bogor. Van den Ban, A W dan Hawkins H S. 1999. Penyuluhan pertanian. Terjemahan oleh AD Herdiasti. Kanisius. Yogjakarta.
57
RIWAYAT HIDUP
Nita Dwi Pratiwi dilahirkan di Kota Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 7 April 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Suprihatin dan Niken Andamari. Penulis memulai pendidikan di TK Negri Rembang pada tahun 1995 sampai dengan 1997. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SDN Leteh 1 Rembang pada tahun 1997 sampai dengan 2003. Pada tahun 2003 sampai dengan 2006, penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama (SMP) di SMP favorit di Kota Rembang yaitu SMPN 2 Rembang. Selanjutnya penulis melanjutkan studi ke SMA N 2 Rembang pada tahun 2006 sampai dengan 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), di departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, melalui Jalur undangan (USMI). Selama studinya di SD, SMP maupun SMA, penulis dapat menorehkan beberapa prestasi. Prestasi tersebut diantaranya juara harapan I lomba mata pelajaran agama se- Kabupten Rembang. Pada saat SMP, penulis selalu masuk dalam kelas unggulan dan menjadi peserta didik untuk mengikuti lomba biologi. Selain itu, penulis juga terpilih menjadi peserta debat Bahasa Inggris sewaktu SMP dan berhasil mendapatkan pelatihan penggunaan Bahasa Inggris melalui media elektronik.Pada saat SMA penulis masuk ke dalam peringkat ke-3 pararel kelas IPA dan penulis beserta kelompok pramukanya mendapatkan juara I dalan peserta upacara terbaik se-Kabupaten Rembang. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis telah menggikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan yaitu penulis aktif dalam organisasi Himpunan Keluarga Rembang Bogor (HKRB) pada tahun 2009 sampai dengan sekarang. Selanjutnya, penulis pernah menjadi anggota dari UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA IPB) pada tahun 2009 sampai dengan 2010 dan penulis juga tergabung dalam divisi kreatif Sanggar Juara pada tahun 2010 sampai dengan 2011. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian yaitu penulis menjadi panitia konsumsi, acara dan dana usaha pada kegiatan yang diadakan HKRB, penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan sebagai ketua divisi dana usaha untuk kegiatan communication day pada tahun 2011. Pretasi penulis saat menjadi mahasiswa cukup banyak diantaranya adalah penulis masuk ke dalam semi finalis Bayer Young Enviromental Envoy (BYEE) pada tahun 2011 tingkat nasional. Selain itu, penulis juga masuk dalam finalis lomba Wismilack Diplomat Challenge (WDC) season 2 dalam sekala umum nasional pada tahun 2011. Penulis juga lolos dalam 10 besar lomba bisnis plan nasional “Extravaganza” yang diadakan di IPB pada tahun 2011 dan penulis juga masuk menjadi finalis pada lomba bisnis plan Youth Green Tea sekala nasional pada tahun 2011.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Daftar populasi anggota gapoktan Mandiri Jaya No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 No.
Nama Responden No. Nama Responden Ahmad Bastari 51 Pepeh Efendi Norma 52 Nanah Samsudin 53 M. Nurdin Rowi 54 Abdul salam Mariami 55 Yadi Uhid 56 Rohayati Ardi 57 Adeh Deni Suwandi 58 Agus Supriyanto A. Hamdani 59 Ani Suryani Anas 60 Obi prihatin Andung 61 Asnawi Andriyani 62 Badai Maulana Saharudin 63 Cahyadi Harjo Hamdani 64 Syarif Murnan 65 Jaya Sanuki 66 Sadi H. Uning 67 Titin Maryani Wanda Riyanto 68 Jamsari Iti Hasanah 69 Enceng Nara 70 Mija Owil bini 71 Mina Hendri 72 Jamaludin Asda 73 Siti Sofiyah Nanan 74 Siti Khodijah Anas 75 Majid Enin 76 Yuyun Yuningsih A. Wahyudin 77 Arsih Entin 78 Casmawati Rahadi 79 Usnadi M. Subur 80 Jani Nazar 81 Iding Noviyanti 82 Mista Badri 83 Arsik Kajo Erni Utami 84 Murnan Madiusa 85 Roni Sukardi 86 Yuli Apriyanto Nama Responden No. Nama Responden
No. 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 No.
Nama Responden Mansyur Setiadi Misnan Novestu Ratio Tutty Ade Rosidah Melan Eem Suhaeni Nara Nurhayati Wanda Riyanto Elih Suminah Main Enceng Siti Maemunah Anis Safitri Syarif Umar Thomas Yanto Aman Gobet Rahi Mulyanah M. Taufik Deddy Amran Santung Adon Misni Irma Embay Armi Uus Hariadi Sainam Supendi Titin Suryaningsih Nyi Hatimah Wahyudin Nama Responden
61
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Ujang Miati Parman Harun Elih Suminah Ety Parwati Imay Umayah Iti Inah Mihara Pepen Efendi Armi Karta
87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
A. Napi 137 M. Syaifullah Epy 138 Supriyatna Dedi Amran Yusa Sunerti Asin Adi Supardi Suhanda Uning Lesmana Wawan Hermawan R. Karowati Wiyatno Achmad Kohari
Lampiran 2 Daftar responden penelitian No. 1 2 11 21 22 23 32 35 37 38 47 48 49 51 52 53 67 68 71
Nama responden Ahmad Bastari Norma Andung Owil bini Hendri Asda Noviyanti Madiusa Ujang Miati Mihara Pepen Efendi Armi Pepeh Efendi Nanah M. Nurdin Titin Maryani Jamsari Mina
No. 73 75 77 78 81 82 87 92 93 94 95 99 105 106 120 134
Nama responden Siti Sofiyah Majid Arsih Casmawati Iding Mista A. Napi Asin Adi Supardi Suhanda Uning Lesmana Sunerti Tutty Ade Rosidah Aman Gobet Titin Suryaningsing
62
Lampiran 3 Kuesioner penelitian KUISONER PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI (Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) No kuesioner : (diisi oleh peneliti) …………………… Tanggal : Nama : I. Identitas Responden : [a] Laki-Laki 1. Jenis kelamin [b] Perempuan : …………………(Tahun) 2. Umur 3.
Lama bekerja menjadi petani
: …………………(Tahun)
4.
Pendidikan terakhir yang ditempuh
: [a]Tidak tamat SD [b] SD [c] SMP/sederajat [d] SMA/sederajat [e] Perguruan Tinggi
5.
Luas lahan pertanian
: …………………(
6.
Status kepemilikan lahan pertanian Akses terhadap media komunikasi
: [a] Milik [b] Bukan milik
8.
)
: [a] Televisi [b] Radio [c] Koran/Majalah [d] Pertemuan seminar pertanian [e] Pertemuan dengan gapoktan [f] Pertemuan dengan penyuluh [g] Internet 14. Apakah menurut anda fasilitas : jaringan komunikasi di desa ini sudah layak? II. Keterdedahan petani oleh media komunikasi: A. Frekuensi dan lama melihat televisi 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda melihat siaran televisi mengenai pertanian?
: ………(kali/sebulan saat penelitian )
63
2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk melihat televisi mengenai pertanian?
: ..…….( jam/sekali tontonan)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Program televisi apakah yang anda tonton mengenai pertanian selama sebulan ini, sebutkan! No. Nama program siaran Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 B. Frekuensi dan lama mendengarkan radio 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda melihat siaran radio mengenai pertanian? 2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk melihat radio mengenai pertanian?
: .……(kali/ sebulan saat penelitian ) : …….( jam/ sekali mendengarkan radio)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Program radio apakah yang anda dengarkan mengenai pertanian selama sebulan ini, sebutkan! No. Nama program siaran Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 C. Frekuensi dan lama membaca koran 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda
: ………(kali/ sebulan
64
membaca koran mengenai pertanian? 2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk membaca koran mengenai pertanian?
saat penelitian ) : …….( jam/ sekali membaca koran)
3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Rublik koran/majalah apakah yang anda baca mengenai pertanian selama sebulan ini, sebutkan! No. Nama Rublik Koran Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 5 D. Frekuensi dan lama mengakses pertemuan seminar pertanian : ……(kali/bulan) 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda menghadiri seminar/pelatihan mengenai pertanian? 2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk : ……( jam/ mengikuti seminar mengenai pertanian? mendatangi seminar) 3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Informasi apakah yang anda dapatkan dari seminar pertanian yang anda ikuti, sebutkan! No. Nama seminar Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3
65
E. Frekuensi dan Lama dalam Mengikuti Rapat Gapoktan 1. Informasi apakah yang anda dapatkan dari pertemuan dengan gapoktan yang anda ikuti, sebutkan! No. Bulan Pertemuan Frekuensi (kali ) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 5 2. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 3. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 4. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 5. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? F. Frekuensi dan lama bertemu dengan penyuluh untuk memperoleh informasi pertanian 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda bertemu : ……(kali/sebulan) dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian? 2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk : ..…….( jam/sekali bertemu dengan penyuluh? bertemu) 3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Informasi apakah yang anda dapatkan dari pertemuan dengan penyuluh pertanian, sebutkan! No. Nama penyuluh Frekuensi (Kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 5
66
G. Frekuensi dan lama mengakses internet untuk mencari informasi mengenai pertanian : ……(kali/sebulan) 1. Berapa kali dalam sebulan saat penelitian anda membuka internet untuk mencari informasi mengenai pertanian? 2. Berapa jamkah waktu yang anda pergunakan untuk : .….( jam/sekali membuka internet mengenai pertanian? mengakses internet) 3. Untuk hal apa saja anda menggunakan media komunikasi tersebut? 4. Apa manfaat yang anda dapatkan dengan mengakses media komunikasi tersebut? 5. Apakah ada hambatan atau kesulitan anda untuk dapat mengakses informasi melalui media komunikasi tersebut? 6. Apa saja cara yang anda lakukan untuk memperoleh informasi pertanian, jika anda tidak bisa mengakses media komunikasi tersebut? 7. Situs internet apakah yang anda buka mengenai pertanian selama sebulan, sebutkan! No. Situs internet Frekuensi (kali) Informasi pertanian yang di dapatkan. 1 2 3 4 5 III. Perilaku Komunikasi Petani 1. Komunikasi interpersonal petani (sebulan saat penelitian) *Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda anggap paling menggambarkan maksud anda! No.
Pertanyaan
1.
Apakah anda membantu menjelaskan informasi tentang pertanian kepada orang lain dalam hal bertani?
2.
Apakah anda puas dengan pendapat orang lain mengenai pertanian?
3.
Apakah anda menerima pendapat orang lain dalam hal bertani?
Ya Tidak Keterangan a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian.
67
4.
Apakah anda memberi saran anda kepada orang lain dalam bertani?
5.
Apakah anda memberi pendapat anda kepada orang lain dalam hal bertani?
6.
Apakah anda memberi informasi kepada orang lain mengenai pertanian?
7.
Apakah anda meminta informasi dari orang lain dalam bertani?
8.
Apakah anda meminta pendapat orang lain dalam hal bertani?
9.
Apakah anda meminta saran kepada orang lain untuk bertani?
10.
Apakah anda enggan menjelaskan informasi tentang pertanian kepada orang lain?
11.
Apakah anda meminta penjelasan tentang informasi pertanian kepada orang lain?
12.
Apakah anda selalu membela pendapat anda mengenai pertanian dibandingkan pendapat orang lain?
a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian. a. Keluarga b. Teman sesama petani c. Penyuluh pertanian.
68
2. Komunikasi dalam gabungan kelompok tani Mandiri Jaya (Saat rapat terakhir gapoktan) *Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda anggap paling menggambarkan maksud anda! No.
Pertanyaan
1.
Apakah melengkapii pendapat anggota gapoktan saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
2.
Apakah anda membuat lelucon saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
3.
Apakah anda menerima pendapat anggota gapoktan lain saat rapat rutin gapoktan?
4.
Apakah anda memberikan saran kepada anggota gapoktan lainnya saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
5.
Apakah anda memberi pendapat anda di dalam rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
6.
Apakah anda memberi informasi yang anda peroleh dari media komunikasi di dalam rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
7.
Apakah anda meminta informasi kepada anggota gapoktan dalam hal pertanian?
8.
Apakah anda meminta pendapat anggota gapoktan dalam hal pertanian?
9.
Apakah anda meminta saran anggota gapoktan dalam hal pertanian?
10.
Apakah menolak pendapat anggota gapoktan lainnya saat rapat rutin anggota gapoktan?
11.
Apakah anda membantu menjelaskan informasi pertanian kepada anggota gapoktan saat rapat anggota gapoktan mandiri jaya?
12.
Apakah anda membela pendapat anda saat rapat rutin anggota gapoktan mandiri jaya?
Ya Tidak
69
Lampiran 4 Panduan pertanyaan mendalam Panduan Pertanyaan untuk Penyuluh Pertanian PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI (Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) No kuesioner : (diisi oleh peneliti) …………………… Tanggal : Nama : 1. Berapa kali dalam sebulan anda melakukan penyuluhan di Desa Cikarawang? 2.
Apa saja kegiatan yang anda lakukan saat mengadakan penyuluhan?
3.
Saat penyuluhan, apa saja informasi yang anda berikan kepada petani?
4.
Metode apakah yang anda gunakan dalam penyuluhan pertanian?
5.
Apakah anda membawa media pendukung saat mengadakan penyuluhan? (Misal: Flip chart, papan tulis, LCD, dan lainnya)? Apakah petani di Desa Cikarawang mematuhi seluruh anjuran anda setelah melakukan penyuluhan? Menurut anda, bagaimanakah antusiasme petani dalam mengikuti penyuluhan yang anda adakan? Apakah petani di Desa Cikarawang aktif bertanya pada anda mengenai materi penyuluhan yang anda suluhkan? Apakah petani di Desa Cikarawang sering meminta pendapat maupun saran kepada anda untuk pertaniannya? Apakah petani di Desa Cikarawang menerapkan semua hal yang anda suluhkan dalam pertaniannya? Jika, petani mengalami permasalahan pertanian, apakah petani tersebut langsung menghubungi anda? Apa saja permasalahan mengenai pertanian yang mereka keluhkan? Menurut anda, apakah menggunakan media komunikasi lain seperti televisi, radio, majalah dan media komunikasi lainnya, dapat membantu pemahaman petani mengenai materi-materi yang anda suluhkan? Apakah petani di Desa Cikarawang sering memberikan informasi maupun saran kepada anda setelah mereka mendapatkan informasi dari media lain seperti televisi, radio, koran, seminar dan lainnya?
6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13.
70
Panduan Pertanyaan untuk Ketua Gapoktan PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI (Kasus : Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
No kuesioner : (diisi oleh peneliti) …………………… Tanggal : Nama : 1. Berapa kali dalam sebulan gapoktan melakukan pertemuan anggota? 2.
Apa saja hal yang dibahas dalam rapat rutin gapoktan tersebut?
3. 4.
Apakah dalam rapat rutin tersebut, ada pembicara dari luar gapoktan untuk memberikan informasi? Bagaimana antusiasme petani dalam rapat rutin anggota gapoktan?
5.
Apakah dalam rapat banyak petani yang aktif bertanya dalam rapat rutin?
6.
Kira-kira berapa banyak peserta yang aktif bertanya saat rapat dilaksanakan?
Apakah dalam rapat rutin yang diadakan banyak petani yang memberikan informasi dan saran kepada peserta rapat? 8. Apakah petani dalam rapat rutin yang diadakan oleh gapoktan, petani mau mendengarkan pendapat petani lainnya? 9. Menurut anda, setelah petani mengakses media komunikasi seperti televisi, radio, majalan dan lainnya, petani semakin aktif bertanya dan menyuarakan pendapatnya dalam rapat gapoktan? 10. Menurut anda, apakah ada perbedaan petani dalam berkomunikasi saat rapat saat sebelum adanya media komunikasi dan sesudah adanya media komunikasi? 7.
71
Lampiran 5 Jadwal kegiatan penelitian Mei No
Juni
September
Oktober
November
Desember
Januari
Kegiatan 3
I
Proposal & kolokium
1
Penyusunan draft
2
Konsultasi
3
Kolokium
4
Revisi
II
Studi Lapang
1
Pengumpulan data
2
Analisis data
3
Konsultasi data
III
Penulisan laporan
1
Analisis lanjutan
2
Penyusunan draft revisi
3
Konsultasi laporan
IV
Ujian Skripsi
1
Ujian
2
Perbaikan dan penggandaan skripsi
4
1
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
72
Lampiran 6 Daftar uji statistic Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
Umur
35
25
90
48.11
14.185
LamaBertani
35
2
67
23.31
16.597
LuasLahan
35
120
10000 3342.00
3561.573
AksesMediaKomunikasi
35
2
7
4.89
1.586
KeterdedahanTerhadapTelevisi
35
0
120
9.54
20.921
KeterdedahanTerhadapRadio
35
0
10
1.27
2.548
KeterdedahanTerhadapKoran
35
0
36
2.40
6.280
KeterdedahanTerhadapSeminarPertanian
35
0
63
5.71
11.915
KeterdedahanTerhadapRapatGapoktan
35
0
10
3.49
2.661
KeterdedahanTerhadapBertemuPenyuluh
35
0
24
2.79
4.658
KeterdedahanTerhadapInternet
35
0
5
.26
.919
KeterdedahanTotal
35
0
137
25.45
27.926
PerilakuKomunikasiInterpersonalPetani
35
10
132
61.20
30.560
PerilakuKomunikasiDalamRapatGapoktan
35
12
24
20.77
3.647
Valid N (listwise)
35
Pengolahan Data Hubungan Korelasi Antara Keterdedahan Terhadap Media Komunikasi Dengan Perilaku Petani Dalam Rapat Gapoktan KTL
Spearman's Perilaku rho Kelompok
Correlation
KTR
KTK
KTDP
.296
.402
*
.241
.180
.084
.017
.163
.302
35
35
35
35
KRG
KP
KI
.001
.051
.375
.000 .995
.773
.026
35
35
**
.619
KTotal *
Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
35
35
73
Pengolahan Data Hubungan Korelasi Antara Keterdedahan Terhadap Media Komunikasi Dengan Perilaku Komunikasi Interpersonal Petani KTL
Spearman's Interaksi keluarga rho
Correlation Coefficient
KTDP
KRG
KP
KI
KTotal *
.279
.010
-.085
.052
-.274
.413
-.097
.995
.105
.953
.628
.766
.111
.014
.577
35
35
35
35
35
35
35
35
Correlation Coefficient
.247
.275
.133
.081
-.040
.086
.068
.234
Sig. (2tailed)
.153
.109
.447
.645
.819
.623
.697
.175
35
35
35
35
35
35
35
35
.026 -.126
.155
-.119
.142
.267
.066
.817
.881
.470
.374
.497
.416
.121
.707
35
35
35
35
35
35
35
35
*
N
Interaksi penyuluh
KTK
-.001
Sig. (2tailed) Interaksi teman
KTR
N Correlation Coefficient Sig. (2tailed)
N Total Correlation perilaku Coefficient interpersonal Sig. (2tailed) N
-.041
.103
.251 -.011
.174
-.012
-.016
.367
.175
.557
.146
.948
.319
.945
.927
.030
.316
35
35
35
35
35
35
35
35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pengolahan Data Karakteristik Individu Dengan Keterdedahan Terhadap Media Komunikasi KTL KTR KTK KTDP KRG KP
Spearman's Umur rho
.102 .087 .095
.077 .265 .040
.346*
.001
Sig. (2-tailed)
.560 .619 .587
.660 .124 .819 .042
.996
N LamaBertani
35
35
35
35
35
35
35
35
Correlation Coefficient
- .069 - -.014 .254 .013 - -.102 * .068 .377 .328
Sig. (2-tailed)
.699 .694 .026
N LuasLahan
KI KTotal
Correlation Coefficient
35
35
35
.938 .141 .941 .055 35
35
35
35
.560 35
Correlation Coefficient
- -.205 .126 - .162 -.310 * .326 .094 .385 .058
Sig. (2-tailed)
.056 .591 .022
N AksesMediaKomunikasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
35
35
35
.238 .471 .743 .351 35 *
.325 .333 .316 .402 .057 .050 .065 35
35
35
35
35
35
*
35
- .385 .079 .390 .017
.017 .924 .022 .652 35
.070
35
35
35
*
.020 35
74
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
11.521a 15.212
14 14
.645 .364
N of Valid Cases 35 a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Value 8.167a
Likelihood Ratio
10.560
N of Valid Cases
35
Asymp. Sig. (2sided) 7 .318
df
7
.159
a. 14 cells (87.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) Pearson Chi-Square 12.112a 9 .207 Likelihood Ratio 15.107 9 .088 N of Valid Cases 35 a. 18 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square 9.343a 8 .314 Likelihood Ratio 12.265 8 .140 N of Valid Cases 35 a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43.
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
Value 13.098a 16.476
Df
Asymp. Sig. (2sided) 5 .022 5 .006
N of Valid Cases 35 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .86.
75
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 8.114 8 .422 Likelihood Ratio 10.349 8 .241 N of Valid Cases 35 a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43. Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value 4.177a 5.638 35
df
Asymp. Sig. (2sided) 3 .243 3 .131
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .43. Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) Pearson Chi-Square 12.083a 14 .600 Likelihood Ratio 13.894 14 .458 N of Valid Cases 35 a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20. Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
Value 11.641a 11.809
df
Asymp. Sig. (2sided) 8 .168 8 .160
N of Valid Cases 35 a. 17 cells (94.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 3.987 5 .551 Likelihood Ratio 4.032 5 .545 N of Valid Cases 35 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
76
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
5.353a 5.550
8 8
.719 .697
N of Valid Cases 35 a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
45.486a
56
.841
46.341
56
.818
N of Valid Cases
35
a. 75 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
42.827a
28
.036
31.073
28
.314
N of Valid Cases
35
a. 38 cells (95.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
df
sided)
50.154a
36
.059
40.619
36
.274
35
a. 48 cells (96.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
77
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
32
.853
22.998
32
.878
23.766
N of Valid Cases
35
a. 43 cells (95.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06. Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
16.465a
20
.687
17.612
20
.613
N of Valid Cases
35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .11.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
df
sided)
27.390a
32
.699
25.750
32
.775
35
a. 44 cells (97.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
79
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
12
.631
9.288
12
.678
9.832
N of Valid Cases
35
a. 18 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
117.361a
108
.253
81.705
108
.972
N of Valid Cases
35
a. 140 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
14
.600
13.894
14
.458
12.083
N of Valid Cases
35
a. 30 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
df
sided)
3.304a
7
.856
4.167
7
.760
35
a. 15 cells (93.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
80
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
9
.607
8.629
9
.472
7.286
N of Valid Cases
35
a. 19 cells (95.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
11.641a
8
.168
11.809
8
.160
N of Valid Cases
35
a. 17 cells (94.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
df
sided)
a
5
.551
4.032
5
.545
3.987
35
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
81
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
8
.719
5.550
8
.697
5.353
N of Valid Cases
35
a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
sided)
a
3
.770
1.910
3
.591
1.129
N of Valid Cases
35
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases
df
sided)
27.708a
27
.426
28.436
27
.389
35
a. 56 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.
82
Keterdedahan_tv * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki Keterdedahan_tv
<10
Count % of Total
10-19
>19
11
27
45.7%
31.4%
77.1%
3
1
4
8.6%
2.9%
11.4%
1
3
4
2.9%
8.6%
11.4%
20
15
35
57.1%
42.9%
100.0%
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
16
Count % of Total
Perempuan
Keterdedahan_tv * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi Keterdedahan_tv <10
Count % of Total
10-19 Count % of Total >19
Count % of Total
Total
Count % of Total
SD
SMA
SMP
SD
Total
3
12
8
3
1
27
8.6%
34.3%
22.9%
8.6%
2.9%
77.1%
0
0
3
1
0
4
.0%
.0%
8.6%
2.9%
.0%
11.4%
0
2
1
0
1
4
.0%
5.7%
2.9%
.0%
2.9%
11.4%
3
14
12
4
2
35
8.6%
40.0%
34.3%
11.4%
5.7%
100.0%
83
Keterdedahan_tv * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik Keterdedahan_tv
<10
Count % of Total
10-19
Count % of Total
>19
Count % of Total
Total
Count % of Total
Bukan milik
Total
20
7
27
57.1%
20.0%
77.1%
4
0
4
11.4%
.0%
11.4%
4
0
4
11.4%
.0%
11.4%
28
7
35
80.0%
20.0%
100.0%
keterdedhan_radio * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedhan_radio
<3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
Perempuan
Total
16
14
30
45.7%
40.0%
85.7%
2
0
2
5.7%
.0%
5.7%
2
1
3
5.7%
2.9%
8.6%
20
15
35
57.1%
42.9%
100.0%
84
keterdedhan_radio * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi keterdedhan_radio <3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
SD
SMA
SMP
SD
2
14
9
3
2
30
5.7%
40.0%
25.7%
8.6%
5.7%
85.7%
0
0
1
1
0
2
.0%
.0%
2.9%
2.9%
.0%
5.7%
1
0
2
0
0
3
2.9%
.0%
5.7%
.0%
.0%
8.6%
3
14
12
4
2
35
8.6%
40.0%
34.3%
11.4%
5.7%
100.0%
keterdedhan_radio * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedhan_radio
<3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
Bukan milik
Total
24
6
30
68.6%
17.1%
85.7%
2
0
2
5.7%
.0%
5.7%
2
1
3
5.7%
2.9%
8.6%
28
7
35
80.0%
20.0%
100.0%
85
keterdedahan_koran * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_koran
<3
Count % of Total
3-5
Total
16
11
27
45.7%
31.4%
77.1%
1
3
4
2.9%
8.6%
11.4%
3
1
4
8.6%
2.9%
11.4%
20
15
35
42.9%
100.0%
Count % of Total
>5
Perempuan
Count % of Total Count % of Total 57.1%
keterdedahan_koran * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan Tinggi keterdedahan_koran <3 Count
3
% of Total
SD
SMA SMP Tidak Tamat SD Total
12
7
2
8.6% 33.3% 20.0% 8.6%
3-5 Count
0
% of Total >5 Count
3
0
.0% 2.9% 8.6%
.0%
0
% of Total
1
1
2
1
.0% 2.9% 5.7% 2.9%
Count
3
14
12
4
2
27
5.7% 77.1% 0
4
.0% 11.4% 0
4
.0% 11.4% 2
35
% of Total 8.6%
40.0% 34.3% 11.4%
5.7% 100.0%
86
keterdedahan_koran * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_koran
<3
Count % of Total
3-5
Total
22
5
27
62.8%
14.3%
78.1%
3
1
4
8.6%
2.9%
11.4%
3
1
4
8.6%
2.9%
11.4%
28
7
35
20.0%
100.0%
Count % of Total
>5
Bukan milik
Count % of Total Count % of Total 80.0%
keterdedahan_seminar * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_seminar
<5
Count % of Total
5-12
Count % of Total
>12
Count % of Total
Total
Count % of Total
Perempuan
Total
14
13
27
40.0%
37.1%
77.1%
3
2
5
8.6%
5.7%
14.3%
3
0
3
8.6%
.0%
8.6%
20
15
35
57.1%
42.9%
100.0%
87
keterdedahan_seminar * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi keterdedahan_seminar <5
Count % of
SD
SMA
SMP
SD
Total
3
11
9
3
1
27
8.6%
31.4%
25.7%
8.6%
2.9%
77.1%
0
2
2
0
1
5
.0%
5.7%
5.7%
.0%
2.9%
14.3%
0
1
1
1
0
3
.0%
2.9%
2.9%
2.9%
.0%
8.6%
3
14
12
4
2
35
8.6%
40.0%
34.3%
11.4%
Total 5-12 Count % of Total >12
Count % of Total
Total
Count % of
5.7% 100.0%
Total
keterdedahan_seminar * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_seminar
<5
Count % of Total
5-12
Count % of Total
>12
Count % of Total
Total
Count % of Total
Bukan milik
Total
23
4
27
65.7%
11.4%
77.1%
4
1
5
11.4%
2.9%
14.3%
1
2
3
2.9%
5.7%
8.6%
28
7
35
80.0%
20.0%
100.0%
88
keterdedahan_rapat * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_rapat
<3
Count % of Total
3-5
>5
Total
13
18
14.3%
37.1%
51.4%
8
2
10
22.9%
5.7%
28.6%
7
0
7
20.0%
.0%
20.0%
20
15
35
57.1%
42.9%
100.0%
Count % of Total Count % of Total
Total
5
Count % of Total
Perempuan
keterdedahan_rapat * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi keterdedahan_rapat <3
Count % of
SD
SMA
SMP
SD
Total
2
7
6
2
1
18
5.7%
20.0%
17.1%
5.7%
2.9%
51.4%
1
3
5
1
0
10
2.9%
8.6%
14.3%
2.9%
.0%
28.6%
0
4
1
1
1
7
.0%
11.4%
2.9%
2.9%
2.9%
20.0%
3
14
12
4
2
35
8.6%
40.0%
34.3%
11.4%
Total 3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
5.7% 100.0%
89
keterdedahan_rapat * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_rapat
<3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
Bukan milik
Total
15
3
18
42.9%
8.6%
51.4%
8
2
10
22.9%
5.7%
28.6%
5
2
7
14.3%
5.7%
20.0%
28
7
35
80.0%
20.0%
100.0%
keterdedahan_penyuluh * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_penyuluh
<3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
Perempuan
Total
15
11
26
42.9%
31.4%
74.3%
2
2
4
5.7%
5.7%
11.4%
3
2
5
8.6%
5.7%
14.3%
20
15
35
57.1%
42.9%
100.0%
90
keterdedahan_penyuluh * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan Tinggi keterdedahan_penyuluh <3
Count % of
Tidak Tamat SD
SMA
SMP
SD
Total
3
9
9
3
2
26
8.6%
25.7%
25.7%
8.6%
5.7%
74.3%
0
3
1
0
0
4
.0%
8.6%
2.9%
.0%
.0%
11.4%
0
2
2
1
0
5
.0%
5.7%
5.7%
2.9%
.0%
14.3%
3
14
12
4
2
35
8.6%
40.0%
34.3%
11.4%
Total 3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of
5.7% 100.0%
Total
keterdedahan_penyuluh * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_penyuluh
<3
Count % of Total
3-5
Count % of Total
>5
Count % of Total
Total
Count % of Total
Bukan milik
Total
21
5
26
60.0%
14.3%
74.3%
3
1
4
8.6%
2.9%
11.4%
4
1
5
11.4%
2.9%
14.3%
28
7
35
80.0%
20.0%
100.0%
91
keterdedahan_internet * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_internet
<0.3
Count % of Total
0.3-1
Total
18
13
31
51.4%
37.2%
88.6%
0
2
2
.0%
5.7%
5.7%
2
0
2
5.7%
.0%
5.7%
20
15
35
42.9%
100.0%
Count % of Total
>1
Perempuan
Count % of Total Count % of Total 57.1%
keterdedahan_internet * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi keterdedahan_internet <0.3
Count % of
SD
SMA
SMP
SD
Total
2
14
9
4
2
32
5.7%
40.0%
25.7%
11.4%
5.7%
88.6%
1
0
1
0
0
2
2.9%
.0%
2.9%
.0%
.0%
5.7%
0
0
2
0
0
2
.0%
.0%
5.7%
.0%
.0%
5.7%
14
12
4
2
35
40.0%
34.3%
11.4%
5.7%
100.0%
Total 0.3-1 Count % of Total >1
Count % of Total
Count % of Total
3 8.6%
92
keterdedahan_internet * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_internet
<0.3
Count % of Total
0.3-1
Total
24
7
31
68.6%
20.0%
88.6%
2
0
2
5.7%
.0%
5.7%
2
0
2
5.7%
.0%
5.7%
28
7
35
20.0%
100.0%
Count % of Total
>1
Bukan milik
Count % of Total Count % of Total 80.0%
keterdedahan_total * JenisKelamin Crosstabulation JenisKelamin Laki-laki keterdedahan_total
<25
Count % of Total
25-39
Count % of Total
Total
Count % of Total
Perempuan
Total
19
11
30
55.9%
32.4%
88.2%
1
3
4
2.9%
8.8%
11.8%
20
14
34
58.8%
41.2%
100.0%
93
keterdedahan_total * Pendidikan Crosstabulation Pendidikan Perguruan
Tidak Tamat
Tinggi keterdedahan_total <25
Count % of Total
25-39 Count % of Total Total
Count % of Total
SD
SMA
SMP
SD
2
13
10
3
2
30
5.9%
38.2%
29.4%
8.8%
5.9%
88.2%
1
1
1
1
0
4
2.9%
2.9%
2.9%
2.9%
.0%
11.8%
3
14
11
4
2
34
8.8%
41.2%
32.4%
11.8%
5.9% 100.0%
keterdedahan_total * StatusLahan Crosstabulation StatusLahan Milik keterdedahan_total
<25
Count % of Total
25-39
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
Bukan milik
Total
24
6
30
70.6%
17.6%
88.2%
3
1
4
8.8%
2.9%
11.8%
27
7
34
79.4%
20.6%
100.0%
94
Lampiran 7 Dokumentasi penelitian Media komunikasi
Wawancara dengan ketua gapoktan
Penghargaan-penghargaan
95
Lampiran 8 Penguasaan lahan oleh gapoktan Mandiri Jaya
No
Komoditas
Produktivitas
Luas tanam (Ha)/Populasi (ekor)
Kw/Ha
110 10
Pemasaran
Lama berusaha (sejak)
Bentuk hasil
Lokasi
Peluang
88.64
GKP
Dijual di tempat
Bogor
1975
34.02
Tongkol
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka
Bogor
1975
Biji segar
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka, Pasar Depok Baru
Bogor, Depok
1975
300
Umbi basah
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka, Pasar Depok Baru, PT Pita Marta
Jabodetabek
1975
115
200
Umbi basah
Pasar Keramat Jati, Minggu, Jonggol, Ciapus, Pabrik Saus
Jabodetabek
1975
69.5
Sayur segar
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Tanaman pangan
I 1
Padi sawah
2
Jagung
3
Kacang tanah
4
5
II
Ubi kayu
Ubi jalar
35
65
29
Holtikultura 1
Kacang panjang
5
2
Terung
2
3
Timun
3
37.6
Sayur segar
4
Kangkung
1
73.69
Sayur segar
Tandan
III
Sayur segar
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka
Tanaman buah
1
Pisang
5
1146
2
Pepaya
2
785
Buah segar
3
Rambutan
5
1455
Buah segar
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka
96
4
IV
Jambu biji
33
1
455
Buah segar
0.5
445
Bunga
3
1545
Butiran tua
24
Tepung ubi
Pasar Keramat Jati, Minggu, Jonggol, Ciapus, Pabrik Saus
Jabodetabek
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Bogor
1975
Pasar Keramat Jati, Minggu, Jonggol, Ciapus, Pabrik Saus
Jabodetabek
2009
Dijual di tempat
Bogor
1983
Dijual di tempat
Bogor
1983
Dijual di tempat
Bogor
2009
Dijual di tempat
Bogor
2009
Dijual di tempat
Bogor
1975
Tanaman perkebunan
1
Pala
2
Cengkeh
3
Kelapa
V
3
Buah segar
Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka Pusat TU Kemang, Pasar Merdeka
Pengolahan hasil
1
Tepung ubi
VI
Peternakan
1
Domba
1.112
2
Ayam buras
3
Kelinci
35
4
Kambing PE
20
5
Kerbau
83
604
Daging segar Daging segar Daging segar Daging segar Daging segar
97
Lampiran 9 Denah Desa Cikarawang