i
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN PEMAHAMAN PETANI TERHADAP FUNGSI RADIO KOMUNITAS (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta)
ANIES WAHYU NURMAYANTI I34070020
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
ABSTRACT ANIES WAHYU NURMAYANTI The Relationship between Communication Behavior and Farmers Understanding of The Community Radio’s Functions (Case: Trisna Alami Community Radio Kaliagung Village, District Sentolo, Kulon Progo Regency, Province D.I Yogyakarta). Supervised by HADIYANTO. Community radio plays role as advocate of social change at the community level. “Trisna Alami” community radio was one kind of radio-based or sector-specific issues, that was built by a community from the same interests about agricultural issues. Typology of Trisna Alami community radio listeners consist of the selective and a passive listener. Trisna Alami community radio broadcasted agricultural information and entertainment. The functions of community radio are not only as an entertainer and educators, but also as community empowerment. Communication behavior in this research were: interpersonal channels exposure, cosmopoliteness, contact with extension agent, the other mass media exposure, and community radio exposure. The purposes of this research were to investigate and analyze the relationship between communication behaviors and farmers understanding of the community radio’s function. The research was designed by explanatory type. The sample in this research has done by simple random sampling. The total respondents were 40 persons. Respondents was chosen by judgement sampling. Techniques of data collection were using questionnaires, interviews, and observation. The result of this research showed that community radio’s exposure consist of frequency and duration of Trisna Alami Community Radio listened connected with farmer’s understanding the functions of community radio such as: an internal communication, public education and religious facilities, and also public sphere. The indicators of communication behaviors were not all connected with the third function of community radio.
Keywords: community radio, communication behavior, functions of community radio
iii
RINGKASAN ANIES WAHYU NURMAYANTI. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta). Di bawah bimbingan HADIYANTO. Seiring perkembangan informasi dan komunikasi massa yang semakin maju pesat, fungsi media massa tidak hanya sebagai media hiburan semata, akan tetapi mampu memberdayakan masyarakat sebagai upaya pengembangan masyarakat. Sejak era reformasi di Indonesia, muncul keinginan, kebutuhan dan keberanian masyarakat untuk mengekspresikan eksistensi dirinya melalui radio komunitas yang menjadi ruang publik warga. Radio komunitas juga dapat menjadi wadah pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk bersama-sama berpartisipasi meningkatkan kualitas kesejahteraan anggota komunitas. Radio Trisna Alami merupakan radio komunitas warga berbasis petani, yang berdiri sejak tahun 2004, dan melakukan siarannya di Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Berdirinya Radio Komunitas Petani ini merupakan kebutuhan bersama untuk menyelenggarakan media penyiaran yang informatif, khususnya siaran pertanian, lingkungan dan kemasyarakatan. Berkat dukungan dan kerjasama dengan Lestari Mandiri (Lesman), Radio Komunitas Petani Trisna Alami tetap mengudara untuk kepentingan masyarakat, khususnya petani. Radio Komunitas Petani Trisna Alami termasuk ke dalam jenis radio berbasis masalah atau sektor tertentu, yaitu radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat kepentingan dan minat yang sama serta terorganisasi. Tipologi pendengar Radio Komunitas Petani Trisna Alami termasuk tipe pendengar pasif dan selektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas, yaitu sebagai komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe explanatory research. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011 di Desa Kaliagung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak sederhana. Kemudian dibuatlah daftar nama seluruh anggota kelompok tani pendengar radio komunitas yang terpilih itu. Dari kerangka sampling tersebut, sampel yang akan dipilih dilakukan dengan menggunakan pola pengundian. Pemilihan petani dalam penelitian menggunakan Rumus Slovin sebanyak 40 petani. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data penelitian dianalisis dengan prosedur analisis statistik deskriptif dan pengukuran hubungan menggunakan software SPSS 17.0. Hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas diuji dengan menggunakan prosedur chi square dengan α = 0,05 dan α = 0,1. Perilaku komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh petani dalam mencari dan memperoleh sumber informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Peubah perilaku
iv
komunikasi yang diteliti adalah keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu penyuluh, keterdedahan media massa lain, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Tingkat pemahaman petani merupakan proses belajar dan berfikir. Perilaku komunikasi yang tinggi akan meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik yang tinggi pula. Hasil penelitian menunjukkan perilaku komunikasi yang berhubungan secara nyata dengan pemahaman fungsi komunikasi internal adalah kekosmopolitan, frekuensi mendengarkan selain radio komunitas, dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, sedangkan tingkat partisipasi sosial, keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, frekuensi bertemu penyuluh, dan tingkat keterdedahan media massa yang meliputi frekuensi dan lama menonton televisi, frekuensi dan lama membaca koran, serta lama mendengarkan selain radio komunitas tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman fungsi komunikasi internal. Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami berhubungan secara nyata dengan pemahaman fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Demikian pula frekuensi menonton televisi mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Peubah perilaku komunikasi yang berhubungan nyata dengan pemahaman fungsi ruang publik adalah lama menonton televisi, frekuensi membaca koran, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami.
v
HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN PEMAHAMAN PETANI TERHADAP FUNGSI RADIO KOMUNITAS (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta)
Oleh: ANIES WAHYU NURMAYANTI I34070020
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vii
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN PEMAHAMAN PETANI TERHADAP FUNGSI RADIO KOMUNITAS (KASUS RADIO KOMUNITAS
PETANI
TRISNA
ALAMI,
DESA
KALIAGUNG,
KECAMATAN SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI D.I YOGYAKARTA)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN BAIK OLEH PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN
DALAM
NASKAH.
DEMIKIAN
PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA BERTANGGUNGJAWAB ATAS PERNYATAAN INI.
Bogor, Agustus 2011
Anies Wahyu Nurmayanti I34070020
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anies Wahyu Nurmayanti dilahirkan pada tanggal 08 Juni 1988 di Ponorogo. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sartomo, M.Si dan Sumarmi Tri Astuti, S.Pd. Penulis memiliki dua adik laki-laki, yakni Bima Fajar Dwi Handoko dan Candra Sakti Taufiq Effendi. Pendidikan yang pertama kali ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-kanak BA Aisyah pada tahun 1994-1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 02 Sidoharjo pada tahun 1995-2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01 Pulung pada tahun 2001-2004, dan Sekolah Menengah Atas Bakti Ponorogo pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada tahun 2007. Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam organisasi, kepanitiaan, seminar, kursus bahasa asing dan berbagai perlombaan baik di tingkat Sekolah dan Perguruan Tinggi. Adapun Kursus bahasa Asing yang penulis pernah ikuti, yakni Kursus Bahasa Inggris di Elite Course. Selain itu juga, penulis pernah mengikuti kursus bahasa Jerman di Unit Bahasa IPB. Dalam cakupan kegiatan perlombaan saat sekolah, penulis memperoleh kejuaraan dalam Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Juara II Tingkat Nasional tahun 2006 dan mendapat penghargaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bidang Sastra pada tahun 2007. Lomba Artikel Mahasiswa se-Jabodetabek juara II pada tahun 2008, finalis PIMNAS tahun 2010, dan juara setara perunggu Poster PKMK PIMNAS tahun 2010 serta lolos didanai Dikti PKMM pada tahun 2011. Dalam perjalanan studinya, penulis pernah menjadi Moderator dalam acara Pelatihan Manajemen Pemasaran dan Produksi Media Cetak yang diselenggarakan oleh Koran Kampus IPB pada tahun 2010, Narasumber pada acara Seminar Kreativitas Mahasiswa Agronomi dan Holtikultura IPB tahun 2010, dan Pemateri Diklat Metodologi Penelitian KIR SMA BAKTI Ponorogo tahun 2010. Hingga saat ini, penulis masih aktif berprofesi sebagai salah satu asisten Mata Kuliah Komunikasi Massa (KPM 214) pada tahun 2009 – 2011 dan asisten
ix
Mata Kuliah Komunikasi Kelompok (KPM 212) semester pendek pada tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis selain belajar juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yakni sebagai Reporter Koran Kampus IPB 2007-2008, Redaktur Buletin Koran Kampus 2008-2009, Sekretaris Departemen Eksternal IAAS 2008-2009, Staf Divisi Jurnalistik Himasiera 2008-2009, Bendahara OMDA Manggolo Putro 2008-2010, Bendahara IMPEMA IPB 2009-2010, Anggota IAAS 2010-2011. Selain itu juga, penulis pernah mengikuti kepanitiaan, yaitu Sie Acara Jurnalistic Fair 2007, Sie Danus IAAS Olympic 2008, Manajer Reog Goes to Campus 2008, Divisi Acara Be Good Journalistics tahun 2008, Sie Humas International Scholarship Education and Expo 2009, Staf Humas dan Danus Masa Perkenalan Departemen KPM tahun 2009, Ketua Panitia IAAS EXPO 2009, Ketua Pelaksana Seminar Pertanian “Agriculture for Better Future” 2009, Staf Public Relation IAAS Goes to ASEAN and WWF 2009, Sie Acara CSR Essential tahun 2010, dan Kordinator Humas ECOSYSTEM pada tahun 2010.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Petani Trisna Alami, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta). Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (a) hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai komunikasi internal, (b) hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama, (c) hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2011
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Hadiyanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, saran, dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini. 3. Rina Mardiana, SP, M.Si, sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan pada sidang skripsi penulis. 4. Ir. Richard W.E Lumintang, MSEA sebagai dosen pembimbing akademik yang membantu penulis pada saat mendapat masalah di bidang akademik. 5. Ayahanda tercinta Sartomo, Ibundaku tersayang Sumarmi Tri Astuti, dik Bima, dan dik Candra yang telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang, perhatian, motivasi dan semangat bagi penulis selama masa penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk untaian doa yang selalu dipanjatkan setiap harinya demi kesuksesan hidup penulis. 6. Dr. Agung Pramono, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi dan juga memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 7. Hirma Azmawati Azzaqia sebagai teman sebimbingan dan teman diskusi yang saling memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi. 8. Kak Syaifudin atas saran dan masukannya dalam penulisan skripsi serta doa dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. 9. Sahabat-sahabat terbaikku, Nyimas Nadya, Nur Ivany, Hendra Purwana, Alfian Helmi, Citra Muliani, Yunita, Yuvita Amalia, Siti Halimatusadiah, Ali Sulton, Mery Purnamasarie, Dian Widya, dan teman-teman
xii
seperjuangan KPM 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas kerjasamanya dan dukungannya selama ini. 10. Teman-teman PKM-M The Green Child, Intan Yuliastry, Auliyaul Hafizhoh, Abdul Haris, Yanitha Rahmasari yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas kebersamaan dan doa kaliyan semua. 11. Kak Andi Fuad Hakim dan mbak Asri Puspita terima kasih atas perhatian, saran, dan motivasinya yang membangun untuk menyelesaikan skripsi. 12. Pak Giyana, mas Antok, mas Yudi, pak Marlan, mbah Prapto, mas Petruk, Niken, dan semua kru Radio Komunitas Petani Trisna Alami atas keramahannya
membantu
penelitian
saya,
memberikan
informasi
mengenai radio komunitas, dan dukungannya. 13. Mbak Dini, mbak Ica, mbak Maria terima kasih banyak sudah sabar membuatkan surat izin penelitian dan motivasinya untuk segera menyelesaikan skripsi. 14. Mbak Dita, Didi, Emi, Dani, Puspa, mbak Herma, dan teman-teman Wisma Padasuka lainnya yang selalu memberikan semangat dan dukungan setiap kesulitan yang penulis rasakan. Terima kasih banyak atas kebersamaan dan doa-doa kalian. 15. Teman-teman OMDA Manggolo Putro yang selalu memberikan doa dan dukungannya untuk penyelesaian skripsi. 16. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini.
Bogor, Agustus 2011
xiii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.......................................................................................................... DAFTAR TABEL.................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... PENDAHULUAN............................................................................. BAB I 1.1. Latar Belakang...................................................................... 1.2. Perumusan Masalah Penelitian............................................. 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian............................................................. PENDEKATAN TEORITIS............................................................. BAB II 2.1. Tinjauan Pustaka................................................................... 2.1.1. Radio Komunitas dan Tipologinya........................ 2.1.2. Fungsi dan Peranan Radio Komunitas................... 2.1.3. Pengertian Perilaku Komunikasi............................ 2.1.4. Pengertian Pemahaman.......................................... 2.1.5. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu............................ 2.2. Kerangka Pemikiran.............................................................. 2.3. Hipotesis Penelitian............................................................... 2.4. Definisi Operasional............................................................. BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 3.1. Desain Penelitian................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu................................................................. 3.3. Teknik Pengambilan Sampel................................................ 3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data........................... 3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................... 3.5.1. Validitas................................................................. 3.5.2. Reliabilitas Instrumen............................................ 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.................................. BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RADIO KOMUNITAS PETANI TRISNA ALAMI..................................... 4.1. Gambaran Umum Desa Kaliagung....................................... 4.1.1. Keadaan Geografis.............................................. 4.1.2. Kependudukan ................................................... 4.1.3. Kondisi Sosial..................................................... 4.1.4. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan......................................... 4.1.5. Potensi Prasarana................................................ 4.2. Gambaran Umum Radio Komunitas Petani Trisna Alami... 4.2.1. Latar Belakang Pendirian Radio Komunitas....... 4.2.2. Nama, Semboyan, dan Lokasi............................. 4.2.3. Visi dan Misi....................................................... 4.2.4. Prinsip Dasar Radio Komunitas Petani............... 4.2.5. Struktur Organisasi.............................................. 4.2.6. Fungsi dan Tujuan............................................... 4.2.7. Hak, Kewajiban, Tugas, dan Wewenang Anggota............................................................... 4.2.8. Hak, Kewajiban, Tugas, dan Wewenang Dewan Komunitas...........................................................
xiii xvi xvii 1 1 4 4 5 6 6 6 8 9 12 13 16 18 18 23 23 23 23 24 25 25 25 26 28 28 28 28 30 31 31 32 32 34 34 34 34 34 35 36
xiv 4.2.9. 4.2.10.
BAB V
BAB VI
Pelaksana Harian................................................ Waktu Siaran, Format, Persentase Program Acara, dan Khalayak Sasaran............................. KARAKTERISTIK PETANI DAN KETERLIBATAN DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS PETANI TRISNA ALAMI.............................................................................. 5.1. Karakteristik Petani.............................................................. 5.2. Keterlibatan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami.............................................................. 5.3. Acara yang Didengarkan....................................................... 5.4. Perilaku Komunikasi..................................................... 5.4.1. Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal... 5.4.2. Kekosmopolitan...................................................... 5.4.3. Frekuensi Bertemu Penyuluh.................................. 5.4.4. Keterdedahan Media Massa Lain............................ 5.4.5. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami........................................................... 5.5. Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas........ HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN PEMAHAMAN PETANI TERHADAP FUNGSI RADIO KOMUNITAS.................................................................................... 6.1. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Interna......................... 6.1.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal................................... 6.1.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal......... 6.1.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal................................................................... 6.1.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal................................................................... 6.1.5. Hubungan Keterdedahan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal.................... 6.2. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama................................................................................... 6.2.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama...... 6.2.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama............................................................. 6.2.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama.............................. 6.2.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama..............................
36 37
40 40 42 43 45 45 46 47 47 48 49
51 51 52 52 53 54 56 58 59 60 60 61
xv 6.2.5.
Hubungan Keterdedahan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama.................................................................... 6.3. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik................................... 6.3.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik.............................................. 6.3.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik.................... 6.3.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik..................................................................... 6.3.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik..................................................................... 6.3.5. Hubungan Keterdedahan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik............................... BAB VII PENUTUP.......................................................................................... 7.1. Kesimpulan........................................................................... 7.2. Saran...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ LAMPIRAN...........................................................................................................
62 64 65 65 66 66 68 72 72 73 75 79
xvi
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3
Halaman Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kaliagung, Tahun 2010............................................................................................ Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kaliagung, Tahun 2010.......................................................................................... Persentase Kategori Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami Menurut Jam Siaran di Desa Kaliagung, Tahun 2003............................ Sebaran Karakteristik Petani Menurut Jumlah dan Persentasenya di Desa Kaliagung, Tahun 2011.................................................................. Sebaran Keterlibatan Petani dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami di Desa Kaliagung, Tahun 2011.............................................................................................. Sebaran Program Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang Didengakan Petani di Desa Kaliagung, Tahun 2011............................... Sebaran Peubah Perilaku Komunikasi Menurut Jumlah dan Persentase di Desa Kaliagung, Tahun 2011.............................................................. Sebaran Pemahaman Fungsi Radio Komunitas Trisna Alami Menurut Kategori dan Persentase di Desa Kaliagung, Tahun 2011...................... Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal di Desa Kaliagung, Tahun 2011.............................................................................................. Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama di Desa Kaliagung, Tahun 2011........................................................................... Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik di Desa Kaliagung, Tahun 2011..............................................................................................
29 30 38 40 42 44 46 49 51 58 64
xvii DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Nomor Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
Sketsa Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta, Tahun 2010................................. Bagan Struktur Organisasi Radio Komunitas Petani...................... Jadwal siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami FM, Tahun 2011...................................................................................... Tabel Uji Crosstab Chi Square....................................................... Dokumentasi Penelitian...................................................................
80 81 82 83 84
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Menurut Bungin (2006) media massa adalah institusi yang berperan
sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Dalam menjalankan paradigmanya, media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat (media edukasi). Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. Selain itu, media massa menjadi media informasi yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat serta sebagai media hiburan. Effendy (2001) menyebutkan siaran radio mulai dimanfaatkan negara-negara dunia ketiga untuk menyebarkan pesan-pesan pembangunan terutama bidang pertanian pada dekade 1950-an dan dinilai efektif oleh para ahli komunikasi terutama setelah dikembangkannya Radio Farm Forum atau yang di Indonesia dikenal dengan Kelompok Pendengar. Pasal 1 (ayat 9) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Pasal 21 (ayat 1) merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas. Radio komunitas berperan sebagai pendukung perubahan sosial di
2
tingkat komunitas. Perubahan yang paling mendasar terjadi di tengah-tengah suasana kebebasan untuk memperoleh dan menyatakan informasi serta pengakuan negara atas suara rakyat. Menurut
Estrada
(2009),
peristiwa-peristiwa
awal
yang
telah
mengantarkan radio komunitas menjadi seperti sekarang ini, dimulai 50 tahun yang lalu di Amerikan Latin. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial merupakan pemicu dari peristiwa tersebut, salah satunya yang terjadi di Bolivia tahun 1947 dan dikenal dengan radio para buruh tambang dan satu lainnya di Kolumbia pada tahun yang sama, dikenal dengan Radio Sutanteza atau Accion Cultural Popular. Kelompok-kelompok penekan yang telah memunculkan radio komunitas di beberapa belahan dunia (seperti buruh tambang, operator radio gelap, misionaris dan gerakan demokrasi) tidak banyak muncul di Asia. Di wilayah ini, lembagalembaga internasional seperti UNESCO dan para donatur dari luar lainnya lebih sering mengambil inisiatif untuk menolong munculnya radio komunitas. Pada beberapa kasus, organisasi penyiaran nasional sendirilah yang memulai pelayanan radio komunitas. Di Indonesia pada tahun 2002 terdapat lebih dari 300 radio komunitas setelah dideklarasikannya Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Radioradio komunitas tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang sebagian diantaranya telah mengorganisasikan diri dalam organisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Jaringan Independen Radio Komunitas (JIRAK CELEBES), Forum Radio Kampus Bandung, dan lain-lain. Di dalam organisasi JRKI terdapat jaringan radio komunitas daerah yaitu JRK Sumatra Barat, JRK Lampung, JRK Jabotabek dan Banten, JRK Jawa Barat, JRK Jawa Tengah, JRK Yogyakarta, JRK Jawa Timur, JRK Bali, JRK Lombok, JRK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, dan JRK Papua. Agenda utama JRKI adalah advokasi terhadap penyiaran komunitas di Indonesia menuju demokratisasi penyiaran. Haryanto (2009) menjelaskan beberapa radio komunitas di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta tampil di kalangan masyarakat petani. Kehadiran mereka memberikan warna tersendiri, karena sejumlah wilayah dimana radio ini muncul, adalah wilayah yang memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit, menyulitkan masyarakat untuk bisa saling berkomunikasi. Di sejumlah tempat
3
dimana wilayah mereka jauh dari perkotaan, kehadiran radio komunitas menjadi teman tersendiri bagi pendengarnya untuk mendapatkan hiburan, informasi, serta sejumlah tips untuk menambah pengetahuan praktis atas masalah pertanian, peternakan, kesehatan, maupun pendidikan. Dengan peralatan terbatas, sumber daya pengetahuan yang minim, dan perangkat siar yang ada dapat menyiarkan informasi-informasi sederhana bagi pendengar. Di samping itu juga, menjadi sarana berkomunikasi dalam bentuk pengiriman lagu dan pesan lewat penyiar. Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) dideklarasikan pada bulan Mei 2002 di gedung rakyat DPRD DIY. Berdirinya JRKY dari solidaritas atas sebuah keprihatinan dan itikad menaungi bersama persoalan yang dialami oleh radio komunitas serta untuk menyikapi pertumbuhan radio komunitas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu radio komunitas dalam JRKY adalah Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Berdirinya Radio Komunitas Petani Trisna Alami merupakan kebutuhan bersama untuk menyelenggarakan media penyiaran yang informatif, khususnya siaran pertanian, lingkungan dan kemasyarakatan. Radio komunitas ini mulai siaran pada tahun 2004 di Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Berkat dukungan dan kerjasama dengan Lestari Mandiri (Lesman), radio komunitas petani ini tetap mengudara untuk kepentingan masyarakat, khususnya petani. Lesman adalah lembaga independen nonpemerintah yang bercita-cita melestarikan kehidupan lingkungan pertanian untuk mewujudkan kemandirian keluarga tani laki-laki perempuan secara adil terhadap sesama petani, lingkungan serta pihak-pihak yang terkait dengan petani dan pertanian. Lesman membantu memfasilitasi pendirian Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang dibentuk oleh Jaringan Petani Kulon Progo (JATIROGO). Masalah media komunitas, khususnya radio komunitas penting untuk dikaji di Indonesia karena ada dua faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk pedesaan yang umumnya menempati wilayah relatif miskin dengan kualitas sumber daya manusia rendah dan potensi yang belum tergali secara optimal. Kedua, media komunitas berasal dari kebutuhan warga, oleh warga, dan untuk warga komunitas sehingga tidak ada campur tangan dari luar, yang memasukkan ideologi, kepentingan atau misi
4
apapun yang belum tentu cocok dengan kondisi dan kebutuhan komunitas tersebut. Radio Komunitas Petani Trisna Alami sudah lama berdiri dan mengudara selama tujuh tahun. Masyarakat pendengar dan penggemar radio komunitas sudah lama mengenal dan mengetahui keberadaan radio komunitas. Partisipasi petani dalam
penyelenggaraan
Radio
Komunitas
Petani
Trisna
Alami
dapat
meningkatkan pemahaman petani mengenai fungsi radio komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai medium komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik di lingkungan komunitas. Oleh karena itu, pemahaman petani mengenai fungsi radio komunitas sangat penting untuk dikaji. Petani yang sudah lama dan sering mendengarkan radio komunitas seharusnya mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi mengenai fungsi radio komunitas yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan komunitas. 1.2.
Perumusan Masalah Penelitian Perumusan masalah penelitian yang dikaji dalam penelitian adalah: 1.
Bagaimana hubungan antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas?
2. Bagaimana hubungan antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama? 3. Bagaimana hubungan antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik? 1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1.
Hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas,
2.
Hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama,
5
3.
Hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik.
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1.
Bagi akademisi, dapat memperkaya kajian komunikasi seputar media penyiaran komunitas, khususnya dari sudut pandang audiens.
2.
Bagi pemerintah, dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berhubungan dengan media massa berbasis komunitas.
3.
Bagi pengelola radio, dapat memberikan masukan, saran, sekaligus kritik kepada Radio Komunitas Petani Trisna Alami FM agar dapat berperan optimal sebagai media penyiaran komunitas bagi masyarakat atau komunitas.
4.
Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan serta memberikan gambaran mengenai fungsi-fungsi radio komunitas yang telah dijalankan oleh Radio Komunitas Petani Trisna Alami.
5.
Bagi JRKY, bisa memberikan masukan untuk mengawasi eksistensi radio komunitas petani di Yogyakarta dan pelatihan pengembangan kapasitas maupun sosialisasi perizinan.
6.
Bagi Lesman, bisa menjadi bahan pertimbangan dalam pendirian dan pendampingan radio komunitas petani serta memberikan masukan untuk pengembangan kapasitas pengurus radio.
6
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Radio Komunitas dan Tipologinya Servaes (2002) mengatakan bahwa, di banyak negara demokratis, media penyiaran komunitas telah diakui dalam kebijakan media nasional. Dalam konteks penyiaran komunitas, untuk radio dikenal istilah popular educational radio (seperti dapat dijumpai di Amerika Latin), rural bush radio (di Afrika), free assosiation radio di beberapa wilayah Eropa. Penyiaran komunitas dengan muatan lokal memberikan nuansa yang riil bagi masyarakat di pelosok dunia. Radio komunitas merujuk pada stasiun penyiaran radio yang didirikan oleh dan untuk komunitas tertentu. Radio komunitas umumnya menggunakan gelombang radio FM atau AM dengan daya pancar terbatas (very low transmitter) sehingga daerah layanannya juga
terbatas.
Menurut
Masduki
(2004) community
broadcasting juga
didefinisikan sebagai siaran yang diselenggarakan oleh masyarakat tertentu dengan tujuan tertentu, merujuk pada aspek geografis atau lokalitas. Karakter dasar dari lembaga penyiaran komunitas adalah hubungan langsung dan intensif antara lembaga penyiaran dan komunitas, serta adanya partisipasi anggota komunitas dalam perencanaan program, produksi, pembiayaan, dan dalam mengevaluasi kinerja lembaga penyiaran. Asosiasi Dunia Penyiaran Radio Komunitas (AMARC), mengemukakan ciri radio komunitas adalah: (a) radio yang merespon kebutuhan masyarakat yang melayani dan memberikan kontribusi untuk pengembangannya secara progresif pada perubahan sosial, (b) radio yang menawarkan layanan kepada masyarakat yang dilayaninya atau yang menyiarkan, dan mempromosikan ekspresi dan partisipasi masyarakat melalui radio. Radio komunitas adalah "jenis penyiaran yang menanggapi kekhawatiran masyarakat dan merupakan bagian dari masyarakat". AMARC memfasilitasi akses dan partisipasi dalam organisasi untuk semua penyiaran radio komunitas sehingga dapat bertukar informasi dan
7
pengalaman satu sama lainnya. Seluruh gerakan harus diperkuat menjadi sebuah organisasi payung dengan anggota dari segala macam budaya (Servaes 2002). Penyelenggaraan penyiaran komunitas, baik televisi maupun radio secara konstitusi mendapatkan jaminan dari pemerintah. Posisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 merupakan pengejawantahan dari berbagai perundang-undangan yang berkaitan dengan komunikasi dan informasi. Menurut Rachmiatie (2007), berdasarkan perspektif legal-formal, keberadaan radio komunitas dan media komunitas lainnya dapat diperinci menurut: (a) pengaturan frekuensi dan teknologi siaran, (b) kelembagaan atau organisasi, (c) isi siaran, (d) aspek lainnya, seperti jenis khalayak komunitas dan asosiasi. Menurut hasil riset Combine Resources Institution (CRI) pada tahun 2002 dikutip Rachmiatie (2007), tipologi radio komunitas khususnya di Indonesia terdiri dari empat bentuk yaitu: 1. Community Based (radio berbasis komunitas): Radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis tertentu sehingga basisnya adalah komunitas yang menempati suatu daerah dengan batasbatas tertentu, seperti kecamatan, kelurahan dan desa. 2. Issue or Sector Based (radio berbasis masalah atau sektor tertentu): Radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat oleh kepentingan dan minat yang sama sehingga basisnya adalah komunitas yang terikat oleh kepentingan-kepentingan
yang
sama
dan
terorganisasi,
seperti
komunitas petani, buruh, dan nelayan. 3. Personal Initiative Based (radio berbasis inisiatif pribadi): Radio yang didirikan oleh perpetanian karena hobi atau memiliki tujuan lainnya, seperti hiburan, informasi, dan tetap mengacu pada kepentingan warga komunitas. 4. Campus Based (radio berbasis kampus): Radio yang didirikan oleh warga kampus perguruan tinggi dengan berbagai tujuan, termasuk sebagai sarana laboratorium dan sarana belajar mahasiswa.
8
2.1.2. Fungsi dan Peranan Radio Komunitas Menurut
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2002
Pasal
4 ayat (1) penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, control, dan perekat sosial. Media komunitas memiliki kegunaan yang khas sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Ishadi (2004) dalam Rachmiatie (2007) menyatakan fungsi penyiaran komunitas dalam konteks kepentingan warganya adalah; (1) komunikasi internal di lingkungan komunitas, (2) komunikasi setempat dengan dunia di luar komunitas, (3) komunikasi warga dengan warga di luar komunitas, (4) sebagai sarana penggerak inovasi sosial budaya dan bisnis, (5) sebagai sarana sosial kontrol, dan (6) sebagai sarana pendidikan umum dan agama. Fungsi radio komunitas menurut Estrada (2009) antara lain: a. Mencerminkan dan mendukung identitas, karakter, dan budaya lokal Radio komunitas menyediakan program yang khusus disesuaikan dengan identitas dan karakter dari komunitas tersebut. Program sangat tergantung pada materi lokal. b. Menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara Radio komunitas melalui keterbukaannya terhadap partisipasi segala sektor dan masyarakat di suatu komunitas, menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara. c. Mendorong dialog terbuka dan proses demokratis Radio komunitas menyediakan satu landasan yang independen untuk menyelenggarakan diskusi interaktif tentang masalah-masalah dan keputusan-keputusan yang penting bagi komunitas. d. Mendukung pembangunan dan perubahan sosial Radio komunitas memberikan landasan yang sempurna untuk berlangsungnya diskusi internal dan untuk mencapai persepsi bersama mengenai situasinya.
9
Radio sebagai bagian dari media massa mempunyai fungsi sebagai ruang publik. Di ruang terbuka itu bisa ditawarkan ide atau gagasan. Membuka ruang publik tentu mempunyai konsekuensi. Para penguasa dituntut mampu mengambil keputusan Berdasarkan informasi yang memadai serta membuat penilaian yang independen. Hal ini hanya bisa dicapai apabila mereka memiliki informasi yang faktual dan terpercaya. Arifin (2010) mengatakan bahwa, radio Suara Surabaya mengajak pejabat birokrasi, instansi swasta, dan pemerintah yang merasa jarang berhadapan dengan media, untuk bersikap lebih terbuka. Mereka dimotivasi, diberi kesempatan, dan diajari berkomunikasi dalam kaitan memberi pelayanan kepada publik. Suara Surabaya memberikan ilmu itu secara cuma-cuma, dimana masyarakat bisa dengan mudah bertanya sesuatu lewat Suara Surabaya, kemudian Suara Surabaya menghubungi pihak-pihak yang dimaksud untuk memperoleh penjelasan secepatnya. 2.1.3. Pengertian Perilaku Komunikasi Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut Rakhmat (2005) ilmu psikologi menjelaskan bahwa perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa insting individu dengan lingkungan psikologinya. Perilaku komunikasi anggota kelompok adalah respon, tindakan, dan tingkah laku anggota kelompok dalam merespon dan menghadapi lingkungan sosial dan situasi komunikasi yang ada. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon sesepetani terhadap sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi sesepetani akan menjadi kebiasaan perilaku sesepetani dalam mencari informasi. Menurut Rogers (2003) perilaku komunikasi dilihat dengan beberapa variabel yaitu; keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, partisipasi sosial, serta mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan atau kepemukaan pendapat. Gould dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin (1998), berpendapat bahwa perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan
10
informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku sesepetani pada umumnya dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku komunikasi telah diteliti oleh Furbani (2008) berkaitan dengan informasi awal melalui penggunaan media komunikasi dalam mendukung keputusan wisata responden sebelum berada di Pulau Lombok. Sumber informasi berupa tatap muka dan media massa merupakan media komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan segala macam informasi wisata. Perilaku komunikasi ini dihubungkan dengan informasi awal terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal. Tidak ada perbedaan antara perilaku komunikasi yang sangat aktif maupun kurang aktif karena wisatawan hanya memilih beberapa obyek wisata alam pantai atau pendakian saja, sedangkan pencarian informasi awal mempunyai hubungan yang nyata dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. Tidak ada hubungan yang nyata antara perilaku komunikasi dengan keputusan masa tinggal. Perilaku komunikasi yang aktif pada keputusan menentukan masa tinggal terjadi setelah adanya penentuan obyek wisata apa yang akan dikunjungi dan pihak agen perjalanan akan mengatur masa tinggal sesuai dengan pilihan obyek wisata yang diinginkan wisatawan asing. Terdapat hubungan yang nyata antara konfirmasi dengan memilih obyek wisata alam. Konfirmasi yang dilakukan oleh wisatawan seluruhnya berkaitan dengan penunjang aktivitas wisata dengan menggunakan kombinasi sumber informasi melalui komunikasi tatap muka dan saluran informasi dalam bentuk visual yaitu brosur. Konfirmasi memiliki hubungan yang nyata dengan keputusan memilih obyek wisata seni tradisional dan non tradisional. Terdapat hubungan yang nyata perilaku komunikasi konfirmasi dengan keputusan memilih masa tinggal. Perilaku komunikasi wisatawan dengan masa tinggal di bawah satu minggu menunjukkan perilaku komunikasi konfirmasi kurang aktif dan wisatawan asing yang memutuskan masa tinggal di atas satu minggu menunjukkan konfirmasi aktif. Ichwanudin (1998), perilaku komunikasi yang dicari hubungannya dengan Program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi adalah: mencari informasi,
11
menyebarkan informasi, keterdedahan terhadap media massa, dan keikutsertaan anggota pada kegiatan kelompok (kompepar). Semua peubah perilaku komunikasi anggota kompepar berhubungan nyata dengan pengetahuan mereka mengenai program Sapta Pesona. Semakin tinggi intensitas mereka dalam mencari dan menyebarkan informasi secara interpersonal, terdedah media massa baik media elektronik (televisi, radio) maupun media cetak (surat kabar, majalah, dan brosur), serta semakin aktif dalam kegiatan kelompok maka semakin tinggi pula pengetahuan anggota kompepar mengenai program Sapta Pesona, demikian sebaliknya. Peubah perilaku komunikasi berhubungan nyata dengan persepsi mereka mengenai program Sapta Pesona, kecuali keikutsertaan dalam kegiatan kelompok tidak berhubungan nyata. Berbeda halnya dengan penerapan program Sapta Pesona memiliki hubungan yang nyata dengan semua peubah perilaku komunikasi. Penerapan unsur-unsur Sapta Pesona oleh peserta kompepar pada hakekatnya merupakan implementasi mereka terhadap unsur-unsur secara aktual dan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku
mendengarkan
radio
perlu
diperhatikan
dalam
upaya
memanfaatkan radio sebagai media komunikasi pembangunan. Pengetahuan tentang khalayak akan memungkinkan suatu stasiun radio menyajikan acara siaran radio secara tepat, baik dalam waktu, bentuk penyajian, dan materi (Quall dan Brown 1985 dalam Yani 1988), sedangkan Irmawati (2007) menyebutkan perilaku mendengar radio siaran adalah tindakan pendengar dalam mendengar radio siaran. Perilaku mendengar radio siaran dilihat dari frekuensi dan durasi mendengar. Menurut Masduki (2004), dalam interaksinya dengan radio, terdapat enam macam perilaku umum pendengar, yaitu: 1. rentang konsentrasi dengarnya pendek, karena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain, 2. perhatiannya dapat cepat teralih oleh petani atau peristiwa di sekitarnya, karena baginya radio merupakan ‘teman santai’, 3. tidak dapat menyerap informasi banyak dalam sekali dengar, karena daya ingat yang terbatas akibat dari aktivitas pendengaran yang selintas,
12
4. lebih tertarik pada hal-hal yang memengaruhi kehidupan mereka secara langsung, seperti tetangga dan teman, 5. secara mental dan literal (melek huruf) mudah mematikan radio, 6. umumnya pendengar tidak terdeteksi secara konstan, sehingga kita tidak mengetahui apakah mereka pintar dan tidak fanatik. Selain itu, menurut Masduki (2004) terdapat empat tipologi pendengar terhadap acara siaran: 1. Pendengar spontan Merupakan pendengar yang bersifat kebetulan, tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu dan perhatiannya mudah beralih ke aktivitas lain. 2. Pendengar pasif Merupakan pendengar yang suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang, menghibur diri dan menjadikan radio sebagai teman biasa. 3. Pendengar selektif Merupakan pendengar yang mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu dan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya. 4. Pendengar aktif Merupakan pendengar yang secara reguler tidak terbatas mendengarkan siaran radio dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang. 2.1.4. Pengertian Pemahaman Leagans (1978) dalam Witjaksono (1990), banyaknya informasi yang diterima oleh sesepetani belum menjamin petani tersebut dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan sesuai dengan informasi itu. Petani akan memberikan tanggapan terbaik terhadap pesan yang dapat dipercaya, realistis, relevan, dan dimengerti. Pesan yang belum dimengerti tidak akan disetujui meskipun pesan itu dapat dipercaya.
13
Pemahaman informasi atau pesan dalam proses komunikasi merupakan salah satu efek komunikasi massa. Bloom (1956), membedakan istilah “pengetahuan” dan “pemahaman”, meskipun keduanya termasuk dalam ranah atau kawasan kognitif. Kawasan kognitif pengetahuan hanya mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, sedangkan kawasan pemahaman mencakup kemampuan untuk makna bahan yang dipelajari. Jadi, tahap pemahaman harus didahului oleh tahap pengetahuan. Pemahaman merupakan proses berfikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju arah pemahaman perlu diikuti dengan berfikir dan belajar. Menurut Purwanto (2000) pemahaman adalah tingkatan pengetahuan yang mengharapkan sesepetani mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami
konsep
dari
masalah
atau
fakta
yang
ditanyakan.
Maka,
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan. Definisi pemahaman menurut Sudojono (1996) dalam Makfiah (2006) adalah kemampuan sesepetani untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan kemampuan jenjang berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. 2.1.6. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Sudarman (2009) menunjukkan, kebijakan siaran dalam penyelenggaraan siaran sepenuhnya dikelola oleh komunitas sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan jaringan kelompok tani melalui media komunitas petani tidak dapat dilakukan. Faktor utama kegagalan pengembangan Jaringan Petani Kulon Progo adalah terbatasnya jangkauan siaran. Faktor kedua tidak adanya perhatian dan koordinasi terhadap keberadaan radio komunitas yang ada. Ketiga forum komunikasi kelompok tani jaringan tidak berfungsi. Faktor utama yang lebih dominan kegagalan media sebagai sarana pengembangan jaringan kelompok tani lebih pada keterbatasan jangkauan siaran. Keberhasilan
14
pengembangan jaringan bukan disebabkan oleh keberadaan Radio Komunitas Petani Kulon Progo yang berlokasi di Dusun Ngrandu. Namun, pada keaktifan anggota Jaringan Petani Kulon Progo dalam kegiatan rutin yang berkelanjutan dari wilayah anggota jaringan di 12 kecamatan se-Kabupaten Kulon Progo pada usaha gula semut yang telah memperoleh sertifikat organik. Siaran informasi pertanian Radio Komunitas Petani di Desa Kaliagung pada umumnya kurang diminati sebagian masyarakat, kecuali pada Dusun Ngrandu. Program acara yang diminati pendengar Desa Kaliagung sebatas pada siaran hiburan. Interaksi dan partisipasi anggota kelompok tani dan masyarakat di dusun ini berjalan sangat baik. Informasi berupa ide dan gagasan serta inovasi kepada masyarakat diakses lebih cepat. Umpan balik dari pendengar dapat segera ditindak lanjuti. Pendengar Ngrandu belum bisa menerima sepenuhnya ide dan inovasi yang disampaikan melalui pesan media dalam sistem pertanian organik, disebabkan adanya rasa yang kurang bisa dapat diterima terhadap hasil produksi yang belum bisa memberikan kepastian hasil produksinya. Tahap uji coba ide dan inovasi dalam pertanian organik ramah lingkungan telah mendapatkan perhatian, karena hal ini menjadi pengalaman yang berharga bagi petani, namun belum ada keberanian untuk berbuat lebih. Pesan yang merupakan umpan balik sumber informasi yang diharapkan dari audience di Dusun Ngrandu telah berfungsi. Umpan balik untuk kepentingan sumber kebijakan program acara siaran sebatas kebutuhan Dusun Ngrandu. Forum komunikasi kelompok tani Dusun Ngrandu berjalan sesuai dengan fungsinya, hasil diskusi disiarkan melalui media komunitas yang merupakan jembatan antar pribadi. Hakim (2010) menemukan bahwa, jenis program siaran yang dominan dipakai radio komunitas Suara Kencana adalah jenis infotainment yaitu program siaran yang memadukan antara informasi, berita, musik, dan iklan layanan masyarakat. Pendengar radio Suara Kencana 80 persen memiliki frekuensi mendengar tinggi (5 – 7 kali ) per minggu. Sebanyak 50 persen pendengar mendengarkan radio komunitas Suara Kencana selama dua hingga lima jam per hari sedangkan 50 persennya lagi mendengarkan dengan durasi enam hingga delapan jam per hari.
15
Mardianah (2010) menjelaskan beberapa variabel yang diidentifikasi berhubungan dengan perilaku petani dalam mendengarkan siaran radio yang menunjukkan hubungan sangat nyata adalah umur, dukungan kelembagaan, isi siaran, waktu siaran, format acara, gaya kepemimpinan, media interpersonal, media cetak, dan media televisi. Variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam menciptakan perilaku mendengarkan radio bagi petani atau dengan kata lain, terjadinya peningkatan dari variabel-variabel tersebut dapat meningkatkan perilaku petani mendengarkan siaran radio, sedangkan variabel siaran radio (frekuensi, jumlah, waktu, dan isi siaran) dan penilaian petani terhadap siaran radio (isi siaran, waktu siaran, format siaran, dan gaya penyampaian) berkorelasi secara sangat nyata dengan pengetahuan dan sikap petani. Hal ini berarti peningkatan pengetahuan dan sikap petani dapat dilakukan dengan menambah frekuensi petani mendengarkan siaran radio, jumlah waktu, dan pilihan acara pertanian. Demikian pula dengan perbaikan isi siaran, menyesuaikan waktu siaran dengan waktu yang dimiliki petani, perbaikan format siaran, dan gaya penyampaian dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam mengelola usahatani padi sawah. Handayani (2002) menunjukkan keberadaan umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan luas lahan tidak berarti banyak terhadap pemahaman petani tentang Kredit Ketahanan Pangan (KKP) kecuali keberadaan status lahan mempunyai hubungan dengan hak, kewajiban, dan sanksi aturan pelanggaran dalam KKP. Umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan status lahan tidak berperan banyak dalam pemahaman petani tentang KKP. Dengan mengikuti perkembangan KKP secara intensif, petani mempunyai kelebihan pemahaman tentang KKP. Pengecualian dalam perilaku komunikasi ini, dimana kehadiran rapat anggota kelompok dan kontak dengan sumber informasi tidak berhubungan dengan pemahaman manfaat KKP. Petani yang sering mencari informasi KKP, pemahamannya tentang KKP cenderung meningkat akan tetapi tidak menyebabkan peningkatan pemahaman manfaat KKP. Penggunaan jenis media (radio, majalah atau brosur) berhubungan dengan pemahaman petani tentang KKP kecuali menonton televisi yang tidak berhubungan dengan
16
pemahaman prosedur pengajuan KKP. Petani yang sering menggunakan media, pemahamannya tentang KKP akan meningkat. Witjaksono (1990) menunjukkan karakteristik demografik seperti, motivasi, pendidikan, luas garapan, dan umur responden mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemahaman informasi teknologi Supra Insus yang diterima petani, sedangkan status lahan, media televisi, dan media radio tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman informasi. Media cetak yang berlangganan mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman informasi Supra Insus. Bentuk perilaku komunikasi dalam penelitian adalah kontak interpersonal responden dengan PPL, kontak interpersonal responden dengan Kontak Tani, kontak interpersonal responden dengan petani lain, kontak interpersonal responden dengan pedagang, kehadiran responden dalam pertemuan kelompok, keterdedahan responden pada siaran televisi, keterdedahan responden pada siaran radio, dan keterdedahan responden pada siaran media cetak. Berdasarkan analisis jalur, diantara delapan bentuk perilaku komunikasi tersebut yang paling besar pengaruhnya pada pemahaman informasi responden tentang paket teknologi Supra Insus ialah kontak interpersonal responden dengan PPL dan kehadiran responden dalam kelompok. 2.2.
Kerangka Pemikiran Radio komunitas merupakan media komunikasi baru dalam komunikasi
yang bersifat interaktif, sederhana, dan memiliki kekhasan karena prosesnya berada diantara komunikasi melalui media massa dan komunikasi antarpersona, sehingga bisa menjangkau penduduk di pedesaan. Bentuk komunikasi ini merupakan salah satu langkah dalam upaya menciptakan masyarakat informasi, juga pemerataan informasi yang sehat dan berkeadilan. Komunitas yang dimaksudkan adalah komunitas masyarakat pedesaan yang dibatasi pada pengertian komunitas yang dibentuk dengan batasan geografis tertentu (Geographical community), dan bukan dalam pengertian komunitas yang terbentuk atas rasa identitas yang sama (Sense of identity) seperti komunitas akademis, komunitas profesi, komunitas hobi, dan sejenisnya. Kerangka berfikir disajikan pada Gambar 1.
17
X. Perilaku Komunikasi X1. Keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal X2. Kekosmopolitan X3. Frekuensi bertemu dengan penyuluh X4. Keterdedahan media massa lain X5. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami
Keterangan: Gambar 1.
Y. Pemahaman terhadap Fungsi Radio Komunitas Y1. Komunikasi internal di lingkungan komunitas Y2. Sarana pendidikan umum dan agama Y3. Sebagai ruang publik
berhubungan Kerangka Berfikir Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas
Pada penelitian sebelumnya, variabel yang sudah diteliti antara lain: hubungan terpaan media komunitas dengan kepuasan pendengar, hubungan perilaku komunikasi dalam mendengarkan radio dengan peningkatan pengetahuan teknologi budidaya padi sawah, hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman Kredit Ketahanan Pangan, hubungan perilaku komunikasi dan tingkat pemahaman informasi anggota kelompok tani tentang paket teknologi Supra Insus. Hubungan perilaku komunikasi dalam mendengarkan radio komunitas dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas belum diteliti sehingga perlu dikaji lebih lanjut. Perilaku komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi tinggi rendahnya sepetani petani di dalam memahami fungsi radio komunitas. Perilaku komunikasi yang terdiri dari: keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu dengan penyuluh, keterdedahan media massa lain, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami berhubungan dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas. Semakin sering dan lama petani mendengarkan siaran radio komunitas, maka akan meningkatkan pemahamannya terhadap fungsi radio komunitas. Fungsi radio komunitas dalam konteks kepentingan warganya dalam penelitian ini
18
adalah sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas, sebagai sarana pendidikan umum dan agama, serta sebagai ruang publik. Fungsi radio komunitas sebagai ruang publik sangat menarik untuk dikaji sebagai media pemberdayaan. Perilaku komunikasi petani di lingkungan komunitas mempunyai hubungan dengan fungsi ruang publik. Dimana radio komunitas bisa dimanfaatkan petani untuk memfasilitasi aktivitas dan tempat untuk bediskusi, mencurahkan keluh kesah, memberikan saran, berdialog interaktif dengan aparat desa, serta media pemersatu warga. 2.3.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir, maka disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut: 1.
Terdapat hubungan yang nyata antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas.
2.
Terdapat hubungan yang nyata antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama.
3.
Terdapat hubungan yang nyata antara perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik.
2.4.
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian sebagai berikut: 1.
Perilaku komunikasi adalah tindakan atau tingkah laku pendengar dalam mendengarkan radio siaran. Peubah ini dapat diukur dengan lima indikator, yaitu keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu dengan penyuluh, keterdedahan media massa, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. 1.1. Keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal adalah frekuensi
petani
terlibat
dengan
petani
lain
untuk
19
membicarakan masalah radio komunitas atau masalah sosial lainnya dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Rendah
= (1 – 4 kali)
ii. Tinggi
= (5 – 7 kali)
1.2. Kekosmopolitan adalah kemampuan dan keterbukaan petani dalam menerima dan mencari informasi atau ide-ide baru yang berhubungan dengan berbagai sumber informasi dari berbagai hal kehidupannya ataupun mengenai radio komunitas di dalam maupun di luar sistemnya dalam satu bulan terakhir pada saat penelitian. Peubah ini diukur dengan frekuensi petani bepergian ke luar desa untuk mencari informasi mengeni radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Lokalit
adalah
kemampuan
petani
mencari
atau
mendapatkan sumber informasi maupun kepergian mereka di tingkat RT, RW, dan desa. ii. Kosmopolit adalah kemampuan petani mencari atau mendapatkan sumber informasi dari luar sistem maupun kepergian mereka ke luar desa. 1.3. Frekuensi bertemu dengan penyuluh adalah jumlah (kali) petani bertemu dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian dan atau radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Tidak pernah
ii. Pernah
= (≥ 1 kali)
1.4. Keterdedahan media massa lain adalah tingkat keterbukaan petani terhadap media massa seperti radio selain radio komunitas, koran, dan televisi dalam memperoleh sumber informasi tentang fungsi radio komunitas pada satu minggu terakhir saat penelitian, dikategorikan sebagai berikut:
20
a. Radio selain radio komunitas i. Frekuensi mendengarkan radio selain radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak pernah dan pernah (≥ 1 kali). ii. Lama
mendengarkan
radio
selain
radio
komunitas
dikategorikan menjadi dua, yaitu sebentar (< 0,5 jam) dan lama (0,6 – 1 jam). b. Koran i. Frekuensi membaca koran dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak pernah dan pernah (≥ 1 kali). ii. Lama membaca koran dikategorikan menjadi dua, yaitu sebentar (< 0,5 jam) dan lama (0,6 – 1 jam). c. Televisi i. Frekuensi menonton televisi dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak pernah dan pernah (≥ 1 kali). ii. Lama menonton televisi dikategorikan menjadi dua, yaitu sebentar (< 1 jam) dan lama (2 – 3 jam). 1.5. Keterdedahan radio komunitas adalah tingkat keterbukaan petani terhadap radio komunitas dalam memperoleh sumber informasi tentang fungsi radio komunitas. Peubah ini dapat diukur dengan beberapa indikator, yakni frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas. a. Frekuensi mendengarkan radio komunitas adalah jumlah (kali) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu:
i. Rendah = (1 – 3 kali) ii. Tinggi
= (4 – 7 kali)
b. Lama mendengarkan radio komunitas adalah jumlah rata-rata waktu (jam/hari) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu:
21
i. Sebentar = (< 2,25 jam) ii. Lama 2.
= (2,26 – 4 jam)
Pemahaman terhadap fungsi radio komunitas adalah pernyataan atau jawaban petani tentang pemahaman terhadap fungsi radio komunitas yang meliputi komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Peubah ini dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain: 2.1. Fungsi komunikasi internal adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan sebagai media komunikasi internal di lingkungan komunitas. Fungsi komunikasi internal terdiri dari (1) radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk saling berbagi informasi sesama petani, (2) untuk memberi pengumuman dari RT atau RW, (3) untuk memberikan informasi atau pengumuman kepada warga, dan (4) memberikan informasi, pengumuman, ceramah kepada warga. Fungsi komunikasi internal dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Rendah
= ( 1 – 2 pernyataan)
ii.
Tinggi
= (3 – 4 pernyataan)
2.2. Fungsi sarana pendidikan umum dan agama adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk menyiarkan pendidikan umum dan agama bagi komunitasnya. Fungsi sarana pendidikan umum dan agama terdiri dari: (1) radio komunitas bisa digunakan untuk memberikan informasi penyuluhan pertanian bagi warga dusun atau desa, (2) memberikan informasi mengenai kebersihan, (3) memberikan informasi mengenai keagamaan, (4) memberikan ceramah dan atau siraman rohani oleh pemuka agama, dan (5) menyiarkan pengajian warga dusun atau desa. Fungsi sarana pendidikan umum dan agama dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Rendah
ii. Tinggi
= ( 1 - 3 pernyataan) = (4 - 5 pernyataan)
22
2.3. Fungsi ruang publik adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk tempat berdiskusi, menyampaikan saran atau kritik dari warga. Fungsi ruang publik terdiri dari: (1) radio komunitas bisa digunakan untuk mencurahkan keluh kesah warga, (2) untuk memberikan saran atau kritik mengenai kinerja aparat desa, (3) untuk berdialog interaktif dengan aparat desa, (4) untuk berdialog interaktif dengan penyuluh, dan (5) untuk kampanye atau pengenalan calon ketua RT dan RW maupun pak dusun. Fungsi ruang publik dikategorikan menjadi dua, yaitu: i.
Rendah
ii. Tinggi
= ( 0 - 2 pernyataan) = (3 - 5 pernyataan)
23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe explanatory
atau confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Efendy 2006). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif seperti catatan lapang dan wawancara mendalam antara peneliti dengan petani. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatankegiatan yang sedang berjalan. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2011. Penelitian
ini dilakukan di Dusun Ngrandu dan Dusun Tegawanu, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (a) lokasi Dusun Ngrandu dan Dusun Tegawanu adalah dusun yang radiusnya dekat dengan stasiun Radio Komunitas Petani Trisna Alami, (b) penduduk Dusun Ngrandu dan Dusun Tegawanu sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. 3.3.
Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian adalah anggota kelompok tani pendengar Radio
Komunitas Petani Trisna Alami. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak sederhana, dimana tiap sampel yang berukuran sama memiliki suatu kesempatan sama untuk terpilih dari populasi. Sampling acak sederhana dapat dilakukan setelah kerangka sampling dibuat dengan benar. Kemudian dibuatlah daftar nama seluruh anggota kelompok
24
tani pendengar radio komunitas yang terpilih itu. Dari kerangka sampling tersebut, sampel yang dipilih dilakukan dengan menggunakan pola pengundian. Pemilihan petani dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa petani merupakan petani pendengar Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Cara menentukan 40 sampel dari 66 populasi dihitung menggunakan Rumus Slovin. Hasan (2002) menjelaskan rumus Slovin digunakan karena ukuran populasi diketahui dan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Persamaan Slovin: n = Keterangan: n = Jumlah Sampel
N = Populasi E = Batas eror 10%
= 39,8 ≈ 40
Untuk memperoleh petani, maka ditentukan kerangka contoh (sampling frame) ialah Kelompok Tani Mulya dan Kelompok Tani Marsudi Bogo, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta (Lampiran 1). Petani diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun Informan pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive yaitu memilih petani-petani yang terlibat dalam penyelenggaraan radio komunitas dan instansi yang berkaitan dengan petani yang dipercaya bisa menjadi sumber data serta mengetahui masalahnya secara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola radio, ketua kelompok tani, tokoh masyarakat, JRKY, dan KPID Yogyakarta serta Lesman. Informan diwawancarai dengan panduan wawancara terstruktur yang telah disusun . 3.4.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk mengetahui karakateristik petani, perilaku komunikasi, dan pemahaman fungsi-fungsi radio komunitas. Data sekunder diperoleh dari Desa
25
Kaliagung mengenai kependudukan, transportasi, jarak kepusat-pusat informasi, dan gambaran lokasi penelitian secara keseluruhan, dokumentasi Radio Komunitas Petani Trisna Alami seperti profil radio, sejarah berdirinya radio, sumberdaya
yang
ada,
program
siaran
radio
serta
regulasi
perizinan
penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Menggunakan kuesioner yang telah diuji reliabilitasnya. 2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan petani, guna mendapatkan data yang lebih dapat dipercaya atau belum terungkap dari kuesioner. 3. Pengamatan/observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian. Cara ini dilakukan untuk menguji kebenaran jawaban petani pada kuesioner dan wawancara. 3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.5.1. Validitas Untuk mencapai validitas instrumen, daftar pertanyaan disusun dengan jalan: 1.
Menyesuaikan dengan apa yang telah pernah dilakukan para peneliti terdahulu untuk memperoleh data yang sama.
2.
Mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan petani pada berbagai pustaka empiris.
3.
Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan petani.
4.
Memperhatikan
nasehat-nasehat
para
ahli
terutama
dosen
pembimbing. 3.5.2. Reliabilitas Instrumen Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa
26
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang relatif sama. Arikunto (1993) dalam Muhidin (2009) menjelaskan formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian adalah Koefisien Alfa (α) dari Cronbach (1951), yaitu: r11 =
] [1 –
]
Dimana: Rumus Varians : δ2 = [∑
–
]/N
r11
: reliabilitas instrumen/koefisien alfa
k
: banyaknya bulir soal
∑
: jumlah varians bulir : varians total
N
: jumlah petani
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 17,0, dengan menggunakan teknik Split-half. Uji kuesioner dilakukan kepada 10 petani pada pertanyaan pemahaman fungsi radio komunitas. Berdasarkan hasil pengujian terhadap pertanyaan mengenai pemahaman fungsi radio komunitas terdapat 14 pertanyaan yang reliabel dengan nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,935. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,444 (r
tabel),
maka
hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. Seluruh pertanyaan yang tidak reliabel dihilangkan. 3.6.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan prosedur analisis statistik deskriptif dan
menggunakan software SPSS 17.0. Statistika deskriptif (nilai tengah, frekuensi distribusi, dan tabulasi silang) digunakan untuk mengelompokkan data karakteristik petani, perilaku komunikasi, dan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas menjadi beberapa kategori disajikan dalam bentuk skala nominal dan ordinal. Selanjutnya hubungan perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas diuji dengan menggunakan prosedur khi-
27
kuadrat (chi square) pada α = 0,05 dan α = 0,1. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan petani atau informan disampaikan secara deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian. Hubungan fungsional antarvariabel dinyatakan dalam bentuk derajat hubungan antarvariabel atau yang dikenal dengan koefisien korelasi (r). Untuk data nominal derajat hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien kontingensi [C/Cmax]. Ada atau tidaknya hubungan antara x dan y ditentukan oleh nilai Xn2, sesuai derajat kebebasannya, df = (B-1) (K-1). Kriteria pengujian X berhubungan dengan Y jika p-value < 0,05 dan atau p-value < 0,1. Menurut Siregar (2004) kriteria koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut: 0,80 < r < 1
hubungan sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80
hubungan tinggi
0,40 < r ≤ 0,60
hubungan sedang
0,20 < r ≤ 0,40
hubungan rendah
0,00 < r ≤ 0,20
hubungan sangat rendah
r=1
hubungan sempurna
r=0
tidak berhubungan
28
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RADIO KOMUNITAS PETANI TRISNA ALAMI 4.1. Gambaran Umum Desa Kaliagung 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Kaliagung termasuk wilayah Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagian besar wilayah Desa Kaliagung didominasi lahan perkebunan dan pekarangan dengan luas lahan keseluruhan 717,1105 Ha. Sisanya terdiri dari pekarangan 331,05 Ha, perkebunan 260 Ha, persawahan 100 Ha, pemukiman 40,48 Ha, prasarana umum lainnya 31,7145 Ha, perkantoran 3,1 Ha, taman 0,25 Ha, dan makam 0,22 Ha. Batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Donomulyo
Sebelah Selatan
: Desa Sukoreno
Sebelah Barat
: Desa Pengasih
Sebelah Timur
: Desa Sentolo
Bentangan wilayah desa sebagian besar adalah dataran rendah. Kondisi jalan sudah baik sehingga transportasi darat berjalan lancar. Jarak ke ibukota kecamatan empat km bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 15 menit. Jarak ke ibukota kabupaten 10 km bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 45 menit, sedangkan jarak ke ibukota provinsi 20 km dengan kendaraan bermotor selama 90 menit. Peta lokasi penelitian di Dusun Ngrandu dan Dusun Tegawanu terlampir (Lampiran 2). 4.1.2. Kependudukan 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk terakhir per 12 Maret 2010 adalah 5.983 jiwa dengan perincian 2.902 laki-laki dan 3.081 perempuan terdiri dari 1.659 kepala keluarga. Mayoritas penduduk beragama Islam dengan jumlah 5.754 petani, sedangkan sisanya beragama Kristen Protestan 161 petani dan Katolik 68 petani. Jumlah penduduk ini tersebar di 12 pedukuhan terdiri dari 48 Rukun Tetangga (RT) dan
29
24 Rukun Warga (RW). Seluruh warga Desa Kaliagung merupakan warga negara Indonesia asli. Jumlah penduduk angkatan kerja adalah 1.922 petani. Penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam/minggu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja lebih dari 35 jam/minggu. Jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja masuk dalam kategori sekolah, mengurus rumah tangga, serta penerima pendapatan dan lainnya. 2. Mata Pencaharian Pokok Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Kaliagung adalah sebagai petani. Jenis pekerjaan didominasi pada mata pencaharian pertanian sebesar 65,44 persen. Mata pencaharian pedagang keliling menempati urutan paling kecil, yaitu sebesar 0,77 persen. Selain itu, penduduk Desa Kaliagung juga bekerja pada sektor-sektor lainnya yang secara rinci disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Kaliagung, Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis pekerjaan Petani Buruh tani PNS TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pedagang keliling Pengrajin industri rumah tangga Pengusaha kecil dan menengah Karyawan perusahaan swasta Total
Jumlah penduduk (petani) Laki-laki Perempuan 631 221 81 51 11 58 12 0 19 1
Total (n) 852 132 69 12 20
Persentase (%) 65,44 10,14 5,30 0,92 1,54
32 3
15 7
47 10
3,61 0,77
0
36
36
2,76
0
54
54
4,15
20 809
50 493
70 1302
5,38 100,00
Sumber: Monografi Desa Kaliagung 2010
Tabel 4.1 menggambarkan lebih banyak jumlah penduduk laki-laki yang bekerja dibandingkan penduduk perempuan. Namun, ada beberapa jenis pekerjaan yang hanya diisi oleh perempun seperti pengrajin industri rumah tangga dan pengusaha kecil menengah. Hal ini menunjukkan selain kegiatan rumah tangga
30
yang dilakukan oleh perempuan, mereka juga bekerja membantu suami untuk menopang hidup mencukupi kebutuhan sehari-hari. 3. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk mayoritas adalah lulusan SLTP sebanyak 157 petani. Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk cukup baik karena sebagian besar penduduk adalah lulusan SLTP sebesar 34, 89 persen. Sedangkan lulusan sarjana sebesar 2,22 persen. Pendidikan formal terakhir yang lainnya akan diperinci pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kaliagung, Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6
Keterangan Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total
Jumlah Penduduk (petani) Laki-laki Perempuan 0 0 70 69 68 89 45 63 15 21 3 7 201 249
Total (n) 0 139 157 108 36 10 450
Persentase (%) 0 30,89 34,89 24,00 8,00 2,22 100,00
Sumber: Monografi Desa Kaliagung 2010
4.1.3. Kondisi Sosial Kegiatan sosial di lingkungan masyarakat antara lain: kerja bakti, membantu hajatan, peringatan keagamaan, membantu petani yang terkena musibah (kematian), dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga organisasi sosial seperti, pengajian, arisan, kelompok tani, dan lain sebagainya. Pengajian dilakukan setiap malam Jumat satu minggu sekali dan setiap 38 hari sekali baik oleh laki-laki maupun perempuan. Kelompok tani di Desa Kaliagung ada 14 kelompok yang anggotanya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pertemuan kelompok tani dilakukan satu bulan sekali dengan anjangsana. Ada juga pertemuan kelompok tani yang diadakan di rumah Bapak Dukuh. Arisan RT dilakukan satu bulan sekali diikuti hanya dalam lingkup satu RT saja. Dalam arisan RT biasanya dibahas masalah-masalah yang ada di sekitar RT tersebut untuk dicari solusinya. Terdapat juga arisan dasawisma setiap 38 hari
31
sekali. Jumlah dasawisma sebanyak 96 dengan dengan setiap dasawisma anggotanya berjumlah 10 petani, sedangkan jumlah pengurus 192 petani. 4.1.4. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan Produk domestik desa yang menopang perekonomian masyarakat adalah perkebunan kelapa, tanaman jagung, dan tanaman padi. Rata-rata penduduk memiliki luas tanah antara 0,1 – 0,2 Ha. Topografi desa termasuk ke dalam dataran rendah dan berbukit-bukit yang cocok ditanami tanaman pangan, palawija, dan kelapa. Mata pencaharian mayoritas penduduk adalah di sektor pertanian dengan jumlah 1.005 petani. Sebanyak 937 keluarga memiliki tanah pertanian dan 550 keluarga memiliki tanah perkebunan. Peternakan yang berpotensi dikembangkan adalah sapi. Selain itu juga ada ternak ayam kampung, bebek, dan kambing. Potensi pengembangan tanaman pangan, persawahan, peternakan, dan jasa perdagangan cukup potensial dikembangkan di Desa Kaliagung. Perikanan yang bisa dikembangkan adalah jenis ikan air tawar yaitu; nila, lele, dan gurami dengan luas empang 0,2 Ha. 4.1.5. Potensi Prasarana Desa Kaliagung Prasarana olahraga terdiri dari lapangan sepak bola satu buah, lapangan bulutangkis tiga buah, dan lapangan voli dua buah. Prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu satu unit dan posyandu 13 unit. Tenaga kesehatan terdiri dari paramedis, dukun bersalin terlatih dan bidan masing-masing tiga petani. Kader posyandu berjumlah 70 petani dan pembina posyandu 15 petani. Kader bina keluarga sebanyak 12 petani dan PLKB satu petani. Prasarana pendukung peribadahan antara lain masjid berjumlah 18 buah, mushola 15 buah, dan gereja Kristen Protestan satu buah. Sarana untuk menunjang kegiatan pendidikan antara lain: gedung SLTP satu buah, gedung SD satu buah, gedung TK lima buah, gedung tempat bermain anak tiga buah, dan perpustakaan desa satu buah. Jumlah guru SD sebanyak 75 petani, guru SLTP 30 petani, guru SLTA 15 petani.
32
4.2. Gambaran Umum Radio Komunitas Petani Trisna Alami 4.2.1. Latar Belakang Pendirian Radio Komunitas Awal mula gagasan untuk mendirikan Radio Komunitas Petani Trisna Alami berangkat dari kebutuhan petani untuk mengomunikasikan dan menginformasikan persoalan yang dirasakan dan mencari alternatif solusi maupun untuk mengidentifikasi penyebabnya antar petani dalam kelompok, antar kelompok, maupun antar wilayah. Kondisi ini menjadi kebutuhan strategis dalam menggalang solidaritas diantara mereka. Selain itu, dengan adanya media komunikasi yang komunikatif dapat berkontribusi untuk memperkuat fungsi kelembagaan petani. Berdirinya Radio Komunitas Petani Trisna Alami tidak lepas dari semangat kerjasama jaringan kelompok Tani Alami, yang tergabung dalam forum Jaringan Petani Kulon Progo (JATIROGO) yang sejak tahun 1999 bekerjasama dan didampingi oleh Perkumpulan Lestari Mandiri (Lesman) tentang pengenalan praktek pertanian organik. Pengelola radio memiliki komitmen dan ketertarikan sehingga Radio Komunitas Petani Trisna Alami bisa mengudara selama kurang lebih tujuh tahun. Radio Trisna Alami berdiri pada tanggal 5 Januari 2004 didirikan oleh lima petani dari Dusun Ngrandu didampingi Lesman. Studio penyiaran berjumlah satu buah dengan sistem modulasi dan frekuensi atau kanal 107,7 MHz. Radio Komunitas Petani Trisna Alami mulai beroperasi pada tanggal 5 Januari 2006 pada tinggi lokasi 450 meter di atas permukaan laut dengan wilayah jangkauan siaran 2,5 km. Keterlibatan Lesman dalam pendirian Radio Komunitas Petani Trisna Alami adalah saat dirancang konsep bersama untuk membangun media penyiaran dengan kelompok tani dampingan (JATIROGO), memfasilitasi proses identifikasi potensi, peluang dan hambatan, perencanaan, mendukung peralatan dan studio, memfasilitasi pelatihan untuk operator dan penyiar, serta melakukan kerjasama dengan pemerintah desa untuk memperoleh dukungan. Penyusunan nama dan semboyan serta penentuan lokasi Radio Komunitas Petani diawali dengan adanya Lokakarya Radio Komunitas Petani yang dilaksanakan pada bulan Juni 2003 yang bertempat di Dukuh Ngrandu, Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo. Pada acara tersebut dihadiri oleh perwakilan
33
kelompok tani mitra dampingan Lesman dari wilayah Kecamatan Pengasih, Sentolo, Nanggulan, dan Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo, yang tergabung dalam Forum JATIROGO. Narasumber berasal dari Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) dan Pengurus Radio Suara Petani (Klaten). Dari lokakarya ini berhasil dirumuskan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Radio Komunitas Petani, yang meliputi (1) nama radio siaran komunitas, (2) struktur organisasi dan prinsip-prinsip Radio Komunitas Petani, (3) visi dan misi, (4) survei lokasi, (5) penentuan lokasi radio, (6) persiapan peralatan, dan (7) pembuatan ruang studio serta pemasangan pemancar yang berlangsung pada tanggal 5 Januari 2004. Semua anggota JATIROGO diperbolehkan menyampaikan usul lokasi yang tepat untuk stasiun radio disertai alasan-alasan memilih lokasi tersebut. Pada awal mula pendirian radio, masyarakat tidak menyambut baik dengan alasan diinisiasi oleh suatu lembaga yang diduga dapat merugikan masyarakat. Usaha yang dilakukan pendiri radio komunitas untuk meyakinkan masyarakat dengan mempercepat siaran mulai pukul 08.00 – 12.00 WIB selanjutnya pukul 19.00 - 24.00 WIB. Seiring berjalannya waktu, masyarakat menyambut baik acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan telah memberi warna dalam kehidupan bermasyarakat. Warga komunitas mulai merasa memiliki dan butuh informasi serta hiburan dari radio tersebut. Keberadaan radio tidak lepas dari kegiatan pendampingan kelompok tani. Lesman terus mendampingi, dalam arti ikut mengembangkan eksistensi radio komunitas tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menginformasikan kegiatan radio dalam website (http://www.lestarimandiri.org/) atau situs jaringan sosial lainya. Lesman mengadakan pelatihan pengembangan kapasitas pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami setelah radio berdiri dan mengudara. Selain itu juga, Lesman membangun jaringan ke luar dan mengenalkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami sekaligus pengelolanya ke radio komunitas lainnya di Yogyakarta. Radio dikelola sepenuhnya oleh pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami.
34
4.2.2. Nama, Semboyan, dan Lokasi Nama Radio Komunitas Petani adalah Trisna Alami FM 107,7 MHz yang berlokasi di Jl. Sentolo Pengasih Km 3, Dusun Ngrandu, Desa Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo. Nama radio Trisna Alami mempunyai makna yang sangat berarti. Trisna adalah singkatan dari “Tansah Rukun Inggih Sampun Ayem” yang memiliki arti kalau semua rukun tentu selalu menyejukkan atau tenteram, sedangkan Alami memiliki arti menggali potensi secara alami, tidak memakai bahan kimia atau mengurangi bahan-bahan kimia dalam pertanian. Nama Trisna Alami ini dimaksudkan agar siaran radio bisa menciptakan kerukunan warga pendengar radio komunitas sehingga bisa terwujud suasana yang tenteram. Semboyan radio adalah “tempat informasi dan suara petani”. 4.2.3. Visi dan Misi Visi
Radio
Komunitas
Petani
adalah
terwujudnya
kemandirian,
kebersamaan dalam bidang budaya sosial, ekonomi, dan teknik pertanian untuk kesejahteraan petani. Misinya adalah memfasilitasi, melayani, dan menjembatani kebutuhan petani melalui media komunikasi (radio). 4.2.4. Prinsip Dasar Radio Komunitas Petani Prinsip dasar Radio Komunitas Petani meliputi: (a) tidak untuk komersial, (b) bermanfaat, (c) keswadayaan, (d) kebersamaan, (e) kebebasan, (f) beretika, (g) berbudaya, (h) tidak untuk kepentingan partai politik, (i) independen, dan (j) keberlanjutan (kelangsungan dan regenerasi). 4.2.5. Struktur Organisasi Bagan struktur organisasi Radio Komunitas Petani Trisna Alami terlampir (Lampiran 3). 4.2.6. Fungsi dan Tujuan Radio Komunitas Petani mempunyai fungsi dan tujuan. Fungsi yang dijalankan oleh Radio Komunitas Petani Trisna Alami sebagai komunikasi internal dapat dilakukan dengan menjadi media komunikasi antar petani. Fungsi sarana pendidikan dapat dilakukan sebagai media informasi dan suara petani serta
35
menjadi informasi pertanian antar petani. Fungsi ruang publik radio komunitas dapat dilakukan sebagai media pemecahan masalah dalam komunikasi petani, dan menjalin persatuan dan kesatuan petani. Fungsi yang lain adalah sebagai hiburan yang didominasi pada hiburan lokal. Tujuannya, adalah: (a) mencerdaskan petani di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan teknis, (b) mewujudkan kebersamaan petani, (c) menguatkan organisasi
petani,
(d)
mengembangkan
jaringan
komunikasi,
dan
(e) menyebarluaskan pertanian ramah lingkungan. 4.2.7. Hak, Kewajiban, Tugas, dan Wewenang Anggota Kriteria sebagai anggota Radio Komunitas Petani meliputi: (a) terjangkau oleh Radio Komunitas Petani, (b) merupakan kelompok tani yang aktif, (c) sanggup mentaati prinsip-prinsip Radio Komunitas Petani, (d) sanggup terlibat dalam kegiatan Radio Komunitas Petani, (e) mau dan mampu menyebarluaskan visi dan misi Radio Komunitas Petani, (f) sanggup mentaati peraturan yang telah disepakati di Radio Komunitas Petani, (g) sepaham dengan visi dan misi Radio Komunitas Petani, dan (h) memenuhi persyaratan administrasi. Setiap anggota mempunyai hak, yaitu (a) memberi kritik dan saran, (b) mengetahui manajemen (organisasi, administrasi), (c) memberi materi siaran, (d) mengikuti rapat umum anggota, dan (e) mencalonkan dan dicalonkan mejadi pengurus. Kewajiban anggota yang dapat dilaksanakan adalah: (a) menaati prinsip-prinsip Radio Komunitas Petani, (b) mau dan mampu menyebarluaskan visi dan misi Radio Komunias Petani, (c) mentaati aturan yang telah disepakati di radio komunias petani, (d) melaksanakan peraturan yang disepakati, dan (e) sepaham dengan visi dan misi radio komunias petani. Tugas setiap anggota adalah: (a) menjaga dan melestarikan radio komunias petani, (b) memantau materi siaran Radio Komunias Petani, dan (c) menjalin kesatuan dan persatuan antar jaringan petani. Sedangkan setiap anggota mempunyai wewenang yang meliputi; (a) menerima atau menolak pertanggungjawaban pengurus, (b) memilih dan membentuk pengurus, (c) mengusulkan rapat khusus atau istimewa apabila diperlukan, dan (d) memantau siaran.
36
4.2.8. Hak, Kewajiban, Tugas, dan Wewenang Dewan Komunitas Dewan komunitas mempunyai hak, yakni (a) diangkat dan dipilih menjadi Dewan Komunitas, (b) mengevauasi hasil kerja penanggung jawab lokasi dan operasional. Kewajibannya adalah: (a) menaati prinsip-prinsip Radio Komunitas Petani, (b) mau dan mampu menyebarluaskan visi dan misi Radio Komunitas Petani, (c) menaati aturan yang telah disepakati di radio komunias petani, dan (d) paham dengan visi dan misi radio komunias petani. Tugas yang dijalankan antara (b)
lain:
(a)
menyelenggarakan
mendokumentasikan
segala
hal
rapat tentang
anggota
komunitas
petani,
Radio
Komunitas
Petani,
(c) mengambil keputusan yang berkaitan dengan radio komunitas, dan (d) mengordinir rapat anggota, sedangkan wewenang Dewan Komunitas adalah: (a) mengajukan agenda rapat anggota pengurus lokasi dan pelaksana harian, (b) menilai dan mengawasi operasional Radio Komunitas Petani, dan (c) menolak atau menyetujui laporan pertanggungjawaban pelaksana harian. 4.2.9. Pelaksana Harian Struktur penanggung jawab Pelaksana Harian meliputi: a. kordinator operasional adalah sesepetani yang ditunjuk oleh komunitas untuk mengordinir segala proses yang dilakukan Radio Komunitas Petani, b. teknisi adalah sesepetani yang memiliki keahlian dalam bidang teknis operasional radio komunitas yang diselenggarakan, c. penyiaran adalah bidang yang melaksanakan kegiatan untuk menyiarkan semua acara dan materi siaran yang menjadi program radio tersebut, d. programming adalah sesepetani yang ditunjuk untuk menyusun program siaran dari mulai jadwal siaran, penyiar, materi, dan acara yang akan disiarkan, e. operator adalah sesepetani yang mengoperasionalkan peralatan studio siaran untuk memperlancar program, f. bagian umum adalah sesepetani yang ditunjuk untuk membantu kelancaran operasionalisasi siaran.
37
Tugas kordinator pelaksana harian meliputi: a. melakukan atau memimpin koordinasi pelaksanaan harian, b. melaporkan pertanggugjawaban operasional secara berkala, c. menerima materi siaran dari bagian programming. Wewenang koordinator pelaksana adalah mengambil keputusan yang kaitannya dengan pelaksanaan operasional harian. 4.2.10. Waktu Siaran, Format, Persentase Program Acara, dan Khalayak Sasaran Waktu siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami dilakukan setiap hari pukul 19.00 - pukul 00.00 WIB. Format siaran adalah bentuk kepribadian sebuah stasiun penyiaran radio yang terwujud dalam isi, materi, bentuk penyajian, dan gaya para penyiarnya (Darmanto 2009). Berdasarkan fungsi yang dijalankan Radio Komunitas Trisna Petani Alami sebagai media informasi, hiburan, dan ruang publik, format siaran radio meliputi: (a) umum, (b) berita, (c) musik, (d) dakwah, (e) olahraga, dan (f) lainnya. Persentase siaran 100 persen adalah lokal. Golongan acara adalah pembagian program siaran berdasarkan jenis isinya. Dalam PP No. 51/2005, golongan acara radio komunitas terdiri atas: (a) pendidikan dan kebudayaan, (b) informasi, (c) hiburan dan kesenian, dan (d) iklan layanan masyarakat. Penggolongan kategori acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami disajikan pada Tabel 4.3. Penyiaran dilakukan dengan mengacu jadwal penyiaran yang telah ditetapkan oleh bidang penyiaran. Jadwal penyiaran dan program acara dibuat setahun sekali. Jadwal acara bisa berubah setiap waktu jika ada acara penting untuk disisipkan. Program acara masih banyak didominasi oleh hiburan. Informasi-informasi penting biasanya disisipkan pada sela atau jeda pemutaran lagu-lagu.
38
Tabel 4.3 Persentase Kategori Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami Menurut Jam Siaran di Desa Kaliagung, Tahun 2003 Program Acara Berita Penerangan atau informasi Pendidikan dan kebudayaan Agama Olahraga Hiburan dan musik Acara penunjang atau layanan masyarakat Total
Persentase (%) 5,0 10,0 10,0 5,0 5,0 60,0 5,0 100,0
Sumber: Data Sekunder Profil Radio Komunitas Petani Trisna Alami 2007
Penyusunan program acara disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pendengarnya. Program acara disusun sedemikian rupa yang sesuai dengan kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, dan petani tua. Waktu siaran sangat fleksibel yaitu pada malam hari. Dengan mempertimbangkan sebagian besar pendengar radio adalah petani sehingga jam siaran pada malam hari lebih sesuai. Waktu malam adalah waktu istirahat petani sehingga informasi yang disampaikan melalui radio bisa didengar secara menyeluruh oleh pendengar. Sumber materi siaran berasal dari pemerintah desa, GAPOKTAN dan Kelompok Tani, VHR, JATIROGO, dan lain-lain. Persentase siaran musik meliputi: (a) Indonesia populer (20 %), (b) dangdut (20 %), (c) tradisional atau daerah (50 %), dan (d) keroncong (10 %). Target khalayak radio komunitas adalah warga komunitas itu sendiri. Pertimbangan karakteristik pada radio komunitas berkaitan dengan rancangan program yang dikembangkan berdasarkan kelompok usia. Pada program yang dikembangkan pada usia muda atau anak-anak yang diperhatikan adalah kesukaan sesuatu yang atraktif, dinamis, dan tidak terlalu banyak ceramah. Pada usia tua kecenderungan lebih menyukai irama lembut, pelan, dan banyak wicaranya, sedangkan untuk program perempuan harus dipertimbangkan mengenai perspektif gerakan perempuan. Radio Komunitas Petani Trisna Alami mengudara setiap hari dengan bermacam-macam mata acara antara lain: Campur Sari, Siraman Rohani, Wayangan, Info Pertanian, Non Stop TA, Aneka Langgam Campur Sari, Gayeng Sari, Persada TA FM, Obrasan, Tepi Kota, Persada Lama Kenangan, Goyang Asoy TA FM, Rujakan TA FM, Mat-Mataan, Campur Sari Dangdut, Dan Persada
39
Pilihan. Jadwal siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami terlampir (Lampiran 4). Untuk pengembangan kapasitas dan penguatan jaringan pengelolaan Radio Komunitas Petani Trisna Alami bekerja sama dengan beberapa lembaga antara lain: 1.
Kerjasama dengan Lembaga Voice of Human Right (VHR) dalam bentuk supporting materi penyiaran yang berkaitan dengan aspek kemakmuran dan Hak Asasi serta iklan layanan masyarakat yang telah berlangsung sejak tahun 2006 hingga saat ini (2011).
2.
Kerjasama dengan Perkumpulan Lestari Mandiri yang memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pelatihan berkesinambungan dalam pengelolaan radio komunitas.
3.
Kerjasama dengan Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) dalam program sosialisasi mekanisme perizinan dan pelatihan penguatan kapasitas pengelola radio. Selain itu juga, pemberian materi iklan layanan masyarakat mengenai HIV AIDS dan flu burung.
4.
Kerjasama
dengan
Kelembagaan
Pemerintahan
Desa
Kaliagung,
Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, dalam bentuk penyampaian aneka informasi program pemerintah untuk masyarakat. 5.
Kerjasama dengan Gapoktan Desa Kaliagung dalam pemberian materi sebagai narasumber program acara info pertanian.
6.
Kerjasama dengan Mobil Hijau dalam sosialisasi Agroforestry/Wanatani lahan pekarangan yang masih kosong se-Kabupaten Kulon Progo.
7.
Kerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kulon Progo mengenai sosialisasi pilkada se-Kabupaten Kulon Progo yang berlangsung mulai bulan Mei 2011.
40
BAB V KARAKTERISTIK PETANI, KETERLIBATAN PETANI DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS PETANI TRISNA ALAMI, ACARA YANG DIDENGARKAN, PERILAKU KOMUNIKASI, DAN PEMAHAMAN FUNGSI RADIO KOMUNITAS 5.1.
Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian meliputi, jenis kelamin, umur,
pendidikan formal, pekerjaan sampingan, pendapatan usaha tani, luas lahan, pengalaman bertani, luas tanah dan bangunan, serta kepemilikan media massa (radio, televisi, dan koran). Sebaran karakteristik petani disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Sebaran Karakteristik Petani Menurut Jumlah dan Persentasenya di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Karakteristik Petani Jenis Kelamin Umur Pendidikan Formal Pekerjaan Sampingan Pendapatan Usaha Tani Luas Lahan Pengalaman Bertani Luas Tanah dan Bangunan
Kepemilikan Media Massa
Kategori Laki-laki Perempuan < 47 tahun ≥ 47 tahun < Tamat SLTP ≥ Tamat SLTP Buruh Tani Peternak Pedagang Lainnya < 507.107 ≥ 507.107 0 Ha 0,1 - 0,25 Ha 0, 26 - 1 Ha < 20 tahun ≥ 20 tahun < 2138 m2 ≥ 2138 m2 Radio Televisi Radio dan Televisi Surat Kabar Surat kabar dan Radio Surat kabar dan Televisi Surat kabar, radio, dan televisi
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2011
Jumlah (n) 36 4 21 19 23 17 15 13 2 10 28 12 6 22 12 17 23 28 12 38 38 36 18 18 17 17
Persentase (%) 90,0 10,0 52,5 47,5 57,5 42,5 37,5 32,5 5,0 25,0 70,0 30,0 15,0 55,0 30,0 42,5 57,5 70,0 30,0 95,0 95,0 90,0 45,0 45,0 42,5 42,5
41
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar petani adalah laki-laki (90 persen). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan bertanggungjawab penuh terhadap setiap kegiatan di dalam rumah tangga, sehingga nama-nama yang tercantum dalam daftar kelompok tani adalah laki-laki. Adapun sebagian kecil perempuan yang terdapat dalam daftar kelompok tani itu adalah mereka yang suaminya mempunyai pekerjaan lain di luar desa, sehingga memungkinkan bagi istri untuk berperan aktif mengelola rumah tangga dan usaha tani. Secara garis besar rata-rata usia petani adalah 47 tahun yang masuk pada golongan usia produktif. Dimana umur minimal berada pada usia 27 tahun, dan usia maksimal berada pada 70 tahun. Petani lebih banyak didominasi golongan usia produktif. Tingkat pendidikan petani didominasi pada tingkat pendidikan terakhir tamat SLTP sebesar 57,5 persen dan sebesar 42,5 persen pendidikan terakhir tamat SLTA dan perguruan tinggi. Selain bertani, petani memiliki pekerjaan sampingan atau pekerjaan di luar pekerjaan utama untuk menambah pendapatan. Pekerjaan sampingan penduduk sebagai buruh tani sebesar 37,5 persen, sedangkan sisanya sebagai peternak sebesar 32,5 persen, pedagang sebesar lima persen, dan lainnya sebesar 25 persen. Rata–rata pengalaman bertani adalah 20 tahun. Dimana lama minimal bertani adalah dua tahun dan lama maksimal 52 tahun. Sebanyak 42,5 persen memiliki pengalaman bertani kurang dari 20 tahun, sedangkan 57,5 persen lainnya memiliki pengalaman bertani yang cukup lama lebih dari sama dengan 20 tahun. Pengalaman bertani diperoleh dari keseharian dan kebiasaan petani dalam mengelola pertanian khususnya padi sawah. Pengalaman bertani berbanding lurus dengan usia. Semakin tinggi usia petani, pengalaman bertaninya juga semakin lama. Luas tanah dan bangunan yang dimiliki petani rata-rata tergolong sempit yaitu kurang dari 2138 m2 sebanyak 70 persen. Petani yang memiliki luas tanah dan bangunan lebih dari sama dengan 2138 m2 sebanyak 30 persen. Tanah dan bangunan yang dimiliki terdiri dari rumah, pekarangan, kandang, atau halaman di sekitar rumah petani. Kepemilikan media massa dinyatakan dalam media massa yang biasa digunakan untuk mencari atau memperoleh informasi yang mereka
42
perlukan. Sebanyak 90 persen sudah mempunyai pesawat radio dan televisi. Petani yang memiliki radio dan surat kabar sebesar 45 persen, yang memiliki televisi dan surat kabar sebesar 42,5 persen, sedangkan sebanyak 42,5 persen memiliki radio, televisi, dan surat kabar. Petani sudah terdedah media massa (radio, televisi, dan surat kabar) untuk mencari informasi yang berkaitan dengan berbagai hal kehidupannya. Hampir semua petani memiliki radio untuk memenuhi kebutuhan hiburan, mencari informasi, mengisi waktu luang, dan sebagai sarana pendidikan umum serta agama. 5.2.
Keterlibatan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Keterlibatan dalam penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna
Alami adalah keikutsertaan petani dalam perencanaan, penyusunan, pengisi materi siaran dalam penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami diukur dengan banyaknya kegiatan yang diikuti oleh petani. Keterlibatan petani yang paling banyak diikuti adalah membantu operasional radio komunitas berupa membayar iuran (65 %), sedangkan keterlibatan petani paling sedikit adalah mengisi program acara radio komunitas (12,5 %). Distribusi keterlibatan petani dalam penyelenggaraan radio komunitas disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Sebaran Keterlibatan Petani Menurut Jumlah dan Persentase dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Kegiatan Membantu operasional radio berupa membayar iuran Rapat pembentukan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Mengirimkan sms/telepon permintaan lagu-lagu dan mengirim salam ke warga lain Ikut musyawarah pembentukan pengurus Ikut musyawarah penentuan lokasi Menyumbang ide atau gagasan nama radio Memberi usulan waktu siaran Ikut terlibat dalam menyusun program siaran radio Mengisi program acara radio
Jumlah (n) 26
Persentase (%) 65,0
14
35,0
14
35,0
10 9 7 7 6 5
25,0 22,5 17,5 17,5 15,0 12,5
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2011
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen petani terlibat rapat dalam pembentukan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan mengirimkan sms
43
untuk meminta lagu dan mengirim salam ke petani pendengar radio komunitas. Keterlibatan petani dalam menyumbang ide nama radio dan memberi usul waktu siaran masing-masing sebanyak 17,5 persen petani. Berdasarkan data di lapangan, pendirian dan pembentukan radio komunitas tidak sepenuhnya melibatkan warga setempat dibantu oleh Jaringan Petani Kulon Progo (JATIROGO) dan didampingi Lestari Mandiri (Lesman). Salah sepetani informan, mengatakan: “radio komunitas didirikan atas dasar tiga hal, yaitu: (1) inisiatif lurah, lokasi stasiun radio di kantor desa dengan alasan listrik dibiayai desa, (2) segelintir pengurus radio komunitas yang hobi dengan radio, dan (3) lembaga lain yang mempunyai dana untuk mengembangkan radio komunitas. Hampir tidak ada pendirian radio komunitas yang murni dari inisiatif warga komunitasnya (RMT, 37 tahun). Masduki (2007) mengatakan bahwa, tolok ukur keberhasilan pengelolaan radio komunitas adalah partisipasi warga dalam berbagai bentuk. Partisipasi tidak hanya berupa dana, tetapi bisa pemikiran, kebijakan atau keterlibatan langsung dalam proses siaran. Lesman sebagai fasilitator menawarkan program pertanian organik dengan strategi pendirian Radio Komunitas Petani. Masyarakat khususnya petani melakukan pertemuan untuk membahas kebutuhan yang paling penting dalam penyebaran informasi. Dengan demikian, kebutuhan dan program sesuai dengan kebutuhan petani. Lesman menyerahkan sepenuhnya pengelolaan radio kepada pengurus yang telah bersedia menjalankan penyelenggaraan radio. 5.3.
Acara yang Didengarkan Acara yang didengar adalah pilihan acara Radio Komunitas Petani Trisna
Alami yang didengarkan oleh petani selama satu minggu terakhir dikategorikan menjadi dua, yaitu: tidak pernah dan sering. Berdasarkan data di lapang hiburan musik pada Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tidak pernah didengarkan oleh petani adalah Tembang Pilihan Koplo Kita (Tepi Kota). Petani lebih senang mendengarkan Campur Sari, Langgam, dan Uyon-uyon yang sesuai dengan kebutuhan komunitas di daerah Jawa, sedangkan Wayangan TA FM sering didengarkan sebagian besar petani (70 %). Distribusi acara yang didengarkan petani disajikan dalam Tabel 5.3.
44
Berdasarkan penggolongan acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami didominasi oleh hiburan dan musik sehingga jadwal mata acara yang disiarkan lebih banyak berisi hiburan dan musik lokal. Selain itu juga menyiarkan informasi pertanian yang disampaikan oleh perwakilan Gapoktan Desa Kaliagung setiap Selasa pukul 20.00 WIB. Program acara yang disiarkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan komunitas untuk melayani kepentingan warga, baik kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan. Tabel 5.3 Sebaran Program Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang Didengarkan Petani di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Acara yang didengarkan Campur Sari Siraman Rohani Wayangan TA FM Campur Sari Dangdut Info Pertanian Gayeng Sari I Aneka Langgam Campur Sari Non Stop TA Persada Lama Kenangan Persada TA FM Goyang Asoy TA FM Persada Pilihan Rujakan TA FM Obrasan TEPI KOTA Mat-matan (uyon-uyon) dan atau Dagelan
Tidak pernah (%) 35,0 37,5 30,0 65,0 70,0 87,5 60,0 97,5 75,0 97,5 92,5 97,5 97,5 97,5 100,0 80,0
Sering (%) 65,0 62,5 70,0 35,0 30,0 12,5 40,0 2,5 25,0 2,5 7,5 2,5 2,5 2,5 0 20,0
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2011
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Wayangan adalah mata acara yang paling sering didengarkan oleh petani. Program acara Wayangan yang diputar secara langsung maupun dengan pemutaran DVD, disiarkan setiap Minggu mulai pukul 21.00 – 05.00 WIB. Program acara ini berbeda dengan program acara lainnya karena disiarkan kurang lebih selama delapan jam. Pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami sering menyiarkan Wayangan secara langsung atas permintaan warga yang mempunyai hajat untuk disiarkan secara langsung di Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Nama-nama mata acara Radio Komunitas Petani Trisna belum sepenuhnya diketahui dan dipahami oleh petani pendengar radio komunitas. Misalnya, TEPI
45
KOTA, Rujakan TA FM, Obrasan, Persada Pilihan, Persada TA FM, dan Non Stop TA hampir sebagian besar petani pendengar radio komunitas tidak mengerti dan mengetahui nama mata acara tersebut. Darmanto (2009), penentuan nama acara radio komunitas harus singkat dan mudah diingat, menarik dan menimbulkan gairah, sesuai dengan jenis program, dan sesuai kondisi sosial budaya di lingkungan komunitas. Berbeda halnya dengan penelitian Hapsari (2008) menemukan Radio Pertanian Ciawi (RPC) telah menjalankan berbagai program acara berupa penyajian informasi dan hiburan yang dikemas dengan maksud untuk menarik dan mempertahankan pendengarnya. Program acara andalan RPC yang merupakan program pendidikan, penyuluhan dan informasi pertanian sebagai upaya pengembangan masyarakat antara lain: Teropong Desa, Jumpa Petani, Bincang Siang, Acara Karedok, Pasar Kiat, Wacana, dan Siaran Langsung (Off Air). 5.4.
Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi adalah tindakan atau tingkah laku pendengar dalam
mendengarkan radio siaran. Peubah ini dapat diukur dengan lima indikator, yaitu tingkat keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu dengan penyuluh, keterdedahan media massa lain, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Uraian secara rinci mengenai peubah perilaku komunikasi disajikan pada Tabel 5.4. 5.4.1. Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal adalah frekuensi petani terlibat dengan petani lain untuk membicarakan masalah radio komunitas atau masalah sosial lainnya dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah (1 – 4 kali) dan tinggi (5 – 7 kali). Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang tergolong rendah sebesar 45 persen petani dan yang tergolong tinggi 55 persen.
46
Tabel 5.4 Sebaran Peubah Perilaku Komunikasi Menurut Jumlah dan Persentase di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Peubah Perilaku Komunikasi Tingkat Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal Kekosmopolitan Frekuensi Bertemu Penyuluh
Kategori Rendah Tinggi Lokalit Kosmopolit Tidak Pernah Pernah
Jumlah (n) 18 22 16 24 19 21
Persentase (%) 45,0 55,0 40,0 60,0 47,5 52,5
Tidak Pernah Pernah < 1 jam 2 – 3 jam
3 37 24 16
7,5 92,5 60,0 40,0
Tidak Pernah Pernah < 0,5 jam 0,6 – 1 jam
15 25 27 13
37,5 62,5 67,5 32,5
Tidak Pernah Pernah < 0,5 jam 0,6 – 1 jam
24 16 29 11
60,0 40,0 72,5 27,5
Rendah Tinggi < 2,25 jam 2,26 – 4 jam
16 24 25 15
40,0 60,0 62,5 37,5
Tingkat Keterdedahan Media Massa Televisi Frekuensi Lama Radio selain radio komunitas Frekuensi Lama Koran Frekuensi Lama Radio Komunitas Petani Trisna Alami Frekuensi Lama Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian, 2011
5.4.2. Kekosmopolitan Kekosmopolitan adalah kemampuan dan keterbukaan petani dalam menerima dan mencari informasi atau ide-ide baru yang berhubungan dengan berbagai sumber informasi dari berbagai hal kehidupannya ataupun mengenai radio komunitas di dalam maupun di luar sistemnya dalam satu bulan terakhir pada saat penelitian. Peubah ini diukur dengan frekuensi petani bepergian ke luar desa untuk mencari informasi mengeni radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu lokalit dan kosmopolit. Berdasarkan Tabel 5.4 sebanyak 40 persen petani tergolong lokalit dan 60 persen tergolong kosmopolit. Keperluan petani pergi ke luar desa tidak hanya memiliki satu keperluan saja. Keperluan petani pergi ke luar desa antara lain: berdagang, membeli barang-barang kebutuhan,
47
mengunjungi saudara dan petani tua, ke tempat hajatan, takjiah, dan lainnya. Tempat tujuan petani pergi ke luar desa antara lain: pergi ke pasar Sentolo, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan luar provinsi D.I Yogyakarta. 5.4.3. Frekuensi Bertemu Penyuluh Frekuensi bertemu dengan penyuluh adalah jumlah (kali) petani bertemu dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian dan atau radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu: tidak pernah dan pernah (≥ 1 kali). Sebanyak 47,5 persen petani tidak pernah bertemu dengan penyuluh dan 52,5 persen pernah bertemu dengan penyuluh. Interaksi yang dilakukan antara petani satu sama lainnya maupun dengan penyuluh lebih sering membicarakan tentang pertanian dan peternakan tidak ada yang membahas mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Misalnya, berbicara tentang masalah panen, hasil panen padi, hama penyakit, arisan, dan perbaikan jalan desa. 5.4.4. Keterdedahan Media Massa Lain Keterdedahan media massa adalah frekuensi dan lama menggunakan media massa (televisi, radio selain radio komunitas, koran, dan Radio Komunitas Petani Trisna Alami) pada satu minggu terakhir saat penelitian. Tabel 5.4 menunjukkan frekuensi menonton televisi tergolong pernah sebanyak 97,5 persen petani dengan lama rata-rata menonton televisi selama kurang dari satu jam sebanyak 60 persen. Frekuensi mendengarkan radio lain tergolong pernah sebanyak 62,5 persen petani dengan lama rata-rata kurang dari 0,5 jam sebanyak 67,5 persen. Sebanyak 40 persen petani pernah membaca koran dengan lama ratarata membaca selama kurang dari 0,5 jam sebanyak 72,5 persen, sedangkan frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami tergolong tinggi sebanyak 60 persen petani dengan lama mendengarkan kurang dari 2,25 jam sebanyak 62,5 persen. Stasiun televisi yang paling banyak ditonton oleh petani adalah stasiun RCTI (40 %). Sedangkan stasiun televisi yang paling sedikit ditonton oleh responden adalah stasiun TVRI dan Yogya TV masing-masing 5 persen. Responden lainnya menonton stasuin An Teve (37,5 %), Tv One (20 %), Metro
48
TV (12,5 %), SCTV (20 %), MNC TV (7,5 %), dan Trans TV (15 %). Acara televisi yang sering ditonton oleh responden adalah sepak bola dan berita masingmasing sebanyak 32,5 persen. Acara televisi lainnya, yaitu sinetron (22,5 %) dan film kartun (5 %). Waktu menonton responden paling sering pada malam hari sebanyak 72,5 persen. Stasiun radio selain radio komunitas yang paling sering didengarkan oleh petani adalah Redjo Buntung FM sebanyak 20 persen dan yang paling sedikit didengar petani adalah radio Best FM sebanyak 2,5 persen, dan sisanya mendengarkan radio Konco Tani (17,5 %), Yogya FM (15 %), GCD (10 %), Kedaulatan Rakyat (7,5 %), dan RRI (5 %). Program acara yang sering didengarkan petani adalah lagu-lagu sebanyak 20 persen. Dan sisanya pengajian (10 %), siraman rohani (5 %), berita (10 %), info pertanian (2,5 %), budaya (10 %), dan bangun desa (5 %). Waktu mendengarkan selain radio komunitas yang paling sering didengarkan oleh petani adalah pada malam hari sebanyak 25 persen. Surat kabar yang paling banyak dibaca oleh petani adalah Kedaulatan Rakyat (37,5 %). Surat kabar lain yang dibaca oleh petani, antara lain: Merapi (5 %), Berita Nasional (2,5 %), Kompas (2,5 %), Harja (2,5 %), dan Bola (2,5 %). Rubrik yang sering dibaca petani adalah rubrik berita sebanyak 17,5 persen. Rubrik lain yang dibaca, yaitu pertanian (10 %), peternakan (2,5 %), iklan (5 %), dan olahraga (7,5 %). Waktu yang paling sering digunakan petani untuk membaca koran adalah sore hari sebanyak 17,5 persen. 5.4.5. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami terdiri dari frekuensi dan lama mendnegarkan radio komunitas. Frekuensi mendengarkan radio komunitas adalah jumlah (kali) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (1 – 3 kali) dan tinggi (4 – 7 kali) dalam seminggu. Lama mendengarkan radio komunitas adalah jumlah rata-rata waktu (menit/hari) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (< 2,25 jam) dan tinggi (2,26 – 4 jam). Berdasarkan Tabel 5.4
49
sebagian besar frekuensi petani dalam mendengarkan radio komunitas tergolong tinggi (60 %) dan lama rata-rata mendengarkan radio komunitas selama kurang dari 2,25 jam sebesar 62,5 persen petani. 5.5.
Pemahaman terhadap Fungsi Radio Komunitas Pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas dibagi menjadi tiga,
yaitu fungsi komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Sebaran pemahaman petani terhadap fungsi Radio Komunitas Trisna Alami disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Sebaran Pemahaman Fungsi Radio Komunitas Trisna Alami Menurut Kategori dan Persentase di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Peubah Pemahaman Petani terhadap Fungsi Radio Komunitas Komunikasi Internal Sarana Pendidikan Umum Ruang Publik
Kategori Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Jumlah (n) 17 23 6 34 24 16
Persentase (%) 42,5 57,5 15,0 85,0 60,0 40,0
Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian, 2011
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal sebanyak 57,5 persen petani tergolong tinggi dan 42,5 persen petani tergolong rendah. Pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama sebanyak 85 persen petani tergolong tinggi dan 15 persen petani tergolong rendah, sedangkan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik sebanyak 40 persen tergolong tinggi dan 60 persen petani tergolong rendah. Secara garis besar petani sudah memahami peubah fungsi radio komunitas. Namun, pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik didominasi pada kategori rendah. Fungsi komunikasi internal adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan sebagai media komunikasi internal di lingkungan komunitas. Fungsi komunikasi internal terdiri dari (1) radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk saling berbagi informasi sesama petani, (2) untuk memberi pengumuman dari RT atau RW, (3) untuk memberikan informasi atau pengumuman kepada warga, dan (4) memberikan informasi, pengumuman, ceramah kepada warga. Pemahaman
50
petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai medium komunikasi internal yang lebih banyak dipahami oleh petani adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk berbagi informasi sesama petani atau warga (97,5 %) sedangkan yang paling sedikit dipahami oleh petani adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk penyampai pengumuman atau informasi dari aparat desa atau Lurah (65 %). Fungsi sarana pendidikan umum dan agama adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan
untuk
menyiarkan
pendidikan
umum
dan
agama
bagi
komunitasnya. Fungsi sarana pendidikan umum dan agama terdiri dari: (1) radio komunitas bisa digunakan untuk memberikan informasi penyuluhan pertanian bagi warga dusun atau desa, (2) memberikan informasi mengenai kebersihan, (3) memberikan informasi mengenai keagamaan, (4) memberikan ceramah dan atau siraman rohani oleh pemuka agama, dan (5) menyiarkan pengajian warga dusun atau desa. Pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama yang paling banyak dipahami oleh petani adalah radio komunitas dapat dimanfaatkan untuk informasi keagaamaan (100 %), sedangkan yang paling sedikit dipahami oleh petani adalah radio komunitas dapat dimanfaatkan untuk medium informasi penyuluhan kebersihan (67,5 %). Fungsi ruang publik adalah radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk tempat berdiskusi, menyampaikan saran atau kritik dari warga. Fungsi ruang publik terdiri dari: (1) radio komunitas bisa digunakan untuk mencurahkan keluh kesah warga, (2) untuk memberikan saran atau kritik mengenai kinerja aparat desa, (3) untuk berdialog interaktif dengan aparat desa, (4) untuk berdialog interaktif dengan penyuluh, dan (5) untuk kampanye atau pengenalan calon ketua RT dan RW maupun pak dusun. Pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik yang paling banyak dipahami oleh petani adalah radio komunitas dapat dimanfaatkan untuk berdialog dengan penyuluh (80 %), sedangkan yang paling sedikit dipahami oleh petani adalah radio komunitas dapat dimanfaatkan untuk memberikan saran atau kritik mengenai kinerja aparat desa (45 %).
51
BAB VI HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN PEMAHAMAN PETANI TERHADAP FUNGSI RADIO KOMUNITAS 6.1.
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Perilaku komunikasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah segala
aktivitas petani yang bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber untuk memahami fungsi radio komunitas meliputi: keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu penyuluh, keterdedahan media massa lain, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Tingkat pemahaman petani merupakan proses belajar dan berfikir. Hubungan peubah perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Perilaku Komunikasi
Nilai Chi Square hitung
Nilai Sig. (2-tailed)
Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal Kekosmopolitan Frekuensi Bertemu Penyuluh Keterdedahan Media Massa Lain
0,051
0,822
Keterangan Hubungan Tidak nyata
4,635 1,766
0,037** 0,184
Nyata Tidak nyata
0,775 0,379 1,381 0,240 Radio selain Radio Komunitas Frekuensi 5,736 0,017** Lama 0,129 0,720 Koran Frekuensi 1,381 0,240 Lama 0,758 0,384 Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Frekuensi 16,385 0,000** Lama 8,355 0,004**
Tidak nyata Tidak nyata
Televisi Frekuensi Lama
Ket: * p < 0,1; ** p < 0,05
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Nyata
52
6.1.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Berdasarkan Tabel 6.1 nilai Sig. (2-tailed) = 0,822 artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan saluran komunikasi interpersonal dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal tidak bergantung pada keterdedahan saluran komunikasi interpersonal. Sebanyak 55,6 persen petani dengan tingkat keterdedahan yang rendah dan 59,1 persen dengan tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang sama-sama tinggi. Perilaku petani mencari informasi melalui saluran interpersonal tidak membahas mengenai fungsi radio komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas. Interaksi yang dilakukan antara petani satu sama lainnya lebih sering membicarakan tentang pertanian dan peternakan tidak ada yang membahas mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Misalnya, berbicara tentang masalah panen, hasil panen padi, hama penyakit, arisan, dan perbaikan jalan desa. Menurut salah satu petani, “pada saat saya di sawah dan bertemu dengan petani lain lebih sering membicarakan masalah pertanian, terutama masa panen padi dan hasil panen. Kadang-kadang juga membicarakan arisan kelompok tani yang dilaksanakan satu bulan sekali secara anjangsana” (WGT, 50 tahun). 6.1.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Petani yang lokalit memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang rendah sebesar 62,5 persen, sedangkan petani yang kosmopolit memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang tinggi sebesar 70,8 persen. Berdasarkan perhitungan uji Chi Square diperoleh nilai Sig. (2tailed) = 0,037 artinya terdapat hubungan yang nyata antara kekosmopolitan dengan pemahaman fungsi komunikasi internal. Nilai korelasi sebesar 0,314 menunjukkan kedua hubungan tersebut rendah. Petani yang sering pergi ke luar desa untuk mencari atau mendapatkan informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami maupun keperluan lain
53
akan meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai medium komunikasi internal. Terdapat beberapa petani yang pergi ke luar desa pada waktu tertentu untuk mengadakan studi banding dengan radio komunitas lainnya yang ada di Yogyakarta. Salah satu informan mengatakan bahwa: “saya sering pergi ke luar desa ke Yogyakarta, Bantul, Boyolali, dan sekitarnya untuk mencari informasi mengenai pengembangan radio komunitas agar tetap bertahan dan mengudara. Saya juga sering mengikuti pelatihan pengembangan kapasitas maupun jejaring untuk mengenalkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami ke masyarakat luas khususnya di Yogyakarta. Saya sering mendapat undangan untuk mengikuti seminar tentang penyelenggaraan radio komunitas maupun pencarian jejaring dan iklan layanan masyarakat. Dengan seringnya saya pergi ke luar desa untuk mencari dan mendapatkan informasi mengenai radio komunitas dapat menambah pengetahuan serta pemahaman saya mengenai fungsi radio komunitas yang bisa digunakan untuk berkomunikasi sesama komuniats di ingkungan komunitas, sarana pendidikan atau hiburan, dan untuk ruang publik” (GYN, 44 tahun). 6.1.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Petani yang tidak pernah bertemu dengan penyuluh sebanyak 68,4 persen memiliki pemahaman fungsi komunikasi internal yang tinggi dan 47,6 persen yang pernah bertemu dengan penyuluh juga memiliki pemahaman fungsi komunikasi internal yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,184 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara frekuensi bertemu penyuluh dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Hal tersebut dikarenakan dalam pertemuan dengan penyuluh tidak membahas mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami, tetapi membicarakan pertanian. Pembicaraan petani dengan penyuluh lebih banyak membahas Sekolah Lapang Padi, pengendalian hama penyakit, irigasi, masa panen, dan perhitungan hasil panen padi. Pertemuan petani dengan penyuluh hanya sebagai kegiatan rutin saja, yaitu mengikuti sekolah lapang padi. Menurut salah satu petani mengatakan bahwa: “sebaiknya informasi pertanian disampaikan melalui Radio Komunitas Petani Trisna Alami sehingga di saat mendengarkan radio komunitas pada malam hari bisa lebih banyak menyerap informasi. Perlu dilakukan pengulangan
54
pemberian informasi khususnya pertanian. Hal ini juga sejalan dengan misi Radio Komunitas Petani Trisna Alami sebagai media penyampai informasi pertanian. Saat ini, yang mengisi dari perwakilan Gapoktan Desa Kaliagung. Penyuluh belum pernah menyiarkan secara langsung melalui Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Namun, pernah memberikan materi saja dan yang menyampaikan kepada pendengar adalah penyiar Radio Komunitas Petani Trisna Alami” (SPR, 36 tahun). Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Sudibyo (2004) mengenai radio Informasi Pertanian Wonocolo, Surabaya telah konsisten dan rutin menyajikan program penyuluhan pertanian yang spesifik dan menjawab kebutuhan komunitas petani. Radio Informasi Pertanian adalah gabungan prinsip radio publik dan radio komunitas yang fenomenal. Siaran secara rutin tentang penyuluhan pertanian dan menyentuh kebutuhan-kebutuhan rill komunitas petani, muncul permintaan agar radio Informasi Pertanian memperluas jangkauan siaran sampai ke luar wilayah Surabaya. Interaksi antara petani dengan penyuluh jarang membahas Radio Komunitas Petani Trisna Alami sehingga tingkat pemahaman petani rendah. 6.1.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa Lain dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Keterdedahan media massa lain terdiri dari frekuensi dan lama menggunakan media massa (televisi, radio selain radio komunitas, dan koran). Frekuensi dan lama menonton televisi maupun membaca koran tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal dikarenakan mereka tidak ada yang mencari informasi mengenai fungsi Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang dapat dimanfaatkan sebagai komunikasi internal petani. Frekuensi mendengarkan selain radio komunitas berhubungan dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Petani yang tidak pernah mendengarkan selain radio komunitas sebanyak 66,7 persen memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang rendah dan 72 persen orang yang pernah mendengarkan selain radio komunitas memiliki pemahaman yang tinggi terhadap fungsi komunikasi internal. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,017 artinya terdapat
55
hubungan yang nyata antara frekuensi mendengarkan selain radio komunitas dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Nilai korelasi sebesar 0,354 yang menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah rendah. Semakin sering petani mendengarkan radio selain radio komunitas maka tingkat pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal semakin tinggi. Petani mendengarkan radio selain radio komunitas lebih sering mendengarkan program acara berita, informasi pertanian, dan siaran budaya yang sering dibicarakan petani pada saat mereka bertemu dengan petani lainnya. Pada saat penelitian dilakukan sebagian besar petani juga mendengarkan radio selain radio komunitas untuk memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Menurut salah satu petani, mengatakan bahwa: “kadang-kadang saya mendengarkan radio GCD, Konco Tani, dan Redjo Buntung untuk mendapatkan informasi pertanian, hiburan, dan pendidikan. Di rumah saya stasiun Radio Komunitas Petani Trisna Alami tidak begitu jelas sehingga saya mendengarkan radio lain untuk memenuhi kebutuhan. Setelah mendengarkan siaran info pertanian dari radio Konco Tani, biasanya saya membagi informasi kepada petani lain pada saat bekerja maupun istirahat di sawah untuk bertukar informasi dan pengalaman dalam menanam padi” (BKR, 44 tahun). Penelitian lain yang dilakukan oleh Fuady (2011), peubah keterdedahan petani terhadap media massa yang meliputi kekerapan petani menonton televisi, mendengarkan radio, dan membaca surat kabar memiliki korelasi nyata terhadap praktek usahatani bawang merah. Petani yang memiliki akses terhadap media massa yang tinggi cenderung tingkat adopsi inovasinya terhadap pupuk organik lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang akses terhadap media rendah. Petani yang memiliki akses yang tinggi terhadap media cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap penggunaan pupuk organik.
56
6.1.5. Hubungan Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami diukur dengan frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas. Sebanyak 81,3 persen petani pada frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tergolong rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang rendah pula, dan sebanyak 83,3 persen orang pada frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Nilai korelasi sebesar 0,539 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah sedang. Semakin tinggi frekuensi petani mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami maka semakin tinggi pula pemahaman petani mengenai fungsi komunikasi internal. Petani yang sudah paham mengenai fungsi komunikasi internal dapat menjelaskan dan memberikan contoh kepada petani lain sehingga tujuan dari Radio Komunitas Petani dapat terwujud, yaitu sebagai media komunikasi antar petani. Radio Komunitas Petani Trisna Alami mulai mengudara pada tahun 2004 dengan siaran yang terbatas, yaitu hiburan saja. Pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami berusaha mempertahankan Radio Komunitas Petani Trisna Alami agar tetap mengudara dan diterima warga komunitasnya. Masyarakat pada awalnya mendengarkan radio komunitas hanya untuk hiburan saja. Hampir setiap hari petani mendengarkan radio karena hiburan yang disiarkan sesuai dengan kebutuhan lokal komunitasnya dan sesuai dengan permintaan warga. Menurut penuturan salah satu petani: “dalem remen mirengaken Radio Komunitas Petani Trisna Alami amargi kapurih mirengaken campursari kaliyan ringgitan. Saben dalu kulo asring mirengaken Radio Komunitas Petani Trisna Alami dibandingaken mrisani tv. Radio Komunitas Petani Trisna Alami sampun dangu siaran ingkang nyiaraken hiburan lokal. Radio komunitas saged dimanfaatken kagem tukar pengalaman, ngendika petani
57
kaliyan petani lan nyampekaken pengumuman saking RT utawi RW” (WRY, 60 tahun). “saya lebih suka mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami karena ingin mendengarkan Campur Sari dan Wayangan. Hampir setiap malam saya mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dibandingkan menonton televisi. Radio Komunitas Petani Trisna Alami sudah lama berdiri dan mengudara yang banyak menyiarkan hiburan lokal. Radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk bertukar pengalaman, berkomunikasi sesama petani, dan memberikan pengumuman dari RT atau RW” (WRY, 60 tahun). Sebanyak 60 persen petani pada lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tergolong rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang rendah, dan sebanyak 86,7 persen orang pada lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,004 artinya terdapat hubungan yang nyata antara lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,416 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah sedang. Hal ini berarti semakin lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, maka petani memiliki pemahaman yang lebih tinggi mengenai fungsi radio komunitas sebagai komunikasi internal di lingkungan komunitas. Berbeda halnya dengan penelitian Pratiwi (2008), warga mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana lebih dari tiga kali selama tiga hingga empat jam dalam seminggu sebagai hiburan dan bukan sebagai media informasi yang dapat meningkatkan kemampuan intelektual mereka. Resume Peubah perilaku komunikasi yang mempunyai hubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal adalah kekosmopolitan, frekuensi mendengarkan radio lain, dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, sedangkan keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, frekuensi bertemu penyuluh, frekuensi dan lama menonton televisi, frekuensi dan lama membaca koran, serta lama mendengarkan radio lain tidak berhubungan
58
nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal. Semakin tinggi perilaku komunikasi petani dalam mencari dan atau memperoleh informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan fungsinya maka pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal juga meningkat. Peubah perilaku komunikasi yang tidak berhubungan nyata dengan fungsi komunikasi internal karena dalam perilaku komunikasi mereka tidak mencari maupun membahas tentang Radio Komunitas Petani Trisna Alami, namun membahas masalah pertanian, sekolah lapang padi, maupun masalah sosial lainnya. 6.2.
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Hubungan peubah perilaku komunikasi dengan pemahaman petani
terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama disajikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Perilaku Komunikasi
Nilai Chi Square hitung
Nilai Sig. (2-tailed)
Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal Kekosmopolitan Frekuensi Bertemu Penyuluh Keterdedahan Media Massa Lain
4,191
0,041**
Keterangan Hubungan Nyata
2,092 0,568
0,148 0,451
Tidak nyata Tidak nyata
Televisi Frekuensi Lama
6,790 0,009** 1,601 0,206 Radio selain Radio Komunitas Frekuensi 2,562 0,109 Lama 0,002 0,962 Koran Frekuensi 0,131 0,178 Lama 0,181 0,671 Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Frekuensi 10,588 0,001** Lama 4,235 0,040** Ket: * p < 0,1; ** p < 0,05
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Nyata
59
Peubah perilaku komunikasi, yaitu kekosmopolitan, frekuensi bertemu penyuluh, frekuensi dan lama mendengarkan radio lain, frekuensi dan lama membaca koran, serta lama menonton televisi tidak berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. 6.2.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Keterdedahan petani yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi. Sebanyak 95,5 persen petani dengan keterdedahan tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi pula, dan sebanyak 27,8 persen orang dengan keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang rendah. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,041 artinya terdapat hubungan yang
nyata antara
keterdedahan saluran komunikasi interpersonal dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,308 menunjukkan kedua hubungan tersebut rendah. Hal ini berarti petani yang sering bertemu dengan petani lain dapat bertukar informasi mengenai mata acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami sehingga petani menjadi lebih paham terhadap fungsi radio komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan umum dan agama. Program acara radio komunitas yang sering dibicarakan oleh petani saat mereka bertemu dan berkomunikasi adalah pengajian dan siraman rohani. Pengisi program acara siraman rohani adalah salah satu warga komunitas di Dusun Ngrandu dan dusun lain di Desa Kaliagung. Salah satu informan mengatakan bahwa: “dalem remen sanget mirengaken Radio Komunitas Petani Trisna Alami wonten ing acara siraman rohani. Ingkang ngisi acara (PJM) wekdal ngaturaken materi siraman rohani suwantenipun sekeca dipun mirengaken lan materinipun cocok kaliyan kawontenan lingkungan masyarakat ing babagan keagamaan. Rikala pinanggih piyambakipun dalem asring nyaosi pangalembana lan masukan materi ingkang badhe dipun siaraken” (WDY, 57 tahun).
60
“saya senang mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami pada program acara siraman rohani. Pengisi acara (PJM) dalam menyampaikan materi suaranya enak didengar dan materinya sesuai dengan keadaan lingkungan komunitas dalam hal keagaamaan. Saat bertemu beliau saya sering memberikan pujian dan masukan materi yang akan disampaikan” (WDY, 57 tahun). Begitu pula dengan penelitian Astuti (2007), terdapat hubungan yang sangat nyata antara keterdedahan pada saluran interpersonal dengan pengetahuan dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB). Hal ini terlihat dari arah pesan yang cenderung dua arah dimana responden melakukan kontak langsung dengan sumber pesan (pengelola PBBSB, penyuluh, tokoh masyarakat, dan sesama masyarakat) untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pengembangan PBBSB. Semakin sering responden berhubungan dengan pengelola PBBSB, penyuluh, tokoh masyarakat, dan sesama masyarakat maka informasi yang diperoleh mereka tentang PBBSB semakin banyak dan pengetahuan mereka pun meningkat. 6.2.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Petani yang lokalit maupun kosmopolit mempunyai pemahaman yang sama-sama tinggi terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Sebanyak 75 persen petani yang lokalit dan 91,7 persen petani yang kosmopolit cenderung memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang sama-sama tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,148 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kekosmopolitan dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Frekuensi petani pergi ke luar desa maupun yang tidak pernah pergi ke luar desa tidak bertujuan untuk mengembangkan radio komunitas sebagai sarana pendidikan umum dan agama. 6.2.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Frekuensi petani bertemu penyuluh tidak meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Petani yang tidak pernah bertemu dengan penyuluh sebanyak 89,5 persen dan 81 persen orang pernah
61
bertemu penyuluh memiliki pemahaman fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,451 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara bertemu penyuluh dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Petani yang pernah maupun tidak pernah bertemu dengan penyuluh sama-sama mempunyai pemahaman yang tinggi terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. 6. 2.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa Lain dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Keterdedahan media massa tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Kecuali, frekuensi menonton televisi, frekuensi dan lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami mempunyai hubungan yang nyata. Perilaku petani dalam menggunakan media massa tidak bertujuan untuk mencari informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang dapat dimanfaatkan sebagai fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Petani yang tidak pernah menonton televisi memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang rendah sebanyak 66,7 persen. Begitu pula petani yang pernah menonton televisi sebanyak 89,3 persen memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,009 artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi menonton televisi dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,381 menunjukkan kedua hubungan tersebut rendah. Pada saat petani menonton televisi, terdapat acara yang menyiarkan pengajian dan siraman rohani yang ditonton oleh petani sehingga mereka bisa memahami bahwa, Radio Komunitas Petani Trisna Alami juga bisa dimanfaatkan untuk sarana pendidikan umum dan agama. Semakin sering petani menonton televisi pada program acara yang menyiarkan pendidikan umum dan agama akan meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Petani yang lebih sering menonton televisi dapat menikmati tayangan acara siraman rohani maupun pengajian secara audiovisual. Hal ini membuat
62
petani lebih mudah menyerap informasi sehingga meningkatkan pemahaman mereka tentang Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan umum dan agama. 6.2.5. Hubungan Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Petani yang memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang rendah, maka frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami tergolong rendah. Begitu pula dengan petani yang memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi, maka frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami tergolong tinggi. Sebanyak 37,5 persen petani dengan frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang rendah pula, dan sebanyak 100 persen petani dengan frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi. Berdasarkan perhitungan uji Chi Square diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,001 artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,457 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah sedang. Hal ini berarti petani yang sering mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami lebih senang mendengarkan program acara siraman rohani, pengajian, dan info pertanian. Pemahaman petani akan meningkat melalui perilaku mereka dalam mendengarkan radio komunitas yang tinggi. Sebanyak 24 persen petani pada lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama juga rendah, dan sebanyak 100 persen petani pada lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,040 artinya terdapat hubungan yang nyata antara lama
63
mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,309 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah rendah. Semakin lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami maka pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama juga meningkat. Peningkatan pemahaman petani bisa dilakukan dengan menambah frekuensi dan lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas berkaitan dengan mata acara yang disiarkan. Sebagian besar petani lebih suka mendengarkan mata acara radio komunitas yang berhubungan dengan pendidikan umum dan agama. Menurut salah satu petani mengatakan bahwa: “saya sering mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, hampir setiap hari saya mendengarkan radio komunitas kurang lebih selama 3 jam. Saya lebih suka mendengarkan radio komunitas pada program acara siraman rohani, informasi pertanian, dan pengajian. Siraman rohani terdiri dari agama Islam dan Kristen yang disiarkan pada Jumat malam dan Minggu malam. Radio Komunitas Petani Trisna Alami sangat cocok untuk menyiarkan pengajian, kadang-kadang disiarkan secara langsung seperti pengajian Qhal. Saya bisa lebih tahu dan mendapat informasi yang banyak mengenai pendidikan umum dan agama dari mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami” (BKR, 44 tahun). Resume Peubah perilaku komunikasi yang terdiri atas: keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, frekuensi menonton televisi, dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama, sedangkan kekosmopolitan, frekuensi bertemu penyuluh, frekuensi dan lama mendengarkan radio lain, frekuensi dan lama membaca koran, serta lama menonton televisi tidak berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Dalam aktivitas komunikasi petani lebih banyak dan sering membicarakan mengenai program acara radio komunitas seperti siraman rohani, pengajian, dan informasi pertani.
64
Petani yang semakin terdedah dan tinggi perilaku komunikasinya akan meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi Radio Komunitas Petani Trisna Alami sebagai sarana pendidikan umum dan agama. 6.3.
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering
menimpanya. Pada kebanyakan petani, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan mereka berkomunikasi. Peubah perilaku komunikasi yang berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik adalah lama menonton televisi, frekuensi membaca koran, dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Hubungan peubah perilaku komunikasi dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik disajikan pada Tabel 6.3. Tabel 6.3 Hubungan Peubah Perilaku Komunikasi dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Perilaku Komunikasi
Nilai Chi Square hitung
Nilai Sig. (2-tailed)
Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal Kekosmopolitan Frekuensi Bertemu Penyuluh Keterdedahan Media Massa Lain
1,364
0,243
Keterangan Hubungan Tidak nyata
2,500 0,819
0,114 0,366
Tidak nyata Tidak nyata
Televisi Frekuensi Lama
2,162 0,141 2,934 0,087* Radio selain Radio Komunitas Frekuensi 0,444 0,505 Lama 1,538 0,215 Koran Frekuensi 2,934 0,087* Lama 0,684 0,408 Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami Frekuensi 12,656 0,000** Lama 7,111 0,008** Ket: * p < 0,1; ** p < 0,05
Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Nyata Nyata
65
6.3.1. Hubungan Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang rendah sebanyak 50 persen petani dan 68,2 persen petani dengan tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik sama-sama rendah. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,243 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Perilaku komunikasi petani tidak ada yang mencari informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang dapat dimanfaatkan sebagai fungsi ruang publik. Hampir sebagian besar petani dalam memecahkan keluh kesah, saran, pendapat belum melalui Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Petani lebih banyak menyampaikan dan membicarakan melalui pertemuan arisan RT/RW ataupun arisan kelompok tani, tidak berani menyampaikan pendapat, saran, dan kritik mereka mengenai kinerja aparat desa serta pengenalan calon lurah melalui Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Namun, mereka ada yang paham bahwa, radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk mencurahkan keluh kesah, saran, kritik, berdialog interaktif dengan penyuluh atau aparat desa, serta bisa digunakan untuk pengenalan calon lurah maupun dukuh. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Syatori (2009) mengenai radio Angkringan di Timbulharjo telah memanfaatkan radio komunitas Angkringan sebagai ruang publik bagi warga komunitas untuk mencurahkan keluh kesah, sumbang saran, kritik bahkan gugatan atas segala hal yang dianggap 'bermasalah'. Radio Angkringan menawarkan sebuah kesempatan yang memungkinkan terjadinya dialog interaktif antar berbagai pemangku kepentingan, warga, dan pemerintah desa dalam komunitas. 6.3.2. Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Sebanyak 75 persen petani yang tidak pernah ke luar desa (lokalit) dan 50 persen petani yang kosmopolit memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik rendah. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,114 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kekosmopolitan dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Frekuensi petani bepergian ke luar desa tidak meningkatkan pemahaman petani
66
terhadap fungsi ruang publik. Hal ini bisa dipahami bahwa petani yang pergi ke luar desa tidak ada yang menggunakan radio komunitas untuk mencari informasi mengenai tujuan keperluannya atau tempat berbagi informasi, berdiskusi, dan berkumpul. Petani yang pernah pergi ke luar desa memiliki tujuan atau keperluan yang berbeda-beda tidak ada yang menyangkut Radio Komunitas Petani Trisna Alami. 6.3.3. Hubungan Frekuensi Bertemu Penyuluh dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Petani yang tidak pernah bertemu dengan penyuluh sebanyak 52,6 persen dan 66,7 persen orang yang pernah bertemu dengan penyuluh memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik rendah. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,366 artinya tidak ada hubungan yang nyata antara frekuensi bertemu penyuluh dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Penyuluh belum memanfaatkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami untuk memberikan informasi pertanian dan diskusi dengan petani. Penyuluh belum pernah mengisi acara radio komunitas secara langsung (on air) hanya sebatas memberikan materi pertanian kepada penyiar Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Namun, penyuluh sering mengisi acara di radio lain seperti RRI, GCD, dan lain sebagainya. Penyuluh belum memanfaatkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami untuk memberikan informasi pertanian dan diskusi dengan petani. 6.3.4. Hubungan Keterdedahan Media Massa Lain dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Keterdedahan media massa lain tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Kecuali, lama menonton televisi dan frekuensi membaca koran mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik yang rendah, maka frekuensi membaca koran tergolong tidak pernah. Begitu pula dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik yang tinggi, maka frekuensi membaca koran petani tergolong pernah.
67
Terdapat 70,8 persen petani yang tidak pernah membaca koran memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang rendah dan 56,3 persen petani yang pernah membaca koran memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,087 artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi membaca koran dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Nilai korelasi sebesar 0,261 artinya kedua hubungan tersebut adalah rendah. Perilaku mendedahkan diri pada media massa, pada saat petani membaca koran dapat menambah wawasan pengetahuan petani mengenai fungsi radio komunitas sebagai ruang publik melalui interkasinya dengan petani lain. Dengan bertambahnya pengetahuan petani akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap situasi yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, pada saat petani membaca koran dan bertemu petani lain kadang-kadang membicarakan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, seperti yang diungkapkan oleh salah satu petani: “saya sering membaca koran dengan cara meminjam koran kepada kakak saya. Rubrik yang dibaca adalah berkaitan dengan pertanian, iklan, dan ekonomi. Pada saat saya meminjam koran kadang-kadang saya menyinggung program acara yang disiarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Dan juga menyinggung isi siaran radio TA dengan kakak saya. Radio TA lebih banyak menyiarkan hiburan dan kadang-kadang diselipkan informasi dari aparat desa maupun dukuh. Sebenarnya Radio Komunitas Petani Trisna Alami bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk mencurahkan permasalahan di lingkungan, berdialog dengan penyuluh maupun aparat desa. Namun, kalau untuk pengenalan calon Lurah berbau unsur politik tidak cocok disiarkan melalui Radio Komunitas Petani Trisna Alami” (TPR, 35 tahun). Pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang rendah, maka lama menonton televisi tergolong rendah. Begitu pula dengan
pemahaman petani
terhadap fungsi ruang publik yang tinggi, maka lama menonton televisi tergolong tinggi. Sebanyak 70,8 persen petani pada lama menonton televisi yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang rendah dan 56,3 persen petani pada lama menonton televisi yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang tinggi. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,087 artinya terdapat hubungan yang nyata antara lama menonton televisi dengan pemahaman petani
68
terhadap fungsi ruang publik. Nilai korelasi sebesar 0,261 artinya kedua hubungan tersebut adalah rendah. Ada kecenderungan petani yang menonton televisi lebih dari 0,5 jam memiliki pemahaman yang tinggi terhadap fungsi ruang ruang publik. Tayangan acara televisi yang paling banyak ditonton oleh petani adalah sepak bola dan berita, sedangkan stasiun televisi yang paling sering ditonton adalah RCTI. Waktu menonton televisi yang paling sering dilakukukan petani adalah pada malam hari setelah mereka bekerja di sawah. Pada saat menonton televisi terutama pada acara pertandingan sepak bola, kadang-kadang menonton secara bersama-sama di salah satu rumah petani. Dalam menonton televisi mereka juga membicarakan radio komunitas yang bisa digunakan untuk berdiskusi mengenai masalah dan pemecahannya di lingkungan komunitas. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman petani terkait fungsi radio sebagai ruang publik. 6.3.5. Hubungan Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Sebanyak 93,7 persen petani pada frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang rendah dan 62,5 persen petani pada frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang tinggi pula. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,000 artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Nilai korelasi sebesar 0,490 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah sedang. Program acara yang disiarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami bermacam-macam dan lebih banyak berisi hiburan lokal. Petani yang sering mendengarkan radio komunitas memiliki pemahaman yang tinggi, bahwa radio komunitas dapat dimanfaatkan untuk media penyampai saran, kritik, berdialog interaktif dengan aparat desa maupun penyuluh, dan pengenalan calon lurah maupun dukuh. Dengan meningkatnya frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami maka semakin meningkat pula pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik.
69
Terdapat 76 persen petani dengan lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang rendah memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang rendah dan 66,7 persen petani dengan lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tinggi memiliki pemahaman terhadap fungsi ruang publik yang tinggi pula. Nilai Sig. (2-tailed) = 0,008 artinya terdapat hubungan yang nyata antara lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Nilai korelasi sebesar 0,389 menunjukkan kedua hubungan tersebut adalah rendah. Petani yang lebih lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami memiliki pemahaman yang lebih tinggi mengenai fungsi ruang publik. Semakin lama petani mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami akan menambah pemahaman mereka terhadap fungsi ruang publik. Frekuensi dan lama mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami berhubungan nyata dengan fungsi ruang publik. Hal ini dikarenakan petani sering mendengarkan Wayang bersama tetangga dan ada pula yang datang ke lokasi stasiun Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Mereka mendengarkan secara bersama-sama dan kadang-kadang diselingi dengan obrolan tentang berbagai hal. Salah satunya membahas mengenai pembangunan desa (PBB), KTP, dan permasalahan di lingkungan komunitas. Secara tidak langsung mereka bisa lebih memahami Radio Komunitas Petani Trisna Alami bisa dimanfaatkan sebagi ruang publik. Salah satu petani mengatakan, “saya sering pergi ke stasiun Radio Komunitas Petani Trisna Alami hanya untuk mendengarkan Wayangan dan berkumpul dengan warga lainnya yang sama-sama menyukai Wayang. Kadang-kadang ada juga yang ingin menyiarkan Wayang secara langsung. Pada saat menikmati Wayangani saya juga berbincang-bincang mengenai informasi atau pengumuman dari desa. Dan juga berbagi pengalaman bertani dan menceritakan masalah sosial lain di lingkungan komunitas” (WDD, 41 tahun). Senada dengan penuturan (WRY, 60 tahun): “dalem remen sanget mirengaken Radio Komunitas Petani Trisna Alami utamanipun wonten ing acara ringgitan saben Minggu milai jam pitu dalu dalem sampun nyetel radio kangge pados hiburan kaliyan ngrantos acara ringgitan ingkang dipun siaraken jam sanga dalu. Ringgit mujudaken
70
salah satunggaling acara ingkang sanget dipun remeni dening pamireng utawi penggemar, khususipun ing yuswa sekawan dasa tahun minggah. Ringgitan kadang-kadang dipun setel ngangge kaset ananging nate ugi dipun siaraken kanthi langsung manawi wonten masyarakat ingkang kagungan hajat” (WRY, 60 tahun). “saya sangat senang mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami terutama pada mata acara Wayangan. Setiap Minggu mulai pukul 19.00 WIB saya sudah menyalakan radio untuk mencari hiburan sambil menunggu Wayangan yang disiarkan pada pukul 21.00 WIB. Wayang adalah salah satu mata acara radio yang paling disukai oleh pendengar khususnya golongan umur di atas 40 tahun. Siaran Wayangan TA FM kadang-kadang diputar dengan kaset DVD. Tetapi, pernah juga disiarkan secara langsung apabila ada masyarakat yang mempunyai hajat dan menanggap Wayang” (WRY, 60 tahun). Menurut John B. Thompson dalam Masduki (2004), ruang publik sebagai ruang temu gagasan dan tempat bagi individu berdialog dalam setting sosial budaya lokal, sebagai partisipan yang setara dalam perbincangan langsung. Radio Komunitas Petani Trisna Alami bisa dimanfaatkan petani untuk tempat berdiskusi, mencurahkan keluh kesah, memberikan saran dan kritik terhadap kinerja aparat desa maupun pemerintah, sarana berdialog dengan penyuluh dan aparat desa, serta media pengenalan calon dukuh maupun lurah. Radio Komunitas Petani Trisna Alami belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk ruang publik. Namun, sebagian besar petani memiliki pemahaman yang tinggi mengenai fungsi radio komunitas sebagai ruang publik. Media penyiaran sejatinya adalah ruang publik, karena memiliki akses yang nyaris tanpa batas pada kehidupan publik, berinteraksi dengan bermacam kepentingan publik dan menggunakan ranah publik berupa spektrum frekuensi yang sistem alokasinya terbatas. Petani mendengarkan radio komunitas di saat mereka istirahat dan menyesuaikan program acara yang disukai. Waktu mendengarkan petani tidak tentu tergantung jadwal program acara yang ingin didengarkan oleh petani. Petani lebih banyak mendengarkan radio komunitas pukul 19.00 – 21.00 WIB. Program acara radio komunitas yang disiarkan pada pukul 19.00 – 21.00 WIB lebih banyak berisi pendidikan, informasi, dan hiburan lokal.
71
Menurut Masduki (2004) tipologi pendengar Radio Komunitas Petani Trisna Alami termasuk ke dalam pendengar selektif dan pendengar pasif. Pendengar selektif merupakan pendengar yang mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu dan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya. Sebagian besar petani mengatakan mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami pada jam atau acara tertentu dan menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya. Misalnya saja, program acara siraman rohani, pengajian, dan wayangan selalu mendapat prioritas utama petani dalam mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Mereka sering meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan program acara tersebut. Selain itu juga, ada tipe pendengar pasif yaitu, pendengar yang suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang, menghibur diri dan menjadikan radio sebagai teman. Resume Peubah perilaku komunikasi yang berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik adalah keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan keterdedahan media massa lain, yaitu lama menonton televisi, frekuensi membaca koran. Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu penyuluh, dan keterdedahan media massa lain yang terdiri dari: frekuensi dan lama mendengarkan radio lain, frekuensi menonton televisi, serta lama membaca koran tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Perilaku komunikasi petani yang tinggi terhadap keterderdahan radio komunitas dan akses media massa (televisi dan koran) dapat meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang terdiri dari: frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas memiliki hubungan yang nyata dengan semua fungsi radio komunitas. Semakin tinggi petani terdedah Radio Komunitas Petani Trisna Alami, maka pemahaman mereka mengenai fungsi radio komunitas juga semakin tinggi.
72
BAB VIII PENUTUP
8.2.
Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan penelitian mengenai hubungan
perilaku komunikasi dan keterdedahan terhadap pemahaman fungsi radio komunitas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Perilaku komunikasi yang berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi komunikasi internal adalah kekosmopolitan, frekuensi mendengarkan selain radio komunitas, dan keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami, sedangkan keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, frekuensi bertemu penyuluh, dan keterdedahan media massa yang terdiri dari frekuensi dan lama menonton televisi dan membaca koran tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan fungsi komunikasi internal. Semakin tinggi perilaku komunikasi petani maka pemahaman terhadap fungsi komunikasi internal juga meningkat.
2.
Perilaku komunikasi yang berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi sarana pendidikan umum dan agama adalah keterdedahan saluran komunikasi interpersonal, frekuensi menonton televisi, dan keterdedahan
dengan
Radio
Komunitas
Petani
Trisna
Alami.
Kekosmopolitan dan frekuensi bertemu penyuluh tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan fungsi sarana pendidikan umum dan agama, sedangkan keterdedahan menggunakan media massa yang terdiri dari frekuensi dan lama mendengarkan selain radio komunitas dan membaca koran tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan fungsi sarana pendidikan umum dan agama. Pemahaman petani mengenai fungsi sarana pendidikan umum dan agama akan meningkat seiring dengan perilaku komunikasi dalam mencari sumber informasi mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami. 3.
Perilaku komunikasi yang terdiri dari: keterdedahan saluran komunikasi interpersonal,
kekosmopolitan,
frekuensi
bertemu
penyuluh,
dan
73
keterdedahan media massa yang meliputi frekuensi dan lama menonton televisi, mendengarkan selain radio komunitas, dan membaca koran tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Kecuali keterdedahan media massa pada lama menonton televisi dan frekuensi membaca koran berhubungan nyata dengan pemahaman petani terhadap fungsi ruang publik. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami mempunyai hubungan yang nyata dengan pemahaman petani mengenai fungsi ruang publik. Perilaku komunikasi petani yang tinggi akan meningkatkan pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas sebagai ruang publik yang tinggi pula. 8.2.
Saran Saran dari penelitian ini untuk berbagai pihak yang terkait dengan Radio
Komunitas Petani Trisna Alami antara lain: 1.
Bagi akademisi Diperlukan penelitian lanjutan mengenai media komunitas khususnya radio komunitas yang berkaitan dengan fungsi radio komunitas sebagai media pemberdayaan masyarakat.
2.
Bagi pemerintah Pemerintah harus mempertegas tata aturan mengenai penyelenggaraan radio komunitas yang terkesan terlalu panjang dan berbelit-belit birokrasinya.
3.
Bagi pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami Pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami perlu menyusun kembali program-program yang menarik dan disesuaikan dengan keinginan masyarakat, dimana persentase informasi pertanian harus lebih banyak sehingga kebutuhan informasi dapat terpenuhi. Pengelola radio komunitas perlu meninjau ulang fungsi radio komunitas yang telah dirumuskan dikaitkan dengan fungsi yang diteliti, yaitu fungsi medium komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Trisna Alami FM perlu melakukan kordinasi rutin baik dengan pengelola, warga,
74
maupun pemerintah desa agar dapat menyatukan tujuan serta dapat mengembangkan radio komunitas yang diharapkan. 4.
Bagi masyarakat Radio komunitas adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Masyarakat pendengar radio komunitas sudah cukup lama mengenal radio komunitas sehingga perlu memberikan masukan mengenai program acara yang sesuai dengan kebutuhan mereka, membantu operasional radio, serta memberikan dukungan semangat secara moril maupun yang lainnya kepada pengelola radio. Masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan radio komunitas agar Radio Komunitas Petani Trisna Alami tetap bertahan dan mengudara
5.
Bagi pihak lainnya Pendirian media sebagai jembatan penyampai informasi seharusnya lebih melibatkan masyarakat khususnya petani. Lesman perlu melakukan pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan kepada masyarakat mengenai keberadaan dan pentingnya radio komunitas bagi warga. Melanjutkan
pendampingan
baik
untuk
pengembangan
kapasitas
sumberdaya manusia, jejaring, maupun membantu operasional Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Selain itu juga, Lesman perlu melakukan kordinasi dengan warga, pemerintah desa, maupun instansi lain yang dekat dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami untuk pemberdayaan masyarakat serta pemerataan informasi pertanian. JRKY dapat membantu pendampingan dalam proses perizinan dan meningkatkan intensitas pertemuan secara rutin pada pengelola radio komunitas. Semua kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemajuan radio komunitas seharusnya ditampilkan di website JRKY. Membina komunikasi dan pengarahan secara rutin kepada anggota radio komunitas agar bisa bertahan untuk siaran.
75
DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2010. Suara Surabaya Bukan Radio. Edisi I. Surabaya [ID]: PT Radio Fiskariya Jaya Suara Surabaya. 435 hal. Bloom B.S. ed, Et al. 1956. Taxonomy of Educational Objective:Handbook I, Cognitive Domain. New York [AS]: David McKay. 196 hal. Bungin Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Edisi Pertama, Cetakan Ke-3. Jakarta [ID]: Kencana Prenada Media Group. 384 hal. Darmanto A, Masduki, Andhy Panca Kurniawan. 2009. Pengelolaan Radio Komunitas. Yogyakarta [ID]: Combine Resource Institution. 98 hal. Effendy OU. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 181 hal. Estrada Sonia Restrepo, Colin Fraser. 2009. Buku Panduan Radio Komunitas. Yogyakarta [ID]: Perpustakaan Combine Resource Institution. 99 hal. Fuady Ikhsan. 2011. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Praktek Budidaya Pertanian Organik (Kasus Petani Bawang Merah di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul). [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 116 hal. Furbani Widiastuti. 2008. Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata (Kasus Obyek Wisata di Pulau Lombok Provinsi NTB). [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 102 hal. Hakim Andi Fuad. 2010. Hubungan Karakteristik, Persepsi, dan Terpaan Media Komunitas dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas (Kasus Radio Komunitas Suara Kencana di Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 93 hal. Handayani Muslih Aris. 2002. Hubungan Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi, dan Penggunaan Jenis Media dengan Pemahaman Petani tentang Kredit Ketahanan Pangan (kasus Kelompok Tani di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur). [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 105 hal.
76
Hapsari Dwi Retno. 2008. Peranan Radio Siaran dalam Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Radio Pertanian Ciawi,Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 128 hal. Hasan Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia. 260 hal. Haryanto Ignatius, Juventius Judy Ramdojo. 2009. Dinamika Radio Komunitas. Jakarta [ID]: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP). 129 hal. Ichwanudin. 1998. Hubungan Perilaku Komunikasi Peserta Kelompok Penggerak Pariwisata dengan Program Sapta Pesona di Kabupaten Sukabumi. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 86 hal. Irmawati. 2007. Motif dan Perilaku Masyarakat dalam Mendengarkan Radio Siaran Studi Kasus Pendengar Warga RW 01, Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 121 hal. Makfiah. 2006. Pemahaman Pendidikan Agama dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan Ibadah Siswa MTs Al Falah Jakarta Selatan. [skripsi]. [Internet]. [dikutip 12 Juni 2011]. Jakarta [ID]: UIN Syarif Hidayatullah. 67 hal. Dapat diunduh dari: http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc07Pemahaman+Pendidikan+Agama+Dan+Pengaruhnya.pdf. Mardianah. 2010. Pengaruh Siaran Radio dalam Penyebaran Informasi Teknologi Budidaya Padi Sawah terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Petani (Kasus: Desa Kluting Jaya, Kecamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara). [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 95 hal. Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Cetakan Pertama. Yogyakarta [ID]: Pustaka Populer LKIS. 148 hal. 2007. Radio Komunitas Belajar dari Lapangan. Jakarta [ID]: Kantor Perwakilan Bank Dunia di Indonesia. 103 hal. Muhidin. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung [ID]: CV Pustaka Setia. 280 hal.
77
Pratiwi Ayu Tri. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Studi Kasus Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 104 hal. Purwanto Ngalim. 2000. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 165 hal. Rachmiatie A. 2007. Radio Komunitas Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 198 hal. Rakhmat Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi, Cetakan ke-23. Bandung [ID]: PT Remaja Rosdakarya. 332 hal. Rogers Everet M. 2003. Diffusion of Innovation Fifth Edition. New York [AS]: Free Press. 550 hal. Servaes Jan. 2002. Community for Development One World, Multiple Cultures. United States of America [AS]: Hampton Press, Inc. 323 hal. Singarimbun Masri, Sofian Effendi. 2006. Jakarta [ID]: LP3ES Indonesia. 265 hal.
Metode
Penelitian
Survey.
Siregar Syafaruddin. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta [ID]: PT Grasindo. 399 hal. Sudarman. 2009. Radio Komunitas dan Petani (Studi Tentang Upaya Radio Komunitas dalam Pengembangan Jaringan Kelompok Tani di Kabupaten Kulon Progo, DIY). [tesis]. Yogyakarta [ID]: Universitas Gajah Mada. 148 hal. Sudibyo A. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta [ID]: LKIS. 371 hal. Syatori A. 2009. Media Komunitas dan Strategi Pengembangan Komunitas Berbasis Media Komunitas “Angkringan” di Bantul Yogyakarta. [tesis]. [Internet]. [dikutip 8 Maret 2011] Jakarta [ID]: Universitas Indonesia. 133 hal. Dapat diunduh dari: http://eprints.lib.ui.ac.id/3670/. Usmiza Astuti. 2007. Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 77 hal.
78
Witjaksono Roso. 1990. Hubungan Perilaku Komunikasi dan Tingkat Pemahaman Informasi Anggota Kelompok Tani tentang Paket Teknologi Supra Insus di WKBPP Sanden, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 194 hal. Yani Achmad Sungkawa. 1988. Hubungan Beberapa Karakteristik Terpilih Petani Model Farm dengan Perilaku Mereka Mendengarkan Radio di DAS Citanduy. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 124 hal.
79
LAMPIRAN
80
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Sumber: Monografi Desa Kaliagung 2010
Gambar Sketsa Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, DIY
81
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Radio Komunitas Petani Trisna Alami di Desa Kaliagung Tahun 2003 ANGGOTA RADIO KOMUNITAS PETANI Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
DEWAN KOMUNITAS Koordinator
Pengurus Lokasi (Paguyuban Tingkat Desa)
Pelaksana Harian Koordinator
Editing
Programming
Penyiar
Keterangan: Garis mandat Garis pertanggungjawaban
Operator
Teknisi
Umum
82
Lampiran 3. Jadwal siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami di Desa Kaliagung, Tahun 2011
83
Lampiran 4. Tabel Uji Crosstab Chi Square Tabel 4.1 Hubungan Kekosmopolitan dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Pemahaman Petani terhadap Fungsi Komunikasi Internal Rendah Tinggi Jumlah
Lokalit n % 10 62,5 6 37,5 16 100,0
Kekosmopolitan Kosmopolit n % 7 29,2 17 70,8 24 100,0
Jumlah n % 17 42,5 23 57,5 40 100,0
Ket: Chi Square hitung = 4,635, p < 0,05, nilai Sig. (2-tailed) = 0,037
Tabel 4.2 Hubungan Tingkat Keterdedahan Saluran Interpersonal dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Pemahaman Petani terhadap Fungsi Sarana Pendidikan Umum dan Agama Rendah Tinggi Jumlah
Tingkat Keterdedahan Saluran Interpersonal Rendah Tinggi Jumlah n % n % n % 5 27,8 1 4,5 6 15,0 13 72,2 21 95,5 34 85,0 18 100,0 22 100,0 40 100,0
Ket: Chi Square hitung = 4,191, p < 0,05, Nilai Sig. (2-tailed) = 0,041
Tabel 4.3 Hubungan Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dengan Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik di Desa Kaliagung, Tahun 2011 Pemahaman Petani terhadap Fungsi Ruang Publik Rendah Tinggi Jumlah
Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas Trisna Alami Rendah Tinggi Jumlah n % n % n % 15 93,7 9 37,5 24 60,0 1 6,3 15 62,5 16 40,0 16 100,0 24 100,0 40 100,0
Ket: Chi Square hitung = 12,656, p < 0,05, Nilai Sig. (2-tailed) = 0,000
84
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian
1. Studio Radio Komunitas Petani Trisna Alami 2. Sekolah Lapang Padi di Dusun Tegowanu
3. Arisan kelompok tani Marsudi Bogo
4. Arisan kelompok tani Mulyo