TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Raksabumi 107.9 FM Cimahi)
PARAMITA DWI FEBRIANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Paramita Dwi Febriani NIM. I34120140
ABSTRAK PARAMITA DWI FEBRIANI. Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan radio komunitas. Di bawah bimbingan HADIYANTO. Prinsip radio komunitas adalah “dari, oleh, dan untuk komunitas”. Radio adalah salah satu media massa yang cepat dan efisien. Radio komunitas yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, yang bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakat. Kehadiran radio komunitas, sekelompok masyarakat dapat lebih leluasa memanfaatkan media tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik anggota komunitas dan faktor penyiaran dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas Raksabumi. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di wilayah Kelurahan Citeureup dengan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa usia berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Faktor penyiaran yang berhubungan nyata adalah kualitas siaran berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan pengadaan layanan interaktif radio komunitas Raksabumi berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi dalam siaran. Kata kunci: radio komunitas, partisipasi ABSTRACT PARAMITA DWI FEBRIANI. Level of Community Participation in the Management of community radio. Under the guidance of HADIYANTO. The principle of community radio is "of, by, and for the community". Radio is one of the mass media were quick and efficient. Community radio station founded by a particular community, are independent, and not commercial, which aims to serve the public interest. With the presence of community radio, community groups can more freely utilize the media as needed. This study aimed to analyze the relationship between the characteristics and factors broadcasting community members with the level of participation in community radio management Raksabumi. Research and data collection was done in the Village Citeureup with a quantitative approach that is supported by qualitative approach. The research proves that age is a real touch with the level of participation in the financing. Real broadcast quality associated with the level of participation in decision making. Then provision of interactive services related to real community radio Raksabumi with the level of participation in decision-making and the level of participation in the broadcast. Keywords: community radio, participation
TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS
PARAMITA DWI FEBRIANI I34120140
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ir. Hadiyanto, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Selain itu kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS, dan Ir. Murdianto, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak Slamet Riyadi dan Ibu Sri Muliani, Kakak tercinta Pandu Agung Danu Wicaksosno atas dukungan dan semangatnya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat sekaligus teman seperjuangan Yulinda Devianty, Maharani Dwi Juniarti, Citra Tresna Asih, dan Umi Wasilah yang telah memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman SKPM 49, BEM FEMA 2015 terutama departemen Kominfo, dan semua pihak yang telah memberi dukungan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2016
Paramita Dwi Febriani NIM. I34120140
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Komunitas Radio Komunitas Pengelolaan Radio Komunitas Partisipasi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Hasil Penelitian Sebelumnya Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik Penentuan Responden dan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kelurahan Citeureup Gambaran Umum Radio Komunitas Raksabumi KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS, FAKTOR PENYIARAN, DAN PARTISIPASI DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS RAKSABUMI Karakteristik Anggota Komunitas Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat Penggunaan Media Massa Lain Faktor Penyiaran Kualitas Siaran Pengadaan Layanan Interaktif Kredibilitas Penyiar Partisipasi dalam Pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Partisipasi dalam Siaran
15 16 16 1
1 2 3 3 5
5 5 5 7 8 10 11 12 14 15
15 15 15 17 17 18 21
21 23
27
27 27 27 27 28 28 28 29 30 30 30 31
Partisipasi dalam Pembiayaan PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS RAKSABUMI Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanan, dan Pengawasan Prasarana dan Peralatan Siaran Program dan Format Siaran Sumber Daya Manusia Administrasi dan Pembiayaan Siaran HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan Tingkat Penggunaan Media Massa Lain dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas HUBUNGAN FAKTOR PENYIARAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS Hubungan Kualitas Siaran dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan Pengadaan Layanan Interaktif dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan Kredibilitas Penyiar dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
31 33
33 33 34 34 35
37
37 37 39 39 41 41 43
47
47 47 49 51 55
55 55 57 59 73
DAFTAR TABEL 1. Uji reliabilitas instrumen 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kelurahan Citeureup 3. Jadwal siaran radio komunitas Raksabumi 4. Jumlah dan persentase responden di 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Kelurahan Citeureup berdasarkan usia pada tahun 2016 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2016 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2016 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan tingkat penggunaan media lain pada tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kualitas siaran radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengadaan layanan interaktif radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kredibilitas penyiar radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam siaran Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam siaran Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam siaran Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam siaran Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam siaran
17 21 25 27 27 28 28 29
29 30 37 38 38 39 40 40 41 42 42 43 44 44 47 48
25. Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam
pembiayaan
48
26. Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat
partisipasi dalam pengambilan keputusan
49
27. Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat
partisipasi dalam siaran
50
28. Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat
partisipasi dalam pembiayaan
50
29. Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi
dalam pengambilan keputusan
51
30. Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi
dalam siaran 31. Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan
52 52
DAFTAR GAMBAR 1 Bagan lingkup manajemen radio komunitas 2 Kerangka pemikiran tingkat partisipasi komunitas pengelolaan radio komunitas 3 Wilayah jangkauan radio komunitas raksabumi
7 dalam 13 24
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peta Wilayah Rencana Alokasi Waktu Penelitian Kerangka Sampling Kuesioner Pertanyaan Penelitian Mendalam Daftar Isian Hasil Uji Korelasi Tulisan Tematik Dokumentasi Penelitian
61 63 65 Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. 69 71
PENDAHULUAN Latar Belakang Media massa merupakan salah satu saluran penyampaian informasi yang berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Setiap kegiatan komunikasi memerlukan media. Idealnya radio komunitas muncul dari motivasi yang kuat (advanced needs) untuk menjadikan radio sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak warga. Radio komunitas yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk kepentingan komunitasnya ini diharapkan dapat bertahan sebagai lembaga penyiaran yang mampu memenuhi kebutuhan informasi komunitasnya. Hal tersebut dapat dicapai ketika keberadaannya dimanfaatkan oleh anggota komunitas yang turut andil dalam terbentuknya radio komunitas tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 39 Tahun 2012 Pasal 2 Ayat 1, Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan oleh komunitas dalam wilayah tertentu, bersifat independen, tidak komersial, dan hanya untuk melayani kepentingan komunitasnya. Radio komunitas memiliki karakteristik yang dapat menjadi sebuah keunggulan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, karena radio komunitas didirikan dan dikelola oleh masyarakat yang berada dalam sebuah komunitas yang sama, dan ditujukan khusus untuk melayani kebutuhan dan kepentingan dari anggota komunitasnya. Hadirnya Radio Komunitas Raksabumi merupakan salah satu contoh radio komunitas yang keberadaannya sudah cukup lama. Radio Komunitas Raksabumi yang terletak di Kota Cimahi ini telah mengudara sejak tahun 2004 hingga saat ini, dan komunitasnyas sendiri sudah terbentuk sejak tahun 2000. Berdirinya radio komunitas ini berdasarkan kepedulian sekelompok remaja terhadap kemerosotan moral budaya bangsa. Terbentuknya komunitas terlebih dahulu membuat radio komunitas ini memiliki lebih erat antar anggotanya dalam mengelola radio tersebut. Provinsi yang relatif maju perkembangan radio komunitasnya di Indonesia adalah Jawa Barat dan Yogyakarta. Namun dalam mencapai kemajuan perkembangan radio komunitas terdapat beberapa kendala sebagaimana yang diungkapkan oleh Masduki (2004), bahwa terdapat kendala-kendala dalam memajukan tingkat partisipasi komunitas yaitu stasiun radio kesulitan mengelola SDM karena sifat kerja yang sukarela dan keterampilan siaran yang minim. Umumnya, SDM yang terlibat hanya mampu bertahan 3-12 bulan saja. Manajemen operasional umumnya sangat sederhana, belum adanya sistem perencanaan dan evaluasi siaran yang baik maupun pembagian tugas dalam menjalankan stasiun sehari-hari. Kemudian dari aspek pendanaan, mayoritas radio komunitas tidak memiliki rencana anggaran yang baik, pengelolaan administrasi keuangan dilakukan manual. Aspek teknik peralatan, radio komunitas memiliki peralatan yang kurang memadai, baik jumlah maupun kondisi fisiknya. Hal tersebut terlihat juga pada penelitian yang dilakukan oleh Eddyono (2012) yang menjelaskan partisipasi masyarakat pada Radio Panagati dan Radio Angkringan di Yogyakarta. Tingkat partisipasi masyarakat yang relatif rendah
2
terlihat dari kepasifan warga, yakni warga hanya ingin mendengar saja, dan hanya segelintir warga yang terlibat aktif dalam program siaran. Partisipasi masyarakat yang rendah terlihat dalam penyampaian informasi, meski melibatkan warga namun pada akhirnya tetap saja pengurus radio Angkringanlah yang harus “jemput bola” mendapatkan informasi tersebut. Partisipasi masyarakat yang rendah juga terlihat dari segi pendanaan. Pada Radio Angkringan maupun Panagati amat sulit mengharapkan bantuan seluruh warga untuk membantu pendanaan. Radio komunitas memiliki dua hal penting diantaranya adalah menyediakan semua anggota masyarakat dengan akses yang merata terhadap informasi, dan juga memungkinkannya untuk berpartisipasi aktif dalam 2 manajemen dan produksi. Kemudian hal penting selanjutnya adalah radio komunitas mampu meningkatkan kesadaran diri masyarakat dan rasa memiliki terhadap komunitas. Tujuan hadirnya radio komunitas Raksabumi adalah agar dapat memberikan pengetahuan, pendidikan, penyuluhan untuk meningkatkan pengenalan dan kecintaan terhadap budaya lokal (Sunda), serta memberikan hiburan kepada masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah melalui interaktif komunikatif siaran radio. Akses informasi yang disampaikan juga merata dengan pembagian program siaran berdasarkan kebutuhannya. Prinsip dari adanya radio komunitas adalah partisipasi dari komunitas itu sendiri. Cohen et al. (1979) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, serta tahap evaluasi. Oleh sebab itu, yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas Raksabumi? Masalah Penelitian Keberadaan radio komunitas di Indonesia sudah semakin sedikit yang bertahan. Menurut Eddyono (2012), radio gagal karena peraturan Negara atau pemerintah terlalu mengekang gerakan radio komunitas. Sebagai hasilnya radio komunitas tidak bisa menyelesaikan masalah internalnya sendiri agar mampu bertahan pada jangka waktu yang panjang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam mengelola radio komunitas sehingga dapat mempertahankan keberadaan radio komunitas perlu adanya partisipasi dari anggota komunitasnya sendiri. Radio komunitas Raksabumi merupakan salah satu radio komunitas yang mampu bertahan dan tetap mengudara sejak tahun 2004. Berdasarkan hal tersebut maka perlu digambarkan bagaimana pengelolaan di radio komunitas Raksabumi? Kemudian adanya beberapa faktor, seperti karakteristik anggota komunitas dan faktor penyiaran dapat berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas. Setiap komunitas memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan sikap dalam berpartisipasi pun juga berbeda-beda pula. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hubungan karakteristik anggota komunitas dengan partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas Raksabumi? Selain itu adanya beberapa faktor penyiaran, yaitu faktor yang berasal dari radio komunitasjuga memiliki hubungan dengan partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. Sebab dengan adanya faktor
3
penyiaran tersebut dapat menarik komunitas untuk ikut berpartisipasi. Kemudian pertanyaan terakhirnya adalah bagaimana hubungan faktor penyiaran dengan partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas Raksabumi? Tujuan Penelitian Penelitian dengan judul “Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas” memiliki rumusan tujuan: 1. Mendeskripsikan mengenai pengelolaan di radio komunitas Raksabumi 2. Menganalisis mengenai hubungan karakteristik dan partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas 3. Menganalisis mengenai hubungan faktor penyiaran dan partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas, khususnya kepada: 1. Civitas Akademika, untuk menjadi salah satu sumber informasi serta referensi mengenai tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. 2. Pemerintah, untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan program untuk mendukung tingkat partisipasi komunitas dalam mengelola radio komunitas. 3. Masyarakat, untuk menambah pengetahuan dan menyadari mengenai partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas, sehingga dapat membantu masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pengelolaan radio komunitas.
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Komunitas Komunitas tidak hanya diartikan sebagai sekumpulan orang; komunitas memiliki pengertian yang lebih luas dari itu. Masduki (2004) mengemukakan bahwa secara konseptual komunitas berasal dari suku kata bahasa Inggris yakni community, yang merujuk pada level ikatan tertentu dari hasil interaksi sosial masyarakat. Kecilnya wilayah dan kesamaan keinginan adalah ciri utama dari komunitas. Secara hirarkis, komunitas berada di level ketiga setelah individu dan keluarga. Komunitas merupakan kumpulan sejumlah orang di suatu geografis yang terikat faktor kerabat atau kepentingan primordial lain dari yang bersifat praktis sampai ideologis. Komunitas dibentuk pada dasarnya untuk menjadi media yang dapat mewadahi kepentingan-kepentingan komunitas tersebut. Karakteristik yang membedakan komunitas dengan bentuk kelompok lainnya adalah adanya perasaan nyaman pada anggotanya untuk hidup dalam komunitas karena memiliki persamaan, baik dalam etnik, kebiasaan, bahasa maupun faktor pengikat lainnya, seperti minat (Rachmiatie 2007). Kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama-sama rekan lainnya yang sesuku. Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya suatu komunitas adalah terdapat hubungan sosial (social relationship) antara anggota suatu kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunitas menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto 1990). Komunitas terbentuk oleh dua hal, yaitu (1) kesamaan lokasi dan status sosial, dan (2) kesadaran kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Masduki 2004). Kemudian menurut Lilis et al. (2013), kebutuhan komunitas akan kehadiran radio komunitas berbeda-beda pada setiap orang dan pada setiap kelompok masyarakat. Hal ini tentu saja dikarenakan berbagai latar yang berbedabeda pula. Oleh karena itu, motif kebutuhan menjadi dasar pijakan dan di daerah Pantura terdapat 5 (lima) klasifikasi motif kebutuhan masyarakat terhadap radio komunitas, yakni: (1) menjadikan radio komunitas sebagai sarana silaturahim; (2) menjadikan radio komunitas sebagai sarana informasi; (3) menjadikan radio komunitas sebagai media penyaluran hobi; (4) menjadikan radio komunitas sebagai sarana hiburan; serta (5) menjadikan radio komunitas sebagai sarana berdakwah. Radio Komunitas Menurut UU No. 32 tahun 2002 pasal 13 ayat 1, jasa penyiaran diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Komunitas, dan Lembaga Penyiaran Berlangganan. Radio komunitas dibedakan dengan radio publik atas dua karakteristik: (1) Radio komunitas melayani kepentingan komunitas yang secara geografis terbatas,
6
sedang radio publik melayani kepentingan berskala besar yang secara geografis melingkupi seluruh wilayah nasional, (2) Radio komunitas, badan hukum yang mengandalkan pemilikan, pendanaan dan pengelolaan dari faktor loyalitas komunitas, sedangkan radio publik memperoleh dukungan dana resmi dari negara. Radio komunitas dibedakan dengan radio komersial atas dua karakteristik: (1) Segenap olah siar radio komunitas tidak bermaksud mencari keuntungan finansial sebagaimana radio komersial; (2) Radio komunitas muncul atas inisiatif komunitas berdasarkan kebutuhan setempat sedangkan radio komersial dapat didirikan oleh individu yang mampu secara finansial. Terdapat dua macam tipe cara awal berdirinya radio komunitas menurut Tripambudi (2011), yaitu terbentuknya komunitas dahulu kemudian muncul radio dan terdapat radio dulu baru kemudian terbentuk komunitas. Kelebihan tipe pertama adalah kehadiran radio akan semakin memperkuat dan mengembangkan komunitas. Kelemahan tipe kedua adalah ikatan dan loyalitas yang kurang, baik terhadap komunitas maupun terhadap radio. Menurut Anwari (2013) keberadaan radio komunitas dapat menyuarakan berbagai aspirasi, keluh-kesah, persoalan serta berbagai peristiwa lokal dengan menyentuh kehidupan nyata masyarakat komunitasnya sehingga radio komunitas bisa menjadi wadah sekaligus fasilitator bahkan memberikan advokasi atas berbagai isu lokal masyarakat. Radio komunitas memiliki berbagai peran yang selaras dengan tujuan didirikannya radio komunitas tersebut. Pada dasarnya, radio komunitas mampu menjawab kebutuhan akan akses informasi maupun hiburan sesuai yang dibutuhkan masyarakat. Namun, dalam penelitian Rachmiatie (2005), peran dan fungsi radio komunitas di pedesaan belum optimal sebagai media percepatan dan perluasan informasi antar warga karena dipengaruhi oleh tradisi-tradisi komunikasi yang sudah mapan dalam bentuk informal, lebih bersifat top down untuk wilayah tertutup dan bersifat horisontal untuk wilayah terbuka. Peran radio komunitas di pedesaan lebih sebagai inisiator pada wilayah tertutup dan akselerator pada wilayah terbuka. Menurut Sofiah et al. (2013), kegiatan penyiaran radio akan bermanfaat apabila siarannya secara teknis bisa diakses oleh pendengarnya dengan baik dan isi siarannya dapat memuaskan kebutuhan pendengarnya dan dapat memberikan perubahan pada para pendengarnya. Pramudia (2007) mengungkapkan bahwa radio komunitas dapat berperan sebagai media pembelajaran bagi suatu komunitas. Peranan media radio dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai suatu kegiatan yang mandiri, atau melengkapi media utama lainnya, ataupun sebagai media utama yang dibantu dengan media-media lainnya atau bersama-sama dengan media lainnya. Peranan media radio dalam sistem pembelajaran jarak jauh adalah sebagai salah satu media penunjang terhadap media utama, yaitu modul, serta bekerjasama dengan media lainnya. Menurut Hasandinata (2015), radio komunitas mempunyai peran penting dalam rangka membentuk masyarakat madani. Hal ini sejalan dengan keyakinan Brech dalam tulisannya yang menyadari potensi dan pengaruh radio yang luar biasa dalam perubahan sosial dan tatanan masyarakat. Kemudian menurut Widjanarko et al. (2013), interaksi berlangsung manakala narasumber bersedia membangun dialog dan pendengar secara terbuka menyampaikan problematika yang ada untuk kemudian terjadi proses transaksi informasi di mana kedua belah
7
pihak berusaha untuk mencari titik pandang yang dipahami bersama sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pendengar sebagai masyarakat untuk kemudian lebih mampu memberdayakan dirinya. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Eddyono (2012) bahwa radio komunitas gagal berperan karena melalui peraturan-peraturan pemerintah yang dikeluarkan telah membatasi gerak-gerik radio komunitas. Akibatnya radio komunitas tidak dapat menyelesaikan persoalan internal yang sudah sejak lama ada. Pengelolaan Radio Komunitas Pengelolaan radio komunitas agak lebih terarah diperlukan manajemen yang tepat. Hal tersebut dapat diawali dengan kesadaran anggota komunitas mengenai terpenuhinya kebutuhan informasi dan komunikasi untuk komunitasnya. Dukungan antar anggota komunitas juga sangat diperlukan agar pengelolaannya tidak akan terlalu sulit. Menurut Suparyo dan Saiful (2009), Peranan radio komunitas sangat beragam, ada yang berfungsi menyosialisasikan pelayanan publik, merumuskan pelayanan publik, pemantauan pelayanan publik, maupun mengevaluasi pelayanan publik. Sebuah radio dapat memerankan dua peran sekaligus atau lebih, tergantung kemampuan pengelola dan jaringan yang mereka bangun. Manajemen radio komunitas merupakan penyelenggaraan siaran radio oleh warga komunitas secara terencana, terorganisir dengan baik, dapat dilaksanakan, dan adanya pengawasan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Darmanto et al. 2009). Radio komunitas tidak juga berbeda dengan lembaga penyiaran radio lainnya, yaitu membutuhkan studio penyiaran, pemancar, peralatan siaran, program siaran, sumberdaya manusia, dan dukungan dana. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan merupakan fungsi utama dari manajemen dalam sebuah organisasi. Jika digambarkan dalam bentuk bagan, lingkup manajemen radio komunitas dapat digambarkan pada Gambar 1.
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan
Prasarana Peralatan siaran Program dan format siaran Administrasi siaran SDM Pembiayaan
Sumber: Darmanto et al. 2009
Gambar 1 Bagan lingkup manajemen radio komunitas Radio komunitas setidaknya memiliki prasarana siaran seperti ruang studio, ruang pemancar, dan ruang umum untuk menerima tamu dan melakukan kegiatan administrasi. Selain itu, diperlukan juga peralatan siaran, yaitu tape player/recorder, CD player, mikrofon, mixer audio, pemancar FM/AM, antenna, perangkat computer bagi radio komunitas yang memang sudah menggunakannya (Darmanto et al. 2009). Selanjutnya menurut Darmanto et al. (2009),
8
perencanaan program siaran adalah proses pembuatan rancang bangun isi, bentuk penyajian, dan jenis acara yang akan disiarkan oleh radio komunitas. Terdapat tiga jenis produksi siaran radio menurut Suparyo dan Saiful (2009), yaitu Vox Pop, berita kisah pendek (mini feature), dan talkshow. Melalui ketiga jenis siaran tersebut dapat mengasah kepekaan radio komunitas untuk mendengar dan merasakan keinginan komunitas sehingga ikatan antar radio dengan komunitasnya pun dapat semakin kuat. Selain menyajikan program siaran (on air), radio komunitas juga sering memanfaatkan kegiatan non siaran (off air) untuk mendorong peningkatan pelayanan publik (Suparo dan Saiful 2009). Sumberdaya manusia dalam pengelolaan radio komunitas masih perlu diperhatikan karena melalui kesukarelaan tentunya juga membutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian tertentu. Menurut Darmanto et al. (2009), diperlukan kaderisasi yang merupakan strategi efektif untuk mengantisipasi mengendurnya semangat para sukarelawan dan peningkatan kemampuan atau kapasitas bagi para sukarelawan yang dapat berbentuk pelatihan, seminar, dan workshop. Pengelolaan dana untuk pembiayaan siaran akan lancer apabila manajemen administrasi siaran dilakukan dengan baik. Menurut Darmanto et al. (2009), administrasi siaran adalah catatan yang dibuat secara sistematis dan mengikuti pola yang telah ditetapkan untuk merekam seluruh proses penyelenggaraan siaran. Lingkup administrasi siaran adalah pembuatan log book, pembuatan laporan, membuat surat-surat ke narasumber/pengisi acara mengetik jadwal petugas siaran, mengarsip surat-surat izin tidak masuk dari kru siaran, mengarsip naskah, dan mengarsip bahan siaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masduki (2004) dan Eddyono (2012), keduanya sama-sama mengungkapkan mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh radio komunitas bahwa keberadaan radio komunitas saat ini sudah minim, bahkan radio Panagati dan radio Angkringan di Yogyakarta yang tadinya merupakan radio komunitas yang baik kini sudah mengalami kegagalan. Beberapa kegagalan yang terjadi di setiap radio komunitas dikarenakan kurang adanya kesadaran dari komunitas itu sendiri untuk mengelola radio komunitas tersebut, baik dalam mengelola sumberdaya manusia, manajemen operasional, pendanaan, serta perlatan untuk siaran. Partisipasi Menurut Rachmiatie (2007), partisipasi komunitas merupakan “ruh” yang membedakan radio komunitas dengan radio swasta atau radio publik. Partisipasi komunitas menurut Masduki (2004) terlihat dari aspek kepengurusan atau pengelola dan pendanaan. Pada aspek kepengurusan atau pengelolaan terlihat jumlah penyiar dan reporter yang tetap mencapai 10-30 orang. Kemudian dari aspek pendanaan terlihat dari sumbangan pribadi anggota komunitas dan sumbangan resmi yang diperoleh dari kas pemerintah desa setempat atau organisasi forum warga yang menaungi radio, penjualan kartu pilihan pendengar, disusul iklan layanan bisnis warga yang dikenakan biaya rata-rata Rp 50.000,00 per bulannya untuk penyiaran iklan setiap hari.
9
Menurut Lilis et al. (2013) bentuk partisipasi dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yakni: (1) motif masyarakat berpartisipasi; (2) partisipasi masyarakat dalam pembiayaan radio komunitas; dan (3) partisipasi masyarakat dalam proses siaran radio komunitas. Kebutuhan masyarakat akan kehadiran radio komunitas berbeda-beda pada setiap orang dan pada setiap kelompok masyarakat. Hal ini tentu saja dikarenakan berbagai latar masyarakat yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, motif kebutuhan menjadi dasar pijakan dan di daerah Pantura terdapat 5 (lima) klasifikasi motif kebutuhan masyarakat terhadap radio komunitas, yakni: (1) menjadikan radio komunitas sebagai sarana silaturahim; (2) menjadikan radio komunitas sebagai sarana informasi; (3) menjadikan radio komunitas sebagai media penyaluran hobi; (4) menjadikan radio komunitas sebagai sarana hiburan; serta (5) menjadikan radio komunitas sebagai sarana berdakwah. Adapun bentuk partisipasi masyarakat dalam pembiayaan radio komunitas, berupa: (1) iuran komunitas yang bersifat rutin bulanan dan insidental, misalnya melalui arisan fans, pengajian fans, dan permintaan lagu; (2) sumbangan dari para pengelola, seperti dana, alat siaran, makanan dan minuman; dan (3) iklan layanan masyarakat (ILM) yang biasanya dilakukan oleh para pedagang lokal yang ingin mempromosikan barang dagangannya dengan cara dibuatkan ILM oleh pengelola radio. Adapun biaya ILM ini ada yang ditentukan oleh pihak radio komunitas dengan tarif yang sangat murah atau tarif bayaran secara sukarela dari masyarakat yang memasang ILM. Adapun iklan layanan ini disiarkan sepuasnya karena berulang kali dalam sehari dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain berpartisipasi dalam hal pembiayaan, masyarakat juga berpartisipasi dalam proses siaran radio komunitas, yakni sebagai: (1) pendengar pasif, yakni masyarakat yang sangat jarang melakukan interaksi dengan pihak radio komunitas, baik pada kegiatan on-air maupun off-air; (2) pendengar aktif, yakni masyarakat yang sering berinteraksi dan memberikan respon berupa permintaan dan saran kepada pihak radio komunitas, baik pada kegiatan on-air maupun offair; dan (3) pengelola dan penyiar, yakni menjadi pengelola dan atau penyiar radio komunitas dengan didasarkan pada jiwa voluntarisme, karena radio komunitas tidak memberikan keuntungan finansial pada mereka dan memang faktor finansial tidak menjadi orientasi keterlibatan mereka di radio komunitas. Mereka lebih memiliki orientasi yang melampaui persoalan profit (beyond profit) khususnya untuk pribadi, karena mereka lebih berorientasi mengedepankan kepentingan bersama dengan masyarakat dan mencoba memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap radio komunitas. Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk menurut Lubis (2009), yaitu keikutsertaan secara langsung dalam suatu program maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan. Partisipasi masyarakat sangat berkaitan dengan akses masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun sejauh ini partisipasi masyarakat masih pada keikutsertaan dalam pelaksanaan programprogram saja, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan.
10
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ada yang harus diperhatikan agar masyarakat dapat berpartisipasi, sebagaimana diungkapkan oleh Slamet (2003) yang menggolongkannya menjadi tiga, yaitu adanya kesempatan untuk membangun kesempatan dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut, dan adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk meningkatkan partisipasi, maka kesempatan, kemampuan, dan kemauan untuk berpartisipasi harus tercapai sekaligus sehingga bukan hanya karena komunitas itu sendiri melainkan pengaruh dari faktor lainnya juga mampu mempengaruhi partisipasi bagi anggota komunitas. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Jurriëns (2003) bahwa radio komunitas memiliki dua hal penting yaitu menyediakan semua anggota masyarakat dengan akses yang sama terhadap informasi, dan juga memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam manajemen dan produksi. Kedua hal tersebut mampu meningkatkan kesadaran diri masyarakat dan rasa memiliki terhadap komunitas. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008) menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor dalam melihat tingkat partisipasi komunitas, diantaranya adalah faktor demografis, dan pelayanan pengelolaan kegiatan. Faktor demografis, meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman berorganisasi. Kemudian melalui pelayanan pengelolaan kegiatan yang tepat dan dibutuhkan oleh sasaran, akan membuat sasaran tidak ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan yang terselenggara. Usia dinyatakan berhubungan dengan tingkat partisipasi, yaitu responden yang berusia muda cenderung memiliki tingkat partisipasi yang sedang karena responden yang berusia muda banyak yang telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga waktu responden untuk terlibat dalam kegiatan radio pun menjadi terbatas. Kemudian semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya pada penyelenggaraan Radio Komunitas Suara Kencana karena responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang hingga tinggi menganggap bahwa keterlibatan mereka tidak hanya penting pada saat merumuskan konsep dalam rapat, namun juga pada saat kegiatan penyiarannya itu sendiri berlangsung. Selanjutnya adalah tingkat pendapatan, yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya karena responden yang memiliki tingkat pendapatan sedang hingga tinggi merasa keterlibatannya tidak hanya penting dalam pembiayaan radio melainkan juga dalam menjalankan kegiatan penyiarannya itu sendiri. Pada jumlah tanggungan keluarga, yaitu semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat partisipasinya karena warga lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya dengan bekerja mencari uang daripada terlibat dalam kegiatan di radio. Selanjutnya pengalaman berorganisasi juga berhubungan dengan tingkat partisipasi, yaitu semakin tinggi pengalaman organisasi responden maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya karena responden yang memiliki pengalaman organisasi sedang hingga tinggi merasa mampu memberikan ide dan pengarahan
11
dalam pelaksanaan penyelenggaraan radio untuk kemajuan organisasi Radio Komunitas Suara Kencana yang akan memberi efek positif kepada warga. Lain hal dengan Sari (2015) yang menjadi faktor penelitian untuk melihat tingkat partisipasi adalah karakteristik demografis dan juga karakteristik psikologis. Karakteristik demografis meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan pengalaman berorganisasi. Kemudian karakteristik psikologis meliputi tipe kepribadian dan tipe gaya hidup. Selain itu juga ada faktor lainnya, yaitu tingkat kualitas pelayanan penyelenggaraan radio komunitas yang meliputi di dalamnya adalah tingkat kualitas pemancar, tingkat kualitas penyiar, tingkat kesesuaian materi, dan tingkat pengadaan layanan interaktif. Kualitas pemancar merupakan faktor di mana responden dapat mencari frekuensi radio komunitas Citra Utami FM. Kemudian berdasarkan kualitas penyiar dengan keahlian dan kredibilitas dapat membuat responden percaya akan pesan yang disampaikan oleh penyiar. Pada tingkat kesesuaian materi siaran, yaitu informasi yang diberikan tidak hanya sebatas informasi faktual mengenai komunitas melainkan yang sifatnya juga menghibur komunitas melalui budaya yang dimiliki oleh komunitas itu sendiri. Selanjutnya pada pengadaan layanan interaktif ialah member kesempatan responden untuk menyampaikan ide, masukan, tanya jawab, pesan dan kesan sebagai pertukaran informasi maupun hiburan. Hasil Penelitian Sebelumnya Tingkat partisipasi menurut Uphoff et al. (1979) merupakan tingkat partisipasi untuk melihat keterlibatan dari anggota komunitas dalam suatu program. Kemudian hanya tiga tingkat yang digunakan karena berdasarkan penelitian Sari (2015) dan Pratiwi (2008) di mana tidak ada faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam evaluasi serta sebagian besar banyak yang tidak ikut serta pada saat adanya evaluasi. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008) melihat tingkat partisipasi warga dalam penyelenggaraan radio komunitas pada tahap perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan atau pengambilan keputusan memiliki tingkat partisipasi yang sedang yakni 68,3 persen. Pada tahap pelaksanaan, 61,7 persen memiliki tingkat partisipasi yang rendah, yakni mereka tidak pernah menjadi penyiar, operator maupun pengisi acara siaran, serta tidak pernah melaporkan materi lokal untuk disiarkan. Tingkat partisipasi pada tahap penikmatan hasil penyelenggaraan Radio Komunitas Suara Kencana cenderung sedang, yakni 41,7 persen pernah mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana dengan frekuensi mendengarkan siaran kurang dari tiga kali atau tidak menentu dalam satu minggu dan waktu yang dihabiskan responden setiap kali mendengarkan siaran berkisar antara tiga hingga empat jam. Pada tahap evaluasi, tingkat partisipasi warga cenderung sedang, 53,3 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden hadir kurang dari tiga kali dalam rapat evaluasi dan pernah berkunjung ke studio siaran dan memantau pelaksanaan siaran yang tengah berlangsung. Secara keseluruhan tingkat partisipasi warga dalam penyelenggaraan radio komunitas Suara Kencana tergolong sedang.
12
Hasilnya berbeda dengan penelitian Sari (2015) yang juga menggunakan 4 tahap seperti penelitian Pratiwi (2008). Pada penelitiannya tersebut terlihat hasil tingkat partisipasi komunitas dalam perencanaan penyiaran, pelaksanaan penyiaran, dan evaluasi penyelenggaraan radio komunitas tergolong rendah, sedangkan tingkat partisipasi komunitas dalam penikmatan hasil siaran radio tergolong sedang. Secara keseluruhan, tingkat partisipasi komunitas dalam penyelenggaraan Radio Komunitas Citra Utami FM tergolong rendah. Hal ini dikarenakan mayoritas warga yang hanya ingin menikmati siaran radio saja tanpa ingin terlibat dalam penyelenggaraan radio komunitas tersebut. Berdasarkan penelitian Sari (2015) dan Pratiwi (2008), keduanya menghubungkan partisipasi dengan beberapa pengaruh seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa karakteristik pendengar, sedangkan faktor eksternal berupa pola pelayanan dari radio komunitas tersebut. Dari beberapa faktor yang ada tidak semua faktor memiliki hubungan yang nyata. Kedua penelitian tersebut tidak dapat melihat tingkat partisipasi pada evaluasi, dikarenakan sebagian besar responden tidak pernah ikut serta dalam evaluasi pelaksanaan siaran radio. Penelitian yang dilakukan Hasandinata (2015), dalam mendapatkan dukungan komunitas dalam program siaran radio komunitas SMK Muhamadiyah maka pengelola tidak hanya melibatkan siswa di lingkungan sekolah, tetapi juga mengajak partisipasi masyarakat bahkan pengusaha, yaitu sukarelawan yang direkrut dari komunitasnya yang memahami isu-isu lokal secara baik, dan sudah mengenal karakter lingkungannya. Program ini merupakan upaya memberdayakan komunitasnya, untuk menarik partisipasi dan antusiasme keberadaan radio komunitas. Lain halnya dengan hasil penelitian oleh Eddyono (2012) yang menjelaskan partisipasi masyarakat pada Radio Panagati dan Radio Angkringan di Yogyakarta. Tingkat partisipasi masyarakat yang relatif rendah terlihat dari kepasifan warga, yakni warga hanya ingin mendengar saja, dan hanya segelintir warga yang terlibat aktif dalam program siaran. Partisipasi masyarakat yang rendah terlihat dalam penyampaian informasi, meski melibatkan warga namun pada akhirnya tetap saja pengurus radio Angkringanlah yang harus “jemput bola” mendapatkan informasi tersebut. Partisipasi masyarakat yang rendah juga terlihat dari segi pendanaan. Pada Radio Angkringan maupun Panagati amat sulit mengharapkan bantuan seluruh warga untuk membantu pendanaan. Kerangka Pemikiran Media massa begitu berpengaruh terhadap khalayaknya, termasuk radio komunitas dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan keterampilan komunitasnya. Khalayak yang tergabung dalam sebuah komunitas menggunakan radio komunitas yang didirikan dan dikelolanya sendiri dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi mereka. Radio komunitas memiliki pendengar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik individu anggota komunitas yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan kepemilikan media diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota komunitas tersebut dalam mengelola radio komunitas. Kemudian adanya faktor penyiaran juga dapat berhubungan dengan tingkat partisipasi komunitas dalam mengelola
13
radio komunitas itu sendiri. Beberapa faktor penyiaran yang dianggap berhubungan adalah kualitas siaran, penyiar, serta program siaran dengan pengadaan layanan interaktif. Bentuk partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yakni: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan yakni komunitas berpartisipasi dalam mengikuti setiap rapat serta mengambil keputusan untuk menentukan materi program siaran, lama waktu siaran, dan jadwalnya. Masyarakat memilih jenis-jenis program yang mereka inginkan daripada hanya menerima apa yang telah ditentukan; (2) partisipasi masyarakat dalam proses siaran radio komunitas, yakni sebagai pendengar pasif atau aktif; (3) partisipasi masyarakat dalam pembiayaan radio komunitas berupa iuran komunitas, sumbangan, ataupun iklan layanan masyarakat. Secara keseluruhan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Karakteristik Anggota Komunitas
Faktor Penyiaran
1. 2. 3. 4.
1. Kualitas siaran 2. Pengadaan layanan interaktif 3. Kredibilitas penyiar
Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan Tingkat penggunaan media massa lain
Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas 1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan 2. Partisipasi dalam siaran 3. Partisipasi dalam pembiayaan
Keterangan :
berhubungan
Gambar 2 Kerangka pemikiran tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas
14
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1. Karakteristik anggota komunitas (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan penggunaan media massa lain) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. 2. Faktor penyiaran (kualitas siaran, pengadaan layanan interaktif, dan kredibilitas penyiar) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas.
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian tentang tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas ini secara umum penelitian lebih bertujuan untuk menjelaskan (explanatory), yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2006). Penelitian ini menggambarkan tindakan pendengar dalam menggunakan radio komunitas, serta menganalisis dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan partisipasi pengelolaan radio komunitas tersebut. Pendekatan kuantitatif dikombinasikan dengan pendekatan kualitatif dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Data didapatkan melalui metode survei, dilengkapi dengan wawancara mendalam terhadap beberapa responden. Unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota komunitas dari radio komunitas Raksabumi. Lokasi dan Waktu Pemilihan Radio komunitas dan lokasi yang menjadi sasaran penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu radio komunitas Raksabumi yang terletak di Gg. Alpakah No. 10, Cimahi, serta lokasi sasaran penelitiannya adalah Kelurahan Citeureup, Cimahi. Radio komunitas ini dipilih dengan pertimbangan radio tersebut tergolong radio yang aktif dan masih mengembangkan program siaran dikomunitasnya sampai saat ini. Hal tersebut dapat dipertimbangkan berdasarkan lama berdirinya komunitas sejak tahun 2000 dan radio komunitas sejak 2004. Kemudian penentuan lokasi juga dengan pertimbangan bahwa lokasi terjangkau oleh sinyal siaran yang dipancarkan Radio Komunitas Raksabumi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu diamati partisipasi komunitas dalam pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi. Pengambilan data sekunder dilaksanakan pada bulan Februari 2016 untuk kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data primer pada bulan April 2016. Kegiatan penelitian ini terdiri dari kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data berupa karakteristik maupun faktor penyiaran dan partisipasi komunitas terkait dengan pengelolaan radio komunitas. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan melalui metode survey, dilengkapi dengan wawancara mendalam terhadap beberapa responden yang dipilih secara sengaja sesuai dengan metode penentuan responden yang telah ditetapkan. Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam survei adalah kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat partisipasi komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi warga tersebut. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali lebih
16
jauh fenomena sosial yang terjadi di lapangan, dan memperdalam dari hasil kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi Radio Komunitas Raksabumi. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data-data yang berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi akan gambaran umum lokasi penelitian, seperti profil, dan susunan organisasi radio komunitas tersebut. Selain itu, data yang berkenaan dengan kajian radio komunitas dan partisipasi juga diperoleh melalui pencarian data sekunder dari literatur-literatur penunjang lainnya seperti buku, artikel dari internet dan karya ilmiah lainnya. Sebelum digunakan di lapang dilakukan uji kelayakan kuesioner terlebih dahulu yakni uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: n : Jumlah responden xi : Skor masing-masing pernyataan untuk tiap responden yi : Skor total semua pernyataan dari setiap responden Uji validitas dilihat dari hasil masing-masing variabel memiliki rxy > rtabel, uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 23. Setelah melalui uji reliabilitas dan uji validitas kuesioner tersebut dapat digunakan untuk memperoleh data primer. Kuesioner yang telah diisi atau dijawab oleh responden, diolah dengan menggunakan microsoft excel 2016 sebelum dimasukkan ke perangkat lunak SPSS for windows versi 23 untuk mempermudah pengolahan data. Hasil uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil uji validitas No. rxy 1. 0,634 2. 0,719 3. 0,650 4. 0,650 5. 0,652
rtabel 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian menunjukkan bahwa instrumen penelitian reliabel dengan perolehan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Hasil uji reliabilitas dilakukan pada sepuluh responden untuk menentukan kelayakan kuesioner. Responden untuk menentukan melakukan uji kelayakan merupakan
17
responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan lokasi penelitian namun sasarannya bukan orang yang berpeluang menjadi responden. Hasil uji reliabiltas kuesioner ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Uji reliabilitas instrumen Reliability Statistics Cronbach’s Alpha 0,707 Sumber: Uji reliabilitas SPSS for windows versi 23
N of Items 29
Teknik Penentuan Responden dan Informan Populasi penelitian adalah warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Citeureup, Cimahi. Kemudian yang menjadi populasi sasaran adalah anggota komunitas radio Raksabumi yang bertempat tinggal di Kelurahan Citeureup, Cimahi dan juga mendapat siaran radio Raksabumi. Wilayah jangkauan siaran radio komunitas adalah 2,5 km dengan maksimum 50 watt sehingga warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Citeureup yang menjadi responden penelitian karena terjangkau oleh sinyal siaran yang dipancarkan radio komunitas Raksabumi. Responden dipilih secara acak melalui metode simple random sampling. Teknik ini dipilih karena populasi yang menjadi sasaran bersifat homogen, dan keadaan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis (Singarimbun dan Effendi 1989). Unit analisis dari penelitian adalah individu dengan jumlah 50 responden. Responden penelitian diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Kuesioner memuat informasi mengenai karakteristik responden hingga pengalaman mendengarkan radio komunitas. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap informan yang dipilih secara purposive. Informan dalam penelitian adalah pihak pengelola Radio Komunitas Raksabumi. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Unit analisis penelitian ini adalah individu sekitar pemancar Radio Komunitas Raksabumi yang menjadi pendengar radio. Data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif melalui kuesioner diolah menggunakan Microsoft Excel 2016 dan perangkat lunak SPSS for windows versi 23.0 dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi, dan tabulasi silang. Sebelum turun ke lapang dan mengumpulkan data dari kuesioner, maka dilakukan uji realibilitas dan validitas untuk mendukung pernyataan bahwa kusioner yang digunakan valid dan reliabel. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang, dan analisis dokumen disajikan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran umum penelitian, dan data pendukung hasil kuesioner. Analisis data kualitatif dilakukan dengan reduksi data, yakni pemilihan, pemusatan perhatian, serta penyederhanaan terhadap data sehingga menjawab pertanyaan penelitian. Dalam melakukan wawancara mendalam dilakukan dengan merekam dan menuliskan dalam catatan lapangan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan.
18
Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah uji statistik Chi-Square dan Rank Spearman untuk melihat hubungan antar variabel yang akan diuji. ChiSquare digunakan untuk menghubungkan variabel data yang berbentuk nominal dan ordinal. Data karakteristik anggota komunitas yang terdiri dari jenis kelamin dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. Kemudian analisis data Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan variabel dengan data yang bebentuk skala ordinal. Analisis data Rank Spearman digunakan melihat hubungan karakteristik anggota komunitas yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, dan penggunaan media massa lainnya dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan radio komunitas. Variabel lain yang yang menggunakan analisis data Rank Spearman yaitu hubungan faktor penyiaran dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik Khalayak (X) Karakteristik terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kepemilikan media massa. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Usia adalah masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Pengukuran usia dinyatakan dalam skala rasio dan dalam pengolahannya diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan data yang diperoleh di lapang. Usia dikategorikan menjadi: Tua : ≥ 60 tahun Dewasa: 31-59 tahun Muda : 15-30 tahun b. Jenis kelamin adalah pengkategorian responden berdasarkan faktor biologis yang tercatat dalam tanda pengenal. Jenisi kelamin dalam penelitian adalah laki-laki dan perempuan. Pengukuran jenis kelamin menggunakan skala nominal. Jenis kelamin dikategorikan menjadi dua, yaitu: Laki-laki Perempuan c. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah ditamatkan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan. Tingkat pendidikan diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dan dikategorikan menjadi: Tinggi : Perguruan tinggi (skor 3) Sedang : SMP/MTS/sederajat sampai SMA/SMK/MAN/ sederajat (skor 2) Rendah : Tidak skolah sampai SD/MI/sederajat (skor 1)
19
d. Tingkat penggunaan media massa lain adalah intensitas responden dalam penggunaan media massa selain radio, kemudian diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: Tinggi : ≥60 menit/hari Sedang : 30 – 50 menit/hari Rendah : < 30 menit/hari 2. Faktor Penyiaran (X2) Faktor penyiaran terdiri dari kualitas siaran, pengadaan layanan interaktif, dan kredibilitas penyiar a. Kualitas siaran adalah kejernihan siaran radio yang diterima oleh pendengar, baik yang mendengarkan melalui radio ataupun telepon seluler. Kualitas gelombang siaran diukur menggunakan skala ordinal. Sangat setuju : skor 3 Setuju : skor 2 Tidak setuju : skor 1 Kualitas gelombang siaran diurutkan sebagai berikut: Tinggi : siaran radio jernih (skor 6) Sedang : siaran radio kurang jernih (skor 3-5) Rendah : siaran radio tidak jernih (skor 2) b. Pengadaan layanan interaktif adalah adanya kesempatan bagi anggota untuk menyampaikan ide, masukan, tanya-jawab, pertukaran informasi maupun hiburan. Pengadaan layanan interaktif diukur menggunakan skala ordinal. Tersedia : skor 3 Kurang tersedia : skor 2 Tidak tersedia : skor 1 Pengadaan layanan interaktif diurutkan sebagai berikut: Tinggi : layanan interaktif tersedia (skor 10-12) Sedang : layanan interaktif kurang tersedia (skor 7-9) Rendah : layanan interaktif tidak tersedia (skor 4-6) c. Kredibilitas penyiar adalah kepercayaan anggota komunitas kepada penyiar. Penilaian anggota terhadap penyiar yang membawakan siaran radio komunitas tersebut, seperti etika, menarik perhatian pendengar, dan penguasaan materi. Kredibilitas penyiar diukur menggunakan skala ordinal. Sangat setuju : skor 3 Setuju : skor 2 Tidak setuju : skor 1 Kredibilitas penyiar diurutkan sebagai berikut: Tinggi : kredibilitas penyiar baik (skor 17-21) Sedang : kredibilitas penyiar kurang baik (12-16) Rendah : kredibilitas penyiar buruk (skor 7-11)
20
3. Tingkat Partisipasi Komunitas (Y) Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan pembiayaan dan siaran. Indikator yang digunakan dalam pengukuran tingkat partisipasi adalah sebagai berikut: Sering : skor 3 Jarang : skor 2 Tidak pernah : skor 1 a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah komunitas berpartisipasi dalam mengikuti setiap rapat serta mengambil keputusan untuk menentukan materi program, lama waktu siaran, dan jadwalnya. Partisipasi dalam pengambilan keputusan diukur menggunakan skala ordinal. Tinggi : memperoleh skor 19 - 24 Sedang : memperoleh skor 14 - 18 Rendah : memperoleh skor 8 - 13 b. Partisipasi dalam siaran adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan penyelenggaraan siaran, baik dalam kegiatan off-air maupun on-air. Partisipasi dalam siaran diukur menggunakan skala ordinal. Tinggi : memperoleh skor 24 - 30 Sedang : memperoleh skor17 - 23 Rendah : memperoleh skor 10 - 16 c. Partisipasi dalam pembiayaan adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan pembiayaan, baik dalam bentuk iuran rutin komunitas, sumbangan, ataupun memasang iklan lokal. Partisipasi dalam pembiayaan diukur menggunakan skala ordinal. Tinggi : memperoleh skor 7 - 9 Sedang : memperoleh skor 5 - 6 Rendah : memperoleh skor 3 - 4
GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kelurahan Citeureup Kelurahan Citeureup termasuk ke dalam wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat. Kelurahan yang terdiri dari 113 RT dan 19 RW ini memiliki luas wilayah sebesar 202,196 Ha dengan kondisi jalan yang cukup baik untuk ditempuh. Jenis angkutan umum yang biasanya digunakan adalah angkutan umum. Jumlah penduduk di Kelurahan Citeureup mencapai 29.862 orang dengan jumlah lakilaki sebanyak 9.516 orang, dan jumlah perempuan sebanyak 9.632 orang. Jumlah penduduk di Kelurahan Citeureup juga dapat dilihat dari segi usia, yakni penduduk yang berusia 0 sampai 15 tahun berjumlah 8.994, sedangkan penduduk yang berusia 16 sampai 35 tahun berjumlah 4.725, dan penduduk yang berusia 36 sampai 70 berjumlah 5.417, serta penduduk yang telah mencapai usia lebih dari 76 tahun berjumlah 1.094. Tabel 3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kelurahan Citeureup No. Kelompok Umur Jenis Kelamin Total (tahun) Laki-laki Perempuan 1 Di bawah 5 (balita) 1.603 710 2.313 2 1-4 8.633 871 9.504 3 5-6 836 847 1.683 4 7-12 804 809 1.613 5 13-15 819 832 1.651 6 16-18 787 793 1.580 7 19-25 804 819 1.623 8 26-35 758 764 1.522 9 36-45 719 734 1.453 10 46-50 679 682 1.361 11 51-60 636 669 1.305 12 61-70 642 656 1.298 13 Lebih dari 76 548 546 1.084 Jumlah 9.516 9.632 29.862 Jumlah penduduk di Kelurahan Citeureup juga dapat dilihat dari segi tingkat pendidikan, yaitu tidak tamat SD, SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), Diploma, dan Sarjana. Tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Citeureup sebagian besar telah menempuh pendidikan hingga SD dengan persentase sebesar 33,95 persen.
22
Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Citeureup No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (jiwa) (%) 1. Tidak tamat SD 1.337 3,84 2. SD 11.819 33,95 3. SMP 8.216 23,60 4. SMA 9.865 28,33 5. Diploma 1.592 4,57 6. Sarjana 1.988 5,71 Kelurahan yang sebagian besar masyarakatnya merupakan lulusan SD ini memiliki sarana penunjang pendidikan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah Sarana dan prasarana pendidikan di Kelurahan Citeureup No. Sarana dan prasarana pendidikan Jumlah 1. TK 14 2. SD 8 3. SMP 9 4. SMA 18 5. Perguruan Tinggi 5 6. Kursus 66 Selain itu, jumlah penduduk di Kelurahan Citeureup juga dapat dilihat dari segi mata pencaharian. Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Citeureup No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (jiwa) (%) 1. Buruh/swasta 2.137 55,55 2. PNS/TNI/Polri 1.047 27,22 3. Supir 336 8,73 4. Peternak 167 4,34 5. Pedagang 145 3,77 6. Pengrajin 15 0,39 Selanjutnya, Kelurahan Citeureup juga memiliki Lembaga Kemasyarakatan di antaranya adalah 14 PKK dengan jumlah anggota 1.036 orang, satu karang taruna tingkat kelurahan dengan jumlah anggota 15 orang, 17 majlis taklim dengan jumlah anngota 340 orang, satu LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) dengan jumlah pengurus 22 orang, 18 kelompok gotong royong dengan jumlah anggota 180 orang, dan satiu Ik-PSM dengan jumlah anggota 15 orang. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk sampai pada radio komunitas Raksabumi yang terletak di Gang Alpakah No. 10, Kelurahan Citeureup ini selain menggunakan kendaraan pribadi, dapat menggunakan sarana
23
transportasi seperti angkutan umum, dan ojek. Lokasi radio komunitas yang tidak jauh dari kelurahan Citeureup ini sangat mudah ditemukan. Gambaran Umum Radio Komunitas Raksabumi Lokasi Radio Komunitas Raksabumi terletak di Gang Alpakah No. 10, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi. Raksabumi adalah sebuah nama komunitas di Kota Cimahi yang bertujuan luhur mencintai dan menjaga budaya nusantara terutama budaya Sunda. Komunitas ini didirikan pada tanggal 3 Januari tahun 2000 atas kepedulian sekelompok remaja terhadap kemerosotan moral bangsa terutama sopan santun, yang menjadi ikon budaya Sunda. Perkembangan dan kinerja para anggota terutama pengurus komunitas Raksabumi membuat keanggotaan komunitas Raksabumi tidak hanya di Kota Cimahi melainkan sudah meluas ke wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Seiring dengan perkembangan zaman, komunitas Raksabumi tidak hanya melakukan pembinaan melalui media cetak, seperti koran, majalah, ataupun tabliod, namun pada akhir bulan Juni 2004 disepakati bahwa komunitas Raksabumi harus memiliki media lain terutama media elektronik. Sejak saat itu maka pengurusan perizinan frekuensi dan penyiaran dimiliki dari Dinas Perhubungan Jawa Barat dan Balai Monitoring (Balmon). Tepat pada tanggal 4 September 2004 mulailah radio Raksabumi ini mengudara dengan nama Raksabumi (Radio Komunitas Sastra Budaya Islami) dan panggilan udara (call sign) adalah Radio Raksa dengan saluran 107,9 FM. Radio komunitas Raksabumi memiliki sebuah studio penyiaran yang terletak di samping rumah salah satu pendiri radio dengan ukuran yang tidak besar. Studio penyiaran dilengkapi dengan tape player/recorder sebanyak satu buah, dua buah mikrofon, dua buah headphone, mixer audio sebanyak satu buah, dan satu buah perangkat komputer. Di depan ruang studio biasa digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga. Selain itu radio komunitas Raksabumi juga memiliki beberapa alat musik tradisional yang biasa digunakan saat kegiatan off air, seperti satu unit calung, satu unit reog, 1,5 unit kacapi, dan dua unit degung. Radio komunitas Raksabumi mempunyai visi dan misi dalam penyelenggaraannya. Visi radio komunitas Raksabumi adalah melestarikan budaya nusantara melalui budaya lokal. Misi dari radio komunitas Raksabumi adalah memberikan pengetahuan, pendidikan, penyuluhan program dari pemerintah melalui media cetak pada masing-masing koran atau tabloid di mana pengurus komunitas bekerja seperti Tabloid Berseka, Bandung Pos, Gala, dan Mangle; setelah tahun 2004 disepakati bahwa misinya ditambahkan dengan media siaran radio (on air) atau secara langsung (off air); memberikan pengetahuan, pendidikan, penyuluhan untuk meningkatkan pengenalan dan kecintaan terhadap budaya lokal (Sunda); memberikan hiburan kepada masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah melalui komunikasi yang interaktif pada siaran radio.
24
Wilayah yang mendapat jangkauan radio komunitas Raksabumi dengan frekuensi 107,9 FM, diantaranya adalah: 1. Cimahi: Seluruh kota Cimahi kecuali Kelurahan Melong dan sebagian Kelurahan Cibeureum tidak menerima sinyal 2. Bandung Barat: Kec. Ngamprah, Kec. Batujajar, Saguling, Kec. Cihampelas, Marga Asih Kecamatan yang hanya sebagian: Kec. Gn. Halu, Cikalong Wetan, Cipeundeuy, Cipatat 3. Kabupaten Bandung Induk: Kec. Cimaung, Pangalengan. Sebagian: Kec. Pasir Jambu, Ciwidey, Banjaran, Soreang 4. Kota Bandung: Jl. Gunung Batu
Gambar 3 Wilayah jangkauan radio komunitas raksabumi Struktur kepengurusan pada radio komunitas Raksabumi terdiri menjadi 10, diantaranya adalah: Penasihat Komunitas : Kol Lek Ir Farid Hidayat Kol Art Drs Dwiyatmo AKBP DR. Rusman MM Pinisepuh : Imat Ruhimat Ketua Komunitas : Su’ud Firdaus Sekretaris : Rosmanah Bendahara : Gayus
25
Kepala Studio Kepala Humas Kepala Teknik Programmer Pemasaran
: : : : :
Indra Gutawa Benny Salimaulana Anjar Sutresna Imat Ruhimat Jayadi Rahmat
Penentuan jadwal siaran dan penyiar dalam suatu program diserahkan kepada pengurus radio. Hal ini karena jadwal siaran sudah tersusun sejak dahulu, dan menurut para anggota komunitas bahwa pengurus lebih mengerti penyiarpenyiar yang baik dan cocok untuk suatu program siaran. Setiap awal bulan diadakan rapat yang melibatkan anggota komunitas. Setiap minggunya selalu ada kumpul anggota komunitas yang diisi dengan karaoke bersama ataupun acara lainnya. Kemudian untuk para remaja juga memiliki waktu kumpulnya sendiri yaitu di setiap sabtu malam dan minggu malam. Waktu berkumpul biasanya membahas karya-karya sastra, dan budaya, bahkan terkadang juga hadir beberapa anggota dari komunitas lain untuk sekedar berkenalan dan berbagi pengalaman. Tabel 7 Jadwal siaran radio komunitas Raksabumi Jadwal Siaran Nama Acara Materi Siaran 08.00-10.00 Rengganis Membawakan tips keluarga berupa tips resep masakan, kesehatan, pembinaan keluarga 10.00-13.00 Kaswari Hiburan, lagu-lagu Sunda 13.00-15.00 Bidaya Bina budaya nusantara: Pengetahuan bahasa, budaya sejarah, carpon/cerpen 15.00-17.00 Persada Hiburan, request lagu-lagu dangdut Hari Jum’at dan Sabtu Talk show 17.00-18.00 Binlaq Ceramah tentang akhlaq 18.00-19.00 Istirahat Instrumental, kasidah 19.00-21.00 Samoja Kreativitas para remaja 21.00-23.00 Mustika Minggu: Keroncong Senin: Sunda klasik/jadul Selasa: Musik pantura Rabu: POP kenangan Kamis: Wayang golek Jum’at: Live Music Sabtu: Barat Kenangan Khusus Hari Minggu 07.00-09.00 Mustika Kesenian live, campur, calung, pencak silat, reog, dsb 09.00-11.00 Galatik Kreasi anak setingkat Paud, TK, dan SD 11.00-15.00 Pamirsa Hiburan live dari mitra, berupa karaoke, temu anggota komunitas, dsb 15.00-17.00 Lalada Hiburan lagu-lagu nusantara (non Sunda) 17.00-19.00 Langari Musik dari luar negeri 19.00-21.00 Sastra Remaja Pembahasan sastra remaja, puisi, prosa, sajak, dll 21.00-23.00 Melancong Mengenang lagu keroncong
26
Program-program siaran radio komunitas Raksabumi memiliki kekhasannya tersendiri, sebagaimana kepanjangan dari namanya yaitu “Radio Komunitas Sastra Budaya Islami”. Sehingga program yang dihadirkan pun seputar sastra, kebudayaan dan juga program siaran yang Islami. Keberagaman usia pendengarnya maka beragam juga program-program untuk setiap usianya. Misalnya saja program siaran Wayang Golek dan Mustika yang merupakan program paling banyak jumlah pendengarnya terutama pada usia di atas 40 tahun. Kemudian untuk anak-anak muda juga memiliki programnya sendiri, yaitu Samoja yang disiarkan setiap malamnya, dan juga memiliki jadwal berkumpul pemuda-pemudinya setiap Sabtu dan Minggu malam.
KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS, FAKTOR PENYIARAN, DAN PARTISIPASI DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS RAKSABUMI Karakteristik Anggota Komunitas Usia Usia merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui masa hidup responden dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Mayoritas usia responden tergolong ke dalam usia dewasa, yakni berjumlah 29 orang. Kemudian, usia responden yang tergolong muda berjumlah 19 orang, dan hanya 2 orang responden yang tergolong ke dalam usia tua. Distribusi responden disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan usia pada tahun 2016 Usia Jumlah (n) Persentase Muda 19 38,0 Dewasa 29 58,0 Tua 2 4,0 Total 50 100,0 Jenis Kelamin Mayoritas jenis kelamin responden yakni laki-laki dengan jumlah 28 orang, dan responden perempuan berjumlah 22 orang. Hal ini dikarenakan lakilaki cenderung lebih aktif dalam mengikuti acara on air maupun off air radio komunitas Raksabumi. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2016 Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase Laki-laki 28 56,0 Perempuan 22 44,0 Total 50 100,0 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir pendidikan formal yang ditempuh responden sampai penelitian ini berlangsung. Sebaran tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 10.
28
Tabel 10 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2016 Tingkat pendidikan Jumlah (n) Persentase Rendah 14 28,0 Sedang 11 22,0 Tinggi 25 50,0 Total 50 100,0 Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar atau 50 persen tingkat pendidikan responden termasuk kategori tinggi, yaitu pendidikan di perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana. Kemudian 22 persen termasuk kategori tingkat pendidikan sedang, yaitu berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 28 persen dari responden yang termasuk kategori tingkat pendidikan rendah, yaitu tidak bersekolah ataupun hanya Sekolah Dasar (SD). Tingkat Penggunaan Media Massa Lain Tingkat penggunaan media lain yaitu media lain yang digunakan responden selain mendengarkan radio komunitas Raksabumi, seperti radio selain radio komunitas Raksabumi, televisi, surat kabar, majalah, dan lainnya. Penggunaan media massa lain dilihat pada satu hari terakhir terakhir. Sebaran tingkat penggunaan media massa lain responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden di Kelurahan Citeureup berdasarkan tingkat penggunaan media lain pada tahun 2016 Tingkat penggunaan Jumlah (n) Persentase media massa lain Rendah 12 24,0 Sedang 24 48,0 Tinggi 14 28,0 Total 50 100,0 Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar atau 48 persen tingkat penggunaan media lain responden termasuk kategori tinggi, yaitu menggunakan media massa lain dengan durasi lebih dari sama dengan satu jam per hari. Kemudian 24 persen termasuk kategori tingkat penggunaan media lain sedang, yaitu menggunakan media massa lain dengan durasi 30 sampai 50 menit per hari, dan 28 persen dari responden yang termasuk kategori tingkat penggunaan media lain adalah rendah, yaitu menggunakan media massa lain dengan durasi kurang dari 30 menit per harinya. Faktor Penyiaran Kualitas Siaran Kualitas siaran merupakan hal utama dalam proses berkomunikasi menggunakan media radio. Kualitas siaran berupa kejernihan siaran yang
29
diterima oleh pendengar, baik yang mendengarkan melalui radio, ataupun telepon seluler. Wilayah jangkauan siaran radio komunitas Raksabumi adalah 2,5 km dengan maksimum 50 watt. Hasil untuk kualitas siaran radio komunitas Raksabumi menurut reponden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian kualitas siaran radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Kualitas siaran Jumlah (n) Persentase Rendah 8 16,0 Sedang 23 46,0 Tinggi 19 38,0 Total 50 100,0 Berdasarkan data pada Tabel 12, bahwa sebesar 46 persen responden menilai tingkat kualitas siaran radio Komunitas Raksabumi tergolong sedang. Kemudian 16 persen responden menilai kualitas siaran rendah, dan 38 persen yang menilai tinggi. Responden yang berada dikategori sedang, yaitu responden yang mendengarkan siaran radio kurang jernih sebanyak 23 orang, terdiri dari 14 orang melalui radio dan 9 orang mendengarkan melalui telepon seluler. Selanjutnya responden yang berada dikategori tinggi, yaitu responden yang mendengarkan siaran radio dengan jernih sebanyak 23 orang, terdiri dari 10 orang yang mendengarkan melalui radio dan sebanyak 9 orang mendengarkan melalui telepon seluler. Sementara itu, bagi responden berada di kategori rendah yaitu responden mendengarkan siaran radio komunitas Raksabumi tidak jernih sebanyak 8 orang, terdiri dari 6 orang mendengarkan melalui radio dan 2 orang melalui telepon seluler. Hal tersebut biasanya terjadi pada saat cuaca sengan tidak baik, seperti saat hujan. Pengadaan Layanan Interaktif Pengadaan layanan interaktif adalah ketersedian kesempatan bagi responden untuk dapat melakukan komunikasi secara langsung, baik berupa ide, saran, tanya jawab, pertukaran informasi, serta hiburan seperti permintaan lagu, titip salam, dan lainnya. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pengadaan layanan interaktif radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Pengadaan layanan Jumlah (n) Persentase interaktif Rendah 6 12,0 Sedang 28 52,0 Tinggi 12 36,0 Total 50 100,0 Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 13, pengadaan layanan interaktif oleh radio komunitas Raksabumi tergolong sedang dengan persentase sebesar 52 persen. Responden yang menyatakan sedang bahwa pengadaan
30
layanan interaktif radio komunitas Raksabumi kurang tersedia, hanya layanan interaktif melalui telepon atau SMS. Kemudian 12 persen yang tergolong rendah karena tidak tersedia layanan interaktif. Hanya 36 persen responden yang menyatakan pengadaan layanan interaktif radio komunitas Raksabumi tergolong tinggi. Kredibilitas Penyiar Penyiar memiliki peran penting dalam membawakan suatu program siaran di radio. Radio Komunitas Raksabumi yang terletak di daerah Jawa Barat sehingga pada dasarnya penyiar harus mahir dalam berbahasa daerah setempat, yaitu bahasa Sunda. Selain itu juga terbuka kesempatan bagi warga yang ingin menjadi penyiar di radio komunitas Raksabumi ataupun ingin belajar tentang penyiaran di radio. Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap kredibilitas penyiar radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Kredibilitas penyiar Jumlah (n) Persentase Rendah 10 20,0 Sedang 25 50,0 Tinggi 15 30,0 Total 50 100,0 Berdasarkan data pada Tabel 14, bahwa sebesar 50 persen responden meniali kredibilitas penyiar tergolong sedang. Hal ini dikarenakan berdasarkan penilaian responden bahwa penyiar radio komunitas Raksabumi mahir berbahasa daerah, sopan, menyampaikan informasi dengan jelas, dan mampu menjawab pertanyaan dari pendengar, tetapi masih terkendala pada saat terjadi kesalahan teknis. Menurut pengelola, penyiar pada saat mengudara tidak ada yang mendampingi meskipun seharusnya ada yang mendampingi. Sementara itu persentase yang tergolong tinggi adalah 30 persen, dan persentase kredibilitas penyiar yang tergolong rendah sebanyak 20 persen. “Pernah teh waktu lagi asik dengerin radio malah hilang suaranya lumayan lama hampir setengah jam mah ada teh.” (DPR, 36 tahun) Partisipasi dalam Pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah keikutsertaan anggota komunitas dalam mengikuti rapat, dan turut menyampaikan pendapat baik saran maupun kritik untuk radio komunitas Raksabumi.
31
Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap partisipasi dalam pengambilan keputusan radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Partisipasi dalam Jumlah (n) Persentase pengambilan keputusan Rendah 35 70,0 Tinggi 15 30,0 Total 50 100,0 Berdasarkan Tabel 15, sebesar 70 persen responden tergolong rendah, dan sebesar 30 persen tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan responden hanya mengikuti rapat atau perkumpulan, dan sedikit yang menyampaikan suaranya. Selain itu juga masih ada responden yang tidak mengetahui jika akan diadakan rapat. Partisipasi dalam Siaran Partisipasi dalam siaran merupakan keikutsertaan responden dalam kegiatan siaran radio komunitas Raksabumi baik on air maupun off air. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap partisipasi dalam siaran radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Partsisipasi dalam siaran Jumlah (n) Persentase Rendah 18 36,0 Sedang 12 24,0 Tinggi 20 40,0 Total 50 100,0 Berdasarkan Tabel 16, parstisipasi responden dalam siaran radio sebesar 40 persen responden tergolong tinggi, sebesar 36 persen tergolong rendah, dan 24 persen tergolong sedang. Partisipasi dalam siaran dikatakan tinggi karena banyak responden yang menyimak berbagai siaran yang disiarkan, mengikuti siaran interaktif baik melalui telepon ataupun SMS (Short Message System), mengikuti kegiatan tanya-jawab, ikutserta menjadi narasumber ataupun penyiar, dan juga mengikuti kegiatan off air seperti pemerikasaan kesehatan gratis yang diadakan setiap minggunya. Partisipasi dalam Pembiayaan Partisipasi dalam pembiayaan adalah keikutsertaan responden dalam hal pembiayaan radio komunitas Raksabumi, seperti iuran komunitas, ataupun sumbangan untuk radio.
32
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penilaian terhadap partisipasi dalam pembiayaan radio komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup tahun 2016 Partisipasi dalam Jumlah (n) Persentase pembiayaan Rendah 46 92,0 Sedang 4 8,0 Total 50 100,0 Berdasarkan Tabel 17 maka dapat diketahui bahwa sebesar 92 persen tergolong rendah responden yang berpartisipasi dalam pembiayaan, dan 8 persen tergolong sedang. Hal ini dikarenakan kegiatan iuran komunitas yang tidak diwajibkan bagi anggota komunitas. Bahkan apabila ada kegiatan yang memungut biaya, biasanya anggota komunitas tidak akan mengikuti kegiatan tersebut. Bagi responden yang berpartisipasi daalam pembiayaan dikarenakan rasa kasihan dan ingin membantu.
33
PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS RAKSABUMI Pengelolaan radio yang baik akan membuat kegiatan radio berjalan dengan baik pula. Dalam mengelola radio komunitas seharusnya mengikutsertakan warga setempat karena merupakan bagian dari komunitas tersebut. Radio komunitas Raksabumi tetap berusaha melakukan pengelolaan radio yang baik demi berjalannya kegiatan radio yang baik pula. Pengelola juga mengajak warga yang merupakan anggota komunitas untuk berpartisipasi dalam mengelola radio. Namun, keikutsertaan warga secara langsung dalam mengelola radio masih kurang dikarenakan warga menganggap tidak memahami mengenai pengelolaan radio yang baik sehingga tetap menyerahkannya lagi kepada pengelola radio. Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Pengawasan Perencanaan dan pengorganisasi radio komunitas Raksabumi melibatkan anggota-anggotanya karena keikutsertaan anggota komunitas dalam menghadiri rapat yang diadakan radio komunitas Raksabumi serta menyampaikan pendapatpendapatnya sangat berarti bagi pengelola karena dapat membantu untuk menjadikan radio lebih baik lagi. Namun, anggota komunitas yang turut andil dalam kegiatan rapat dan penyampaian pendapat dapat dikatakan rendah karena tidak banyak anggota komunitas yang ikut bersuara saat rapat yang disebabkan anggapan bahwa pengelola lebih mengerti yang terbaik untuk radio. Perencanaan mengenai pembiayaan operasional, jadwal siaran, dan perencanaan acara-acara radio, anggota komunitas tidak pernah terlibat di dalamnya. Pengelola juga memberikan kesempatan bagi anggota-anggotanya untuk terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan radio baik yang on air maupun off air, seperti sebagai penyiar, narasumber, ataupun mengikuti program karaoke langsung di radio. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan radio pun dalam pengawasan pengelola agar tetap dapat berjalan dengan baik. “Pertemuan atau rapat biasanya membahas program siaran, materi siaran, sumberdaya manusia juga seperti untuk penentuan penyiar namun anggota lebih menyerahkan kepada kita sih sebagai pengelola katanya yang lebih paham.” (RGS, 51 tahun) “…kalo diundang rapat suka ikutan tapi kalo disuruh berpendapat gak ngerti saya mah teh, pengola lah yang lebih paham.” (KKM, 42 tahun) “Suka kasih kasih pendapat ke radio atau nanya kalau gak ngerti sama siarannya tadi minta dijelasin lagi gitu neng." (CPT, 56 tahun) Prasarana dan Peralatan Siaran Radio komunitas Raksabumi memiliki sebuah studio penyiaran yang terletak di samping rumah salah satu pendiri radio dengan ukuran yang tidak
34
besar. Studio penyiaran dilengkapi dengan tape player/recorder sebanyak 1 buah, 2 buah mikrofon, 2 buah headphone, mixer audio sebanyak 1 buah, dan 1 buah perangkat komputer. Di depan ruang studio biasa digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga. Selain itu radio komunitas Raksabumi juga memiliki beberapa alat musik tradisional yang biasa digunakan saat kegiatan off air. “…iya di rumah saya kebetulan ada tempat kosong bisa dipake ya walaupun gak gede tapi lumayan bisa dipake siaran. Kalo untuk rapat biasanya di dalam rumah saya, soalnya gak muat kalo di sini mah neng.” (IMT, 62 tahun) Semua prasarana dan peralatan siaran yang sederhana didapatkan dari sumbangan-sumbangan uang pribadi pengelola. Kemudian untuk alat-alat musik tradisional biasa digunakan saat ada kegiatan off air, ataupun anggota yang ingin berlatih bermain alat musi tradisional. Program dan Format Siaran Program siaran radio komunitas Raksabumi sesuai dengan nama radio komunitasnya yaitu radio yang berisikan sastra, budaya, dan islami. Penyampaian materi siaran dilakukan dengan ringan dan menyesuaikan dengan usia-usia pendengar. “Program Wayang Golek dan Mustika itu program paling favorit, biasanya yang denger usia 40 tahun ke atas. Kalo remaja mah ya udah pasti itu ada Samoja programnya sendiri.” (YGA, 32 tahun) Selanjutnya untuk materi siaran sendiri biasanya berasal dari komunitas sendiri, talk show dengan mendatangkan narasumber, dan juga dengan radio komunitas lainnya seperti meminta lagu-lagu. “Materi siaran siapin sendiri biasanya nyesuaiin yang lagi banyak dibahas apa atau lagi momen-momen tertentu gitu. Kalau ke radio lain ya paling minta lagu aja sih.” (IDR, 58 tahun) “…pernah waktu itu saya diajak ikut siaran di radio untuk berbagi pengalaman saya udah pake Bio7 gimana, yang Alhamdulillah saya rasa enakan setelah konsumsi Bio7.” (NNG, 48 tahun) Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia di radio komunitas Raksabumi tidak memiliki persyaratan khusus karena siapapun dapat menjadi bagian di dalam radio seperti menjadi pengelola atau pengurus radio, atau dapat dikatakan sebagai sukarela. Baik perempuan, laki-laki, tua, muda, dan etnis apapun dapat bergabung. Selain itu juga tidak ada batasan waktu sampai kapan menjadi pengelola atau pengurus radio.
35
“Pengelola atau pengurus radio gak ditentukan jadi sukarela saja, bebas laik-laki atau perempuan, muda atau tua silahkan saja. Ada juga yang berasal dari pendatang seperti Jawa, Sulawesi, bahkan non-Muslim juga ada meskipun nama radio ini membawa islami. Selain itu juga gak ada batasan waktu untuk menjadi pengelola atau pengurus.” (IMT, 62 tahun) Pengelola radio komunias tidak diberi upah, sehingga tidak banyak anggota komunitas yang mau bergabung dalam mengelola radio komunitas ini. Bahkan seorang penyiar dapat memegang beberapa program siaran setiap harinya. Selain itu jarang adanya pengelola lain yang membantu pada saat siaran radio berlangsung sehingga apabila ada gangguan ketika siaran maka penyiar juga yang akan menanganinya sendiri. “…harusnya ada yang dampingin penyiarnya sih, tapi kan pengelola juga gak banyak ya neng. Paling kalo lg ada yang bisa nemenin ya nemenin kalo enggak juga yaudah pada bisa sendiri juga.” (IMT, 62 tahun) Administrasi dan Pembiayaan Siaran Pemasukan dana untuk pengelolaan radio dan perangkat yang dimiliki radio komunitas Raksabumi sejauh ini berasal dari partisipasi anggota terutama pengurus dan pendiri komunitas Raksabumi. Selain itu radio juga pernah mendapatkan sumbangan dana dari pemerintah. Sedangkan untuk saat ini ada kerjasama dengan obat herbal (Bio7) yang baru dimulai sejak 5 Maret 2016 sehingga diharapkan dapat membantu untuk pendanaan di radio. Pengadaan iuran komunitas tidak diwajibkan untuk anggota komunitas, dan sejauh ini tidak banyak yang mengikuti iuran komunitas tersebut. Bahkan setiap acara yang diadakan radio masih bersumber dari dana pribadi pengelola, dan jika acara tersebut dipungut biaya maka anggota komunitas biasanya tidak mau. “…kenal sama orang-orang radionya, kasian juga kerja kan gak digaji jadi ya sekalian bantu-bantu juga ikut nyumbang ke radio makanya.” (YYN, 43 tahun) “…dana biasanya bersumber dari pengelola sendiri, tapi sekarang ada bio7 mudah-mudahan bisa bantu dana pengeluaran listrik, dan internet.” (MWR, 56 tahun)
36
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS Bab ini memaparkan mengenai tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi di Kelurahan Citeureup, Cimahi, Jawa Barat.Tingkat partisipasi komunitas dilihat dari keterlibatannya dalam aspek pengambilan keputusan, siaran, dan pembiayaan. Keterlibatan warga untuk samasama merasa memiliki hak dan kewajiban atas informasi melalui penyiaran adalah mutlak Selanjutnya dibahas pula mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi komunitas. Radio Komunitas Raksabumi memiliki beragam khalayak pendengar. Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini: Tabel 18 Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Usia Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Muda Dewasa Tua Rendah N 13 21 1 35 % 68,42 72,41 50,00 70,00 Tinggi N 6 8 1 15 % 31,58 27,59 50,00 30,00 Total N 19 29 2 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,003 P 0,981 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan usia dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 1,0 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa responden terbanyak yaitu usia dewasa yang memiliki tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan yang rendah. Kemudian pada usia muda tergolong tinggi dalam partisipasi pengambilan keputusan hal ini dikarenakan usia muda memiliki waktu-waktu sendiri dalam mengadakan perkumpulan dan berdiskusi. Lain hal dengan penelitian Pratiwi (2008), usia muda cenderung memiliki tingkat partisipasi yang sedang karena responden yang
38
berusia muda banyak yang telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga waktu responden untuk terlibat dalam kegiatan radio pun menjadi terbatas Tabel 19 Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam siaran Usia Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Siaran Muda Dewasa Tua Rendah N 7 11 0 18 % 36,84 37,93 0,00 36,00 Sedang N 7 5 0 12 % 36,84 17,24 0,00 24,00 Tinggi N 5 13 2 20 % 26,32 44,83 100,00 40,00 Total N 19 29 2 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,180 P 0,210 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Tabel 19 menunjukkan untuk p-value hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,210 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara usia dengan tingat partisipasi dalam siaran. Melalui Tabel 19 dapat diketahui bahwa responden terbanyak, yaitu usia dewasa dengan tingkat partisipasi dalam siaran yang tinggi. Tabel 20 Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Usia Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pembiayaan Muda Dewasa Tua Rendah N 19 26 1 46 % 100,00 89,66 50,00 92,00 Sedang N 0 3 1 4 % 0,00 10,34 50,00 8,00 Total N 19 29 2 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,292* P 0,040 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) *correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Kemudian pada Tabel 20 diperoleh p-value untuk hubungan usia dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,040 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah
39
terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Melalui data dari tabel yang disajikan diperoleh bahwa usia memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari komunitas yang turut berpartisipasi dalam pembiayaan adalah anggota yang berusia dewasa dan tua karena usia tersebut yang sudah memiliki penghasilan. Kemudian dapat dilihat bahwa pada usia dewasa memiliki tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang dikategorikan sedang. Meski adanya kategori sedang untuk usia dewasa dan tua, jumlah anggota komunitas yang berpartisipasi adalam pembiayaan lebih banyak yang dikategorikan rendah. Pembiayaan yang dimaksudkan adalah pemberian sumbangan seperti yang dilakukan oleh salah satu anggota komunitas lantaran mengetahui bahwa pekerja di radio komunitas tidak mendapat upah sehingga tumbuh rasa ingin membantu. “Bapak sering main ke radio udah kenal betul sama penyiar-penyiarnya mah. Ya kadang bapak suka kasih sedikit uang, soalnya bapak teh kasian penyiar di radio komunitas teu digaji.” (WWN, 64 tahun) Selaras dengan peneliian yang dilakukan oleh Sari (2015), usia memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi, namun pada penelitiannya usia berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan penyiaran radio komunitas. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Chi-Square. Hasil uji korelasi Chi-Square tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Tingkat Partisipasi dalam Jenis Kelamin Jumlah Pengambilan Keputusan Laki-laki Perempuan Rendah N 19 16 35 % 67,86 72,73 70,00 Tinggi N 9 6 15 % 32,14 27,23 30,00 Total N 28 22 50 % 100,00 100,00 100,00 2 ᵡ 0,053 p 0,709 Keterangan: ᵡ2 = nilai Chi-Square p = nilai sig. (2-tailed) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan =
40
0,716 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan data pada Tabel 21 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah laki-laki dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan yang tergolong rendah. Tabel 22 Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam siaran Tingkat Partisipasi dalam Jenis Kelamin Jumlah Siaran Laki-laki Perempuan Rendah N 12 6 18 % 42,86 27,27 36,00 Sedang N 4 8 12 % 14,28 36,36 24,00 Tinggi N 12 8 20 % 42,86 36,36 40,00 Total N 28 22 50 % 100,00 100,00 100,00 0,225 ᵡ2 0,177 p Keterangan: ᵡ2 = nilai Chi-Square p = nilai sig. (2-tailed) Kemudian untuk p-value untuk hubungan jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,742 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Berdasarkan Tabel 22 dapat diperoleh bahwa yang menjadi responden terbanyak adalah lakilaki dengan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong tinggi. Tabel 23 Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Tingkat Partisipasi dalam Jenis Kelamin Jumlah Pembiayaan Laki-laki Perempuan Rendah N 25 21 46 % 89,28 95,45 92,00 Sedang N 3 1 4 % 10,71 4,54 8,00 Total N 28 22 50 % 100,00 100,00 100,00 0,112 ᵡ2 0,425 p Keterangan: ᵡ2 = nilai Chi-Square p = nilai sig. (2-tailed)
41
Terakhir diperoleh p-value untuk hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,435 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Berdasarkan Tabel 23 dapat diliihat bahwa responden terbanyak ialah jenis kelamin laki-laki dan tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang tergolong rendah. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 24 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Tingkat Pendidikan Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 9 8 18 35 % 64,28 72,73 72,00 70,00 Tinggi N 5 3 7 15 % 35,71 27,27 28,00 30,00 Total N 14 11 25 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,063 P 0,666 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 0,666 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Tabel 24 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi, dan tingkat partisipasi yang rendah mendapatkan hasik terbanyak.
42
Tabel 25 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam siaran Tingkat Partisipasi dalam Tingkat Pendidikan Jumlah Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 4 4 10 18 % 28,57 36,36 40,00 36,00 Sedang N 4 3 5 12 % 28,57 27,27 20,00 24,00 Tinggi N 6 4 10 20 % 42,86 36,36 40,00 40,00 Total N 14 11 25 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,061 P 0,0674 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Kemudian pada Tabel 25 diketahui p-value untuk hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,674 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Berdasarkan data pada tabel di atas diperoleh bahwa responden terbanyak ialah tingkat pendidikan tinggi dan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong tinggi juga. Tabel 26 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Tingkat Pendidikan Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pembiayaan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 13 10 23 46 % 92,86 90,91 92,00 92,00 Sedang N 1 1 2 4 % 7,14 9,09 8,00 8,00 Total N 14 11 25 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,008 P 0,954 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Terakhir diperoleh p-value untuk hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,954 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat
43
partisipasi dalam pembiayaan. Melalui data yang disajikan pada Tabel 26 diperoleh bahwa tingkat pendidikan tinggi dan tingkat partisipasi yang rendah. Berdasarkan ketiga tabel tersebut dapat diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan ketiga tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas. Hubungan Tingkat Penggunaan Media Massa Lain dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 27 Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Tingkat Penggunaan Media Massa Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Lain Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 6 18 11 35 % 50,00 75,00 78,57 70,00 Tinggi N 6 6 3 15 % 50,00 25,00 21,43 30,00 Total N 12 24 14 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,216 P 0,132 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 0,132 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara tingkat penggunaan media massa lain dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan data pada Tabel 27 maka dapat diketahui responden terbanyak ialah anggota komunitas dengan tingkat penggunaan media massa lain yang sedang, dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan tergolong rendah.
44
Tabel 28 Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam siaran Tingkat Penggunaan Media Massa Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Lain Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 3 9 6 18 % 25,00 37,5 42,86 36,00 Sedang N 3 4 5 12 % 25,00 16,67 35,71 24,00 Tinggi N 6 11 3 20 % 50,00 45,83 21,43 40,00 Total N 12 24 14 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,196 P 0,172 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Kemudian untuk p-value untuk hubungan tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,172 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara tingkat penggunaan media massa lain dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Data pada tabel 28 menunjukkan bahwa responden terbanyak ialah warga dengan tingkat penggunaan media massa lain yang sedang, dan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong tinggi. “Ibu mah sambal jual lotek seharian dengernya teh radio raksa aja neng. Paling malem nanti baru ibu nonton tv itu sinetron Anak Jalanan gak boleh lewat, abis itu ibu masih suka denger radio raksa lagi.” (NNG, 48 tahun) Tabel 29 Hubungan antara tingkat penggunaan media lain dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Tingkat Penggunaan Media Massa Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Lain Pembiayaan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 11 22 13 46 % 91,67 91,67 92,86 92,00 Sedang N 1 2 1 4 % 8,33 8,33 7,14 8,00 Total N 12 24 14 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,017 P 0,909 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed)
45
Terakhir diperoleh p-value untuk hubungan antara tingkat penggunaan media massa lain dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,909 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara tingkat penggunaan media massa lain dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Berdasarkan data pada Tabel 29 dapat diketahui responden terbanyak adalah responden dengan tingkat penggunaan media massa lain yang tergolong sedang, dan tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang tergolong rendah. Melalui data yang disajikan pada ketiga tabel tersebut diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara tingkat penggunaan media massa lain dengan ketiga variabel tingkat partisipasi. Meskipun tetap mengunakan media massa lainnya, responden tetap mendengarkan radio komunitas Raksabumi sehingga mediamedia lainnya hanya sebagai pelengkap saja. Ikhtisar Karakteristik anggota komunitas yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat penggunaan media massa lain tidak semuanya memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas baik dalam pengambilan keputusan, siaran, dan pembiayaan. Berdasarkan hasil yang didapatkan antara hubungan karakteristik anggota komunitas dengan tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas, hanya didapatkan hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan dengan nilai signifikan 0,040 dan koefisien korelasi sebesar 0,292 yang berada pada taraf nyata 0,05. Hubungan tersebut menunjukan hubungan positif, yang artinya semakin tua responden maka semakin tinggi berpartisipasi dalam pembiayaan.
46
HUBUNGAN FAKTOR PENYIARAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI KOMUNITAS DALAM PENGELOLAAN RADIO KOMUNITAS Hubungan Kualitas Siaran dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 30 berikut. Tabel 30 Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Kualitas Siaran Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 8 17 10 35 % 100,00 73,91 52,63 70,00 Tinggi N 0 6 9 15 % 0,00 26,09 47,37 30,00 Total N 8 23 19 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,351* P 0,013 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) *correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Berdasarkan data pada Tabel 30 dapat diketahui responden terbanyak ialah kualitas siaran sedang dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan yang tergolong rendah. Kemudian hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 0,013 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Menurut uji korelasi antara kualitas siaran dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan terdapat koefisien korelasi yaitu sebesar -0,351. Melalui koefisien tersebut juga dapat diketahui bahwa hubungan antara kualitas siaran dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi kualitas siaran, maka semakin rendah tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini karena penilaian kualitas siaran yang sudah baik sehingga responden beranggapan bahwa tidak perlu lagi menyampaikan suaranya, begitupula sebaliknya apabila kualitas siaran dinilai masih tidak baik maka responden akan menyampaikan suaranya kepada pihak pengelola radio.
48
Tabel 31 Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam siaran Kualitas Siaran Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 5 9 4 18 % 6,25 39,13 21,05 36,00 Sedang N 0 6 6 12 % 0,00 26,07 31,58 24,00 Tinggi N 3 8 9 20 % 3,75 34,78 47,37 40,00 Total N 8 23 19 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,213 P 0,137 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Kemudian untuk p-value hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,137 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Melalui data pada Tabel 31 dapat diketahui bahwa responden terbanyak ialah kualitas siaran sedang, dan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong dalam kategori tinggi. Tabel 32 Hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Kualitas Siaran Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pembiayaan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 8 19 19 46 % 100,00 82,61 100,00 92,00 Sedang N 0 4 0 4 % 0,00 17,39 0,00 8,00 Total N 8 23 19 50 % 16,00 48,00 36,00 100,00 Rs -0,122 P 0,397 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Terakhir diperoleh p-value untuk hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaa = 0,397 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Berdasarkan data pada Tabel 32 maka jumlah responden terbanyak yaitu kualitas siaran sedang, dan tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang tergolong rendah.
49
Melalui data yang disajikan pada ketiga tabel di atas maka diperoleh bahwa hanya terdapat hubungan antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dengan koefisien hubungan yang negatif. Hubungan Pengadaan Layanan Interaktif dengan Tingkat Partisipasi Komunitasdalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Pengadaan Layanan Interaktif Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 4 14 17 35 % 66,67 53,85 94,44 70,00 Tinggi N 2 12 1 15 % 33,33 46,15 5,56 30,00 Total N 6 26 18 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,336* P 0,017 Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) *correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Berdasarkan data pada Tabel 33 dapat diketahui responden terbanyak ialah pengadaan layanan interaktif sedang dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan yang tergolong rendah. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 0,017 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Menurut uji korelasi antara pengadaan layanan interaktif dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan terdapat koefisien korelasi yaitu sebesar -0,336. Melalui koefisien tersebut juga dapat diketahui bahwa hubungan antara pengadaan layanan interaktif dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah hubungan negatif. Artinya, semakin tinggi pengadaan layanan interaktif, maka semakin rendah tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Meskipun pengadaan layanan interaktif bagi responden tinggi tetapi dalam pengambilan keputusan tergolong rendah karena pengadaan layanan interaktif yang responden lakukan lebih banyak kepada permintaan lagu.
50
Tabel 34 Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam siaran Pengadaan Layanan Interaktif Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 1 7 10 18 % 16,67 26,92 55,56 36,00 Sedang N 2 6 4 12 % 33,33 23,08 22,22 24,00 Tinggi N 3 13 4 20 % 50,00 50,00 22,22 40,00 Total N 6 26 18 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,310* P 0,029 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) *correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Berdasarkan data pada Tabel 34 dapat diketahui responden terbanyak ialah pengadaan layanan interaktif sedang dan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong dalam kategori tinggi. Kemudian untuk p-value untuk hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,029 > taraf nyata 0,05 sehingga terdapat hubungan nyata antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Menurut uji korelasi antara pengadaan layanan interaktif dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan terdapat koefisien korelasi yaitu sebesar 0,310. Melalui koefisien tersebut juga dapat diketahui bahwa hubungan antara pengadaan layanan interaktif dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah hubungan positif. Artinya, semakin tinggi pengadaan layanan interaktif yang disediakan radio komunitas Raksabumi baik melalui SMS, telepon, ataupun kegiatan off air, maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi komunitas dalam siaran. Tabel 35 Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Pengadaan Layanan Interaktif Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pembiayaan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 5 23 18 46 % 83,33 88,46 100,00 92,00 Sedang N 1 3 0 4 % 16,67 11,54 0,00 8,00 Total N 6 26 18 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,227 P 0,113
51
Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Terakhir diperoleh p-value untuk hubungan pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,113 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah pengadaan layanan interaktif sedang, dan tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang tergolong rendah. Melalui data dari ketiga tabel tersebut maka dapat diperoleh bahwa pengadaan layanan interaktif memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi dalam siaran. Hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan memiliki hubungan yang negatif. Lain halnya dengan hubungan antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam siaran, yaitu hubungan yang positif. Hubungan Kredibilitas Penyiar dengan Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dilakukan dengan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji korelasi Rank Spearman tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan Kredibilitas Penyiar Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi Rendah N 6 16 13 35 % 60,00 64,00 86,67 70,00 Tinggi N 4 9 2 15 % 40,00 36,00 13,33 30,00 Total N 10 25 15 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,223 P 0,120 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa diperoleh p-value untuk hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan = 0,120 > taraf nyata 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Melalui data pada Tabel 36 maka diketahui bahwa
52
jumlah responden terbanyak yaitu kredibilitas penyiar sedang dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan yang tergolong rendah. Tabel 37 Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam siaran Kredibilitas Penyiar Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 4 8 6 18 % 40,00 32,00 40,00 36,00 Sedang N 2 8 2 12 % 20,00 32,00 13,33 24,00 Tinggi N 4 9 7 20 % 40,00 36,00 46,67 40,00 Total N 10 25 15 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs 0,027 P 0,850 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed) Kemudian untuk p-value untuk hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam siaran = 0,850 > taraf nyata 0,05 sehingga tidak ada hubungan nyata antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam siaran. Berdasarkan Tabel 37, maka dapat diketahui jumlah responden terbanyak ialah kredibilitas penyiar sedang dengan tingkat partisipasi dalam siaran yang tergolong tinggi. Tabel 38 Hubungan antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan Kredibilitas Penyiar Jumlah Tingkat Partisipasi dalam Siaran Rendah Sedang Tinggi Rendah N 10 21 15 46 % 100,00 84,00 100,00 92,00 Sedang N 0 4 0 4 % 0,00 16,00 0,00 8,00 Total N 10 25 15 50 % 100,00 100,00 100,00 100,00 Rs -0,056 P 0,701 Keterangan: Rs = nilai Rank Spearman p = nilai sig. (2-tailed)
53
Terakhir diperoleh p-valure untuk hubungan antara kredibiliras penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan = 0,701 > taraf nyata 0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan nyata antara kredibilitas penyiar dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Jumlah responden terbanyak dapat dilihat pada Tabel 38, yaitu kredibilitas penyiar sedang, dan tingkat partisipasi dalam pembiayaan yang tergolong rendah. Melalui data yang disajikan pada ketiga tabel tersebut maka dapat diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara kredibilitas penyiar dengan ketiga variabel tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas. Ikhtisar Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa hubungan antara faktor penyiaran dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas terdapat beberapa yang memiliki hubungan. Hubungan negatif dengan nilai signifikan 0,013 dan koefisien korelasi sebesar 0,351 yang berada pada taraf nyata 0,05 antara kualitas siaran dengan tingkat partisipasi dalam pengamilan keputusan, yaitu semakin tinggi kualitas siaran maka semakin rendah tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kemudian adapula hubungan negatif dengan nilai signifikan 0,017 dan koefisien korelasi sebesar -0,336 yang berada pada taraf nyata 0,05 antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, yaitu semakin tinggi pengadaan layanan interaktif maka semakin rendah tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan. Terakhir adalah hubungan positif dengan nilai signifikan 0,029 dan koefisien korelasi sebesar 0,310 yang berada pada taraf nyata 0,05 antara pengadaan layanan interaktif dengan tingkat partisipasi dalam siaran, yang artinya dalah semakin tinggi pengadaan layanan interaktif maka semakin tinggi tingkat partisipasi dalam siaran.
54
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan radio komunitas Raksabumi tak banyak anggota komunnitas yang terlibat langsung, karena menganggap pengelola lebih paham dan mengerti mengenai radio komunitas. 2. Berdasarkan karakteristik anggota komunitas, hanya usia yang berhubungan nyata dengan salah satu tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan radio komunitas, yaitu partisipasi dalam pembiayaan. Semakin tua usia anggota komunitas maka semakin tinggi partisipasi dalam pembiayaan. 3. Faktor penyiaran yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pengelolaan radio komunitas adalah kualitas penyiaran dan pengadaan layanan interaktif. Kualitas siaran berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, namun tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam siaran dan pembiayaan. Kemudian pengadaan layanan interaktif radio komunitas Raksabumi berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tingkat partisipasi dalam siaran, namun tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam pembiayaan. Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat partisipasi komunitas dalam pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi adalah sebagai berikut: 1. Bagi pengelola radio komunitas Raksabumi, lebih mensosialisasikan setiap kegiatan ataupun rapat yang akan berlangsung karena masih terdapat warga atau komunitas yang belum mengetahui. 2. Bagi lembaga-lembaga penyiaran, lebih mendukung dan memperhatikan perkembangan radio komunitas agar anggota komunitas tersebut dapat lebih maju. 3. Bagi peneliti selanjutnya, lebih baik tidak usah meneliti partisipasi dalam radio komunitas karena berdasarkan penelitian ini dan penelitian sebelumnya memiliki hasil yang tidak jauh berbeda.
56
DAFTAR PUSTAKA Anwari. 2013.Mengembangkan Radio Komunitas Pesantren. Jurnal Komunikasi Islam. [internet]. Dikutip pada 1 Februari 2016. 3 (2): 302-320. Dapat diunduh dari http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/download/30/24 Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP. [internet]. Dikutip pada 3 Maret 2016. 35 (4): 216-224. Dapat diunduh dari http://lithgowschmidt.dk/sherry-arnstein/ladder-of-citizen-participation.html Darmanto A, Masduki, Andhi PK. 2009. Pengelolaan Radio Komunitas. Yogyakarta (ID): Combine Resource Institution Eddyono AS. 2012. Analisis Strategi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) dalam Menyelamatkan Eksistensi Radio Komunitas. Jurnal Komunikator. [internet]. Dikutip pada 20 Oktober 2015. 4 (1): 1-13. Dapat diunduh dari http://journal.umy.ac.id/ index.php/jkm/article/viewFile/187/149 Hasandinata NS. 2015. Siaran Kearifan Lokal pada Radio Komunitas di SMK Muhamadyah Sumedang. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. [internet]. Dikutip pada 24 Oktober 2015. 16 (1): 1-10. Dapat diunduh dari https://balitbang.kominfo.go.id/bbppkimedan/wpcontent/uploads/2015/10/Ne t iSumiati.pdf Jurriëns E. 2003. Radio Komunitas di Indonesia: “New Brechtian Theatre” di Era Reformasi? Jurnal Antropologi Indonesia.[internet]. Dikutip pada 23 Oktober 2015. 72: 116-130. Dapat diunduh dari http://journal.ui.ac.id/ index.php/jai/article/viewFile/ 3478/2758 Lilis D, Yuliati N, dan Rochim M. 2013. Mengusung Masyarakat Madani melalui Radio Komunitas. Jurnal Sosial dan Pembangunan. [internet]. Dikutip pada 10 Oktober 2015. 29 (2): 145-154. Dapat diunduh dari http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/ mimbar/article/viewFile/399/302 Lubis A. 2009. Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Jurnal Tabularasa. [internet]. Dikutip pada 5 Februari 2016. 6 (2): 181-190. Dapat diunduh dari http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-24607-Asri.pdf Masduki. 2004. Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet]. Dikutip pada 01 November 2015. 1 (1): 73-86. Dapat diunduh dari http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIKVo2No2-2005_4.pdf Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Bogor (ID): IPB Press [Permen] Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 39 Tahun 2012 Pramudia JP. 2007. Radio Komunitas untuk Perluasan Pendidikan Non Formal. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. [internet]. Dikutip pada 10 November 2015. 4 (1): 7-16. Dapat diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.PEND._LUAR_SEKOLAH/197106141 998031-JONI_RAHMAT_PRAMUDIA/jurnal-RADIO_KOMUNITAS.pdf Pratiwi AT. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 104 hal Rachmiatie A. 2005. Keberadaan Radio Komunitas sebagai Eskalasi
58
Demokratisasi Komunikasi pada Komunitas Pedesaan di Jawa Barat.Jurnal Mediator. [internet]. dikutip pada 23 Oktober 2015. 6 (2): 215-226. Dapat diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=117198 &val=5336 Rachmiatie A. 2007. Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung (ID): Simbiosa Rekatama Media Sari RR. 2015. Tingkat Partisipasi Komunitas dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Citra Utami FM, Desa Cikadang Bayabang, Kecamatan Mande. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 98 hal Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor (ID): IPB Press Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT. RajaGrafindo Persada. (Edisi Baru Keempat) Sofiah, Haryati SU, dan Haryanti RH. 2013. Radio Komunitas dan Pelayanan Publik (Studi tentang Kiprah Radio Komunitas Difabel “Sahabat Mata” Mijen, Semarang dalam Pemberian Pelayanan Siaran Berbasis Kebutuhan Lokal). Jurnal Komunikasi Massa. [internet]. Dikutip pada 10 Oktober 2015. 6 (2): 107-120. Dapat diunduh dari http://www.jurnalkommas.com/docs/Revisi%20Jurnal%20Kom_UNS_Vo% 206%20No%202%20Juli%202013%20(REV5)-2.pdf Suparyo Y, Saiful B. 2009. Radio Komunitass dan Pelayanan Publik. Yogyakarta (ID): Combine Resource Institution Tripambudi S. 2011. Radio Komunitas sebagai Media Alternatif untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet] dikutip pada 10 Oktober 2015. 9 (3): 317-337. Dapat diunduh dari http://repository.upnyk.ac.id/2518/1/ Sigit_Tri.pdf [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Uphoff NT, Cohen JM, dan Goldensmith AA. 1979. Feasibility and application of rural development participation: a state of the art paper. New York (US): Cornell University Widjanarko W, Sulthan M, dan Lusiana Y. 2013. Radio Siaran Publik sebagai Media Komunikasi Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan. Jurnal Kajian Komunikasi. [internet]. Dikutip pada 10 Oktober 2015. 1 (2): 119-124. Dapat diunduh dari http://jurnal.unpad.ac.id/kk/article/download/6036/3147
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Peta Wilayah
62
Lampiran 2 Rencana Alokasi Waktu Penelitian
Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Uji Kelayakan Proposal Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Penelitian
Jan
Feb
Mar 1 2 3 4
Apr
Mei 1 2 3 4
Jun
Jul
Agus
Sept Okt 1 2 3 4 1 2 3 4
64
Lampiran 3 Kerangka Sampling
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
BDY FUD ERN DWT IYN TNI SLM SND KKM NSH STY YYN HMD RSA AYU KRN MMD PRM RUL CPT MHD DDK SPI SKR JMN ALD ZHR JML NNG SHJ HKM SRI WWN NNG DSW YLI HLM YCS PTK
Jenis Kelamin L L P P L P L P P P P L L P P P L L L L L P P L P L P L P L L P L P P P L P L
Usia 44 24 36 25 19 23 57 59 42 45 57 43 35 55 27 20 16 29 37 56 51 46 34 39 41 33 45 26 32 42 21 49 64 48 26 27 32 29 18
No
Nama
40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.
ASW DKI ARI OMH FAW ASW IML RRD EDD ADR ASS RHM CCU MMN UCI OJO ADS AMG ROS SKM SRH EKP MAU NFL FRL DPR ITA DWI DNI NBL END PTR ALV ABG FFN TDP ANU RRW SMT KKI PIA
Jenis Kelamin L L L P L P L L L L L L P P L L L L P P P L P L P L P L L P L L L L P P P P P L P
Usia 43 38 27 41 52 31 36 48 27 35 30 44 37 28 42 56 52 57 26 32 48 39 17 32 18 18 21 25 18 30 45 32 24 36 19 31 15 20 37 42 27
66
No
Nama
81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116.
IRM PTA KSD OMH AAG RZL SPA BYN NNI TYS MYT FRM MTF LLS BST WLM TRL OKS DNP AAT RHY IDR BNI ETN SNT JFS YDV MDJ TDP RBY PMD RGG CNT DPA PAD DDN
Jenis Kelamin P L L P L L L L P P P L L P L L P P P L P P L P P L P P L L P L P P L L
Usia
No
Nama
41 33 46 32 37 31 22 25 33 48 25 29 19 32 47 52 21 56 47 50 22 22 32 38 29 25 42 39 41 39 35 19 21 30 26 44
117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150.
SPD DYN PND FKL DDA PDL YYH RYD BSK IDH MFI RDI RNT UMR ISN WHY TTR LDD YSF RDI WDC SWN EDA WND TTS NKS RZK SPL DNW TFK HRB PPN WST KLS
Jenis Kelamin L P L L L P P L L P L L P L L L P P L L L L P P L P L L P L L L L P
Usia 53 52 33 49 34 30 58 55 39 17 29 43 52 60 21 52 21 36 23 49 39 56 38 40 52 49 21 30 24 24 22 51 20 47
67
Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi Jenis_Kelamin Observed N
Expected N
Residual
Laki-laki
28
25,0
3,0
Perempuan
22
25,0
-3,0
Total
50
Test Statistics Tingkat
Jenis_Kelamin Chi-Square
Tingkat
Tingkat
Pengambilan
Partisipasi dalam
Partisipasi dalam
Keputusan
Siaran
Pembiayaan
,720a
8,000a
2,080b
35,280a
1
1
2
1
,396
,005
,353
,000
Df Asymp. Sig.
Partisipasi dalam
a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 25,0. b. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 16,7.
Correlations Tingkat Partisipasi dalam Usia Anggota Spearman's rho
Usia Anggota
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tingkat Partisipasi dalam
Correlation Coefficient
Pembiayaan
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pembiayaan
1,000
,292*
.
,040
50
50
,292*
1,000
,040
.
50
50
68
Correlations Tingkat Partisipasi dalam
Spearman's rho
Tingkat Kualitas Siaran
Correlation Coefficient
Tingkat Kualitas
Pengambilan
Siaran
Keputusan 1,000
,351*
.
,013
50
50
,351*
1,000
,013
.
50
50
Sig. (2-tailed) N Tingkat Partisipasi dalam
Correlation Coefficient
Pengambilan Keputusan
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations Tingkat Partisipasi dalam
Spearman's rho
Tingkat Layanan Interaktif
Correlation Coefficient
Tingkat Layanan
Pengambilan
Interaktif
Keputusan
1,000
-,336*
.
,017
50
50
-,336*
1,000
,017
.
50
50
Sig. (2-tailed) N Tingkat Partisipasi dalam
Correlation Coefficient
Pengambilan Keputusan
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations Tingkat
Spearman's rho
Tingkat Layanan Interaktif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tingkat Partisipasi dalam
Correlation Coefficient
Siaran
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tingkat Layanan
Partisipasi dalam
Interaktif
Siaran
1,000
-,310*
.
,029
50
50
-,310*
1,000
,029
.
50
50
69
Lampiran 5 Tulisan Tematik
Sejarah Radio Komunitas Raksabumi Radio komunitas Raksabumi yang terletak di sebuah gang daerah kelurahan Citeureup, Kota Cimahi ini merupakan radio yang berlandaskan keinginan membuat generasi muda lebih mencintai budaya dan mempelajari agama lebih baik lagi. Sebelum berdirinya radio komunitas, terlebih dahulu berdirinya komunitas Raksabumi pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2004 berdirinya radio komunitas Raksabumi dan mulai mengudara, yang sebelumnya hanya melalui media cetak. Sejak berdirinya radio maka pengurusan perijinan frekuensi dan penyiaran pun dimiliki dari Dishub Jabar dan Dinas Telekomunikasi. “Radio raksa termasuk radio yang berbasis inisiatif kelompok dikarenakan kepedulian yang didirikan oleh 6 orang. Dalam penentuan anggota komunitas dilakukan secara sukarela dan boleh laki-laki ataupun perempuan. Bahkan ada pengelola atau pengurus yang merupakan warga pendatang, berlatarbelakang suku berbeda seperti Jawa, Sulawesi, bahkan ada yang merupakan non muslim juga. Kemudian surat izin pada bulan Juni, kemudian bulan Agustus mulai percobaan, dan pada tanggal 4 September 2004 barulah peresmian radio Raksa”. (IMT, 62 tahun) Kemudian siapapun dapat menjadi pengurus radio, atau yang sekedar ingin belajar menjadi penyiar atau seputar tentang radio juga diperbolehkan, seperti yang disampaikan oleh salah satu pendirinya. “Pengelola atau pengurus radio gak ditentukan jadi sukarela saja, bebas laik-laki atau perempuan, muda atau tua silahkan saja. Ada juga yang berasal dari pendatang seperti Jawa, Sulawesi, bahkan non-Muslim juga ada meskipun nama radio ini membawa islami. Selain itu juga gak ada batasan waktu untuk menjadi pengelola atau pengurus.” (IMT, 62 tahun) Studio penyiaran radio komunitas Raksabumi bertempat di salah satu ruangan di rumah Bapak Imat yang merupakan salah satu pendiri radio, yaitu di Gang Alpakah No. 10, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi. Radio ini mengudara setiap harinya dari pagi hingga malam hari. Program acara yang disiarkan pun bermacam-macam mulai dari informasi kesehatan, informasi keagamaan, acara music, dan kesenian. Perekrutan pengelola radio dilakukan secara sukarela. Kemudian dalam hal pembiayaan berasal dari sumbangan pengelola radio, dan bantuan dana dari bekerjasama dengan obat herbal, yaitu Bio7. Sebelumnya pada tahun 2007 sempat mendapat bantuan dana hibah dari pemerintah kota Cimahi. “Bio7 mah baru sebulan neng gabungnya. Masih belum begitu banyak yang tahu, tapi Alhamdulillah obatnya juga bagus. Kalau nanti hasilnya bisa mencapai target ya mungkin bisa cukup dipakai bayar listrik dan bayar internet.” (MWR, 56 tahun)
70
Partisipasi Komunitas dalam Pengelolaan Radio Komunitas Raksabumi Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak IMT (62 tahun) dan Ibu MWR (56 tahun) yang merupakan pengelola radio komunitas Raksabumi bahwa dalam setiap rapat yang diadakan di awal bulan selalu mengikutsertakan warga di dalamnya. Sedangkan menurut Ibu RGS (51 tahun) yang juga merupakan salah satu pengelola radio, bahwa tidak selalu mengikutsertakan warga dan hanya perwakilan saja serta mengajaknya juga melalui pengumuman yang disiarkan di radio. Selanjutnya menurut beberapa warga bahwa mereka tidak mengetahui adanya rapat dan merasa tidak mengetahui adanya pengumuman diadakannya rapat. “Rapat diadakan setiap awal bulan dan mengajak anggota komunitas terlibat di dalamnya. Biasanya membicarakan materis siaran, program siaran, namun untuk masalah peralatan teknis hanya pada pengurus saja. Suka pada datang kalau diajakin, terus tiap minggu juga ada kumpul anggota komunitas bisa karokean langsung di radio.” (IMT, 62 tahun) “Susah diajakinnya mah warga kalo gak ada apa-apanya, boro-boro minta dana. Kalau untuk rapat ya untuk pengelola aja, paling ngajak lewat di radio dikasih tau mau ada rapat. Tapi biasanya mah anggota nyerahin semua ke pengelola aja baiknya gimana”. (RGS, 51 tahun) “Saya mah gak ngerti lah neng, biar pengelolanya aja yang lebih ngerti kan. Saya mah seneng dengernya aja, paling juga ikut ikut yang karokean minggu kaya gini.” (ASW, 43 tahun) Kemudian untuk perkumpulan remaja memiliki jadwalnya sendiri yaitu di hari Sabtu malam dan Minggu malam. Biasanya diisi dengan membagikan ide, dan pengalaman masing-masing. Bahkan sering juga beberapa komunitas anak muda yang dating untuk sekedar saling mengenal, berbagi cerita, bahkan sebagai ajang promosi komunitas tersebut. Selain iu beberapa komunitas yang kerap hadir juga ikut saat siaran radio berlangsung karena bertepatan juga dengan jadwal siaran di malam hari. “…aa YGA biassanya yang mimpin kalo ada kumpul, soalnya dia yang lebih ngerti lah. Banyakan sih perempuan yang suka kumpul-kumpul gitu.” (ASK, 26 tahun) “…iya saya yang biasanya mmpin kalo kumpul gitu. Kalo kedatengan komunitas luar janjian dulu biasanya mah jd kadang juga kumpulnya gak harus kaya jadwal yang sabtu atau minggu malam. Suka ramein siaran juga ikut ikut on air, kan jd pendengar juga bisa tau tentang komunitas di luar apa-apa saja dan kaya gimana.” (YGA,32 tahun) Anggota komunitas mendatangi radio komunitas Raksabumi bukan hanya anak-anak muda saja yang memang memiliki jadwal kumpul, tetapi juga pada saat ada karaoke setiap minggu ataupun pemeriksaan kesehatan gratis, dan juga apabila ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan juga dapat langsung datang ke radionya.
71
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
72
73
RIWAYAT HIDUP Paramita Dwi Febriani atau biasa dipanggil Mita dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Slamet Riyadi dan Sri Muliani. Penulis memulai pendidikan formal di TK Islam Karunia pada tahun 1999-2001, SD Mutiara 17 Agustus pada tahun 2001-2007, SMP Negeri 5 Bekasi pada tahun 2007-2009, SMA Mutiara 17 Agustus pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tulis di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitian baik di dalam maupun luar kampus. Penulis pernah menjadi anggota publikasi dan dokumentasi Forum for Indonesia periode 2012-2013, anggota komunitas Teater Uptodate 2014-sekarang, anggota departemen Kominfo BEM FEMA periode 2013-2014, dan sekretaris Kominfo BEM FEMA periode 2014-2015. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan dalam berbagai acara yang diselenggarakan di kampus seperti panitia divisi PDD MPF FEMA 2014, panitia divisi publikasi dan hubungan masyarakat Gabung antar Angkatan SKPM 2014, panitia divisi DDD IPB Business Festival 2014, panitia divisi PDD i-Thanks: Kaleidoskop LK-LS FEMA 2015. Selama menjalani perkuliahan di IPB penulis juga menjuarai beberapa kontes seperti menjadi juara III Teater dalam kegiatan IAC 2014, dan juara I vokal grup dalam kegiatan ESPENT 2015.
74