How To Learn Wujud Pendidikan Agama Kristen yang Kreatif
Ulangan 6:4-9 “mengajarkan” dalam bahasa Ibraninya berarti sharpen (menajamkan atau meruncingkan), teach diligently (mengajarkan dengan tekun), whet (mengasah), ada 4 hal: 1. pembinaan rohani anak-anak seharus merupakan
tanggung jawab semua orang tua. (Maz.103:13;lukas1:17)
2. pembinaan rohani bersifat
menyeluruh dan dalam segala situasi dan keadan Ayat7 3. Pembinaan rohani
harus kreatif dan inovatif, dengan menuliskannya kepada tempattempat yang mudah dijangkau sehingga mudah diingat dan dilakukan. 4. tujuan dari pengarahan oleh orang tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan Tuhan, mengasihi dan menghargai Dia serta melayani Dia dengan
segenap hati dan jiwa. (10:12; Efesus 6:4).
PENGAJARAN KREATIF Inovatif,
Lukas 8:4-15 Perumpamaan tentang seorang penabur
Lukas 21:
"Apa yang saya dengar,
saya lupa." "Apa yang saya lihat,
saya ingat." "Apa yang saya kerjakan,
saya pahami."
Sulit dibandingkan dengan seorang guru yang banyak bicara. Barangkali para peserta didik tidak konsentrasi karena sangat sulit berkonsentrasi secara terus menerus dalam waktu lama,
kecuali materi pelajaran menarik.
Penelitian menunjukkan kemampuan
mendengar tanpa berpikir rata-rata bisa mencapai 400-500 kata per menit. Akumulasi perbedaan kecepatan mendengarkan secara terusmenerus selama waktu tertentu pada seorang guru yang sedang bicara empat kali lebih lambat, berdampak kebosanan, dan kehilangan konsentrasi.
Penelitian menunjukkan bahwa siswa dalam ruang belajar tidak memperhatikan kurang
lebih 40% dari waktu yang tersedia (Pollio, 1984).
Kemampuan mendengar mencapai 70% pada
10 menit pertama belajar, sampai akhirnya hanya
tersisa 20% pada sepuluh menit terakhir (McKeachie, 1986).
Belajar dengan menggunakan visual bisa menaikan
ingatan dari 14% ke 38% (Pike, 1989).
Sebuah gambar tidak bernilai ribuan kata, namun 3X lebih efektif dari pada hanya kata-kata saja.
Penggunaan visual dalam presentasi bisa mengoptimalkan
sampai 40% waktu yang sama jika tidak menggunakan visual.
KRUCUT PENGALAMAN BELAJAR Edgar Dale dan James Finn Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)
Kerucut Pengalaman Belajar Sheal, Peter (1989) How to Develop and Present Staff Training Courses. London:Koganan Page Ltd.
Demikian seterusnya, yang akhirnya, dengan sangat terpaksa, kita bisa merencanakan,
Baca 10%
‘apa yang harus didengarkan atau dibaca siswa?’
Dengar 20%
Lihat 30 %
jika tidak mungkin, bergerak keatasnya
Lihat dan dengar 50 %
‘apa yang harus dijelaskan siswa?’.
Katakan 70 %
Katakan dan lakukan 90 %
Dalam merencanakan pembelajaran, guru sebaiknya berpikir dari bagian
bawah, misalnya: ‘
apa yang harus dilakukan siswa?’
PARADIGMA MENGAJAR
BEL AJA R
BEL AJA R
BEL AJA R
BEL AJA R
Saya pelaku tunggal pembelajaran . . ..
Guru = Fasilitator belajar
SETIAP SISWA SUBJEK BELAJAR
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Life-Long Education Tak ada kata terlambat untuk mendapatkan gelar sarjana, meskipun Hazel Soares berumur 94 tahun. http://www.tempo.co/read/news/2010/05/17/121248301/Tertua-di-Dunia-Nenek-94-tahun-Meraih-Gelar-Sarjana
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof dan pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long Education.
John Dewey mengatakan, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga
pendidikan itu tidak pernah berakhir.
Pendidikan seumur hidup atau
belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi
belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Di persimpangan jalan seseorang bisa belajar tentang kepekaan sosial? Amatilah para orangorang jalanan, adakah sesuatu yang menyentuh
naluri kemanusiaan kita tersentuh menyaksikan
anak-anak mengemis menyaksikan anak anak yang terampas dari keriangan dunia bermain dan belajar. Mereka bertarung dijalan penuh polusi kendaraan, menadahkan tangan seraya memelas pada setiap orang-orang yang singgah mengharap kepingan koin. Ternyata, belajar bukan sekadar ukuran akademis.