BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Belajar adalah merupakan ‘proses’ yang intensitas prosesnya dipengaruhi oleh faktor motivasi dari dalam diri (intrinsic) dan faktor pengaruh dari lingkungan (ekstrensik) (Purwaka, 2005:1). Kegiatan untuk mempengaruhi manusia harus dilakukan secara menyeluruh, sehingga diperlukan suatu konsep yang matang dalam perencanaan serta pengorganisasian yang mantap dalam tata laksananya. Memberikan layanan dalam pendidikan, terutama pendidikan bagi anak berkebutuhan pendidikan khusus juga harus menyangkut berbagai komponen secara integral dan komprehensif, pengorganisasian dan tata laksananya selalu berorientasi akademik dan berorientasi sosial, sehingga para penyandang ketunaan dapat mandiri secara total. Totalitas kemandirian yang diharapkan pada tunanetra menuntut adanya program layanan yang komprehensif menyangkut aspek potensi dan aspek kehidupan. Layanan berorientasi akademik dan berorientasi sosial merupakan program layanan yang terpadu sehingga tunanetra dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu; learn to
know or learn to learn, learn to do, learn to be him self and learn to life together artinya belajar ingin tahu atau belajar untuk belajar, belajar untuk berbuat, belajar untuk menjadi diri sendiri, belajar untuk hidup bersama. Pelayanan pendidikan yang dilakukan harus mengembangkan kemampuan tunanetra sebagai individu (orientasi akademik) sekaligus peningkatan sosialisasinya dalam berkelompok yang bermasyarakyat (orientasi sosial), melalui pembelajaran di dalam sekolah dan di luar sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan akademik di sekolah yang menyangkut pengayaan konsep ilmu pengetahuan yang dominan teoritis dapat diperkaya melalui orientasi dan kegiatan mobilitas dengan pembelajaran siswa di luar lingkungan sekolah yang berorientasi sosial (Purwaka, 2005:127). Salah satu lembaga sosial yang menangani cacat netra ini adalah Yayasan Karya Murni yang didirikan oleh Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY). Yayasan Karya Murni membuka pendidikan formal yang dimulai dari tingkat TK sampai jenjang SLTP dimana pendidikan yang diberikan sama materinya dengan sekolah umum lainnya seperti membaca, menulis, pendidikan
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan, seni, dan
sebagainya. Pendidikan seni adalah salah satu pendidikan yang mudah untuk diajarkan dan dikembangkan khususnya seni musik dan suara. Pendidikan seni ini dapat diperoleh siswa sejak duduk di bangku TK sampai ke jenjang SLTP 1. Adapun pelajaran yang diberikan dalam pendidikan kesenian ialah pengetahuan lagu-lagu, baik yang bersifat nasional, internasional maupun yang bersifat kedaerahan, pengenalan notasi yang dalam hal ini adalah notasi braille, pengenalan alat-alat musik seperti rekorder, harmonika, gitar, organ, keyboard dan sebagainya. Pendidikan kesenian tidak hanya diperoleh secara formal di sekolah tapi juga diadakan secara nonformal (di luar sekolah) sebagai pemenuhan kegiatan ekstrakurikuler seperti praktek memainkan berbagai alat musik yang tertera di atas. Dan juga adanya latihan bernyanyi secara berkelompok dalam bentuk paduan suara. Semua pembelajaran ini dilakukan secara khusus dan dengan metode yang khusus pula.
1
Yayasan Karya Murni membuka pendidikan formal untuk tunanetra dari jenjang TK sampai dengan SLTP, untuk tingkat selanjutnya berintegrasi dengan Pendidikan Umum
Universitas Sumatera Utara
Bagi tunanetra seni suara merupakan salah satu seni yang lebih mudah untuk diterima dan lebih mudah untuk dipelajari karena tidak terlalu banyak menggunakan indera-indera lain selain indera pendengaran, dimana indera pendengaran merupakan indera yang penting bagi penyandang cacat netra karena pendengaran merupakan syarat utama dalam mendeteksi objek sekitar.(Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitas Sosial RI 2002 : 50). Seperti dalam hal bernyanyi, tunanetra dapat dengan mudah mengetahui banyak syair-syair lagu dan melodinya hanya dengan fokus pada pemanfaatan indera pendengaran yang bersumber dari berbagai media seperti: radio, televisi, kaset dan acara live di berbagai tempat. Adanya potensi yang merata dalam hal bernyanyi bagi para tunanetra di Yayasan Karya Murni mendorong para pembina yang ada di lembaga ini untuk menggali dan mengembangkannya dalam bentuk kelompok paduan suara. Dalam pembentukan paduan suara ini dilakukan dengan cara dipilih langsung oleh pembina dan ada juga berdasarkan atas keinginan pribadi. Kegiatan latihan paduan suara dilakukan dua kali dalam satu minggu, yang mana dalam setiap pertemuan membutuhkan waktu selama lebih kurang dua jam. Demi terciptanya sebuah kelompok paduan suara yang berkualitas sangat diperlukan sikap profesionalisme seorang pelatih. Oleh karena itu sebelum kegiatan latihan dilaksanakan terlebih dahulu pelatih melakukan persiapan yang maksimal baik dalam memberi materi latihan dan juga dalam memahami aspek psikologi anak tunanetra. Pelatih harus bersikap ramah agar tidak menimbulkan adanya jarak antara pelatih dengan anggota sehingga proses latihan menjadi lebih nyaman. Secara umum materi yang diajarkan pelatih relatif sama dengan paduan suara yang umum seperti pengolahan vokal, pembentukan suara, pengolahan pernafasan,
Universitas Sumatera Utara
ekspresi dan sebagainya. Yang menjadi perbedaan adalah bagaimana metode dan teknik yang digunakan pelatih dalam melatih. Misalnya dalam mengucapkan vocal ‘a’, jika pelatih menjelaskan bahwa ukuran mulut yang tepat adalah dengan meletakkan 3 jari tangan pada mulut maka pelatih mampu mempraktekkannya kemudian merabakannya, sehingga anak tunanetra dapat mengetahui dengan benar bagaimana bentuk atau posisi jari serta jari apa saja yang digunakan. Sedangkan untuk hal-hal yang tidak dapat diperagakan pelatih hanya memberi penjelasan berupa ilustrasi. Salah satu contohnya yaitu suara yang keras dan mempunyai kekuatan atau power dapat diketahui dengan membandingkan antara suara terompet pada kapal laut dengan suara klik sound pada sepeda motor, dalam hal ini terompet pada kapal laut merupakan suara yang memiliki power atau kekuatan. Di dalam bernyanyi, anak tunanetra mempunyai permasalahan untuk berekspresi dimana anak tunanetra terlihat agak kaku. Namun pelatih dapat mengatasinya dengan mengajarkan gerakan-gerakan sederhana seperti membuat gerakan pada tangan dan kaki. Dengan gerakan tersebut dapat menimbulkan reaksi pada tubuh yang yang mempengaruhi ekspresi wajah pada saat bernyanyi. Untuk mempelajari lagu pelatih menggunakan dua sistem yaitu sistem lisan dan sistem tulisan. Sistem lisan digunakan pada saat belajar nada dari lagu yang sedang dipelajari, dimana pelatih terlebih dahulu mencontohkannya kemudian diikuti dan dan dihafal oleh anggota paduan suara, proses ini dilakukan berulang-ulang sampai anggota paduan suara dapat menguasai lagu tersebut. Sedangkan sistem tulisan digunakan pada teks atau lirik lagu dimana lirik lagu ditulis dengan menggunakan huruf braille yang dibaca dengan meraba. Untuk mempermudah proses belajar lagu pelatih juga memberi gambaran secara umum atau bentuk dari lagu yang akan dipelajari yaitu dengan memutar rekaman lagu yang sudah ada ataupun juga dengan mencontohkannya pada alat musik. Jenis nyanyian yang biasa dipelajari merupakan lagulagu yang bersifat rohani, sekuler maupun etnis.
Universitas Sumatera Utara
Ketertarikan anggota terhadap lagu yang akan dipelajari mempengaruhi cepat lambatnya dalam proses belajar lagu tersebut, karena hal ini akan menimbulkan rasa semangat yang tinggi untuk mempelajarinya Melatih kepercayaan diri serta kesadaran untuk bertanggung jawab pada saat bernyanyi sangat dibutuhkan dalam kelompok paduan suara. Dalam kelompok paduan suara ini pelatih biasanya mengadakan uji coba kemampuan dari setiap anggota berdasarkan apa yang telah dipelajari. Disamping itu pelatih juga sering mengadakan latihan bersama dengan kelompok paduan suara yang umum dan juga ikut menghadiri pertunjukan-pertunjukan konser dari sebuah kelompok paduan suara. Paduan suara Karya Murni memiliki perbedaan yang signifikan dengan paduan suara yang umum, dimana dalam paduan suara ini peranan seorang dirigen sama sekali tidak diperlukan. Peranan seorang dirigen secara langsung tergantung pada kebiasaan bernyanyi pada saat latihan misalnya untuk memberikan aba-aba tergantung pada musik atau bunyi-bunyi lainnya seperti ketukan, hitungan, dsb. Untuk mengetahui dinamika sebuah lagu pelatih memberi batasan-batasan pada setiap lirik lagu yang akan dinyanyikan artinya : dinamika lagu lebih sering disesuaikan dengan lirik lagu tersebut. Dengan adanya proses latihan yang demikian maka paduan suara tunanetra Karya Murni ini telah mampu tampil di berbagai acara baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta yang bersifat acara resepsi maupun bersifat keagamaan. Paduan suara Karya Murni telah mengadakan berbagai pertunjukan yaitu, Desember 2001 mengadakan mini konser di aula Karya Murni, Maret 2003 di aula Nommensen P. Siantar, dan dalam rangka memperingati ulang tahun Karya Murni yang ke-50, Juni 2003 mengadakan sebuah konser di Tiara Convention Hall Medan. Paduan suara Karya Murni juga telah mengikuti beberapa Festival Paduan suara Umum di Kotamadya Medan, antara lain : April 2004 Festival Paduan suara dan Vocal Group
Universitas Sumatera Utara
Tingkat SMU se Kotamadya Medan yang memperoleh peringkat III untuk paduan suara dan peringkat I untuk Vocal Group Mei 2004 paduan suara antar gereja se-kotamadya Medan juga memperoleh peringkat III. Lebih jauh lagi paduan suara ini telah berhasil membuat rekaman dalam bentuk kaset pita dan CD yang telah beredar ke masyarakat. Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang diperoleh paduan
suara
Karya
Murni
masih
tetap
menjaga
eksistensinya dengan mengadakan latihan bernyanyi secara rutin yang bertujuan menambah pengetahuan lagu-lagu yang biasanya dinyanyikan baik dalam acara kebaktian di Karya Murni maupun dalam menghadiri undangan dari masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap paduan suara tunanetra Karya Murni dan menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul “PROSES PEMBELAJARAN BERNYANYI DALAM KELOMPOK PADUAN SUARA TUNANETRA KARYA MURNI JL.KARYA WISATA KECAMATAN MEDAN JOHOR MEDAN”.
1.6 Pokok Permasalahan Dari latar belakang yang dikemukakan ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana metode dan teknik yang digunakan oleh pelatih di dalam membangun kelompok paduan suara Karya Murni dan bagaimana teknik belajar lagu. Apakah mempunyai perbedaan atau persamaan dengan paduan suara yang umum. 2.
Bagaimana teknik yang digunakan oleh pelatih di dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan atau konser.
Universitas Sumatera Utara
1.7 Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Berdasarkan pada latar belakang dan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana metode dan teknik yang digunakan pelatih dalam membangun kelompok paduan suara karya murni. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran bernyanyi dalam kelompok Paduan Suara tunanetra Karya Murni sejak latihan sampai pada penampilan. 3. Untuk mengetahui bagaimana interaksi pelatih terhadap anggota Paduan Suara.
1.3.2. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk menambah wawasan kepada para pembaca bahwa tunanetra juga memiliki potensi bernyanyi dalam bentuk paduan suara melalui proses pembelajaran yang khusus. 2) Sebagai motivasi kepada pembaca bahwa keterbatasan fisik seseorang tidak menjadi penghalang untuk mengembangkan kemampuan bernyanyi khususnya bernyanyi dalam kelompok paduan suara. 3) Untuk menambah referensi atau tulisan yang membahas tentang anak luar biasa. 4) Untuk menambah referensi dan dokumentasi tentang paduan suara di jurusan Ednomusikologi Fakultas Sastra USU.
Universitas Sumatera Utara
1.8 Konsep Dan Teori 1.4.1. Konsep Konsep memiliki tiga pengertian yaitu : 1. Rancangan atau buram surat dsb, 2. Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit. 3. Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2002 : 588). Sedangkan (Mardalis, 2003 : 46 ) konsep adalah satu kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan. Penulis akan menguraikan beberapa konsep dari tulisan yang ada mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul tulisan ini. Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu (KBBI, 2002 : 899). Untuk mencapai suatu tujuan yang bernilai, diperlukan suatu usaha, baik dalam penggunaan waktu yang efektif maupun kerja keras yang maksimal, baik di bidang sains maupun dalam ilmu sosial seperti di dalam pendidikan luar biasa khususnya tunanetra, untuk dapat
mandiri dalam mengembangkan potensinya
dibutuhkan suatu proses dengan pelayanan dan pelatihan yang bersifat kontiniu dengan menggunakan metode khusus serta menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung. Pembelajaran adalah proses, cara, pembuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI, 2002 : 17). Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses yang bertalian sangat erat dengan belajar. Bertitik tolak dari pengertian di atas maka pembelajaran merupakan hal atau cara yang sangat penting dalam mengembangkan makhluk hidup khususnya manusia. Perkembangan yang dapat dicapai melalui pembelajaran umumnya mencakup dua hal penting yaitu, perkembangan metode belajar dan sikap belajar. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI,
Universitas Sumatera Utara
2002 : 17). Dengan kata lain belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu individu yang dapat mengalihkan cara berpikir atau tingkah laku dari ketidaktahuan menjadi tahu tentang suatu ilmu atau objek. Bernyanyi adalah mengeluarkan suara bernada, berlagu (dengan lirik atau tidak) (KBBI, 2002 : 810). Pada dasarnya bernyanyi bersama dapat dibagi menjadi dua yaitu ; a) Bernyanyi bersama secara teratur dan terencana, pada waktu dan tempat tertentu dan secara rutin disebut paduan suara. b) Bernyanyi bersama secara spontan misalnya sore hari di muka rumah, ini tidak dapat disebut paduan suara (Pusat Musik Liturgi Yogyakarta 1978 : 7). Kelompok adalah kumpulan tentang orang, binatang dsb (KBBI, 2002 : 534). Seperti yang kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu individu dengan individu lainnya. Dalam setiap aspek kehidupannya masing-masing individu harus bersosialisasi dengan individu lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mempererat sosialisasi tersebut
maka manuasia biasanya membentuk suatu kelompok yang didasari oleh
prinsip-prinsip yang telah disepakati bersama. Paduan suara berasal dari kata suara yang terpadu yang terdiri dari paduan suara besar
atau kecil. Dengan demikian paduan suara adalah bernyanyi secara serentak,
terpadu dengan keselarasan volume yang baik dan terkontrol, mengikuti keselarasan harmoni dan juga memberikan interprestasi yang sedekat-dekatnya pada kemauan komposer (Harahap, 2005 : 1). Selanjutnya Harahap menjelaskan bahwa paduan suara terbagi lagi atas beberapa jenis yaitu : •
Paduan suara campuran (Chourus/choir) : anggotanya terdiri dari wanita dan pria dewasa.
Universitas Sumatera Utara
•
Paduan suara wanita/Ibu-ibu (Woman choir) : anggota/penyanyi hanya wanita saja.
•
Paduan suara pria/Bapak (Man choir) : anggota/penyanyi hanya pria saja.
•
Paduan suara anak-anak (Boy choir) : anggotanya/ penyanyi hanya anak-anak, baik mereka itu laki-laki semua, wanita semua atau gabungan dari keduanya. Berdasarkan konsep di atas maka paduan suara tunanetra Karya murni
digolongkan pada jenis paduan suara campuran. Secara harafiah tunanetra berasal dari dua kata, yaitu : a. Tuna (Tuno: Jawa) yang berarti rugi yang kemudian diidentikkan dengan rusak, hilang, terhambat, terganggu, tidak memiliki. b. Netra (Netro : Jawa) yang berarti mata. Namun demikian kata tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berarti adanya kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau terganggunya organ mata (Purwaka, 2005 : 36). Rogow dalam bukunya yang berjudul Helping the Visual Impaired child with developmental Problems (1988 : 33) dan Masson dalam bukunya yang berjudul Visual Impairment : Access to Education for Children and Young people (1997 : XV) memberi istilah ketunanetraan sebagai visual Impairment. Kerusakan penglihatan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan semua bentuk kehilangan penglihatan. Dalam istilah tersebut digambarkan tentang jenis ketunanetraan yang meliputi buta (Blind) dan kurang penglihatan (Low Vision). Buta digunakan untuk mendeskripsikan anak yang betul-betul menggunakan metode perabaan dalam belajarnya. Sedangkan kurang penglihatan untuk menyebut anak yang sebagian besar belajarnya mengutamakan metode penglihatan.
Universitas Sumatera Utara
Karya Murni adalah nama dari sebuah yayasan swasta yang bersifat sosial di mana yayasan ini mendirikan sekolah dan asrama khusus untuk anak luar biasa yaitu tunanetra dan tunarungu. Yayasan ini didirikan oleh sekelompok biarawati yang menamakan dirinya Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY). Dalam tulisan ini penulis secara khusus akan membahas cacat netra. Mereka dibesarkan, diasuh, dididik, diberdayakan bukan karena mereka dipandang sebagai orang yang mesti dikasihani. Karya Murni mempunyai keyakinan dasar bahwa sebagai ciptaan mereka adalah citra atau gambaran Tuhan Allah yang sederajat dengan orang lain. Mereka mempunyai hak untuk mewujudkan jati diri mereka, tapi proses itu dilakukan mesti dengan menghormati kemungkinan yang ada dalam diri mereka. Jl.Karya Wisata Kecamatan Medan Johor Medan adalah tempat dimana lokasi Yayasan Tunanetra Karya Murni berada. Pada tahun 1964 Yayasan Tunanetra Karya Murni berada di Jl. Hayam Wuruk No.11 Medan. Kemudian pada tahun 1980 Yayasan ini pindah ke Jl.Karya Wisata Kecamatan Medan Johor Medan.
1.4.2. Teori Teori diartikan sebagai pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan azas-azas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan secara pendapat cara-cara dan aturanaturan untuk melakukan sesuatu (Poerdarminta, 1976 : 10). Menurut Adjie (2006) musik adalah kesenian yang bersumber dari bunyi. Musik dibangun oleh 4 unsur, nada atau bunyi yang teratur, amplitude kuat lemahnya bunyi yang bahasa musiknya disebut “dinamik”. Unsur waktu yang terdiri atas panjang pendeknya bunyi (hitungan panjang pendeknya / ketukan nada serta timbre atau warna
Universitas Sumatera Utara
suara (sound). Apabila cetusan ekspresi isi hati dikeluarkan lewat mulut manusia disebut musik vokal, dan apabila lewat alat-alat musik disebut dengan instrumentalis. Salah satu bentuk musik vokal adalah paduan suara. Seperti pada penjelasan konsep di atas, Harahap mengatakan Paduan suara adalah bernyanyi secara serentak, terpadu dengan keselarasan harmoni dan juga memberikan interprestasi yang sedekatdekatnya pada kemauan komposer. Ada beberapa hakikat penting yang diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme di dalam belajar musik, dimana dalam penelitian ini secara khusus membahas musik vokal yaitu paduan suara. Hakikat tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Hakikat kecerdasan Melalui pendapat Gardner, Seashore, Tetrunis, Bersom dan Forcucci dapat disimpulkan bahwa : kecerdasan musik adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan kegiatan musik dengan memiliki kepekaan akan unsur-unsur yang terkait yaitu kepekaan melodi, ritme, harmoni, bentuk, dinamik, irama dan ekspresi
disertai pemahaman,
pengetahuan dan keterampilan yang mendukung. Sesuai dengan teori belajar dari : Bloom kecerdasan bermusik akan dibentuk melalui 3 aspek yaitu : a. Aspek kognitif : dalam membentuk pemahaman dan dapat menerapkan pengetahuan yang diajar. b. Aspek Psikomotorik : Dalam membentuk ketrampilan untuk menyanyi, mengaba-aba, mengiringi dan beransambel. c. Aspek Afektif ; dalam membentuk penghayatan musik serta membangkitkan motivasi belajar bagi peserta.
Universitas Sumatera Utara
2. Hakikat model pelatihan Melalui pendapat Good, Travers, Harre dan Snelbecker(hakikat model) serta Davis dan Werthor (hakikat pelatihan) dapat disimpulkan bahwa model sebagai sebuah prosedur yang dalam hal ini adalah prosedur pembelajaran yang menggambarkan langkah, kegiatan dan strategi pembelajaran yang dilakukan selama pelatihan 3. Hakikat Motivasi Melalui pendapat dari Sherif, Gagne, Shield, Bredemeir dan Gredler : dihasilkan sebuah rangkuman tentang hakikat motivasi yang berbunyi sebagai berikut ; motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan suatu tindakan. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme para anggota paduan suara Karya Murni melalui pembelajaran perlu adanya usaha dalam membangun motivasi agar memiliki semangat saat mengikuti pembelajaran. Menurut Meriam dalam bukunya yang berjudul The Antropology of musik 145163, ada dua proses pembelajaran musik yaitu : a. Learning musik by imitation (pembelajaran musik dengan proses meniru). Belajar musik dengan proses meniru merupakan suatu belajar musik yang tidak melibatkan pengajar, materi pelajaran dan tempat belajar yang formal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses belajar semacam ini adalah proses belajar musik yang paling sederhana karena hanya melibatkan musik sebagai sumber bunyi. Dalam hal ini seorang pelajar musik akan mendengarkan dan mengamati musik yang dimainkan oleh pelaku musik yang kemudian ditiru berdasarkan rasa musik yang dimiliki oleh pelajar itu. Dalam proses belajar musik ini pelaku musik yang ditiru sangat beragam seperti : meniru musisi yang digemari, meniru orang yang terdekat dan yang lebih tua misalnya saudara dan orangtua dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Learning musik by teaching (Proses belajar musik dengan pengajaran). Proses belajar musik ini melibatkan 3 hal penting yaitu : a. Motivation (motivasi). Motivasi merupakan suatu teknik yang melibatkan punishment (hukuman), diberikan apabila murid bersalah. Threatened(ancaman) memberi peringatan kepada para murid agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan inciting (memacu), dilakukan agar murid lebih bersemangat. b. Guidence (bimbingan), terdiri dari leading (pengarahan) yang mana guru memberi penjelasan tentang apa yang sedang diajarkan. Instructing (perintah), guru memerintahkan
murid
untuk
mempraktekkan
apa
yang
sedang
diajarkan.
Demonstrating (mempertunjukkan), guru memberi contoh kepada murid tentang apa yang sedang diajarkan. c. Reword (Penghargaan), terdiri dari helping (memberikan bantuan), giving (pemberian hadiah), praising (memberikan pujian) dan allowing (memberikan pengakuan).
1.9 Metode Penelitian Dalam melakukan metode penelitian, penulis akan mempergunakan penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala atau kelompok-kelompok tertentu atau menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakyat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesa, mungkin juga belum tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan masalah yang bersangkutan (Koenjeaningrat, 1999 : 29), penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang maksudnya ialah memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendekati suatu gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia atas pola-pola (Bogdan, 1975 : 4-5).
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, penulis adalah merupakan peneliti partisipatif (terlibat) di mana penulis adalah menjadi bagian dari objek yang diteliti yaitu Paduan suara Tunanetra Karya Murni. Dalam etnomusikologi, dikenal istilah teknik lapangan dan metode lapangan. Teknik mengandung arti pengumpulan data-data secara rinci di lapangan sedangkan metode lapangan sebaliknya mempunyai cakupan yang lebih luas meliputi dasar-dasar teoritis yang menjadi acuan bagi teknik penelitian lapangan. Teknik menunjukkan pemecahan masalah, pengumpulan data hari demi hari, sedangkan mencakup teknikteknik dan juga berbagai pemecahan masalah sebagai bingkai kerja dalam penelitian lapangan (Meriam, 1964 : 39-40).
1.5.1. Studi Kepustakaan Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu penulis
melakukan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan referensi-referensi yang berupa buku dari perpustakaan, jurnal, makalah, skripsi sarjana, artikel, maupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan Yayasan Karya Murni maupun tunanetra. Tujuan dari pengumpulan dari referensi ini untuk mencari informasi yang lengkap dan akurat tentang konsep, teori dan data-data pendukung tulisan ini.
1.5.2. Wawancara Untuk membantu pengumpulan data penulis melakukan wawancara dengan informan di mana wawancara ini teknik tanya jawab yang sangat penting dalam sebuah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua jenis wawancara menurut
Koentjaningrat (1981 : 162-196) yaitu
wawancara berencana dan wawancara tidak berencana. Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun oleh peneliti. Sebaliknya, wawancara tidak berencana merupakan wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya. Sewaktu-waktu wawancara tidak berencana dapat muncul dalam wawancara berencana. Hal ini dapat disebabkan keterbatasan penelitian tentang topik wawancara atau bisa disebabkan oleh situasi dan kondisi saat melakukan wawancara serta daya ingat peneliti dan narasumber. Hasil
wawancara
ditentukan
oleh
faktor-faktor yang
berinteraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah pewawancara, respondens, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.
1.5.3. Kerja Laboratorium Kerja laboratorium ini pada dasarnya dikerjakan dalam beberapa tahap kerja. Pertama mencatat semua data tentang paduan suara Karya Murni. Kedua, membuat transkripsi dari beberapa sampel lagu yang dipelajari oleh Paduan suara Karya Murni. Dalam hal ini transkripsi yang dilakukan adalah mengubah notasi balok dari partitur yang biasa digunakan ke dalam bentuk susunan notasi braille yang mana notasi ini merupakan huruf timbul yang dapat diraba yang biasa digunakan oleh anak tunanetra.
1.5.4. Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian penulis adalah di Panti Asuhan Karya Murni Jl.Karya Wisata Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Medan. Adapun alasan memilih lokasi ini :
Universitas Sumatera Utara
1. Karena lokasi tersebut masih berada di daerah Kotamadya Medan sehingga mudah untuk dijangkau dalam pelaksanaan penelitian. 2. Karena penulis pernah terlibat dalam kelompok paduan suara tersebut 3. Karena kegiatan paduan suara tersebut masih tetap berlangsung sampai penelitian ini dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara