HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tahapan Eksplorasi Tahap ini merupakan tahap dimana pengguna sistem dalam hal ini adalah penulis menuliskan kebutuhan-kebutuhan informasi yang akan dicover didalam sistem untuk release pertama. Masing-masing cerita yang dituliskan oleh pengguna kemudian dibuat menjadi sebuah modul program, sehingga akan menghasilkan dokumentasi yang diharapkan. Dokumentasi itu adalah : 1. Dokumentasi atas visi dan ruang lingkup pekerjaan Visi Dikarenakan dalam penelitian ini bukan merupakan penelitian dalam suatu organisasi, maka visi yang akan dikembangkan adalah bagaimana sistem yang akan dikembangkan ini menjadikan petani sebagai direct user / pengguna langsung daripada informasi dan teknologi informasi. sehingga memudahkan petani untuk mendapatkan informasi secara langsung dari berbagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pandangannya dalam melihat berbagai kesempatan dan peluang yang tersedia yang tentunya dipengaruhi oleh kondisi petani dan sumber informasi. Ada beberapa indikator yang dilihat berdasarkan tingkat kemudahan dalam mendapatkan informasi yaitu : a. Faktor komunikatif Keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dapat dianalogikan bahwa orang tersebut kurang komunikatif. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut, adanya perbedaan kultur / budaya, bahasa, jarak atau lokasi yang jauh dengan sumber informasi, sehingga untuk dapat berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya
sulit
untuk
dilakukan.
Terjadinya
komunikasi
ini
memungkinkan pihak-pihak yang berkomunikasi saling memberikan serta saling bertukar pendapat dan pengalaman tentang materi yang di diskusikan dalam suasana demokratis dengan dinamika kebersamaan yang tinggi. ada berbagai cara dan metode dalam menyampaikan informasi di antaranya melalui media massa, kelompok, dan melalui pemanfaatan teknologi
37
informasi seperti fasilitas internet, perangkat mobile, dan lain sebagainya. Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi sampai saat ini dianggap sebagai saluran informasi dan komunikasi yang paling efektif untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan penggunaan perangkat teknologi informasi dan pemanfaatan fasilitas yang dimiliki oleh perangkat tersebut sudah menyebar keseluruh lapisan masyarakat seperti penggunaan telepon seluller mulai dari yang primitif sampai yang sudah canggih, sudah banyak dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk oleh para petani dalam hal ini adalah petani cabai. Persyaratan utama agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dimana pesan yang diterima jelas dan dapat dimengerti oleh sasaran adalah diupayakan agar pesan tersebut berisi hal-hal yang mudah dipahami oleh sasaran, baik dari segi isi materi maupun bahasa yang digunakan, dan pesan tersebut disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai. Kemudian dari segi aplikasi diupayakan aplikasi tersebut bersifat user friendly yaitu mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna informasi. Untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sumber-sumber informasi seperti : kelompok tani, masyarakat luas, penyuluh, dan innovator, maka petani dapat menggunakan teknik-teknik berkomunikasi baik secara langsung melalui tatap muka atau menggunakan peralatan komunikasi sehingga petani dapat menerima jawaban secara langsung ataupun secara tidak langsung (tidak tatap muka, tetapi melalui media komunikasi dengan berinteraksi melalui surat menyurat, email) sehingga petani menerima jawaban
secara
tidak
langsung,
melakukan
pendekatan
secara
perorangan(orang per orang), pendekatan kelompok (misalnya : kelompok diskusi, kelompok tani), maupun pendekatan massal (misalnya tv, radio, pameran). Dengan demikian aplikasi mobile ini sangat diperlukan untuk dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara petani dalam hal ini adalah petani cabai dengan sumber pengetahuan baik secara tacit (seperti pakar, police maker, produsen, lembaga penelitian, perguruan tinggi) maupun
38
secara explicit (buku, jurnal, bulletin, proceeding,sistem konsultasi online) yang sudah dikemas dalam aplikasi tersebut. b. Penggunaan saluran dan alat komunikasi Saluran dan alat komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan proses penyampaian informasi kepada petani. Dimana sampai saat ini para petani masih kesulitan dalam mendapatkan informasi mengenai produksi hasil pertaniannya yang sesuai dengan kebutuhannya mulai dari informasi pemanfaatan lahan,pembibitan, sampai pada proses pemasaran. Dalam penelitian ini sistem konsultasi agribisnis cabai berbasis mobile yang akan dikembangkan meliputi gambaran umum mengenai cabai mulai dari sejarah, klasifikasi, morfologi, dan syarat tumbuh, informasi harga pasar, informasi prakiraan cuaca, informasi kebijakan/kemitraan, dan informasi teknologi pra dan pasca panen. Rendahnya penggunaan dan pemanfaatan saluran komunikasi oleh petani karena kurang tersedianya sumber informasi yang lebih spesifik terhadap produk pertanian yang dimiliki atau diolah oleh petani, disamping itu, pesan-pesan atau informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan petani sehingga dalam penelitian ini sistem konsultasi yang akan dikembangkan lebih spesifik pada produk pertanian cabai, sehingga petani cabai dapat menjadikan aplikasi ini sebagai satu-satunya sumber informasi yang paling akurat yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena sumber pengetahuannya berasal dari pakar bukan dari sekelompok orang yang kurang paham atau tidak tahu sama sekali dengan produk pertanian tersebut. c. Penyuluhan Penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga / masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian (Totok Mardikanto, 1991). Penyebaran informasi dalam penyuluhan pertanian juga mencakup penyebaran informasi yang berlangsung antar penentu kebijakan, antar
39
peneliti, antar petani, dan antar pihak-pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian. Materi dan metode penyuluhan yang tidak komunikatif menurut persepsi petani, masih menjadi perhatian penyuluh dan lembaga atau institusi yang menyusun program penyuluhan. Menurut Totok Mardikanto, 1991,
materi
penyuluhan
merupakan
segala
pesan
yang
ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan-pesan atau informasi yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi. Materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh petani dan akan bermanfaat untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Sehubungan dengan itu, informasi yang disampaikan dapat dibedakan dalam bentuk pesan yang bersifat informative, persuasif, dan entertainment yang mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan ke arah terjadinya pembaruan dalam segala aspek kehidupan masyarakat sasaran. Demikian pula pada kegiatan penyuluhan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat sasaran, yakni informasi yang bermakna (Asngari, 2001): (1) informasi tersebut secara ekonomis
menguntungkan,
(2)
informasi
tersebut
secara
teknis
memungkinkan dapat dilaksanakan, (3) informasi tersebut secara sosial dan psikologis dapat diterima sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan (4) informasi tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah. Menurut Slamet dan Asngari (1969); Wiriatmadja (1986); Kim(1989), beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode penyuluhan yaitu: sebanyak-banyaknya sasaran yang harus dilayani, sesering-seringnya berinteraksi dengan sasaran dan semurah-murahnya, tetapi menjadi media pengalaman belajar yang efektif. Penggunaan metodemetode penyuluhan, didasarkan pada persyaratan-persyaratan sebagai berikut: (1) sesuai dengan keadaan sasaran, (2) cukup dalam jumlah dan mutu, (3) tepat mengenai sasaran dan pada waktunya, (4) amanat harus mudah diterima dan dimengerti, dan (5) murah pembiayaannya atau efesien.
40
Dalam melakukan penyuluhan, seorang penyuluh harus memiliki kemampuan dan mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh petani, serta mengenali latar belakang dan keadaan petani binaannya. Menurut Padmanegara dan Slamet (1978), tugas ideal seorang penyuluh adalah : (1) menyebarkan informasi yang bermanfaat, (2) mengajarkan pengetahuan, (3) memberikan rekomendasi yang lebih menguntungkan untuk perbaikan kehidupan sasaran penyuluhan, (4) mengusahakan berbagai fasilitas usaha yang lebih menggairahkan sasaran penyuluhan, dan (5) menumbuhkan keswadayaan dan keswakarsaan dalam usaha perbaikan. Oleh sebab itu, tugas penyuluh dinilai berhasil apabila penyuluhan yang dilakukan menimbulkan perubahaan dalam aspek perilaku sasaran penyuluhan yang mengarah ke perbaikan taraf kehidupan. Dengan demikian, dengan adanya sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile ini dapat dijadikan sebagai alat dan sumber informasi bagi para penyuluh pada saat memberikan penyuluhan kepada para petani cabai, sehingga petani bisa langsung membuktikannya melalui perangkat mobile yang dimilikinya. Dengan harapan ketika selesai penyuluhan, petani tidak perlu lagi lupa dan mengingat-ingat kembali materi / informasi yang disampaikan oleh penyuluh karena mereka langsung dapat mengakses segala informasi yang dibutuhkannya melalui perangkat mobile yang dimilikinya. d. Faktor keterjangkauan petani. Dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan, keterjangkauan petani dalam memperoleh informasi pertanian masih rendah, hal ini disebabkan oleh jarak petani dengan sumber informasi yang jauh serta biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi pertanian relatif besar, Dengan demikian, dengan adanya sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile ini dapat menjadi jembatan yang mendekatkan antara petani dengan sumber informasi serta dapat lebih meringankan biaya yang relatif lebih murah dan terjangkau bagi petani cabai.
41
Ruang Lingkup Pekerjaan Adapun ruang lingkup pekerjaannya adalah lebih spesifik pada petani cabai. Dalam penelitian ini studi kasusnya bertempat di dataran tinggi Liwa, Lampung Barat mengingat bahwa Liwa adalah representasi dari petani cabai atau kebun cabai yang sudah maju dan secara teknikal para petani bisa menggunakan informasi dengan menggunakan teknologi informasi berupa perangkat mobile.
Selain di Liwa, penelitian juga dilakukan di daerah
Kuningan Jawa Barat tepatnya di Desa Sukamukti dan Desa Cisantana.
2. Dokumentasi Struktur Proyek Yang Akan Dikembangkan Sistem konsultasi online agribisnis cabai pada penelitian ini berisi tentang informasi-informasi yang dibutuhkan petani sekitar budidaya cabai dari mulai pengenalan cabai, syarat tumbuh, pengadaan benih sampai pada pemasaran. Kebutuhan akan cabai, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk. Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik. Beberapa faktor pendukung yang bersifat teknologi (non kelembagaan) yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis budidaya cabai berskala usaha
42
kecil, guna mengantisipasi peluang permintaan di atas, sebenarnya masih dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan. Penataannya mencakup perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi yang dimulai dari : (1) proses persiapan dan pembuatan pembibitan cabai, (2) penyediaan benih cabai yang unggul dan bebas dari penyakit virus, (3) persiapan lahan budidaya, (4) penerapan teknologi penanaman cabai, (5) pemeliharaan tanaman, (6) proses panen, (7) proses penanganan hasil panen dan (8) distribusi dan pemasaran hasil panen (produksi cabai). Perbaikan terhadap faktor pendukung penerapan teknologi tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk dapat menekan resiko kegagalan produksi sampai pada tingkat yang sekecil mungkin. Sedangkan peluang yang menyangkut perlunya faktor pendukung yang bersifat kelembagaan mencakup kegiatan pengorganisasian proyek mulai dari : (1) persiapan pengusulan proyek sampai dengan untuk mendapatkan bantuan pembiayaan (kredit), (2) penyeidaan prasarana dan sarana produksi, (3) program pendampingan selama masa produksi, (4) penanganan hasil, (5) distribusi dan pemasaran hasil dan (6) selama proses pemenuhan kewajiban finansial. Sesuai dengan batasan masalah yang tertuang dalam ruang lingkup penelitian, berikut ini akan diuraikan mengenai informasi-informasi yang tersedia dalam sistem konsultasi online agribisnis cabai meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian, namun akan di awali dengan sejarah serta klasifikasi dan morfologi cabai : a. Sejarah tanaman cabai Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Dermawan,
43
2010). Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin(A,C), damar, zat warna kapsantin, kapsarubin, zeasantin,
kriptosantin,
clan
lutein.
Selain
karoten, itu,
juga
mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat
aktif
kapsaisin
berkhasiat
sebagai
stimulan.
Jika
seseorang
mengkonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak nafas, dan gatal-gatal. b. Klasifikasi dan morfologi cabai Tanaman cabai diklasifikasikan kedalam spesies Capsium anuum. L. Berikut adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai secara detail (USDA, 2011) : Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: Capsicum annuum dan lain-lain
Varietas
: Capsicum annuum L. var. annuum
Buah cabai berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm. Cabai di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah dan cabai keriting. Permukaan buah cabai merah halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai keriting bentuknya lebih ramping
44
dengan cita rasa sangat pedas. Cabai dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai memiliki ciri- ciri antara lain: - Bentuk buah besar, panjang dan meruncing - Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna merah - Kulit buah agak tipis - Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagianbagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. 1. Akar Menurut (Harpenas,2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar-akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil-kecil dan membentuk masa yang rapat. 2. Batang Batang utama cabai menurut (Hewindati,2006) tegak dan pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50150 cm, merupakan tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 510 cm dengan diameter data 5-2 cm.
45
3. Daun Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati, lonjong, atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati,2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan
ujung meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus,
tulang daun berbentuk menyirip
dilengkapi urat daun. Bagian
permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan daun tunggal, tersebar. Helaian daun
bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak bentuknya bulat telur sampai elips, ujung
runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan menyirip, panjang 1,512 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau. 4. Bunga Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga
berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga.(Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5 - 6 helai, panjangnya 1 - 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning. 5. Buah dan Biji Buah cabai,buahnya buah buni berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih,
46
berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.
c. Syarat tumbuh tanaman cabai Syarat tumbuh tanaman cabai dalam budi daya tanaman cabai adalah sebagai berikut : 1. Iklim Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 – 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24C. Pada suhu tertentu seperti 150 C dan lebih dari 320C akan
280
menghasilkan buah cabai yang kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya terlalu dingin. 2. Sinar Matahari Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal. 3. Curah Hujan Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000 mm/tahun. 4. Suhu dan Kelembaban Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam hari 130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%. 5. Angin Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
47
6. Tanah Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai.Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat (Harpenas, 2010). Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik) sangat disukai (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai dapat tum buh disegala macam tanah, akan tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang menggenang. c. Informasi pasar Komoditas cabai secara intrinsik memiliki sifat cepat busuk, rusak, dan susut besar merupakan masalah yang dapat menimbulkan resiko baik resiko produksi maupun resiko pasar (harga). Permasalahan pokok pengembangan agribisnis cabai adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan tersebut nampak nyata pada produk cabai untuk tujuan pasar super market/hiper market, industri pengolahan,
konsumen
institusi(hotel, restaurant, rumah sakit), dan terlebih untuk
tujuan pasar
ekspor. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya
penguasaan
teknologi (teknologi pembibitan, budidaya, serta panen dan penanganan pasca panen), sistem usahatani cabai yang masih sporadis sehingga produksi tersebar dengan mutu yang beragam, serta lemahnya koordinasi antar pelaku agribisnis menyebabkan struktur jaringan agribisnis cabai yang
48
terbangun kurang kukuh. Konsekuensinya adalah komoditas cabai sebagai salah satu pertanian
komoditas sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan belum dapat dimaksimalkan, kesempatan kerja dan peluang
berusaha yang tercipta masih terbatas, bernilai tambah rendah, serta kurang memiliki daya saing di pasar. Sekalipun
ada
kecenderungan
peningkatan
kebutuhan,
tetapi
permintaan terhadap cabai untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai adalah petani kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik.sehingga petani kurang mengetahui mengenai perkembangan pasar mengenai harga pokok cabai di beberapa daerah khususnya daerah tempat dimana petani berada. Berikut ini adalah perkembangan harga pokok cabai selama setahun terakhir mulai dari bulan maret 2010 sampai dengan bulan maret 2011 berdasarkan data yang diterima dari Departemen Pertanian RI yang bersumber pada data Kementrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.
49
Tabel 4.1
PERKEMBANGAN HARGA POKOK CABAI PER BULAN MARET 2010 SAMPAI MARET 2011 DI 33 PROVINSI DI INDONESIA (/Kg) NO.
1 2
NAMA KOTA Banda Aceh Medan
3
Padang
4
Pakanbaru
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jambi Palembang Bengkulu Bandar Lampung Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Denpasar Mataram Kupang Gorontalo
RATA - RATA HARGA POKOK CABAI PER BULAN MARET 2010 - MARET 2011 Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
12,773
17,667
19,632
34,045
38,500
30,667
15,579
11,286
23,095
39,810
51,333
39,235
19,917
12,864
17,250
17,632
21,545
37,909
29,048
14,526
12,810
19,000
28,000
42,667
31,706
18,609
8,636
13,000
16,579
31,545
35,364
24,667
12,632
14,810
20,190
34,857
44,252
38,794
22,940
11,909
15,000
15,632
25,000
29,318
32,143
18,105
13,238
17,333
24,000
44,857
30,000
20,870
13,636
16,375
18,105
27,455
41,045
34,571
23,316
19,000
27,143
38,429
50,619
43,235
28,565
9,227
16,000
18,895
29,864
34,591
24,571
16,474
16,143
22,619
36,286
43,238
34,647
20,833
16,995
20,525
22,884
31,364
37,927
27,524
18,968
16,495
18,410
32,638
39,781
38,706
26,783
13,807
15,975
21,053
29,648
37,503
20,702
15,013
15,429
16,295
37,494
37,219
27,859
21,688
7,482
13,275
16,163
26,450
29,045
16,629
11,800
11,948
13,376
25,700
27,114
20,635
16,533
11,868
13,525
15,688
25,257
31,995
23,052
13,853
13,148
13,699
22,194
33,796
28,493
18,523
9,500
14,950
15,474
25,023
29,045
17,905
13,605
12,239
19,976
26,667
38,594
20,411
15,762
13,909
13,000
12,211
18,545
24,318
23,619
14,737
10,286
10,857
19,714
28,857
22,118
23,000
14,214
13,825
12,579
20,009
20,795
15,676
9,974
6,938
8,300
20,605
30,548
25,547
16,674
20,125
24,513
23,566
21,759
22,130
21,739
21,713
19,805
18,583
19,086
31,279
38,947
40,793
10,409
21,350
32,263
12,705
24,227
29,762
26,842
23,738
29,476
39,738
60,810
66,676
60,261
50
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda
18,250
21,171
21,864
18,080
26,833
22,921
20,881
21,050
21,143
24,607
26,412
25,000
17,364
15,000
15,842
31,864
50,000
50,000
41,842
24,333
23,286
32,857
53,810
42,353
33,174
12,705
24,417
22,798
37,629
43,773
30,738
22,070
18,381
19,214
36,119
50,349
20,450
17,630
17,886
19,313
19,289
20,114
41,023
51,476
41,401
34,393
35,905
55,810
92,667
90,294
32,696
16,693
15,313
19,053
15,364
22,136
28,786
24,632
17,167
26,286
22,929
27,774
29,706
18,543
12,273
10,500
10,000
15,977
28,659
32,607
25,421
23,571
24,405
24,417
25,536
20,047
15,430
16,318
18,125
13,526
17,114
29,318
31,429
42,789
36,476
28,131
22,167
24,524
18,188
20,183
25,227
26,875
26,053
30,045
44,773
50,476
35,421
33,571
35,952
36,571
29,286
23,235
34,783
25,000
25,000
26,421
29,636
32,000
35,190
35,000
35,000
35,000
35,000
35,000
35,000
35,029
12,496
14,766
15,632
27,503
38,750
33,282
17,816
15,985
17,453
32,506
41,901
37,755
26,444
22,045
19,500
16,000
27,000
40,227
44,524
26,789
19,810
18,095
43,190
60,095
45,588
28,348
14,909
12,875
12,737
15,409
26,909
33,857
27,237
18,000
18,000
20,476
22,000
21,765
17,239
44,095
57,619
55,706
32,391
41,076
34,768
25,309
Manado Palu Makassar Kendari Ambon Jayapura Banten
29
Bangka Belitung
30
Maluku Utara
31
26,420
Mamuju
32
Manokwari
33
Tanjung Pinang
19,682
23,000
24,842
38,000
44,909
40,857
Rata2 Nasional :
15,228
17,470
18,633
25,276
33,367
30,798
28,105 22,806
23,095 19,213
29,333 21,802
31,161
Sumber : Dinas Perindag
51
Berdasarkan Tabel 4.1 , perkembangan harga pokok cabai di 33 Provinsi di Indonesia selama kurun waktu 1 tahun yaitu dari bulan maret 2010 sampai dengan bulan maret 2011 masing-masing mengalami fluktuasi, dan terdapat beberapa provinsi yang tidak memiliki data mengenai perkembangan harga pokok cabai ini seperti provinsi : Padang, Pekanbaru, Manado, Maluku Utara dan Manokwari. Rata-rata harga pokok cabai terbesar dalam kurun waktu 1 tahun yaitu di provinsi Samarinda seharga Rp. 42.482,-/Kg
dan rata-rata terkecil yaitu provinsi Mataram seharga Rp.
16.591,- / Kg. selain itu rata-rata harga pokok cabai di 33 provinsi mengalami fluktuasi dengan rata-rata harga pokok tertinggi terdapat pada bulan Januari 2011 sebesar Rp. 40.637,-/Kg dan rata-rata harga terendah pada bulan Maret 2010 sebesar Rp. 15.406,-/Kg . Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 dimana dari mulai bulan Maret 2010 sampai bulan juli 2010 rata-rata harga pokok nasional cabai mengalami peningkatan namun kemudian menurun pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober dan meningkat kembali sampai mencapai harga tertinggi pada bulan januari 2011 dan kembali turun sampai bulan Maret 2011. Tabel 4.2
Dilihat dari produktivitasnya, perkembangan produktivitas cabai di setiap provinsi di Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi juga seperti pada Tabel 4.3
52
Tabel 4.3 Produktivitas Cabe Merah Menurut Provinsi, 2005 - 2009 (Ton/Ha) Pertumbuhan/
Tahun/Year No.
Growth
Propinsi/Province
2009 over 2008 2005
2006
2007
2008
2009 (%)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
3.46
4.80
4.70
6.27
4.41
-29.67
2
Sumatera Utara
8.17
8.20
8.53
8.87
8.53
-3.83
3
Sumatera Barat
2.57
5.00
5.28
5.51
6.25
13.43
4
Riau
3.03
3.58
3.60
2.75
3.80
38.18
5
Jambi
7.70
6.80
5.32
5.65
5.78
2.30
6
Sumatera Selatan
2.33
3.84
1.88
3.09
3.91
26.54
7
Bengkulu
4.14
3.88
4.02
5.20
5.99
15.19
8
Lampung
3.14
3.36
3.15
3.14
3.80
21.02
9
Kepulauan Bangka Belitung
2.47
3.97
5.65
5.34
5.32
-0.37
10
Kepulauan Riau
-
2.23
7.24
6.32
4.36
-31.01
11
DKI Jakarta
2.00
3.00
-
-
-
-
12
Jawa Barat
12.71
12.16
11.96
11.51
12.99
12.86
13
Jawa Tengah
6.01
6.12
5.00
5.30
5.51
3.96
14
DI. Yogyakarta
7.90
5.53
5.34
6.70
6.38
-4.78
15
Jawa Timur
7.55
8.00
7.60
6.14
5.28
-14.01
16
Banten
4.42
3.53
3.94
3.88
3.65
-5.93
17
Bali
8.24
8.24
8.10
10.02
11.55
15.27
18
Nusa Tenggara Barat
3.40
4.61
9.47
7.94
8.08
1.76
19
Nusa Tenggara Timur
2.82
4.25
6.35
5.67
5.87
3.53
20
Kalimantan Barat
5.93
3.96
3.29
4.17
5.18
24.22
21
Kalimantan Tengah
3.34
3.27
3.55
3.88
5.79
49.23
22
Kalimantan Selatan
5.38
4.83
4.19
4.90
4.74
-3.27
23
Kalimantan Timur
4.86
4.67
4.06
4.05
5.30
30.86
24
Sulawesi Utara
5.88
6.84
7.54
8.20
9.86
20.24
25
Sulawesi Tengah
2.90
4.09
3.65
3.19
3.23
1.25
26
Sulawesi Selatan
4.90
4.67
4.39
3.74
4.06
8.56
27
Sulawesi Tenggara
2.23
2.62
2.74
2.96
4.27
44.26
28
Gorontalo
5.11
4.13
3.93
3.06
3.63
18.63
29
Sulawesi Barat
-
3.84
5.22
2.47
2.29
-7.29
30
Maluku
2.10
4.31
5.46
5.98
1.84
-69.23
53
31
Maluku Utara
2.32
2.33
2.33
2.34
1.38
-41.03
32
Papua Barat
3.43
3.43
4.24
7.89
8.30
5.20
33
Papua
2.23
2.73
2.61
2.64
4.38
65.91
Indonesia
6.39
6.51
6.30
6.37
6.72
5.49
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura Keterangan : - ) Data tidak tersedia
Berdasarkan Tabel 4.3 rata-rata pertumbuhan produktivitas cabai ton/ha di 33 provinsi di Indonesia sebesar 5.49% ton/ha dalam kurun waktu 2005-2009. dan provinsi yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi dalam kurun waktu tersebut adalah Papua sebesar 65.91% ton/ha dan provinsi dengan tingkat produktivitas yang rendah adalah provinsi Maluku sebesar 69.23%. hal ini menunjukan bahwa rata-rata tingkat produktivitas cabai setiap tahunnya masih relative kecil sehingga memeerlukan suatu solusi untuk dapat meningkatkat produktivitas tersebut. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan penyampaian informasi bagi para petani mengenai semua hal yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas cabai tersebut, sehingga para petani dapat menambah wawasan dan memiliki banyak pengetahuan baru untuk dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya, sehingga hasil produksinya menjadi lebih baik. Sementara hasil produksi yang telah dicapai selama kurun waktu 2005-2009 perkembangannya seperti pada Tabel 4.5 [BPS dan Dirjen Holtikultura] : Tabel 4.4 Produksi Cabe Merah Menurut Provinsi, 2005 – 2009 (Ton) Pertumbuhan/
Tahun/Year
Growth No.
Propinsi/Province 2005
2006
2007
2008
2009
2009 over 2005 (%)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
31,791
43,978
26,422
30,765
20,727
-32.63
2
Sumatera Utara
93,003
107,673
112,843
116,977
124,422
6.36
3
Sumatera Barat
13,458
24,766
31,787
32,432
35,777
10.31
4
Riau
5,912
7,968
8,137
6,220
7,747
24.55
5
Jambi
18,526
17,838
17,741
20,276
13,927
-31.31
6
Sumatera Selatan
12,305
20,591
10,839
19,744
20,828
5.49
54
7
Bengkulu
30,678
31,451
32,945
43,449
40,135
-7.63
8
12,545
15,724
15,229
15,963
20,368
27.60
9
Lampung Kepulauan Bangka Belitung
893
1,501
2,112
2,506
3,052
21.79
10
Kepulauan Riau
-
563
2,113
2,135
2,195
2.81
11
DKI Jakarta
4
3
-
-
-
-
12
Jawa Barat
198,343
181,366
184,764
168,101
209,265
24.49
13
Jawa Tengah
98,930
124,438
91,150
100,083
139,993
39.88
14
DI. Yogyakarta
18,081
12,298
10,411
13,446
15,118
12.43
15
Jawa Timur
60,747
75,744
73,776
63,033
65,767
4.34
16
Banten
6,436
5,011
6,276
4,534
4,076
-10.10
17
Bali
7,680
8,965
6,950
8,865
12,760
43.94
18
Nusa Tenggara Barat
1,867
2,697
4,244
4,035
4,499
11.50
19
Nusa Tenggara Timur
1,067
1,665
2,896
3,497
4,020
14.96
20
Kalimantan Barat
3,452
2,999
2,214
3,182
3,917
23.10
21
Kalimantan Tengah
1,090
1,153
1,363
2,981
2,315
-22.34
22
Kalimantan Selatan
3,563
3,504
3,396
4,424
4,047
-8.52
23
Kalimantan Timur
4,356
3,365
5,780
6,641
7,317
10.18
24
Sulawesi Utara
2,547
2,189
4,182
2,312
1,508
-34.78
25
Sulawesi Tengah
1,243
2,086
1,466
1,923
2,043
6.24
26
Sulawesi Selatan
30,168
28,262
11,102
10,915
11,322
3.73
27
Sulawesi Tenggara
820
1.154
930
658
2.163
228.72
28
Gorontalo
184
157
201
202
312
54.46
29
Sulawesi Barat
-
2,669
1,644
608
914
50.33
30
Maluku
197
431
459
287
83
-71.08
31
Maluku Utara
420
433
387
369
369
0.00
32
Papua Barat
1,118
820
1,086
3,118
2,574
-17.45
33
Papua Indonesia
Sumber
306
557
1,982
2,026
3,873
91.16
661,730
736,019
676,828
695,707
787,433
13.18
: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Keterangan : - ) Data tidak tersedia
Berdasarkan Tabel 4.4, menurut data yang diterima dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Departemen Pertanian, pertumbuhan hasil produksi cabai dari mulai tahun 2005 sampai dengan 2009 di setiap provinsi di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar
hasil
produksi cabai adalah provinsi Sulawesi Tenggara dengan rata-rata pertumbuhan hasil produksinya sebesar 228.72 % pertahunnya, dimana pada tahun 2009 provinsi Sulawesi Tenggara menghasilkan produksi cabai
55
sebanyak 2.163 ton, dan pada tahun 2006 menghasilkan sebanyak 1.154 ton. Sedangkan provinsi yang hasil produksi cabai nya sangat kecil adalah provinsi DKI Jakarta yang hanya memproduksi 4 ton cabai pada tahun 2005 dan 3 ton cabai pada tahun 2006 sedangkan dari tahun 2007 sampai 2009 datanya tidak tersedia. Sementara rata-rata pertumbuhan produksi dari 33 provinsi yang paling tinggi tingkat produksinya adalah pada tahun 2009 sebanyak 787,433 ton dan paling rendah adalah pada tahun 2005 sebanyak 661,730 ton.
d. Informasi cuaca Cuaca / suhu sangat berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan tanaman cabai mulai dari pertumbuhan, proses pembuahan dan lain-lain. Menurut Harpenas (2011) tanaman cabai umumnya tumbuh optimum di dataran rendah dengan suhu berkisar 20 - 25o C. adapun suhu bulanan yang dibutuhkan selama proses pembuahan berkisar 21 - 28o C. sehingga informasi mengenai cuaca sangat diperlukan oleh petani, dan dalam sistem konsultasi ini akan disediakan informasi mengenai cuaca harian dengan data berdasarkan pada data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
e. Kebijakan / dukungan pemerintah serta kemitraan Kebijakan / dukungan pemerintah Kebijakan pengembangan komoditas cabai di Indonesia telah berhasil mendorong terjadinya peningkatan produksi baik di daerah sentra produksi maupun daerah pertumbuhan baru, namun demikian peningkatan produksi tersebut masih relatif lambat dan belum stabil, serta belum searah dengan dinamika permintaan pasar terutama untuk industri pengolahan dan super market/hipermarket. Hal ini menunjukkan bahwa sudah selayaknya dilakukan reorientasi kebijakan dari pendekatan pengembangan komoditas ke arah pengembangan produk cabai ataupun produk hortikultura lainnya. Berdasarkan pedoman umum pelaksanaan pengembangan hortikultura tahun 2011 Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura bahwa Arah
56
kebijakan pengembangan hortikultura mengacu pada arah kebijakan pengembangan pertanian yang diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura. Adapun arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri, dan substitusi impor) dan meningkatkan ekspor melalui penerapan GAP/SOP (Good Agricultural Practices / Standard Operating Procedures) , penerapan PHT (Pengelolaan Hama Terpadu), GHP (Good Handling Practices), perbaikan kebun, penerapan teknologi maju, penggunaan benih bermutu vaietas unggul. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk hortukultura melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pascapanen hortikultura. 3. Penguatan kelembagaan pembenihan hortikultura melalui revitalisasi Balai Benih, penguatan kelembagaan penangkar, penataan BF dan BPMT, meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura 4. Peningkatan peran swasta dalam membangun industri pembenihan 5. Pemberdayaan petani/pelaku usaha hortikultura melalui bantuan sarana, sekolah lapang, magang, studi banding, dan pendampingan. 6. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap teknologi maju antara lain : kultur jaringan, rekayasa genetik, somatic embrio genetik, nano teknologi, dan teknologi pasca panen serta pengolahan hasil. 7. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap pasar modern, pasar
ekspor
melalui
pembenahan
manajemen
rantai
pasokan,
pembenahan rantai pendingin, kemitraan usaha. 8. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap pemodalan bunga rendah sperti PKBL/CSR, Skim kredit bersubsidi (KKPE), Skim kredit penjaminan (KUR) serta bantuan sosial seperti PUAP, LM3, dan PMD.
57
9. Mendorong investasi hortikultura melalui fasilitas investasi terpadu, promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pengembangan dan penyempurnaan regulasi 10. Pembangunan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait. 11. Promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh FAO. 12. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu melalui SLPHT, pengembangan agen hayati, mitigasi dampak iklim. 13. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi, dan komersialisasi. Penanganan pascapanen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industry untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing 14. Berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan mendorong perlindungan tarif dan non tariff perdagangan internasional. 15. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis hortikultura 16. Pengembangan kelembagaan yang dapat membantu petani/pelaku usaha dalam mengakselerasi pertumbuhan agribisnis hortikultura 17. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akunTabel,
transparansi,
disiplin
anggaran,
efisien
dan
efektif,
pencapaian indikator kinerja secara optimal.
Kemitraan Dewasa ini petani cabai menghadapi masalah-masalah yang kompleks, baik masalah yang sifatnya internal maupun eksternal. Permasalahan internal antara lain adalah makin sempitnya penguasaan lahan pertanian, kurang ketersediaan dan akses terhadap teknologi, serta kurang
58
ketersediaan dan akses terhadap permodalan. Permasalahan eksternal mencakup masalah perubahan iklim dan cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman, serta fluktuasi harga yang tajam. Permasalahan tersebut dapat menimbulkan risiko dan ketidak pastian bagi petani, baik yang sifatnya risiko produksi maupun risiko pasar atau harga. Hal tersebut menuntut adanya strategi pemasaran yang dilakukan oleh petani. Salah satu strategi pemasaran yang dipandang dapat meningkatkan daya saing agribisnis cabai adalah melalui kemitraan usaha. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.9 tahun 1995 kemitraan usaha adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha
besar
yang
disertai
berkelanjutan
oleh
usaha
pembinaan menengah
dan atau
pengembangan usaha
besar
yang dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pentingnya kemitraan usaha dalam pembangunan pertanian sudah sejak lama disadari pakar ekonomi dan pemerintah selaku pengambil kebijakan, hal antara lain dapat ditelusuri beberapa kebijakan atau peraturan pemerintah tentang kemitraan usaha. Sejak pertengahan 1970-an hingga awal 1980-an telah dikeluarkan peraturan-peraturan tentang kemitraan
usaha melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR),
sehingga muncullah PIR- Perkebunan, PIR-Perunggasan, Tambak Inti Rakyat, Tebu Inti Rakyat. Sementara itu, untuk kelompok komoditas hortikultura (cabai) berkembang belakangan, namun dengan perkembangan yang lebih dinamis dan intensif. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, secara prinsip kemitraan usaha tetap diarahkan dapat berlangsung atas dasar norma-norma ekonomi yang berlaku dalam keterkaitan usaha yang saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemudian di tindak lanjuti melalui SK Mentan No. 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, dikatakan bahwa tujuan kemitraan usaha pertanian antara lain untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya petani mitra, peningkatan skala usaha, serta dalam rangka
59
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri. Selain itu, masih banyak UU dan peraturan-peraturan mengenai kemitraan usaha pertanian ini diantaranya adalah : 1. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. 2. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. 3. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan. 4. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah 5. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. 6. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara. 7. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Program kemitraan bukanlah merupakan program belas kasihan, yang lebih merupakan kewajiban sosial dari pada tujuan ekonomi, yang cenderung mengarah kepada inefesiensi, dan karenanya tidak akan dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana yang diharapkan. Sehingga secara empiris memang dijumpai adanya program kemitraan yang gagal karena pendekatannya yang keliru. Namun tidak sedikit juga adanya program kemitraan yang telah berhasil. Syarat bagi keberhasilan kemitraan usaha agribisnis cabai adalah adanya imbalan
renumeratif
yang
saling
menguntungkan ke dua belah pihak, adanya pembagian keuntungan yang adil dan dinamis. Adil, dalam arti kemitraan usaha yang dibangun tidak bias kepada salah satu pihak, misalnya pihak yang kuat (perusahaan mitra/inti), tetapi harus sesuai dengan sumbangan masing-masing pihak dalam bermitra. Dinamis, dalam arti tidak terpaku pada suatu keadaan, 60
tetapi senantiasa kemitraan usaha yang dibangun senantiasa berkembang secara dinamis, sehingga efektivitas, produktivitas, dan kualitas usaha senantiasa berkembang pula. Menurut Eaton dan Shepherd (2001) dalam bukunya Contract Farming: Partnership for Growth, contract farming dapat dibagi menjadi lima tipe. Pertama, centralized model, yaitu model yang terkoordinasi secara vertikal, dimana sponsor membeli produk dari para petani termasuk petani cabai, kemudian memprosesnya (menjadi sause) atau mengemasnya dan memasarkan produknya. Kedua, nucleus estate model, yaitu variasi dari model terpusat, dimana dalam model ini sponsor dari proyek juga memiliki dan mengatur lahan pertanian yang biasanya dekat dengan pabrik pengolahan. Dalam hal produk cabai model ini dapat diketemukan pada hubungan antara petani mitra dengan perusahaan pengolahan. Ketiga, multipartite model, yaitu biasanya melibatkan badan hukum dan perusahaan swasta yang secara bersama berpartisipasi bersama para petani (misalnya melibatkan
Gapoktan/Kelompok
Tani,
pemasok
saprodi,
lembaga
permodalan, supplier), model ini juga ditemukan pada agribisnis cabai. Keempat, informal model, yaitu model yang biasanya diaplikasikan terhadap wiraswasta perseorangan atau perusahaan kecil yang biasanya membuat kontrak produksi informal yang mudah dengan para petani berdasarkan musiman. Kelima, intermediary model, yaitu model yang biasanya diaplikasikan terhadap usaha pemberdayaan masyarakat petani melalui mediasi lembaga pemerintah atau lembaga non
frofit lainnya dalam
mediasi dengan perusahaan mitra, fasilitasi dalam penyediaan dana, serta bimbingan dan penyuluhan, model ini tidak ditemukan pada agribisnis cabai. Dalam menjalankan usaha taninya, sebagian besar sumber modal petani berasal dari modal petani sendiri, sebagian dari pengijon atau pelepas uang yang bunganya relatif tinggi tetapi mudah dan cepat diakses, dan sebagian berasal dari Perbankan melalui skim-skim kredit pertanian, mulai dari skim kredit bersubsidi (misalnya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi/KKPE,
Kredit
Pengembangan
Energi
Nabati
Revitalisasi
61
Perkebunan/KPEN-RP dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) hingga skim kredit penjaminan, misalnya Kredit Usaha Rakyat (KUR). Berpijak pada kondisi permodalan petani tersebut, kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah sebagai berikut : (1) bagi petani miskin di wilayah pertanian yang memiliki potensi untuk berkembang difasilitasi melalui penguatan modal kepada Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) berupa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dilaksanakan melalui program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), (2) bagi petani yang tidak mampu dengan suku bunga komersial, ditempuh dengan skim kredit bersubsidi seperti KKP-E (3) bagi petani dengan alasan keterbatasan agunan, difasilitasi dengan skim penjaminan kredit, yaitu KUR, yang sebelumnya telah dirintis melalui Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3).
3. Dokumentasi Teknologi Yang Digunakan Berdasarkan pada dokumentasi penaksiran risiko dimana teknologi WAP masih memegang peranan penting dengan kecepatan akses dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit, maka pada sistem konsultasi online agribisnis cabai dalam penelitian ini akan menggunakan teknologi WAP / berbasiskan WAP (Wireless Application Protocol) yang
merupakan sebuah protokol
aplikasi komunikasi serta terminal wireless yaitu mobile device, PDA, dan lain-lain. Dan digunakan sebagai media untuk mengakses sebuah informasi dan sebagai biro jasa. Dengan kata lain WAP adalah standarisasi yang digunakan pada jaringan tanpa kabel (nirkabel) yang di dasarkan pada Internet Standar (HTML, XML, TCP/IP) dan terdiri dari bahasa pemrograman WML, WMLScript, dan sebuah telepon tanpa sebuah alat penghubung (nirkabel). B. Tahapan Planning Fase planning dalam penelitian ini berorientasi kepada analisa dan desain sistem, yang didalamnya berisikan kebutuhan akan analisa atas kebutuhan bisnis, kebutuhan pengguna, kebutuhan operasi, dan kebutuhan sistem, dengan menghasilkan spesifikasi fungsional atas suatu sistem.
62
Sistem yang akan dibangun pada penelitian ini merupakan sebuah sistem konsultasi online agribisnis cabai yang ditujukan bagi para petani / pelaku agribisnis cabai yang di dalamnya berisi berbagai informasi yang diperlukan seputar budidaya cabai. Sistem ini memiliki beberapa fungsi, yaitu menampilkan informasi yang dibutuhkan baik secara statis maupun dinamis. Secara statis, sistem ini hanya menampilkan informasi sesuai dengan menu yang ada, sedangkan secara dinamis, sistem ini memberikan fasilitas bagi pengguna untuk berperan secara aktif dengan sistem, seperti melakukan input data, melakukan konsultasi semacam tanya jawab dengan memilih beberapa pilihan pertanyaan yang diberikan dalam sistem.
Untuk mendapatkan berbagai informasi yang
diperlukan,sumber pengetahuannya diperoleh secara tacit dan explicit. Secara tacit sumber pengetahuan didapatkan melalui pakar, police maker, produsen, lembaga penelitian,dan perguruan tinggi. Sedangkan secara explicit sumber pengetahuan dalam penelitian ini diperoleh melalui buku, journal, internet dan sistem konsultasi online,
tahap awal dalam penelitian ini adalah melakukan study
literature dengan melakukan pengumpulan data dari kementrian direktorat jenderal pertanian, kementrian direkotrat jenderal hortikultura, data dari internet melalui website-website serta blog-blog yang berhubungan dengan proses agribisnis cabai seperti: (1) website dirjen hortikultura untuk mendapatkan datadata mengenai perundangan, dukungan pemerintah, kemitraan, harga pasar, dan lain-lain, (2) website badan meteorologi, klimatologi dan geofisika untuk mendapatkan data-data mengenai informasi cuaca. Selain itu juga melakukan wawancara kepada beberapa pakar cabai, petani cabai, dan melakukan studi pustaka dari beberapa sumber berupa buku,e-book, journal, dan makalah seminar. Sistem konsultasi yang akan dibangun berbasiskan mobile artinya para petani cabai dapat mengakses langsung segala informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan agribisnis cabai melalui peralatan mobile yang dimiliki, seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya dengan catatan peralatan tersebut memiliki minimal fasilitas GPRS. Untuk melakukan simulasi dalam penelitian ini digunakan sebuah WAP micro browser atau emulator yang merupakan aplikasi yang bekerja sebagaimana mestinya browser wap pada handphone. Browser simulator atau wap emulator
63
berguna untuk membantu developer (pengembang) situs wap agar lebih mudah mendesain sistem wap yang sedang dibangun. Wap emulator juga mengurangi biaya dalam hal mendesain situs wap di komputer lokal (localhost) ketimbang mendesain langsung ke hosting dan mencobanya dengan ponsel yang memiliki akses GPRS dimana hal ini akan membutuhkan pulsa. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP dan WML yang merupakan kependekan dari Wireless Markup Language, yaitu sebuah bahasa pemrograman turunan dari HTML, tetapi didasarkan pada Bahasa XML. WML dirancang dan digunakan dengan Wireless Application Protocol (WAP). WML dirancang untuk antar muka pengguna dan menampilkan isi dari wireless device seperti telepon seluler, pager, dan Personal Digital Assistens (PDA). Bahasa WML digunakan untuk membuat atau membangun sebuah halaman yang bisa ditampilkan pada micro browser. Dan database yang digunakan adalah MySQL. Sistem yang akan dibangun ini memiliki susunan fisik yang menunjukan bagian perangkat lunak mana yang berjalan pada perangkat keras mana, dimana susunan fisiknya adalah sebagai berikut :
Gambar 12 Susunan Fisik Sistem Berdasarkan Gambar 12 mekanisme komunikasi data WAP dapat dijabarkan sebagai berikut : Client merequest WAP melalui perangkat mobile (mobile device) dengan mekanisme WSP GET request. WAP gateway akan menerima request dalam protokol dan mengirimkannya ke application server menggunakan standar protokol internet HTTP GET request. Aplikasi kemudian mengirim kembali informasi yang diminta (WML Page) ke WAP gateway yang kemudian mengirimkannya ke perangkat mobile client menggunakan protokol WAP
64
C.
Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak Pada tahapan ini terdiri dari beberapa iterasi peluncuran dari perangkat
lunak yang akan dikembangkan. Perangkat lunak dikeluarkan mulai dari rilis pertama hingga sistem dapat diterima dan dapat di implementasikan secara penuh. Tahapan-tahapan dalam iterasi ini terdiri dari : 1. Tahap analisis Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau sistem ditulis atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek dalam sistem, seperti lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement (input, output, process, storage, and control). Sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile yang dibangun dalam penelitian ini merupakan sebuah sistem yang memberikan informasi terhadap para petani cabai mengenai hal-hal yang berhubungan dengan agribisnis cabai. Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, informasi yang ditampilkan lebih mengarah pada informasi harga pasar, informasi prakiraan cuaca, kebijakan pemerintah/kemitraan, serta teknologi pra dan pasca panen. Para petani cabai dapat mengakses sistem konsultasi ini melalui handphone yang memiliki fasilitas GPRS maupun WAP. Mengingat bahwa pada masa ini penggunaan
teknologi
informasi
khususnya
handphone
sudah
sangat
memasyarakat sekali dengan fasilitas / fitur yang lebih canggih dan minimal memiliki fasilitas GPRS. Sehingga petani dapat secara langsung mengakses informasi tanpa harus melalui perantara atau pihak ketiga dengan biaya yang rendah dan waktu yang cepat tanpa harus mendatangi lokasi dimana informasi tersebut harus didapat. Sumber pengetahuan yang terdapat dalam sistem konsultasi agribisnis cabai diperoleh baik secara tacit maupun explicit. Secara tacit diperoleh dari pakar, Kementrian Dirjen Pertanian, wawancara langsung dengan petani cabai di desa Sukamukti dan desa Cisantana kabupaten Kuningan, serta dari petani Liwa, Lampung Barat via telepon. Sedangkan secara explicit diperoleh dari buku, ebook, jurnal, Sistem konsultasi online, serta melalui website seperti website
65
Kementrian Dirjen Pertanian, Kementrian Dirjen Holtikultura, BPS, BMKG, serta website-website mengenai budidaya cabe-merah Sebelum melangkah lebih jauh pada proses pengembangan sistem, berikut akan digambarkan terlebih dahulu hierarki diagram dari aplikasi yang akan dibangun dan dijadikan sebagai output di browser mobile device dengan fasilitas WAP di dalamnya : Sejarah
Detail Sejarah
Klasifikasi
Detail Klasifikasi
User
Akar Batang Daun Cabai Merah Besar
Morfologi Bunga Buah Biji
Sinar matahari Iklim
Syarat Tumbuh
Persiapan Lahan
Penentuan Dosis Pupuk
Analisis Usaha Tani
Persiapan Lahan
Penentuan Dosis Pupuk
Pemilihan Benih
Pemilihan Benih
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Informasi Pasar
Informasi Pasar
Informasi Cuaca
Informasi Cuaca
Kebijakan / Kemitraan
Kebijakan / Kemitraan
Teknologi Pra dan Pasca panen
Berita Terbaru
Curah Hujan
Detail CH
Suhu
Detail Suhu
Kelembaban
Detail Lembab
Angin
Detail Angin
Syarat Tumbuh Tanah
Analisis Usaha Tani
Detail SM
Detail Iklim
Detail Tanah
Detail Analisis Usaha Tani
Detail Persiapan Lahan
Detail Penentuan Dosis Pupuk
Detail Pemilihan Benih
Hama
Detail Hama
Penyakit
Detail Penyakit
Proses validasi
Detail harga
Detail Informasi Cuaca
Kebijakan
Detail Kebijakan
Kemitraan
Detail Kemitraan
Pra Panen
Detail Pra Panen
Pasca Panen
Detail Pasca Panen
Teknologi Pra dan Pasca panen
Berita Terbaru
Detail Berita Terbaru
Gambar 13 Hierarki Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai
66
Berdasarkan Gambar 13 petani cabai yang bertindak sebagai user dapat melihat beberapa menu dari sistem konsultasi online agribisnis cabai melalui mobile device yang dimilikinya diantaranya : (1) menu cabai yang dilamnya berisi mengenai informasi umum seputar cabai seperti : sejarah cabai, klasifikasi cabai, morfologi dari cabai mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan biji, serta infomasi mengenai syarat tumbuh cabai berdasarkan iklim dan tanah. (2) menu analisis usaha tani yang didalamnya mengupas mengenai apa saja yang dilakukan dalam menganalisis usaha tani. (3) menu persiapan lahan yang berisi mengenai apa yang sebaiknya dilakukan pertama kali oleh petani cabai dalam mempersiapkan lahan mereka untuk dapat ditanami cabai. (4) menu penentuan dosis pupuk yang bersisi bagaimana cara pemupukan yang baik dengan dosis pupuk yang seimbang. (5) menu pengendalian hama dan penyakit yang di dalamnya mengupas tentang berbagai jenis hama dan penyakit serta bagaimana penanggulangannya. (6) menu informasi pasar yang didalamnya berisi informasi mengenai perkembangan harga cabai setiap harinya. (7) menu informasi cuaca yang didalamnya berisi informasi cuaca harian berdasarkan infomasi cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (8) menu kebijakan / kemitraan yang didalamnya berisi informasiinformasi mengenai kebijakan pemerintah dibidang pengembangan hortikultura berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri,dan lain-lain serta informasi mengenai pola-pola kemitraan dalam pengembangan hasil produksi hortikultura khususnya cabai. (9) menu teknologi pra dan pasca panen yang didalamnya berisi mengenai informasi penanganan pra dan pasca panen serta teknologi-teknologi yang mendukung dalam proses produksi tersebut. (10) menu berita terbaru yang berisi mengenai informasi atau berita terbaru yang berhubungan dengan budidaya cabai. Adapun proses informasi yang dapat diakses oleh petani digambarkan melalui : a. Use Case Diagram Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem, dengan menekankan apa yang diperbuat sistem dan bukan bagaimana. Berikut adalah use case diagram dari proses yang terjadi dalam aplikasi yang dibangun dalam penelitian ini :
67
System Cabe Merah
Analisis usaha tani
Persiapan Lahan
Penentuan Dosis Pupuk
Pemilihan benih
Verifikasi User Pengendalian Hama dan Penyakit User
Kabupaten
Harga «uses»
«uses»
Informasi Harga Pasar Provinsi Cuaca «uses»
«uses»
Petani
Non Petani
Informasi Prakiraan Cuaca
Kebijakan / Kemitraan
Teknologi Pra dan Pasca panen
Gambar 14 Use Case Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai Use case pada Gambar 14, mempresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Dalam hal ini aktornya adalah user yang terdiri dari petani dan masyarakat (non-petani). Pada saat seorang aktor mengakses sistem konsultasi online agribisnis cabai melalui mobile device seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya, maka aktor tersebut dapat melakukan berbagai aktivitas yang disediakan oleh sistem seperti use case – use case di atas dan selanjutnya sistem akan mem-verifikasi apa yang dilakukan aktor tersebut. Diantara use case – use case yang terdapat di dalam boundary sistem, terdapat hubungan atau relasi dengan garis terputus-putus yang disebut dengan <
> yang merupakan relasi jika terdapat perilaku yang mirip dengan beberapa use case. Sebagai contoh, untuk dapat menampilkan isi dari use case informasi harga pasar maka sistem memerlukan data yang terdapat pada use
68
case harga dan use case kabupaten sehingga terjadi proses relasi <> antara use case harga dengan use case kabupaten.
b. Skenario diagram Skenario penggunaan kasus digunakan untuk menyusun kegiatan yang terjadi yang selalu menggambarkan tiga masalah yaitu : 1. Aktor yang memulai sebuah pekerjan 2. Sebuah peristiwa sebagai memulai penggunaan kasus 3. Penggunaan kasus menampilkan aksi – aksi yang dimulai oleh peristiwa Tabel 4.6 adalah skenario yang mengatur materi untuk penggunaan kasus user / pengguna mengakses sistem konsultasi online agribisnis cabai : Tabel 4.6 Skenario User Mengakses Sistem Konsultasi Online Cabai Penggunaan Nama Kasus Daerah
Aktor – actor
Penggambaran
Peristiwa yang memulai
Kursus Dasar
User / pengguna mangakses sistem konsultasi online cabai Aktivitas dengan mobile device seperti handphone, PDA dan lain sebagainya dengan fasilitas WAP didalamnya. petani
Masyarakat / non petani
User / pengguna berinteraksi dengan sistem melalui media mobile device dengan fasilitas WAP di dalamnya melalui jaringan GPRS User / pengguna mengaktifkan GPRS dan mengakses alamat : http://cabe.ipb.ac.id/ mcabe Langkah Aksi User mengakses alamat situs 1. http://cabe.ipb.ac.id/mcabe User memililih menu – menu yang tersedia sebanyak 10 menu pilihan mengenai seputar 2. kampus, satu menu pilihan untuk menu mengenai informasi berita dan penulis User menekan menu Cabai Merah berisi sub-sub menu 2.1 seperti sejarah, klasifikasi,morfologi, dan syarat tumbuh 69
User menekan menu analisis usaha tani berisi mengenai informasi analisis usaha tani User menekan menu persiapan 2.3 lahan User menekan menu penentuan 2.4 dosis pupuk User menekan menu pemilihan 2.5 benih User menekan menu 2.6 pengendalian hama dan penyakit User menekan menu informasi harga pasar yang berisi harga 2.7 pasar per-kabupaten di seluruh Indonesia User menekan menu informasi prakiraan cuaca berisi prakiraan 2.8 cuaca berdasarkan sumber BMKG User menekan Kebijakan / kemitraan berisi mengenai 2.9 kebijakan-kebijakan pemerintah dan pola kemitraan cabai User menekan menu teknologi pra dan pasca panen berisi berita 2.10 mengenai teknologi yang digunakan untuk cabai 3. User keluar dari sistem User / pengguna berkeinginan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai agribisnis cabai User / pengguna mendapatkan informasi yang diperlukannya. User / pengguna terdiri dari 2 kategori yaitu petani dan masyarakat / non petani. Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai untuk dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya. 2.2
Keadaan sebelumnya Keadaan Sesudahnya Asumsi – asumsi
Tujuan yang dicapai
Petani dapat langsung menerima informasi yang diperlukannya melalui perangkat teknologi informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain dalam 70
mengembangkan pertaniannya
produksi
hasil
Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem untuk kegiatan penyuluhan, sehingga para pelaku agribisnis dapat secara langsung membuktikan melalui perangkat mobile yang mereka miliki
71
c. Activity Diagram
Akses Browser Mobile Device
Cabai
Sejarah
Klasifikasi
Morfologi
Informasi Harga Pasar
Informasi Prakiraan Cuaca
Kabupaten
Provinsi
Syarat Tumbuh
Kebijakan [else]
Akar
Detil sejarah
Batang
Daun
Bunga/buah
Iklim
Tanah
Detil Klasifikasi
Detil akar
Detil batang
Detil daun
Kebijakan / Kemitraan
Kemitraan
Teknologi pra dan pasca panen
Detail teknologi pra dan pasca panen
[else]
[ya]
[ya]
Detil Harga
Detil cuaca
Detil Kebijakan
Detil Kemitraan
Detil bunga/buah Detil Iklim
Detil Tanah
Menutup Aplikasi
Gambar 15 Activity Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai
72
Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing – masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Gambar 15 merupakan activity diagram sistem konsultasi online agribisnis cabai yang hanya memperlihatkan alir aktivitas berdasarkan ruang lingkup permasalahan dalam penelitian yang dimulai dengan tanda lingkaran hitam yang merupakan symbol untuk memulai aktivitas, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas user mengakses browser mobile device . kemudian pada diagram tersebut terdapat garis horizontal cetak tebal dengan menyebarkan lebih dari satu anak panah yang merupakan percabangan yang berisi menu – menu pilihan, dan terdapat horizontal cetak tebal
yang dimasuki lebih
dari satu anak panah yang disebut dengan join. Dan sebagai akhir dari aktivitas diberi symbol lingkaran putih dengan hitam ditengahnya
d. Class Diagram Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi kelas, package, dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti pewarisan, asosiasi, dan lain-lain.Gambar merupakan class diagram aplikasi mobile informasi kampus: Pada Gambar 16, dapat dijalaskan bahwa seorang user / pengguna yang terdiri dari petani dan non petani dapat mengakses aplikasi yang terdiri dari analisis usaha tani, dosis pupuk, pemilihan benih, pengendalian hama dan penyakit, harga pasar, serta prakiraan cuaca.
73
Harga Komoditi
1..*
1 pasar
kabupaten -kd_kabupaten : char = 5 -kd_provinsi : char = 5 -nama_kabupaten : char = 50 -keterangan : char = 100 +open() +get()
-kd_pasar : char = 5 1 1..* -kd_provinsi : char = 5 -nama_pasar : char = 50 -luas : int = 50 -keterangan : char = 100 +input() +get()
1 1..*
Cuaca Harian
provinsi -kd_provinsi : char = 5 -nama_provinsi : char = 50 +open()
-kd_cuaca : char = 5 1 1..* -kd_provinsi : char = 5 -tanggal : Date -kelembaban : float = 5 -curah_hujan : float = 5 +open()
-kd_komoditas : char = 5 -kd_pasar : char = 5 -kd_varietas : char = 5 -nama_komoditas : char = 50 -harga_petani : float = 5 -harga_pengumpul : float = 5 -harga_grosir : float = 5 -harga_konsumen : float = 5 +open() +get() 1..*
Varietas Cabai 1
1..*
1 1..* 1 1..*
1..* user +akses()
1..* 1 1..* 1..*
Identifikasi hama -kd_identifikasi : char = 5 -ciri_ciri : char = 100 -kd_hama : char = 5 +input() +cari_hama()
Keterangan :
1..* 11..* 1..*
+akses()
-kd_dosisp : char = 5 -luas_lahan : float = 5 -ph_tanah : char = 25 +input() +open() Benih
1..*
petani
1..*
-kd_analisis : char = 5 -kd_varietas : char = 5 -harga : int = 5 -produktivitas : int = 5 -total_pedapatan : int = 10 -keuntungan : int = 10 +input()
-kd_varietas : char = 5 -nama_varietas : char = 50 -produktivitas : char = 100 -ketahanan_thd-penyakit : char = 100 -gambar -dataran : char = 50 -jenis_cabai : char = 50 +open() +get()
Dosis Pupuk
1..*
hama -kd_hama : char = 5 -nama_hama : char = 50 -gejala_serangan : char = 100 1 -pengendalian : char = 200 +open() +get()
Analisis Usaha Tani
non_petani
-kd_benih : char = 5 -kd_varietas : char = 5 -kd_provinsi : char = 5 -nama_kota : char = 50 -nama_kabupaten : char = 50 -nama_benih : char = 50 -lokasi_tumbuh : char = 50 -produktivitas : char = 100 +input() +open()
1
+akses()
Penyakit Diagnosa 1..*
-kd_diagnosa : char = 5 -ciri_ciri : char = 100 -id_penyakit : char = 5 +input() +cari_penyakit()
1
1..*
-id_penyakit : char = 5 -nama_penyakit : char = 50 -gejala : char = 100 -pengendalian : char = 100 -gambar +open() +get()
Association *
*
1
*
Agregasi Generalization
Gambar 16 Class Diagram Konsultasi Online Agribisnis Cabai
74
Pada class diagram tersebut terdapat beberapa hubungan antar class, diantaranya : 1. Hubungan Association yang merupakan hubungan struktural antar class. Dalam hal ini, satu orang user (petani) dapat melihat satu atau banyak analisis usaha tani, dosis pupuk, pemilihan benih, pengendalian hama dan penyakit, harga pasar dan prakiraan cuaca. dan satu atau banyak analisis usaha tani, dosis pupuk, pemilihan benih, pengendalian hama dan penyakit, harga pasar dan prakiraan cuaca hanya dapat dilihat oleh satu petani. 2. Hubungan Generalization yang merupakan hubungan antara SupperClass dengan SubClass atau Parent dengan Child. Dalam hal ini seorang user / pengguna terdiri dari dua kategori yaitu petani dan non-petani atau masyarakat. 3. Hubungan Aggregation yang merupakan hubungan antar Class, dimana class yang satu adalah bagian dari kelas yang lainnya. Salah satu contoh dalam hal ini class provinsi dan class kabupaten adalah bagian dari class pasar atau class cuaca harian. 2. Tahap desain Tahap desain juga melibatkan rancangan
interface dan prosedur yang
mendukung fungsional sistem. Pada tahap ini dilakukan koreksi pada sistem informasi, sehingga kesalahan pada sistem bisa diperbaiki sedini mungkin. Dalam sistem konsultasi online agribisnis cabai yang dibangun terdiri dari dua desain interface yaitu desain interface front end dan desain interface back end, dimana desain interface ini berfokus pada interaksi sistem dengan pengguna, input dan output yang interaktif serta efesien bagi penggunanya. Konversi informasi dan data menjadi bahasa yang bisa dibaca mesin dan manusia, kualitas proses konversi informasi dan data ditentukan pada desain interface sistem. Desain interface front end merupakan desain dari proses output atau laporan dari suatu sistem yang dapat diakses oleh user / pengguna dalam hal ini adalah petani cabai. Sedangkan desain interface back end merupakan desain dari proses input data terhadap suatu sistem yang dilakukan oleh seorang petugas administrator.
75
Sesuai dengan diagram alir yang akan dikembangkan, maka desain interface backt end /input dari sistem yang dapat diakses oleh petani / pelaku agribisnis cabai adalah : a. Rancangan Halaman Menu Login Sistem Konsultasi Agribisnis Cabai Web Based Consultation Management Silahkan Login Dibawah ini Username : xxxxxxx Password : xxxxxxxxxx Kode xxxxxx Masukan 6 Kode Digit Pengaman xxxxxxxxxx Login
Reset
Legal Copyright 2011 - 2011 SISTEM KONSULTASI CABE Developed By Erlan Darmawan | Distributed By Erlan Darmawan Gambar 17 Desain Interface Halaman Menu Login b. Rancangan Halaman Menu Home Administrator SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Home
Manajemen menu
Page
Informasi Pasar
Prakiraan Cuaca
Logout
Hai Administrator
Gambar cabai
Selamat Pagi dan Selamat Datang di SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI, aplikasi ini dibangun untuk menampilkan informasi seputar pertanian cabe merah besar, informasi yang didapat dari sisi client adalah menampilkan data informasi harga pasaran cabe merah besar mulai dari harga petani harga pengumpul, harga grosir hingga harga konsumen. Legal Copyright © 2011 - 2011 Erlan Darmawan APPLICATION NAME : SISTEM KONSULTASI CABE
Aplikasi ini dibangun berbasis web, sedangkan dari sisi clien dibangun hanya untuk mobile WAP, halaman ini Gambar 18 Desain Interface Menumenggunakan Home Administrator digunakan sebagai management mobile web pada aplikasi konsultasi cabe merah.
76
c. Rancangan Halaman Manajemen Menu
SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Setting Menu Sistem Konsultasi Cabai Tambah Data Menu No
Kode menu
Nama menu
URL
Kategori menu
Relasi sub menu
Action
xx
xxxx
xxxx
xxx
xxxxxx
xxxxxx
Edit|Del ete
Legal Copyright © 2011 - 2011 Erlan Darmawan APPLICATION NAME : SISTEM KONSULTASI CABAI
Gambar 19 Desain Interface Manajemen Menu
d. Rancangan Halaman Menu Page SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Home
Manajemen menu
Page
Informasi Pasar
Prakiraan Cuaca
Logout
Setting Halaman Sistem Konsultasi Cabai Tambah Data Menu No
Judul
Kategori menu
Action
xx
xxxx
xxxxxx
Edit|Delete
Legal Copyright © 2011 - 2011 Erlan Darmawan APPLICATION NAME : SISTEM KONSULTASI CABAI
Gambar 20 Desain Interface Halaman Menu Page
77
e. Rancangan Halaman Menu Informasi Pasar SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Home
Manajemen menu
Page
Informasi Pasar
Prakiraan Cuaca
Logout
Setting Harga Pasar Sistem Konsultasi Cabai Tambah Data Harga Pasaran No
Kabupaten
Varietas
Harga petani
Harga pengumpul
Harga Grosir
Harga Konsumen
Tanggal
Acti on
xx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxxx
xxxx
xxxx
xxxx-xxxx
xx
Legal Copyright © 2011 - 2011 Erlan Darmawan APPLICATION NAME : SISTEM KONSULTASI CABAI
Gambar 21 Desain Interface Menu Informasi Pasar
f. Rancangan Halaman Menu Prakiraan Cuaca SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Home
Manajemen menu
Page
Informasi Pasar
Prakiraan Cuaca
Logout
Setting cuaca Sistem Konsultasi Cabai Tambah Data Cuaca No
Tanggal
Status
Suhu
xx
xxxx-xxxx
xxxx
xxxx
Kelembaban
xxxxx
Provinsi
Action
xxxx
xxxx
Legal Copyright © 2011 - 2011 Erlan Darmawan APPLICATION NAME : SISTEM KONSULTASI CABE MERAH
Gambar 22 Desain Interface Menu Prakiraan Cuaca
78
g. Rancangan Output Halaman Menu Utama SISTEM KONSULTASI AGRIBISNIS CABAI Main Menu 1. Home 2. Cabai 3. Analisis Usaha Tani 4. Persiapan Lahan 5. Penentuan Dosis Pupuk 6. Pemilihan Benih 7. Pengendalian Hama dan Penyakit 8. Informasi Harga pasar 9. Informasi Prakiraan Cuaca 10. Kebijakan/Kemitraan 11. Teknologi Pra dan Pasca panen Copy Right 2011 Mobile Cabai
Gambar 23 Rancangan Output Halaman Menu Utama h. Rancangan Output Halaman Cabai == Cabai - Sejarah - Klasifikasi - Morfologi - Syarat Tumbuh Gambar 24 Rancangan Output Halaman Cabai
i. Rancangan Output Halaman Informasi Harga Pasar Masukan Nama Kabupaten
Kabupaten : xxxxxxx Varietas :Cabe Besar Merah Harga Petani : 99999 xxxxxxxx Harga Pengumpul : 99999 Harga Grosir : 99999 Cari Harga Konsumen : 99999 Tanggal : xxxx-xx-xx Gambar 25 Rancangan Output Halaman Informasi Harga Pasar
79
j. Rancangan Output Halaman Informasi Prakiraan Cuaca Data Prakiraan Cuaca Hari Ini
Xxxx Suhu : xxxxx Kelembaban : xxxx Provinsi : xxxxx
Gambar 26 Rancangan Output Halaman Informasi Prakiraan Cuaca
k. Rancangan Output Kebijakan/ Kemitraan UU/Aturan pemerintah Produksi Produktivitas dan Mutu Produk Kualitas dan Kuantitas produk Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Gambar 27 Rancangan Output Kebijakan/ Kemitraan l. Rancangan Output Teknologi Pra Dan Pasca Panen Teknologi pra dan Pasca Panen Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Gambar 28 Rancangan Output Teknologi Pra Dan Pasca Panen
D. Tahap pengujian (testing) Pada tahap ini sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsional sistem dan terkait dengan hal-hal teknis sistem. Pada setiap iterasi pekerjaan diluncurkan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk kemudian dilakukan perbaikan oleh tim. Pengujian yang dilakukan pada tahap ini menggunakan teknik pengujian black box yang berfokus pada persyaratan fungsionalitas perangkat lunak yang
80
memungkinkan analis sistem memperoleh kumpulan kondisi input yang akan mengerjakan seluruh keperluan fungsionalitas program. Pengujian ini tidak terfokus pada struktur control seperti pengujian white-box tetapi pada domain informasi. Adapun tujuan dari teknik pengujian ini adalah [B. Beizer 1995] 1. Fungsi yang salah atau hilang 2. Kesalahan pada interface 3. Kesalahan pada struktur data atau akses database 4. Kesalahan performansi 5. Kesalahan inisialisasi dan tujuan akhir Tabel 4.6 merupakan proses pengujian black box pada sistem konsultasi online agribisnis cabai Tabel 4..6 Pengujian Black Box Sistem Konsultasi Agribisnis Cabai ID test 1
Deskripsi
Hasil yang diharapkan
Mengakses
Tampilan
www.cabe.ipb.ac.id/mcabe
utama sistem konsultasi
Hasil aktual
halaman
online agribisnis cabai dengan
pass
menu-menu
yang tersedia 2.
Memilih menu home
Tampilan
halaman
utama 3.
Memilih menu cabai
Tampilan
pass
halaman
menu mengenai cabai mulai
dari
menu
sejarah,
menu
klasifikasi,
menu
pass
morfologi, dan menu syarat tumbuh 4.
Memilih sub menu sejarah
Tampilan
informasi
mengenai sejarah cabai 5.
Memilih sub menu klasifikasi
Tampilan
informasi
mengenai
klasifikasi
pass
pass
81
dari cabai 6.
Memilih sub menu morfologi
Tampilan
halaman
menu
mengenai
morfologi cabai mulai dari menu daun, menu akar,
menu
menu
bunga,
pass
batang, menu
buah dan biji. 7.
Memilih sub menu daun
Tampilan
informasi
mengenai
morfologi
pass
cabai berdasarkan daun 8.
Memilih sub menu akar
Tampilan
informasi
mengenai
morfologi
pass
cabai berdasarkan akar 9.
Memilih sub menu batang
Tampilan
informasi
mengenai
morfologi
cabai
berdasarkan
pass
batang 10.
Memilih sub menu bunga
Tampilan
informasi
mengenai
morfologi
cabai
berdasarkan
pass
bunga 11.
Memilih sub menu buah dan Tampilan
informasi
biji
morfologi
mengenai
cabai berdasarkan buah
pass
dan biji 12.
Menekan tombol back pada Kembali handphone
13
menu
sub
menu
sebelumnya
Memilih sub menu syarat Tampilan tumbuh
ke
syarat
tmbuh
berupa
menu iklim dan menu
pass
Pass
tanah
82
14.
Memilih sub menu iklim
Tampilan
sub
menu
dari iklim berupa menu curah hujan, menu sinar
pass
matahari, menu suhu dan kelembaban 15.
Memilih sub menu dari iklim Tampilan berupa menu curah hujan
informasi
mengenai
syarat
tumbuh
cabai
berdasarkan
curah
pass
hujan 16.
Memilih sub menu dari iklim Tampilan berupa menu sinar matahari
informasi
mengenai
syarat
tumbuh
cabai
berdasarkan
sinar
pass
matahari 17.
Memilih sub menu dari iklim Tampilan berupa
menu
suhu
kelembaban
informasi
dan mengenai
syarat
tumbuh
cabai
pass
berdasarkan suhu dan kelembaban 18.
Memilih sub menu tanah
Tampilan
informasi
tanah yang baik untuk
pass
tanaman cabai 19.
Memilih menu analisis usaha Tampilan tani
halaman
analisis
usaha
berupa
tani tombol
combobox
untuk
memilih varietas cabai
pass
yang dikehendaki, form inputan
harga
cabai,
dan tombol analisis 20.
Menekan tombol combo box Tampilan
beberapa
pass
83
untuk memilih varietas cabai jenis / varietas cabai yang akan di analisis 21
yang dipilh
Input data harga cabai yang Menampilkan akan di analisis
hasil
input data harga cabai
pass
yang dimasukan 22.
Menekan tombol analisis
Tampilan
output
analisis
cabai
berdasrkan varietas
jenis cabai
/
yang
pass
dipilih dan harga yang di inputkan 23.
24.
Memilih
menu
persiapan Tampilan
lahan
lahan
Memilih sub menu lahan
Tampilan
sub
menu
pas
informasi
mengenai lahan yang harus
dipersiapkan
pass
untuk menanam cabai 25.
Memilih
menu
penentuan Tampilan
dosis pupuk
halaman
untuk penentuan dosis pupuk
berupa
form
input data untuk luas lahan
yang
pengguna,
dimiliki tombol
Pass
combo box mengenai ph/keasaman
tanah
yang dimiliki, dan tobol dosis pupuk. 26.
Input data luas lahan yang Tampilan hasil analisis dimiliki , kemudian memilih berupa
dosis
pupuk
tingkat
keasaman
pada yang harus digunakan
tombol
combobox,
dan berdasarkan luas lahan
menekan tombol dosis pupuk
pass
dan tingkat keasaman
84
27.
Memilih
menu
pemilihan Tampilan
benih
halaman
pemilihan benih denga melakukan input lokasi penanaman
benih
berupa form input data kota dan kabupaten, dan combo box provinsi.
pass
Serta radio button untuk pemilihan likasi apakah dataran
rendah,
menengah atau dataran tinggi. dan tombol cari benih 28.
Input data kota, kabupaten, Tampilan
informasi
memilih provinsi pada comb mengenai varietas benih box, dan memilih ketinggian yang cocok di tanam di pada radio button dataran lokasi yang dipilih
pass
rendah, menengah dan tinggi, kemudian menekan tombol cari benih 29.
Memilih menu pengendalian Tampilan
menu
hama dan penyakit
konsultasi
untuk
pengendalian
hama
dengan memilih jenis hama yang menyerang tanaman
user
konsultasi
dan
Pass
untuk
pengendalian penyakit dengan
memilih
permasalahan
yang
terjadi dilapangan. 30.
Memilih
menu
konsultasi Tampilan
informasi
pass
85
untuk
pengendalian
hama penjelasan
dengan menekan salah satu hama
mengenai
yang
dipilih
tombol radio button yang beserta
cara
tersedia, kemudian menekan pengendaliannya tombol lanjut. 31.
Memilih untuk
menu penyakit
konsultasi Akan
menu
dengan berupa
dinamis
pertanyaan
menekan salah satu tombol mengenai
hal
radio button yang tersedia, bersangkutan
yg denga
kemudian menekan tombol radio button yg dipilih lanjut.
sebelumnya
dan
dibawahnya
terdapat
tombol
lanjut
pass
untuk
mengetahui penjelasan mengenai masalah yang dipilih. 32.
Memilih
menu
kebijakan Tampilan
pemerintah / kemitraan
sub
menu
kebijakan dan sub menu
pass
kemitraan. 33.
Memilih sub menu kebijakan
Tampilan
beberapa
kebijakan
pemerintah
yang
apabila
dipilih
salah satu maka akan tampil informasi secara detail
Pass
mengenai
kebijakan yang dipilih tersebut. 34.
Memilih sub menu kebijakan Tampilan
informasi
untuk kemitraan
kebijakan
mengenai
pass
kemitraan 35.
Memilih menu teknologi pra Tampilan beberapa sub dan pasca panen
menu
mengenai
pass
86
teknologi pra dan pasca panen mulai dari menu pengolahan
tanah
sampai
pada
pemanenan
dan
penanganan hasil. Yang apabila salah satu sub menu tersebut dipilih maka
akan
tampil
informasi secara detail mengenai
teknologi
yang dipilih 36.
Memilih
menu
harga
informasi Tampil form inputan nama kabupaten yang dikehendaki
user
kemudian dan terdapat tombol
cari
yang
apabila tombol tersebut
pass
di tekan maka akan muncul
informasi
mengenai harga pasar cabai
di
kabupaten
terpilih 37
Memilih
menu
prakiraan cuaca
iformasi Tampilan
informasi
prakiraan cuaca di kota-
pass
kota besar di Indonesia
Tabel 4.6 merupakan tabel pengujian black box pada sistem konsultasi online agribisnis cabai. Kolom pertama berupa id test yang dapat memberikan setiap kasus uji identifier unik. Kolom kedua secara khusus menggambarkan set langkah-langkah dan atau masukan untuk kondisi tertentu. Kolom ketiga merupakan hasil yang diharapkan untuk input / output apa yang diharapkan untuk
87
keluar dari black box (kotak hitam) berdasarkan input atau hal-hal yang dilakukan pada kolom kedua. Kolom ke-empat merupakan hasil actual yang dicatat setelah pengujian dijalankan. Jika pengujian tersebut berhasil maka hasil actual akan menunjukan “pass”. Dan jika pengujian gagal maka akan menunjukan “gagal” untuk kemudian di deskripsikan mengenai kegagalan tersebut di kolom hasil aktual. E. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak Tahapan ini merupakan sesi akhir dalam pengembangan sistem dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian di implementasikan sesuai dengan kebutuhan client. Perangkat lunak yang diaplikasikan merupakan rilis akhir, hasil dari iterasi dan perbaikan dari versi-versi sebelumnya. Adapun spesifikasi program konsultasi online agribisnis cabai adalah : a. Halaman Menu Login Admin Pada halaman login admin ini, seorang admin yang akan mengelola sistem konsultasi online agribisnis cabai ini harus masuk dulu / login sebagai admin dengan memasukan username dan password.
Gambar 29 Halaman Menu Login Admin b. Halaman Menu Admin Halaman ini merupakan halaman tempat dimana Admin dapat melakukan proses pengolahan sistem konsultasi cabai
88
Gambar 30 Halaman Menu Admin
c. Halaman Input Data Halaman ini berguna untuk memasukan data – data yang diperlukan dalam sistem konsultasi online cabai. Dalam hal ini penulis hanya menampilkan antar muka input data menu yang mewakili seluruh input data dalam sistem konsultasi online agribisnis cabai seperti Gambar 31 :
Gambar 31 Halaman Input Data
d. Halaman Laporan Hasil Input Data Halaman ini berguna untuk menampilkan data – data yang telah di inputkan
maupun di edit dalam sistem konsultasi online agribisnis cabai.
Dalam hal ini penulis hanya menampilkan antar muka harga pasar yang
89
mewakili seluruh daftar data / laporan dalam sistem konsultasi online agribisnis cabai seperti Gambar 32 :
Gambar 32 Halaman Laporan Hasil Input Data
e. Halaman Menu Utama Pada Browser Pada halaman ini user / pengguna dalam hal ini adalah petani cabai dapat melihat tampilan awal berupa tulisan sistem konsultasi cabai yang disertai dengan gambar animasi cabai. Setelah itu akan tampil menu utama dimana user dapat mengakses informasi mengenai cabai, seperti pada Gambar 33
Gambar 33 Halaman Menu Utama pada Browser
f. Halaman Menu Cabai Pada halaman ini, user atau pengguna dalam hal ini petani cabai dapat mengakses informasi mengenai cabai secara umum, sehingga ketika user memilih menu cabai maka akan tampil empat menu yaitu: (1) sejarah yang berisi mengenai asal mula perkembangan cabai [Gambar 34] , (2) menu 90
klasifikasi yang berisi klasifikasi dan taksonomi dari cabai [Gambar 35], (3) menu morfologi yang mengGambarkan mengenai morfologi atau bagianbagian dari tanaman cabai besnar, sehingga ketika memilih menu ini maka akan tampil menu bagian-bagian dari tanaman cabai seperti akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Dan pada saat user memilih menu tersebut maka akan tampil gambaran penjelasan mengenai bagian dari tanaman cabai yang dipilih tersebut [Gambar 36] (4) menu syarat tumbuh yang menggambarkan mengenai bagaimana syarat tumbuh dari tanaman cabai yang didasarkan pada iklim dan tanah.sehingga pada saat user memilih menu ini maka akan muncul menu iklim dan menu tanah. dan pada saat user memilih salah satu menu tersebut maka akan muncul kembali gambaran / penjelasan mengenai menu yang dipilih tersebut [Gambar 37]
Gambar 34 Menu Sejarah Pada Sub Menu Cabai
Gambar 35 Menu Klasifikasi Pada Sub Menu Cabai
91
Gambar 36 Menu Morfologi Pada Sub Menu Cabai
Gambar 37 Menu Syarat Tumbuh Pada Sub Menu Cabai
g. Halaman Menu Analisis Usaha Tani Pada halaman ini, user dapat melihat informasi analisis usaha tani yang merupakan tahapan perhitungan secara teliti terhadap kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis cabai. Analisis usaha pada sistem konsultasi ini [Gambar 38] dihitung dengan asumsi sebagai berikut : 1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam. 2. Populasi tanaman yang digunakan adalah 17.000 pohon/ha. 3. Produktivitas yang digunakan untuk perhitungan adalah produktivitas lapang dan produktivitas potensi dari benih yang dipilih oleh pengguna, 4. Harga jual cabai diisikan oleh petani pada saat melakukan analisis. Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan, dan
92
biaya-biaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan, nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik Impas. Tabel 4.7 menunjukkan teknik yang digunakan dalam analisis usaha tani pada sistem konsultasi yang dibangun. Tabel 4.7 Komponen Analisis Usaha Tani No Komponen 1 Keuntungan
2
3 5.
6.
Cara Perhitungan Keuntungan = Total Pendapatan – (Total Biaya Produksi + Bunga 15 %) Nilai Benefit Cost Ratio B/C Ratio = (B/C Ratio) Pendapatan Total biaya Titik Impas / Break Event Point (BEP) BEP Harga BEP Harga (Rp) = Total Biaya Total Produksi BEP Produksi BEP Produksi (Kg) = Total Biaya Harga Jual
Gambar 38 Halaman Menu Analisis Usaha Tani
93
h. Halaman Menu Persiapan Lahan Pada halaman ini, user dapat melihat informasi mengenai bagaimana cara mempersiapkan lahan sehingga dapat digunakan untuk menanam cabe [Gambar 39]
Gambar 39 Halaman Menu Persiapan Lahan i. Halaman Menu Penentuan Dosis Pupuk Pada Halaman ini, user dapat berkonsultasi mengenai berapa banyak dosis pupuk yang harus diperaiapkan yang disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki oleh user tersebut beserta dengan tingkat keasaman dari tanahnya [Gambar 40]. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu. Penentuan dosis pupuk yang optimal dan dibutuhkan, perlu dilakukan agar petani dapat melakukan kegiatan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman
94
Gambar 40 Halaman Menu Penentuan Dosis Pupuk
j. Halaman Menu Pemilihan Benih Pada halaman ini, user dapat mengetahui informasi mengenai varietas benih apa saja yang cocok ditanam di dataran rendah, dataran menengah, ataupun di dataran tinggi [Gambar 41]. Pemilihan varietas benih cabai (Capsicum annuum. L) sangat berpengaruh terhadap produksi. Benih yang baik adalah benih yang memiliki daya hasil (produktivitas tinggi) dan tahan terhadap serangan hama penyakit.
Gambar 41 Halaman Menu Pemilihan Benih
k. Halaman Menu Pengendalian Hama dan Penyakit Pada halaman ini, user dapat berkonsultasi mengenai bagaimana cara pengendalian hama [Gambar 42] dan penyakit [Gambar 43]. Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman cabai. Langkah yang paling efektif 95
adalah mengenal berbagai macam hama yang dapat merusak tanaman. Selanjutnya setelah pelaku agribisnis mengenal hama yang menyerang menentukan strategi penanggulangan. Penanggulangan dapat dilakukan secara hayati, kimiawi dan mekanik / fisik. Begitu juga dengan penyakit, terdapat berbagai macam penyakit cabai yang dapat mengganggu tanaman, bahkan dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian penyakit secara terpadu tentu menjadi langkah yang penting dilakukan oleh petani agar tanaman sehat dan memiliki produktivitas yang tinggi.
Gambar 42 Halaman Menu Pengendalian Hama
96
Gambar 43 Halaman Menu Pengendalian Penyakit
l. Halaman Menu Informasi Harga Pasar Pada halaman ini, user dapat melihat informasi harga pasar pada setiap kabupaten yang ada di seluruh Indonesia. Untuk dapat mengetahui informasi tersebut, user menginputkan kabupaten yang di inginkan sesuai pada Gambar 44 , kemudian menekan tombol cari, sehingga akan muncul informasi daftar harga pasar terbaru berupa informasi kabupaten yang sesuai dengan pencarian, varietas, harga petani, harga pengumpul, harga grosir, harga konsumen, dan tanggal dimana harga tersebut berlaku.
97
Gambar 44 Halaman Menu Informasi Harga Pasar
m. Halaman Menu Informasi Cuaca Pada halaman ini, user dapat melihat informasi prakiraan cuaca berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) berupa informasi cuaca harian berdasarkan provinsi di Indonesia yang berisi keadaaan cuaca apakah cerah, cerah berawan, berawan, hujan ringan, dan hujan sedang seperti pada Gambar 45 .
Gambar 45 Halaman Menu Prakiraan Cuaca
98
n. Halaman Menu Kebijakan / Kemitraan Pada halaman ini, user dapat melihat informasi yang terdiri dari dua aspek yaitu kebijakan dan kemitraan. Pada saat user memilih menu kebijakan [Gambar 46 ], maka akan tampil informasi mengenai arah kebijakan dan strategi pengembangan hortikultura berdasarkan buku pedoman umum pelaksanaan pengembangan hortikultura tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura 2010 serta Undangundang / peraturan pemerintah tentang pengembangan hortikultura dan kemitraan. Begitu juga pada saat user memilih menu kemitraan [Gambar 47], maka akan tampil informasi mengenai kebijakan pemerintah untuk kemitraan.
Gambar 46 Halaman Menu Kebijakan
99
Gambar 47 Halaman Menu Kemitraan
o. Halaman Menu Teknologi Pra dan Pasca Panen Pada halaman ini, user dapat melihat informasi mengenai rakitan teknologi sederhana pra dan pasca panen [Gambar 48] yang mudah diadopsi petani dengan pertimbangan secara teknis mudah diterapkan dan secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan tidak merusak lingkungan. Isi informasi ini didapat dari hasil penelitian Balai Penelitian Nasional [Alka Zulkifli, Amrizal Aldi,dkk]
Gambar 48 Halaman Menu Teknologi Pra dan Pasca Panen
100