FK UNAIR Sematkan Gelar Kehormatan pada Pakar Bedah Saraf Dunia UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga kembali menggelar acara penganugerahan gelar kehormatan. Kali ini, FK UNAIR melalui Departemen Bedah Saraf menyematkan gelar kehormatan kepada Prof. Dr. Med.Christianto B. Lumenta, MD., Ph.D, seorang pakar bedah saraf berkaliber internasional. Dihadapan puluhan tamu undangan, Prof Lumenta menyampaikan orasinya yang berjudul Residency Training Program in Europe and Indonesia. Dalam bidang ilmu bedah saraf, Prof Lumenta dikenal sebagai seorang pakar bedah saraf asal Jakarta yang berdomisili di Jerman. Saat ini, Lumenta menjabat sebagai kepala Departemen di Bogenhausen Academic Teaching Hospital Technical University of Munich, Germany. Dalam perjalanan kariernya, Prof Lumenta telah berkiprah selama puluhan tahun di Jerman. Awal pendidikan dokter dimulai tahun 1970 hingga 1976 di the Rheinischen Friedrich-WilhelmsUniversität Bonn, Germany. Ia kemudian menyelesaikan pendidikan spesialis bedah saraf tahun 1980 hingga tahun 1992 di Neurochirurgische Universitätsklinik Düsseldorf, Germany. Setelah memperoleh gelar professor di tahun 1994, Prof Lumenta semakin aktif berkiprah di bidangnya. Prof Lumenta sering diundang menjadi pembicara di berbagai acara kongres internasional. Kiprahnya dalam pengembangan ilmu bedah saraf kian nyata setelah Prof Lumenta dipercaya berulangkali menjadi penguji bedah saraf di Eropa dan turut menentukan sistem pendidikan di sana. Sepanjang
perjalanan
karir,
Prof
Lumenta
telah
banyak
menghasilkan puluhan jurnal penelitian. Antara lain 94 artikel jurnal yang terpublikasi di berbagai jurnal
internasional, 5 teksbook, dan menjadi kontributor 35 buku ilmiah. Meskipun berdomisili di Jerman, namun setiap tahun, ia selalu sempatkan datang ke Indonesia. Tidak saja mengunjungi keluarga dan kerabat di Jakarta, agenda mudik sang profesor juga diisi dengan aktivitas belajar dan berdiskusi dengan para residen maupun dokter bedah saraf di Indonesia, termasuk diantaranya dengan para dokter dari Departemen Bedah Saraf FK UNAIR. Ketua Departemen Bedah Saraf Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS(K) mengungkapkan pihaknya berinisiatif menghadirkan Prof. Lumenta menjadi tamu kehormatan dalam acara tersebut karena dedikasinya yang begitu besar terhadap kemajuan ilmu Bedah saraf selama ini. Selain itu, beliau juga berpengalaman mempublikasikan banyak sekali jurnal ilmiah. “Tahun 2004 adalah awal kami mengenal Prof Lumenta . Pada saat itu, beliau sudah sibuk riwa-riwi Jakarta Bandung untuk memberi kuliah. kami coba bernegosiasai agar beliau juga bersedia meluangkan waktu untuk sharing knowledge dengan FK UNAIR,” ungkapnya. Hubungan kerjasama yang baik diantara keduanya pun berlanjut hingga saat ini. Tidak sedikit mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Bedah Saraf FK UNAIR yang dikirim ke Bogenhausen Academic Teaching Hospital Technical University of Munich, Germany belajar bersama Prof Lumenta.
selama beberapa bulan untuk
“Kerjasama ini akan terus berlanjut. Selain mengirim mahasiswa dan dosen kami kesana, dalam waktu dekat, pihak Bogenhausen Academic Teaching Hospital Technical University of Munich juga akan berkunjung ke FK UNAIR. Selama beberapa bulan disini, mereka akan belajar banyak kasus, antara lain kasus cidera otak, yang kejadiannya terbilang cukup banyak di RSUD Dr. Soetomo,” ungkapnya. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran saat
ini, pihak Departemen Ilmu Bedah Saraf FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo berharap kualifikasi para lulusannya nanti dapat setara dengan lulusan bedah saraf di luar negeri. Salah satunya dalam hal penulisan jurnal ilmiah. Harapan ini tentu linier dengan keinginan Universitas Airlangga yang mendambakan peningkatan jumlah publikasi jurnal ilmiah terindeks scopus. Sementara itu, Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Soetojo., Sp.U (K) mengungkapkan, Prof Lumenta punya cukup banyak pengalaman dalam hal publikasi jurnal internasional. Tentu saja ini peluang bagi tercapainya target unair menuju internasionalisasi. “FK UNAIR berharap Prof Lumenta dapat berkontribusi lebih banyak lagi untuk membimbing para residen maupun dosen Ilmu Bedah Saraf dalam hal penulisan karya ilmiah dan ‘menggiring’ nya sampai berhasil tembus ke jurnal internasional terindeks scopus,” ungkapnya. Di akhir acara, berlangsung pengalungan bunga oleh Wakil Rektor I Universitas Airlangga Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD, K-GH., Ph.D, FINASIM kepada Prof Lumenta, dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat oleh Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K), diakhiri dengan penyerahan cenderamata oleh Ketua Departemen Bedah Saraf Dr. Agus Turchan, dr., Sp.BS(K). Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Kasus Kecelakaan Tinggi, Dokter Bekali Diri Atasi Trauma UNAIR NEWS – Jumlah pengendara sepeda motor yang tinggi di Indonesia turut disertai dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Akibatnya, kasus korban dengan trauma kepala dan wajah tercatat sebagai salah satu kasus yang cukup banyak ditangani di rumah sakit. Di RSUD Dr. Soetomo sendiri kasus tersebut mencapai 180-200 kasus per tahun. Sayangnya, urgensi kasus trauma kepala dan wajah yang banyak terjadi belum sepenuhnya diimbangi dengan kemampuan tenaga medis yang mumpuni. Demikian diungkapkan oleh dr. Indri Lakhsmi Putri, Sp.BP-RE(KKF). Menurutnya, akibat keterlambatan maupun kesalahan dalam penanganan kasus trauma kepala dan wajah selama ini seringkali mengakibatkan pasien kecelakaan tidak tertangani dengan baik. Maka dari itu, untuk meningkatkan pemahaman dan edukasi tenaga medis seputar kegawatdaruratan trauma kepala dan wajah, Departemen Bedah Plastik bersama Departemen Bedah Saraf dan Departemen Anestesi RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menggelar seminar Multidicipline Lecture tentang “Kegawatdaruratan Trauma Kepala dan Wajah” di Rumah Sakit Universitas Airlangga, Sabtu (21/5). “Kebanyakan, kasus cedera kepala dan wajah membutuhkan penanganan yang sangat cepat. Sementara untuk beberapa rumah sakit, kasus trauma kepala dan wajah tidak dapat dirujuk langsung ke dokter spesialis. Maka dari itu perlu edukasi bagi para tenaga medis di layanan kegawatdaruratan, untuk meminimalisir kesalahan dan keterlambatan dalam penanganan,” ungkapnya. Cedera wajah tengah
Salah satu topik yang dibahas dalam acara tersebut adalah kasus Zygoma mozilla fracture atau cedera wajah tengah. Dokter Indri sebagai salah satu ahli di bidang tersebut mengungkapkan, kasus cedera wajah tengah di RSUD Dr. Soetomo terbilang cukup tinggi, yakni sebanyak seratus kasus per tahun. “Untuk kasus kerusakan wajah tengah, sebenarnya perlu waktu penanganan yang tidak boleh lebih dari dua minggu. Jika penanganannya lebih dari itu, maka pasien akan berisiko mengalami kerusakan permanen. Kalau sudah kondisi begitu maka penanganan selanjutnya akan lebih sulit,” jelasnya. Dokter Indri berharap, melalui kegiatan seminar multidicipline lecture, para tenaga medis akan lebih mengenal berbagai jenis kasus trauma kepala dan wajah secara lintas disiplin ilmu. Karena kasus kerusakan sekitar kepala dan wajah memiliki keterkaitan satu sama lain dan perlu adanya intergrasi dalam penanganan. Sementara itu, hal lain yang juga tidak kalah penting dalam kegawatdaruratan adalah mengenai life support. Seperti kebanyakan terjadi, seringkali masyarakat awam menjadi orang pertama yang membantu penyelamatan korban kecelakaan. Sayangnya, tidak semuanya mengerti cara penanganan korban cedera kepala dan wajah secara benar. Alih-alih membantu, salah pertolongan justru memperparah kondisi cedera pada korban. Dari kondisi tersebut, dokter Indri berharap akan ada program pelatihan khusus menganai life support untuk mengedukasi masyarakat. Sementara kegiatan seminar seperti “Kegawatdaruratan Trauma Kepala dan Wajah” akan menjadi agenda acara rutin setahun sekali. (*) Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Defrina Sukma S.