Inovasi Mahasiswa FK UNAIR, Layani “Cek Gula Darah Drive Thru” UNAIR NEWS – Meningkatnya prevalensi Diabetes Mellitus (DM) menjadikan beban negara untuk pemeliharaan penyakit yang berkaitan dengan “gaya hidup” ini semakin besar. Rendahnya kesadaran masyarakat yang sejak dini memeriksakan kadar gula dalam darahnya juga akan menjadikan diabetes baru terdeteksi ketika sudah terjadi komplikasi. Guna mempermudah sekaligus menggugah kesadaran masyarakat itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, melaluyi Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) menjadikan keadaan diatas sebagai dasar pemikiran untuk menawarkan konsep “Cek Gula Darah Drive Thru”. Anggi Dewi, Ketua Tim PKMK FK UNAIR menjelaskan, bahwa timnya terinspirasi dengan konsep drive thru yang dipraktikkan oleh sebuah makanan cepat saji. “Pasti masyarakat lebih berminat untuk cek gula darah jika tidak perlu antri lama, biayanya murah, bahkan bisa sambil berkendara. Tidak perlu turun dari kendaraannya. Jadi semakin banyak yang sadar untuk cek gula darah sedini mungkin, maka akan semakin banyak pula yang terhindar dari diabetes. Karena diabetes, yang di masyarakat sering disebut ‘kencing manis’ itu, hanya bisa dicegah dan hingga saat belum ada obatnya,” kata Anggi Dewi kepada pers. “Cek Gula Darah Drive Thru” ini sangat cocok bagi warga Kota Surabaya dan kota besar lain yang memiliki intensitas kesibukan cukup tinggi. Mereka dapat memeriksakan kadar gula darah misalnya sambil berolahraga, berakhir pekan bersama keluarga, bahkan sambil berkendara sepeda motor maupun mobil, sehingga stigma masyarakat akan “ribetnya” cek gula darah di
laboratorium berubah menjadi menyenangkan, cepat (hanya 10 detik) dan terjangkau. ”Hanya dengan biaya Rp 10.000 mereka sudah bisa memeriksakan kadar gula darah sekaligus memeriksakan tekanan darah secara gratis serta berkonsultasi langsung dengan tenaga kesehatan tentang pola hidup sehat,” tambah Anggi.
SEORANG pedagang keliling, dengan tetap diatas sadel motornya, ia memeriksakan cek gula dalam darahnya. (Foto: Dok PKMK FK) Usaha yang dijalankan oleh Tim PKMK-nya ini, setiap hari Sabtu dan Minggu, di lokasi jogging track Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, cukup ramai didatangi pengunjung. Sejak buka 1 April 2017 hingga 4 Juni 2017, sebanyak 1.298 orang melakukan pemeriksaan gula darah di stan yang dibuka ini. Dari jumlah yang memeriksakan tersebut, sebanyak 42,9% pengunjung baru pertama kali melakukan cek gula darah, dan 105 orang dari jumlah tersebut baru mengetahui kadar gula darah mereka sudah di atas normal. Dari kajian berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa tim ini telah berhasil menggugah kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kadar gula darahnya sejak dini.
“Ramainya pelanggan itu karena kami selalu menjaga hubungan baik dengan mereka. Pelayanan yang ramah, harga murah, serta konsultasi yang kami sediakan menjadi nilai plus, sehingga banyak diantara mereka yang kembali periksa di tempat kami, bahkan sambil mengajak tetangga atau saudaranya. Bahkan ada juga yang memanggil untuk cek di rumah, karena orangtuanya terkena stroke. Alhamdulillah program kami sangat bermanfaat,” jelas Anggi. Sebagai mahasiswa salah satu universitas terkemuka di Indonesia, mereka berlima yaitu Anggi Dewi, Nor Ain, Reskia, Ritje Paembonan, dan Rani Kusumawardani, tidak malu-malu untuk berdagang di kaki lima bersama pedagang-pedagang lainnya. Tidak malu? “Untuk apa malu, justru ini adalah awal yang bagus untuk memicu jiwa kewirausahaan sejak dini. Kami justru sangat berterimakasih kepada Dirjen Dikti karena telah memberi kami kesempatan belajar berwirausaha,” kata Anggi. “Selain ingin meraih Juara di PIMNAS, tujuan kami kedepan bisa memiliki banyak cabang ‘Cek Gula darah Drive Thru’ sehingga semakin banyak masyarakat yang terhindar dari diabetes sekaligus menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Karena lapangan pekerjaan banyak yang berebut, kami ingin menciptakan lapangan pekerjaan agar menjadi ksatria Airlangga meraih sukses,” tambahnya mantab. (*) Editor: Bambang Bes
Pelet Kroto Diketahui Sebagai
Pakan Ikan yang Mempercepat Pertumbuhan UNAIR NEWS – Empat mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga di PSDKU (Pusat Studi Diluar Kampus Utama) Banyuwangi, dalam penelitiannya menemukan pelet kroto (Pelo) sebagai pakan ikan yang teruji efektif mampu mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kelulushidupan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo panjang 5-10 Cm dan berat 1-2 gram, dalam lima perilaku uji coba selama 30 hari, baik panjang dan berat badan semua meningkat. Namun peningkatan paling maksimal (berlipat) pada perilaku kelima (pemberian kroto murni tanpa pelet komersial), panjang badan lele bertambah 5,5 Cm dan berat badan lele bertambah hampir 4 gram. Empat mahasiswa FPK UNAIR itu kemudian menuangkan penelitiannya dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) ini adalah Indra Wicaksono (ketua tim), dengan anggota Santika Dwi Christanti, Rina Suliestyana, dan Ayu Nur Imaniy. Dibawah bimbingan Mohammad Faizal Ulkhaq, S.Pi., M.Si., proposal berjudul “PELO (Pelet Kroto): Alternatif Pakan Ikan Buatan untuk Mempercepat Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias gariepinus)” ini berhasil lolos seleksi untuk memperoleh dana pengembangan dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2017. Diterangkan Indra Wicaksono, penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan yang terdiri dari pelakuan A (0% pelet komersial tanpa kroto). Perlakuan B (pemberian PELO dengan kombinasi 25% kroto dan 75% pelet komersial), perlakuan C (50% pelet dan 50% kroto), perilaku D (75% pelet dan 25% kroto), dan perilaku E (100% PELO murni tanpa pelet komersial). Pertambahan perkembangannya Lihat Diagram.
DIAGRAM pertambahan berat badan dan panjang lele dumbo dari hasil uji coba dengan lima perlakuan. (Dok PKM-PE PELO) Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang dijadikan uji coba adalah lele dengan panjang 5-10 Cm dan berat 1-2 gram, sebanyak 20 ekor untuk masing-masing ulangan. Sedang parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik dan nilai kelulushidupan lele selama masa pemeliharaan (30 hari). Hasil penelitian ini menunjukkan kandungan protein pada kroto dan pelet yang digunakan yaitu bahan kering, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, Ca, BETN, ME (Kcal/kg). Menurut Indra Wicaksono, mengapa pihaknya meneliti ini, sebab nutrisi merupakan hal sangat penting bagi setiap makhluk hidup karena digunakan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. ”Tanpa nutrisi, perkembangan dan pertumbuhan akan terhambat bahkan akan mengalami kematian. Salah satu bahan pakan yang mengandung nutrien tinggi itu adalah kroto, yaitu kadar protein mencapai 47%,” kata Indra. Sedangkan selama ini pemanfaatan kroto di Indonesia masih sebatas untuk pakan burung berkicau dan umpan memancing ikan. Selain itu kroto juga dimanfaatkan peternak ayam untuk mempercepat pertumbuhan ayam. Sedangkan masyarakat Thailand
dan Filipina membudidayakan kroto tidak hanya untuk pakan burung atau ikan, tetapi juga sebagai bahan pangan manusia karena kandungan nutrien yang tinggi dan tekstur yang lembut seperti krim.
ANGGOTA Tim PKMPE sedang memproses pelet kroto di Lab FPK UNAIR Banyuwangi. (Foto: Dok PKM-PE PELO) Perikanan budidaya merupakan kegiatan yang banyak di Indonesia, karena memiliki prospek sangat menjanjikan. Namun, tingginya harga pakan sebagai biaya terbesar budidaya, menjadi kendala yang banyak dihadapi para pembudidaya. Karena itu perlu dicari alternatif bahan pakan yang murah, kandungan nutrient-nya sesuai kebutuhan ikan, dan mudah didapat (tidak musiman). ”Jadi kroto sebagai telur semut yang memiliki kandungan protein cukup tinggi bagus dikonsumsi oleh ikan, khusunya ikan karnivora, sebab kandungan protein kroto berasal dari protein hewani,” lanjut Indra Wicaksono. Keunggulan dari PELO (pelet kroto) ini adalah, pertama: diperoleh produk pakan ikan dengan harga lebih terjangkau dan mudah didapat. Kedua, telah terbukti dalam uji coba sebagai pakan ikan alternatif yang mempercepat pertumbuhan ikan, dan ketiga: memiliki aroma yang relatif sedap dan khas. (*)
Editor: Bambang Bes
Mahasiswa UNAIR Ciptakan Metode “Dakwah Sehat” untuk Sehatkan Santri di Surabaya UNAIR NEWS – Kesehatan merupakan salah satu kunci suksesnya penyelenggaraan pendidikan dan dakwah di pondok pesantren. Pondok pesantren berperan penting dalam pengembangan mental dan karakter yang harus didukung dengan peningkatan kualitas hidup di dalam pelaksanaannya. Pondok Pesantren pada umumnya memiliki masalah yang begitu klasik, yaitu tentang kesehatan santri dan masalah terhadap penyakit. Hal ini juga dialami oleh Yayasan Pondok Pesantren Tahfidhul Qur’an (YPPTQ) Sunan Giri, Surabaya. Selama ini kegiatan kesehatan di Pondok Pesantren Sunan Giri, Surabaya, hanyalah sebatas sosialisasi dari puskesmas tentang kebersihan. Belum ada fasilitas kesehatan seperti unit kesehatan santri, palang merah remaja, pelatihan dan penanganan kesehatan. Hal itulah yang mendorong mahasiswa UNAIR untuk menciptakan sebuah metode “Dakwah Sehat”. Tim PKM-M yang beranggotakan lima orang ini Dede Wulanita Sari (S1 Kesehatan Masyarakat/2015), Tya Nisvi Rahmadhani (S1 Kesehatan Masyarakat/2015), Inas Pramitha Abdini Haq (S1 Kesehatan Masyarakat/2015), Nurul Tri Wahyudi (S1 Kedokteran Hewan/2013), dan Anjar Ani (S1 Pendidikan Ners/2013) untuk menerapkan Dakwah Sehat. “Hal ini merupakan sistem pembinaan tanggap kesehatan yang berbasis SAFAAT (santri, first-aid, al-waqayituwata’ziiza)
yang mengutamakan peningkatan berdakwah kesehatan, peningkatan kompetensi dan kesehatan dari santri dan untuk santri, peningkatan kemampuan pertolongan pertama pada kecelakaan (rehabilitative), dan preventif penyakit dan promosi kesehatan,” terang Dede Wulanita. Dede juga menambahkan bahwa pada program ini, tim PKM-M juga mencetak kader yang diharapkan dapat menjadi pelopor kesehatan di pondok pesantren. Nantinya, pada akhir Program tim PKM-M Dakwah Sehat ini akan terbentuk 10 kader pada setiap kamar yang diharapkan dapat melanjutkan program Dakwah Sehat. “Selain itu kader diharapkan dapat mejadi konsultan perilaku kesehatan di lingkungan pondok pesantren. Dan juga program kami ini akan memiliki beberapa luaran program yaitu mewujudkan santri Pondok Pesantren Tahfidhul Qur’an (YPPTQ) menjadi santri yang tanggap kesehatan akan penyakit-penyakit yang rawan terjadi di pondok pesantren,” imbuhnya. Ketua Tim PKM-M Dakwah Sehat juga menambahkan, melalui Dakwah Sehat ini diharapkan santri akan memiliki keterampilan kesehatan dengan mengkolaborasi antara ilmu agama yang mereka miliki dan ilmu tentang kesehatan dengan cara berdakwah mengenai kesehatan. Sehingga para santri di Pondok Pesantren Tahfidhul Qur’an (YPPTQ) Sunan Giri nantinya akan dapat menyikapi masalah kesehatan kearah promotif dan preventif. “Kami juga berharap bahwa program Dakwah Sehat ini dapat menjadi pelopor bagi Pondok Pesantren yang lain dalam menciptakan pemberdayaan santri di Indonesia menuju kemandirian kesehatan dan peningkatan taraf hidup sesuai dengan potensi dan karakteristik yang ada di pondok pesantren,” pungkasnya. Editor: Nuri Hermawan
Komite IV DPD UNAIR Bahas Penghasilan
RI Gandeng RUU Pajak
UNAIR NEWS – Peran perguruan tinggi dalam memberikan masukan dan saran terhadap kebijakan yang dibuat wakil rakyat memang sangat dibutuhkan. Sebagai wadah para akademisi, masukan dan saran tersebut bisa menjadi pertimbangan yang matang untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) berkunjung ke Universitas Airlangga dan mengandeng para akdemisi UNAIR untuk memberikan masukan dan saran mengenai draft Rancangan Undang-Udang (RUU) tentang pajak penghasilan. Acara kunjungan DPD RI tersebut dilakukan di Ruang Sidang Pleno, Senin (19/6). Hadir mewakili pimpinan UNAIR, Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin., selaku Wakil Rektor II UNAIR. Dalam sambutannya, Madyan mengatakan bahwa beberapa tahun terakhir penerimaan negara mengalami permasalahan dan timbul kekhawatiran penerimaan negara dalam sektor pajak berkurang. Dari kekhawatiran tersebut munculah kebijakan pemberian pengampunan pajak atau tax amnesty. “Akhrinya kan muncul kebijakan tax amnesty. Nah, tax amnesty sudah berakhir dan ini perlu kebijakan apalagi mengingat pajak itu memang sangat penting,” papar Madyan. Madyan juga mengatakan, mengenai penerimaan negara dari sektor pajak yang berkurang, dampaknya tidak hanya terjadi pada bidang infrastruktur negara tapi juga berdampak pada bidang pendidikan. “Saat
pendapat
negara
kita
berkurang,
anggaran
untuk
pendidikan dalam bidang sarana prasarana pun dikurangi. Maka, dengan kunjungan ini semoga dihasilkan kebijakan yang bisa terus mendorong penerimaan negara melalui pajak,” terangnya. Menanggapi pernyataan Madyan, Wakil Ketua Komite IV DPD RI, Drs. H.A Budiono, M.Ed., mengatakan bahwa mengenai permasalahan pendapat negara dari sektor pajak memang diperlukan berbagai usaha, salah satunya upaya perluasan halhal yang harus kena pajak. “Banyak sektor bisnis yang belum diakui dalam UU Pajak Penghasilan. Oleh sebab itu, kami butuh masukan-masukan dari akademisi UNAIR perihal mana saja yang nantinya bisa dikenai pajak,” terangnya. Selanjutnya, untuk mematangkan diskusi, hadir pula tim ahli RUU tentang pajak penghasilan, Dedi Rudaedi Ak., M.Sc. Dalam paparannya, Dedi menjelaskan bahwa perlunya revisi RUU pajak penghasilan memang didasari dari berbagai hal seperti perkembangan dunia bisnis, upaya perluasan obyek pajak untuk keadilan, dan perpajakan.
mendorong
peningkatan
kepatuhan
kewajiban
“UU pajak penghasilan, ini telah diubah empat kali, kalau ini diubah bakal menjadi yang kelima. Pertimbangannya agar perubahan tegasnya.
kelima
ini
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
bisa
memberi
dampak
yang
lebih,”
Hima MM Pemasaran Negeri
Beri Pelatihan di Kampung Anak
UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Airlangga (Hima MM UNAIR) memberikan bantuan dan edukasi pada anak-anak di Kampung Anak Negeri, Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial (UPTD), yang terletak di Jl Wonorejo 130 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Kamis (15/6). Mereka memilih UPTD Kampung Anak Negeri karena potensi kewirausahaan yang bisa ditanamkan. Ini adalah bentuk pengabdian masyarakat sebagai bentuk penyaluran ilmu mahasiswa ke masyarakat. Di Kampung Anak Negeri, anak-anak diajarkan untuk membuat beragam jenis keterampilan. Nah, para mahasiswa mengajari mereka, melalui para pendamping, untuk melakukan pemasaran secara online. Harapannya, langkah ini bisa meningkatkan daya jual melalui sistem online. Hingga saat ini, Kampung Anak Negeri sudah memiliki produk sinom dan kerajinan tangan. Produk itu harus dicarikan strategi pemasarannya yang tepat. Misalnya, terkait di mana tempat yang cocok untuk dijual, pemasarannya bagaimana, penjualannya seperti apa dan lain sebagainya. Kaprodi MM UNAIR, Dr. Gancar Candra Premananto mengatakan, UPTD Kampung Anak Negeri mengalami pengembangan fasilitas pesat, termasuk produksinya. “Tetapi, kemampuan berwirausaha dan pemasaran produk harus lebih ditingkatkan. Sedang MM FEB UNAIR memiliki mahasiswa yang sudah berpengalaman kerja, serta ilmu kewirausahaan dan manajemen yang baik. Di aspek tersebut, kami saling menyalurkan ilmu,” ungkap dia. (*)
Mahasiswa UNAIR Banyuwangi Bikin Masker Cantik dari Limbah Kulit Pisang UNAIR NEWS – Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu desa yang memiliki potensi tinggi penghasil pisang. Hasil olahan pisangnya pun beraneka ragam. Ada keripik pisang, sale, dan aneka yang lain. Sayangnya, produksi pengolahan pisang yang tinggi itu tidak diimbangi dengan pengolahan limbahnya. Jadilah limbah berupa kulit pisang berserakan diberbagai tempat. Menurut Kepala Kelurahan Tamansari, Nursamsi, kebanyakan masyarakat Desa Tamansuruh cenderung membuang limbah kulit pisang. Limbah kulit pisang yang paling banyak adalah kulit pisang kapok. Ada beberapa yang memanfaatkannya sebagai pakan ternak, namun hasilnya belum mengatasi besaran limbah yang ada. “Di Desa Tamansuruh sudah memiliki kelompok ibu PKK yang aktif dan sering mengadakan pertemuan dan membahas masalah limbah kulit pisang ini, namun dari pertemuan ke pertemuan toh belum bisa memberikan solusi yang nyata,” kata Lurah Nursamsi. Bergegas dari kenyataan diatas dan berusaha untuk memberikan solusinya, lima mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi membuat inovasi untuk memberdayakan masyarakat dengan mengubah limbah kulit pisang menjadi barang yang bernilai ekonomis, yaitu masker wajah. Dari lima mahasiswa prodi akuntansi PSDKU UA melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017 dengan judul propsoal ”Optimalisasi Potensi Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa
paradisiaca) Menjadi Kuping Macan (Kulit Pisang Masker Cantik ) sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Kreatif pada Kelompok PKK di Desa Tamansuruh, Kabupaten Banyuwangi.” Program ini berhasil menarik perhatian Dirjen Dikti dan dinyatakan lolos untuk mendapatkan dana pembinaan program PKM tahun 2017.
Mahasiswa UNAIR Banyuwangi yang melaksanakan pengabdian untuk masyarakar Desa Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. (Foto: Dok PKMM) Lima mahasiswa tersebut adalah Nilna Firdaus Anggraini (ketua/2016), Suaibatul Islamiyah (2016), Nur Jannah (2016), Miranti Nareswari (2014), dan Romzi Kharisanto(2014). Sasaran pengabdian kelima mahasiswa itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tamansuruh, mengurangi tingkat pengangguran, memberikan fasilitas pelatihan kewirausahaan, meningkatkan kreatifitas mahasiswa, membantu mengangkat nilai jual limbah kulit pisang sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi perencanaan program, sosialisasi pengenalan manfaat limbah kulit pisang menjadi masker kecantikan, pelatihan dan praktik pengolahan limbah kulit pisang menjadi masker kecantikan, pemanfaatan masker
kecantikan dari limbah kulit pisang pada remaja di lingkungan Desa Tamansuruh serta ditutup dengan melakukan evaluasi kegiatan. (*) Penulis : Siti Mufaidah Editor : Bambang Edy Santosa
Mahasiswa UNAIR Berdayakan PKK dalam Bisnis Memanfaatkan Internet UNAIR NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi berhasil melakukan pembelajaran kepada masyarakat Kelurahan Karangrejo, Kota Banyuwangi, untuk merajut bisnis/berwirausaha memanfaatkan jejaring internet. Usaha yang dilakukan ini sebagai revitalisasi peran PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) untuk meningkatkan penghasilan keluarga di era perdagangan global. Mahasiswa UNAIR tersebut terdiri lima orang, yaitu Hanna Lintang Utaminingrum (ketua Tim), dengan anggota Iis Ananda Pratiwi, Sischa Dwiyanto, Diana Andansari, dan Romzi Kharisanto. Setidaknya terdapat dua alasan mengapa pengabdiannya ditujukan kepada masyarakat Kelurahan Karangrejo. Pertama, kelurahan Karangrejo merupakan kelurahan di wilayah Kota Banyuwangi yang letaknya berbatasan dengan Selat Bali. Di sini tumbuh kawasan industri yang ditandai berdirinya banyak pabrik. Kemudian di sisi barat sebagai “pintu gerbang” menuju pulau wisata Bali, terdapat kawasan “bergaya” perkotaan berupa pemukiman, pasar
Pujasera, dan kawasan pecinan (China Town). Kedua, menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter di tanah air dalam tahun 2014 saja sudah mencapai 83,7 juta orang. Tentu sekarang sudah meningkat tajam. Hal ini mendudukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam jumlah pengguna internet. Tahun 2017 e-Marketer memperkirakan netter Indonesia akan mencapai 112 juta. Dijelaskan oleh Hanna Lintang Utaminingrum, produk yang berhasil dibuat dari sosialisasinya itu Antara lain kerajinan handmade berupa bross dan penjepit rambut, sabun cuci handmade, kerupuk olahan, kerudung dan banyak lainnya. ”Tujuan kami dari Tim PKMM ini ingin memberikan wawasan softskill pada masyarakat, khususnya Kelompok PKK Kelurahan Karangrejo tentang teknologi internet dan pengaplikasiannya dalam berwirausaha untuk meningkatkan pendapatan Kelompok PKK ini dengan wawasan internet,” kata Hanna. Hasil pengabdiannya ini kemudian diimplementasikan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Setelah melalui seleksi oleh Dirjen Dikti, proposal ini lolos dan berhasil mendapatkan pendanaan melalui program PKM Kemenristekdikti tahun 2017. Dijelaskan oleh Hanna, metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini, pertama melalui sosialisasi terhadap kelompok PKK Kelurahan Karangrejo. Disini dikenalkan pentingnya internet dan manfaat yang dapat diperoleh dari fasilitas internet dalam wirausaha. Kedua memberikan pelatihan packaging, dan labelling produk. Ketiga, melatih kelompok PKK dalam mengaplikasikan internet sebagai media dalam memasarkan produknya. ”Kami sangat senang bahwa hasil yang kami dapat merupakan peningkatan pengetahuan penggunaan internet dalam melakukan penjualan produk dari anggota PKK, dan mereka juga percaya diri dalam menjalankan bisnisnya,” tambah Hanna.
Pengertian juga ditekankan bahwa wirausaha berarti harus berani berusaha secara mandiri untuk mencapai hasil optimal. Kelompok PKMM ini menginginkan adanya E-PRO (Enterpreneuship program) sebagai upaya revitalisasi peran PKK melalui pelatihan kewirausahaan berbasis internet sebagai kesiapan menyongsong perdagangan Asia-Shina 2020 di Kelurahan Karangrejo Kabupaten Banyuwangi. Diakui oleh Hanna, keunikan program ini dapat mengajak ibu-ibu anggota PKK untuk menerapkan aktivitas wirausaha mulai dari pelatihan perencanaan, packaging, labeling, hingga promosi produk melalui internet dan media sosial. ”Minat masyarakat sebenarnya sudah ada, namun mereka merasa kurang percaya diri, oleh karena itu kami memfasilitasinya agar mampu mengembangkan sendiri dengan melakukan pelatihan ini,” tambah Hanna. (*) Penulis : Siti Mufaidah Editor : Bambang Bes
Mahasiswa FKp Satu-Satunya Delegasi Keperawatan pada Kompetisi Riset Dunia UNAIR NEWS – Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga mengirimkan satu tim delegasi untuk mengikuti Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting-14 (HISAS-14) di Hokkaido University, Jepang. HISAS 14 yang digelar pada 18-19 Maret 2017 tersebut merupakan sebuah acara diskusi ilmiah antar peneliti muda yang diadakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Hokkaido. Kegiatan ini menjadi ajang bagi para peneliti muda dari berbagai disiplin
ilmu, baik dalam maupun luar negeri untuk bertukar pengetahuan dan mendiskusikan hasil penelitiannya. Tim delegasi FKp UNAIR yang beranggotakan Rio Cristianto, Nurullia Hanum Hulfida, dan Lintang Kusuma Ananta, mahasiswa semester 1 Program Pendidikan Profesi Ners berhasil meluluskan 2 paper terbaik yang berjudul “Psychoreligious Dhikr Therapy be Affect to Anxiety Level of Pulmonary Tuberculosis Patients” dan “Family Stigma who Have Family Member with Mental Illness: Schizophrenia”. “Paper tersebut meneliti tentang pengaruh terapi psikoreligius dengan metode dzikir terhadap kecemasan yang dialami oleh para penderita Tuberkulosis Paru, dan stigma keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengidap Schizofrenia,” terang Rio yang juga ketua tim delegasi. Pada penyelenggaraan yang ke-14 tahun ini, HISAS mengangkat tema “Indonesia Sustainable Development Goals: Chance and Challenge for a Better Future”. Rio juga menambahkan bahwa sebelum mengikuti kegiatan ini, tim harus mengikuti proses seleksi yang dimulai sejak November 2016 dengan mengirimkan abstrak penelitian. Tim reviewer untuk penyeleksian ini terdiri dari mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan master dan doktor di Hokkaido University. Lebih dari 200 abstrak penelitian telah dikirim oleh mahasiswa undergraduate maupun postgraduate, akademisi, dan praktisi dari berbagai universitas dan institusi pemerintahan di Indonesia dan Jepang. “Hanya ada 52 paper penelitian terbaik yang lulus seleksi dan berhak untuk dipresentasikan secara oral dan bersaing memperebutkan predikat best paper dan best presentation,” imbuhnya. Acara HISAS 14 dimulai dengan dengan opening speech yang disampaikan oleh Prof. Michel La Fay perwakilan dari Hokkaido University, dan Mr. Hiroshi Yamamoto dari Hokkaido Gas,
kemudian secara resmi dibuka oleh perwakilan KBRI Tokyo, Dr. Ben Perkasa Drajat. Sebelum memasuki sesi acara inti, yaitu presentasi dari para peserta, acara dimulai dengan lecture oleh dua orang invited speaker, yakni Dr. Marie Stefanie dari Fakultas Pertanian Hokkaido University dan Dr. Shuji Tamumura dari Horonobe Japan Research Institute of the Subsurface Environment. Pada sesi inti yaitu presentasi paper penelitian, peserta dibagi ke dalam lima cluster yaitu Health & Life Sciences, Innovation & Technology, Agrotechnology, Sustainable Environment & Renewable Energy dan Social & Human Sciences. Tim delegasi FKp masuk ke dalam cluster Health & Life Sciences bersama beberapa tim lainnya dari disiplin ilmu kesehatan, seperti ilmu kedokteran, farmasi, dan kimia. Pada sesi ini, peserta mempresentasikan paper penelitiannya, kemudian didiskusikan dengan peserta lainnya dan diuji oleh para panelis. “Panelis yang menjadi penguji dan juri berasal dari kalangan mahasiswa doktor dan staf peneliti yang sedang menempuh studi dan bekerja di Hokkaido University,” tegasnya. Meski
pada
tahun
ini
tim
delegasi
FKp
belum
dapat
mempersembahkan predikat best paper ataupun best presentation, tetapi HISAS 14 telah memberikan banyak pelajaran berharga. “Banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam keikutsertaan acara ini. Kami dapat merasakan atmosfer diskusi ilmiah berskala internasional dengan para peneliti yang pakar di bidangnya yang memperluas cakrawala berpikir kami, melatih komunikasi dan percaya diri, menambah ilmu tentang membuat karya penelitian yang berkualitas, serta memperluas jejaring mancanegara,” pungkas Rio.
Penulis: Rio Cristianto (Mahasiswa FKp UNAIR) Editor: Nuri Hermawan
Mahasiswa UNAIR ’Sulap’ Limbah Kulit Semangka Jadi Masker Antioksidan UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berhasil berinovasi “menyulap” limbah kulit semangka menjadi masker wajah antioksidan yang alami. Dalam produksi pertama dalam pengenalan pasar, sudah terjual 140 Pcs dengan harga yang sangat terjangkap, Rp 6.000/Pcs. ”Dua manfaat sekaligus kami hadirkan. Pertama mengatasi permasalahan limbah, dan kedua menjadikan limbah tersebut menjadi produk bermanfaat dan punya nilai plus,” kata Amelya Mustika P, Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) FF UNAIR. Diakui, salah satu permasalahan yang sering dihadapi pelajar, mahasiswa, dan perempuan umumnya, adalah permasalahan kulit wajah. Mengapa? Karena para pelajar dan mahasiswa, dan perempuan aktif umumnya memiliki banyak aktivitas di luar rumah/kampus. Sehingga terpapar sinar ultraviolet dan polusi menyebabkan pembentukan radikal bebas meningkat dan memicu kerusakan pada kulit, mulai kulit wajah menjadi kusam, kasar, dan timbulnya noda hitam. Keadaan demikian menyebabkan kurangnya rasa percaya diri dan rasa kurang nyaman. Pada sisi yang lain, limbah juga merupakan permasalahan yang tiada habisnya.Mulai dari limbah organik maupun anorganik.
Adanya limbah tentu sangat mengganggu masyarakat, maka diperlukan suatu upaya untuk mengolah limbah tersebut. Salah satunya mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai nilai jual. Berangkat dari permasalahan tersebut, tim PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan) Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang beranggotakan Amelya Mustika P (2015), Septiani (2015), Theresa Binayu P (2015), M. Dzul Azmi A.A (2015), dan Galuh Ratri (2014) mengombinasikan suatu produk yang selain dapat mengatasi permasalahan pada kulit wajah, juga membantu mengurangi limbah. Produk inovasi bernama “Watermelon Beauty Face Mask” ini telah lolos bantuan dana pengembangan dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI 2017.
Kemasan ’Watermelon Beauty Face Mask’ yang dipasarkan. (Foto: Dok PKMK FF-UA) “Watermelon Beauty Face Mask” merupakan masker wajah yang berasal dari limbah kulit putih semangka, dimana kulit putih semangka itu memiliki kandungan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas serta mencerahkan kulit wajah. Menurut
sebuah jurnal, kulit putih semangka kaya akan vitamin, mineral, enzim, dan klorofil. Vitamin-vitamin yang terkandung di dalamnya adalag vitamin A, vitamin B2, vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E, vitamin C. “Protein yang cukup banyak pada kulit putih buah semangka dapat digunakan untuk menghaluskan kulit, rambut, dan membuat rambut tampak berkilau. Sedangkan sitrulin, betakaroten dan likopen yang terdapat pada kulit putih buah semangka dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan,” kata Amelya Mustika, ketua Tim PKMK mengutip sebuah jurnal yang ditulis Rochmatika dkk (2012). “Sehingga kita tak perlu khawatir lagi untuk beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, Watermelon Beauty Face Mask juga memiliki aroma yang menenangkan, sehingga sangat cocok untuk digunakan usai melakukan aktivitas sehari-hari,” tambah Amelya. Menariknya lagi, “Watermelon Beauty Face Mask” ini begitu diperkenalkan ke masyarakat, hingga kini sudah terjual 140 Pcs pada produksi pertama. Tim menjual dengan harga Rp 6.000/Pcs dinilai sangat terjangkau bila dibandingkan dengan manfaat yang dimiliki masker buatan mahasiswa Farmasi UNAIR ini. Guna memenuhi permintaan konsumen yang sudah mengenalnya, Watermelon Beauty Face Mask juga hadir dengan tiga varian, yang dibuat berdasarkan jenis kulit, yaitu untuk kulit kering, kulit normal, dan kulit berminyak. Tim berharap dengan penggunaan Watermelon Beauty Face Mask ini dapat melembabkan kulit yang kering pada penggunanya, juga mengurangi sebum bagi kulit yang berminyak, dan menjaga kelembaban untuk kulit normal. ”Tunggu apa lagi, segera pesan Watermelon Beauty Face Mask dan dapatkan kulit wajah Anda yang lebih sehat,” kata Amelya berpromosi. (*)
Editor: Bambang Bes
Prodi MM Buat Robot dan Buka Puasa Bersama Anak Panti Asuhan UNAIR NEWS – Prodi Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga menggelar buka puasa bersama dengan anak panti asuhan Yayasan Yatim Piatu NurHidayatullah di Kampus B pada Minggu lalu (11/6). Menariknya, saat itu, anak-anak tersebut diajari cara membuat robot kertas. Tujuannya, mengasah kreatifitas. Ketua Prodi MM Dr. Gancar Candra Premananto menyatakan, inovasi berperan penting dalam menjalani masa depan. Anak-anak harus diajarkan kreatifitas dan diberi kebebasan berkreasi. Gagasan baru mesti bermunculan. “Bentuk kreativitas kali ini dilakukan dengan menyusun miniatur robot dari kertas,” ungkap dia. Robot yang dibuat adalah robot Combattler V. Berikut parade foto yang berhasil diabadikan oleh tim Prodi MM FEB UNAIR.
Editor: Rio F. Rachman