FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AWARENESS MASYARAKAT MUSLIM KOTA BOGOR TERHADAP PRODUK OLAHAN PANGAN HALAL
PRAMONO WIDAGDO
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor Terhadap Produk Olahan Pangan Halal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Pramono Widagdo NIM H54100025
ABSTRAK PRAMONO WIDAGDO. Faktor-faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor Terhadap Produk Olahan Pangan Halal. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan LAILY DWI ARSYIANTI. Kota Bogor memiliki potensi dan peluang yang cukup besar bagi pemasaran produk pangan halal. Hal ini mengingat jumlah penduduk muslim Kota Bogor yang mencapai 91.96% dari total penduduknya serta persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk konsumsi makanan masyarakat Kota Bogor mencapai 44.62% dari total pengeluaran rumah tangga pada tahun 2011. Pola perilaku masyarakat dalam mengonsumsi produk pangan halal akan menjadi ukuran tingkat permintaan (demand side) terhadap produk tersebut. Dalam teori ekonomi dasar dijelaskan bahwa peningkatan permintaan produk pangan halal akan berpengaruh terhadap peningkatan usaha penyedia (supply side) produk pangan halal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang demand side sangat bermanfaat dan sebagai prasyarat utama dalam melihat peluang usaha yang akan dikembangkan. Demand side ini dapat terbentuk karena awareness masyarakat terhadap pangan halal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat awareness dan faktor-faktor yang memengaruhi awareness masyarakat muslim terhadap pangan halal. Penelitian dilakukan dengan meninjau persepsi dari 174 orang masyarakat muslim di Kota Bogor melalui kuesioner. Analisis faktor dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) sedangkan tingkat awareness dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi halal awareness secara langsung adalah tingkat halal self-efficacy dan peran label/sertifikasi halal sedangkan yang berpengaruh secara tidak langsung adalah tingkat ketakwaan, tingkat literasi halal, serta health reason. Kata kunci: awareness, Kota Bogor, Structural Equation Modeling, pangan halal, persepsi.
ABSTRACT PRAMONO WIDAGDO. Analysis of Factors that Affect Muslim Society Awareness to Halal Processed Food Product in Bogor City. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and LAILY DWI ARSYIANTI. Bogor City has potential and opportunities for the marketing of halal processed food products. This is because the Muslim population of Bogor city reached 91.96% of the total population and the percentage of the average expenditure per capita for food consumption in a month reached 44.62% of total household expenditure in 2011. The pattern of people behavior in the consumption of halal food products will be the measure of the level of demand to the product. In basic economic theory explained that the increase in demand for halal food products will affect the supply side of halal processed food products. Therefore, do know of the demand side is very useful and be the main prerequisite in view of the business opportunities. Demand side can be formed due to public awareness of halal food. This study proposed to analyze the level of awareness and the factors that affect the
Muslim society awareness to halal processed food products. The study was conducted by reviewing the perceptions of 174 Muslims in the city of Bogor through questionnaires. Structural Equation Modeling (SEM) is used to analyze the factors that affect the level of halal awareness, while the level of awareness were analyzed using descriptive analysis. The results showed that the factors that directly affect halal awareness is level of halal self-efficacy and the role of labels/halal certification while that affect is the level of God consciousness (taqwa), halal literacy rate, and health reason. Keywords: awareness, Bogor City, halal food, perception, Structural Equation Modeling.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI AWARENESS MASYARAKAT MUSLIM KOTA BOGOR TERHADAP PRODUK OLAHAN PANGAN HALAL
PRAMONO WIDAGDO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor Terhadap Produk Olahan Pangan Halal Nama : Pramono Widagdo NIM : H54100025
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MA.Ec Pembimbing I
Laily Dwi Arsyianti, SE. MSc. Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MA.Ec. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor Terhadap Produk Olahan Pangan Halal dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Salallahi ‘Alaihi Wasalam karena berkat jasa beliau kita dapat merasakan nikmat Islam sampai hari ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MA.Ec dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, SE, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih kepada Bapak (Setyo Adi Ngadenan), Ibu (Tinasih), Kakak (Prihantono Waluyo Hutomo), Adik (Annisa Nurul Hasanah) atas doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada responden yang telah membantu dalam penelitian ini, dosen-dosen Ekonomi Syariah atas ilmu yang telah dibagi kepada penulis, kepada sahabat Zulpi Mirza, Ahmad Nur Fadhian, Dani Arwan, Putri Eka Ayuni S, dan teman-teman Ekonomi Syariah 47 untuk semua kenangan yang telah diberikan. Terakhir penulis sampaikan juga terima kasih kepada teman-teman SES-C FEM IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Februari 2015 Pramono Widagdo
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Halal Haram dalam Al Quran dan Sunnah
3
Kriteria Pangan Halal dalam Islam
4
Sertifikasi dan Labelisasi Halal MUI
5
Konsep Halal Awareness
7
Konsep Literasi Halal
8
Konsep Halal Self Efficacy
8
Tinjauan Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran
9
METODE PENELITIAN
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengambilan Sampel
11
Metode Analisis Data
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Karakteristik Umum Responden
16
Persepsi Responden
18
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Halal Awareness
23
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Definisi operasional variabel Variabel laten dan variabel indikator Sebaran daerah domisili responden Karakteristik umum responden Persepsi responden terhadap tingkat kepentingan pangan halal Persepsi responden terhadap kriteria pangan halal Hasil uji quality criteria Hasil analisis inner model
13 14 15 16 16 17 23 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kerangka pemikiran Persepsi responden terhadap indikator Ketakwaan Persepsi responden terhadap Halal Self Efficacy Persepsi responden literasi halal Persepsi responden terhadap alasan kesehatan/Health Reason Persepsi responden terhadap peran label/sertifikasi halal MUI Persepsi responden terhadap tingkat Halal Awareness Asumsi model awal penelitian Model terbaik Model awal penelitian Model akhir penelitian Hasil bootstraping Pola hubungan antara variabel K, LH, HSE, dan HA Pola hubungan variabel HR, HL, dan HA
10 17 18 19 19 20 21 22 22 24 24 26 26 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Jumlah penduduk kota Bogor berdasarkan umur 2013 Hasil uji validitas dan reliabilitas Hasil Outer dan Inner Model SEM-PLS Hasil perhitungan total skor Kuesioner penelitian
32 33 36 38 41
PENDAHULUAN Latar Belakang Kehalalan pangan merupakan aspek yang penting bagi umat Islam. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan halal sangat erat kaitannya dengan kepatuhan seorang muslim kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu”.(Q.S.Al-Baqarah 2: 168). Dalam ayat tersebut Allah telah memerintahkan manusia untuk hanya mengonsumsi makanan yang halal dan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mengonsumsi pangan halal dapat menjadi salah satu ukuran ketakwaan seorang muslim. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan akan meningkat 30% di tahun 2025 (Roberts 2010). Kondisi ini mendorong banyak negara mulai mengembangkan paradigma baru yang memberikan perhatian terhadap halal product, halal treat, dan sistem syariah. Hal ini menjadikan produk bersertifikat halal memiliki peluang pasar yang besar. Potensi pasar pangan halal global dapat tumbuh hingga 500 miliar USD di tahun 2010 (Dagha dalam Salman dan Siddiqui 2011). Permintaan terhadap produk halal di pasar global diperkirakan akan meningkat terus dengan pertumbuhan 20%-30% per tahun (Yudhoyono dalam Endang 2009). Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2010 (BPS 2010), di Indonesia sendiri tercatat sebanyak 207 176 162 penduduk memeluk Agama Islam. Jumlah ini setara dengan 87.18% dari total penduduk Indonesia. Kabupaten dan Kota Bogor merupakan daerah paling padat penduduk di Jawa Barat dengan jumlah muslim terbanyak, yaitu mencapai 96.67% dari total penduduknya. Kota Bogor sendiri sampai dengan tahun 2012 memiliki jumlah muslim sebanyak 877 498 orang atau sekitar 91.96% dari total penduduknya (Kota bogor dalam angka 2013). Di sisi lain persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk konsumsi makanan masyarakat Kota Bogor mencapai 44.62% dari total pengeluaran rumah tangga pada tahun 2011 (Kota bogor dalam angka 2013). Persentase ini lebih tinggi dari tahun 2010 yang hanya sekitar 36.7% dari total pengeluaran rumah tangga. Kondisi ini menjadi potensi dan peluang yang cukup besar bagi produk-produk pangan bersertifikat halal dalam memenuhi kebutuhan pangan halal masyarakat muslim Kota Bogor. Sertifikat halal yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) menjadi satu-satunya indikator resmi kehalalan suatu produk pangan. Menurut data yang dirilis oleh LPPOM MUI pada bulan Februari 2014, selama lima tahun terakhir baru 37 820 produk yang telah memiliki sertifikasi halal MUI dari 210 382 produk yang beredar atau hanya 18%1. Artinya, masih banyak produk pangan di Indonesia yang belum terjamin aspek kehalalannya. Dengan demikian masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim belum sepenuhnya terlindungi dari pangan yang tidak halal. 1
Disampaikan oleh LPPOM MUI dalam seminar Halal is Scientific (HASSASIN) Forum Bina Islami Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 12 Oktober 2014
2 Mengingat sertifikasi halal di Indonesia belum bersifat mengikat secara hukum (voluntary), upaya penyediaan produk pangan halal (supply side) sangat dipengaruhi oleh permintaan masyarakat terhadap produk tersebut (demand side). Permintaan ini sangat bergantung pada pola perilaku konsumsi masyarakat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tingkat awareness atau kepedulian individu terhadap produk olahan pangan halal dapat membentuk perilaku konsumsi individu tersebut. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui tingkat awareness masyarakat muslim terhadap pangan halal dan mengetahui apa saja faktor yang dapat memengaruhi awareness masyarakat muslim terhadap produk olahan pangan halal yang diambil dari studi kasus Kota Bogor. Perumusan Masalah Kota Bogor memiliki potensi dan peluang yang cukup besar bagi pemasaran produk pangan halal. Hal ini mengingat jumlah penduduk muslim Kota Bogor yang mencapai 91.96% dari total penduduknya serta persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk konsumsi makanan masyarakat Kota Bogor mencapai 44.62% dari total pengeluaran rumah tangga pada tahun 2011. Akan tetapi LPPPOM MUI sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang dalam memberikan sertifikasi halal baru mengeluarkan sebanyak 37 820 sertifikat halal atau sekitar 18% dari total produk yang beredar di Indonesia. Hal ini dikarenakan sertifikasi halal di Indonesia masih bersifat voluntary sehingga penyediaan produk pangan halal masih sangat bergantung pada tingkat permintaannya. Pola perilaku masyarakat dalam mengonsumsi produk pangan halal akan menjadi ukuran tingkat permintaan (demand side) terhadap produk tersebut. Dalam teori ekonomi dasar dapat dijelaskan bahwa peningkatan permintaan produk pangan halal akan berpengaruh terhadap peningkatan usaha penyedia (supply side) produk pangan halal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang demand side sangat bermanfaat dan sebagai prasyarat utama dalam melihat peluang usaha yang akan dikembangkan. Demand side ini dapat terbentuk karena awareness masyarakat terhadap pangan halal. Dengan demikian berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana tingkat awareness masyarakat muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal? 2. Bagaimana pemahaman masyarakat muslim Kota Bogor terkait produk olahan pangan halal? 3. Apa saja faktor yang memengaruhi awareness masyarakat muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini, antara lain : 1. Mengidentifikasi tingkat awareness masyarakat muslim Kota Bogor terkait produk olahan pangan halal. 2. Mengidentifikasi pemahaman masyarakat muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal.
3 3.
Menganalsis faktor-faktor yang memengaruhi awareness masyarakat muslim Kota Bogor terhadap produk olahan pangan halal. Manfaat Penelitian
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis ataupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat tersebut antara lain: 1. Bagi peneliti Sarana untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen produk halal yang penulis dapatkan dalam perkuliahan, serta sebagai salah satu media untuk mengenalkan urgensi pangan halal kepada masyarakat. 2. Bagi masyarakat dan pelaku usaha Dapat mengetahui konsep pangan halal dan sertifikasi halal pada produk pangan sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan halal awareness masyarakat dan pelaku usaha terhadap produk pangan. Selain itu hal ini juga dapat menjadi salah satu strategi pemasaran bagi dunia usaha yang bergerak di bidang pangan. 3. Bagi pemerintah Sebagai referensi dalam menyusun kebijakan terkait regulasi pangan halal dan sertifikasi halal. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji tingkat awareness masyarakat terhadap pangan halal dan faktor-faktor yang memengaruhinya dengan melakukan survei persepsi kepada 174 orang masyarakat muslim Kota Bogor yang tersebar dalam lima kecamatan, yaitu Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal.
TINJAUAN PUSTAKA Halal Haram dalam Al Quran dan Sunnah Awal yang ditetapkan dalam Islam ialah asal segala sesuatu yang diciptakan Allah, baik berupa benda maupun kemanfaatan yang dapat diambil oleh manusia adalah halal dan mubah. Tidak ada satupun yang haram kecuali ada dalil yang secara tegas mengharamkannya. Jika tidak ada nash yang sah mengharamkan (hadistnya lemah) atau tidak ada nash yang tegas menunjukkan haram, maka hal tersebut akan kembali ke hukum awalnya yaitu mubah. Ulama-ulama mendasarkan ketetapan ini dengan berdasarkan dalil-dalil Al Quran antara lain: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi dan kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al Baqarah: 29). “Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal demikian itu
4 benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (Q.S.Al Jatsiyah: 13). “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kita yang memberi penerangan.”(Q.S. Luqman: 20). Namun demikian hukum ini tidak berlaku dengan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah. Ibadah merupakan urusan agama yang suci yang tidak dapat dibuatbuat begitu saja kecuali melalui wahyu yang datang dari Allah. Imam Ahmad dan ulama-ulama fiqih lainnya berpendapat bahwa asal ibadah adalah tauqif dari Allah. Tidak disyariatkan suatu ibadah kecuali datangnya dari Allah. Kriteria Pangan Halal dalam Islam Seorang muslim wajib untuk mengetahui kehalalan dan keharaman pangan yang dikonsumsi. Karena ketidaktahuan terhadap pangan tersebut dapat mengakibatkan seseorang mengonsumsi pangan yang haram. Mengonsumsi pangan yang haram dapat berakibat buruk bagi kaum muslimin. Dari sisi rohani mengonsumsi pangan yang haram dapat berakibat pada tertolaknya ibadah dan akan dimasukkan ke dalam neraka. Sementara dari jasmani mengonsumsi pangan yang haram akan berakibat buruk bagi tubuh. Yaqub (2008) membagi kriteria pangan halal ke dalam 5 bagian, yaitu: Thayyib At-Thayyib adalah sesuatu yang suci, enak, dan tidak berbahaya pada tubuh dan akal. Dan at-thayyib berarti sesuatu yang terhindar dari al-khabits (sesuatu yang membahayakan tubuh dan akal, tidak suci dan tidak enak). Para ulama berbeda pendapat tentang kriteria al-Mustathib (yang memiliki otoritas dalam menentukan sesuatu itu baik) dan al-Mustakhbits (yang memiliki otoritas sesuatu itu buruk). Pendapat pertama al-Mustathib dan al-Mutakhbits adalah bangsa Arab, jadi sesuatu yang dinilai baik oleh bangsa Arab adalah halal, dan sesuatu yang dinilai buruk oleh bangsa Arab adalah haram. Sementara pendapat kedua yang al-Mustathib dan alMutakhbits adalah manusia secara keseluruhan. Tidak membahayakan/dharar Al-Dharar adalah sesuatu yang dilakukan manusia berupa hal yang tidak disukai atau menyakitkan, baik menimpa pada akalnya, keturunannya, hartanya, jiwanya, dan agamanya. Setiap yang membahayakan manusia, maka haram menggunakannya, baik untuk makan, minum, berobat, dan bersolek. Tidak Najis Najis adalah sesuatu yang dipandang jijik dan mengahalangi sahnya sholat, dan tidak ada keringanan di dalamnya. Najis merupakan salah satu kriteria haram makanan, minuman, obat dan alat kosmetika. Babi serta turunannya dan khamar serta turunannya termasuk golongan najis. Keharaman babi dan khamar termaktub di dalam Al Quran dan hadis. Seiring dengan perkembangan zaman produk turunan dari babi dan khamar semakin bervariasi. Kaum muslimin harus waspada terhadap
5 produk turunan tersebut, sebab keharamannya sama seperti keharaman babi dan khamar. Para ulama sepakat bahwa setiap benda yang najis tidak dapat disucikan dengan istihalal (perubahan sesuatu benda dari sifat/hakikat yang satu ke sifat/hakikat yang lain) kecuali khamar yang berubah sendiri menjadi cuka, darah hewan yang berubah menjadi susu, dan darah kijang yang berbuah minyak kasturi. Namun demikian ulama Hanafiyah berpendapat setiap benda najis dapat disucikan dengan Istihalal secara mutlak, baik terjadi dengan sendirinya maupun campur tangan manusia dengan syarat adanya bala (kesulitan yang menimpa secara umum). Tidak memabukkan/iskar Iskar (memabukkan) adalah salah satu kriteria yang menentukan keharaman, baik terdapat pada minuman-minuman yang bersifat cairan seperti khamar dan nabidz yang memabukkan atau benda-benda yang padat seperti narkotika dan zatzat adiktif lainnya. Setiap yang memabukkan, apapun jenisnya cair atau padat, mentah atau matang, berasal dari perasan anggur atau bahan lainnya, adalah haram. Mayoritas ulama dari kalangan ahli fiqih Hijaz, ahli hadis, dan ulama-ulama Hanafiyah. Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa kadar haram pada minuman-minuman yang memabukkan adalah sedikit maupun banyak selagi memiliki potensi memabukkan. Minuman tersebut haram meskipun ketika dikonsumsi tidak sampai memabukkan. Tidak mengandung organ manusia Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, sebagian orang mulai berpendapat bahwa organ manusia dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pangan, obat dan kosmetika. Sebagian orang memanfaatkan bagian tubuh manusia sebagai pengembang makanan, kesuburan air susu, obat, kecantikan, dan lainnya. Kandungan organ manusia yang terdaapat pada pangan menjadi salah satu kriteria haram. Al Quran surat Al-Isra (17:70) menjadi dalil pengharaman produk yang mengandung organ manusia. Surat tersebut menerangkan bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam. Makna “memuliakan” dalam ayat tersebut adalah tidak menghukumi najis kepada manusia, baik muslim maupun kafir, baik hidup maupun mati. Memuliakan juga berarti dilarang untuk memanfaatkan bagian tubuh manusia baik untuk pangan, obat, dan kosmetika. Sertifikasi dan Labelisasi Halal MUI Sertifikasi halal MUI merupakan sertifikasi halal pertama dan satu-satunya yang terdapat di Indonesia. Sertifikat halal dikeluarkan oleh MUI untuk memberikan jaminan status kehalalan produk pangan yang beredar di masyarakat. Produk yang telah memiliki sertifikat halal/berlabel halal dapat dipastikan produk tersebut halal dan aman dikonsumsi masyarakat. Hal ini dikarenakan untuk memperoleh sertifikat halal, perusahaan yang bersangkutan harus menerapkan sistem jaminan halal. Sistem jaminan halal sendiri memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut (halalmui.org): 1. Kebijakan halal Manajemen tertinggi perusahaan harus menetapkan kebijakan halal dan mensosialisasikannya kepada stakeholder perusahaan.
6
2. Tim Manajemen Halal Manajemen tertinggi harus menetapkan tim manajemen halal yang mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis dan memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas. 3. Pelatihan dan Edukasi Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan. Pelatihan harus dilaksanakan minimal setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan dan harus mencakup kriteria kelulusan untuk menjamin kompetensi personal. 4. Bahan Bahan tidak boleh berasal dari: babi dan turunannya, khamr (minuman beralkohol), turunan khamr yang diperoleh hanya dengan pemisahan secara fisik. darah, bangkai, dan bagian dari tubuh manusia. 5. Produk Merek/nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan. Produk retail dengan nama yang beredar di Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi. 6. Fasilitas Produksi Lini produksi dan perlatan pembantu tidak boleh digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk yang mengandung babi atau turunannya. 7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan aktivitas kritis (seleksi bahan baru, pembelian bahan, pemerikasaan bahan datang, produksi dan lain-lain disesuaikan dengan proses bisnis perusahaan yang menjamin semua bahan, produk, dan fasilitas produksi yang digunakan memenuhi kriteria. 8. Kemampuan Telusur (Traceability) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin kemampuan telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang disetujui dan dibuat di fasilitas yang memenuhi kriteria fasilitas produksi. 9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani produk yang terlanjur dibuat dari bahan dan fasilitas yang tidak memenuhi kriteria. 10. Audit Internal Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH yang dilakukan secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali. Hasil audit internal disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang diaudit dari pihak LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala setiap enam bulan sekali.
7
11. Kaji Ulang Manajemen Manajemen Puncak harus melakukan kajian terhadap efektivitas pelaksanaan SJH satu kali dalam satu tahun atau lebih sering jika diperlukan. Hasil evaluasi harus disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas. Selain dengan adanya penerapan sistem jaminan halal, untuk memperoleh sertifikat halal perusahaan yang bersangkutan akan diaudit oleh auditor LPPOM MUI langsung ke perusahaan untuk memeriksa kesesuain bahan yang digunakan pada saat registrasi dan saat produksi. Audit yang dilakukan meliputi semua fasilitas produk yang akan disertifikasi. Pemeriksaan lebih lanjut sampel produk akan diteliti di laboratorium. Tes laboratorium dilakukan untuk produk daging, produk olahan daging, dan produkproduk tertentu yang beresiko jika diperlukan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kandungan babi dalam produk. Analis kandungan alkohol juga dilakukan pada produk-produk tertentu jika diperlukan. Konsep Halal Awareness Menurut Randolph (2003), kata awareness atau kesadaran berarti pengetahuan atau pemahaman tentang subjek atau situasi tertentu. Kata awareness dalam konteks halal secara harfiah berarti memiliki ketertarikan khusus, pengalaman, atau informasi yang cukup terkait isu makanan halal, minuman dan produk halal lainnya. Kesadaran menggambarkan persepsi manusia dan reaksi kognitif terkait apa yang mereka makan, minum dan gunakan. Secara subjektif, kesadaran adalah konsep relatif dimana seseorang mungkin sebagian sadar atau mungkin sadar sepenuhnya mengenai masalah yang berhubungan dengan aspek halal atau hal-hal apa yang diizinkan oleh Allah SWT. Kesadaran atas sesuatu merupakan bagian dasar dari eksistensi manusia. Di atas semuanya adalah kesadaran diri (self-awareness). Kesadaran diri berarti sadar sebagai seorang individu dengan pikiran pribadi tentang keadaan sesuatu yang berhubungan dengan halal. Oleh karena itu, kesadaran halal dapat dikonseptualisasikan sebagai proses mendapatkan informasi dalam rangka meningkatkan tingkat kesadaran terhadap apa yang diperbolehkan bagi Muslim untuk dimakan, diminum, dan digunakan (Ambali dan Bakar 2013). Menurut Sumarwan (2003) konsumen muslim akan memilih dan mengkonsumsi makanan halal. Mereka bukan saja harus mengkonsumsi makanan yang aman secara fisik, tetapi juga makanan yang aman secara keyakinan, yaitu makanan yang halal. Halal atau tidak merupakan suatu keamanan pangan yang sangat mendasar untuk umat Islam. Konsumen Islam cenderung memilih produk yang telah dinyatakan halal dibandingkan dengan produk yang belum dinyatakan halal oleh lembaga berwenang (LPPOM MUI). Hal tersebut dikarenakan, produk makanan dan kosmetik yang telah dinyatakan halal cenderung lebih aman dan terhindar dari kandungan zat berbahaya.
8 Konsep Literasi Halal Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Allah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. [Bukhari no. 52, Muslim no. 1599] Hadist ini adalah dasar utama konsep literasi halal. Berdasarkan hadist ini semuanya dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang halal atau sesuatu yang haram sedangkan sisanya menjadi sesuatu yang meragukan. Dengan demikian untuk menghapus keraguan diperlukan pengetahuan. Islam memerintahkan semua pemeluknya untuk mempelajari ilmu agama; salah satunya adalah pengetahuan tentang halal dan haram. Dengan mempelajari ilmu agama mengenai sifat hukum, Muslim dapat mengurangi hal-hal yang diragukan dan membedakan hal-hal yang diperbolehkan dan yang dilarang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks perilaku konsumsi halal, literasi halal dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk membedakan diperbolehkan (halal) dan dilarang (haram) barang dan jasa yang berasal dari pemahaman dari hukum Islam (syariah) (Salehudin 2010). Konsep Halal Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu bentuk pengaturan diri manusia. Self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Albert Bandura. Self efficacy menurut Bandura (1986) yaitu persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. Sedangkan halal self efficacy sendiri dapat didefinisikan persepsi atau keyakinan individu terhadap tingkat kemampuan mereka dalam memahami hukum halalharam dan membedakan antara mana produk yang halal dan yang haram (Salehudin dan Mukhlis 2012). Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Salehudin dan Mukhlish (2012) yang berjudul Pemasaran Halal: Konsep, Implikasi, dan Temuan di Lapangan. Penelitian ini menganalisis pengaruh sikap, norma subjektif, halal self efficacy, dan literasi halal terhadap halal involvement dan halal purchase. Hasil penelitian menunjukkan variabel sikap secara konsisten signifikan dalam menjelaskan halal involvement. Selain itu, variabel ini juga mempengaruhi halal purchase secara tidak langsung melalui hubungan antara halal involvement dan halal purchase. Selain itu penelitian juga menemukan hubungan antara halal literacy terhadap halal self efficacy dan halal
9 involvement. Penelitian dilakukan dengan sebuah studi kuasi-eksperimen pada 150 orang partisipan dengan menggunakan metode policy capturing. Penelitian Ambali dan Bakar (2013) yang berjudul Halal Food and Products in Malaysia: People’s Awareness and Policy Implication. Penelitian ini menganalisis tingkat kesadaran tentang mengonsumsi produk halal di kalangan umat Islam di Shah Alam, Malaysia. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kesadaran untuk mengonsumsi produk halal ditentukan oleh sejumlah faktor potensial yaitu: religious belief, halal exposures, role played by ḥalāl certification via ḥalāl logo/label and health related reasons. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah SEM-PLS (Partial Least Square). Penelitian Jusmaliani (2009) yang berjudul Pengaruh Komitmen Beragama dalam Perilaku Konsumsi Makanan Halal. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen beragama seseorang, akan semakin kuat pula putusan untuk mengkonsumsi makanan halal. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson. Penelitian Salman dan Siddiqui (2011) yang berjudul An exploratory study for measuring consumers awareness and perceptions towards halal food in Pakistan. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa agama adalah sumber utama dari keimanan bagi konsumen muslim, keimanan erat kaitannya dengan komitmen dalam beragama, orang yang sangat religius belum tentu memiliki kesadaran yang tinggi tentang makanan halal, dan sikap terhadap makanan halal erat kaitannya dengan gagasan keimanan. Penelitian ini menggunakan uji Cronbach’s Alpha, Confirmatory Factor Analysis, dan Pearson Products Correlation Matrix Penelitian Helmi (2012) yang berjudul Analisis faktor-faktor yang memengaruhi keinginan untuk membeli produk organik berlabel halal. Hasil dari penelitian menyimpulkan tingkat kesadaran terhadap kesehatan memiliki hubungan positif yang sangat kuat dengan keinginan untuk membeli produk organik berlabel halal. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil dari penelitian Iranita (2013) yang berjudul Pengaruh Labelisasi Halal Produk Kemasan terhadap Keputusan Pembelian pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa labelisasi halal pada produk dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kerangka Pemikiran Permintaan masyarakat terhadap pangan halal dan produk pangan bersertifikat halal menjadi faktor penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pangan halal. Mengingat sertifikasi halal di Indonesia masih bersifat sukarela. Permintaan ini salah satunya dipengaruhi oleh awareness masyarakat terhadap pangan halal. Adapun awareness masyarakat dapat dipengaruhi beberapa faktor. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh dari faktor ketawaan, literasi halal, halal self-efficacy, peran halal label, dan health reason sebagai faktor independen terhadap tingkat awareness masyarakat terhadap pangan halal sebagai faktor dependen. Adapun kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
10 Mayoritas masyarakat kota Bogor adalah muslim
Diperlukan upaya pemenuhan kebutuhan pangan halal dan bersertifikat halal
Baru 18% produk yang bersertifikat halal
Awareness masyarakat terhadap produk olahan pangan halal
Ketakwaan
Literasi Halal
Halal SelfEfficacy
Peran Halal Label
Health Reason
Policy (Kebijakan LPPOM MUI)
Gambar 1. Kerangka pemikiran
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa mayoritas Kota Bogor berpenduduk muslim, persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk konsumsi makanan masyarakat Kota Bogor cukup besar, yaitu 44.62% serta wacana terkait pembentukan Kota Bogor sebagai Kota Halal2. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai dengan September 2014.
2
2Disampaikan
oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor, Herlien Krinaningsih terkait penerbitan Perda mengenai Kota Halal oleh Pemkot Bogor, Senin (15/03/2010). Berita tersedia pada: http://metro.news.viva.co.id/news/read/136554-bogor_akan_jadi_kota_halal_pertama
11 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diajukan kepada responden. Kuesioner dibagikan kepada masyarakat Kota Bogor yang beragama Islam dengan cara disebar secara langsung maupun dalam jaringan (online) menggunakan email dan aplikasi kuesioner online. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan dan dari instansi seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta sumber lainnya yang dapat membantu ketersediaan data. Metode Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Sampel merupakan bagi kecil dari populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat muslim Kota Bogor sedangkan sampel yang diambil ialah sebanyak 174 orang dan dipilih secara sengaja atau purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampling yang digunakan jika peneliti memiliki pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Riduwan 2010). Pertimbangan atau screening yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah masyarakat yang berdomisili di enam kecamatan yang terdapat di Kota Bogor, berpendidikan terakhir minimal SMP, dan berusia minimal 16 tahun dan maksimal 65 tahun. Jumlah tersebut telah sesuai dengan persyaratan atas alat analisis yang digunakan, yaitu Structural Equation Modelling (SEM). Menurut Firdaus dan Farid (2008), persyaratan jumlah responden yang digunakan untuk analisis SEM sebaiknya antara 100 – 200 responden. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis deskriptif, dan Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM). Software yang digunakan adalah SmartPLS versi 2.0 untuk PLS-SEM dan Microsoft Excel 2013 untuk tabulasi data. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai faktafakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti (Riduwan 2009). Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik sosial-ekonomi responden, tingkat awareness responden, dan tingkat pemahaman responden terkait pangan halal. Selain itu analisis deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis. Skala Likert Menurut Riduwan (2009) skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
12 dijabarkan menjadi dimensi. Dimensi dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pernyataan atau pernyataan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk penyataan atau dukungan sikap. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah empat dan disesuaikan dengan masing-masing item kuesioner. Uji Validitas Menurut Idrus (2009) valid bermakna kemampuan butir dalam mendukung konstruk dalam instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid (sah) apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu atribut dapat dilihat pada tabel Corrected Item-Total Correlation menggunakan SPSS versi 16. Suatu atribut dikatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r-tabel yaitu 0.361 untuk n sebanyak 30 responden dan taraf kesalahan 5%. Jumlah responden pada uji validitas ini sebanyak 64 orang dengan jumlah pernyataan sebanyak 38 butir. Uji Reliabilitas Idrus (2009) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan tingkat keajekan instrumen saat digunakan kapan saja dan oleh siapa saja sehingga akan cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Ada beberapa metode untuk mengukur reliabilitas kuesioner salah satunya dengan metode Alpha Cronbach menggunakan software SPSS versi 16. Koefisien reliabilitas yang dianggap baik adalah nilai yang lebih besar dari 0.7. Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Structural Equation Model (SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) yang dikembangkan di ilmu psikologi dan psikometri dan model persamaan simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan di ekonometrika (Ghozali 2005). Terdapat dua tipe SEM yang sudah dikenal secara luas yaitu covariate-based structural equation modeling (CB-SEM) dan partial least square path modeling (PLS-SEM). CB-SEM bertujuan untuk menguji hubungan kausalitas (sebab-akibat). Sementara PLS-SEM untuk menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk. Pemodelan dalam PLS-SEM dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Model Pengukuran (Outer model) Model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikatorindikatornya atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator merefleksikan variabel latennya. Uji yang dilakukan pada outer model : a. Convergent Validity. Nilai convergen validity adalah nilai loading factor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan >0.7. b. Discriminant Validity. Nilai ini merupakan nilai cross loading factor yang berguna untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk
13 yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lain. c. Composite Reliability. Data yang memiliki composite reliability >0.8 mempunyai reliabilitas yang tinggi. d. Average Variance Extracted (AVE). Nilai AVE yang diharapkan >0.5. e. Cronbach Alpha. Uji reliabilitas diperkuat dengan Cronbach Alpha. Nilai diharapkan >0.6 untuk semua konstruk. 2. Model Persamaan (Inner Model) Uji pada model struktural dilakukan untuk menguji hubungan antara konstruk laten. Ada beberapa uji untuk model struktural yaitu : a. R Square pada konstruk endogen. Nilai R Square adalah koefisien determinasi pada konstruk endogen. Nilai R square sebesar 0.67 (kuat), 0.33 (moderat) dan 0.19 (lemah). b. Estimate for Path Coefficients, merupakan nilai koefisen jalur atau besarnya hubungan/pengaruh konstruk laten. Dilakukan dengan prosedur Bootstrapping. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan enam variabel sabagai variabel laten yang akan ditentukan model terbaiknya dan dianalisis pengaruh antarvariabel. Adapun definisi dari tiap-tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 1. Tiap-tiap variabel laten direfleksikan oleh beberapa variabel indikator seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Variabel Laten
Ketakwaan (K)
Literasi Halal (LH) Halal Self Efficacy (HSE)
Tabel 1. Definisi operasional variabel Definisi Dalam Al-Quran Allah SWT mengemukakan beberapa sifat orang bertakwa: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan KitabKitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (Q.S. AlBaqarah: 2-4) Berdasarkan tafsir ayat diatas, dapat dijabarkan ciri-ciri orang yang bertakwa, antara lain: beriman kepada Allah, beriman kepada hari kemudian, beriman kepada malaikat, beriman kepada kitab-kitab suci Allah, beriman kepada para nabi dan rasul, memiliki kepekaan sosial terhadap kaum dhuafa, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Pemahaman dari individu untuk membedakan pangan yang halal dan yang haram. Keyakinan individu terhadap kemampuan mereka dalam membedakan makanan dan minuman yang halal dan haram
14 Health Reason (HR) Peran label/sertifikasi halal Halal Awareness (HA)
Persepsi individu terhadap aspek kesehatan pangan halal Persepsi individu terhadap peran dari label/sertifikasi halal MUI Kesadaran atau kepedulian individu terhadap pangan halal. Kecenderungan untuk selalu memastikan aspek kehalalan pangan yang akan dikonsumsinya
15
Variabel Laten
Ketakwaan
Tabel 2. Variabel laten dan variabel indikator Kode Variabel Indikator K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 HSE1 HSE2 HSE3
Halal Self Efficacy
HSE4 HSE5
LH1 LH2 LH3 Literasi Halal LH4 LH5 LH6
HR1 HR2 Health Reason
HR3 HR4
Peran label /sertifikasi halal
HL1 HL2
Intensitas sholat 5 waktu Intensitas sholat sunnah Membayar zakat fitrah Membayar zakat mal Intensitas membaca Al Quran Menjalankan puasa Ramadhan Menjalankan puasa sunnah Mengeluarkan infak dan sedekah Larangan dalam Islam mengonsumsi pangan tidak halal Mengonsumsi pangan halal merupakan bentuk ketaatan Mengonsumsi pangan tidak halal adalah dosa Mengonsumsi halal membentuk perilaku yang baik Semua pangan hukumnya boleh kecuali yang diharamkan
Pengetahuan terkait kategori pangan (halal haram subhat) Pengetahuan terkait pangan halal Pengetahuan terkait pangan tidak halal Pengetahuan terkait kriteria pangan halal Pengetahuan terkait bahan tambahan Pengetahuan terkait pangan berbahaya Pangan halal melambangkan pangan aman dan higienis Mengonsumsi pangan halal dapat menjaga kesehatan Pangan tidak halal memiliki efek buruk bagi kesehatan Campuran bahan dalam pangan halal tidak membahayakan kesehatan Label halal MUI sebagai indikator pangan halal Label halal MUI mempermudah dalam identifikasi pangan
Sumber
Q.S. Al Baqarah: 2-4
Q.S. Al Baqarah: 168, Kriteria Halal Haram untuk pangan, obat dan kosmetika menurut AlQuran dan Hadits (Yaqub 2013) Halal Haram dalam Islam (Qardhawi 2004) Kriteria Halal Haram untuk pangan, obat dan kosmetika menurut AlQuran dan Hadits (Yaqub 2013) Halal Food and Products in Malaysia: People’s Awareness and Policy Implication (Ambali dan Bakar 2013) Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya
16 HL3 HL4 HL5 HA1 HA2 HA3
HA4 HA5 Halal Awareness
HA6 HA7 HA8 HA9 HA10
Label halal MUI membantu konsumen lebih selektif Label halal MUI memengaruhi persepsi konsumen Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan melindungi konsumen Aspek halal sebagai pertimbangan utama memilih pangan Intensitas memerhatikan kehalalan produk Tingkat kepedulian terhadap cara mendapatkan dan proses pengolahan pangan Tingkat kepedulian terhadap isu pangan halal Tingkat kepercayaan pada label halal MUI Intensitas membaca label halal MUI pada produk pangan Intensitas membeli produk pangan berlabel halal MUI Tingkat kekhawatiran terhadap produk pangan tanpa label halal MUI Menceritakan kepada orang lain terkait produk pangan tanpa label halal MUI Hanya membeli dan mengonsumsi produk pangan dengan label halal MUI
dalam Pemasaran (Sumarwan 2002)
Perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal (Puslitbang Kehidupan Kegamaan, KEMENAG RI 2013)
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Kota Bogor terbagi menjadi 6 kecamatan yaitu Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Mayoritas responden berdomisili di kecamatan Bogor Barat yaitu sebanyak 61 orang (35.06%). Sebaran daerah domisili responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran daerah domisili responden Kecamatan Jumlah (Orang) Persentase (%) Bogor Barat 61 35.06% Bogor Utara 26 14.94% Bogor Timur 20 11.49% Bogor Selatan 21 12.07% Bogor Tengah 16 9.20%
17 Tanah Sareal
Total
30
17.24%
174
100.%
Mayoritas responden berusia 21-30 tahun yaitu sebanyak 91 orang (52.30%). Responden wanita lebih banyak dari responden pria yaitu sebanyak 100 orang atau 57.47% dari total responden. Sebagian besar responden (108 orang atau 62.07%) berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa. Sebanyak 89 orang atau 51.15% menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMA. Mayoritas responden memiliki penghasilan dibawah 1 juta yaitu sebanyak 105 orang atau 60,34%.. Karakteristik umum responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik umum responden Karakteristik Jumlah (Orang) Pria 74 Jenis kelamin Wanita 100 16-20 tahun 49 21-30 tahun 91 31-40 tahun 17 Usia 41-50 tahun 13 51-60 tahun 2 61-65 tahun 2 Pegawai Negeri Sipil 11 Pegawai Swasta 21 Wirausahawan 11 Ibu Rumah Tangga 9 Pekerjaan Buruh 3 Profesional 7 Pelajar & Mahasiswa 108 Lainnya 4 SMP 6 SMA 89 Pendidikan Diploma 10 Terakhir Sarjana 55 Master 11 Doktor 3 <1 juta 105 1-5 juta 57 Penghasilan 6-10 juta 4 >10 juta 8
Persentase (%) 42.53% 57.47% 28.16% 52.30% 9.77% 7.47% 1.15% 1.15% 6.32% 12.07% 6.32% 5.17% 1.72% 4.02% 62.07% 2.30% 3.45% 51.15% 5.75% 31.61% 6.32% 1.72% 60.34% 32.76% 2.30% 4,60%
18 Persepsi Responden Persepsi Responden Terhadap Tingkat Kepentingan Pangan Halal Tabel 5 menunjukkan persepsi responden terhadap tingkat kepentingan pangan halal. Sebanyak 148 orang atau 85% menyatakan bahwa mengonsumsi pangan halal sangat penting. Hal ini mengindikasikan bahwa mengonsumsi pangan halal menjadi prioritas utama masyarakat muslim Kota Bogor Tabel 5 Persepsi responden terhadap tingkat kepentingan pangan halal Tingkat Kepentingan Jumlah (Orang) Persentase (%) Sangat Penting 148 85.06% Penting 18 10.34% Tidak Penting 1 0.57% Sangat Tidak Penting 7 4.02% Total 174 100%
Persepsi Responden Terhadap Kriteria Pangan Halal Tabel 7 menunjukkan persepsi responden terhadap kriteria pangan halal. Sebanyak 141 orang atau 81% responden menyatakan kriteria pangan halal adalah tidak ada kandungan babi dan turunannya. Sebanyak 70.11% responden juga menyatakan bahwa pangan halal adalah yang tidak mengandung alkohol. Hal ini mengindikasikan sebagian besar masyarakat muslim sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai hal apa saja yang diharamkan dalam Al-Quran. Sebanyak 140 orang atau 80.46% responden menyatakan kriteria pangan halal adalah yang memiliki label halal MUI. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sertifikasi halal MUI sebagai determinasi pangan halal cukup tinggi. Tabel 6 Persepsi responden terhadap kriteria pangan halal Kriteria Pangan Halal Total Jumlah Persentase Responden (Orang) (%) Tidak mengandung babi dan 174 141 81.03% turunannya 174 122 70.11% Tidak mengandung alkohol 174 73 41.95% Tidak rusak dan kadaluwarsa 174 76 43.68% Tidak mengandung racun/zat 174 140 80.46% berbahaya 174 61 35.06% Ada label halal MUI 174 66 37.93% Ada tulisan “halal” Bukan produk ilegal Persepsi Responden Terhadap Tingkat Ketakwaan (Aktivitas Ibadah) Penelitian ini menggunakan 8 indikator untuk mengukur ketakwaan responden, yaitu:menjalankan sholat 5 waktu (K1), menjalankan sholat sunnah (K2), membayar zakat fitrah (K3), membayar zakat mal (K4), membaca Al-Quran (K5), menjalankan puasa Ramadhan (K6), menjalankan puasa sunnah (K7), dan membayar infak dan sedekah (K8).
19 7,5%
8,0% 23,0%
21,8%
21,8%
Persentase (%)
29,9% 46,6% 80,5%
23,0% 41,4%
87,9%
91,4%
50,6%
27,0% 58,0% 44,3%
17,2% 1,7% 0,6%
K1
35,6%
8,6% 1,7%
2,9%
K2
K3
27,0%
0,6%
K4
25,9%
7,5% 1,1%
0,6%
4,0%
1,7%
K5
K6
K7
K8
0,6%
Indikator Tidak Pernah
Jarang
Sering
Selalu
Gambar 2. Persepsi responden terhadap indikator Ketakwaan Berdasakan gambar diatas dan perhitungan total skor diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat ketakwaan responden sudah baik. Sebagian besar responden memberikan pernyataan selalu pada indikator sholat 5 waktu yaitu 80.5% atau 140 orang. Hal tersebut ditemukan juga pada indikator membayar zakat fitrah tiap tahun 153 orang atau 87.9% dan menjalankan puasa Ramadhan 159 atau 91.4%. Hal ini dikarenakan ibadah sholat 5 waktu, membayar zakat fitrah dan menjalankan puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib.
Persentase (%)
Persepsi Responden Terhadap Halal Self Efficacy
49,4% 85,1%
81,0%
71,3%
72,4%
41,4% 14,9%
23,6%
23,6%
0,0% 5,2%
1,1% 2,9%
1,7% 3,4%
1,1% 2,9%
6,9% 2,3%
HSE1
HSE2
HSE3
HSE4
HSE5
9,8%
Indikator Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Gambar 3. Persepsi responden terhadap Halal Self Efficacy
20 Halal Self Efficacy diukur dengan menggunakan 5 indikator, yaitu: larangan dalam Islam untuk mengonsumsi makanan yang tidak halal (HSE1), bentuk ketaatan dalam mengonsumsi pangan halal (HSE2), mengonsumsi pangan yang tidak halal adalah dosa (HSE3), mengonsumsi pangan yang halal akan membentuk perilaku yang baik (HSE4), dan hukum pangan boleh kecuali ada dalil yang mengaharamkan (HSE5). Berdasarkan gambar diatas dan perhitungan total skor tingkat Halal Self Efficacy responden secara keseluruhan sudah baik. Sebagian besar responden memberikan jawaban sangat setuju kepada 5 indikator yang digunakan. Persepsi Responden Terhadap Tingkat Literasi Halal Untuk mengukur tingkat literasi halal responden digunakan 6 indikator, yaitu: kategori hukum halal haram pangan (LH1), pangan halal adalah pangan yang boleh dikonsumsi muslim (LH2), pangan yang tidak halal dapat dikonsumsi saat darurat (LH3), cara memperoleh, cara memproses, dan cara menyajikan menjadi kriteria halal (LH4), bahan emulsifier belum pasti halal (LH5), dan pangan yang bersifat berbahaya dapat menjadikan pangan tersebut haram (LH6).
17,2%
Persentase (%)
21,3% 39,7%
27,0%
55,2%
63,8% 58,6%
76,4%
59,8%
56,3% 42,0%
32,2% 2,9% 1,1%
2,3% 1,7%
LH1
LH2
17,8% 2,3%
1,1% 1,7%
5,7% 0,6%
12,6% 0,6%
LH3
LH4
LH5
LH6
Indikator Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Gambar 4. Persepsi responden literasi halal Gambar diatas dan perhitungan total skor menunjukkan tingkat literasi halal responden secara keseluruhan sudah baik. Sebagian besar responden memberikan pernyataan positif kepada 6 indikator. Persepsi Responden Terhadap Alasan Kesehatan/Health Reason Untuk mengukur persepsi responden terhadap alasan kesehatan/Health reason digunakan 4 indikator, yaitu: pangan halal merupakan pangan yang aman, higienis, dan berkualitas (HR1), pangan halal dapat menjaga kesehatan (HR2), pangan yang tidak halal berpengaruh buruk terhadap kesehatan (HR3), dan bahan campuran yang terdapat pada pangan halal tidak membahayakan (HR4). Gambar dan perhitungan total skor menunjukkan persepsi responden terhadap alasan kesehatan secara keseluruhan sudah baik. Mayoritas responden memberikan pernyataan sangat setuju kepada 4 indikator yang digunakan.
Persentase (%)
21
56,3%
57,5%
39,7%
35,6%
2,9% 1,1%
5,7% 1,1%
HR1
HR2
44,8% 63,2%
47,1% 31,6% 4,0% 1,1%
6,9% 1,1%
HR3 HR4 Indikator Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju
Sangat Setuju
Persentase (%)
Gambar 5. Persepsi responden terhadap alasan kesehatan/Health Reason Persepsi Responden Terhadap Peran Label/Sertifikasi Halal MUI Untuk mengukur persepsi responden terhadap peran label/sertifikasi halal MUI digunakan 5 indikator, yaitu: Label halal MUI sebagai indikator pangan halal (HL1), label halal MUI mempermudah dalam identifikasi pangan (HL2), label halal MUI membantu konsumen lebih selektif (HL3), label halal MUI memengaruhi persepsi konsumen (HL4), dan sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan melindungi konsumen (HL5). Berdasarkan gambar dan perhitungan total skor tingkat kepercayaan responden terhadap peran label/sertifikasi halal MUI dalam menentukan kehalalan pangan sudah baik. Dari 5 indikator yang digunakan, mayoritas responden memberikan pernyataan yang positif.
32,8% 51,7%
47,1%
48,3%
44,8%
50,0%
47,7%
5,7% 1,1%
2,3% 1,1%
1,7% 1,1%
2,9% 1,1%
2,3% 1,1%
HL1
HL2
HL3
HL4
HL5
58,6%
60,3% 37,9%
Indikator Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Gambar 6. Persepsi responden terhadap peran label/sertifikasi halal MUI Persepsi Responden Terhadap Tingkat Halal Awareness Berdasarkan Gambar 4 dan perhitungan total skor diketahui bahwa sebagian besar repsonden memberikan pernyataan positif yang mengindikasikan tingkat
22 awareness masyarakat terhadap pangan halal cukup tinggi. Namun demikian 44 (25.3%) responden menyatakan “Jarang” pada indikator HA9 (Menceritakan kepada orang lain ketika menemukan produk yang tidak mencantumkan label halal MUI). Hal ini dilatarbelakangi status sertifikasi halal MUI di Indonesia masih voluntary (tidak mengikat), sehingga kepedulian untuk mengingatkan orang lain mungkin tidak sebesar ketika aturan sertifikasi tersebut bersifat mengikat (wajib). Selain itu faktor demografi Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim juga dapat memengaruhi, seperti hasil penelitian Salman dan Siddiqui (2011).
Persentase (%)
21,8% 42,5% 73,6%
48,9%
43,1%
47,1%
43,7%
41,4%
29,3%
62,1% 50,0% 57,5% 48,9%
46,6%
47,1%
48,3%
52,9%
50,0%
32,8% 25,3%
23,6% 2,9%
5,2%
0,0%
0,0%
HA1
HA2
8,0%
4,6%
9,8%
3,4%
0,0%
1,1%
HA3
HA4
HA5
HA6
0,6%
0,0%
2,9% 0,6%
HA7
7,5%
11,5%
1,1%
2,9%
1,7%
HA8
HA9
HA10
Indikator
HA1 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju HA4 Tidak Peduli Kurang Peduli Peduli Sangat Peduli HA7 Tidak Pernah Jarang Sering Selalu HA10 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
HA2 Tidak Pernah Jarang Sering Selalu HA5 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju HA8 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
HA3 Tidak Peduli Kurang Peduli Peduli Sangat Peduli HA6 Tidak Pernah Jarang Sering Selalu HA9 Tidak Pernah Jarang Sering Selalu
23
Gambar 7. Persepsi responden terhadap tingkat Halal Awareness
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Halal Awareness Model Penelitian Analisis SEM dengan pendekatan Partial Least Square bertujuan untuk mencari model yang sesuai (exploratory research). Oleh karena itu dilakukan pemodelan terlebih dahulu dengan melihat nilai T-statistik pada setiap jalur hubungan antarvariabel laten.
Gambar 8. Asumsi model awal penelitian Suatu variabel dianggap memiliki hubungan atau pengaruh terhadap variabel lain apabila memiliki nilai T-statistik lebih besar dari nilai T-tabel. Nilai T-tabel pada taraf nyata 5% adalah 1.96. Asumsi model awal yang menjadi hipotesis penelitian adalah semua variabel (K, LH, HSE, HR, dan HL) berpengaruh langsung terhadap variabel HA seperti pada Gambar 8. Setelah dilakukan uji model didapat hasil nilai T-statistik masing-masing variabel tidak memenuhi kriteria (<1.96) sehingga harus membuat ulang model dengan nilai terbaik. Model yang paling baik setelah dilakukan uji nilai T-statistik adalah seperti yang terlihat pada Gambar 9.
24
Gambar 9. Model terbaik
Analisis Outer Model Setelah dilakukan uji model didapat model yang paling baik seperti pada Gambar 9. Kemudian diperlukan uji quality criteria dengan menggunakan beberapa parameter, antara lain: loading factor, average varian extracted, cross loading, cronbach alpha, composite reliability. Uji ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas model. Hasil uji pada Tabel 8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan model telah memenuhi standar quality criteria. Hal ini mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
No
Parameter
Tabel 7. Hasil uji quality criteria Keterangan Rule of Thumb ≥ 0,7 untuk Kekuatan confirmatory indikator dalam research merefleksikan 0.5 – 0.6 masih laten (validitas diterima konvergen untuk exploratory indikator) research
1
Loading Factor
2
Average Variance Extracted (AVE)
Validitas konvergen untuk konstruk
≥ 0.5
3
Cross Loading
Validitas diskriminasi
Indikator loading > seluruh Cross loading
Hasil Estimasi Semua indikator valid kecuali K4 dan K8 (lihat Gambar 10) K 0.4422 LH 0.4544 HSE 0.7175 HR 0.6570 HL 0.7155 HA 0.4607 Semua indikator memiliki nilai
25
4
Cronbach’s Alpha
Reliabilitas
5
Composite Reliability
Reliabilitas
≥ 0.7 untuk confirmatory Research ≥ 0.6 untuk exploratory research ≥ 0.7 untuk confirmatory Research ≥ 0.6 untuk exploratory research
indikator loading > Cross loading K 0.7653 LH 0.7607 HSE 0.9004 HR 0.8256 HL 0.9003 HA 0.8712 K 0.8211 LH 0.8324 HSE 0.9267 HR 0.8844 HL 0.9261 HA 0.8945
Gambar 10. Model awal penelitian Gambar 10 menunjukkan nilai loading factor dari tiap-tiap variabel indikator. Nilai loading factor menunjukkan seberapa besar variabel indikator merefleksikan variabel latennya. Data menunjukkan bahwa semua indikator telah memiliki nilai loading factor yang baik (>0.5), kecuali pada indikator K4 (mengeluarkan zakat mal setiap mencapai nisab) dengan nilai loading factor sebesar 0.152 dan indikator K8 (mengeluarkan infak dan sedekah setiap bulan) dengan nilai loading factor sebesar 0.484. Hal ini mengindikasikan K4 dan K8 belum cukup merefleksikan variabel K (Ketakwaan). Ini terjadi dikarenakan mayoritas responden berpenghasilan <1juta (dibawah nisab). Dengan demikian K4 dan K8 harus di drop out dari model dan tidak diikutkan dalam pengolahan data selanjutnya.
26
Gambar 11. Model akhir penelitian Analisis Inner Model Analisis inner model dilakukan dengan menggunakan dua parameter yaitu R2 (koefisien determinasi) variabel laten endogen dan hasil estimasi Path coefficients (T-value dan nilai koefisien). Tabel 9 menunjukkan hasil R2 untuk variabel LH adalah 0.1895. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas laten LH dapat dijelaskan oleh variabilitas laten K sebesar 18.95%. Hasil R2 untuk variabel adalah HSE adalah 0.2045 sehingga dapat dikatakan variabilitas laten HSE dapat dijelaskan oleh variabilitas laten K dan LH sebesar 20.45%. Hasil R2 untuk variabel HL adalah 0.3078 sehingga dapat dikatakan variabilitas laten HL dapat dijelaskan oleh variabilitas laten HR sebesar 30.78%. Hasil R2 untuk variabel HA adalah 0.3006 sehingga dapat dikatakan variabilitas laten HA dapat dijelaskan oleh variabilitas laten K, LH, HSE, HR, dan HL sebesar 30.06% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
No
Parameter
Tabel 8. Hasil analisis inner model Keterangan Rule of Thumb
Hasil Estimasi R untuk LH = 0.1895 R2 untuk HSE = 0.2045 R2 untuk HL = 0.3078 R2 untuk HA = 0.3006 Nilai T-statistik K LH = 4.3747 LH HSE = 4.2456 HSE HA = 2.2750 HR HL = 6.1015 2
1
2
R2 variabel laten endogen
Variabilitas konstruk endogen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk eksogen
0.67 = kuat 0.33 = moderat 0.19 = lemah
Estimasi Path Coefficients
Mengukur signifikansi pengaruh dan besarnya pengaruh konstruk laten
Pengaruh signifikan jika T-statistik > T-tabel T-tabel pada alpha 5% = 1.96
27 HL HA = 6.2810 Nilai koefisien K LH = 0.4353 LH HSE = 0.4523 HSE HA = 0.2072 HR HL = 0.5548 HL HA = 0.4462 Nilai T-statistik digunakan sebagai acuan untuk mengukur signifikansi model penelitian dengan menguji hipotesis pada setiap jalur hubungan antarvariabel laten. Estimasi nilai T-statistik diperoleh melalui metode bootstrapping. Gambar 12 merupakan hasil bootstrapping yang menunjukkan bahwa semua indikator berpengaruh signifikan terhadap masing-masing variabel latennya karena memiliki nilai T-statistik diatas 1.96. Hal ini berarti jika terjadi perubahan pada indikatorindikator tersebut maka akan berpengaruh terhadap masing-masing variabel latennya.
Gambar 12. Hasil bootstraping Nilai T-statistik menunjukkan variabel K memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel LH dengan nilai T-statistik sebesar 4.3747. Variabel LH memiliki pengaruh signifikan positif variabel HSE dengan nilai T-statistik sebesar 4.2456. Kemudian variabel HSE memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel HA dengan nilai T-statistik sebesar 2.2750. Besarnya pengaruh laten eksogen terhadap laten endogen dapat dilihat dari nilai koefisien pada tiap jalur (path coefficients). K memiliki pengaruh positif terhadap LH dengan nilai sebesar 0.4353. Dapat diinterpretasikan bahwa ketika terjadi peningkatan intensitas
28 aktivitas ibadah individu 1% maka akan meningkatkan tingkat pemahaman individu terkait pangan halal sebesar 43.53%. Pengaruh LH terhadap HSE memiliki nilai koefisien yang positif sebesar 0.4523, artinya ketika terjadi peningkatan tingkat pemahaman individu terkait pangan halal sebesar 1% maka akan meningkatkan keyakinan individu sebesar 45.23%. HSE memiliki pengaruh positif terhadap HA dengan nilai sebesar 0.2072. Ketika terjadi peningkatan keyakinan individu terhadap pangan halal maka akan meningkatkan awareness individu terhadap pangan halal sebesar 20.72%. Pola hubungan ini bila digambarkan akan terlihat seperti pada Gambar 13. Ketakwa an
Literasi Halal
Halal Self Efficacy
Halal Awarenes s
Gambar 13. Pola hubungan antara variabel K, LH, HSE, dan HA Gambar di atas menunjukkan bahwa ketakwaan individu tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat halal awareness nya. Individu dengan tingkat ketakwaan tinggi belum tentu memiliki tingkat kesadaran (aware) yang tinggi tentang pangan halal (Salman dan Siddiqui 2011). Tingkat ketakwaan individu berpengaruh terhadap tingkat literasi atau pehamaman nya terkait pangan halal. Tafsir Ibnu Katsir surat Al Hadid ayat 28 menyebutkan bahwa Allah SWT memberikan petunjuk kepada orang beriman yang dengannya dapat melihat dan melepaskan diri dari kebutaan dan kebodohan, serta memberikan ampunan kepada orang beriman. Pola ini juga menunjukkan bahwa tingkat awareness individu tidak terbentuk dengan spontan. Diperlukan peran literasi halal dan halal self efficacy dalam upaya pembentukan awareness terhadap pangan halal. Artinya ketika individu muslim memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap pangan halal (literasi halal) maka ia dapat memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya dalam memahami hukum halal-haram (halal self efficacy). Pada akhirnya pehamanan dan keyakinan ini dapat menimbulkan awareness individu terhadap pangan halal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salehudin dan Mukhlish (2012). Di lain sisi variabel HR memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel HL dengan nilai T-statisik sebesar 5.7745 dan nilai koefisien sebesar 0.5548. Dapat diinterpretasikan ketika keyakinan masyarakat bahwa pangan halal adalah pangan sehat meningkat sebesar 1% maka terjadi peningkatan frekuensi masyarakat yang aware dengan label/sertifikasi halal sebesar 55.48%. Kemudian variabel HL berpengaruh signifikan positif terhadap variabel HA dengan nilai Tstatistik sebesar 5.8929 dan nilai koefisien sebesar 0.4462. Artinya ketika masyarakat yang aware dengan label/sertifikasi halal meningkat 1% masyarakat yang aware dengan pangan halal juga akan meningkat sebesar 44.62%. Pola hubungan dapat dilihat pada Gambar 14.
Health Reason
Label/sertifikasi halal
Halal Awareness
29 Gambar 14. Pola hubungan variabel HR, HL, dan HA Pola hubungan di atas menunjukkan bahwa individu muslim yang peduli dengan pangan yang sehat akan lebih cenderung memilih produk yang telah memiliki sertifikasi halal dari MUI. Hal ini dikarenakan pada proses sertifikasi halal dilakukan pula penjaminan terhadap higienitas dan kebersihan produk yang menjamin produk aman bagi kesehatan seperti yang tercantum dalam UndangUndang Jaminan Produk Halal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Helmi (2012) yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran terhadap kesehatan memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap keinginan untuk membeli produk berlabel halal. Individu yang telah memiliki tingkat kepercayaan dan kepedulian yang tinggi terhadap sertifikat halal MUI memiliki tingkat awareness yang tinggi pula terhadap pangan halal. Semakin positif sikap individu muslim terhadap label sertifikasi halal pada suatu produk pangan, maka semakin besar kecenderungan individu tersebut untuk memeriksa atau mencari informasi tentang kehalalan pangan yang akan dikonsumsinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Salehudin dan Mukhlis (2012) serta Ambali dan Bakar (2013). Dengan demikian berdasarkan hasil temuan di atas faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap tingkat halal awareness individu muslim adalah peran label/sertifikasi halal dan tingkat halal self efficacy individu. Faktor yang berpengaruh tidak langsung antara lain aktivitas ibadah, literasi halal, dan health reason.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarakan pemaparan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Secara keseluruhan tingkat awareness masyarakat Kota Bogor terhadap pangan halal sudah baik. 2. Pangan yang tidak mengandung babi dan turunannya, tidak mengandung alkohol, serta yang memiliki sertifikasi halal MUI menjadi kriteria utama yang dipilih oleh responden. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat telah memiliki pemahaman dasar terkait bahan pangan yang diharamkan dalam Islam serta telah memiliki kepercayaan terhadap sertifikasi halal MUI sebagai determinasi kehalalan pangan. 3. Adapun faktor yang memengaruhi halal awareness secara langsung adalah tingkat kemampuan memahami hukum halal/haram (halal self efficacy) dan peran label/sertifikasi halal sedangkan yang berpengaruh secara tidak langsung adalah tingkat ketakwaan, tingkat literasi halal, serta health reason. Tingkat ketakwaan individu memengaruhi tingkat literasi, tingkat literasi memengaruhi tingkat halal-self efficacy, tingkat halal-self efficacy memengaruhi tingkat halal awareness individu tersebut. Begitu juga dengan health reason individu berpengaruh terhadap peran label/sertifikasi halal dan peran label/sertifikasi halal berpengaruh terhadap tingkat halal awareness individu tersebut.
30
Saran 1.
2.
Untuk dapat mengembangkan produk pangan halal diperlukan peran media untuk mempublikasikan pentingnya konsumsi pangan halal baik dari hukum Islam maupun alasan kesehatan. Media juga diharapkan dapat bekerja sama dengan MUI untuk mempublikasikan produk pangan apa saja yang telah mendapat sertifikasi halal dan pentingnya sertifikasi produk pangan. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu masih ada variabel indikator yang belum cukup merefleksikan variabel latennya. Dalam penelitian belum dijelaskan apakah ada pengaruh karakteristik demografi responden terhadap tingkat halal awareness nya.
DAFTAR PUSTAKA Al Quran. Jakarta (ID): CV Darus Sunnah Ambali AR, Bakar AN. 2013. Halal food and products in Malaysia: People’s awareness and policy implications. Intelectual Dicourse [internet]. [diunduh 2014 Agt 11]. Tersedia pada: http://journals.iium.edu.my. Ayuni PE. 2014. Keterkaitan Antara Karakter Ideal Wirausahawan dalam Perspektif Islam dengan Keberhasilan Usaha : Survei Persepsi Wirausahawan UMKM di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Satistik. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. [Internet]. [diunduh 2014 Jul 17]. Tersedia pada: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Bogor Barat Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/bogor-barat-dalam-angka-2014 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Bogor Timur Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/bogor-timur-dalam-angka-2014 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Bogor Tengah Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/bogor-tengah-dalam-angka-2014 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Bogor Utara Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/bogor-utara-dalam-angka-2014 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Bogor Selatan Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/bogor-selatan-dalam-angka-2014 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Tanah Sareal Dalam Angka 2014. Jumlah warga berdasarkan usia. [diunduh 2015 Feb 10]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/tanah-sareal-dalam-angka-2014 Bandura A. (1994). Self Efficacy. Di dalam Ramachaudran VS, Friedman H, editor. Encyclopedia of human behavior Volume 4. Encyclopedia of Mental Health. New York: Academic Press. San Diego: Academic Press.
31 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Bogor Dalam Angka 2013. Komposisi pengeluaran rumah tangga 2011. [diunduh 2014 Jul 17]. Tersedia pada http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2013. Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Helmi L. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keinginan untuk Membeli Produk Makanan Organik Berlabel Halal [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Indonesia International Halal Exhibition - Halal Indonesia 2006. 7 - 29 April 2006. Jakarta. Malaysian Science and Technology Information Centre Portal. http://www.mastic.gov.my/servlets/sfs. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta (ID): Penerbit Erlangga. Iranita. 2013. Pengaruh Labelisasi Halal Produk Kemasan Terhadap Keputusan pembelian Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji [tesis]. [diunduh 2014 Okt 13]. Tersedia pada: http://riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/jurnal-ira halal1.pdf#page=1&zoom=auto,0,388. Jusmaliani. 2009. Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global: Pengaruh Komitmen Beragama dalam Perilaku Konsumsi Makanan Halal. Jakarta (ID): P2E-LIPI. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2013. Direktori Produk Halal 2013-2014. [Internet]. [diunduh pada 2014 Jul 17]. Tersedia pada http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/diektori%20produk %20halal-2013.pdf. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. Persyaratan Sertifikasi Halal. [Internet]. [diunduh pada 2014 Jul 17]. Tersedia pada http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/go_to_section/39/1328/p age. [Kementerian Agama RI]. Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI. 2013. Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal. Karim MA, editor. Jakarta (ID): Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Qardhawi Y. 2000. Halal dan Haram dalam Islam. Surabaya (ID): PT Bina Ilmu. Randolph G. (2003). Surgical anatomy of recurrent laryngeal nerve. Di dalam Randolph G, editor. Surgery of the thyroid and parathyroid glands. Philadelphia: Saunders Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung (ID): ALFABETA Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung (ID): ALFABETA. Roberts J. 2010. “Young, connected and Muslim”,Marketing Week [internet]. [diunduh 2014 Agt 11]. Tersedia pada: http://www.marketingweek.co.uk/indepth-analysis/cover-stories/young-connected-and-muslim/3014934.article
32 Salahudin I. 2010. Halal literacy: a concept exploration and measurement validation. ASEAN Marketing Journals.[internet]. [diunduh 2014 Nov 27]. Tersedia pada: http://pascafe.ui.ac.id. Salehudin I, Mukhlish BM. 2012. Pemasaran Halal: Konsep, Implikasi, dan Temuan di Lapang. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi UI. Salman F, Siddiqui K. 2011. An exploratory study for measuring consumers awareness and perception towards halal food in Pakistan. Interdiscplinary Journal of Contemporary Research in Business [internet]. [diunduh 2014 Agt 11]. Tersedia pada: http://www.papers.ssrn.com. Soesilowati ES. 2009. Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global: Perilaku Konsumen Muslim dalam Konsumsi Makanan Halal. Jakarta (ID): P2E-LIPI. Suhodo DS. 2009. Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global: Kriteria Makanan Halal dalam Persepsi Masyarakat Muslim Banten. Jakarta (ID): P2E LIPI. Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghallia- Indonesia. Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Hadid Terjemahan (e-book). Tersedia pada: https://docs.google.com/file/d/0Bz1Iv5iVVJceNmVmYWEzYTgtM2FhZC 00YjQ5LTkwZGQtMThiNjE5NzA5YTg2/edit?authkey=CPHGrtEE&ddrp =1&hl=en Umar H. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Yaqub AM. 2008. Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika Menurut Al-Quran dan Hadis. Jakarta (ID): Pustaka Firdaus.
33 Lampiran 1 Jumlah penduduk kota Bogor berdasarkan umur 2013
Kelompok umur (tahun) 00-04 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah total
Bogor Timur
Bogor Tengah
Jumlah (Orang) Bogor Tanah Barat Sareal
Bogor Selatan
Bogor Utara
8 707 8 977 8 600 8 601 8 847 8 957 9 350 8 379 7 641 5 929 5 071 3 906 2 804 1 759 1 394 1 595 100 517
7 487 7 486 7 810 7 888 11 487 9 796 9 239 7 889 7 501 6 512 5 754 4 709 3 584 2 193 1 890 2 494 103 719
18 639 19 130 19 536 19 596 19 700 19 524 18 970 17 364 20 063 17 346 19 651 18 413 20 874 19 753 18 113 18 016 17 452 16 689 14 095 12 650 12 072 10 263 9 020 7 583 6 269 5 113 3 988 3 153 3 217 2 477 3 484 2 667 224 963 209 737
17 320 17 870 18 197 17 508 17 048 16 399 17 207 14 975 14 008 10 789 9 049 7 165 4 985 3 239 2 678 3 031 191 468
15 698 16 607 16 120 15 621 16 821 16 253 17 579 15 490 14 274 11 365 9 344 6 644 4 310 2 498 1 912 2 099 182 615
Sumber: BPS Kota Bogor (Hasil Sensus Penduduk 2010 dan Angka Proyeksi Penduduk)
34 Lampiran 2 Hasil uji validitas dan reliabilitas a. Variabel Ketakwaan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.827
8
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
K1
21.3906
11.893
.675
.796
K2
22.4531
11.744
.615
.800
K3
21.3594
11.631
.689
.792
K4
22.3438
11.086
.397
.846
K5
22.3125
10.948
.627
.796
K6
21.2969
12.974
.434
.822
K7
22.6406
11.281
.619
.798
K8
22.0781
11.787
.540
.809
b. Variabel Halal Self-Efficacy Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.956
5
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
HSE1
14.1094
9.115
.932
.937
HSE2
14.1562
8.864
.952
.933
HSE3
14.2500
8.984
.905
.941
HSE4
14.2188
8.967
.885
.944
HSE5
14.4531
9.585
.727
.971
35 c. Variabel Literasi Halal Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.787
6
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
LH1
15.9531
5.030
.460
.774
LH2
15.6406
4.647
.586
.742
LH3
16.2344
5.071
.531
.755
LH4
15.7500
4.603
.612
.735
LH5
16.1094
5.305
.542
.756
LH6
16.0938
5.166
.507
.761
d. Variabel Health Reason Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.857
4
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
HR1
10.1406
3.012
.755
.796
HR2
10.0781
3.026
.729
.806
HR3
10.0156
3.222
.617
.851
HR4
10.2656
2.865
.708
.816
36 e. Variabel Halal Label/Certification Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.902
5 Item-Total Statistics Cronbach's
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Alpha if Item
Total Correlation
Deleted
HL1
13.9844
4.524
.655
.902
HL2
13.7500
4.222
.821
.867
HL3
13.9375
4.313
.784
.875
HL4
13.8906
4.131
.770
.878
HL5
13.7500
4.254
.757
.880
f. Variabel Halal Awareness Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.912
10 Item-Total Statistics Cronbach's
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected ItemDeleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
HA1
29.3125
23.615
.597
.908
HA2
29.4688
22.824
.674
.904
HA3
29.8438
22.324
.616
.907
HA4
29.5781
22.660
.677
.903
HA5
29.5938
23.166
.589
.908
HA6
29.5938
21.483
.738
.899
HA7
29.6562
22.261
.735
.900
HA8
29.8281
21.414
.780
.897
HA9
30.1406
20.726
.738
.900
HA10
29.9844
21.793
.670
.904
37 Lampiran 3 Hasil Outer dan Inner Model SEM-PLS Loading Factor Indikator HA1 HA2 HA3 HA4 HA5 HA6 HA7 HA8 HA9 HA10 HL1 HL2 HL3 HL4 HL5 HR1 HR2 HR3 HR4 HSE1 HSE2 HSE3 HSE4 HSE5 K1 K2 K3 K5 K6 K7 LH1 LH2 LH3 LH4 LH5 LH6
HA 0.6889 0,5919 0,6350 0,6497 0,6034 0,7270 0,7470 0,7741 0,6499 0,6959
HL
HR
HSE
K
LH
0,7551 0,8811 0,8479 0,8816 0,8572 0,8397 0,7941 0,7690 0,8371 0,8233 0,9063 0,8698 0,8825 0,7436 0,8328 0,4879 0,7276 0,5894 0,7496 0,5317 0,7235 0,7350 0,5951 0,7002 0,6570 0,6220
38 Quality Criteria AVE HA HL HR HSE K LH
0,4067 0,7155 0,4422 0,4544 0,4422 0,4544
Composite Reability 0,8945 0,9261 0,8839 0,9267 0,8211 0,8324
R Cronbachs Communality Redundancy Square Alpha 0,3006 0,8712 0,4607 0,1046 0,3078 0,9003 0,7155 0,2158 0,0000 0,8256 0,6570 0,0000 0,2045 0,9004 0,7175 0,1439 0,0000 0,7653 0,4422 0,0000 0,1895 0,7607 0,4544 0,0826
Cross Loading Indikator HA1 HA2 HA3 HA4 HA5 HA6 HA7 HA8 HA9 HA10 HL1 HL2 HL3 HL4 HL5 HR1 HR2 HR3 HR4 HSE1 HSE2 HSE3 HSE4 HSE5 K1 K2 K3 K5 K6 K7 LH1 LH2 LH3
HA 0,6889 0,5919 0,6350 0,6497 0,6034 0,7270 0,7470 0,7741 0,6499 0,6959 0,3577 0,4304 0,4208 0,4808 0,4593 0,3346 0,3663 0,3729 0,4174 0,2476 0,3126 0,3424 0,3448 0,2067 0,3195 0,2024 0,3183 0,2359 0,2771 0,2744 0,3056 0,3693 0,1619
HL 0,5000 0,1274 0,2111 0,3331 0,4539 0,3117 0,3401 0,3987 0,2246 0,3165 0,7551 0,8811 0,8479 0,8816 0,8572 0,4713 0,4351 0,4149 0,4743 0,2184 0,2582 0,3134 0,3225 0,2091 0,2909 -0,0076 0,2150 0,1467 0,3334 0,2015 0,3118 0,3676 0,1721
HR 0,4162 0,2056 0,3325 0,3855 0,2181 0,2240 0,3003 0,3870 0,2000 0,3241 0,3195 0,4482 0,4979 0,5380 0,5043 0,8397 0,7941 0,7690 0,8371 0,2858 0,3798 0,3611 0,4000 0,3123 0,2848 0,0191 0,2321 0,1214 0,3917 0,1306 0,3093 0,3481 0,1985
HSE 0,3395 0,2553 0,2986 0,2654 0,1373 0,1438 0,2387 0,2812 0,1635 0,1931 0,1759 0,2989 0,2757 0,2782 0,2931 0,2964 0,4068 0,3701 0,2838 0,8233 0,9063 0,8698 0,8825 0,7436 0,4008 0,0118 0,3048 0,1906 0,3819 0,0878 0,2886 0,3395 0,2517
K 0,3490 0,3369 0,2029 0,2235 0,1752 0,3205 0,3126 0,3555 0,1521 0,2727 0,2121 0,3173 0,2165 0,3047 0,3865 0,2584 0,3199 0,3236 0,2504 0,3112 0,4135 0,4140 0,3308 0,2783 0,8328 0,4879 0,7276 0,5894 0,7496 0,5317 0,3161 0,3869 0,1782
LH 0,3512 0,2044 0,3591 0,3014 0,2806 0,3290 0,3453 0,4136 0,3028 0,3423 0,3160 0,3378 0,3996 0,4651 0,3869 0,4054 0,3707 0,4257 0,3905 0,3020 0,3775 0,3943 0,4202 0,4062 0,3903 0,0752 0,2613 0,2268 0,4018 0,1771 0,7235 0,7350 0,5951
39 LH4 0,3917 0,3683 0,3928 0,3271 LH5 0,3362 0,2435 0,2978 0,3249 LH6 0,3489 0,3262 0,3997 0,2888 Lampiran 4 Hasil perhitungan total skor indikator Indikator Menjalankan sholat 5 waktu Menjalankan sholat sunnah Membayar zakat fitrah Membayar zakat mal Intensitas membaca Al Quran Menjalankan puasa Ramadhan Menjalankan puasa sunnah Mengeluarkan infak dan sedekah Indikator Larangan dalam Islam untuk mengonsumsi pangan tidak halal Mengonsumsi pangan halal merupakan bentuk ketaatan Mengonsumsi pangan tidak halal adalah dosa Mengonsumsi halal membentuk perilaku yang baik Semua pangan hukumnya boleh kecuali yang diharamkan Pengetahuan terkait kategori pangan (halal, haram, dan subhat) Pengetahuan terkait pangan halal Pengetahuan terkait pangan tidak halal Pengetahuan terkait kriteria pangan halal
0,3288 0,1901 0,3035
0,7002 0,6570 0,6220
Tidak Pernah
Jarang
Serin g
Selalu
Total Skor
1
6
90
560
657
3
154
243
52
452
1 47
10 94
45 120
612 160
668 421
2
124
216
152
494
1
2
39
636
678
7
202
156
56
421
3
90
264
152
509
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuj u
Sangat Setuju
Total Skor
Skala Selalu Sering Selalu Jarang Sering Selalu Jarang Sering
Skala
9
0
51
592
652
Sangat Setuju
5
4
78
564
651
Sangat Setuju
6
6
123
496
631
5
4
123
378
510
4
24
216
344
588
Sangat Setuju Sangat Setuju
2
10
294
276
582
3
8
168
444
623
4
62
306
148
520
3
4
219
384
610
Sangat Setuju Setuju
Sangat Setuju Setuju Sangat Setuju
40 Pengetahuan terkait bahan tambahan Pengetahuan terkait pangan berbahaya Pangan halal melambangkan pangan aman dan higienis Mengonsumsi paham halal dapat menjaga kesehatan Campuran bahan dalam pangan halal tidak membahayakan kesehatan Pangan tidak halal memiliki efek buruk bagi kesehatan Campuran bahan dalam pangan halal tidak membahayakan Label halal MUI sebagai indikator pangan halal Label halal MUI mempermudah dalam identifikasi pangan Label halal MUI memengaruhi persepsi konsumen Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan melindungi konsumen Aspek halal sebagai pertimbangan utama memilih pangan
Setuju
1
20
399
120
540
1
44
312
188
545
2
10
207
392
611
Sangat Setuju Sangat Setuju
Setuju
2
20
186
400
608
2
14
165
440
621
Sangat Setuju
2
24
246
312
584
Sangat Setuju
2
20
315
228
565
Sangat Setuju
2
8
234
360
604
Sangat Setuju
2
6
261
328
597
Sangat Setuju
2
10
249
336
597
Sangat Setuju
2
8
198
408
616
Sangat Setuju
0
10
123
512
645
Sangat Setuju
Indikator
Tidak Pernah
Jarang
Serin g
Selalu
Total Skor
Skala
Intensitas memerhatikan kehalalan produk
0
18
171
432
621
Selalu
Indikator
Sangat Tidak Peduli
Tidak Peduli
Pedul i
Sangat Peduli
Total Skor
Skala
1
28
255
296
580
Sangat Peduli
0
16
243
340
599
Sangat Peduli
Tingkat kepedulian terhadap cara mendapatkan dan proses pengolahan Tingkat kepedulian terhadap isu pangan halal
41 Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuj u
Sangat Setuju
Total Skor
Skala
0
34
246
300
580
Sangat Setuju
Tidak Pernah
Jarang
Serin g
Selalu
Total Skor
Skala
2
12
252
328
594
Selalu
1
10
276
304
591
Selalu
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuj u
Sangat Setuju
Total Skor
Skala
2
26
261
288
577
Setuju
Indikator
Tidak Pernah
Jarang
Serin g
Selalu
Total Skor
Skala
Menceritakan kepada orang lain terkait produk pangan tanpa label halal MUI
5
88
261
152
506
Sering
Indikator
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuj u
Sangat Setuju
Total Skor
Skala
3
40
300
204
547
Setuju
Indikator Tingkat kepercayaan pada label halal MUI Indikator Intensitas membaca label halal MUI pada produk pangan Intensitas membeli produk pangan berlabel pangan halal MUI Indikator Tingkat kekahawatiran terhadap produk halal tanpa label halal MUI
Hanya membeli dan mengonsumsi produk pangan dengan label halal MUI Perhitungan total skor variabel Variabel Ketakwaan Literasi Halal Halal Self Efficacy Health Reason Peran label/sertifikasi halal Halal Awareness
Total Skor 4300 3420 3032 2424 2979
Skala Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
5840
Sangat baik
42
43 Lampiran 5 Kuesioner penelitian Bismillahirrahmanirrahim KUESIONER PENELITIAN
“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor terhadap Pangan Halal” Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara menjadi responden untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama : Pramono Widagdo NIM : H54100025 Program Studi : Ekonomi Syariah Departemen : Ilmu Ekonomi Fakultas : Ekonomi dan Manajemen Universitas : Institut Pertanian Bogor Saya mohon Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Sebelum mengisi kuesioner ini, diharapkan responden membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian yang diberikan. Dalam pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban benar atau salah. Oleh karena itu, responden diharapkan mengisi semua pertanyaan yang diberikan. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan terima kasih. Petunjuk Umum 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban. 3. Jawaban merupakan pendapat pribadi responden.
44 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden
:
Pilihlah nama kecamatan dan kelurahan tempat Anda tinggal saat ini 1. Bantar Jati 2. Tegal Gundil 3. Cibuluh 4. Tanah Baru 1. Empang 2. Lawang Gintung 3. Batu Tulis 4. Bondongan 5. Pamoyanan 6. Ranggamekar 1. Katulampa 2. Sindangrasa 3. Sindangsari 1. Pasir kuda 2. Pasir jaya 3. Pasir mulya 4. Gunung Batu 5. Bubulak 6. Situ Gede 1. Pabaton 2. Tegallega 3. Sempur 4. Babakan Pasar 1. Tanah Sareal 2. Kebon pedes 3. Kedung badak 4. Kedung jaya 5. Kedung waringin
1. Kecamatan Bogor Utara 5. Ciluar 6. Kedung Halang 7. Ciparigi 8. Cimahpar 2. Kecamatan Bogor Selatan 7. Cikaret 13. Genteng 8. Bojongkerta 14. Pakuan 9. Rancamaya 15. Cipaku 10. Kertamaya 16. Mulyaharja 11. Harjasari 12. Muarasari 3. Kecamatan Bogor Timur 4. Sukasari 5. Baranangsiang 6. Tajur 4. Kecamatan Bogor Barat 7. Marga jaya 13. Curug Mekar 8. Balumbang Jaya 14. Sindang Barang 9. Semplak 15. Menteng 10. Cilendek Timur 16. Curug 11. Cilendek Barat 12. Loji 4. Kecamatan Bogor Tengah 5. Panaragan 9. Ciwaringin 6. Cibogor 10. Gudang 7. Babakan 11. Kebon Kelapa 8. Paledang 5. Kecamatan Tanah Sareal 6. Sukaresmi 7. Kencana 8. Kayu manis 9. Sukadamai 10. Cibadak
45 Berikan jawaban Anda dengan memilih pilihan jawaban dibawah ini. No Uraian Jawaban : 1. Laki-Laki 2. Perempuan 1 Jenis Kelamin : 1. ≤ 20 tahun 4. 41-50 tahun 2. 21-30 tahun 5. 51- 60 tahun 2 Usia 3. 31-40 tahun 6. > 60 tahun : 1. PNS 5. Petani 2. Pegawai 6. Buruh Swasta 7. Profesional 3 Pekerjaan 3. Wirausahawan 8. Lainnya , sebutkan ............................... 4. Mahasiswa : 1. SD 5. Sarjana Pendidikan 2. SMP 6. Master terakhir 3. SMA 7. Doktor 4 4. Diploma
5
Pendapatan bulan
per
:
1. 2.
< 1 juta 1-5 juta
3. 4.
6-10 juta >10 juta
II. PERSEPSI Berikan jawaban Anda dengan memilih jawaban yang menggambarkan persepsi Anda No Pertanyaan Jawaban 1 Bagaimana tingkat kepentingan 1. Sangat tidak penting mengonsumsi pangan halal bagi 2. Tidak penting Anda ? (pilih salah satu ) 3. Penting
2
3
4. Sangat penting 1. Sulit Bagaimana akses Anda terhadap 2. Agak sulit pangan halal di sekitar tempat 3. Mudah tinggal Anda ? (pilih salah satu ) 4. Sangat mudah 1. Tidak ada kandungan babi dan turunannya 2. Tidak mengandung alkohol Menurut Anda, apa kriteria suatu 3. Tidak rusak dan tidak kadaluarsa produk pangan dikatakan halal ? (boleh pilih lebih dari satu ) 4. Tidak mengandung racun 5. Ada label halal MUI 6. Ada tulisan halal 7. Bukan produk ilegal
46 Berilah tanggapan Anda terhadap pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang paling sesuai dengan diri Anda. Aktivitas Ibadah Kode K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
Item Intensitas sholat lima waktu setiap hari Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Intensitas sholat sunnah (sholat dhuha, rawatib, qiyamul lail) setiap hari Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Mengeluarkan zakat fitrah setiap tahun Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Mengeluarkan zakat maal setiap mencapai nisab Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Intensitas membaca Al-Quran setiap hari Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Sering
Selalu
Intensitas puasa Ramadhan Tidak pernah
Jarang
Intensitas puasa sunah setiap bulan Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Intensitas infak dan sedekah setiap bulan Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Keyakinan tentang Pangan Halal Kode RB1
Pernyataan Agama Islam melarang Anda untuk mengonsumsi pangan yang tidak halal. Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Mengonsumsi pangan halal adalah bentuk ketaatan Anda kepada ajaran RB2
Islam Sangat Tidak Setuju
RB3
RB4
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Mengonsumsi pangan yang tidak halal adalah dosa Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Mengonsumsi pangan halal akan membentuk perilaku yang baik Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
47 RB5
Semua pangan hukumnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Pengetahuan tentang Pangan Halal Kode
Pernyataan
HE1
Berdasarkan kategori halal-haramnya, ada 3 jenis kriteria pangan, yaitu halal, haram, dan syubhat Sangat Tidak Setuju
HE2
Setuju
Sangat Setuju
Pangan yang halal adalah pangan yang boleh di konsumsi oleh umat Islam Sangat Tidak Setuju
HE3
Tidak Setuju Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Pangan yang tidak halal boleh dikonsumsi pada kondisi darurat Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Cara memperoleh, cara memproses, dan cara menyajikan pangan menjadi HE4
kriteria pangan halal Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Bahan tambahan pada produk pangan (emulsifier, pengental,dll) belum HE5
tentu halal Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Pangan yang bersifat berbahaya bagi tubuh dapat menjadikan pangan HE6
tersebut haram Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
48 Aspek Kesehatan Kode HR1
HR2
HR3
Pernyataan Pangan halal melambangkan pangan yang aman, higienis, dan berkualitas Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Anda meyakini dapat tetap sehat dengan mengonsumsi pangan halal Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Pangan yang diharamkan dalam Islam memilki efek buruk bagi kesehatan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Pangan halal menjamin campuran bahan didalamnya tidak membahayakan HR4
kesehatan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Label Halal/Sertifikasi Halal Kode HL1
HL2
HL3
Pernyataan Label halal MUI menjadi indikator kehalalan suatu pangan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Label halal mempermudah Anda mengidentifikasi status kehalalan pangan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Label halal membantu Anda untuk lebih selektif dalam memilih pangan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Label halal memengaruhi persepsi Anda terhadap pangan yang akan Anda HL4
konsumsi Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Sertifikasi dan labelisasi halal bertujuan untuk memberikan perlindungan HL5
terhadap konsumen Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Halal Awareness Kode HA1
Pernyataan/Pertanyaan Aspek halal menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih pangan Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
49 Saat membeli produk pangan, seberapa sering Anda akan memerhatikan HA2
kehalalan produk tersebut? Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Dalam memilih produk pangan, bagaimana tingkat kepedulian Anda HA3
terhadap cara mendapatkan dan proses pengolahan pangan? Tidak Peduli
Kurang Peduli
Peduli
Sangat Peduli
Bagaimana kepedulian Anda terhadap isu isu pangan halal?
HA4
Tidak Peduli
Kurang Peduli
Peduli
Sangat Peduli
Dalam memilih produk pangan, Anda memprioritaskan kepercayaan pada produk pangan dengan label halal MUI dibandingkan label lainnya (label
HA5
Depkes, dll) Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Seberapa sering anda membaca label halal MUI saat membeli produk HA6
pangan kemasan? Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Seberapa sering Anda membeli produk pangan yang memiliki label halal HA7
dari MUI? Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Anda selalu mengkhawatirkan produk pangan yang tidak ada label halal HA8
MUI pada kemasannya Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Ketika anda menemukan produk yang tidak mencantumkan label halal MUI seberapa sering anda menceritakan kepada orang lain (keluarga,
HA9
teman, kerabat) agar mereka berhati-hati dalam belanja Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
Anda hanya akan membeli dan mengonsumsi produk pangan yang HA10
memiliki label halal MUI Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Terimakasih atas kesediaan dan kerjasama Saudara
Sangat Setuju
50
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 12 April 1992 dari ayah Setyo Adi Ngadenan dan Ibu Tinasih. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2010 dan lulus seleksi masuk Intitut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dengan Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik. Penulis pernah menjadi staf divisi Medina di Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB, staf divisi Sharia Education di Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB, dan ketua Coast Perkusi FEM IPB.