PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING PRODUK KOSMETIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMEN MENGKONSUMSI KOSMETIK BERLABEL HALAL (Studi Kasus Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan)
DYAH AYU NINDA RAMADHANI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching Produk Kosmetik dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Produk Kosmetik Berlabel Halal. Studi Kasus: Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan Dr. Ir. Wiwiek Rindayati dan Laily Dwi Arsyianti, SE, MSc. dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Dyah Ayu Ninda R NIM H54100015
ABSTRAK DYAH AYU NINDA RAMADHANI. Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching Produk Kosmetik dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Produk Kosmetik Berlabel Halal. Studi Kasus : Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan . Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI dan LAILY DWI ARSYIANTI. Konsumsi kosmetik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Namun, ketersediaan kosmetik yang berlabel halal masih minim padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Keberadaan pelabelan halal pada produk kosmetik dapat memberikan dampak yang berbeda bagi perilaku masyarakat. Penelitian ini mengidentifikasi perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal, menganalisis pola perpindahan merek pengguna kosmetik serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 81 orang karyawati di Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan. Sampel dipilih menggunakan metode non-probability sampling. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal. Metode Brand Switching Pattern Matrix digunakan untuk menganalisis pola perpindahan merek pengguna kosmetik. Metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor - faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal sudah cukup baik, dilihat dari beberapa hal, yaitu : jumlah persentase responden yang melakukan perpindahan merek dari yang sebelumnya menggunakan kosmetik tidak berlabel halal ke kosmetik yang berlabel halal sebanyak 14.3% serta sebanyak 74.07% responden pernah menggunakan kosmetik berlabel halal. Hasil Brand Switching Pattern Matrix menunjukkan bahwa pengguna kosmetik yang beragama Islam cenderung lebih tidak loyal khususnya pengguna kosmetik tidak berlabel halal. Sedangkan pengguna kosmetik yang beragama non Islam cenderung loyal. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal adalah variabel mutu. Kata kunci : Brand switching pattern matrix, Kosmetik Halal, Label Halal, Regresi Logistik
ABSTRACT DYAH AYU NINDA RAMADHANI. Effect of Halal Label Against Brand Switching of Cosmetic Products and Factors That Affecting Consumers to Consume Halal Label Cosmetics. Case Study: Woman Employee of Graha Menara Hijau Building, South Jakarta. Supervised by WIWIEK RINDAYATI and LAILY DWI ARSYIANTI. Cosmetics consumption in Indonesia has increased every year. However, the availability of labeled halal cosmetics still less than enough when the majority of Indonesia's population is muslim. The existence of halal labeling on cosmetics
product can provide different impacts on the behavior of the community. This study identifies consumer behavior towards labeled halal cosmetics, analyze consumer brand switching patterns and analyze the factors that affect consumers to consume halal cosmetics. Samples that being used were as many as 81 woman employee at Graha Menara Hijau Building, South Jakarta. The sample was selected using non-probability sampling method. Descriptive analysis was used to identify consumer behavior towards labeled halal cosmetics. Brand switching pattern matrix method is used to analyze the pattern of brand switching. Logistic regression method is used to analyze the factors that affect consumers to consume halal cosmetics product. Consumer behavior towards halal cosmetics are good enough, seen from several things, namely: the percentage of respondents who had moved to consume halal label cosmetics as 14.3% and as much as 74.07% of respondents ever used halal labeled cosmetics. Results of brand switching pattern matrix shows that the muslim cosmetic users tend to be disloyal especially the one who were not use halal labeled cosmetic. While users of non muslim tend to be loyal. The results of logistic regression showed that the factors that affect consumers to consume halal cosmetics is quality variable.
Keywords: Brand switching pattern matrix, halal cosmetics, halal labeling, logistic regression
PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING PRODUK KOSMETIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMEN MENGKONSUMSI PRODUK KOSMETIK BERLABEL HALAL (Studi Kasus Karyawati Gedung Graha Menara Hijau Jakarta Selatan)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan atas segala karunia Allah subhanahu wa ta’ala sehingga, skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah sertifikat halal. dengan judul Pengaruh Label Halal Terhadap Brand Switching Produk Kosmetik. Studi Kasus : Karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Judy Saksono dan Ibu Rina Dewi atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, SE, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Jaenal Effendi selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Seluruh pihak yang berada pada Gedung Graha menara Hijau, Jakarta Selatan, khususnya yang menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Seluruh pihak dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, khususnya Bapak Marsono serta Mbak Fitra yang telah membantu dalam penelitian ini. 5. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. 6. Sahabat terdekat, Kurnia Bagus Ariyanto, Sari Khairunnisa, Puspa Trijayanti, Nadiah Hidayati yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman program studi Ekonomi Syariah 47, Muhammad Haris, Sarrah Raisa, Rizki Eka Sukmayasa, Lia Annafianti, Ahmad Fauzi, Intania Cahya Sari yang telah memberikan motivasi. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015 Dyah Ayu Ninda R
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Produk Halal
4
Label Halal
5
Kosmetik
5
Kosmetik Halal
5
Merek
6
Perilaku Konsumen
6
Sikap
7
Keputusan Membeli
7
Perpindahan Merek (Brand Switching)
8
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Penelitian
8
METODE PENELITIAN
11
Jenis dan Sumber Data
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Metode Pengumpulan Data
11
Metode Pengolahan dan Analisis Data
11
Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Kosmetik berlabel Halal
12
Analisis Pola Perpindahan Merek Konsumen Produk Kosmetik
12
Analisis Rantai Markov
12
Analisis Rasio Probabilitas Perpindahan Merek (ProT)
13
Analisis Prediksi Pangsa Pasar
13
Model Penelitian Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Kosmetik Berlabel Halal 14 Skala Likert
16
Uji Validitas
16
Uji Reliabilitas
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Gambaran Umum
16
Karakteristik Respoden
17
Perilaku Konsumen Terhadap Kosmetik Berlabel Halal
18
Pola Perpindahan Merek Konsumen Konsumen Kosmetik
20
Rasio Probabilitas Perpindahan Merek (ProT)
21
Prediksi Pangsa Pasar Akhir
22
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Kosmetik Berlabel Halal 23 SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Lampiran
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsumsi kosmetik di Indonesia tahun 2008- 2012 1 Produksi kosmetik di Indonesia tahun 2008-2012 3 Demografi responden 18 Matriks pola perpindahan merek konsumen beragama Islam 20 Matriks pola perpindahan merek konsumen beragama non Islam 21 Matriks persentase kemungkinan perpindahan merek konsumen beragama Islam 21 Matriks persentase kemungkinan perpindahan merek konsumen beragama non Islam 22 Prediksi pangsa pasar konsumsi masing-masing jenis kosmetik berdasarkan konsumen yang beragama Islam 22 Prediksi konsumsi masing-masing jenis kosmetik berdasarkan konsumen yang beragama non Islam 23 Hasil pendugaan parameter regresi logit 23 Faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik halal 24
DAFTAR GAMBAR 1 Produk yang beredar di Indonesia tahun 2014 3 10 2 Kerangka pemikiran 3 Pengetahuan konsumen tentang adanya kosmetik berlabel halal yang beredar di Indonesia 19 4 Respon yang terlintas ketika mendengar kosmetik berlabel halal 19 5 Pernyataan konsumen mengenai pernah tidaknya membeli kosmetik berlabel 20 halal.
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Kuisioner Hasil olahan data regresi logistik Daftar kosmetik halal yang beredar di Indonesia tahun 2014
29 33 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa dan 87,18% beragama Islam. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 juga menyebutkan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia berdasarkan jenis kelamin adalah 119,6 juta orang berjenis kelamin laki-laki dan 118 juta orang berjenis kelamin perempuan. Besarnya jumlah penduduk perempuan tersebut menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan bagi produsen kosmetik. Saat ini perkembangan industri kosmetik Indonesia termasuk industri yang memiliki prospek baik. Hal ini terlihat dari jumlah peningkatan penjualan kosmetik pada 2012 sebesar 14% menjadi 9.76 triliun rupiah dari tahun sebelumnya sebesar 8.5 triliun rupiah berdasarkan data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Konsumsi kosmetik di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 konsumsinya sebesar 169 698 ton, tahun 2009 sebesar 243 909 ton, tahun 2011 sebesar 282 055 ton, tahun 2012 sebesar 294 998 ton. Rata-rata peningkatannya adalah 14.77% per tahun. Tabel 1. Konsumsi kosmetik di Indonesia tahun 2008-2012 Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Konsumsi (ton)
169 698
223 317
243 909
282 055
Pertumbuhan Rata-Rata (%)
294 998
14.77
Sumber : Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2014) Penyebab dari meningkatnya konsumsi kosmetik di Indonesia berdasarkan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia terdiri dari beberapa hal, diantaranya : 1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan kosmetik serta meningkatnya daya beli masyarakat akan kebutuhan kosmetik menjadi kebutuhan primer. 2. Meningkatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat menyebabkan harga kosmetik impor semakin tinggi dan justru membawa keuntungan bagi industri kosmetik dalam negeri karena masyarakat beralih menggunakan kosmetik dalam negeri. 3. Kualitas kosmetik dalam negeri semakin meningkat setiap tahunnya apalagi ada ketentuan bagi seluruh kosmetik dalam negeri pada tahun 2012 harus sudah menerapkan Cara Produk Kosmetik yang baik. 4. Adanya investor baru yang memproduksi produk-produk terkenal dari luar dengan lisensi. Perkembangan industri kosmetik juga dapat dilihat dari total produksi kosmetik. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia total produksi kosmetik pada tahun 2008 sebesar 182 698 ton, tahun 2009 sebesar 230 213 ton, tahun 20120 sebesar 253 254 ton, tahun 2011 sebesar 278 545 ton
2 dan tahun 2012 sebesar 297 372 ton. Secara kuantitas produksi kosmetik memang mengalami peningkatan, namun pertumbuhannya mengalami penurunan setiap tahun. Pertumbuhan produksi kosmetik pada tahun 2009 adalah sebesar 0.26 lalu menurun menjadi 0.1 pada tahun 2010 kemudian menurun lagi menjadi 0.09 pada 2011 dan terakhir menjadi 0.06 pada tahun 2012. Tabel 2. Produksi kosmetik di Indonesia tahun 2008-2012 Uraian 2008 2009 2010 Produksi (ton) 182 698 230 213 253 254
2011 278 545
2012 297 372
Nilai 1 556 299 1 801 112 2 181.570 2 331 812 produksi (juta rupiah) Pertumbuhan 0.26 0.1 0.09 produksi (%) Pertumbuhan 0.15 0.21 0.06 nilai produksi (%) Sumber : Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2014)
2 570 366
0.06 0.1
Gambar 1. Produk yang beredar di Indonesia tahun 2014 Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Berdasarkan data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengenai produk yang beredar di Indonesia tahun 2014 jumlah kosmetik yang beredar adalah sebanyak 67.1% dari total produk yang beredar sebanyak 49107 jenis seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kondisi ini dapat memicu konsumen untuk mudah berpindah merek kosmetik sewaktu-waktu karena banyaknya pilihan kosmetik yang tersedia. Semakin beragamnya merek kosmetik yang beredar tidak hanya menghasilkan kesenangan bagi para konsumen namun juga kegelisahan. Sebagai seorang pengguna produk kosmetik, setiap wanita pasti menginginkan barang yang aman, bermutu dan berkualitas. Tidak hanya itu, sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam, tidak cukup hanya produk
3 kosmetik bermutu tapi juga ketersediaan kosmetik berlabel halal menjadi hal yang patut diperhatikan. Hal ini karena hukum-hukum yang mempengaruhi perilaku konsumsi umat Islam telah diatur oleh filosofi dalam Alquran tentang apa yang diperbolehkan (halal) dan apa yang tidak boleh (haram) bagi pemeluknya (Mukhtar dan Butt 2012). Ada beberapa alasan untuk berfokus pada kata “halal” sebagai aspek branding. Pertama, halal mampu menjadi indikasi bahwa produk tersebut murni dan sehat. Kedua, membantu produsen kosmetik untuk menembus pasar baru dengan menambahkan nilai produk dalam lingkungan yang kompetitif. Terakhir, konsumen yang beragama Islam tidak dapat mengakses produk halal di mana saja seperti di pasar tetapi hanya di beberapa outlet (Baroozei dan Asgari 2013 ). Dalam ajaran Islam kata “halal” diperuntukkan bagi segala sesuatu yang baik dan bersih untuk dikonsumsi manusia. Allah telah menegaskan pada QS. AlMaidah ayat 3: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi”. Kata “memakan” berarti tidak hanya sesuatu yang dikonsumsi melalui mulut, namun juga mengkonsumsi dalam artian menggunakan olahan babi untuk berbagai keperluan termasuk kosmetik. Halal atau tidaknya suatu produk merupakan suatu keamanan yang paling mendasar bagi umat Islam. Konsumen produk kosmetik yang beragama Islam cenderung memilih produk yang telah dinyatakan halal dibandingkan dengan produk yang belum dinyatakan halal oleh lembaga berwenang (Utami 2013). Perlunya ketersediaan kosmetik halal juga karena masyarakat saat ini tidak lagi memperhatikan kehalalan dalam mengkonsumsi suatu produk. Mereka kebanyakan berpikiran secara sempit bahwa produk yang tidak halal hanyalah produk yang diproduksi dari babi atau alkohol. Padahal dalam ajaran Islam, suatu produk dikatakan tidak halal bukan hanya karena substansi yang dikandungnya tetapi juga karena proses yang menyertainya (Iranita 2013). Memproduksi produk halal merupakan bagian dari tanggung jawab produsen kepada konsumen yang beragama Islam. Bila produsen ingin mendapatkan keyakinan dari konsumen bahwa produk yang dikonsumsi adalah halal, maka produsen tersebut harus memiliki Sertifikat Jaminan Halal (SJH) dari Majelis Ulama Insonesia (MUI). Label halal sendiri diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (http://www.halalmui.org/ diakses pada 15 Oktober 2014). Pemberian label halal merupakan bagian dari strategi pemasaran khususnya bagi produsen. Pemberian label halal dapat meningkatkan peluang bagi produsen untuk mendapatkan market share yang lebih menjanjikan di kalangan masyarakat. Perumusan Masalah Agama Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengkonsumsi produk yang halal. Kebanyakan orang hanya aware pada kehalalan produk makanan padahal sesuatu yang dikonsumsi tidak hanya yang masuk ke dalam tubuh namun segala hal yang dikonsumsi melalui panca indra manusia. Kosmetik contohnya. Potensi pasar bagi produsen kosmetik di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada tabel konsumsi kosmetik di Indonesia yang mengalami peningkatan pada tahun 2008 - 2012 (Tabel 1). Keberadaan pelabelan halal pada produk kosmetik di Indonesia dapat memicu perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat Indonesia
4 yang mayoritasnya beragama Islam. Namun, kondisi yang terjadi adalah jumlah produsen kosmetik yang telah memiliki label halal masih sedikit. Hal ini terjadi karena pengajuan sertifikasi halal masih bersifat sukarela. Sehingga, konsumen yang memiliki keinginan untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal masih terbatas dalam pilihannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal? 2. Bagaimana pola perpindahan merek yang dilakukan konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal? 3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal? Tujuan 1. Mengidentifikasi perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal 2. Menganalisis pola perpindahan merek yang dilakukan konsumen terhadap produk kosmetik berlabel halal. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil studi kasus pada karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan dimana populasi dalam penelitian kali ini adalah seluruh karyawati yang bekerja di Gedung Graha Menara Hijau.
TINJAUAN PUSTAKA Produk Halal Allah telah berfirman yang terdapat pada QS. Al-Maidah Ayat 3: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai. darah. daging babi. (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah. yang tercekik. yang dipukul. yang jatuh. yang ditanduk. dan yang diterkam binatang buas. kecuali sempat kamu menyembelihnya. dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala..”. Serta QS. Al-Baqarah ayat 168: “Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. dan janganlah kamu mengikuti langakah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Hal ini berarti jumlah yang diharamkan oleh Allah sesungguhnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan yang halal. Pada dasarnya semua yang ada di bumi ini adalah halal kecuali yang dilarang tegas oleh Alquran dan Hadits. Namun, dengan bermunculannya teknologi pada masa sekarang ini, banyak produk olahan yang diragukan kehalalannya. Bahan baku haram banyak digunakan dengan alasan lebih ekonomis atau menghemat biaya. Berdasarkan firman Allah di atas salah satu wujud takwa kepada Allah adalah dengan cara mengkonsumsi produk yang halal. Sertifikat halal di Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama
5 Indonesia (LPPOM MUI). Yang dimaksud dengan produk halal menurut Majelis Ulama Indonesia adalah produk yang memenuhi syariat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, yaitu: 1. Tidak mangandung babi dan bahan yang berasal dari babi. 2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang berasal dari organ manusia. darah kotor-kotoran. dan lain sebagainya. 3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembilih menurut tata cara syariat Islam. 4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur dalam syariat Islam. 5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar
Label Halal Labelisasi halal secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga, produk tersebut boleh dikonsumsi (Astogini et al. 2011). Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantumkan label halal pada kemasannya belum mendapat persetujuan lembaga berwenang untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalalnnya. Di Indonesia labelisasi halal dilakukan oleh Lembaga pengkajian Pangan dan Obat-obatan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Label halal dilekatkankan pada produk yang berupa logo dan didapat dari hasil sertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Kosmetik Definisi kosmetik berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/MenKes/Per/VIII/2010 adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetik juga merupakan suatu bahan yang digunakan pada tubuh manusia sebagai pembersih (cleansing), mempercantik (beautifying), penambah daya tarik (promoting attractiveness), atau pengubah penampilan (altering appearance) tanpa berakibat pada struktur atau fungsi tubuh. Kosmetik Halal Menurut Direktur Pelaksana LPPOM MUI, Lukmanul Hakim (2014), kosmetik halal merupakan kosmetik yang dalam proses pembuatannya memenuhi persyaratan halal. Hal ini berarti bahan yang digunakan haruslah berbahan halal dan suci serta diproduksi pada fasilitas produksi yang bebas dari kontaminasi
6 bahan haram dan najis. Bahan baku yang diperbolehkan adalah yang berasal dari tanaman sepanjang dalam proses pembuatannya tidak mengunakan bahan aditif atau bahan penolong yang berbahan haram dan najis (www.halalmui.org diakses pada 15 Desember 2014). Secara umum bahan baku kosmetik yang dilarang adalah bahan dari bagian tubuh manusia, seperti plasenta dan keratin dari rambut manusia serta peralatan yang bahan-bahannya berasal dari bagian tubuh babi seperti kuas dari bulu babi. Merek Kotler dan Keller (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual dan membedakannya dari pesaing lain. Menurut Kotler dan Keller (1997), kunci utama dalam merek adalah pemberian atribut yang mengidentifikasikan produk dan menjadikannya berbeda dengan merek lain. Merek sebagai cerminan nilai (value) yang perusahaan berikan kepada pelanggan. Merek merupakan janji penjual kepada pelanggan mengenai keistimewaan dan manfaat produk. Menurut Simamora (2003) janji yang terkandung dalam merek akan menjadikan konsumen setia pada merek (brand loyalty) produk tersebut. Dalam sebuah merek terdapat nilai-nilai yang mendukung merek produk. Menurut Simamora (2003), setiap merek mengandung tiga nilai yaitu : 1. Nilai Fungsional Nilai atribut produk yang mengutamakan kegunaan (utility) kepada konsumen. 2. Nilai Emosional Nilai atribut produk yang melibatkan emosi pembeli atau pemakai dalam menawarkan produk. 3. Nilai Ekspresi Diri Nilai atribut produk yang menonjolkan perasaan positif dari pemakai seperti perasaan bangga. nyaman dan gengsi dalam memakai produk tersebut. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Manusia pada umumnya sangat rasional dan memanfaatkan secara sistematis informasi yang tersedia. Orang mempertimbangkan implikasi dari tindakannya sebelum memutuskan untuk melibatkan diri atau tidak melibatkan diri didalam perilaku tertentu (Setiadi 2008). Secara umum, ada 5 langkah keputusan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu : 1. Pengenalan kebutuhan. Konsumen merasakan dan memikirkan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi yang terjadi. 2. Pencarian informasi. Konsumen mencoba mengingat informasi (pencarian internal) atau mendapatkan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal).
7 3. Evaluasi alternatif. Konsumen menyusun dan mengevaluasi pilihan yang didapat dan menyesuaikannya dengan manfat yang diharapkan. 4. Pembelian. Konsumen memperoleh pilihan dan melakukan pembelian produk. 5. Hasil. Konsumen mengevaluasi apakah pilihan memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Dalam langkah-langkah keputusan konsumen tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Budaya adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada pola konsumsi atau perilaku konsumen di Indonesia. Tren lipstik pada masyrakat Indonesia saat ini adalah lipstik dengan tekstur matte dan mencolok (http://female.kompas.com diakses 10 januari 2015). American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dapat dikatakan pula bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumen atau masyarakat luas bergerak dan berubah sepanjang waktu (Setiadi 2008). Sikap Sikap adalah suatu penilaian kognitif seseorang terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannnya cenderung ke arah berbagai objek atau ide (Mangkunegara 2009). Sikap juga diartikan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek dan pelayanan. Keputusan Pembelian Keputusan selalu mengisyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. Dalam pengambilan keputusan semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di lingkungan. Inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu di antaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini ialah suatu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Keputusan yang sering dilakukan konsumen kadang-kadang tidak mempertimbangkan merek-merek lain diluar mereka yang ada dalam set yang dibangkitkan. Jika konsumen yakin bahwa mereka telah mengetahui semua alternatif pilihan yang paling penting mereka cenderung tidak akan mencari alternatif lainnya (Setiadi 2008). Tingkat upaya pengambilan keputusan konsumen dalam membuat keputusan pembelian merek selain dipengaruhi oleh pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu tujuan konsumen, pengetahuan
8 konsumen tentang alternatif pilihan dan kriteria pilihan serta keterlibatan mereka. (Setiadi 2008).
Perpindahan Merek (Brand switching) Menurut Ganes dkk dalam Gunawan 2013 brand switching adalah perilaku konsumen yang telah berpindah dari sebuah merek produk barang atau jasa kepada merek lain barang atau jasa yang sama karena faktor-faktor tertentu”. Perilaku berpindah merek yang dilakukan oleh konsumen merupakan perilaku lanjut konsumen sebagai hasil evaluasi setelah menggunakan produk yang dikonsumsinya. Pada kenyataan sehari-hari, setiap individu dihadapkan pada keputusan memilih terhadap berbagai alternatif penawaran merek produk atau jasa yang tersedia di pasar. Asumsi dasar tentang perilaku pemilihan adalah bahwa para pembeli memilih merek yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Penelitian Terdahulu Gunawan (2013) dengan judul Pengaruh Persepsi Merek dan Kepercayaan Atas Produk Terhadap Brand Switching Atas Produk Smartphone (Blackberry) Pada Mahasiswa UNP. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi merek dan kepercayaan konsumen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peralihan merek. Mukhtar dan Butt (2012) dengan judul Intention to choose Halal Products: The Role of Religiosity. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku dan norma subjektif adalah variabel yang penting bagi kaum muslim Pakistan dalam memilih produk halal. Hasanah (2010) dengan judul Analisis Pengaruh Pilihan Merek, Kualitas Produk dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Keputusan Pembelian Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Mahasiswi UIN Pengguna Produk Kosmetik Sari Ayu). Analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pilihan merek, kualitas produk, dan kepuasan pelanggan berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian dan loyalitas pelanggan. Ferrinadewi (2005) dengan judul Atribut Produk Yang Dipertimbangkan Dalam Pembelian Kosmetik dan Pengaruhnya Pada Kepuasan Konsumen di Surabaya. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kualitas, risiko dan merek merupakan hal yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian kosmetik. Kerangka Pemikiran Persaingan produsen gaya hidup masyarakat. Saat salah satu kebutuhan hidup pengetahuan menyebabkan membuat produsen berpikir
kosmetik semakin ketat seiring dengan perubahan ini, bagi sebagian besar wanita kosmetik merupakan yang penting. Meningkatnya arus globalisasi serta permintaan akan kosmetik meningkat. Hal ini serta harus menemukan cara untuk memenangkan
9 persaingan memperebutkan pasar. Produsen dapat mengamati perilaku konsumen. Fenomena yang terjadi saat ini adalah semakin beragamnya produk kosmetik yang beredar. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk mudah berpindah dari satu merek ke merek lain. Produsen harus dapat menyiasati agar konsumennya loyal. Oleh karena itu, produsen harus bisa menyediakan produk yang aman, bermutu dan berkualitas. Produsen juga tidak boleh lupa bahwa konsumen yang beragama Islam harus mengkonsumsi produk yang halal. Produsen harus bisa mencantumkan label halal tersebut didalam produknya apabila ingin mendapat nilai jual lebih serta kepercayaan khususnya dimata konsumen yang beragama Islam. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Melalui data ini akan diperoleh informasi-informasi mengenai perilaku konsumen terhadap kosmetik halal, pola perpindahan merek konsumen kosmetik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Perilaku konsumen terhadap kosmetik halal akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif, pola perpindahan merek konsumen akan dianalisis dengan brand switching pattern matrix, sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal menggunakan regresi logistik.
10
Kosmetik
Berlabel halal
Tidak berlabel halal
Perilaku konsumen Brand switching Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi
Promosi Pengetahuan Citra Merek Harga Kecocokan Kemasan Bentuk Mutu
Keputusan
Rekomendasi kebijakan bagi produsen kosmetik Gambar 2. Kerangka Pemikiran
11 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diberikan langsung oleh narasumber kepada pengumpul data. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung dari narasumber melainkan lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono 2010). Data sekunder pada penelitian ini didapat dari kementrian, internet, literatur atau dokumen-dokumen baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan terkait tema penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Gedung Graha Menara Hijau di Jakarta Selatan mayoritas karyawatinya adalah pengguna kosmetik. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam peneltian ini diambil dengan menggunakan metode studi kasus (case study) melalui wawancara kepada karyawati Gedung Graha Menara Hijau yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Gujarati 2006). Dari teknik non-probability sampling digunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah responden berjenis kelamin wanita dan merupakan pengguna kosmetik dalam kurun waktu minimal 3 bulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen Gedung Graha Menara Hijau, ukuran populasi karyawati di Gedung Graha Menara Menara Hijau tidak dapat diketahui secara pasti karena adanya perbedaan peraturan dari masing-masing kantor yang tidak mengizinkan untuk menyebutkan berapa jumlah karyawatinya. Untuk itu ditentukan ukuran sampel yang digunakan adalah 85 orang. Dari 85 kuisioner yang terkumpul dilakukan seleksi kelengkapan data dan akhirnya dipilih 81 data yang menjadi sampel penelitian ini. Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan tiga alat analisis data, yaitu analisis deskriptif brand switching pattern matrix dan regresi logistik dengan menggunakan software SPSS 20. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 untuk tabulasi data.
12
Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Kosmetik Berlabel Halal Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi identitas dan karakteristik konsumen serta menganalisis bagaimana perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal. Analisis deskriptif ini ditampilkan dalam bentuk diagram untuk menjelaskan karakteristik konsumen dan tabulasi. Analisis Pola Perpindahan Merek Konsumen Produk Kosmetik Brand switching pattern matrix merupakan matriks yang tersusun dari peluang-peluang perpindahan merek. Metode yang digunakan dalam brand switching pattern matrix adalah metode rantai Markov. Dari matriks brand switching akan didapatkan rasio probabilitas perpindahan merek (possibility of transition) dan prediksi pangsa pasar yang akan datang. Rantai Markov Definisi rantai markov adalah sebuah teknik yang berhubungan dengan probabilitas kejadian masa depan dengan menganalisa melalui probabilitas saat ini (Render dan Barry 1995). Diskret adalah suatu rantai markov jika untuk waktu t = 0. 1. 2. ...dan seluruh keadaan memenuhi kriteria : | ) P( P( | )..........................................................................................................................(1) Asumsi selanjutnya adalah bahwa untuk semua keadaan i dan j dan seluruh ) bebas dari t, sehingga, dapat ditulis : waktu t. P( | P(
|
)
..............................................................................(2)
Dimana adalah peluang terjadinya keadaan j pada waktu t+1 dengan syarat keadaan I pada waktu t telah terjadi. Persamaan (2) disebut juga asumsi kestationeran rantai markov. Jika sistem bergerak dari keadaan i selama satu periode keadaan j selama periode berikutnya, dikatakan telah terjadi transisi dari i ke j dan Pij disebut peluang transisi bagi rantai markov. Dalam penetapannya. peluang transisi ditampilkan sebagai matriks peluang transisi yang berukuran sxs.
P=[
] untuk setiap i.
∑
..................(3)
Pij disebut peluang transisi satu tahap. Peluang transisi n tahap adalah peluang bahwa rantai Markov dalam keadaan i pada waktu m dan pada n periode berikutnya berada pada keadaan j dengan mengacu pada rantai Markov. peluang ini akan bebas dari m sehingga, dapat ditulis :
13 P(
|
)
(
|
)
(
|
) ............................................(4)
(n) .................................................................(5)
Untuk mempermudah. peluang transisi n tahap (n) adalah unsur ke- ij dari matriks . Didalam rantai Markov perlu didefinisikan q1 sebagai peluang ) bahwa rantai pada keadaan i saat waktu 0; dengan kata lain. ( . [ ] disebut sebaran peluang inisial bagi rantai Markov. Vektor Demikian karena dalam banyak situasi tidak diketahui rantai Markov pada waktu t = 0. Selanjutnya dapat ditentukan peluang sistem berada pada keadaan i pada waktu n. Peluang terjadi keadaan j waktu n : Pij (n) = ∑ = q (kolom j matriks
) ..........................................................................(6)
Setelah tahapan waktu yang sangat panjang (n → ∞). didapatkan :
Lim n→∞
=[
] ...............................................(7)
]sering juga disebut sebaran keadaan tetap atau Vektor μ = [ sebara keseimbangan untuk rantai Markov.
Rasio Probabilitas Perpindahan Merek Analisis ini digunakan untuk mengukur rasio probabilitas perpindahan merek. Rumus yang digunakan adalah : ProT =
Ln
x 100% ..........................................................................(8)
dengan : 1. ProT (Possibility Rate of Transition) : kemungkinan perpindahan merek 2. t : banyaknya pengamatan (dalam contoh ini t dianggap sama dengan 1) 3. KLx : konsumen yang setia terhadap merek X (tidak berpindah ke merek lain) 4. KTx : total konsumen yang tidak setia terhadap merek X (berpindah ke merek lain. Semakin kecil nilai tingkat kemungkinan perpindahan merek (ProT) maka semakin tinggi loyalitas konsumen terhadap merek. Dengan demikian konsumen akan cenderung tetap menggunakan merek tersebut.
14 Prediksi Pangsa Pasar Berdasarkan perhitungan brand switching pattern matrix maka dapat diperkirakan besarnya pangsa pasar untuk waktu yang akan datang. Untuk mendapatkan hasil pangsa pasar yang akan dating, diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: 1. Menanyakan pada responden mengenai merek produk yang sedang digunakan melalui kuesioner 2. Hasil dari kuesioner dimasukkan dalam tabulasi brand switching pattern matrix 3. Berdasarkan hasil dari tabulasi maka akan didapatkan masing-masing probabilitas perpindahan merek, persentase merek yang tidak loyal, serta tingkat pengurangan (attrition rate) 4. Perhitungan probabilitas pangsa pasar yang akan datang dapat dilakukan dengan rumus : ............................(9) Model Penelitian Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Kosmetik Berlabel Halal Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik atau logit. Model ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kosumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Firdaus, Harmini, Effendi (2011) mendefinisikan model logit sebagai analisis yang mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) . Tujuan dari model logit adalah menentukan peluang bahwa individu dengan karakteristikkarakteristik tertentu akan memilih suatu pilihan tertentu dari beberapa alternatif yang tersedia. Model logit digunakan ketika variabel dependen bersifat kualitatif. Batasan dan Definisi Operasional : a. Harga. Harga merupakan nilai dari suatu barang yang ditetapkan oleh perusahaan. b. Kecocokan produk. Variabel kecocokan produk berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap kecocokan menggunakan produk kosmetik. Semakin besar skor kecocokan produk, maka persepsi konsumen terhadap kecocokan produk semakin baik. c. Promosi. Variabel promosi berisi beberapa pertanyaan mengenai promosi yang dilakukan oleh produsen kosmetik dan dihitung menggunakan skor. Semakin besar skor promosi, maka persepsi konsumen terhadap promosi kosmetik semakin baik. d. Kemasan. Variabel kemasan berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap kemasan produk kosmetik. Semakin besar skor kemasan, maka persepsi konsumen terhadap kemasan semakin baik.
15 e. Citra Merek Variabel citra merek berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap citra merek dari produk kosmetik. Semakin besar skor citra merek, maka persepsi konsumen terhadap citra merek kosmetik semakin baik. f. Bentuk Variabel bentuk berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap bentuk dari produk kosmetik. Semakin besar skor bentuk, maka persepsi konsumen terhadap bentuk semakin baik. g. Mutu Variabel mutu berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap mutu produk kosmetik. Semakin besar skor mutu, maka persepsi konsumen terhadap mutu semakin baik. h. Pengetahuan Variabel pengetahuan berisi beberapa pertanyaan mengenai persepsi konsumen terhadap pengetahuan mengenai produk kosmetik. Semakin besar skor pengetahuan, maka pengetahuan konsumen mengenai produk kosmetik semakin baik. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Yudiatmaja 2013): ( ) ( ) ( ) ……………................……… (1) Keterangan: Pi = Keputusan konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal (1 jika memilih mengkonsumsi kosmetik berlabel halal, 0 jika memilih tidak mengkonsumsi kosmetik berlabel halal) α = Intersep βi = Parameter peubah Xi X1 = Harga (Rupiah) X2 = Kecocokan produk (skor) X3 = Promosi (skor) X4 = Kemasan (skor) X5 = Citra merek (skor) X6 = Bentuk (skor) X7 = Mutu (skor) X8 Pengetahuan (skor) = Odd Ratio adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 (memilih untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak memilih untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal). Nilai odds menjadi suatu nilai indikator kecenderungan konsumen untuk menentukan pilihan 1 (memilih untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal). Nilai odds semakin besar menandakan bahwa peluang konsumen melakukan perpindahan merek kosmetik semakin besar. Hubungan antara parameter dan odds ratio yaitu: OddsRasio =
…………………………………………...............…….(2)
16 Keterangan : Pi = Rasio peluang terjadi pilihan 1. Skala Likert Pengukuran variabel yang telah dicantumkan dalam kuisioner akan diberi skor menggunakan skala likert. Skala likert berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Informasi yang didapat dari skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. sehingga, peneliti hanya dapat membagi responden kedalam urutan ranking atas dasar persepsinya. Bobot yang diberikan bernilai 1 hingga 5. yaitu sangat setuju (5). setuju (4). kurang setuju (3). tidak setuju (2). sangat tidak setuju (1) (Sugiyono 2010). Pada penelitian ini dilakukan identifikasi mengenai pemahaman responden mengenai kosmetik halal. Selain itu skala likert juga digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruh responden untuk beralih menggunakan kosmetik halal.
Uji validitas Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 81 responden dengan menggunakan software SPSS 19. Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana derajat kecermatan pengukuran alat tes. apakah alat tes yang ada telah mengukur sasaran yang akan diukur (Sugiyono 2010). ∑ √( ∑
∑
∑
(∑ ) ( ∑
(∑
)
.............................................................................(1)
Di mana : r = koefisien korelasi Pearson X = skor pertanyaan Y = skor total n = jumlah responden Uji Reliabilitas Penelitian ini akan menggunakan pengujian reliabilitas variabel denganteknik dari Spearman Brown dengan rumus (Sugiyono 2010) adalah sebagai berikut: r= ...................................................................................................(2) Keterangan: r : reliabilitas internal seluruh instrumen rb : korelasi momen produk antara belahan pertama dengan kedua HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum
17 Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 6 Januari 1989 mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sebagai bagian dari upaya untuk memberikan ketenteraman batin umat terutama dalam mengkonsumsi pangan, obat-obatan dan kosmetika. Tugas utamanya adalah melaksanakan program MUI tentang sertifikasi halal. Lembaga ini dibentuk karena berbagai alas an, salah satunya adanya kasus lemak babi pada akhir tahun 1988 yang mengganggu stabilitas perekonomian Indonesia. Hingga kini setidaknya terdapat 20 produsen kosmetik yang udah memiliki label halal pada produknya seperti yang tertera pada Lampiran 4. Berdasarkan informasi dari Direktur LPPOM Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukman Hakim tahun 2014, biaya untuk pengajuan sertifikasi halal terbagi menjadi dua kategori. Pertama, untuk perusahaan kecil - menengah dikenakan biaya 0 rupiah hingga 2.5 juta rupiah. Kedua, untuk perusahaan menengah keatas dikenakan biaya 1 juta rupiah hingga 5 juta rupiah. Biaya ini merupakan biaya jasa yang digunakan untuk mengaudit on desk ataupun on site (lapangan) diluar dari transportasi dan akomodasi. MUI telah meneguhkan sikap bahwa konsumen Islam Indonesia sebagai penduduk mayoritas harus dilindungi hak-haknya dalam memperoleh kepastian tentang kehalalan produk pangan, minuman, obat, kosmetika, produk rekayasa genetik dan barang gunaan lain atau yang sering disebut produk halal yang beredar di Indonesia. Karakteristik Respoden Responden dalam penelitian ini merupakan karyawati Gedung Graha Menara Hijau, Jakarta Selatan yang berjumlah 81 orang. Responden merupakan pengguna kosmetik minimal dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Data menunjukkan bahwa mayoritas responden beragama Islam sebanyak 74.07% sisanya beragama non Islam sebanyak 25.93%. Sedangkan untuk kategori usia, responden mayoritas berada pada interval usia 20 – 30 tahun yang berjumlah 74.04%, sisanya pada interval usia 31 – 40 berjumlah 20.99%, dibawah 20 tahun berjumlah 2.47%, 41 – 50 tahun berjumlah 1.23% dan diatas 50 tahun berjumlah 1.23%. Karakteristik responden yang selanjutnya adalah pendapatan responden yang berada pada interval Rp <1 juta hingga Rp 15 juta. Data menunjukkan bahwa pendapatan responden paling banyak berada pada interval Rp 2.5 juta sampai Rp 5 juta, yaitu sebanyak 37.04%. Selanjutnya pada interval Rp 5 juta – Rp 10 juta berjumlah 25.93%, Rp 1 juta – Rp 2.5 juta berjumlah 19.75%, lebih dari Rp 10 juta berjumlah 14.81% dan dibawah Rp 1 juta berjumlah 2.47%. Karakteristik responden yang terakhir dilihat dari pengeluaran kosmetik perbulan yang brada pada interval Rp <500 ribu – Rp 1.5 juta. Data menunjukkan pengeluaran kosmetik responden paling banyak berada pada interval Rp 500 ribu, yaitu sebanyak 64.2%, sisanya pada interval Rp 500 ribu – Rp 750 ribu sebanyak 24.69%, Rp 750 ribu – Rp 1 juta sebanyak 6.17%, Rp 1 juta – Rp 1.5 juta sebanyak 4.94% dan tidak ada responden yang memiliki pengeluaran kosmetik perbulan diatas Rp 1.5 juta. Karakteristik responden dapat dilihat secara lengkap seperti yang tertera pada Tabel 3.
18 Tabel 3. Demografi responden Variabel
Jumlah
Persentase
(jiwa)
(%)
Islam Non-Islam dibawah 20 tahun 20-30 31-40 41-50 diatas 50 tahun < Rp 1 juta Rp 1 juta – Rp 2.5 juta > Rp 2.5 juta – Rp 5 juta > Rp 5 juta - Rp 10 juta > Rp 10 juta < Rp 500 ribu
60 21 2 60 17 1 1 2 16
74.07 25.93 2.47 74.07 20.99 1.23 1.23 2.47 19.75
30
37.04
21
25.93
12 52
14.81 64.2
Rp 500 ribu – Rp 750 ribu
20
24.69
> Rp 750 ribu - Rp 1 juta > Rp 1 juta- Rp 1.5 juta > Rp 1.5 juta Sumber : Data Primer 2014 (diolah)
5
6.17
4
4.94
0
0
Agama Usia
Pendapatan
Pengeluaran Kosmetik (perbulan)
Perilaku Konsumen Terhadap Kosmetik Berlabel Halal Hasil penelitian tentang perilaku konsumen terhadap kosmetik halal dapat dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan bahwa 85.19% responden berpendapat bahwa mereka sudah tahu akan adanya kosmetik yang berlabel halal yang beredar. Selanjutnya pada responden pengguna kosmetik 11.11% responden menjawab ragu-ragu apakah sudah ada kosmetik yang halal yang beredar atau tidak. Sebanyak 2.47% responden menjawab tidak tahu bila sudah ada kosmetik berlabel halal yang beredar dan 1.23% responden memilih untuk tidak menjawab. Responden menyebutkan beberapa alasan darimana mereka bisa tahu akan keberadaan kosmetik berlabel halal, diantaranya : rekomendasi dari teman, iklan dari media elektronik, media massa, serta dari pameran yang diselenggarakan oleh produsen kosmetik berlabel halal itu sendiri. Sedangkan responden yang menyebutkan mereka masih ragu-ragu atau tidak tahu akan keberadaan kosmetik berlabel halal kebanyakan beragama non Islam sehingga memang responden tidak merasa menjadi suatu kewajiban untuk mengetahui akan keberadaan kosmetik halal yang mereka konsumsi.
19
Gambar 3. Pengetahuan konsumen tentang adanya kosmetik berlabel halal yang beredar di Indonesia. Perilaku konsumen terhadap kosmetik berlabel halal juga dilihat berdasarkan respon yang terlintas ketika mendengar kosmetik berlabel halal. Berdasarkan Gambar 4 sebanyak 65% responden memberikan respon positif. Respon positif yang disebutkan oleh responden diantaranya adalah aman, ingin mencoba, senang dan bersyukur. Responden juga menyebutkan bahwa mereka lebih percaya bahwa kosmetik berlabel halal sudah pasti terjamin kualitasnya serta sudah pasti lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebanyak 17% responden memberikan respon netral seperti biasa saja, tidak ada bedanya dengan yang non halal. Responden yang netral tersebut mengatakan bahwa mereka tidak terlalu tertarik walau sesungguhnya mereka telah aware akan keberadaan kosmetik halal karena mereka terlanjur nyaman dan cocok menggunakan produk kosmetik yang tidak berlabel halal. Sebanyak 15% responden memilih untuk tidak menjawab dan sisanya sebanyak 3% memberikan respon yang negatif. Responden yang memberikan respon negatif tersebut hanya memberikan alasan bahwa kosmetik berlabel halal sudah pasti lebih mahal dan belum tentu lebih bagus dari kosmetik tidak berlabel halal yang mereka gunakan.
Gambar 4. Respon yang terlintas ketika mendengar kosmetik berlabel halal.
20
Perilaku konsumen yang terakhir dilihat dari pernah atau tidaknya konsumen membeli kosmetik halal. Gambar 5 menunjukkan bahwa 74% responden mengatakan pernah membeli kosmetik yang berlabel halal dan rata-rata waktu penggunaannya adalah diatas 6 bulan. Sebanyak 10% responden menjawab tidak pernah membeli kosmetik berlabel halal karena responden menyebutkan bahwa kosmetik berlabel halal masih sedikit pilihannya, 14% reponden mengatakan ragu-ragu apakah kosmetik yang dibelinya berlabel halal atau tidak, sisanya sebanyak 2% memilih untuk tidak menjawab.
Gambar 5. Pernyataan responden mengenai pernah tidaknya membeli kosmetik berlabel halal. Pola Perpindahan Merek Konsumen Kosmetik Pola perpindahan merek dilihat dari jumlah konsumen yang menjawab menggunakan kosmetik minimal dalam 3 bulan terakhir. Dalam penelitian ini pola perpindahan merek dibagi menjadi dua, yaitu pola perpindahan merek konsumen yang beragama Islam dengan yang non islam. Pola perpindahan perpindahan merek konsumen yang beragama Islam dapat dijelaskan dalam Tabel 4. Tabel 4. Matriks pola perpindahan merek konsumen beragama Islam Tidak Berla Total berla bel konsum Total Persentase bel Persentase Dari/Ke halal en Persent (%) halal (%) (orang sebelum ase (%) (oran ) nya g) 22 88 3 12 25 100 Berlabel halal Tidak berlabel 5 14.3 30 85.7 35 100 halal Total konsumen 27 45 33 55 60 100 sekarang
21 Hasil perhitungan brand switching pattern matrix menunjukkan total konsumen kosmetik berlabel halal sebelumnya berjumlah 25 orang. Dari 25 orang tersebut ada yang menjadi switcher atau melakukan perpindahan merek menjadi konsumen kosmetik tidak berlabel halal sebanyak 12% atau sebanyak 3 orang, sedangkan 88% sisanya loyal. Kemudian, total konsumen kosmetik tidak berlabel halal sebelumnya berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut ada yang menjadi switcher atau melakukan perpindahan merek menjadi konsumen kosmetik berlabel halal sebanyak 14.3% atau sebanyak 5 orang dan 85.7% sisanya memilih untuk loyal. Konsumen dalam penelitian ini menyebutkan beberapa alasan perpindahan merek yang dilakukan, yaitu : terbatasnya jumlah pilihan kosmetik yang tersedia, rekomendasi teman, mengikuti tren yang sedang ada dan kosmetik telah teruji klinis. Tabel 5. Matriks pola perpindahan merek konsumen beragama non Islam Berlabel Tidak berlabel Total konsumen Dari/Ke halal halal sebelumnya 5 0 5 Berlabel halal 0 16 16 Tidak berlabel halal Total konsumen 5 16 21 sekarang Hasil perhitungan brand switching pattern matrix pada pengguna kosmetik yang beragama non Islam menunjukkan total konsumen kosmetik tidak berlabel halal sebanyak 16 orang dan total konsumen kosmetik berlabel halal sebanyak 5 orang. Konsumen yang beragama non Islam tidak memiliki batasan dalam mengkonsumsi produk seperti ajaran agama Islam. Mereka bebas memilih produk yang akan merega gunakan dan pada penelitian ini, konsumen cenderung loyal akan pilihannya. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pola perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen dalam 3 bulan terakhir. Konsumen juga menyebutkan secara khusus alasan mengapa memilih menggunakan kosmetik berlabel halal adalah karena adanya rekomendasi dari teman. Rasio Probabilitas Perpindahan Merek Penelitian ini juga melakukan pendalaman mengenai possibility rate of transition (ProT) atau rasio kemungkinan perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen kosmetik. Semakin kecil nilai tingkat kemungkinan perpindahan merek (ProT) maka semakin kecil kemungkinan untuk beralih, begitu pula sebaliknya. Tabel 6. Matriks persentase kemungkinan perpindahan merek konsumen beragama Islam Dari jenis kosmetik ProT (%) Persentasi tidak loyal (%) Attrition rate (%) Berlabel halal 21.31 12.00 9.31 Tidak berlabel halal 25.69 14.29 11.41 Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa konsumen kosmetik berlabel halal memiliki nilai ProT (21.31%) dan persentase tidak loyal (12.00%). Nilai ini lebih
22 rendah dari nilai ProT konsumen kosmetik tidak berlabel halal sebesar (25.69%) dan persentase tidak loyal (14.29%). Hal ini menunjukkan bahwa pengguna kosmetik tidak berlabel halal cenderung lebih mudah untuk berpindah merek menjadi pengguna kosmetik berlabel halal. Faktor yang menybabkan hal ini terjadi adalah adanya pengaruh dari faktor agama yang dianut oleh responden. Dalam ajaran agama Islam, mengkonsumsi produk halal merupakan suatu kewajiban. Sehingga, hal tersebut dapat memengaruhi perilaku konsumen kosmetik tidak berlabel halal menjadi tidak loyal akan pilihannya karena kesadaran dan ketaatan pada agama yang dianut. Tabel 7. Matriks persentase kemungkinan perpindahan merek konsumen beragama non Islam Dari jenis kosmetik Berlabel halal Tidak berlabel halal
ProT (%) 0.00 0.00
Persentasi tidak loyal (%) 0.00 0.00
Attrition rate (%) 0.00 0.00
Berdasarkan Tabel 7 didadapatkan konsumen kosmetik berlabel halal maupun tidak berlabel halal tidak memiliki persentase nilai kemungkinan beralih. Hal ini dapat terjadi karena dalam ajaran agama non Islam tidak ada batasan halal dan haram dalam mengkonsumsi suatu produk sehingga konsumen cenderung memilih suatu produk karena alasan suka dan tidak serta menyebabkan mereka cenderung lebih loyal akan pilihannya. Prediksi Pangsa Pasar Akhir Prediksi pangsa pasar akhir merupakan hasil prediksi pangsa pangsa untuk periode berikutnya dari masing-masing produk kosmetik sesuai dengan asumsi dasar rantai Markov yang menyebutkan bahwa probabilitas yang terjadi bersifat tetap sepanjang waktu atau stasioner. Maka, asumsi yang digunakan pada prediksi pangsa pasar akhir dalam penelitian ini adalah keadaan pasar dianggap konstan dan variabel-variabel pemasaran dianggap stabil Tabel 8. Prediksi pangsa pasar konsumsi masing-masing jenis kosmetik konsumen yang beragama Islam Persentase jenis kosmetik (%) Indikasi Indikasi Tahun Berlabel halal Tidak berlabel halal 2014 45.0 55.0 (Naik 2.5) (Turun 2.5) 2015 47.5 52.5 (Naik 1.8) (Turun 1.8) 2016 49.3 50.7 (Naik 1.3) (Turun 1.3) 2017 50.6 49.4 (Naik 1) (Turun 1) 2018 51.6 48.4 Dari Tabel 8 terlihat bahwa konsumsi kosmetik berlabel halal mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015 meningkat 2.5%, tahun 2016 meningkat 1.6%, tahun 2017 meningkat 1.3%, tahun 2018 meningkat 1%. Hal ini dapat dipahami mengingat dalam Tabel 4 kosmetik berlabel halal mendapatkan
23 tambahan konsumen baru (switcher) dari konsumen kosmetik tidak berlabel halal sebanyak 12% atau 5 orang. Sedangkan untuk konsumsi kosmetik tidak berlabel halal mengalami penurunan pangsa pasar. Pada tahun 2015 menurun 2.5%, tahun 2016 menurun 1.8%, tahun 2017 menurun 1.3%, tahun 2018 menurun 1%. Hasil prediksi pangsa pasar akhir konsumsi kosmetik juga dilakukan pada konsumen yang beragama non Islam seperti yang tertera pada Tabel 9. Prediksi pangsa pasar konsumsi masing-masing kosmetiknya cenderung konstan. Hal ini dapat dijelaskan karena pada Tabel 6 konsumen cenderung loyal akan pilihannya dan tidak melakukan perpindahan merek sama sekali. Tabel 9. Prediksi pangsa pasar konsumsi masing-masing jenis kosmetik konsumen yang beragama non Islam Persentase jenis kosmetik (%) Tahun Berlabel halal Tidak berlabel halal 2016 24 76 2015 24 76 2016 24 76 2017 24 76 2018 24 76 Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsumen Mengkonsumsi Kosmetik Berlabel Halal. Untuk mengurangi kekhawatiran konsumen dalam penggunaan kosmetik, keberadaan kosmetik halal sangat penting. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan meningkatkan kepercayaan konsumen sehingga pengguna kosmetik yang berlabel halal semakin besar. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal dilakukan dengan model logit. Tabel 10 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut. Tabel 10. Hasil pendugaan parameter regresi logit Predicted Konsumsi halal
Observed
Konsumsi halal Overall Percentage
.00 1.00
.00 40 13
1.00 9 19
Percentage Correct 81.6 59.4 72.8
Hasil pendugaan parameter diatas menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasikan konsumen yang tidak mengkonsumsi kosmetik halal sebesar 81.6% dan 59.6% bagi konsumen yang mengkonsumsi kosmetik halal. Model pun mampu mengklasifikasikan secara keseluruhan konsumen yang mengkonsumsi produk kosmetik berlabel halal maupun yang tidak mengkonsumsi produk kosmetik halal sebesar 72.8%. Hasil uji Chi Square Hosmer dan Lameshow Test menunjukkan nilai Chi Square sebesar 5.100 dengan p-value 0.747 > 0.05
24 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik berlabel halal. Tabel 11. Faktor-faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi kosmetik halal Variabel Parameter Pengetahuan -.010 Mutu 1.819 Promosi .126 Bentuk .056 Kemasan -.198 Citra merek -.377 Kecocokan .197 Constant -.713 Keterangan : *signifikan pada taraf nyata 5%
P-Value .983 .007* .806 .900 .632 .464 .632 .017
Odds Ratio .990 6.168 1.134 1.058 .821 .686 1.218 .490
Berdasarkan informasi pada Tabel 11, variabel yang signifikan adalah mutu. Variabel mutu memiliki nilai P-value sebesar 0.007 dan nilai odds ratio sebesar 6.168. Artinya, peluang responden yang skor mutunya lebih tinggi berpeluang untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal 6.168 kali lebih besar dari responden yang memiliki skor mutu yang lebih rendah. Hal ini berarti keputusan untuk mengkonsumsi kosmetik berlabel halal dipengaruhi oleh mutu dari kosmetik berlabel halal yang sudah pasti terjamin akan kualitas dan kemanannya untuk dikonsumsi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasanah (2010) tentang Analisis Pengaruh Pilihan Merek, Kualitas Produk dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Keputusan Pembelian Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Mahasiswi UIN Pengguna Produk Kosmetik Sari Ayu). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel kualitas produk secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan loyalitas pelanggan. Hasil analisis ini juga sejalan dengan penelitian Ferrinadewi (2005) yang menyebutkan bahwa faktor kualitas produk menjadi pertimbangan konsumen di Surabaya untuk membeli kosmetik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku konsumen terhadap kosmetik yang berlabel halal sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari jumlah persentase responden yang melakukan perpindahan merek dari yang sebelumnya menggunakan kosmetik tidak berlabel halal ke kosmetik yang berlabel halal sebanyak 14.3% serta sebanyak 74.07% responden pernah menggunakan kosmetik berlabel halal.
25 2. Pola perpindahan merek konsumen yang beragama Islam menunjukkan bahwa pengguna kosmetik tidak berlabel halal cenderung tidak loyal dengan nilai probabiltas kemungkinan perpindahan merek (ProT) sebesar 25.69% sedangkan pengguna kosmetik berlabel halal cenderung lebih loyal dengan nilai ProT sebesar 21.31%. Hal ini disebabkan karena responden sudah paham bahwa menggunakan produk yang halal merupakan kewajiban bagi pemeluk agama Islam. Prediksi pangsa pasar konsumsi kosmetik berlabel halal mengalami peningkatan setiap tahun. Sedangkan prediksi pangsa pasar konsumsi kosmetik tidak berlabel halal mengalami penurunan setiap tahun. Pola perpindahan merek untuk konsumen yang beragam non Islam cenderung konstan dan tidak ada perubahan. Hal ini disebabkan karena dalam ajaran agama non Islam tidak ada batasan mengenai halal dan haram dalam mengkonsumsi suatu produk. Sehingga menyebabkan konsumen yang beragama non Islam cenderung memilih mengkonsumsi suatu produk karena dasar suka atau tidak. Konsumen juga menyebutkan alasan mereka menggunakan kosmetik berlabel halal dan tetap loyal hingga sekarang adalah karena adanya rekomendasi dari teman. Sedangkan prediksi pangsa pasar konsumsi masing-masing juga konstan setiap tahun karena tidak adanya pola perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen yang beragama non Islam. 3. Faktor yang memengaruhi konsumen mengkonsumsi produk kosmetik halal adalah variabel mutu sedangkan variabel lain tidak signifikan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. maka saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah : 1. LPPOM MUI harus menjaring produsen kosmetik sebanyak mungkin agar mau mengajukan sertifikasi halal pada produknya karena label halal dapat menjadi strategi promosi tambahan bagi produsen kosmetik khususnya dalam menjaring konsumen yang beragama Islam. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah sosialisasi melalui pelatihan dan seminar pada produsen kosmetik mengenai informasi sertifikasi halal dan meningkatkan peran melalui media masa (televisi, radio, surat kabar atau pun internet) agar penyampaian informasi seputar sertifikasi halal dapat diketahui oleh produsen kosmetik serta masyarakat dengan mudah. 2. Produsen kosmetik harus mendorong konsumen agar lebih mau untuk menggunakan kosmetik berlabel halal dengan cara meningkatkan sosialisasi tentang kelebihan produk halal melalui program serta informasi publik melalui seminar, workshop, kunjungan ke produsen halal, penerbitan majalah produk halal, pengelolaan media online serta penyelenggaran pameran produk halal yang rutin dilakukan setiap tahun. 3. Produsen kosmetik halal perlu meningkatkan mutu produk yang diproduksi dengan cara menambah inovasi kosmetik yang dipasarkan, menambahkan kandungan zat baru yang penting bagi kesehatan namun tidak berbahaya seperti dari buah-buahan, menyantumkan logo halal dari
26 LPPOM MUI serta menyantumkan logo dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai indikator bahwa produk kosmetiknya bermutu dan terjamin kualitasnya DAFTAR PUSTAKA Alquran Tajwid dan Terjemahannya. 2006. Bandung: PT Syaamil Cipta Media. Astogini, Wahyudin, Wulandari. 2011. Aspek Religiusitas Dalam keputusan Pembelian Produk Halal. (Studi tentang labelisasi halal pada produk makanan & minuman kemasan). JEBA, Vol.13, No.1, Maret 2011. Banyumas (ID) : Universitas Jendral Soedirman. Borzooei dan Asgari. 2013. The Halal Brand Personality and It’s Effect on Purchase Intention. July 2013 VOL 5. NO 3. [jurnal]. Malaysia : Universiti Teknologi MARA. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Produk beredar di Indonesia tahun 2014. [Internet] Available at : http://www.pom.go.id/ [Diakses Desember 2014] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010. [Internet]. Available at: http://www.bps.go.id/ [Diakses 10 Mei 2014]. Ferrindadewi. 2005. Atribut Produk Yang Dipertimbangkan Dalam Pembelian Kosmetik dan Pengaruhnya Pada Kepuasan Konsumen di Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan , VOL. 7, NO. 2, September 2005: 139-151.Availableat: http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/16360/1635 2 Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor : IPB Press. Gujarati, D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Erlangga. Gunawan, F. 2013. Pengaruh Persepsi Merek dan Kepercayaan Konsumen Atas Produk Terhadap Brand Switching Atas Produk (Blackberry) Pada Mahasiswa Universitas Negeri Padang. [skripsi]. Padang (ID) : Universitas Negeri Padang Hasanah, E. 2010. Analisis Pengaruh Pilihan Merek, Kualitas Produk dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Keputusan Pembelian Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan : Studi Kasus Pada Mahasiswa UIN Pengguna Produk Kosmetik Sari Ayu. [skripsi] Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta. __________. 2014. Inilah Biaya untuk Bisa Raih Label Halal dari MUI. [internet]. [Diakses Januari 2015]. Available at : http://bisninskeuangan.kompas.com/read/2014/02/26/1446338/Inilah.Bia ya.untukBisa.Raih.Label.Halal.dari.MUI __________. 2014. Inilah Biaya untuk Bisa Raih Label Halal dari MUI. [internet]. [15Januari2015].Available at : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/26/1446338/Inilah.Biay a.untuk.Bisa.Raih.Label.Halal.dari.MUI. __________. 2015. Lipstik Jenis Apa yang Digemari Perempuan Masa Kini?. [internet]. [10Januari 2015]. Available at : http://female.kompas.com/
27 Iranita. 2013. Pengaruh Labelisasi Halal Produk Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. [skripsi] Available at : Riset.umrah.ac.id [KEMENPERIN] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Profil Pengembangan Industri Kosmetik. Jakarta : Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Kotler, Keller. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID) : Erlangga. Mangkunegara, A. 2009. Perilaku Konsumen. Bandung : PT Refika Aditama. Mukhtar A dan Butt M. 2012. Intention to choose Halal products: the role of religiosity. [jurnal] Journal of Islamic Marketing Vol. 3 No. 2. 2012 pp. 108-120 q Emerald Group Publishing Limited 1759-0833 DOI10.1108/1759083121123519. [MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2013. Panduan belanja produk halal. [internet] Available at : http://www.halalmui.org/ Render dan Barry. 1995. Quantitative Analysis for Management. California (USA) : Simon & Schuster. Inc Setiadi, N. 2008. Perilaku Konsumen : Konsep & Implikasi strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Simamora, B. 2003. Panduan Riset Prilaku Konsumen. Cetakan ke 3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Sugiyono P. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Utami, W. 2013. Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Membeli (Survei pada Pembeli Produk Kosmetik Wardah di Outlet Wardah Griya Muslim An-Nisa Yogyakarta. [skripsi] Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia Yudiatmaja. F. 2013. Analisis Regresi dengan Menggunakan Aplikasi Komputer Statistik SPSS. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
28 LAMPIRAN KUISIONER No. Kuisioner Tanggal Pengisian
: :
Responden yang terhormat. Nama saya Dyah Ayu Ninda Ramadhani (H54100015) mahasiswi Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Saya sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh Label Halal terhadap Brand Switching Produk Kosmetik. Dimohon kesediaan saudari untuk mengisi seluruh kuisioner ini secara jujur dan lengkap. Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuisioner ini bersifat rahasia dan digunakan untuk kepentingan akademis. Atas pertisipasi Anda saya ucapkan terima kasih. Kosmetik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah : penyegar/tonic. Pelembab, facial wash, compact powder, face powder, lipstick, eye liner, eye shado,. blush on. Identitas Responden Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban dan tuliskan jawaban singkat. jika jawaban anda tidak tersedia pada pilihan jawaban dalm kuisioner ini. 1. NAMA : 2. USIA : 3. AGAMA : 4. JENIS KELAMIN : 5. PERUSAHAAN : 6. PEKERJAAN : 7. PENDAPATAN RUMAH TANGGA : ( ) < 1 000 000 ( ) > 1 000 000 – 2 500 000 ( ) > 2 500 000 – 5 000 000 ( ) > 5.000.000 – 10 000 000 ( ) > 10 000 000 8. PENGELUARAN UNTUK KOSMETIK PER BULAN : ( ) < Rp. 500 000 ( ) > Rp. 500 001 – Rp. 750 000 ( ) > Rp. 750 000 – Rp. 1 000 000 ( ) > Rp. 1 000 000 – Rp.1 500 000 ( ) > Rp. 1 500 000 – 2 000 000 ( ) > 2 000 000 PERTANYAAN BAGIAN I Silanglah pada salah satu kotak yang tersedia serta berikan jawaban singkat. jika jawaban Anda tidak terdapat pada kuisioner ini. Keterangan :
STS TS N S SS
: Sangat tidak setuju : Tidak setuju : Netral : Setuju : Sangat setuju
1. Apakah Anda tahu bahwa terdapat kosmetik yang sudah berlabel halal? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Ragu-ragu 2. Apakah kosmetik yang paling sering Anda gunakan berlabel halal? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Ragu-ragu 3. Apakah Anda pernah membeli kosmetik berlabel halal? ( ) Ya (sebutkan) : ( ) Tidak ( ) Ragu-ragu 4. Apa yang terlintas pertama kali di pikiran Anda ketika mendengar kosmetik halal?
PERTANYAAN BAGIAN II Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban dan tuliskan jawaban singkat. jika jawaban anda tidak tersedia pada pilihan jawaban dalam kuisioner ini. 1. Apakah dalam kurun waktu 3 bulan ini Anda pernah menggunakan produk kosmetik? ( ) Ya ( ) Tidak (STOP. Terima kasih atas perhatian Anda) 2. Apa nama kosmetik yang sekarang Anda gunakan? (sebutkan 3 merek saja) 3. Apakah sebelumnya (lebih dari 3 bulan terakhir) Anda menggunakan kosmetik yang sama? ( ) Ya ( ) Tidak 4. Sebutkan 3 merek kosmetik yg Anda maksud pada No. 3 _________________________________________________________________ PERTANYAAN BAGIAN III Berilah tanda silang (x) pada pernyataan yang Anda pilih : Keterangan : STS : Sangat Tidak setuju TS : Tidak setuju KS : Kurang setuju / Ragu-ragu S : Setuju SS : Sangat Setuju Alasan Anda mengkonsumsi produk kosmetik berlabel halal adalah : STS TS KS Pengetahuan 1 Menggunakan kosmetik halal merupakan
S
SS
kewajiban. Menggunakan kosmetik halal lebih aman dan terpercaya bagi kesehatan Harga 3 Kosmetik halal memiliki harga yang lebih terjangkau. Mutu 4 Kosmetik halal memiliki mutu yang terjamin dan terpercaya (tidak mengandung minyak babi dan sejenisnya yang haram digunakan) 5 Kosmetik halal sudah pasti lulus uji tes BPOM Promosi 6 Kosmetik halal memiliki promosi yang menarik dan mudah diingat 7 Setidaknya minimal ada 2 iklan kosmetik halal yang saya ingat di luar kepala. 8 Saya mudah menemukan informasi mengenai kosmetik halal dari media manapun (cetak. elektronik. dsb) 9 Bila saya mengunjungi tempat perbelanjaan. maka saya akan sangat mudah menemukan kosmetik berlabel halal. Bentuk 10 Kosmetik halal memiliki bentuk atau wujud yang unik. efisien serta handycap. 11 Terdapat banyak pilihan bentuk yang lebih beragam dibanding kosmetik non halal. 12 Kosmetik halal memiliki banyak varian rasa. aroma. dan pilihan. Kemasan 13 Terdapat label halal MUI 14 Terdapat logo BPOM 15 Komposisi produknya jelas dan tertera dalam kemasan. Citra Merek 16 Kosmetik halal adalah produk yang banyak dikenal oleh banyak orang. 17 Kosmetik halal adalah produk yang terpercaya. 18 Kosmetik halal adalah yang paling banyak diminati oleh banyak orang. Kecocokan produk 2
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
STS
TS
KS
S
SS
19 20
Saya cocok menggunakan kosmetik halal karena kandungannya yang aman. Saya cocok menggunakan kosmetik halal karena saya cenderung memiliki alergi dengan bahan-bahan kimia tertentu pada kosmetik.
Lampiran 2 Hasil Olahan Data Regresi
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 5.100 8 .747
Classification Tablea Observed
Predicted Konsumsihalal Percentage Tidak Mengkonsumsi Correct mengkonsumsi
Tidak Konsumsihalal mengkonsumsi Step 1 Mengkonsumsi Overall Percentage a. The cut value is .500
40
9
81.6
13
19
59.4 72.8
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
pengetahuan mutu promosi Step bentuk 1a kemasan citramerek
-.010 1.819 .126 .056 -.198 -.377
.483 .000 .678 7.208 .513 .060 .449 .016 .413 .229 .514 .536
1 .983 1 .007* 1 .806 1 .900 1 .632 1 .464
.990 6.168 1.134 1.058 .821 .686
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .384 2.551 1.634 23.276 .415 3.100 .439 2.550 .365 1.844 .250 1.880
kecocokan .197 .412 .230 1 .632 1.218 .544 2.730 Constant -.713 .300 5.650 1 .017 .490 a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan, mutu, promosi, bentuk, kemasan, citramerek, kecocokan. *
Lampiran 3. Hasil Uji Valid dan reliable PENGETAHUAN Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .819 .835 2
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation peng1 4.2667 .495 .717 peng2 4.1333 .838 .717
Squared Multiple Correlation .514 .514
Cronbach's Alpha if Item Deleted . .
Squared Multiple Correlation .571 .571
Cronbach's Alpha if Item Deleted . .
MUTU Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .860 .861 2
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation mutu1 4.3333 .238 .756 mutu2 4.4667 .267 .756 PROMOSI Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
.846
Cronbach's N of Items Alpha Based on Standardized Items .852 4
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation prom1 11.3333 4.095 .593 prom2 11.6667 3.952 .718 prom3 11.6000 3.257 .763 prom4 11.4000 3.114 .705
Squared Multiple Correlation .358 .523 .592 .515
Cronbach's Alpha if Item Deleted .841 .799 .768 .803
BENTUK Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .875 .878 3
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation bentuk1 7.8000 1.886 .688 bentuk2 7.8667 1.552 .852 bentuk3 7.9333 2.067 .766 KEMASAN Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .942 .941 3
Squared Multiple Correlation .504 .750 .672
Cronbach's Alpha if Item Deleted .889 .736 .829
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation kemas1 9.0667 .924 .940 kemas2 9.0667 .924 .940 kemas3 8.9333 1.067 .764
Squared Multiple Correlation . . .
Cronbach's Alpha if Item Deleted .866 .866 1.000
CITRA MEREK Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .944 .949 3
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation citra1 8.2000 2.171 .882 citra2 8.0667 2.210 .910 citra3 8.2667 1.781 .887
Squared Multiple Correlation .785 .828 .791
Cronbach's Alpha if Item Deleted .921 .905 .930
Squared Multiple Correlation .348 .348
Cronbach's Alpha if Item Deleted . .
KECOCOKAN PRODUK Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Items Alpha Alpha Based on Standardized Items .657 .742 2
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Corrected Item Deleted Variance if Item-Total Item Deleted Correlation keco1 3.4667 1.410 .590 keco2 4.4000 .400 .590
Lampiran 5. Kosmetik yang berlabel halal di Indonesia tahun 2014
No Nama Produk
Produsen
1.
Wijayatama Kosmetik. CV
Hair Mist Cool/Hair Refresher Cool. Hair Mist Sport/ Hair Refresher Spor 2. FREYA TWC NATURAL YELLOW 91.FREYA TWC HONEY BEIGE 92. 3. Nurmala Daylight Cream 15 gram. Nurmala Lightening Cream 14 gram. 4. Sabun Mandi LUX. Sabun Mandi LIFEBUOY. Sabun Mandi VASELINE 5. SARIAYU & CARING COLOURS. SARI AYU BODY SPLASH COLOGNE EKSOTIC 6. Wardah (Wardah Acne Face Powder. Wardah Glitter Powder. Wardah Base Eye Shadow Double Function. 7. Camilla Two Way Cake. Camilla Blush On. Camilla Eye Shadow. Camilla 8. Resik V Sabun Cair Varian Mawar. Resik V Sabun Cair Varian Anggrek. Resik V 9. Medicare. Anita. Liesel. Harmony. Lervia. Eve. Medicare antiseptic. 10. Dione Kids 2 in 1 toothpaaste & Mouthwash-Orange Fresh.Dione Kids 2 in 1 11. Vaseline Icy Cool
Sertifikat
Exp. date 00150061750612 200614
Gloria Origita Kosmetik. PT Prima Anugrah Cosindo. CV Unilever Indonesia Tbk. PT Martina Berto Tbk. PT
00150043050107 250614
Paragon Technology and Innovation. PT Gemilang Mulia Lumintu
00150010680899 150514
00150062390912 50914
00150002450899 170414
00150061130312 280414
00150055350610 290514
Kinocare 00150059761111 231113 Era Kosmetindo. PT Megasurya 00150012250400 060614 Mas. PT Filma Utama Soap. PT Unilever Indonesia Tbk. PT
00150013140800 231014
00150002450899 170414
2.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
PROFFESIONAL ARTIST COMETICS MATTE LIPSTICS TENDER PEACH ML 04.PROFFESIONAL ARTIST BIOCELL COMPACT POWDER APRICOT.BIOCELL COMPACT POWDER CITRUS.BIOCELL COMPACT DASHING DEO BODY SPRAY BOLD VIBES. DASHING DEO BODY SPRAY Biocell wrinkle and lines defense liquid foundation spf 15 apricot KANNA FOOT SPRAY MINT.Purbasari Lulur Wajah Aloe Vera with Rice CARING COLOURS MARTHA TILAAR MAKE UP REMOVER.INT SARIAYU Define Black Waterproof Liquid Eye Liner.Define Long Lash Waterproof Mascara.Exclusive Duo Boost Mascara.Perfect Long Lash Curling Mascara.Waterproof Liquid Eye Liner RegenerateTM Enamel Science Advanced Toothpaste.RegenerateTM Enamel Science NR-5™ Serum ENCHANTEUR Perfumed Shower Gel Floralmoisture Alluring.ENCHANTEUR
Martina Berto Tbk. PT
00150061130312 280314
Mustika Ratu Tbk. PT
00150064300313 050315
Unza Vitalis. PT
00150063720113 150115
Mustika Ratu Tbk. PT Gloria Origita Cosmetics. PT Martina Berto Tbk. PT
00150064300313 050315
Shanghai Beukay Cosmetics Co..Ltd
00150066410913 240915
Unilever France HPCI Compiegne Co..Ltd UNZA VITALIS. PT
00150066511013 021015
00150043050107 280815
00150061130312 280314
00150063720113 150115
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta. 23 maret 1992 dari bapak Judy Saksono dan ibu Rina Dewi. Penulis adalah anak tunggal. Penulis memulai pendidikan di TK Aisyiyah 71 dan melanjutkan pendidikan sekolah dasa di SDN Malaka Jaya 07 Pagi. Pada tahun 2004 penulis duduk di bangku SMP, yaitu SMP 109 Jakarta. Kemudian pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA 44 Jakarta. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM) dan diterima di program studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan penulis aktif menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai staf divisi Media Hubungan Eksternal (MHE) departemen Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) pada masa kepengurusan 2011-2012. Penulis juga aktif sebagai anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Jakarta Jakarta Community (JCO) selama masa kepengurusan 2010-sekarang. Penulis aktif pada pada beberapa kepanitiaan yang diadakan oleh IPB Departemen Ilmu Ekonomi maupun Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu sebagai anggota divisi acara Masa Perkenalan Departemen (MPD) Ilmu Ekonomi angkatan 48, ketua divisi humas pada acara 2nd Jurnalistic and Seminar Training (2nd JUST!), ketua divisi acara bagi OMDA JCO pada acara Gebyar Nusantara (GENUS 2012) serta sebagai MC pada acara Politik Ceria BEM FEM tahun 2012. Selain itu, penulis juga merupakan 20 besar finalis BNI Syariah Ambassador 2014.