PENGARUH LABEL HALAL DAN TINGKAT HARGA TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK KOSMETIK (Studi Kasus :Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
TITI ERNAWATI NIM 108046100056
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1437 H
i
PENGARUH LABEL HALAL DAN TINGKAT HARGA TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK KOSMETIK (STUDI KASUS MAHASISWI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) OLEH : TITI ERNAWATI ABSTRAK Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh label halal dan tingkat harga terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik di mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer kuisioner dimana data ini diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan lapangan, pengukuran hasil pengisian kuisioner mengenai label halal dan tingkat harga akan produk kosmetik. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda dengan mencari sejumlah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel label halal dan tingkat harga mempengaruhi keputusan mahasiswi UIN menggunakan produk kosmetik. Variabel label halal secara parsial signifikan positif terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik dan variabel tingkat harga secara parsial tidak signifikan positif terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik. Kata Kunci : Label Halal, Tingkat Harga, Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH LABEL HALAL DAN TINGKAT HARGA TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK KOSMETIK (STUDI KASUS MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA)”, serta tidak lupa shalawat dan salam untuk Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis merasakan betapa besar karunia Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan, kesabaran dan kemudahan ditengah kekurangan dan keterbatasan penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini. Disamping itu, bantuan, dorongan dan doa dari banyak pihak telah memungkinkan terselesainya Skripsi ini. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A 2. Ketua Program Studi Muamalat Bapak AM.. Hasan Ali, M.A dan Sekretaris Program Studi Muamalat Bapak Abdurrauf, Lc,MA, atas segala arahan dan dorongan semangat yang telah diberikan selama mengikuti studi di Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, MSi yang telah membimbing mengoreksi dan memberikan banyak ilmu, masukan serta saran yang berarti dalam penyusunan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan iklas telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah. 5. Keluarga saya, kedua Orang tua saya yang teristimewa dan sangat berjasa dalam hidup saya, Bapak Arman dan Ibu Enih yang telah rela menunggu kelulusan saya dengan segenap doa dan harapan yang selalu beliau curahkan tiap harinya tanpa lelah selalu mendukung anaknya agar bisa menjadi orang yang sholehah dan bermanfaat dimanapun berada dan kedua mertua saya Bapak H. Sudiro Warsito dan Ibu Hj. Lina Laelina yang telah mendoakan serta mendukung saya agar selesai kuliah. Terimakasih Suami saya Mekka Tri Primandyka yang selalu mendoakan saya serta sabar dan mendorong agar dapat menyesaikan hingga selesai skripsi serta kakak-kakak saya aa Dori, teteh Inong, mas Ajie dan mba Mayang yang sudah support dan doanya. 6. Staff Dosen Ibu Oke, Ibu Nuriyah (akademik) dan dosen lainyanya yang telah mendoakan, mendukung serta membantu agar kami selesai kuliah. 7. Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2008 Sadad, Heru, Ryan, Sarif, Asep dan teman-teman lainnya yang sudah support dan doanya. 8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih banyak atas bantuan dan doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ekonomi islam.
Jakarta, Oktober 2015 Penulis,
Titi Ernawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………………..i KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................6 D. Review Studi Terdahulu.........................................................7 E. Pedoman Penulisan Skripsi...................................................10 F. Sistematika Penulisan Skripsi...............................................10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Halal......................................................................................12 1.
Pengertian Halal..............................................................12
2.
Kriteria Halal Menurut Islam...........................................13
3.
Sistem Produksi Halal......................................................15
4.
Pengertian Labelitas Halal...............................................16
5.
Proses Labelitas Halal......................................................19
6.
Label Halal Melindungi Konsumen.................................24
7.
Citra Merek/Brand Image................................................25
vi
B. Harga.....................................................................................27 1.
Pengertian Harga............................................................. 27
2.
Penetapan Harga...............................................................28
3.
Mekanisme Harga.............................................................29
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga........................30
C. Keputusan Membeli Produk...................................................33 1. Pengertian Keputusan Membeli Produk...........................33 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
Dalam Keputusan Membeli.............................................34 3. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen......................37 4. Model Perilaku Konsumen...............................................41 5. Peran Individu Dalam Keputusan Pembelian...................41 6. Kerangka Konseptual.......................................................42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan ..............................................................................44 B. Lokasi Penelitian......................................................................44 C. Jenis Penelitian.......................................................... .............46 D. Data dan Sumber Data.............................................................46 E. Populasi dan Sampel.......................................................... .....47 F. Variabel Penelitian.......................................................... ........48 G. Teknik Analisis Data................................................................48 1. Uji Asumsi Klasik.......................................................... ...48
vii
a. Uji Normalitas.......................................................... ...48 b. Uji Multikolinearitas....................................................49 c. Uji Heteroskedistisitas.................................................50 2. Uji Validitas dan Rebilitas.................................................50 3. Analisis Regresi Linier Berganda......................................52 H. Hipotesis...................................................................................54 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Uji Validitas............................................................................55 B. Uji Realibilitas........................................................................57 C. Uji Asumsi Klasik.......................................................... ........58 a. Uji Normalitas...................................................................58 b. Uji Multikolinieritas..........................................................59 c. Uji Hetoroskedastisitas.....................................................60 d. Uji Autokorelasi................................................................61 D. Uji Regresi Linier Berganda...................................................62 1. Uji F.......................................................... ......................63 2. Uji t.......................................................... .......................63
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................... ..................67 B. Saran.......................................................... ............................67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................... ..........................................69 LAMPIRAN.......................................................... .........................................................72
viii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Fakultas...................................................................................................45 Tabel 3.2 Jumlah Mahasiswa Program Reguler Per 11 Maret 2014..................................45 Tabel 4.1A Uji Validitas Variabel Label Halal.................................................................55 Tabel 4.1B Uji Validitas Tingkat Harga............................................................................56 Tabel 4.1C Uji Validitas Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik.............................57 Tabel 4.2.1 Kriteria Reabilitas...........................................................................................58 Tabel 4.2.2 Uji Reabilitas..................................................................................................58 Tabel 4.4.1 Uji Multikolinieritas.......................................................................................60 Tabel 4.6.1 Uji Autokorelasi..............................................................................................61 Tabel 4.7.1 Uji F Anova.....................................................................................................63 Tabel 4.8.1 Uji t Coefficients.............................................................................................64
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.3.1 Uji Normalitas.............................................................................................59 Gambar 4.5.1 Uji Heteroskedastisitas................................................................................61
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Kehalalan adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap muslim, sesuatu yang halal bisa menjadi berkah dan sehat untuk manusia. Kehalalan merupakan pokok utama bagi umat muslim untuk beribadah agar senantiasa manusia selalu ada dijalan yang benar, disamping itu juga kehalalan tertera dalam Hadis dan Alquran. Islam mengajarkan kita agar senantiasa untuk mengkonsumsi yang ada di muka bumi ini yang serba halal dan baik, baik makanan dan minuman bahkan selain itu seperti kosmetik, obat-obatan dan lain-lainnya. Kosmetik dan obat-obatan keduanya disebut halal apabila bahan-bahan yang terkandung dalam keduanya harus dari bahan baku pilihan yang sesuai syariat Islam dan memiliki sertifikan halal dari Majelis Ulama Indonesia. Ajaran tegas syariat Islam untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan membuat konsumen muslim bukanlah konsumen yang permissive (serba membolehkannya) dalam pola konsumsinya. Mereka membatasi oleh ke-halalan dan ke-haraman yang dimuat dalam nash Al Qur'an dan Al Hadits yang menjadi panduan utama bagi mereka.1 Di Indonesia, Lembaga Pengawas dan Peredaran Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) dapat membantu masyarakat mengetahui tentang labelitas produk yang mereka konsumsi. Lembaga ini bertugas sebagai mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang 1
Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI, hal.8.
2
telah memiliki sertifikat tersebut dapat memberikan label halal kepada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran islam, atau produk tersebut telah menjadi katagori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen muslim.2 Dengan adanya label halal konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Labelitas halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan bahan-bahan yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Kesadaran masyarakat tentang keamanan kosmetika yang digunakannya sudah semakin meningkat sejalan dengan munculnya berbagai kasus dampak penggunaan bahan berbahaya dalam kosmetika secara terbuka. Akan tetapi, kesadaran masyarakat muslim untuk memperhatikan kehalalan bahan yang terkandung dalam kosmetika masih sangat rendah. Kesadaran konsumen yang rendah dengan sendirinya tidak memunculkan tuntutan kepada produsen untuk memperhatikan kehalalan bahan-bahan yang digunakan. Hal ini berkorelasi positif dengan rendahnya minat produsen kosmetika mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikat halal. Beberapa produsen pernah mencoba mendaftarkan diri, akan tetapi perlahan-lahan mundur teratur tidak melanjutkan proses sertifikasi. Kondisi di atas tentunya menjadikan masyarakat muslim perlu lebih meningkatkan pengetahuan tentang kehalalan bahan kosmetika agar dapat memilih dan memilah 2
Retno
Sulistyowati,
http://www.esqmagazine.com.
"Lebelitas
Halal",
artikel
ini
diakses
pada
alamat
3
kosmetika yang akan digunakannya tetapi pengetahuan ternyata tidak cukup untuk kita menentukan pilihan karena sampai saat ini masih belum banyak produk kosmetika yang mau mencantumkan komposisi bahan penyusun produknya pada label kemasan. Pada umumnya produsen hanya mencantumkan bahan aktif yang digunakan, bahkan masih sangat banyak yang tidak mencantumkan sama sekali.3 Sejarah kosmetik pertama kali pada jaman mesir kuno sekitar 5000 SM, sedangkan peradaban mesir kuno sekitar 4000-3500 SM. Lembah sungai nil merupakan cikal bakal kerajaan mesir kuno mulai mengenal ritual pembalseman atau pengawetan mayat menggunakan rempah-rempah yang belum diketahui asalnya. Dipercaya pada saat tersebutlah piramida dan spinx dibangun dengan tujuan menyimpanan jenazah seorang pemimpin yang telah diawetkan. Teknik pengawetan jenazah ini makin berkembang hingga jaman mesir kuno . Lambat laun, perkembangan kosmetik sampai ke bagian Eropa yaitu pada tahun 1300. Di Indonesia kosmetik sendiri sudah dikenal abad ke-4 dengan ditemukannya naskah kuno mengenai kebiasaan putri raja yang gemar menggunakan ramuan tradisional seperti kunyit dan masker dari beras yang ditumbuk. Seiring perkembangan waktu pada abad ke-19 , barulah kosmetik mendapatkan perhatian yang amat khusus. Kosmetik mulai masuk era modern seperti halnya dikenal jaman sekarang.4 Kosmetik adalah salah satu bahan konsumsi pakai untuk kecantikan wanita, berbeda dengan makanan, kosmetik tidak diserap secara langsung oleh tubuh. Namun jika terbuat dari unsur hewani yang diharamkan. Khususnya pada produk perawatan kecantikan kulit seperti serum dan moisturizer yang bekerja pada kulit dan dapat masuk sampai ke aliran darah. Salah satu contoh bahan kosmetik yang tergolong haram yaitu 3
imasislam.kemenag.go.id/halal/artikel/109-panduan-memilih-kosmetik-aman-dan-halal.html, diakses pada tanggal 05 Oktober 2012. 4 http://artikelduniakosmetik.com/sejarah-asal-mula-kosmetik/. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
4
kolagen. Kolagen merupakan salah satu bentuk protein jaringan ikat yang dapat diperoleh dari babi maupun sapi namun kebanyakan produsen kosmetik lebih menyukai menggunakan babi karena babi memiliki jaringan sel yang mirip manusia sehingga efikasi yang diberikan lebih baik. Kolagen memberikan efek melembabkan kulit, menjaga kelenturan serta mencegah keriput pada kulit. Selain Kolagen juga ada plasenta yang dijadikan bahan dari kosmetik karena kaya akan nutrisi yang bermanfaat mampu menghilangkan kerutan.5 Kosmetik banyak berbagai jenisnya seperti bedak, lipstik, pencil alis, maskara, eyeliner, dan lain-lainnya sampai alat pembersih kewanitaan. Produk-produk kosmetik yang berlabel halal sudah semakin populer, brand image/citra merek, media/iklan bahkan bintang iklan produk tersebut semakin banyak memperkenalkan produk kosmetik yang berlabel halal serta harga produk kosmetik yang relatif banyak yang ditawarkan oleh produsen, sehingga hal ini yang menjadi sebagai pertimbangan konsumen saat keputusan menggunakannya. Kosmetik merupakan produk yang digunakan konsumen untuk menunjang berpenampilan fisik agar terlihat lebih menarik. Salah satu dari konsumen kosmetik adalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi pengguna kosmetik untuk berhias wajah untuk berpenampilan lebih cantik dan menarik. Sebagai mahasiswi kecantikan dan penampilan yang menarik menjadi kebutuhan walaupun kebutuhan yang dipakai sesuai keinginannya. Akan tetapi, apakah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menggunakan produk tersebut itu teliti dan melihat produk kosmetik dari kandungan bahan-bahan yang halal dan mempunyai label halal, atau label halal dan harga kosmetik itu tidak menjadi tolak ukur mahasiswi dalam menggunakannya sedangkan mahasiswi tersebut adalah konsumen muslim . Dari latar belakang diatas, penulis tertarik
5
http://nhie.wordpress.com/2012/07/29/cantik-ala-kosmetik-halal/artikel cantik ala kosmetik halal, Artikel ini diakses pada 5 Oktober 2012
5
untuk meneliti permasalahan ini untuk responden Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, penulis mengangkat skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Label Halal Dan Tingkat Harga Terhadap Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik (Studi Kasus : Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta)”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan oleh penulis untuk menghindari meluasnya penelitian dan penelitian bisa terarah. Untuk memudahkan penelitian dalam skripsi ini, maka penulis membatasi masalah yaitu : 1. Tanggapan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai label halal produk kosmetik. 2. Pengaruh label halal terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik. 3. Pengaruh harga terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana tanggapan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai label halal produk kosmetik? b. Bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik? c. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik?
6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap label halal dan tingkat harga produk kosmetik. 2. Untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik. 3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Akademisi Upaya menambah khazanah pengetahuan dibidang ekonomi islam, terutama yang berkaitan langsung dengan labelitas halal serta tingkat harga terhadap keputusan pembelian konsumen. b. Praktisi Yaitu untuk mengetahui batasan-batasan yang dikonsumsi dan berkah dimata Allah SWT serta untuk menambah keyakinan terhadap produk yang dikonsumsi. c. Penulis Yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan yang luas dalam membahas tentang label halal dan tingkat harga terhadap keputusan menggunakan kosmetik.
7
D. Riview Studi Terdahulu No 1.
Nama Peneliti Catur Nopianto
Judul Skripsi
Isi Peneliti
Perbedaan
Penerapan
Skripsi ini
Dalam penelitian
Fatwa MUI
menjelaskan
ini menjelaskan
Fakultas Syariah
Dalam
tentang
tentang pengaruh
dan Hukum
melahirkan
penerapan Fatwa
label halal dan
produk halal
MUI dalam
tingkat harga
Studi kasus Mc.
melahirkan
terhadap keputusan
Donald)
produk halal
menggunakan
pada produk Mc
kosmetik untuk
Donald.
mengetahui apakah
Penelitian ini
mahasiswi UIN
berkesimpulan
Syarif Hidayatullah
bahwa lebelitas
Jakarta tersebut
halal pada
bisa memilih secara
produk Mc.
selektif dengan
Donald
mempertimbangkan
merupakan salah
kehalalan,
satu upaya untuk
ketaqwaan, harga
menerapkan
dan gaya hidup
fatwa MUI dalam melahirkan produk halal 2.
Mahwiyah
Pengaruh
Skripsi ini
Penelitian ini
(106046101652)
Labelitas Halal
menjelaskan
menjelaskan
Fakultas Syariah
Terhadap
tentang
pengaruh lebel
dan Hukum.
Keputusan
pengaruh label
halal dan tingkat
Pembelian
terhadap
harga terhadap
Konsumsi
keputusan
keputusan
STUDI DOSEN
pembelian
menggunakan
FSH)
konsumsi. dalam
kosmetik.
8
penelitian
Konsumen dalam
tersebut
penelitian ini
berkesimpulan
adalah mahasiswi
bahwa adanya
UIN Syarif
pengaruh antara
Hidayatullah
labelitas halal
Jakarta dan
terhadap
penelitian ini
keputusan
mengkaitkan
pembelian Dosen dengan faktor tetap fakulats
tingkat harga suatu
syariah dan
produk kosmetik
hukum uin
dan selain dalam
jakarta dalam
hal ini mahasiswi
pembelian
dipertimbangkan
produk makanan
saat menggambil
dalam kemasan.
keputusan
pengaruh
pembelian yaitu
tersebut
label, harga,
disebabkan
ekonomi,
karena semakin
kebutuhan dan gaya
membaiknya
hidup
dosen tetap fsh uin jakarta mengenai ajaran tegas syariat islam untuk menghindari halhal yang dilarang oleh Allah SWT.
3.
Jessi Kemala
Pengaruh Label
Skripsi ini
Dalam penelitian
Astuti,
Halal Terhadap
menjelaskan
ini secara luas
(106046101644)
Keputusan
tentang pengaruh
dilingkungan
9
Fakultas Syariah
Menggunakan
label halal
kampus yaitu
dan Hukum.
Produk
terhadap
dengan judul
Kosmetik Studi
keputusan
Pengaruh Label
Mahasiswi
menggunakan
Halal dan Tingkat
Muamalat FSH)
produk kosmetik
Harga Terhadap
yang
Keputusan
menyimpulkan
Menggunakan
variabel label
Produk Kosmetik.
halal memiliki
Denggan
pengaruh
pernyataan
signifikan
judulnya saja
terhadap
penelitian ini
keputusan
sangat berbeda
menggunakan
dengan yang
produk kosmetik. sebelumnya. Pengaruh tersebut disebabkan karena semakin membaiknya pemahaman agama konsumen Muslim mengenai ajaran tegas syariat islam untuk menghindari halhal yang dilarang oleh Allah swt.
10
E. Pedoman Penulisan Skripsi Teknik yang digunakan penulisan skripsi berpedoman pada buku “ Buku Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. F. Sistematika Penulisan Sistematika ini ditulis dalam lima bab dan masing-masing dibagi dalam subsub bab. Maka dari itu, dalam skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Review Studi Terdahulu, Pedoman Penulisan Skripsi dan Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini menjelaskan tentang Kerangka Teori yaitu pengertian Halal, Kriteria Halal Menurut Islam, Sistem Produksi Halal, Pengertian Labelitas Halal, Proses Labelitasi Halal, Label Halal Melindungi Konsumen, Citra Merek/Brand Image, Pengertian Harga, Penetapan Harga, Mekanisme Harga, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga serta Teori Tentang Keputusan Pembelian Konsumen yaitu Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Produk, Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen, Model Perilaku Pembelian
11
Konsumen, Peran Individu dalam Keputusan Pembelian dan Kerangka Konseptual. BAB III
METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, Data dan Sumber Penelitian, Populasi dan Sampel Data, Variabel Penelitian, Teknik Analisis Data, Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedistisitas, Uji Validitas dan Uji Reabilitas, Analisis Regresi Linier berganda dan Hipotesis.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan, Uji Validitas, Uji Reabilitas, Uji Asumsi Klasik, Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedistisitas, Uji Aotukorelasi,Uji Regresi Linier Berganda dan Uji F-Hitung dan Uji THitung.
BAB V
PENUTUP Bab kelima merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi, yang berisi Penutup yaitu Kesimpulan dan Saran
12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. HALAL 1. Pengertian Halal Halal berasal dari bahasa arab حاللhalal yang berarti legal atau diizinkan, halal merupakan salah satu bagian dari hukum Islam. Kehalalan merupakan sangat penting dan utama
bagi umat muslim didunia karena hubungannya dengan Allah SWT.
Kehalalan tertera dalam ayat suci alquran yang berbunyi: ش ْيطَا ِن إِوَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمبِيه َّ ت ال ُ َّيَا أَيُّ َها الى ِ ض َحالَالً طَيِّبا ً َوالَ تَتَّبِ ُعى ْا ُخطُ َىا ِ اس ُكلُى ْا ِم َّما فِي األَ ْر " Wahai manusia makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat dimuka bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. 2: 168).1 Ayat tersebut adalah menyuruh agar kita senantiasa untuk mengkonsumsi yang ada di muka bumi ini yang serba halal dan baik, baik makanan dan minuman bahkan selain itu seperti kosmetik, obat-obatan dan lain-lainnya. Kosmetik dan obat-obatan keduanya disebut halal apabila bahan-bahan yang terkandung dalam keduanya harus dari bahan baku pilihan yang sesuai syariat Islam dan memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia.
1
Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, Al-Quran dan Terjemahnya, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2009), h.25.
13
Masalah tersebut telah ada semenjak manusia belum diturunkan ke bumi dan merupakan pelajaran pertama yang diterima dari Tuhan ketika Allah menentukan kaidah tentang kehalalan, maka dari itu Allah tidak menentukan tentang kehalalan pada udara, akan tetapi untuk makanan dan minuman serta hal-hal yang dikonsumsi selain makanan dan minuman (seperti : kosmetika, obat-obatan, dan lain-lainnya) ditentukan tentang kehalalannya.
2
Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat
dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah : tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.3 Dalam buku Ensiklopedia Islam Indonesia disebutkan bahwa halal artinya tidak dilarang, dan diizinkan melalukan atau memanfaatkannya. Halal itu dapat diketahui apabila ada suatu dalil yang menghalalkannya secara tegas dalam al-Qur’an dan apabila tidak ada suatu dalil pun yang mengharamkannya atau melarangnya. 4 Sedangkan thayyib berarti baik, lezat dalam arti bahwa sesuatu makanan tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluarsa) atau dicampuri benda najis.5
2. Kriteria Halal Menurut Islam Pada dasarnya semua bahan makanan dan minuman adalah halal, kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.6 Bahan makanan yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 173 yang berbunyi: 2
Iman Al-Ghazali. Benang Tipis antara Halal dan Haram. Surabaya: Putra Pelajar, 2003,h.107. www.Ipommui.or.id. 4 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan,2002), h.346. 5 Departemen Agama RI. Panduan Sertifikat Halal, (Jakarta,2003), h.2 6 Ibid., h.2 3
14
ّ ير َو َيا أُ ِه َّم بِ ِه نِ َغي ِْر َاغ َوال ِ ُز ِ إََِّ ًَا َح َّر َو َعهَ ْي ُك ُى ْان ًَ ْيتَةَ َوان َّذ َو َونَحْ َى ْان ِخ ٍ َّللاِ فَ ًَ ٍِ اضْ طُ َّر َغي َْر ب ّ ٌَّ ِعَا ٍد فَال إِ ْث َى َعهَ ْي ِه إ َّحي ٌى ِ ّللاَ َغفُو ٌر ر “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan bintang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang
siapa
dalam
keadaan
terpaksa
(memakannya)
sedang
ia
tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Baqarah [2] : 173). Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya semua hewan sembelihan yang berstatus halal hanya boleh (halal) dimakan manakala disebut nama Allah saat menyembelihnya, tetapi kendatipun disebut nama Allah saat menyembelihnya namun sengaja diperuntukkan kepada selain (atau bertentangan dengan syariat) Allah maka statusnya haram. Maka walaupun hewan itu termasuk hewan sembelihan halal dan disebutkan nama Allah saat menyembelihnya akan tetapi sengaja diperuntukkan untuk acara pesta miras (minuman keras) misalnya atau acara-acara lain (yang bertentangan dengan syariat Allah), statusnya tetap haram dan keadaan terpaksa yang dimaksud tentu saja yang berkaitan dengan nyawa manusia untuk kemaslahatan terhadap orang yang “terpaksa” tidak bisa lagi disebut berdosa sebab sudah ada hukum yang membolehkannya, sehingga tidak bisa juga disebut melanggar.
15
Para ahli fikih mempunyai kriteria-kriteria halal dan haramnya sesuatu, khususnya dalam hal makanan dan minuman.7 Makanan dan minuman yang halal adalah:8 a. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari bintang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut ajaran islam. b. Tidak mengandung sesuatu yang dihukumi sebagai najis dan atau haram menurut ajaran islam. c. Dalam proses pembuatan, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut ajaran islam.
3 . Sistem Produksi Halal Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, baik individu maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melampui batas. Benar bahwa daerah halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia yang ambisius merasa kurang puas dengan hal yang halal. Maka akan banyak kita temukan jiwa manusia yang tergiur kepada sesuatu yang haram dengan melanggar hukum-hukum Allah.9 Produk yang halal yaitu produk yang diolah serta bahan bakunya yang memenuhi kriteria dalam syariah yang mengandung unsur yang diharamkan baik bahan tambahan, bahan bantu, dan bahan penolong lainnya termasuk bahan produksi yang diolah melalui 7
Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan dan Minuman Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani, h.89. 8 Ibid., h.93 9 Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press,2003), h.7.
16
proses rekayasa genetika dan iradiasi yang pengolahannya dilakukan sesuai dengan syariat Islam baik untuk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik serta produk lainnya yang dapat dikonsumsi atau dipakai oleh manusia. Pemeriksaan produk halal adalah pemeriksaan tentang keadaan dan cara berproduksi pangan, obat, kosmetik dan produk lain secara halal yang meliputi penyembelihan hewan, asal usul bahan baku, bahan tambahan, bahan bantu, dan bahan penolong serta proses produksi, personalia, peralatan, produksi sistem jaminan halal, dan lain-lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan produksi halal.10
4 . Pengertian Labelitas Halal Label halal yang tercantum pada kemasan memberi pemahaman bahwa produk yang dijual bebas dari campuran atau oplosan sesuatu yang diharamkan agama.11 Labelitas halal merupakan pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Di Indonesia lembaga yang otoritatif melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Peranan MUI adalah sebagai Penetapan standar halal, pemeriksaan produk, penetapan fatwa dan menerbitkan sertifikat halal sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.12
10
Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani,
h. 131. 11
Liputan Trans7, “Sertifikasi Halal MUI Tanpa Pengawasan, http://tv.detik.com/readvideo/2012/12/15/173100/121215018/120416002/061009681/sertifikasi-halalmui-tanpa-pengawasan, diunggah pada tanggal 15 Desember 2012. 12
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1992. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015
17
Secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).13 Badan POM berfungsi antara lain:14
1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi 2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-cara Produksi yang Baik 3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar 4. Post
marketing
vigilance termasuk sampling dan
pengujian
laboratorium,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum. 5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk 6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan; 7. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.
Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau minuman, agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standar-standar itu adalah:15 1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak menggunakan alkohol yang sengaja ditambahkan.
13
Majlis Ulama Indonesia. Sertifikasi dan Labelitasi Halal. Artikel ini diakses pada tanggal 12 Desember 2012 dari http://lppommuikaltim.multiply.com 14 https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015. 15 Departemen Agama RI, Pedoman Pangan Halal bagi Konsumsi, Importir dan Konsumsi di Indonesia, (Jakarta, Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal,2000/2001), h.4.
18
2. Daging yang digunakan berasala dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam. 3. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol. 4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at Islam.
Definisi label adalah tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apa pun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas.16 Untuk memperoleh label halal dari MUI, produsen harus melalui proses sertifikasi halal terlebih dahulu. Sertifikasi halal adalah suatu proses pemeriksaan secara rinci terhadap kehalalan produk makanan, yang selanjutnya diputuskan kehalalannya dalam bentuk Fatwa MUI. 17 Menurut Ketua MUI KH. Amidhan “Tugas MUI adalah menyertifikatkan halal atau tidak halal pada suatu produk sedangkan pengawasan label halal itu sendiri adalah tugasnya pemerintah dalam menegakan pengawasan terhadap label halal yang telah dikeluarkan oleh MUI, karena pengawasan butuh modal dan SDM yang banyak jadi MUI tidak bisa melakukan pengawasan label halal suatu produk”.18
16
Albiner Siagian. Pelabelan Pangan. Artikel ini diakses pada tanggal 12 Desember 2012 dari http://www.scribd.com 17 Departemen Agama RI, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta, 2003, h.2. 18 Liputan Trans7, “Sertifikasi Halal MUI Tanpa Pengawasan”, http://tv.detik.com/readvideo/2012/12/15/173100/121215018/120416002/061009681/sertifikasi-halalmui-tanpa-pengawasan, diunggah pada tanggal 15 Desember 2012.
19
5. Proses Labelitas Halal Sebelum mencantumkan label halal pada suatu produk pangan, obat-obat, kosmetika dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin para konsumen. Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.19 Dalam mengajukan sertifikat halal, produsen terlebih dahulu disyaratkan Sistem Jaminan Halal seperti di bawah ini.20 a. Sistem Jaminan Halal harus didokumentasikan secara jelas dan rinci serta merupakan bagian dari kebijakan manajemen perusahaan. b. Dalam pelaksanaannya, Sistem Jaminan Halal ini diuraikan dalam bentuk Panduan Halal (Halal Manual) yang memberikan uraian sistem manajemen halal yang dijalankan produsen, serta berfungsi sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara kehalalan produk tersebut. c. Produser menjabarkan Panduan Halal secara teknis dalam bentuk Prosedur Baku Pelaksanaan untuk mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya tetap terjamin. d. Baik Panduan Halal maupun Prosedur Baku Pelaksanaan yang disiapkan harus disosialisasikan dan diuji coba di lingkungan produsen, sehingga seluruh jajaran manajemen dari tingkat direksi sampai karyawan memahami betul bagaimana memproduksi produk halal dan baik. e. Sistem Jaminan Halal dan pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi melalui sistem audit halal internal yang ditetapkan oleh perusahaan.
19 20
http://www.halalmui.org Departemen Agama, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta, 2003, h.3.
20
f. Koordinasi pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal yang mewakili seluruh bagian yang terkait dengan produksi halal yang ditetapkan oleh perusahaan. Koordinator Tim Auditor Halal Internal harus beragama Islam. g. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal, yaitu dikeluarkan oleh LPPOMMUI. Setelah persyaratan Sistem Jaminan Halal yang produsen ajukan telah disetujui, maka produsen dapat menjalankan Prosedur Sertifikasi Halal sebagai berikut : 1). Setiap produsen mendaftar seluruh produknya yang diproduksi dalam satu lokasi dan mendaftar seluruh pabrik pada lokasi yang berbeda yang menghasilkan produk dangan merek yang sama. 2). Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikas Halal bagi produknya, harus mengisi formulir yang telah disediakan. Formulir tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan dengan melampirkan: 1. Spesifikasi dan Sertifikat halal bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta bahan alur proses. 2. Sertifikat Halal atau Surat Keterangan Halal dari MUI Daerah (produk lokal) atau Sertifikat Halal dari Lembaga Islam yang telah diakui oleh MUI (produk impor) untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunannya. 3. Sitem Jaminan Halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta prosedur baku pelaksanaannya.
21
a. Tim Auditor LPPOM MUI melaksanakan pemeriksaan/audit ke lokasi produsen setelah formulir beserta lampiran-lampirannya dikembalikan ke LPPOM MUI dan diperiksa kelengkapannya. b. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium dievaluasi dalam Rapat Tenaga Ahli LPPOM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan, maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputusakan status kehalalannya. c. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan. d. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI. e. Perusahaan yang produknya telah mendapatkan Sertifikat Halal, harus mengangkat Auditor Halal Internal sebagai bagian dari Sistem Jaminan Halal. Jika kemudian ada perubahan dalam penggunaan bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada proses produksinya, Auditor Halal Internal diwajibkan segera melaporkan untuk mendapat “ketidakberatan penggunaannya”. Bila ada perusahaan yang terkait dengan produk halal hasil dikonsultasikan dengan LPPOM MUI oleh Auditor Halal Internal. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit kelokasi produsen untuk memastikan apakah seluruh bahan yang digunakan dalam proses pembuatan produk memenuhi syarat yang telah sesuai syariah. Tata cara pemeriksaan (audit)nya adalah sebagai berikut : 1. Surat resmi akan dikirim oleh LPPOM MUI ke perusahaan yang akan diperiksa, yang memuat jadwal audit pemeriksaan dan persyaratan administrasi lainnya.
22
2. LPPOM MUI menerbitkan surat perintah pemeriksaan yang berisi: a. Nama ketua tim dan anggota tim b. Penetapan hari dan tanggal pemeriksaan 3. Pada waktu yang telah ditentukan Tim Auditor yang telah dilengkapi dengan surat tugas dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (auditing) ke perusahaan
yang
mangajukan
permohonan
sertifikat
halal.
Selama
pemeriksaan berlangsung, produsen diminta bantuannya untuk memberikan informasi yang jujur dan jelas. 4. Pemeriksaan (audit) produk halal mencakup : a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk. b. Observasi lapangan dan Pengambilan contoh hanya untuk bahan yang dicurigai mengandung babi atau turunannya, yang mengandung alkohol dan yang dianggap perlu.
23 Bagan 2.1 Bagan Proses Sertifikasi Halal
Rencana Pengajuan Sertifikat Halal
Rencana Sistem Jaminan Halal
Penyusunan Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya
Permasyarakatan dan Uji Coba Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya
Audit Internal dan Evaluasi
Revisi
Pengajuan Sertifikat Halal
Produsen
Cek Sistem Jaminan Halal
Revisi
LPPOM MUI Audit di Lokasi Produksi
Evaluasi
Revisi Fatwa MUI
Sertifikat Halal
Revisi
24
6. Label Halal Melindungi Konsumen Suatu produk yang berlabel halal adalah melindungi konsumen yaitu salah satu peran LPPOM MUI. Sebagai konsumen yang memiliki peringkat mayoritas, umat Islam harus melindungi bahan pangannya dari pencemaran bahan-bahan haram, baik bahan utama maupun bahan adiktif dalam proses pengolahannya. Karena bagaimana pun masalah haram lebih terfokus pada hubungan langsung manusia dengan Tuhannya, yang baik tidak boleh ditutupi hanya untuk kepentingan praktis, ekonomis, bisnis, politik dan lain-lainnya yang belum jelas cenderungnya. Sertifikat yang menyatakan kehalalan suatu produk makanan, minuman, obatobatan, dan kosmetik oleh LPPOM MUI hanya mencakup sebatas perlindungan pada wilayah nilai hukum substansial suatu produk. Halal haramnya makanan, mimuman, obat-obatan dan kosmetik akan di fatwakan oleh MUI (LPPOM dengan komisi fatwa), ketika realitas barangnya yang meliputi tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengolahan dan tempat transportasi terdapat ketidak jelasan ada tidaknya pencampuran dengan unsur haram atau najis, serta kalo berupa hewan dilihat benar tidaknya dalam proses penyembelihannya. Ketika produk tersebut dinyatakan halal oleh LPPOM MUI (berlabel halal) tapi akan kenyataannya ditemukan campuran yang berbahaya atau barang yang diharamkan, maka kasus seperti ini, MUI telah mengantisipasi dalam mengadakan kebijakaan bahwa MUI akan mengadakan pemeriksaan secara mendadak dan acak memenuhi uji laboratorium pada barang yang dinyatakan halal. Jika barang tersebut dinyatakan bahwa ada bahan campuran yang membahayakan dan barang haram, maka MUI akan mengumumkan langsung barang tersebut melalui JURNAL HALAL LPPOM MUI atau media massa lain (cetak atau elektronik), walaupun masa berlaku sertifikat halalnya belum habis. Hal ini dilakukan
25
karena produsen menyalahi aturan yang telah disepakati bahwa produsen akan selalu menjaga kehalalan produk selama masa sertifikat halal berlaku.21
7. Citra Merek/Brand Image Citra Merek atau Brand image yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.22 Menurut Kotler, citra merek adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Menurut Aaker, brand citra merek dianggap sebagai “bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”. Berkenaan dengan persepsi, menurut Davis, seperti halnya manusia, merek juga bisa digambarkan melalui kata sifat, kata keterangan atau frase. Davis juga mengatakan bahwa citra merek memiliki dua komponen, yaitu asosiasi merek dan brand personal.
Menurut Kotler citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen,
seperti
tercermin
dalam
asosiasi
yang
terjadi
dalam
memori
konsumen.23Menurut Nugroho menyatakan bahwa image atau citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang.
Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai
pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik.
Menurut Brown, menunjukkan beberapa manfaat yang bisa diperoleh perusahaan yang telah memuaskan pelanggannya melalui penyampaian pelayanan yang berkualitas diantaranya ialah citra perusahaan. Kotler mendefinisikan citra merek sebagai 21
Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani, h. 154. 22 Tjiptono, Service, Quality and Satisfaction, Yogyakarta, 2005. h.49. 23 Kotler, Manajemen Pemasaran. P.T. Indeks Kelompok Gramedia. h. 346.
26
seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang. Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, munculah posisi merek.
Jadi, pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Berdasarkan pendapat di atas Hapsari mengambil beberapa kesimpulan tentang citra merek sebagai berikut:24
1. Citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan. kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana pandangan konsumen tentang merek.
2. Citra merek tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk. tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk. 24
Hapsari, Ajeng, P “Celebrity Endorser, Typical-Person EndorserIklan Televisi dan Brand Image Produk (Studi Kasus Pada Pond's Age Miracle).” Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung :2007.
27
3. Citra merek sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek.
4. Citra merek dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek.
5. Citra merek yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing.
6. Citra merek merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena brand image mempengaruhi hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi. B. Harga 1. Pengertian Harga Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.25 Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu. 26
25
http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-hargamanajemen-pemasaran . 26
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,(Depok:Gramata Publishing, 2010),h.209.
28
2. Penetapan Harga Penetapan harga merupakan tema sentral dalam kitab al-Ahkam al-Suq. Penyusun buku tersebut, Imam Yahya bin Umar, menyatakan bahwa eksistensi harga merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah transaksi dan pengabaian terhadapnya akan dapat menimbulkan kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Yahya bin Umar berpendapat bahwa penetapan harga tidak boleh dilakukan.27 Ia berhujah dengan berbagai hadis Nabi Muhammad SAW, antara lain: Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Telah melonjak harga (di pasar) pada masa Rasullah Saw. Mereka (para sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami”. Rasulallah Saw menjawab: “Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai (harga), yang member rezeki, yang memudahkan dan yang menetapkan harga. Aku sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun (boleh) memintaku untuk melakukan suatu kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta”. (Riwayat Abu Dawud).28 Hadis tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya harga yang terjadi di pasar dan yang menetapkan harga adalah kuasa Allah dan tidak ada seorang pun yang dapat merubahnya termasuk Rasulallah Saw dan pengikutnya. Imam Yahya bin Umar menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh melakukan intervensi pasar, kecuali dua hal, yaitu:
27
Rifa’at al-Audi, Min al-Turats: al-Istishad li al-Muslimin, (Mekkah: Rabithah’Alam al-Islami, 1985), Cet 5. hal 52. 28 Abu Daud al-Sijistani, Sunan Abi Daud,(Beirut:Dar al-Fikr,1994),Jilid 3, h.272
29
a. Para pedagangan tidak memperdagangkan barang dagangan yang sangat dibutuhkan masyarakat sehingga dapat menimbulkan kemudharatan serta merusak mekanisme pasar. b. Para pedagang melakukan praktek banting harga yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat serta dapat mengacaukan stabilitas harga pasar.29 3.Mekanisme Harga Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara konsumen dan produsen baik dari pasar Output (barang) ataupun input (faktorfaktor produksi).30 Sebelum produk pangan, kosmetik, obat-obatan dan produk lainnya dipasarkan, suatu perusahaan harus menentukan nilai harga produk agar harga produk tersebut masuk kedalam persaingan pasar disertai dengan harga yang adil. Harga yang adil merupakan harga (nilai barang) yang dibayar untuk objek yang sama diberikan, pada waktu dan tempat yang diserahkan barang tersebut.31 Menurut Ibnu Taimiyah Harga yang adil adalah : „‟Nilai harga dimana orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu”.32 Konsep harga adil Ibnu Taimiyah hanya terjadi pada pasar kompetitif, tidak ada pengaturan yang menggangu keseimbangan harga kecuali jika terjadi suatu usaha-usaha yang mengganggu terjadinya keseimbangan, yaitu kondisi dimana semua faktor produksi digunakan secara optimal dan tidak ada idle, sebab harga pasar kompetitif 29
Euis Amelia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Depok, Gramata Publishing,2010, hal.159. Adi Kuswanto, Pengantar Ekonomi, Depok, Gunadarma, 1993, Cet. Ke-3, h.6. 31 Ibnu Taimiyah, al-Hisbah fi al-Islam, Libanon, Dar al Kitab al Islamiyah, 1996, Cet. Ke-1, hal. 30
522. 32
Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa, Riyad:Matabi’, 1993, Vol.29, h.521.
30
kecenderungan yang wajar. Ibnu Taimiyah menggungkapkan bahwa jika masyarakat menjual barang dagangannya dengan harga normal (kenaikan harga dipengaruhi oleh kurangnya persediaan barang karena menurunnya supply barang), maka hal seperti ini tidak mengharuskan adanya regulasi terhadap harga. Karena kenaikan harga tersebut merupakan kenaikan harga yang adil dan berada dalam persaingan sempurna, tanpa unsur spekulasi. 4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Harga Perusahaan mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan kebijakan harga. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan tingkat harga bagi produknya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga antara lain : A.Kurva permintaan Kurva yang menunjukkan tingkat pembelian pasar pada berbagai harga. Kurva tersebut menjumlahkan reaksi berbagai individu yang memiliki kepekaan pasar yang beragam. Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan karena itu adalah memahami faktor - faktor yang mempengaruhi harga pembeli. Negal telah mendefinisikan sembilan faktor yang mempengaruhi permintaan akan suatu produk yaitu : (Kotler, 2002:522) 1. Pengaruh nilai unik. Pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih bersifat unik. 2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti
31
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti. 3. Pengaruh perbandingan yang sulit Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka dapat dengan mudah membandingkan kualitas barang pengganti. 4. Pengaruh pengeluaran total Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total pendapatan. 5. Pengaruh manfaat akhir Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk akhirnya. 6. Pengaruh biaya yang dibagi Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain. 7. Pengaruh investasi tertanam Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut digunakan bersama dengan aktiva yang telah dibeli sebelumnya. 8. Pengaruh kualitas harga Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas.
32
9. Pengaruh persediaan Pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut. B. Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi, dan penjualan produknya, termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan resikonya. Untuk dapat menetapkan harga dengan tepat, manajemen perlu untuk mengetahui bagaimana biaya bervariasi bila level produksinya berubah. Biaya perusahaan ada dua jenis yaitu : 1. Biaya tetap adalah biaya - biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan. Perusahaan harus membayar tagihan bulanan untuk sewa, gaji karyawan, dan lainnya. 2. Biaya variable adalah biaya yang tidak tetap dan akan berubah menurut level produksi. Biaya ini disebut biaya variabel karena biaya totalnya berubah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. C. Persaingan Persaingan dalam suatu industri dapat dianalisis berdasarkan faktor-faktor seperti: 1. Jumlah perusahaan dalam industri
33
Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka secara teoritis perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya seberapapun. 2. Ukuran relatif setiap perusahaan dalam industri. Bila perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan harganya. 3. Diferensiasi produk Apabila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan harganya, bahkan sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri. 4. Kemudahan untuk masuk (Ease ofentry) dalam industri. Jika suatu industri mudah untuk dimasuki, maka perusahaan yang sudah ada akan sulit mempengaruhi atau mengendalikan harga. D. Pelanggan Permintaan pelanggan didasarkan pada beberapa faktor yang saling terkait dan bahkan seringkali sulit memperkirakan hubungan antar faktor secara akurat.33
C. Keputusan Membeli Produk 1. Pengertian Keputusan Membeli Produk Robbins menyatakan
bahwa pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu
reaksi terhadap suatu masalah (problem). Masalah ini diartikan sebagai suatu
33
http://marketingyuuk.blogspot.com/2010/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhitingkat.html, diunggah pada tanggal 2 Oktober 2014.
34
penyimpangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan oleh individu tersebut kearah tindakan alternatif dalam mengambil keputusan membeli.34 Keputusan membeli juga harus dapat dibedakan dengan maksud membeli yang dilakukan oleh konsumen. Maksud membeli akan dipengaruhi oleh sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak terduga yang mungkin dapat mengubah maksud membeli tersebut, baik itu jadi membeli atau tidak jadi membeli, sedangkan di dalam keputusan membeli yang dilakukan konsumen sudah jelas, dalam arti, konsumen sudah memutuskan untuk jadi membeli, menangguhkan atau bahkan batal membeli.35 Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses penggabungan yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Dari berbagai pendapat dan pengertian tentang keputusan membeli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai suatu proses yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif pembelian dan hasil pembelian yang dilakukan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan atau keinginannya atas suatu produk/jasa dengan melakukan pemilihan alternatif yang tersedia dan proses ini berlaku untuk pembelian ulangan atau lanjutan.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Membeli 1). Faktor Budaya
34
M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajah dan Rasakan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005,h. 47. 35 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2000,h.245.
35
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Produsen harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur dan kelas sosial pembeli. Sub kultur terdiri kebangsaan, agama, ras dan daerah geografis. Kelas adalah pembagian masalah yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. Untuk itulah produsen yang kreatif hendaknya selalu mencoba menampakan pergeseran budaya dalam rangka menyesuaikan atau bahkan menghayalkan produk/jasa baru yang diinginkan oleh para konsumen. 2). Faktor Sosial Faktor sosial terdiri dari adanya faktor kelompok kecil, keluarga, peran dan status social konsumen. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, baik itu kelompok keanggotaan yakni yang memiliki pengaruh langsung pada perilaku seseorang dan orang itu termasuk didalamnya, kelompok referensi/acuan yaitu yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung pada sikap atau perilaku seseorang, dan kelompok aspirasional yaitu kelompok yang ingin dimasuki oleh seseorang. 3). Faktor Pribadi Merupakan pengaruh dari karakteristik pribadi pembeli seperti usia dan tahap daur hidup, kepribadian dan konsep dari pembeli. Kebuuthan seseorang akan barang dan jasa tentu saja akan berubah menyesuaikan dengan usia dan tahapan daur hidupnya. Masa-masa pergantian dari bayi, balita, remaja, dewasa dan tua akan menentukan perilaku pembelian seseorang akan suatu produk/jasa.
36
4). Faktor Psikologis Faktor psikologis yang berpengaruh antara lain: motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan integrasi. Motivasi (Motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal motivasi, terdapat urutan kepentingan yang dibutuhkan seseorang yaitu: kebutuhan psikologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Seseorang akan berusaha memuaskan kebutuhan yang paling penting, setelah itu baru kebutuhan berikutnya. Persepsi (Percaption) adalah sebuah proses yang dengan proses itu orangorang memilih. mengorganisasi dan menginterpretasi informasi untuk membnetuk gambaran dunia yang penuh arti. Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut. Pembelajaran (Learning) merupakan proses yang menjelaskan perubahanperubahan dalam perilaku individual yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan kembali yang saling mempengaruhi. Pembelajaran dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai referensi. Sikap menggambarkan tentang suatu evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang secara relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan, karena sikap yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Produsen hendaknya memperhatikan
37
kepercayaan akan meningkatkan citra produk/jasa dan orang-orang cenderung bertindak sesuai dengan kepercayaan mereka. Integrasi (Integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
3. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen Tahap-tahap proses pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Bagan 2.2 Lima tahap proses pembelian Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Membeli
1). Pengenalan Masalah Proses dimulai saat membeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan pembelian. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan oleh adanya rangsangan internal maupun eksternal dari pengalaman selanjutnya. Oleh yang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. Konsumen akan membeli suatu
38
produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.36 2). Pencarian Informasi Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin mencari atau mungkin juga tidak mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk/jasa itu ada didekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, maka kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi digolongan ke dalam dua jenis, yaitu pencarian informasi karena perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja dan pencarian informasi dari segala sumber. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan dari bertanya kepada orang lain (eksternal). 3). Evaluasi Alternatif Setelah konsumen dapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Evaluasi alternatif merupakan tahapan di mana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penelitian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan
36
Ducan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. (Mc.GrawHill,Inc.), Bab 5.
39
besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia. Adapun proses evaluasi bisa dijelaskan asumsi-asumsi sebagai berikut: a). Diasumsikan bahwa konsumen melihat produksi/jasa sebagai sekumpulan atribut. b). Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar sekali memperhatikan atribut harga sebagai yang utama. c). Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu disebut “Brand Image”. Misalnya, sejumlah kepercayaan mengenai susu Dancow instan adalah rasanya yang enak, harga terjangakau dan mutu terjamin. d). Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk/jasa akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Misalnya, seorang menginginkan besarnya gambar dari televisi. Maka, kepuasan tertinggi akan diperoleh dari televisi paling besar dan kepuasan terendah dari atribut paling kecil. Dengan kata lain, semakin besar ukuran televisi maka tingkat kepuasanya juga semakin besar. e). Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui prosedur evaluasi.
40
4). Keputusan Pembelian Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Keputusan pembelian merupakan tahapan dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang/janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan membeli dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya halhal lain yang perlu dipertimbangkan. Setelah keputusan diambil maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut sejenis produk atau jasa, merek, penjual, kualitas, waktu pembelian, dan cara pembayaran. 5). Perilaku Pasca Pembelian Perilaku pasca pembelian merupakan proses evaluasi yang dilakuan konsumen yang tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Pada tahapan ini konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pilihan yang diambilnya. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapanya dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapanya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan produk tersebut dimasa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai
41
dengan harapanya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen dimasa yang akan datang.37
4.
Model Perilaku Pembelian38 Bagan 2.3 Perilaku Pembelian Konsumen
Proses Keputusan
Keputusan Membeli
Membeli
Pilihan Produk
Pengenaan Masalah
Pilihan Merek
Karakteristik Pembeli Stimuli
Stimuli Lain
Pemasaran Budaya Produk
Ekonomi Pilihan Tempat Sosial
Harga
Pencarian Informasi
Pilihan Waktu
Teknologi Pilihan Jumlah
Tempat
Promosi
Pribadi
Keputusan Membeli
Psikologis
Perilaku
Tempat
Promosi Pasca Membeli
5. Peran Individu dalam Keputusan Pembelian39 Kita dapat membedakan 5 peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian yang sesuai dengan pendapat yang diutamakan oleh Kottler:
37
Ibid., h.95. Ibid., h.99. 39 Ibid., h.243. 38
42
1) Pencetus: Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu produk/jasa. 2) Memberi pengarah: seseorang yang pandangan/sarannya mempengaruhi keputusan. 3) Pengambil keputusan: seorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan dimana akan membeli. 4) Pembeli: Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. 5) Pemakai: Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk/jasa yang bersangkutan.
6.Karangka Konseptual
Bagan 2.4
Halal
Keputusan menggunakan produk kosmetik Harga
Adapun rincian variabel diatas adalah: Variabel Independen (X), terdiri dari : X1
: Label Halal
43
X2
: Tingkat Harga
Varabel Dependen (Y) : Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penilitian yang dilaksanakan dengan menggunakan metode penilitian survey dengan pendekatan analisis data kuantitatif, yaitu menggambarkan dengan mengananlisis Pengaruh Label Halal dan Tingkat Harga Terhadap Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penilitian survey yang dimaksud merujuk pada pengertian sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto, informasi yang diperoleh dari penelitian survey dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula dari hanya sebagaian saja dari populasi. Survey yang dilakukan kepada semua populasi dinamakan penilitian survey populasi atau penilitian sensus, sedangkan jika pengumpulan data hanya dilakukan pada sebagian dari populasi disebut sebagai survey sampel.1
B. Lokasi Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
adalah salah satu
Universitas Negeri disekitar kawasan Jakarta Selatan yang sangat strategis ditengah perkotaan yang setiap tahunnya jumlah mahasiswa/i terus meningkat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupaya menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki
1
245.
kemampuan akademik dan
profesional
yang dapat
menerapkan,
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penilitian: Suatu Pendeketan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 1998, h.
45
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu ilmu terkait lainnya dalam arti yang seluas-luasnya. Setiap tahunnya tercatat telah melahirkan wisudawan dan wisadawati yang berpotensi, profesional, siap kerja dan berahlakul karimah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama fakultas sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
FAKULTAS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Fakultas Syariah dan hukum Fakultas Adab dan Humaniora Fakultas Usuludin dan Filsafat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Fakultas Dirasat Islamiyah Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan demikian, dari seluruh fakultas tersebut
total mahasiswi yang aktif mulai
angkatan dari tahun 2006-2013 mencapai 19.355 mahasiswi. Berikut tabelnya dibawah ini.
Tabel 3.2 Jumlah Mahasiswa Program Reguler Per 11 Maret 2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syariah dan Hukum Adab dan Humaniora Usuludin dan Filsafat Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dirasat Islamiyah Sains dan Teknologi Ekonomi dan Bisnis Ilmu Sosisl dan Ilmu Politik Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Psikologi
Sumber: Data diperoleh dari PUSTIPANDA tahun 2014
Jumlah Mahasiswi 4.656 2.361 1.824 951 2.017 317 1.989 1.757 1.167 1.510 806
46
C. Jenis Penilitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif atau penelitian survei yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.2 Penelitian ini akan meneliti tentang data kajian yang bersifat numerik/angka yang nantinya akan menghasilkan interpretasi data.
D. Data dan Sumber Data Data penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian data, yaitu data primer dan data sekunder. 1). Data Primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan yang khusus.3 Dimana data ini diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan lapangan, pengukuran, hasil pengisian kuesioner mengenai label halal dan tingkat harga akan produk kosmetik. 2). Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.4 Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, dokumen, artikel, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi judul penelitian.
2
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), Ed. 1, h. 49 3 Surakhmad Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. (Bandung: Tarsito, 1985) h.163. 4
J Supranto. Statistik (Teori dan Aplikasi). Cetakan ke VI (Jakarta: Erlangga, 2000) h.10.
47
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penalitian.5 Berdasarkan pernyataan diatas, maka populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari sebelas fakultas yaitu, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Usuludin dan Filsafat, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Fakultas Psikologi. Menurut data terakhir PUSTIPANDA mahasiswi semester 3,5 dan 7 mencapai 6.609 orang dan selanjutnya populasi penelitian ini diperkecil dengan beberapa fakultas dan prodi yang meliputi jurusan keislaman diantaranya fakultas Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Fakultas Usuludin dan Filsafat. 2.Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Cara pengambilan sampel penelitian ini menggunakan sampel
5
Asep Hermawan, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: LPFE Trisakti 2003),h.49.
48
sampling, selanjutnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 240 orang responden. F. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan objek penggamatan atau fenomena yang diteliti.6 Adapun yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah: 1)
Variabel independen (bebas) adalah variabel stimulus atau yang mempengaruhi variabel lain.7 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah variabel label halal dan variabel tingkat harga.
2)
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keputusan menggunakan produk kosmetik.
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
6
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 1, h. 156 7
Media, 2007)
Ety, Rochaety, dkk, Metode Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, ed.1, (Jakarta: Mitra Kencana
49
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.8 Cara mengetahui bahwa data yang diambil terdistribusi normal salah satunya dengan
menggunakan
teknik
Kolmogorov-Smirnov.
Kurva
nilai
residual
terstandarisasi dikatakan menyebar dengan normal apabila nilai KolmogorovSmirnov. Kurva Z ≤ Z tabel atau nilai asymp. Sig. (2-tailed) > α pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol.9 Uji multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka tolerance semakin rendah. Sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
8
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 110. 9
Ibid., h. 91
50
c. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk melihat adanya masalah heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut: a. Dengan melihat apakah titik-titik memilki pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas. b. Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Validitas dan Reliabilitas a.
Pengujian Validitas Uji validitas bertujuan untuk melihat ketepatan instrumen pengukur penelitian.
Validitas adalah ukuran yang sebenarnya, untuk mengukur apa yang akan diukur, yaitu ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya.10 Pengujian ini untuk mengetahui kebenaran instrumen penelitian agar dapat memberikan informasi yang akurat tentang hal yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara melihat korelasi skor butir pertanyaan dengan total skor variabel. Jadi validitas ingin mengukur 10
Eti Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007). h. 57
51
apakah pertanyaan dalam kuesioner/instrumen penelitian yang dibuat sudah betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, jika sebuah kuesioner penelitian sudah dinyatakan valid berarti kuesioner mampu memperoleh data yang tepat dari yang hendak diteliti. validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS versi 20 pada tabel Correlations, jika butir pertanyaan itu valid terdapat tanda (*) pada hasil Pearson Correlation.
b.
Pengujian Reliabilitas Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel).11 Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi suatu alat pengukuran dalam gejala yang sama. Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahapan berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat. Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu instrumen penelitian yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.12 Hasil penelitian dikatakan reliabel, apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Menghitung reliabilitas menggunakan rumus Alpha cronbach, maka batasan reliabilitas sebenarnya sudah ditentukan.
11
Edwin Mustafa dan Hardius Usman, Proses Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), h. 116 12 Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro)
52
3. Analisis Regresi Linier Berganda Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Regresi linier berganda (multiple linier regresion) bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.13 Perumusan umum dari regresi linear berganda adalah: Y = a+b1x1..........bnxn Dimana:
Y = a+b1x1..........bnxn Y = Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik a = Konstanta b = Koefisien Regresi X1 = Variabel Label X2 = Variabel Tingkat Harga
a.Uji Parsial (t) Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah: Menentukan H0 dan H1: B. H0 : H1 = 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel independen dengan variabel dependen.
13
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), ed. 1, h. 138
53
C. H0 : H1 ≠ 0, berarti terdapat pengaruh yang nyata antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
Jika sig > 0.05, maka H1 diterima
Jika sig < 0.05, maka H1 ditolak
b.Uji Simultan (F) Uji statistik F digunakan untuk mencari apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : β1, β2, β3 = 0, variabel independen tidak berpangaruh secara bersama-sama terhadap variabel.
H1 : β1, β2, β3 ≠ 0, variabel independen berpangaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pada tingkat signifikan 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
Ho ditolak dan H1 diterima, apabila F hitung > F tabel tabel, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara nyata.
H0 diterima dan H1 ditolak, apabila F hitung < F tabel, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara nyata.
54
H. Hipotesa
Ho diterima dan Ha ditolak berarti label halal dan tingkat harga tidak berpengaruh terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik.
Ho ditolak dan Ha diterima berate label halal dan tingkat harga berpengaruh terhadap keputusan menggunakan produk kosmetik.
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Uji Validitas Kuisioner Tabel 4.1A Uji Validitas Variabel Label Halal Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
A6a1
328.6276
21598.252
.263
.610
.740
A6a2
318.5481
20059.946
.262
.664
.734
A6b1
327.6653
21591.274
.223
.476
.740
A6b2
306.7531
20149.472
.183
.620
.741
A6c1
327.1590
21535.412
.337
.566
.739
A6c2
300.0711
19458.360
.279
.640
.734
A6d1
328.4310
21547.263
.394
.670
.739
A6d2
313.8410
19422.143
.292
.705
.733
A6e1
328.5063
21554.545
.314
.546
.739
A6e2
319.0042
20100.139
.270
.532
.733
A6f1
328.5900
21578.545
.248
.662
.739
A6f2
318.0837
20552.497
.146
.687
.742
A6g1
328.9623
21610.011
.344
.814
.740
A6g2
320.7155
19535.020
.336
.858
.729
A6h1
328.9079
21584.933
.445
.774
.739
A6h2
318.9079
18731.092
.398
.828
.724
A6i1
328.9372
21597.622
.382
.755
.740
A6i2
323.4017
20209.233
.318
.701
.730
A7
325.2008
21624.212
.163
.578
.740
A9
324.8954
21628.069
.175
.579
.740
Sumber: Data primer yang diolah
56
Pada tabel 4.1A Nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 0,1381. Berdasarkan dari 28 butir pertanyaan pada lembar kuesioner, lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel label halal sebanyak 20 butir dinyatakan valid karena lebih dari 0,1381 dan 8 pernyataan dihapus dinyatakan tidak valid karena kurang dari 0,1381. Tabel 4.1B Uji Validitas Tingkat Harga
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
B2a1
321.5983
20156.056
.327
.626
.730
B2b1
315.1632
19460.019
.373
.605
.726
B2c1
312.2887
19141.055
.370
.567
.726
B2d1
319.5188
19332.679
.416
.567
.723
B2e1
322.5607
20172.962
.358
.457
.728
B2f1
321.2469
20017.422
.310
.560
.730
B2g1
321.4561
19030.905
.475
.660
.719
B2h1
321.1004
18510.427
.509
.722
.715
B2i1
324.6109
19931.281
.501
.673
.723
Sumber: Data primer yang diolah
Nilai rtabel pada lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel tingkat harga sebanyak 9 pertanyaan dinyatakan valid karena lebih dari 0,1381 dan 8 pernyataan dihapus karena dinyatakan tidak valid karena kurang dari 0,1381.
57
Tabel 4.1C Uji Validitas Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik
Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Squared Multiple
Cronbach’s
Total Correlation
Alpha if Item
Correlation
Deleted C1
326.2845
21679.549
.474
.660
.718
C2b
326.7741
21637.856
.242
.558
.737
C2c
326.2259
21634.209
.166
.610
.732
C3
325.6192
21637.296
.343
.449
.721
C5
325.2552
21641.493
.378
.569
.728
C6
326.3808
21648.380
.335
.629
.732
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% (0,05) sebesar 0,1381. Berdasarkan dari 9 butir pertanyaan pada lembar kuesioner, lampiran uji validitas untuk pertanyaan variabel keputusan menggunakan produk kosmetik sebanyak 6 butir dinyatakan valid karena lebih dari 0,1381 dan 3 pernyataan dihapus karena dinyatakan tidak valid karena kurang dari 0,1381 B. Uji Reabilitas Hasil penelitian dikatakan reliabel, apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Menghitung reliabilitas menggunakan rumus Alpha cronbach, maka batasan reliabilitas sebenarnya sudah ditentukan. Batasan tersebut adalah:
58
Tabel 4.2.1 Kriteria Reabilitas No.
Koefisien
Kriteria
1
Mendekati 1
Sangat Baik
2
Diatas 0,8
Baik
3
Dibawah 0,6
Tidak Reliable
Tabel 4.2.2 Uji Reabilitas
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .740
N of Items .811
54
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil print out menjelaskan bahwa Croanbach’s Alpha untuk uji realibilitas variabel sebesar 0.740 yang berarti variabel budaya reliable karena 0,740 > 0,6. Maka, variabel pada penelitian ini reliable untuk diuji. C. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data peneletian ini berdistribusi normal atau mendekati normal bisa dilakukan dengan menggunakan alasis grafik, yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
59
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan distribusi normal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.1 Gambar 4.3.1 Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa data mengikuti sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Jadi, data dapat disimpulkan bahwa menunjukan pola distibusi normal, maka model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor) pada output SPSS versi 20.0. Apabila nilai tolerance value
1
h.214.
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. elex Media Komputindo, 2000),
60
lebih tinggi daripada 0,10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. 2 Jika nilai VIF < 10, maka tidak terdapat multikoleniaritas. Jika nilai VIF > 10 maka diduga mempunyai persoalan multikoleniaritas. Tabel 4.4.1 Uji Multikolineritas Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.835
.349
Label Halal
.344
.090
Tingkat
.002
.004
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
5.255
.000
.242
3.824
.000
.986
1.014
.036
.570
.569
.986
1.014
Harga a.
Dependent Variable: Skor Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.4.1 diperoleh bahwa nilai VIF untuk variabel bebas lebih kecil dari 10 (VIF < 10), sehingga persamaan regresi ini terbebas dari asumsi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah mode regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
2
Ibid, hal. 206
VIF
61
Gambar 4.5.1 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil gambar 4.5.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y ( daerah positif dan negatif) serta tidak membentuk pola. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi terbebas dari asusmsi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu dan saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya
62
autokorelasi dalam suatu model regresi, dilakukan pengujian uji Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika angka D-W berkisar antara -2 sampai dengan +2, koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi; 2. Jika angka D-W berada dibawah -2, terdapat autokorelasi positif; dan 3. Jika angka D-W berada diatas +2, terdapat autokorelasi negatif. Tabel 4.6.1 Uji Autokorelasi b
Model Summary
Change Statistics
Model 1
R .249
a.
R Square a
.062
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Estimate
Change
.054
.57556
F Change df1 df2
.062
7.841
2 237
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
.001
1.579
Predictors: (Constant), X2, X1
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam tabel 4.6.1 Model Summary diatas menunjukkan bahwa nilai uji Durbin Watson pada penelitian ini berkisar antara -2 sampai dengan +2 (berada pada nilai 1.579). Jadi, dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi. D. Uji Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier untuk pembuktian hipotesis penelitian. Analisis ini akan menggunakan input berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 20.0.
63
1. Uji F Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Tabel 4.7.1 Uji F ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
5.195
2
2.598
Residual
78.511
237
.331
Total
83.706
239
F 7.841
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Skor Label Halal dan Skor Tingkat Harga b. Dependent Variable: Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik
Berdasarkan Tabel 4.7.1, nilai F hasil perhitungan sebesar 7.841 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05) dan nilai F tabel sebesar 3.04, sehingga F hitung > F tabel (7.481 > 3.04), maka H0 ditolak atau Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Label Halal dan Tingkat Harga secara simultan mempengaruhi Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik. 2. Uji t Uji t menunjukkan apakah variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial atau tidak terhadap variabel terikat. Dibawah ini tabel Coefficient untuk pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji t.
64
Tabel 4.8.1 Uji t
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.835
.349
Label Halal
.344
.090
Tingkat
.002
.004
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
5.255
.000
.242
3.824
.000
.986
1.014
.036
.570
.569
.986
1.014
Harga a.
Dependent Variable: Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik Sumber: Data primer yang diolah
Hipotesis : Untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model regresi dalam memprediksi, kita harus menguji signifikansi dari masing-masing koefisien dari model, maka dilakukan uji t. adapun kriteria uji t yang digunakan adalah : a. H0 ditolak apabila t hitung <= t tabel (1.65) dan taraf nyata 5%. Hal ini berarti variabel dependen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. H1 diterima apabila t hitung > t tabel (1.65) dan taraf nyata 5%. Hal ini berarti variabel dependen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Kesimpulan : Variabel X1
VIF
: nilai t hitung yaitu 3.824 dengan df residual 237 dan taraf
signifikan 0.05 maka diperoleh dalam tabel uji t yaitu 1.65. karena t hitung
65
(3.824)>(1.65) maka kesimpulannya adalah H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa variabel Label Halal secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik. Variabel X2
: nilai t hitung yaitu 0.570 dengan df residual 237 dan taraf
signifikan 0.05 maka diperoleh dalam tabel uji t yaitu 1.65. karena t hitung (0.57)<(1.65) maka kesimpulannya adalah H0 diterima dan H1 ditolak. Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Harga secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik. Berdasarkan hasil di atas dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut : Y = 1.835 + 3.824X1 + 0.570X2 Dimana : Y
= Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik
X1
= Label Halal
X2
= Tingkat Harga Dari persamaan regresi di atas dapat dilihat bahwa variabel Label Halal
mempunyai koefisien sebesar 0.344 dan besarnya koefisien tersebut menunjukkan pengaruh positif yang berarti semakin tinggi Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik (1.835) itu berarti banyak orang yang menaikkan sentimen positif terhadap Label Halal sebesar 0.344. Untuk variabel Tingkat Harga mempunyai koefisien sebesar 0.002 menunjukkan pengaruh positif yang bearti semakin tinggi Keputusan
66
Menggunakan Produk Kosmetik (1.835) itu berarti banyak orang yang menaikkan sentiment positif terhadap Tingkat Harga sebesar 0.002.
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah dilakukannya penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi pengetahuan responden yang merupakan mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengetahui tentang produk halal kosmetik yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI dan dengan persaingan pasar yang ketat tidak mempengaruhi untuk menggunakan produk kosmetik. 2. Dari 100% responden 75% responden telah memakai kosmetik yang berlabel halal, sebanyak 15% responden tidak memakai produk kosmetik yang berlabel halal dan sisanya 10% reponden tidak memakai produk kosmetik. Hal ini menunjukan bahwa minat konsumen untuk menggunakan produk kosmetik yang berlabel halal sangat tinggi karena menjadi pilihan utama dalam ibadah dan berpenampilan. 3. nilai F hasil perhitungan sebesar 7.841 dengan tingkat signifikansi 0.000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05) dan nilai F tabel sebesar 3.04, sehingga F hitung > F tabel (7.481 > 3.04), maka H0 ditolak atau Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel Label Halal dan Tingkat Harga secara simultan mempengaruhi mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengambil Keputusan Menggunakan Produk Kosmetik. B. Saran 1. Dengan maraknya produk kosmetik impor yang memiliki bahan yang tidak halal serta berbahaya untuk kulit dan disamping itu ditawarkannya dengan harga murah
68
sebaiknya produk kosmetik yang telah diakui oleh LPPOM MUI berlabel “HALAL” memperbanyak informasi produk-produk kosmetik yang telah memiliki label halal baik dalam bentuk media cetak, media elektronik dan internet. Disamping itu sebaikya harga produk kosmetik label memiliki harga yang stabil sehingga bisa dibeli oleh kalangan manapun. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel dari penelitian sekarang.
69
DAFTAR PUSTAKA Al-Asyhar, Thobieb. “Bahaya Makanan dan Minuman Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani”. Al-Audi, Rifa’at, Min al-Turats: al-Istishad li al-Muslimin, (Mekkah: Rabithah’Alam al-Islami, 1985) Al-Ghazali, Iman. “Benang Tipis antara Halal dan Haram”. (Surabaya: Putra Pelajar, 2003) Al-Sijistani, Abu Daud, Sunan Abi Daud,(Beirut:Dar al-Fikr,1994) Amalia, Euis. “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” (Depok : Gramata Publishing, 2010) Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya. “Al-Quran dan Terjemahnya”. (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009). Departemen Agama RI. ”Panduan Sertifikat Halal”. (Jakarta, 2003). Departemen Agama RI.2000/2001. Pedoman Pangan Halal bagi Konsumsi, Importir dan Konsumsi di Indonesia.Jakarta: Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal. Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI. Effendi, Rustam. “Produksi dalam Islam”. (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003). Hapsari, Ajeng, P. “Celebrity Endorser, Typical-Person Endorser Iklan Televisi dan Brand Image Produk (Studi Kasus Pada Pond's Age Miracle).” (Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.Bandung. 2007). Ibnu Taimiyah, “Al-Hisbah fi al-Islam, Libanon”. Cet.I. (Dar al Kitab al Islamiyah, 1996). Kotler. “Manajemen Pemasaran”. (Jakarta : P.T. Indeks Kelompok Gramedia). Kuswanto, Adi. “Pengantar Ekonomi”. (Depok: Gunadarma, 1993).
70
Majlis Ulama Indonesia. Sertifikasi dan Labelitasi Halal. Artikel ini diakses pada tanggal 12 Desember 2012 dari http://lppommuikaltim.multiply.com Suyanto, Bagong. “Metode Penelitian Sosial”. (Jakarta: Kencana, 2002). Taimiyah, Ibnu, “Majmu Fatawa, Riyad:Matabi”. (Vol.29, 1993). h.521. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. “Ensiklopedia Islam Indonesia”. (Jakarta: Djambatan, 2002). https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 Tjiptono. “Service, Quality and Satisfaction” (Yogyakarta, 2005). Liputan
Trans7.“Sertifikasi
Halal
MUI
Tanpa
Pengawasan,
http://tv.detik.com/readvideo/2012/12/15/173100/121215018/120416002/061009681/sertifik asi-halal-mui-tanpa-pengawasan, diunggah pada tanggal 15 Desember 2012. Retno
Sulistyowati,
"Lebelitas
Halal",
artikel
ini
diakses
pada
alamat
http://www.esqmagazine.com. http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-hargamanajemen-pemasaran http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1992. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 http://www.imasislam.kemenag.go.id/halal/artikel/109-panduan-memilih-kosmetik-aman-danhalal.html. http://www.kumpulanistilah.com/2011/07/pengertian-halal.html. diakses tanggal 12 Desember 2012.
71
http://marketingyuuk.blogspot.com/2010/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat.html, diunggah pada tanggal 2 Oktober 2014. http://nhie.wordpress.com/2012/07/29/cantik-ala-kosmetik-halal/artikel halal, Artikel ini diakses pada 5 Oktober 2012 http://www.halalmui.org www.Ipommui.or.id
cantik
ala
kosmetik
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
b
Model Summary
Change Statistics
Model 1
R .249
a
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.062
.054
.57556
F Change df1 df2
.062
7.841
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
2 237
.001
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: VAR00060
b
ANOVA Model
Sum of Squares df Mean Square
1 Regression
5.195
2
Residual
78.511 237
Total
83.706 239
F
Sig.
2.598 7.841 .001
a
.331
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: VAR00060
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Std. Error
Beta
Collinearity Statistics
Model
B
t
Sig.
1 (Constant)
1.835
.349
5.255 .000
X1
.344
.090
.242 3.824 .000
.986
1.014
X2
.002
.004
.036 .570 .569
.986
1.014
a. Dependent Variable: VAR00060
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .740
.811
54
Tolerance
VIF
1.579
74
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-Total
Squared Multiple
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Correlation
Correlation
Item Deleted
A1
325.8243
21641.809
.068
.445
.740
A2
324.8661
21653.906
.025
.457
.740
A3
326.4812
21643.007
.071
.390
.740
A4
324.5607
21653.424
.034
.421
.740
A5
326.8494
21664.986
.033
.304
.740
A6a1
328.6276
21598.252
.263
.610
.740
A6a2
318.5481
20059.946
.262
.664
.734
A6b1
327.6653
21591.274
.223
.476
.740
A6b2
306.7531
20149.472
.183
.620
.741
A6c1
327.1590
21535.412
.337
.566
.739
A6c2
300.0711
19458.360
.279
.640
.734
A6d1
328.4310
21547.263
.394
.670
.739
A6d2
313.8410
19422.143
.292
.705
.733
A6e1
328.5063
21554.545
.314
.546
.739
A6e2
319.0042
20100.139
.270
.532
.733
A6f1
328.5900
21578.545
.248
.662
.739
A6f2
318.0837
20552.497
.146
.687
.742
A6g1
328.9623
21610.011
.344
.814
.740
A6g2
320.7155
19535.020
.336
.858
.729
A6h1
328.9079
21584.933
.445
.774
.739
A6h2
318.9079
18731.092
.398
.828
.724
A6i1
328.9372
21597.622
.382
.755
.740
A6i2
323.4017
20209.233
.318
.701
.730
A7
325.2008
21624.212
.163
.578
.740
A8
325.0460
21635.784
.123
.670
.740
A9
324.8954
21628.069
.175
.579
.740
A10
325.2552
21641.367
.092
.476
.740
A11
324.6234
21646.253
.071
.456
.740
B1
325.1548
21631.947
.127
.329
.740
75
B2a1
321.5983
20156.056
.327
.626
.730
B2b1
315.1632
19460.019
.373
.605
.726
B2c1
312.2887
19141.055
.370
.567
.726
B2d1
319.5188
19332.679
.416
.567
.723
B2e1
322.5607
20172.962
.358
.457
.728
B2f1
321.2469
20017.422
.310
.560
.730
B2g1
321.4561
19030.905
.475
.660
.719
B2h1
321.1004
18510.427
.509
.722
.715
B2i1
324.6109
19931.281
.501
.673
.723
B3a
323.0753
21605.994
.069
.655
.740
B3b
322.4519
21563.148
.126
.708
.739
B3c
322.7741
21611.327
.058
.556
.740
B3d
322.2176
21600.667
.068
.589
.740
B3e
323.2469
21589.708
.091
.571
.740
B3f
322.1423
21571.215
.113
.613
.739
B3g
322.6025
21561.568
.124
.504
.739
C1
326.2845
21679.549
.474
.660
.718
C2b
326.7741
21637.856
.242
.558
.737
C2c
326.2259
21634.209
.166
.610
.732
C3
325.6192
21637.296
.343
.449
.721
C5
325.2552
21641.493
.378
.569
.728
C6
326.3808
21648.380
.335
.629
.732
C1
326.2845
21679.549
.074
.460
.718
C2b
326.7741
21637.856
.122
.638
.737
C2c
326.2259
21634.209
.116
.614
.732
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LABEL HALAL DAN TINGKAT HARGA TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK KOSMETIK (STUDI KASUS PADA MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA)
Responden yang terhormat, Saya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah Nama : Titi Ernawati NIM : 108046100056 Sehungan dengan penelitian yang tengah Saya lakukan sebagai syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah, Saya memohon Saudari dapat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban jujur yang Saudari berikan akan berguna bagi penelitian yang sedang dilakukan. Atas bantuan dan perhatian Saudari yang telah berkenan mengisi kuesioner ini Saya ucapkan terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Lengkap : .................................................................................................. Tempat, Tanggal Lahir : .................................................................................................. Fakultas : .................................................................................................. Berapa uang saku perbulan ? Rp .............................................. Berapa nominal yang Saudari berani keluarkan untuk membeli produk kosmetik yang berlabel halal? Rp............................................. 6. Dimanakah Saudari tinggal ? a.Rumah d. Pesantren b. Indekost e. Menumpang dirumah saudara c. Asrama 7. Apakah Saudari mengetahui produk-produk kosmetik yang berlabel halal ? a. Ya b. Tidak (jika tidak langsung ke nomor 10) 8. Jika Ya, Sebutkan merek produk-produk kosmetik yang berlabel halal ? 1. ......................................................................... 2. ......................................................................... 3. ......................................................................... 4. ......................................................................... 5. ......................................................................... 9. Apakah Saudari memperhatikan komposisi bahan dasar produk kosmetik ? a. Ya b. Tidak
LABELITAS HALAL 10. Apakah Saudari mengetahui LPPOM MUI ? a. Sangat Tahu d. Tidak Tahu b. Tahu e. Sangat Tidak Tahu c. Kurang Tahu 11. Menurut Saudari, Seberapa penting LPPOM UI ? a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa Saja 12. Apakah Saudari mengetahui proses label Halal pada produk kosmetik yang dilakukan LPPOM MUI ? a.Sangat Tahu d. Tidak Tahu e. Sangat Tidak Tahu b. Tahu c. Kurang Tahu 13. Seberapa penting label halal pada produk kosmetik ? a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa aja 14. Apa alasan Saudari, menggunakan produk kosmetik yang berlabel halal dibanding dengan produk kosmetik halal yang lain ? (Jawaban boleh lebih dari Satu) a. Kebutuhannya d. Desain Produknya b. Keamanannya e. Bintang Iklannya c. Citra Merek 15. Isi berapa kali, kualitas dan nama produk kosmetik yang digunakan Saudari dalam satu hari? *Peringkat sebagai penilaian dari angka 1 (terendah) dan 10 (tertinggi) Contoh: Deodorant 1x
No a b c d e f g h i
Jenis Kosmetik
Penggunaan dalam 1 hari
Acay Berry
Nama Produk
Foundation/Alas Bedak Bedak Facial Foam/Pembersih Wajah Cream Wajah Lipstik Lipgloss Maskara Eyeliner Pensil Alis
16. Menurut Saudari, seberapa penting proses label halal pada produk kosmetik ? a. Sangat Penting d. Tidak Penting b. Penting e. Sangat Tidak Penting c. Biasa Saja
17. Bagi Saudari kosmetik yang berlabel halal memberikan kenyamanan ? a. Sangat Nyaman d. Tidak Nyaman b. Nyaman e. Sangat Tidak Nyaman c. Biasa Saja 18. Bagi Saudari kosmetik yang berlabel halal memberikan rasa aman ? a. Sangat Aman d. Tidak Aman b. Aman e. Sangat Tidak Aman c. Biasa Saja 19. Bagi Saudari kosmetik yang berlabel halal memiliki rasa kesadaran dalam penggunaan kosmetik ? a. Sangat Sadar d. Tidak Sadar b. Sadar e. Sangat Tidak Sadar c. Biasa Saja 20. Apakah produk kosmetik yang beredar di Indonesia harus memiliki label halal ? a. Sangat Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Ragu-ragu TINGKAT HARGA 21. Bagaimana menurut Saudari harga produk kosmetik yang berlabel halal ? a. Sangat Mempengaruhi d. Tidak Mempengaruhi b. Mempengaruhi e. Sangat Tidak Mempengaruhi c. Biasa Saja 22. Mohon diisi kolom belanja dan merek produk kosmetik berlabel halal yang sering Saudari beli dalam jangka 3bulan contoh pengisian kolom: softlense
Ur a b c d e f g h i
Jenis Kosmetik Foundation/Alas Bedak Bedak Facial Foam/Pembersih Wajah Cream Wajah Lipstik Lipgloss Maskara Eyeliner Pensil Alis
Merk:Acay Berry
Merek
23. Berilah tanda ( X ) pada kolom PERINGKAT yang Saudari pilih No Pernyataan 1 2 3 a Produk kosmetik yang berlabel halal mahal 1 2 3 b Harga tinggi kosmetik yang berlabel halal terjamin kualitasnya 1 2 3 c Harga tinggi menjadi tolak ukur Saudari dalam keputusan pembelian 1 2 3 d Saudari lebih memperhatikan kualitas dibanding harga produk 1 2 3 e Penting harga tinggi pada kosmetik yang berlabel halal 1 2 3 f Citra Merek mempengaruhi harga kosmetik 1 2 3 g Lokasi/tempat pembelian mempengaruhi harga
PERINGKAT 4
5
6
7
8
9
10
4
5
6
7
8
9
10
4
5
6
7
8
9
10
4
5
6
7
8
9
10
4
5
6
7
8
9
10
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
KEPUTUSAN MENGGUNAKAN PRODUK KOSMETIK 24. Faktor-faktor berikut mana yang paling diutamakan dalam menggunakan kosmetik ? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Kehalalan d. Kebutuhan b. Harga e. Bintang Iklan c. Brand Image/Citra Merek 25. Berikan peringkat dari mana saudari mengetahui produk kosmetik berlabel halal ? a. Teman (...) b. Tetangga (...) c. Keluarga (...) d. Iklan (...) e. Pasar/Supermarket (...) 26. Dimana Saudari membeli produk kosmetik yang berlabel halal ? a. Pasar d. Toko Kosmetik b. Super market e. Gerai c. Mini market 27. Apa alasan Saudari membeli produk kosmetik yang berlabel halal ditempat tersebut ? (Jawaban boleh lebih dari Satu) a. Lokasi Dekat d. Kelengkapan b. Harga e. Tempat nyaman c. Pelayanan 28. Brand Image/Citra Merek dalam keputusan pembelian ? a. Sangat Mempengaruhi d. Tidak Mempengaruhi b. Mempengaruhi e. Sangat Tidak Mempengaruhi c. Biasa Saja 29. Bintang iklan mempengaruhi dalam keputusan pembelian ? a. Sangat Mempengaruhi d. Tidak Mempengaruhi b. Mempengaruhi e. Sangat Tidak Mempengaruhi c. Biasa Saja