PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS DAN SUBBUDAYA AGAMA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HALAL DI KOTA PADANG (STUDI KASUS PADA KOSMETIK WARDAH) Muthia Rahma Dianti Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang Email:
[email protected] ABSTRACT The aim of this research is to investigate the influence of psychological factors and religious subcultures toward purchase decisions of halal products (Wardah cosmetic) in Padang. The data were collected from 100 respondents through Clustered Sampling method and analyzed using binary logistic regression analysis. This study showed that motivation significantly influence to purchase decision of Wardah cosmetic in Padang. While perception, learning, attitudes, and religious subcultures have insignificantly influences to purchase decision of Wardah cosmetic in Padang. Keywords: Psychological Factors, Religious Subcultures, Halal Products Purchase Decisions
PENDAHULUAN Populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai bilangan 90% dari jumlah total warga (BPS,2010). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, seyogyanya Indonesia menjadi segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolok ukur konsumen Muslim adalah produk makanan dan minuman. Tetapi bagi konsumen kosmetik khususnya, belum diketahui secara pasti apakah sertifikasi atau label halal dipandang sebagai faktor yang dianggap penting dalam pemilihan dan pembelian produk. Fenomena pada konsumen kosmetik di Indonesia, dimana masyarakat Muslim hampir sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-Muslim dan kesadaran
serta pengetahuan mereka terhadap produk halal masih tergolong rendah (Syed dan Nazura, 2011) dalam Husain, dkk (2012:1). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku mengkonsumsi produk perawatan tubuh dan kecantikan yang halal belum tentu searah dengan banyaknya penduduk beragama Islam. Dalam arti, bahwa seseorang yang beragama Islam belum tentu bahwa ia akan selalu berperilaku secara Islami, khususnya dalam mengkonsumsi kosmetik halal. Disamping itu, menurut Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOMMUI) ingredient produk kosmetik yang paling banyak digunakan dan beredar dipasar Indonesia saat ini seperti kolagen, ekstrak plasenta, cairan amnion, serta sodium heparin yang berasal dari bahan haram bertentangan dengan Syariat Islam dan 95% produk kosmetik di Indonesia tidak mempunyai sertifikasi halal menurut syariat Islam, padahal terdapat 112.545 produsen 1
kosmetika yang terdaftar hingga Mei 2011 (Perkosmi). Dengan demikian, isu bahan halal dalam produk kosmetik menghadapi tantangan serius. Menyadari terdapat banyaknya bahan yang menjadi titik kritis pencemaran bahan haram dalam kosmetika, maka PT. Pusaka Tradisi Ibu (PTI) mengembangkan kosmetik Wardah yang merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia pada tahun 1995. Pengembangan produk yang dilakukan oleh PTI telah berhasil merebut perhatian dari segmen wanita Muslim. ditunjukkan dengan peningkatan penjualan kosmetik Wardah di Sumatera Barat dari tahun 2002-2011. Namun jika dilihat dari pangsa pasar yang dimiliki oleh kosmetik Wardah yaitu sebesar 11,85% yang mana masih tertinggal jika dibandingkan produk kosmetik dengan penjualan terbaik yang didominasi perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Unilever pangsa pasar mencapai 60%, Procter & Gamble (P&G) pangsa pasar mencapai 20%, dan L’oreal dengan pangsa pasar 8% (www.indonesiafinancetoday.com). Dimana produk dari perusahaan multinasional ini belum memiliki sertifikasi halal. Berdasarkan observasi peneliti tentang perilaku masyarakat Muslim di kota Padang dalam pengambilan keputusan pembelian produk kosmetik Wardah terungkap bahwa adanya tulisan halal dan sertifikat MUI tidak menjadi kriteria utama dalam pembelian kosmetik. Terkadang mereka tidak terlalu memperhatikan adanya tulisan halal maupun sertifikat halal MUI. Selanjutnya, konsumen Muslim memiliki motivasi tinggi dalam mengkonsumsi kosmentik halal untuk memenuhi kebutuhan akan kecantikan. Untuk persepsi, konsumen kurang memiliki informasi terhadap kosmetik Wardah karena mayoritas konsumen jarang melihat iklan kosmetik Wardah. Pembelajaran konsumen menunjukkan pengetahuan tentang produk dan standar halal diantara konsumen Muslim masih rendah. Kemudian sikap, responden belum menganggap kosmetik Wardah merupakan produk kosmetik yang mapan dikarenakan produk ini relatif masih baru dan baru beberapa tahun terakhir ini dikenal luas di Indonesia. Uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat faktor psikologis konsumen dan 2
subbudaya agama dalam menggunakan produk kosmetik Wardah yang menjadi alasan dan pertimbangan konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk. Oleh karena itu, kosmetik Wardah terus berupaya untuk memahami keinginan dari dalam diri konsumen (faktor internal) yakni faktor psikologis maupun dari luar diri konsumen (faktor eksternal) konsumen yakni subbudaya agama yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sebab konsumenlah pada akhirnya menentukan keputusan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Maka berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Psikologis dan Subbudaya Agama Terhadap Keputusan Pembelian Produk Halal di Kota Padang (Studi Kasus Pada Kosmetik Wardah)”. TINJAUAN TEORITIS Keputusan Pembelian Pada saat memutuskan pembelian, konsumen akan memilih suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Setelah itu, konsumen akan mencari informasi tentang produk tersebut sehingga akan terbentuk keputusan pembelian suatu produk. Menurut Kotler & Keller (2009:184), proses keputusan pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian sebagai berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi,evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Adapun model dari tahaptahap keputusan pembelian dapat dilihat pada Gambar 1. Bagi pemasar tahap keputusan pembelian adalah tahap yang sangat penting untuk dipahami karena akan berhubungan dengan keberhasilan pemasar di dalam dunia bisnis. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:483) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, diantaranya: a Psikologis konsumen. Proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh unsur psikologis yang menentukan tipe pembelian yang dibuat oleh konsumen.
Unsur-unsur psikologis tersebut meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap. b Lingkungan sosial-budaya meliputi keluarga, kelompok referensi, sumber non-komersial, kelas sosial, dan subbudaya. c Bauran pemasaran adalah paduan unik dari produk, distribusi, promosi, dan strategi harga yang dirancang untuk menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan dengan target market. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor psikologis dan subbudaya agama terhadap pembelian produk kosmetik Wardah akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Faktor Psikologis Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:53), faktor psikologis merupakan faktor yang paling mendasar dalam diri seorang individu yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dan perilaku konsumsi. Faktor psikologis ini mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di mana kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis. Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologis, diantaranya: 1. Motivasi Schiffman dan Kanuk (2010:106) menyatakan bahwa motivasi adalah “The driving force within individuals that impels them to action.” Dapat diartikan bahwa motivasi muncul karena adanya tenaga pendorong yang ada dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut muncul karena konsumen merasakan keadaan tertekan (state of tension) yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan.
Menurut Mowen dan Minor (2002) terdapat 5 dimensi penggerak motivasi, dimensi tersebut adalah: 1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan aktual maka akan menimbulkan kebutuhan. 2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu keinginan untuk menyelesaikan masalah yang mendasar. 3. Dorongan, yaitu faktor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang. 4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang dilakukan untuk meringankan keadaan atau kebutuhan (proses kesadaran konsumen). 5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan. 2. Persepsi Menurut Kotler dan Keller (2009:179), persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Dengan kata lain, persepsi tidak hanya bergantung pada stimulus fisik, tapi juga bergantung pada stimulus terhadap lingkungan dan kondisi disekitar kita. Engel, Blackwell dan Miniard (1995) dalam Khairina (2009) mengutip pendapat William McGuire yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan informasi sebagai dimensi pembentuk persepsi konsumen, yaitu: 1. Pemaparan. Pemaparan stimulus, yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya. 3
2. 3. 4. 5.
Perhatian. Kapasitas pengolahann yang dialokasikan terhadap stimulus yang masuk. Pemahaman. Interpretasi terhadap makna stimulus. Penerimaan. Dampak persuasif stimulus kepada konsumen. Retensi. Pengalihan makna stimulus dan persuasif ke ingatan jangka panjang
3. Pembelajaran Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:210), pembelajaran adalah “The process by which individuals acquire the purchase and consumption knowledge and experience that they apply to future related behavior.” Dapat diartikan bahwa pembelajaran konsumen itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berubah dan menghasilkan pengetahuan dan pengalaman. Menurut Kotler (2004:198), Proses belajar seseorang merupakan hasil yang saling mempengaruhi dari empat unsur dasar, yaitu : 1. Dorongan, yaitu rangsangan internal (dalam diri konsumen) yang muncul karena adanya kebutuhan sehingga memaksa mereka untuk bertindak. Konsumen yang ingin membeli rumah baru akan terdorong untuk mencari informasi apapun mengenai hal yang berkaitan dengan rumah, misalnya lokasi hunian, bentuk dan tipe rumah, harga, cara pembayaran, lingkungan hunian, dan sebagainya. 2. Isyarat, yaitu stimulus yang menentukan kapan, dimana, dan bagaimana tanggapan seseorang. Iklan, kemasan produk, harga, dan produk adalah stimulus atau isyarat yang akan mempengaruhi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Respon, merupakan reaksi perilaku seseorang terhadap dorongan dan isyarat yang diperoleh. Belajar terjadi ketika konsumen bereaksi terhadap isyarat tersebut. 4. Penguatan, adalah kondisi yang terjadi apabila perilaku individu terbukti dapat memperoleh kepuasan. Ini berarti, 4
perilaku individu yang sama akan terulang apabila penguatan tersebut positif dan sebaliknya tidak terulang jika negatif. 4. Sikap Schiffman dan Kanuk (2010:246), mendefinisikan “Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dalam bentuk perilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu.” Sedangkan menurut Nugroho (2003:214) mendifenisikan sikap sebagai “Konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.” Schiffman dan Kanuk (2010:249-251), menyatakan bahwa terdapat 3 komponen penentu sikap, komponen tersebut adalah: 1. Komponen kognisi. Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dari objek sikap dan informasi yang terkait yang didapat dari berbagai sumber. 2. Komponen afeksi. komponen ini muncul didasarkan atas perasaan dan emosi yang muncul dari penilaian konsumen secara langsung dan menyeluruh. Di mana seseorang menilai obyek sikap dengan perasaan suka atau tidak suka, menyenangkan atau tidak. 3. Komponen Konasi. Komponen ini berhubungan dengan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. 5. Subbudaya Agama a. Pengertian Budaya Kotler dan Keller (2009:166) menyatakan bahwa budaya merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar yang terdiri dari sekumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku. Kebudayaan
yang berkembang di masyarakat merefleksikan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Budaya, bersama dengan unsur-unsur lain dari lingkungan, memberi dampak pada semua tahap pengambilan keputusan konsumen.
bahwa bahan, proses produksi memenuhi standar LPPOM-MUI. 4. Agama. Memainkan peran penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku serta keputusan pembelian konsumen.
b. Subbudaya
d. Islam Sebagai Panduan Perilaku
Kotler dan Keller (2009:166), menyatakan bahwa “Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka.” Subbudaya yang terdiri dari kelompok kebangsaan, keagamaan, ras, dan wilayah geografis.
Menurut Shafie dan Othman (2008) dalam Endang (2010:4), Pada umumnya agama mengatur tentang apa-apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi. Dalam ajaran islam, Alqur’an dan Hadist yang merupakan kitab pedoman hidup umat muslim telah memberikan banyak motivasi kepada umatnya, baik dalam urusan dunia maupun ibadah. dalam urusan dunia juga diatur dalam hal mengkonsumsi suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Islam Sebagai Subbudaya Menurut Shiffman dan Kanuk (2010:400), para anggota dari semua kelompok agama cenderung membuat keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh identitas keagamaan mereka. Pada umumnya, perilaku konsumen secara langsung dipengaruhi oleh agama dalam hal pemilihan dan pembelian produk. Menurut Shaari dan Shahira (2010:444) ada 4 dimensi penentu pembelian produk halal, dimensi tersebut adalah: 1. Konsep pemasaran. Reaksi konsumen terhadap strategi pemasaran memiliki dampak besar pada keberhasilan perusahaan. Pemahaman dasar konsumen dalam pemasaran menuntut perusahaan untuk menciptakan bauran pemasaran yang dapat memuaskan pelanggan mereka dengan menganalisis apa, di mana, kapan dan bagaimana konsumen membeli. 2. Kesadaran. Munculnya kesadaran di antara konsumen Muslim tentang kehalalan produk untuk menghindari penggunaan produk yang terdiri dari zat alkohol, lemak babi, hewan atu hal-hal yang tidak halal dalam produk. 3. Sertifikasi Halal. Proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan
e. Produk Halal Menurut LPPOM-MUI yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syari’at Islam, yaitu: 1. Tidak mengandung babi atau produkproduk yang berasal dari babi 2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan, seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain sebagainya. 3. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syari’at Islam. 4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at Islam. 5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar (alkohol). LPPOM MUI mengungkapkan bahan-bahan yang merupakan titik kritis kehalalan dalam kosmetik di antaranya : 5
a.
b.
c.
Lemak dan turunannya (gliserin, stearic, dan acid) yang biasanya sebagai bahan pembuat lipstik, sabun, krim dan lotion yang berasal dari hewan. Kolagen dan Elastin berguna untuk menjaga kelenturan kulit. Zat ini sering digunakan sebagai produk pelembab. Zat ini merupakan jaringan yang berasal dari hewan. Ekstrak placenta dan amnion (cairan ketuban). Biasanya digunakan untuk peremajaan kulit dan biasanya diperoleh dari hewan, serta beberapa zat lain yang dapat berasal dari hewan yang diharamkan.
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Mashadi (2009), dengan judul “Pengaruh Motivasi, Persepsi, Sikap Dan Pembelajaran Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Kemasan Merek “Teh Botol Sosro" Di Kawasan Depok.” Penelitian tersebut menemukan bahwa variabel faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap dan pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada minuman kemasan merek “Teh Botol Sosro” di kawasan Depok. Penelitian yang dilakukan Assadi (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara agama dan perilaku pembelian konsumen. Agama merupakan bagian dari budaya dan sumber bimbingan rohani pada perilaku konsumen dan pilihan-pilihan mereka. Interkoneksi antara agama dan korelasi perilaku mengkonsumsi sangat jelas. Pada umumnya pilihan konsumen dipengaruhi oleh lingkungan agama mereka. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian Untuk melihat pengaruh dari motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan subbudaya agama terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah dapat digambarkan dalam kerangka konseptual berikut 6
Motivasi (X1) Persepsi (X2) Pembelajaran (X3)
Keputusan Pembelian (Y)
Sikap (X4) Subbudaya Agama (X5) Gambar 2. Kerangka konseptual Gambar 2 menunjukkan kerangka konseptual pada penelitian ini, yang terdiri dari lima variabel bebas motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan subbudaya agama dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Dengan demikian, peneliti mengemukakan lima hipotesis berdasarkan kerangka konseptual untuk menguji pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun rumusan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H1: Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Wardah. H2: Persepsi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Wardah. H3: Pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Wardah. H4: Sikap berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Wardah. H5: Subbudaya agama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk halal kosmetik Wardah.
METODE
Tabel 1. Karakteristik responden
Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatory kausatif yaitu menentukan sejauhmana pengaruh dari motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan subbudaya agama terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Informasi dan data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan data primer dengan metode survey, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode clustered sampling. Angket penelitian didalam penelitian ini terbagi kepada dua bagian: Bagian 1 dan Bagian 2. Bagian 1 angket penelitian mengenai identitas responden seperti: nama, alamat, tlp/hp, umur, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan dan pengeluaran untuk kosmetik perbulan.. Bagian 2 angket penelitian yaitu mengenai pernyataan responden mengenai variabel dalam penelitian: motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan subbudaya agama. Untuk setiap alternatif jawaban diberikan skor dengan menggunakan skala Likert pada skala 5 titik jawaban dimulai dari (1) sangat tidak setuju hingga (5) sangat setuju. Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, pengujian hipotesis, analisis regresi logistik. Dan data ini diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.
Items Umur
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Tabel 1 menunjukkan deskripsi karakteristik responden dalam penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden berumur 20-24 tahun (51%). Latar belakang pendidikan terakhir responden mayoritas adalah tamatan SMA (60%) Pada umumnya, responden adalah mahasiswi (40%) dan memiliki pengeluaran untuk kosmetik
Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerjaan
Pengeluaran Kosmetik per Bulan
Kategori 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 SMA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Profesi/Tenaga ahli Wiraswasta PNS Pegawai Swasta Mahasiswi/Pelajar Lain-Lain < Rp 100.000 Rp 100.000 – 149.999 Rp 150.000 – 199.999 Rp 200.000 – 299.999 Rp 300.000 – 499.999 > Rp 500.000
Frekuensi 51 13 5 9 13 9 60 12 28 0 1 37 2 7 40 13 44 19 9 12 7 9
% 51 13 5 9 13 9 60 12 28 0 1 37 2 7 40 13 44 19 9 12 7 9
Kemudian pada Tabel 2 menunjukkan skor rata- rata, TCR dan kriteria untuk setiap variabel. Untuk variabel motivasi, yang mempunyai skor tertinggi yaitu pada indikator kebutuhan konsumen dengan skor rata- rata (3,99), tingkat capaian responden (79,8%) dan kriteria jawaban responden kuat. Pada variabel persepsi, skor tertinggi yaitu pada indikator pemaparan konsumen dengan skor rata- rata (3,90), tingkat capaian responden (78%) dan dikategorikan kuat. Pada variabel pembelajaran, skor tertinggi yaitu pada indikator penguatan konsumen dengan skor rata- rata (3,91), tingkat capaian responden (78,2%) dan dikategorikan kuat. Pada variabel sikap, skor tertinggi yaitu pada indikator komponen kognisi dengan skor rata- rata (3,99), tingkat capaian responden (79,8%) dan dikategorikan kuat. Pada variabel subbudaya agama, skor tertinggi yaitu pada indikator indikator sertifikasi halal dengan skor rata- rata (3,95), tingkat capaian responden (79%) dan dikategorikan kuat. Pada variabel keputusan pembelian sebanyak 100 responden (63%) memutuskan untuk membeli kosmetik Wardah.
7
Tabel 2. Deskripsi Variabel Variabel Motivasi Persepsi Pembelajaran Sikap Subbudaya Agama
Indikator Kebutuhan Konsumen Pemaparan Konsumen Penguatan Konsumen Komponen kognisi Sertifikasi halal
Mean 3.99
TCR 79.8
Kategori Kuat
3.90
78
Kuat
3.91
78.2
Kuat
3.99
79.8
Kuat
3.95
79
Kuat
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor psikologis dan subbudaya agama terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang, penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Tabel 3. Hasil analisis regresi logistik
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan hanya terdapat satu varaibel bebas yaitu motivasi yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang, dari Tabel 3 dapat diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut: Y = α + b1.x1 + b2.x2 + е Y= -11.103 + 0.244X1 + 0.079X2 + -0.173X3 + 0.182X4+ 0.204X5 Pada persamaan diatas, nilai konstanta sebesar -11.103, menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh dari variabel bebas yaitu, motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap, subbudaya agama maka keputusan pembelian konsumen akan turun sebesar 11.103 satuan. Variabel motivasi memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.244, artinya semakin tinggi motivasi konsumen untuk membeli kosmetik 8
Wardah maka akan meningkatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah. Pada uji hipotesis diperoleh Wald test = 6.771 terletak pada Sig. 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Variabel persepsi, memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.079, artinya jika konsumen memiliki persepsi yang bagus terhadap kosmetik Wardah maka akan meningatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah. Pada uji hipotesis diperoleh Wald test = 0.785 terletak pada Sig. 0.376. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara persepsi terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Variabel pembelajaran memiliki koefisien regresi negatif -0.173, artinya jika konsumen memiliki pembelajaran yang bagus terhadap kosmetik Wardah maka akan meningkatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah. Pada uji hipotesis diperoleh Wald test = 1.016 terletak pada Sig. 0.313. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Pembelajaran terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Variabel sikap memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.182, artinya jika konsumen memiliki sikap yang bagus terhadap kosmetik Wardah maka akan meningkatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah. Pada uji hipotesis diperoleh Wald test = 0.917 terletak pada Sig. 0.338. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Sikap terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Variabel subbudaya agama memiliki koefisien regresi positif sebesar 0.204, artinya jika konsumen memiliki subbudaya agama yang baik terhadap kosmetik Wardah maka akan meningkatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah. Pada uji hipotesis diperoleh Wald test = 1.283 terletak pada Sig. 0.257. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Subbudaya agama terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh faktor psikologis dan subbudaya agama terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang, maka dapat disimpulkan bahwa hanya variabel motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah di kota Padang. Motivasi konsumen Muslim dalam memilih produk kosmetik halal dikarenakan produk kosmetik tersebut halal dalam Syariah Islam. Dengan demikian, perusahaan harus mampu memahami profil konsumen serta memahami kebutuhan, keinginan, dan dorongan konsumen.
Arikunto
(2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Assadi
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka untuk meningkatkan keputusan pembelian pada kosmetik Wardah dikota Padang, maka PT. Pusaka Tradisi Ibu (PTI) harus terus memahami motivasi konsumen dengan cara membuat sebuah acara talk show di media televisi yang mengakomodasi kegiatan terkait produk kosmetik Wardah yang halal dan nilai-nilai akidah Islam yang sesuai dengan Alqur’an dan Hadits agar konsumen dapat mengenali kosmetik Wardah lebih baik lagi. Kemudian PTI harus lebih agresif dalam penyampaian informasi kepada konsumen melalui media massa maupun media elektronik secara berkala sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian calon konsumen. Selanjutnya, PTI juga harus lebih memperjelas informasi tentang kehalalan kosmetik Wardah. Seperti melakukan aktivitas campaign perawatan tubuh dan kecantikan dengan produk yang halal. Serta mempertahankan image positif tentang penilaian menggunakan kosmetik Wardah mencerminkan masyarakat yang patuh terhadap Syariat agama. Dengan demikian, opini positif dari konsumen akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian mereka.
Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamchid. (2003). “Do Religions Influence Customer Behavior? Confronting religious rules and marketing concepts.” Cahiers du CEREN Journal. No.5, pp 2-13 Diakses Tanggal 15 April 2012 dari http://www.escdijon.eu/fr/ceren/cahier s5/assadi.pdf
Aziz Azmi., Amin Muslim., & Isa Zaidi (2010). “The Perception to Choose Halal Cosmetics Products: An empirical study for Malaysian consumer.” Jurnal Manajemen & Bisnis. pp 1-10. Diakses tanggal 26 September 2012 Badan Pusat Statistik. (2010). Padang Dalam Angka. Kota Padang. Distributor Wardah. (2012). Data Penjualan Kosmetik Wardah Sumatera Barat. Padang: Kantor Distributor Wardah Golnaz.,
Zainalabidin., & Nasir Mad (2010).”Non-Muslims’ Awareness of Halal Principles and Related Food Product in Malaysia.” International Food Research Journal. No.17, pp 667-674 Diakses Tanggal 10 April 2012 dari http://www.ifrj.upm.edu.my
Kotler, P. (2004). Manajemen Pemasaran.Jilid1. Edisi Milenium. Jakarta: PT.Prehalindo Kotler, P.,& Keller,K. (2009). Manajemen Pemasaran.13th. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.Indeks 9
LPPOM-MUI. (2012). Daftar Belanja Produk Halal. Edisi No. 93 / Januari Februari 2012. Pp 41-88. Diakses tanggal 12 Maret 2012 dari http://riau.kemenag.go.id
Makanan Halal.” Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI). Diakses tanggal 17 Maret 2012 dari http://perpustakaan.ekonomi.lipi.go.id/ lib/pdf/
Mowen, J.C., & Minor,M. (2002). Perilaku Konsumen. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Shaari, J., & Shahira, Nur (2010). “Dimension of Halal Purchase Intention: A Preliminary Study.” International Review of Business Research Papers. No.4/Vol.6 pp 444-456. Diakses tanggal 31 Maret 2012 dari http://www.bizresearchpapers.com/35. %20Jamal.pdf
Mahiah., Nizam Khairul., & Anuar Mohd (2010). “The Empirical Study On The Determinants Of Moslem Consumers To Purchase Halal Product.” Jurnal Manajemen & Bisnis. No.1/Vol.9 pp 46-47. Diakses tanggal 15 Maret 2012 dari http://fbe.ubaya.ac.id Perkosmi. (2011). Daftar Peraturan Kosmetika di Indonesia. Jakarta: PT. Media Data Riset. Riduwan & Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta. Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2007). Consumer Behavior. 9thEdition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. (2010). Consumer Behavior. 10thEdition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sekaran, Uma. (2006). Research Method for Business; Metodologi Penelitian untuk Bisnis Jakarta: Salemba Empat. Setiadi J.Nugroho. (2003). Perilaku Konsumen; Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Soesilowati Endang (2010).”Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global Perilaku Konsumen Muslim Dalam Konsumsi 10
Umar Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
1