Yelfiarita dan Indria Ukrita, Saluran Pemasaran Produk..... SALURAN PEMASARAN PRODUK PANGAN OLAHAN DI KOTA PAYAKUMBUH Yelfiarita1) dan Indria Ukrita2)
ABSTRACTS Food processing products that can represent Payakumbuh are Kerupuk Sanjai, Karak Kaliang, Ganepo, Sanjai Lidi Bumbu, Batiah, Beras Rendang and Gelamai. The products can be found not only in Payakumbuh but also in other regions in West Sumatra province even they can be found in other provinces. Talk about marketing, Payakumbuh is expected not just producing but has bargaining position in marketing channels. This research purposes to find kind and type of marketing and know marketing margin in phases of marketing channel. The result can show involving several marketing institutions like; producer, supplier, retailer, and consumer based on in a same province and different province in Indonesia and also type of direct channel. From the result of marketing margin can describe each institution that has functions as marketing and get the profit. Key words : marketing channel, margin, food processing.
PENDAHULUAN Pembangunan pangan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan melakukan penganekaragaman pangan dengan proses pengembangan produk pangan yang tidak tergantung kepada satu jenis pangan saja, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan yang dimulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi hingga aspek konsumsi pangan di tingkat rumah tangga (Deptan, 2002). Kelemahan akan pengembangan produk pertanian terutama produk olahan salah satunya adalah masih kurangnya perhatian terhadap masalah pemasaran. Produsen hanya semata-mata fokus pada masalah produksi saja sehingga untuk pemasaran menjadikan produsen berada pada posisi yang lemah. Hal ini menyebabkan semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat sehingga keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran lebih besar. 1) Staf Pengajar Prodi Manajemen Produksi Pertanian1 2) Staf Pengajar Prodi Agribisnis Pertanian Politani Negeri Payakumbuh
Di Kota Payakumbuh banyak terdapat industri rumah tangga (home industry) dan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang menghasilkan pangan olahan berasal dari ubi kayu seperti kerupuk sanjai, karak kaliang, genepo, sanjai lidi bumbu, sedangkan yang berasal dari beras seperti batiah, beras rendang dan gelamai. Produk olahan ini sangat digemari oleh masyarakat serta sebagai makanan khas daerah. Namun ini semua juga mengalami banyak sekali kendala dalam proses pengembangan pangan olahan, baik dari segi produksi maupun pemasarannya. Dari aspek produksi antara lain produsen hanya sebatas berproduksi tanpa melihat pasar dan kebutuhan konsumen. Sedangkan dari sisi aspek pemasaran belum banyak dilakukan promosi dan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pemasaran pangan olahan kerupuk sanjai, karak kaliang, ganepo, sanjai lidi bumbu, batiah,
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 11, No. 2, Juli 2012 beras rendang dan gelamai yang ditinjau dari aspek produk, kelembagaan dan aspek fungsi pemasaran serta mengetahui margin pemasaran untuk menggambarkan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat selain mengambil keuntungan.
1.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Mengetahui sistem pemasaran pangan olahan (meliputi : aspek produksi, distribusi, dan fungsi pemasaran) dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan realitas yang terjadi di lapangan. Besarnya margin pemasaran (marketing margin) pada setiap lembaga yang terlibat dapat diketahui dengan menggunakan rumus matematika: M = P -P i
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dari Juni hingga Desember 2012 di Kota Payakumbuh Sumatera Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan daerah ini merupakan daerah sentra produksi produk pangan olahan yaitu kota Payakumbuh Adapun produk yang akan diteliti antara lain kerupuk sanjai, karak kaliang, ganepo, sanjai lidi bumbu,batiah, beras rendang dan gelamai dikarenakan produk itu adalah makanan khas daerah Payakumbuh. Aspek pemasaran yang dikaji meliputi berbagai pendekatan (system approach) antara lain pendekatan produk (commodity approach), pendekatan fungsi (functional approach), pendekatan lembaga (distribution approach) dan pendekatan ekonomi (economic approach). Untuk margin pemasaran akan dilihat perbedaan margin untuk setiap lembaga pemasaran yang terlibat sehingga akan diketahui lembaga pemasaran mana yang paling banyak mengambil keuntungan ataupun melakukan fungsifungsi pemasaran. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan wawancara individual (metode survei) pada produsen produk yang diteliti dengan menggunakan kuesioner pada lokasi penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Adapun metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah:
Keterangan: M = i
marjin
si
bi
pemasaran
pada
lembaga pemasaran tingkat ke-i P = harga jual lembaga pemasaran si
tingkat ke-i P = harga beli lembaga pemasaran bi
tingkat ke-i Dari margin pemasaran akan dapat menggambarkan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dan juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendekatan Aspek Pemasaran Produk Pangan Olahan Penelitian terhadap sistem pemasaran dan permasalahannya dapat menimbulkan kebingungan karena jalurnya yang relatif panjang dan sering tidak terorganisasi. Pendekatan deskriptif merupakan salah satu metode yang digunakan, yaitu dengan mengevaluasi sistem pemasaran yang ada dan melakukan perbaikan. Dari hasil survei yang dilakukan maka setiap produk pangan olahan yang terdiri dari karak kaliang, kerupuk sanjai, ganepo, sanjai lidi bumbu, batiah, beras rendang dan gelamai. Semua produk tersebut dianalisis dengan pendekatan pemasaran melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan 170
Yelfiarita dan Indria Ukrita, Saluran Pemasaran Produk..... produk (commodity approach), pendekatan lembaga (distribution approach) dan pendekatan fungsi pemasaran (functional approach). Dari ketiga pendekatan pemasaran yang dilakukan, memperlihatkan hasil yang relatif sama untuk masing-masing produk yang diteliti. a. Pendekatan aspek produk (commodity approach) Perbedaan dari aspek produk dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok produk pangan olahan. Perbedaan lebih cenderung
pada ketahanan produk. Untuk produk Kerupuk sanjai, Karak Kaliang, Sanjai lidi Bumbu dan Ganepo lebih tahan lama (3 bulan) dan biasanya dijual dalam partai besar dengan penetapan harga per kilogram. Sementara Batiah lebih mudah rusak atau hancur dengan kemasan 3 ons. Untuk beras rendang dan gelamai, produk yang dihasilkan lebih cenderung berminyak, kemasan belum baik dan penentuan harga/kemasan (1 ons dan 3 ons) atau sesuai pesanan.
Tabel 1. Kajian pemasaran melalui pendekatan produk Jenis Produk Kerupuk sanjai, Karak kaliang, Ganepo dan Sanjai lidi bumbu Produksi rata-rata :100-150 kg/hari Penentuan harga/kg Volume produksi meningkat pada even tertentu (hari liburan) Produk Tahan Lama ±3 bln
Batiah Batiah:90kg/hr Penentuan harga/kg Volume produksi meningkat pada even tertentu (hari liburan) Produk mudah hancur/rapuh
b. Pendekatan lembaga (distribution approach) Proses sampainya produk dari produsen ke konsumen, dapat dilakukan dengan cara langsung (produsen – konsumen) ataupun secara tidak langsung (produsen – lembaga pemasaran - konsumen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran produk pangan olahan terdiri atas produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen.
Beras rendang dan Gelamai Gelamai:125kg/hr Beras rendang:40kg/hr Penentuan harga/kemasan (1 ons dan 3 ons) Volume produksi meningkat pada even tertentu (hari liburan) Produk cenderung berminyak, kemasan belum baik
langsung dan melibatkan pedagang dalam provinsi saja. c. Pendekatan fungsi pemasaran (marketing functional approach) Fungsi pemasaran untuk produk pangan olahan kota Payakumbuh yang dilakukan oleh lembaga perantara hanya sebatas pada pengemasan secara sederhana. Untuk pedagang pengumpul biasanya membeli produk pangan olahan tersebut dengan plastik berat 20 kg dan kemudian dijual dengan cara eceran per kilogram dengan mengganti merk dagang. Artinya produsen tidak berhak menentukan merk dagang yang dilakukan oleh pedagang perantara. Hal ini menyebabkan produsen produk pangan olahan di Payakumbuh tidak langsung dikenal oleh konsumen. Sebagai contohnya
Ruang lingkup pemasaran meliputi pedagang dalam provinsi dan luar provinsi untuk produk kerupuk sanjai, karak kaliang, ganepo, sanjai lidi bumbu dan batiah. Sementara untuk produk beras rendang dan batiah hanya dilakukan pemasaran secara 171
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 11, No. 2, Juli 2012 sanjai yang biasa dikenal oleh konsumen luar provinsi adalah dari kota Bukittinggi bukan dari kota Payakumbuh walaupun sebenarnya pemasok sanjai kota Bukittinggi sebagian besar adalah produsen dari kota Payakumbuh.
masing-masing industri rumah tangga ini tidak mempunyai sebuah wadah atau kelompok usaha yang mampu menyamakan persepsi terutama dari segi penetapan harga minimum atau kekuatan penawaran. Masingmasing industri ini hanya mengutamakan bagaimana produk mereka bisa terjual setiap harinya walaupun harga hanya sedikit diatas harga produksi. Sehingga pedagang pengumpul mampu menekan masing-masing industri dengan harga yang lebih rendah lagi. Beberapa kajian pemasaran dari sisi aspek fungsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan hasil survei dilapangan, lemahnya posisi produsen produk pangan olahan di kota Payakumbuh disebabkan karena produsen sangat tergantung pada lembaga pemasaran untuk proses pemasaran produknya, proses pemasaran secara langsung belum begitu banyak. Selain itu
Tabel 2. Kajian pemasaran melalui pendekatan fungsi pemasaran Jenis Produk
Kerupuk sanjai, Karak kaliang, Ganepo dan Sanjai lidi bumbu Permintaan lebih besar dari penawaran Penjualan cenderung partai besar Kemasan per kg Modal terbatas
Batiah
Beras rendang dan Gelamai
Permintaan lebih besar dari penawaran Penjualan cenderung partai besar Kemasan per 3 ons Modal terbatas
Permintaan lebih besar dari penawaran Penjualan dalam kemasan lebih kecil Kemasan sesuai pesanan Modal terbatas
pemasaran secara langsung dan pemasaran melibatkan pedagang dalam provinsi. Kedua produk ini secara umum belum dipasarkan ke luar provinsi karena karakteristik dari produk yang kurang tahan lama dan produk cenderung mengeluarkan minyak yang banyak sehingga terkendala pada proses pengemasan.
2. Saluran Pemasaran Produk Pangan Olahan Saluran pemasaran produk pangan olahan di kota Payakumbuh dapat dibedakan menjadi 3 tipe saluran pemasaran. a. Produsen – Konsumen b. Produsen – Pedagang Pengumpul dalam provinsi (PPd) – Pedagang Pengecer dalam provinsi (PCd) – Konsumen c. Produsen – Pedagang Pengumpul luar provinsi (PPl)– Pedagang Pengecer luar provinsi (PCl) – Konsumen
Proses pemasaran dalam provinsi meliputi daerah Bukittinggi, Padang, Padang panjang, Batusangkar dan hampir ke seluruh wilayah di Sumatera Barat. Sementara untuk luar provinsi antara lain ke Riau, Jambi dan juga Jakarta.
Hasil pengamatan di lapangan menilai bahwa saluran pemasaran untuk produk beras rendang dan gelamai hanya menggunakan dua tipe saluran diatas yaitu
3. Margin Pemasaran Produk Pangan Olahan 172
Yelfiarita dan Indria Ukrita, Saluran Pemasaran Produk..... Margin pemasaran menurut Sudiyono, A (2002) adalah perbedaan harga jual suatu lembaga pemasaran dengan harga beli lembaga pemasaran tersebut. Penentuan harga jual oleh produsen kepada setiap lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan margin pemasaran berbedabeda pula pada setiap tipe saluran pemasaran untuk masing-masing produk. Margin pemasaran untuk setiap saluran pemasaran pada masing-masing produk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Sebaran margin pemasaran produk pangan olahan untuk setiap lembaga pemasaran kota Payakumbuh Tahun 2012 Jenis Produk
Kerupuk sanjai (harga per kg)
Karak kaliang (harga per kg)
Ganepo (harga per kg)
Sanjai lidi bumbu (harga per kg)
Tipe saluran Saluran I
Harga jual disetiap lembaga pemasaran Produsen
Pedagang pengumpul
Pedagang pengecer
20000
-
-
Harga Beli Konsumen 20000
Saluran II
16000
17000
20000
20000
Saluran III
16000
19000
23000
23000
Saluran I
20000
-
-
20000
Saluran II
16000
18000
20000
20000
Saluran III
16000
19000
24000
24000
Saluran I
20000
-
-
20000
Saluran II
16000
18000
20000
20000
Saluran III
16000
19000
24000
24000
Saluran I
20000
-
-
20000
Saluran II
14000
17000
22000
22000
Saluran III
14000
18000
24000
24000
173
Nilai Margin
Margin = 0 MPPd =1000 MPCd =3000 ΣMd= 4000 MPPl =3000 MPCl =4000 ΣMl= 7000 Margin = 0 MPPd =2000 MPCd =2000 ΣMd= 4000 MPPl =3000 MPCl =5000 ΣMl= 8000 Margin = 0 MPPd =2000 MPCd =2000 ΣMd= 4000 MPPl =3000 MPCl =5000 ΣMl= 8000 Margin = 0 MPPd =3000 MPCd =5000 ΣMd= 8000 MPPl =4000 MPCl =6000 ΣMl= 10000
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 11, No. 2, Juli 2012 Tabel 3 (lanjutan).
Jenis Produk
Tipe saluran Saluran I
Batiah (harga per 5 ons)
Beras rendang (harga/ 3 ons) Beras rendang (harga/ 5 ons Gelamai (harga/ 3 ons)
Gelamai (harga/ 5 ons
Harga jual disetiap lembaga pemasaran Pedagang Pedagang Produsen pengumpul pengecer 6000
-
-
Harga Beli Konsumen 6000
Nilai Margin
Margin = 0 MPPd =1500 MPCd =2000 ΣMd= 3500 MPPl =1500 MPCl =4000 ΣMl= 5500
Saluran II
4500
6000
8000
8000
Saluran III
4500
6000
10000
10000
Saluran I
10000
-
-
10000
Margin = 0
Saluran II
9000
12000
15000
15000
MPPd =3000 MPCd =3000 ΣMd= 6000
Saluran I
15000
-
-
15000
Margin = 0
Saluran II
14000
17000
20000
20000
MPPd =3000 MPCd =3000 ΣMd= 6000
Saluran I
12500
-
-
12500
Margin = 0
Saluran II
11000
13000
15000
15000
MPPd =2000 MPCd =2000 ΣMd= 4000
Saluran I
20000
-
-
20000
Margin = 0
23000
MPPd =2000 MPCd =3000 ΣMd= 5000
Saluran II
18000
20000
23000
Sumber: Analisis data primer, 2012 Keterangan : MPPd MPCd ΣMd MPPl MPCl ΣMl
= Margin pada pedagang pengumpul dalam provinsi = Margin pada pedagang pengecer dalam provinsi = Total margin saluran dalam provinsi = Margin pada pedagang pengumpul luar provinsi = Margin pada pedagang pengecer luar provinsi = Total margin saluran luar provinsi
Tabel 3 menunjukkan margin pemasaran masing-masing tipe saluran
untuk beberapa jenis produk olahan. Jika kita bandingkan setiap tipe saluran 174
Yelfiarita dan Indria Ukrita, Saluran Pemasaran Produk..... pemasaran dari semua produk pangan olahan diatas, maka disimpulkan bahwa margin yang paling besar adalah tipe saluran pemasaran III yaitu saluran pemasaran yang melibatkan pedagang luar provinsi, kemudian saluran pemasaran II yang melibatkan pedagang dalam provinsi dan terakhir saluran pemasaran I dengan nilai margin = nol yaitu pemasaran secara langsung.
produk pangan olahan di kota Payakumbuh belum efisien dan belum optimal. Apalagi jika produsen cenderung memperoleh keuntungan yang lebih kecil dan tidak mempunyai posisi tawar yang kuat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dari aspek pemasaran maka produk pangan olahan mempunyai prospek pasar yang besar terbukti dari permintaan yang lebih besar dari penawaran. b. Tipe saluran pemasaran produk pangan olahan ada 3 jenis yaitu (1) produsen – konsumen, (2) produsen – pedagang pengumpul dalam provinsi – pedagang pengecer dalam provinsi – konsumen dan (3) produsen – pedagang pengumpul luar provinsi – pedagang pengecer luar provinsi – konsumen. c. Saluran pemasaran produk pangan olahan di kota Payakumbuh belum efisien terlihat dari nilai sebaran margin yang tidak merata pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat. d. Pedagang pengecer mengambil keuntungan yang paling besar dibandingkan pedagang pengumpul terlihat dari nilai margin yang paling besar. Sementara produsen merupakan pihak yang tidak mempunyai daya tawar (bargaining position).
Margin yang besar menunjukkan bahwa selain keuntungan yang diambil oleh pedagang perantara juga diakibatkan karena adanya fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan seperti fungsi pemindahan (place utility) yang menyebabkan adanya biaya transportasi yang lebih besar. Untuk melihat sebaran margin disetiap lembaga yang terlibat, dalam hal ini adalah pedagang pengumpul dan pedagang pengecer maka disimpulkan bahwa margin pedagang pengecer lebih besar daripada margin pedagang pengumpul. Artinya terlepas dari dilakukannya kegiatan atau fungsi pemasaran, keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengecer lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul. Jika dibandingkan dari beberapa jenis produk pangan olahan dalam tabel 3 diatas, maka sebaran margin yang paling merata untuk setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan mempunyai nilai margin paling kecil sebesar Rp.4.000,- adalah saluran pemasaran II pada produk karak kaliang, ganepo dan gelamai berat 3 ons. Artinya dari semua produk pangan olahan yang diteliti maka ketiga produk ini pemasarannya lebih efisien dibandingkan dengan yang lain.
Untuk membantu produsen agar mempunyai bargaining position maka diharapkan masing-masing produsen atau industri rumah tangga produk pangan olahan di kota Payakumbuh ini, mempunyai suatu wadah atau kelompok usaha yang tujuan salah satunya adalah untuk menyamakan persepsi dalam hal
Sebaran margin disetiap lembaga pemasaran yang tidak merata menunjukkan bahwa saluran pemasaran 175
JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 11, No. 2, Juli 2012 menetapkan harga minimum produk agar tidak selalu ditekan oleh lembaga perantara. Selain itu juga mencoba menetapkan sebuah merek dagang tersendiri sehingga mempunyai nilai (brand image) langsung dari konsumen.
Mubyarto, 1982. Pengantar Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Ekonomi
Prasetyo, Edi dan Mukson. 2003. Kajian Pemasaran Produk Pangan Olahan di beberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Program Studi Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan Undip.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, A.R. 2002. Kelayakan dan Prospek Pangan Lokal dan Makanan Tradisional di Jawa Tengah. Makalah Workshop Kajian Pangan Lokal dan Tradisional. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Provinsi Jawa Tengah.
Badan Bimas Ketahanan Pangan – Departemen Pertanian. 2002. Kebijakan Pengembangan Pangan Lokal dan Makanan Tradisional Khas Nusantara Dalam Pemantapan Ketahanan Pangan. Lokakarya Penumbuhan Pusat Kajian Pangan Lokal dan Makanan Tradisional Khas Nusantara, Semarang 4 Nopember 2002.
Riaswati, A. W. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Makanan Tradisional Gepuk dan Ikan Balita Khas Bogor Merek Karuhun pada PT. Intrafood Citrarasa Nusantara, Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
BPS. Kabupaten Limapuluh Kota. 2010. Kabupaten Limapuluh Kota dalam Angka. Dailami, T; Hasyim, H; Gumilar, A.A., 1997. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran Kopi Dari Daerah Sentral Produksi di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian Unila. 4 (2) : 1006-1019.
Sapuan.2000. Evaluasi dan Strategi Pengembangan Pemasaran Makanan Tradisional. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia. Pusat Kajian Makanan Tradisional IPB, UGM dan Unibraw. Volume 2. No. 4 p : 1-7. Silvia, N; Moelgini, Y; Imron, A., 1997. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pemasaran Pisang Rakyat Di Desa Kedondong Kecamatan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian. (8) IX : 1-13.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Limapuluh Kota. 2010. Kabupaten Limapuluh Kota. Kotler, P. 1980. Marketing Management, New Jersey. Prentice Hall. Mayasari, V. 2008. Analisis Strategi Bersaing Industri Kecil Makanan Tradisional Khas Kota Payakumbuh (Studi Kasus Industri Kecil “Erina”,Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi. 2003. Agribisnis teori dan aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Edisi ke -2, Cetakan ke-2, Malang. Swastha, B. 1990. Azaz-azaz Marketing. Penerbit Liberty, Yogyakarta. 176