1
EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGENDLIAN INTERN ATAS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA TOKO MITRA ELEKTRONIK SUPERSTORE GORONTALO Imran Ibrahim1, Sahmin Noholo2, Lukman Pakaya3
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana evaluasi penerapan sistem pnegendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas pada toko mitra elektronik superstore. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari observasi dilapangan dan wawancara kepada informan yang merupakan sumber data dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern atas penerimaan kas pada toko mitra elektronik superstore gorontalo sudah berjalan baik yang mana ditandai dengan prosedur transaksi melalui persetujuan kepala keuangan dan akuntansi dan juga harus disertai dengan bukti-bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan, adanya pembuatan nota untuk setiap penerimaan uang, penyesuaian penerimaan uang dengan jurnal penerimaan uang harian, penyetoran penerimaan uang ke bank pada hari itu juga, pencocokan antara bukti setor ke bank dengan penerimaan uang dan dokumen-dokumen lainnya. Sedangkan untuk sistem pengendalian intern atas pengeluaran kas pada toko mitra elektronik superstore sudah berjalan baik yang mana setiap pengeluaran harus menggunakan cek yang telah disetujui dan ditandangani kepala keuangan dan akuntansi, serta setiap pengeluaran uang kas akan langsung dicocokan antara saldo dalam buku dengan saldo rekening kontrol oleh kepala keuangan dan akuntansi.
Kata Kunci: Sistem Pengendalian Intern, Efektifitas Pengelolaan Kas
1
Imran Ibrahim Mahasiswa pada Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo, Sahmin Noholo SE,MM dan Lukman Pakaya, S.Pd. MSA Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo.
Pada umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas untuk memenuhi kebutuhan atau kegiatan perusahaan,baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Kas merupakan salah satu modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Selain itu, kas merupakan sumber atau sarana yang paling mudah untuk disalahgunakan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian internal yang memadai. Kas diperlukan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru berupa aktiva tetap. Kas jika dibandingkan dengan aktiva lain, kas merupkan sasaran utama terhadap kecurangan-kecurangan baik yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal, disamping itu sebagian besar transaksi perusahaan terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Untuk menghindarkan perusahaan dari kecurangan atau kerugian yang lebih besar, perlu diadakan suatu system pengendalian intern yang baik terhadap kas tersebut. Menurut Hartadi (1999:2-3) Sistem pengendalian intern dapat mempunyai beberapa pengertian yaitu sistem pengendalian intern dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, istilah tersebut sama dengan pengertian internal check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data-data administrasi seperti mencocokan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan melurus (vertical). Dalam arti luas, sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem sosial (social sistem) yang mempunyai wawasan / makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Lebih lanjut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) dalam Hartadi (1999 : 3) memberi definisi Sistem Pengendalian Intern meliputi struktrur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara layak, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi seperti kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya serta pemberian wewenang yang jelas yang diatur dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dengan praktek yang sehat untuk mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Dalam implementasinya, manajemen perlu mengadakan penelaahan pengendalian internal guna memperbaiki adanya kesalahan dan penyelewengan yang mungkin terjadi dan dapat mengambil tindakan korektif jika terjadi
penyimpangan
yang
menunjukan
adanya
kelemahan
dalam
system
pengendalian internal perusahaan tersebut. Dalam pengembangan manajemen yang baik, sangatlah diperlukan sistem informasi di dalam perusahaan. Salah satu sistem informasi perusahaan adalah sistem akuntansi. Dengan system akuntansi yang baik, diharapkan manajer akan mampu mengendalikan perusahaan, agar kegiatan usahanya berkembang. Untuk itu diharapkan adanya kerjasama antar karyawan walaupun tanggung jawabnya tetap berada pada atasan. Oleh karenanya, pemimpin suatu perusahaan
sangat
membutuhkan
suatu
sistem
dalam
menjalankan
pengendalian intern, agar dapat mengamankan atau mengawasi assets perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, penerapan pengendalian internal sangat penting. Terutama pengendalian internal terhadap penerimaan dan pengeluaran kas, karena kas merupakan aktiva lancer yang paling likuid (cepat dijadikan uang dan
dapat
digunakan
untuk
membayar
kewajiban
perusahaan
tanpa
pembatasan). Kas memiliki karakteristik yang tidak dinilai aktiva lancar lainnya, yaitu kas tidak mudah diidentifikasi pemiliknya, dapat diuangkan segera, mudah dibawa-bawa serta mudah untuk ditransfer dalam kurun waktu yang relative cepat. Mengingat karakteristiknya, kas merupakan aktiva yang paling mudah disalahgunakan. Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002-PSAK: 31.3) “menyebutkan bahwa kas adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah”. Sedangkan Menurut Soemarso SR (1999:323) “kas adalah segala sesuatu baik yang berbentuk uang atau bukan yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya, antara lain rekening giro di bank dan uang kas yang ada dalam perusahaan”. Kemudian Yusup (1995 : 6), “menjelaskan elemen-elemen kas terdiri dari uang tunai (uang kertas dan logam), cek, pos, wessel, simpanan di bank dan halhal lain yang dapat disamakan deng uang”. Selanjutnya Sutanto (1995 : 3) “Menjelaskan juga pengertian kas adalah uang yang tersedia untuk operasi perusahaan baik yang ada didalam perusahaan sendiri maupun ditempat lain atau sesuatu yang dapat dipersamakan dengan uang kas”.
Selain itu juga Pengendalian intern yang dirancang dengan baik akan dapat
mendorong
ditetapkannya
kebijakan
manajemen.
Dalam
hal
ini
manajemen harus menetapkan tanggung jawab secara jelas berdasarkan deskripsi pekerjaan pada setiap bagian yang ada dalam struktur organisasi perusahaan, sehingga tercipta efisiensi dan efektifitas operasi serta melindungi aktiva perusahaan dari pemborosan bahkan penyelewengan yang akan terjadi demi terciptanya data akuntansi yang tepat dan bisa dipercaya, pemisahan wewenang dan tanggung jawab diantara karyawan atau petugas dalam perusahaan tersebut. Pengendalian intern harus dilakukan terhadap fungsi-fungsi yang terlibat didalam pengelolaan kas, praktik yang sehat, setiap yang baik dalam mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan dalam setiap kegiatan yang baik dalam mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan kas. Sistem tersebut akan mengamankan sumbersumber dari pemborosan, kecurangan dan ketidak efisien, meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, mendorong ditaati dan dilaksanakannya kebijakan perusahaan, meningkatkan efisiensi, mutu karyawan, dalam sistem dan prosedur pengelolaan kas pada perusahaan memerlukan kecakapan dari karyawan sehingga hasil dari data akuntansi yang dihasilkan bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dapat terhindar dari kesalahan. Toko Mitra Elektronik Superstore Gorontalo merupakan salah satu perusahaan dagang yang ada di kota Gorontalo. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan menggambarkan kejadian-kejadian atau segala transaksi yang terjadi diperusahaan itu yang kemudian digunakan untuk menginterprestasi atau menganalisis kewajaran data keuangan perusahaan tersebut. Namun bedasarkan pengamatan yang dilakukan sebelumnya bahwa dalam hal pengelolaan keuangan belum menggambarkan pengelolaan kas yang optimal. “Hal ini terlihat dari bebrapa fenomena diantaranya pengelolaan keuangan masih ditangani oleh sumber daya manusia yang belum mumpuni, karyawan yang bertugas mencatat transaksi merangkap sebagai pemegang kas sehingga tidak adanya pemisahan tanggung jawab serta adanya pemborosan terhadap penggunaan kas kecil yang diakibatkan kurangnya pengawasan”. Dengan adanya pengendlian intern yang baik, maka akan dapat memperlancar dilaksanakannya kegiatan-kegiatan perusahaan. Disamping itu dapat diketahui apakah kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen
sudah dijalankan sebagaimana mestinya. Dengan demikian diharapkan dapat menunjang tujuan perusahaan yang baik. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Gorontalo, yang berpusat pada Toko Mitra Elektronik Superstore, yang merupakan perusahaan dagang yakni menjual barang-barang Elktronik dan Sound System. Adapun beberapa pertimbangan peneliti sehingga memilih lokasi tersebut: 1. Keberadaan Toko Mitra Elektronik Superstore yang ada di pusat kota Gorontalo,
yang
jaraknya
dekat
dengan
domisili
peneliti,
sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan.\ 2. Peneliti telah mengenal baik informan-informan kunci pada peneliitian ini. Yang pastinya sangat membantu kelancaran peneliti dalam menyusun tugas akhir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan fenomenologi Menurut Collins (dalam Wirawan, 2012: 135), fenomenologi akan berusaha memahami pemahaman informan terhadap fenomena yang muncul dalam kesadarannya, serta fenomena yang dialami oleh infroman dan dianggap sebagai entitas-sesuatu yang ada dalam dunia. Selanjutnya menurut Campbell (dalam
Wirawan,
2012:
132),
fenomenologi
berangkat
dari
pola
pikir
subjektivisme, yang tidak hanya memandang dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi berusaha menggali makna di balik gejala itu.
Lebih lanjut
fenomenologi menurut Orleans (dalam Wirawan, 2012: 135), fenomenologi tidak pernah berusaha mencari pendapat dari informan apakah hal ini benar atau salah, akan tetapi fenomenologi akan berusaha mereduksi kesadaran informan dalam memahami fenomena itu. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Deskriptif (descriptive) berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu (Usman dan Akbar, 2008:129). Usman dan Akbar 2008:130 “mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif berbentuk uraian dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata apa yang melatar belakangi responden berperilaku (berpikir, berperasaan, dan bertindak) seperti itu tidak
seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh peneliti) dan diverifikasi (dikonsultasikan kembali kepada responden dan teman sejawat)”. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen utama karena dalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksanaan sampai pada pelapor hasil penelitian. Peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitiannnya oleh sebab itu peran peneliti adalah pengamat partisipan. Dan kehadiran peneliti diketahui oleh informan. Data diperoleh melalui rangkaian pengumpulan data yaitu Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun sumber data yang menjadi kajian penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data pokok penelitian yang diperoleh dari manusia yang menjadi instrument kunci meliputi manajer perusahaan, karyawan mitra elektronik superstore gorontalo, sedangkan Data sekunder merupakan data pendukung penelitian kedua yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti seperti laporan penerimaan dan pengeluaran kas, dan beberapa referensi yang sejalan dengan penelitian ini. Pada penelitan ini, pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama Observasi.Bentuk observasi yang peneliti lakukan adalah observasi partisipatif pasif dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiono, 2012: 405).Tahapan-tahapan observasi (Spradkey dalam Sugiono: 409) sebagai berikut: Observasi Deskriptif, Observasi Reduksi, Observasi Terseleksi. Pada tahap kedua Wawancara, Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian lapangan (fieled research) melalui wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada informan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dan pada tahap ketiga dokumentasi, (A.S Homby Dalam Satori: 146 : 2009) Dokumentasi merupakan “something written or printed, to be used as a record or evidence”. Sesuatu yang tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut, Tahap Reduksi Data. Tahap pertama adalah peneliti mengetik kembali hasil wawancara peneliti dengan informan guna untuk memudahkan mereduksi data, kemudian peneliti mengelompokan berdasarkan jenis variabel yang diteliti yaitu mengelompokan data yang masuk pada kategori Penerimaan Kas dan data yang
masuk pada kategori Pengeluaran Kas, data yang sudah terpisah kemudian direduksi data atau membuang data yang tidak penting. Tahap kedua yakni Tahap Display. Tahap kedua adalah data yang sudah dikelompokan ditentukan temanya dimana tema merupakan keseluruhan informasi, kemudian peneliti menyimpulkan data dari lapangan penelitian. berikutnya tema yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya dikaitkan dengan masalah penelitian dan teori
yang
relevan,
dan
Tahap
terakhit
yakni
Tahap
consclusion
drawing/verification yaitu Hasil interpretasi dituangkan dalam hasil penelitian. tahap terakhir adalah pengecekan keabsahan data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui sejauh mana penerapan sistem pengendalian intern di Toko Mitra Elektronika Superstore Gorontalo, peneliti berpedoman pada karakteristik sistem pengendalian intern yang meliputi: (a) Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawab. Dalam hubungannya dengan kualitas karyawan perlu diperhatikan beberapa hal yakni, penarikan tenaga kerja yang berkaitan dengan usaha manajemen untuk seluas mungkin dalam hal perekrutan karyawan sebagai calon tenaga kerja, kemudian dalam pengembangan mutu menyangkut usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya. Selanjutnya dalam pengukuran prestasi kerja dimaksudkan untuk menilai pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab masingmasing karyawan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak manajer store toko mitra, dapat diketahui bahwa kualitas karyawan di Toko Mitra Elektronik Superstore sudah sesuai dengan tanggung jawabnya. Meskipun pada awal perekrutan perusahaan tidak mempertimbangkan mengenai pengalaman kerja, namun perusahaan memberikan keterampilan kepada karyawan baru sesuai dengan bidang masing-masing demi peningkatan mutu karyawan. Selain itu, untuk peningkatan mutu perusahaan menggunakan sistem reward dengan melihat dari budaya kerja, kedisiplinan dan kemampuan karyawan untuk mencapai target. Kemudian dari segi kompetensi karyawan dinilai telah cukup baik bila di disesuaikan dengan bidang dan tanggung jawab, meskipun masih terdapat kelemahan dalam hal kualifikasi pendidikan karyawan (b) Pemisahan Tanggung Jawab Fungsi Secara Layak Ada tiga jenis tanggung jawab fungsi yang dilaksanakan oleh departemen/bagian atau paling tidak orang yang berlainan. Yakni Otorisasi untuk melaksanakan
transaksi. Otorisasi ini menunjukan orang yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab untuk memulai suatu transaksi. Kemudian Pencatatan transaksi. Tugas ini menunjukkan tugas atau fungsi pencatatan dan akuntansi. Apabila menerapkan EDP maka suatu pengawasan tambahan perlu diselenggrakan. Dan Penyimpanan aktiva. Tugas ini menunjukkan fisik atau pengawasan fisik secara efektif. Dengan adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab, maka akan terselenggara suatu transaksi yang akan dikerjakan secara efisien dan terhindar dari kesalahan karena adanya saling cek. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak manajer store mitra, dapat diketahui bahwa pada
Toko Mitra
Elektronik Superstore sudah dilakukan otorisasi pencatatan transaksi,. Hal ini terlihat dari telah dilakukannya pemisahan pembukuan antara pembukuan penjualan dan pembelian produk yang akan di jual dengan pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang yang bukan dari hasil aktivitas transaksi produk. Namun pada beberapa bagian pencatatan masih terjadi rangkap tugas yakni pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang dilakukan oleh 1 ( satu ) orang karyawan yang juga merangkap tugas sebagai pemegang kas. (c) Sistem pemberian wewenang, Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak Kepala Akuntansi mitra dapat diketahui bahwa sistem pemberian wewenang pada Toko Mitra Elektronik Superstore sudah berjalan dengan baik. Hal terlihat dari diberikannya keleluasaan kepada kepala-kepala dari masing-masing divisi dan bidang untuk mengawasi karyawan-karyawan masing-masing dengan tetap saling berkoordinasi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Karyawan juga diberikan keleluasaan dalam menjalankan tugas-tugas. (d) Praktek yang sehat, Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala akuntansi mitra dapat diketahui bahwa praktek sistem akuntansi, prosedur akuntansi, evaluasi dan pemeriksaan Toko Mitra Elektronik Superstore sudah cukup baik. Hal terlihat dari sistem akuntansi yang digunakan telah dipahami oleh penggunanya karena sebelumnya telah dilakukan pelatihan pada saar rekrutmen. Prosedur transaksi juga telah dilakukan secara baik yakni dengan melalui persetujuan kepala keuangan dan akuntansi dan juga harus disertai dengan bukti-bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan. Untuk pengevaluasian sudah dapat dilakukan walaupun belum secara optimal karena disebabkan oleh kualifikasi karyawan di bidang akuntansi. Selain itu untuk pemeriksaan akuntansi telah dilakukan pemisahan dengan pengelolaan transaksi, yang dimana untuk pemeriksaan
akuntansi
dilakukan
oleh
kepala
keuangan
dan
akuntansi,
sedangkan
pengelolaan transaksi dilakukan oleh kasir pusat. Sedangkan untuk mengetahui penerapan sistem pengendalian intern terhadap pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas, hasil penelitiannya adalah (a) Pengendalian intern penerimaan kas, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala akuntansi dapat diketahui bahwa pengendalian intern penerimaan kas pada Toko Mitra Elektronik Superstore sudah berjalan dengan baik. Yakni dimulai dari dibuatkannya nota untuk setiap penerimaan uang, disesuaikannya penerimaan uang dengan jurnal penerimaan uang harian, disetorkannya penerimaan uang ke bank pada hari itu juga dan selanjutnya bukti setor kebank dicocokan dengan penerimaan uang dan dokumen-dokumen lainnya. Namun
terdapat sedikit kekurangan yakni pengelola penerimaan
keuangan tidak dipisahkan dengan pemegang kas yang dimana hanya dilakukan oleh seorang karyawan.(b) pengendalian intern pengeluaran kas, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala akuntansi, dapat diketahui bahwa pengendalian intern pengeluaran kas pada Toko Mitra Elektronik Superstore sudah berjalan dengan baik. Yakni dimulai dari diharuskannya setiap pengeluaran menggunakan cek yang telah disetujui dan ditandatangani kepala keuangan dan akuntansi. Selain itu untuk setiap pengeluaran uang kas akan langsung dicocokan antara saldo dalam buku dengan saldo rekening kontrol oleh kepala keuangan dan akuntansi. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan hasil penelitian tentang penerapan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran ks di Toko Mitra Elektronika Superstore Gorontalo yang mengacu pada beberapa indikator, yaitu kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawab, pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak, sistem pemberian wewenang, dan praktek yang sehat. Berdasarkan hasil tersebut akan dijelaskan karakteristik masingmasing indikator, yaitu sebagai berikut: (a) Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawab. Karyawan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam pengendalian, karena karyawan merupakan orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem sehingga dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kualitas karyawan di suatu perusahaan harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tanggung jawab yang diembannya.
Berdasarkan hasil penelitian kesesuaian kualitas karyawan dengan tanggung jawabnya di Toko Mitra Elektronik Superstore dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan adanya standar kualifikasi pendidikan yang ditetapkan saat perekrutan karyawan. Akan tetapi, toko mitra superstore tidak memperhatikan pengalaman kerja yang pernah ditempuh oleh pelamar. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan masalah karena Orang-orang yang tidak berpengalaman berarti akan
berbuat
kesalahan
lebih
dibanding
dengan
orang
yang
telah
berpengalaman. Untuk mengatasi hal tersebut, toko mitra elektronik memberikan pembekalan keterampilan melalui training kepada karyawan baru sesuai dengan bidang yang ditempatinya. Sedangkan dalam rangka usaha peningkatan mutu karyawan, perusahaan memberlakukan sistem reward dengan melihat dari budaya kerja, kedisiplinan dan kemampuan karyawan dalam mencapai target bagi karyawan lama. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong karyawan agar bekerja lebih keras dan baik, berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi sehingga akan menghasilkan tugas-tugas yang dikerjakan secara efisien. Dengan adanya kualitas karyawan yang baik dan sesuai dengan tanggung jawabnya, maka efektivitas penerimaan dan pengeluaran kas akan berjalan dengan baik pula. (b) Pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak. Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Setiap bagian mengetahui tugasnya masing-masing
sehingga tiap transaksi dijalankan oleh beberapa fungsi yang dalam hal ini menyangkut pemisahan fungsi. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, struktur organisasi Toko Mitra Superstore sudah digambarkan dengan jelas termasuk uraian tugas untuk setiap unit organisasi secara tertulis. Dalam hal kebijakan perusahaan dan praktik sumber daya manusia, masing-masing personal dalam perusahaan mempunyai kemampuan yang sesuai dengan bidang yang mereka kuasai. Toko Mitra Elektronik superstore memberlakukan pemisahan pembukuan antara pembukuan penjualan dan pembelian produk yang akan di jual dengan pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang yang bukan dari hasil aktivitas transaksi produk. Selain itu untuk pemeriksaan akuntansi telah dilakukan pemisahan dengan pengelolaan transaksi dimana untuk pemeriksaan akuntansi dilakukan oleh kepala keuangan dan akuntansi, sedangkan pengelolaan
transaksi dilakukan oleh kasir pusat. Kelemahan perusahaan di dalam pemisahan tanggung jawab adalah pada beberapa bagian pencatatan masih terjadi rangkap tugas yakni pembukuan penerimaan dan pengeluaran kas dilakukan oleh 1
( satu ) orang karyawan yang juga merangkap tugas
sebagai pemegang kas dan juga pengelola penerimaan keuangan yang tidak dipisahkan dengan pemegang kas yang dimana hanya dilakukan oleh seorang karyawan.(c)Sistem pemberian wewenang. Dalam suatu perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam perusahaan harus dibuat sistem yang mengatur. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sistem pemberian wewenang pada toko. Mitra Elektronik Superstore sudah berjalan dengan baik karena adanya keleluasaan kepala-kepala dari masing-masing divisi dan bidang untuk mengawasi karyawan-karyawan masing-masing dengan tetap saling berkoordinasi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Adanya sistem pemberian wewenang yang baik tersebut berdampak positif terhadap efektivtas penerimaan dan pengeluaran kas. Dimana untuk mengontrol penerimaan kas seorang pemimpin memerlukan informasi mengenai sumber penerimaan kas. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui pengawasan-pengawasan yang dilakukan
sehingga
akan
sangat
berguna
dalam
menerapkan
system
pengendalian intern penerimaan kas, yaitu bagaimana cara mengamankan penerimaan kas agar tidak diselewengkan. Selain itu, pengeluaran kas di toko mitra superstore harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dengan pejabat berwenang yang dalam hal ini semua cek yang dikeluarkan harus disetujui dan ditandatangani oleh kepala keuangan dan akuntansi. (d) Praktek yang sehat. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang serta prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat adalah: 1) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan. 2) Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa.
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang
atau satu unit organisasi, tanpa adanya campur tangan orang atau
organisasi lain. 4) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. 5)
Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas
unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain yang
disebut satuan
pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Dalam hal ini praktek sistem akuntansi, prosedur akuntansi, evaluasi dan pemeriksaan Toko Mitra Elektronik Superstore sudah cukup baik karena ditunjang oleh karyawan yang berkualitas yang sebelumnya telah di training. Prosedur transaksi juga telah dilakukan secara baik yakni dengan melalui persetujuan kepala keuangan dan akuntansi dan juga harus disertai dengan bukti-bukti
transaksi
sebelum
dilakukan
pencatatan.
Berkaitan
dengan
penerimaan kas, praktek yang sehat ditandai dengan adanya pembuatan nota untuk setiap penerimaan uang, penyesuaian penerimaan uang dengan jurnal penerimaan uang harian, penyetoran penerimaan uang ke bank pada hari itu juga dan selanjutnya dilakukan pencocokan antara bukti setor kebank dengan penerimaan
uang
dan
dokumen-dokumen
lainnya.
Sedangkan
untuk
pengeluaran kas pada Toko Mitra Elektronik Superstore pada prakteknya sudah berjalan dengan baik, yang ditunjukan dengan diharuskannya setiap pengeluaran menggunakan cek, dimana cek yang dikeluarkan harus dibuatkan daftar harus telah disetujui dan ditandatangani kepala keuangan dan akuntansi serta diberlakukannya mekanisme bahwa untuk setiap pengeluaran uang kas akan langsung dicocokan antara saldo dalam buku denga saldo rekening kontrol oleh kepala keuangan dan akuntansi. Dengan demikian, setiap kegiatan penerimaan dan pengeluaran kas di toko mitra superstore diawasi oleh pejabat yang berwenang sehingga menunjang terciptanya praktek yang sehat. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas sudah cukup baik, meskipun terjadi rangkap jabatan di suatu posisi, akan tetapi kualitas karyawan di toko mitra elektronik sudah sesuai dengan tanggung jawab, pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak, yang dalam hal ini ditunjukkan dengan adanya pemisahan pembukuan antara pembukuan penjualan dan pembelian produk yang akan di jual dengan pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang yang
bukan dari hasil aktivitas transaksi produk; pemisahan pemeriksaan akuntansi dengan pengelolaan transaksi, sistem pemberian wewenang yang baik melalui keleluasaan pimpinan dari masing-masing divisi dan bidang untuk mengawasi karyawan-karyawan masing-masing serta wewenang kepala keuagan dan akuntansi untuk menyetujui dan menandatangani seluruh pengeluaran kas, serta adanya praktek yang sehat di Toko Mitra Superstore. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Evaluasi pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran kas pada Toko Mitra Elektronik Superstore Gorontalo adalah sebagai berikut: a. kualitas karyawan di toko mitra elektronik sudah sesuai dengan tanggung jawab, terlihat pada saat awal perekrutan karyawan, pemberian keterampilan sesuai bidang penerimaan dan pengeluaran kas, dan reward untuk meningkatkan mutu karyawan, serta penilaian kinerja karyawan. b. pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak, terlihat dari
pemisahan
pembukuan antara pembukuan penjualan dan pembelian produk yang akan di jual dengan pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang yang bukan dari hasil aktivitas transaksi produk, pemisahan pemeriksaan akuntansi dengan pengelolaan transaksi. Akan tetapi masih ada rangkap tugas yakni pembukuan penerimaan dan pengeluaran uang dilakukan oleh satu orang karyawan yang juga merangkap tugas sebagai pemegang kas. c. Sistem pemberian wewenang yang baik, terlihat dari keleluasaan pimpinan dari masing-masing divisi dan bidang untuk mengawasi karyawan-karyawan masing-masing serta wewenang kepala keuagan dan akuntansi untuk menyetujui dan menandatangani seluruh pengeluaran kas d. Praktek yang sehat, ditandai dengan prosedur transaksi melalui persetujuan kepala keuangan dan akuntansi dan juga harus disertai dengan bukti-bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan, adanya pembuatan nota untuk setiap penerimaan uang, penyesuaian penerimaan uang dengan jurnal penerimaan uang harian, penyetoran penerimaan uang ke bank pada hari itu juga, pencocokan antara bukti setor kebank dengan penerimaan uang dan dokumen-dokumen lainnya, setiap pengeluaran harus menggunakan cek yang telah disetujui dan ditandatangani kepala keuangan dan akuntansi,
serta setiap pengeluaran uang kas akan langsung dicocokan antara saldo dalam buku denga saldo rekening kontrol oleh kepala keuangan dan akuntansi. SARAN Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: a. untuk lebih meningkatkan kualitas karyawan pada toko mitra elektronik superstore,khususnya pada saat perekrutan karyawan, ada baiknya pihak mitra elektronik menggunakan media penyiaran yang ada, seperti media radio, media televisi, media cetak dan media online. Agar supaya lebih meningkatkan minat SDM yang sesuai dengan standar yang diharapkan. b. Untuk pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak, ada baiknya pihak mitra melakukan pemisahan tanggung jawab antara pecatat transaksi dan pemegang kas, agar tidak terjadi pemborosan kas. c. Untuk sistem pemberian wewenang, pihak mitra sudah bisa dikatakan baik, dimana dalam hal ini kiranya semua divisi dapat lebih aktif dan bekerja sama untuk bisa mencapai apa yang diharapkan oleh pihak mitra elektronik superstore. d. untuk lebih mengoptimalkan kelangsungan aktifitas perusahan, diharapkan toko mitra tetap memperhatikan prosedur transaksi yang sudah dibangun dan disepakati bersama, guna menciptakan praktek yang sehat diantara karyawan dan pimpinan mitra elektronik superstore.
DAFTAR PUSTAKA Anthon. 2003. Peranan Pengendalian Intern Kas Dalam Menunjang Efektifitas Pengelolaan Kas. Artikel Skripsi,Universitas Widyatama Bandung Bastian, Indra. 2009. Akuntansi Sektor Publik Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta Hartadi, Bambang.1999. Sitem Pengendalian Intern dalam hubungannya dengan Manajemen dan Audit, BPFE, Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta Jusuf, Haryono. 2008. Dasar-dasar Akuntansi, STIE YKPN, Yogyakarta
Krismiaji. 2002. Sistem Pengendalian Intern, BPFE, Yogyakarta Maleong J Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung Mahsun, Mohamad, dkk, 2006. Akuntansi Sektor Publik, BPFE, Yogyakarta Mulyadi, 2002, Auditing Buku pertama edisi enam ,Salemba Empat, Jakarta Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, BPFE, Yogyakarta PSAK :31.3, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka, Jakarta Sugiyono_______.2012. Metode Penelitian bisnis (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D), Alfabeta, Bandung Sumarso SR. 2007 Akuntansi Sektror Publik, BPFE, Yogyakarta Sutanto, Bambang. 2005 Pengantar Akuntansi jilid II, BPFE, Yogyakarta Wirawan.I.B 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Kencana, Jakarta www.wikipedia.com www.mitraelektronik,com Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting. Penerbit BPFE, Yogyakarta ____________2012. Sistem Akuntansi edisi lima (dilengkapi dengan Penyusuna dan Metode), BPFE, Yogyakarta