EVALUASI KEBIJAKAN PEMEKARAN KECAMATAN YANG BERBASIS PELAYANAN PUBLIK PADA SEKTOR PENDIDIKAN Charles Banoet Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Jl. Adisucipto Oesapa Kupang 85000, PO BOX. 147. Telp. (0380) 881584 Fax (0380) 8816775 Email:
[email protected]
Abstract South Central Timor regency administration is an area with a broad range of services. To optimize public service for the community, by 2013 the number of districts has been in expand into 32 districts. Research purposes is to figure out how the implementation of the policy widened the territory based the public services, particully in the education sector. This type of research is empiric juridic or in other words sociological study of law with statutory approach, sociological approach, conceptual approach and a case approach. Research data collected were analyzed with descriptive analytical method. The results showed that in general the expansion policy districts in South Central Timor has been on target but in terms of public services, especially in the education sector do not maximized because there is less or limited staff, poor quality of science held by educators as well as the lack of infrastructure educational support such as libraries, laboratories and classrooms. Key words: policy, redistricting, public service, education
Abstrak Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan suatu wilayah Pemerintahan dengan jangkauan layanan yang cukup luas. Untuk mengoptimalkan pelayanan publik bagi masyarakat, hingga tahun 2013 jumlah kecamatan yang ada telah di mekarkan menjadi 32 kecamatan.Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemekaran wilayah yang berbasis pelayanan publik khususnya pada sektor pendidikan. Jenis penilitian yang di gunakan adalah yuridis empiris atau dengan kata lain penelitian hukum sosiologis dengan metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan sosiologis, pendekatan konseptual dan pendekatan kasus. Data penelitian yang dikumpulkan dianalisis dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan pemekaran kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan secara umum sudah tepat sasaran namun dalam hal pelayanan publik khususnya di sektor pendidikan belum maksimal dilakukan karena masih kurang atau terbatasnya tenaga kependidikan, rendahnya kualitas keilmuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik serta kurangnya sarana-prasarana penunjang pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium dan ruang kelas. Kata kunci: kebijakan, pemekaran, pelayanan publik, pendidikan
433
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
Latar Belakang
434
jumlah kabupaten/kota di lndonesia sudah
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar
bertambah 183 daerah mekaran yang terdiri
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dari 151 Kabupaten dan 32 Kota. Ini artinya
(UUD NRI 1945) menyebutkan bahwa
pertumbuhan jumlah daerah Kabupaten/Kota
Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi
terjadi rata-rata 20 daerah Kabupaten/Kota per
atas daerah-daerah provinsi dan daerah
tahun. Bisa dikatakan jumlah pertumbuhannya
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
kurang lebih 40% hanya dalam waktu
yang tiap provinsi, kabupaten, dan kota
9 tahun.3 Pada tahun 1999 Pemerintah
mempunyai
untuk
lndonesia memiliki 303 daerah Kabupaten/
menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya.
Kota. Pada tahun 2008 jumlah Kabupaten/
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Kota sudah mencapai 484 daerah Kabupaten/
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Kota yang terdiri dari 388 Kabupaten dan
pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan
96 Kota. Pratikno4 mencatat mulai Oktober
untuk meningkatkan pelayanan publik guna
1999 sampai Januari 2008 telah terbentuk
mempercepat
164 daerah baru yang terdiri dari 7 Propinsi
pemerintahan
terwujudnya
daerah
kesejahteraan dapat
baru, 134 Kabupaten baru dan 23 Kota baru.
berupa pemekaran dari satu daerah menjadi
Hingga tahun 2013 jumlah yang ada tersebut
dua daerah atau lebih, atau penggabungan
telah berubah menjadi 497 Kabupaten/Kota
bagian daerah yang bersandingan, atau
dengan rincian 399 Kabupaten dan 98 Kota.5
masyarakat.
Pembentukan
daerah
penggabungan beberapa daerah.1 Pemekaran
Secara yuridis, pemekaran daerah tertuang
daerah adalah pemecahan provinsi atau
dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
kabupaten/kota menjadi dua daerah atau
tentang Pemerintahan Daerah dan kemudian
lebih.2
diganti dengan Undang-Undang No. 32
Setelah diberlakukannya Undang Undang
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti
khususnya BAB II yang mengatur tentang
dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus.
Pemerintahan Daerah, pemekaran daerah
Pengaturan mengenai hal tersebut lebih
menjadi kecenderungan baru dalam struktur
terperinci menjelaskan mengenai persyaratan
pemerintahan daerah di lndonesia. Dari
pembentukan
tahun 1999 sampai dengan Tahun 2008,
daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
1 2 3 4
daerah.
Pembentukan
Pasal 4 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004. Pasal 1 angka 10 PP. No. 78 Tahun 2007. HR. Makaganza, Tantangan Pemekaran Daerah, FusPad, Yogyakarta, 2008, hlm. 35. Pratikno, “Usulan Perubahan Kebiajakan Penataaan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan Daerah”, Paper USAID, 29 Febuary 2008, hlm. 1. 5 Buku induk kode data dan wilayah Kemendagri, 2013, http://www.kemendagri.go.id/media/ documents/2013/04/29/f/i/file.pdf.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
435
meningkatkan
pelayanan
mempercepat
terwujudnya
masyarakat
disamping
publik
guna
kesejahteraan
sebagai
sarana
Kecamatan Amanatun Utara; 2). Kecamatan Oenino,
Pemekaran
dari
Kecamaan
Amanuban Tengah; 3). Kecamatan Nunkulo,
pendidikan politik ditingkat lokal. Untuk itu,
Pemekaran
pembentukan daerah harus memperhatikan
Selatan; 4). Kecamatan Kualin, Pemekaran
beberapa
kemampuan
dari Kecamatan Amanuban Selatan dan
ekonomi, potensi daerah, luas wilayah,
kecamatan Kuanfatu; 5). Kecamatan Kot’olin,
kependudukan, dan pertimbangan dari aspek
Pemekaran dari Kecamatan Kie; 6). Kecamatan
sosial politik, sosial budaya, pertahanan
Kolbanu,
keamanan, serta pertimbangan dan syarat
Amanuban Tengah. Dengan demikian, pada
lain yang memungkinkan daerah itu dapat
tahun 2002 jumlah Kecamatan di Kabupaten
menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan
Timor Tengah Selatan bertambah menjadi 21
dibentuknya daerah dan diberikanya otonomi
Kecamatan.
faktor,
seperti
daerah.6
dari
Kecamatan
Pemekaran
dari
Amanatun
Kecamatan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Pemekaran yang terjadi di Kabupaten
Timor Tengah Selatan No. 2 Tahun 2006
Timor Tengah Selatan adalah pemekaran
tentang Pembentukan Susunan Organisasi
Kecamatan. Kecamatan dibentuk di wilayah
dan Tata Kerja Kecamatan Mollo Barat dan
kabupaten/kota dengan Peraturan Daerah
Kecamatan Kok’baun, maka terbentuk lagi
dengan berpedoman pada PP No. 19 Tahun
dua kecamatan baru, yaitu:
2008 tentang Kecamatan. Pasal 2 Ayat (1 dan
1. Kecamatan Mollo Barat, Pemekaran dari
2) PP No. 19 Tahun 2008 mengatakan bahwa Pembentukan kecamatan dapat berupa:
Kecamatan Mollo Selatan 2. Kecamatan Kok’baun, Pemekaran dari
a. Pemekaran satu kecamatan menjadi dua
Kecamatan Amanatun Utara
kecamatan atau lebih;
Sampai
b. dan/atau penyatuan wilayah desa dan/ atau kelurahan dari beberapa kecamatan. Kebijakan
pemerintah
tahun
2006
Kecamatan
di
Kabupaten Timor Tengah Selatan menjadi 23 buah Kecamatan.
Kabupaten
Selanjutnya
berdasarkan
Peraturan
Timor Tengah Selatan tentang pemekaran
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan
wilayah di Kabupaten tersebut bermula dari
No. 29 Tahun 2007 tentang Pembentukan
dikeluarkannya Peraturan Daerah No. 5
Kecamatan Noebana, Kecamatan Santian,
Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan
Kecamatan Fatukopa, Kecamatan Faut’molo,
Organisasi dan Tata Kerja 6 Kecamatan,
Kecamatan
sehingga terbentuklah 6 buah kecamatan baru,
Kecamatan Kuatnana, Kecamatan Noebeba
yaitu : 1). Kecamatan Toianas, Pemekaran dari
dan
Nunbena,
Kecamatan
Kecamatan
Mollo
Tobu,
Tengah,
6 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 2.
maka
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
terbentuklah
9
Kecamatan
yaitu:
PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
1). Kecamatan Noebana, Pemekaran dari
Pembentukan kecamatan harus memenuhi
Kecamatan Boking; 2). Kecamatan Santian,
syarat seperti yang terdapat dalam Pasal 3 PP
Pemekaran dari Kecamatan Boking; 3).
No.19 Tahun 2008, yakni syarat administratif,
Kecamatan
teknis dan syarat fisik kewilayahan.
Fatukopa,
baru,
436
Pemekaran
dari
Kecamatan Amanuban Timur; 4). Kecamatan Faut’molo,
Pemekaran
dari
Kecamatan
Lebih lanjut Pasal 4 PP. No. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan
mengatur pula
Amanuban Timur; 5). Kecamatan Nunbena,
persyaratan administratif, akan tetapi persoalan
Pemekaran dari Kecamatan Fatumnasi; 6).
yang muncul adalah dalam pembentukan
Kecamatan Tobu, Pemekaran dari Kecamatan
kecamatan baru, Para penguasa (pejabat
Mollo Utara dan Kecamatan Fatumnasi;
daerah / Bupati, DPRD dan SKPD) jarang
7). Kecamatan Kuatnana, Pemekaran dari
melibatkan dan tanpa melalui persetujuan
Kecamatan Amanuban Barat; 8). Kecamatan
badan permusyawaratan desa (BPD) bahkan
Noebeba,
Kecamatan
tanpa melibatkan kepala Desa dalam proses
Amanuban Selatan dan Kecamatan Kuanfatu;
pembentukan wilayah yang akan menjadi
9). Kecamatan Mollo Tengah, Pemekaran dari
cakupan wilayah kecamatan baru yang akan
Kecamatan Mollo Selatan.
dibentuk.
Pemekaran
Pemekaran
dari
dalam
Selain itu pula, Persyaratan Teknis
dapat
tentang pembentukan kecamatan baru di
masyarakat,
atur juga dalam Pasal 7 ayat (1) PP No.19
serta menciptakan daerah makin mandiri dan
Tahun 2008. Problem tentang persyaratan
demokratis. Tujuan ini dapat diwujud-nyatakan
teknis yang muncul adalah mengenai jumlah
melalui peningkatan profesionalisme aparatur
penduduk, luas wilayah, rentang kendali
daerah
menyelenggarakan
penyelenggaraan pelayanan pemerintahan;
pemerintahan yang efisien dan efektif, dapat
aktivitas perekonomian; dan ketersediaan
meningkatkan pelayanan dasar publik, dapat
sarana dan prasarana seperti yang tertuang
menciptakan kesempatan lebih luas untuk
dalam PP ini.
implementasinya meningkatkan
untuk
wilayah
baru
diharapkan kesejahteraan
dapat
masyarakat, serta mendapat akses langsung
Mengenai Persyaratan Fisik Kewilayahan,
pada unit‐unit pelayanan publik yang tersebar
seperti yang di atur dalam Pasal 6 ayat (1),
dan mudah dijangkau oleh masyarakat
(2), dan (3) mengenai cakupan wilayah,
pedesaan maupun kota.
lokasi calon ibukota, dan sarana prasarana
Dari pemaparan di atas, masalah hukum
pemerintahan. Problematika yang muncul
yang timbul dari pemekaran Kecamatan di
adalah
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
kecamatan untuk daerah kabupaten paling
adalah belum sepenuhnya mengacu kepada
sedikit terdiri atas 10 (sepuluh) desa. Akan
dari
Cakupan
wilayah
sebuah
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
437
tetapi untuk melakukan pemenuhan syarat
SMA dalam meningkatkan kualitas pelayanan
ini, tidak jarang sebuah desa dipaksa untuk
publik dan memberikan akses yang mudah
bergabung agar syarat fisik kewilayahan ini
kepada masyarakat namun secara faktual hal
terpenuhi. Sebagai contoh adalah pemekaran
ini belum terwujud dimana terdapat sejumlah
kecamatan Mollo Tengah yang syarat dengan
kecamatan hasil pemekaran baru yang belum
kepentingan penguasa dan melangar syarat-
ada/belum di bangunnya sekolah SMP dan
syarat di atas.
SMA.
Dilihat dari segi teoritik, pemekaran
Berdasarkan uraian pada latar belakang
wilayah yang berupa pembentukan kecamatan
masalah di atas, rumusan masalah yang akan
baru di Kabupaten Timor Tengah Selatan
menjadi pokok pembahasan dalam penelitian
adalah dalam rangka mendekatkan pelayanan
ini adalah:
publik kepada masyarakat, hal ini dikarenakan
1. Bagaimana
implementasi
kebijakan
bahwa pemerintahan di wilayah kecamatan
pemekaran wilayah di Kabupaten Timor
di persempit sehingga akses masyarakat
Tengah Selatan Provinsi Nusa Tengara
ke pemerintah Kecamatan semakin dekat,
Timur?
terutama di sektor pendidikan. Akan tetapi
2. Apa kendala hukum dalam pelaksanaan
hal ini tidak terlihat dalam pelayanan publik,
kebijakan
sehingga pemekaran di wilayah Kabupaten
berbasis pelayanan publik pada sektor
Timor Tengah Selatan terkesan untuk bagi-
Pendidikan di Kabupaten Timor Tengah
bagi jabatan kepada pendukung penguasa atau
Selatan Provinsi Nusa Tengara Timur?
orang terdekat yang berkuasa. Hal ini ditandai
pemekaran
wilayah
yang
3. Bagaimana upaya hukum yang ditempuh
setiap ada pemekaran wilayah kecamatan,
oleh
hampir terjadi sengketa antara kecamatan
Tengah Selatan Provinsi Nusa Tengara
lama dan kecamatan baru hasil pemekaran,
Timur memperbaiki kebijakan pemekaran
terutama mengenai aset kecamatan. Sehingga
wilayah yang berbasis pelayanan publik
secara teoritik, syarat pemekaran kecamatan
pada sektor Pendidikan?
Pemerintah
Kabupaten
Timor
dipenuhi seadanya, padahal di dalamnya
Jenis penilitian yang di gunakan adalah
terdapat fakta bahwa ada kepentingan politis
yuridis empiris atau dengan kata lain penelitian
tertentu.
hukum sosiologis dengan metode pendekatan
Selain problem dari segi teoritik di atas,
perundang-undangan, pendekatan sosiologis,
terdapat problem sosiologis yang muncul yakni
pendekatan konseptual dan pendekatan kasus.
bahwa Setiap kecamatan baru yang dibentuk
Data penelitian yang dikumpulkan dianalisis
harus membangun sarana pendidikan yang
dengan metode deskriptif analitis.
memadai seperti keberadaan SD, SMP dan
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
Pembahasan
lanjut dikatakan bahwa, karena adanya
A. Implementasi Kebijakan Pemekaran Wilayah Tengah
Di
Kabupaten
Selatan
Provinsi
Timor Nusa
Tengara Timur Secara umum, pembangunan daerah di Indonesia dapat didefinisikan sebagai semua bentuk kegiatan pembangunan baik yang berurusan dengan rumah tangga daerah maupun yang tidak termasuk, meliputi berbagai sumber pembiayaan, baik yang bersumber dari Pemerintah (APBD dan APBN) maupun yang bersumber dari masyarakat.
7
Salah
satu
cara
pembangunan
untuk
daerah
mempercepat
adalah
dengan
mewujudkan pemekaran daerah secara baik serta terkontrol. Pada dasarnya, pemekaran ini bertujuan untuk mendapatkan keadilan dan pemerataan dengan cara meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,
mempercepat
ekonomi pembangunan, mempercepat proses demokrasi, meningkatkan pelayanan publik pada waktu yang bersamaan dan untuk lebih dekat dengan rakyat. Fitrani
et
all
8
menyatakan
bahwa
pemekaran telah membuka peluang terjadinya bureaucratic and political rent-seeking, yakni kesempatan untuk memperoleh keuntungan dana, baik dari pemerintah pusat maupun dari
438
penerimaan
daerah
sendiri.
Lebih
tuntutan untuk menunjukkan kemampuan menggali potensi wilayah, maka banyak daerah menetapkan berbagai pungutan untuk meningkatkan
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD). Hal ini menyebabkan terjadinya suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Maraknya di
Indonesia
terjadi
pemekaran
daerah
harus
dibarengi
dengan
dilakukannya evaluasi. Evaluasi menurut Hanafi dan Guntur9 adalah penilaian terhadap suatu permasalahan atau persoalan yang umumnya menuju baik buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dalam program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur kinerja dan efek atau program dalam mencapai tujuan tertentu. Landasan evaluasi pemekaran daerah didasarkan atas tujuan pemekaran daerah itu sendiri, yang tertuang dalam PP No. 129 Tahun 2000 yang kemudian diganti dengan PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Dalam Bab II Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan
pemekaran
meningkatkan
daerah
yakni
kesejahteraan
untuk
masyarakat
melalui: (i) peningkatan pelayanan kepada masyarakat; (ii) percepatan pertumbuhan kehidupan pelaksanaan
demokrasi;
(iii)
pembangunan
percepatan
perekonomian
daerah; (iv) percepatan pengelolaan potensi
7 Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Universitas Indonesia, Jakarta, 1992, hlm. 132. 8 Fitrani, Fitria, Hofman Bert dan Kai Kaser. “Unity in Diversity? The Creation of New Local Government in a Decentralising Indonesia”, Bulletin of Indonesian Economic Studies 41(1), 2005, hlm. 57–79. 9 Dalam Wisnu Ali Putra, “Evaluasi Pembentukan Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hihir Kabupaten Tana Tidung”, eJournal Pemerintahan Integratif, ISSN 2337-8670, Ejournal.pin.or.id, 2013, hlm. 4.
439
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
daerah; (v) peningkatan keamanan dan
karena disebabkan beberapa kendala seperti
ketertiban; (vi) peningkatan hubungan yang
jangkauan
serasi antara pusat dan daerah. Ada dua hal
dimana setiap kecamatan harus melayani 10
penting yang berkaitan dengan peningkatan
sampai dengan 20 desa dengan topografi yang
kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama,
sangat sulit, SDM yang terbatas dan juga
bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan
kualitas sangat rendah, dan sarana pendukung
kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat
pelayanan
setelah pemekaran tersebut berjalan selama
kendala di atas yang melandasi permintaan
lima tahun.10
dari masyarakat untuk perlu dilakukanya
Seperti yang dijelaskan dalam latar
pelayanan
yang
yang
minim.
sangat
Dari
luas
berbagai
pemekaran kecamatan.
belakang di atas, pemekaran yang terjadi
Hal senada juga diungkapkan oleh Nikson
di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah
D. E. Nomleni12 bahwa terjadinya pemekaran
pemekaran Kecamatan. Kecamatan dibentuk
kecamatan di Kabupaten Timor Tengah
di wilayah kabupaten/kota dengan Peraturan
Selatan disebabkan karena teramat luasnya
Daerah dengan berpedoman pada PP No.19
wilayah yg di miliki. Proses pemekaran
Tahun 2008 tentang Kecamatan, Pasal 2
kecamatan itu meliputi Adanya aspirasi
ayat (1 ) PP No. 19 Tahun 2008 berbunyi,
dari masyarakat kepada pemerintah Kab.
Pembentukan kecamatan dapat berupa :
Timor Tengah Selatan, kemudian Secara
a. Pemekaran satu kecamatan menjadi dua
administrasi
pemerintah
meneliti
semua
berkas aspirasi pemekaran yang masuk,
kecamatan atau lebih; b. dan/atau penyatuan wilayah desa dan/
kemudian
Pemerintah/Tim
melakukan
atau kelurahan dari beberapa kecamatan.
sosialisasi dan survei lokasi calon ibu kota
(Pasal 2 ayat 2).
kecamatan, Pembahasan rancangan peraturan
Menurut
Ferdinan
Timo11,
proses
daerah
tentang
pembentukan
kecamatan
pemekaran kecamatan dari tahun 2000
bersama DPRD, Bersama Pansus DPRD yg
sebanayak
32
menangani pemekaran melakukan survey
Kecamatan berawal dari proses pelayanan
kelayakan, Penetapan Perda Pembentukan
pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan
kecamatan baru dan Penetapan dan penegasan
yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten
batas kecamatan.
15
Kecamatan
menjadi
Timor Tengah Selatan sangat minim sekali, 10 Darmawan dkk., Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007,Bappenan dan UNDP, Jakarta, 2008, hlm. 5. 11 Wawancara dengan Bapak Ferdinan Timo, S.Sos, Kasubbag Penilaian Kinerja dan Pengawasan, Bagian Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan, pada hari Kamis, 5 Desember 2013. 12 Wawancara dengan Bapak Nikson D. E. Nomleni, S.Sos. M.Si., Kepala Bidang Penelitian, Statistik dan Pelaporan BAPPEDA Kabupaten Timor Tengah Selatan, pada hari Rabu, 4 Desember 2013.
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
440
Tabel I Nama Dan Jumlah Kecamatan Sebelum Dan Sesudah Pemekaran No.
Kecamatan Sebelum Pemekaran
No.
Kecamatan Pemekaran
1.
Kec. Mollo Utara
1.
Kec. Toianas, Pemekaran dari Kec. Amanatun Utara
2.
Kec. Mollo Selatan
2.
Kec. Oenino, Pemekaran dari Kec. Amanuban Tengah
3.
Kec. Amanuban Timur
3.
Kec. Nunkulo, Pemekaran dari Kec. Amanatun Selatan
4.
Kec. Amnuban Tengah
4.
5.
Kec. Amanuban Selatan
5.
Kec. Kualin, Pemekaran dari Kec. Amanuban Selatan dan kec. Kuanfatu Kec. Kot’olin, Pemekaran dari Kec. Ki’e
6.
Kec. Amanuban Barat
6.
Kec. Kolbanu, Pemekaran dari Kec. Amanuban Tengah
7.
Kec. Amanatun Selatan
7.
Kec. Mollo Barat, Pemekaran dari Kec. Mollo Selatan
8.
Kec. Amanatun Utara
8.
Kec. Kok’baun, Pemekaran dari Kec. Amanatun Utara
9.
Kec. Kota So’e
9.
Kec. Noebana, Pemekaran dari Kec. Boking
10. Kec. Ki’e
10. Kec. Santian, Pemekaran dari Kec. Boking
11 Kec. Kuanfatu
11. Kec. Fatukopa, Pemekaran dari Kec. Amanuban Timur
12. Kec. Fatumnasi
12. Kec. Faut’molo, Pemekaran dari Kec. amanuban timur
13 Kec. Polen
13. Kec. Nunbena, Pemekaran dari Kec. fatumnasi
14 Kec. Batu Putih
14. Kec. Tobu, Pemekaran dari Kec. Mollo Utara dan Kec. Fatumnasi
15 Kec. Boking
15. Kec. Kuatnana, Pemekaran dari Kec. Amanuban Barat
Tahun Pemekaran
Dasar Hukum
2002
Perda No.5 Tahun 2002
2006
Perda No.2 Tahun 2006
2007
Perda No.29 Tahun 2007
16. Kec. Noebeba, Pemekaran dari Kec. Amanuban Selatan dan Kec. Kuanfatu 17. Kec. Mollo Tengah, Pemekaran dari Kec. Mollo Selatan Jlh
15 Kecamatan
Jlh
17 Kecamatan
32 Kecamatan
Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Umum, Setda Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2013
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
441
Berikut nama dan jumlah kecamatan
semakin lancar karena kedekatan jangkauan
sebelum dan sesudah pemekaran di Kabupaten
pelayanan dalam wilayah yang tidak luas serta
Timor Tengah Selatan :
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan
secara efektif dan efisien.
bahwa, sejak berdirinya Kabupaten Timor
Pelayanan sektor pendidikan di Kabupaten
Tengah Selatan hingga tahun 2000 telah
Timor Tengah Selatan sebelum dan sesudah
terdapat 15 Kecamatan. Namun pesatnya
pemerintahan kecamatan dimekarkan, dari
perkembangan penduduk dan luasnya wilayah
sisi pengawasan pemerintahan di tingkat
yang dimiliki maka dari jumlah kecamatan
kecamatan tentu lebih mudah, akan tetapi
yang ada tersebut kemudian dimekarkan
dari sisi teknis pendidikan sama saja dengan
sehingga sampai dengan sekarang (tahun
sebelumnya. Pelayanan sektor pendidikan
2013) jumlah kecamatan telah bertambah
belum maksimal, karena jangkauan wilayah
menjadi
Pemekaran
dengan topografi yang sulit di tempuh.
kecamatan tersebut di dasarkan pada berapa
Masalah SDM di sektor pendidikan belum
Peraturan Daerah Yakni : PERDA No. 5
memadai. Fasilitas pendukung bagi aparat
Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan
UPT dinas PPO kecamatan masih kurang.
Organisasi dan Tata Kerja 6 Kecamatan,
Contoh, Pengawas sekolah secara ideal
Peraturan
Timor
harus 1 berbanding 8 sampai 10 sekolah,
Tengah Selatan No. 2 Tahun 2006 Tentang
tapi kenyataannya, 1 pengawas SD dan SMP
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
mengawas lebih dari 10 sekolah. Kebijakan
Kerja Kecamatan Mollo Barat dan Kecamatan
Pemerintah
Kok’baun, serta Peraturan Daerah Kabupaten
dapat mengembangkan struktur UPT Dinas
Timor Tengah Selatan No. 29 Tahun 2007
PPO kecamatan yakni membentuk UPT
Tentang Pembentukan Kecamatan Noebana,
sesuai
Kecamatan Santian, Kecamatan Fatukopa,
lebih mendekatkan lagi pelayanan di sektor
Kecamatan Faut’molo, Kecamatan Nunbena,
pendidikan, namun hal ini pun terkait dengan
Kecamatan Tobu, Kecamatan Kuatnana,
kemampuan keuangan Negara dan Daerah.
32
Kecamatan.
Daerah
Kabupaten
Kecamatan Noebeba dan Kecamatan Mollo
pemekaran
Luisa Kebijakan
Tengah.
Pusat/Diknas
Nitbani13
di
kecamatan
menjelaskan
pemekaran
harapkan
sehingga
bahwa
kecamatan
di
di
kabupaten Timor Tengah Selatan kalau
wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan
dilihat secara umum sudah tepat sasaran
pada dasarnya adalah untuk mendekatkan
dalam hal pelayanan publik khususnya
pelayanan publik. Pelayanan pemerintah akan
sektor pendidikan, hasil yang ada berupa
Tujuan
pemekaran
kecamatan
13 Wawancara dengan Bapak Luisa Nitbani, Wakil Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Timor Tengah Selatan, pada hari Sabtu, 7 Desember 2013.
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
adanya sekolah-sekolah Negeri pada setiap kecamatan termasuk kecamatan pemekaran. Ia menambahkan bahwa, Namun bila kita
misalnya jalan dan sanitasi.
B. Kendala
Publik Pada Sektor Pendidikan di
selama ini belum optimal di lakukan karena
Kabupaten Timor Tengah Selatan -
ketersediaan tenaga pendidik masih sangat
Perlu pengadaan tenaga guru untuk semua jenjang dan semua jurusan guna dapat memenuhi
kekurangan/keterbatasan
yang
ada, perlu memberikan kesempatan belajar bagi tenaga pendidik untuk memperdalam ilmu pengetahuaannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi. Misalnya, Tenaga pendidik dengan kualifikasi pendidikan D2/D3 harus di beri kesempatan agar bisa menamatkan pendidikan S1 dan yang S1 sedapat mungkin diberikan kesempatan agar bisa ke jenjang magister (S2). Perlu pengembangan dan serta renovasi sarana prasarana pendidikan yang telah ada di setiap kecamatan, Perlu adanya pendirian skolah baru untuk semua jenjang pada titik basis penduduk usia sekolah yang ada di setiap kecamatan pemekaran, harus didirikannya UPT Dinas PPO di setiap kecamatan termasuk kecamatan pemekaran sehingga dapat memaksimalkan pelayanan bagi masyarakat, dan hal lain yang tidak kalah penting adalah perlu adanya perhatian pemerintah
terhadap
sarana-prasarana
pendukung pendidikan di setiap kecamatan
Dalam
Wilayah Yang Berbasis Pelayanan
pelayanan publik kusus di sektor pendidikan
langkah konkrit yang harus dilakukan adalah
Hukum
Pelaksanaan Kebijakan Pemekaran
perhatikan secara mendalam, pelaksanaan
minim. Lebih lanjut Ia menyampaikan
442
Provinsi Nusa Tengara Timur Secara umum pelayanan publik dapat dipahami sebagai jenis pelayanan yang disediakan untuk masyarakat, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Tujuan
pelayanan
publik
adalah
untuk
menyediakan pelayanan yang terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan publik harus mencakup beberapa unsur yakni: Pertama, terdapat kejelasan antara hak dan kewajiban pemberi dan penerima layanan. Kedua, pengaturan pelayanan publik disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Ketiga, kualitas proses dan hasil
pelayanan
kenyamanan,
memberikan
kelancaran
dan
keamanan, kepastian
hukum. Keempat, apabila pelayanan publik dirasakan terlalu mahal, harus ada peluang bagi masyarakat untuk menyelenggarakan sistem pelayanan sendiri.14 Sektor pendidikan merupakan bagian penting dalam pelayanan publik. Pemekaran
14 Rahmadani Yusran, Evaluasi Dampak Kebijakan Pemekaran Daerah di Indonesia: Studi Daerah Pemekaran Kabupaten Solok Selatan, dalam Jurnal Demokrasi, Vol. VI No. 2 Th. 2007, hlm. 162.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
443
Tabel 2 Data Sarana Pendidikan Sekolah Dasar / sederajat dan Penduduk Usia Sekolah Pada Kecamatan Sebelum dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Timor Tengah Selatan Hingga Tahun 2012 No. Kecamatan Sebelum Jml Jml Siswa No. Pemekaran Sekolah Usia (SD/MI/ Sekolah SDLB) (7-12 thn)
Kecamatan Sesudah Pemekaran
Jml Sekolah (SD/MI/ SDLB)
Jml Siswa Usia Sekolah (7-12 thn)
1
Kec. Mollo Utara
26
3,721
1
Kec. Toianas
15
2,030
2
Kec. Mollo Selatan
12
1,525
2
Kec. Oenino
13
1,431
3
Kec. Amanuban Timur
29
3,201
3
Kec. Nunkolo
14
2,470
4
Kec. Amanuban Tengah
17
2,180
4
Kec. Kualin
21
3,416
5
Kec. Amanuban Selatan
25
3,658
5
Kec. Kot'olin
12
1,731
6
Kec. Amanuban Barat
17
3,246
6
Kec. Kolbano
23
2,608
7
Kec. Amanatun Selatan
22
3,044
7
Kec. Molo Barat
9
1,161
8
Kec. Amanatun Utara
22
2,746
8
Kec. Kokbaun
4
620
9
Kec. Kota Soe
20
5,043
9
Kec. Noebana
7
632
10
Kec. Ki'e
24
3,192
10
Kec. Santian
10
1,189
11
Kec. Kuanfatu
27
3,261
11
Kec. Fatukopa
6
724
12
Kec. Fatumnasi
8
1,068
12
Kec. Faut'molo
6
833
13
Kec. Polen
21
2,245
13
Kec. Numbena
8
862
14
Kec. Batuputih
15
1,925
14
Kec. Tobu
13
1,604
15
Kec. Boking
12
1,384
15
Kec. Kuat'nana
18
2,670
16
Kec. Noebeba
17
2,186
17
Kec. Mollo Tengah
9
1,150
297
41,439
205
27.317
15 Kecamatan
17 Kecamatan
Sumber: Bagian Program Dinas PPO KAB Timor Tengah Selatan Tahun 2013
daerah
memungkinkan
pemerintah
memperbaiki pemerataan fasilitas pendidikan,
dapat di lihat data yang penulis peroleh di lokasi penelitian:
baik di tingkat dasar maupun lanjutan, serta
Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan
menyediakan lebih banyak tenaga pendidik
bahwa untuk rentang usia siswa sekolah
yang memadai melalui peran pemerintah
di tingkat sekolah dasar atau sederajat
daerah. Rentang kendali yang lebih pendek dan
dibandingkan
alokasi fiskal yang lebih merata seyogyanya
sekolah sudah cukup memadai. Sebagai salah
menjadi modal dasar bagi peningkatan
satu contoh kecamatan sebelum pemekaran
pelayanan bidang pendidikan di setiap daerah,
yaitu kecamatan Mollo Utara jumlah sekolah
khususnya daerah pemekaran. Berikut ini
dasar atau sederajat yaitu sebanyak 26 Sekolah
dengan
keberadan
jumlah
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
444
Tabel 3 Data Sarana Pendidikan SMP / Sederajat dan Penduduk Usia Sekolah Pada Kecamatan Sebelum dan Sesudah pemekaran Di Kabupaten Timor Tengah Selatan hingga Tahun 2012
Jumlah Siswa Kecamatan Sebelum Jumlah Sekolah Usia Sekolah No. No. Pemekaran (SMP/MTs/SMPLB (13-15Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kec. Mollo Utara Kec. Mollo Selatan Kec. Amanuban Timur Kec. Amanuban Tengah Kec. Amanuban Selatan Kec. Amanuban Barat Kec. Amanatun Selatan Kec. Amanatun Utara Kec. Kota Soe Kec. Ki'e Kec. Kuanfatu Kec. Fatumnasi Kec. Polen Kec. Batuputih Kec. Boking
15 Kecamatan
9 5 7 4 7 7 8 4 10 7 7 2 4 3 3
1.762 1.212 841 1.258 1.006 2.002 1.136 988 4.232 1.348 1.422 344 747 567 803
87
19.668
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Sesudah Pemekaran
Jumlah Siswa Jumlah Sekolah Usia Sekolah (SMP/MTs/SMPLB (13-15Tahun)
Kec. Toianas Kec. Oenino Kec. Nunkolo Kec. Kualin Kec. Kot'olin Kec. Kolbano Kec. Molo Barat Kec. Kokbaun Kec. Noebana Kec. Santian Kec. Fatukopa Kec. Faut'molo Kec. Numbena Kec. Tobu Kec. Kuat'nana Kec. Noebeba Kec. Mollo Tengah
4 3 2 7 3 6 1 1 1 4 1 2 4 2 3 1
728 461 804 1.235 617 840 366 200 275 416 248 298 300 346 861 573 9.667
17 Kecamatan
45
18.235
Sumber: Bagian Program Dinas PPO KAB Timor Tengah Selatan
dan jumlah siswa usia sekolah sebanyak
kecamatan sebelum dan sesudah pemekaran
3,721 jiwa, sedangkan di kecamatan sesudah
sangat timpang atau tidak sebanding dengan
pemekaran yaitu di kecamatan Toianas,
keberadaan jumlah siswa usia sekolah dimana
jumlah sekolah dasar atau sederajad sebanyak
tingkat rata-rata 1 sekolah SMP atau sederajad
15 Sekolah dan jumlah siswa usia sekolah
menampung lebih dari 180 siswa, sebagai mana
sebanyak 3,030 jiwa. Jadi rata-rata untuk satu
contoh yang terlihat pada kecamatan Mollo
sekolah dasar dapat menampung 140 siswa.
Tengah. Bahkan yang sangat disayangkan ada
Data yang terlihat pada tabel 3, dapat dijelaskan bahwa ketersediaan
siswa usia sekolah tapi belum ada sekolahnya
sekolah
seperti yang terlihat di wilayah Kecamatan
tingkat SMP atau sederajad yang ada di
Fautmolo padahal tujuan pemekaran adalah
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
445
Tabel 4 Data Sarana Pendidikan SMA /sedeajat dan Penduduk Usia Sekolah Pada Kecamatan Sebelum dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Timor Tengah Selatan hingga Tahun 2012
Kecamatan Sebelum No. Pemekaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kec. Mollo Utara Kec. Mollo Selatan Kec. Amanuban Timur Kec. Amanuban Tengah Kec. Amanuban Selatan Kec. Amanuban Barat Kec. Amanatun Selatan Kec. Amanatun Utara Kec. Kota Soe Kec. Ki'e Kec. Kuanfatu Kec. Fatumnasi Kec. Polen Kec. Batuputih Kec. Boking
15 Kecamatan
Jumlah Siswa Jumlah Sekolah Usia Sekolah No. (SMA/MA/SMLB) (16-18 Tahun) 2 2 3 3 1 1 4 1 10 3 1 1 1 1 2
1.195 1.108 895 1.019 1.381 1.730 980 910 3.655 1.014 1.117 340 452 637 437
36
16.870
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Sesudah Pemekaran
Jumlah Siswa Jumlah Sekolah Usia Sekolah (SMA/MA/SMLB) (16-18 Tahun)
Kec. Toianas Kec. Oenino Kec. Nunkolo Kec. Kualin Kec. Kot'olin Kec. Kolbano Kec. Molo Barat Kec. Kokbaun Kec. Noebana Kec. Santian Kec. Fatukopa Kec. Faut'molo Kec. Numbena Kec. Tobu Kec. Kuat'nana Kec. Noebeba Kec. Mollo Tengah
1 1 3 2 1 2 1 2 -
507 355 563 1.112 440 601 346 128 270 360 215 232 287 342 923 426 501
17 Kecamatan
13
7.608
Sumber: Bagian Program Dinas PPO KAB Timor Tengah Selatan
untuk
memberikan
dan
mendekatkan
pelayanan publik bagi masyarakat.
kecamatan hasil pemekaran yang hingga kini belum mempunyai sekolah tingkatan
Data yang termuat pada tabel 4 diatas
SMA/sederajat, seperti Kecamatan Oenino,
memperlihatkan adanya ketikakseimbangan
Kecamatan Kot’olin, Kecamatan Molo Barat,
jumlah siswa usia sekolah dengan ketersediaan
Kecamatan Kok Baun, Kecamatan Fatukopa,
sekolah yang ada. Tiap kecamatan rata-rata
Kecamatan Numbena, Kecamatan Tobu,
hanya memiliki satu sampai dua gedung
Kecamatan Noebeba dan Kecamatan Mollo
sekolah tingkatan SMA sementara jumlah
tengah sedangkan jumlah siswa usia sekolah
siswa yang membutuhkan layanan pendidikan
menunjukan angka yang cukup tinggi yakni
pada tingkatan tersebut mencapai ratusan
rata-rata 350 jiwa perkecamatan.
hingga ribuan orang. Bahkan yang sangat
Mencermati kenyataan pada tabel 4 diatas,
memprihatinkan adalah terdapat beberapa
dapat dikatakan bahwa Daerah Otonom Baru
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
446
(DOB) memiliki daya tampung sekolah yang
dunia usaha dalam pembangunan pendidikan
lebih rendah dibandingkan kelompok daerah
termasuk peran dan fungsi dewan pendidikan
induk. Hal ini berlaku untuk semua jenjang
dan komite sekolah.
pendidikan. mengandung
Indikator
makna
sesungguhnya
hukum yang di hadapi dinas PPO Kabupaten
Pertama, ketersediaan sekolah; dan kedua,
Timor Tengah Selatan adalah berkaitan dengan
partisipasi masyarakat.
Peraturan Bupati (PERBUB) yang hanya
mengukur
yang
Di samping kendala teknis di atas, kendala
krusial.
Dalam
dua
ini
pelayanan
menetapkan 15 UPT (unit pelaksana teknis)
publik di bidang pendidikan digunakan
pendidikan di wilayah kecamatan sementara
indikator rasio siswa per sekolah. Rasio siswa
dari sisi kelembagaan jumlah kecamatan
per sekolah menunjukkan daya tampung
sudah meningkat menjadi 32 kecamatan
sekolah dalam menyerap seluruh siswa yang
sehingga diyakini pelayanan pendidikan
ada di suatu wilayah. Semakin tinggi jumlah
tidak mungkin maksimal bila tidak ada
siswa per sekolah maka semakin tinggi daya
penambahan UPT oleh karena itu Peraturan
tampung sekolah yang menunjukkan baiknya
Bupati (PERBUB) tersebut perlu di revisi
kinerja daerah dalam menyediakan fasilitas
(harus ditinjau kembali) agar dapat menjawab
pendidikan.
kebutuhan yang ada. Kendala hukum lain
Pembangunan
kinerja
belum
yang juga sangat berpengaruh dalam proses
sepenuhnya mampu memberikan pelayanan
peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten
pendidikan
Timor
yang
pendidikan berkualitas.
Menurut
Tengah
Selatan
tersebut
adalah
observasi penulis, beberapa faktor penyebab
keabsahan kepemilikan tanah oleh sekolah
rendahnya kualitas pelayanan pendidikan di
dimana sering terjadi sengketa kepemilikan
Kabupaten Timor Tengah Selatan
tanah antara sekolah dan masyarakat dimana
1)
Ketersediaan
tenaga
adalah;
pendidik
dan
masyarakat tertentu sering mengklain tempat/
kependidikan yang belum memadai, baik dari
tanah bangunan sekolah sebagai hak milik
segi jumlah maupun mutu; 2) Terbatasnya
sehingga sangat mengganggu proses belajar
sarana dan prasarana pendidikan, seperti
mengajar.
perpustakaan, laboratorium dan ruang kelas; 3)
Pelaksanaan pelayanan publik di bidang
Manajemen pendidikan belum berjalan secara
pendidikan di Kabupaten Timor Tengah
efektif dan efisien disebabkan oleh rendahnya
Selatan secara umum dapat dikatakan belum
kompetensi guru dan kepala sekolah serta
optimal memanfaatkan sumber daya yang
kurangnya Sarana dan prasarana pendukung
ada, karena konsentrasi pembangunan fisik
pendidikan seperti jalan dan sanitasi; dan
masih terarah ke dalam paradigma pelayanan
4) Rendahnya peran serta masyarakat dan
seperti
yang
dikemukakan
Osborne
&
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
447
Plastrik.15 Meski Pemerintahan Kabupaten
tertentu
Timor Tengah Selatan concern dalam upaya
hidupnya. Dari gambaran di atas, terlihat
peningkatan pelayanan di bidang pendidikan
bahwa
melalui pembangunan sarana dan prasarana,
Tengah Selatan secara keseluruhan belum
pemerintah dianggap belum mampu menjadi
mampu
spending more and doing more seperti
signifikan dalam meningkatkan keikutsertaan
dalam mitos liberal dan bahkan upaya-upaya
masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan
memaksimalkan
publik.
justru
penggunaan
mengakibatkan
semakin
anggaran besarnya
perhatian pemerintah kepada pembangunan infrastruktur
ketimbang
mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang mengarah pada usaha peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Pada sisi lain, ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan pelayanan publik serta kondisi daerah yang masih
mengalami
ketertinggalan,
juga
mengakibatkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan publik juga belum optimal. Dalam paradigma pelayanan publik (co-production) dijelaskan bahwa pemberian layanan baik sebagai sebuah penataan maupun proses, di mana pemerintah dan masyarakat membagi tanggung jawab (conjoint responsibility) dalam menyediakan pelayanan publik.16 Hal ini berarti bahwa perubahan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah akan terlihat dari tingkat kesadaran masyarakat untuk terlibat secara massif dalam memanfaatkan jenis pelayanan
dalam
meningkatkan
Pemerintahan menghasilkan
kualitas
Kabupaten perubahan
Timor yang
C. Upaya Hukum Yang Ditempuh Oleh
Pemerintah
Kabupaten
Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tengara Timur Memperbaiki Kebijakan
Pemekaran
Wilayah
Yang Berbasis Pelayanan Publik Pada Sektor Pendidikan Kualitas pelayanan publik merupakan satu hal yang erat kaitannya dengan pemekaran daerah. Pemekaran daerah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, antara lain melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan publik, termasuk bidang pendidikan. Jelas bahwa pembangunan fasilitas publik seyogyanya dibarengi dengan peningkatan kualitas dan efektivitas pelayanan itu sendiri, sehingga dapat secara optimal mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Secara teoritis pemekaran daerah yang sudah berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia berasumsi bahwa pembentukan wilayah (khususnya di tingkat kecamatan)
15 David Osborne dan Peter Plastrik, Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government, Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts, 1996, hlm. 13. 16 Melissa J Marschall, Citizen Participation and the Neighborhood Context: A New Look at the Coproduction of Local Public Good, Political Research Quarterly. Academic Research Library, 2004, hlm. 232.
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
448
memiliki korelasi positif dengan peningkatan
(misalnya bagaimana guru bisa di ikut
kehidupan
sertakan dalam kegiatan diklat, bimtek
demokrasi
masyarakat
lokal.
Asumsi ini sangatlah logis, sebab ketika terjadi
dan lain sebagainya)
pemekaran wilayah, maka secara otomatis
3. Perlunya kebijakan yang berorientasi
akan terjadi penambahan unit pemerintahan.
pada peningkatan mutu pendidikan secara
Selanjutnya,
berkelanjutan
jangkauan
teritorial
secara
dengan
menggunakan
otomatis menjadi semakin pendek/dekat,
evaluasi diri sekolah (EDS) dan evaluasi
sementara jumlah penduduk yang harus
diri kabupaten (EDK) sebagai dokumen
dilayani pun menjadi semakin sedikit.
untuk
Langkah-langkah konkrit dan strategis
menetapkan
perencanaan
pendidikan ke depan.
yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Daerah
Untuk menjawab visi masyarakat Timor
Kabupaten Timor Tengah Selatan guna
Tengah Selatan yakni menghasilkan insan
memaksimalkan pelayanan publik di sektor
Timor Tengah Selatan yang berkualitas dan
pendidikan yaitu :
kompetitif maka ketiga langkah stategis di
1. Perlunya kebijakan yang berorientasi
atas dirasa tidaklah cukup bila tidak dibarengi
kepada perluasan dan revitalisasi layanan
dengan langkah pembenahan pendidikan
pendidikan bagi pulik (kebijakan pertama
misalnya :
ini tidak harus dipahami bahwa harus buka
a. Disiplin dan tata tertip disekolah
sekolah baru tapi harus selektif dalam
b. Menejemen sekolah
membuka sekolah) dengan mengacu
c. Persiapan guru ketika masuk mengajar
pada 8 standart pendidikan yakni:
(guru masuk kelas harus ada persiapan)
•
Standart isi (kurikulum)
d. Pengelolaan keuangan sekolah
•
Standart proses (proses KBM)
e. Sarana prasarana
•
Standar pengelolaan
f.
•
Standar pembiayaan (benahi agar dana bos jangan jadi konflik)
Relasi antara sekolah, komite, masyarakat dan lembaga pemerhati pendidikan
g. Komitmen dan moral kerja guru sebagai
•
Sarana dan prasarana
panggilan jiwa bukan sekedar panggilan
•
Standar kopetensi lulusan (standart
profesi.
prioritas) •
Standar evaluasi
Upaya hukum yang harus ditempuh kedepan adalah regulasi mengenai pemekaran
2. Perlunya kebijakan yang berorientasi
harus didasarkan dan disesuaikan pada potensi
pada peningkatan mutu guru dalam rangka
yang ada pada kecamatan (harus dilakukan
upaya meningkatan mutu pendidikan
secara selektif).17 Perlunya sosialisasi hukum
17 Wawancara dengan Bapak Aba L. Anie, SH., M.Si Kepala Dinas PPO Kab. TTS, pada hari Selasa, 1 Desember 2013.
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
449
dengan masyarakat adat untuk mengatasi
segera ditindak lanjuti dan diakomodir untuk
sengketa-sengketa yang timbul serta lewat
pembenahan
penegasan dan penetapan hak atas tanah.18
di sektor pendidikan. Karena pendidikan
Josis H.I.Banamtuan19 berpendapat bahwa upaya hukum lain yang perlu di tempuh adalah pembentukan Tim Kerja Kabupaten, Kecamatan dan Desa melalui Peraturan Bupati
kualitas
merupakan
salah
pelayanan
satu
sarana
publik untuk
mewujudukkan cita-cita luhur bangsa.
Simpulan
untuk menginfentarisir anak-anak usia sekolah
Berdasarkan hasil analisis yang dipaparkan
yang tidak bersekolah dan atau putus sekolah
dalam pembahasan di atas dapat disimpulkan
untuk bersekolah (keharusan wajib belajar 9
bahwa:
tahun), sehingga pendidikan usia dini dapat
1. Kebijakan pemekaran kecamatan yang
terlaksana karena dengan pendidikan maka
berbasis pelayanan publik khususnya di
gelandangan dan pengemis anak bisa ditekan
sektor pendidikan di wilayah Kabupaten
seminimal mungkin. Sementara Nikson D. E.
Timor Tengah Selatan sudah tepat
Nomleni berpendapat bahwa20 upaya hukum
sasaran, hasilnya berupa adanya sekolah-
yang harus ditempuh oleh pihak Pemda adalah
sekolah negeri yang di bangun pada setiap
harus membuat Perda tentang keterlibatan
kecamatan termasuk kecamatan hasil
seluruh stakeholder dalam bidang pendidikan.
pemekaran, namun implementasi layanan
Sedangkan menurut Christian J. Pay21, Upaya
belum maksimal di lakukan karena
yang perlu di lakukan Pemda Timor Tengah
kurang atau terbatasnya ketersediaan
Selatan terkait sektor pendidikan adalah
tenaga pendidik serta rendahnya kualitas
menyerahkan
keilmuan yang dimiliki oleh tenaga
urusan-urusan teknis dari
pemerintah Kabupaten/Dinas PPO kabupaten ke kecamatan, dan usulan pengadaan guru di
pendidik yang ada di wilayah tersebut. 2. Kendala hukum dalam pelaksanaan
semua jenjang pendidikan sesuai kebutuhan
kebijakan
ke tingkat Pusat termasuk pembukaan sekolah
berbasis pelayanan publik pada sektor
baru.
pendidikan di Kabupaten Timor Tengah
Upaya hukum ini merupakan sebuah langkah strategis ke depan yang harus
pemekaran
wilayah
yang
Selatan Provinsi Nusa Tengara Timur adalah
Pertama,
Peraturan
Bupati
18 Wawancara dengan Bapak Drs. Alfred M. Kase, M.Si., Tokoh Masyarakat (Pemerhati pendidikan & Pembangunan) Kabupaten Timor Tengah Selatan, pada hari Senin, 2 Desember 2013. 19 Wawancara dengan Bapak Josis H.I.Banamtuan, S.Sos, Sekretaris kecamatan Molo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pada hari Kamis, 28 November 2013. 20 Wawancara dengan Bapak Nikson D. E. Nomleni, S.Sos. M.Si., Kepala Bidang Penelitian, Statistik dan Pelaporan BAPPEDA Kabupaten Timor Tengah Selatan, pada hari Rabu, 4 Desember 2013. 21 Wawancara dengan Bapak Christian J. Pay, BA., Anggota DPRD TTS atau Wakil ketua Komisi D DPRD Kab. TTS, pada hari Jumat, 6 Desember 2013.
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
450
(PERBUB) yang hanya menetapkan 15
Selatan Provinsi Nusa Tengara Timur
UPT (unit pelaksana teknis) pendidikan
Memperbaiki
di wilayah kecamatan sementara dari
Wilayah
sisi kelembagaan jumlah kecamatan
Publik Pada Sektor Pendidikan adalah
sudah meningkat menjadi 32 kecamatan
pertama, regulasi mengenai pemekaran
sehingga
pendidikan
harus didasarkan dan disesuaikan pada
tidak akan maksimal bila tidak ada
potensi yang ada pada kecamatan; kedua,
penambahan UPT pendidikan sesuai
sosialisasi hukum dengan masyarakat
jumlah kecamatan yang ada. Kedua,
adat untuk mengatasi sengketa-sengketa
adalah menyangkut masalah pertanahan
yang timbul serta perlu penegasan
(keabsahan
oleh
dan penetapan hak atas tanah; ketiga,
sekolah) dimana sering terjadi sengketa
penerapan Peraturan Bupati nomor 45/
kepemilikan tanah antara sekolah dan
KEP/HK/2013
masyarakat
masyarakat
Tim Penilaian dan Tim Penyusun Indeks
tertentu yang sering mengklaim tempat/
Kepuasan Masyarakat di lingkungan
tanah bangunan sekolah sebagai hak
Pemerintah
milik.
Tengah Selatan tahun 2013; keempat,
pelayanan
kepemilikan
karena
ada
adanya
Ketiga,
tanah
kesenjangan
Kebijakan
Yang
Pemekaran
Berbasis
tentang
Pelayanan
Pembentukan
Kabupaten
Timor
kesetaraan kenaikan pangkat antara guru
pembentukan
swasta dan guru PNS akibat kekaburan
kecamatan dan desa melaui Peraturan
prosedur. Keempat pembentukan UPT
Bupati; kelima, harus membuat Perda
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah
tentang keterlibatan seluruh stakeholder
Raga
belum
dalam bidang pendidikan; keenam, Pemda
maksimal sehingga fungsi administratif
Timor Tengah Selatan terkait sektor
dan pengawasan maupun evaluasi tidak
pendidikan adalah menyerahkan urusan-
terlaksana diakibatkan belum ada payung
urusan teknis dari pemerintah Kabupaten
hukum yang menaunginya.
/Dinas PPO kabupaten ke kecamatan dan
(PPO)
di
kecamatan
Tim
kerja
kabupaten,
3. Upaya Hukum Yang Ditempuh Oleh
usulan pengadaan guru di semua jenjang
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah
pendidikan sesuai kebutuhan ke tingkat Pusat termasuk pembukaan sekolah baru.
451
ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452
DAFTAR PUSTAKA Buku
in a Decentralising Indonesia, Bulletin
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum
of Indonesian Economic Studies 41(1).
Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.
Melissa
Strategies
for
Government,
Reinventing
HR.
Makaganza,
2008,
Pemekaran
Penataaan
Rahmadani Yusran, 2007, Evaluasi Dampak Kebijakan Pemekaran Daerah di Indonesia: Studi Daerah Pemekaran
FusPad,
Kabupaten Solok Selatan, dalam
Perencanaan
1992,
Pembiayaan
Pembangunan,
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta. Sunarno,
2005,
Hukum
Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Soerjono
Soekanto,
Penelitian
1986,
Hukum,
Jurnal Demokrasi, Vol. VI No. 2.
dan
Universitas Indonesia, Jakarta.
Siswanto
Pemekaran
USAID, 29 Febuary 2008.
Yogyakarta. Kunarjo,
Daerah:
dan Penggabungan Daerah, Paper
Tantangan
Daerah,
the
Pratikno, Usulan Perubahan Kebiajakan
Publishing Company, Massachusetts. Riset Ilmiah, UMM Pers, Malang.
at
Research Library.
Addison-Wesley
Endang Poerwanti, 1998, Dimensi-Dimensi
Look
Political Research Quarterly. Academic
David Osborne dan Peter Plastrik, 1996, Five
Citizen
Coproduction of Local Public Good,.
2007, Bappenan dan UNDP, Jakarta. The
2004,
Context: A New
Dampak Pemekaran Daerah 2001-
Bureaucracy:
Marschall,
Participation and the Neighborhood
Darmawan dkk., 2008, Studi Evaluasi
Banishing
J
Pengantar Universitas
Wisnu
Ali
Putra,
2013,
Evaluasi
Pembentukan Desa Sepala Dalung Kecamatan Sesayap Hihir Kabupaten Tana Tidung, eJournal Pemerintahan Integratif, ISSN 2337-8670, Ejournal. pin.or.id.
Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia Press, Jakarta.
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Jurnal dan Naskah
Daerah.
Fitrani, Fitria, Hofman Bert dan Kai Kaser, 2005,
Unity
in
Diversity?
The
Creation of New Local Government
PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan
Penggabungan Daerah.
dan
Charles Banoet, Evaluasi Kebijakan Pemekaran Kecamatan yang...
452
PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
Pembentukan Susunan Organisasi
PP No. 30 Tahun 1996 tentang Pembentukan
dan Tata Kerja 6 Kecamatan.
Kecamatan di Wilayah Dati II Timor
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah
Tengah Selatan (TIMOR TENGAH
Selatan No. 2 Tahun 2006 tentang
SELATAN),
dan
Pembentukan Susunan Organisasi
Manggarai dalam wilayah Provinsi
dan Tata Kerja Kecamatan Mollo
Dati I NTT.
Barat dan Kecamatan Kok’baun.
Flores
Timur
PP No. 29 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah
Kecamatan di Wilayah Kabupaten
Selatan No. 29 Tahun 2007 tentang
Timor Tengah Selatan (TIMOR
Pembentukan Kecamatan Noebana,
TENGAH
Kecamatan
SELATAN),
Timor
Santian,
Kecamatan
Tengah Utara (TTU), Bellu, Ende,
Fatukopa, Kecamatan Faut’molo,
Ngada, Sikka dan Sumba Barat
Kecamatan Nunbena, Kecamatan
dalam wilayah Dati I NTT.
Tobu,
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan No. 5 Tahun 2002 tentang
Kecamatan
Kuatnana,
Kecamatan Noebeba dan Kecamatan Mollo Tengah.