ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA SITU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
TUDRIKA SABILA SADIDA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi maupun lembaga manapun. Sumber pustaka yang dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2014
Tudrika Sabila Sadida H44100014
iv
ABSTRAK TUDRIKA SABILA SADIDA. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan KASTANA SAPANLI. Situ Babakan yang terletak di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, telah dimanfaatkan sebagai daerah resapan air sekaligus tujuan wisata berbasis sumberdaya alam. Lokasinya yang berada di kawasan Perkampungan Budaya Betawi membuat Situ Babakan juga memiliki daya tarik wisata berupa budaya Betawi sehingga Situ Babakan menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi terutama pada akhir pekan. Situ Babakan sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat sekitar sebagai penyedia atraksi wisata yang menjadi penentu kualitas produk wisata. Sebaliknya, jumlah pengunjung yang datang ke Situ Babakan dan pengeluaran mereka di kawasan wisata akan memberi dampak langsung pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dirumuskan bahwa penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar obyek wisata, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, serta mengestimasi nilai dan dampak ekonomi dari keberadaan Situ Babakan ini. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis regresi linear berganda, Individual Travel Cost Method, dan multiplier effect. Hasil penelitian ini adalah estimasi nilai ekonomi wisata sebesar Rp 2.727.869.591,87 per tahun, dampak langsung sebesar Rp 512.134.333,89 per bulan, dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp 75.640.476,19 per bulan, dan dampak lanjutan sebesar Rp 54.725.884,52 per bulan. Nilai Keynesian income multiplier adalah 0,87, dengan nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1,15 dan nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,25. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan wisata Situ Babakan memiliki dampak tidak langsung dan lanjutan yang besar, namun dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar belum signifikan.
Kata kunci: dampak ekonomi wisata, efek pengganda, metode biaya perjalanan, nilai ekonomi wisata, Situ Babakan
2
ABSTRACT TUDRIKA SABILA SADIDA. Estimation of Value and Economic Impact of Tourism Activities in Situ Babakan, South Jakarta. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and KASTANA SAPANLI. Situ Babakan, located in Srengseng, South Jakarta, has been used as water reservoir and natural resource-based tourist destination at the same time. Its location at Betawi Cultural Village made Situ Babakan also have Betawi culture as tourist attraction and Situ Babakan became a busy tourist destination especially on weekends. Situ Babakan needs involvement surrounding communities as supplier of tourist attractions which determine quality of tourism products. On the other way, amount of tourists who come to Situ Babakan and their expenditure there will give direct impact to surrounding communities. Therefore, this study aimed to identify characteristics of visitors, businesses, labors, and surrounding communities, identify factors which influence tourism demand, and estimate economic value and impact of tourism for surrounding communities. This study used survey method. Analysis method which used in this study are descriptive analysis, multiple linear regression analysis, Individual Travel Cost Method, and multiplier effect. Results of this study are estimation of economic value of tourism at Rp 2.727.869.591,87 per year, direct economic impact Rp 512.134.333,89 per month, indirect economic impact Rp 75.640.476,19 per month, and induced economic impact Rp 54.725.884,52 per month. Keynesian income multiplier value is 0,87, while the values of ratio income multiplier type I and ratio income multiplier type II are 1,15 and 1,25. Analysis results suggest that although tourism activities Situ Babakan has great indirect and induced economic impact, but perception on direct economic impact to surrounding communities has not been significant. Keywords: economic impact of tourism, economic value of tourism, multiplier effect, Situ Babakan, Travel Cost Method
3
ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA SITU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
TUDRIKA SABILA SADIDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
4
6
7
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah nilai dan dampak ekonomi kegiatan wisata, dengan judul Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan, Jakarta Selatan. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : Kedua orangtua tercinta, Ibu Sri Sofrini dan Bapak Suparman, kedua adik saya Yudrika Azka Muhitha dan Harashta Mudrika Maziyya yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa, dan kasih sayang. Bapak Prof Dr Ir Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian studi. Bapak Ir. Nindyantoro, M.SP selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku Dosen Penguji Wakil Departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak Indra, staff pengelola Perkampungan Budaya Betawi, serta pihakpihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen khususnya Dosen ESL dan rekan-rekan ESL 47 atas semua arahan, saran, dan bantuannya. Teman-teman Dessy, Desi, Nabila, Rahayu, dan Deiby yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan semangat. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengelolaan wisata Situ Babakan secara lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Bogor, September 2014
Tudrika Sabila Sadida
8
9
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 5 1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 7 2.1. Situ ............................................................................................................... 7 2.2. Wisata dan Pariwisata .................................................................................. 8 2.3. Ekowisata ..................................................................................................... 9 2.4. Permintaan Wisata ...................................................................................... 11 2.5. Nilai Ekonomi ............................................................................................ 13 2.6. Dampak Ekonomi Wisata ........................................................................... 16 2.7. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 17 3. KERANGKA PENELITIAN ........................................................................... 21 4. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 23 4.1. Metode Penelitian ...................................................................................... 23 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 25 4.3. Metode Pengambilan Sampel .................................................................... 25 4.4. Metode Analisis Data ................................................................................. 25 4.4.1. Karakteristik Pengunjung, Tenaga Kerja, Unit Usaha, dan Masyarakat Sekitar Situ Babakan ..................................................... 26 4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Situ Babakan ............................................................................................ 26 4.4.3. Nilai Ekonomi Wisata ....................................................................... 29 4.4.4. Dampak Ekonomi Wisata ................................................................. 30 4.5. Batasan Penelitian ...................................................................................... 31
10
5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN .............................................................. 33 5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 33 5.2. Keadaan Umum Obyek Wisata .................................................................. 34 5.3. Pengelolaan Wisata .................................................................................... 35 6. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 37 6.1. Gambaran Umum ....................................................................................... 37 6.1.1. Karakteristik Responden Pengunjung Situ Babakan ........................ 37 6.1.2. Karakteristik Responden Unit Usaha di Situ Babakan ..................... 44 6.1.3. Karakteristik Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan ................. 47 6.1.4. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Situ Babakan ............ 51 6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Situ Babakan ..... 53 6.2.1. Variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata Situ Babakan ...................................................................................... 55 6.2.2. Pengujian Asumsi Linear Berganda ................................................. 57 6.3. Nilai Ekonomi Situ Babakan ..................................................................... 59 6.4. Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan .................................... 61 6.4.1. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) .................................. 61 6.4.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ...................... 63 6.4.3. Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ................................. 65 6.4.4. Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) ......................................... 65 6.5. Rekomendasi Pengelolaan Situ Babakan ................................................... 67 7. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 69 7.1. Simpulan .................................................................................................... 69 7.2. Saran .......................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71 LAMPIRAN ......................................................................................................... 75 RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 86
11
DAFTAR TABEL 1 Jumlah Pengunjung Situ Babakan Tahun 2008-2013 ..................................... 2 2 Matriks Jenis dan Sumber Data .................................................................... 23 3 Matriks Metode Analisis Data ...................................................................... 26 4 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Situ Babakan ............................. 37 5 Persepsi Pengunjung mengenai Prasarana dan Sarana di Situ Babakan ....... 43 6 Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha .................................................... 45 7 Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja ................................................ 47 8 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Situ Babakan ................. 51 9 Analisis Regresi Permintaan Wisata Situ Babakan ...................................... 55 10 Perhitungan Nilai Ekonomi Situ Babakan pada Tahun 2013 ....................... 59 11 Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Situ Babakan ....................... 61 12 Proporsi Alokasi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan ........ 62 13 Proporsi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan ..................... 62 14 Pendapatan Unit Usaha per Bulan ................................................................ 63 15 Proporsi Pengeluaran Unit Usaha ................................................................. 63 16 Estimasi Pendapatan Tenaga Kerja Situ Babakan ........................................ 64 17 Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja .............................................................. 65 18 Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung Situ Babakan ............. 66
12
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 21 2 Sebaran Asal Daerah Pengunjung Situ Babakan .......................................... 39 3 Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung Situ Babakan ................................... 39 4 Sebaran Jenis Kendaraan Pengunjung Situ Babakan .................................... 40 5 Sebaran Frekuensi Kunjungan Pengunjung Situ Babakan ........................... 40 6 Sebaran Pengetahuan Responden Mengenai Situ Babakan .......................... 41 7 Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung Situ Babakan .............................. 42 8 Sebaran Motivasi Kunjungan Pengunjung Situ Babakan ............................. 42 9 Sebaran Waktu Buka Unit Usaha per Pekan ................................................ 46 10 Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha .................................... 46 11 Sebaran Lama Tenaga Kerja Bekerja di Situ Babakan ................................. 49 12 Sebaran Hari Kerja Tenaga Kerja di Situ Babakan ...................................... 50 13 Sebaran Jam Kerja Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan .................... 50 14 Sebaran Jumlah Tanggungan Masyarakat Sekitar Situ Babakan ................. 52 15 Sebaran Lama Tinggal Masyarakat Sekitar Situ Babakan ........................... 53 16 Sebaran Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata bagi Masyarakat .................... 54
13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Lokasi Situ Babakan (Perkampungan Budaya Betawi) ........................ 76 2 Fasilitas dan Aktivitas Wisata di Situ Babakan ............................................. 77 3 Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Minitab ........................................ 78 4 Uji Normalitas ............................................................................................... 79 5 Uji Heteroskedastisitas .................................................................................. 80 6 Perhitungan Surplus Konsumen .................................................................... 81 7 Proporsi Pengeluaran Pengunjung di Situ Babakan ...................................... 82 8 Pendapatan Tenaga Kerja di Situ Babakan ................................................... 84 9 Perhitungan Efek Pengganda ........................................................................ 85
14
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata dianggap cukup potensial sebagai alternatif untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Dalam GBHN tahun 1993 disebutkan bahwa pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara, serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional (Yoeti 2008). Spilane (1987) dalam Soebagyo (2012) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong pengembangan wisata di Indonesia, antara lain berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibandingkan dengan waktu lalu, merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas, adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten, dan besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan pariwisata sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan meratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta mendorong pendayagunaan produk nasional. Situ, atau danau, merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Sebagai wilayah penampungan air, situ juga memiliki potensi pemanfaatan secara ekologis, ekonomis, maupun sosial budaya (Puspita et al. 2005). Wisata dapat dikembangkan dari keberadaan suatu sumberdaya alam. Banyak situ di Indonesia yang dikembangkan sebagai obyek wisata dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam tersebut. Salah satunya
2
adalah Situ Babakan yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999, Situ Babakan merupakan sistem pusat kegiatan penunjang berdasarkan kegiatan pelayanan berfungsi khusus, yaitu sebagai obyek wisata. Lokasi Situ Babakan berada di kawasan perkampungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Oleh karena itu, pengelolaan Situ Babakan dilakukan oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi sejak diterbitkannya Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta. Peta lokasi Situ Babakan disajikan pada Lampiran 1. Situ Babakan memiliki potensi wisata yang merupakan perpaduan obyek wisata alam dan obyek wisata budaya. Wisata alam yang disajikan di situ ini adalah wisata air dan wisata agro yang dikembangkan oleh masyarakat Betawi setempat. Wisata budaya yang dapat dinikmati di lokasi ini adalah pagelaran seni musik, tari, dan teater tradisional, prosesi budaya Betawi, hasil industri rumah tangga, dan berbagai aktivitas tradisional masyarakat Betawi. Perpaduan ini ternyata dapat menarik minat banyak pengunjung, yang tergambarkan pada jumlah pengunjung Situ Babakan yang terus bertambah. Tabel 1. Jumlah Pengunjung Situ Babakan Tahun 2008 – 2013 No. 1 2 3 4 5
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Pengunjung (orang) 133.656 135.811 125.068 146.215 194.096
6
2013
199.789
Sumber: Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (2014)
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pada umumnya jumlah pengunjung obyek wisata Situ Babakan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya meskipun terjadi penurunan pada tahun 2010 akibat penutupan obyek wisata selama beberapa bulan untuk mengadakan renovasi. Kecenderungan
3 peningkatan jumlah pengunjung ini mengindikasikan bahwa Situ Babakan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan pariwisata yang berlangsung di Situ Babakan tentu saja memiliki dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat sekitar Situ Babakan mengaku tidak memperoleh tambahan pendapatan dari adanya kegiatan wisata di Situ Babakan.
1.2. Perumusan Masalah Situ Babakan dikelola oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi di bawah Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kebudayaan. Obyek wisata yang dikelola oleh Perkampungan Budaya Betawi ini menyajikan wisata air, wisata agro, dan wisata budaya sekaligus. Lokasi Situ Babakan pun jauh dari pusat keramaian, sehingga pengunjung dapat merasakan ketenangan jalan-jalan perkampungan yang tentunya akan memberikan suasana yang berbeda dari suasana perkotaan. Masyarakat lokal sangat berperan sebagai penyedia sebagian besar atraksi sekaligus penentu kualitas produk wisata Situ Babakan. Keterlibatan langsung masyarakat yang berpendapatan rendah dalam program-program pengembangan pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan (handicraft) hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, produk hasil seni dan budaya tradisional, serta pengembangan desa wisata sangat membantu usaha penurunan tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, pariwisata diyakini dapat berfungsi sebagai ‘katalisator’ dalam pembangunan (agent of development) dan sekaligus menjadi penggerak dan mempercepat proses pembangunan itu sendiri (Yoeti 2008). Perkembangan Situ Babakan juga membuat semakin banyak pendatang yang memilih untuk menetap di sekitar obyek wisata tersebut. Pengunjung yang terus meningkat berdampak pada pengembangan ekonomi dan infrastrukur yang bermanfaat bagi kehidupan penduduk sekitar. Jumlah pengunjung
yang terus
meningkat
antara
lain
disebabkan oleh tidak
diberlakukannya tarif masuk bagi para pengunjung yang datang dengan berjalan kaki. Tarif masuk hanya diberlakukan bagi pengunjung yang datang dengan menggunakan
kendaraan
pribadi.
Selain
itu,
pengunjung
tidak
harus
4
mengeluarkan biaya yang besar untuk menikmati berbagai atraksi di Situ Babakan sehingga obyek wisata ini menjadi tujuan wisata yang menarik bagi kalangan menengah ke bawah. Akan tetapi, banyak pengunjung yang merasa tidak puas dengan kondisi berbagai sarana yang terdapat Situ Babakan. Para pengunjung tersebut juga merasa tidak puas dengan atraksi wisata di Situ Babakan dan menginginkan lebih banyak atraksi wisata meskipun hal itu dapat mengakibatkan mereka harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk berkunjung ke Situ Babakan. Sebagian pengunjung merasa puas dengan kondisi lokasi parkir yang tidak ditentukan sehingga mereka dapat memarkirkan kendaraan pribadi mereka di mana saja, namun sebagian lainnya tidak puas karena hal tersebut menunjukkan kurang teraturnya penataan Situ Babakan. Ketidakpuasan pengunjung ini memicu mereka untuk beralih ke obyek wisata lain saat mengalami peningkatan pendapatan. Terdapat banyak unit usaha tersebar di berbagai bagian Situ Babakan. Namun, tidak terdapat data mengenai jumlah tepat unit usaha yang terdapat di Situ Babakan akibat tidak seluruh unit usaha tersebut berada di bawah naungan pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Unit-unit usaha tersebut dikelola secara terpisah berdasarkan lokasi usaha mereka. Sebagian unit usaha dikelola oleh aparat setempat sebagian lainnya membayar sewa kepada pemilik lahan tempat usaha mereka. Sebagian tenaga kerja di obyek wisata Situ Babakan pun tidak dipekerjakan langsung oleh pengelola wisata. Pengelola wisata hanya mempekerjakan tenaga kebersihan dan keamanan. Petugas parkir, sarana permainan, dan tiket masuk berasal dari komuntas lokal yang menjadi secara sukarela berpartisipasi dalam pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. Oleh karena itu, tenaga kerja tersebut tidak mendapatkan upah dari pengelola wisata. Upah yang mereka dapatkan hanya berasal dari pengeluaran pengunjung di Situ Babakan . Jumlah pengunjung obyek wisata Situ Babakan tentunya akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan para pelaku usaha dan tenaga kerja di kawasan wisata tersebut. Perhitungan dampak ekonomi obyek wisata Situ Babakan perlu
5 dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran pengunjung selama berwisata terhadap pendapatan unit usaha dan tenaga kerja. Berdasarkan keadaan tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan dikaji adalah : 1. Bagaimana karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan masyarakat sekitar Situ Babakan? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Babakan? 3. Berapa besar nilai ekonomi dari kegiatan wisata yang dihasilkan obyek wisata Situ Babakan? 4. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Babakan?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan sumberdaya Situ Babakan.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Babakan.
3.
Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan obyek wisata Situ Babakan.
4.
Mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata di Situ Babakan.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Objek penelitian ini adalah pengunjung, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Situ Babakan. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini dibagi dalam empat kelompok, antara lain kelompok responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Situ Babakan.
6
Karakteristik responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Situ Babakan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Situ Babakan ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata tersebut dijadikan informasi bagi pengembangan obyek wisata Situ Babakan. Nilai ekonomi dari kegiatan wisata di Situ Babakan diestimasi dengan menggunakan travel cost method. Dampak ekonomi kegiatan wisata di Situ Babakan diestimasi dari pengeluaran wisatawan (tourism expenditure) di Situ Babakan serta pengeluaran unit usaha dan tenaga kerja. Estimasi dampak ekonomi dilakukan dengan menggunakan multiplier effect.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1.
Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan serta sebagai syarat kelulusan.
2.
Bagi pengelola, sebagai pertimbangan bagi pengelola dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Situ Babakan.
3.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap disiplin keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai bahan tambahan dan rujukan bagi penelitian-penelitian berikutnya.
7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Situ Situ, atau danau, merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Istilah “situ” biasa digunakan masyarakat Jawa Barat untuk sebutan “danau kecil”, sementara masyarakat Betawi menyebutnya sebagai “setu”. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan sumberdaya air, situ merupakan sumber air permukaan yaitu tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada ataupun di atas permukaan tanah. Ukuran situ yang relatif kecil menyebabkan keberadaannya sangat terancam oleh tingginya laju sedimentasi. Aktivitas masyarakat di sekitar situ menjadi sangat berpengaruh terhadap proses pendangkalan situ (Puspita et al. 2005). Danau memiliki peran mendasar dalam siklus alam berupa penguapan hujan, serta aliran air di atas dan di bawah permukaan bumi dalam perjalanannya kembali ke laut. Danau merupakan bagian dari sistem akuatis yang meliputi sungai, lahan basah, dan air tanah. Lebih dari 90% air tawar di permukaan bumi diperkirakan berada di danau, baik danau alami maupun buatan (FDI 2003). Dalam skala dunia, danau telah menjadi perhatian global karena 90% air tanah di permukaan bumi tersimpan di danau dan waduk. Jumlah danau di Indonesia diperkirakan sebanyak 840 danau besar dan 735 danau kecil (situ) yang dapat menampung 500 km3 air atau 72% dari total persediaan air prmukaan di Indonesia dan bersifat multi fungsi (perikanan, pertanian, air baku, PLTA, pariwisata). Di samping multi fungsi, danau di Indonesia memiliki kekayaan akan plasma nutfah ikan 25% dari plasma nutfah dunia (KKP 2009). Sebagai wilayah penampungan air, situ juga memiliki potensi pemanfaatan secara ekologis, ekonomis, maupun sosial budaya. Perairan situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berairan tawar dan berukuran kecil. Fungsi dan manfaat ekosistem tersebut, antara lain sebagai berikut (Puspita et al. 2005).
8
- Habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan. - Pengatur fungsi hidrologis. - Menjaga sistem dan prosen-proses alami. - Penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomi. - Penghasil energi. - Sarana wisata dan olahraga. - Sumber air. - Manfaat sosial budaya lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan sumberdaya air, penggunaan sumberdaya air adalah pemanfaatan sumberdaya air dan prasarananya sebagai media dan/atau materi yaitu penggunaan sebagai pembangkit tenaga listrik, transportasi, olahraga, pariwisata, dan perikanan budidaya pada sumber air. Saat ini, telah banyak situ di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Terdapat dua pendekatan yang dianggap paling efektif untuk mempromosikan situ, yaitu wisata olahraga (sport tourism) dan wisata budaya (culture tourism) (Suara Pembaruan 2012).
2.2. Wisata dan Pariwisata Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata bukan merupakan industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan industri besar yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola, dan metode atau cara pemasarannya (Widyastuti 2010).
9 Clawson dan Knetsch (1975) dalam Aprilian (2009), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata antara lain sebagai berikut. 1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial, yaitu: - jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata, - distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata, - karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan, - pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya, - rata-rata waktu luang dan alokasinya, - pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, yaitu: - keindahan dan daya tarik, - intensitas dan sifat pengelolaannya, - alternatif pilihan tempat wisata lain, - kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial, - karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata. 3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, yaitu: - lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat wisata, - kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan, - biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata, - meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik.
2.3. Ekowisata Ekowisata adalah wisata yang berkelanjutan secara ekologis, yang menumbuhkan pemahaman mengenai lingkungan dan budaya (Zar et al. 2002). Ekowisata merupakan kesatuan dari konservasi, masyarakat, dan wisata yang
10
berkelanjutan. Pihak-pihak yang melaksanakan dan berpartisipasi dalam ekowisata harus mengikuti prinsip-prinsip ekowisata (TIES 1990), yaitu : - meminimalkan dampak. - membangun kesadaran dan rasa hormat terhadap lingkungan dan budaya. - memberikan pengalaman positif terhadap pengunjung dan tuan rumah. - memberikan manfaat keuangan langsung untuk konservasi. - memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat setempat. - meningkatkan kepekaan terhadap iklim politik, ekonomi, dan sosial dari negara tuan rumah. Menurut Supriatna (2008), ekowisata bukan hanya sebagai salah satu corak kegiatan
pariwisata
khusus,
melainkan
suatu
konsep
pariwisata
yang
mencerminkan kawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian. Pengembangan ekowisata dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat, dan menjaga kualitas lingkungan. Ekowisata diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai sejarah, dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah terhadap pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini memengaruhi perubahan perilaku pengunjung, masyarakat, dan pengelola pariwisata agar lebih memelihara nilainilai peninggalan sejarah, dan budaya. Supriatna (2008) juga menyebutkan bahwa ekowisata adalah salah satu sarana untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata memberikan peluang dan mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah, dan masyarakat setempat melalui berbagai kegiatan yang non-ekstraktif dan nonkonsumtif sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah setempat. Idealnya, pembangunan kepariwisataan sebagai aktivitas sosio-ekonomi harus melibatkan sektor-sektor pemerintahan, swasta, dan masyarakat dalam satu kedudukan dan peran yang setara sehingga terjadi keterpaduan perencanaan, program, dan implementasi yang sinergis, komprehensif, multidisiplin, dan multisektoral.
11 2.4. Permintaan Wisata Menurut Yoeti (2008), permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi, sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai konsumen dalam menentukan
pilihannya
untuk membeli barang yang
dibutuhkannya. Wahab (2003) menyatakan bahwa permintaan wisata dapat dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan aktual (nyata). Permintaan yang potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan berada dalam kondisi siap untuk berpergian, sedangkan permintaan aktual adalah orang-orang yang secara nyata bepergian ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Morley (1990) dalam Milasari (2011), permintaan akan pariwisata tergantung pada karakteristik wisatawan seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Karakteristik ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian, dan pilihan tempat tujuan perjalannya. Yoeti (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menentukan permintaan terhadap suatu obyek wisata, antara lain: - harga, - daya tarik wisata, fasilitas yang tersedia, dan bentuk-bentuk pelayanan lainnya seperti transportasi lokal, telekomunikasi, ataupun hiburan, - kemudahan-kemudahan untuk berkunjung (aksesibilitas), - pre-travel services dan informasi, - citra dari obyek wisata tersebut. Wahab (2003) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang pertumbuhan pariwisata, antara lain pertambahan waktu luang, perkembangan teknologi dan urbanisasi, kemajuan alat transportasi, kesejahteraan ekonomi, faktor-faktor budaya, serta perhatian pemerintah yang meningkat. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong individu untuk berwisata. Menurut Fandeli (1995) dalam Soebagyo (2012), faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
12
- Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang. - Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi. - Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru mengenai budaya masyarakat di tempat lain. - Meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinkan seseorang dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya. -
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi permintaan wisata di suatu obyek wisata adalah metode analisis regresi linear berganda. Analisis regresi menyangkut studi tentang hubungan antara satu variabel yang disebut dengan variabel tak bebas atau variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas atau variabel penjelas (Gujarati 2007). Secara luas analisis regresi diartikan sebagai suatu analisis tentang ketergantungan suatu variabel kepada variabel lain (yaitu variabel bebas) dalam rangka membuat estiasi atau prediksi nilai rata-rata variabel tergantung dengan diketahuinya nilai variabel bebas (Lains 2003). Meskipun analisis regresi berkenaan dengan berkenaan dengan hubungan antara satu variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas, namun keterkaitan tersebut tidak selalu menyiratkan adanya hubungan sebab akibat. Dalam hal ini, tidak selalu berarti bahwa variabel bebas merupakan penyebab dan variabel tak bebas sebagai akibat. Analisis regresi bisa memiliki salah satu dari beberapa tujuan berikut (Gujarati 2007). - Untuk menaksir nilai rata-rata dari variabel tak bebas berdasarkan nilainilai variabel bebas yang ada. - Untuk menguji hipotesis tentang sifat ketergantungan antarvariabel. - Untuk memprediksi atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tak bebas berdasarkan nilai variabel bebas yang berada di luar rentang sampel. - Satu atau lebih gabungan tujuan di atas. Regresi linear berganda adalah regresi di mana lebih dari satu variabel penjelas, atau variabel bebas, digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas. Model regresi linear berganda yang paling sederhana adalah regresi tiga
13 variabel, yang terdiri dari satu variabel tak bebas dan dua variabel bebas (Firdaus 2004). Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. Y = b0 + B1X1t + ... + BnXnt + ut Keterangan : Y
= variabel tak bebas
b0
= intercept
b1...bn = koefisien variabel X2...Xn = variabel-variabel penjelas u
= faktor gangguan stokhastik
t
= observasi ke-t
2.5. Nilai Ekonomi Nilai ekonomi merupakan salah satu dari banyak cara untuk mendefinisikan dan mengukur suatu nilai. Meskipun berbagai tipe nilai lainnya penting, nilai ekonomi berguna sebagai pertimbangan ketika membuat pilihan-pilihan ekonomi yang melibatkan pengorbanan dalam mengalokasikan suatu sumberdaya (King dan Mazotta 2000). Pengukuran nilai ekonomi didasarkan pada preferensi individu. Individu mengekspresikan preferensi mereka melalui pilihan dan pengorbanan yang mereka lakukan saat menghadapi keterbatasan. Nilai ekonomi adalah ukuran jumlah maksimal barang dan jasa yang dikorbankan oleh individu untuk mendapatkan barang, jasa, atau suatu keadaan tertentu (Lipton et al. 1995). Definisi ekonomi dari “nilai” berakar dari pemikiran bahwa semua sumberdaya bersifat langka, namun permintaan untuk sumberdaya tersebut relatif lebih besar dari ketersediannya. Keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan untuk membuat pilihan mengenai penggunaan sumberdaya yang tersedia. Unit satuan moneter yang paling mudah terlihat untuk sebuah barang adalah harga pasar (market price) barang tersebut. Harga pasar ditentukan oleh keseimbangan antara permintaan dan penawaran, yaitu harga dan jumlah yang sesuai pada level di mana keinginan membayar konsumen untuk unit barang berikutnya yang diproduksi setara dengan biaya produksi barang tersebut (Lipton et al. 1995).
14
Kelebihan dari jumlah yang produsen dapatkan terhadap biaya produksi mereka disebut dengan surplus produsen. Sedangkan kelebihan dari jumlah yang bersedia konsumen bayarkan terhadap jumlah yang sebenarnya mereka bayarkan disebut dengan surplus konsumen. Valuasi ekonomi adalah teknik yang digunakan untuk menduga nilai ekonomi dari barang pasar dan non-pasar (market dan nonmarket goods), yaitu sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Hal tersebut menggunakan konsep welfare economics dari surplus produsen dan konsumen terhadap permasalahan yang menyertakan sumberdaya alam dan kondisi lingkungan (Lipton et al.1995). Salah satu metode untuk mengestimasi nilai guna ekonomi dari suatu ekosistem atau lokasi yang digunakan sebagai obyek wisata berbasis sumberdaya alam adalah metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2010), travel cost method umumnya digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap tempat rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Seorang konsumen akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat rekreasi. Nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap suatu obyek wisata berbasis sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikaji dengan mengetahui pola pengeluaran konsumen untuk mengunjungi suatu obyek wisata tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: - perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi, - penambahan tempat rekreasi baru, - perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi, - penutupan tempat rekreasi yang ada. Tujuan dasar dari travel cost method adalah mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam melalui pendekatan proxy. Secara umum, travel cost method dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan sederhana melalui zonasi dan pendekatan individual dengan menggunakan data dari survei. Menurut Hufschmidt et al. (1987) dalam Mutiarani (2011), pendekatan ini merupakan pendekatan untuk menilai barang-barang yang tidak memiliki harga pasar seperti lingkungan, taman umum dan juga tempat rekreasi. Inti dari pendekatan ini adalah biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi akan
15 mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. Qi = f (TC, X1,., Xn) Keterangan : Qi
= tingkat kunjungan,
TC
= biaya perjalanan
X1...Xn = banyaknya variabel sosial-ekonomi termasuk tingkat pendapatan dan variabel lain yang sesuai. Menurut King dan Mazotta (2000), travel cost method dapat diestimasi menggunakan zonal travel cost approach, individual travel cost approach, dan random utility approach. Zonal trave cost method adalah pendekatan yang paling sederhana dan paling murah di antara ketiganya. Zonal travel cost method diterapkan dengan mengumpulkan informasi mengenai jumlah kunjungan ke obyek wisata dari berbagai daerah yang berbeda. Waktu dan biaya perjalanan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jarak, oleh karena itu informasi ini memungkinkan peneliti untuk menghitung jumlah kunjungan yang ‘dibeli’ pada berbagai ‘harga’ berbeda. Pendekatan ini mengestimasi nilai jasa wisata dari suatu obyek wisata secara keseluruhan, namun tidak dapat dengan mudah digunakan untuk mengukur perubahan kualitas wisata. Selain itu, terdapat peluang bagi pendekatan ini untuk tidak mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin penting untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata tersebut. Pendekatan individual travel cost mirip dengan pendekatan zonal, namun menggunakan data survei dari individu pengunjung dalam analisis statistik alihalih data dari berbagai zona. Metode ini membutuhkan pengumpulan data analisis yang lebih rumit daripada zonal travel cost method, namun memberikan hasil yang lebih tepat. Persamaan regresi akan menghasilkan fungsi permintaan bagi rata-rata pengunjung obyek wisata sehingga rata-rata surplus konsumen pun dapat diketahui pula sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi surplus konsumen total dari suatu obyek wisata. Pendekatan random utility adalah pendekatan yang paling rumit dan mahal di antara ketiganya, namun memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam menghitung keuntungan. Pendekatan ini adalah pendekatan terbaik untuk
16
mengestimasi manfaat dari karakteristik tertentu atau perubahan kualitas suatu obyek wisata, bukan untuk obyek wisata secara keseluruhan. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang tepat apabila terdapat banyak obyek wisata substitusi.
2.6. Dampak Ekonomi Wisata Menurut Prayogi (2011), pengembangan suatu obyek wisata dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Dampak positif yang ditimbulkan adalah terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sebagai penyedia kebutuhan wisatawan. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan secara tidak langsung berdampak pada sektor industri kecil/rumah tangga. Namun, perkembangan
pariwisata
juga
memberikan
dampak
negatif
terhadap
perekonomian masyarakat. Salah satu dampak negatif yang menjadi kendala adalah
belum
meratanya
pendapatan
masyarakat
yang
diperoleh
dari
pengembangan pariwisata, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat setempat. Kegiatan wisata merupakan aktivitas ekonomi yang penting di sebagian besar negara di seluruh dunia. Selain menghasilkan dampak ekonomi langsung, industri wisata juga memiliki dampak tidak langsung dan lanjutan yang signifikan (WTTC 2013). Dampak ekonomi wisata di suatu daerah merupakan proses aliran yang dilihat dari pengeluaran wisatawan, penerimaan bisnis, pendapatan tenaga kerja, pekerjaan, dan pendapatan pemerintah. Dampak ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi, dan keperluan lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran tersebut diestimasi dari jumlah total hari-hari kunjungan dari pengunjung juga pengeluaran rata-rata per hari dari pengunjung (Frechtling 1994 dalam Setyawati 2012). Menurut Clement dalam Yoeti (2008), ketika wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata, mereka pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama berada di obyek wisata tersebut. Uang yang dibelanjakan oleh wisatawan tersebut, setelah dibelanjakan tidak berhenti beredar, melainkan berpindah tangan dari satu tangan ke tangan lainnya selama
17 periode tertentu. Semakin cepat uang tersebut berpindah tangan dan semakin lama uang tersebut beredar akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap perekonomian pada daerah tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut. Peristiwa ini disebut dengan efek pengganda (multiplier effect). Daerah tujuan wisata cenderung menderita karena masalah kebocoran (leakages). Kebocoran tersebut sering terjadi pada belanja wisatawan yang dikeluarkan di luar daerah wisata dalam bentuk pembayaran untuk barang dan jasa yang berasal dari luar daerah wisata. Hal ini mengakibatkan proporsi pengeluaran wisata di daerah wisata untuk dibelanjakan kembali menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, terjadi efek pengganda pada tingkat lokal (META-Project 2001). Yoeti (2008) mengutarakan bahwa efek pengganda memiliki beberapa prinsip sebagai berikut. - Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi di mana uang tersebut dibelanjakan. - Uang selalu berpindah tangan dari satu orang ke orang lain. - Semakin cepat uang itu berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier. - Uang tersebut akan hilang dari peredaran ketika yang uang tersebut tidak lagi berpindah tangan, akan tetapi berhenti dari peredaran karena tidak ada lagi pengaruhnya terhadap perekonomian setempat. - Pengukuran terhadap besar kecilnya pengaruh uang yang dibelanjakan wisatawan dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode waktu tertentu. Analisis dampak ekonomi adalah metodologi untuk menentukan bagaimana perubahan dalam hal regulasi, politik, terobosan teknologi baru, atau aksi lainnya memengaruhi pendapatan daerah dan aktivitas ekonomi lainnya termasuk hal pendapatan, pengeluaran, dan pekerjaan. Namun, analisis dampak ekonomi tidak menghitung nilai atau manfaat sosial yang dihasilkan dari suatu kegiatan ekonomi.
2.7. Penelitian Terdahulu Fleming dan Cook (2007) telah melakukan penelitian mengenai nilai dari kegiatan rekreasi di Danau McKenzie dengan menggunakan metode travel cost
18
method. Danau McKenzie adalah salah satu tujuan wisata paling populer dari seluruh obyek wisata alami di Pulau Fraser. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi nilai dari kegiatan rekreasi di danau tersebut sebesar $13,7 milyar hingga $31,8 atau $104,30 hingga $242,84 per orang per kunjungan. Tsundoda dan Medlinger (2009) telah melakukan penelitian mengenai dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan wisata di Peterborough, New Hampshire, yang berbasis pada wisata sumberdaya alam dan budaya. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji dampak kegiatan wisata bagi masyarakat lokal di Peterborough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Peterborough menerima dampak positif sekaligus negatif dalam bidang ekonomi dan sosial dari kegiatan wisata. Mayoritas responden menyatakan ketidakinginan untuk mengubah kota tersebut untuk meningkatkan perkembangan wisata walaupun dapat menghasilkan tambahan pendapatan. Masyarakat lokal merasa bahwa pertumbuhan ekonomi menciptakan jurang pemisah antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat yang menjadi pekerja sebagai dampak negatif ekonomi. Mereka juga prihatin mengenai siklus pengembangan wisata yang ada, yang dapat semakin mempercepat polarisasi ekonomi. Aprilian (2009) dalam penelitiannya di Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan model regresi Poisson. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat tujuh variabel yang mempengaruhi peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata di TWA Situ Gunung, yaitu variable biaya perjalanan, pendapatan, umur, waktu tempuh, daya tarik, jenis kelamin, dan pengetahuan responden. Pengetahuan responden diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung. Variabel pengetahuan responden mengenai tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 1%. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata, antara lain adalah variabel tingkat pendidikan, jumlah rombongan, lama kunjungan, dan status hari (hari libur atau hari biasa). Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Mutiarani (2011) yaitu analisis dampak ekonomi dan nilai ekonomi manfaat rekreasi Situ Cipondoh Tangerang. Dari hasil analisis diketahui bahwa keberadaan Situ
19 Cipondoh memberikan dampak ekonomi langsung berupa 72,30%, sedangkan dampak tidak langsung berupa pendapatan tenaga kerja hanya bernilai kecil yaitu sebesar 0.44%. Dampak induced yang berupa pengeluaran tenaga kerja lokal sebesar 75,4% digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 4,04, serta rasio Income Multiplier tipe 1 dan tipe 2 masingmasing sebesar 1,08 dan 1,16. Budiarti (2013) telah meneliti nilai dan dampak ekonomi pengembangan kawasan wisata Situs Megalitik Gunung Padang (SMGP) di Cianjur, Jawa Barat. Model fungsi permintaan wisata dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata SMGP antara lain biaya perjalanan, tingkat pendapatan, jarak tempuh, dan umur pengunjung. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke SMGP antara lain tempat rekreasi alternatif dan pengetahuan responden mengenai obyek wisata. Estimasi nilai ekonomi SMGP menurut Budiarti (2013) adalah sebesar Rp 1.626.388.953,00 dengan surplus konsumen sebesar Rp 46.395,35 per orang per kunjungan. Artinya, kawasan wisata tersebut memiliki manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. Total dampak ekonomi langsung yang dihasilkan oleh kegiatan wisata adalah sebesar Rp 103.777.449,30. Dampak ekonomi tidak langsung di SMGP adalah sebesar Rp 39.124.998,00 per bulan. Dampak ekonomi lanjutan di SMGP adalah sebesar Rp 26.560.000,00 per bulan. Berdasarkan nilainilai tersebut, diperoleh Keynesian Income Multiplier sebesar 1,58. Besar rasio Income Multiplier tipe 1 dan tipe 2 masing-masing sebesar 1,38 dan 1,63. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat sekitar yang terjadi di kawasan wisata tersebut adalah besar.
20
21
3. KERANGKA PENELITIAN Situ Babakan merupakan situ yang terletak di Jakarta Selatan dan dikembangkan oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi di bawah Suku Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Selain udara sejuk dan panorama, situ ini juga menyajikan wisata air dan wisata budaya. Potensi wisata Situ Babakan merupakan unsur penting dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata daerah. Keberadaan sektor pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Dampak ekonomi wisata di Situ Babakan menggambarkan manfaat pengembangan wisata terhadap masyarakat lokal. Informasi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi pengelola dalam melakukan pengembangan obyek wisata dan meningkatkan kontribusi keberadaan kawasan wisata terhadap pendapatan masyarakat lokal. Kerangka penelitian dalam penelitian ini merupakan keterkaitan antara tujuan penelitian dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar, unit usaha, tenaga kerja, dan pengunjung Situ Babakan. Karakteristik tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Langkah kedua adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Babakan. Identifikasi faktor-faktor tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan travel cost method dan diestimasi dengan analisis regresi linear. Langkah ketiga adalah mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan obyek wisata Situ Babakan. Nilai ekonomi tersebut dikuantifikasi dengan pendekatan travel cost method dan diestimasi dengan analisis regresi linear. Langkah terakhir adalah mengestimasi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata Situ Babakan. Dampak ekonomi tersebut dianalisis dengan menggunakan multiplier effect.
22
Model biaya perjalanan merupakan model dasar yang digunakan sebagai pendekatan
terhadap
permintaan
tempat
rekreasi.
Model
ini
dapat
menggambarkan derajat kunjungan wisatawan sebagai fungsi dari faktor-faktor sebagai biaya perjalanan, waktu yang diperlukan untuk perjalanan, tempat pengganti (substitusi aktivitas), dan penghasilan rata-rata per bulan (Dixon 1991 dalam Ernah 2004). Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran ini secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Obyek Wisata Situ Babakan
Karakteristik dan Persepsi Wisatawan
Analisis Deskriptif
Permintaan Wisata
Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata
Potensi Nilai Ekonomi Kegiatan Wisata
Dampak Ekonomi Wisata terhadap Pendapatan Masyarakat
Langsung (Direct)
Tidak Langsung (Indirect)
Multiplier Effect
Analisis Regresi Linear Berganda
Travel Cost Method
Rekomendasi Pengelolaan Wisata Situ Babakan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Lanjutan (Induced)
23
4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, menggunakan informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengertian survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun et al. 2012).
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner terhadap para pengunjung, pemilik unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik pengunjung, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, pendapatan dari unit usaha, serta keterlibatan masyarakat lokal sekitar. Data sekunder diperoleh dari pengelola Perkampungan Budaya Betawi, buku referensi, jurnal, internet, dan studi pustaka penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan, peta lokasi wisata, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lainnya yang menunjang penelitian. Tabel 2. Matriks Jenis dan Sumber Data Jenis Data
Parameter
1. Data Primer
Data karakteristik masyarakat Perkampungan Budaya Betawi
Satuan Unit Usia (tahun) Pendapatan (rupiah) Jumlah tanggungan (orang) Lama tinggal (tahun)
Sumber Data Masyarakat Perkampungan Budaya Betawi
24
Tabel 2. Matriks Jenis dan Sumber Data (Lanjutan) Jenis Data 1. Data Primer
2. Data Sekunder
Parameter
Satuan Unit
Sumber Data
Data karakteristik wisatawan Situ Babakan Data biaya perjalanan wisatawan Situ Babakan Data persepsi wisatawan mengenai obyek wisata Situ Babakan
Usia (tahun) Pendapatan (rupiah) Frekuensi kunjungan (kali kunjungan per tahun) Pengetahuan responden mengenai obye wisata (tahun) Jumlah rombongan (orang) Biaya perjalanan (rupiah)
Wisatawan Situ Babakan
Data karakteristik unit usaha di Situ Babakan Data mengenai pendapatan total responden unit usaha di Situ Babakan
Usia (tahun) Pendapatan (rupiah) Modal (rupiah) Waktu buka (hari) Lama usaha (tahun)
Unit usaha di Situ Babakan
Data karakteristik tenaga kerja di Situ Babakan Data mengenai pendapatan responden tenaga kerja di Situ Babakan Data mengenai pengeluaran total tenaga kerja per bulan
Usia (tahun) Pendapatan (rupiah) Lama bekerja (tahun) Hari kerja (hari per pekan) Jam kerja (jam per hari)
Tenaga kerja di Situ Babakan
Data mengenai jumlah pengunjung Situ Babakan
Jumlah pengunjung (orang per tahun)
Pengelola Perkampungan Budaya Betawi
25
4.3. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel untuk pengunjung dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan untuk penelitian. Sampel pengunjung dan masyarakat diambil masing-masing sebanyak 35 orang. Jumlah sampel pengunjung dan masyarakat ditentukan berdasarkan pendapat Gay dalam Umar (2005) yang menyatakan bahwa penelitian dengan metode deskriptifkorelasional membutuhkan minimal 30 subyek. Responden pengunjung adalah pengunjung dengan usia 15 tahun ke atas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Situ Babakan. Usia 15 tahun ke atas tersebut dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Responden masyarakat adalah penduduk Kelurahan Srengseng Sawah dengan usia 15 tahun ke atas dan mengetahui tentang keberadaan Situ Babakan. Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana anggota responden dipilih dan disesuaikan berdasarkan kriteria tertentu yaitu keterwakilan jenis usahanya. Responden terpilih untuk unit usaha sebanyak 30 unit usaha dan tenaga kerja lokal sebanyak 20 orang.
4.4. Metode Analisis Data Metode pengolahan data meliputi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh melalui kuesioner. Sedangkan metode kualitatif berupa penyajian data dengan cara menginterpretasikan dan mendeskripsikan data kuantitatif. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan program Microsoft Excel 2007, Minitab 16, dan SPSS 16. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
26
Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data Tujuan Penelitian
Jenis Data
Metode Analisis Data
1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan masyarakat sekitar Situ Babakan.
Data primer
Analisis Deskriptif
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Babakan.
Data primer
Analisis Regresi Berganda
3. Mengestimasi nilai ekonomi kegiatan wisata di Situ Babakan.
Data primer
Individual Travel Cost Method
4.
Data primer
Multiplier Effect
Mengestimasi dampak ekonomi
kegiatan wisata di Situ Babakan. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data tersebut diperoleh dari wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. 4.4.1. Karakteristik Pengunjung, Tenaga Kerja, Unit Usaha, dan Masyarakat Sekitar Situ Babakan Identifikasi karakteristik responden pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Situ Babakan dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
masalah
serta
melakukan
perbandingan dan evaluasi (Hasan 2002). Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. 4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Situ Babakan Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Situ Babakan dilakukan dengan membentuk fungsi permintaan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linear berganda. Berikut adalah fungsi kunjungan wisata per tahun. JK = b0 + b1BP + b2TP + b3UP + b4JR + b5WT + b6PR + e
27
Keterangan : JK
= Jumlah kunjungan ke Situ Babakan (per tahun)
b0
= intercept
b1...b6 = koefisien variabel BP
= Biaya perjalanan responden ke Situ Babakan (rupiah per kunjungan)
TP
= Pendapatan responden (rupiah per tahun)
UP
= Usia responden (tahun)
JR
= Jumlah rombongan (orang)
WT
= Waktu tempuh ke Situ Babakan (menit)
PR
= Pengetahuan responden (tahun)
e
= Error term Variabel-variabel di atas dipilih berdasarkan teori-teori penelitian terdahulu
dan observasi di lapang. Hipotesis yang dibangun adalah variabel biaya perjalanan, jumlah rombongan, usia, dan waktu tempuh berpengaruh negatif sedangkan variabel pendapatan dan pengetahuan responden berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Situ Babakan. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam penggunaan fungsi permintaan tersebut agar menghasilkan estimator terbaik, sehingga diperoleh model yang lebih akurat. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut. 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data
observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dilakukan dengan normality test pada residual hasil persamaan model.. Apabila terbentuk grafik hasil uji dengan titik-titik berada pada garis berbentuk linier dan diperoleh P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan terpenuhi (Firdaus 2004). 2.
Uji-F Uji F merupakan pengujian model secara keseluruhan untuk menunjukkan
apakah semua variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Jika model tersebut
28
signifikan menjelaskan keragaman data aktual, maka dilanjutkan dengan uji-t (Juanda 2009). 3.
Uji-t Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi variabel bebas yang
diperoleh dari hasil perhitungan dengan metode regresi linear sederhana yang mana yang akan berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat (Juanda 2009). 4.
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas terjadi jika antara variabel bebas yang satu dengan
variabel bebas yang lain dalam suatu model regresi linier saling berkorelasi, baik berkorelasi sempurna atau tidak sempurna namun relatif sangat tinggi (Umar 2005). Multikolinearitas menyebabkan standar deviasi dari penaksir cenderung besar, sehingga interval kepercayaan bagi parameter akan menjadi besar pula. Selain itu, penaksir dan standar deviasi sangat sensitif terhadap perubahan data yang sedikit. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas dalam model. 5.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedatisitas adalah kondisi saat ragam sisaan tidak sama untuk setiap
pengamatan dari variabel bebas dalam model regresi. Masalah ini sering terjadi pada data cross section (Juanda 2009). Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk
residu
yang
semakin
besar
jika
pengamatan
semakin
besar.
Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji gletser dan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan. 6.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu
ke waktu (Umar 2005). Autokorelasi dapat menyebabkan model menjadi sangat sensitif terhadap fluktuasi sampel dan penaksir tidak lagi efisien. Keberadaan autokorelasi dalam model dapat dideteksi dengan menggunakan uji DurbinWatson. Apabila nilai uji Durbin-Watson berada di antara 1,55 dan 2,46 maka dapat disimpulkan bahwa autokorelasi tidak terjadi pada model (Firdaus 2004).
29
4.4.3. Nilai Ekonomi Wisata Nilai ekonomi adalah ukuran jumlah maksimal barang dan jasa yang dikorbankan oleh individu untuk mendapatkan barang, jasa, atau suatu keadaan tertentu (Lipton et al. 1995). Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi obyek wisata dapat diestimasi menggunakan fungsi permintaan dengan pendekatan individual travel cost method seperti yang telah dijelaskan di atas, kemudian diukur melalui formula berikut. NE = SK x TP =
x TP
Keterangan : NE
= Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (rupiah)
SK
= Surplus konsumen
N
= Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i (kali kunjungan per tahun)
b1
= Koefisien dari biaya perjalanan
TP
= Total pengunjung dalam satu tahun (orang) Lipton et al. (1995) menyebutkan bahwa surplus konsumen adalah
kelebihan dari jumlah yang bersedia konsumen bayarkan terhadap jumlah yang sebenarnya mereka bayarkan. Menurut Sugiarto et al. (2007), surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mereka membeli suatu komoditas. Keuntungan tersebut diperoleh oleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah dari harga yang ingin mereka bayarkan. Surplus konsumen ditunjukkan dalam gambar berikut.
Gambar 2. Surplus Konsumen1 1
http://behindus.files.wordpress.com/ diakses tanggal 3 September 2014
30
Surplus konsumen menunjukkan terjadinya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen. Kelebihan kepuasan ini
muncul akibat adanya
perbedaan antara kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi sejumlah komoditas dengan pembayaran yang harus dikeluarkannya untuk memperoleh komoditas tersebut. Pada saat terjadi surplus konsumen, kepuasan yang diperoleh oleh konsumen selalu lebih besar dari pembayaran yang mereka keluarkan.
4.4.4. Dampak Ekonomi Wisata Menurut META-Project (2001), analisis dampak ekonomi dilakukan pada masing-masing pelaku kegiatan wisata, yaitu unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata yang mencakup pengeluaran wisatawan di lokasi wisata. Berdasarkan informasi tersebut, dapat diestimasi dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact), serta dampak lanjutan (induced impact) dari pengeluaran wisatawan terhadap ekonomi lokal dan nasional. Pada pengukuran dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal, terdapat dua tipe pengganda yaitu : 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengaruh pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal. Multiplier ini adalah pilihan terbaik untuk merefleksikan efek keseluruhan. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini juga mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. Keynesian Income Multiplier
=
Ratio Income Mulitiplier, Tipe I
=
Ratio Income Mulitiplier, Tipe II = Keterangan: E = Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)
31 N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)
4.5. Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut. 1. Penelitian dilakukan di Situ Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. 2. Wisatawan yang dijadikan responden hanya wisatawan domestik. 3. Unit usaha yang dijadikan responden hanya yang berada di sekitar obyek wisata Situ Babakan saja dan umumnya berskala kecil. 4. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat RT 08, 09, dan 10 RW 008 yang berada di jalan masuk utama Perkampungan Budaya Betawi. 5. Nilai ekonomi wisata diestimasi dengan menggunakan pendekatan individual travel cost method, sehingga diasumsikan Situ Babakan menjadi satu-satunya tempat tujuan wisata responden. 6. Dampak ekonomi diestimasi dari pengeluaran wisatawan di Situ Babakan serta pengeluaran unit usaha dan tenaga kerja. 7. Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan diperoleh dari pendapatan total unit usaha di obyek wisata Situ Babakan. 8. Dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan dihitung dari pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja di obyek wisata Situ Babakan. 9. Dampak ekonomi lanjutan dari kegiatan wisata di Situ Babakan dihitung dari pengeluaran total tenaga kerja per bulan.
32
33
5. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Situ Babakan merupakan situ yang terbentuk secara alami. Fungsi utama Situ Babakan adalah sebagai daerah resapan air dan diperbolehkan untuk digunakan sebagai obyek wisata selama tidak mengganggu fungsi utamanya. Pada awalnya, luas Situ Babakan adalah 14 hektar dan perlahan-lahan terus diperluas. Luas Situ Babakan saat ini adalah 25 hektar dengan batas fisik sebagai berikut. - Sebelah utara
: RW 006 dan 008 Kelurahan Srengseng Sawah
- Sebelah timur : RW 006 Kelurahan Srengseng Sawah - Sebelah selatan : RW 007 Kelurahan Srengseng Sawah - Sebelah barat
: RW 008 Kelurahan Srengseng Sawah
Situ Babakan terletak di kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi memiliki luas 289 hektar dan memiliki batas fisik sebagai berikut. - Sebelah utara
: Jalan Mochammad Kahfi II dan Jalan Desa Putra
- Sebelah timur : Jalan Desa Putera, Jalan Pratama, dan Jalan Lapangan Merah - Sebelah selatan : Kota Depok - Sebelah barat
: Jalan Mochammad Kahfi II
Situ Babakan sebagai bagian dari wilayah Perkampungan Budaya Betawi memiliki dua akses masuk utama, yaitu melalui Gerbang Bang Pitung di utara dan gerbang lainnya di selatan. Situ Babakan dapat dikunjungi mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi juga menyediakan fasilitas home stay sebanyak 67 unit rumah adat bagi pengunjung yang ingin berkunjung dalam waktu lama. Beberapa fasilitas lainnya yang terdapat di Situ Babakan antara lain arena teater terbuka, contoh wisma, contoh rumah adat, ruang rapat lembaga, mushola, dan toilet.
34
5.2. Keadaan Umum Obyek Wisata Situ Babakan merupakan salah satu situ di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Obyek wisata Situ Babakan memiliki daya tarik berupa tiga jenis wisata dalam satu lokasi wisata, antara lain sebagai berikut. 1.
Wisata Air Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik sebuah situ
sebagai obyek wisata adalah dengan mengembangkan wisata air. Situ Babakan mengembangkan wisata air berupa berbagai olahraga air, yaitu sepeda air dan memancing. Pengunjung diharuskan membayar untuk menaiki sepeda air, namun tidak dipungut bayaran bagi pengunjung yang ingin memancing. Wisata air ini tidak hanya dapat dinikmati pada akhir pekan, namun dapat dinikmati setiap hari. Selain itu terdapat pula perahu kano yang disewakan, akan tetapi kini sudah tidak beroperasi. 2.
Wisata Budaya Wisata budaya adalah suatu kegiatan wisata yang bertujuan untuk
menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas dengan menarik. Wisata budaya yang disajikan langsung di Situ Babakan yaitu pagelaran serta pelatihan seni musik, tari, dan teater tradisional Betawi yang diselenggarakan di arena teater terbuka. Pagelaran seni musik, teater, dan tari tradisional tersebut biasa diadakan pada hari Minggu siang dengan jadwal yang ditentukan oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Sedangkan pelatihan seni tari, musik, dan teater tradisional diadakan bagi anak-anak dan remaja. Selain itu, terdapat berbagai prosesi budaya Betawi seperti upacara pernikahan, sunatan, khatam Qur’an, aqiqah, nujuh bulanan, injak tanah, dan ngaderes. Terdapat pula pelatihan silat Betawi yang diadakan setiap Jum’at malam. Berbagai hasil industri rumah tangga berupa cenderamata khas Betawi dan makanan tradisional Betawi. Makanan tradisional Betawi yang tersedia di Situ Babakan antara lain kerak telur, laksa, tauge goreng, gado-gado, soto, ikan pecak, geplak, dodol, geplak, wajik rangi, rengginang, tape uli, lapis talam, onde-onde, dan bir pletok.
35 3.
Wisata Agro Wisata agro adalah suatu bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya pengalaman, dan memberikan peluang usaha dii bidang pertanian. Daya tarik dan keunikan wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi adalah lokasi pertanian yang berada di pekarangan rumah penduduk Perkampungan Budaya Betawi. Konsep dari wisata agro ini adalah tuan rumah yang memberikan buahbuahan pada wisatawan yang tertarik untuk singgah di rumah-rumah penduduk sebagai tanda hormat. Namun, pada pelaksanaannya, penduduk Perkampungan Budaya Betawi lebih memilih untuk menjual buah-buahan tersebut di sekitar Situ Babakan. Selain tiga jenis wisata tersebut, terdapat beberapa unit usaha yang menyediakan berbagai sarana permainan. Sarana permainan tersebut ditujukan bagi anak-anak, yaitu istana balon, kereta mini, perahu mini, dan bianglala. Terdapat pula unit usaha yang menyediakan terapi ikan yang dapat dinikmati orang dewasa serta anak-anak. Ilustrasi fasilitas dan aktivitas wisata Situ Babakan disajikan pada Lampiran 2.
5.3. Pengelolaan Wisata Secara umum Situ Babakan dikelola oleh Perkampungan Budaya Betawi di bawah Suku Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Namun, untuk pengelolaan tiket masuk, sarana permainan, parkir, dan ketertiban para pedagang diserahkan pada Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi, komunitas masyarakat setempat yang secara sukarela berpartisipasi dalam pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. Biaya masuk tidak dikenakan bagi pengunjung yang datang dengan berjalan kaki. Bagi pengunjung yang berkunjung dengan mengendarai motor, dikenakan biaya masuk sebesar Rp 2.000 per motor dan Rp 5.000 per mobil bagi pengunjung yang berkunjung dengan mengendarai mobil. Rata-rata biaya yang dikenakan untuk menikmati sarana permainan di Situ Babakan adalah Rp 5.000 per orang. Pengunjung dapat memarkirkan kendaraan pribadi mereka di mana saja di
36
sepanjang bantaran Situ Babakan. Namun, jika kendaraan pribadi pengunjung diparkirkan pada beberapa bagian tertentu di Situ Babakan, akan dikenakan biaya sebesar Rp 2.000 per kali parkir.
37
6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Gambaran Umum Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok. Kelompokkelompok tersebut antara lain kelompok pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, serta masyarakat sekitar Situ Babakan.
6.1.1. Karakteristik Responden Pengunjung Situ Babakan Pengunjung Situ Babakan yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang dengan proporsi 62,86% berjenis kelamin laki-laki dan 37,14% berjenis kelamin perempuan. Rata-rata responden, yaitu sebanyak 45,71% responden berusia 26-35 tahun dan hanya terdapat 2,86% responden yang berusia antara 56-65 tahun. Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 60% responden. Rata-rata responden, yaitu sebanyak 34,29% reponden bekerja sebagai karyawan swasta dan 25,71% responden adalah ibu rumah tangga. Rata-rata responden memiliki pendapatan antara Rp 500.000 – Rp 1.500.000 per bulan, yaitu sebanyak 34,29%. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Situ Babakan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Situ Babakan Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Usia (tahun) 16 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
22 13 35
62,86 37,14 100,00
6 16 7 5 1 35
17,14 45,71 20,00 14,29 2,86 100,00
38
Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Situ Babakan (Lanjutan) Karakteristik 3. Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 4. Pekerjaan Guru Karyawan Swasta Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Lainnya Jumlah 5. Pendapatan (Rp) <500.000 500.000 - 1.500.000 1.500.001 - 2.500.000 2.500.001 - 3.500.000 3.500.001 - 4.500.000 >4.500.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
2 4 21 8 35
5,71 11,43 60,00 22,86 100,00
2 12 3 6 1 9 2 35
5,71 34,29 8,57 17,14 2,86 25,71 5,71 100,00
2 12 4 7 5 5 35
5,71 34,29 11,43 20,00 14,29 14,29 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Selain karakteristik sosial ekonomi, terdapat pula karakteristik berwisata bagi para pengunjung Situ Babakan. Karakteritik berwisata responden pengunjung Situ Babakan antara lain sebagai berikut. 1.
Asal Daerah Pengunjung Situ Babakan berasal dari berbagai daerah yang berbatasan
dengan Kota Jakarta, khususnya Jakarta Selatan. Jumlah responden pengunjung Situ Babakan yang berasal dari wilayah Jakarta sebanyak 60,00%. Sebanyak 25,71% responden berasal dari Depok dan 2,86% responden berasal dari Tangerang. Adapun responden yang berasal dari Bogor dan Bekasi masingmasing sebanyak 5,71%. Sebaran asal daerah pengunjung Situ Babakan dijelaskan pada Gambar 3.
39
Tangerang 2.86%
Bogor 5.71% Bekasi 5.71%
Depok 25.71%
Jakarta 60.00%
Sumber : Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 3. Sebaran Asal Daerah Pengunjung Situ Babakan Sebagian besar responden berasal dari Jakarta, dan seluruh responden berasal dari Jabodetabek. Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa informasi mengenai keberadaan obyek wisata Situ Babakan belum tersebar luas pada penduduk di luar Jabodetabek. 2.
Cara Kedatangan Hanya sebagian kecil pengunjung Situ Babakan yang berkunjung sendiri,
yaitu sebanyak 5,71% responden. Sebanyak 77,14% responden datang bersama keluarga dan 17,14% responden datang bersama teman (berkelompok). Sebaran cara kedatangan wisatawan dapat dilihat pada Gambar 4. Sendiri 5.71%
Kelompok 17.14%
Keluarga 77.14%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 4. Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung Situ Babakan Sebagian besar responden berkunjung ke Situ Babakan bersama keluarga. Hal ini terjadi diduga akibat jenis atraksi wisata Situ Babakan yang lebih disukai untuk dinikmati bersama keluarga.
40
3.
Kendaraan untuk Berwisata Sebagian besar pengunjung Situ Babakan menggunakan kendaraan pribadi
untuk berkunjung ke obyek wisata. Sebaran jenis kendaraan yang digunakan responden untuk menuju Situ Babakan dijelaskan pada Gambar 5.
Mobil 11.43%
Kendaraan umum 5.71%
Motor 82.86%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 5. Sebaran Jenis Kendaraan Pengunjung Situ Babakan Sebanyak 82,86% responden menggunakan motor, sedangkan 11,43% responden menggunakan mobil. Hanya 5,71% responden yang menggunakan kendaraan umum untuk mengunjungi obyek wisata. Berdasarkan hal ini, diduga sebagian besar pengunjung memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi akibat jumlah angkutan umum menuju Situ Babakan yang terbatas dan cenderung hanya beroperasi hingga sore hari. 4.
Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan pengunjung ke Situ Babakan selama satu tahun
terakhir dapat menggambarkan tingkat kesukaan pengunjung terhadap obyek wisata Situ Babakan. Sebaran frekuensi kunjungan pengunjung selama satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 6. >20 kunjungan 42.86%
16-20 kunjungan 8.57%
1-5 kunjungan 45.71%
6-10 kunjungan 2.86%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 6. Sebaran Frekuensi Kunjungan Responden dalam Satu Tahun
41 Sebanyak 45,71% responden telah mengunjungi obyek wisata Situ Babakan sebanyak satu hingga lima kali selama satu tahun terakhir dan 42, 86% responden telah melakukan kunjungan sebanyak lebih dari dua puluh kali. Adapun 8,57% responden telah mengunjungi Situ Babakan sebanyak enam belas hingga dua puluh kali dalam satu tahun terakhir, sedangkan 2,86% responden telah berkunjung selama enam hingga sepuluh kali dalam satu tahun terakhir. Hal ini diduga akibat asal daerah responden yang sebagian besar dari Jakarta dan sekitarnya yang tidak jauh dari Situ Babakan sehingga mereka dapat sering berkunjung dengan mudah ke Situ Babakan. 5.
Pengetahuan Responden Sebanyak 48,57% responden telah mengetahui keberadaan obyek wisata
Situ Babakan selama lebih dari sembilan tahun yang lalu. Sebanyak 17,14% responden mengetahui keberadaan Situ Babakan selama dua hingga tiga tahun yang lalu. Terdapat responden yang baru mengetahui keberadaan Situ Babakan selama sekitar satu tahun yang lalu dan empat hingga lima tahun yang lalu, masing-masing sebesar 14,29%. Sedangkan responden yang telah mengetahui keberadaan Situ Babakan selama enam hingga tujuh tahun dan delapan hingga sembilan tahun masing-masing sebanyak 2,86%. Sebaran mengenai pengetahuan responden obyek wisata Situ Babakan dapat dilihat pada Gambar 7. 0-1 tahun 14.29% >9 tahun 48.57%
8-9 tahun 2.86%
2-3 tahun 17.14%
4-5 tahun 14.29% 6-7 tahun 2.86%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 7. Sebaran Pengetahuan Responden mengenai Situ Babakan Sebagian besar responden yang telah mengetahui keberadaan Situ Babakan sejak lama merupakan masyarakat yang pernah tinggal di sekitar Situ Babakan. Sebagian responden lainnya belum lama mengetahui mengenai keberadaan obyek wisata. Hal ini terjadi diduga akibat kurangnya promosi dari pihak pengelola ataupun pemerintah kota Jakarta.
42
6.
Jumlah Rombongan Sebanyak 74,29% responden mengunjungi Situ Babakan bersama satu
hingga tiga orang lainnya. Sebanyak 11,43% responden mengunjungi Situ Babakan bersama tujuh hingga sembilan orang lainnya, dan 8,57% responden berkunjung bersama empat hingga enam orang lainnya. Hanya terdapat 5,71% responden yang mengunjungi Situ Babakan sendiri. Sebaran jumlah rombongan pengunjung Situ Babakan dapat dilihat pada Gambar 8. 8-10 orang 11.43% 5-7 orang 8.57%
1 orang 5.71%
2-4 orang 74.29%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 8. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung Situ Babakan Sebagian besar responden pengunjung Situ Babakan adalah keluarga kecil dan pasangan. Hal ini terjadi diduga akibat atraksi Situ Babakan yang lebih menarik bagi anak-anak dan ketenangan di situ yang menarik bagi pasangan. 7.
Motivasi Kunjungan Terdapat banyak motivasi yang mendorong para wisatawan untuk
berkunjung ke Situ Babakan. Sebaran motivasi kunjungan pengunjung Situ Babakan dapat dilihat pada Gambar 9. Menikmati Makanan Khas Betawi 11.43%
Permainan 5.71%
Kesenian Tradisional Betawi 26.71%
Memancing 8.57%
Refreshing 48.57%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 9. Sebaran Motivasi Kunjungan Pengunjung Situ Babakan
43
Sebanyak 48,57% responden berkunjung ke Situ Babakan untuk refreshing, menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari. Sebanyak 26,71% responden memilih untuk berkunjung ke Situ Babakan untuk menikmati pertunjukan kesenian tradisional Betawi. Sebanyak 11,43% responden berkunjung ke Situ Babakan untuk menikmati makanan khas Betawi. Terdapat responden yang berkunjung ke Situ Babakan untuk menikmati sarana permainan dan memacing, masing-masing sebanyak 8,57% dan 5,71%. 8.
Persepsi Pengunjung Masing-masing individu memiliki penilaian tersendiri terhadap keberadaan
suatu obyek tertentu. Prasarana dan sarana merupakan faktor penunjang dan berkaitan dengan kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Secara keseluruhan pengunjung menilai prasarana dan sarana yang terdapat di Situ Babakan belum baik dan membutuhkan banyak peningkatan. Persepsi pengunjung terhadap prasarana dan sarana dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persepsi Pengunjung mengenai Prasarana dan Sarana di Situ Babakan Proporsi (%)
Prasarana dan Sarana
Sangat Baik
Baik
Cukup
Buruk
Sangat Buruk
1. Mushola 2. Tempat Parkir 3. Tempat Makan 4. Tempat Sampah 5. Sarana Permainan 6. Tempat Duduk 7. Toilet
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
28,57 45,71 34,29 20,00 17,14 8,57 17,14
17,14 28,57 51,43 17,14 34,29 34,29 11,43
8,57 25,71 11,43 42,86 48,57 42,86 34,29
0,00 0,00 2,86 20,00 0,00 14,29 0,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Sebanyak 45,71% responden tidak mengetahui bagaimana keadaan mushola dan 37,14% responden tidak mengetahui bagaimana keadaan toilet di Situ Babakan akibat tidak pernah mengunjunginya dan tidak pula mengetahui lokasinya. Secara umum, persepsi responden
mengenai mushola dan tempat
parkir adalah baik sedangkan tempat makan dinilai cukup baik. Responden menilai bahwa keberadaan tempat sampah, sarana permainan, tempat duduk, dan toilet belum baik dan membutuhkan banyak pengembangan.
44
6.1.2. Karakteristik Responden Unit Usaha di Situ Babakan Unit usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri tiga puluh unit usaha dengan proporsi 46,67% laki-laki dan 53,33% perempuan. Rata-rata usia responden berkisar antara empat puluh satu hingga lima puluh tahun dengan persentase sebesar 33,33% responden. Pendidikan terakhir rata-rata responden, yaitu sebanyak 30,00% responden, adalah SD. Sebanyak 60,00% responden telah memiliki tempat usaha tetap berupa warung atau kios di obyek wisata Situ Babakan, namun 40,00% responden belum memiliki tempat usaha tetap (pedagang asongan). Sebanyak 66,67% responden menjalankan unit usaha di Situ Babakan sebagai pekerjaan utama, namun 33,33% responden menjalankan unit usaha di Situ Babakan hanya sebagai pekerjaan sambilan. Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden berkisar antara Rp 2.000.001 hingga Rp 3.000.000, yaitu sebanyak 30,00% responden. Karakteristik sosial ekonomi unit usaha disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha Karateristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun Jumlah Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Jenis Unit Usaha Tetap Tidak tetap Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
14 16 30
46,67 53,33 100,00
7 8 10 5 30
23,33 26,67 33,33 16,67 100,00
1 9 8 8 4 30
3,33 30,00 26,67 26,67 13,33 100,00
18 12 30
60,00 40,00 100,00
45 Tabel 6. Karakteristik Sosial Ekonomi Unit Usaha (Lanjutan)
Karateristik
Jumlah (orang)
Jenis Pekerjaan Utama Sambilan Jumlah Pendapatan (Rp) <1.000.000 1.000.000 - 2.000.000 2.000.001 - 3.000.000 3.000.001 - 4.000.000 >4.000.000 Jumlah Modal Usaha (Rp) <1.000.000 1.000.000 - 3.000.000 3.000.001 - 5.000.000 5.000.001 - 7.000.000 7.000.001 - 9.000.000 >9.000.000 Jumlah
Persentase (%)
20 10 30
66,67 33,33 100,00
7 7 9 6 1 30
23,33 23,33 30,00 20,00 3,33 100,00
2 13 9 2 0 4 30
6,67 43,33 30,00 6,67 0,00 13,33 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelaku usaha di Situ Babakan bergantung kepada penghasilan yang mereka dapatkan di Situ Babakan. Namun, terdapat perbedaan antara satu unit usaha dengan unit usaha lainnya dalam beberapa hal berikut. 1.
Waktu Buka Kebanyakan unit usaha di Situ Babakan hanya menjalankan usahanya pada
akhir pekan saat pengunjung ramai mengunjungi Situ Babakan. Sebanyak 60,00% responden hanya menjalankan unit usaha mereka pada akhir pekan. Sebanyak 36,67% responden menjalankan unit usaha mereka setiap hari dan 3,33% responden
menjalankan unit usaha selama beberapa hari dalam satu pekan.
Sebaran waktu buka responden disajikan pada Gambar 10.
46
Setiap hari 36.67% Akhir pekan 60.00%
Beberapa hari 3.33%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 10. Sebaran Waktu Buka Unit Usaha per Pekan Sebagian besar pemilik unit usaha di Situ Babakan hanya menjalankan usahanya pada akhir pekan, diduga akibat kondisi Situ Babakan yang hanya ramai dengan pengunjung pada akhir pekan. Beberapa unit usaha menjalankan usahanya setiap hari karena selalu ada pengunjung yang berkunjung ke Situ Babakan setiap hari walaupun tidak ramai seperti akhir pekan. 2.
Lama Usaha Setiap unit usaha memulai usahanya dalam waktu yang tidak serentak.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat responden yang telah menjalankan usahanya sejak Situ Babakan belum diresmikan sebagai obyek wisata, namun ada pula responden yang baru saja memulai usahanya selama satu bulan. Masing-masing sebanyak 26,67% responden telah memulai usahanya antara satu hingga tiga tahun yang lalu dan empat hingga enam tahun yang lalu. Sebanyak 23,33% responden memulai usahanya kurang dari satu tahun yang lalu. Sebanyak 13,33% responden telah memulai usahanya sejak sepuluh hingga dua belas tahun yang lalu dan sisanya sebanyak 10,00% responden telah memulai usahanya lebih dari dua belas tahun yang lalu. Sebaran lama responden menjalankan unit usaha disajikan pada Gambar 11. >12 tahun 10.00% 10-12 tahun 13.33%
<1 tahun 23.33%
0.00%
4-6 tahun 26.67%
1-3 tahun 26.67%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 11. Sebaran Lama Responden Menjalankan Unit Usaha
47 Lama responden menjalankan unt usaha tersebar dengan cukup merata, namun hanya sebagian kecil responden yang dapat mempertahankan unit usahanya untuk waktu yang lama. Hal ini terjadi diduga akibat perkembangan Situ Babakan yang menimbulkan besarnya minat untuk menjalankan unit usaha di Situ Babakan, namun persaingan dan berbagai hal lainnya membuat tidak banyak unit usaha yang dapat bertahan untuk waktu yang sangat lama.
6.1.3. Karakteristik Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan Pengembangan Situ Babakan menjadi obyek wisata turut berperan dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga mampu mengurangi pengangguran di sekitar obyek wisata. Responden pada penelitian kali ini terdiri dari dua puluh tenaga kerja dengan proporsi 70,00% laki-laki dan 30,00% perempuan. Karakteristik sosial ekonomi tenaga kerja disajikan secara lengkap pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 16-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun >45 tahun Jumlah Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
14 6 20
70,00 30,00 100,00
3 6 7 4 20
15,00 30,00 35,00 20,00 100,00
3 6 8 3 20
15,00 30,00 40,00 15,00 100,00
48
Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja (Lanjutan)
Karakteristik Pekerjaan Petugas kebersihan Petugas parkir Petugas keamanan Penjaga permainan Penjaga tiket Penjaga unit usaha Pengurus taman Jumlah Jenis Pekerjaan Utama Sambilan Jumlah Pendapatan (Rp) <500.000 500.000 - 1.500.000 1.500.001 - 2.500.000 >2.500.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
4 2 1 6 1 5 1 20
20,00 10,00 5,00 30,00 5,00 25,00 5,00 100,00
17 3 20
85,00 15,00 100,00
2 10 7 1 20
10,00 50,00 35,00 5,00 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 35,00% responden berusia antara tiga puluh enam hingga empat puluh lima tahun dan 30,00% responden berusia antara dua puluh enam hingga tiga puluh lima tahun. Terdapat 20,00% responden yang berusia lebih dari empat puluh lima tahun dan 15,00% responden berusia enam belas hingga dua puluh lima tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh 40,00% responden adalah SMA dan 30,00% responden merupakan lulusan SMP. Masing-masing sebanyak 15,00% responden merupakan lulusan SD dan Perguruan Tinggi. Sebanyak 30,00% responden bekerja sebagai penjaga permainan dan 25,00% responden bekerja sebagai penjaga unit usaha. Sebanyak 20,00% responden bekerja sebagai petugas kebersihan dan 10,00% sebagai petugas parkir. Sisanya masing-masing sebanyak 5,00% bekerja sebagai petugas keamanan, penjaga tiket, dan pengurus taman. Sebanyak 85,00% responden menjadikan
49 pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan utama, sementara 15,00% responden hanya menjadikan pekerjaan mereka di Situ Babakan sebagai pekerjaan sambilan. Rata-rata pendapatan responden berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 50,00%. Rendahnya pendapatan rata-rata responden ini diduga akibat tidak seluruh responden bekerja penuh waktu di Situ Babakan sehingga mereka pun tidak memperoleh upah yang besar. Selain itu, terdapat pula keragaman mengenai beberapa hal lainnya. Hal-hal tersebut antara lain adalah lama tenaga kerja bekerja di Situ Babakan, jumlah hari kerja per pekan, dan jumlah jam kerja per hari. 1.
Lama Bekerja Sebanyak 35,00% responden mengaku baru bekerja di Situ Babakan selama
satu hingga tiga tahun. Masing-masing sebanyak 20,00% responden telah bekerja di Situ Babakan selama empat hingga enam tahun dan sepuluh hingga dua belas tahun, sedangkan masing-masing sebanyak 10,00% responden telah bekerja selama lebih dari dua belas tahun dan kurang dari satu tahun. Sisanya sebanyak 5,00% responden telah bekerja selama tujuh hingga sembilan tahun. Sebaran lama responden bekerja disajikan pada Gambar 12. >12 tahun 10.00%
<1 tahun 10.00%
10-12 tahun 20.00% 7-9 tahun 5.00% 4-6 tahun 20.00%
1-3 tahun 35.00%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 12. Sebaran Lama Tenaga Kerja Bekerja di Situ Babakan Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden tenaga kerja telah bekerja di Situ Babakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sedikitnya tenaga kerja yang baru bekerja kurang dari satu tahun diduga akibat tercukupinya kebutuhan tenaga kerja di Situ Babakan sehingga hanya sedikit kesempatan kerja yang tersedia di Situ Babakan.
50
2.
Hari Kerja Sebagian besar responden bekerja selama lima hingga enam hari dalam satu
pekan, yaitu sebanyak 35,00%. Sebaran hari kerja responden tenaga kerja dalam satu pekan disajikan pada Gambar 13. Setiap hari 20.00%
5-6 hari 35.00%
1-2 hari 25.00%
3-4 hari 20.00%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 13. Sebaran Hari Kerja Tenaga Kerja di Situ Babakan Sebanyak 25,00% responden bekerja hanya selama satu atau dua hari dalam satu pekan. Sisanya masing-masing sebanyak 20,00% responden bekerja selama tiga hingga empat hari dan setiap hari dalam satu pekan. 3.
Jam Kerja Sebagian besar responden bekerja selama delapan hingga sepuluh jam
dalam sehari, yaitu sebanyak 75,00% responden. Sebaran jam kerja responden tenaga kerja dalam sehari disajikan pada Gambar 14. 11-13 jam 15.00%
5-7 jam 10.00%
8-10 jam 75.00%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 14. Sebaran Jam Kerja Responden Tenaga Kerja di Situ Babakan Sebanyak 15,00% responden bekerja selama sebelas hingga tiga belas jam dalam sehari. Sisanya 10,00% responden berkerja selama lima hingga tujuh jam dalam sehari.
51 6.1.4. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Situ Babakan Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah tiga puluh lima orang dengan proporsi 45,71% laki-laki dan 54,29% perempuan. Usia ratarata masyarakat yang menjadi responden adalah tiga puluh enam hingga lima puluh tahun, yaitu 34,29% responden. Sebagian besar reponden, yaitu sebanyak 42,86% responden merupakan lulusan SMA. Rata-rata responden, yaitu sejumlah 28,57% responden bekerja sebagai wiraswasta. Rata-rata responden berasal dari golongan menengah ke bawah, tampak dari 37,14% responden yang memiliki pendapatan per bulan antara Rp 500.000 hingga Rp 1.500.000. Hanya terdapat masing-masing sebanyak 5,71% responden yang memiliki pendapatan per bulan antara Rp 3.500.001 hingga Rp 4.500.000 dan lebih dari Rp 4.500.000. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat sekitar Situ Babakan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Situ Babakan Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 21-35 tahun 36-50 tahun 51-65 tahun >65 tahun Jumlah Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
16 19 35
45,71 54,29 100,00
11 12 11 1 35
31,43 34,29 31,43 2,86 100,00
3 5 6 15 6 35
8,57 14,29 17,14 42,86 17,14 100,00
52
Tabel 8. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Situ Babakan (Lanjutan) Karakteristik Pekerjaan Guru Karyawan Swasta PNS TNI Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pensiun Lainnya Jumlah Pendapatan (Rp) <500.000 500.000 - 1.500.000 1.500.001 - 2.500.000 2.500.001 - 3.500.000 3.500.001 - 4.500.000 >4.500.000 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1 8 2 1 10 9 1 3 35
2,86 22,86 5,71 2,86 28,57 25,71 2,86 8,57 100,00
3 13 6 9 2 2 35
8,57 37,14 17,14 25,71 5,71 5,71 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Selain itu, terdapat keragaman pada responden dalam jumlah tanggungan, lama tinggal di sekitar Situ Babakan, dan dampak ekonomi yang dirasakan dari kegiatan wisata di Situ Babakan. 1.
Jumlah Tanggungan Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 45,71% responden memiliki satu
hingga dua orang tanggungan, sedangkan 25,71% responden memiliki tiga hingga empat orang tanggungan. Sebaran jumlah tanggungan masyarakat disajikan pada Gambar 15. 3-4 orang 25.71%
1-2 orang 45.71%
5-6 orang 5.71% >6 orang 2.86% Tanpa tanggungan 20.00%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 15. Sebaran Jumlah Tanggungan Masyarakat Sekitar Situ Babakan
53
Sebanyak 20% responden tidak memiliki tanggungan. Hanya terdapat 5,71% responden yang memiliki lima hingga enam orang tanggungan dan 2,86% responden yang memiliki lebih dari enam orang tanggungan. Sebagian besar responden masyarakat sekitar Situ Babakan telah berkeluarga sehingga telah memiliki tanggungan. Namun, sebagian besar responden yang memiliki tanggungan tidak memiliki lebih dari empat orang tanggungan. 2.
Lama Tinggal Rata-rata responden merupakan penduduk asli di sekitar Situ Babakan
dengan proporsi 34,29% sedangkan jumlah responden yang telah tinggal di sekitar Situ Babakan selama lebih dari sepuluh tahun adalah 31,43%. Sebanyak 17,14% responden tinggal di sekitar Situ Babakan selama satu hingga lima tahun dan 14,29% responden telah tinggal selama enam hingga sepuluh tahun. Terdapat 2,86% responden yang baru tinggal di sekitar Situ Babakan selama kurang dari satu tahun. Sebaran lama tinggal responden di sekitar Situ Babakan disajikan pada Gambar 16. >10 tahun 31.43%
6-10 tahun 14.29%
Penduduk asli 34.29% <1 tahun 1-5 tahun 2.86% 17.14%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 16. Sebaran Lama Tinggal Masyarakat Sekitar Situ Babakan Sebagian besar responden merupakan masyarakat Betawi asli yang telah tinggal di sekitar Situ Babakan sejak lahir, dan sebagian lainnya merupakan masyarakat yang telah tinggal di sekitar Situ Babakan sejak lama. Hanya sebagian kecil responden yang belum lama tinggal di Situ Babakan. 3.
Dampak Ekonomi Tidak seluruh masyarakat merasakan dampak positif dari keberadaan obyek
wisata Situ Babakan dalam hal ekonomi. Hanya 31,43% responden yang mendapatkan dampak ekonomi dari obyek wisata Situ Babakan, sedangkan 68,57% responden tidak mendapatkan dampak ekonomi dari adanya kegiatan
54
wisata di Situ Babakan. Sebaran dampak ekonomi kegiatan wisata bagi masyarakat sekitar Situ Babakan disajikan pada Gambar 17. Mendapatkan dampak ekonomi 31.43% Tidak mendapat dampak ekonomi 68.57%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Gambar 17. Sebaran Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata bagi Masyarakat Sebagian besar responden mengaku memiliki keinginan untuk bekerja kepada pengelola atau berwirausaha di Situ Babakan saat melihat dampak ekonomi yang didapatkan oleh sebagian masyarakat lainnya yang bekerja dan berwirausaha di Situ Babakan. Namun, keterbatasan dana menghalangi mereka untuk mewujudkan niat tersebut.
6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Situ Babakan Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan Minitab 16, diperoleh fungsi permintaan wisata ke Situ Babakan yaitu sebagai berikut. JK = 61,24 + 0,00068BP – 4,95TP – 1,27UP – 2,59JR – 0,24WT + 4,78PR Keterangan : JK = Jumlah kunjungan ke Situ Babakan (kali kunjungan per tahun) BP = Biaya perjalanan (rupiah) TP = Pendapatan responden (rupiah per tahun) UP = Usia (tahun) JR = Jumlah rombongan (orang) WT = Waktu tempuh (menit) PR = Pengetahuan responden mengenai Situ Babakan (tahun)
55 Hasil analisis regresi berganda fungsi permintaan wisata Situ Babakan disajikan pada Tabel 9. Hasil analisis regresi berganda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 9. Analisis Regresi Permintaan Wisata Situ Babakan Variabel
Koefisien
SE Koefisien
T
P
VIF
Constant BP (Biaya Perjalanan) TP (Tingkat Pendapatan) UP (Usia Pengunjung) JR (Jumlah Rombongan) WT (Waktu Tempuh) PR (Pengetahuan responden) R2 R2(adj)
61,24 0,0006759 -4,952 -1,2672 -2,586 -0,23957
10,01 0,0001829 1,357 0,2333 1,101 0,04991
6,12 3,69 -3,65 -5,43 -2,35 -4,80
0,000 0,001** 0,001** 0,000** 0,026* 0,000**
1,809 1,258 1,447 1,754 1,159
4.778
1,460
3,27
0,003**
1,359
68,2% 61,4%
Sumber: Hasil Analisis Data (2014) Keterangan: *) Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% **) Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99%
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa nilai R 2(adj) sebesar 61,4%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 61,4% keragaman permintaan wisata dijelaskan oleh variasi variabel bebas yang terdapat di dalam model (biaya perjalanan, tingkat pendapatan, usia pengunjung, jumlah rombongan, waktu tempuh, dan pengetahuan responden), sedangkan 38,6% sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. 6.2.1. Variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata Situ Babakan Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh variabel berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wisata Situ Babakan. Adapun variabel-variabel tersebut antara lain sebagai berikut. 1.
Biaya Perjalanan Variabel biaya perjalanan signifikan pada selang kepercayaan 99% dengan
tanda positif. Artinya, setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp 10.000 diduga dapat meningkatkan peluang rata-rata kunjungan individu sebanyak tujuh kali. Hal ini berlawanan dengan hipotesis yang telah dibangun bahwa variabel biaya perjalanan akan memiliki koefisien negatif. Namun, hal ini menunjukkan bahwa
56
peningkatan kualitas wisata Situ Babakan akan membuat individu lebih tertarik untuk mengunjungi Situ Babakan meskipun mengakibatkan pengunjung harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menikmatinya. 2.
Pendapatan Variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan pada selang kepercayaan
99% dan bertanda negatif. Artinya, setiap peningkatan pendapatan diduga akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan ke Situ Babakan. Hal ini berlawanan dengan hipotesis awal bahwa variabel pendapatan akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Fakta ini disebabkan oleh Situ Babakan yang menjadi tujuan wisata bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, sehingga peningkatan pendapatan dapat menyebabkan individu lebih memilih untuk mengunjungi obyek wisata selain Situ Babakan. Oleh karena itu, diduga Situ Babakan merupakan objek wisata inferior. 3.
Usia Variabel usia berpengaruh signifikan pada selang kepercayaan 99% dan
memiliki tanda negatif. Artinya, semakin meningkatnya umur sebanyak satu tahun maka diduga frekuensi rata-rata kunjungan ke Situ Babakan pun akan semakin berkurang sebanyak satu kali. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya, yaitu peningkatan usia akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Situ Babakan. Berbagai atraksi yang terdapat di Situ Babakan sebagian besar ditujukan bagi anak-anak dan pengunjung berusia relatif muda, sehingga dapat mengurangi minat individu berusia lanjut untuk berkunjung. 4.
Jumlah Rombongan Variabel
jumlah
rombongan
berpengaruh
signifikan
pada
selang
kepercayaan 95% dan memiliki tanda negatif. Artinya, bertambahnya satu orang dalam jumlah rombongan akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu sebanyak tiga kali. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya, yaitu peningkatan jumlah rombongan akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Situ Babakan. Kebanyakan pengunjung Situ Babakan adalah pasangan muda-mudi atau keluarga kecil. Atraksi wisata yang terdapat di Situ Babakan menyebabkan pengunjung lebih suka mengunjungi
57 obyek wisata dalam kelompok-kelompok kecil daripada berkunjung dalam rombongan yang lebih besar. 5.
Waktu Tempuh Variabel waktu tempuh perjalanan berpengaruh signifikan pada selang
kepercayaan 99% dan memiliki tanda negatif. Artinya, setiap pertambahan sepuluh menit waktu tempuh akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Situ Babakan sebanyak dua kali, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya, yaitu peningkatan waktu tempuh akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Situ Babakan. Hal ini disebabkan oleh kemacetan yang biasa terjadi di Jakarta terutama pada waktuwaktu tertentu sehingga individu harus menghabiskan waktu yang lama untuk berkunjung ke Situ Babakan walaupun jarak tempuh yang sebenarnya tidak jauh. 6.
Pengetahuan Responden mengenai Obyek Wisata Variabel
pengetahuan
responden
berpengaruh
nyata
pada
selang
kepercayaan 99% dan memiliki tanda positif. Setiap peningkatan lama individu mengetahui tentang keberadaan obyek wisata selama satu tahun diduga dapat meningkatkan frekuensi rata-rata kunjungan sebanyak lima kali. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibangun sebelumnya, yaitu peningkatan lama responden mengetahui mengenai Situ Babakan akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Situ Babakan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ratarata pengunjung yang telah mengetahui Situ Babakan sejak kecil cenderung mengunjungi obyek wisata tersebut lebih sering daripada mereka yang baru saja mengetahuinya. Berdasarkan hasil wawancara pula diketahui bahwa mereka yang telah mengetahui keberadaan Situ Babakan sejak lama merupakan pengunjung lokal yang berasal dari daerah sekitar Situ Babakan.
6.2.2. Pengujian Asumsi Linear Berganda Untuk mengetahui tingkat keakuratan model yang telah dibangun, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model.
58
1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan melihat normal probability plot dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Pada Lampiran 4 ditunjukkan bahwa titik-titik yang terdapat pada normal probability plot terletak pada suatu garis linier dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,647 sehingga dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. 2.
Uji Statistik t Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang secara nyata
mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan hasil uji statistik t, seluruh variabel bebas dalam model secara nyata mempengaruhi variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan dengan P-value pada masing-masing variabel bebas yang lebih kecil dari taraf nyata seperti yang disajikan pada Tabel 9. 3.
Uji Statistik F Pengujian ini dilakukan terhadap model secara keseluruhan. Berdasarkan
hasil analisis regresi berganda yang disajikan pada Lampiran 3, diketahui bahwa seluruh variabel bebas yang terdapat di dalam model regresi saling berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan dengan P-value dalam uji statistik F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf nyata 1% sehingga dapat disimpulkan semua variabel bebas dalam model secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. 4.
Uji Autokorelasi Uji Durbin Watson digunakan untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi
pada model. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Lampiran 3 diperoleh nilai uji Durbin Watson sebesar 1,90057 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model ini. 5.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF.. Nilai VIF
yang terdapat pada Tabel 9 untuk menentukan fungsi permintaan wisata Situ Babakan berkisar antara 1,159 dan 1,809 sehingga dapat disimpulkan dalam model tersebut tidak terjadi multikolinearitas.
59
6.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji gletser dan
melihat grafik scatterplot yang dihasilkan. Hasil uji gletser pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Semua variabel bebas pun memiliki nilai Sig. lebih dari 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
6.3. Nilai Ekonomi Situ Babakan Nilai ekonomi Situ Babakan diestimasi dengan menggunakan pendekatan Individual Travel Cost Method. Nilai ekonomi dapat diperoleh dengan mengetahui nilai surplus ekonomi pengunjung terlebih dahulu. Penghitungan surplus konsumen dilakukan dengan menguadratkan jumlah kunjungan responden pengunjung selama satu tahun terakhir kemudian membaginya dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Besar surplus konsumen perlu diketahui terlebih dahulu untuk mengetahui nilai ekonomi Situ Babakan. Setelah nilai surplus konsumen diketahui, nilai ekonomi Situ Babakan dapat diperoleh dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah kunjungan ke Situ Babakan pada tahun 2013. Perhitungan nilai ekonomi Situ Babakan disajikan pada Tabel 10 dan keterangan lebih lanjut disajikan pada Lampiran 6. Tabel 10. Perhitungan Nilai Ekonomi Situ Babakan pada Tahun 2013 Keterangan Jumlah responden (a) Jumlah kunjungan responden (b) Jumlah kunjungan tahun 2013 (c) Koefisien biaya perjalanan (d) Surplus konsumen [(e) = (b2) / 2(d)] Surplus konsumen/individu/kunjungan [(f) = (e)/(a)/(b)] Nilai ekonomi [(g) = (f) x (c)] Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Nilai 35 646 199.789 0,0006759 308.711.347,8 13.653,75 2.727.869.591,87
Berdasarkan Tabel 10, diestimasi nilai surplus konsumen obyek wisata Situ Babakan sebesar Rp 13.653,750 per individu per kunjungan sehingga diperoleh nilai ekonomi Situ Babakan sebesar Rp 2.727.869.691,87 per tahun. Bila
60
dibandingkan dengan nilai ekonomi Situ Cipondoh di Tangerang pada tahun 2010-2011 yang telah diteliti oleh Mutiarani (2011) yaitu sebesar Rp 94.591,00 per tahun dengan surplus konsumen sebesar Rp 52,87 per individu per kunjungan, dapat disimpulkan bahwa Situ Babakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
6.4. Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan Kegiatan wisata dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut. Dampak ekonomi kegiatan wisata dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung. Kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan efek pengganda (multipier effect) bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Efek pengganda tersebut dapat diukur melalui dampak dari tambahan pengeluaran terhadap ekonomi (Horwath Tourism and Leisure Consulting 1981). Dampak terhadap ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata terbagi dalam dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak lanjutan (induced effect) (Vanhove 2005). Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh penerima awal dari pengeluaran pengunjung. Dampak tidak langsung adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha yang menerima dampak langsung. Dampak lanjutan dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi di tingkat rumah tangga dari pendapatan yang bersumber dari unit usaha penerima dampak langsung. Dampak ekonomi tersebut dapat diperoleh dengan terlebih dahulu mengetahui jumlah pengeluaran wisatawan dalam kawasan wisata. Proporsi pengeluaran pengunjung Situ Babakan disajikan dalam Tabel 11 dan keterangan lebih lanjut disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa sebagian besar proporsi pengeluaran responden pengunjung di Situ Babakan digunakan untuk konsumsi di kawasan wisata, yaitu sebesar 30,78%. Hal ini terjadi karena sebagian besar makanan yang dijual di Situ Babakan merupakan makanan khas Betawi yang jarang didapati di tempat lain. Selain itu, sebagian besar unit usaha di Situ Babakan menjual makanan dan minuman sehingga berpengaruh terhadap proporsi pengeluaran pengunjung di lokasi wisata.
61 Tabel 11. Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung Situ Babakan Biaya
Rata-Rata Pengeluaran (Rp)
Pengeluaran di Luar Kawasan Wisata Biaya transportasi Konsumsi dari rumah Pengeluaran di Luar Lokasi Wisata per Kunjungan Pengeluaran di Dalam Kawasan Wisata Tiket masuk Parkir Konsumsi di kawasan wisata Permainan Suvenir Toilet Pengeluaran di Lokasi Wisata per Kunjungan Pengeluaran per Kunjungan
Persentase (%)
8.971,43 11.666,67 20.638,10
13,81 17,95 31,76
2.000,00 2.596,15 20.000,00 5.000,00 10.000,00 4.750,00 44.346,15
3,08 4,00 30,78 7,69 15,39 7,31 68,24
64.984,25
100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Pengeluaran pengunjung di dalam kawasan wisata akan memberikan dampak positif bagi perekonomian sekitar obyek wisata, sedangkan pengeluaran pengunjung di luar kawasan wisata dinamakan dengan kebocoran (leakage) yaitu pengeluaran pengunjung untuk transportasi dan konsumsi yang dibawa dari rumah. Pengeluaran pengunjung di dalam kawasan wisata diestimasi dengan cara mengalikan jumlah kunjungan per bulan (16.649 kunjungan) dengan rata-rata pengeluaran pengunjung dalam kawasan wisata per kali kunjungan (Rp 44.346,15) sehingga diperoleh total pengeluaran pengunjung per bulan yang berpengaruh terhadap ekonomi lokal adalah sebesar Rp 738.319.115,38.
6.4.1. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Pengunjung yang datang ke suatu obyek wisata akan membelanjakan uangnya pada unit usaha yang terdapat pada obyek wisata tersebut. Aliran uang tersebut akan menjadi dampak langsung berupa pendapatan unit usaha. Sebagian dari penerimaan unit usaha dialokasikan untuk biaya operasional, sedangkan sebagian lainnya menjadi pendapatan pemilik unit usaha. Proporsi alokasi penerimaan responden unit usaha di Situ Babakan disajikan pada Tabel 12.
62
Tabel 12. Proporsi Alokasi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan Komponen Biaya
Proporsi (%)
Pendapatan Pemilik Upah Tenaga Kerja Biaya Operasional Transportasi Biaya Pemeliharaan Lain-lain Total
48,76 1,28 47,46 1,78 0,56 0,16 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Pendapatan unit usaha diperoleh setelah penerimaan unit usaha dialokasikan untuk biaya-biaya pengelolaan. Sebagian besar pengeluaran unit usaha digunakan untuk biaya operasional unit usaha tersebut, antara lain biaya sewa, kebersihan, dan bahan baku dengan proporsi 47,46%. Pengeluaran tersebut juga digunakan untuk biaya transportasi dan upah tenaga kerja, masing-masing sebesar 1,78% dan 1,28%. Sisanya digunakan untuk biaya pemeliharaan dan lain-lain. Terdapat perbedaan antara penerimaan rata-rata antara responden yang memiliki unit usaha tetap berupa warung atau kios dan responden yang memiliki unit usaha tidak tetap (pedagang asongan). Perbedaan tersebut disajikan pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Proporsi Penerimaan Responden Unit Usaha di Situ Babakan Jenis Unit Usaha
Rata-Rata Penerimaan (Rp) (a)
Tetap Tidak tetap
5.247.222,22 5.279.166,67
Rata-Rata Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Rata-Rata Biaya (Rp) (b) 3.097.555,56 2.809.166,67
Rata-Rata Proporsi (%) Pendapatan (Rp) (d) = [(c)/(a) x (c) = (a) - (b) 100] 2.149.667,67 2.470.000,00
40,97 46,79 43,88
Pendapatan unit usaha merupakan dampak langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan. Perhitungan dampak langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan dapat dilihat pada Tabel 14.
63 Tabel 14. Pendapatan Unit Usaha per Bulan Jenis Unit Usaha
Pendapatan per Bulan (Rp) (a)
Jumlah Unit Usaha (unit) (b)
2.149.666,67 Tetap 2.470.000,00 Tidak tetap Total Pendapatan Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Pendapatan Total Unit Usaha per Bulan (Rp) (c) = (a) x (b)
167 62
358.994.334,89 153.140.000,00 512.134.334,89
Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan diperoleh dari pendapatan total unit usaha. Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa dampak ekonomi langsung di Situ Babakan adalah sebesar Rp 512.134.334,89 per bulan. 6.4.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Aliran uang dari pengunjung Situ Babakan akan menjadi penerimaan unit usaha secara langsung. Kemudian unit usaha menggunakan penerimaan tersebut untuk menjalankan usahanya dengan mengeluarkan beberapa macam biaya. Biaya tersebut antara lain biaya sewa, kebersihan, bahan baku, pemeliharaan, upah tenaga kerja, transportasi, dan lain-lain. Proporsi pengeluaran unit usaha disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Proporsi Pengeluaran Unit Usaha Komponen Biaya Penerimaan Pemilik Upah Tenaga Kerja Biaya Operasional Transportasi Biaya Pemeliharaan Lain-lain Total
Proporsi (%) 48,76 1,28 47,46 1,78 0,56 0,16 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa sebagian besar pengeluaran unit usaha adalah untuk menjadi penerimaan pemilik dan biaya operasional, yaitu masing-masing sebesar 48,76% dan 47,46%. Hanya sebesar 1,28% dari pengeluaran yang digunakan sebagai upah bagi tenaga kerja. Dampak ekonomi tidak langsung Situ Babakan diestimasi berdasarkan pendapatan tenaga kerja yang bekerja di Situ Babakan. Rata-rata pendapatan tenaga kerja di Situ Babakan adalah Rp 1.411.500,00 per bulan (Lampiran 6).
64
Rata-rata pendapatan tenaga kerja tersebut lebih rendah daripada Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta Tahun 2014 dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 123 Tahun 2013, yaitu sebesar Rp 2.441.000,00 per bulan. Dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan disajikan pada Tabel 16 dan data pendapatan tenaga kerja lokal disajikan pada Lampiran 8. Tabel 16. Estimasi Pendapatan Tenaga Kerja Situ Babakan
Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja (orang) (a)
Pegawai sarana permainan Pegawai unit usaha Petugas keamanan Petugas kebersihan Petugas parkir Petugas taman Petugas tiket masuk
10 15 4 10 6 4 12
Rata-rata Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) (b) 1.133.333,33 1.347.142,86 1.000.000,00 2.000.000,00 1.550.000,00 1.200.000,00 500.000,00
Total Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) [(c) = (a) x (b)]
Total
11.333.333,33 20.207.142,86 4.000.000,00 20.000.000,00 9.300.000,00 4.800.000,00 6.000.000,00 75.640.476,19
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan Tabel 16, estimasi dampak ekonomi tidak langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan adalah sebesar Rp 75.640.476,19 per bulan. 6.4.3. Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Dampak ekonomi lanjutan (Induced Impact) merupakan dampak ekonomi yang diperoleh berdasarkan pengeluaran tenaga kerja di sekitar kawasan wisata. Tenaga kerja mengeluarkan biaya antara lain untuk kebutuhan konsumsi, uang saku dan sekolah anak, listrik, transportasi, tabungan, dan lain-lain. Sebagian besar pengeluaran tenaga kerja Situ Babakan digunakan untuk kebutuhan konsumsi, yaitu sebesar 54,47%. Proporsi pengeluaran tenaga lengkap disajikan pada Tabel 17.
kerja secara
65
Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Pengeluaran Konsumsi Uang Saku dan Sekolah Anak Listrik Transportasi Tabungan Lainnya Jumlah
Proporsi (%) 54,47 16,24 5,95 1,64 8,44 13,26 100,00
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dampak lanjutan yang merupakan pengeluaran tenaga kerja yang kembali berputar di tingkat ekonomi lokal, dalam hal ini berupa biaya konsumsi, uang saku dan sekolah anak, dan biaya transportasi, memiliki persentase keseluruhan sebesar 72,35%. Estimasi dampak lanjutan dapat diperoleh melalui estimasi total pengeluaran yang dikalkulasikan dengan persentase pengeluaran yang berdampak terhadap ekonomi lokal. Berdasarkan hal tersebut, estimasi dampak lanjutan dari kegiatan wisata di Situ Babakan adalah Rp 54.725.884,52 per bulan. 6.4.4. Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda digunakan untuk mengukur dampak dari pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian lokal. Efek pengganda dapat diketahui dari jumlah pengeluaran pengunjung selama melakukan wisata di Situ Babakan. Menurut META-Project (2001), terdapat tiga ukuran untuk mengetahui dampak ekonomi wisata di tingkat lokal, yaitu (1) Keynesian income multiplier yang diperoleh dari dampak langsung atas pengeluaran pengunjung, (2) ratio income multiplier tipe I yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran pengunjung, dan (3) ratio income multiplier tipe II yang diperoleh dari dampak lanjutan. Besar nilai pengganda dari ketiga ukuran tersebut disajikan pada Tabel 18.
66
Tabel 18. Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung Situ Babakan Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
0,87 1,15 1,25
Sumber: Hasil Analisis Data (2014)
Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa nilai Keynesian income multiplier adalah 0,87. Artinya, setiap peningkatan pengeluaran pengunjung sebesar Rp 1.000 akan berdampak terhadap perekonomian lokal sebesar Rp 870. Nilai ratio income multiplier tipe I sebesar 1,13 yang berarti setiap peningkatan penerimaan unit usaha sebesar Rp 1.000 akan mengakibatkan peningkatan pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja sebesar Rp 1.150. Nilai ratio income multiplier tipe II sebesar 1,22 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Rp 1.000 pada penerimaan unit usaha akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, dan pengeluaran tenaga kerja di tingkat ekonomi lokal sebanyak Rp 1.250 yang akan berputar pada masyarakat lokal. Perhitungan efek pengganda secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. Penelitian Mutiarani (2011) di Situ Cipondoh pada tahun 2010-2011 juga meneliti mengenai efek pengganda yang dihasilkan dari kegiatan wisata Situ Cipondoh. Nilai Keynesian income multiplier Situ Cipondoh pada tahun 20102011 adalah sebesar 4,04 sedangkan nilai ratio income multiplier tipe I dan II masing-masing sebesar 1,08 dan 1,16. Bila dibandingkan dengan nilai ratio income multiplier Situ Babakan, dapat disimpulkan bahwa dampak peningkatan penerimaan unit usaha di Situ Babakan terhadap pemilik unit usaha, tenaga kerja, dan pengeluaran tenaga kerja di tingkat ekonomi lokal adalah cukup besar. Namun, bila dibandingkan dengan dampak dari kegiatan wisata Situ Cipondoh terhadap ekonomi lokal, dampak dari kegiatan wisata di Situ Babakan terhadap ekonomi lokal lebih kecil ditilik dari nilai Keynesian income multiplier yaitu 0,87 sementara nilai Keynesian income multiplier Situ Cipondoh adalah 4,04. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Situ Babakan belum memberikan dampak langsung yang besar bagi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi, Situ Babakan telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap masyarakat sekitar secara tidak langsung dan lanjutan.
67
6.5. Rekomendasi Pengelolaan Situ Babakan Jumlah pengunjung Situ Babakan memberi dampak ekonomi langsung pada unit usaha, tenaga kerja dan masyarakat sekitar Situ Babakan. Jumlah pengunjung tersebut dapat ditingkatkan melalui penambahan jumlah atraksi wisata. Salah satu daya tarik istimewa Situ Babakan adalah budaya Betawi. Keistimewaan ini dapat ditonjolkan dengan menjadikan Situ Babakan sebagai wisata edukasi bagi masyarakat khususnya generasi muda. Selain itu, wahana permainan yang dapat menarik pengunjung dari berbagai kelompok usia pun dapat ditambahkan. Kualitas lingkungan di Situ Babakan dapat ditingkatkan dengan cara menyediakan lebih banyak tempat sampah dan tempat duduk di kawasan wisata. Pelatihan dan penataan bagi seluruh unit usaha di sekitar Situ Babakan pun dapat dilakukan untuk menjadikan kawasan wisata Situ Babakan lebih tertib dan nyaman bagi para pengunjung. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui pula bahwa rata-rata pengunjung Situ Babakan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk konsumsi di Situ Babakan. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi di sekitar kawasan wisata tersebut memiliki jumlah paling besar di antara proporsi pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, diharapkan pengelola dapat meningkatkan kualitas unitunit usaha makanan dan minuman di sekitar Situ Babakan agar dapat menarik minat lebih banyak pengunjung sehingga dapat memberi dampak langsung yang lebih besar bagi masyarakat sekitar.
68
69
7. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan Simpulan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Rata-rata pengunjung menganggap bahwa prasarana dan sarana di obyek wisata Situ Babakan belum memuaskan dan membutuhkan pengembangan. Hanya variabel biaya perjalanan dan pengetahuan responden yang berpengaruh positif terhadap permintaan wisata, variabel lainnya yaitu tingkat pendapatan, usia pengunjung, jumlah rombongan, dan waktu tempuh berpengaruh negatif terhadap permintaan wisata. Hal ini diduga terjadi akibat kondisi Situ Babakan yang merupakan obyek wisata inferior. Sebagian besar masyarakat sekitar Situ Babakan tidak memperoleh dampak ekonomi dari adanya kegiatan wisata di Situ Babakan. Peningkatan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan dirasakan oleh tenaga kerja dan unit usaha di Situ Babakan, namun pendapatan yang diperoleh sebagian besar tenaga kerja di Situ Babakan tidak memenuhi Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata Situ Babakan antara lain biaya perjalanan, tingkat pendapatan, usia, jumlah rombongan, lama perjalanan, dan pengetahuan responden mengenai obyek wisata. Hanya variabel biaya perjalanan dan pengetahuan responden mengenai obyek wisata yang berpengaruh positif terhadap permintaan wisata. Hal ini diduga berkaitan dengan kondisi Situ Babakan yang merupakan obyek wisata inferior. 3. Situ Babakan sebagai obyek wisata yang memiliki potensi wisata berupa budaya Betawi dan keindahan alam memiliki nilai ekonomi sebesar Rp 2.727.869.591,87 per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa Situ Babakan telah bermanfaat sebagai penghasil jasa wisata, namun memiliki potensi untuk terus dikembangkan. 4. Jumlah pengeluaran pengunjung Situ Babakan yang berpengaruh terhadap perekonomian lokal yaitu sebesar Rp 738.319.115,38 per bulan. Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata di Situ Babakan adalah Rp 512.134.333,89 sementara dampak ekonomi tidak langsung dan dampak
70
ekonomi lanjutan masing-masing sebesar Rp 75.640.476,19 dan Rp 54.725.884,52. Nilai Keynesian income multiplier kegiatan wisata di Situ Babakan adalah 0,87 sedangkan ratio income multiplier tipe I dan tipe II masing-masing 1,15 dan 1,25. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan wisata di Situ Babakan tidak memberikan dampak ekonomi langsung yang besar, namun memberikan dampak ekonomi tidak langsung dan lanjutan yang cukup besar bagi masyarakat sekitar bagi masyarakat sekitar.
7.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut. 1. Pengelola perlu bertindak lebih optimal dalam mengembangkan obyek wisata Situ Babakan, dengan cara meningkatkan kualitas unit usaha makanan dan minuman, menambahkan atraksi, melakukan penataan obyek wisata, serta memperbaiki kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yang terdapat di Situ Babakan agar dapat menarik minat lebih banyak wisatawan. 2. Pengelola perlu memperbaiki sistem administrasi dan birokrasi bagi unit usaha dan tenaga kerja di Situ Babakan, serta bekerja sama dengan pemerintah kota Jakarta untuk meningkatkan dampak ekonomi Situ Babakan kepada masyarakat sekitar melalui program pendampingan, pelatihan, dan pemberian modal bagi masyarakat sekitar Situ Babakan. 3. Pengelola perlu menetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata serta menetapkan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan. 4. Kegiatan promosi obyek wisata Situ Babakan dan Perkampungan Budaya Betawi oleh pemerintah kota Jakarta perlu dilakukan dengan membentuk sistem informasi yang handal serta memanfaatkan media cetak dan elektronik sebagai sarana promosi agar lebih dikenal masyarakat luas.
71
DAFTAR PUSTAKA Aprilian R. 2009. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Budiarti N. 2013. Nilai dan Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ernah. 2004. Analisis Permintaan dan Nilai Manfaat Ekonomi Taman Wisata alam Laut Gili Matra Nusa Tenggara Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Fleming CM dan A Cook. 2007. The Recreational Value of Lake McKenzie: An Application of the Travel Cost Method. Dipublikasikan pada 51st Annual Conference of the Australian Agricultural and Resource Economics Society. Queenstown, New Zealand. [FDI] Forum Danau Indonesia. 2004. Visi Danau Duni: Sebuah Ajakan untuk Melakukan Tindakan. Jakarta (ID): Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Mulyadi JA, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Hasan I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Horwath Tourism and Leisure Consulting. 1981. Tourism Multiplier Explained [Internet]. Dipublikasikan pada Conjunction with the World Tourist Organisation [diunduh pada 2014 Mei 7]. Tersedia pada : http://www.horwathhtl.co.za/includes/newsroom/Tourism%20Multipliers. pdf Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. King DM dan MJ Mazotta. 2000. Basic Concepts of Economic Value [Internet]. [Diunduh pada 22 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.ecosystemvaluation.org/1-01.htm
72
King DM dan MJ Mazotta. 2000. Travel Cost Method [Internet]. [Diunduh pada 19 September 2014]. Tersedia pada: http://www.ecosystemvaluation.org/travel_costs.htm [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan Iklim [Internet]. Konferensi Nasional Danau Indonesia I (KNDI I); 2009 Agustus 13-15; Bali. Jakarta (ID): Pusat Data Statistik dan Informasi; [diunduh pada 22 Mei 2014]. Tersedia pada http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1654/Konferensi-Nasional-DanauIndonesia-I-KNDI-I-Pengelolaan-Danau-dan-Antisipasi-Perubahan-Iklim-/ Lains A. 2003. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): LP3ES. Lipton DW, K Wellman, IC Sheifer, dan RF Weiher. 1995. Economic Valuation of Natural Resources—A Handbook for Coastal Resource Policymakers. NOAA Coastal Ocean Program Decision Analysis Series No. 5. NOAA Coastal Ocean Office, Silver Spring, MD. [META-Project] Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning for Ecotourism in the EU Atlantic Area. Bristol (GB): University of the West of England. Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mutiarani N. 2011. Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi. 2014. Jumlah Pengunjung Situ Babakan Tahun 2008 – 2013. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun 2013 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumberdaya Air. Prayogi PA. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata di Obyek Wisata Penglipuran. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata. 1(1):77-78. Puspita L, E Ratnawati, INN Suryadiputra, AA Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia Programme. Setyawati. 2012. Analisis Ekonomi Wisata dan Dampaknya terhadap Masyarakat Sekitar Wisata Goa Gong Pacitan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M et al. 2012. Metode Penelitian Survei. Effendi S, Tukiran, editor. Jakarta (ID): LP3ES.
73 Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity. 1(2):153-158. Suara Pembaruan. 2012. Tingkatkan Potensi Wisata Sungai dan Danau [Internet]. [Diakses pada 22 Mei 2014]. Tersedia pada: http://www.suarapembaruan.com/home/tingkatkan-potensi-wisata-sungaidan-danau/27935 Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, S Kelana. 2007. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Ustama. Supriatna J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. [TIES] The International Ecotourism Society. 1990. What is Ecotourism? [Internet]. [Diunduh 2014 September 3]. Tersedia pada: https://www.ecotourism.org/what-is-ecotourism Tsundoda T, S Medlinger. 2009. Economic and Social Impact of Tourism on a Small Town: Peterborough New Hampshire. J. Service Science and Management. 2:61-70. Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Undang Undang Republik Indonesia Kepariwisataan.
Nomor 9 Tahun 1990 Tentang
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Vanhove N. 2005. Sense and Non-Sense Tourism Multiplier [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh 2014 Mei 7]. Tersedia pada: http://kdg.ue.poznan.pl/att/kierunek_gt/vanhove_sense_and_nonsense_tourism_multiplier.pdf Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Gromang F, penerjemah. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Widyastuti AR. 2010. Pengembangan Pariwisata yang Berorientasi pada Pelestarian Fungsi Lingkungan. Jurnal Ekosains. 2(3):71. [WTTC] World Travel and Tourism Council. 2013. The Economic Impact of Travel and Tourism 2013 [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [Diunduh pada 22 Mei 2014]. Tersedia pada http://www.wttc.org-site_media-uploads-downloads-world2013_1.pdf Yoeti O. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta (ID): PT. Kompas Media Nusantara. Zar MT, DG Bengen, DR Monintja. 2002. Policy Analysis of Coastal Ecotourism Development on Muara Angke Mangrove Ecosystem, Jakarta Bay, Indonesia. Jurnal Pesisir Lautan. 4(2):10.
74
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Peta Lokasi Situ Babakan (Perkampungan Budaya Betawi)2
2
http://setubabakan.wordpress.com/peta-setu-babakan/ diakses tanggal 1 Februari 2014
77 Lampiran 2. Fasilitas dan Aktivitas Wisata di Situ Babakan
1. Pintu Gerbang Situ Babakan
2. Lahan Parkir di Situ Babakan
3. Bantaran Situ Babakan
4. Wahana Permainan Sepeda Air di Situ Babakan
5. Mushola Situ Babakan
6. Bangunan Adat di Situ Babakan
7. Unit Usaha di Situ Babakan
8. Wahana Permainan Anak di Situ Babakan
78
Lampiran 3. Hasil Regresi Berganda dengan Minitab 16 Regression Analysis: JK versus BP, TP, UP, JR, WT, PR The regression equation is JK = 61.2 + 0.000676 BP - 4.95 TP - 1.27 UP - 2.59 JR - 0.24 WT + 4.78 PR Predictor Constant BP TP UP JR WT PR
Coef 61.24 0.0006759 -4.952 -1.2672 -2.586 -0.23957 4.778
S = 11.1391
SE Coef 10.01 0.0001829 1.357 0.2333 1.101 0.04991 1.460
R-Sq = 68.2%
T 6.12 3.69 -3.65 -5.43 -2.35 -4.80 3.27
P 0.000 0.001 0.001 0.000 0.026 0.000 0.003
VIF 1.809 1.258 1.447 1.754 1.159 1.359
R-Sq(adj) = 61.4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source BP TP UP JR WT PR
DF 1 1 1 1 1 1
DF 6 28 34
SS 7462.5 3474.2 10936.7
MS 1243.7 124.1
F 10.02
P 0.000
Seq SS 132.4 185.0 1670.2 1825.7 2320.1 1329.0
Unusual Observations Obs 4 17
BP 50000 36000
JK 40.00 1.00
Fit 16.75 23.57
SE Fit 4.50 4.51
Residual 23.25 -22.57
St Resid 2.28R -2.22R
R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1.90057
79 Lampiran 4. Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Jumlah Kunjungan 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Mean Normal Parameters(a,b) Most Differences
Extreme
Std. Deviation Absolute
Unstand ardized Residual 35 .000000 0 10.1085 6146 .125
Positive
.110
Negative
-.125
Kolmogorov-Smirnov Z
.738
Asymp. Sig. (2-tailed)
.647
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
80
Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: RES_2
2
1
0
-1
-2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
B 1 (Constant) Biaya Perjalanan Tingkat Pendapatan Usia Pengunjung Jumlah Rombongan Waktu Tempuh Pengetahuan Responden a Dependent Variable: RES_2
Standardized Coefficients
Std. Error 5.589
5.883
-4.62E-006
.000
1.267
t
Sig.
Beta .950
.350
-.010
-.043
.966
.798
.316
1.588
.123
.088
.137
.137
.641
.527
-.840
.647
-.305
-1.298
.205
.014
.029
.094
.491
.627
-.821
.858
-.198
-.957
.347
81 Lampiran 6. Perhitungan Surplus Konsumen Diketahui : b2 = 0,0006759 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumlah Kunjungan 2 40 40 40 5 25 2 10 20 3 1 25 1 1 1 25 1 40 40 5 40 70 4 2 1 25 2 25 25 20 3 20 40 40 2 TOTAL MEAN
Surplus Konsumen per Individu (Rp)
Surplus Konsumen per Individu per Kunjungan (Rp)
2.959,02 1.183.607,04 1.183.607,04 1.183.607,04 18.493,86 462.346,50 2.959,02 73.975,44 295.901,76 6.657,79 739,75 462.346,50 739,75 739,75 739,75 462.346,50 739,75 1.183.607,04 1.183.607,04 18.493,86 1.183.607,04 3.624.796,57 11.836,07 2.959,02 739,75 462.346,50 2.959,02 462.346,50 462.346,50 295.901,76 6.657,79 295.901,76 1.183.607,04 1.183.607,04 2.959,02 16.910.785,62 483.165,30
1.479,51 29.590,18 29.590,18 29.590,18 3.698,77 18.493,86 1.479,51 7.397,54 14.795,09 2.219,26 739,75 18.493,86 739,75 739,75 739,75 18.493,86 739,75 29.590,18 29.590,18 3.698.77 29.590,18 51.782,81 2.959,02 1.479,51 739,75 18.493,86 1.479,51 18.493,86 18.493,86 14.795,09 2.219,26 14.795,09 29.590,18 29.590,18 1.479,51 477.881,34 13.653,75
82
Lampiran 7. Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung di Situ Babakan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengeluaran di Luar Lokasi Wisata (Rp) B1 B2 5.000 0 8.000 0 2.000 0 25.000 0 8.000 0 5.000 0 8.000 0 5.000 0 10.000 0 25.000 0 6.000 0 4.000 0 9.000 0 20.000 0 50.000 0 4.000 15.000 2.000 0 3.000 10.000 2.000 15.000 10.000 0
Pengeluaran di Dalam Lokasi Wisata (Rp) B3 0 0 0 0 2.000 0 0 2.000 0 0 2.000 2.000 0 0 0 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
B4 2.000 2.000 3.000 5.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 5.000 2.000 2.000 2.000 5.000 5.000 2.000 0 2.000 0 2.000
B5 0 15.000 35.000 20.000 15.000 18.000 15.000 40.000 30.000 18.000 25.000 20.000 20.000 12.000 25.000 15.000 12.000 12.000 15.000 15.000
B6 5.000 5.000 5.000 0 0 0 5.000 0 5.000 5.000 0 5.000 0 5.000 0 0 0 0 0 0
B7 0 0 0 0 0 0 10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B8 0 0 0 0 0 2.000 0 0 0 0 2.000 0 0 2.000 0 0 20.000 0 0 0
Total Pengeluaran (Rp) 12.000 30.000 45.000 50.000 27.000 27.000 40.000 49.000 47.000 53.000 37.000 33.000 31.000 44.000 80.000 38.000 36.000 29.000 34.000 29.000
83 Lampiran 7. Proporsi Pengeluaran Responden Pengunjung di Situ Babakan (Lanjutan) Pengeluaran di Pengeluaran di Dalam Lokasi Wisata (Rp) Luar Lokasi Wisata (Rp) No. B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 21 5.000 0 0 2.000 0 20.000 0 22 3.000 0 0 2.500 0 25.000 0 23 10.000 10.000 0 4.000 0 13.000 0 24 25.000 10.000 0 0 0 27.000 0 25 5.000 0 0 2.000 0 20.000 0 26 2.000 0 0 2.000 0 15.000 5.000 27 8.000 0 2.000 2.000 0 15.000 0 28 12.000 0 0 0 0 0 0 29 2.000 0 2.000 0 0 30.000 0 30 3.000 0 2.000 0 0 15.000 0 31 12.000 0 0 2.000 0 13.000 0 32 3.000 0 0 0 0 20.000 0 33 3.000 10.000 2.000 0 0 35.000 0 34 5.000 0 2.000 0 0 20.000 0 35 5.000 0 0 2.000 0 15.000 0 Keterangan : B1 = Biaya transportasi B2 = Konsumsi dari rumah B3 = Tiket masuk B4 = Parkir
B8 0 0 0 4.000 0 0 2.000 0 0 0 0 0 4.000 2.000 0
Total Pengeluaran (Rp) 27.000 30.500 37.000 66.000 27.000 24.000 29.000 12.000 34.000 20.000 27.000 23.000 54.000 29.000 22.000
B5 = Konsumsi di kawasan wisata B6 = Biaya permainan B7 = Suvenir B8 = Toilet 83
84
Lampiran 8. Pendapatan Tenaga Kerja di Situ Babakan Tenaga Kerja Pegawai sarana permainan Pegawai sarana permainan Pegawai sarana permainan Rata-rata Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Pegawai unit usaha Rata-rata Petugas keamanan Rata-rata Petugas kebersihan Petugas kebersihan Petugas kebersihan Petugas kebersihan Rata-rata Petugas parkir Petugas parkir Rata-rata Petugas taman Rata-rata Petugas tiket masuk Rata-rata Rata-rata keseluruhan
Lampiran 9. Perhitungan Efek Pengganda
Pendapatan per Bulan (Rp) 1.200.000,00 1.200.000,00 1.000.000,00 1.133.333,33 600.000,00 1.200.000,00 320.000,00 4.000.000,00 1.200.000,00 1.800.000,00 350.000,00 560.000,00 1.253.750,00 2.000.000,00 1.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 2.300.000,00 800.000,00 1.550.000,00 1.200.000,00 1.200.000,00 500.000,00 500.000,00 1.411.500,00
85
E = Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah) E = Rp 738.319.115,38 D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) E = Rp 512.134.333,89 N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) E = Rp 75.640.476,19 U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah) E = Rp 54.725.884,52 Multiplier
Nilai
Keynesian Income Multiplier
0,87
= = Ratio Income Multiplier Tipe I
1,15
= = Ratio Income Multiplier Tipe II = =
1,25
86
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 13 Mei 1992 dari pasangan Suparman dan Sri Sofrini. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Anyelir I pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya di SMP Negeri 02 Depok dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di MA Husnul Khotimah pada tahun 2010 dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya
Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif pada beberapa kepanitian dan organisasi intra kampus. Penulis menjadi anggota organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dan Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode 2012-2013. Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2011 dan 2013.