ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN
TRI FIRANDARI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN TRI FIRANDARI. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh METI EKAYANI. Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan wisata alam yang terletak di satelit kota Jakarta yang memiliki manfaat sebagai tempat untuk rekreasi, camping, family gathering, outbound, olahraga tenis, kontes burung perkutut, pemotretan, video shooting dan lainnya. PSG-3 dengan sumber daya alam yang dimilikinya memiliki nilai pemanfaatan atau kegunaan yang dapat diestimasi dengan pendekatan Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan, dengan pendekatan ini juga dapat dianalisis permintaan terhadap wisata PSG-3. Berdasarkan metode ini akan diketahui surplus konsumen dari pengunjung yang merefleksikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut tempat wisata. Pengunjung sebagai pihak yang menanggung beban biaya tiket masuk wisata merupakan pihak yang akan merasakan dampak langsung jika terjadinya perubahan (kenaikan) biaya tiket masuk. Sehingga untuk tetap menjaga kuantitas kunjungan suatu tempat wisata diperlukan analisis persepsi pengunjung mengenai seberapa besar kesediaan mereka membayar (Willingness to Pay) untuk biaya tiket masuk tempat wisata jika terjadi kenaikan harga. Analisis Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method. Permintaan wisata PSG-3 dimodelkan dalam bentuk regresi poisson. Permintaan wisata PSG-3 (frekuensi kunjungan seseorang ke PSG-3) dipengaruhi secara negatif oleh faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh serta dipengaruhi secara positif oleh faktor lama mengetahui seseorang terhadap keberadaan PSG-3. Surplus konsumen pengunjung PSG-3 sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan dan nilai manfaat/nilai ekonomi PSG-3 sebagai tempat wisata adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00. Kenaikan harga tiket ini dapat diterapkan seiring dengan tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan tempat wisata serta penambahan fasiltas wisata.
ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN
TRI FIRANDARI H44051423
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan : Tri Firandari : H44051423
Disetujui, Dosen Pembimbing
Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP. 19690917 200604 2 011
Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ‘ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2009
Tri Firandari H44051423
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 28 Mei 1987. Penulis merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sakimin dan Ibu Wati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1999 di SD Negeri Gintung 01. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP Mabad pada tahun 2002 dan pendidikan SMA diselesaikan pada tahun 2005 di SMA Negeri 2 Ciputat. Penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam berbagai kepanitiaan dan aktif di himpunan kemahasiswaan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai bendahara periode 2008-2009. Selama menempuh studi, penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun 20082009.
KATA PENGANTAR Segala puja dan puji bagi Allah SWT, Dzat penguasa semesta alam atas limpahan nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis. Kucuran rahmat, taufik dan hidayah-Nya merupakan kekuatan utama bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan” yang disusun sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengulas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan mengestimasi besarnya nilai ekonomi Pulau Situ Gintung-3 berdasarkan pemanfaatannya sebagai tempat wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Penelitian Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket dianalisis untuk mengetahui tingkat harga tiket maksimum yang masih mau dibayarkan pengunjung jika terjadi kenaikan harga tiket. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata dengan segala aktifitas wisatanya memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 dikaji dengan menganalisis pendapatan masyarakat sekitar dengan dan tanpa adanya Pulau Situ Gintung-3. Nilai ekonomi/ nilai manfaat Pulau Situ Gintung-3 yang cukup besar serta keberadaannya yang memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat sekitar mengindikasikan bahwa keberadaan Pulau Situ Gintung-3 sebagai wisata alam harus dijaga keberlangsungannya. Perawatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan yang berada di dalam dan sekitarnya harus menjadi perhatian utama pengelola, pemerintah dan masyarakat agar tercapai tujuan tempat wisata yang berkelanjutan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ……....................................................................................... i DAFTAR TABEL ......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
vi
DAFTAR BOX .............................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
I. PENDAHULUAN ……. ..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................................
7
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................
7
1.3.2 Kegunaan Penelitian ..................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA ……. ...............................................................
8
2.1 Valuasi Ekonomi ........................................................................
8
2.2 Pariwisata dan Rekreasi .............................................................
10
2.3 Taman Wisata Alam ..................................................................
12
2.4 Permintaan Rekreasi dan Wisata.................................................
13
2.5 Travel Cost Method (TCM) .......................................................
14
2.6 Surplus Konsumen .....................................................................
16
2.7 Nilai Ekonomi .............................................................................
17
2.8 Contingent Valuation Method (CVM) ........................................
18
2.9 Dampak Ekonomi Wisata ..........................................................
19
2.10 Penelitian Terdahulu ................................................................
19
2.10.1 Penelitian Menggunakan Travel Cost Method .........
19
2.10.2 Penelitian Menggunakan Contingent Valuation Method ....................................................................... . 22 2.10.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata ...........
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN …….......................................................
24
IV. METODE PENELITIAN …….. .........................................................
28
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
28
4.2 Sampel Penelitian........................................................................
28
4.3 Desain Penelitian .......................................................................
29
4.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ...........................................
29
4.5 Analisis Data ...............................................................................
30
4.5.1 Analisis Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Travel Cost Method .........................................
30
4.5.2 Analisis Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 . 33 4.5.3 Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Contingent Valuation Method ....................... 34 4.6 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar ...........................
36
4.7 Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar .................................................... . 38 4.8 Hipotesis Penelitian ...................................................................
38
4.9 Definisi Istilah ............................................................................
39
V. GAMBARAN UMUM…….. .................................................................
41
5.1 Karakteristik Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ...................
41
5.1.1 Profil Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ................ 5.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ................................................
41 42
5.1.3 Visi dan Misi serta Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ...................................... 43 5.1.3.1 Visi dan Misi Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 .. .................................................. 43 5.1.3.2 Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 .............................................. 43 5.1.3.3 Rencana Pengelola terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3........... 44 5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3...................................................................
45
5.2.1 Faktor Demografi .......................................................
45
5.2.2 Frekuensi Kunjungan .................................................
48
5.2.3 Motivasi Kunjungan ...................................................
49
5.2.4 Kedatangan ................................................................
50
5.2.5 Cara Kedatangan ........................................................
51
5.2.6 Lama Kunjungan ........................................................
52
5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3...................................................................
52
VI. PERMINTAAN WISATA PULAU SITU GINTUNG-3…….. .........
56
6.1 Variabel dalam Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ..........
56
6.2 Model Fungsi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ............
56
6.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ..................................................................
59
6.4 Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ......................................................
63
6.5 Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 ....................................................................................
66
6.5.1 Surplus Konsumen .......................................................
66
6.5.2 Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 ..............
66
VII. WILLINGNESS TO PAY DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3.. .
68
7.1 Willingness to Pay (WTP) Pengunjung terhadap Harga Tiket Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ........................................ 68 7.1.1 Analisis WTP terhadap Harga Tiket PSG-3 dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ......
69
7.1.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3 ..................................................................... 72 7.2 Persepsi Pengunjung terhadap Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ....................................................................................
75
7.2.1 Keindahan Alam ........................................................ 7.2.2 Kemudahan Mencapai Lokasi ....................................
75 76
7.2.3 Sistem Tata Ruang .....................................................
77
7.2.4 Kelengkapan Fasilitas ................................................
78
7.2.5 Kondisi Keamanan .....................................................
78
7.2.6 Kondisi Kebersihan ....................................................
79
7.3 Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 ...................................................
80
VIII. DAMPAK K EBERADAAN TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 TERHADAP EKONOMI DAN LINGKUNGAN.. . 88 8.1 Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar....................................... 88 8.2 Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar ......................................................
92
IX. KESIMPULAN DAN SARAN…….....................................................
96
9.1 Kesimpulan ...............................................................................
96
9.2 Saran .........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
99
LAMPIRAN ................................................................................................
102
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Jumlah Pengunjung Tahunan Wisata Pulau Situ Gintung-3 ……. ......... 4 2. Penelitian dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method …. .. 21 3. Komposisi Pekerja Pulau Situ Gintung-3 Tahun 2009 Berdasarkan Pendidikan ….......................................................................................... 44 4. Karakteristik Responden Pengunjung Pulau Situ Gintung-3 Berdasarkan Faktor Demografi ……. .................................................... 47 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ……. ..................................................................................... 49 6. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan …….. .................................................................................... 50 7. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Kedatangan …….. . 51 8. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan.... 51 9. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan .. 52 10. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Pulau Situ Gintung-3 Berdasarkan Faktor Demografi…….................................................... 53 11. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Berdasarkan Keterlibatan dengan Kegiatan di Pulau Situ Gintung-3.............................................. 55 12. Nilai Koefisien Korelasi antar Variabel dalam Model Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3… .............................................................. 57 13. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3………….............................................................. 58 14. Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3................................................................................................ 70 15. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3…………………………………………… 73 16. Harapan Pengunjung Terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3…………….......................................................... 81 17. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar dengan dan Tanpa Adanya Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3....................................................... 88 18. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Dengan adanya Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Pendapatan Total.......... 90
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Klasifikasi Valuasi Non-Market ……. ................................................... 10 2. Surplus Konsumen Adalah Area atau Bidang di Bawah Kurva Permintaan dan di Atas Garis Harga. ……................................................................. 17 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ........................................................ 27 4. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Frekuensi Kunjungan …………………………………….....…. 60 5. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Jarak Tempuh dengan Frekuensi Kunjungan…………………………………….....….. 62 6. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Lama Mengetahui dengan Frekuensi Kunjungan…………………………………….....….
63
7. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Pengunjung terhadap Kenaikan Harga Tiket Masuk PSG-3………………………………...… 68 8. Dugaan Bid Curve WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3 ….. 71 9. Persepsi Responden Terhadap Keindahan Alam PSG-3……………….
76
10. Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi PSG-3…
77
11. Persepsi Responden Terhadap Sistem Tata Ruang PSG-3……………. 77 12. Persepsi Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas PSG-3…………. 78 13. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Keamanan PSG-3….………… 79 14. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kebersihan PSG-3…………… 80 15. Peta Lokasi Situ Gintung………………………………………………
83
16. Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Jebolnya Tanggul …………….… 85 17. Persepsi Multipihak mengenai Dampak Tempat Wisata PSG-3 terhadap Lingkungan Sekitar ………………………………………………...….. 93
DAFTAR BOX No
Halaman
1. Kejadian Jebolnya Tanggul Situ Gintung……. ...................................... 83 2. Penyebab Jebolnya Tanggul Situ Gintung……. ..................................... 84 3. Efek Jebolnya Tanggul Situ Gintung terhadap PSG-3...……….…........ 85 4. Rencana Pemerintah Pasca Jebolnya Tanggul Situ Gintung ......…........ 86
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuisioner Penelitian terhadap Pengunjung…….. .................................... 101 2. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3……………………………………………………………..…… 109 3. Hasil Uji Normalitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3……………….………..................................................................
110
4. Hasil Uji Homoskedastisitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3………….….......................................................................
110
5. Statistik d Durbin-Watson (Taraf nyata: 5%)…………………………… 111 6. Atraksi Wisata Pulau Situ Gintung-3…………………………….……… 112 7. Sarana Pulau Situ Gintung-3……………………………….…….……… 113
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan
Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri dan pariwisata. Selain kekayaan sumber daya alam yang melimpah, unsur keindahan alam, keunikan budaya, peninggalan sejarah, keanekaragaman flora dan fauna serta keramahan penduduk lokal menjadi nilai tambah bagi pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. Salah satu sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai penunjang tempat pengembangan pariwisata adalah danau atau situ. Danau atau situ merupakan suatu cekungan besar di permukaan bumi yang terisi oleh air yang disekelilingnya adalah daratan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, danau adalah genangan air yang amat luas yang dikelilingi daratan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Pengertian lain menyebutkan bahwa danau adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau dapat memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.3 Sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pemberdayaan masyarakat, pengolahan aset sumber daya alam, pengembangan wilayah, serta sebagai penyumbang devisa negara yang berarti turut berperan dalam
3
Anonim. 2008. Definisi/Pengertian Danau, Macam/Jenis & Fungsi Danau Di Indonesia Belajar Geografi. Dalam http://organisasi.org/definisi-pengertian-danau-macam-jenisfungsi-danau-di-indonesia-belajar-geografi. Diakses pada tanggal 09 Februari 2009.
pembangunan nasional. Pengembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini telah banyak dilakukan di wilayah-wilayah berpotensi wisata. Hal ini disebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap wisata di tengah kesibukan mereka. Wisata merupakan sarana pemenuhan kebutuhan tersier dalam kehidupan manusia, namun saat ini wisata menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi masyarakat dengan pola hidup yang sibuk dan tinggal di tengah kota besar dengan segala kejenuhannya. Wisata alam merupakan salah satu pilihan wisata yang banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan karena dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Kegiatan wisata juga dapat memberikan pengaruh pada kondisi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan sekitar dimana tempat wisata tersebut berada. Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan salah satu objek wisata yang memanfaatkan keindahan alam sebagai komoditi utamanya, dengan luas lebih dari 5 hektar yang ditumbuhi berbagai pohon dan tumbuhan yang telah berusia puluhan tahun serta ditambah panorama Situ Gintung yang mengelilinginya, menjadikan kesegaran udara dan keindahan alam wisata PSG-3 menjadi daya tarik tersendiri bagi objek wisata ini. Potensi alam objek wisata PSG-3 yang lengkap dapat menambah nilai aktifitas wisata seperti camping, family gathering, pesta kebun, outbound, olah raga tenis, serta dapat dijadikan sebagai tempat pemotretan, video shooting untuk sinetron, video klip, iklan atau aktifitas lainnya.4 Hal ini menunjukkan PSG-3 sebagai tempat wisata memiliki manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat. 4
Anonim. 2008. Abut Us. Situs Pulau Situ Gintung. www.situgintung.com/ index_files/Page350. htm. Diakses pada tanggal 28 November 2008.
1.2
Perumusan Masalah Kota besar yang identik dengan kepadatan penduduk, tingkat polusi dan
kemacetan yang tinggi serta kehidupan masyarakat yang serba sibuk menimbulkan tingkat stres yang cukup tinggi. Upaya untuk menanggulangi salah satu masalah yang kerap dialami oleh masyarakat yang hidup di kota besar ini adalah mengisi waktu luang mereka dengan aktivitas yang dapat memberikan nuansa baru yang menghibur. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan wisata, oleh sebab itu diperlukan adanya pengembangan wisata di kota besar yang mudah dijangkau terlebih sebagian masyarakat tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan kegiatan wisata. Pulau Situ Gintung-3 merupakan salah satu tujuan wisata yang terletak di tengah kota besar, akses menuju lokasi ini cukup mudah dan dapat dijangkau oleh pengunjung baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun yang menggunakan kendaraan umum. Objek wisata ini terletak di sebelah Selatan kota Jakarta, tepatnya di Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Lokasi wisata ini cukup dekat dengan kota Jakarta. Pulau Situ Gintung-3 sebagai alternatif wisata di kawasan satelit kota Jakarta, menawarkan wisata alam yang cukup menjanjikan. Panorama keindahan alam sekitarnya menjadi daya jual bagi wisata ini, sehingga permintaan akan wisata ini cukup besar. Semenjak pertama kali dibangun pada tahun 2001 hingga tahun 2008 jumlah pengunjung wisata PSG-3 cukup menjanjikan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pengunjung Tahunan Wisata Pulau Situ Gintung-3 Tahun
Jumlah Pengunjung (Orang)
2001
13.155
2002
23.248
2003
53.400
2004
50.520
2005
44.014
2006
77.639
2007
99.840
2008
134.784
Sumber: Pengelola Wisata Pulau Situ Gintung-3, 2009
Menurut Rosen (1999) dalam Dewi (2005), tempat rekreasi merupakan barang publik karena memiliki sifat non-rivalry yaitu setiap pengunjung objek wisata (konsumen) dapat memperoleh kepuasan rekreasi tanpa mengurangi kepuasan konsumen lain. Barang publik juga memiliki sifat non excludability in consumption yang berarti bahwa setiap orang dapat menikmati wisata alam tanpa dibatasi. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka barang publik tidak memiliki data pasar, sehingga sulit untuk menentukan harganya. Ketiadaan harga pasar pada barang publik dapat diatasi dengan membuat kurva permintaan berdasarkan pada kesediaan membayar (willingness to Pay) atau dengan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata cenderung dinilai lebih rendah (under estimate) dari nilai yang sebenarnya dimiliki oleh sumberdaya tersebut. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap sumberdaya tersebut tidak memperhatikan nilai lain dari sumberdaya tersebut seperti nilai konservasi dan nilai manfaat yang dikandung oleh sumberdaya itu sendiri. Kecenderungan ini menjadikan pemberian nilai pada suatu sumberdaya menjadi penting untuk keberlanjutan sumberdaya tersebut.
Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai modal utamanya yang merupakan barang publik, maka diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui permintaan dan nilai ekonomi dari tempat wisata Pulau Situ Gintung-3. Selain itu, PSG-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sebagai modal utamanya memiliki nilai ekonomi (nilai guna) atas manfaat sumber daya alam dan lingkungan yang dijadikan sebagai objek wisata tersebut. Guna menilai sumberdaya yang dijadikan tempat wisata dapat digunakan pendekatan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung sebagai refleksi besarnya nilai yang bersedia dikorbankan dalam menilai suatu sumberdaya. Studi literatur memperlihatkan bahwa berbagai penelitian mengenai permintaan wisata dan nilai ekonomi tempat wisata dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM) akan didapatkan surplus konsumen pengunjung dari fungsi dan kurva permintaan yang terbentuk. Surplus konsumen mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut tempat wisata. Kurva permintaan wisata juga dapat memperlihatkan tingkat harga tiket wisata maksimum yang masih dapat diterapkan oleh pengelola wisata. Pengunjung wisata sebagai pihak yang menanggung beban biaya tiket masuk wisata merupakan pihak yang akan merasakan dampak langsung jika terjadinya perubahan (kenaikan) biaya tiket masuk sebuah tempat wisata. Sehingga untuk tetap menjaga kuantitas kunjungan suatu tempat wisata diperlukan analisis persepsi pengunjung mengenai seberapa besar kesediaan
mereka membayar (Willingness to Pay) untuk biaya tiket masuk tempat wisata jika terjadi kenaikan harga. Analisis WTP pengunjung ini dapat dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) sebagaimana menurut Fauzi (2004), CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness to Pay atau WTP) dan kedua, keinginan menerima (Willingness to Accept atau WTA). Pihak lain yang sangat berpengaruh pada pengembangan suatu tempat wisata adalah masyarakat sekitar dan pengelola tempat wisata itu sendiri. Masyarakat sekitar dapat merasakan dampak baik positif maupun negatif dari adanya suatu tempat wisata. Keberadaan tempat wisata dapat menjadi peluang sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar sehingga tempat wisata memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar. Sedangkan pengelola sebagai pihak yang ingin mempertahankan keberadaan dan mengembangkan tempat wisata memerlukan pengamatan yang jeli dalam strategi pengembangan tempat wisatanya dengan mempertimbangkan keinginan dan harapan dari pengunjung dan masyarakat sekitar untuk dapat mencapai wisata yang berkelanjutan. Berdasarkan hal di atas maka dirumuskan permasalahan yang akan dikaji adalah: 1. bagaimana
fungsi
permintaan
dan
faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3? 2. berapa surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3? 3. berapa WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk tempat wisata Pulau Situ Gintung-3? 4. bagaimana dampak ekonomi dari tempat wisata Pulau Situ Gintung-3?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan diatas, maka penelitian ini memiliki
tujuan dan kegunaan sebagai berikut: 1.3.1
Tujuan Penelitian
1. menduga fungsi permintaan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan
wisata
Pulau
Situ
Gintung-3
dengan
pendekatan Metode Biaya Perjalanan. 2. mengestimasi besarnya surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3. 3. mengestimasi WTP pengunjung terhadap harga tiket tempat wisata Pulau Situ Gintung-3. 4. menganalisis dampak ekonomi dari tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 bagi masyarakat sekitar. 1.3.2
Kegunaan Penelitian
1. menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan semua pihak yang terkait untuk perencanaan, pembangunan dan pengembangan kawasan wisata Pulau Situ Gintung-3. 2. menjadi dasar pertimbangan bagi pengelola untuk menentukan kebijakan pengelolaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang dapat dilihat dari model permintaan wisata.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Valuasi Ekonomi Nilai (value) merupakan persepsi seseorang; adalah harga yang diberikan
oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987 dalam Djijono, 2002) Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Menurut Hufscmidt, et al. (1987), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan sebagai berikut (Djijono, 2002): 1.
Pendekatan Orientasi Pasar a) Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market method): i. Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity) ii. Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods)
b) Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan: i. Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods) ii. Biaya penggantian (replacement cost) iii. Proyek bayangan (shadow project methods) iv. Analisis keefektifan biaya c) Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) i. Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan ii. Pendekatan nilai kepemilikan iii. Pendekatan lain terhadap nilai tanah iv. Biaya perjalanan (travel cost) v. Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) vi. Penerimaan kompensasi/pampasan 2. Pendekatan Orientasi Survei a) Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness To Pay) b) Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept) Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang
terungkap). Beberapa teknik yang termasuk kedalam kelompok yang pertama ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2004). Pengklasifikasian valuasi ekonomi non-market dapat dilihat pada Gambar1. Valuasi Non-Market
Tidak langsung (Revealed WTP) • Hedonic Pricing • Travel Cost • Random Utility model
Langsung (Survei) (Expressed WTP) • Contingent Valuation • Random Utility model • Contingent Choice
Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market Sumber: Fauzi, 2004
2.2
Pariwisata dan Rekreasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata dapat diartikan
sebagai hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata terbagi ke dalam pariwisata lokal yaitu kegiatan pariwisata yang ruang lingkupnya terbatas tempat tertentu saja dan pariwisata massa yaitu kegiatan kepariwisataan yang meliputi jumlah orang yang banyak dari berbagai tingkat sosial ekonomi. Rekreasi secara harfiah dapat diartikan sebagai
penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan, piknik dan lain-lain (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995). Menurut Pangemanan (1993), pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk kegiatan bisnis atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Pariwisata
merupakan
bentuk
kegiatan
manusia
yang
menitikberatkan pada perjalanan, sehingga pariwisata menimbulkan berbagai kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan sarana transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, hiburan dan sebagainya. Sarana inilah yang kemudian dikenal sebagai industri pariwisata karena dapat menghasilkan produk tertentu berupa barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan penginapan, angkutan wisata, restoran dan perusahaan hiburan serta perusahaan souvenir. Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata. Wisata adalah kegiatan yang meliputi perjalanan ke tempat tujuan atau komunitas yang terkenal dalam periode jangka waktu yang singkat, dalam rangka mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk satu atau kombinasi kegiatan (Gilbert, 1990 dalam Vanhove, 2005). Menurut Vanhove (2005), tipe wisata dalam tourism sattelite account dapat dibedakan menjadi: 1. Wisata Domestik, yaitu wisata yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan tujuan kunjungan kedalam negara mereka sendiri.
2. Wisata Inbound, yaitu wisata yang dilakukan di dalam suatu negara oleh pengunjung yang bukan penduduk negara tersebut. 3. Wisata Outbound, yaitu wisata yang dilakukan dengan tujuan kunjungan ke luar negeri. 4. Wisata Internal, yaitu kombinasi wisata domestik dan wisata inbound. 5. Wisata Nasional, yaitu wisata oleh penduduk suatu negara dengan tujuan kunjungan ke luar negeri. 6. Wisata Internasional, yaitu kombinasi dari wisata inbound dan wisata outbound. 2.3
Taman Wisata Alam Pengertian taman wisata alam menurut Undang-Undang RI No.5 tahun
1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.5 Kriteria taman wisata alam berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No.681/KPTS/UM/1981 dalam Dewi (2005) adalah: 1) Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan alam yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun buatan manusia, dan 2) memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan terletak dekat pusat-pusat pemukiman penduduk. Modal dasar dalam pengembangan wisata alam menurut Departemen Kehutanan (1982) pada hakekatnya adalah sumberdaya dan tata lingkungan berupa: 1) flora, baik jenis maupun keragamannnya, 2) fauna, baik jenis maupun keragamannya, 3) tata lingkungan alam yaitu bentuk dari sistem hubungan timbal balik antara unsur 5
Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990. www.telukwondama. go.id / contents/uu_no5_th_1990.htm. Diakses tanggal 28 November 2008.
dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan saling mempengaruhi, 4) gejala alam yaitu bentuk sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kondisi fisik bumi, seperti susunan geomorfologi, air terjun, sumber air panas dan kawah, dan 5) pemandangan alam yaitu bentuk sumber daya alam dan tata lingkungannya yang ditentukan oleh ciri khasnya. 2.4
Permintaan Rekreasi dan Wisata Permintaan rekreasi terbagi kedalam dua bagian yaitu: 1) permintaan
potensial (potential demand), yaitu seseorang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum memiliki waktu luang untuk bepergian sebagai wisatawan. 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990). Middleton, 2001 dalam Vanhove, 2005 merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata kedalam sembilan faktor, antara lain: faktor ekonomi, perbandingan harga, faktor demografi,
faktor
geografi,
kondisi
sosial
dan
budaya,
mobilitas,
pemerintah/peraturan pemerintah, media komunikasi, dan teknologi informasi dan komunikasi. Syaukani, 2006 menyatakan bahwa ”ekoturisme” atau wisata alam kini telah menjadi tren pariwisata dunia dengan tujuan wisata untuk jelajah alam, melihat tumbuhan dan satwa liar, memasuki gua, berdialog dengan masyarakat asli, menikmati pemandangan alam, dan lain-lain. Semua ini menunjukkan betapa ”alam yang asli” sebetulnya bisa dijual ke sektor pariwisata dan Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya dapat memanfaatkan
kekayaan alamnya untuk pengembangan pariwisata selanjutnya.6 Prinsip pokok dari pengembangan dan pengelolaan objek wisata alam adalah tetap mempertahankan
kelestarian
objek
itu
sendiri.
Dikatakan
pula
bahwa
pengembangan objek wisata alam bertujuan untuk didatangi masyarakat sehingga masyarakatlah yang berkepentingan dalam konservasi ini. 2.5
Travel Cost Method (TCM) Travel Cost Method (Metode biaya perjalanan) sebagai suatu metode yang
digunakan untuk menilai suatu sumberdaya yang tidak memiliki nilai pasar (nonmarket resources) dapat memodelkan permintaan terhadap jasa lingkungan yang berupa kegiatan rekreasi (Haab dan McConnell, 2002). Menurut Fauzi (2004), Metode Biaya Perjalanan (TCM) digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: 1. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi. 2. Penambahan tempat rekreasi baru. 3. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. 6
Syaukani. 2006. Wisata Alam, Otonomi Daerah, PAD. Dalam situs Sinar Harapan. www.sinarharapan.co.id/berita/0405/06/nas06.html. Diakses pada 11 Maret 2009.
4. Penutupan tempat rekreasi yang ada. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah: 1. Pendekatan sederhana melalui zonasy 2. Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survei. Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut: Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi ) dimana: Vij: jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Tij : biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah pendapatan (income) dari individu i. Menurut Haab dan McConnel (2002), agar penilaian terhadap sumber daya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar: 1) Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi. 2) Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas. 3) Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). 2.6
Surplus Konsumen Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang
dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab timbulnya surplus konsumen, karena konsumen mampu membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak di antara kurva permintaan dan garis harga (Samuelson dan Nordhaus, 1990 dalam
Djijono, 2002). Besarnya surplus
konsumen dapat dilihat pada Gambar 2, yaitu area atau bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga.
P
SK H 0
E
Garis Harga Q
Gambar 2. Surplus Konsumen Adalah Area atau Bidang di Bawah Kurva Permintaan dan di Atas Garis Harga
2.7
Nilai Ekonomi Fauzi (2004) mengatakan bahwa pengertian nilai atau value, khususnya
yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumber daya alam. Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa
”diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi, 2004). 2.8
Contingent Valuation Method (CVM) Menurut Haab dan McConnell (2002) Contingent Valuation adalah sebuah
metode dalam mengumpulkan informasi mengenai preferensi atau kesediaan membayar (Willingness To Pay) dengan teknik pertanyaan secara langsung. Tujuan dari Contingent Valuation adalah untuk mengukur keinginan membayar individu (WTP) untuk perubahan kuantitas atau kualitas dari barang dan jasa lingkungan. Pendekatan CVM disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Misalnya,
seberapa
besar
biaya
yang
harus
ditanggung,
bagaimana
pemeliharaannya, dan lain sebagainya. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lainnya) dan kedua, keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan perairan (Fauzi, 2004). Hanley dan Spash (1993) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan CVM terdiri dari enam langkah, yaitu: 1. Menyusun hypothetical market 2. Penentuan besarnya penawaran/lelang (bid) 3. Menghitung rataan WTP dan/atau WTA
4. Menduga kurva penawaran 5. Menjumlahkan data 6. Mengevaluasi perhitungan CVM. 2.9
Dampak Ekonomi Wisata Kegiatan wisata merupakan kegiatan yang dapat berpengaruh pada kondisi
sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dimana tempat wisata itu berada. Keberadaan suatu tempat wisata dapat membawa budaya baru bagi masyarakat sekitar tempat wisata. Tempat wisata juga dapat mempengaruhi kondisi ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat baik secara positif dan negatif. Vanhove, 2005 mengemukakan bahwa dampak ekonomi dari wisata adalah: peningkatan atau pembangkit pendapatan (income generation), peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan pembayaran, perbaikan struktur ekonomi daerah wisata, mendorong kegiatan usaha dan kerugian ekonomi. 2.10
Penelitian Terdahulu
2.10.1 Penelitian Menggunakan Travel Cost Method Penelitian yang dilakukan untuk mengukur permintaan wisata dan nilai manfaat atau nilai ekonomi dari suatu tempat wisata dengan menggunakan metode biaya perjalanan telah cukup banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Wijayanti (2003), Dewi (2005), Sari (2007), Suharti (2007). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penelitian dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method No Peneliti Judul Peneltian 1 Wijayanti, P
Hasil Penelitian
Analisis Permintaan dan
● Variabel-variabel sikap terhadap rekreasi, tingkat pengetahuan terhadap lokasi, pendapatan
Surplus Konsumen
responden, daya tarik lokasi, jumlah tanggungan dan total biaya perjalanan ke lokasi bagi
Kebun Raya Cibodas
responden yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan yang semakin
sebagai Tempat Rekreasi
meningkat maka akan mempertinggi peluang rata-rata kunjungan ke Kebun Raya Cibodas.
dengan Menggunakan
Sebaliknya, nilai total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang mampu mensubstitusikan
Metode Biaya Perjalanan
waktu dengan pendapatan, waktu diskret, tingkat pendidikan, jumlah rombongan dan jarak menuju lokasi yang semakin besar akan memperkecil rata-rata kunjungan bagi seseorang. ● Nilai rata-rata surplus konsumen perkunjungan per-responden sebesar Rp 12.995,00 dan diperoleh nilai surplus konsumen total Rp 6.575.898.835,00 per tahun. ● Nilai lokasi Kebun Raya Cibodas sebesar Rp 8.467.366.335,00.
2 Dewi, R.K
Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia
● Fungsi permintaan TSI dalam lima tahun terakhir adalah F5 = 1,887 – 6,148x10-2X1 + 7,473x10-2X2 + 0,902X10 dengan R2 sebesar 61,1%.
(TSI) dengan Metode
● Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor secara
Biaya Perjalanan
nyata pada selang kepercayaan 95% adalah biaya perjalanan, pendapatan dan tempat rekreasi alternatif. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap permintaan TSI, sedangkan pendapatan, tempat rekreasi alternatif dan lama berada di lokasi berpengaruh positif terhadap permintaan.
● Surplus konsumen TSI sebagai tempat rekreasi sebesar Rp 93,71 Milyar per tahun.
Tabel 2. Lanjutan 3 Sari, D
Analisis Permintaan dan
● Kunjungan ke objek wisata air panas Gunung Salak Endah dipengaruhi positif oleh variabel
Nilai Ekonomi Objek
pendapatan responden, daya tarik objek wisata, lama mengetahui lokasi rekreasi dan
Wisata Air Panas Gunung
dipengaruhi negatif oleh variabel total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden yang mampu
Salak Endah dengan
mensubstitusikan waktu dengan pendapatan, total biaya perjalanan ke lokasi bagi responden
Metode Biaya Perjalanan
yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan dan waktu diskret. ● Surplus konsumen total per tahun yang dijumlahkan dengan pendapatan total dari tiket masuk selama periode yang sama merupakan nilai ekonomi objek wisata air panas GSE yaitu Rp 150.897.500,00.
4 Suharti, F
Analisis Permintaan dan
● Biaya perjalanan responden berpengaruh negatif dan nyata terhadap frekuensi kunjungan ke
Surplus Konsumen
kebun wisata Pasir Mukti. Variabel yang bernilai positif dan berpengaruh nyata pada taraf 15%
Kebun Wisata Pasir
adalah pendapatan, jarak tempuh, pengetahuan responden terhadap kebun wisata Pasir Mukti
Mukti dengan Metode
kawepe, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik lokasi dan status hari. Sedangkan variabel
Biaya Perjalanan
yang bernilai negatif adalah umur, jumlah rombongan, tempat rekreasi alternatif dan jenis kelamin. ● Surplus konsumen yang diperoleh pengunjung adalah sebesar Rp 7.478,00 per orang. Dengan menggunakan jumlah kunjungan selama satu tahun maka diperoleh nilai Surplus konsumen total sebesar Rp 1.667.964,41.
2.10.2 Penelitian Menggunakan Contingent Valuation Method Syakya (2005), melakukan penelitian mengenai analisis Willingness To Pay (WTP) dan strategi pengembangan objek wisata pantai Lampuuk di Nangroe Aceh Darusalam. Hasil penelitian dengan pendekatan Contingent Valuation Method ini diperoleh bahwa besarnya WTP melalui retribusi masuk dari pengunjung objek wisata Pantai Lampuuk berdasarkan rataan adalah sebesar Rp 1.719,20. Nilai ini lebih besar dari yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu sebesar Rp 1.000,00. Dengan menaikkan biaya retribusi masuk, diharapkan akan meningkatkan pendapatan daerah, maka pemerintah dapat melakukan pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik. 2.10.3 Penelitian terhadap Dampak Ekonomi Wisata Penelitian terhadap dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Suasani (2008). Hasil dari penelitian Suasani adalah secara umum dampak ekonomi yang diterima masyarakat dengan adanya Kampung Wisata Cinangneng (KWC) menunjukan dampak hasil yang positif. Keberadaan KWC di wilayah pemukiman tersebut dapat memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan masyarakat sekitar KWC. Adanya KWC memberikan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, persentase peningkatan pendapatan tersebut yaitu: pekerja wisata yang terdiri dari guide meningkat pendapatannya sebesar 559,5%, petugas kebersihan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga, petugas keamanan meningkat pendapatannya sebesar 38,2%, petugas makanan mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga. Petani ubi kayu mengalami peningkatan pendapatan sebesar 22,71% dan petani buah-buahan meningkat pendapatannya
24
sebesar 45,4%. Pengrajin anyaman bambu mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga sedangkan pengrajin obor meningkat pendapatannya sebesar 260%, untuk pedagang makanan mengalami peningkatan pendapatan sebesar 17,1% dan pedagang cinderamata mengalami peningkatan pendapatan yang tidak terhingga.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN Pulau
Situ
Gintung-3
(PSG-3)
merupakan
tempat
wisata
yang
memanfaatkan potensi alam sebagai daya tarik utamanya. Keindahan alamnya yang masih asri, kondisi udara yang masih segar, serta panorama Situ Gintung yang mengelilinginya menjadi nilai tambah bagi tempat wisata ini. Hal tersebut merupakan potensi dari PSG-3 yang memiliki manfaat intangible yaitu manfaat yang tidak dapat dikuantifikasikan secara langsung karena tidak adanya pasar untuk barang tersebut. Objek wisata sebagai barang publik dengan sifat non-rivalry, yaitu bersifat tanpa persaingan dalam penggunaannya dan non-excludibility,
yaitu
tidak
ada
yang
dapat
menghalangi
dalam
menggunakannya merupakan barang-barang yang dinilai secara tidak sesuai dari manfaat barang itu sesungguhnya, sehingga penilaian manfaat sebenarnya dari barang publik tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda dari barang ekonomi biasa lainnya. Salah satu cara pendekatan untuk menganalisis nilai manfaat sebenarnya dari wisata alam sebagai barang publik adalah dengan metode biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan merupakan model dasar yang digunakan sebagai pendekatan terhadap permintaan suatu objek wisata. Menurut Dixon dalam Ernah 2004, model ini dapat menggambarkan derajat kunjungan wisatawan atau pelancong sebagai fungsi dari faktor-faktor biaya perjalanan, waktu yang diperlukan untuk perjalanan, tempat wisata pengganti (substitusi aktivitas) dan penghasilan rata-rata pengunjung perbulan. Model ini digunakan untuk menduga permintaan terhadap barang publik. Guna mengetahui fungsi permintaan dari wisata ini maka dilakukan dengan cara menganalisis faktor-faktor sosial dan
26
ekonomi yang mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung ke PSG-3, serta dengan mengkaji jumlah pengunjung yang berwisata ke PSG-3. Setelah diketahui permintaannya maka akan dapat diketahui nilai ekonomi atau manfaat barang tersebut melalui perhitungan surplus konsumen. Analisis permintaan wisata PSG-3 yaitu banyaknya kunjungan yang akan dianalisis diperkirakan dipengaruhi oleh biaya perjalanan, tingkat pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur pengunjung, lama mengetahui keberadaan PSG-3, tempat wisata alternatif, jarak tempuh pengunjung dari tempat tinggal, waktu luang pengunjung, jumlah tanggungan keluarga dan lama kunjungan ke PSG-3. Fungsi permintaan dapat digambarkan dengan kurva permintaan wisata yang dapat memperlihatkan hubungan harga tiket masuk dengan jumlah kunjungan. Kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif mengindikasikan bahwa semakin tinggi harga tiket masuk maka akan menyebabkan semakin sedikitnya jumlah kunjungan, dan pada tingkat harga maksimum akan menyebabkan jumlah kunjungan sama dengan nol atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi orang yang ingin berkunjung. Model permintaan dengan metode biaya perjalanan memunculkan biaya perjalanan sebagai pengeluaran aktual pengunjung dalam menilai suatu tempat wisata. Pengeluaran aktual pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya dari pengunjung, sehingga untuk memperoleh nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay) yang sebenarnya dari pengunjung diperlukan analisis lain dengan pendekatan Contingent Valuation Method. Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan harga tiket yang sebenarnya ingin
27
dibayar oleh pengunjung dan dapat diimplikasikan dengan pengembangan wisata yang diinginkan pengunjung. Pengelola tempat wisata PSG-3 dalam rangka pembangunan tempat wisata juga memiliki rencana pengembangan wisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari tempat wisata PSG-3. Rencana pengembangan wisata oleh pengelola akan lebih bijak jika dapat disinkronkan dengan harapan pengunjung dan masyarakat sekitar. Sehingga pengembangan wisata yang akan dilakukan akan dapat bermanfaat baik bagi pengelola, pengunjung maupun masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 3.
28
Barang Publik
Nilai Ekonomi Wisata PSG-3 Belum diketahui
Wisata Alam PSG-3
Persepsi Pengunjung Terhadap Tempat Wisata PSG-3
Valuasi Ekonomi Metode Biaya Perjalanan (Individual Travel Cost Method)
WTP Pengunjung Terhadap Harga Tiket PSG-3 (dengan CVM)
Rencana Pengelola PSG-3 Terhadap Pengembangan Tempat Wisata PSG-3
Harapan Pengembangan Tempat Wisata yang Diinginkan Pengunjung
Analisis Regresi FaktorFaktor Sosial Ekonomi
Fungsi Permintaan Wisata PSG-3
Surplus Konsumen
Nilai Ekonomi Wisata PSG-3 diketahui
Dasar Kebijakan Pengembangan Tempat Wisata PSG-3
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Dampak Wisata PSG-3 Terhadap Lingkungan
Dampak Ekonomi Tempat Wisata PSG-3 Terhadap Pendapatan Masyarakat Sekitar
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata alam Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3),
Jl.Kertamukti Pisangan Raya, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Pengambilan data dilakukan selama tiga minggu, yaitu dari pertengahan bulan Maret 2009 sampai dengan awal bulan April 2009. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan atau informasi pendukung dari pengunjung dan pengelola tempat wisata serta dari instansi Kelurahan Cirendeu dan masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3. 4.2
Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel untuk pengunjung dalam penelitian ini
dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki, yaitu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara disengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Banyaknya sampel pengunjung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, 1960 dalam Sevilla, 1993 yaitu:
n=
N 1 + Ne 2
dimana n adalah ukuran sampel, N merupakan banyaknya populasi dan e sama dengan nilai kritis/batas kesalahan. Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut, responden pengunjung yang dijadikan sebagai sampel penelitian untuk
menganalisis fungsi permintaan wisata dan nilai ekonomi wisata PSG-3 adalah sebanyak seratus orang. Responden yang dipilih adalah pengunjung yang sudah cukup dewasa dengan usia minimal 16 tahun yang memiliki kriteria sehat jasmani dan rohani, mampu berkomunikasi dengan baik serta memahami materi dari kuisioner yang diberikan.
Selain pengunjung, penelitian juga dilakukan dengan wawancara
secara mendalam kepada aparatur Kelurahan Cirendeu sebanyak tiga orang, dan satu orang pengelola PSG-3 sebagai key person. Responden yang mewakili masyarakat sekitar tempat wisata terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan PSG-3 berjumlah 20 responden dan masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan PSG-3 berjumlah 30 responden. 4.3
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang dilakukan melalui wawancara dengan responden dan observasi. Menurut Singarimbun (1989) penelitian survei adalah penelitian yang mengkoleksi data dengan menggunakan kuisioner.
Pengumpulan
data
terhadap
pengunjung
dilakukan
dengan
menggunakan kuisioner dan wawancara, sedangkan pengumpulan data terhadap pihak Kelurahan, pengelola, pekerja dan masyarakat sekitar tempat wisata diperoleh dengan melakukan wawancara secara mendalam (depth interview). 4.4
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak pengelola tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang terdiri dari sejarah dan status
Pulau Situ Gintung-3, luas dan letak lokasi, visi dan misi, serta data jumlah pengunjung Pulau Situ Gintung-3. Data sekunder juga diambil dari studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Data Primer diperoleh langsung dari wisatawan (pengunjung tempat wisata), pengelola, pekerja, dan masyarakat sekitar tempat wisata melalui wawancara/kuisioner. Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excell, Stata 10 dan Minitab 14. Metode pengolahan data untuk menduga parameter dalam model permintaan rekreasi wisata dengan menggunakan metode Maximum Likelihood (ML) sedangkan analisis parameter dalam model WTP pengunjung terhadap kenaikan harga tiket PSG-3 dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Squares/OLS). 4.5
Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan pendekatan Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan TCM digunakan untuk mengkaji permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan pendekatan CVM digynakan untuk mengkaji WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk wisata PSG-3. 4.5.1
Analisis Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Travel Cost Method
Analisis fungsi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM dirumuskan sebagai berikut (Fauzi, 2004) : Vij = f(Cij, Tij, Qi, Sij, Mi) dimana:
Vij = Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Tij = Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j Qi = Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi Sj = Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain Yi = Pendapatan (income) dari individu i Berbagai penelitian permintaan kunjungan terhadap tempat wisata mengggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengestimasi parameternya, hal ini dikarenakan frekuensi kunjungan sebagai dependent variable dalam fungsi permintaan wisata diasumsikan sebagai variabel random kontinu dan berdistribusi normal. Namun pada kondisi sebenarnya, frekuensi kunjungan sebagai dependent variable dalam fungsi permintaan wisata merupakan variabel diskrit, integer positif dan berdistribusi Poisson. Jika terdapat variabel respon (dependent variable) yang bertipe diskrit dan integer positif, maka analisis regresi dengan metode OLS kurang tepat digunakan, dan regresi yang tepat digunakan adalah regresi poisson. Menurut Hogg dan Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random mempunyai tipe diskrit dan merupakan bilangan bulat positif serta menyatakan banyaknya kejadian dalam interval tertentu (frekuensi), maka variabel random tersebut berdistribusi Poisson.
Fungsi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dimodelkan dalam bentuk regresi poisson dan diduga sebagai berikut: PPSG-3 = exp (bo + b1BP + b2PP+ b3TK + b4TP + b5WL + b6JT + b7 UP + b8 LM + b9 RA + b10 LK + ei) Dimana: PPSG-3 = Frekuensi kunjungan ke PSG-3 bo
= konstanta
BP
= biaya perjalanan yang dikeluarkan setiap individu ke lokasi PSG-3, yang terdiri dari biaya konsumsi, transportasi, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan selama kunjungan di PSG-3 (Rp/orang)
PP
= pendapatan pengunjung yaitu pendapatan yang diterima dalam waktu satu bulan yang terdiri dari penghasilan tetap dan penghasilan sampingan. (Rp/bulan) 1 : ≤ Rp.1.000.000 2 : Rp.1.000.000,1 – Rp.2.000.000 3 : Rp.2.000.000,1 – Rp.3.000.000 4 : Rp.3.000.000,1 – Rp.4.000.000 5 : Rp.4.000.000,1 – Rp.5.000.000 6 : > Rp.5.000.000
TK
= jumlah tanggungan keluarga, yaitu jumlah orang yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden (orang)
TP
= tingkat pendidikan responden (tahun)
WL
= waktu luang responden (hari/tahun)
JT
= Jarak tempuh dari tempat tinggal responden ke PSG-3 (km)
UP
= umur Pengunjung (tahun)
LM
= lama mengetahui keberadaan PSG-3 (tahun)
RA
= Tempat rekreasi alternatif, yaitu banyaknya tempat rekreasi alternatif yang bisa dikunjungi selain PSG-3
LK
= lama kunjungan (jam)
b1- b10 = koefisien regresi ei 4.5.2
= error Analisis Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3
Nilai Ekonomi Pulau Situ Gintung-3 dihitung berdasarkan nilai surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan selisih antara total kesediaan yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk suatu unit barang tertentu dengan pembayaran yang dilakukannya. Creel dan Loomis (1990) menyatakan bahwa surplus konsumen dalam regresi poisson dapat dikalkulasikan dengan rumus sebagai berikut: SK = −
1
β TC
Keterangan: β TC : koefisien dari biaya perjalanan Nilai manfaat total/ nilai ekonomi wisata alam dari kawasan wisata Pulau Situ Gintung-3 merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu.
4.5.3
Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Contingent Valuation Method
Fauzi (2004) menyebutkan bahwa di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahapan kegiatan atau proses. Tahapan tersebut adalah: 1. membuat hipotesis pasar 2. mendapatkan nilai lelang (bids) 3. menghitung rataan WTP dan WTA 4. memperkirakan kurva lelang (bid curve) 5. mengagregatkan data. Maka, untuk menganalisis WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk wisata PSG-3 dengan CVM langkah-langkah yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis Pasar
Hipotesis pasar dibuat dengan skenario bahwa wisata alam PSG-3 masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Usaha pengembangan tempat wisata PSG-3 memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan tempat wisata. Sumber pendapatan pengelola berasal dari penjualan tiket masuk wisata, oleh karena itu untuk usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikkan harga tiket masuk. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang
situasi hipotetis yang dimaksud. Sehingga pertanyaan yang sesuai untuk skenario di atas adalah: Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk membayar tiket masuk yang lebih mahal dari harga tiket awal untuk pengembangan dan perawatan wisata serta pelestarian ekosistem dan lingkungan tempat wisata PSG-3? 2. Mendapatkan Nilai Penawaran/Lelang (bids) Cara untuk mendapatkan nilai penawaran dilakukan dengan melakukan survey ke pengunjung. Tujuan dari survey ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap sejumlah sampel pengunjung PSG-3 akan dilakukan dengan teknik close-ended question atau teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban-jawaban untuk dipilih (Mubyarto dan Suratno, 1981). 3. Menghitung Rataan WTP
Nilai rataan WTP setiap pengunjung dihitung berdasarkan nilai penawaran yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada mean (nilai rataan) dari distribusi besaran WTP responden. 4. Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve)
Kurva penawaran dapat dibuat dengan beberapa cara: Cara 1. Meregresikan WTP sebagai variabel tidak bebas (dependent variable)
dengan beberapa variabel bebas. W = f (X1, X2,….Xn) Dimana: W = besarnya nilai WTP X = variabel bebas (Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya W)
Cara 2. Menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang menjawab
suatu nilai WTP. Asumsi dari cara ini adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu akan bersedia pula membayar suatu nilai WTP yang lebih kecil. Jumlah kumulatif tersebut akan semakin sedikit, sejajar dengan semakin meningkatnya nilai WTP. 5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rataan penawaran dikonversikan terhadap nilai total populasi (total nilai pengunjung). 4.6
Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar
Dampak ekonomi keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap masyarakat sekitar dianalisis dengan mengkaji tingkat pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3. Analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengelompokkan antara tingkat pendapatan masyarakat dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3 berdasarkan jenis pekerjaan. Peningkatan
pendapatan
masyarakat
dilihat
dengan
perhitungan
pendapatan rata-rata masyarakat berdasarkan kelompok perkerjaan. Pendapatan rata-rata masyarakat tersebut dilihat dari pendapatan rata-rata tanpa adanya PSG-3 dengan pendapatan rata-rata dengan adanya PSG-3. Perhitungan peningkatan pendapatan rata-rata dihitung dengan rumus 1 sebagai berikut: IPSG-3
=
ITPSG-3 - IT
(Rumus 1)
dengan: IPSG-3 = peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya tempat wisata PSG-3 ITPSG-3 = pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya PSG-3
IT
= pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya PSG-3
Tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap pendapatan masyarakat adalah untuk melihat proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sebagai pekerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolaan PSG-3. Selain itu, analisis ini juga bertujuan untuk melihat apakah pendapatan masyarakat lebih baik dengan adanya PSG-3. Analisis terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar ini dilakukan dengan mencari besarnya persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari bekerja di wisata PSG-3 terhadap pendapatan total yang diperoleh rumah tangga. Kajian mengenai besarnya persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya PSG-3 juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat sekitar dengan adanya PSG-3 merupakan pendapatan utama atau hanya sebagai penghasilan tambahan bagi mereka. Mengacu pada Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002) yang membagi tipologi usaha berdasarkan hubungannya dengan pendapatan yang diperoleh oleh seseorang. Suatu usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan sebesar kurang dari 30 persen (< 30%) terhadap pendapatan totalnya dikatakan sebagai usaha sambilan, jika besarnya proporsi pendapatan yang didapat oleh orang tersebut antara 30 hingga 70 persen (30 - 70%) dari total pendapatannya maka dikatakan sebagai cabang usaha sedangkan jika besarnya proporsi pendapatan yang didapat oleh orang tersebut antara 70 hingga 100 persen (70 - 100%) dari total pendapatannya maka dikatakan sebagai usaha pokok. Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari PSG-3 dapat dicari dengan cara sebagai berikut (rumus 2):
% IPSG - 3 =
IPSG - 3 x 100% ITPSG - 3
(Rumus 2)
dimana: % IPSG-3 = persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya PSG-3 terhadap rata-rata pendapatan total IPSG -3
= pendapatan rata-rata masyarakat yang berasal dari adanya PSG-3
I TPSG-3 = pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya PSG-3 4.7
Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar
Penelitian untuk mengetahui apakah kegiatan wisata di Pulau Situ Gintung-3 memberikan dampak terhadap lingkungannya dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pengunjung, pengelola, pekerja, dan masyarakat sekitar. Hasil wawancara tersebut diharapkan akan menghasilkan persepsi multipihak (pengunjung, pengelola, pekerja, dan masyarakat sekitar) terhadap kondisi lingkungan di dan sekitar tempat wisata PSG-3 akibat adanya kegiatan wisata tersebut. 4.8
Hipotesis Penelitiaan
1. Variabel biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga pengunjung, jarak
tempuh dan tempat rekreasi alternatif berpengaruh negatif terhadap frekuensi kunjungan ke PSG-3 2. Variabel pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, waktu luang
pengunjung, lama mengetahui keberadaan PSG-3, dan lama kunjungan berpengaruh positif terhadap frekuensi kunjungan ke PSG-3.
4.9
Definisi Istilah
1. Biaya Perjalanan adalah semua biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk membiayai kegiatan wisatanya yang meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi selama kunjungan, biaya dokumentasi, penginapan (jika menginap) dan biaya lainnya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan di kawasan wisata PSG-3. 2. Biaya Transportasi adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk membiayai
perjalanannya
menuju
PSG-3.
Bagi
pengunjung
yang
menggunakan kendaraan umum biaya transportasi adalah total ongkos menggunakan
kendaraan umum, dan bagi yang menggunakan kendaraan
pribadi biaya transportasi adalah biaya yang dikelurkan untuk membeli bahan bakar, parkir dan upah sopir jika menggunakan jasa sopir. 3. Permintaan Wisata adalah jumlah atau frekuensi kunjungan selama periode satu tahun terakhir. 4. Surplus Konsumen adalah kelebihan manfaat yang diterima oleh konsumen dalam menikmati jasa wisata. 5. Nilai Ekonomi Wisata adalah nilai suatu sumberdaya yang digunakan untuk kegunaan sebagai tempat wisata, yaitu total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu, sehingga untuk mendapatkan nilai ekonomi wisata alam PSG-3 didapat dari nilai surplus konsumen per kunjungan dikali dengan jumlah pengunjung dalam suatu periode waktu (satu tahun terakhir). 6. Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket adalah kesediaan atau keinginan maksimum pengunjung untuk membayar harga tiket masuk ke
kawasan wisata PSG-3 jika pengelola melakukan kebijakan menaikkan harga tiket. 7. Dampak Ekonomi Tempat Wisata Terhadap Masyarakat Sekitar adalah perubahan ekonomi masyarakat sekitar tempat wisata dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3, dianalisis dengan cara membandingkan pendapatan masyarakat sekitar dengan dan tanpa adanya tempat wisata PSG-3.
V. GAMBARAN UMUM 5.1
Karakteristik Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Pemaparan karakteristik tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) diperlukan untuk dapat mengetahui tempat wisata PSG-3 lebih dekat. Pembahasan mengenai karakteristik tempat wisata PSG-3 akan menjelaskan bagaimana profil tempat wisata, sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan misi tempat wisata, sumberdaya manusia tempat wisata PSG-3 serta rencana pengembangan PSG-3 oleh pengelola. 5.1.1
Profil Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Tempat wisata PSG-3 merupakan unit usaha dari PT. Anugrahayu, yang mana berdasarkan Akte notaris yang dikeluarkan oleh kantor notaris Ny.Yetti Taher, SH, PT.Anugrahayu didirikan pada tahun 1979. Saat ini PT.Anugrahayu memiliki tiga unit usaha yaitu: Restoran Ayam Panggang Situ Gintung, Restoran & Kolam Renang Pulau Situ Gintung dan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3. Wisata alam PSG-3 dibentuk pada Januari 2001. Pada awal berdirinya PSG-3 merupakan tempat wisata murah yang mengkhususkan kepada segmen pelajar dan mahasiswa. Seiring bertambahnya fasilitas yang ada di PSG-3 maka sasaran pengunjung berkembang menyentuh segmen keluarga dan instansi disamping pelajar dan mahasiswa dengan tetap mengedepankan harga murah sebagai strategi pemasarannya. Pulau Situ Gintung-3 saat ini mengelola lahan seluas kurang lebih 5 Hektar yang dikelilingi oleh Situ Gintung, dan memiliki lahan parkir seluas kurang lebih 1 Hektar. Fasilitas wisata yang ada saat ini adalah wisma, lapangan
tenis, aula, saung, fasilitas outbound, wisata air, arena kontes burung perkutut, dan
camping ground, serta fasilitas pendukung berupa kantin, mushola dan toilet. 5.1.2
Sejarah dan Perkembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Lahan Pulau Situ Gintung dibeli secara bertahap dari penduduk asli mulai tahun 1953 yang awalnya merupakan lahan pertanian. Pada awal tahun 1970-an lahan mulai ditanami dengan tanaman keras berupa tanaman pinus, kelapa, jambu mede, akasia, palem dan sengon. Mulai saat itu aktifitas pertanian di lahan tersebut dihentikan, dan penduduk sekitar yang sebelumnya bertani dipekerjakan untuk merawat tanaman yang telah ditanam. Pertengahan tahun 1980 mulai dibangun fasilitas jalan, wisma dan lapangan tenis. Fasilitas tersebut pada awalnya hanya dipergunakan oleh keluarga pemilik. Kemudian pada awal tahun 1990 fasilitas lapangan tenis mulai disewakan untuk pelatihan olahraga tenis oleh tim Pelatnas Sea Games untuk olahraga tenis. Saat itu juga mulai dibuat loket masuk untuk berwisata dengan nama Taman Wisata dan Sport Area Pulau Situ Gintung. Usaha ini bertahan sampai didera krisis ekonomi pada tahun 1997 yang menyebabkan Taman Wisata dan Sport
Area Pulau Situ Gintung mengalami stagnasi perkembangan hingga akhir tahun 2000. Tahun 2001 Taman Wisata dan Sport Area Pulau Situ Gintung mengalami pembenahan manajemen yang lebih tertata dan pembangunan fasilitas wisata yang lebih baik. Mulai saat itu lahirlah brand baru menjadi Pulau Situ Gintung-3 Wisata Alam dan Outbound sampai saat ini. Potensi alam yang lengkap menjadikan wisata PSG-3 menjadi wisata alam yang tetap dapat bertahan hingga sekarang.
Setelah terjadinya proses remanajemen pada tahun 2001 perusahaan tetap mengandalkan promosi dari mulut ke mulut sebagai strategi promosi. Tempat dan area yang dipercantik, harga yang murah, dan pelayanan yang bersifat kekeluargaan menjadi promosi positif bagi yang telah berkunjung ke PSG-3. Pemasaran juga dilanjutkan dengan promosi ke sekolah-sekolah, instansi swasta dan pemerintahan untuk memperkenalkan fasilitas outbound yang ada. 5.1.3
Visi dan Misi serta Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
5.1.3.1 Visi dan Misi Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Visi sebagai suatu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi, badan usaha atau perusahaan juga dimiliki oleh PSG-3 untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya dalam mengelola tempat wisata yang berkelanjutan baik secara fisik maupun materi. Visi dari PSG-3 adalah membangun dan mengembangkan tempat wisata alam yang mengedepankan kelestarian alam dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan visi tersebut, PSG-3 mengedepankan misi untuk dapat menyediakan tempat wisata yang terjangkau untuk semua kalangan masyarakat. Berpedoman dengan visi dan misi tersebut pengelola dapat merumuskan strategi dan rencana pengembangan wisata PSG-3 untuk mewujudkan tercapainya tujuan yang diharapkan. 5.1.3.2 Sumber Daya Manusia Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Pulau Situ Gintung-3 dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagai tempat wisata, memerlukan pekerja sebagai sumberdaya manusia penunjang untuk melancarkan setiap kegiatan yang ada didalamnya. Pekerja yang berada di dalam PSG-3 berjumlah 26 orang dengan 70% diantaranya merupakan masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3. Pekerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
pekerja tetap sebanyak 18 orang dan pekerja lepas sebanyak 8 orang. Pekerja tetap mendapatkan gaji perbulan dan uang makan per minggu, sedangkan untuk pekerja lepas hanya mendapatkan gaji setiap bulannya. Pekerja lepas sebagian besar adalah ibu-ibu di sekitar tempat wisata yang berusia senja, dan bertugas sebagai petugas kebersihan. Komposisi latar pendidikan yang dimiliki oleh pekerja PSG-3 beragam mulai dari lulusan perguruan tinggi hingga sekolah dasar. Selain itu juga terdapat pekerja yang tidak tamat SD. Komposisi pekerja berdasarkan latar pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Komposisi Pekerja Pulau Situ Gintung-3 Tahun 2009 Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Terakhir Pekerja PSG-3
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Perguruan tinggi (S1)
4
15,38
SMA (sederajat)
6
23,08
SMP
3
11,54
SD
12
46,15
Tidak tamat SD
1
3,85
Jumlah 26 Sumber: Pengelola Wisata Pulau Situ Gintung-3, 2009
100,00
5.1.3.3 Rencana Pengelola terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Pengelola tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 dalam rangka pembangunan tempat wisata memiliki rencana pengembangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari tempat wisata. Rencana pengembangan tempat wisata dibuat untuk mencapai tujuan PSG-3 sesuai dengan visi dan misi PSG-3. Rencana pengelola terhadap pengembangan PSG-3 antara lain:
Rencana Jangka Pendek: Menambah fasilitas untuk kegiatan tamu agar
memiliki daya tampung yang lebih besar, seperti penambahan dan atau perluasan fasilitas saung, aula, kamar mandi dan mushola. Rencana Jangka Panjang: Menambah jenis kegiatan dan daya tarik wisata lain
selain wisata alam seperti wisata budaya, wisata ilmu, wisata kuliner atau wisata belanja dengan tetap mengedepankan kelestarian alam dan keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. 5.2
Karakteristik Responden Pengunjung Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 Pengunjung tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang menjadi responden
dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang dibedakan berdasarkan faktor demografi yang terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Karakteristik responden juga dapat dibedakan berdasarkan frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, kedatangan, cara kedatangan dan lama kunjungan ke PSG-3. 5.2.1
Faktor Demografi
Pengunjung PSG-3 yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden terdiri dari 43% laki-laki dan 57% perempuan. Umur responden pengunjung dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu kelompok responden dengan kategori umur kurang dari 21 tahun yang berjumlah sebanyak 33% dari total responden. Kategori kedua berumur 21 sampai 31 tahun sebanyak 32%, kategori kelompok dengan umur 32 sampai 42 tahun sebanyak 30% dan responden dengan umur 43 sampai dengan 53 tahun sebanyak 5%. Pengunjung PSG-3 terbanyak berada pada kategori umur kurang dari 21 tahun, hal ini
memperlihatkan bahwa wisata PSG-3 merupakan tempat wisata yang amat diminati oleh masyarakat kelompok umur remaja. Tingkat pendidikan responden pengunjung PSG-3 sebagian besar adalah lulusan SMA (sederajat) yaitu sebanyak 41%, 33 % responden berpendidikan terakhir S1, lulusan SMP sebanyak16% responden , dan responden lainnya adalah responden dengan pendidikan terakhir akademi/diploma sebanyak 7%, S2 sebanyak 2% dan SD sebanyak 1%. Berdasarkan kategori pekerjaan, responden pengunjung PSG-3 didominasi oleh pelajar dan mahasiswa sebanyak 50%, latar belakang pekerjaan responden adalah pegawai swasta sebanyak 22%, Pegawai Negeri Sipil/BUMN sebanyak 12%, 7% responden adalah ibu rumah tangga dan 9% responden lain bekerja pada bidang lainnya. Sebanyak 28% responden pengunjung PSG-3 memiliki tingkat pendapatan pada kisaran Rp 2.000.000,01 – Rp 3.000.000,00 per bulan. Sebanyak 25% responden memiliki pendapatan per bulan kurang dari Rp 500.000,00 responden dengan tingkat pendapatan Rp 500.000,01 – Rp 1.000.000,00 per bulan sebanyak 22%, 14% responden berpendapatan per bulan pada kisaran Rp 1.000.000,01 – Rp 2.000.000,00. Sebanyak 9% responden memiliki pendapatan Rp 3.000.000,01 – Rp 5.000.000,00 dan 2% responden berpendapatan lebih dari Rp 5.000.000,00 per bulan. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan faktor demografi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah.
Tabel 4. Karakteristik Responden Pengunjung Pulau Situ Gintung-3 Berdasarkan Faktor Demografi Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Persentase (%)
Jumlah
43 57 100
2. Umur (Tahun)
< 21 21 - 31 32 - 42 43 - 53 Jumlah 3. Pendidikan Terakhir S2/S3 S1 Akademi/ Diploma SMA (sederajat) SMP SD Jumlah 4. Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil/BUMN Pegawai Swasta Pengusaha/Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Guru Pelajar/Mahasiswa Jumlah 5. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < 500.000 500.000,1 - 1.000.000 1.000.000,1 - 2.000.000 2.000.000,1 - 3.000.000 3.000.000,1 - 5.000.000 > 5.000.000 Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
33 32 30 5 100 2 33 7 41 16 1 100 12 22 4 7 5 50 100 25 22 14 28 9 2 100
5.2.2
Frekuensi Kunjungan
Bagi masyarakat Tangerang Selatan dan masyarakat yang berdomisili di sebelah Selatan Kota Jakarta, Pulau Situ Gintung-3 merupakan tempat wisata yang sudah cukup dikenal dan cukup sering dikunjungi. Mahasiswa dari berbagai kampus yang terletak dekat dengan PSG-3 seperti Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE Ahmad Dahlan) menjadikan PSG-3 sebagai tempat wisata yang sering dikunjungi baik hanya untuk sekedar refreshing ditengah penatnya kesibukan aktifitas pendidikan mereka maupun sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan penunjang pendidikan seperti untuk mengerjakan tugas dan untuk mengadakan acara organisasi kampus. Masyarakat yang bertempat tinggal dekat dengan PSG-3 juga menjadikan PSG-3 sebagai tempat wisata yang sering mereka kunjungi untuk berekreasi bersama keluarga. Cukup seringnya masyarakat melakukan kunjungan ke PSG-3 terlihat dari frekuensi kunjungan satu tahun terakhir oleh responden yang sebagian besar melakukan kunjungan ke PSG-3 sebanyak lebih dari satu kali kunjungan (58% responden). Sebanyak 36% responden melakukan kunjungan ke PSG-3 sebanyak 2-3 kali kunjungan dalam satu tahun terakhir. Sebanyak 13% responden berkunjung ke PSG-3 dengan frekuensi 4-5 kali, 9% responden sebanyak 6-7 kali kunjungan dan 42% responden lainnya berkunjung ke PSG-3 sebanyak 1 kali dalam satu tahun terakhir. Banyaknya frekuensi kunjungan pengunjung ke PSG-3 dalam satu tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Kunjungan
Persentase (%)
1
42
2-3
36
4-5
13
6-7
9
Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
5.2.3
100
Motivasi kunjungan
Motivasi kunjungan adalah hal-hal yang menjadi faktor pendorong seseorang untuk datang berkunjung ke PSG-3. Motivasi kunjungan responden untuk melakukan kunjungan ke PSG-3 didorong oleh tujuan kunjungan mereka ke PSG-3. Responden pengunjung PSG-3 melakukan kunjungan ke PSG-3 dengan tujuan untuk berekreasi, menghadiri acara keluarga, pendidikan dan tujuan lain seperti memancing, pemotretan untuk foto pre-wedding, berolahraga tenis dan lainnya. Responden PSG-3 sebagian besar melakukan kunjungan ke PSG-3 untuk melakukan kegiatan rekreasi yaitu sebanyak 48% responden. Sebanyak 31% lainnya melakukan kunjungan ke PSG-3 dengan tujuan pendidikan baik untuk menghadiri acara yang diadakan oleh pihak sekolah atau kampus, mengadakan acara keorganisasian sekolah atau kampus maupun untuk sekedar mengerjakan tugas atau belajar bersama teman. Sebanyak 5% responden pengunjung berkunjung ke PSG-3 dengan tujuan untuk menghadiri acara keluarga baik dalam rangka arisan keluarga maupun acara kumpul keluarga. Sebanyak 16% responden lainnya melakukan kunjungan ke PSG-3 dengan tujuan yang lain yaitu untuk memancing, melakukan pemotretan untuk foto pre-wedding, berolahraga tenis, berparisipasi dalam pertandingan kicau burung perkutut dan untuk survei tempat
lokasi wisata. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan motivasi kunjungan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan Motivasi Kunjungan 1. Rekreasi 2. Acara Keluarga 3. Pendidikan a. Acara yang diadakan Sekolah atau Kampus b. Acara Organisasi Sekolah atau Kampus c. Mengerjakan Tugas atau Belajar Kelompok 4. Lain-lain a. Memancing b. Foto Pre-Wedding c. Survei Tempat d. Pelatihan Leadership e. Olahraga Tenis f. Pertandingan Kicau burung Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
Persentase (%) 48 5 10 14 7 4 2 4 3 1 2 100
5.2.4 Kedatangan
Kedatangan pengunjung ke PSG-3 sebagian besar dilakukan bersama teman (bersama kelompok) yaitu sebanyak 42%. Kebanyakan responden datang berkelompok (lebih dari 1 orang), hal ini menunjukkan bahwa PSG-3 sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama teman. Sebanyak 34% responden pengunjung datang bersama keluarga, responden lain sebanyak 23% datang bersama rombongan baik rombongan yang berasal dari sekolah, kampus dan instansi tertentu dan hanya 1% responden yang datang sendiri mengunjungi PSG-3. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan kedatangan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Kedatangan Kedatangan
Persentase (%)
Sendiri
1
Kelompok
42
Keluarga
34
Rombongan
23
Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
100
5.2.5 Cara Kedatangan
Responden datang berkunjung ke PSG-3 dengan beberapa cara. Responden yang bertempat tinggal tidak jauh dari PSG-3 datang berkunjung ke PSG-3 dengan berjalan kaki, sedangkan yang bertempat tinggal jauh datang dengan menggunakan kendaraan bermotor baik pribadi, sewa ataupun kendaraan umum. Karakteristik responden pengunjung berdasarkan cara kedatangan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan Cara Kedatangan 1. Jalan Kaki
Persentase (%) 5
2. Kendaraan Pribadi a. Mobil
17
b. Motor
47
3. Kendaraan Sewa 4. Kendaraan Umum Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
9 22 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa responden mengunjungi PSG-3 dengan cara kedatangan terbanyak menggunakan kendaraan pribadi berupa motor yaitu sebanyak 47% responden. Responden yang datang ke PSG-3 dengan menggunakan kendaraan mobil pribadi sebanyak 17%. Sebanyak 22% responden, berkunjung ke PSG-3 dengan menggunakan kendaraan umum, 9% responden
datang dengan menggunakan kendaraan sewa dan sebanyak 5% responden datang dengan berjalan kaki. 5.2.6
Lama Kunjungan
Lama kunjungan adalah banyaknya waktu yang dihabiskan selama melakukan kunjungan di PSG-3. Kebanyakan pengunjung melakukan kegiatan di PSG-3 selama 4-5 jam (57% responden). Sebanyak 29% responden melakukan kegiatan di PSG-3 selama 2-3 jam. Kunjungan selama 6-8 jam dihabiskan oleh 7% responden, dan 7% responden lainnya menghabiskan waktu di PSG-3 lebih dari 12 jam dengan menginap di wisma yang tersedia di dalam PSG-3. Responden yang menginap berasal dari rombongan mahasiswa yang melakukan kegiatan keorganisasian kampus seperti musyawarah cabang Himpunan Mahasiswa Daerah, rapat kerja senat dan dari instansi perusahaan. Lama kunjungan yang dihabiskan selama berkunjung di PSG-3 disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan Lama Kunjungan (Jam)
Persentase (%)
2-3
29
4-5
57
6-8
7
> 12
7
Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
5.3
100
Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Masyarakat sekitar tempat wisata PSG-3 yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang. Masyarakat sekitar menjadi responden dalam analisis dampak ekonomi keberadaan tempat wisata PSG-3 terhadap
masyarakat sekitar dan analisis dampak keberadaan tempat wisata PSG-3 terhadap lingkungan sekitar. Karakteristik masyarakat sekitar berdasarkan faktor demografi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10.
Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Pulau Situ Gintung-3 berdasarkan Faktor Demografi
Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Jumlah
28 22 50
56 44 100
Jumlah
3 12 21 11 3 50
6 24 42 22 6 100
13 5 2 15 3 4 4 2 1 1 50
26 10 4 30 6 8 8 4 2 2 100
11 5 18 12 4 50
22 10 36 24 8 100
2. Umur (Tahun) < 23 23 - 35 36 - 48 49 - 61 > 61 4. Pekerjaan Pekerja Wisata Pedagang Makanan Tukang Parkir Tukang Ojek Pelajar dan Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Pensiunan Jumlah 5. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) ≤ 500.000,00 500.000,01 - 1.000.000,00 1.000.000,01 - 2.000.000,00 2.000.000,01 - 3.000.000,00 > 3.000.000,00 Jumlah Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
Masyarakat sekitar PSG-3 yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 56% laki-laki dan 44% perempuan. Umur responden masyarakat
sekitar terdiri dari 6% yang berusia dibawah usia 23 tahun, kelompok umur 23 sampai 35 tahun sebanyak 24%, kelompok umur 36 sampai 48 tahun sebanyak 42%, 22% masyarakat berada pada kelompok umur 49 sampai 61 tahun dan 6% responden lainnya berada pada kelompok umur diatas 61 tahun. Pendapatan perbulan responden masyarakat sekitar paling banyak berada pada tingkat pendapatan Rp 1.000.000,01 – Rp 2.000.000,00 yaitu sebanyak 36%. Responden dengan tingkat pendapatan perbulan kurang dari sama dengan Rp 500.000,00 sebanyak 22%, sebanyak 10% responden berada pada tingkat pendapatan perbulan antara Rp 500.000,01 – Rp 1.000.000,00. Responden dengan tingkat pendapatan perbulan antara Rp 2.000.000,01 – Rp 3.000.000,00 sebanyak 24% dan 8% responden lainnya berada pada tingkat pendapatan lebih dari Rp 3.000.000,00. Masyarakat sekitar dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan di PSG-3 dan masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan di PSG-3. Kelompok responden masyarakat yang terlibat secara langsung dengan kegiatan di PSG-3 berjumlah 20 orang adalah masyarakat yang bekerja sebagai pekerja wisata di PSG-3, pedagang makanan dan tukang parkir. Sedangkan kelompok responden masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan di PSG-3 sebanyak 30 orang terdiri dari tukang ojek dan masyarakat yang bermukim di sekitar tempat wisata PSG-3 yang mengetahui dengan baik keberadaan PSG-3. Karakteristik responden masyarakat sekitar berdasarkan keterlibatannya dengan kegiatan di PSG-3 dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Responden Masyarakat Sekitar Berdasarkan Keterlibatan dengan Kegiatan di Pulau Situ Gintung-3 Masyarakat Sekitar PSG-3 Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Terlibat Langsung 1. Pekerja Wisata Petugas Kebersihan 8 Petugas Maintenance 3 Petugas Loket 2 2. Pedagang Makanan 5 3. Tukang Parkir 2 Tidak Terlibat Secara Langsung 1. Tukang Ojek 15 2. Pelajar dan Mahasiswa 3 3. Ibu Rumah Tangga 4 4. Pegawai Swasta 4 5. Wiraswasta 2 6. Pegawai Negeri Sipil 1 7. Pensiunan 1 Total 50 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
16 6 4 10 4 30 6 8 8 4 2 2 100
Tabel 11 memperlihatkan bahwa kelompok responden masyarakat sekitar yang terlibat secara langsung dengan kegiatan di PSG-3 terdiri dari kelompok pekerjaan pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan, petugas
maintenance dan petugas loket, pedagang makanan dan tukang parkir. Kelompok responden masyarakat yang tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan di PSG-3 berprofesi sebagai tukang ojek, pelajar dan mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai swasta, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil dan pensiunan.
VI. PERMINTAAN WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 6.1
Variabel dalam Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3
Permintaan terhadap manfaat wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) merupakan frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung ke PSG-3 dalam periode tertentu. Penelitian ini mengambil dasar waktu kunjungan satu tahun terakhir yang mencakup waktu penelitian yaitu bulan Maret 2009, sehingga dasar waktu analisis permintaan wisata adalah dari bulan April tahun 2008 hingga Maret 2009. Fungsi permintaan wisata PSG-3 akan diamati dengan memasukkan sepuluh variabel bebas (independent variable) yang diduga mempengaruhi frekuensi kunjungan ke PSG-3 (PPSG-3) sebagai variabel tak bebas (dependent
variable). Sepuluh variabel tersebut adalah biaya perjalanan (BP), pendapatan pengunjung (PP), jumlah tanggungan keluarga pengunjung (TK), tingkat pendidikan pengunjung (TP), waktu luang pengunjung (WL), jarak tempuh (JT), umur pengunjung (UP), lama mengetahui keberadaan PSG-3 (LM), tempat rekreasi alternatif (RA) dan lama kunjungan (LK). 6.2
Model Fungsi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3
Model Fungsi permintaan wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) dibangun dengan analisis regresi poisson. Salah satu kriteria model yang baik adalah terbebas dari masalah multikolinearitas. Multikolinearitas adalah terjadinya korelasi yang kuat antar variabel bebas dalam suatu persamaan regresi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai koefisien korelasi antar variabel bebas. Soekartawi (2002) mengemukakan bahwa jika koefisien korelasi antar variabel bebas adalah lebih besar dari 0,8 (>0,8) maka terjadi
multikolinearitas dalam model tersebut. Besarnya nilai koefisien korelasi antar variabel dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Koefisien Korelasi Antar Variabel dalam Model Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 PPSG-3
BP
PPSG-3 BP
1 -0,86
1
PP TK
-0,15 0,19 1 -0,19 0,15 0,67
Variabel
PP
TK
TP
WL
JT
UP
LM
RA
LK
1 0,18 1 0,29 0,15 1 0,29 0,13 0,47 0,12 0,13 0,18
1 0,1
1
1
-0,12 0,16 0,83* 0,59 1 TP -0,25 0,24 0,39 0,39 0,40 1 WL -0,58 0,55 0,26 0,11 0,25 0,13 JT -0,21 0,21 0,73 0,87* 0,66 0,38 UP -0,58 0,52 0,14 0,26 0,03 0,12 LM -0,12 0,16 0,04 0.1 0,00 0,01 RA -0,23 0,32 0,04 0,04 0,03 0,05 LK Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009 Keterangan: * = terjadi multikolinearitas
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel PP dengan TP dan antara variabel TK dengan UP bernilai lebih dari 0,8, hal ini mengindikasikan bahwa antara variabel PP dengan TP dan antara variabel TK dengan UP terjadi multikolinearitas. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan multikolinearitas adalah dengan membuang salah satu variabel dari dua variabel bebas yang berkorelasi secara erat (terjadi multikolinearitas). Variabel bebas yang dibuang adalah variabel bebas yang memiliki korelasi lebih lemah dengan variabel tak bebas-nya (dalam model ini PPSG-3 sebagai variabel tak bebas). Maka dalam model ini, variabel yang harus dihilangkan adalah variabel TP dan variabel TK karena variabel PP dan variabel UP lebih erat korelasinya dengan variabel independentnya (dapat dilihat pada Tabel 12). Setelah variabel TP dan TK dihilangkan, beberapa model dibuat untuk dapat dipilih model fungsi
permintaan wisata PSG-3 yang terbaik menurut kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika. Hasil estimasi parameter beberapa model permintaan wisata PSG-3 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13.
Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3 Variabel Koefisien Model 1
Cons BP
Model 2
Model 3
1,475
c
1,567
b
-3,49E-05
b
-3,45E-05
b
-3,37E-05
a
1,635
a
b
-3,45E-05
a
-0,004
d
0,086
c
PP
-0,012
TK
-0,010
TP
0,010
WL
0,000 -0,004
JT
e
-0,001
1,652
Model 4
0,000 -0,004
e
0,001 -0,004
e
UP
0,000
LM
0,088 d
RA
0,041
0,039
LK
-0,002
-0,002
-0,003
-135,724
-135,747
-135,818
-135,837
0,259
0,258
0,258
0,258
Log Likelihood Pseudo R2
-0,001
0,002
0,089
c
-0,001 0,087
c
Keterangan: Tanda a, b, c, d, e, menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masingmasing variabel berturut-turut pada α : 1%, 5%, 10%, 15%, dan 20% Cat: Model 1 terdapat masalah multikolinearitas
Model yang dipilih untuk dapat menerangkan permintaan wisata PSG-3 adalah model yang memenuhi kriteria secara ekonomi, statistika dan ekonometrika. Berdasarkan hal tersebut maka model yang dipilih adalah model 4. Sehingga didapat model permintaan wisata PSG-3 sebagai berikut: PPSG-3 = exp (1,635 – 3,45E-05 BP – 0,004 JT + 0,086 LM + ei)
6.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3
Analisis model permintaan wisata PSG-3 yang telah dikaji pada pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke PSG-3 dalam satu tahun terakhir adalah biaya perjalanan, jarak tempuh dan lama mengetahui keberadaan PSG-3. Biaya Perjalanan (BP)
Biaya perjalanan adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung ketika mengunjungi PSG-3. Biaya perjalanan meliputi biaya transportasi, konsumsi, dokumentasi dan biaya penginapan (jika menginap) yang dihabiskan oleh pengunjung selama berkunjung ke PSG-3. Berdasarkan hasil analisis regresi poisson didapat bahwa biaya perjalanan mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan ke PSG-3 pada taraf nyata 1%. Biaya perjalanan memiliki hubungan negatif (berbanding terbalik) dengan peluang rata-rata kunjungan ke PSG-3, hal ini berarti semakin besar biaya perjalanan maka akan mengurangi peluang ratarata kunjungan seseorang ke PSG-3 dan juga berarti bahwa jika semakin kecil biaya perjalanan seseorang maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke PSG-3. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan ketika dilakukan penelitian, bahwa pengunjung yang menghabiskan biaya sedikit untuk mengunjungi PSG-3 akan cenderung lebih sering berkunjung ke PSG-3 daripada pengunjung yang mengeluarkan biaya yang lebih besar. Jumlah responden berdasarkan hubungan antara biaya perjalanan dengan frekuensi kunjungannya ke PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 4.
>60000 2
BiayaPerjalanan
50000-600000
2
19
1
40000-50000
19
30000-40000 2
3 3
2
20000-30000
7
1
10000-20000
22
8
5 2 2
< 10000 0
5
10
15
20
25
Jumlah Responden
Keterangan A : Frekuensi kunjungan 1 kali dalam satu tahun terakhir B : Frekuensi kunjungan 2 s/d 3 kali dalam satu tahun terakhir C : Frekuensi kunjungan 4 s/d 5 kali dalam satu tahun terakhir D : Frekuensi kunjungan 6 s/d 7 kali dalam satu tahun terakhir Gambar 4. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Frekuensi Kunjungan
Gambar 4 menunjukkan bahwa responden dengan frekuensi kunjungan 6 sampai 7 kali dalam satu tahun terakhir mengeluarkan biaya perjalanan antara kurang dari Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 30.000,00 per kunjungan, dengan jumlah terbanyak pada tingkat biaya perjalanan Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00. Sedangkan untuk pengunjung yang hanya melakukan kunjungan 1 kali dalam satu tahun terakhir mengeluarkan biaya perjalanan yang lebih besar yaitu pada kisaran Rp 30.000,00 sampai dengan lebih dari Rp 60.000,00 per kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin murah biaya perjalanan seseorang maka akan meningkatkan frekuensi kunjungannya ke PSG-3.
Jarak Tempuh (JT)
Jarak tempuh adalah jarak pulang-pergi dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi PSG-3. Berdasarkan hasil analisis regresi poisson didapat bahwa jarak tempuh mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan ke PSG-3 pada taraf nyata 15%. Jarak tempuh memiliki hubungan negatif dengan jumlah kunjungan ke PSG, hal ini berarti semakin jauh jarak tempuh seorang pengunjung ke PSG-3, maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan seseorang ke PSG-3. Hasil penelitian di PSG-3 menunjukkan bahwa pengunjung yang bertempat tinggal lebih dekat dengan PSG-3 (atau dengan kata lain jarak tempuhnya lebih kecil) memang memiliki kecenderungan frekuensi berkunjung ke PSG-3 lebih sering jika dibandingkan dengan pengunjung dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 dimana pengunjung dengan tingkat frekuensi kunjungan 6 sampai 7 kali dalam setahun paling banyak merupakan pengunjung dengan jarak tempuh kurang dari 5 Km, sedangkan pengunjung dengan jarak tempuh lebih dari 80 Km hanya melakukan kunjungan sekali dalam satu tahun terakhir. Pengunjung dengan jarak tempuh dekat cenderung sering berkunjung ke PSG-3 dengan alasan karena PSG-3 adalah tempat wisata yang sangat mudah mereka jangkau dengan tujuan untuk melakukan kegiatan pendidikan (bagi mahasiswa atau pelajar sekitar PSG-3) atau sekedar untuk refresing dan kumpul bersama keluarga.
> 80 Km
6
Jarak Tempuh
60‐80 Km
1
17
5
40‐60 Km
10 1
20‐ 40 Km
5
6
3 3
5 ‐ 20 Km
10
0
11
6
1 1
< 5 Km
14
5
10
15
20
Jumlah Responden
Keterangan A : Frekuensi kunjungan 1 kali dalam satu tahun terakhir B : Frekuensi kunjungan 2 s/d 3 kali dalam satu tahun terakhir C : Frekuensi kunjungan 4 s/d 5 kali dalam satu tahun terakhir D : Frekuensi kunjungan 6 s/d 7 kali dalam satu tahun terakhir Gambar 5. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Jarak Tempuh dengan Frekuensi Kunjungan
Lama Mengetahui (LM)
Lama mengetahui adalah lamanya seorang pengunjung mengetahui keberadaan wisata PSG-3. Variabel lama mengetahui keberadaan PSG-3 memiliki hubungan positif dan nyata pada taraf 10% dengan peluang rata-rata kunjungan seseorang ke PSG-3. Artinya bahwa semakin lama seseorang mengetahui keberadaan PSG-3 maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke PSG-3. Rata–rata pengunjung yang mengetahui keberadaan PSG-3 adalah pengunjung dengan tempat tinggal dekat dengan PSG-3 sehingga akses mereka ke PSG-3 sangat mudah dan menjadikan mereka cukup sering berkunjung ke PSG-3. Hubungan antara lama mengetahui keberadaan PSG-3 dengan frekuensi kunjungan responden dapat dilihat pada Gambar 6 yang menunjukkan bahwa
semakin lama seseorang mengetahui keberadaan PSG-3 maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke PSG-3
Lama Mengetahui
7
2
7 s/d 8
2 5 s/d 6
7
8
4
3 s/d 4
22
10 1 s/ d 2
12 0
5
10
26 15
20
25
30
Jumlah Responden
Keterangan A : Frekuensi kunjungan 1 kali dalam satu tahun terakhir B : Frekuensi kunjungan 2 s/d 3 kali dalam satu tahun terakhir C : Frekuensi kunjungan 4 s/d 5 kali dalam satu tahun terakhir D : Frekuensi kunjungan 6 s/d 7 kali dalam satu tahun terakhir Gambar 6. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan Antara Lama Mengetahui dengan Frekuensi Kunjungan
6.4
Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata Pulau Situ Gintung-3
Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi permintaan wisata PSG-3 merupakan variabel-variabel sosial ekonomi yang biasa digunakan dalam menduga fungsi permintaan wisata. Dari keseluruhan variabel tersebut hanya tiga variabel (faktor) yang mempengaruhi jumlah atau frekuensi kunjungan ke PSG-3, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap permintaan wisata PSG-3. Faktorfaktor tersebut adalah pendapatan pengunjung, waktu luang yang dimiliki pengunjung, umur pengunjung, banyaknya rekreasi alternatif dan lama kunjungan pengunjung ketika berada di PSG-3.
Pendapatan Pengunjung (PP)
Pendapatan pengunjung menurut teori ekonomi memiliki hubungan positif terhadap peluang rata-rata kunjungan seseorang ke suatu tempat wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan pengunjung maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan orang tersebut. Seseorang dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menyisihkan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan tersier seperti melakukan kegiatan berwisata. Namun pendapatan pengunjung tidak berpengaruh terhadap peluang rata-rata kunjungan ke PSG-3, hal ini bisa terjadi karena harga tiket PSG-3 yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkat pendapatannya. Waktu Luang (WL)
Waktu luang yang dimiliki pengunjung pada umumnya memiliki hubungan positif terhadap peluang rata-rata frekuensi kunjungan seseorang ke tempat wisata. Semakin banyak waktu luang yang dimilki oleh seorang pengunjung maka akan meningkatkan frekuensi kunjungannya. Waktu luang tidak berpengaruh secara nyata terhadap frekuensi kunjungan ke PSG-3, hal ini mungkin dikarenakan wisata merupakan kegiatan yang memang ingin dilakukan oleh pengunjung yang datang berkunjung ke PSG-3 tanpa dipengaruhi oleh banyaknya waktu luang yang mereka miliki. Umur Pengunjung (UP)
Umur pengunjung tidak berpengaruh secara nyata terhadap peluang ratarata frekuensi kunjungan ke PSG-3, hal ini dapat dikarenakan karena kegiatan wisata bukanlah kegiatan yang hanya ditujukan untuk sekelompok umur saja.
Selain itu, PSG-3 merupakan tempat wisata yang kegiatan wisatanya dapat dinikmati oleh segala umur serta tidak menerapkan segmentasi terhadap umur pengunjung. Rekreasi Alternatif
Banyaknya jumlah rekreasi alternatif pada umumnya akan berpengaruh secara negatif terhadap permintaan terhadap suatu tempat wisata. Semakin banyak tempat rekreasi alternatif maka akan mengurangi frekuensi kunjungan seseorang ke
suatu
tempat
wisata
tertentu.
Banyaknya
rekreasi
alternatif
tidak
mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan seseorang ke PSG-3, hal ini mungkin dapat dikarenakan cukup banyaknya tempat wisata di sekitar wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang dapat menjadi tempat alternatif bagi pengunjung PSG-3. Hampir seluruh pengunjung dapat mengakses tempat rekreasi alternatif tersebut dengan sama sehingga banyaknya tempat rekreasi tidak berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan mereka ke PSG-3. Lama Kunjungan (LK)
Lama kunjungan tidak berpengaruh terhadap permintaan wisata PSG-3. Hal ini dapat diartikan bahwa lamanya kunjungan ke PSG-3 yang dilakukan oleh pengunjung tidak menentukan frekuensi kunjungan mereka ke PSG-3, hal ini mungkin dikarenakan lama kunjungan seseorang ke PSG-3 lebih berhubungan dengan tujuan dan kegiatan apa yang pengunjung lakukan ketika berada di PSG-3 dan tidak berhubungan dengan banyaknya frekuensi kunjungan orang tersebut ke PSG-3.
6.5
Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3
6.5.1
Surplus Konsumen
Surplus konsumen yang diterima oleh pengunjung dalam regresi poisson dapat dihitung dengan rumus: SK = - 1/ β TC , dimana β TC adalah koefisien dari biaya perjalanan, sehingga dari rumus tersebut didapat surplus konsumen per individu adalah sebesar Rp 28.985,51. Besarnya surplus konsumen yang lebih besar dari harga tiket masuk PSG-3 menunjukkan bahwa dengan metode ini sebenarnya pengelola masih dapat meningkatkan harga tiket, mengingat penilaian pengunjung terhadap PSG-3 yang dilihat dari biaya korbanan yang mereka keluarkan untuk melakukan rekreasi di PSG-3 lebih besar dari harga tiket masuk PSG-3. 6.5.2
Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3
Nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 merupakan total surplus konsumen dalam satu periode yaitu satu tahun terakhir. Dapat dihitung dengan mengalikan surplus konsumen per kunjungan (Rp 28.985,51) dengan jumlah kunjungan ke PSG-3 selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 116.373 kunjungan, sehingga total surplus konsumen pengunjung PSG-3 dalam satu tahun terakhir adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00. Angka ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi
atau
nilai manfaat wisata
Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar
Rp 3.373.130.755,00. Nilai manfaat wisata PSG-3 ini menunjukkan bahwa PSG-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan serta keindahan pemandangan sebagai daya tarik utamanya memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Hal ini dapat diartikan bahwa PSG-3 memiliki nilai manfaat
tinggi yang dapat dirasakan oleh masyarakat, sehingga keberadaan PSG-3 beserta sumberdaya yang dimilikinya harus terus dijaga dan dipertahankan. Surplus konsumen yang diterima oleh pengunjung yang secara agregat lebih besar dari pendapatan yang diperoleh oleh pengelola PSG-3 dari penjualan tiket masuk dalam satu tahun terakhir mengindikasikan bahwa sebenarnya pengelola masih dapat memperoleh kelebihan manfaat tersebut untuk pengelolaan dan upaya konservasi tempat wisata agar keberlanjutan tempat wisata dapat tercapai, selain itu surplus konsumen juga mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih dapat membayar lebih tinggi dari harga tiket awal. Oleh karena itu pengelola tempat wisata PSG-3 masih dapat menerapkan harga tiket lebih tinggi dari harga tiket saat ini. Namun, dalam pengambilan kebijakan apalagi untuk memutuskan menaikkan harga tiket, pengelola PSG-3 seyogyanya memperhatikan keinginan pengunjung sebagai konsumen utama dari tempat wisata. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga dikaji keinginan membayar (Willingness to Pay) pengunjung terhadap kenaikan harga tiket untuk dapat mengetahui tingkat harga tiket masuk PSG-3 yang diinginkan pengunjung jika pengelola melakukan kebijakan menaikkan harga tiket. Kajian mengenai
Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap kenaikan harga tiket masuk PSG-3 akan dibahas pada bab selanjutnya.
VII. WILLINGNESS TO PAY DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 7.1
Willingness to Pay Pengunjung Terhadap Harga Tiket Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap kenaikan harga tiket masuk tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) dilakukan dengan cara menanyakan kepada seratus orang responden mengenai kesediaan mereka untuk membayar jika harga tiket masuk tempat wisata PSG-3 dinaikkan dengan alasan untuk pengembangan dan perawatan wisata serta pelestarian ekosistem dan lingkungan tempat wisata PSG-3. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, dari seratus orang responden sembilan puluh tujuh orang diantaranya menyatakan bersedia untuk membayar kenaikan harga tiket sedangkan tiga orang lainnya menyatakan tidak bersedia. Distribusi pilihan bersedia dan tidak bersedia pengunjung terhadap kenaikan harga tiket masuk PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 7.
97% 100% 80% 60% 40%
3%
20% 0% Bersedia
Tidak Bersedia
Gambar 7. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Pengunjung terhadap Kenaikan Harga Tiket Masuk Pulau Situ Gintung-3
Alasan responden bersedia membayar jika terjadi kenaikan harga tiket adalah karena menurut penilaian mereka harga tiket masuk PSG-3 masih tergolong murah. Selain itu responden juga berharap dengan kenaikan harga tiket mereka masih dapat menikmati keindahan pemandangan dan kelestarian lingkungan di PSG-3, pengunjung juga menginginkan adanya penambahan fasilitas pendukung wisata seperti tempat-tempat duduk, kantin, saung dan perluasan mushola serta pengembangan atraksi wisata. 7.1.1
Analisis WTP terhadap Harga Tiket PSG-3 dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM)
Sembilan puluh tujuh orang responden yang menyatakan bersedia untuk membayar jika terjadi kenaikan harga tiket masuk PSG-3 merupakan responden yang akan menjadi dasar sampel analisis besarnya WTP kenaikkan harga tiket masuk PSG-3. Analisis WTP kenaikan harga tiket masuk PSG-3 dilakukan dengan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Berdasarkan pelaksanaan tahapan dalam metode CVM maka didapatkan hasil sebagai berikut: Rataan WTP
Setelah pasar hipotesis pasar dibuat, dan dalam pelaksanaan penelitian hipotesis tersebut dijelaskan kepada para responden maka akan didapat nilai penawaran atau lelang (bids). Nilai penawaran inilah yang akan menjadi dasar penentuan nilai rataan WTP. Nilai rataan WTP didasarkan pada mean (nilai rataan) dari distribusi besaran WTP responden. Data distribusi besaran WTP responden disajikan pada Tabel 14.
Tabel
14.
Distribusi Besaran WTP Pulau Situ Gintung-3
Pengunjung
terhadap
Harga
Besar WTP (Rp)
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
6000
31
31,96
7000
24
24,74
8000
6
6,19
10000
28
28,87
15000
2
2,06
20000
6
6,19
Jumlah 97 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
Tiket
100,00
Mengamati data distribusi sebaran WTP responden pengunjung PSG-3 di atas maka dapat ditentukan nilai rataan WTP responden pengunjung terhadap besarnya harga tiket jika terjadi kenaikan harga tiket masuk wisata PSG-3 adalah sebesar Rp 8.577,00. Nilai rataan WTP sebesar Rp 8.577,00 mengindikasikan bahwa pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 hingga taraf harga Rp 8.577,00, dari harga awal tiket masuk yang sebesar Rp 5.000,00, nilai ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan surplus konsumen pengunjung yang sebesar Rp 28.985,51 per individu. Hal ini mengindikasikan bahwa pengunjung sebagai konsumen tempat wisata secara keinginan membayar tetap menginginkan harga yang murah dan terjangkau oleh mereka walaupun secara aktual mereka mampu menanggung biaya yang lebih besar untuk menikmati jasa dari tempat wisata tersebut. Hal ini terkait dengan bahasan selanjutnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi WTP responden yang mana pendapatan berpengaruh positif terhadap besarnya WTP. Semakin besar tingkat pendapatan pengunjung maka akan meningkatkan besarnya WTP mereka terhadap harga tiket PSG-3. Pengunjung yang sebagian besar merupakan kalangan pelajar dan mahasiswa
(dapat dilihat pada Tabel 4) yang memiliki pendapatan relatif kecil, sehingga nilai rataan WTP yang dihasilkan juga kecil. Kurva Lelang (Bid Curve) WTP
Kurva lelang (Bid Curve) WTP dapat dibentuk dengan beberapa cara, salah satu cara untuk membuat kurva lelang (Bid Curve) WTP adalah dengan cara menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsi dari cara ini adalah individu yang bersedia membayar suatu nilai WTP tertentu akan bersedia pula membayar suatu nilai WTP yang lebih kecil. jumlah kumulatif tersebut akan semakin sedikit, sejajar dengan semakin meningkatnya nilai WTP. Sehingga dengan cara ini, kurva lelang (Bid Curve) WTP dari pengunjung terhadap besarnya harga tiket masuk PSG-3 apabila terjadi
WTP terhadap Harga Tiket PSG-3
kenaikkan harga tiket dapat tergambar pada Gambar 8.
25000 20000 15000 Series1 10000 5000 0 0
20
40
60
80
100
120
Jumlah Responden
Gambar 8. Dugaan Bid Curve WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3
7.1.2
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Responden Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 apabila terjadi kenaikan harga dianalisis dengan membuat model persamaan regresi berganda WTP responden Pengunjung PSG-3. Dalam model ini nilai penawaran (bid) WTP responden menjadi variabel tak bebas (dependent variable) yang diduga dipengaruhi oleh sebelas variabel bebas (independent variable). Sebelas variabel bebas tersebut terdiri dari sepuluh variabel yang juga dijadikan variabel bebas dalam model permintaan wisata PSG-3 ditambah dengan frekuensi kunjungan ke PSG-3 dalam satu tahun terakhir (PPSG-3). Analisis WTP responden pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 dilakukan dengan metode regresi stepwise agar dihasilkan model regresi linear terbaik Iriawan dan Astuti (2006) menjelaskan bahwa pembuatan model terbaik dengan metode regresi stepwise merupakan salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi linear berganda yang variabel prediktornya saling berkoreasi. Dalam regresi stepwise, analisis pembuatan model terbaik dilakukan dengan menambahkan variabel satu per satu. Pemilihan variabel yang pertama kali dimasukkan kedalam model didasarkan pada variabel prediktor (variabel bebas) yang memiliki korelasi terbesar dengan variabel respons (variabel tak bebas). Tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan variabel prediktor yang memiliki korelasi terbesar kedua dengan variabel respons. Tahap ini diulang terus hingga semua variabel masuk kedalam model. Metode regresi stepwise, dalam pengerjaannya apabila ada dua variabel prediktor yang saling berkorelasi maka hanya salah satu variabel yang
dimasukkan kedalam model. Pemilihan variabel yang dimasukkan berdasarkan variabel prediktor yang memiliki korelasi lebih besar dengan variabel respons Karena kemungkinan ada variabel yang saling berkorelasi, maka tidak semua variabel prediktor dalam hasil analisis regresi stepwise masuk dalam model. Hal ini disebabkan variabel lain yang memiliki korelasi lebih besar dengan variabel respons sudah mewakilinya. Penyelesaian model WTP responden pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 dengan regresi stepwise menghasilkan hasil analisis sebagai berikut (Tabel 15): Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Pulau Situ Gintung-3 Predictor Constant PP LM
Coefisient 5.380 1.562 -366 R-Sq: 45,01% Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009 Keterangan: * Signifikan pada Taraf Nyata 1% ** Signifikan pada Taraf Nyata 5%
T 6,53 7,94 -2,60
P 0,000* 0,000* 0,011**
Uji normalitas, non-multikolinearitas, homoskedastisitas dan nonautokorelasi juga dilakukan pada model ini agar model yang diperoleh memiliki kriteria
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Pengujian model tersebut
menunjukkan hasil bahwa model sudah memenuhi kriteria BLUE yaitu model bersifat normal, non-multikolinearitas, homoskedastisitas dan non-autokorelasi. Hasil regresi berganda model WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 ini memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 45,01 %. Hal ini berarti bahwa 45,01 % keragaman WTP pengunjung PSG-3 dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yang digunakan, dan sisanya 54,99 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Analisis regresi berganda fungsi WTP
pengunjung PSG-3 menghasilkan model fungsi WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 sebagai berikut: WTPPSG-3 = 5.380 + 1.562PP - 366 LM + ei
Berdasarkan analisis regresi model WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3, maka dapat dianalisis bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 apabila terjadi kenaikan harga adalah sebagai berikut: Pendapatan Pengunjung (PP)
Pendapatan pengunjung adalah pendapatan yang diterima dalam waktu satu bulan yang terdiri dari penghasilan tetap dan
penghasilan sampingan.
Pendapatan bagi responden pelajar dan mahasiswa adalah uang saku yang diperoleh setiap bulannya dan pendapatan lain jika ada (seperti beasiswa). Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa pendapatan pengunjung berpengaruh nyata terhadap WTP pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 pada taraf nyata 1%. Pendapatan pengunjung memiliki hubungan positif dengan besarnya WTP pengunjung, dimana jika semakin besar pendapatan pengunjung maka akan semakin besar pula WTP mereka terhadap besarnya harga tiket PSG-3 jika terjadi kenaikan harga tiket. Lama Mengetahui (LM)
Lama mengetahui keberadaan PSG-3 berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP pengunjung pada taraf 5%. Berdasarkan analisis regresi lama mengetahui keberadaan PSG-3 memiliki hubungan negatif (berbanding terbalik) dengan besarnya WTP pengunjung. Hal ini berarti semakin lama pengunjung mengetahui keberadaan PSG-3 maka besarnya WTP pengunjung akan semakin kecil. Sesuai
dengan hasil survei ketika dilakukan penelitian bahwa pengunjung yang mengetahui keberadaan PSG-3 lebih lama memiliki frekuensi kunjungan yang cukup sering ke PSG-3 (dapat dilihat pada Gambar 6). Kondisi ini menyebabkan mereka merasa keberatan jika kenaikan harga tiket PSG-3 terlalu besar, sehingga WTP mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan pengunjung dengan lama mengetahui yang lebih singkat dengan intensitas kunjungan ke PSG-3 yang lebih jarang. 7.2
Persepsi Pengunjung terhadap Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
7.2.1
Keindahan Alam
Pulau Situ Gintung-3 sebagai wisata alam yang memanfaatkan keindahan alam sebagai potensi utamanya menjadikan wisata ini harus terus berusaha mempertahankan keindahan alamnya agar dapat menjadi nilai jual tersendiri untuk wisata ini. Keindahan alam di PSG-3 mendapatkan penilaian yang baik dari responden pengunjung. Sebagian besar responden menilai bahwa keindahan alam di PSG-3 adalah indah (61% responden). Sebanyak 35% responden menilai keindahan alam di PSG-3 cukup indah, 3% responden menyatakan sangat indah dan hanya 1% responden yang menilai keindahan alam di PSG-3 dengan kurang indah. Persepsi responden pengunjung terhadap keindahan alam di PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 9.
1% 3% 35%
61% Sangat Indah
Cukup Indah
Indah
Kurang Indah
Gambar 9. Persepsi Responden terhadap Keindahan Alam PSG-3
7.2.2
Kemudahan Mencapai Lokasi
Kemudahan mencapai lokasi PSG-3 merupakan faktor pendukung seseorang untuk memutuskan melakukan kunjungan ke PSG-3. Sebanyak 49% responden menilai bahwa mudah untuk mencapai lokasi PSG-3, bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dapat mencari lokasi PSG-3 dengan mudah karena terdapat beberapa papan penunjuk jalan di sekitar jalan menuju PSG-3 yang dimulai dari depan jalan raya Kampung Utan, Ciputat. Sedangkan bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, dari depan jalan raya Kampung Utan, Ciputat dapat dengan mudah mencapai lokasi PSG-3 dengan menggunakan jasa ojek. Sebanyak 33% responden yang lain menilai bahwa sangat mudah untuk mencapai lokasi PSG-3, sedangkan 18% responden menilai bahwa cukup mudah untuk mencapai lokasi PSG-3. Persepsi responden terhadap kemudahan mencapai lokasi PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 10.
18% 33%
49% Cukup Mudah
Mudah
Sangat Mudah
Gambar 10. Persepsi Responden terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi PSG-3
7.2.3
Sistem Tata Ruang
Berdasarkan Gambar 11 di bawah, dapat terlihat bahwa persepsi responden terbanyak (48% responden) terhadap sistem tata ruang di PSG-3 menilai bahwa sistem tata ruang di PSG-3 adalah kurang baik. Responden menilai bahwa tempat wisata PSG masih harus merapihkan sistem tata ruang dan letak bangunan yang
terdapat di dalam kawasan wisata PSG-3. Sebanyak 39%
responden lain menilai bahwa sistem tata ruang di PSG-3 adalah cukup baik, 8% responden menilai baik dan 5% responden lainnya menilai sangat baik untuk sistem tata ruang PSG-3.
8%
5%
48%
39%
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
Gambar 11. Persepsi Responden Terhadap Sistem Tata Ruang
7.2.4
Kelengkapan Fasilitas
Sebanyak 2% responden menilai fasilitas yang ada di PSG-3 sudah lengkap, 38% berpendapat bahwa fasilitas di PSG-3 cukup lengkap dan sebanyak 60% responden menilai bahwa fasilitas di PSG-3 masih kurang lengkap. Responden menginginkan adanya tambahan fasilitas berupa saung untuk tempat kumpul keluarga, tempat-tempat duduk, kantin, tempat bermain anak dan toilet. Respoden yang datang bersama rombongan menginginkan mushola diperbesar agar dapat menampung pengunjung yang ingin sholat lebih banyak, tambahan jumlah aula dan wisma serta pengembangan wisata air dan wisata outbound. Persepsi responden terhadap kelengkapan fasilitas PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 12. 2% 38%
60%
Cukup Lengkap
Kurang Lengkap
Lengkap
Gambar 12. Persepsi Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas PSG-3
7.2.5 Kondisi Keamanan
Gambar 13 memperlihatkan bahwa sebanyak 53% responden yang berkunjung ke PSG-3 menilai bahwa situasi keamanan di PSG-3 cukup aman. Selama berkunjung ke PSG-3 responden tidak pernah mengalami gangguan keamanan. Sebanyak 39% responden lainnya menilai bahwa situasi di PSG-3 sudah aman dan 8% responden berpendapat bahwa situasi keamanan di PSG-3
kurang aman. Hal ini dikarenakan pengunjung menilai bahwa tidaknya adanya petugas keamanan (satpam) di dalam PSG-3 menyebabkan rasa kurang aman.
8% 39%
53%
Kurang Aman
Cukup aman
Aman
Gambar 13. Persepsi Responden Terhadap Kodisi Keamanan PSG-3
7.2.6
Kondisi Kebersihan
Gambar 14 menunjukkan bahwa sebanyak 66% responden menyatakan bahwa kondisi di PSG-3 cukup bersih, 29% responden menyatakan kondisi di PSG-3 bersih dan 5% lainnya menyatakan kurang bersih. PSG-3 dalam menjaga kondisi kebersihan didalamnya memiliki petugas kebersihan yang terdiri dari pekerja laki-laki dan perempuan. Pekerja laki-laki bertanggungjawab terhadap kebersihan area kebun. Sedangkan untuk pekerja perempuan mengurus kebersihan toilet, wisma, aula dan jalanan di dalam PSG-3. Jalanan di dalam PSG-3 dibersihkan oleh pekerja perempuan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari sebelum loket dibuka dan pada siang hari untuk selalu menjaga kondisi kebersihan di dalam PSG-3. Pengelola dalam rangka menjaga kondisi kebersihan di PSG-3 juga menyediakan cukup tong sampah yang diletakkan pada titik-titik strategis yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Bedasarkan pengamatan peneliti selama
melakukan penelitian, kesadaran pengunjung PSG-3 akan kebersihan masih kurang baik. Pengunjung meninggalkan sampah yang mereka hasilkan setelah mereka melakukan kegiatan di PSG-3, sampah sisa pengunjung kerap ditemukan di saung, aula dan area tempat duduk-duduk.
Gambar 14. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Kebersihan PSG-3
7.3
Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3
Pengunjung sebagai konsumen tempat wisata merupakan pihak yang paling perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pengembangan tempat wisata. Kepuasan pengunjung akan menjadi nilai jual tersendiri bagi pengelola dalam mempromosikan tempat wisata. Pengunjung Pulau Situ Gintung-3 juga memiliki harapan atau keinginan dalam pengembangan tempat wisata PSG-3 yang perlu diperhatikan oleh pengelola agar kedepannya tempat wisata ini dapat berkembang menjadi tempat wisata yang berkelanjutan dan dapat terus meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung. Harapan pengunjung terhadap pengembangan tempat wisata PSG-3 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16.
Harapan Pengunjung Terhadap Pengembangan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 Harapan Pengembangan Persentase (%) Penambahan jumlah kantin
15,87
Penambahan fasilitas tempat-tempat duduk dan saung
17,99
Penambahan fasilitas arena bermain anak
9,52
Penambahan dan perawatan fasilitas toilet dan kamar mandi
10,58
Pengembangan atraksi outbound
11,65
Perluasan mushola
13,23
Pengembangan wisata air
12,17
Mempertahankan suasana hijau dan keasrian tempat wisata
8,99
Total
100,00
Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009
Tabel 16 menunjukkan bahwa untuk pengembangan tempat wisata PSG-3 harapan pengunjung paling banyak (17,99% harapan) menginginkan adanya penambahan fasilitas tempat-tempat duduk dan saung. Penambahan tempattempat duduk dan saung sangat diharapkan oleh pengunjung yang datang dengan keluarga dan berkelompok bersama teman agar dapat lebih menikmati kebersamaan mereka selama berada di PSG-3. Sebanyak 15,87% harapan dari pengunjung menginginkan adanya penambahan jumlah kantin di dalam PSG-3. Walau banyak pengunjung yang sudah membawa makanan dari luar PSG-3, namun jumlah kantin saat ini yang baru ada satu unit dan satu unit tempat jajan dirasa masuh kurang oleh pengunjung, sehingga penambahan jumlah kantin merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan oleh pengelola PSG-3. Pengunjung mengharapkan adanya penambahan fasilitas toilet dan kamar mandi terutama bagi pengunjung yang menginap. Perawatan dan kebersihan toilet serta kamar mandi juga memerlukan perhatian khusus, terlebih ketika hari libur dengan jumlah pengunjung yang padat kerap dijumpai permasalahan kebersihan
toilet. Pengunjung juga menginginkan adanya perluasan bangunan mushola yang dirasa masih kurang besar sehingga tidak cukup menampung pengunjung dalam jumlah banyak. Keinginan untuk perluasan bangunan mushola diinginkan oleh pengunjung sebanyak 13.23%. Pengunjung (sebanyak 12,17%) juga menginginkan adanya pengembangan fasilitas wisata air seperti sepeda air dan perahu wisata yang sudah ada saat ini. Pengembangan wisata air ini merupakan nilai tambah bagi PSG-3 yang juga memanfaatkan Situ Gintung sebagai daya tarik tempat wisata ini. Penelitian ini dilakukan tepat sebelum terjadinya musibah jebolnya tanggul Situ Gintung. Jebolnya tanggul menyebabkan Situ Gintung menumpahkan lebih dari dua juta meter kubik air ke pemukiman penduduk yang terletak di bawah tanggul, hal ini menyebabkan danau mengering dan hanya menyisakan sedikit air pada cekungancekungan kecil yang terdapat di dasar danau. Kondisi ini mengakibatkan PSG-3 yang memanfaatkan Situ Gintung sebagai area wisata air menjadikan wisata air tidak dapat berjalan untuk sementara waktu. Namun kejadian ini tidak merusak area tempat wisata PSG-3 yang teletak pada permukaan tanah yang lebih tinggi dari danau, sehingga kegiatan wisata di PSG-3 dapat terus berjalan (lihat Gambar 15). Kebijakan pemerintah dalam menangani hal ini adalah merenovasi tanggul dan memperbaiki kodisi situ karena Situ Gintung memiliki arti yang sangat penting sebagai daerah resapan air dan sebagai pengendali banjir di wilayah Jabotabek. Seiring berjalannya waktu ketika tanggul sudah selesai diperbaiki maka air situ akan terisi kembali dan kegiatan wisata air di PSG-3 dapat kembali normal.
Gambar 15. Peta Lokasi Situ Gintung Sumber: www. situgintung.com Box 1. Kejadian Jebolnya Tanggul Situ Gintung Jumat , 27 Maret 2009 ketika waktu subuh belum datang tanggul Situ Gintung yang dibuat pada periode tahun 1932-1933 jebol setelah sehari sebelumnya hujan deras dengan intensitas yang cukup lama mengguyur kota Tangerang Selatan dan sekitarnya. Diduga tanggul tidak mampu menahan debit air di danau Situ Gintung yang meninggi usai didera hujan deras. Jebolnya tanggul menyebabkan Situ Gintung memuntahkan air bah yang menerjang pemukiman masyarakat. Kejadian ini menyebabkan ratusan rumah rusak dan puluhan nyawa melayang. Menurut literatur dari harian Kompas yang terbit sabtu 28 Maret 2009, kronologi dari kejadian jebolnya tanggul Situ Gintung adalah sebagai berikut: •
10 Juli 2008, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane mengadakan
pertemuan dengan warga Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, untuk menjelaskan rencana rehabilitasi Situ Gintung guna mengembalikan fungsinya sebagai tampungan air. •
26 Maret 2009 pukul 14.00, terjadi hujan deras disertai angin.
•
26 Maret 2009 pukul 16.00, hujan disertai butiran es melanda wilayah
selatan Jakarta mengakibatkan air Situ Gintung penuh.
Box 1. Lanjutan • 26 Maret 2009 pukul 23.00, warga mulai mendengar suara gemuruh dari arah tanggul di Situ Gintung. Sejumlah warga mulai berbenah karena takut tanggul akan jebol. • 27 Maret 2009 pukul 00.00-01.00, tanggul disisi Utara mulai retak. • 27 Maret 2009 pukul 03.00-04.00, tanggul yang dijadikan jembatan yang dibuat Belanda pada tahun 1930-an tidak mampu menahan air dan akhirnya jebol. Air bah menerjang Rt.02, Rt.03, Rt.04 yang berada di Rw.08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cirendeu, Ciputat. • 27 Maret 2009 pukul 04.00, air mulai meninggi, warga mulai mengungsi.
Box 2. Penyebab Jebolnya Tanggul Situ Gintung Harian Kompas yang terbit Senin 6 April 2009 membahas peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung. Bersumber dari Litbang Kompas yang diolah dari BPPT, pada surat kabar tersebut diulas bahwa secara alami Jakarta dan sekitarnya terletak di dataran rendah yang relatif rata. Air akan mengisi ceruk-ceruk rendah yang membentuk situ alami dan membasahi rawa disekitarnya. Air rawa naik saat musim hujan dan surut saat musim kemarau. Kemudian, tanggul dibuat untuk mengatur tata air, membendung luapan air yang menggenangi rawa dan tanah rendah, sekaligus mengeringkan rawa-rawa. Situ menjadi tempat penampungan air, perikanan dan tempat rekreasi. Akan tetapi, tanggul menyimpan energi potensial dari tekanan air. Karena pertumbuhan pemukiman yang tak terkendali, kawasan rendah yang semula adalah rawa-rawa yang dikeringkan berubah menjadi pemukiman. Kawasan ini sangat rawan karena terletak di balik tanggul dan lebih rendah dari permukaan air situ (banyaknya pemukiman penduduk yang menjamur di sekitar situ juga merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya luasan situ). Ketika tanggul gagal membendung air akibat berbagai faktor (berbagai faktor yang turut andil dalam kegagalan tanggul antara lain tanggul yang kurang kokoh, kerusakan dan kebocoran tanggul, tingginya curah hujan yang menambah volume dan tekanan air serta gerusan air hujan yang melongsorkan tanah tanggul), energi potensial air situ terlepas dan meluluhlantahkan apa saja yang dilaluinya. Kawasan rendah dibalik tanggul adalah yang paling rawan terkena terjangan air bah situ.
Box 2. Lanjutan
Berkurangnya luasan situ sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan situ untuk menampung air juga disebut sebagai salah satu penyebab musibah ini. Luasan Situ Gintung yang semula seluas 31 hektar mengalami
penyempitan sehingga saat ini hanya seluas 21,4 hektar. Seperti
menurut pembahasan pada harian Kompas edisi Senin 6 April 2009 yang menyatakan bahwa banyaknya pemukiman penduduk yang menjamur di sekitar situ merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya luasan situ. Maka peneliti mencoba menganalisis pengaruh keberadaan PSG-3 terhadap luasan situ yang mana area PSG-3 tepat terletak di bibir situ. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak pengelola PSG-3 dan pihak Kelurahan Cirendeu diketahui bahwa kawasan wisata PSG-3 tidak pernah menambah luasan areanya (dengan cara melakukan reklamasi pada area situ) yang dapat menyebabkan berkurangnya luasan situ. Sehingga dengan kata lain keberadaan PSG-3 tidak turut andil dalam menyebabkan penyempitan luasan Situ Gintung.
Box 3. Efek Jebolnya Tanggul Situ Gintung terhadap PSG-3 Peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung menyebabkan air yang biasa tertampung di Situ Gintung praktis mengering. Kondisi ini menghilangkan keindahan panorama Situ Gintung yang menjadi salah satu daya tarik objek wisata PSG-3. Hal ini juga mengakibatkan kegiatan wisata air terhenti untuk sementara waktu. Kondisi Situ Gintung sebelum dan sesudah terjadinya jebolnya tanggul dapat dilihat pada Gambar 16. Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Musibah 27 Maret 2009 Sebelum
Sesudah
Gambar 16. Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Jebolnya Tanggul
Box 4. Rencana Pemerintah Pasca Jebolnya Tanggul Situ Gintung Pasca musibah jebolnya tanggul Situ Gintung, pemerintah yang dalam hal ini melimpahkan penanganan perbaikan Situ Gintung kepada Departemen Pekerjaan Umum (PU) mencoba merumuskan rencana untuk memperbaiki kondisi Situ Gintung. Setelah kejadian, Departemen PU mendatangkan tim ahli termasuk teknisi ahli dari Jepang untuk meninjau kondisi Situ Gintung agar dapat mengkaji penyelesaian terbaik bagi masalah ini dan disain yang bagus untuk tanggul yang sudah rusak. Para pakar hidrologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), limnologi, dan geoteknik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa terkait dengan rencana Departemen PU untuk merehabilitasi tanggul Situ gintung yang jebol maka pasca bencana Situ Gintung akan diubah menjadi situ dengan ukuran yang lebih kecil selain itu diperlukan pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, penataan ulang wilayah di sekitar situ serta aspek 5
pengawasan dan pemeliharaan yang berkesinambungan.
Kepala Bidang Mitigasi Bencana BPPT Sutopo Purwo Nugroho mengemukakan bahwa tanggul yang baru akan dibuat lebih rendah dan menjorok ke hulu. Implikasinya, luas genangan dan volume air di situ itu akan lebih kecil. Pembangunan ditargetkan selesai sekitar Oktober 2009. Sutopo juga mengatakan bahwa pembangunan situ harus melihat fungsinya sebagai daerah konservasi sumber daya air dan lingkungan yang cukup trategis, karena itu sebaiknya di bekas area waduk tersebut dibangun sistem pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, meliputi
upaya
mengkonservasi
dan
mendayagunakan
sumber
daya
air,
pengendalian daya rusak air, serta membangun sistem informasi yang terdiri dari 6
stasiun5 hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, dan sistem peringatan dini.
Sebanyak 11,65% harapan dari pengunjung menginginkan adanya pengembangan dari atraksi outbound yang sudah ada. PSG-3 dengan brand wisata alam dan outbound dapat menjadikan atraksi outbound sebagai daya tarik 5 &6
Dikutip dari Koran Kompas tanggal 7 April 2009. Hal.14.
tersendiri bagi tempat wisata ini, sehingga diharapkan permintaan akan wisata ini akan semakin meningkat mengingat kegiatan outbound merupakan kegiatan yang dilakukan secara rombongan. Penambahan fasilitas arena bermain anak juga menjadi harapan dari pengunjung PSG-3. Sebanyak 9,52% harapan dari pengunjung menginginkan adanya penambahan fasilitas di arena bermain anak seperti penambahan fasilitas ayunan dan perosotan untuk bermain anak. Keinginan pengunjung untuk adanya penambahan fasilitas arena bermain anak dikarenakan banyaknya pengunjung PSG-3 yang datang bersama keluarga dan turut serta membawa anak-anak mereka, sehingga permintaan akan adanya penambahan fasilitas pada arena bermain anak cukup banyak. Terakhir, sebanyak 8,99% harapan dari pengunjung menginginkan PSG-3 sebagai wisata alam dapat mempertahankan “suasana hijau” dan keasrian tempat wisatanya, dengan mempertahankan suasana hijau dan keasrian tempat wisata maka akan dapat menambah kenyamanan pengunjung yang datang ke PSG-3.
VIII. DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 TERHADAP EKONOMI DAN LINGKUNGAN 8.1
Dampak Ekonomi dari Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Masyarakat Sekitar
Keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) sedikit banyak telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar PSG-3. Adanya PSG-3 cukup menyerap tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari penduduk sekitar lokasi PSG-3. Selain itu, dengan adanya PSG-3 juga memberikan tambahan pendapatan bagi pedagang makanan yang berjualan di dan sekitar PSG-3 serta bagi tukang ojek yang mendapat tambahan pendapatan dari hasil mengangkut penumpang yang ingin berkunjung ke PSG-3. Dampak ekonomi keberadaan wisata PSG-3 terhadap masyarakat sekitar tempat wisata dianalisis dengan melihat pendapatan masyarakat sekitar dengan dan tanpa adanya PSG-3. Pendapatan rata-rata masyarakat sekitar dengan dan tanpa adanya PSG-3 yang dihitung dengan menggunakan rumus 1 pada Bab.IV, dapat diamati pada Tabel 17. Tabel 17. Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Dengan dan Tanpa Adanya Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 No Kelompok Pendapatan Rata-rata /Bulan Peningkatan Pekerjaan (Rupiah) Pendapatan Dengan PSG-3 Tanpa PSG-3 (Rupiah) 1 Pekerja Wisata a.Petugas Kebersihan 375.000 75.000 300.000 b.Petugas Maintenance 783.333 300.000 483.333 2 Pedagang Makanan 1.300.000 400.000 900.000 3 Tukang Parkir 1.500.000 0 1.500.000 4 Tukang Ojek 2.263.333 1.923.333 340.000 Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009
Tabel 17 menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata masyarakat sekitar PSG-3 mengalami peningkatan dengan adanya PSG-3. Peningkatan pendapatan
rata-rata paling besar didapat oleh kelompok pekerjaan tukang parkir yaitu sebesar Rp 1.500.000,00. Peningkatan pendapatan yang sangat besar pada kelompok pekerjaan tukang parkir ini disebabkan karena masyarakat yang berada pada kelompok pekerjaan tukang parkir tidak memiliki pendapatan dari sumber lain, sehingga dengan adanya PSG-3 menjadi mata pencaharian dan sumber penghasilan utama bagi mereka. Kelompok
pekerjaan
pedagang
makanan
mengalami
peningkatan
pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp 900.000,00. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas maintenance mengalami peningkatan pendapatan masing-masing sebesar Rp 300.000,00 dan Rp 483.333,00 sedangkan pada kelompok pekerjaan tukang ojek keberadaan PSG-3 menyebabkan kenaikan pendapatan rata-rata bagi mereka sebesar Rp 340.000,00. Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sekitar juga akan dapat terlihat perbedaannya berdasarkan kontribusi atau proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya PSG-3 terhadap pendapatan total. Mengamati proporsi pendapatan tersebut maka dapat diketahui apakah dengan keberadaan PSG-3 menjadikan pendapatan dalam masyarakat menjadi usaha pokok, cabang usaha atau hanya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat. Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat sekitar dengan adanya PSG-3 (dihitung dengan menggunakan rumus 2 pada Bab.IV) dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat Sekitar Dengan adanya Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Pendapatan Total No
1
Kelompok
Pendapatan Rata-rata /Bulan
Pekerjaan
(Rupiah)
Persentase Proporsi Pendapatan (%)
Pendapatan Total
Pendapatan dari Adanya PSG-3
a.Petugas Kebersihan
375.000
300.000
80
b. Petugas Maintenance
783.333
483.333
61,7
Pekerja Wisata
2
Pedagang Makanan
1.300.000
900.000
69,23
3
Tukang Parkir
1.500.000
1.500.000
100
4
Tukang Ojek
2.263.333
340.000
15,02
Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009
Tabel 18 di atas dapat memperlihatkan bahwa proporsi pendapatan ratarata masyarakat sekitar dengan adanya PSG-3 terhadap pendapatan total paling besar dihasilkan oleh kelompok pekerjaan tukang parkir. Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa masyarakat sekitar yang berada pada kelompok pekerjaan ini adalah masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan. Persentase proporsi pendapatan yang berasal dari dengan adanya PSG-3 yang diperoleh petugas kebersihan adalah sebesar 80%. Kontribusi pendapatan terhadap masyarakat sekitar yang berada pada kelompok pekerjaaan petugas kebersihan ini sangat besar mengingat petugas kebersihan terdiri dari petugas kebersihan lakilaki dan wanita. Beberapa petugas kebersihan laki-laki memiliki penghasilan lain di luar dengan keterlibatan mereka di PSG-3 sedangkan untuk petugas kebersihan wanita yang sebagian besar merupakan wanita dengan usia yang sudah cukup tua, walaupun hanya sebagai pekerja lepas namun pendapatan yang mereka dapat dari PSG-3 merupakan penghasilan utama karena mereka tidak memiliki sumber penghasilan lain. Bagi kelompok pekerjaan tukang parkir dan petugas kebersihan
penghasilan yang mereka dapat dengan adanya PSG-3 memberikan kontribusi sebagai usaha pokok. Kelompok pekerjaan lain yang dengan adanya PSG-3 memberikan proporsi yang cukup besar pada pendapatan mereka adalah kelompok pekerjaan petugas maintenance dan pedagang makanan. Pada kelompok pekerjaan pedagang makanan proporsi pendapatan yang didapat dari adanya PSG-3 adalah sebesar 69,23%. Petugas maintenance mendapatkan kontribusi sebesar 61,7% dari adanya PSG-3. Masyarakat sekitar yang berada pada kelompok pekerjaan ini walaupun sebagian besar menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama, namun ada juga yang memiliki penghasilan lain selain dari bekerja sebagai petugas
maintenance di PSG-3. Penghasilan yang didapat dengan adanya PSG-3 berkontribusi sebagai cabang usaha bagi kelompok pekerjaan pedagang makanan dan petugas maintenance. Proporsi pendapatan yang didapat oleh kelompok pekerjaan tukang ojek dari adanya PSG-3 tidaklah besar yaitu hanya sebesar 15,02%. Proporsi pendapatan yang diperoleh dari keberadaan PSG-3 oleh kelompok pekerjaan tukang ojek lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang mereka peroleh dari sumber lain (kurang dari 30% terhadap pendapatan total), sehingga pendapatan yang mereka peroleh dari keberadaan PSG-3 hanya memberikan kontribusi sebagai usaha sambilan bagi masyarakat pada kelompok pekerjaan tukang ojek. Pada kelompok pekerjaan tukang ojek, proporsi pendapatan yang mereka peroleh dari keberadaan PSG-3 tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan jumlah pengunjung PSG-3 yang menggunakan jasa ojek tidak terlalu banyak. Sebagian besar pengunjung yang datang ke PSG-3 lebih banyak yang membawa
kendaraan pribadi sehingga pengunjung yang menggunakan jasa ojek untuk menuju ke lokasi PSG-3 tidak cukup banyak. Selain itu, sebagian masyarakat sekitar yang berada pada kelompok pekerjaan ini tidak menjadikan pekerjaan ini sebagai sumber pendapatan utama, sebagian dari mereka mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan berwirausaha, menjadi tukang listrik dan sebagai tukang bangunan. Mereka memiliki penghasilan dari sumber lain yang mendatangkan pendapatan cukup besar daripada dari hasil menjadi tukang ojek. 8.2
Dampak Keberadaan Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar
Dampak adanya tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap lingkungan di dan sekitar kawasan lokasi PSG-3 dianalisis dengan persepsi multipihak (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar dan petugas Kelurahan Cirendeu). Dalam pelaksanaan penelitian, para responden diberi pilihan mengenai dampak keberadaan PSG-3 terhadap lingkungan. Pilihan-pilihan tersebut dibedakan menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif antara lain: menjaga keasrian lingkungan, menambah keindahan pemandangan dan membuat segar udara sekitar. Sedangkan pilihan dampak negatif keberadaan PSG-3 antara lain: menimbulkan polusi, menimbulkan ketidaknyamanan dan menimbulkan limbah dan sampah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak responden pengunjung, pekerja dan masyarakat sekitar memberikan persepsi bahwa keberadaan PSG-3 hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, hanya pihak Kelurahan yang memberikan persepsi bahwa keberadaan PSG-3 selain memberikan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Persepsi dari masing-
masing pihak mengenai dampak keberadaan PSG-3 terhadap lingkungan di dan sekitar PSG-3 dapat dilihat pada Gambar 17.
Persepsi Multipihak mengenai Dampak Wisata PSG-3 terhadap Lingkungan Sekitar
33.33%
D
0%
0% 0%
16.67% 16.67%
C
10% 19%
16.67% 36.67%
B
30% 34%
33.33% 46.67%
A
60% 47%
0%
10% Pengunjung
20% Pekerja
30% 40% Persentase Masyarakat sekitar
50%
60%
70%
Petugas Kelurahan
Gambar 17. Persepsi Multipihak mengenai Dampak Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3 terhadap Lingkungan Sekitar Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei, 2009 Keterangan: A: Menjaga Keasrian Lingkungan B: Menambah Keindahan Pemandangan C: Membuat Segar Udara Sekitar D: Menimbulkan Limbah dan Sampah
Gambar 17 memperlihatkan bahwa menurut multipihak (pengunjung, pekerja, masyarakat sekitar dan petugas kelurahan) dampak wisata PSG-3 terhadap lingkungan adalah menjaga keasrian lingkungan, menambah keindahan pemandangan, membuat udara menjadi segar dan dapat menimbulkan limbah dan sampah dari kegiatan wisata. Sebagian besar pihak memberikan penilaian bahwa adanya PSG-3 memberikan dampak positif bagi lingkungan di dan sekitar PSG-3.
Hanya pihak dari petugas Kelurahan yang memberikan penilaian bahwa keberadaan PSG-3 selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan yaitu menimbulkan limbah dan sampah walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Pihak pengunjung, pekerja dan masyarakat sekitar yang memberikan penilaian bahwa keberadaan PSG-3 memberikan dampak positif terhadap lingkungan yaitu paling besar menilai bahwa keberadaan PSG-3 dapat menjaga keasrian lingkungan (masing-masing persentase pilihan pihak yaitu 47%, 60% dan 46,67%), menambah keindahan pemandangan dan membuat segar udara sekitar. Pihak pengunjung, pekerja dan masyarakat sekitar memberikan penilaian bahwa keberadaan PSG-3 dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dikarenakan menurut mereka dengan adanya PSG-3 dapat mempertahankan kawasan hijau di lingkungan yang sudah padat akan bangunan dan pemukiman. Konsep wisata alam dengan aneka pepohonan yang dipertahankan oleh PSG-3 juga menjaga kesejukan iklim mikro lingkungan di dan sekitar PSG-3. Pihak Kelurahan Cirendeu memberikan penilaian sebanyak 42,86% bahwa keberadaan PSG-3 dapat menjaga kelestarian lingkungan. Sebanyak masingmasing 14,29% penilaian dari pihak Kelurahan juga menyatakan bahwa dengan adanya PSG-3 dapat menambah keindahan pemandangan dan membuat udara menjadi segar. Selain itu, pihak Kelurahan juga menilai (sebanyak 28,56%) bahwa keberadaan PSG-3 memberikan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu dapat menimbulkan limbah dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan wisata di tempat tersebut. Limbah dan sampah tersebut yang menurut pihak Kelurahan juga dalam
jumlah yang tidak cukup banyak dapat mengotori lingkungan sekitar tempat wisata dan juga Situ Gintung yang mengelilingi area tempat wisata PSG-3.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1
Kesimpulan
1. Fungsi permintaan Pulau Situ Gintung-3 berdasarkan hasil analisis regresi poisson adalah: PPSG-3 = exp(1,635 – 3,45E-05BP – 0,004JT + 0,086LM + ei). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3 dan jarak tempuh. Faktor biaya perjalanan dan jarak tempuh memiliki pengaruh negatif terhadap frekuensi kunjungan ke PSG-3 (permintaan wisata PSG-3), sedangkan faktor lama mengetahui keberadaan PSG-3 berpengaruh secara positif terhadap permintaan PSG-3. 2. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan, hal ini berarti pengunjung masih mendapatkan kelebihan manfaat ketika melakukan kunjungan ke PSG-3. Surplus konsumen juga mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih dapat membayar harga tiket lebih tinggi dari harga tiket saat ini. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai manfaat atau nilai ekonomi sebesar Rp 3.373.130.755,00 3. Berdasarkan analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap harga tiket PSG-3 diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk PSG-3 sampai taraf harga Rp 8.577,00 asalkan tempat wisata PSG-3 dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola PSG-3 melakukan pengembangan wisata serta penambahan fasiltas wisata.
4. Pulau Situ Gintung-3 sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Pekerja wisata yang terdiri dari petugas kebersihan dan petugas maintenance masing-masing mengalami peningkatan pendapatan sebesar Rp 300.000,00 dan Rp 483.333,00 per bulannya. Selain pekerja wisata, peningkatan pendapatan juga dialami oleh masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai pedagang makanan yaitu sebesar Rp 900.000,00, tukang ojek sebesar Rp 340.000,00 serta tukang parkir yang mengalami peningkatan pendapatan per bulan sebesar Rp 1.500.000,00. 9.2
Saran
1. Nilai manfaat atau nilai ekonomi wisata Pulau Situ Gintung-3 yang besar mengimplikasikan bahwa sumber daya alam dan lingkungan yang dimanfaatkan sebagai objek wisata memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sehingga harus dijaga kelestarian dan keberlanjutannya, oleh sebab itu pengelola PSG-3 dalam hal pengembangan dan pengelolaan tempat wisata PSG-3 harus sesuai dengan kaidah pengelolaan ekowisata agar dapat mempertahankan nilai sumber daya alam dan lingkungan yang dimilikinya disamping keberlanjutan penghasilan perusahaan. 2. Harga tiket masuk Pulau Situ Gintung-3 masih dapat dinaikan hingga tingkat maksimum keinginan membayar pengunjung, yaitu dari harga tiket awal sebesar Rp 5.000,00 menjadi Rp 8.577,00. Namun kebijakan menaikkan harga tiket masuk juga harus diimbangi dengan pengembangan tempat wisata sesuai dengan harapan pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai analisis kelayakan investasi pengembangan tempat wisata PSG-3 dengan tingkat harga tiket yang baru.
3. Keberadaan tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 yang memberikan dampak positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar diharapkan pengelola dapat terus memberdayakan masyarakat sekitar agar tujuan wisata berkelanjutan dapat diraih. Selain itu, masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan wisata di PSG-3 perlu juga diberikan pelatihan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka agar dapat menambah kemampuan mereka untuk turut serta mensukseskan tujuan perusahaan. 4. Tempat wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan keterbatasan luas wilayah secara keilmuan memiliki daya tampung (carrying capacity) yang ideal. Karena keterbatasan penulis, penelitian ini tidak
memasukkan
carryng capacity
PSG-3 dalam lingkup penelitiannya, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti tingkat carrying capacity yang sesuai untuk PSG-3.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Definisi/Pengertian Danau, Macam/Jenis & Fungsi Danau Di Indonesia - Belajar Geografi. Dalam http://www.organisasi.org/definisipengertian-danau-macam-jenis-fungsi-danau-diindonesia-belajar-geografi. [09 Februari 2009]. Anonim. 2008. About Us. Situs Pulau Situ Gintung. www.situgintung.com/ index_files/Page350. htm. [28 November 2008]. Creel, M dan J.B Loomis. 1990. Theoritical and Empirical Advantages of Truncated Count Data Estimators for Analysis of Deer Hunting in California. American Journal of Agricultural Economics. Hal.434-431. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Istilah Pariwisata. Balai Pustaka. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Balai Pustaka. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1982. Konsep Pola Pengembangan Wisata Alam. Direktorat Jenderal Perlindungan dan Pengawetan Alam Departemen Kehutanan. Cipayung. Dewi, R.K. 2005. Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Dixon, J.A. 1991. Pilihan Kebijaksanaan yang Dipilih Untuk Produksi dan Penggunaan Kayu Bakar di Filipina dalam Dixon dan Hufschmidt. Teknik Penilaian Ekonomi terhadap Lingkungan. Terjemahan. UGM Press. Yogyakarta. Ernah. 2004. Analisis Permintaan dan Nilai Manfaat Ekonomi Taman Wisata Alam Laut Gili Matra Nusa Tenggara Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa S. Zain. Erlangga. Jakarta. Gunawan. 2009. ’Situ-situ Rusak Mengepung, BPPT: Enam Situ Berpotensi Kebencanaan’. Koran Kompas. 6 April 2009. Hal.1. Haab, T.C. dan McConnell, K.E. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Economic of Non-Market Valuation. Edward Elgar. USA. Hanley, N dan Spash, C.L. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. Edward Elgar Publishing. USA.
Hufschmidt, M.M., D.E. James., A.D. Meister., B.T. Bower dan J.A. Dixon. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan: Pedoman Penilaian Ekonomis. Penerjemah, Sukanto R. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Iriawan, N. dan Astuti, S.P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi. Yogyakarta. Kompas. 7 April 2009. Hal.14. ‘Pasca Bencana Situ Gintung Jangan diperkecil’ Kompas. 28 Maret 2009. Hal 1. ‘Petaka Dini Hari’ Mardalis. 2004. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta. Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yayasan Agro Ekonomika. Yogyakarta. Pangemanan, A.P. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Rosen, H.S. 1999. Public Finance. The McGraw-Hill Companies. New York. Sixt Edition. Sari, D. 2007. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Objek Wisata Air Panas Gunung Salak Endah dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sevilla, CG, J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Unarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah, Alimuddin T. Universitas Indonesia. Jakarta. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. Makalah. ntb.litbang.deptan.go.id/2002/MU/strategioptimasi.doc. [02 Juli 2009] Suasani, P.S. 2008. Persepsi Multipihak dan Dampak Sosial Ekonomi Pengelolaam Kampung Wisata Cinangneng (KWC) terhadap Masyarakat Sekitar. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sulaiman. W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS. Andi Offset. Yogyakarta. Sundayani, Lina. 2004. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s2 2004sundayanil1260&width=300&PHPSESSID=735f99a341908093de36 c5a6ffb df67c. [28 April 2009]
Supranto, J. 2001. Statistik, Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta. Syakya. 2005. Analisis Willingness to Pay (WTP) dan Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Lampuuk di Nangroe Aceh Darussalam. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Syaukani. 2006. Wisata Alam, Otonomi Daerah, PAD. Dalam situs Sinar Harapan. www.sinarharapan.co.id/berita/0405/06/nas06.html. [11 Maret 2009 ]. Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1990. www.telukwondama. go.id / contents/uu_no5_th_1990.htm. [28 November 2008]. Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier. Burlington. Wijayanti, P. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian terhadap Pengunjung KUISIONER PENELITIAN
No Responden:......... Tanggal:..................... Kuisioner ini digunakan untuk penelitian Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan oleh Tri Firandari, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Petanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjawab hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata di bawah ini. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Terimakasih atas kesediaannya. Keterangan : PSG-3 = Pulau Situ Gintung-3 A.DATA RESPONDEN 1. Nama:.................................................... *NoTelp/HP:....................................... 2. Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan 3. Umur:................Tahun 4. Pendidikan Terakhir: a. SD d. Akademi/Diploma b. SLTP e. Perguruan Tinggi (S1) c. SLTA f. Pasca Sarjana (S2/S3) 5. Status Perkawinan: a. Menikah b. Belum Menikah Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga?............ orang. 6. Berapakah jumlah tanggungan keluarga anda?................orang 7. Tempat tinggal: a. Propinsi : b. Kabupaten/Kodya : c. Kecamatan : d. Desa/Kelurahan : 8. Jarak dari tempat tinggal ke Tempat Wisata Pulau Situ Gintung-3? (bisa dengan pendekatan lama dan kecepatan perjalanan) a. Kurang dari 10 km d. 60 km sampai 100 km b. 10 km sampai 30 km e. Lebih dari 100 km c. 30 km sampai 60 km 9. Pekerjaan pokok: a. Pegawai Negeri Sipil/ BUMN e. Ibu Rumah Tangga b. TNI/ABRI f. Pensiunan c. Pegawai Swasta g. Buruh/pabrik d. Pengusaha/Wirasawasta h. Pelajar/Mahasiswa
e. Petani
i. Lain-lain (sebutkan)...............
11. Berapa jumlah hari kerja anda dalam satu minggu? a. 5 hari c. 7 hari b. 6 hari B. PENDAPATAN 1. Berapa pendapatan anda per-bulan? a. Kurang dari 500 ribu e. Antara 3 juta s/d 4 juta b. Antara 500 ribu s/d 1 juta a. Antar 4 juta s/d 5 juta c. Antara 1 juta s/d 2 juta f. Lebih dari 5 juta d. Antara 2 juta s/d 3 juta g. Lainnya: Rp....................... (Jika anda pelajar/mahasiswa, data diatas merupakan uang saku rata-rata perbulan) 2. Jika anda mempunyai pendapatan sampingan, berapakah jumlah setiap bulannya? a. Kurang dari 500 ribu e. Antara 3 juta s/d 4 juta b. Antara 500 ribu s/d 1 juta a. Antar 4 juta s/d 5 juta c. Antara 1 juta s/d 2 juta f. Lebih dari 5 juta d. Antara 2 juta s/d 3 juta g. Lainnya: Rp....................... C. BIAYA REKREASI 1. Kendaraan yang anda gunakan untuk datang ke tempat ini? a. Kendaraan umum c. Kendaraan pribadi,jenis.................... b. Kendaran sewa/carteran d. Kendaraan milik instansi 2. Jika anda menggunakan kendaraan pribadi/kendaraan sewa/kendaraan milik instansi. Biaya transportasi yang anda keluarkan pulang-pergi adalah sebesar Rp..............per-Orang (Ongkos pulang-pergi merupakan biaya bahan bakar dan parkir) 3. Jika anda menggunakan kendaraan umum, berapa kali anda berganti kandaraan umum dari tempat tinggal anda ke tempat rekreasi ini?................kali. Biaya transportasi yang anda keluarkan pulang-pergi adalah sebesar? Rp......................per-Orang 4. Berapa biaya konsumsi (selain biaya transportasi dan biaya masuk kawasan wisata) seperti: biaya konsumsi dan biaya tak terduga, tapi tidak termasuk harga tiket masuk)? Biaya konsumsi: Rp...................per-Orang, biaya tak terduga: Rp...................per-Orang 5. Berapa lama anda berkunjung ke tempat rekreasi ini? a. satu hari (pulang-pergi) b. Menginap, selama........... hari 6. Jika menginap anda bermalam di? a. Tenda b. Wisma/penginapan/hotel c. Lain-lain...................... 7. Biaya yang anda keluarkan selama menginap adalah? Rp..................../hari 8. Jika anda melakukan kegiatan dokumentasi (misalnya fotografi,video shooting, dan lain- lain),biaya yang anda keluarkan untuk kegiatan ini adalah sebesar? Rp.................... 9. Adakah biaya-biaya lain yang anda keluarkan selama melakukan kegiatan di PSG-3?
a. Ya b. Tidak Jika ada, sebutkan besarnya: a. Sewa tenda/tempat, Rp...................................... b. Sewa perahu/sepeda air, Rp....................................... c. Lain-lain: (sebutkan) ..................................................., Rp....................................... ..................................................., Rp....................................... D. MOTIVASI KUNJUNGAN 1. Anda datang kesini: a. sendiri b. Kelompok (..........Orang) c. Rombongan/Keluarga/Instansi tertentu (............Orang) 2. Kedatangan anda ketempat ini merupakan: a. Tujuan utama b. Tempat persinggahan Jika tempat ini merupakan persinggahan, kemana tujuan utama anda?.......................... 3. Apa tujuan utama anda datang ke tempat ini: a. Berekreasi c. Pendidikan b. Penelitian d. Lain-lain, sebutkan........................................ 4. Apakah sebelumnya anda pernah datang ke tempat ini? a. Ya b. Tidak Jika ya, berapa kali anda sudah datang?................kali 6. Yang mendorong anda datang ke tempat ini adalah? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Untuk memperoleh kesegaran pikiran setelah beraktivitas b. Untuk memperoleh kesegaran jasmani c. Ingin melihat objek-objek yang menarik d. Untuk mendapat pengalaman baru e. Untuk mendapatkan inspirasi f. Untuk menyelesaikan tugas g.lain-lain (sebutkan): ............................................................................................................ 6. Berapa lama anda melakukan rekreasi di PSG-3? a. 2 jam b 3 jam c. 4 jam d. 5 jam e. 6 jam g. 7 jam lainnya (sebutkan)............................. 7. Selama satu tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PSG-3? ............kali 8. Selama dua tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PSG-3? ............kali 9. Selama lima tahun terakhir, sudah berapa kali anda berkunjung ke PSG-3?
............kali E. WAKTU LUANG 1. Apakah yang biasanya anda lakukan pada waktu luang? a. Berekreasi e. Menyalurkan hobi b. Mendaki gunung f. Tinggal di Rumah
c. Ke Pantai g. Lain-lain........................................ d. Berolahraga 2. Anda melakukan rekreasi pada waktu: a. Libur/cuti c. Tidak mesti hari libur b. Akhir pekan F. INFORMASI 1.Apakah anda sudah mengetahui wisata Pulau Situ Gintung-3 (PSG-3) sebelumnya? a. Ya b. Tidak jika ya, sudah berapa lama anda mengetahui tempat wisata PSG-3? ............tahun 2. Anda mengetahui tempat ini dari: a. Teman/keluarga d. Radio b. surat kabar/majalah e. Televisi c. Brosur f. Lain-lain................................................ 3. Apakah anda berkeinginan untuk kembali ke tempat ini pada waktu yang akan datang? a. Ya b. Tidak 4. Jika ya, apa yang menyebabkan anda ingin datang kembali ke tempat ini? a. Letaknya dekat dari tempat tinggal b. Biaya rekreasinya murah c. Tempatnya indah dan menarik d. Lain-lain................................ G. WISATA ALTERNATIF 1. Tempat rekreasi seperti apakah yang biasanya anda kunjungi? a. Pegunungan d. Adventure (petualangan) b. Pantai e. Lainnya........................ c. Taman hiburan/bermain 2. Selain ke PSG-3, kemanakah tempat alternatif rekreasi anda? a. Ancol e Taman Safari b. Dunia Fantasi f. Anyer c. Kebun binatang Ragunan g. Lainnya..................... d. Puncak 3. Adakah tempat wisata alternatif lain yang sejenis dengan PSG-3 yang menjadi alternatif wisata alam anda selain di PSG-3? a. ada b. tidak Jika ada, berapa jumlahnya...........sebutkan............................................................... H. PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP KEADAAN LINGKUNGAN, SARANA DAN PRASARANA DI KAWASAN WISATA ALAM PULAU SITU GINTUNG 1. Bagaimana kemudahan dalam mencapai lokasi ini? a. Sangat mudah b. mudah c. cukup mudah e. Sulit 2. Secara umum, keindahan alam di sekitar tempat wisata ini menurut anda: a. Sangat Indah c. Cukup indah b. Indah d. Kurang indah 3. Sistem tata ruang di kawasan ini: a. Sangat baik d. Kurang baik b. Baik e. Buruk
c. cukup Baik 4. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat ini: a. Sangat lengkap c. Cukup lengkap b. lengkap d. Kurang lengkap 5. Keadaan keamanan di tempat ini: a. Sangat aman c. Cukup aman b. aman d. Kurang aman 6. Keadaan kebersihan di tempat ini: a. Sangat bersih c. Cukup bersih b. Bersih d. Kurang bersih 7. Bagaimanakah menurut anda kondisi lingkungan di dan sekitar kawasan wisata PSG-3 dengan adanya wisata PSG-3 ini? a. menjaga keasrian lingkungan b. menambah keindahan pemandangan c. membuat segar udara sekitar d. menimbulkan polusi e. menimbulkan ketidaknyamanan f. menimbulkan limbah dan sampah g.lLainnya (sebutkan):........................................................................................................... Willingness To Pay 1. Menurut anda harga tiket masuk di tempat wisata PSG-3 tergolong? a. Murah B. Sedang c. Mahal Skenario
Wisata alam PSG-3 masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Usaha pengembangan tempat wisata PSG-3 memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan tempat wisata. Karena sumber pendapatan pengelola berasal dari penjualan tiket masuk wisata, maka untuk usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikan harga tiket masuk. 2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia untuk membayar tiket masuk yang lebih mahal dari harga tiket awal untuk pengembangan dan perawatan wisata serta pelestarian ekosistem dan lingkungan tempat wisata PSG-3? Ya Tidak Jika jawaban anda ’Ya’, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya 3. Berapa harga tiket maksimum yang bersedia anda bayarkan untuk pengembangan dan perawatan wisata serta pelestarian ekosistem dan lingkungan tempat wisata PSG-3? Rp.6.000 Rp.9.000 a. Rp.20.000 Rp.7.000 Rp.10.000 lainnya Rp.........
Rp.8.000 Rp.15.000 4. Apa sarana yang menurut anda sebaiknya dibangun atau dikembangkan di wisata PSG-3? (jawaban boleh lebih dari satu) 1…………………………………………………………… 2…………………………………………………………… 3…………………………………………………………… 4...........................................................................................
Terimakasih atas kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas amal kebaikan anda,, Amin..
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Stepwise WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3 Stepwise Regression: BID versus BP, PP, ... Alpha-to-Enter: 0.05
Alpha-to-Remove: 0.05
Response is BID on 12 predictors, with N = 97
Step Constant
1 3951
2 5380
PP T-Value P-Value
1632 8.13 0.000
1562 7.94 0.000
LM T-Value P-Value
-366 -2.60 0.011
S R-Sq R-Sq(adj)
2717 41.05 40.43
2638 45.01 43.84
Regression Analysis: BID versus PP, LM The regression equation is BID = 5380 + 1562 PP - 366 LM
Predictor Constant PP LM
Coef 5380.4 1561.6 -366.1
SE Coef 823.9 196.7 140.7
S = 2638.11 R-Sq = 45.0% Analysis of Variance Source sRegression Residual Error Total
Source PP LM
DF 1 1
T 6.53 7.94 -2.60
P 0.000 0.000 0.011
VIF 1.0 1.0
R-Sq(adj) = 43.8%
DF SS 2 535464160 94 654205943 96 1189670103
MS 267732080 6959638
Seq SS 488342317 47121843
Durbin-Watson statistic = 1.81910
F 38.47
P 0.000
Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3 Probability Plot of RESI1 Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20
-0.01859 0.6873 97 0.075 >0.150
10 5 1 0.1
-2
-1
0 RESI1
1
2
3
Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009 Lampiran 4. Hasil Uji Homoskedastisitas Model WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket PSG-3 Residuals Versus the Fitted Values (response is BID) 12500 10000
Residual
7500 5000 2500 0 -2500 -5000 8500
9000
9500 Fitted Value
Sumber: Pengolahan Data Primer Oleh Penulis, 2009
10000
10500
Lampiran 5. Statistik d Durbin-Watson (Taraf nyata: 5%) n 15 30 45 50 60 70 75 90 95 100
k=1 dL dU 1.08 1.36 1.35 1.49 1.48 1.57 1.50 1.59 1.55 1.62 1.58 1.64 1.60 1.65 1.63 1.68 1.64 1.69 1.65 1.69
Sumber: Supranto, 2001
k=2 dL 0.95 1.28 1.43 1.46 1.51 1.55 1.57 1.61 1.62 1.63
dU 1.54 1.57 1.62 1.63 1.65 1.67 1.68 1.70 1.71 1.72
k=3 dL dU 0.82 1.75 1.21 1.65 1.38 1.67 1.42 1.67 1.48 1.69 1.52 1.70 1.54 1.71 1.59 1.73 1.60 1.73 1.61 1.74
k=4 dL dU 0.69 1.97 1.14 1.74 1.34 1.72 1.38 1.72 1.44 1.73 1.47 1.73 1.51 1.74 1.57 1.75 1.58 1.75 1.59 1.76
k=5 dL dU 0.56 2.21 1.07 1.83 1.29 1.78 1.34 1.77 1.41 1.77 1.44 1.77 1.49 1.77 1.54 1.78 1.56 1.78 1.57 1.78
Lampiran 6. Atraksi Wisata Pulau Situ Gintung-3 Outbound
Wisata Air
Lampiran 7. Sarana Pulau Situ Gintung-3
Tempat Cuci Tangan
Aula
Arena Kontes Burung Perkutut
Camping Ground
Arena Tempat Bermain Anak
Lapangan Tenis