ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsipprinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabelvariabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1.340.709.910.
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN H44052011
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Rani Aprilian H44052011
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun 1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007/2008.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama. 4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB. 7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus. 8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy, Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42 untuk kebersamaannya selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .......................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
v
KATA PENGANTAR..........................................................................
vi
DAFTAR ISI.........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiii
I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 1.3. Tujuan ................................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian...................................................
1 5 7 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
9
2.1. Pariwisata ............................................................................ 2.2. Rekreasi............................................................................... 2.3. Bentuk-Bentuk Pariwisata................................................... 2.4. Taman Wisata Alam............................................................ 2.5. Barang Publik...................................................................... 2.6. Penilaian Manfaat Ekonomi................................................ 2.7. Permintaan Wisata .............................................................. 2.8. Willingness To Pay.............................................................. 2.9. Regresi Poisson ................................................................... 2.10. Pendugaan Surplus Konsumen.......................................... 2.11. Penelitian Terdahulu .........................................................
9 10 11 13 14 15 16 20 21 22 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................
26
3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik........................ 3.2. Permintaan Wisata .............................................................. 3.3. Metode Biaya perjalanan..................................................... 3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen................ 3.5. Kerangka Operasional.........................................................
26 26 28 29 29
IV. METODE PENELITIAN..............................................................
34
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 4.2 Metode Pengambilan Contoh............................................... 4.3 Pengolahan Data................................................................... 4.4 Pendugaan Surplus Konsumen............................................. 4.5 Hipotesis Penelitian..............................................................
34 34 35 37 38
V. GAMBARAN UMUM.....................................................................
39
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis.............................................. 5.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung.............. 5.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung .......................... 5.4 Potensi Biotik Kawasan ....................................................... 5.5 Obyek Wisata .......................................................................
39 41 42 43 44
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG ................................................................
45
6.1 Karakteristik Responden ...................................................... 6.1.1 Umur ..................................................................... 6.1.2 Daerah Asal........................................................... 6.1.3 Tingkat Pendidikan ............................................... 6.1.4 Pekerjaan ............................................................... 6.1.5 Tingkat Pendapatan............................................... 6.1.6 Cara Kedatangan ................................................... 6.1.7 Jumlah Rombongan............................................... 6.1.8 Alat Transportasi................................................... 6.1.9 Sumber Informasi Lokasi...................................... 6.1.10 Lama Mengetahui Lokasi.................................... 6.1.11 Tujuan Wisata ..................................................... 6.1.12 Lama Kunjungan................................................. 6.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ..................... 6.2 Persepsi Pengunjung ............................................................ 6.2.1 Keamanan.............................................................. 6.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ............................... 6.2.3 Pelayanan Pengelola.............................................. 6.2.4 Penyediaan Sarana Informasi................................ 6.2.5 Aksesibilitas .......................................................... 6.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ................................... 6.2.7 Kualitas Udara....................................................... 6.2.8 Tingkat Kebisingan ...............................................
45 45 46 47 47 48 49 50 51 52 53 54 54 55 57 57 58 59 60 61 62 63 64
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN ................................................................................
65
7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model .............. 7.1.1 Fungsi Permintaan Wisata .................................... 7.1.2 Interpretasi Model ................................................. 7.2 Surplus Konsumen ...............................................................
65 65 68 74
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................
78
8.1 Kesimpulan .......................................................................... 8.2 Saran.....................................................................................
78 79
IX. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
81
LAMPIRAN..........................................................................................
84
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen).........................................................................
3
Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data ..........................................
38
Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008 -April 2009 ..............................................................................
41
4.
Hasil Analisis Regresi Poisson ...............................................
66
5.
Perhitungan Surplus Konsumen..............................................
75
6.
Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009 ........
76
2. 3.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007..................
2
2.
Klasifikasi valuasi non-market................................................
16
3.
Kurva Permintaan Wisata .......................................................
17
4.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata ...........
20
5.
Total Surplus Konsumen.........................................................
23
6.
Surplus Konsumen ..................................................................
29
7.
Alur Kerangka Pemikiran .......................................................
33
8.
Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 .............................................................................
45
Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................
46
Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
47
Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
48
Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................
49
Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
50
Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009................................................................
51
Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 .........................
52
Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
53
Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
53
Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
54
Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ..............................................
55
Sebaran Jarak Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
56
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
21.
Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ........................................................
57
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009 ..........................................
58
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 ..................................
58
24.
Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung....................................
59
25.
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009 ..........................
60
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009.........................
61
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009.......................................
62
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009 .........................................
63
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009 ...................................
64
Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009............................
64
22. 23.
26. 27. 28. 29. 30.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel ............................
85
2.
Hasil Olah Data Setelah Pengujian Variabel ..........................
87
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi
tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008). Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang mempunyai dampak multidimensi (Lumaksono, 2009). Menurut Yoeti (2008), dengan melihat pertumbuhan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa, cukup meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap memberikan yang terbaik bagi perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor pariwisata.
4797.9 6000 5000
5345.98
4521.9
4447.98
4037.32
4000 Juta US $ 3000
Devisa
2000 1000 0
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007 Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun 2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$
5,3
milyar.
Kenaikan
ini
disebabkan
karena
meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan, sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa, 2002). Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi primadona dalam penerimaan devisa negara. Sektor pariwisata
memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor. Tabel 1.
Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen) Sumber devisa 1999 2000 2001 2002
Migas
40,8
47,2
45,8
46,8
Pariwisata
19,6
18,9
19,6
19,5
Tekstil
14,3
11,9
11,6
11,9
Garmen
15,9
15,4
16,2
15,0
Kayu Lapis
9,4
6,5
6,8
6,8
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Sebagai upaya pencapaian kondisi tersebut, diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang berperan langsung dalam menangani pengelolaan sumberdaya alam yang ada di
wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari tempat wisata tersebut. Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung. Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi dan daya tarik yang beragam seperti panorama alam yang indah, danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara pegunungan. Objek rekreasi yang terdapat di TWA Situ Gunung tersebut tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana konsumsi yang
dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan lain sejenisnya. 1.2.
Perumusan Masalah Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan
negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan. Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan melestarikan potensi wisata yang dimilikinya. Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek pengembangan wisata berbasis alam di provinsi ini merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan daerah1. Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan suatu objek wisata. Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut. Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut 1
Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal .http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung?
2.
Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata terhadap TWA Situ Gunung?
3.
Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang publik?
1.3.
Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1.
Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ Gunung.
2.
Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan menggunakan metode biaya perjalanan.
3.
Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung berdasarkan nilai
surplus
konsumen
yang
diperoleh
pengunjung
berdasarkan metode biaya perjalanan. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1.
Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang belum memiliki nilai pasar.
2.
Bahan
pertimbangan
bagi
pengelola
dalam
menentukan
upaya
pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung. 3.
Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum.
4.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method).
2.
Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik sumberdaya alam yang dimilikinya.
3.
Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama periode tertentu.
4.
Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang sama dengan pengunjung pada saat penelitian.
5.
TWA Situ Gunung dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata responden.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pariwisata Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990
tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu: 1.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.
2.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
4.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab (1992) yaitu
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Menurut Sabda (2003) faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah : (1) dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ketempat lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi.
Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi : 1.
Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2.
Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
3.
Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempattempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.
2.2.
Rekreasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah
penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain sebagai berikut (Pangemanan, 1993): 1.
aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud positif dari rekreasi.
2.
rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan macam dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan.
3.
rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang.
4.
rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan sosial.
2.3.
Bentuk-bentuk Pariwisata Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk
tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut : 1.
menurut jumlah orang yang bepergian a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang bepergian. b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat hubungan-hubungan
tertentu
kemudian
melakukan
perjalanan
bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu tour yang diorganisir oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta. 2.
menurut maksud bepergian a. pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi.
b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran (fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain. c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini memerlukan
persyaratan-persyaratan
tertentu
seperti
misalnya
kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas. d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain ski dan mendaki gunung. e. pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup pertemuanpertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli cenderamata dan lain-lain.
3.
menurut alat transportasi a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api) b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau) c. pariwisata dirgantara
4.
menurut letak geografis a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang terbatas dalam suatu negara tertentu. b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu negara ke negara lain di dunia.
5.
menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata dewasa.
6.
menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan pariwisata wanita.
7.
menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata.
2.4.
Taman Wisata Alam Pengertian Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Taman Wisata Alam adalah Kawasan Pelestarian Alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut : 1.
mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik,
2.
mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam,
3.
kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
2.5.
Barang Publik Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi
siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005). Selanjutnya Aristo (2005) menyatakan bahwa barang publik memiliki dua sifat atau dua aspek yang terkait dengan penggunaannya, yaitu :
Non-rivalry. Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan
satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang diperoleh orang lain.
Non-excludable. Sifat non-excludable barang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang
publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut sebagai pure public goods atau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut. 2.6.
Penilaian Ekonomi Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah
Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut : VALUASI NON-MARKET
Tidak Langsung (Revealed WTP)
Travel Cost Method, Hedonic Pricing Random Utility Model
Langsung (Expressed WTP)
Contingent Valuation Contingent Choice Random Utility Model
Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market Sumber : Fauzi, 2006
2.7.
Permintaan Wisata Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain2 :
1.
Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut :
2
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm . Diakses: 8 February, 2009.
P
P
P1 P2
X1 X2
X
a.Faktor Harga terhadap Permintaan
P2
P1
P1
X1
X2
X
b.Faktor Nonharga terhadap Permintaan
Gambar 3. Kurva Permintaan Wisata Sumber: Ariyanto, 2004
Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva permintaan. Pada panel a, perubahan
sepanjang
kurva
permintaan
berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva
permintaan
akan
bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan–perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga. Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri. 2.
Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
3.
Psikologi, lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah3: 1.
Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang, begitupula sebaliknya.
2.
Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika dianggap menguntungkan.
3.
Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4.
Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5.
Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
3
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm . Diakses: 8 February, 2009.
6.
Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).
7.
Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling
melengkapi,
apabila
dikaitkan
dengan
pariwisata
barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan.
Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut ini : -
IRASIONAL (dorongan bawah sadar)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan)
-
RASIONAL (dorongan yang disadari) -
lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga tingkah laku prestise tiruan dan mode pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku) perasaan-perasaan keagamaan hubungan masyarakat dan promosi pariwisata iklan dan penyebaran informasi pariwisata kondisi ekonomi (faktor pendapatan dan biaya) sumber-sumber wisata (asset wisata)(alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial dan lainlain) fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi). fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain). kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul). susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi) situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya). keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain).
Gambar 4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata Sumber : Wahab, 2003
2.8.
Willingness To Pay Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi
bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu,
digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi, 2006). Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi didefinisikan
sebagai
pengukuran
jumlah
maksimum
seseorang
ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan, dengan
menggunakan
pengukuran
ini,
nilai
ekologis
ekosistem
dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang dapat diterima atau reasonable harus memenuhi syarat : 1.
WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif.
2.
Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.
3.
Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya. Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus
diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006). 2.9.
Regresi Poisson Pada umumnya analisis regresi menggunakan variabel respon yang
merupakan variabel random kontinu dan berdistribusi normal, tetapi bisa saja variabel respon yang digunakan adalah variabel diskrit dan berdistribusi Poisson.
Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi Poisson. Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang rumit, antara lain : 1.
Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif
2.
Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh
3.
Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan
metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun, sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif.. 2.10. Pendugaan Surplus Konsumen Surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan (Nicholson, 2002). Surplus konsumen mengukur manfaat yang diterima konsumen dari
partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga. Gambar 5 menunjukkan supply barang X terhadap individu sebanyak 0x1. Nilai marjinal X adalah 0P1. Guna membeli 0x1 barang X, pengeluaran uang adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat 0P1AX1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X1, yaitu daerah 0DAX1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah yang diarsir DAP1 dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al., 1987). Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu, surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987). D
Surplus Konsumen
Harga barang X tiap satuan
Garis Harga A P1 0
Gambar 5.
X1
Banyaknya satuan barang X
Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga
Sumber: Hufschmidt, 1987
2.11. Penelitian Terdahulu
Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1 persen. Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih. Supriyatna (2004) menduga permintaan dan surplus konsumen pengunjung Taman Wisata Danau Lido dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan metode kontingensi. Pendugaan fungsi permintaan dilakukan melalui Individual Travel Cost Method, pengolahan data dianalisis melalui regresi Linear Berganda. Peneliti mencoba membandingkan nilai WTP yang diperoleh berdasarkan metode kontingensi dan metode biaya perjalanan. Berdasarkan hasil analisis diketahui rata-rata kesediaan membayar pengunjung dengan metode kontingensi adalah sebesar Rp 5.288,00 sedangkan dengan metode biaya perjalanan diperoleh Rp 41.462,00 per orang. Nilai manfaat rekreasi tahunan berdasarkan pendekatan
biaya perjalanan Rp 1.473.094.600,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp 202.530.400. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika dibandingkan dengan pendekatan kontingensi. Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp 34.000,00. Adapun variabelvariabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan, pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari. Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada alat analisis. Alat analisis yang digunakan penulis untuk menentukan fungsi permintaan wisata adalah analisis regresi poisson.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods) Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia
sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut. Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu sumberdaya alam. 3.2.
Permintaan Wisata Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian,
yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu. Clawson dan Knetsch (1975), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, yaitu :
1.
Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata, b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata, c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan, d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya, e) rata-rata waktu luang dan alokasinya, f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi.
2.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah: a) keindahan dan daya tarik, b) intensitas dan sifat pengelolaannya, c) alternatif pilihan tempat wisata lain, d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial, e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.
3.
Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah: a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat wisata, b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan, c) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata,
d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik. 3.3.
Metode Biaya Perjalanan Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk
mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan (proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung (pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan berdasarkan pengelompokan zona. Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method karena lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah tersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya
perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu. (Turner et al, 1994). 3.4.
Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima
individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan (Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku. Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut : Harga P1
P0
E0 hx
0
Kuantitas X per periode
X0 Gambar 6. Surplus Konsumen Sumber: Nicholson, 2002
Pada harga P0 konsumen ini meminta sebesar X0 seperti ditunjukkan oleh kurva permintaan hx. Jika harga naik ke P1 (mengurangi konsumsi X ke kuantitas nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P1E0P0 untuk menjaga kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen. 3.5.
Kerangka Operasional Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap
pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di
sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir konflik. Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya. Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada wisata sumber daya alam. Peluang besar terhadap pasar yang dimiliki, hingga saat ini dirasa belum dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara bijaksana, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dari sisi sumberdaya alam. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga diperlukan dari sisi kewilayahan. Selain itu, dari sisi sumber daya manusia diperlukan peningkatan kualitas yang memadai, dengan demikian optimalisasi pemanfaatan potensi diharapkan dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
yang
dicirikan
oleh
tingginya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan. Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders)4. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya, ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan5. Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut. Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria non rivalry and non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya tersebut menjadi optimum. 4
Profil Kabupaten Sukabumi. http://ppkipm.sukabumikab.net/?pilih=hal&id=2. Diakses: 4 September, 2009 5 Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil regresi biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi pengunjung maka dapat diestimasi fungsi permintaan TWA Situ Gunung. Selanjutnya, dari estimasi tersebut maka dapat diduga nilai surplus konsumen pengunjung. Pada akhirnya, nilai manfaat ekonomi dapat diduga dengan mengalikan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dengan total kunjungan selama periode tertentu. Alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 7 berikut.
Taman Wisata Alam Situ Gunung
Tujuan pelestarian
Tujuan wisata
Jasa lingkungan sebagai barang publik
Potensi wisata
Belum optimalnya pengelolaan TWA Situ Gunung Secara Ekonomi
Analisis secara ekonomi TWA Situ Gunung
Belum diketahui karakteristik dan persepsi pengunjung
Analisis Deskriptif
Belum diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata
Analisis Regresi Poisson
Karakteristik dan persepsi pengunjung
Pendugaan Surplus Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata
Rekomendasi Pengelolaan dan Pengembangan Tempat Wisata
Keterangan : Di luar Ruang Lingkup Penelitian Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran
Belum diketahui nilai manfaat ekonomi
Nilai manfaat ekonomi tempat wisata
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TWA Situ Gunung yang terletak di kaki Gunung
Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa di kawasan tersebut memiliki beragam sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai suatu obyek wisata. Adapun pengambilan data primer dilakukan selama selang waktu ± 2 bulan, yaitu dari awal bulan April sampai akhir bulan Mei 2009. 4.2.
Metode Pengambilan Contoh Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau judgmental sampling
yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap pengunjung TWA Situ Gunung. Adapun kriteria yang dikehendaki adalah pengunjung berusia di atas 15 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Respoden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Angka tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) yaitu : η=
N 1+ Ne2
Keterangan : η
= ukuran sampel,
N
= ukuran populasi,
e
=
diinginkan
nilai
kritis
(persen
(batas
ketelitian)
kelonggaran
yang
ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Menurut data yang diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung, jumlah kunjungan rata-rata pada periode Mei 2008-April 2009 terhadap lokasi wisata tersebut adalah sebesar 2.385 orang. Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan batas kesalahan sebesar 10%. Pengunjung yang datang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil kelompoknya. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : 1.
karakteristik pengunjung seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, motivasi kunjungan dan cara kedatangan.
2.
daerah asal,
3.
banyaknya kunjungan rekreasi yang dilakukan,
4.
total biaya rekreasi yang dikeluarkan oleh tiap individu,
5.
penilaian pengunjung terhadap kawasan dan pelayanan seperti lokasi, kebersihan, kualitas lingkungan, fasilitas rekreasi, keamanan, maupun pelayanan dan informasi dari pengelola.
Data sekunder yang diperlukan meliputi karakteristik TWA Situ Gunung seperti sejarah dan status kawasan, luas kawasan, lokasi, keadaan fisik, potensi wisata, fasilitas penunjang dan lain sebagainya yang didapat dari studi literatur. 4.3.
Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan Stata 9 dan kemudian digunakan untuk membentuk model regresi
poisson. Pendugaan kunjungan ke TWA Situ Gunung dapat dilakukan dengan Individual Travel Cost Method tiap individu per tahun kunjungan, yaitu : Y =
b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10 +b11D1+b12D2+ b13D3+ei
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9. b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, dan X10. b11, b12, b13 = Koefisien regresi untuk faktor D1, D2, D3. Parameter yang diharapkan: b1, b6, b7, b10 < 0, b2, b3, b4, b5, , b8, b9 . b11, b12, b13 > 0 dimana: Y
=
Jumlah kunjungan ke lokasi TWA Situ Gunung dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian (tahun 2009) dengan kata lain frekuensi kunjungan per tahun.
b0
=
Konstanta
X1
=
Biaya perjalanan individu ke lokasi TWA Situ Gunung (rupiah per orang).
X2
=
Pendapatan responden (rupiah per tahun).
X3
=
Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun).
X4
=
Umur responden (tahun).
X5
=
Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi (orang).
X6
=
Jarak tempuh dari tempat tinggal, jarak yang ditempuh dari tempat keberangkatan (km).
X7
=
Waktu tempuh dari tempat keberangkatan hingga kembali ke tempat asal (jam).
X8
=
Waktu yang dihabiskan responden di lokasi wisata (jam).
X9
=
Pengetahuan pengunjung mengenai tempat wisata yang dituju. Dihitung berdasarkan jangka waktu responden mengetahui tempat wisata tersebut (tahun).
X10
=
Jumlah tanggungan pengunjung (orang).
D1
=
Dummy daya tarik lokasi yang menyebabkan pengunjung ingin melakukan kunjungan kembali atau tidak, dimana semakin baik respon pengunjung maka semakin sering seseorang untuk melakukan kunjungan lagi ke lokasi ini. Daya tarik dikategorikan menjadi : ingin berkunjung kembali (1) dan tidak ingin berkunjung kembali (0).
D2
=
Dummy
status
hari
pengunjung
melakukan
wisata,
yang
dikategorikan dimana hari libur (0) dan hari biasa (1). D3
=
Dummy jenis kelamin, dimana laki-laki dikategorikan (1) dan perempuan (0).
ei 4.4.
=
Error term.
Pendugaan Surplus Konsumen Setelah mengetahui fungsi permintaan maka kita dapat mengukur surplus
konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula : WTP ≈ Consumer Surplus =
Y2 2b1
dengan Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i dan b1 adalah koefisien dari biaya perjalanan (Fauzi, 2006). 4.5.
Hipotesis Penelitian
1.
Biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
2.
Pendapatan, umur, jumlah rombongan, lamanya kunjungan wisata dan lama mengetahui lokasi diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
3.
Jenis kelamin, daya tarik dan status hari diperkirakan dapat berpengaruh nyata terhadap kunjungan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Keterkaitan dalam metode penelitian ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data Metode Jenis Metode No Tujuan Pengambilan Data Analisis Data Sampel Data Primer, Purposive sampling Data sekunder
1
Karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung
2
Faktor-faktor yang mempengaruhi Data permintaan wisata Primer ke TWA Situ Gunung
3
Nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung
Purposive sampling
Data Primer, Purposive sampling Data sekunder
Analisis Deskriptif
Metode Biaya Perjalanan
Surplus Konsumen
V. GAMBARAN UMUM 5.1.
Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai luas 120 Ha. Secara
administrasi pemerintahan, tempat wisata ini terletak di Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis berada pada koordinat 106o 54’ 37” - 106o 55’ 30” BT dan 06o 39’ 40” – 06o 41’ 12” LS. TWA Situ Gunung terletak di kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian antara 950-1.150 meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya sebagian kecil datar dan sebagian besar berbukit. Adapun curah hujan di area ini berkisar antara 3.500- 4.000 mm pertahun dengan 106 - 187 hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar 16 - 28oC dengan kelembaban rata-rata 84%. Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Situ Gunung dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu : 1.
Jakarta – Bogor – Cisaat – Situ Gunung yang jaraknya mencapai 123 km.
2.
Bandung – Sukabumi – Cisaat dengan jarak kurang lebih 108 km. Lokasi TWA Situ Gunung dapat dicapai dengan mudah. Adapun sarana
yang tersedia untuk menuju lokasi tersebut salah satunya yaitu kendaraan umum dengan trayek Kadudampit - Cisaat. Jarak tempuh dari Cisaat ke Situ Gunung kurang lebih 7 km. Jalan menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan jalan aspal yang dapat dilalui baik oleh kendaraan roda dua, kendaraan roda empat maupun bus atau truk. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Situ Gunung antara lain adalah sebagai berikut :
-
pasanggrahan yang tersedia sebanyak empat buah dan sebuah aula yang dapat menampung lebih dari 200 orang
-
bumi perkemahan seluas 5 Ha di bawah tegakan hutan damar
-
kantor pusat informasi dan pelayanan
-
jalan setapak dibuat dengan maksud untuk memperlancar dan sekaligus memberikan petunjuk bagi wisatawan tentang potensi yang ada dalam kawasan, karena itu jalan setapak ini dibuat sebagai penghubung tempattempat yang mempunyai potensi dan atraksi wisata
-
kafetaria, menyediakan dan melayani kebutuhan makanan dan minuman
-
kios cindremata diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli kenangkenangan
-
shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam
-
fasilitas lainnya yaitu berupa tempat parkir, mushola, MCK, taman bermain dan teater alam TWA Situ Gunung adalah salah satu tempat wisata di Sukabumi yang
menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental. Jika mengunjungi tempat wisata ini, bukan hanya pemandangan indah yang ditawarkan, tetapi sekaligus rute tracking melewati membelah bukit dan pinggir danau. Berbagai sumberdaya alam yang dimiliki oleh tempat wisata tersebut sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi TWA Situ Gunung merupakan tempat wisata yang cukup banyak diminati. Tabel 3 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung selama periode Mei 2008- April 2009.
Tabel 3.
Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Peeriode Mei 2008April 2009
Bulan (2008)
Jumlah Kunjungan (orang)
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1851 2377 3142 2560 706 7131 1486 2206
Bulan (2009) Januari Februari Maret April
Jumlah Kunjungan 1963 1098 2469 1630
TOTAL
28619
Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa yaitu Rp 6.500,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.500,00, kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp 2.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya Rp 6.000,00. Selain itu, TWA Situ Gunung menyediakan fasilitas akomodasi berupa wisma yang disewakan. Tarif wisma dibedakan berdasarkan luasan, antara lain Wisma Standar dengan tarif Rp 300.000,00, Wisma Deluxe dikenakan tarif Rp 450.000,00, dan Aula dengan tarif sewa Rp 700.000,00. Di samping itu, untuk fasilitas outbond dikenakan tarif sebesar Rp 500.000,00. 5.2.
Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung TWA Situ Gunung merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama adalah untuk pariwisata dan rekreasi alam. Situ Gunung ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 6411/Kpts/Um/1975 tanggal 27 November 1975. Pada tanggal 4 Juni 1990 SK Dirjen tersebut dicabut/diganti dengan SK Mentri Kehutanan No. 184/kptsII/1990. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut maka disusunlah Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan selama lima tahun (1997-2001) yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990 hak pengusahaannya telah diserahkan kepada Perum Perhutani unit III Jawa Barat. 5.3.
Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung Telaga Situ Gunung dibangun pada tahun 1817 oleh Rangga Jagat
Syahadana yang lebih dikenal dengan nama Embah Jalun (1770-1841) sebagai perwujudan rasa bahagia dan bangga karena dikaruniai seorang anak laki-laki yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangannya. Rangga Jagat Syahadana adalah seorang pejuang keturunan keluarga Raja Mataram yang berhaluan keras dalam menentang penjajah Belanda, kemudian beliau meninggalkan Mataram untuk bergabung dengan para pejuang dari Banten. Pada tahun 1808 Rangga Jagat Syahadana tiba di Cirebon dan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari daerah Kuningan. Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu tahun 1810 di Sumedang dan tahun 1840 di Sukabumi. Pada penangkapan terakhir Belanda memutuskan hukuman gantung padanya di sebuah lapangan yang sekarang menjadi alun-alun Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Berkat kesaktian yang dimilikinya, akhirnya beliau dapat melepaskan diri dan memutuskan untuk pergi ke Banten dengan meninggalkan anak dan istrinya. Namun, karena perjalanan yang sulit serta usia yang sudah lanjut akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal
dunia di Bogor pada tahun 1841. Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih secara paksa oleh Belanda dan dibangun kembali pada tahun 1850. Di kawasan tersebut pernah dibangun suatu perhotelan dengan nama Hotel Situ Gunung yang saat ini sudah tidak ada. 5.4.
Potensi Biotik Kawasan Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan habitat dari berbagi jenis
flora dan fauna, antara lain :
Flora Taman Wisata Alam Situ Gunung mempunyai keanekaragaman flora diantaranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsa), Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung (Vemonea arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx operculata), Lemo (Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona sureni), Riung anak (Castanopsis javanica), Walen (Ficus ribes), Merang (Hibiscus
surattensis),
Kipangung
(Trevesia
sondaica),
Kiputat
(Placchomia valida), Karembi (Homolanthus populnea), dan Manggong (Macaranga rizoides). Selain jenis-jenis tersebut terdapat pula jenis anggrek yang dilindungi diantaranya Anggrek Tanah Bunga Merah, Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga Kuning.
Fauna Fauna yang terdapat di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah 62 jenis satwa liar yang terdiri dari 41 jenis burung (11 jenis yang dilindungi) dan 21 jenis Mamalia (8 jenis dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi antara lain adalah Kucing hutan (Felis bengalensis), Anjing hutan (Cuon
alpinus), Owa (Hylobates moloch), Trenggiling (Manis javanica), Landak (Hystrix branchura), Surili (Presbytis comata), Kijang (Munticus muntjak) dan Kancil (Tragulus javanicus). Adapun jenis mamalia lainnya adalah Bajing, Monyet ekor panjang, Lutung dan Babi hutan. Jenis burung yang dilindungi di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah Elang Bondol (Haliastur Indus), Alap-alap (Accipiter virgatus), burung Sesep Madu (Aethopyga eximia), burung Kipas (Riphidura javanica), Cekaka (Halcyon chloris), burung Madu Kuning (Nectarinia jugularis), burung Madu Merah (Aethipiga sipraja), burung Madu Pipi Merah (Anthreptes singalensis), burung Cabe (Dicaeum trochileum). Sedangkan jenis burung lainnya antara lain Kutilang, Betet ekor panjang, Prenjak Tuwu, Emprit, Cipoh, Kepondang, Tulung Tumpuk dan ayam hutan. 5.5.
Obyek Wisata TWA Situ Gunung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup
beragam seperti panorama alam, flora dan fauna serta kualitas udara yang sejuk. Selain itu, TWA Situ Gunung memiliki obyek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, diantaranya yaitu : 1.
Danau Situ Gunung adalah sebuah telaga buatan yang luasnya sekitar 10 Ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon damar. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Danau Situ Gunung yakni menaiki perahu.
2.
Air terjun yang terdapat di kawasan TWA Situ Gunung adalah Curug Cimanaracun dan Curug Sawer.
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG 6.1.
Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri dari 69 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara berkelompok. 6.1.1. Umur Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah kaum muda yang berusia antara 18-25 tahun yaitu sebanyak 49%. Pengunjung yang usianya berkisar antara 26-33 tahun sebanyak 22%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 15% dan 14% sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun tersebut didominasi oleh pelajar. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.
15%
14% <18 tahun 18-25tahun 26-33 tahun
22%
>33 tahun 49%
Gambar 8.
Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.2. Daerah Asal Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh mereka yang berasal dari Sukabumi yakni sebesar 71%. Pengunjung yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 19%. Sisanya merupakan mereka yang datang dari daerah Bandung 8% dan dari daerah lainnya sebanyak 2%. Data tersebut disajikan dalam Gambar 9 berikut.
8%
2% 19%
Jakarta dan sekitarnya Sukabumi Bandung dan sekitarnya Lainnya
71%
Gambar 9.
Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang masih berasal dari Sukabumi merupakan konsumen potensial bagi tempat wisata ini. Hal tersebut bisa dikarenakan masih minimnya tempat wisata di wilayah Sukabumi sehingga banyak wisatawan yang menentukan pilihannya pada TWA Situ Gunung. Ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Situ Gunung masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari luar daerah Sukabumi.
6.1.3. Tingkat Pendidikan Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 43%. Pengunjung yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 23% dan SD sebanyak 1%. Sedangkan 33% sisanya berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka akan pentingnya menjaga keberlanjutan dari suatu sumber daya alam dan meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan dari TWA Situ Gunung dapat terus dijaga. Terkait dengan karakteristik tingkat pendidikan pengunjung TWA Situ Gunung, pengelola sebaiknya dapat menambah dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini.
1% 23% 33% SD SMP SMA PT
43%
Gambar 10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.4. Pekerjaan Jenis Pekerjaan dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung sangat beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta (32%). Pelajar dan
mahasiswa (28%), wiraswasta (19%) dan sisanya merupakan Pegawai Negeri Sipil, ibu Rumah Tangga dan buruh pabrik. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA Situ Gunung lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi.
3%
9% PNS 19%
32%
Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Buruh
9%
28%
Gambar 11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.5. Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00. Gambar 12 menunjukkan
25%
pengunjung
memiliki
pendapatan
antara
Rp 1.000.001,00 - 1.500.000,00. Pengunjung yang berpendapatan antara Rp 500.000,00 - 1.000.000,00 sebanyak 24% dan 22% lainnya memiliki pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Faktor pendapatan dapat mempengaruhi kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, konsumen akan mengutamakan kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
berwisata. Diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan, alokasinya terhadap kegiatan rekreasi juga semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar dari pengunjung juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung.
4%
9%
22%
<500.000
7%
500.000-1.000.000 1.000.001-1.500.000
9%
1.500.001-2.000.000 2.000.001-2.500.000 24%
2.500.001-3.000.000 >3.000.000
25%
Gambar 12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.6. Cara Kedatangan Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung mendatangi tempat wisata tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara demikian
yaitu
sebesar
85%.
Pengunjung
lainnya
memutuskan
untuk
mengunjungi tempat wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 13% dan 2% sisanya datang untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung TWA Situ Gunung yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata
dapat lebih terorganisir.
Gambar 13 menunjukkan proporsi cara kedatangan
pengunjung TWA Situ Gunung.
13%
2%
Kelompok Pasangan Sendiri
85%
Gambar 13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.7. Jumlah Rombongan Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang mengunjungi TWA Situ Gunung sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <10 orang (69%). Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 10-27 orang (27%) dan sisanya datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 27 orang (4%). Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini.
4% 27% <10 orang 10-27 orang >27 orang 69%
Gambar 14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.8. Alat Transportasi Berdasarkan alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju tempat wisata, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung datang dengan menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 47%. Pengunjung lainnya datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 22%. Sisanya memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan kendaraan umum (17%), kendaraan charter atau bus (9%) dan berjalan kaki (5%). Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan keluarganya. Bus biasanya digunakan oleh rombongan karyawan perusahaan atau pun rombongan mahasiswa yang hendak melakukan aktivitas outbond. Sedangkan mereka yang memilih berjalan kaki merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung. Gambar 15 menunjukkan sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung TWA Situ Gunung.
9%
5% 22% mobil
17%
motor umum charter/bus berjalan kaki 47%
Gambar 15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
Responden
6.1.9. Sumber Informasi Lokasi Menurut sumber informasi keberadaan TWA Situ Gunung, sebagian besar pengunjung mengetahuinya dari teman atau saudara yaitu sebanyak 60%. Pengunjung yang mengetahui dengan sendirinya sebanyak 35%. Mereka yang menjawab demikian sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang telah lama tinggal di sekitar tempat wisata ataupun wilayah Sukabumi dan mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung sejak lama sehingga sulit untuk menentukan dari mana sumber pengetahuan mengenai TWA Situ Gunung tersebut. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari media cetak atau elektronik seperti koran, televisi maupun internet sebanyak 5%. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat menambah jumlah kunjungan wisatawan luar daerah. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 16 berikut ini.
5% 35% Koran-Tv-Internet Teman/Saudara Tahu Sendiri 60%
Gambar 16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.10. Lama Mengetahui Lokasi Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, diketahui bahwa 41% pengunjung TWA Situ Gunung baru mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut dalam kurun waktu 1-4 tahun. Sebanyak 23% lainnya telah mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung lebih dari 18 tahun yang lalu. Mereka yang termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Sukabumi. Selain itu, 22% pengunjung telah mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut selama 10-18 tahun dan 14% sisanya sudah mengetahui TWA Situ Gunung selama 5-9 tahun.
23% 41%
1-4 tahun 5-9 tahun 10-18 tahun >18 tahun
22% 14%
Gambar 17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009
6.1.11. Tujuan Wisata TWA Situ Gunung mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam. Panoramanya yang memikat mampu menarik minat banyak wisatawan yang datang berkunjung hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam dan suasana sejuk di tempat tersebut. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 77%. Adapula pengunjung lain yang datang ke TWA Situ Gunung melakukan aktivitas piknik bersama keluarga ataupun rekan kerja sebesar 11%, 7% datang untuk berolah raga dan 5% sisanya untuk melakukan kegiatan lain. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 18. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Situ Gunung.
11%
5%
7%
Menikmati Alam Olahraga Piknik Lainnya 77%
Gambar 18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.12. Lama kunjungan Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 41% pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut hanya 1-2 jam. Biasanya
mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana sejuk di lokasi tersebut. Sehingga waktu yang dihabiskan di lokasi hanya sebentar. Pengunjung lainnya memerlukan 3-4 jam untuk melakukan aktivitas wisata (37%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 5-6 jam sebanyak 13% dan 7-8 jam sebanyak 6%. Pengunjung sisanya menghabiskan waktu untuk berwisata di TWA Situ Gunung lebih dari 8 jam (9%). Pengunjung yang demikian sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas survei ataupun outbond. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar menambah atraksi wisata alam yang menarik minat pengunjung, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 19 berikut ini.
9% 13% 41%
1-2 jam 3-4jam 5-6jam >6jam
37%
Gambar 19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.1.13. Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Situ Gunung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 2-32 km untuk mencapai lokasi (65%). Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang
berasal dari daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak lebih dari 33 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari luar kota. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Situ Gunung ditunjukkan pada Gambar 20 berikut ini.
3%
2%
5%
4% 2-32 km 33-63 km
9%
64-94 km 95-125 km 126-156 km
6%
157-187 km 6%
65%
188-218 km >218 km
Gambar 20. Sebaran Jarak Tempuh Ke Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden memerlukan waktu 1-2 jam untuk pulang pergi yakni sebanyak 60%. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Selain itu, 15% responden membutuhkan waktu sebanyak 5-6 jam. Jumlah waktu sekian pada umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari daerah Cianjur, Bogor dan Sukabumi selatan. Jumlah waktu 3-4 jam dan 7-10 jam masing-masing 10% dari keseluruhan responden. Pengunjung sisanya memerlukan waktu lebih dari 10 jam untuk pulang pergi dari TWA Situ Gunung hingga ke daerah asal sebanyak 5%. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kemacetan yang mungkin terjadi di ruas jalan. Sebaran waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung menuju TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 21 berikut ini.
10%
5%
1-2 jam
15%
3-4 jam 5-6 jam 7-10 jam 60%
>10 jam
10%
Gambar 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 6.2.
Persepsi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali
informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Situ Gunung. Adapun informasi tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan informasi, dan kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu pengunjung diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor kebersihan, kualitas udara dan tingkat kebisingan. Hal ini perlu dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola TWA Situ Gunung. 6.2.1. Keamanan Hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Situ Gunung mengenai tingkat keamanan di tempat wisata tersebut 74% responden menyatakan aman. Pengunjung lainnya menyatakan sangat aman sebanyak 19% dan sisanya 7% menyatakan kurang aman. Adapun kriteria aman yang dimaksud meliputi kecelakaan fisik akibat aktivitas rekreasi maupun kriminalitas seperti terjadinya
kehilangan materi ataupun benda lain akibat pencurian. Berikut merupakan proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Situ Gunung.
7%
19%
sangat nyaman aman kurang aman
74%
Gambar 22. Penilaian Responden Pengunjung Mengenai Keamanan Tahun 2009
TWA
Situ
Gunung
6.2.2. Penyediaan Fasilitas Rekreasi Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Situ Gunung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23, 68% responden menyatakan bahwa fasilitas di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan fasilitas wisata disana memadai sebesar 26% dan sisanya menyatakan sangat memadai sebesar 6%. Adapun responden yang menyatakan kurang memadai melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan.
6% 26% sangat memadai memadai kurang memadai 68%
Gambar 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009
Situ
Gunung
Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain WC umum, tempat ibadah dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah dan fasilitas bermain. Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Situ Gunung.
Gambar 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung Sebagian fasilitas yang disebutkan sebelumnya telah tersedia di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Akan tetapi kondisinya dinilai cukup tidak nyaman untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu perhatian pengelola akan perbaikan dan penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan tempat wisata tersebut lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri. 6.2.3. Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung Berdasarkan faktor pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung yang melakukan rekreasi atau kegiatan lainnya di TWA Situ Gunung, Gambar 25
menunjukkan 7% dari pengunjung menilai bahwa pelayanan pengelola dalam menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat pengelola cukup baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan sebanyak 72%. Sebanyak 19% dari pengunjung menilai pelayanan pengelola wisata setempat kurang baik bahkan 2% sisanya menyatakan sangat kurang baik. Berdasarkan informasi tersebut, diperlukan perhatian dari pengelola tempat wisata untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke TWA Situ Gunung.
2%
7%
19%
sangat baik baik kurang baik sangat kurang
72%
Gambar 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009
Situ
Gunung
6.2.4. Penyediaan Sarana Informasi Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung. Hasil penelitian menunjukkan 46% wisatawan menyatakan sarana informasi di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Hanya 3% responden yang menyatakan sangat memadai, 24% lainnya berpendapat sarana informasi yang diberikan itu memadai. Sebanyak 27% sisanya bahkan menilai tidak ada. Hal
ini dapat dikarenakan baik peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan sehingga sebagian pengunjung lebih memilih bertanya langsung kepada pengelola maupun pedagang di sekitar kawasan untuk mengetahui informasi wisata yang diperlukan.
Gambar 26
berikut menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan informasi di TWA Situ Gunung.
3% 27%
24% sangat memadai memadai kurang memadai tidak ada
46%
Gambar 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009
Situ
Gunung
6.2.5. Aksesibilitas Menurut segi aksesibilitas yang meliputi kondisi jalan, mudah atau tidaknya menemukan kendaraan umum serta alur jalan yang dilalui, 13% responden menilai sangat mudah. Sebagian besar responden berpendapat bahwa aksesibilitas menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung relatif mudah yakni sebesar 50%. Sebanyak 31% responden mengatakan sulit dan hanya 6% sisanya yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk dilalui. Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Situ Gunung sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi.
Adapun penilaian tersebut berdasarkan alur jalan yang berkelok-kelok serta kondisi jalan dalam kawasan wisata yang berbatu dan berlubang. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya dari pengelola lokasi wisata setempat untuk memperbaiki jalan dalam kawasan wisata sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan. Gambar 27 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai aksesibilitas di tempat wisata tersebut.
6%
13%
sangat mudah
31%
mudah sulit sangat sulit 50%
Gambar 27. Penilaian Responden Pengunjung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009
TWA
Situ
Gunung
6.2.6. Kebersihan Tempat Wisata Faktor kebersihan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata. Menurut hasil penelitian, hanya 6% yang mengemukakan bahwa kebersihan TWA Situ Gunung tidak ada masalah. Responden menyatakan sedang karena belum merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut sebanyak 59%. Sisanya 35% merupakan pengunjung yang menyatakan bermasalah. Dinilai demikian dikarenakan banyaknya sampah yang berserakan akibat aktivitas wisata, kurangnya tempat pembuangan sampah, rumput yang tumbuh tinggi serta minimnya petugas kebersihan.
Menurut hasil observasi diketahui bahwa proses pembuangan sampah dilakukan oleh para pedagang yang melakukan aktivitas ekonomi di lokasi tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menambah unit kebersihan dalam pengelolaan sampah serta perawatan ruang terbuka hijau agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi pengunjung yang melakukan rekreasi. Gambar 28 berikut menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kebersihan di TWA Situ Gunung.
6% 35% bermasalah sedang tidak ada masalah 59%
Gambar 28. Penilaian Responden Pengunjung Mengenai Kebersihan Tahun 2009
TWA
Situ
Gunung
6.2.7. Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara Kualitas udara di TWA Situ Gunung dinilai masih sangat sejuk dan belum terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Sebagian besar responden berpendapat demikian yakni sebanyak 78% dan sisanya 22% menyatakan tingkat polusi udara sedang dengan alasan bahwa aktivitas rekreasi yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut terlebih bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Gambar 29 menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Situ Gunung.
22%
sedang tidak ada masalah
78%
Gambar 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009
Situ
Gunung
6.2.8. Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, 75% pengunjung berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Sebanyak 25% menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Gambar 30 berikut ini.
25% sedang tidak ada masalah 75%
Gambar 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009
Situ
Gunung
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN 7.1.
Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model Model permintaan rekreasi di TWA Situ Gunung diturunkan melalui
pendekatan model persamaan regresi Poisson dengan menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Pada penelitian terdahulu, pengujian jumlah kunjungan wisata sering didasarkan pada ordinary regression method yang mengestimasi permintaan rekreasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa estimasi fungsi permintaan melalui OLS kurang sesuai untuk digunakan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung beserta interpretasi variabel-variabel yang mempengaruhinya. 7.1.1. Fungsi Permintaan Wisata Guna menentukan fungsi permintaan wisata di TWA Situ Gunung, sebelumnya ditentukan beberapa independent variable yang diperkirakan dapat mempengaruhi wisatawan dalam menentukan jumlah kunjungan per tahun terhadap TWA Situ Gunung. Terdapat 13 independent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variable) yakni biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan akhir, umur, jumlah rombongan, jarak tempuh, waktu tempuh, lama kunjungan, lama mengetahui tempat wisata, daya tarik wisata, status hari kunjungan, jenis kelamin dan jumlah tanggungan. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan stata 9 yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi poisson. Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan regresi poisson.
Tabel 4.
Hasil Analisis Regresi Poisson
Independent Variable
Coef.
Std. Err.
z
P>|z|
Biaya Perjalanan (X1)
-0.0000333
9.83E-06
-3.38
0.001*
Pendapatan (X2)
0.1114163
0.0320345
3.48
0.001*
Pendidikan Akhir (X3)
-0.0303855
0.0238202
-1.28
0.202
Umur (X4)
-0.0203148
0.0102944
-1.97
0.048**
Jumlah Rombongan (X5)
0.0027026
0.0043563
0.62
0.535
Waktu Tempuh (X7)
-0.0516224
0.0337729
-1.53
0.126***
Lama Kunjungan (X8)
0.0403546
0.0333285
1.21
0.226
Lama Mengetahui (X9)
0.0287231
0.0079508
3.61
0.000*
Daya Tarik (D1)
0.7351865
0.4818184
1.53
0.127***
Status Hari (D2)
-0.107277
0.1274805
-0.84
0.400
Jenis Kelamin (D3)
0.3098775
0.1353350
2.29
0.022**
0.7201758
0.5827132
1.24
0.216
_cons
Sumber : Data Primer Diolah oleh Penulis Tahun 2009
Keterangan tabel: * nyata pada taraf uji 1% ** nyata pada taraf uji 5% *** nyata pada taraf uji 15% Pengujian multikolinearitas terhadap ke-13 variabel diperlukan untuk memperoleh ketepatan dalam pengukuran surplus konsumen. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat dikatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi. Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, perlu diukur seberapa kuat hubungan antara variabel itu terjadi, dengan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk pengujian tersebut. Perlakuan ini menyebabkan variabel yang sebenarnya berpengaruh terpaksa dikeluarkan untuk membentuk model yang terbaik. Menurut uji korelasi Pearson, diketahui bahwa variabel jarak tempuh memiliki korelasi variabel waktu tempuh. Selain itu, diketahui pula variabel
jumlah tanggungan berkorelasi dengan variabel umur. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai derajat hubungan yang dihasilkan oleh variabel jarak tempuh terhadap waktu tempuh di atas 0,5 yaitu 0,8263. begitu pula dengan variabel jumlah tanggungan yang memiliki nilai derajat hubungan sebesar 0,6174 terhadap variabel umur. Berdasarkan kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien korelasi, diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai derajat hubungan melebihi 0,5 diduga memiliki hubungan korelasi6. Guna memperoleh model yang terbaik dan bebas dari masalah multikolinieritas, maka variabel jarak tempuh dan jumlah tanggungan dikeluarkan dari model. Interpretasi pengaruh koefisien independent variable regresi Poisson terhadap dependent variable berbeda dengan interpretasi dalam OLS. Dalam regresi linier, peningkatan koefisien positif akan meningkatkan nilai dependent variable-nya. Jika dalam regresi Poisson, peningkatan nilai independent variable akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian dari dependent variable (Hellerstein et al, 1993). Hasil analisis regresi poisson menunjukkan nilai pseudo R2 sebesar 23,10%. Tidak seperti regresi linier biasa yang diduga dengan OLS dimana R2 bersifat aditif terhadap model, pada regresi poisson nilai R2 bersifat parametrik dan sudah dimasukkan ke dalam model sehingga tidak perlu diperhitungkan (Hellerstein et al, 1993). Berdasarkan analisis tersebut didapat pula fungsi permintaan wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung sebagai berikut :
6
Industrial Engineering. 2005. Statistik Industri http://statistikindustri.blogspot.com/2008/05/regresi-dan-korelasi.html. Diakses: 4 September, 2009
Y = 7,2.10-1 – 3,33.10-5 x1 + 1,11.10-1 x2 - 3,04.10-2 x3 – 2,03.10-2 x4 + 2,7.10-3 x5 -5,16.10-2 x7 + 4,03.10-2 x8 + 2,87.10-2 x9 + 7,35.10-1 x10 – 1,07.10-1 x11 + 3,1.10-1 x12 + e Hasil analisis menunjukkan nilai P sebesar 0,000 berarti peluang untuk menolak model persamaan tersebut sangat kecil, dengan kesalahan yang terjadi sangat kecil (Nurdini, 2004). Berdasarkan hasil pengolahan data ditunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan pada taraf uji 1%, 5% dan 15%. Pada taraf uji 1% variabel yang berpengaruh secara signifikan antara lain biaya perjalanan (x1), pendapatan (x2) dan lama mengetahui TWA Situ Gunung (x9). Selain itu, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5% antara lain variabel umur (x4) dan jenis kelamin pengunjung (D3). Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15% adalah adalah waktu tempuh (x7) dan daya tarik wisata (D1). 7.1.2. Interpretasi Model Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi poisson, peningkatan independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang ratarata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Situ Gunung. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang mempengaruhi peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Empat variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Berikut
merupakan interpretasi hasil analisis regresi dari variabel-variabel sosial ekonomi terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di tempat wisata tersebut.
Biaya Perjalanan Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi poisson, diketahui bahwa
nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1% sehingga dapat dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisiennya yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai biaya perjalanan maka akan semakin mengurangi peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal
dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan
mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Begitupun dengan keadaan di lapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata kali kunjungan wisatawan berkurang sejalan dengan semakin tingginya biaya perjalanan dari wisata itu sendiri. Hal ini dapat dikarenakan biaya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan rekreasi.
Pendapatan Keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan konsumsi tidak dapat
terlepas dari pendapatan individu tersebut termasuk kegiatan konsumsi rekreasi. Faktor pendapatan secara statistik berpengaruh nyata pada taraf 1% yang berarti faktor ini mempengaruhi jumlah kunjungan wisata secara signifikan. Hasil analisis menunjukkan tanda koefisien pendapatan bernilai positif. Ini mengartikan bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan maka akan semakin tinggi pula peluang rata-rata jumlah kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Hal tersebut diperkirakan karena rata-rata pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan
yang relatif rendah sehingga sejalan dengan meningkatnya pendapatan pengunjung maka mereka akan cenderung menambah kunjungannya ke TWA Situ Gunung. Maka dari itu, faktor pendapatan dikatakan sesuai dengan hipotesis awal, dimana dengan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi konsumsi dan kecenderungan mengalokasikan pendapatannya untuk rekreasi serta pemenuhan kebutuhan tersiernya.
Pendidikan Akhir Pengunjung Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan akhir pengunjung
memiliki koefisien negatif, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka justru akan cenderung menurunkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Berlaku demikian diperkirakan karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana lebih baik.
Umur Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor umur memiliki tanda
koefisien yang negatif, berarti ada kecenderungan dimana semakin tua usia wisatawan maka peluang rata-rata kunjungannya ke TWA Situ Gunung akan menurun. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata pada taraf uji 5%. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan
dimana pengunjung dari tempat wisata tersebut sebagian besar merupakan kaum muda. Smith (1996) dalam Muntasib (2007) menyatakan bahwa para pemuda mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam.
Jumlah Rombongan Jumlah rombongan memiliki koefisien positif tetapi tidak signifikan
mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak jumlah rombongan yang melakukan aktivitas wisata, maka semakin besar peluang kunjungan rata-rata wisatawan. Hal ini dapat dikarenakan TWA Situ Gunung merupakan suatu bentuk wisata alam yang menyediakan fasilitas outbond, perahu serta ruang terbuka hijau yang luas, sehingga memberikan alasan kepada pengunjung untuk datang beramai-ramai.
Waktu Tempuh Waktu tempuh merupakan jumlah waktu pulang pergi yang diperlukan
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata dari tempat keberangkatan hingga kembali ke tempat asal. Pada analisis sebelumnya ditunjukkan bahwa waktu tempuh mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan pada taraf uji 15% dan memiliki koefisien negatif. Dapat diartikan dengan semakin lama waktu tempuh yang dibutuhkan menuju tempat wisata, maka akan semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan, sehingga terdapat kecenderungan wisatawan untuk mengalihkan tujuan wisatanya ke tempat rekreasi yang lebih dekat. Berbeda halnya jika TWA Situ Gunung tergolong tempat wisata yang unik yakni tempat wisata yang memiliki ciri khas tersendiri, dimana waktu tempuh bisa saja berlaku positif yang berarti semakin lama waktu tempuh justru akan semakin
meningkatkan peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, TWA Situ Gunung dapat dikatakan tergolong tempat wisata biasa yakni tempat wisata yang umum terdapat di berbagai daerah.
Lama Kunjungan Waktu yang dihabiskan pengunjung di tempat wisata diartikan sebagai
lama kunjungan wisatawan. Hasil analisis menggunakan regresi poisson menunjukkan bahwa lama kunjungan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan per tahun wisatawan secara signifikan. Tanda koefisien positif menunjukkan dengan semakin lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke lokasi tersebut. Hal ini dapat dikarenakan pengunjung belum merasa puas dan belum cukup memahami lingkungan setempat sehingga dengan semakin lama waktu yang dihabiskan di lokasi akan semakin menarik pengunjung untuk meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya.
Lama Mengetahui Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan
mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung. Variabel lama mengetahui tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 1%. Dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pengunjung yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak kecil cenderung mengunjungi tempat wisata tersebut lebih sering dibanding mereka yang baru mengetahui satu atau dua tahun. Berdasarkan hasil wawancara pula diketahui bahwa mereka yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak lama merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Hal tersebut
menginterpretasikan tanda koefisien positif dari variabel lama mengetahui tempat wisata.
Daya Tarik Variabel daya tarik menjelaskan seberapa besar objek wisata Taman
Wisata Alam Situ Gunung mempengaruhi penentuan frekuensi kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa variabel tersebut memiliki koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15%. Dapat dikatakan semakin sering seseorang berkunjung ke Taman Wisata Alam Situ Gunung maka semakin tinggi peluang rata-rata kunjungannya di masa yang akan datang.
Status Hari Hasil analisis menunjukkan bahwa status hari tidak mempengaruhi jumlah
kunjungan wisatawan secara signifikan. Adapun status hari ini dibedakan menjadi hari libur dan hari biasa. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisata pada hari biasa lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan pada hari libur.
Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh nyata pada taraf 5% terhadap frekuensi
kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisien positif menjelaskan bahwa wisatawan yang berjenis kelamin laki-laki akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal tersebut yang berlaku di lapangan dimana karakteristik pengunjungnya didominasi oleh wisatawan laki-laki. Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa segmen pasar dari TWA Situ Gunung merupakan kaum muda dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk pengembangan TWA Situ Gunung lebih lanjut. Pengelola
dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok dengan jiwa kaum muda. Selain itu, dengan melihat faktor pendapatan yang memiliki kecenderungan pengunjung dengan pendapatan menengah ke bawah, dapat disimpulkan tempat wisata tersebut dapat dinikmati hampir oleh setiap kalangan karena biaya wisata yang diperlukan relatif terjangkau. Variabel waktu tempuh diketahui berpengaruh nyata terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan ke TWA Situ Gunung. Hal ini dapat diatasi dengan upaya promosi mengenai kelebihan dari wisata alam yang menawarkan ketenangan dan kesejukkan suasana alam dengan panorama indah dan jauh dari kebisingan. Sangat cocok bagi pengunjung yang suntuk dengan suasana kota besar, sehingga lamanya waktu tempuh akan terbayar dengan jasa lingkungan yang disediakan TWA Situ Gunung. Selain itu, variabel lama mengetahui lokasi juga diketahui berpengaruh terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan, oleh karena itu pengelola sebaiknya meningkatkan upaya promosi melalui berbagai media sehingga sumber informasi mengenai TWA Situ Gunung dapat diakses dengan mudah bagi para calon wisatawan. 7.2
Surplus Konsumen Penentuan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung didasarkan
pada nilai surplus konsumen yang diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi (2006), setelah mengetahui fungsi permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur melalui formula SK = Y2/2b, dimana Y adalah jumlah
kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Garrod dan Willis (1999) menunjukkan perhitungan surplus konsumen pada dua model persamaan yang disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 5.
Perhitungan Surplus Konsumen
Fungsi Permintaan
Persamaan
Nilai SK Total Kunjungan Per Individu
Linier
Y=α+βc
SK = v2/-2β
Semi Log
Ln v=α+βc
SK = v/-β
Sumber : Garrod dan Willis (1999) Ket: y: jumlah kunjungan, c: biaya perjalanan, α: konstanta, β: koefisien biaya perjalanan
Perbedaan antara WTP wisatawan dengan pengeluaran aktual wisatawan merupakan surplus konsumen. Surplus konsumen dikenal sebagai manfaat bersih dan hal ini merepresentasikan suatu nilai (value) yang sangat berguna bagi penentu kebijakan, manajer dan pengambil keputusan yang lain berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan industri wisata (Marsinko et al, 2002 dalam Wijayanti, 2009). Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai surplus konsumen total kunjungan per individu sebesar Rp 277.477,00. Kemudian, diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Konsep surplus konsumen merupakan indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal dari tiket yang berlaku saat ini, yakni sebesar Rp 6.500,00. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009 saat penelitian berlangsung. Adapun jumlah kunjungan pada periode tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6.
Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009 Surplus Konsumen Bulan (2008) Jumlah Kunjungan (Rupiah) Mei 1851 86.713.513,52 Juni 2377 111.354.955 Juli 3142 147.192.792,8 Agustus 2560 119.927.927,9 September 706 33.073.873,88 Oktober 7131 334.064.864,9 November 1486 69.614.414,42 Desember 2206 103.344.144,2 Bulan (2009)
Jumlah Kunjungan
Januari Februari Maret April
1963 1098 2469 1630
TOTAL
28619
Surplus Konsumen (Rupiah) 91.960.360,37 51.437.837,84 115.664.864,9 76.360.360,37 1.340.709.910
Sumber : Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung
Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain anak (playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan fauna. Pengelolaan yang baik dari TWA Situ Gunung sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Situ Gunung. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas
dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Situ Gunung dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1.
Kesimpulan
1.
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Situ Gunung didominasi oleh pengunjung laki-laki dengan usia 18-25 tahun, berasal dari daerah Sukabumi, dengan tingkat pendidikan SMA, sebagian besar pengunjung merupakan
pegawai
swasta
dengan
pendapatan
kurang
dari
Rp. 1.500.000,00, mencapai lokasi menggunakan kendaraan roda dua secara berkelompok. Pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari teman atau saudara dan sudah mengetahuinya sejak 1-4 tahun yang lalu. Adapun tujuan mereka berwisata untuk menikmati keindahan alam di lokasi tersebut dan menghabiskan waktu berwisata 1-2 jam. 2.
Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi jumlah kunjungan rekreasi di TWA Situ Gunung secara signifikan antara lain biaya perjalanan, pendapatan, lama mengetahui lokasi, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata.
3.
Model biaya perjalanan merupakan salah satu dasar untuk menduga surplus konsumen. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, didapatkan bahwa nilai surplus konsumen total kunjungan per individu sebesar Rp 277.477,00. Nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dari TWA Situ Gunung sebesar Rp 46.847,00. Berdasarkan angka tersebut, diketahui kesediaan pengunjung untuk membayar lebih tinggi dari tarif masuk yang telah ditentukan cukup besar. Akan tetapi hal tersebut harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bentuk fasilitas yang menurut
responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain anak (playground), tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan fauna. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009 yaitu sebanyak 28.619 orang. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai manfaat ekonomi dari Taman Wisata Alam Situ Gunung sebesar Rp 1.340.709.910,00. 8.2.
Saran
1.
TWA Situ Gunung merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya promosi dan pemberian pengetahuan mengenai keberadaan tempat wisata tersebut dirasa masih sangat kurang. Oleh karena itu, pengelola perlu meningkatkan aktivitas promosi untuk menjaring wisatawan lebih banyak lagi. Tidak hanya di daerah sekitar Sukabumi, melainkan hingga ke luar kota. Adapun aktivitas promosi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai media yang ada baik cetak maupun elektronik.
2.
Pengelola perlu memperhatikan peningkatan kualitas TWA Situ Gunung. Terlebih ketika faktor-faktor yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan menurut pengunjung dari hasil penelitian ini telah diketahui. Hal ini dibutuhkan guna pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik dari tempat wisata tersebut.
3.
Nilai surplus konsumen yang telah diperoleh merupakan indikator sampai sejauh mana pengunjung mampu mentolerir kenaikan harga tarif masuk. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan dasar informasi bagi pengunjung dalam memperoleh manfaat rekreasi yang optimum, sesuai dengan jumlah yang mereka bayarkan. Bagi pengelola, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan TWA Situ Gunung yang lebih baik sehingga alokasi sumberdaya yang terdapat di tempat wisata tersebut dapat mencapai optimum.
IX. DAFTAR PUSTAKA Aristo, A. D. 2005. Pendidikan tinggi : Public or Private Goods?. http://aristodiga.blogspot.com/2005/08/pendidikan-tinggi-public-atauprivate.html. Diakses : 20 Maret, 2009. Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. www.geocities.com. Diakses: 8 February, 2009. Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diakses : 2 April,2009. Clawson, M. and J. L. Knetsch. 1975. Economic Outdoor Recreation. The John Hopkins Press. Baltimore. Djijono . 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Desertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Garrod, G. And K. G. Willis. 1999. Economic Vluation of The Environment: Method and Case Studies. Edward Elgar Publishing, Massachusetts. Haab, T.C. and K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited. Hellerstein, D. and R. Mendelson. 1993. A theoretical Foundation for Count Data Model. Amer.Jour.Agr.Econ. Vol 75, 1993, pp. 604-611. Hufschmidt, M. M. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan. (Reksohadoprodjo, penterjemah). UGM Press. Yogyakarta. Kasiman 1996. Analisis Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Lokawisata Baturraden Kabupaten DATI II Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Lumaksono, A. Peranan Pariwisata Dalam Neraca Pembayaran. http://haisstis.org/data/buletin/03213.pdf. Diakses: 2 February, 2009. Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta. Muntasib, H. 2007. Diktat mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. (Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta. Nurdini. 2004. Analisis Permintaan Ekoturisme Hutan Mangrove Muara Angke dengan Metode Biaya Perjalanan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahayu, 1999. Analisis Nilai Surplus Konsumen Kebun Raya Bogor sebagai Tempat Rekreasi dengan menggunakan Model Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ross, 1998. Psikologi Pariwisata. Pengantar Toeti Heraty Noerhadi. Penerjemah : Marianto Samosir –ed.1 .Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Pangemanan, P.A. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sabda, A. 2003. Aplikasi Metode Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santosa, P. S. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. Makasar. www.halmaherautara.com/en/artikel.php. Diakses: 2 February, 2009. Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala, G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian (Alimuddin Tuwu dan Alamsyah, penterjemah). UI Press. Jakarta. Sinaga, A. P. 1995. Studi Manfaat Ekonomi Rekreasi Berdasarkan Model Kesediaan Membayar (Willingness to Pay): Studi Kasus Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sundayani, 2004. Aplikasi Regresi Poisson Untuk Menganalisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Kematian Ibu Di Propinsi Jawa Timur. Universitas Airlangga. Supriyatna, I. A. 2004. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Danau Lido sebagai Tempat Rekreasi dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Turner, K. D. Pearce, and Bateman, I. 1994. Environmental Economics : An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf Campus 400. May land Avenue Hemel Hampstead. Hertfordshire. Undang-Undang Republik Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan (Frans Gromang, penterjemah). Pradnya Paramita. Jakarta. Wijayanti, P. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas Sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Yoeti, A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi. Kompas. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel . poisson jmlkjg trvlcst income jaraktmph waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn jmltngn Iteration 0: log likelihood = -191.58894 Iteration 1: log likelihood = -191.32349 Iteration 2: log likelihood = -191.32261 Iteration 3: log likelihood = -191.32261 Poisson regression
Number of obs=
Log likelihood = -191.32261
100
LR chi2(13)
=
120.14
Prob > chi2
=
0.0000
Pseudo R2
=
0.2390
-------------------------------------------------------------------------------------------------jmlkjg |
Coef.
Std. Err.
z
P>|z|
[95% Conf. Interval]
-------------+----------------------------------------------------------------------------------trvlcst |
-.0000227
.0000108
-2.10
0.036
-.000044 -1.47e-06
income |
.1230935
.0327715
3.76
0.000
.0588626
.1873244
jaraktmph | -.004916
.00268
-1.83
0.067
-.0101688
.0003367
waktutmph | .0120847
.0470239
0.26
0.797
-.0800804
.1042498
penakhr |
-.0109255
.0293396
-0.37
0.710
-.0684302
.0465791
umur |
-.0286343
.0130607
-2.19
0.028
-.0542328
.0030357
jmlrmb |
.0035371
.0043855
0.81
0.420
-.0050584
.0121326
lamakjg |
.0331437
.0341835
0.97
0.332
-.0338548
.1001422
lamatau |
.0291997
.0080403
3.63
0.000
.0134409
.0449584
dytrk |
.7579016
.4791031
1.58
0.114
-.1811231
1.696926
sttshri |
-.1559718
.1320571
-1.18
0.238
-.414799
.1028554
jnsklmn |
.3370954
.1365294
2.47
0.014
.0695027
.6046881
jmltngn |
.0520737
.0519496
1.00
0.316
-.0497456
.1538931
_cons |
.5051402
.5929144
0.85
0.394
-.6569508
1.667231
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran 2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian variabel . poisson jmlkjg trvlcst income waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn Iteration 0: log likelihood = -193.39928 Iteration 1: log likelihood = -193.3156 Iteration 2: log likelihood = -193.31541 Iteration 3: log likelihood = -193.31541 Poisson regression
Log likelihood = -193.31541
Number of obs=
100
LR chi2(11)
=
116.16
Prob > chi2
=
0.0000
Pseudo R2
=
0.2310
--------------------------------------------------------------------------------------------------jmlkjg |
Coef.
Std. Err.
z
P>|z|
[95% Conf. Interval]
-------------+-----------------------------------------------------------------------------------trvlcst |
-.0000333
9.83e-06
-3.38 0.001
-.0000525
-.000014
income |
.1114163
.0320345
3.48
0.001
.0486298
.1742029
.0337729
-1.53 0.126
-.1178161
.0145713 .0163013
waktutmph | -.0516224 penakhr |
-.0303855
.0238202
-1.28 0.202
-.0770722
umur |
-.0203148
.0102944
-1.97 0.048
-.0404914 .0001382
jmlrmb |
.0027026
.0043563
0.62
0.535
-.0058356
.0112407
lamakjg |
.0403546
.0333285
1.21
0.226
-.024968
.1056772
lamatau |
.0287231
.0079508
3.61
0.000
.0131397
.0443065
dytrk |
.7351865
.4818184
1.53
0.127
-.2091601
1.679533
sttshri |
-.107277
.1274805
-0.84 0.400
-.3571342
.1425802
jnsklmn |
.3098775
.135335
2.29
0.022
.0446257
.5751294
_cons |
.7201758
.5827132
1.24
0.216
-.421921
1.862273
--------------------------------------------------------------------------------------------------