IDENTIFIKASI POLA PEKARANGAN PADA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
Oleh Katarina Basaulina Rambe A34201044
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
IDENTIFIKASI POLA PEKARANGAN PADA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Katarina Basaulina Rambe A34201044
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN KATARINA BASAULINA RAMBE. Identifikasi Pola Pekarangan pada Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, Jakarta Selatan. (Dibimbing oleh NURHAYATI ANSHORI MATTJIK). Pekarangan adalah areal yang mengitari tempat mengerjakan pekerjaan sehari-hari yang berkenaan dengan pengelolaan lanjutan hasil pertanian seperti menjemur kayu bakar dan padi, menumbuk padi serta dapat pula berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak (Nasoetion, 1989). Sedangkan Kim (1998) mengemukakan bahwa pekarangan merupakan suatu batas fisik guna menjaga privasi yang secara keseluruhan diartikan sebagai simbol kesinambungan suatu keluarga. Adanya suatu pekarangan atau halaman di depan rumah dapat menunjukkan identitas suatu budaya masyarakatnya, yang dilihat dari jenis vegetasi yang sering mereka pergunakan dan pola pembagian pekarangan atau halamannya. Hal ini dapat dilihat juga pada pola pekarangan permukiman budaya Betawi. Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengidentifikasi pola pekarangan di daerah pemukiman tradisional budaya Betawi yaitu Perkampungan Budaya Betawi sehingga diketahui pola pekarangannya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pekarangan dilihat dari jenis dan tata letak elemen pembentuk pekarangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode historik. Metode historik untuk mengetahui awal dan sebab-sebab terbentuknya pekarangan. Semua data yang telah dikumpulkan, dianalisis untuk memperoleh pola pekarangan tradisional yang khas Betawi. Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara dengan pemilik pekarangan melalui kuisioner. Pemilik dan pekarangan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu yaitu yang sudah mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada di pekarangannya dan pembagian-pembagian ruangan pada lahan. Responden dipilih 25 orang penduduk dari dua kelurahan yang terdapat di Situ Babakan yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Petani disini mencakup pengertian yang luas yaitu meliputi petani penggarap, buruh tani, dan petani pemilik. Penetapan jumlah responden berdasarkan pertimbangan bahwa responden memiliki pekarangan yang dapat mewakili pekarangan yang ada dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai rumah dan pekarangannya, serta bersedia dijadikan responden. Yang mewakili pekarangan adalah yang memiliki beragam vegetasi lokal, masih tradisional dan memiliki elemen non tanaman khas seperti empang, jamban, dan kandang ternak. Responden dipilih berdasarkan rekomendasi key person yaitu pengelola Perkampungan Budaya Betawi (Bapak Indra) dengan pertimbangan bahwa pengelola lebih mengetahui pekarangan mana saja yang dapat mewakili pekarangan Betawi. Pengetahuan tentang pekarangan tidak dibatasi berdasarkan tingkat pendidikan. Data sekunder didapatkan dari studi pustaka berbagai lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pekarangan dan adat istiadat Betawi. Pemukiman asli Betawi, dalam tata letaknya dibedakan kelompok rumahrumah yang berdiri “di bagian dalam” (agak jauh dari jalan besar), dan yang
berdiri “di bagian luar” (dekat atau menempel langsung pada jalan). Rumahrumah penduduk pada umumnya terlihat mengelompok dengan kisaran jarak yang bervariasi (tidak tentu). Di antara rumah-rumah penduduk terdapat ruang terbuka hijau berupa kebun buah atau pekarangan ataupun tanah lapang yang digunakan sebagai tempat penduduk melakukan berbagai aktifitas sosial seperti berkumpul bermain, berolahraga, dan yang lainnya. Walaupun pada perkampungan tradisional Betawi di daerah hinterland pemilikan lahan telah bersifat individual, pembatas kepemilikan lahan cukup dengan menanam sejenis pohon seperti Petai Cina dan Jarak, Secang, dan sebagainya. Untuk pohon pembatas kebun, dipilih yang mudah tumbuh dan awet, tetapi bukan jenis pohon yang menghasilkan buah-buahan yang dapat dimakan supaya tidak menimbulkan sengketa di kemudian hari. Seperti juga dengan pembatas kebun, halaman rumah juga tidak dibatasi pagar, kecuali beberapa rumah yang sudah berasitektur modern. Untuk menciptakan privacy, pada bagian depan rumah tradisional Betawi dibuat langkan, yaitu pagar yang disebut jaro, terbuat dari bahan bambu atau kayu, sehingga pandangan dari luar rumah tidak menembus ke dalam rumah. Tetapi saat ini sudah jarang sekali yang memakai jaro sebagai pengganti pagar rumahnya. Untuk sekarang ini pembatasan lahan pada setiap rumah sudah berbeda-beda seperti pagar permanen dari beton, pagar bambu, pagar kayu, pagar tanaman, dan sebagian besar rumah memiliki batas lahan yang sudah jelas. Jarak antara jalan, pagar, dan batas depan rumah pada umumnya telah membentuk garis lurus yang sejajar dengan jalan. Rumah-rumah Betawi tidak diorientasikan terhadap arah mata angin tertentu dalam peletakannya. Jika ada, orientasi rumah lebih ditentukan oleh alasan-alasan praktis saja seperti bentuk dan orientasi pekarangannya atau aksesibilitas (kemudahan mencapai jalan). Dari hasil kuisioner responden yang didapat, 28 % arah rumah menghadap Timur, 28 % menghadap arah Utara, 28 % menghadap arah Selatan dan 16 % menghadap arah Barat. Fungsi-fungsi yang berada diatas pekarangan tersebut sangat tergantung pada kebutuhan dari pemilik lahan, dan bersangkut paut dengan kegiatan keagamaan seperti yang dapat ditemukan dalam pola pekarangan masyarakat Bali (Pemda Tingkat I Bali, 1989). Pembagian area pada rumah betawi terbagi empat yaitu area umum (public area), area pribadi (private area), area keluarga (family area), dan area pelayanan (service area). Hal ini berpengaruh kepada ruang di luar rumah yaitu pekarangan. Namun area pribadi dan area keluarga secara abstrak membaur. Area umum dapat dimasuki orang lain secara bebas, area pribadi sudah merupakan daerah yang dimasuki oleh pihak keluarga saja seperti ruang tidur. Untuk area pelayanan merupakan area untuk kegiatan seperti memasak, mencuci dan yang lainnya. Berdasarkan Lemtek FTUI dan Dinas Tata Kota DKI 2001, tidak adanya referensi tentang pola ruang luar yang merupakan ekspansi dari ruang dalam, maka ruang dalam dijadikan basis untuk penataan bentang alam kawasan Situ Babakan. Pola tata ruang dalam rumah betawi pada dasarnya terbagi tiga yaitu : 1. Bagian depan, yang sering disebut serambi depan karena bersifat terbuka. Di bagian ini seringkali terdapat tanaman hias untuk menyambut tamu atau orang luar. Tanaman yang terdapat di bagian depan cenderung memiliki batang tanaman yang pendek seperti kacapiring, kembang sepatu, kenanga, lidah buaya, dll.
2. Bagian tengah, yang merupakan bagian pokok dari rumah betawi. Tanaman yang sering ditemukan di samping rumah adalah jenis tanaman buahbuahan seperti belimbing, rambutan, sawo, jambu, dan yang lainnya. 3. Bagian belakang, disebut ruang belakang. Ruangan ini sering disebut rumah dapur/paseban karena digunakan untuk tempat memasak. Hal ini mempengaruhi jenis tanaman yang ditanam memiliki hubungan dengan masak memasak seperti tanaman bumbu dapur dan sayur-sayuran. Contohnya seperti tanaman melinjo, daun katuk, lengkuas, jahe, daun suji, dan yang lainnya. Untuk elemen non tanaman seperti jamban dan sumur juga ditemukan di bagian belakang karena lebih dekat dengan rumah dapur. Jika dilihat dari tata letak ruangnya, pola atau konsep yang dimiliki oleh rumah-rumah betawi cenderung bersifat simetris, sehingga membentuk sumbu abstrak yang seimbang. Di atas sebidang lahan, pada umumnya tapak rumah terpisah dari tapak kebun. Namun tapak rumah atau pekarangan rumah pada umumnya ditanami pohon buah-buahan juga. Di atas tapak rumah ini dapat terjadi kemungkinan berdiri beberapa rumah tinggal karena adanya pewarisan atau jual beli atas sebagian dari bidang lahan pemilik semula, yang kemudian sebagian lahannya dibangun rumah baru oleh pemilik yang baru. Kemudian ada terdapat kebiasaan jika seorang anak yang sudah menikah belum memiliki rumah, maka orangtuanya akan memberikan bagian rumah yaitu paseban (rumah dapur) dengan cara membongkar dan memindahkannya ke tempat lain. Hal ini menyebabkan terjadinya proses fragmentasi dan pemadatan pemilikan lahan pada pemukiman Betawi. Di atas tapak yang sama, terdapat juga bangunan-bangunan yang berfungsi lain seperti kuburan, lapangan badminton, kandang ternak, empang dan yang lainnya. Tetapi semakin lama, kuburan tidak ditempatkan di lahan yang sama dengan rumah tinggal lagi sehingga dibuat lahan khusus untuk pemakaman. Selain itu letak kamar mandi/sumur dan W.C. biasanya ditempatkan di belakang rumah di sebelah kiri ataupun sebelah kanan. Sumur tempat mandi dan mencuci pada umumnya terletak di bagian kiri belakang atau di samping kiri rumah tinggal. Sumur sebagai sumber air keluarga juga dipergunakan sebagai air untuk menyiram tanaman. Berdasarkan tata ruang dan arsitektur rumah tradisional Betawi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis bangunan/rumah : 1. Rumah Gudang, berdenah empat persegi panjang 2. Rumah Joglo, berdenah bujur sangkar 3. Rumah Bapang/Kebaya, berdenah empat persegi panjang Mayoritas penduduk di Perkampungan Budaya Betawi adalah Islam (90,82 %) dan selebihnya beragama Kristen Protestan (3,17 %), Kristen Katolik (4,65 %), Hindu (0,75 %) dan Budha (0,62 %). Fasilitas peribadatan yang tersedia adalah Mesjid 4 buah, 10 Musholah dan 1 Gereja. Identifikasi pola pekarangan pada pemukiman masyarakat budaya Betawi diharapkan dapat menjadi percontohan pola pekarangan yang baik bagi yang ingin menerapkan pola pekarangan budaya Betawi, dan dapat diharapkan untuk menjaga kesinambungan sejarah atau kelestarian bagi generasi mendatang.
Judul
: IDENTIFIKASI
POLA
PEKARANGAN
PADA
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Nama
: Katarina Basaulina Rambe
NRP
: A34201044
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Nurhayati Anshori Mattjik, MS NIP. 130 367 074
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : ....................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kotamadya Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 20 Maret 1983. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Hajopan Rambe dan Ibu Timayur Paulina Ritonga. Pada tahun 1995, penulis lulus dari SD Xaverius Padangsidimpuan, kemudian menyelesaikan studi dari SLTP Kesuma Indah Padangsidimpuan pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis lulus dari SMUN 103 Jakarta Timur. Tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) sebagai mahasiswi Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis aktif mengikuti kegiatan UKM PMK IPB dan menjadi asisten mata kuliah agama pada tahun ajaran 2004/2005.
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur bagi Yesus Kristus yang bertahta di Kerajaan Surga untuk penyertaanNya dan juga kesabaran yang diberi dalam setiap langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penelitian ini berjudul Identifikasi Pola Pekarangan pada Perkampungan Budaya Betawi, Situ Babakan, Jakarta Selatan. Skripsi ini merupakan syarat utama untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mengekspos kekayaan budaya melalui pekarangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis vegetasi, elemen pembentuk dan pembagian pekarangan yang akan mencirikan pola pekarangan budaya betawi, sehingga dapat dilestarikan kebudayaannya serta kesinambungan sejarah betawi bagi generasi yang akan datang. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Nurhayati Anshori Mattjik selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis melakukan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Kepada Dr. Ir. Nurhayati H. Susilo Arifin, MSc selaku dosen pembimbing akademik selama perkuliahan. Kepada pengelola Perkampungan Budaya Betawi yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada orangtua yang telah memberi dukungan moril dan materiil, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat berguna bagi kampus IPB, bagi Perkampungan Budaya Betawi sebagai masukan untuk kelestarian budaya betawi dan bagi semua orang yang membacanya. Bogor, Mei 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Bapa di Surga untuk berkat dan perlindungan yang diberikan selama masa perkuliahan sampai saatnya lulus. Hanya oleh kehendak-Nya sajalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada : 1. Kedua orangtuaku Bapak dan Mama yang telah memberikan dukungan baik moril dan materiil. Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapak dan Mama, aku sayang kalian. 2. Kakak Ratna dan Bang Parlin. Both of you are my inspiration in our lovely family. Luv ya sist and my bro….. Thanks for d everythin’. 3. Prof. Dr. Ir. Nurhayati Anshori Mattjik, MS selaku pembimbing skripsi, atas bantuan Ibu selama ini. 4. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc sebagai pembimbing akademik. Terima kasih nasihat-nasihat dan tanda tangannya selama ini ya Bu. 5. Ir. Maritje Wungkar Msi dan Ir. Qodarian Pramukanto, Msi selaku dosen penguji saya, untuk saran dan masukannya bagi perbaikan skripsi saya. 6. Bapak Indra, Bapak Romi dan rekannya sebagai Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, dan masyarakat Betawi PBB. 7. Teman seperjuanganku dan sesama anak Mami, Muti dan Doe, finally diriku menyusul kalian, makasih ya buat dukungannya. 8. Tuir, Ana Liv_sib, en Rika Item yang udah banyak ngasih dukungan moril (materiilnya mana ?hehe..). Thanks a lot friends, kalian adalah sahabat yang mengerti gw. Benar kata Papa-J “Semua indah pada waktunya”. Luv yaaa.. 9. Opungku sayaang..(Joice), kita adalah pejuang yang sama-sama berjuang, P44 crew Ida, Eko, Sahat, Dodo, Esti, Enny, Jojo, Whelma, Gilda, Nita, Willy, Tari, Merry, Sius, Boris, Dika, Ai, Tian, Tifa, Ayu, Bambang, Roy, Bapak Bongot, Mey-mey, Feni, Fonti, Titin, Uci, Gilang, en anak baru yang belum gw hafal namanya. Thank’s for the support. 10. Anak Latigalapan, Inke, Acie, Asti, Mia, Eno, Hijrah, Qq, Davi, Gingin, Tata, Pimpim, Anie, Liza, Rinrin, Jupri, Iffa, Icha, Bessy, Nina, Nuning, Dian, Rika, Nina, Rida, Alun, Dina, Angga, Osie, Faika, Acil, Yayat, Sandi, Heri, Alma, Imam, Ami, Yuki. 11. Fatma, Erlin, Eno, Liza, Mega, Dyu, semua Lanskap 39 dan 40 yang udah kasih support. Thank’s guys. 12. Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak saya tulis satu persatu, saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 Lanskap ...................................................................................................... 4 Lanskap Budaya ......................................................................................... 4 Pemukiman ................................................................................................. 6 Pekarangan ................................................................................................. 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Pekarangan .................. 8 Fungsi Pekarangan ..................................................................................... 9 Perkampungan Betawi ............................................................................... 10 Orang Betawi ............................................................................................. 11 METODE ......................................................................................................... 13 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 13 Metode Penelitian ...................................................................................... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 15 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 15 Hasil Inventarisasi ...................................................................................... 15 Lokasi Daerah Penelitian ..................................................................... 15 Aksesibilitas ......................................................................................... 16 Keadaan Iklim ...................................................................................... 17 Tanah .................................................................................................... 17 Topografi .............................................................................................. 18