STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
MOCHAMAD SETYADI H34060151
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i
Development Strategic of Recreation Area Perkampungan Budaya Betawi Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan 1)Mahasiswa
Mochamad Setyadi 1)
, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34060151, Semester 8
ABSTRACT
DKI Jakarta is one of tourist destinations, ranked first in the tourism destinations in Indonesia. One of the most complete tourist attraction in jakarta that integrate cultural tourism, agro tourism and water is Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) to face various problems, either internal or external in its development. Thus the need for research to identify internal and external factors Perkampungan Budaya Betawi to provide an alternative development strategy for Perkampungan Budaya Betawi. This study uses matrix analysis IFE and EFE matrix at the input stage to identify internal and external factors for the Perkampungan Budaya Betawi. In the matching stage using the SWOT matrix and the matrix in order to obtain various strategic alternatives. At the stage of decision making using QSP matrks to obtain the priority strategies of the strategic alternatives available. Keywords: tourism, strategy development, cultural tourism, agro tourism, water tourism, Village, Betawi.
RINGKASAN MOCHAMAD SETYADI. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki aneka ragam suku dan budaya, sehingga membawa Indonesia pada keanekaragaman pariwisata, antara lain pariwisata kebudayaan daerah dan pariwisata alam. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sumber devisa negara Indonesia, dimana dari tahun 2004 hingga 2007, memberikan sumbangan devisa lebih dari 4.000 juta (US $). DKI Jakarta sebagai salah satu kota tujuan wisata, menempati peringkat pertama dalam hal indeks daya saing gabungan destinasi pariwisata internal Indonesia. Pesatnya pembangunan di Jakarta dalam bidang perkantoran, industri dan perdagangan mengakibatkan berkurangnya lahan pengembangan wisata. Lahan wisata yang jarang ditemui di Jakarta yaitu wisata budaya dan wisata pertanian. Salah satu tujuan wisata di Jakarta yang memiliki wisata budaya, pegelaran kesenian daerah dan tempat rekreasi agrowisata adalah Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Adanya aksi terorisme, isu pandemik penyakit (wabah), dan kurang stabilnya kondisi politik ekonomi, serta meningkatnya dunia hiburan dan taman rekreasi wisata yang berorientasi modern dapat meningkatkan persaingan pariwisata bagi PBB sehingga perkembangan PBB dari tahun ke tahun terlihat berfluktuatif dan terkesan lambat. Oleh karena itu diperlukannya strategi pengembangan bagi PBB untuk menghadapi persaingan dunia pariwisata dan menjaga kestabilan perkembangannya. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi
faktor-faktor
lingkungan
internal
dan
eksternal
yang
mempengaruhi pengembangan Kawasan Wisata PBB, (2) Memformulasikan strategi pengembangan Kawasan Wisata PBB, (3) Membuat perioritas strategi pengembangan Kawasan Wisata PBB. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juni 2010. Penarikan contoh menggunakan metode purposive ii
sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Penelitian ini menggunakan metode analisis matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP. Berdasarkan total nilai tertimbang atau skor rata-rata dari IFE (2,884) dan EFE (3,098) diketahui bahwa Kawasan Wisata PBB mampu memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya serta mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Berdasarkan hasil analisis matriks IE diketahui bahwa Kawasan Wisata PBB berada dalam tahap tumbuh dan kembangkan yakni berada pada kuadran II yang memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang tinggi. Kemudian dari analisis matriks SWOT diperoleh 10 alternatif strategi. Berdasarkan hasil matriks QSP (QSPM) diperoleh prioritas strategi bagi Kawasan Wisata PBB secara berturut-turut yaitu (1) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja, (2) Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan Masyarakat PBB, (3) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB, (4) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB, (5) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB, (6) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram, (7) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB, (8) Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB, (9) Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia untuk pengembangan wisata agro, (10) Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum.
iii
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
MOCHAMAD SETYADI H34060151
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan Nama
: Mochamad Setyadi
NIM
: H34060151
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 19670211 199203 2 002
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
September 2010
Mochamad Setyadi H34060151
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1988. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Moch. Main dan Ibu Iyah BT Naiman. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Jagakarsa 01 Pagi pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 166 Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 49 Jakarta diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006 dan diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Agustus 2007. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia periode tahun 2008 – 2009, penyuluh POSDAYA LPPM IPB, dan anggota kepanitiaan pada lingkup departemen, fakultas dan kampus. Penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa Indocement dan Karya Salemba Empat pada tahun 2009 – 2010.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan”. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi pengembangan yang dapat direkomendasikan kepada Perkampungan Budaya Betawi sebagai satu-satunya wisata budaya Betawi di Indonesia.
Bogor, September 2010
Mochamad Setyadi
viii
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak, Umi, kakak-kakak penulis (K’ Mely, K’ Dewi dan K’ Sri) serta keluarga besar penulis untuk setiap cinta, doa, dan dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan dan tanda bakti yang terbaik. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan demi perbaikan skripsi ini. 5. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing akademik atas waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penulis berada di Departemen Agribisnis. 6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, terutama Pak Nunung, Bu Dwi, Bu Ida, Teh Dian, dan Pak Yusuf, atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis. 7. Pihak Perkampungan Budaya Betawi atas kesediaannya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Maya Puspitasari yang bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian, atas saran dan masukan yang diberikan. 9. Dessy Natalia yang selalu setia mendukung dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 10. Teman – teman Agribisnis 43 yang selalu mendukung saya dari seminar peneltian hingga sidang. 11. Teman Kos Mahabbat khususnya Juniar, Deni, dan Doni yang setia menemani dan mendukung saya dalam proses penyusunan skripsi. ix
12. Teman – teman TPB A03, yang telah banyak memberikan pelajaran hidup bagi penulis saat TPB. 13. Teman Asrama A03 lorong 2 atas dukungan doa dan kehadirannya dalam seminar penelitian saya. 14. Jamjam Jamil Mahbub yang telah mendukung saya dan menjadi teman asrama saya yang sabar menghadapi saya. 15. Teman – teman sepadepokan Bu. Popong khususnya Mila, Lina, dan Ribut terima kasih atas bantuannyanya dan doanya selama proses penyusunan skripsi. 16. Beasiswa Indofood, yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian akhir di IPB.
Bogor, September 2010
Mochamad Setyadi
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... I PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................. . 1.2 Perumusan Masalah ...................................................... 1.3 Tujuan ............................................................................. 1.4 Manfaat ........................................................................... 1.5 Ruang Lingkup ..............................................................
iii iv v vi 1 1 5 8 8 8
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Pariwisata ....................................................................... 2.2 Unsur Pariwisata ............................................................ 2.3 Jenis Pariwisata .............................................................. 2.4 Definisi Agrowisata ........................................................ 2.5 Macam-macam Agrowisata .......................................... 2.6 Kampung/Desa Wisata .................................................. 2.6 Sistem Pengembangan Agrowisata ............................... 2.8 Tipe Desa Wisata ............................................................ 2.9 Wisatawan ....................................................................... 2.9 Motivasi Wisatawan ....................................................... 2.10 Penelitian Terdahulu ...................................................
10 10 10 12 14 15 15 15 16 17 18 19
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1 Kerangka PemikiranTeoritis ........................................ 3.1.1 Konsep Strategis .................................................... 3.1.2 Konsep Manajemen Strategis .............................. 3.1.3 Proses Manajemen Strategis ................................ 3.1.4 Visi, Msi, dan Tujuan Perusahaan ....................... 3.1.5 Aspek Lingkungan Perusahaan .......................... 3.1.6 Proses Analisis Perumusan Strategi ................... 3.1.7 Jenis Strategi ........................................................ 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................
27 27 27 28 29 31 32 37 38 39
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1 Motode Penelitian .......................................................... 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 4.3 Jenis dan Sumber Data ................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................... 4.5 Metode Pengolahan Data ............................................... 4.5.1 Tahap Pemasukan ................................................ 4.5.2 Tahap Pencocokan .............................................. 4.5.3 Tahap Keputusan ................................................
42 42 42 42 43 43 44 57 59 xi
V
GAMBARAN UMUM ......................................................... 5.1 Lokasi .............................................................................. 5.2 Latar Belakang dan Sejarah ......................................... 5.3 Kondisi Fisik dan Iklim .................................................. 5.4 Kondisi Sosial dan Kependudukan .............................. 5.5 Fasilitas ........................................................................... 5.6 Potensi Wisata ................................................................ 5.7 Tenaga Kerja .................................................................. 5.8 Struktur Organisasi .......................................................
VI
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan .................. 6.1.1 Manajemen ........................................................... 6.1.2 Pemasaran ............................................................ 6.1.3 Keuangan/Akuntansi ............................................ 6.1.4 Produksi/operasi .................................................. 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan ............................. 6.1.6 Sistem Informasi Manajemen .............................. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ................ 6.2.1 Lingkungan Jauh .................................................. 6.2.2 Analisis Lingkungan Industri .............................. 6.2.2.1 Persaingan/Kompetitif ............................. 6.2.2.2 Ancaman Pendatang Baru ...................... 6.2.2.3 Persaingan/Kompetitif ............................. 6.2.2.4 Ancaman Produk/Objek Wisata Substitusi .................................................... 6.2.2.5 Kekuatan Tawar-menawar Konsumen atau Pengunjung Wisata (Wisatawan) ...
91 91 95 57 101 102 105 105 106 106 123 123 125 123
FORMULASI STRATEGI ................................................. 7.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perkampungan Wisata Betawi ..................................... 7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Kelemahan Perkampungan Wisata Betawi ..................................... 7.3 Analisis Matriks IFE ...................................................... 7.4 Analisis Matriks EFE ..................................................... 7.5 Analisis Matriks IE ........................................................ 7.6 Analisis Matriks SWOT ................................................ 7.7 Analisis Matriks QSP (QSPM) .....................................
130
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 8.1 Kesimpulan ..................................................................... 8.2 Saran ...............................................................................
155 155 156
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
103
LAMPIRAN .....................................................................................
105
VII
VIII
62 62 64 65 66 67 74 82 85
126 128
130 134 138 140 142 143 151
xii
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan Dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2007)
2 2.
Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2004 - 2008 .........3 3.
Jumlah
Wisatawan Mancanegara yang masuk ke DKI Jakarta dan Indonesia …...……………………………………………………….....4 4.
Data Jumlah Pengunjung Kawasan wisata PBB (tahun 2008)
.........7
5.
Ringkasan Penelitian Terdahulu
.......25
6.
Jenis Strategi Alternatif dan Tindakanny
.......39
7.
Pembobotan Dalam Matriks IFE
.......45
8.
Matriks IFE
.......45
9.
Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal
.......46
10.
Matriks EFE
.......46
11.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrks – QSPM)
.......61
12.
Data Iklim Perkampungan Wisata Betawi
.......65
13.
Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah
.......66
14.
Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian (tahun 2009) Penduduk Serengseng Sawa
.......67
15.
Penetapan Harga dalam Aktivitas Wisata di PBB
.......99
16.
Alokasi Pendanaan Program PNPM Pariwisata
.....110
17.
APBD DKI Jakarta dan Dana Operasional PBB
.....112
18.
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 – 2010
19.
.....115
Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha pada tahun 2006 – 2009 xiii
(Milyar Rupiah) 20.
.....117
Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah), 2006 – 2009
21.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata tahun 2006 – 2009 (dalam Milyar Rupiah)
22.
.....119
Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia Selama Periode 2005 – 2010
23.
.....118
.....120
Jumlah Penduduk Jabotabek Selama Periode Sensus Penduduk 1980 – 2010 (Ratus Ribu Orang)
.....121
24.
Pelaku Usaha Tanpa Izin di Sekitar PBB
.....126
25.
Analisis Matriks IFE Perkampungan Budaya Betawi
.....139
26.
Analisis Matriks EFE Perkampungan Budaya Betawi
.....141
27.
Prioritas Alternatif Strategi Perkampungan Budaya Betawi
.....152
28.
Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Sebelum Penerapan Strategi
.....153
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
28
2.
Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat .............................................................................
53
Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat .............................................................................
53
Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu ................................
62
3. 4.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Produksi Susu Segar Perprovinsi (Ton) ................................
105
2.
Produksi Susu Segar di Jawa Barat tahun 2009 ...................
106
3.
Kuesioner Penelitian ..............................................................
107
4.
Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat, Tahun 2006-2011 ..................................................................
113
5.
Diagram Alir Proses Produksi Susu Sterilisasi .....................
114
6.
Usulan Struktur Organisasi pada Pabrik Pengolahan Susu (Skenario II dan III) ..............................................................
115
Spesifikasi Pekerjaan dari Manajemen Pabrik Pengolahan Susu ........................................................................................
116
8.
Gaji Tenaga Kerja .................................................................
119
9.
Uraian Penerimaan Tahunan Skenario I ...............................
120
10.
Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario I ..............................
121
7.
xv
11.
Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario I ..........................
122
12.
Proyeksi Laba Rugi Skenario I .............................................
123
13.
Cash Flow Skenario I ...........................................................
124
14.
Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 9,00010827331693 Persen
125
Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Harga Susu Segar Sebesar 38,86536361731 Persen ...................................................................................
126
Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Biaya Subkontrak Produksi Sebesar 15,3124330888278 Persen ………………………………..
127
17.
Uraian Penerimaan Tahunan Skenario II …………………
128
18.
Biaya Investasi pada Skenario II pada Tahun Ke-1 .............
129
19.
Biaya Reinvestasi pada Skenario II pada Tahun Ke-11 ......
130
20.
Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II ..................
131
21.
Biaya Tetap Tahunan Skenario II (Rp. 1.000) .....................
132
22.
Biaya Variabel Tahunan Skenario II (Rp. 1.000) …………
133
23.
Proyeksi Laba Rugi Skenario II …………………………..
134
24.
Cash Flow Skenario II .........................................................
135
25.
Uraian Volume Produksi Harian untuk Masing-masing Jenis Output Pabrik Pengolahan Susu Skenario III .............
137
Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Sterilisasi …………………………………………….
138
Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Pasteurisasi ………………………………
139
Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Yoghurt …………………………………………………..
140
29.
Uraian Total Penerimaan Tahunan Skenario III …………
141
30.
Biaya Investasi pada Skenario III pada Tahun Ke-1 …….
142
31.
Biaya Reinvestasi pada Skenario III Tahun Ke-11 ………
143
32.
Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II …………
144
33.
Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario III ………………
145
34.
Pembayaran Pinjaman ……………………………………
146
15.
16.
26. 27. 28.
xvi
35.
Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario III ……………
147
36.
Proyeksi Laba Rugi Skenario III ………………………...
150
37.
Cash Flow Skenario III ………………………………….
151
xvii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki aneka ragam suku dan budaya. Berbagai macam suku dan budaya membawa Indonesia pada keanekaragaman pariwisata, antara lain pariwisata kebudayaan daerah dan pariwisata alam. Pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan pemerintah menghadapi krisis global untuk meningkatkan pendapatan devisa melalui peningkatan sektor pembangunan jasa, perhotelan dan restoran. Selain itu secara tidak langsung sektor pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Saat terjadi krisis global pertumbuhan negara Indonesia menunjukkan angka positif, salah satunya didukung oleh sektor pariwisata dan budaya yang menunjukan angka positif, dimana saat pariwisata di negara-negara Asia Tenggara mengalami penurunan jumlah pengunjung secara drastis. World Tourism Organization (WTO) memperkirakan 2009 akan terjadi pelambatan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di dunia hanya empat persen. “Asia Tenggara pertumbuhan hanya 6,2 persen, sedangkan Indonesia masih optimis di atas sepuluh persen. Di tengah menurunnya laju pertumbuhan pariwisata Asia Pasifik, tercatat pada Januari – Agustus 2009, sektor pariwisata Indonesia tumbuh 1,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” menurut Direktur Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Berdasarkan Tabel 1, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sumber devisa negara. dimana sektor pariwisata pada tahun 2007 merupakan sektor ketiga, setelah minyak dan gas bumi serta kelapa sawit yang menyumbangkan tingkatan pendapatan domestik bruto tertinggi di Indonesia. Pada perkembangannya dari tahun 2004 hingga 2007, sektor pariwisata selalu memberikan sumbangan devisa bagi negara Indonesia lebih dari 4.000 juta (US $). Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia memiliki peluang besar, hal ini terlihat dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia selama 2 tahun berturut-turut yaitu sejak tahun 2006 2007 dan tahun 2007 - 2008.
1
Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2007)
Keterangan : *) Data Januari – November 2007 Sumber : Badan Pusat Statistika (2007)
Pada tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) sebesar 5.505.759 mengalami peningkatan sebesar 13,02 persen dari tahun 2006. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan Wisman sebesar 6.429.027 atau mengalami peningkatan sebesar 16,76 persen dari tahun 2007 sebesar 5.505.759 (berdasarkan Tabel 2). Tabel 2. Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia 2004 – 2008 Rata-rata pengeluaran Jumlah Pertumbuhan per orang (USD) wisatawan Tahun pengunjung mancanega (persen) Per Per ra kunjungan hari
Rata-rata Penerimaan Lama devisa tinggal (US $ juta) (hari)
2004 5.321.165
-
901,66
95,17
9,47
4.797,88
2005 5.002.101
904,00
99,86
9,05
4.521,89
2006 4.871.351
-5,99 -2,61
913,09
100,48
9,09
4.447,98
2007 5.570.759
13,02
970,98
107,70
9,02
5.345,98
2008 6.429.027
16,76
1.178,54
137,38
8,58
7.377,39
Sumber: Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (P2DSJ) Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (2009)
2
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan berhubungan juga dengan peningkatan penerimaan devisa bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya tempat kunjungan wisata yang ada di Indonesia sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran para wisatawan dan lamanya waktu kunjungan wisata para wisatawan mancanegara di Indonesia. Tujuan pariwisata di Indonesia menyebar di seluruh provinsi dan kota-kota di Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dan pusat pemerintahan Indonesia serta pusat perdagangan dengan penduduk lebih dari 11 juta jiwa merupakan kota metropolitan dan sekaligus salah satu kota tujuan wisata, ternyata menempati peringkat pertama dalam hal indeks daya saing gabungan destinasi pariwisata internal Indonesia, berdasarkan Data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun (2007) pada Lampiran 1 . Adanya ukuran tingkat destinasi pariwisata adalah ukuran area atau kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat unsur daya tarik, fasilitas, aksesibilitas, dan masyarakat serta informasi bagi para wisatawan. Dalam hal ini ternyata dapat dikatakan Jakarta mempunyai keunggulan yang cukup tinggi dalam sektor pariwisata dibandingkan dengan provinsi dan kota-kota lain di Indonesia, oleh sebab itu Jakarta dalam perkembangannya yang terintegrasi dalam kawasan Jabodetabenpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur) merupakan wilayah metropolitan terbesar di Asia Tenggara serta merupakan wilayah megapolis urutan kedua dunia setelah megapolis Tokyo1. Sebagai daerah tujuan wisata, Jakarta memiliki cukup banyak obyek wisata mulai dari tempat bersejarah, warisan budaya, pergelaran kesenian daerah dan taman rekreasi yang serba lengkap dan modern. Menurut Arie Budiman, Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta, hingga akhir 2008 kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Jakarta mencapai 1,5 juta orang2. Pencapaian ini banyak dibantu oleh kalangan industri pendukung seperti industri penerbangan dan agen perjalanan. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, industri jasa 1 2
Potensi Jakarta. http://www.matanews.com. [25 November 2009] Target Pendapatan Pariwisata DKI. http://www.vivanews.com [25 November 2009]
3
pariwisata pada tahun 2008 merupakan salah satu industri jasa yang menyumbang sebesar 1,5 triliun Rupiah untuk pendapatan asli daerah (PAD) DKI Jakarta dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang ini dikarenakan banyaknya tingkat promosi tempat pariwisata, pembangunan sektor jasa pariwisata, transportasi, perhotelan, restoran, dan sektor pendukung pariwisata. Hal ini juga terlihat dari jumlah wisatawan asing yang masuk ke DKI Jakarta dari tahun 2004 – 2009 yang cenderung mengalami peningkatan (berdasarkan Tabel 3). Tabel 3. Kunjungan Wisman ke Indonesia dan Share Terhadap Kunjungan Wisman Ke Jakarta Tahun 2004 – 2009 Jumlah Tahun Wisman ke Jakarta (orang) 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1.065.495 1.168.656 1.216.132 1.219.057 1.534.785 1.451.914
Pertumbuhan (persen) 9,68 4,06 0,24 26,21 -5,40
Jumlah Wisman ke Indonesia (orang) 5.321.165 5.002.101 4.871.351 5.570.759 6.429.027 6.323.730
Persentase Wisman Jakarta dari Indonesia (persen) -6,00 24,96 21,88 23,87 22,96
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Jakarta (2009) Sumber Informasi : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta (2009)
Berdasarkan persentase Wisman Jakarta dari Wisman Indonesia dapat dilihat rata-rata sebesar kurang lebih 20 persen, maka dapat dikatakan Jakarta memiliki peluang besar untuk mengembangkan pariwisatanya dengan besarnya tingkat Wisman yang datang dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Tetapi pesatnya pembangunan di Jakarta dalam bidang perkantoran, industri dan perdagangan mengakibatkan berkurangnya lahan pengembangan wisata. Lahan wisata yang jarang di Jakarta yaitu wisata budaya dan wisata pertanian. Perlunya pengenalan dan pengetahuan rekreasi alam pertanian serta rekreasi budaya asli daerah DKI Jakarta dengan tujuan menjaga dan mempertahankan budaya daerah, menjadikan wisata budaya Betawi dan wisata agro (agrowisata) sebagai alternatif wisata bagi masyarakat yang ingin mengetahui budaya Jakarta dan konsep pertanian secara luas. Salah satu tujuan wisata di Jakarta yang memiliki wisata 4
budaya, pagelaran kesenian daerah dan tempat rekreasi agrowisata adalah Kawasan Wisata Perkampung Budaya Betawi (PBB). Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dengan luas ± 289 hektar memiliki produk agrowisata unggulan berupa berbagai buah-buahan khas Betawi yang berada di tiga lokasi yaitu di sekitar wisata air, di lokasi wisata agro PBB dan di pekarangan rumah warga. Kawasan wisata PBB juga memiliki wisata air yang terletak di Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, di samping wisata agro dan wisata budaya Betawi. Wisata air yang ditawarkan adalah wisata bebek air, pemancingan, keramba jaring apung, dan berbagai rekreasi olahraga air lainnya. Adanya wisata budaya, wisata agro, dan wisata air menjadikan kawasan wisata PBB menjadi objek wisata terlengkap, dimana kawasan ini juga memiliki kawasan hiburan untuk para wisatawan seperti adanya atraksi budaya Betawi berupa seni tari, seni musik, dan seni drama. Adanya aksi terorisme, isu pandemik penyakit (wabah) dunia, dan kurang stabilnya kondisi politik ekonomi, serta berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perkembangan sektor pariwisata, khususnya PBB dari tahun ke tahun terlihat berfluktuatif dan terkesan lambat. Oleh karena itu sektor pariwisata ini diharapkan perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat ataupun pihak swasta sekalipun untuk pengembangannya di masa sekarang dan yang akan datang. Selain itu meningkatnya dunia hiburan dan taman rekreasi wisata yang berorientasi modern juga dapat meningkatkan persaingan pariwisata bagi PBB. Oleh karena itu diperlukannya strategi pengembangan bagi PBB untuk menghadapi persaingan dunia pariwisata dan menjaga kestabilan perkembangannya. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan wisata PBB merupakan daerah kampung wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan, hal ini dikarenakan kawasan wisata PBB memiliki daya tarik tersendiri dari wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang dimilikinya. Pada awalnya kawasan wisata PBB adalah satu kawasan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan budaya yang meliputi gagasan dan karya, baik fisik maupun nonfisik yaitu : kesenian, adat istiadat, kesusastraan, bahasa, kesejarahan serta bangunan yang bercirikan Betawi. Dalam perkembangannya 5
mulai tahun 2003 kawasan wisata PBB kini tidak hanya dijadikan sebagai wisata budaya, tetapi juga sebagai wisata agro dan wisata air, dengan adanya dua buah setu alam yang disatukan yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Adanya kedua setu tersebut menambah fasilitas kawasan wisata PBB menjadi areal lahan perikanan bagi masyarakat sekitar dan wisata pemancingan untuk wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitar yang bertujuan untuk memancing. Selain itu potensi ini juga terlihat dari adanya peningkatan jumlah pengunjung wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata PBB pada tahun 2008. Pengunjung yang datang ke kawasan wisata PBB terbagi menjadi wisatawan lokal dan asing. Pada wisatawan lokal terbagi dalam masyarakat/pelajar, organisasi masyarakat (Ormas), dan masyarakat umum. Pengunjung dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2008 dimana adanya hari libur Idul Fitri dan hari libur sekolah, sedangkan pengunjung terendah terjadi pada bulan September dimana adanya hari puasa di bulan Ramadhan dan terkait dengan ujian semester pelajar (berdasarkan Tabel 4). Tabel 4. Data Jumlah Pengunjung Kawasan wisata PBB (Tahun 2008) Jumlah Pengunjung (orang) Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Lokal Mahasiswa/Pelajar Ormas/ Instansi 458 823 683 528 862 880 299 1.098 2.467 629 973 1.292 140 1.493 805 454 145 104
Total Asing
Masyarakat Umum 5.304 4.927 5.241 5.130 4.505 14.933 7.936 12.752 2.535
5 6 29 7 50 2 11 20 12
6.590 6.144 7.012 6.530 7.651 17.200 9.580 14.031 2.796
1.014 1.952 1.377
421 1.632 1.227
27.770 1.632 13.608
2 24 -
29.207 10.703 16.212
11.175
10.577
111.736
168
133.656
Sumber : Lembaga Pengelola Perkampung Budaya Betawi (2009)
6
Kelebihan lain dari kawasan wisata PBB yaitu akses transportasi yang mudah dan juga harga tiket masuk yang murah hanya Rp 2000, 00. Hal ini menjadi salah satu alasan tersendiri bagi pengunjung wisata untuk mengunjungi kawasan wisata PBB, tetapi hal ini juga menyebabkan kecilnya tingkat pendapatan kawasan wisata PBB (Tabel 5), dikarenakan perlunya biaya operasional dan biaya perawatan yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan wisata di kawasan wisata PBB (Tabel 6). PBB juga menghadapi masalah sejak dikeluarkannya SK Gubernur Nomor 92 tahun 2000 yang menyatakan bahwa PBB tidak lagi dikelola oleh pemerintah, melainkan oleh masyarakat. Pelaksanaan SK Gubernur tersebut terlihat pada tahun 2003 di mana PBB dikelola secara mandiri
oleh
masyarakat
dengan
didirikannya
kantor
pengelola
PBB.
Ketidaksiapan masyarakat dalam mengelola manajemen PBB baik dari SDM, keuangan, pemasaran dan modal mengakibatkan masalah bagi pengembangan PBB itu sendiri. Tabel 5. Proyeksi Pendapatan PBB Tahun 2010 Sumber Pendapatan Januari 1.300.000 200.000 0 200.000 8.000.000 480.000 10.180.000
Februari 500.000 200.000 0 200.000 5.600.000 360.000 6.860.000
Bulan Maret April Mei 750.000 1.800.000 2.300.000 200.000 400.000 600.000 0 0 300.000 200.000 300.000 300.000 7.360.000 8.320.000 9.600.000 480.000 480.000 720.000 8.990.000 11.300.000 13.820.000
Wisma Gallery Kantor Pengelola Rumah Adat Parkir Motor Mobil Total Pendapatan Saat ini Lain-lain 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 Wisata Bebek Air 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Pendapatan TOTAL 22.380.000 19.060.000 21.190.000 23.500.000 26.020.000 Sumber data : Data Primer (diolah)
Selain itu terhentinya pengembangan pembangunan perluasan kawasan wisata PBB yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait sehingga menjadikan kawasan ini kini belum termanfaatkan secara maksimal, akses jalan dalam kampung wisata yang belum selesai dibuat, dan kurang memadainya saluran sanitasi menyebabkan terjadinya kenangan air saat terjadinya musim hujan di kawasan wisata PBB, serta kurangnya integrasi dan koordinasi antara instansi 7
dinas pemerintah pusat dan perhatian pemerintah kota kepada Lembaga Pengelola dalam perkembangan kawasan wisata PBB (Lampiran 2), menyebabkan adanya kekurangan dan permasalahan dalam pengembangan di kawasan wisata PBB. Oleh karena itu dibutuhkannya strategi pengembangan bagi Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) agar menjaga kestabilan perkembangannya di masa yang akan datang. Tabel 6. Pengelolaan Operasional Kawasan Wisata PBB (2009-2010) Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi Honorarium tenaga ahli / instruktur/ nara sumber Belanja alat tulis kantor Belanja alat tulis kantor sarana teknologi informasi Belanja dokumentasi, dekorasi dan publikasi Belanja cetakan umum Belanja penjilidan Belanja fotocopy Belanja sewa tempat Belanja makanan don minuman rapat Belanja pemeliharaan gedung kesenian / kebudayaan JUMLAH
2009 (Rupiah) 174,120,000
2010 (Rupiah) 174,120,000
1,320,000 6,480,000
1,320,000 7,980,000
3,600,000
5,300,000
1,250,000 800,000 350,000 7,500,000 35,100,000 12,000,000
1,750,000 800,000 330,000 50,400,000 8,000,000
242,520,000
250,000,000
Sumber data : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi
Adapun diperoleh berberapa pertanyaan terkait perumusan masalah Kawasan Wisata PBB : 1.
Bagaimana Kondisi Internal dan Eksternal Kawasan PBB ?
2.
Apakah formulasi strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada Kawasan Wisata PBB ?
3.
Apakah prioritas strategi yang dapat digunakan pada Kawasan Wisata PBB ?
1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 8
2. Memformulasikan strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 3. Membuat perioritas strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selain itu sebagai media bagi penulis untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran ilmu yang berkaitan dengan agribisnis kepada orang lain. 2. Pemerintah daerah Jakarta Selatan khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya dan Lembaga Pengelola perkampung Budaya Betawi sebagai informasi dalam menyusun strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 3. Penduduk sekitar sebagai upaya peningkatan pendapatan yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan. 4. Pembaca, sebagai bahan kajian atau bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut dan menambah wawasan pembaca mengenai kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini berkaitan dengan strategi pengembangan pada objek kawasan wisata PBB yang terletak di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pelaksanaan wawancara akan dilakukan pada Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB, Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata wilayah Jakarta Selatan. Diharapkan nantinya strategi pengembangan ini dapat digunakan oleh Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk pelaksanaan pengembangan kawasan wisata PBB dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat PBB dan sekitarnya. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti perjalanan dimana si pelaku kembali ketempat awalnya, perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang–senang, atau pendidikan, dengan mengunjungi berbagai tempat dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana (Pitana 2005). Menurut Murphy (1985) dalam Pitana (2005) (a), definisi pariwisata mencakup wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lainnya, yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan dalam poin 1, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Point 3. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan objek wisata itu sendiri mengandung pengertian objek daya tari wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna, objek dan daya tarik wisata hasil karya manusisa yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 2.2. Unsur pariwisata Menurut Yoeti (2006), perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah
travel agent atau tour operator, perusahaan
pengangkut, akomodasi perhotelan, bar, dan restoran, travel agent local, souvenirship, perusahaan-perusahaan yang akan berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, penukaran uang, bank, dan lain-lain. Menurut Pendit (2006) (a) , unsur-unsur dalam pariwisata terdiri dari :
10
1. Politik pemerintah, merupakan sikap pemerintah terhadap kepariwisataan yang ada. politik pemerintah dapat bersifat secara langsung, yaitu sikap pemerintah terhadap wisatawan yang datang ke daerah wisata, dan tak langsung yaitu kondisi kestabilan politik, ekonomi, dan keamanan daerah bersangkutan. 2. Kesempatan berbelanja, tersedianya tempat belanja yang dibutuhkan wisatawan juga barang-barang khas tempat wisata. 3. Promosi, adalah kepariwisataan dengan didasarkan atas rencana atau propaganda secara teratur dan kontinu ke dalam negeri maupun ke luar negeri. 4. Harga, yaitu harga barang-barang, sarana dan prasarana yang ada. Pada intinya wisatawan sama seperti konsumen pada umumnya yang menginginkan harga murah dengan kualitas baik 5. Pengangkutan, meliputi keadaan jalan, alat angkut, dan kelancaran transportasi di tempat wisata. 6. Akomodasi, merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Hal yang penting diperhatikan dari akomodasi adalah kenyamanan, pelayanan yang baik, dan kebersihan sanitasinya. 7. Atraksi, adalah segala pertunjukan yang mempunyai nilai manfaat untuk dilihat atau diperhatikan termasuk objek wisata itu sendiri. 8. Jarak dan waktu, berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya semakin baik 9. Sifat ramah-tamah, wisatawan sangat menyenangi keramahan dari penduduk yang ada di tampat wisata tersebut. Untuk kawasan wisata PBB unsur pariwisata yang kurang dikembangkan, seperti pengangkutan di tempat wisata tidak ada dan keadaan jalan yang belum selesai dibuat padahal luas kawasan wisata PBB sekitar ± 289 hektar, akomodasi yang kurang memadai dalam hal saluran sanitasi pengairan wisata, serta pengaruh politik dan kebijakan pemerintah daerah yang sangat mempengaruhi dalam pengembangan kawasan wisata PBB.
11
2.3. Jenis pariwisata Menurut Pendit (b) (2006), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut : 1. Wisata Budaya Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Sebagai contoh kegiatan wisata budaya seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya. 2. Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah–daerah atau negara–negara maritim. Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau–pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta. 3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat lain. 4. Wisata Konvensi Wisata konvensi adalah yang dekat dengan wisata jenis politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan 12
fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasional (International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program–program atraksi yang menggiurkan. 5. Wisata Pertanian (Agrowisata) Sebagai
halnya
wisata
industri,
wisata
pertanian
ini
adalah
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat– lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 6. Wisata Buru Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah–daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.
13
7. Wisata Ziarah Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat–umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. 2.4. Definisi Agrowisata Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Pariwasata, Pos dan Telekomunikasi, dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/0504/1989, agrowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai system, skala, dan bentuk sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia (2004) , agrowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, di mana pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati produk agro atau dapat tinggal di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang semuanya dilakukan untuk mengalami, menikmati, mempelajari dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung di suatu lingkungan pertanian. 2.5. Desa Wisata Menurut Nuryanti (1993), desa wisata adalah suatu bentuk inetgrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata :
14
1. Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. 2.6. Tipe Desa Wisata Menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata di Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka. 1. Tipe Terstruktur (enclave) Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter sebagai berikut : a. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang
ditumbuhkannya
sehingga
mampu
menembus
pasar
internasional. b. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini. c. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Contoh dari kawasan atau perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, Bali dan beberapa kawasan wisata di Lombok. Pedesaan tersebut diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak saja berhasil secara nasional, melainkan juga pada tingkat internasional. Pemerintah Indonesia mengharapkan beberapa tempat di Indonesia yang tepat dapat dirancang dengan konsep yang serupa.
15
2. Tipe Terbuka (spontaneus) Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR), yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan desa wisata ini merupakan realisasi dari pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah (UU. No. 22/99). Oleh karena itu setiap kabupaten/kota perlu memprogramkan pembangunan desa wisata di daerahnya, sesuai dengan pola PIR tersebut. 2.7. Wisatawan Pengertian
wisata
berdasarkan
seminar
persfektif
Pengembangan
Kepariwisataan Indonesia oleh Harry Waluyo (Departemen Pariwisata dan Kebudayaan) 23 April 2007 di Halmahera Utara, wisata merupakan perjalanan seseorang / kelompok ke destinasi wisata (travel) dan pariwisata adalah usaha jasa pelayanan yang melayani keperluan perjalanan seseorang/ kelompok ke destinasi wisata (tourism/ travel industry). Definisi wisatawan (Debudpar, 2009) ditetapkan berdasarkan rekomendasi International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO). Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah wilayah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. 16
2.8. Motivasi Wisatawan McIntosh (1977) dan Murphy (1985) dalam Pitana (a) (2005), berpendapat bahwa wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni kebutuan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasi diri. 1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. 2. Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. 3. Social atau interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. 4. Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis. Pitana (b) (2005) Faktor-faktor pendorong dan penarik untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Ryan (1991) dalam Pitana (b) (2005),
menjelaskan sebagai
berikut : 1.
Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
2.
Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas.
3.
Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.
17
4.
Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (Group tour)
5.
Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau Social Standing.
6.
Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
7.
Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.
8.
Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata.
9.
Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
10. Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan. 2.9. Penelitian Terdahulu Aryanto (2006) yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor“, bertujuan untuk menentukan strategi apa dan bagaimana skenario strategi yang dapat disusun untuk mengembangkan usaha KaWePe agar sesuai dengan misi , serta tujuan pendiriannya, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka panjang. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, Matriks SWOT, dan matriks QSP. Pada matriks IFE dan matriks EFE diperoleh kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk KaWePe. Kekuatan utama bagi KaWePe adalah memiliki sungai yang dapat dinikmati pengunjung dan tidak ditemukan di objek wisata agro lain, sedangkan kelemahannya yaitu belum ada bagian pengembangan dan penelitian pada perusahaan. Faktor peluang terbesar bagi KaWePe adalah kecenderungan wisatawan yang ingin menikmati 18
segala sesuatu yang unik dan tradisional serta kawasan usaha pertanian dengan udara segar, produksi, dan pengolahan produk pertanian. Faktor ancaman bagi KaWePe adalah hambatan masuk industri wisata agro hamper tidak ada dan menyebabkan banyak muncul pendatang baru. Dari hasil analisis matriks IE diperoleh KaWePe berada pada kuadran V yang merupakan posisi “ pertahankan dan pelihara ”. Pada kuadran V, strategi yang cocok diterapkan yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan delapan strategi alternatif yang dapat dijalankan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis SWOT kemudian dilakukan pengambilan keputusan melalui analisis QSPM dengan hasil keputusan perioritas strategi yaitu mempertahankan cirri khas sebagai wisata edutainment (hiburan sekaligus pendidikan) bidang pertanian dengan tetap berinovasi dalam produk-produk seluruh sub-sektor pertanian. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiana (2007) yang berjudul “ Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Mmodern Pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara “, bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, menentukan alternatif strategi yang tepat bagi La Piazza, dan menentukan prioritas strategi bagi La Piazza. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP. Analisis IE menempatkan La Piazza pada kuadran V yang berarti bahwa La Piazza berada dalam kondisi hold and maintain, dengan alternatif strategi market penetration atau penetrasi pasar dan product development atau pegembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dikombinasikan dan dihasilkan 8 alternatif strategi. Alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT kemudian ditentukan perioritas strategi yang akan digunakan perusahaan dengan menggunakan PHA atau AHP. Hasil pengolahan PHA diperoleh perioritas alternatif strategi pengembangan bisnis adalah (1) meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kepada konsumen dalam kemampuan manajemen dan teknologi, (2) memperluas pemasaran atau divisi marketing melalui pengadaan event-event dan menigkatkan outlet yang bermerek terkenal yang sesuai dengan konsep lifestyle, (3) bekerja sama dengan pihak BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) 19
untuk mengetahui keadaan cuaca dan membuat alternatif tenda darurat saat hujan dating,
(4)
mengoptimalkan
upaya
promosi
untuk
menigkatkan
dan
mempertahankan loyalitas konsumen, (5) berusaha mempertahankan kualitas dan terus memberikan inovasi agar dapat berkompetisi dengan pesaing yang ada, (6) memantapkan target pasar pada konsep lifestyle, (7) melakukan riset pasar untuk memantau tingkat permintaan konsumen dan tingkat persaingan, (8) melakukan kerjasama dengan pihak luar perusahaan untuk melakukan promosi dengan memperhatikan kondisi Negara saat ini. Linawati (2009) yang berjudul “ Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat “ , bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstenal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm, merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor internal dan eksternal perusahaan, dan menentukan perioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT untuk menentukan strategi-strategi yang didapatkan dari identifikasi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan, QSPM untuk memprioritaskan strategi-strategi yang didapatkan dari analisis SWOT. Berdasarkan analisis matriks IFE menunjukan bahwa perusahaan Trias Farm memiliki kekuatan utama yaitu menghasilkan produk yang berkualitas, sedangkan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE pada perusahaan Trias Farm mengindikasikan perusahaaan tersebut memiliki peluang terbesar dari pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan, sedangkan ancaman bagi perusahaan adalah adanya kenaikan tingkat inflasi. Analisis matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran IV, strategi terbaik yang dapat diterapkan yaitu strategi tumbuh dan bina. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah integrasi ke depan (mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku) dan integrasi ke belakang (mempererat kerjasama dengan distributor/pelanggan), selain itu strategi pengmbangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang diperoleh untuk perusahaan Trias Farm adalah 20
1) mempertahankan kualiras produk, 2) mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah dan swasta, 4) menigkatkan SDM melalui pendidkan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas produksi, 6) pengembangan produk dengan modifikasi produk yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, 8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Hasil pengolahan QSPM, strategi yang menjadi perioritas adalah mempertahankan kualitas produk. Nusawanti
(2009)
penelitian
yang
berjudul
“
Analisis
Strategi
Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal “ bertujuan untuk menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery, menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery, serta mengkaji kesesuaian antara alternative strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Pada analisis matriks IFE dan EFE menghasilkan bobot skor rata-rata 2,752 dan 2,959 menunjukan bahwa Bagas Bakery memiliki kekuatan untuk mengatasi kelemahan, dan memanfaatkan peluang, serta respon terhadap ancaman. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada pada kuadran V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP diperoleh prioritas strategi bagi Bagas Bakery secara berturut-turut, yaitu 1) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, 2) menigkatkan mutu dan produk pelayanan, 3) melakukan
pengaturan
dalam
pengalokasian
keuangan
perusahaan,
4)
memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan, 5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang telah ada, 6) memperbaiki label kemasan produk, 7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, serta 8) membuka outlet khusus untuk direct selling. Reza (2009) dengan judul “Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep” dengan melakukan analisis faktor internal didapatkan bahwa ada 4 kekuatan yang dimiliki untuk mengembangkan pantai lombang yaitu : 1.keindahan pantai, 2. kebudayaan dan keramahan masyarakat sekitar, 3. 21
kerjasama dengan mahasiswa jatim, 4. karcis masuk yang murah. pantai lombang juga memiliki 4 kelemahan diantaranya 1. sarana dan prasarana kurang, 2. kurang SDM yang handal, 3. kurangnya promosi, 4. kurang kesadaran masyarakat. berdasarkan faktor eksternalnya diperoleh peluang dan ancaman dari pantai lombang diantaranya terdapat 3 peluang yaitu 1. Rencana kabupaten terkait visimisi, 2. meningkatnya wisatawan alam, 3. adanya kebijakan pemerintah. selain itu juga terdapat 4 ancaman bagi pantai lombang yaitu 1. kondisi keamanan yang kurang, 2. adanya krisis financial global, 3. adanya akulturasi Budaya, 4. kurangnya travel agent. setelah faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan maka dianalisis dengan matriks IFE dan EFE. Pada matriks IFE didapat total skor 2,36 yang artinya pariwisata Pantai Lombang relative tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi pesaingnya, di mana nila rata-rata yaitu 2,50. dari matriks EFE didapat total skor 2,74 yang artinya bahwa pariwisata Pantai Lombang efektif dalam mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan kurang meminimalkan ancaman yang ada, di mana nilai rata-rata yaitu 2,50. Setelah itu, dilakukan analisis dengan matriks SWOT dan didapat tujuh strategi. Berdasarkan tujuh strategi tersebut dilakukan analisis matriks QSPM untuk menentukan strategi yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep yaitu melakukan pengembangan kegiatan ekonomi berbasis potensi wilayah dengan nilai TAS sebesar 5,61 yang artinya berdasarkan faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan, strategi ini adalah strategi yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan faktor internal dan eksternal yang ada. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat dalam beberapa hal yaitu alat analisis dan adanya penerapan strategi pengembangan atau analisis pengembangan pada objek penelitian, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penentuan tempat atau wilayah penelitian, objek penelitian, dan waktu penelitian tersebut (Tabel 7). Pada penelitian di kawasan wisata PBB, penulis menggunakan dua analisis dalam tahap pencocokan strategi atau matching stage yaitu matriks IE dan matrik SWOT, kelebihannya adalah menentukan tingkat 22
keakuratan yang semakin besar pada tingkat kekonsistenan kedua alat analisis tersebut dalam menentukan alternatif strategi. Kekurangan dalam penelitian ini dalam tahap penentuan strategi prioritas yaitu dengan menggunakan QSPM yang lebih mengandalkan penilaian subjektif para pimpinan perusahaan atau pengambil keputusan di perusahaan, meskipun informasi yang didapat adalah objektif. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama
Tahun Judul
Tujuan
Yugo Tri 2006 Aryanto
Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor
Menentukan strategi apa dan bagaimana scenario strategi yang dapat disusun untuk mengembangkan usaha KaWePe agar sesuai dengan misi , serta tujuan pendiriannya, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka panjang
Mardiana
2007
Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Mmodern Pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara
Linawati
2009
Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Mengidentifikasi dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, Menentukan alternatif strategi yang tepat bagi La Piazza, dan Menentukan prioritas strategi bagi La Piazza Mengidentifikasi faktorfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstenal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm. Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan
Alat Analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, Matriks SWOT, dan matriks QSP matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP
matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks 23
Tri Ariessiana Nusawanti
2009
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal
Muhammad 2009 Reza
Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep
Trias Farm berdasarkan faktor internal dan eksternal perusahaan. Menentukan perioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya Menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery. Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Mengkaji kesesuaian antara alternative strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery Menganalisis faktorfaktor penyebab kurang berkembangnya Pantai Lombang. Merumuskan strategi yang sebaiknya diterapkan untuk mengembangkan pariwisata Pantai Lombang
QSP
matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSP
matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSP
24
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Strategi Mengikuti modus opini istilah strategi dalam bahasa yunani disebut strategos. Kembali ke dalam bahasa Indonesia strategos berarti jendral atau perwira tinggi. Strategi tidak lain kata yang merupakan lambang pengertian yang dimiliki seseorang dan arbitrer. Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1991) dalam David (2009). Dalam setiap perencanaan pembangunan konsep umum yang harus diperhatikan adalah tersedianya sumberdaya dan adanya perhatian yang khusus terhadap aspek kesinambungan (sustainable) dan kontinuitas (Soekartawi 1990). Menurut Dirgantoro (2001) Strategi merupakan sekumpulan pilihan kritis, perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran.
Dengan
memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif dan sinergis ideal yang berkelanjutan. Strategi merupakan arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi. Definisi strategi menurut Fred R. David (2009) adalah sasaran bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah sekumpulan rencana yang disatukan dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis dan mengalokasikan sumber daya dalam upaya memenangkan persaingan untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi/perusahaan. Strategi pengembangan merupakan suatu upaya pengoptimalan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Artinya upaya pengembangan telah dilakukan oleh perusahaan namun tujuannya belum optimal. Perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kawasan wisata PBB Jakarta Selatan. Strategi dapat diterapkan dalam segala bentuk perusahaan, organisasi, dan 25
pemerintahan, dan lain-lain. Selain itu strategi juga dapat digunakan pada sektor bisnis, pariwisata, pertanian, dan lain-lain. Strategi pengembangan kawasan wisata PBB yaitu suatu sekumpulan rencana yang diintegrasikan untuk menghubungkan keunggulan Budaya dan wisata, dan mengalokasikan sumber daya dalam upaya mengembangkan kawasan untuk mencapai tujuan jangka panjang. 3.1.2 Konsep Manajemen Strategis Manajemen strategis penting untuk sebuah perusahaan, karena proses manajemen strategis secara signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan untuk memiliki strategi yang baik dalam bersaing dengan sukses dalam lingkungan bisnisnya. Menurut Fred R. David (2009) manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang membuat sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan peluang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Manajemen strategis berfokus pada proses yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan besar dan kecil manajemen strategis bisa juga dijadikan sebagai taktik permainan sebuah perusahaan dalam menghadapi para pesaingnya. Manajemen strategis memungkinkan sebuah organisasi untuk lebih produktif dan reaktif dalam membangun masa depannya dengan mengarahkan dan mempengaruhi berbagai aktivitas dan mengontrol takdirnya sendiri. Menurut Jauch dan Glueck (1991) dalam David (2009), menajemen strategis merupakan sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan memanfaatkan peluang dimasa yang akan datang, sehingga memungkinkan bagi organisasi atau perusahaan untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah. 26
3.1.3 Proses Manajemen Strategis Menurut Fred R. David (2009) Proses manajemen strategis merupakan alur dimana penyusun strategis menentukan sasaran dan menyusun strategis. Proses manajemen strategis dinamis dan terus menerus. Satu perubahan disalah satu komponen utama dapat mendorong perubahan di salah satu atau semua komponen lainnya. Secara historis, manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional (Fred R.David, 2009). Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap : perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian starategi. 1. Perumusan Strategi Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategistrategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Isuisu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan ke pasar internasional, perlukah merger atau penggabungan usaha dibuat, dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Keputusan perumusan strategi mendorong suatu organisasi atau perusahaan untuk komitmen pada produk, pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama kurun waktu yang lama. 2. Penerapan Strategi Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya. Penerapan strategi sering kali disebut juga “tahap aksi” dari manajemen strategis. Penerapan strategi dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis, karena membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal.
27
3. Penilaian Strategi Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama manager untuk memperoleh informasi kapan strategi tertentu tidak dapat berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi dimasa yang akan dating karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah. Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah peninjauan ulang faktorfaktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, pengukuran kinerja, dan pengambilan langkah korektif.
Menjalankan Audit Eksternal
Mengembang kan pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuantujuan Jangka Panjang
Menciptakan, Mengevaluasi, dan memilih Strategi
Mengimplementasikan starategi- isu manajemen
Mengimplementasikan Strategipemasaran, keuangan, akuntansi, Litbang, dan Isu MIS
Mengukur dan mengevaluasi Kinerja
Menjalankan Audit Eksternal
Perumusan Strategi
Penerapan Strategi
Penilaian Strategi
Gambar 1. Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber : David (2009)
Berdasarkan Gambar 1,Proses manajemen strategis dapat dengan mudah dipahami dan diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Sebuah model manajemen strategis yang komprehensif tidak menjamin keberhasilan suatu perusahaan tetapi merepresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis 28
untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategis (David, 2009). Pada penelitian ini peneliti melakukan proses manajemen strategi hingga tahap perumusan strategi dimana adanya pemilihan strategi yang akan digunakan oleh perusahaan dalam penelitian ini yaitu kawasan wisata PBB 3.1.4 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Sangat penting bagi para manager dan eksekutif di perusahaan mana pun untuk sepaham mengenai visi dasar yang perusahaan ingin raih dalam jangka panjang. Mengembangkan pernyataan visi merupakan langkah pertama dari manajemen strategis, bahkan mendahului pembuatan pernyataan misi. Pernyataan visi untuk menjawab pertanyaan “perusahaan kita ingin menjadi seperti apa?”, perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi. Pernyataan misi adalah pernyataan tujuan yang secara jelas membedakan satu bisnis dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dengan merumuskan strategi. Secara umum sebuah pernyataan misi menggambarkan arah masa depan suatu organisasi. Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil-hasil spesifik yang ingin diraih oleh perusahaan terkait dengan misi dasarnya. Tujuan sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dikarenakan menyatakan arah perusahaan, membantu
dalam
evaluasi,
menciptakan
sinergi,
menjelaskan
prioritas,
memfokuskan koordinasi, dan menyediakan landasan bagi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengontrolan. 3.1.5. Aspek Lingkungan Perusahaan Mcleod (2001) dalam Timor (2008), menyatakan bahwa lingkungan adalah alasan utama keberadaan perusahaan. Pemilik perusahaan melihat perlunya penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tertentu dan menanamkan modalnya sehingga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan kemudian menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa. Perusahaan yang berhasil memandang bisnis mereka dari luar ke dalam, menyadari bahwa lingkungan pemasaran selalu menimbulkan peluan serta ancaman baru dan mereka memahami pentinganya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah (Kotler, 2002).
29
Untuk penelitian ini lingkungan bisnis yang dimaksud adalah lingkungan di kawasan PBB. Lingkungan ini mencakup lingkungan di kawasan wisata PBB baik wisata air, agro, dan budaya, serta lingkungan masyarakat yang berada di Kawasan Wisata PBB. 3.1.5.1 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah pengungkapan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan akan bisa mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dan sebaliknya ancaman yang muncul dari lingkungan perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya. Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosial Budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi dimasa depan (David 2006). Menurut David (2009) kekuatan lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi lima kategori luas : 1. Kekuatan Ekonomi Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga iklim berbisnis. Jauch dan Glueck (1991) dalam David (2009), mengatakan bahwa perekonomian pada waktu sekarang dan dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis dan didiagnostik kebanyakan perusahaan termasuk : (1) tahapan siklus bisnis yang terjadi, (2) gejala inflasi dan deflasi yang terjadi, (3) kebijakan keuangan, suku bunga, devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing, (4) kebijakan fiscal, dan (5) neraca perdagangan, surplus, atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perubahan sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Organisasiorganisasi kecil,besar, laba, dan nirlaba di semua industry ditantang oleh 30
peluang dan ancaman yang muncul dari perubahan dalam variabel social, Budaya, demografi, dan lingkungan. Variabel utama dalam social, Budaya, demografi, dan lingkungan adalah: perilaku konsumsi, pertumbuhan penduduk, kepedulian terhadap etika, dan rata-rata tingkat pendidikan. Tren sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi.
Tren-tren baru itu menciptakan jenis
konsumen yang berbeda dan konsekuensinya, menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. 3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum Faktor-faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat mempresentasikan peluang dan ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupuun besar. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha dalam berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negative bagi dunia usaha, demikian juga sebaliknya. Industri dan perusahaan sangat bergantung pada kontrak atau subsidi pemerintah, ramalan politik yang menjadi bagian terpenting dalam audit eksternal. Perubahan-perubahan dalam hukum paten, undang-undang antitrust, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memberi pengaruh sgnifikan pada perusahaan. 4. Kekuatan Teknologi Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan teknologi bisa sangat mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi. Kemajuan teknologi juga dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan pengembangbiakan produk yang baru dan lebih baik, mengubah posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, serta mengakibatkan produk dan jasa yang ada saat ini tidak berkembang lagi. 5. Kekuatan Kompetitif Bagian penting dari audit eksternal adalah mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi perusahaan pesaing. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi perumusan strategi yang berhasil. 31
Mengidentifikasi pesaing utama tidak mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi-divisi yang bersaing di industri yang berbeda.
3.1.5.2 Analisis Lingkungan Internal Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Analisis lingkungan internal adalah analisis terhadap aktivitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Analisis lingkungan internal membutuhkan pengumpulan, pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta operasi system informasi manajemen (David, 2009). Kekuatan atau kelemahan internal, ditambah dengan peluang atau ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas, memberi landasan untuk menetapkan tujuan dan strategi. Menurut David (2009) kekuatan lingkungan internal perusahaan dibagi menjadi enam kategori luas : 1. Faktor Manajemen Fungsi manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2. Faktor Pemasaran Pemasaran
didefinisikan
sebagai
proses
pendefinisian,
pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran pokok : 1) analisis konsumen, 2) penjualan produk atau jasa, 3) perencanaan produk dan jasa, 4) penetapan harga, 5) distribusi, 6) riset pemasaran, 7) analisis peluang. Memahami fungsi pemasaran ini membantu para penyusun strategi mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan. 32
3. Faktor Keuangan atau Akuntansi Kondisi keuangan perusahaan sebagai ukuran tunggal terbaik posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik bagi investor. Faktor keuangan sering mengubah strategi yang ada dan rencana penerapan. Menurut James Van Horne (1974) dalam David (2009) fungsi keuangan terdiri atas tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan keputusan dividen. 4. Faktor Produksi atau Operasi Faktor produksi/operasi mencakup semua aktivitas yang mengubah input
menjadi
barang
atau
jasa.
Aktivitas
produksi/operasi
mempresentasikan bagian terbesar dari asset manusia dan modal suatu organisasi. Manajemen produksi/operasi menangani input, transformasi, dan output yang beragam dari satu industri dan pasar ke industri dan pasar yang lain. 5. Faktor Penelitian dan Pengembangan Banyak perusahaan pada sekarang ini tidak memiliki divisi litbang (penelitian dan pengembangan), tetapi banyak perusahaan bergantung pada aktivitas litbang yang berhasil untuk tetap bertahan. manajemen fungsi litbang yang efektif membutuhkan kemitraan yang strategis dan operasional antara fungsi litbang dengan fungsi-fungsi bisnis penting lainnya. Perusahaan yang ingin berkembang dalam industrinya harus menjaga semangat kemitraan dan sikap saling percaya antara manager umum dengan manager litbang. Kebanyakan perusahaan tidak mempunyai pilihan lain kecuali terus mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk yang sudah ada karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi yang baru, siklus hidup produk yang memendek, serta meningkatnya persaingan domestik dan asing. 6. Faktor Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen diperoleh dari evaluasi eksternal dan internal sebuah organisasi. Sistem informasi manajemen mengumpulkan data mengenai pemasaran, keuangan, produksi, dan hal-hal yang terkait dengan personalia secara internal, juga faktor social, Budaya, demografis, 33
lingkungan, ekonomi, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif secara eksternal. Tujuan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sebuah sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan peranti lunak (software) dan peranti keras (hardware) komputer, dengan beragam model analisis, dan basis data. 3.1.6 Proses Analisis Perumusan Strategi 3.1.6.1 Matriks Internal Faktor Evaluasi (IFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembuatan matriks evaluasi faktor internal (IFE) merupakan tahap akhir analisis lingkungan internal perusahaan yang berupa kekuatan dan kelemahan dengan beberapa variabel. Pembuatan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) merupakan tahap terakhir dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang berupa peluang dan ancaman dengan beberapa variabel. Hal ini dilakukan untuk merangkum kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebelum dimasukkan ke dalam analisis matriks IE dan matriks SWOT (David 2006). Manfaat dari analisis matriks IFE dan EFE bagi matriks IE yaitu untuk mengetahui posisi perusahaan relatif terhadap pesiangnya, dimana skor didapat dari penggabungan skor matriks IFE dan EFE. Sementara manfaat dari penilaian matriks IFE bagi matriks SWOT adalah memberikan gambaran bagi lembaga yang dinilai akan kekuatan apa yang perlu ditingkatkan dan kelemahan apa yang perlu diperbaiki untuk perkembangan usaha. Hasil dari kedua penilaian befungsi untuk menghasilkan strategi yang tepat pada matriks SWOT. Selain itu, manfaat matriks EFE bagi matriks SWOT yaitu dapat mengetahui seberapa efektif pengalokasian sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Setelah dilakukan analisis matriks IFE dan EFE maka dilakukan analisis pada matriks IE dan matriks SWOT yang merupakan tahap dari pencocokan data. 3.1.6.2 Matriks IE Matriks IE merupakan matriks yang diperoleh dari hasil gabungan antara total skor pada matriks IFE dengan EFE. Matriks IE memposisikan berbagai divisi 34
organisasi dalam tampilan Sembilan sel sehingga disebut matriks portofolio. Manfaat dari penggunaan matriks IE yaitu mengetahui posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaingnya sehingga didapatkan alternatif strategi yang cocok sesuai dengan posisi yang ada yaitu tumbuh dan kembangkan, jaga dan pertahankan, serta tunai atau divestasi. 3.1.6.3 Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan akronim dari strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Menurut David (2006), analisis SWOT adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor internal dan eksternal yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi : SO (strengths-opportunities), WO (weakness-opportunities), ST (strengths-threats)
dan
WT
(weakness-threats).
Analisis
SWOT
akan
menghasilkan alternatif strategi yang layak untuk dipertimbangkan. 3.1.6.4 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Matriks perencanaan strategi kuantitatif (QSPM) merupakan tahap akhir dari kerangka kerja analisis perumusan strategi, teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik dan alternatif strategi yang layak dipertimbangkan. QSPM merupakan teknik analisis dalam literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak (David 2006). Setelah melewati tahap input dan pencocokan, perusahaan harus dapat mengambil kepurusan tentang strategi terbaik dan yang paling cocok diterapkan dengan kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Analisis QSPM memungkinkan alternatif stratgei dievaluasi untuk mendapatkan alternatif strategi secara objektif berdasarkan penilaian intuitif yang baik terhadap faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006). 3.1.7
Jenis Strategi Strategi yang dapat digunakan oleh sebuah perusahaan bermacam-macam
tergantung dengan tujuan perusahaan itu sendiri untuk menjalankannya. Menurut 35
Fred R.David, Strategi-strategi yang dapat dijalankan oleh sebuah perusahaan dikategorikan menjadi 4 strategi dan 11 tindakan, diluar dari lima strategi Generik Porter. Adapun keempat strategi tersebut adalah Strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif. Keempat strategi tersebut terbagi dalam 11 tindakan yaitu integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, diversifikasi yang terkait, diversifikasi yang tidak terkait, penciutan, divestasi, dan likuidasi. Adapun ringkasan keempat strategi dan 11 tindakan tersebut pada Tabel 8, berikut : Tabel 8. Jenis Strategi Alternatif dan Definisinya Jenis Strategi INTEGRASI
INTENSIF
DIVERSIFIKASI
DEFENSIF
Tindakan Integrasi Ke Depan
Definisi Memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel Integrasi ke Mengupayakan kepemilikan atau Belakang kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan Integrasi Horizontal Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing Penetrasi Pasar Mencari pangsa pasar yang lebih besar unutk produk atau jasa melalui upaya pemasaran yang lebih baik Pengembangan Memperkenalkan produk atau jasa ke Pasar wilayah geografis baru Pengembangan Mengupayakan peningkatan penjualan Produk melalui perbaikan produk atau pengembangan produk Diversifikasi Menambah produk atau jasa namun Terkait masih berkaitan Diversifikasi Tidak Menambah produk atau jasa yang baru Terkait namun tidak berkaitan Penciutan Pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun Divestasi Penjualan suatu divisi atau bagian dari perusahaan Likuidasi Penjualan seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujud
36
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Tahapan kerangka pemikiran operasional pada penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi visi, misi, dan tujuan kawasan wisata PBB. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keseluruhan kawasan wisata PBB, mengenai sejarah, keadaan kawasan wisata PBB, dan perkembangannya. Hal ini dikarenakan strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan kawasan wisata PBB sehingga nantinya diharapkan strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan kawasan wisata PBB dalam mengatasi pemasalahan yang ada. Langkah selanjutnya, melakukan tahap input (input stage) melalui wawancara dengan pihak internal dan eksternal kawasan wisata PBB untuk melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata PBB. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata PBB untuk memperoleh faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi kawasan wisata PBB. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui bidang manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, Penelitian dan Pengembangan, dan Sistem Informasi Manajemen. Untuk analisis lingkungan internal ini dianalisis dengan matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi bidang ekonomi, sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan, politik, pemerintah, dan hukum, faktor teknologi, dan kompetitif industri. Untuk analisis lingkungan eksternal ini dianalisis dengan matriks EFE. Tahap pencocokan (matching stage) untuk penelitian ini menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk mengetahui posisi kawasan wisata PBB yang terdapat dalam Sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, melakukan proses penentuan alternatif strategi menggunakan matriks SWOT . Hasil analisis matriks SWOT digunakan untuk menyusun alternative strategi terbaik yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan untuk masa sekarang ataupun masa depan. Kemudian tahap keputusan (decision stage) untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik yang akan jadi prioritas strategi bagi kawasan wisata PBB dalam pencapaian tujuan. Alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, 37
peluang, dan ancaman. Secara lebih lengkap, kerangka operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Permasalahan yang dihadapi : 1. Kecilnya tingkat pendapatan wisata kawasan wisata PBB 2. Biaya operasioanal dan biaya perawatan yang tinggi 3. Terhentinya pengembangan perluasan pembangunan kawasan wisata PBB 4. Sistem manajemen yang kurang terintegrasi dengan baik antara instansi dinas pemerintah pusat, dan pemerintah kota dengan Lembaga Pengelola PBB Analisis Lingkungan Kawasan wisata PBB
1. 2. 3. 4.
Analisis Faktor Internal : Manajemen Produksi dan operasi Keuangan Pemasaran
5. Penelitian dan Pengembangan 6. Sistem Informasi Manajemen
Analisis Faktor Eksternal : 1. Bidang ekonomi, 2. Bidang sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan, 3. Bidang politik, pemerintah, dan hukum, 4. Bidang teknologi, dan 5. Kompetitif industri Matriks EFE
Matriks IFE
Pencocokan Alternatif Strategi yang tepat (Matriks IE dan SWOT)
Alternatif Strategi Prioritas Strategi (Matriks QSP)
Strategi Pengembangan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 38
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan objek studinya adalah kawasan wisata PBB di kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan, DKI Jakarta. Menurut Nazir (2003), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu frase yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas, subjek penelitian dapat bersifat individu, kelompok, lembaga, organisasi maupun masyarakat. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan November 2010 – Agustus 2010 dan proses pengumpulan data penelitian pada bulan April 2010 – Juni 2010. 4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan, Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB, masyarakat, atau tokoh masyarakat khususnya ketua RT/RW setempat, lembaga-lembaga non pemerintah atau instansi terkait dan pengunjung objek wisata yang memahami kondisi kawasan wisata PBB. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta, Lembaga Pengelola perkampungan Betawi, dan beberapa dinas dan lembaga terkait lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna memudahkan pemahaman. 4.4 Metode Pengumpulan Data Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki pengetahuan baik Internal ataupun eksternal pada kawasan wisata PBB. Pemilihan responden 39
tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Responden yang diambil empat orang yang terdiri dari pihak internal dua orang dan pihak eksternal dua orang. Pihak internal terdiri dari orang-orang pengelola Kawasan Wisata PBB yaitu Koordinator Komite Tata Kehidupan dan Kebudayaan PBB, Koordinator Komite Kesenian dan Pemasaran
PBB.
Sedangkan dari pihak eksternal terdiri dari dua orang yaitu Kepala Bagian Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, dan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan berbagai pihak lain untuk mendapatkan data pendukung mengenai kondisi umum antara lain fasilitas, lingkungan, dan kemasyarakatan di Kawasan Wisata PBB. Pihak yang diwawancarai oleh peneliti antara lain 30 orang pengunjung wisata, 5 orang pedagang, seorang ketua RT. 014 RW.08, dan 2 orang masyarakat PBB. 4.5 Metode Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan kerangka analisis perumusan strategi, dimana menggunakan tahap pemasukan data, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. 1. Tahap Pemasukan (Input Stage) Matriks Evaluasi Faktor Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Internal (IFE) 2. Tahap Pencocokan Matriks IE
Matriks SWOT
3. Tahap Keputusan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Gambar 3. Kerangka Analisis Perumusan Strategi Sumber : David (2009)
4.5.1 Tahap Pemasukan (Input Stage) Tahap input berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap input terdiri dari Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks Profil Kompetitif (CPM). Pada penelitian ini tahap input menggunakan Matriks EFE dan Matriks IFE yang akan mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Keputusan 40
dalam matriks input dalam matriks input menyangkut faktor-faktor eksternal dan internal. Analisis data dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan melalui matriks IFE, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang di analisis secara kualitatif melalui matriks EFE. Pada matriks IFE, Setelah mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, maka dilakukan pembobotan, yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kemudian diberikan peringkat 1 (sangat lemah) sampai dengan 4 (sangat kuat) pada setiap faktor untuk mengetahui seberapa besar kuat atau lemahnya faktor tersebut, faktor kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Pengolahan dan analisis internal kuantitatif digunakan dengan alat bantu komputer melalui program Microsoft Excel. Bentuk penilaian pembobotan faktor internal dalam matriks IFE dan bentuk matriks IFE untuk perusahaan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Pembobotan dalam Matriks IFE Faktor internal Strategi
A
B
C
……
Total
A B C …… Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
41
Tabel 10. Matriks IFE Faktor Internal Strategi Kekuatan Kelemahan Total
Bobot
Peringkat
Bobot x Peringkat
Sumber : David (2009)
Matrik EFE digunakan oleh para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, social, Budaya, demografi, lingkungan, politk, pemerintah,
hukum,
teknologi,
dan
kompetitif.
Pada
matriks
EFE
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman perusahaan. Setelah diketahui faktor-faktor eksternal kemudian dilakukan Pembobotan yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kemudian juga diberikan peringkat antara 1 sampai 4, dimana 4 = respons sangat bagus, 3 = respons di atas rata-rata, 2 = respons rata-rata, 1 =respons dibawah rata-rata, faktor peluang dan ancaman bisa mendapatkan peringkat 1, 2, 3, atau 4. Bentuk penilaian pembobotan faktor eksternal dan matriks EFE untuk perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Pembobotan dalam Matriks EFE Faktor internal
A
B
C
….
Total
Strategi A B C …. Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)
42
Tabel 12. Matriks EFE Faktor Internal Strategi
Bobot
Peringkat
Bobot x Peringkat
Kekuatan Kelemahan Total Sumber : David (2009)
Penentuan pembobotan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang telah dirumuskan bersama kepada pihak Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB dan Disparbud kotamadya Jakarta Selatan. Penetuan bobot dilakukan dengan cara metode paired comparison (Kinnear dan Taylor, 1991) dalam David (2009). Metode paired comparison digunakan untuk membandingkan setiap variable pada baris (horizontal) dengan variable pada kolom (vertical). Penentuan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3, skala yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot setiap variable diperoleh dengan menentukan setiap variable terhadap jumlah nilai keseluruhan variable dengan menggunakan rumus : ai = xi ∑Xi Keterangan : ai = bobot variable ke – i Xi = nilai variable ke-i i
= 1,2,3,……,n
n = jumlah variable 43
Langkah selanjutnya setelah pembobotan dan pemberian peringkat adalah pengalian keduanya antara pembobotan dan peringkat untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variable. Kemudian menjumlahkan skor bobot masingmasing variable untuk memperoleh skor bobot total perusahaan, yang nantinya skor ini akan dimasukan kedalam tahap selanjutnya yaitu tahap pencocokan melalui matriks IE. 4.5.1.1 Variabel Matriks IFE Variabel Matriks IFE adalah variabel-variabel yang menggambarkan kelemahan dan kekuatan dalam suatu area fungsional bisnis/organisasi. Variabel Matriks IFE didapatkan dengan cara melakukan audit internal sebelum penelitian dilaksanakan atau melalui proses pengumpulan informasi dan data-data faktual dari
para
karyawan,
manager,
dan
orang-orang
terkait
dalam
suatu
perusahaan/organisasi. Proses audit internal harus memadukan informasi perusahaan/organisasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan operasi sistem informasi manajemen(David, 2009). Dalam penelitian ini diperoleh beberapa variable berdasarkan audit internal untuk matriks IFE sebagai berikut : a) Manajemen Variabel fungsi manajemen dalam penelitian ini sesuai dengan keadaan audit internal kawasan wisata PBB yaitu a.
Sistem kekeluargaan antar karyawan Lembaga Pengelola PBB yang ramah, dan tingginya sifat tenggang rasa antar karyawan
b.
Sifat masyarakat lokal kawasan wisata PBB yang ramah dengan para pengunjung wisata
c.
Keadaan SDM pedagang PBB yang tidak terorganisir, menyebabkan harga barang kesenian dan cirri khas Betawi di PBB jadi mahal dan bersaing,
serta
kurang
terkoordinirnya
sampah-sampah
yang
dikarenakan pedagang di kawasan PBB d.
Penguasaan lahan yang dikuasai pihak lain, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat dari luar kawasan PBB yang membuka usaha pemancingan
illegal
di
kawasan
wisata
PBB
yang
belum 44
termanfaatkan oleh Lembaga Pengelola sehingga mengurangi keindahan lingkungan kawasan PBB e.
Kualitas dan intensitas SDM Lembaga Pengelola PBB, hal yang dimaksudkan adalah adanya beberapa karyawan Lembaga Pengelola yang memiliki profesi lain sehingga mengurangi perhatian dan konsistensinya utuk menangani kawasan PBB, dan
f.
Kurang terintegrasinya koordinasi kebijakan pemerintah pusat, instansi dinas terkait, dengan Lembaga Pengelola PBB dalam pelaksanaan operasional PBB, sehingga menyebabkan terjadinya kebijakan pembangunan dan pengembangan kawasan PBB yang tidak searah antara satu sama lain
b) Pemasaran Variabel pemasaran sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu a.
Letak kawasan PBB yang strategis, dimana berada di samping jalan raya Jagakarsa II
b.
Memiliki website sendiri untuk kegiatan Promosi, yang mana baru dibuatkan oleh pemerintah daerah Jakarta pada tahun 2008 dengan tujuan untuk promosi kawasan wisata PBB
c.
Pionir dalam wisata Budaya yang berinteraksi dengan wisata air dan agro, hal ini dikarenakan adanya usulan masyarakat kawsan PBB yang menginginkan wisata air, dan wisata agro yang mendukung wisata Budaya Betawi di wilayah kawasan PBB.
d.
Harga tiket masuk yang murah, menyebabkan adanya peningkatan pengunjung kawasan PBB.
c) Keuangan/akuntansi Variabel Keuangan/akuntansi yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu a.
Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung pemerintah, hal ini menyebabkan modal pengembangan kawasan PBB tergantung pada ketersediaan dana APBD DKI Jakarta, dan
45
b.
Laba operasional yang kecil, menyebabkan kecilnya tingkat gaji untuk para karyawan Lembaga Pengelola dan pengurus kawasan PBB, serta kecilnya pendapatan pemerntah daerah DKI Jakarta.
d) Produksi/operasi Variabel Produksi/operasi yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu a.
Sarana dan Prasarana yang dapat dinikmati pengunjung berbeda dengan objek wisata lainya yaitu adanya wisata Air, Budaya, dan agro, contohnya ada sarana bebek air, keramba apung, perahu kano, kayak, tanaman buah asli Betawi dan pagelaran seni tari Betawi
b.
Memiliki pemandangan/panorama yang indah, dengan adanya dua setu babakan dan setu mangga bolong dengan luas ± 169 ha
c.
Menambah wawasan pengunjung dengan adanya sarana wisata Budaya dan agro, karena adanya museum wisata Budaya Betawi dan ciri khas makanan Betawi, serta buah-buahan Betawi .
d.
Keadaan jalan di kawasan PBB, yang belum tertata dengan baik dan rapi
e.
guide (pemandu wisata) PBB, belum bekerja secara maksimal dikarenakan sedikitnya pengunjung wisata yang menggunakan jasa pemandu wisata.
f.
Kondisi sistem sanitasi kawasan PBB, hal ini menjadi perhatian penting dikarenakan bnyaknya system sanitasi yang buruk sehingga menyababkan terjadinya genangan air saat musim hujan
g.
Sifat masyarakat lokal kawasan wisata PBB, yang ramah dan terbuka pada pengunjung wisata
h.
Ketersediaan tempat berbelanja/took/warung untuk membeli souvenir, dan
i.
Ketersediaan fasilitas penginapan, yang mana dapat mendukung fasilitas wisata di kawasan PBB untuk para wisatawan yang ingin menginap
46
e) Penelitian dan Pengembangan Variabel penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu belum adanya bagian penelitian dan pengembangan kawasan PBB dikarenakan bagian penelitian dan pengembangan ini hanya dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. f) Operasi sistem informasi manajemen Variabel Operasi sistem informasi manajemen yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu belum ada sistem informasi manajemen, dikarenakan kawasan wisata PBB ini belum cukup maju dalam penggunaan teknologi, hal ini terkait dengan keadaan kualitas tenaga kerjanya dan proses pengambilan keputusan operasinya berdasarkan atas musyawarah/mufakat baik dengan dinas, pemerintah daerah atau masyarakat.
47
Gambar 4. Variabel Matriks IFE
Manajemen, Pemasaran, Keuangan/akuntansi, Produksi/operasi, Penelitian dan pengembangan, dan Operasi sistem informasi manajemen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Letak strategis, Sarana dan Prasarana Situs website sendiri Pionir wisata Budaya, agro, dan air Pemandangan Kekeluargaan karyawan Wawasan pengunjung
Harga tiket Sumber modal Laba operasional Penelitian dan pengembangan Guide (Pemandu Wisata) Keadaan jalan sistem sanitasi Sifat masyarakat lokal Ketersediaan tempat berbelanja SDM Pedagang SDM Lembaga Pengelola PBB Fasilitas penginapan Koordinasi pelaksanaan operasional Penguasaan lahan sistem informasi manajemen
KEKUATAN DAN KELEMAHAN SUATU ORGANISASI
48
4.5.1.2 Variabel Matriks EFE Variabel Matriks EFE adalah variabel-variabel yang menggambarkan Peluang dan Ancaman dalam suatu area fungsional bisnis/organisasi. Variabel Matriks EFE didapatkan dengan cara melakukan audit eksternal yaitu mewawancarai para karyawan, manager, dan orang-orang terkait dalam suatu perusahaan/organisasi. Hal ini dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan, atau melalui proses pengumpulan informasi dan data-data faktual dari identifikasi dan evaluasi tren serta kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Tujuan audit eksternal harus mengembangkan daftar terbatas dari peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan menghindari ancaman yang bisa merugikan perusahaan. Proses audit eksternal harus mampu mencari isu-isu terkini berdasar pada kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, kekuatan teknologi, dan kompetitif (David, 2009). Dalam penelitian ini diperoleh beberapa variable berdasarkan audit eksternal untuk matriks EFE pada kawasan wisata PBB sebagai berikut : a) Kekuatan Ekonomi Variabel kekuatan ekonomi yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu a.
Situasi kondisi perekonomian nasional (krisis global),
b.
Peningkatan APBD DKI Jakarta, menurut Replubika (thursday, 03 December 2009 08:10 ) APBD DKI Jakarta, yaitu tahun 2008 sebesar Rp 20,3 triliun; tahun 2009 Rp 23,96 triliun; tahun 2010 Rp 24,67 triliun, dan
c.
Tingginya tingkat UMR(Upah Minimum Regional) di Jakarta.
b) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Variabel kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu a.
Situasi keamanan nasional, terkait adanya teroris dan pemboman di Jakarta
b.
Kondisi alam yang tidak menentu, terkait dengan terjadinya banjir tahunan di Jakarta, 49
c.
Dukungan pemerintah pusat terhadap pengembangan kawasan wisata PBB, sesuai dengan Perda DKI Jakarta Nomor 3 tahun 2005
d.
Peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta, (lampiran 4), dan
e.
Wisata bagi konsumen menengah ke atas cenderung sebagai kebutuhan
(perubahan
gaya
hidup).
Pada
dekade
terakhir,
pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di mancanegara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi dan kesejahteraannya. c) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum Variabel kekuatan politik, pemerintah, dan hukum yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu a. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensinya, Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 21 dan pasal 22 (Lampiran 5), dan b. Adanya regulasi atau deregulasi pemerintah daerah, hal ini dapat menyebabkan adanya perubahan kebijakan bagi perkembangan kawasan wisata PBB, contohnya pergantian gubernur DKI Jakarta, Pergantian anggota DPRD, dll d) Kekuatan Teknologi Variabel kekuatan teknologi yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu meningkatnya pengguna internet di Indonesia,hal ini dapat mempengaruhi pemasaran kawasan wisata PBB melalui website. e) Kekuatan Kompetitif Variabel kekuatan kompetitif yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan.
50
Gambar 5. Variabel Matriks EFE
1. pengguna internet 2. Regulasi atau deregulasi
pemerintah daerah 3. Dukungan pemerintah
kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, kekuatan teknologi, dan kompetitif
4. Wisata sebagai kebutuhan 5. Otonomi daerah 6. Kondisi perekonomian
nasional 7. Keamanan nasional
PELUANG DAN ANCAMAN SUATU ORGANISASI
8. Kondisi alam 9. Persaingan antar wisata 10. Jumlah penduduk 11. tingkat UMR 12. Peningkatan APBD
51
4.5.2. Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama. Tahap pencocokan terdiri dari Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix). Pada penelitian ini tahap pencocokan menggunakan Matriks IE yang berfungsi untuk melihat posisi perusahaan dan Matriks SWOT yang berfungsi untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. a) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y da ri matriks IE menggambarkan posisi ekonomi dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 6). TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata Lemah 3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 – 4,0
I
II
III 3,0
Menengah 2,00 –2,99
IV
V
VI 2,0
Rendah 1,0 – 1,99
VII
VIII
IX 1,0
Gambar 6. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber : David (2009)
52
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum dipakai untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. b) Matriks SWOT Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT berupa sebuah matriks yang terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antarfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 13. Menurut David (2009), langkas-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Mendaftarkan peluang eksternal 2. Mendaftarkan ancaman eksternal 3. Mendaftarkan kekuatan internal 4. Mendaftarkan kelemahan internal 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-O 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel W-O 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-T 53
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya pada sel W-T Tabel 13. Matriks Analisis SWOT F. Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
F. Eksternal Peluang (O)
S-O Strategi
1.
Gunakan kekuatan Atasi kelemahan untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan peluang peluang
2.
W-O Strategi
3. 4. Ancaman (T)
S-T Strategi
1.
Gunakan kekuatan Meminimalkan untuk menghindari kelemahan dan ancaman menghindari ancaman
2.
W-T Strategi
3. 4. Sumber : David (2009)
4.5.3. Tahap Keputusan (Decision Stage) Dalam perumusan strategi tahap terakhir yaitu tahap keputusan, yang digunakan untuk menentukan strategi alternatif terbaik. Matriks QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun pada tahap sebelumsebelumnya berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal (David, 2009). Namun, pada matriks QSP tidak setiap strategi alternatif yang diusulkan tahap pencocokan harus selalu dievaluasi. Terdapat enam langkah dalam mengembangkan QSPM :
54
1. Buatlah
daftar
berbagai
peluang/ancaman
eksternal
dan
kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. informasi ini harus diambil langsung dari matriks IFE dan matriks EFE. 2. Berikanlah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam matriks IFE dan matriks EFE. 3. Cermatilah matriks-matriks pada tahap pencocokan, dan mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh perusahaan. Catat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM. Kelompokkan berbagai strategi tersebut ke dalam satu rangkaian ekslusif, sebisa mungkin. 4. Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengindikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi dirangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing factor internal atau eksternal kunci. Kisaran Skor Daya Tarik adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, dan 4 = memiliki daya tarik tinggi. 5. Hitunglah Skor Daya Tarik Total. Skor Daya Tarik Total didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan Skor Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris. Total Skor Daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan penting eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Skor Daya Tarik Totalnya, semakin menarik pula strategi alternatif tersebut. 6. Hitunglah jumlah keseluruhan Daya Tarik Total. Jumlahkan Skor Daya Tarik Total di setiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah keseluruhan Daya Tarik Total menunjukan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mengingat semua factor eksternal dan internal relevan yang mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya selisih antara jumlah
55
Keseluruhan Daya Tarik Total di rangkaian alternatif strategi tertentu menunjukan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi yang lain. Keunggulan dari QSPM adalah bahwa rangkaian-rangkaian strateginya bisa dievaluasi secara berurutan atau bertahap, dan tidak ada batasan jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah rangkaian strategi yang dapat dicermati sekaligus dalam menggunakan QSPM. Keunggulan lain dari QSPM adalah mendorong para penyusun strategi untuk memasukan faktor-faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses keputusan. QSPM dapat sangat membantu proses pemilihan strategi di perusahaan-perusahaan multidivisional karena banyak faktor utama dan strategi yang dapat dipertimbangkan secara sekaligus. QSPM tidak selalu memiliki keunggulan yang tanpa batasan, tetapi QSPM juga memiliki beberapa keterbatasan Keterbatasan QSPM adalah selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar. Pemeringkatan dan skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu harus didasarkan pada informasi yang objektif. Keterbatasan lain dari QSPM adalah QSPM hanya akan baik digunakan dan bermanfaat sepanjang informasi prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasar penyusunannya. Untuk lebih mudahnya format matriks QSP berada dalam Tabel 14. Tabel 14. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrks – QSPM)
Faktor Kunci Faktor Eksternal - Peluang - Ancaman Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan Total Skor Daya Tarik
Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS
1,0
Sumber : David, 2009
56
V. GAMBARAN UMUM PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI 5.1 Lokasi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak di Jl. Mochamad Kahfi II Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan satu kawasan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan dengan Budaya Betawi meliputi hasil gagasan dan karya baik fisik maupun nonfisik yaitu kesenian, adat istiadat, foklor, kesasteraan, bahasa, tanaman dan bangunan yang bercirikan keBetawian. Selain itu PBB juga dilengkapi dengan dua buah setu alam yakni Setu Babakan, dan Setu Mangga Bolong yang memiliki potensi lingkungan alam dengan panorama yang asri dan indah, dimana disepanjang pinggiran setu tersebut ditanami tanaman yang bercirikan Betawi seperti kecapi, rambutan rapiah, sawo, melinjo, boni, secang, namnam, jamblang, jeruk purut, dan lain-lain. PBB yang memiliki luas seluruhnya ± 289 ha terletak di empat Rukun Warga (RW). yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pusat kegiatan Perkampungan Budaya Betawi berada di RW. 08, dimana disana terdapat pusat kegiatan wisata budaya betawi, kantor pengelola Perkampungan Budaya Betawi, museum/galeri mini, wisma, rumah adat, dan tempat penjualan souvenir. Lokasi Perkampungan Budaya Betawi yang berada dipinggiran kota Jakarta, jauh dari kesibukan dan kebisingan kota, serta dengan adanya perpaduan wisata Budaya, wisata agro, dan wisata air menjadikan Kawasan Wisata PBB sebagai objek wisata yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Walaupun PBB terletak di pinggiran kota jakarta, jarak PBB tidak jauh dari pusat kota Jakarta yaitu sekitar ± 42,5 km dari Bandara Internasional Seokarno-Hatta sehingga PBB dapat ditempuh ± 45-60 menit dengan menggunakan kendaraan, dan sekitar ± 30-45 menit jika ditempuh dari hotel-hotel berbintang di Jakarta. Untuk lebih jelasnya peta PBB dapat dilihat pada Lampiran 3.
57
PBB menjadi objek wisata satu-satunya di DKI Jakarta yang bercirikan Budaya Betawi oleh karena itu PBB menjadi andalan wisata Budaya di DKI Jakarta. PBB memberikan suatu nilai yang baru dalam dunia pariwisata khususnya Provinsi DKI Jakarta yaitu berwisata tidak hanya bergembira, tetapi dapat bernilai untuk pengembangan pengetahuan, pendidikan, dan pelestarian kebudayaan Betawi, yang didukung dengan
wisata agro dan wisata air, seperti yang
dimaksudkan oleh pak Arie Budiman (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI Jakarta). Kawasan Wisata PBB dalam pembangunannya terbagi dalam lima zona wilayah yaitu zona pemukiman, zona seni Budaya, zona wisata air, zona wisata agro, dan zona industri. 1) Zona Permukiman adalah bagian dari Kawasan Pekampungan Budaya Betawi yang menjadi permukiman penduduk, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Rumah berarsitektur Betawi. b. Luas areal tertutup bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Zona seni Budaya adalah bagian dari Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang dijadikan pusat seni dan Budaya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bangunan berarsitektur Betawi. b. Dilengkapi fasilitas, sarana dan perlengkapan kesenian c. Pusat/tempat pagelaran, pameran, lomba, pelatihan, dan pendidikan kesenian Betawi. d. Museum/galeri Budaya Betawi 3) Zona Wisata Agro adalah bagian dari kawasan perkampungan Budaya Betawi yang dapat dilihat/dijumpai kegiatan dan kenyataan tata kehidupan agraris masyarakat Betawi, dengan bercirikan : a. Pohon dan tanaman khas Jakarta b. Buah dan sayuran khas Jakarta 4) Zona Wisata Air adalah Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang terpelihara, bersih, dan indah, dengan bercirikan : 58
a. Kehidupan unggas, b. Kehidupan ikan 5) Zona Wisata Industri adalah bagian dan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang menjadi pusat industri Betawi, dengan bercirikan : a. makanan dan minuman olahan khas Betawi b. Hasil karya kerajinan khas Betawi c. Cideramata khas Betawi 5.2 Latar Belakang dan Sejarah Pada Era Tahun 1980an, Pemerintah DKI Jakarta membuat suatu paguyuban atau cagar Budaya yang bernuansa Betawi, yang didirikan di daerah Condet, Jakarta Timur. Namun Pemda DKI mendapat kendala, sebagian besar penduduk condet sudah bukan keturunan Betawi asli dan lebih banyak keturunan asli Arab dan Cina. Maka dari itu, Pemerintah memindahkan cagar Budaya Betawi dan memilih lokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan tepatnya di Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah yang diberi nama “Perkampungan Budaya Betawi” dengan alasan masyarakat sekitar adalah masyarakat yang masih keturunan Betawi dan berBudaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) ini lebih dikenal dengan sebutan “Perkampungan Setu Babakan”. Hal ini memiliki sejarah tersendiri yaitu pada tahun 1940-an zaman VOC Belanda perkampungan ini dikenal dengan sawahnya yang luas ± 400 ha sehingga dikenal sebagai daerah Serengseng Sawah tetapi saat musim kemarau perkampungan ini selalu kekeringan dikarenakan pengairan hanya bersumber dari satu mata air alami yaitu empang Babakan yang terletak di Kampung Babakan oleh karena itu pemerintah Belanda memperluas pengairan empang Babakan dan menjadikannya sebagai danau/setu untuk menampung air hujan dan mata air babakan untuk mengairi sawah. Dalam Perkembangannya tahun 1980-1990an Kelurahan Serengseng Sawah mengalami dampak pembangunan yang pesat oleh pemerintahan daerah DKI Jakarta sehingga luas sawahnya jauh berkurang dan terciptanya dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong. Perkembangan pembangunan Budaya Betawi ini diawali dengan ‘Festival Sehari Setu Babakan’ yang 59
dilaksanakan tanggal 13 Desember 1997 oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan, kemudian melalui kebijakan yang berasal dari aspirasi masyarakat kepada pemerintah (bottom – up) diwujudkanlah penataan lingkungan Kawasan Wisata PBB berdasarkan SK Gubernur No.92 tahun 2000 sebagai tempat pelestarian seni budaya tradisional Betawi, pengembangan daerah resapan air dan kawasan hijau, serta pemanfaatan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air yang dilengkapi dengan dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong dengan luas seluruhnya
±
80
hektar.
Selama
perkembangannya
PBB
dikukuhkan
keberadaannya dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2005 dengan penambahan luas menjadi ± 289 hektar meliputi kawasan pemukiman milik masyarakat ± 189 hektar, dan sisanya ± 100 hektar adalah milik pemerintah. 5.3 Visi, Misi, dan Tujuan Kawasan Wisata PBB Kawasan Wisata PBB dalam perkembangannya belum memiliki visi dan misi secara tertulis, namun Kawasan Wisata PBB sudah memiliki tujuan, sasaran dan fungsi secara tertulis yang tercantum dalam Sk.Gubernur No. 92 tahun 2000 dan dikukuhkan dengan Perda No. 3 tahun 2005. Adapun tujuan, sasaran, dan fungsi PBB sebagai berikut : 1.
Tujuan Perkampungan Budaya Betawi : a.
Membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi.
b.
Menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya.
c.
Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi.
d.
Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan nonfisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi.
2.
Sasaran Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : a.
Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat khususnya penduduk
setempat
akan
pentingnya
lingkungan
kehidupan
komunitas berbudaya Betawi sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian keberadaan Perkampungan Budaya Betawi. 60
b.
Terbina
dan
terlindunginya
lingkungan
perkampungan
yang
memiliki sistem nilai, sistem norma dan sistem kegiatan budaya Betawi. c.
Dimanfaatkannya potensi lingkungan baik fisik maupun nonfisik guna kepentingan peningkatan kesejahteraan sosial.
d.
Terkendalinya
pemanfaatan
ruang
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 3.
Fungsi penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : a.
Sarana pemukiman.
b.
Sarana ibadah.
c.
Sarana informasi.
d.
Sarna seni budaya.
e.
Sarana pendidikan, penelitian, pelestarian dan pengembangan.
f.
Sarana pariwisata.
5.4 Kondisi Fisik dan Iklim Secara topografi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak 26-54 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun, dan memiliki suhu 24-32 0 C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Data Iklim Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Iklim 2005 2000 mm/tahun Curah hujan 159 hari Hari Hujan 24, 30C (Rata-rata) Temperatur Minimum Temperatur Maksimum 32, 00C (Rata-rata)
Tahun 2009 2163,6 mm/ tahun 164 hari 26,7 0C (Rata-rata) 32,9 0C (Rata-rata)
Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa PBB merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi dan hari hujan yang banyak sehingga memiliki ketersediaan air yang banyak, dan didukung dengan kemampuan daya tampung salah satu setu yang dimiliki PBB yaitu Setu Babakan memiliki volume daya tampung total ± 2.200.000 m3, pada musim kemarau debit air mencapai ± 61
1.755.000 m3 dan musim hujan mencapai ± 2.425.000 m3. Secara fisik PBB terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yang terdiri dari 4 RW yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 dan terdiri atas 50 RT, dengan pusat kegiatan wisata di RW 08. Kelurahan Serengseng Sawah seluas 674,70 hektar terdiri dari perumahan, pertanian, setu, pemakaman, fasilitas umum, jalan raya serta irigasi, dengan penggunaan lahan terbesar pada pemukiman dan setu sedangkan lahan terkecil pada irigasi. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan adalah setu yaitu Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, dan Setu Salam UI, hal ini sesuai dengan adanya Perda No. 3 tahun 2005 untuk perluasan PBB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah Peruntukan Lahan Perumahan Industri Fasilitas Umum Pemakaman Jalan Raya Pertanian Setu Babakan, Mangga Bolong, Salam UI Irigasi Total
2004 501,05 0,00 37,00 20,00 28,00 20,00 54,00
2005 366,10 0,00 17,00 4,76 28,00 61,00 196,21
Luas (Ha) 2006 2007 366,10 366,10 0,00 0,00 17,00 17,00 4,76 4,76 28,00 28,00 61,00 61,00 196,21 196,21
2008 366,10 0,00 17,00 4,76 28,00 61,00 196,21
2,05 1,63 1,63 1,63 1,63 662,79 674,70 674,70 674,70 674,70
Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) memiliki batas fisik sebagai berikut :
Sebelah utara
: Jl. Moch. Kahfi II – Jl. H. Pangkat
Sebelah Timur
: Jl. Desa Putra, Jl. Pratama, Jl. Lapangan Merah, dan Jl. Mangga Bolong Timur
Sebelah Selatan
: Batas Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Kota Depok
Sebelah Barat
: Jl. Moch. Kahfi II
62
5.5 Kondisi Sosial dan Kependudukan Perkampungan Budaya Betawi ini terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kelurahan yang memiliki 19 RW dengan jumlah penduduk yang terus meningkat
yaitu jumlah penduduknya 52.134 jiwa, jumlah kepala keluarga
12.938 KK, dan semua penduduknya berkewarganegaraan Indonesia, sehingga dapat dikatakan penduduk di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang berjumlah 21.108 jiwa dan 5000 KK dari 4 RW secara langsung adalah warga Negara Indonesia, dan tidak ada keturunan asing (Cina, Arab dan lain-lain). Seperti ciri khas Betawi pada umumnya, masyarakat di PBB sebagian besar memeluk agama Islam. Kawasan Wisata PBB yang terletak di RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Serengseng Sawah, hal ini dikarenakan adanya daya tarik wisata PBB sejak tahun 2000 sehingga banyaknya masyarakat luar PBB yang pindah ke PBB dengan tujuan untuk berdagang ataupun melakukan kegiatan usaha oleh karena itu sebagian besar mata pencaharian masyarakat PBB adalah karyawan swasta dan pedagang. Dimana pedagang tersebut biasanya membuka warung, industri rumah tangga, rumah makan, dan lain-lain, seperti halnya disebutkan dalam Conference on International Travel and Tourism tahun 1963 bahwa pariwisata seharusnya menimbulkan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
63
Tabel 17. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian (tahun 2009) Penduduk Kelurahan Serengseng Sawah Jumlah Penduduk RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
Tahun 2006 3.204 4.087 3.781 1.443 3.751 4.105 4.920 5.185 6.105 862 1.103 1.158 1.589 1.508 1.817 2.679 906 919 708 49.830
2007 3.339 4.186 3.848 1.459 3.808 4.184 5.019 5.279 6.185 915 1.105 1.190 1.621 1.565 1.834 2.559 923 938 754 50.711
2008 3.412 4.218 3.912 1.478 3.879 4.258 5.059 5.344 6.259 931 1.113 1.212 1.718 1.584 1.831 2.702 936 931 778 51.595
2009 3.450 4.265 3.956 1.495 3.922 4.306 5.116 5.404 6.329 941 1.125 1.226 1.737 1.602 1.852 2.732 946 941 787 52.134
Mata Pencaharian (Th 2009) Pekerjaan Orang Tani 1.986 Nelayan 0 Buruh 1.692 Pedagang 4.317 Karyawan Swasta 7.826 PNS 1.605 ABRI 2.919 Pensiunan 922 Pertukangan 458 Pemulung 175 Jasa 458 Pengangguran 284 Ibu Rumah Tangga 13.215 Pelajar 14.479 Balita 2.682
Jumlah
52.134
Sumber : Kecamatan Jagakarsa (2010)
5.6 Fasilitas Suatu objek wisata haruslah didukung oleh fasilitas dan sarana prasarana pelengkap pariwisata agar menjadi suatu objek pariwisata yang diminati wisatawan. Oleh karena itu objek pariwisata harus dilengkapi oleh unsur-unsur pariwisata yang terdiri atas fasilitas dan sarana prasarana pendukung seperti tour operator atau guide, angkutan/transportasi, akomodasi penginapan,
tempat
makan/restoran, travel agent, souvenirshop, atraksi wisata dan tempat yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, dan lain-lain (Pendit 2006). PBB merupakan tempat pariwisata yang didukung oleh unsur-unsur pariwisata yang cukup lengkap untuk menarik minat wisatawan. Fasilitas dan sarana prasarana di PBB ditumbuhkembangkan dengan konsep budaya Betawi, karena program wisata yang ditawarkan PBB haruslah bernilai edukatif yaitu 64
tujuan utamanya adalah pengunjung mendapatkan pengetahuan mengenai ciri khas kebudayaan Betawi dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat PBB. Fasilitas dan sarana prasarana pendukung kegiatan wisata yang saat ini terdapat di Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, yaitu : a. Wisma penginapan Kawasan Wisata PBB memiliki 1 wisma Betawi yang memiliki 3 ruangan dan teras yang cukup luas serta dikondisikan baik, wisma terletak diantara panggung dan wisata air Setu Babakan. Saat ini wisma tidak dapat difungsikan secara khusus dan sebagai mana mestinya dikarenakan sangat jarangnya pengunjung yang menginap/bermalam di wisma PBB. Untuk itu, pengelola menyewakan tempat tersebut kepada pengunjung untuk acara yang mereka inginkan, seperti acara keluarga/arisan, perpisahan sekolah, maupun acara rapat untuk pengelola ataupun pengunjung. Wisma ini disewakan pada hari biasa, dengan tarif Rp 150.000,00 / hari, sedangkan untuk hari libur dan Sabtu, Minggu Rp 200.000,00 / hari dan mampu menampung ± 100 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota pengelola, untuk harga sewa pada hari Sabtu dan Minggu, lebih besar daripada hari biasa. Hal ini disebabkan karena pada hari Sabtu dan Minggu, kawasan PBB mengadakan acara pagelaran seni Betawi yang ditampilkan di panggung. Sehingga dengan adanya pagelaran seni tersebut, diharapkan pengunjung dapat terhibur dan dapat ikut berinteraksi dengan cara mengikuti latihan kesenian Betawi tanpa harus membayar (gratis) mulai dari menari, bermain musik, berpantun, berlenong, hingga belajar pencak silat Betawi (Beksi) pada pukul 10.00-12.00 WIB. Lain halnya dengan hari biasa, dimana hiburan di panggung tidak nampak atau sepi, hanya ada latihan rutin kesenian Betawi setiap hari Rabu dan Kamis dan pengunjung tidak dapat ikut beriteraksi untuk mengikuti latihannya. Adapun fasilitas yang terdapat pada wisma Betawi, seperti 3 tempat tidur kecil, 8 kursi lenong, 2 meja marmer, 2 lemari pakaian, 2 meja belajar, dan kursi santai. Dengan rencana awal, pembangunan wisma ini dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan para tamu yang berkunjung dan 65
ingin bermalam di PBB Setu Babakan. Namun karena tidak adanya permintaan untuk menggunakan wisma oleh pengunjung sebagai tempat peristirahatan, maka wisma ini difungsikan sebagai balai pertemuan yang disewakan untuk umum. b. Galeri (museum mini) Galeri Betawi yang terletak di belakang kantor pengelola, merupakan bangunan yang memiliki ruangan paling besar dan luas yang dikondisikan baik. Bangunan galeri Betawi ini berfungsi sebagai gedung untuk memamerkan hasil industri rumah tangga, prototype alat musik dan pakaian adat. Namun belum banyaknya koleksi seni galeri menyebabkan ruangan ini masih berupa ruangan yang kosong atau aula oleh karena itu ruangan ini digunakan atau disewakan sebagai tempat perkumpulan keluarga atau arisan dan acara-acara tertentu oleh pengunjung. Ruangan yang dapat digunakan yaitu seluruhnya, baik dalam maupun luar ruangan atau teras mampu menampung ± 100-120 orang sehingga pengunjung pun menjadi lebih leluasa dalam melakukan kegiatan. Dalam penyewaan galeri, tarif yang berlaku pada hari Minggu Rp 200.000,00 sedangkan untuk hari biasa (Senin-Sabtu) Rp 150.000,00. Galeri ini juga dilengkapi halaman dengan hamparan rumputnya yang luas dan taman bersantai di halaman depannya yang sejuk dilengkapi dengan beberapa tanaman bunga yang indah, sehingga pengunjung yang membawa keluarganya dapat menikmati keindahan taman yang tertata dan tumbuh subur. c. Rumah adat Seluruh perumahan masyarakat di PBB diharuskan memiliki rumah yang berarsitektur kebudayaan Betawi karena agar tercerminnya edukasi arsitektur bangunan/rumah Betawi kepada para pengunjung. Hal ini juga diatur dalam Perda No. 3 pasal 8 tahun 2005 tentang pembangunan di Kawasan Wisata PBB yang diarahkan untuk menjaga kelestarian budaya Betawi, keserasian bangunan, dan lingkungan yang mencerminkan ciri khas budaya Betawi. Dalam proses pembangunannya rumah masyarakat di PBB 66
direnovasi dengan dana Pemda melalui Dinas Pekerjaan Umum yang berkoordinasi dengan pengelola dan RT/RW setempat. Rumah adat Betawi juga disediakan khusus untuk para pengunjung wisata yang berlokasi di kawasan wisata budaya, lebih tepatnya di samping kantor pengelola. Rumah adat ini biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan rapat pengelola atau disewakan kepada pengunjung untuk mengadakan acara tertentu yang sesuai izin pengelola seperti arisan, perpisahan sekolah, acara foto pernikahan, dan acara pernikahan berkonsep kebudayaan Betawi. Rumah adat ini disewakan dengan tarif pada hari biasa Rp 100.000,00/hari, sedangkan pada hari libur dan Hari Minggu dengan tarif Rp 150.000,00/hari. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, harga sewa rumah adat Betawi lebih murah dibandingkan dengan wisma dan galeri dikarenakan bagian rumah yang dapat disewakan hanya bagian luar/teras rumah saja yang berkapasitas ± 50 orang. Rumah adat ini berkondisikan baik, karena selain dipelihara oleh pengelola, bangunan ini pun merupakan tempat tinggal penduduk yang direnovasi oleh Pemda DKI Jakarta sebagai rumah adat. Selain itu, pemerintah pun menambah dan membuat fasilitas yang merupakan ciri khas dari budaya Betawi, seperti bale-bale dan kursi lenong yang merupakan tempat beristirahat sejenak dan biasanya digunakan oleh para tamu untuk melepas lelah dengan menikmati keindahan dan kenyamanan kawasan Setu Babakan. d. Teater terbuka/panggung kesenian Teater terbuka adalah sebuah panggung kesenian yang berlokasi di zona seni dan budaya PBB dan biasa digunakan untuk menampilkan suatu atraksi budaya Betawi. Atraksi yang biasa ditampilkan antara lain seni tari, seni musik, dan seni drama. Panggung teater terbuka ini memiliki luas 60 m2 dengan beberapa komponen yang terdapat di dalam panggung , seperti 4 buah microphone, 1 tape recorder, 2 speaker, 2 lemari kaca hias, 2 buah toilet, 1 audio mix, dan 8 buah kursi. Panggung teater terbuka memiliki peranan yang besar dalam kegiatan seni budaya baik musik, tari maupun teater serta biasa digunakan juga sebagai acara pertemuan atau perpisahan sekolah. Dalam hal 67
kegiatan kesenian, masyarakat sekitar yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan kesenian Betawi, biasanya melakukan latihan rutin setiap hari Rabu dan Kamis di panggung teater ini. Selain itu panggung ini juga digunakan untuk pagelaran kesenian rutin pada hari Sabtu dan Minggu. Bagi wisatawan, dengan tersedianya panggung ini, dapat memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri dan memberikan pengetahuan kebudayaan Betawi dari atraksi kesenian yang ditampilkan. e. Kantor Pengelola Kantor pengelola yang terletak di zona seni budaya merupakan bangunan untuk para pengurus Lembaga Perkampungan Budaya Betawi melaksanakan tugas, fungsi, dan kegiatan pengelolaan PBB sehari-harinya. Fungsi utama dari kantor pengelola yaitu sebagai tempat pengelolaan PBB, ruang rapat para Komite PBB dan pusat informasi serta pelayanan umum bagi para wisatawan, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk melakukan wawancara, kegiatan admisnistrasi, dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi utamanya pengelola bekerjasama dengan Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PBB) dan Badan Musyawarah (Bamus) Betawi untuk menjaga keamanan dan melakukan kegiatan rutinnya sehari-hari di Kawasan Wisata PBB, baik kegiatan kesenian, atau adanya kegiatan tertentu seperti Pekan Desember dan Pagelaran Nuansa Islami ataupun adanya kegiatan insidental yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung wisata. Fungsi lain dari kantor pengelola adalah sebagai taman bacaan/ perpustakaan mini yang berkoleksikan buku-buku bercirikan budaya Betawi dan sebagai tempat penjualan souvenir Betawi yang menjual beberapa barang hasil karya kerajinan masyarakat PBB, seperti baju, makanan, minuman, hiasan dinding, jam, gantungan kunci, dan lain-lain. Dengan adanya kantor pengelola, pengunjung yang datang atau ingin mengetahui lebih lanjut tentang kawasan PBB, dapat bertanya atau wawancara kepada pihak pengelola. Biasanya pengeunjung yang datang ke kantor pengelola memiliki tujuan, seperti : menyewa tempat, wawancara penelitian, membaca buku, dan 68
membeli aksesoris yang berada di kantor pengelola. Dalam keadaan tertentu kantor pengelola juga dapat disewakan kepada pengunjung dengan tarif yang belum ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak pengelola, tetapi bagian yang dapat disewakan hanyalah ruang tengah dan teras depan serta halaman kantor. Kantor pengelola yang berkondisikan baik dan cukup aman ini dilengkapi dengan bebrapa komponen, seperti 8 kursi lenong, 2 meja besar, 3 lemari besar, 2 kursi tunggu,1 meja baca, 3 show case, 8 meja kantor, 11 kursi kantor, 2 set komputer, 1 buah mesin faks, toilet, dan dapur. f. Tempat peribadatan Dengan adanya kebutuhan dari pengunjung, maka pemerintah DKI membangun sebuah masjid yang berjarak ± 1 km yang terletak di RW 07 dalam PBB, dan masjid ini merupakan sarana pendukung dari PBB. Masjid Raya Baitul Makmur ini, merupakan tempat beribadah yang cukup luas yaitu sekitar ± 1900 m2 dengan daya tampung ± 1000 orang. Masyarakat memandang bangunan masjid ini sebagai bangunan yang menarik, dimana masjid ini menampilkan ciri khas dari budaya Betawi itu sendiri, contohnya seperti lisplang yang berbentuk runcing-runcing atau disebut dengan belalang. Selain Masjid Raya Baitul Makmur, PBB masih terdapat dua tempat peribadatan lainnya yaitu Masjid At-Taubah dan mushola Al-Falaah. Masjid At-Taubah yang terletak di RW 08 ± 200 m dari zona seni budaya PBB memiliki ciri arsitektur yang sama dengan Masjid Raya Baitul Makmur yaitu bercirikan ciri khas budaya Betawi. Pengunjung wisata juga dimudahkan dengan keberadaan mushola AlFalaah yang terletak di pusat kegiatan wisata yaitu zona seni budaya sehingga pengunjung tidak perlu berjalan jauh untuk ke tempat peribadatan. Untuk saat ini pengelola hanya membangun masjid dan mushola, tetapi tidak tempat ibadah untuk agama lain. Hal ini disebabkan, mayoritas penduduk kawasan PBB menganut agama Islam. g. Toilet/Wc umum Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, memiliki 1 buah toilet yang terpisah antara pria dan wanita yang terletak di zona wisata seni budaya 69
berdekatan dengan mushola dan dikondisikan dengan baik dan terawat (menurut para pengunjung wisata). h. Warung-warung Betawi Hal yang mendukung suatu kawasan wisata yaitu dengan adanya tempat makan, souvenir shop, dan tempat berbelanja bagi wisatawan. Kawasan PBB Setu Babakan, memiliki warung-warung Betawi ± 80-90 warung yang difungsikan sebagai tempat makan, penjualan souvenir, dan tempat berbelanja. Warung Betawi ini menjual makanan dan minuman Betawi seperti, kue irian, rengginang, soto Betawi, gado-gado, sayur asem, bir pletok, dan lain-lain. Dalam hal ini banyak warung - warung dengan jumlah ± 50-60 kedai yang berdiri secara illegal dan tidak menjual makanan dan minuman serta souvenir Betawi. Warung-warung ilegal ini juga tidak tertata dengan rapi dan tidak terkoordinir sehingga membuat kawasan PBB terkesan kumuh dan tidak tertata dengan baik. Selain itu juga dengan banyaknya pedagang keliling yang berjualan di pinggir Setu Babakan membuat wisatawan yang sedang berjalan-jalan merasa kurang nyaman, sehingga perlu adanya perbaikan, penataan, pengkoordinasian pedagang-pedagang di PBB sesuai dengan perda No.3
tahun
2005
yaitu
kawasan
PBB
sebagai
kawasan
yang
ditumbuhkembangkan dengan bercirikan khas Budaya Betawi. 5.7 Potensi Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan pilihan utama para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, karena memiliki beragam potensi dan daya tarik yang luar biasa. Selain itu para wisatawan juga dapat menikmati tiga objek wisata sekaligus di PBB yakni : wisata budaya Betawi, wisata Air, dan wisata agro. Untuk memasuki zona wisata para wisatawan tidak dikenakan biaya masuk per orang (gratis), tetapi jikalau wisatawan menggunakan kendaraan maka dikenakan biaya parkir, hanya sebesar Rp. 2.000 untuk motor dan Rp. 3.000,00 untuk mobil, dan tiket masuk ini hanya dikenakan pada hari Sabtu-Minggu dan hari Libur. Ketiga potensi objek wisata ini sangat berperan pula dalam pengambangan kawasan wisata PBB, berikut potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB), antara lain : 70
5.7.1. Wisata Budaya Dilihat dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, Kawasan Wisata PBB memiliki kekhasan yang dapat menarik perhatian minat wisatawan. sebagai contoh, PBB memilki nuansa kampung Betawi yang kental, salah satunya rumah masyarakat yang berarsitektur atau bernuansakan Betawi. Rumah yang berornamen Betawi ini, biasanya dikenal dengan gigi belalang. Menurut sejarah orang – orang Betawi tempo dulu, mempercayai mitos pada serangga yaitu belalang. Hal ini disebabkan, karena belalang mempunyai sifat peka terhadap tempat tinggal dan memiliki gigi yang sangat kuat. Untuk itu, ciri dari bangunan rumah Betawi adalah gigi belalang. Nilai arsitektur gigi belalang diterapkan pada bangunan-bangunan di PBB, seperti pada masjid, mushola, warung, rumah masyarakat, panggung kesenian, kantor pengelola, wisma, galeri/museum mini PBB, dan bangunan pintu masuk gerbang Bang Pitung PBB. Pintu masuk gerbang Bang Pitung, merupakan pintu masuk menuju kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang berkondisikan baik. Dinamakan gerbang Bang Pitung, karena Bang Pitung merupakan salah satu contoh pahlawan yang biasa lebih dikenal oleh wisatawan. Dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, terdapat sedikit perbedaan pada arsitektur Betawi tempo dulu dan sekarang. Pada Betawi tempo dulu, bagian lantai masih terbuat dari kayu atau bambu dan berbentuk rumah panggng serta menggunakan papan berlapiskan anyaman kulit bambu yang berfungsi sebagai alas rumahnya. Selanjutnya pada bagian dindingnya, menggunakan bambu yang berfungsi sebagai pengisi dinding. Lain halnya dengan bangunan Betawi zaman sekarang, pada bagian lantai sudah menggunakan semen, serta dindingnya terbuat dari tembok. Persamaan bangunan Betawi tempo dulu dan sekarang dapat dilihat dari teras rumahnya dimana bagian lisplang masih berarsitektur gigi belalang, dan rumah Betawi ciri khasnya memiliki teras atau serambi depan yang sangat luas. Dengan adanya serambi depan yang terbuka, dan luas serta hanya dibatasi dengan halaman depan, hal ini mencirikan bahwa orang Betawi dalam menerima tamu
71
tidak pilih – pilih serta merupakan sifat keterbukaan dari masyarakat Betawi terhadap orang lain dan sekitarnya. Hal yang menarik lainnya, yaitu pada atraksi wisata seni Budaya. Dengan adanya atraksi wisata tersebut, masyarakat khususnya orang Betawi dari berbagai daerah di Jakarta dapat ikut serta menampilkan kegiatan atau kesenian Betawi. Sehingga dapat dikatakan, bahwa atraksi wisata Budaya, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas sehingga layak tampil, layak tonton, dan layak jual. Atraksi wisata Budaya di PBB mulai aktif dari tahun 2001 sejak tanggal 20 Januari 2001, dimana diresmikannya PBB oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Selama perkembangannya atraksi seni Budaya sangat berkembang pesat, hal ini dikarenakan adanya dukungan Pemerintah daerah, masyarakat PBB dan masyarakat Betawi di seluruh wilayah Jakarta untuk mengadakan pagelaran seni Budaya Betawi di PBB. Pagelaran seni budaya Betawi di PBB terlaksana dengan adanya kerjasama antara lembaga pengelola dengan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan beberapa organisasi/sanggar seni budaya Betawi di Jakarta. Pagelaran seni budaya Betawi dilaksanakan di panggung pagelaran PBB di zona seni budaya yang biasanya ditampilkan setiap akhir pekan, Hari Sabtu dan Minggu dari pukul 10.00-16.30 WIB yang biasanya mempertunjukan kesenian Betawi, seperti topeng Betawi, Lenong, Jipeng, Gambang Keromong, dan lain-lain. Adapun, atraksi wisata budaya yang dapat dinikmati secara langsung, antara lain : a. Pagelaran Seni Tari Pagelaran Seni Tari Betawi ini biasanya, ditampilkan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai dari pukul 13.30- 16.00 WIB. Selain pagelaran seni tari Betawi, ada juga latihan seni Budaya Betawi bersama-sama dengan pengunjung wisata yang diadakan setiap hari Minggu pukul 10.00-12.00 WIB, dimana pengunjung dapat ikut berinteraksi dalam mempelajari seni Budaya Betawi tanpa harus dipungut bayaran sedikitpun (gratis). Selain itu latihan rutin kesenian Betawi ini diadakan setiap hari Rabu dan Kamis pukul !4.30-16.00 WIB. Adapun jenis tari-tarian yang terdapat di PBB, seperti Tari 72
Sim – Sim, yang merupakan tarian yang diambil dari gerak dan permainan anak – anak dari daerah Betawi. Selain itu terdapat pula tari Ondel – Ondel, yang diiringi dengan lagu Ondel – Ondel dan biasanya tarian ini diperagakan oleh anak – anak TK dan SD. b. Pagelaran Seni Musik Selain terdapat pagelaran seni tari Betawi, biasanya tarian tersebut diiringi pula dengan musik khas Betawi. Musik yang biasanya dimainkan yaitu Gambus dan Gambang Kromong. Musik Gambus ini beraliran timur tengah dan lagu-lagunya biasanya bernuansa Arab. Biasanya musik gambus hanya ditampilkan 2 atau 3 minggu sekali pada akhir pekan. Selain itu, salah satu musik khas Betawi, yaitu Gambang Kromong selalu muncul baik pada hari-hari perayaan maupun acara pagelaran seni. c. Pagelaran Seni Teater atau Drama Atraksi lainnya yang dapat ditampilkan, yaitu seni drama/teater Betawi. Seni drama ini biasa ditampilkan setiap akhir pekan maupun perayaan hari besar seperti HUT DKI Jakarta. Biasanya, seni drama ini ditampilkan atau dimainkan pula oleh masyarakat PBB pada waktu malam hari yang tujuannya untuk menghibur masyarakat PBB dan sekitar PBB. Seni drama Betawi di PBB terkadang menampilkan tokoh-tokoh Betawi, untuk menarik minat jumlah pengunjung wisata dan untuk menghibur para wisatawan. Adapun seni drama yang ditampilkan di PBB, seperti Wayang Wong Betawi yang biasa dijumpai pada acara-acara perkawinan dan sunatan yang dimainkan oleh 8-10 orang. Selain itu ada juga drama khas Betawi yaitu Lenong Betawi yang bercerita tentang banyak hal contohnya seperti cerita Si Pitung dan Bang Jampang, yang menceritakan tentang kepahlawanan mayarakat Betawi dan mempunyai misi agar masyarakat Betawi dapat mencontoh keberanian para pahlawannya untuk bersifat sederhana dan berani membela kebenaran. Seni drama lenong Betawi biasanya dimainkan oleh 1012 orang, yang didiringi dengan Tari Lenong, musik tanjidor, terompet, dan gendang.
73
5.7.2 Wisata Air Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang bercirikan wisata seni Budaya, memiliki panorama alam yang indah dan sejuk. Hal ini karena didukung dengan adanya objek wisata air. Wisata air di PBB ini dibina oleh Dinas Perikanan, dan Kelautan, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tapi dalam pengelolaannya sepenuhnya diberikan kepada Lembaga Pengelola untuk mengembangkannya. Obyek wisata air yang terdapat di kawasan PBB, yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Kawasan wisata Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, memiliki perbedaan. Adapun perbedaan yang dimiliki oleh kawasan wisata air Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, Antara lain : a. Wisata Air Setu Babakan Wisata Air Setu Babakan memiliki panorama alam yang indah, sejuk, dan asri, dengan ditumbuhi banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan rindang. Sehingga para wisatawan dapat berteduh dibawah pepohonan sambil melihat pemandangan setu serta aktivitas masyarakat PBB yang mencari ikan di setu dengan menggunakan jala dan getek. Setu Babakan pada awalnya memiliki luas ± 40 ha dan digunakan sebagai usaha keramba jaring apung oleh masyarakat sekitar PBB. Namun sejak dikeluarkannya Sk.Gub No.92 tahun 2000 keramba jaring apung mulai dilarang keberadaanya, dikarenakan terkesan kotor dan kumuh sehingga mengotori danau Setu Babakan, serta adanya perbedaan tujuan pengembangan dari pihak Dinas Perikanan dan Kelautan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) Setu Babakan kini mengalami perluasan menjadi ± 50 ha yang bisa menjadikan Setu babakan sebagai Setu terluas di Jakarta yang mampu menampung air sekitar 3.000.0003.500.000 m3 air, dan tanggung jawab perluasan dan pengerukan setu dibebankan kepada Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Lembaga Pengelola berdasarkan kebijakan top down dari pemerintah daerah. Dengan adanya perluasan pada Setu Babakan, maka diharapkan wisatawan dapat melakukan banyak aktivitas baik wisata, olahraga, ataupun hanya untuk 74
melepas lelah dan menikmati panorama setu. Setu Babakan ini, paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, karena selain memiliki panorama alam yang indah, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas rekreasi. Saat ini kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan wisatawan, antara lain sepeda bebek air, memancing, dan bahkan ada beberapa mahasiswa, masyarakat, ataupun Tentara Nasional Indonesia yang melakukan kegiatan olahraga di Setu Babakan atau di sekitar Setu Babakan, seperti kano, dayung, berenang, arung jeram, bulu tangkis, bersepeda, lari pagi, flying fox, dan lain-lain. Untuk rekreasi dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan cukup membayar dengan tarif yang telah disesuaikan yaitu sebesar Rp 5.000,00/orang. Dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan dapat mengelilingi kawasan wisata air Setu Babakan dan tentunya dengan batasbatas yang sudah ditentukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan para wisatawan. Wisata bebek air ini ada sejak awal tahun 2007 atas bantuan hibah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, untuk sementara pengelolaan wisata bebek air dilakukan oleh koperasi Pasir Mukti pimpinan bang Elie di PBB, hal ini dikarenakan dalam pengelolaan wisata bebek air, pihak pengelolanya harus memiliki badan hukum, dan Lembaga Pengelola sebagai organisasi pengelola PBB belum memiliki badan hukum oleh karena itu dikelola kepada koperasi Pasir mukti. b. Wisata Air Setu Mangga Bolong Wisata Air Setu Mangga Bolong memiliki luas ± 17 ha, dan berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) dan Pak Syarifudin (Dinas Pekerjaan Umum) wisata Setu Mangga Bolong akan mengalami perluasan menjadi ± 20 ha. Kawasan Setu Mangga Bolong jarang ditumbuhi pepohonan sehingga menimbulkan suasana yang cukup panas. Selain itu belum adanya pengelolaan yang fokus terhadap
pengembangan Setu Mangga Bolong
menjadi kawasan ini terbengkalai dan terkesan kurang terawat. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menjadikan Setu Mangga
75
Bolong sebagai areal peternakan perikanan, keramba jaring apung, atau pun memancing. Kawasan Setu Mangga Bolong merupakan kawasan yang paling jarang dikunjungi oleh wisatawan, dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari zona wisata seni Budaya PBB yatiu sekitar ± 1 km, namun ada beberapa masyarakat sekitar PBB yang berekreasi kesana. Hal ini disebabkan, karena rumah mereka yang sangat berdekatan dengan lokasi Setu Mangga Bolong, sehingga masyarakat melakukan rekreasi wisata. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, yaitu memancing yang merupakan suatu kegemaran atau hobi saja, dan olahraga lain seperti bulu tangkis, bersepeda, atau pun flying fox yang dilakukan oleh para mahasiswa MAPALA UI. 5.7.3 Wisata Agro Zona Wisata Agro yang memiliki luas ± 600 m2, merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata, yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Adapun tujuan disediakannya wisata agro ini, yaitu untuk memperkenalkan tanaman/buah-buahan yang bercirikan khas Betawi kepada para pengunjung wisata. Selain itu tujuan lain dari wisata agro ini adalah untuk rekreasi wisata, keperluan ilmu pengetahuan/penelitian, dan dapat memberikan peluang usaha dibidang pertanian pada masyarakat PBB. Biasanya zona wisata agro dikunjungi oleh mahasiswa dan pelajar yang ingin melakukan penelitian atau pengamatan, bahkan wisatawan asing dan nusantara pun ingin mengetahui tumbuhan yang dimiliki oleh kawasan PBB sebagai ciri khas Betawi. Zona wisata Agro di PBB sepenuhnya dikelola oleh Lembaga Pengelola PBB dan dibina melalui Dinas Periwisata dan Kebudayaan DKI. Daya tarik dan keunikan yang terdapat pada wisata agro di PBB yaitu bahwa lokasi wisata agro yang tidak hanya berada dilokasi zona wisata agro, tetapi juga berada dihalaman/pelataran rumah-rumah penduduk PBB dan disekeliling Setu Babakan yang ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman obat dan buah-buahan yang bercirikan Khas Betawi. Dengan demikian, bila 76
musim buah datang, maka pengunjung wisata dapat mengunjungi rumahrumah penduduk untuk mencoba memetik buah dari pelataran rumah penduduk, ataupun wisatawan dapat juga memetiknya di areal zona wisata agro dan di sekeliling Setu Babakan. Pada awalnya tahun 2003 sebelum terbentuknya Lembaga Pengelola, perkembangan wisata agro ini dilakukan atas kerjasama Sudin Kebudayaan Jakarta Selatan Selaku pengelola sementara PBB yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI serta Pemerintah daerah Jakarta Selatan melalui program wajib tanam tanaman obat dan buah bercirikan khas Betawi kepada masyarakat PBB, dan untuk bibit tanamannya dibagikan secara gratis melalui kantor pengelola, oleh karena itu wisata agro juga terdapat di rumah-rumah penduduk. Adapun beberapa tanaman obat/ buah yang berada di PBB, sebagai berikut : 1) Belimbing Tanaman belimbing yang cukup banyak ditemui rumah-rumah masyarakat di PBB,yaitu belimbing besi, belimbing pasar minggu, dan belimbing Dewi. Dari ketiga belmbing tersebut, belimbing Dewi yang paling dicari-cari oleh pengunjung, karena belimbing ini burbuah 3-4 kali setahun, dan pengunjung pun dapat membelinya dalam jumlah banyak dengan membayar kepada pemilik rumah sesuai dengan kesepakatan, karena belum adanya harga baku yang ditetapkan pengelola ataupun pemilik rumah. Tanaman belimbing ini memiliki keistimewaan yaitu berbuah tidak mengenal musim, selain itu belimbing juga banyak mengandung vitamin C yang juga bermanfaat untuk menurunkan darah tinggi. Maka selain untuk menarik minat wisatawan belimbing juga menjadi tanaman yang dapat bermanfaat untuk masyarakat PBB baik untuk obat, bumbu dapur, melepas dahaga ataupun meningkatkan penghasilan masyarakat. 2) Rambutan Pada musim rambutan, hampir seluruh halaman rumah dan kebun masyarakat PBB dihiasi warna hijau, kuning, dan merahnya buah rambutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat PBB, musim rambutan biasanya terjadi antara bulan September hingga bulan Januari atau tergantung 77
dari suhu dan cuaca. Pohon rambutan yang banyak ditemui di PBB adalah rambutan Cilebak dan rambutan Rapiah atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Betawi dengan sebutan rambutan Cipelat. Para pengunjung pun dapat juga membeli rambutan Cipelat dengan membayar seiklasnya kepada pemilik rumah sesuai dengan kemampuan pengunjung, karena belum ada harga baku yang ditetapkan oleh Lembaga Pengelola ataupun pemilik rumah. Biasanya pengunjung paling banyak ditemui mengunjungi wisata agro saat terjadinya musim rambutan, hal ini juga dikarenakan adanya Pekan Desember, dimana adanya ‘Festival Sehari Setu Babakan’ yang dilaksanakan setiap tanggal 13 Desember untuk mengenang tanggal 13 Desember 1997, pertama kalinya Setu Babakan dikenal dan didukung oleh masyarakat sebagai Perkampungan Setu Babakan yang bercirikan kebudayaan Betawi. 3) Tanaman lainnya Bibit tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman hias/bunga yang langka juga menjadi objek yang tidak kalah menariknya, seperti : Buah Boni, Jambu Bol, Dukuh Condet, Menteng, Mengkudu, Kweni, Sawo Duren, Durian Sitokong, Sirih Merah, Kumis Kucing, Jamblang, dan Durian Cipaku. Disamping wisata Budaya, wisata air, dan wisata agro, Lembaga Pengelola juga mengadakan beberapa kegiatan menarik untuk meningkatkan daya tarik wisata dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat PBB, diantaranya Pasar malam Betawi yang dilaksanakan setiap hari kamis malam Jum’at mulai Pukul 19.00-22.00 WIB di areal pintu gerbang Bang Pitung hingga wisata air Setu Babakan ± sepanjang 1 km. Pasar malam Betawi ini menjual berbagai jajanan, makanan, minuman, pakaian, pernak-pernik souvenir Betawi, dan juga barang-barang dagangan lainnya baik yang bercirikan Betawi atau pun hasil karya sendiri. Pedagang yang berdagang di Pasar malam Betawi ini ada yang berasal dari masyarakat PBB atau pun sekitar PBB.
78
5.8. Tenaga Kerja Tenaga kerja di PBB terdiri atas 10 orang Costumer service, 4 orang Satpam, 2 orang Staf administrasi, dan 12 orang anggota Komite Lembaga Pengelola PBB. Semua tenaga kerja di PBB adalah tenaga kerja kontrak atau honorer. Jam kerja yang diterapkan untuk karyawan Costumer service, Staf, dan Komite adalah tujuh jam dalam sehari dari pukul 08.00-16.00 WIB. pada hari biasa (selasa-jum’at) ditambah 1 jam istirahat dari pukul 12.00 - 13.00 WIB dan dari pukul 08.00-17.00 WIB pada akhir pekan(Sabtu dan Minggu) dan hari libur. Sedangkan untuk satpam diterapkan 12 jam kerja tanpa hari libur, dan adanya system shift yang disesuaikan dengan jadwal pengelola dan adanya jumlah pengunjung wisata. Karyawan di PBB memiliki keunikan tersendiri, dimana hari liburnya adalah hari senin tidak seperti karyawan biasanya. Hal ini dikarenakan hari senin adalah hari dimana para karyawan/pekerja memulai kesibukannya sehingga sangat jarang pengunjung datang ke PBB. Sedangkan pada hari libur atau akhir pekan (Sabtu dan Minggu) karyawan di PBB masuk, karena pengunjung wisata sangat banyak yang datang ke PBB dan adanya pagelaran seni Budaya diakhir pekan. Sistem pemeriksaan kehadiran dilakukan setiap hari melalui absensi harian yang diisi pada saat masuk kerja. Sedangkan pengawasan terhadap karyawan dilakukan oleh anggota Komite sebagai pelaksana tugas harian yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kerja. Semua karyawan yang bekerja di PBB berasal dari orang Betawi asli atau keturunan Betawi, baik dari masyarakat PBB atau pun luar PBB sehingga dapat dikatakan masih memiliki hubungan kekerabatan/kekeluargaan walaupun hubungan /kekerabatan/kekeluargaan yang sudah cukup jauh. Tujuan Pemerintah dalam mengangkat seluruh tenaga kerja di PBB adalah orang betawi semua, agar dapat melestarikan Budaya Betawi dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Betawi itu sendiri. Hal ini berdasarkan pengalaman pengembangan Kampung Condet tahun 1970an yang dikelola oleh pemerintah dan akhirnya tidak mengalami kemajuan dan tidak dapat dikembangkan. 79
Para karyawan di PBB memiliki beberapa perbedaan dalam hal pengrekrutan, penggajian, latar belakang pendidikan, dan lokasi kependudukan. Para pekerja costumer service, satpam, dan staf pengelola biasanya berasal dari masyarakat PBB, sedangkan untuk Komite pengelola dapat berasal dari masyarakat PBB atau pun dari luar PBB. Sistem rekruitmen pekerja di PBB berbeda-beda caranya. Untuk satpam diseleksi oleh PT. Garda Indonesia, costumer service diseleksi oleh 3 dinas yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas pekerjaan umum, dan Dinas Pertamanan, sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi pengelola, sedangkan untuk staf diseleksi oleh para anggota komita Lembaga Pengelola sesuai dengan kebutuhan administarasi pelaksanaan kerja pengelola PBB. Pengrekrutan dan seleksi karyawan oleh lembaga pengelola dan dinas yang berdasarkan rekomendasi pengelola masih bersifat kekeluargaan dan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk Komite Lembaga Pengelola PBB diseleksi melalui DPRD DKI Jakarta dan diputuskan melalui SK.Gub No. 754 tahun 2008. Latar belakang pendidikan yang ada pada karyawan PBB dimulai dari lulusan SLTA hingga lulusan pasca sarjana, dimana untuk costumer service dengan lulusan SLTA, untuk Satpam dengan lulusan SLTA dan D3, dan untuk Staf dengan lulusan D3 dan Sarjana. Sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola dengan lulusan Sarjana dan Pasca Sarcana, dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola haruslah memiliki kemampuan dalam manajemen dan kepemimpinan, tujuannya untuk dapat mengembangkan dan mengelola PBB dengan baik. Sistem penggajian karyawan di PBB pun berbeda-beda berdasarkan pengrekrutan dan penseleksiannya. Para costumer service digaji oleh masingmasing dinas yang merekrutnya seperti 4 orang costumer service yang bertugas mengurus taman di PBB digaji oleh Dinas Pertamanan DKI, 4 orang costumer servis yang bertugas untuk menjaga kebersihan/pengairan Setu Babakan digaji oleh Dinas Pekerjaan Umum DKI, dan 2 orang costumer service yang bekerja untuk mengurus kebersihan kantor pengelola digaji oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI. Para Satpam digaji per bulannya oleh PT.Garda Indonesia, dan para staf pengelola digaji oleh pengelola melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI, sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola digaji per 80
bulannya oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Gaji yang didapatkan oleh para karyawan sudah termasuk uang transportasi, makan, dan tunjangan kesehatan. Walaupun terdapat perbedaan dalam hal pengerekrutan, dan penggajian pada karyawan, tetapi pelaksanaan tugas seluruh karyawan sehari-hari di PBB dikoordinasikan dibawah wewenang para Komite Lembaga Pengelola sebagai badan yang bertanggungjawab untuk mengelola PBB. Dalam mengelola PBB, Lembaga Pengelola meminta bantuan dan bekerja sama dengan Satuan Gerakan Sosial (Satgas) PBB yang beranggotakan masyarakat PBB dalam hal menjaga keamanan dan kebersihan di wilayah PBB. Secara keseluruhan karyawan yang bekerja di PBB bisa dikatakan memiliki gaji dibawah UMR DKI Jakarta sehingga motivasi karyawan di PBB hanyalah untuk melestarikan Budaya Betawi agar tetap ada, dan berkelanjutan tidak seperti nasib kampung Condet. 5.9 Struktur Organisasi Saat diresmikannya PBB tanggal 20 Januari 2001, belum ada struktur organisasi yang jelas untuk mengelola PBB sehingga PBB dikelola melalui Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan dibantu oleh para masyarakat PBB yang sudah lama tinggal di kampung Setu Babakan. Dalam perkembangan perluasan PBB dari luas 165 ha (tahun 2000) menjadi luas 289 ha (tahun 2005), terdapat banyak
tanah
masyarakat
Betawi
asli
yang
terkena
perluasan
dan
dipersengketakan untuk dibeli oleh pemerintah menjadi areal wisata PBB. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota DPRD komisi B, mengingat bahwa adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2000 Tentang Lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa Lingkungan hidup di luar pengadilan, maka penyelesaian tanah sengketa di PBB dilakukan pemerintah dengan cara merangkul para sesepuh Betawi dari berbagai organisasi Betawi diantaranya Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Bamus Betawi untuk dapat menjelaskan tujuan dan maksud baik pemerintah terhadap kampung Setu Babakan yang akan dijadikan Kawasan Wisata PBB. Oleh karena itu para sesepuh Betawi ikut serta pula dalam pengelolaan di PBB, hingga pada tahun 2008 diputuskan secara resmi struktur Komite Lembaga Pengelola PBB yang 81
beranggotakan 13 orang yang berasal dari kalangan masyarakat Betawi di PBB dan para sesepuh Betawi yang merupakan orang-orang non Pemerintahan. Sesuai dengan SK.Gub No.754 tahun 2008 (pada Lampiran 4) dan tugas, fungsi, kegiatan, tujuan serta kedudukannya secara jelas ditetapkan pada Pergub. No.129 tahun 2007. Pengurus Lembaga Pengelola PBB, seperti dimaksudkan yaitu orang Betawi yang non pemerintahan, hal ini dikarenakan pembelajaran pemerintah dari pengalaman kampung condet yang gagal dikembangkan oleh pemerintah sebagai kampung Betawi, sehingga adanya harapan pemerintah agar masyarakat Betawi itu sendiri yang dapat mengembangkan dan melestarikan PBB sebagaimana mestinya. Adapun alasan lain berdasarkan wawancara dengan anggota DPRD komisi B yaitu agar pengembangan PBB nantinya tidak menjadi proyek-prroyek
pemerintah
semata
dan
menghindari
adanya
indikasi
penyelewangan dana pemerintah. Keberadaan Lembaga Pengelola PBB ini sangat berperan dalam pengembangan kawasan PBB ke depannya, berikut adalah tujuan, struktur, dan tugas fungsi Lembaga Pengelola di PBB, antara lain : 1) Tujuan dibentuknya Lembaga Pengelola : a) Memelihara dan melindungi tata kehidupan dan nilai Budaya Betawi, b) Menciptakan dan menumbuhkembangkan seni Budaya Betawi c) Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik, baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi. d) Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik atau non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi. 2) Struktur Lembaga Pengelola, terdiri dari : a) Ketua b) Komite tata kehidupan dan Budaya c) Komite kesenian dan pemasaran d) Komite pengkajian, pelatihan dan pendidikan, dan e) Komite pengawasan dan pengendalian 3) Tugas Lembaga Pengelola, adalah melaksanaan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. 82
4) Fungsi Lembaga Pengelola, sebagai berikut : a) Penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi, b) Penyusunan
rencana
strategi/pembangunan
jangka
menengah
Perkampungan Budaya Betawi, c) Penyusunan rencana kerja tahunan pengelola Perkampungan Budaya Betawi, d) Penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengakapan kesenian, e) Penyelenggaraan kegiatan pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi, f) Pengajuan kerja sama pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat, g) Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi, dan h) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas fungsi, kegiatan, dan pemanfaatan anggaran. 5) Lembaga Pengelola PBB yang dipimpin oleh seorang ketua lembaga dan terdiri atas empat Komite memiliki tugas, sebagai berikut :
Ketua Lembaga mempunyai tugas : a) Memimpin Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola b) Melaksanakan koordinasi dengan masyarakat dan pihak swasta dalam rangka mengoptimalkan pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi c) Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevalusi pelaksanaan tugas Komite-Komite, dan d) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola.
Komite Tata Kehidupan dan Budaya, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya, 83
b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya, c) Menyusun rencana kerja Komite Tata keidupan dan Budaya d) Melaksanakan pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi e) Melaksanakan sosialisasi, dan internalisasi tata kehidupan dan Budaya Betawi, f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.
Komite Kesenian dan Pemasaran, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran, c) Menyusun rencana kerja Komite Kesenian dan Pemasaran d) Melaksanakan pergelaran, pameran, dan lomba Kesenian Betawi, e) Melaksanakan sosialisasi, publikasi, dan pemasaran Kesenian dan Pemasaran f) Melaksanakan penyadiaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengkapan kesenian, g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.
Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, c) Menyusun
rencana
kerja
Komite
Pengkajian,
Pelatihan,dan
Pendidikan, d) Melaksanakan Pengkajian,dan Pendokumentasian Budaya Betawi, e) Melaksanakan pelatihan dan pendidikan seni Budaya Betawi, f) Memfasilitasi rencara kerja sama pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi, dan 84
g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.
Komite Pengawasan dan Pengendalian, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian, c) Menyusun rencana kerja Komite Pengawasan dan Pengendalian, d) Melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pembangunan dan pemanfaatan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi baik yang dilakukan oleh Pemerntah Daerah maupun oleh instansi Pemerintah Pusat, masyarakat, dan swasta. e) Melaksanakan koordinasi dengan SKPD/UKPD yang bertanggung jawab dalam penegakan peraturan daerah dan/atau aparat penegakan hukum, dan f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas. Untuk pengelolaan keuangan dan pelaksana tugas harian, Komite
Lembaga Pengelola menugaskan kepada anggota Komite Indra Sutisna, S.Kom dan dibantu oleh 2 orang staf administrasinya yaitu Sarwanih, dan Irma, S.E. Hal ini dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola memiliki pekerjaan lain, yaitu : 1. dr. H. Abdul Syukur, SKM sebagai mantan purnawirawan TNI kini sebagai dosen, dokter dan pengusaha 2. Drs. H. Rusdi Saleh * sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi, dan mantan pegawai TVRI 3. H. Irwan Syafiie sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi 4. Indra Sutisna, S.Kom sebagai mantan Dewan Kelurahan, kini sebagai pelaksana tugas harian di PBB 5. dr. H. Sibroh Malisi, MARS* sebagai pengurus Bamus Betawi, Ketua Satgas PBB, dan Dokter 6. Taufik Abdullah, S.Pd sebagai pengajar di Jakarta International School 7. Hj. Poppy Sri Suryani sebagai ketua Persatuan Wanita Betawi dan mantan Walikota Jakarta Pusat 85
8. Drs. H. Amarullah Asbah * sebagai pengurus di Bamus Betawi 9. Drs. H. Yoyo Muchtar sebagai Direktur PD. Pasar Jaya 10. Abdul Azis Kafia, S.si, M,Si sebagai Pengurus Bamus Betawi dan mantan anggota DPRD DKI Jakarta 11. Ir. H. Agus A. Asenie, Dipl-Ing* sebagai konsultan publik 12. Ir. H. Rudi Saputra, MT sebagai Direktur Kemahasiswaan Institut Sains Teknik Nasional 13. H. Abdul Khalid, BA sebagai Dosen Dikarenakan banyaknya Komite yang memiliki pekerjaan lain sehingga perhatian dan loyalitas Komite terhadap PBB kurang terlihat dengan baik. Semua Komite di Lembaga Pengelola diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban yang nantinya laporan pertanggungjawaban ini secara tertulis disampaikan kepada Gubernur melalui kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Lembaga Pengelola juga mendapatkan pembinaan dan motivator dari Sudin kebudayaan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta melalui bagian Pemberdayaan Masyarakat.
86
VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang di miliki Perkampungan Budaya Betawi. Informasi dan data mengenai keadaan internal Perkampungan Budaya Betawi didapatkan melalui hasil wawancara dan penyebaran kuesioner kepada tujuh karyawan Lembaga Pengelola PBB diantaranya dua orang costumer service, dua orang satpam, dua orang staf administrasi, dan seorang Komite sebagai pelaksana tugas harian serta didukung dengan pengamatan dilapangan yaitu mewawancarai ± 30 wisatawan yang pernah ≥ 4 kali melakukan kunjungan ke PBB, dimana Metode yang digunakan adalah purposive sampling methode. Adapun faktor-faktor yang terkait dengan analisis lingkungan internal Perkampungan Budaya Betawi yaitu manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan 6.1.1 Manajemen Untuk menganalisis manajemen Perkampungan Budaya Betawi, maka perlu menganalsis Lembaga Pengelola PBB sebagai pengelola PBB. Terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji untuk analisis manajemen, antara lain aspek perencanaan, pengeorganisasian, pemotivasi kerja, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian. a) Perencanaan Perencanaan dalam sebuah perusahaan terdiri atas aktivitas menajerial terkait dengan persiapan untuk perusahaan di masa depan. Perencanaan dalam tugasnya mencakup penetapan tujuan, penggunaan strategi, penentuan sasaran 87
dan fungsi, dan pengembangan kebijakan. Saat ini pengembangan perencanaan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi sudah memiliki perencanaan tertulis untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang tercantum pada Pergub. No.151 tahun 2007. Hal ini terlihat juga dari adanya tujuan, sasaran, dan fungsi yang jelas dari Perkampungan Budaya Betawi yang dicantumkan dalam Perda No.03 tahun 2005 serta adanya pelaksana perencanaan pengembangan PBB yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola seperti dijelaskan pada Pergub.129 tahun 2007. Walaupun sudah adanya perencanaan yang jelas tetapi belum dapat dilaksanakan sepenuhnya secara maksimal oleh Lembaga Pengelola PBB, sebagai contoh belum adanya penertiban pedagang, belum adanya lahan parkir yang memadai, pembangunan jalan yang belum merata, dan sedikitnya karyawan Komite yang menetap di kantor Lembaga Pengelola. b) Pengorganisasian Struktur organisasi Lembaga Pengelola seperti terlihat pada Lampiran 4, yang menunjukan bahwa posisi manajemen puncak dipegang oleh ketua lembaga yang memiliki tangung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola. Lembaga Pengelola memiliki struktur organisssai yang jelas yang dicantumkan dalam Pergub no.129 tahun 2007 dan diputuskannya personil Komite Lembaga Pengelola dalam SK.Gub 754 tahun 2008. Walaupun perencanaan PBB dan pengorganisasian struktur organisasi Pengelola PBB sudah jelas tapi dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal, karena pelaksana tugas harian di Lembaga Pengelola yang hanya dibebankan kepada 1 orang anggota Komite dan 2 orang staf dianggap terlalu sedikit sehingga terkesan terjadinya rangkap jabatan dan tidak terkoordinasi antar Komite dan kurangnya pelayanan terhadap wisatawan saat ramai pengeunjung. Hal ini juga dikarenakan dengan jadwal rapat antar Komite Lembaga Pengelola yang hanya 1 bulan sekali dan tidak pernah ditetapkan secara jelas waktunya kapan dan dimana.
88
c) Pemotivasi Kerja Pendekatan yang dilakukan oleh ketua Komite Lembaga Pengelola untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan di PBB didasarkan pada sifat dasar untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan kebudayaan Betawi bersamasama selamanya. Sehingga para Komite pun ikut mengembangkan sikap saling memiliki Perkampungan Budaya Betawi kepada semua karyawan, sehingga rasa saling memiliki terhadap PBB pun dapat menjadi sikap untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan PBB. Sikap saling memiliki PBB tersebut menjadi motivasi yang tinggi bagi seluruh karyawan, walaupun dapat dikatakan gaji para karyawan di PBB di bawah Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta sehingga mereka bekerja atas dasar sosial karena ingin memajukan Kebudayaan Betawi. d) Pengelolaan Staf Pengelolaan/Penempatan Staf dalam perusahaan berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya yaitu gaji atau upah, tunjangan karyawan, rekrutmen, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, pengembangan karier, prosedur keluhan, kebijakan pendisiplinan, dan kehumasan. Secara umum, pengerekrutan karyawan untuk costumer service, staf, dan satpam di PBB hampir seluruhnya secara kekeluargaan, tidak melalui prosedur yang formal, terstruktur, dan profesional. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya tidak ada tes tertulis atau pun wawancara dalam pengrekrutan kerja, hanya berdasarkan rekomendasi para angota Komite dan masyarakat PBB. Sedangkan dalam pengrekrutan personil Komite Lembaga Pengelola menggunakan prosedur yang formal, terstruktur, dan sistematis, karena melalui rapat pemilihan dengan DPRD, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Jakarta Selatan serta unsur Badan Musyawarah Betawi. Tetapi berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan angota DPRD komisi B, Kasie. Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan, dan Kabid Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, dan anggota Komite, pemilihan personil Komite ini dapat dikatakan lebih banyak 89
unsur kharismatik dan politiknya bukan berdasarkan sisi profesionalisme manajemen
atau
pun
kemampuannya
kepemimpinannya,
sehingga
menyebabkan adanya kesenjangan sosial kerja antara Komite dengan karyawan dan juga dapat menyebabkan prosedur keluhan karyawan kepada ketua Komite menjadi terasa enggan dan sulit. Oleh karena itu prosedur keluhan karyawan dapat disampaikan melalui anggota Komite pelaksana tugas harian yaitu Indra Sutisna, S.Kom untuk nantinya disampaikan dalam rapat Komite yang berlangsung 1 bulan sekali. Dalam hubungan kerja antara Komite dengan karyawan dapat dikatakan kurang terjalin dengan baik begitu juga Komite dengan masyarakat PBB sehingga masyarakat PBB kurang mengetahui para personil dan struktur organisasi Lembaga Pengelola PBB. Hal ini mengakibatkan lebih banyak masyarakat PBB yang mengenal Indra Sutisna, S.Kom sebagai ketua Lembaga Pengelola dan dr. Sibroh Malisi, MARS sebagai wakilnya atau pun sebaliknya, ini adalah bukti bahwa kurang memasyarakatnya para Komite Lembaga Pengelola dikarenakan kesibukan para komite pengelola memiliki pekerjaan lain. Untuk gaji, tunjangan serta kontrak kerja bagi costumer service dan staf belum ada secara pasti dan jelas dikarenakan masih bersifat kekeluargaan dan sesuai kebutuhan pengelola, sedangkan untuk satpam dan Komite sudah ditentukan secara jelas, tetapi para anggota Komite merasa tenggang rasa dan bertanggung jawab serta ingin merasakan hal yang sama kepada karyawan lain dengan cara mendapatkan gaji yang disama rata kan kepada semua karyawan. Para karyawan di PBB dirasa sulit untuk mendapatkan peluang karier dan pengembangan manajemen karena sifat pengelolaan secara umum masih kekeluargaan dan sesuai kebutuhan pengelola, selain itu untuk personil Komite ditentukan secara sistematik melalui prosedur yang tertulis di Pergub No.129 tahun 2007 sehingga dirasa sulit untuk para karyawan dapat mencapai posisi top manajemen atau middle manajemen di Komite Lembaga Pengelola. Untuk pelatihan dan pendidikan karyawan dan Komite belum ada standar baku dan bersifat insidental tergantung kebutuhan dan dana yang tersedia di Lembaga Pengelola. 90
e) Pengendalian Pengendalian pada perusahaan umumnya mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasilnya sejalan dengan yang direncanakan. Pada Perkampungan Budaya Betawi pengendalian tertulis ada pada Perda No.3 tahun 2005 dan Pergub No.151 tahun 2007 antara lain tentang : Pembangunan rumah dan pedagang di lingkungan PBB harus bercirikan Budaya Betawi. Sedangkan untuk pengendalian kerja karyawan dan komite belum ada SOP tertulis dan masih bersifat kekeluargaan ataupun insidental seperti jam masuk kerja, masuk tidaknya karyawan dan rapat kerja karyawan. Untuk pengendalian kinerja komite dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh pemerintah daerah dalam rapat pertanggungjawaban Lembaga Pengelola PBB yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI dan dilaporkan kepada Gubernur DKI Jakarta. 6.1.2 Pemasaran Pemasaran merupakan proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran pokok : a) analisis konsumen, b) penjualan produk atau jasa, c) perencanaan produk dan jasa, d) penetapan harga, e) distribusi, f) riset pemasaran, g) analisis peluang. Berikut merupakan penjelasan mengenai fungsi pemasaran di Perkampungan Budaya Betawi. a. Analisis Konsumen Konsumen didalam penelitian ini yaitu pengunjung wisatawan di PBB. Berdasarkan data dan hasil wawancara dengan pengunjung wisata di PBB, kebanyakan wisatawan yang datang ke PBB yaitu lebih banyak wisatawan nusantara dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, dan untuk wisatawan nusantara lebih banyak berasal dari Jabodetabek. Selama ini PBB belum menetapkan biaya/tarif masuk per pengunjung per orang, karena sesuai dengan target pasarnya yaitu wisatawan kalangan menengah kebawah. Keinginan dan harapan wisatawan yang paling banyak yaitu fasilitas rekreasi dan jenis wisatanya lebih ditingkatkan lagi khususnya wisata petualangan (adventure), 91
selanjutnya penataan pedagang dan zona wisata yang lebih rapi dan tertata dengan baik. Adapun keinginan lain dari pengunjung wisatawan dan masyarakat setempat yaitu terjaganya kebersihan, adanya tempat sampah dan WC yang cukup terjangkau, adanya ciri khas wisata agro (seperti salak condet). Tujuan wisatawan ke PBB lebih banyak adalah sebagai objek rekreasi wisata dan lepas dari rutinitas keseharian, objek rekreasi yang dimaksud adanya pergelaran rutin Sabtu-Minggu dan adanya objek wisata Bebek Air. b. Penjualan Produk atau Jasa Penjualan produk/jasa meliputi banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi, publisitas, hubungan dengan konsumen, dan hubungan dengan diler. Penjualan Produk/Jasa di PBB yang dimaksud adalah Produk Wisata yang ditawarkan yang berada di PBB yaitu adanya wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Air, serta didukung dengan adanya hutan kota. Iklan yang dilakukan dalam pemasaran PBB belum ada secara komersil, namun sudah banyak artikel, tulisan jurnalistik, dan berbagai liputan media televisi dan radio yang memuat tentang PBB seperti majalah Bisnis Indonesia, TVRI, TV7, Trans TV, dan lain-lain. Promosi yang telah dilakukan PBB untuk meningkatkan wisatawan yaitu dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan DKI yaitu dengan cara melakukan wajib kunjung sekolah-sekolah (SD,SMP,SMA) ke PBB. Alat promosi saat ini untuk mempromosikan PBB antara lain adanya papan penunjuk jalan Setu Babakan sebagai tanda arah menuju PBB Setu Babakan, adanya Gerbang Bang Pitung sebagai pintu masuk PBB, dan pamflet PBB untuk para pengunjung. Semua media promosi yang ada adalah atas kerjasama PBB dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum, serta Sudin Kebudayaan Jakarta Selatan, untuk saat ini belum ada media promosi online dari Pengelola PBB seperti website, dan email, dikarenakan kurangnya pengetahuan staf dan pelaksana tugas harian serta kurangnya koordinasi dan tenaga teknis terkait kebijakan promosi tersebut. c. Perencanaan Produk dan Jasa 92
Perencanaan produk/jasa di PBB yang sedang disusun oleh para komite Lembaga Pengelola dengan adanya Master Plan pembangunan pengembangan PBB yaitu akan diperluasnya Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong masingmasing menjadi 50 ha dan 20 ha, selanjutnya akan dibuat suatu pulau wisata Agro khusus pertanian bercirikan tanaman dan buah-buahan Betawi, akan dibuatnya Wisata Arung Jeram yang akan menyusuri Kampung Babakan dari Setu Babakan hingga jalan Desa Putra, akan dibuatnya Wisata flying fox yang akan melalui Setu Babakan dimulai dari zona wisata seni Budaya (jalur barat Setu Babakan) hingga jalur timur Setu Babakan, dan akan dibuatnya lahan parkir bermotor dan mobil yang berdampingan dengan wisata Agro. Rencananya pembangunan Master Plan ini berlangsung antara 2010-2015, dimulai dari pekan Desember 2010 di PBB yang akan dikoordinasikan dengan pihak Pemerintah, maupun pihak swasta, serta masyarakat terkait sehingga nantinya PBB menjadi lebih profesional dan meningkatkan kesejateraan sosial masyarakat Betawi pada khususnya dan masyarakat jakarta pada umumnya. d. Penetapan Harga Penetapan harga di PBB untuk tiket masuk per orang belum ada sehingga dapat dikatakan PBB merupakan tempat wisata gratis bagi setiap orang dan memiliki daya tarik dan keunggulan sendiri. Tetapi Penetapan harga di PBB dilakukan pada harga tiket masuk parkir kendaraan, harga wisata Bebek Air dan harga sewa untuk wisma, galeri, dan rumah adat. Dalam hal pencatatan pengunjung wisatawan pihak lembaga pengelola melakukannya dengan cara mencatat jumlah wisatawan dibelakang bukti tiket masuk kendaraan, yang nantinya setiap minggu akan diakumulasikan dan digunakan sebagai data jumlah pengunjung wisatawan PBB. Menurut Umar (1999), Penetapan harga dapat menghasilkan penerimaan bagi perusahaan dan menunjukan posisi perusahaan dalam persaingan. Penetapan harga yang dlakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau meambahkan suatu ‘mark up’ baku untuk labanya, (2)analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep dengan pulang93
pokok yang menunjukan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume pulang-pokok, (3) berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen, dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan komite Lembaga Pengelola untuk penetapan harga tiket masuk kendaraan pada awalnya hanya Rp. 1.000,00/kendaraan berdasarkan analisis pulang-pokok, yang didasari atas adanya kebutuhan dana untuk menutupi kekurangan dana mengadakan pergelaran
seni
Budaya
di
PBB
pada
akhir
tahun
2005.
Dalam
perkembangannya ada kenaikan penetapan harga pada tiket masuk kendaraan menjadi Rp. 2.000/motor dan Rp. 3.000/mobil pada tahun 2009 dikarenakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan anggota lembaga pengelola. Harga tiket masuk kendaraan pengunjung wisata di PBB hanya diberlakukan pada hari Sabtu-Minggu dan hari Libur sedangkan untuk hari Senin-Jum’at tidak diberlakukan tiket masuk kendaraan atau gratis biaya masuk., hal ini dikarenakan pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur jumlah pengunjung cukup banyak.Penetapan harga ini didasari atas kekurangan dana dari pengelola untuk mengadakan pergelaran seni Budaya, dan untuk penetapan harga pastinya digunakan hasil penelitian dari berbagai mahasiswa yang melakukan penelitian di PBB dengan mengacu pada persepsi kesediaan pengunjung untuk membayar tiket masuk kendaraan di PBB. Selain itu untuk penetapan harga wisma, galeri, dan rumah adat berdasarkan analisis pulangpukok juga, hal ini karena didasarkan untuk menutupi kekurangan dana untuk biaya operasional PBB diantaranya gaji karyawan, insentif karyawan, dan pergelaran seni Budaya serta untuk mengadakan berbagai kegiatan di PBB. Pada penetapan harga wisata Bebek Air dilakukan oleh Koperasi Pasir Mukti pimpinan bang Elie berdasarkan persaingan yaitu bang Elie melakukan survei pasar harga wisata Bebek Air pada wisata Ceria di Kukusan, Depok, Jawa Barat, yang lokasinya berdekatan dengan PBB yaitu seharga Rp. 94
10.000,00/orang, sehingga ditetapkan bahwa harga wisata Bebek Air harus dibawah pesaing dekatnya. Pada awalnya tahun 2007 penetapan harga wisata Bebek Air adalah Rp. 7.000,00 / orang, namun karena sedikit pengunjung, maka tahun 2009 adanya perubahan penetapan harga yang dilakukan berdasarkan persepsi pengunjung melalui penelitian para mahasiswa di PBB yaitu seharga Rp. 5.000,00 / orang, Sehingga pengunjung wisata Bebek Air dapat meningkat secara perlahan. Berikut adalah gambaran umum mengenai penetapan harga dalam aktivitas wisata di PBB (Tabel 18). Tabel 18. Penetapan Harga dalam Aktivitas Wisata di PBB Unit/Jenis Penetapan Harga/ Tahun Penetapan Harga 2005 2007 Tiket Masuk Rp. 1.000/kendaraan Tetap Kendaraan
Sewa Wisma, Rp. 200.000/hari libur dan Tetap dan Galeri Sabtu-Minggu Rp. 150.000/hari biasa (Senin-Jum’at) Sewa Rumah Rp. 150.000/hari libur dan Tetap Adat Sabtu-Minggu Rp. 100.000/hari biasa (Senin-Jum’at) Tiket Wisata Belum ada Rp. Bebek Air 7.000,00/orang
2009 Rp. 2.000/motor Rp. 3.000/mobil Tetap
Tetap
Rp. 5.000/orang
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap pengunjung penentuan harga tiket masuk termasuk murah, sedangkan wisata Bebek Air dan penyewaan tempat termasuk harga yang sesuai. e. Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
menyalurkan,
mengirim,
serta
menyampaikan
barang
yang
dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu 95
saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsemen. Dalam penelitian ini produk/jasa yang dimaksud adalah produk wisata yang ditawarkan di PBB yaitu wisata Agro, Air, dan Budaya sedangkan distribusinya melalui travel agent, event organizer, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. Tetapi selama ini Lembaga Pengelola belum mengadakan kerjasama dengan para travel agent dan event organizer karena masih kurangnya tenaga teknis harian pengelola dan belum adanya analisis pemasaran untuk menyediakan paket tour atau wisata kepada travel agent dan event organizer. Selama ini pengelola hanya bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam memasarkan produk wisata di PBB melalui website DISPARBUD DKI. f. Riset Pemasaran Menurut Fred R. David (2009), Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan, dan penganalisisan data yang sistematis mengenai berbagai persoalan terkait dengan pemasaran produk/jasa. Riset pemasaran di Lembaga Pengelola PBB dalam perkembangannya berada dibawah koordinasi Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan dan Komite Kesenian dan Pemasaran. Riset pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pengelola sendiri selama ini belum ada yang secara tertulis hanya berdasarkan pengamatan semata dan bersifat subjektif serta insidental sehingga hasilnya pun belum maksimal. g. Analisis Peluang Analisis peluang dalam pengembangan PBB berada dibawah komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan terkait dengan tugasnya di Lembaga Pengelola. Namun hingga sekarang ini belum adanya analisis peluang yang dilakukan secara tertulis melalui analisis biaya manfaat, dan risiko yang diperoleh PBB dalam pengembangannya terkait keputusan pembangunan dan pemasaran di PBB.
96
6.1.3 Keuangan/Akuntansi Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alatalat produksi yang dimiliki. Dalam mendirikan Perkampungan Budaya Betawi pada awalnya modal berasal dari masyarakat berupa, lahan, bangunan, dan alatalat kesenian, selanjutnya permodalan didukung dari pihak pemerintah hingga sekarang ini. Pihak pemerintah provinsi DKI melakukan dukungannya secara penuh melalui adanya penganggaran khusus dari APBD untuk operasional di PBB melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. Tetapi dalam pengelolaan keuangan secara profesional diserahkan kepada pihak Disparbud DKI, hal ini dikarenakan lembaga Pengelola adalah lembaga independent dan bukan lembaga pemerintah. Sebagian besar sumber permodalan, pengembangan, dan biaya operasional PBB dari tahun 2001 hingga sekarang ini dapat dikatakan sangat tergantung dengan APBD Provinsi DKI Jakarta. Pihak Lembaga Pengelola hingga saat ini juga belum bisa untuk melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan atau pun pihak swasta lainnya untuk meningkatkan modalnya dalam upaya pengembangan PBB dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat di PBB dikarenakan lembaga pengelola belum memiliki badan hukum organisasi yang jelas secara notaris dan kurangnya tata kelola keuangan secara profesional. Berdasarkan wawancara dan data primer yang diperoleh pendapatan paling besar bagi lembaga pengelola yaitu tiket masuk parkir dan sewa tempat baik rumah adat, galeri, dan wisma. Sementara untuk pengelolaan pendapatan wisata Bebek Air dikelola oleh koperasi Pasir Mukti, karena pihak pengelola belum memiliki badan hukum untuk berwenang mengelola wisata Bebek Air tersebut. Pendapatan dan Pengelolaan wisata Bebek Air ini menjadi permasalahan keuangan dan hukum bagi Lembaga Pengelola, dimana koperasi Pasir Mukti tidak pernah memberikan laporan dan hasil pendapatannya kepada Lembaga Pengelola serta tidak pernah adanya koordinasi dari pihak koperasi kepada pihak Pengelola atau pun sebaliknya. 97
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Imron S, S.pd, MM (Kasie Pemberdayaan Masyarakat Sudin Kebudayaan yang juga mantan pengelola PBB 2001-2007) bahwasanya beliau ini menyaksikan langsung penyerahan hibah wisata Bebek Air dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kepada Pengelola melalui kopersi Pasir Mukti sebagai pengelola sementara, seharusnya koperasi tersebut melaporkan keuanganya kepada Pengelola dan berkoordinasi dalam pengelolaannya karena diatur dalam Perda No.3 tahun 2005, begitu pun yang dikatakan Bang Indra S, S.Kom (anggota komite Lembaga Pengelola). Adapun laporan keuangan dana operasional pada Perkampungan Budaya Betawi, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara serta literatur yang didapatkan. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan biaya operasional yang didanai oleh APBD DKI Jakarta kepada lembaga pengelola Kawasan Wisata PBB seiring dengan adanya peningkatan jumlah APBD DKI Jakarta 2010. Selain itu dapat diketahui pula honororium karyawan di PBB ± 1 juta rupiah, sehingga kurang tingkat kesejahteraan bagi para karyawan di PBB. 6.1.4 Produksi/operasi Suatu komoditas jasa, pariwisata juga dapat dipahami menggunakan pendekatan produk. Artinya, pariwisata merupakan suatu komoditas yang sengaja diciptakan untuk merespon kebutuhan masyarakat (McIntosh, Goeldner, dan Ritchie,1995). Produksi yang ada pada PBB yaitu kegiatan terkaitan melakukan pelayaan dan pergelaran wisata baik wisata agro, air dan Budaya kepada wisatawan untuk merespon kebutuhan mereka. Dalam perkembangan saat ini PBB menjadi tempat satu-satunya di Jakarta yang mengintegrasikan wisata Budaya dengan wisata air, dan wisata agro dengan konsep interaksi kampung wisata Betawi, sehingga PBB menjadi pionir dan juga memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan tempat konsep wisata lain di Jakarta. Selain itu PBB juga memiliki letak yang strategi, dengan jarak dan waktu tempuh yang tidak terlalu lama dari bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu sekitar ± 60 menit. Adapun beberapa produk wisata yang ditawarkan PBB sebagai berikut :
98
a) Wisata Agro Konsep wisata agro di PBB memiliki tiga lokasi yaitu di zona wisata agro, pemukiman penduduk dan di sekeliling bantaran Setu Babakan. Koleksi tanaman wisata agro PBB didominasi oleh tanaman buah yang bercirikan khas Betawi, walaupun ada beberapa tanaman hotikultur lainnya. Konsep wisata agro di PBB memberikan keistimewaan tersendiri dan tidak seperti konsep wisata agro pada umumnya, dimana pengunjung dapat dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat Betawi di PBB untuk menikmati tanaman buah yang masak di halaman-halaman dan pelataran rumah mereka, dan pengunjung pun dapat membelinya dalam jumlah banyak dengan harga kesepakatan pada pemilik rumah. Pengunjung wisata juga dapat menikmati masaknya tanaman buah di zona wisata agro dan sekeliling bantaran Setu Babakan secara gratis, tapi harus menunggu hingga tiba musim buahnya dan berburu waktu dengan pengunjung wisata yang lain untuk mendapatkannya. b) Wisata Air/ Tirta Wisata air/tirta di PBB didukung dengan adanya dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Biasanya pengunjung menggunakan dan memanfaatkan setu babakan untuk berolahraga air seperti dayung, kano, perahu naga, memancing, dan lain-lain. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati keindahan panorama alam Setu Babakan secara langsung dengan menggunakan wisata Bebek Air cukup membayar Rp. 5.000/orang, dan jam operasi wisata bebek air ini setiap hari dari jam 09.00-17.00 WIB. Pengunjung juga dapat menyaksikan masyarakat PBB yang memanfaatkan Setu Babakan untuk mencari ikan dengan menjalanya. Untuk Setu Mangga Bolong belum dikelola dengan baik oleh lembaga pengelola sehingga terkesan terbengkalai dan tidak terawat, hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat pendatang untuk menjadikan setu mangga bolong sebagai budidaya perikanan. Hal ini pun terjadi ada Setu Babakan, dimana luas seluruhnya Setu Babakan adalah 50 ha dan yang termanfaatkan baru ± 40 ha sehingga ± 10 ha terbengkalai dan dimanfaatkan warga pendatang dan sekitar PBB tanpa izin pengelola dan
99
Pemda DKI sebagai usaha pemancingan, budidaya perikanan, atau tempat tinggal sementara berupa gubuk-gubuk. c) Wisata Seni Budaya Pergelaran yang ditawarkan dalam wisata seni Budaya Betawi yaitu pergelaran seni tari, seni musik, dan teater/drama. Pergelaran seni Budaya di PBB biasanya dilaksanakan rutin pada hari Sabtu-Minggu dari jam 13.3016.30 WIB. Untuk mengadakan pergelaran ini Lembaga Pengelola bekerja sama dengan Suku Dinas Kebudayaan dan berbagai lembaga/organisasi kebudayaan Betawi serta berbagai sanggar seni Betawi. Setiap sanggar seni yang ingin tampil di PBB haruslah mendapatkan surat izin dari Lembaga Kebudayaan Betawi dan rekomendasi dari Suku Dinas daerah asal sanggar tersebut, hal ini untuk menjaga kualitas seni buadaya Betawi yang akan tampil di PBB. Dalam Pergelaran seni Budaya Betawi ini para pengunjung juga dapat ikut berinteraksi dalam pelatihan seni Budaya Betawi bersama pengunjung yang dilaksanakan pada hari minggu jam 10.00-12.00 WIB. Seluruh produk wisata di PBB secara umum memiliki jam operasi waktu kunjung setiap hari dari jam 09.00-17.00 WIB. Kebutuhan wisatawan tidak hanya terbatas pada produk wisata yang ada, tetapi sarana pelengkap unsurunsur pariwisata. Sarana pelengkap unsur-unsur pariwisata yang terdapat di PBB yaitu adanya Alat transportasi Delman dan Andong, sifat ramah-tamah para masyarakat Betawi terhadap pengunjung, tersedianya tempat peribadatan, jalan dan tempat parkir. Namun untuk jalan dan tempat parkir di PBB masih dalam pengembangan dan belum merata pembangunannya, sehingga adanya jalan di zona wisata air PBB yang masih tanah, dan terlihat kotor dan becek saat terjadinya musim hujan. Sedangkan untuk lahan parkir, PBB belum memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk bis-bis pariwisata yang berkunjung ke PBB, sehingga untuk saat ini lahan parkir bis menggunakan lapangan bola dan jalan masuk PBB. Hal ini
mengakibatkan terjadinya
kepadatan dan kemacetan kendaraan di depan pintu masuk PBB.
100
6.1.5 Penelitian dan Pengembangan Menurut Fred R. David (2009) Perusahaan yang ingin berkembang dalam industrinya harus menjaga semangat kemitraan dan sikap saling percaya antara manager umum dengan manager litbang. Manajemen fungsi litbang yang efektif membutuhkan kemitraan yang strategis dan operasional antara fungsi litbang dengan fungsi-fungsi bisnis penting lainnya. Penelitian dan Pengembangan untuk Perkampungan Budaya Betawi berada dibawah Komite Pengkajian, Pelatihan, dan Pendidikan di Lembaga Pengelola. Hingga saat ini penelitian dan pengembangan PBB belum berjalan sebagaimana mestinya dan masih bersifat insidental dan sesuai kebutuhan, dikarenakan hanya diadakannya rapat komite satu bulan sekali dan bersifat insidental serta hanya berlangsung 2 jam. Selain itu juga didukung kurangnya tenaga kerja teknis dimana pelaksana tugas harian hanya 1 orang anggota komite dengan 2 orang staf sehingga yang benar-benar memahami masalah sehari-hari di PBB hanya pelaksana tugas harian. 6.1.6 Sistem Informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen di Lembaga Pengelola masih bersifat sederhana dan belum berupa model analisis atau basis data. Hal ini dikarenakan belum adanya (software) peranti lunak yang digunakan komite Lembaga Pengelola dalam melakukan analisis/kajian dalam upaya pengembangan PBB. Selain itu sistem informasi manajemen Lembaga Pengelola juga memiliki keterbatasan dikarenakan hanya tersedia 2 komputer dan belum memiliki akses internet. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor101
faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi Perkampungan Budaya Betawi. 6.2.1 Lingkungan Jauh Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan faktor kompetitif. Berikut ni merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh Perkampungan Budaya Betawi, yaitu : 1) Politik, Pemerintah, dan Hukum a) Politik dan Hukum Stabilitas
politik
dan
hukum
merupakan
aspek
penting
yang
mempengaruhi dalam dunia pariwisata. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap destinasi pariwisata, kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan Perkampungan Budaya Betawi : i.
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota jakarta No.1873 tahun 1987 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan Bidang tanah Untuk Pembangunan Kawasan Situ Babakan Wilayah Jakarta Selatan
ii.
Peraturan Menteri dalam negeri No.3 tahun 1997 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat di Daerah.
iii.
Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta no. 9 tahun 1999 tentang Pelestaraian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya.
iv.
Surat Keputusan Gubernur no. 92 tahun 2000 dan Peraturan daerah DKI Jakarta No. 3 tahun 2005 tentang Penataan dan Penetapan Perkampungan Budaya Betawi. Dalam peraturan ini Pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta menetapkan tujuan, sasaran, dan fungsi dari Perkampungan 102
Budaya Betawi, selain itu didalam peraturan ini juga membahas tentang pengelolaan, pembangunan, dan pengembangan Perkampungan Budaya Betawi kedepannya. Sejak diterbitkannya kedua peraturan ini maka pengukuhan keberadaan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan menjadi Jelas dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Dalam perkembangan nya dari peraturan Sk,Gub no.92 tahun 200 ke Perda no.3 tahun 2005 adanya penambahan luas Perkampungan Budaya Betawi dari 165 ha menjadi 289 ha. v.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 21 dan pasal 22. Peraturan ini mengenai Otonomi daerah yang memberikan kewenangan
yang
mengembangkan
lebih
potensi
luas
bagi
daerahnya
pemerintah
masing-masing.
daerah
untuk
Peraturan
ini
membuka peluang besar kepada pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan pengembangan pariwisatanya khususnya wisata Budaya. vi.
Peraturan Gubernur No. 151 tahun 2007 tentang Pembangunan Perkamoungan Budaya Betawi di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan peraturan ini pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dilaksanakan dengan prinsip : efisien, efektitifitas, transparansi, akuntabilitas,
pelestarian
dan
pengembangan,
dan
keseimbangan.
Kebijakan pembangunan PBB dalam peraturan ini membahas tentang adanya zona-zona tertentu diantaranya ; zona permukiman, zona seni Budaya, zona wisata agro, zona wisata wisata air, dan zona wisata industri. Dengan adanya berbagai zona di PBB diharapkan dapat membuat daya tarik pariwisata dan mengintegrasikan berbagai potensi alam yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat PBB. Semua pihak diberikan kesempatan yang sama dalam pengembangan dan pembangunan PBB
yaitu
pemerintah,
swasta,
dan
masyarakat,
dengan
tetap
menyesuaikan dengan tujuan pendirian PBB. Anggaran pembangunan 103
PBB dapat berasal dari APBD, swasta, dan masyarakt untuk memenuhi target pengembangan pembangunan jangka panjang, menengah, dan pendek. vii.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2007, Tentang Pedoman fasilitasi organisasi kemasyarakatan bidang Kebudayaan, Keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan pengembangan Budaya daerah. Dalam peraturan ini Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap satuan kerja perangkat daerah provinsi dalam pemberian fasilitas terhadap ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat dalam pelestarian dan pengembangan Budaya daerah di daerah provinsi. Ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat yang melaksanakan kegiatan pelestarian dan pengembangan Budaya daerah dengan dukungan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada kepala daerah untuk bahan evaluasi. Ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat yang telah terdaftar pada pemerintah daerah dapat menjadi mitra kerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pelestarian dan pengembangan Budaya daerah.
viii.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007, Tentang Pedoman Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat Dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat. Dalam kebijakan ini pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan
nilai
sosial
Budaya
masyarakat
yang
dimaksudkan,
untuk
memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk pelaksanaan pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial Budaya masyarakat, dapat dibentuk Satuan Tugas (Satgas) di Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang berasal dari masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat dilaksanakan secara koordinatif dan terpadu dengan program pemberdayaan masyarakat yang ada di tingkat provinsi/kota dengan prinsip transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas serta mencerminkan nilai-nilai Budaya lokal yang ada dan berkembang di masyarakat. 104
ix.
Peraturan Gubernur Nomor 129 Tahun 2007, Tentang Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Dalam penindaklanjutan peraturan-peraturan yang ada di atas (dg), maka dibuat Pergub. No. 129 tahun 2007, yang berfungsi sebagai landasan hukum pengangkatan personil Komite Lembaga Pengelola, beserta dengan penjelasan tugas, fungsi, kedudukan, tujuan dan pertanggungjawaban.
x.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata No. 42 tahun 2009 dan No. 40 tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. Kebijakan pemerintah untuk melestarikan kebudayaan daerah bertujuan agar
setiap daerah menjaga jatidirinya masing-masing dan
menumbuhkan kebanggaan nasional. Pemerintah daerah melaksanakan pelestarian kebudayaan di daerah melalui perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan karya Budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan itu sendiri. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah harus menumbuhkembangkan partisipasi dan kreativitas masyarakat berasaskan kegotongroyongan, kemandirian, dan keadilan. Dengan berlandaskan beberapa undang-undang di atas maka pemerintah Daerah dan Pusat mengadakan program PNPM pariwisata yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
industri
berlandaskan keaslian kebudayaan daerak tersebut.
pariwisata
yang
Program PNPM
Pariwisata ini diberikan kepada kampung/desa wisata yang memiliki potensi daerah untuk mengembangkan kebudayaan dan keasrian daerah tersebut. Pemerintah dalam program ini memberikan dana hibah sebesar 60 juta hingga 100 juta rupiah untuk mengembangkan industri budaya dan industri pariwisata yang dapat menggambarkan keaslian kebudayaan daerah tersebut. Pada tahun 2010 ini Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan meningkatkat target program PNPM pariwisata ini menjadi pengembangan 105
200 desa wisata bercirikan kebudayaan daerah dengan dana total 20 milyar Rupiah, dan berdasarkan data yang didapatkan dari Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, nantinya dana PNPM pariwisata ini pada 2011-2014 akan meningkat hingga memenuhi target ± 1000 desa/kampung wisata yang bercirikan keaslian dan keasrian daerahnya masing-masing. Adapun perkembangan dana PNPM pariwisata dapat dillihat pada Tabel 19. Tabel 19. Alokasi Pendanaan Program PNPM Pariwisata Tahun
Alokasi Pendanaan (Milyar Rupiah)
2010
20
2011
82,5
2012
92,5
2013
107,5
2014
103,5
Sumber : Pusat Informasi dan Humas Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan (2010)
Dalam penentuan desa/kampung wisata yang masuk kedalam program PNPM Pariwisata haruslah mengajukan proposal industri budaya ataupun industri pariwisata yang akan dikembangkan dalam desa/kampung wisata tersebut. Perkampungan Budaya Betawi dalam kategorinya termasuk kedalam desa/kampung wisata yang melestarikan keaslian dan keasrian budaya daerahnya, diharapkan dengan adanya program ini pihak pengelola dapat membuat proposal pengajuan industri pariwisata ataupun industri budaya yang dapat dikembangkan di PBB sehinga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Perkampungan Budaya Betawi. b) Anggaran Pemerintah Dalam pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Pemerintah Daerah ikut peran besar dalam kontribusinya mengembangkan pembangunan PBB dan dan permodalannya terkait biaya operasional kerja PBB. Dana Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta ini bersumber dari APBD dan disalurkan melalui SKPD Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI 106
Jakarta. Dalam pengelolaan keuangan APBD ini dikelola secara profesional oleh Disparbud DKI, dan disalurkan kepada komite Lembaga Pengelola PBB per bulannya melalui Bang Indra Sutisna, S.Kom sebagai pelaksana tugas harian pengelola PBB. Secara tidak langsung jikalau adanya kenaikan APBD DKI maka ada pula kenaikan pemberian dana operasional oleh Pemerintah DKI, meskipun kenaikannya tidak sebesar kenaikan APBD. Dana Operasional ini digunakan pengelola untuk pembayaran gaji karyawan, uang rapat, uang makan, pengembangan teknologi dan informasi, pemeliharaan gedung, dan lain-lain. Adapun besarnya APBD DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI yang diberikan untuk biaya operasional PBB dapat dilihat pada Tabel 20. berikut : Tabel 20. APBD DKI Jakarta dan Dana Operasioanal PBB Tahun
2004 2005 2006 2007
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 12,26 triliun 14,3 triliun 17,9 triliun 19,5 triliun
Growth dan (persen)
2008
20,3 triliun
4,10
Anggaran Operasional PBB 200 Juta 207,19 Juta 214 Juta (data hilang karena ada merger SKPD) 234,78 Juta
2009 2010
23,96 triliun 24,67 Triliun
18,03 2,96
242,52 Juta 250 Juta
16,64 25,17 8,94
Growth (persen) 3,60 3,29 (data hilang karena ada merger SKPD) (data hilang karena ada merger SKPD) 3,30 3,08
Sumber Data : DPRD dan Lembaga Pengelola
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa kenaikan APBD memberikan peluang bagi dana pengembangan dan pelaksanaan tugas lembaga pengelola untuk mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi. Untuk memanfaatkan peluang ini lembaga pengelola harus dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan terorganisasi dengan manajemen yang baik dan profesional serta 107
terjalinnya kerjasama yang terkoordinir antara lembaga dengan berbagai instansi pemerntah, dan swasta, ataupun masyarakat. c) Pergantian Kepemimpinan di Pemerintahan Pergantian kepemimpinan di Pemerintah Daerah khususnya pada Gubernur dan pimpinan dinas dapat mempengaruhi kerjasama yang terjalin dengan pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Berdasarkan wawancara dengan Kepala seksi Pemberdayaan Suku Dinas Kebudayaan dan pihak pengelola PBB, adanya proses pergantian Gubernur DKI Jakarta dari Sutiyoso ke Fauzi Bowo membuat beberapa dampak bagi PBB, antara lain terlambatnya proses peraturan tentang PBB, adanya merger antara dinas pariwisata dengan dinas kebudayaan DKI sehingga membuat beberapa data keuangan dan konsep kerjasama PBB hilang, adanya pergantian kepala dinas, dan kepala suku dinas DKI membuat konsep kerjasama PBB dan pihak dinas terkait menjadi tak terorganisir. Adanya pergantian pergantian gubernur membuat biaya operasional PBB kini tidak melalui suku dinas kebudayaan lagi, tetapi melalui dinas pariwisata dan kebudayaan DKI. Tetapi dampak pergantian kepemimpinan pemerintahan tidak hanya terjadi pada masa proses pergantian Gubernur DKI Jakarta saja tetapi juga terjadi pada saat proses pergantian Menteri yang dulu memimpin Departemen kini memimpin Kementerian. Adapun beberapa dampak kerjasama
dengan
pengelola
PBB
akibat
adanya
proses
pergantian
kepemimpinan di Pemerintahan, dapat dilihat pada Lampiran 2. d) Keamanan dan Isu-isu Global Hal lain yang cukup mempengaruhi dunia pariwisata yaitu keamanan dan isu-isu global. Pada umumnya para wisatawan yang ingin berwisata kesuatu tempat dipengaruhi oleh kondisi keamanan dan isu-isu global, seperti adanya terorisme, isu bom, isu penyakit flu babi (H1N1) atau flu burung (H5N1), dan lain-lain. Kondisi keamanan yang kondusif dapat membawa pengaruh positif bagi para wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, begitu pula sebaliknya. Untuk isu-isu penyakit global efeknya lebih terasa bagi wisatawan mancanegara,
dimana
suatu
negara/daerah
asal
wisatawan
dapat 108
memberlakukan travel warning untuk daerah kunjungan wisata yang terkena isu penyakit global hingga waktu yang belum ditentukan. Adapun Kondisi keamanan dan isu-isu global yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 21. dan bentuk grafiknya pada Lampiran 5. Tabel 21. Pengaruh Peristiwa/Kejadian terhadap Indonesia Tahun
Peristiwa/Kejadian
Dampak bagi Indonesia
Desember 2004
Tsunami Aceh
September 2004
Bom Australia
Juni 2005
Flu Burung
Travel warning berbagai negara, AS, Uni Eropa, Canada, Australia, new Zealand, PBB, dan beberapa negara asia.
Oktober 2005
Bom Bali II
Mei 2006 Jan – Juli 2009 Juli 2009 Jan-Des 2009
Penurunan jumlah wisatawan ataupun Gempa Yogjakarta perlambatan peningkatan wisatawan dan Isu Flu Babi percepatan waktu Bom di JW Marriot dan Ritz kunjung wisatawan. Carlton Larangan terbang dari 9 kecelakaan maskapai Uni Eropa untuk semua penerbangan Indonesia maskapai penerbangan Indonesia
Sumber Data : Departemen Perhubungan, detiknews.com, mascayo.com, dan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan
2) Ekonomi Faktor ekonomi memiliki dampak terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Pada umum kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan pariwisata yang terdapat pada daerah tertentu. Sebagai contoh, Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukan pertumbuhan kearah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung peningkatan destinasi pariwisata
yang berkembang di suatu
daerah melalui peningkatan industri pariwisata antara lain ; penginapan, restoran, kelancaran transportasi, travel agent, souvenir shop, dan lain-lain. Jikalau adanya peningkatan industri pariwisata maka dapat meningkatkan fasilitas pendukung pariwisata, sehingga dapat meningkatkan daya tarik dan 109
dapat meningkatkan kunjungan wisatawan terhadap objek wisata di suatu daerah tersebut. Begitu pun pada kondisi sebaliknya, dimana jika pertumbuhan negatif maka secara tidak langsung dapat menghambat pertumbuhan pariwisata. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain ; a) Pertumbuhan Ekomoni Kondisi perekonomian DKI Jakarta secara agregat menunjukan adanya perubahan penurunan, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan yang positif namun fluktuatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2007 sebesar 6,44 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 5,95 persen. Hal ini disebabkan perekonomian pada tahun 2007 berada dalam kondisi normal, dimana setelah perekonomian tahun 2006 sedikit melambat sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Kondisi yang sudah membaik di tahun 2007 relatif terjaga dan stabil sampai dengan tahun 2008. Meskipun sedikit melambat bila dibandingkan tahun 2007, karena di tahun 2008 (bulan Mei) Pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Selain itu krisis keuangan global yang berawal dari krisis keuangan sub-prime mortgage di Amerika Serikat mulai dirasakan dampaknya secara global pada akhir tahun 2008, sehingga Indonesia khususnya Jakarta juga tidak dapat terlepas dari dampaknya. Krisis keuangan global makin dirasakan dampaknya pada 2009, perekonomian Jakarta hanya tumbuh sebesar 5,01 persen. Pada tahun 2010 triwulan I, pertumbuhan ekonomi jakarta hanya naik sedikit sekali sebesar 0,01 persen sehingga pertumbuhan menjadi 5,02 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Agus Suherman, hal ini diakibatkan kegiatan pembangunan dan konstruksi belum dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah DKI Jakarta. Namun menurut Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta, Sukri Bey, tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dapat 110
memenuhi target sebesat 5,25 persen bahkan diprediksikan bisa mencapai 6 persen. Berikut ini merupakan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2006-2010. Tabel 22. Pertumbuhan Ekonomi Dki Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008
2009
2010*
Pertumbuhan Ekonomi (persen) Penyebab 5,95 Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005 6,44 Perekonomian kondisi normal 6,18 menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 krisis keuangan global November 2008 5,01 krisis keuangan global November 2008 Ledakan Bom J.W. Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli 5,02 kegiatan pembangunan atau konstruksi belum dilaksanakan secara maksimal
Keterangan : *) Triwulan I 2010 Sumber Informasi : DPRD DKI Jakarta Sumber Data : BPS DKI Jakarta dan BPKD DKI Jakarta
Berdasarkan Tabel 22, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2010 menunjukan pertumbuhan yang meningkat positif dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik ini maka diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai usaha dalam industri pariwisata yang berada di DKI Jakarta. Industri pariwisata yang dimaksud yaitu industri pendukung destinasi pariwisata antara lain restoran, hotel, jasa travel, akomodasi da transportasi, dimana dalam pemasukan data pada PDRB termasuk sektor tersier. Laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga ditandai dengan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan 111
yang semakin meningkat. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai harga dasar, dimana dalam perhitungannya menggunakan harga pada tahun 2000. Adapun nilai PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha pada tahun 2006-2009 (Milyar Rupiah) Uraian
Tahun 2006
2007
2008
2009
1. 226,93
1.235,75
1.241,08
1201,31
Pertanian
293,87
298,41
300,72
301,75
Pertambangan/Penggalian
933,06
937,34
940,36
899,56
SEKTOR SEKUNDER
86.963,64
91.979,73
96.868,07
99.298,31
Industri Pengolahan
53.721,72
56.195,16
58.367,31
58.447,65
2.075,80
2.183,80
2.321,90
2.428,26
31.166,11
33.600,76
36.178,85
38.422,40
224.636,13 239.755,76 255.429,90
270.899,7
SEKTOR PRIMER
Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan SEKTOR TERSIER Perdagangan, Hotel & Restoran
67.597,89 26.636,28
72.249,70 30.697,40
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
94.342,47
98.558,32 102.807,65 106.788,43
Jasa-Jasa
36.059,47
38.250,32
Pengangkutan dan Komunikasi
P D R B DKI JAKARTA
76.766,38 35.291,56
40.564,30
80.154,12 40.758,58
43.198,54
312.826,71 332.971,25 353.539,05 371.399,30
Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2009)
Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukan adanya hubungan positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB harga konstan yang dihasilkan. 112
b) Sumber Daya Lapangam Usaha Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah tertentu maka dapat digunakan PDRB atas harga berlaku. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini merupakan struktur ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah), 2006 - 2009 Tahun Uraian
2006
2007
2008
2009
2.908
3.207
3.908
3.846
491
571
687
762
2.417
2.636
3.221
3.084
141.367
159.915
190.630
213.543
79.991
90.446
106.537
118.471
5.305
6.021
7.591
8.426
56.071
63.448
76.502
86.646
SEKTOR TERSIER
357.491
403.324
482.868
539.629
Perdagangan, Hotel, & Restoran
100.548
115.311
140.064
156.083
Pengangkutan dan Komunikasi
44.181
52.793
63.357
74.664
Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
149.566
162.297
193.459
213.353
63.196
72.923
85.988
95.529
501.771
566.449
677.411
757.023
-
12,89
19,59
11,75
SEKTOR PRIMER Pertanian Pertambangan/Penggalian SEKTOR SEKUNDER Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan
Jasa-Jasa P D R B DKI JAKARTA Growth (persen) Sumber : BPS DKI Jakarta
Berdasarkan Tabel 24, secara keseluruhan dalam empat tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti. Pada tahun 2009 Secara tidak langsung perkembangan industri pendukung pariwisata merupakan sektor yang menyumbangkan total nilai PDRB yang paling besar 113
di DKI Jakarta yaitu berkisar Rp. 539.629 milyar melalui sektor tersier. Sehingga dapat menjadikan stimulus bagi pengembangan dunia pariwisata DKI Jakarta dan juga dapat menjadi salah satu sektor yang dapat menyerap tenaga kerja. c) Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Sektor Pariwisata Peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
yang
positif
mampu
mendukung kelancaran dan perkembangan industri pendukung dunia pariwisata. Laju pertumbuhan industri pendukung pariwisata dapat ditandai juga dengan Laju Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata yang mengalami penigkatan. Adapun nilai Laju pendapatan asli daerah sektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata Tahun 2006-2009 (dalam Milyar Rupiah) Tahun
Pajak (Milyar Rp)
Jumlah
Growth (persen)
Hotel
Restoran
Hiburan
Retribusi
2006
473,90
433,26
168,15
2,30
1.072,29
-
2007
526,60
491,70
188,22
3,37
1.209,91
12,83
2008
620,98
649,64
249,66
4,59
1.524,88
26,03
2009
605,66
753,19
267,31
11,77
1.637,25
7,37
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta
Berdasarkan Tabel 25, adanya peningkatan PDRB atas harga kostan menurut lapangan usaha juga diikuti peningkatan PAD sektor pariwisata sebagai gambaran adanya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. PAD sektor pariwsata ini berasal dari pajak yang dikenakan pada industri pendukung pariwisata, antara lain hotel, restoran, retribusi pedagang dan parkir, dan tempat-tempat hibutran. Peningkatan tertinggi PAD sektor pariwisata berada pada tahun 2008 yang dikarenakan banyanya programprogram Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk bertujuan meningkatkan promosi pariwisata DKI Jakarta. 114
3) Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perubahan sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas semua produk, jasa, pasar, dan konsumen Perubahan yang terjadi dalam variabel sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan menjanjikan perubahan yang sulit diduga, karena pada variabel demografi dan lingkungan berhubungan dengan alam, dan variabel sosial dan Budaya berhubungan sikap psikologi masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan dunia ini. Adapun penjelasan dari variabel sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan sebagai berikut : a) Sosial dan Budaya Faktor sosial Budaya terhadap pariwisata khususnya Kawasan Wisata PBB dapat dilihat dari dua variabel, diantaranya jumlah penduduk, dan partisipasi dukungan masyarakat kota dan daerah, i. Jumlah Penduduk Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap perkembangan dunia pariwisata yaitu adanya peningkatan wisatawan, dimana didukung dengan adanya peningkatan penduduk di Indonesia dan Mancanegara. Terkait dengan penelitian PBB, wisatawan yang berkunjung lebih banyak berasal dari Wisatawan Nusantara, dimana berasal dari Indonesia atau khususnya Jabodetabek. Indonesia merupakan salah satu negara ke empat di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk indonesia yang besar sering menjadi sasaran negara-negara tetangga dalam memasarkan pariwisata dalam negerinya. Adapun peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2010 dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan Tabel 26, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan jumlah penduduk indonesia setiap tahunnya rata-rata sebesar 1,262 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
115
Tabel 26. Peningkatan Jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2010. Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
Jumlah penduduk (Juta Orang) 219,852 222,550 225,642 228,523 231,1 234,2 Keterangan : *) Data Sementara 2010
Pertumbuhan (persen) 1,21 1,37 1,26 1,13 1,34
Sumber : Badan Pusat Statistika Indonesia (diolah)
DKI Jakarta merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dan mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar. DKI Jakarta dalam perkembangan pembangunannya termasuk ke dalam wilayah metropolitan yaitu Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi, yang lebih dikenal dengan sebutan Jabotabek. Jabotabek merupakan Salah satu kawasan metropolitan kedua yang memiliki jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di dunia setelah Tokyo. Adapun peningkatan jumlah penduduk Jabotabek selama periode Sensus Penduduk 1961-2010 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Jumlah Penduduk Jabotabek Selama Periode Sensus Penduduk 19802010 (Ratus Ribu Orang) KOTAMADYA Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur DKI Jakarta KAB+KODYA Bogor Tangerang Bekasi BOTABEK JABOTABEK Growth (persen)
SP 1980 1,236.90 976.40 1,231.20 1,579.80 1,456.70 6,481.00
SP 1990 1,074.80 1,362.90 1,815.30 1,905.00 2,064.50 8,222.50
SP 2000 948.20 1,697.00 2,389.90 2,090.30 2,595.00 9,720.40
*SP Mei 2010 923,29 1,422.10 2,435.22 2,294.36 2,625.73 9,522.58
2,493.90 1,529.10 1,143.60 5,166.60 11,647.60
3,736.20 2,765.00 2,104.40 8,605.60 16,828.10 44,48
5,423.30 4,594.20 3,570.60 13,588.10 23,308.50 38,51
5,578.31 4,740,80 3,720.30 14,039.41 23,740.11 1,85
Keterangan : *) Data Perhiutngan Perkiraan Sementara Sensus Penduduk Mei 2010 Sumber : BPS DKI Jakarta
116
Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Jabotabek setiap tahunnya menunjukan angka yang selalu positif. Jumlah penduduk Indonesia dan kawasan Jabotabek yang semakin meningkat merupakan pasar yang potensial untuk dunia pariwisata dan peluang bagi para pengembang pariwisata di Indonesia dan di Dunia. PBB adalah salah satu tempat pariwisata yang cukup menarik dengan tiga objek wisatanya yaitu wisata air, agro, dan Budaya. Hal ini dapat menjadi daya tarik sendiri bagi para penduduk di Indonesia dan Jabotabek khususnya, selain itu PBB juga merupakan objek wisata Budaya Betawi satu-satunya di Jakarta yang didukung dengan keindahan dua buah setu yaitu setu mangga bolong dan setu babakan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan jumlah pengunjung wisata di PBB (Lampiran 6a dan 6b). ii. Partisipasi Dukungan Masyarakat Kota dan Daerah Salah satu faktor sosial yang mendukung kelancaran suatu objek pariwisata, salah satunya melibatkan partisipasi dukungan masyarakat. Suatu objek pariwisata tanpa adanya dukungan masyarakat di luar objek pariwisata, maka akan terhambat dalam hal promosi, transportasi, akomodasi, dan lainlain. Untuk itu cukup penting pengaruh partisipasi dan dukungan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dalam objek wisata perkampungan Budaya Betawi partisipasi dan dukungan mayarakat dapat tersalurkan secara langsung melalui semakin berkembangnya berbagai Kesenian yang ada di jakarta, baik sanggar tari, drama, musik, ataupun gedung pagelaran. Selain itu masyarakat Jakarta dan Indonesia juga kini mulai meningkatkan perhatiannya terhadap cagar Budaya, dan situs-situs Budaya sebagai bentuk kepeduliannya kepada kebudayaan jatidiri bangsa, Adapun bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap pariwisata dapat dilihat pada pertumbuhan banyaknya organisasi dan sanggar budaya yang bercirikan Budaya Betawi di Kecamatan Jagakarsa (Tabel 28).
117
Tabel 28. Jenis Kebudayaan dan Kesenian di Kecamatan Jagakarsa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Kesenian dan Kebudayaan 2008 22 2 1 1 23 2 5 4 9 2 3 1 4 2 23 104
Tari Tanjidor Topeng Wayang Kulit Orkes Melayu Rebana Qasidah Vocal Group Gambang Kromong Band Orkes Gambus Reog Ponorogo Seni Lukis Reog Dog dog Pencak Silat Lenong Ketimpring Marawis/Nasyid Jumlah
Tahun 2009 24 2 1 1 31 2 5 4 9 2 3 1 4 2 23 114
2010 35 3 3 2 2 46 8 2 4 11 2 5 1 1 5 2 36 168
Sumber Data : Kecamatan Jagakarsa
b) Demografi wilayah dan Lingkungan Selain sosial dan Budaya masyarakat, sisi lain pendukung pariwisata dapat dilihat pada kondisi demografi dan lingkungannya. Hal ini untuk melihat bagaimana kondisi sejarah suatu wilayah, yang dilihat dari sisi keadaan terhadap bencana alam, gempa, banjir, dan tsunami atau lain-lain. Jakarta yang terletak di daerah pesisir pantai, beberapa daerahnya secara geografis berada di bawah permukaan laut sehingga dalam sejarahnya Jakarta sering sekali terkena banjir. Banjir yang terjadi di Jakarta hingga tahun 2005 memiliki siklus lima tahunan,
tetapi
karena
adanya
perubahan
iklim
dan
cuaca
global
mengakibatkan banjir di Jakarta memiliki siklus tahunan. Kondisi ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi dunai pariwisata yang berada di DKI Jakarta, sehingga
dapat menurunkan jumlah kunjungan wisatawan dan
pendapatan pariwisata. Adapun beberapa peristiwa banjir banjir di jakarta yang 118
mempengaruhi Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Tabel 29, sedangkan lokasi dan siklus banjir yang terjadi di Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 29. Peristiwa Banjir di Jakarta yang mempengaruhi Pariwisata Kawasan Wisata PBB Tahun 9-13 Februari 1996 15-26 Januari 2002
18 Januari hingga 7 Maret 2005 Februari 2006
Jumlah Lokasi Rawan Banjir 92 titik genangan
Tahun
152 titik genangan
Februari dan November 2008
Februari 2007
72 titik genangan Februari dan termasuk bandara November 2009 Seokarno-Hatta ± 20 Kawasan Februari 2010 tergenang air
Jumlah Lokasi Rawan Banjir ± 20 kelurahan tergenang air 167 titik genangan, ± 23 Kelurahan tergenang air ± 150 titik genangan, 22 Kelurahan ±158 titik genangan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Satkorlak PBP DKI
4) Teknologi Globalisasi salah satunya dicirikan dengan semakin pesatnya kemajuan dalam teknologi informasi, sehingga batas geografis bukan halangan lagi untuk saling berhubungan dari tempat yang saling berjauhan. Internet, merupakan hasil kemajuan tersebut dimana setiap orang dapat menjelajahi dunia informasi hanya dengan menggunakan sebuah perangkat yang dinamakan komputer. Dunia pariwisata merupakan salah satu industri yang memanfaatkan teknologi ini sebagai media informasi dan promosi. Melalui berbagai jaringan search engine dan situs-situs pariwisata, dapat diketahui informasi seputar pilihan objek wisata yang ada di seluruh dunia dengan berbagai karakteristik dan keunggulannya. Namun dalam perkembangan teknologi informasi ini belum termanfaatkan oleh objek wisata Perkampungan Budaya Betawi. PBB belum memiliki website dan email sendiri untuk kepentingan promosi dan informasinya di dunia maya, hal ini karena belum adanya sumber daya manusia yang dapat 119
mendukung kebijakan tersebut. Dalam pelaksanaan pergelaran wisata Budaya, pengelola sudah menggunakan sound sistem dan teknologi audio tapi dalam penampilan video film masih terkendala belum adanya alat proyektor dan layar film. Pada penggunaan teknologi bagi wisata air dan agro belum ada dan masih bersifat tradisional. 6.2.2 Analisis Lingkungan Indusri Lingkungan industri merupakan Lingkungan usaha yang berada disekitar usaha yang memiliki pengaruh terhadap usaha. Lingkungan industri dapat dilihat sebagai pada persaingan antar usaha sejenis, ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan kekuatan tawar-menawar konsumen. Adapun penjelasannya sebagai berkut : 6.2.2.1 Persaingan/Kompetitif Persaingan yang terjadi pada Kawasan Wisata PBB secara langsung dengan pihak industri pariwisata lain dapat dikatakan tidak ada, karena belum ada kawasan/tempat wisata seni & Budaya betawi seperti di PBB, selain itu PBB juga didukung dengan adanya wisata air dan agro yang secara sekaligus dikelola dalam pengelolaan wisata yang sama. Tetapi persaingan secara tidak langsung dapat dilihat pada perkembangan industri wisata agro dan wisata air di Jakarta. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan usaha pariwisata dibidang wisata agro dan wisata air di Jakarta. Bertambahnya jumlah industri wisata agro dan air di Jakarta berarti semakin tinggi pula tingkat persaingan yang terjadi diantara pelaku usaha industri pariwisata di bidang wisata agro dan air. Selain itu wisata agro dan air yang dijalankanpun semakin beragam, yaitu mulai dari yang skala kecil hingga besar. Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri wisata agro dan air adalah persaingan dalam suasana alam, lingkungan, akomodasi, aksesibilitas transportasi, dan sarana prasarana pendukung, seperti dilengakapi dengan unsur fasilitas pariwisata yaitu tempat makan, penginapan, toilet, tempat parkir, tempat ibadah, dan lain-lain. Demikian juga adanya unsur hiburan/rekreasi, agar dapat 120
memperluas pengetahuan dan pengalaman para pengunjung terhadap wisata agro dan air. 6.2.2.2 Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya pendatang baru dapat berimplikasi terhadap pelaku usaha di industri yang telah ada. Hambatan memasuki wisata agro relatif kecil. Suasana alam dan lingkungan menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam wisata agro, akan tetapi untuk menjadikan suatu tempat menjadi wisata agro yang alami, asri, dan nyaman membutuhkan waktu dan proses yang relatif panjang. Sehingga dengan memanfaatkan potensi daerah dari suatu tempat yang memiliki panorama alam yang indah, dan lingkungan yang asri untuk dikembangkan menjadi wisata agro, dapat menjadi solusi yang potensial bagi pengembang industri wisata agro sekarang ini. Para pelaku usaha industri pariwisata tidak begitu sulit dalam pengembangan pembangunan wisata agro yang hanya membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas, dan dengan dukungan pemerintah daerah yang ada serta bekerja sama dengan masyarakat. Sedangkan dalam industri wisata air, aksesibilitas transportasi, sarana dan prasarana serta adanya hiburan/rekreasi menjadi faktor yang sangat diperhatikan, sehingga daya dukung modal pelaku usaha sangat berpengaruh dalam pengembangan industri wisata air ini. Adapun beberapa lokasi wisata agro dan air di Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada perkembangan pembangunan wisata agro dan air sekarang ini, para pelaku usaha lebih bersifat kreatif sehingga wista agro dan air dijadikan dalam suatu wisata baru yang lebih dikenal wisata outbound dan wisata alam, ataupun melalui konsep pendidikan sekolah dengan fasilitas wisata agro, air, outbound dan alam yang dilebih kita kenal dengan nama Sekolah Alam. Selain adanya sekolah alam terdapat ancaman lain yang berasal dari industri wisata dan industri pendukung pariwisata yang semakin berkembang secara ilegal di wilayah sekitar PBB antara lain usaha pemancingan, tambak ikan/ternak ikan, dan pertanian. Semua usaha tersebut berkembang di sekitar Setu 121
Babakan dan Setu Mangga Bolong di daerah yang belum dikembangkan oleh pihak pengelola PBB. Namun dalam perkembangannya ternyata usaha-usaha tersebut berdiri tanpa izin pihak pengelola PBB dan kini semakin banyak dan semakin luas. Adapun beberapa nama penggarap usaha dan luasnya dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Pelaku usaha tanpa izin di sekitar PBB Nama Sarmilih Maih Manin Janih Surya Nafis Aditiya
Jenis Usaha Pemancingan Pemancingan Pemancingan Pemancingan Ternak Ikan / keramba jaring apung Ternak Ikan / keramba jaring apung Pertanian
Luas (ha) ± 1,5 - 2 ± 1 - 1,5 ±1 ± 0,8 ± 1,5 - 2 ± 0,5 ± 0,2
Sumber : Data Primer
6.2.2.3 Ancaman Produk/Objek Wisata Substitusi Ancaman produk/objek wisata substitusi pariwisata adalah produk/objek wisata lain yang memiliki tujuan dan fungsi yang sama dengan objek wisata di suatu industri pariwisata dan dapat mempengaruhi keberadaan objek wisata tersebut selama di dunia pariwisata. Keberadaan objek wisata substitusi dapat menjadi ancaman bagi PBB jika objek wisata substitusi tersebut mempunyai harga masuk yang lebih murah namun memiliki keunggulan dan fasilitas wisata yang sama dengan objek wisata yang ditawarkan PBB. Ataupun harga masuk yang sama dengan objek wisata PBB namun memiliki keunggulan dan fasilitas yang lebih bagus dari yang ditawarkan PBB. Selain itu dapat pula adanya objek wisata yang harga masuknya tinggi, namun memiliki keunggulan dan fasilitas serta karakter tersendiri sehingga memiliki keunikan yang lebih dari objek wisata yang ditawarkan PBB. Oleh karena itu, faktor harga masuk, keunggulan wisata, dan fasilitas wisata sering digunakan oleh pelaku industri pariwisata sebagai alat dalam menghadapi 122
keberadaan objek wisata substitusi. Perkembangan objek wisata di Jakarta kini semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga ancaman objek wisata substitusi semakin tinggi pula. Kehadiran wahana-wahana yang unik, udara sejuk, lokasi strategis, atau nilai histori dari suatu tempat juga dapat mempengaruhi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Secara umum yang dihadapi oleh wisata PBB adalah persaingan dengan objek wisata lain yang sudah lebih dahulu terkenal dan diingat masyarakat ataupun yang baru berdiri namun memiliki keunggulan wisata tersendiri. Ancaman masuknya objek wisata substitusi terhadap PBB terjadi melalui objek wisata air, dan wisata agro yang juga tersedia di PBB. Pada perkembangan pembangunan wisata agro dan air sekarang ini, para pelaku usaha lebih bersifat kreatif sehingga wista agro dan air dijadikan dalam suatu wisata baru yang lebih dikenal wisata outbound dan wisata alam, ataupun melalui konsep pendidikan sekolah dengan fasilitas wisata agro, air, outbound dan alam yang dilebih kita kenal dengan nama Sekolah Alam. Kawasan Wisata PBB sebagai salah satu pendatang baru di dunia pariwisata bukan hanya bersaing dengan sesama wisata agro dan air di Jakarta saja, tetapi juga di kawasan Depok, dan Ciganjur, Jawa Barat. Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, dan Taman Anggrek Ragunan, adalah beberapa contoh objek wisata yang sudah terkenal dan diingat lebih dahulu akan keunggulan wisatanya dibandingkan dengan PBB. Sedangkan untuk di wilayah luar Jakarta PBB dihadapi dengan objek wisata substitusi yang belum lama berdiri yaitu Kolam ceria, Wisata Pemancingan, Bebek Air,dan Agro Ceria, serta Sekolah Alam Ciganjur, yang dikelola oleh pihak swasta sehingga lebih cepat berkembang dalam meningkatkan daya tarik pengunjung wisatawan, Walaupun belum lama dikenal masyarakat dan dengan harga masuk yang cukup mahal dibandingkan dengan PBB. Selain itu konsep pola pendidikan anak usia dini dari sekolah alam cukup banyak menarik minat usia dini dan para orang dewasa untuk mengunjungi wisata yang disediakan oleh sekolah alam antara lain wisata agro, air, outbond, alam, dan lain-lain. Sama Halnya dengan Kolam Ceria dan Wisata Air Ceria yang berkonsep 123
wisata air dan kolam untuk rekreasi keluarga, sehingga seluruh anggota keluarga dari berbagai umur dapat menikmati objek wisata yang ditawarkan seperti memancing, bebek air, kolam renang, lapangan futsal, outbond, dan wisata taman bunga dan buah. hal ini menunjukan bahwa sebagian masyarakat menengah keatas tidak terlalu melihat harga sebagai tolak ukur di dunia pariwisata, melainkan adalah kualitas, pelayanan, keunggulan wisata, dan manfaat yang didapat dari berwisata. Sehingga rekreasi pada objek wisata untuk kalangan menengah keatas kini tidak lagi dirasakan sebagai kebutuhan yang ekslusif. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa dunia pariwisata cenderung mengalami pergeseran orientasi wisata. Wisatawan berkeinginan untuk dapat terlibat dalam bentuk aktivitas di luar lapang, kepedulian akan persoalan ekologi dan konservasi alam, kemajuan iptek dan berkeinginan untuk berinteraksi secara mendalam dengan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini mengakibatkan adanya isu dan dampak positif terhadap perkembangan wisata sekolah alam, Kolam Ceria, dan Wisata Air Ceria. Sehingga adanya peningkatan pembangunan wisata sekolah alam di berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini seharusnya dapat ditangkap secara positif oleh PBB dan Lembaga Pengelola PBB dengan terus meningkatkan kualitas objek wisata mengikuti laju persaingan dan perubahanperubahan pengembangan objek wisata. Dengan harus diadakannya upaya inovasi, pengembangan dan pemasaran yang efektif oleh PBB, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata dan berdampak positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan serta pendapatan PBB. 6.2.2.4 Kekuatan Tawar - Menawar Konsumen atau Pengunjung Wisata (Wisatawan) Kekuatan tawar konsumen atau pengunjung wisata dikatakan cukup kuat, jika wisatawan terkonsentrasi atau besar jumlahnya, berkunjung dalam jumlah banyak, dan wisatawan menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk wisatawan PBB dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar yang cukup kuat. Hal ini karena pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke PBB berasal dari wisatawan nusantara dan khususnya berasal dari Jabotabek, sehingga biaya peralihan untuk memilih objek wisata lain yang berada di Jabotabek dapat dkatakan kecil. Selain 124
itu, wisatawan juga memiliki alternatif pilihan objek wisata yang sangat beragam sehingga wisatawan pun dapat memilih objek wisata mana yang terbaik dengan harga masuk, keunggulan wisata dan fasilitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah objek wisata yang terdapat di DKI Jakarta dan sekitarnya, dimana masing-masing objek wisata menawarkan harga, keunggulan, dan fasilitas yang semakin bervariasi dan kreatif dalam menarik minat wisatawan. Oleh karena itu, pengembangan dan diferensiasi objek wisata mungkin dapat menjadi alternatif bagi PBB dalam menciptakan keunggulan, harga, dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan objek lain.
125
VII. FORMULASI STRATEGI 7. 1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kawasan Wisata PBB, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan Kawasan Wisata PBB. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Kawasan Wisata PBB (PBB) adalah sebagai berikut : 1) Letak Kawasan PBB yang strategis Lokasi PBB yang strategis dapat mempengaruhi kelancaran transportasi dan kecepatan waktu menuju PBB. Lokasi PBB dikatakan strategis karena dekat dengan akses transportasi masal/angkutan umum, dekat dengan pintu tol Tanjung Barat, dekat dengan pusat kota jakarta sebagai tempat hotel berbintang, dan dekat dengan bandara Internasional Soekarno-Hatta, sehigga mudah dan cepat untuk diakses dengan kendaraan. Sehingga memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata PBB, dan hanya memerlukan waktu ± 45-60 menit dari bandara Soekarno-Hatta. 2) Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Para pengunjung wisata PBB dapat menikmati 3 objek wisata sekaligus yang ditawarkan oleh pengelola PBB, antara lain wisata air, Budaya, dan agro. Ketiga objek wisata tersebut memiliki keunggulan masing-masing, pada objek wisata Budaya, pengunjung dapat berinteraksi mengikuti latihan seni tari, musik, dan drama di PBB dengan gratis. Pada wisata Agro, pengunjung dapat memetik buah-buahan di halaman rumah masyarakat betawi secara langsung dengan harga fleksibel sesuai kesepakatan dengan pemilik rumah betawi. Pada wisata air, pengunjung dapat menikmati wisata bebek air yang dimanfaatkan melihat sekekeliling setu babakan. 3) Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota 126
Pemandangan/ panoraman yang indah, dan asri ditawarkan oleh setu babakan, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke PBB. Selain itu setu babakan juga dilengkapi dengan hutan kota seluas ± 15,5 Ha untuk resapan air dan sebagai tempat penelitian bagi para pengunjung, LSM dan mahasiswa. 4) Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Masyarakat betawi secara umum dikenal oleh orang lain bersifat terbuka dan ramah, begitu pula dengan sikap masyarakat betawi di PBB yang ramah-tamah pada wisatawan. Keramah-tamahan tersebut dapat terlihat saat kita melakukan wisata agro kerumah masyarakat dan saat adanya pementasan seni tari, musik, dan drama oleh masyarakat betawi di PBB. 5) Satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Sejak Kampung Condet Betawi tidak lagi menjadi objek wisata kampung betawi karena sudah banyaknya penduduk di luar keturunan betawi, maka Kawasan Wisata PBB di Setu Babakan kini menjadi satusatunya objek wisata seni & Budaya Betawi yang berada di Jakarta yang berkonsep tipe desa/kampung terbuka, dimana pengunjung dapat menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat betawi, 6) Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata. PBB Selain menawarkan 3 objek wisata dan hutan kota yang ada, juga memiliki dua buah setu yaitu setu mangga bolong dan setu babakan yang memiliki luas masing-masing 20 Ha dan 40 ha. Para pengunjung biasanya dapat melakukan berbagai aktifitas di sekitar setu babakan dan mangga
bolong
ini,
antara
lain
memancing,
arung
jeram,
flyingfox,olehraga kano, perahu, berenang, bersepeda, bulu tangkis, menjala, danlain-lain.
127
7) Motivasi kerja karyawan tinggi Motivasi karyawan PBB dan pelaksana tugas harian PBB untuk melestarikan dan memajukan kesenian Budaya masyarakat betawi dirasakan sangat tinggi. Hal ini tergambarkan dengan jam kerja karyawan selama 7-8 jam per hari dengan hari libur senin padahal gaji/upah karyawan berada dibawah Upah Minimum Regional DKI Jakarta. 8) Retribusi masuk yang murah Kawasan Wisata PBB hingga saat ini belum menetapkan adanya penarikan retribusi masuk pengunjung (per orang) sehingga wisata PBB dapat dikatakan gratis untuk per orangan dan PBB hanya memberlakukan karcis parkir kendaraan untuk pengunjung yang membawa kendaraan bermotor sebesar RP. 2.000/kendaraan, dan ini dapat dikatakan murah karena pengeunjung dapat menikmati keindahan 3 objek wisata hanya dengan Rp. 2.000 tersebut. Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Perkampugan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : 1) Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Sumber modal pengembangan PBB kini hanya bergantung pada APBD DKI melalui kerjasama dengan dinas-dinas terkait. Namun sebenarnya PBB secata tertulis pada peraturan Gubernur 129 tahun 2007 dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak antara lain pihak swasta, dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. 2) Pembangunan Jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang. Aspek sarana dan prasarana pendukung pariwisata di PBB yang masih kurang memadai yaitu jalan dan lahan parkir. Jalan di dalam PBB mulai dari objek wisata air ke menuju objek wisata seni Budaya belum dibangun secara merata sehingga terlihat kotor ,dimana dapat tergenang air jikalau hujan turun. Lahan parkir di PBB sangat kurang luas, sehingga parkir kendaraan tidak teratur dan tidak mencukupi. Hal ini begitu terlihat saat adanya bis-bis pariwisata yang mengunjungi PBB, dimana bis-bis 128
tersebut parkir di depan pintu masuk bang pitung PBB karena lahan parkir PBB yang tidak mencukupi. Selain itu hal ini juga menjadi kelemahan yang berarti saat terjadinya musim liburan tiba dan adanya lebaran idul fitri dan idul adha, dimana pengunjung banyak yang menggunakan bis-bis pariwisata sehingga dapat menimbulkan kemacetan di sepanjang pintu masuk PBB. 3) Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin. Tata letak dan lokasi pedagang di PBB saat ini kurang terkoordinir dan tidak beraturan, serta banyaknya bangunan pedagang yang tanpa izin pengelola PBB. Hal ini membuat PBB terlihat tidak teratur dalam manata pedagang di PBB dan para pedagang terkesan kumuh, sehingga kurang memiliki daya tarik. Selain itu para pedagang juga menggunakan pakaian seadanya dan terkesan pedagang tidak rapi dalam berpakaian dan kurang sopan. 4) Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Manajemen komite pengelola saat ini belum optimal karena hanya ada satu orang pelaksana tugas harian di PBB yang berasal dari anggota komite, hal ini membuat adanya kesan perangkapan jabatan dan etos kerja yang kurang dari anggota komite yang lain. Hal ini disebabkan oleh para anggota komite umumnya memiliki pekerjaan/profesi lain, dan gaji yang kecil yang diterima oleh para anggota komite. Kurang optimalnya manajemen pengelola juga terlihat pada rapat anggota komite pengelola yang hanya 2 jam dalam 1 bulan sekali dan bersifat insidental. Sehingga menyebabkan kurang terorganisirnya informasi manajemen dan keluhan para karyawan yang ada. 5) Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Dalam menata PBB pihak pengelola memiliki keterbatasan dalam mengelola keuangan pemerintah, sulitnya melakukan kerjasama dengan pihak swasta, dan terkendalanya pengelolaan objek wisata bebek air. 129
Semua hal tersebut dikarenakan lembaga pengelola PBB belum memiliki badan hukum tersendiri.
Sehingga pengelola sangat terbatas dalam
mengupayakan peningkatan modal dan pendapatannya. 6) Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran. Di era kemajuan teknologi sekarang ini lembaga pengelola belum memiliki email dan website sendiri, sehingga media promosi dan pemasaran PBB dirasa sangat kurang oleh wisatawan. Belum adanya website dan email bukan dikarenakan kurangnya tenaga ahli, tetapi lebih dirasakan kurangnya SDM pelaksana tugas harian tersebut. 7) Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan Seluruh karyawan di PBB dapat dikatakan berasal dari keturunan betawi asli sehingga masih memiliki hubungan kekerabatan/kekeluargaan. Hal ini membuat sistem pengendalian yang ada di pengelola PBB pun bersifat kekeluargaan. Pengrekrutan karyawan pun yang dilAkukan oleh pengelola dan dinas berdasarkan rekomendasi komite masih bersifat kekeluargaan tanpa tes seleksi dan wawancara hanya berdasarkan kepercayaan dan kekerabatan. Pengendalian manajemen yang bersifat kekeluargaan antara lain, pada proses izin jam kerja, rapat kerja karyawan, dan pelaksanaan tugas sehari-hari. Selain itu Pengendalian lain yang bersifat kekeluargaan yang didasarkan pada perasaan tidak enak para karyawan PBB dan pelaksana tugas harian untuk memberikan sanksi atau teguran terhadap komite pengelola yang jarang berada dikantor pengelola dan hanya mengadakan rapat 1 kali per bulan dan hanya 2 jam, hal lain juga dikarenakan para anggota komite pengelola merupakan para sesepuh keturunan orang betawi asli, dan memiliki kharisma di mata masyarakat PBB ataupun Betawi pada umumnya. 7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Kawasan Wisata PBB Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal PBB, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi 130
Kawasan Wisata PBB. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Kawasan Wisata PBB, antara lain : 1. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Untuk mengembangkan dan melestarikan seni dan kebudayaan masyarakat Betawi dan menjaga keasrian lingkungannya pemerintah memberikan dukungan penuh kepada objek wisata PBB dalam hal kerjasama dengan dinasdinas terkait. Antara lain : adanya pelaksanaan program seni Budaya yang diselenggarakan atas kerjasama Suku Dinas Kebudayaan dengan Lembaga Pengelola PBB, dan adanya kerjasama Departemen Pertanian dengan lembaga pengelola untuk penanaman tanaman di sekitar setu babakan, dan beberapa kerjasama lainnya. 2. Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Bagi masyarakat kalangan menengah keatas kini wisata sudah menjadi kebutuhan bukan lagi terlihat sebagai kebutuhan tersier, hal ini terlihat pada pengamatan saya, dimana faktor harga kini tidak terlalu menjadi tolak ukur untuk kalangan menengah keatas dalam menikmati dunia pariwisata tetapi lebih menekankan pada fasilitas pendukung pariwisata dan manfaat yang ditawarkan oleh objek wisata. PBB sangat berpotensi untuk memperluas target pasarnya dikarenakan memiliki manfaat pada objek wisatanya, keindahan alam yang dimilikinya, dan interaksi Budaya yang ditawarkannya. 3. Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek sebesar 12,85persen Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek membawa peluang positif bagi perkembangan PBB dikarenakan wisatawan yang berkunjung ke PBB lebih banyak yang berasal dari Jabotabek. Sehingga secara tidak langsung adanya peningkatan potensi wisatawan yang dapat mengunjungi PBB dari adanya peningkatan jumlah penduduk Jabotabek. 4. Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI. Pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta dan peningkatan APBD DKI Jakarta
yang
semakin
membaik
dapat
mendukung
kelancaran
dan
perkembangan berbagai usaha pendukung di dunia pariwisata dan juga dapat 131
membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat dan juga dapat meningkatkan pengeluaran wisatawan pada dunia pariwisata sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari sektor Pariwisata. 5. Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya
peningkatan
perhatian
masyarakat
ditunjukan
dengan
meningkatnya jumlah organisasi betawi, sanggar kesenian betawi, dan jumlah LSM atau ormas pelestari dan pemerhati budaya. Hal ini membawa dampak positif bagi pelestarian, dan pengembangan objek wisata Perkampungan Budaya Betawi, karena dengan semakin berkembangnya sanggar seni budaya Betawi maka semakin meningkatnya kerjasama pergelaran seni budaya betawi di PBB dengan para pemiliki sanggar. 6. Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan memiliki program PNPM pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan industri usaha budaya atau industri pariwisata yang mendukung keaslian dan keasrian kebudayaan daerah. Perkembangan program PNPM ini nantinya pada tahun 2014 akan menjadikan 1000
desa/kampung
wisata
di
seluruh
indonesia
yang
memiliki
keaslian/keasrian kebuadayaan baik melalui industri budayanya ataupun industri pariwisatanya. Adapun perkembangan besarnya dana hibah yang diberikan pemerintah semakin meningkat per tahunnya menjadikan program ini sebagai peluang bagi perkembangan Kawasan Wisata PBB yang mana termasuk kedalam kategori desa/kampung wisata yang bercirikan keaslian dan keasrian kebudayaan daerah. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Kawasan Wisata PBB, antara lain : 1. Situasi keamanan (teroris ,bom, dan isu global) dan Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta). Secara tidak langsung kondisi keamanan (teroris,bom, dan isu global) dan lingkungan alam yang tidak menentu dapat membawa dampak negatif bagi pandangan masyarakat dalam negeri dan luar negeri terhadap wilayah DKI 132
Jakarta. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan luar negeri terhadap keamanan dan kenyamanan mereka ketika berada di Jakarta, sedangkan untuk masyarakat dalam negeri adanya banjir dapat mempersulit akses transportasi dan akomodasi menuju ke jakarta ataupun keluar wilayah jakarta. Objek wisata PBB yang terdapat di Jakarta mengalami dampak negatif tersebut. Hal ini dikarenakan wisatawan yang berkunjung ke PBB lebih banyak yang berasal dari Jabotabek, dan beberapa wilayah di jabotabek terkena dampak banjir jakarta sehingga menyulitkan masyarakat untuk berwisata. 2. Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil. Walaupun tidak adanya persaingan di objek wisata seni Budaya betawi di jakarta tetapi persaingan pariwisata di PBB berasal dari objek wisata agro dan air. Menigkatnya jumlah objek wisata agro dan air di jakarta dan sekitar PBB membawa dampak persaingan usaha dalam objek wisata, sehingga perlu adanya peningkatan variasi wisata dan peningkatan manfaat yang ditawarkan oleh PBB. Timbulnya persaingan wisata agro dan air ini dikarenakan hambatan masuk yang kecil untuk objek wisata agro dan air. Dalam mendirikan objek wisata agro, pelaku usaha cukup memiliki lahan yang tidak terlalu luas dan memiliki keasrian alam maka pelaku usaha sudah dapat mendirikan objek wisata agro ataupun pelaku usaha bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah untuk memanfaatkan potensi daerah pedesaannya menjadi objek wisata agro. Sedangkan untuk wisata air, pelaku usaha dapat memanfaatkan danau/kali yang berada di suatu daerah untuk membuat wisata air, seperti bebek air, arung jeram, perahu kano, dan lain-lain. 3. Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya pergantian kepemimpinan di pemerintahan membawa pengaruh terhadap kerjasama yang tercipta dengan lembaga pengelola. Kurangnya koordinasi setelah dan prores pergantian kepemimpinan pemerintahan menyebabkan konsep kerjasama dinas terkait dan lembaga pengelola menjadi tak terarah dan kurang terkomunikasi dengan baik, sehingga adanya 133
perlambatan kerjasama, bahkan adanya pengulangan konsep kerjasama dikarenakan adanya data yang hilang karena pergantian tersebut. 4. Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB Adanya kawasan yang belum termanfaatkan dari sebagian luas Kawasan Wisata PBB khususnya wilayah danau setu babakan dan setu mangga bolong, mengakibatkan banyaknya masyarakat luar yang menggunakan lahan tersebut untuk berbagai kegiatan usaha tanpa se-izin pengelola PBB antara lain tambak ikan/ternak ikan, pemancingan, pertanian dan lain-lain.
7.3 Analisis Matriks IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal Kawasan Wisata PBB yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada empat orang responden, yaitu pelaksana tugas harian Anggota Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB Komite Tata Kehidupan dan Budaya, Koordinator Kesenian dan Pemasaran Komite Lembaga Pengelola PBB, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, dan Kepala Bagian Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Pengisian kesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal Kawasan Wisata PBB tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar Kawasan Wisata PBB, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif. Kuesioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkat (rating) untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkat (rating) pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian nlai rata-rata hasil pembobotan dan peringkat dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkat dari seluruh responden masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan pemeringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada 134
Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui total bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada Kawasan Wisata PBB (Tabel 31). Tabel 31. Analisis Matriks IFE Kawasan Wisata PBB Bobot RataRata
Faktor Strategi Internal
FAKTOR KEKUATAN Letak Kawasan PBB yang strategis Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata Motivasi kerja karyawan tinggi Retribusi masuk yang murah TOTAL KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan TOTAL KELEMAHAN JUMLAH TOTAL IFE
Rating RataRata
Total Bobot Skor RataRata
0,075
3,75
0,280
0,081
4
0,322
0,064 0,072
3,75 3,75
0,240 0,269
0,081
4
0,325
0,059 0,066 0,062
3,5 3 3,25
0,207 0,197 0,200 2,040
0,070
2
0,141
0,069
2
0,139
0,057
1,5
0,086
0,041 0,075
1,75 2
0,071 0,149
0,048
2
0,096
0,081
2
0,162 0,844 2,884
Sumber : Data Primer
135
Pada Tabel 31, menunjukan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi Kawasan Wisata PBB. Kekuatan utama Kawasan Wisata PBB adalah variabel kekuatan dengan nilai total bobot skor ratarata terbesar sedangkan kelemahan utama adalah variabel kelemahan dengan nilai total bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama pada Kawasan Wisata PBB adalah satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi di Jakarta dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,325. Tingginya total bobot skor ratarata yang terdapat pada variabel tersebut karena keunggulan yang dimiliki PBB dalam memberikan objek wisata seni & Budaya betawi beserta adanya interaksi dengan masyarakat betawi itu sendiri sehingga timbulnya keasrian wisata kebudayaan Betawi. Kelemahan utama bagi Kawasan Wisata PBB adalah Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,071. Kondisi ini terlihat dari sedikitnya pelaksana tugas harian di lembaga pengelola dan adanya rapat komite pengelola hanya 1 bulan sekali dan hanya berlangsung 2-3 jam. Akan tetapi secara keseluruhan total rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 2,884 yang mengindikasikan bahwa Kawasan Wisata PBB memiliki posisi internal yang kuat karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. 7.4 Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi eksternal pada Kawasan Wisata PBB yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan internal Kawasan Wisata PBB. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga menggunakan paired comparison matriks. Selanjutnya diberikan pemeringkatan (rating) untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan pemeringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan 136
pemeringkatan (rating) dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkat (rating) dari seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan pemeringkatan (rating) untuk variabel peluang dan ancaman pada Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Kemudian dapat diketahui total bobot skor rata-rata dari tiap variabel, nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan antara bobot ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada Kawasan Wisata PBB (Tabel 32). Tabel 32. Analisis Matriks EFE Kawasan Wisata PBB Faktor Strategi Internal
PELUANG Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah TOTAL PELUANG ANCAMAN Situasi keamanan (teroris ,bom, dan isu global) di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB TOTAL ANCAMAN JUMLAH EFE
Bobot RataRata
Rating RataRata
Total Bobot Skor RataRata
0,131
4
0,522
0,101 0,092
4 3,75
0,406 0,344
0,124 0,104
4 3,75
0,494 0,391
0,074
3,25
0,239 2,396
0,081 0,081
2 2
0,161 0,162
0,086
2
0,172
0,111
2
0,222
0,097
1,5
0,146 0,702 3,098
Sumber : Data Primer
137
Tabel 32, menunjukan faktor strategi eksternal mana yang menjadi peluang dan ancaman pada Kawasan Wisata PBB. Peluang utama dan ancaman utama bagi Kawasan Wisata PBB yaitu variabel peluang dan variabel ancaman yang memiliki total bobot skor rata-rata terbesar. Peluang utama yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,522. Hal ini terlihat pada beberapa peraturan dukungan pemerintah terhadap cagar Budaya, pelestarian Budaya, dan pengembangan Budaya baik yang secara langsung untuk PBB atau pun yang secara umum. Ancaman utama bagi Kawasan Wisata PBB yaitu adanya regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,222. Adapun total bobot skor rata-rata dari matriks EFE sebesar 3,098 yang mengindikasikan bahwa Kawasan Wisata PBB berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
7.5 Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matriks IFE (2,884) dan EFE (3,098) (Lampiran 13 dan 14), kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada Perkampungn Budaya Betawi (Gambar 7). Berdasarkan Gambar 7, hal ini menunjukan bahwa posisi Kawasan Wisata PBB berada pada kuadran II yang memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang tinggi. Rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan.
Strategi yang sesuai untuk
posisi tersebut adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang. integrasi kedepan, dan integrasi horizontal).
138
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata Lemah 3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0 – 4,0
I
II Tumbuh dan Kembangkan
III 3,0
Menengah
IV
2,00 –2,99
V
VI 2,0
Rendah VII
1,0 – 1,99
VIII
IX
1,0 Gambar 7. Matriks Internal Eksternal (IE) Kawasan Wisata PBB Sumber : Data Primer
7.6
Analisis Matrks SWOT Analisis Matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari
matrks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO (strengths and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strengths and threats), dan WT (weakness and threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi yang dapat diberikan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB adalah sebagai berikut : 1) Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan internal Kawasan Wisata PBB untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-O yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam pengembangan kegiatan wisata di PBB. Strategi ini diterapkan karena PBB memiliki banyak keunggulan dari objek wisata yang dimilikinya untuk ditawarkan kepada pihak sponsor 139
swasta ataupun masyarakat antara lain letak yang strategis, memilik tiga objek wisata yang berbeda sekalius, satu-satunya objek wisata seni Budaya betawi di Jakarta, memiliki dua buah setu alam, memiliki hutan kota, dan memiliki pemandanagn setu yang indah, selain itu didukung dengan keterbukaan masyarakat PBB dengan keramah-tamahannya dan motivasi kerja karyawan yang tinggi. Dengan keunggulan yang ada diharapkan dapat membuka terciptanya penawaran kerjasama dengan pihak swasta/masyarakat dalam mengadakan pengembangan kegiatan wisata di PBB seperti adanya eventevent kesenian, event acara-acara amal, ataupun berbagai acara lain yang dapat meningkatkan daya tarik wisatawan yang ingin berkunjung ke PBB dan dapat menjadi promosi kepada pihak sponsor dan PBB itu sendiri. Hal ini dikarenakan sedikitnya event-event acara baik tentang kesenian ataupun acara amal dan lain-lain, sehingga dengan adanya strategi ini PBB dapat memanfaatkan peluang yang ada seperti
adanya peningkatan jumlah
penduduk jabotabek, adanya dukungan pemerintah berupa undang-undang yang mendukung kerjasama antara PBB dengan pihak swasta,adanya kecenderungan wisata sebagai kebutuhan bagi kalangan menengah keatas, adanya peningkatan perekonomian dan APBD DKI Jakarta dan adanya peningkatan perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB. b) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti flyingfox dan arung jeram. Kalangan menengah keatas kini menganggap wisata sebagai suatu kebutuhan, pernyataan inilah yang mendukung PBB melakukan strategi ini. Objek wisata yang menarik dan bermanfaat harus didukung pula dengan rekreasi wahana wisata lain sebagai pendukungnya sehingga dapat menarik minat kunjungan wisata pada PBB. Objek wisata yang kecenderungan disukai oleh kalangan menengah keatas yaitu arung jeram, dan flyingfox oleh karenanya wisata pendukung ini diharapkan dapat meningkatkan target wisatawan PBB ke kalangan menengah ke atas, 140
sehingga PBB dapat menjadi obek wisata untuk semua kalangan. Terlaksananya alternatif strategi ini juga dengan adanya dukungan pemerintah berupa undang-undang yang berlaku untuk mengembangkan PBB dan adanya peningkatan perekonomian DKI dan APBD DKI sehingga nantinya dana operasional PBB dapat dimanfaatkan pula untuk pengembangan objek wisata pendukung ini. 2)
Strategi W-O Strategi ini dibuat untuk mengatasi kelemahan internal Kawasan Wisata PBB dengan memanfaatkan peluang yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi W-O yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB. Sebenarnya ketersediaan pedagang di PBB sudah cukup banyak dan menjadi pendukung objek wisata PBB, namun tata letak dan perizinan pedagang ini menjadi masalah. Sehingga diperlukannya strategi ini untuk mengatasi kelemahan utamanya yaitu ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ ruko/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah berupa adanya undang-undang pengelola PBB dan peningkatan APBD DKI. Hal ini menjadi peluang kerjasama pengelola PBB untuk membenahi dan membina pedagang yang berada di lingkungan PBB agar lebih terkoordinir dan tertata dengan baik. Sehingga nantinya jikalau sudah terkelola dengan baik maka dapat menjadi peluang pendapatan bagi pengelola PBB yang berasal dari retribusi pedagang dan dapat mengurangi ketergantungan PBB dengan APBD DKI. Manfaat lain dari diterapkannya strategi ini adalah untuk meningkatkan pembangunan jalan dan lahan parkir di PBB sehingga nantinya dapat menjadi peningkatan fasilitas PBB dan meningkatkan kunjungan wisatawan dengan adanya kecenderungan wisata sebagai 141
kebutuhan dan peningkatan jumlah penduduk Jabotabek. Selain itu belum optimalnya manajemen pengelola karena kecilnya gaji, nantinya diharapkan dengan adanya paguyuban pedagang dapat menjadi opini tersendiri
yang
dapat
memperbaiki
manajemen
pengelola
dan
meningkatkan gaji, koordinasi dan tingkat etos kerja pengelola. b) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan keBudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB. Sering dengan adanya program PNPM Pariwisata dan adanya kelemahan pedagang PBB yang tidak terorganisir dan tak berizin maka diharapkan bentuk kerjasama dengan kementerian UKM dapat membina para pedagang dan masyarakat agar bisa terorganisir dengan baik. Secara tidak langsung tindakan strategi ini memanfaatkan peluang lainnya yaitu adanya peningkatan masyarakat jakarta terhadap PBB sehingga nantinya masyarakat jakarta juga dapat ikut berkontribusi dalam program PNPM ini. Adanya peningkatan perekonomian dan APBD DKI diharapkan nantinya dapat memanfaatkan dana pengembangan pemerintah untuk pendukung program PNPM ini, dan adanya dukungan pemerintah terhadap PBB berupa undang-undang. Sumber daya manusia pedagang dan masyarakat PBB diharapkan nantinya pandai dan kreatif dalam membuat usaha souvenir, makanan khas, dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dan pedagang di PBB. Selain itu juga, produk hasil kerjasama ini nantinya diharapkan dapat menjadi produk unggulan di PBB sehingga meningkatnya zona industri PBB melalui souvenir, makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan adanya produk unggulan dari PBB diharapkan juga nantinya dapat meningkatkan jumlah wisatawan ke PBB berdasarkan adanya peluang peningkatan jumlah penduduk Jabotabek dan wisata sebagai kebutuhan, serta perhatian masyarakat terhadap PBB.
142
c) Memperbaiki
struktur
organisasi
dan
sistem
manajemen
secara
professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. Salah
satu
kunci
keberhasilan
sebuah
perusahaan
dalam
menjalankan usahanya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung kelancaran usaha. Penerapan tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi manajemen di lembaga pengelola dan nantinya dapat meningkatkan perkembangan PBB. Diharapkan nantinya
dengan
adanya
perbaikan
manajemen
pengelola
maka
pengrekrutan dan pengendalian manajemen pengelola menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat memanfaatkan peluang
peningkatan
perekonomian
dan
APBD
DKI
untuk
mengembangkan konsep wisata baru bagi PBB, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi PBB dan dapat mengatasi sumber modal PBB yang tergantung dari APBD DKI. Dengan adanya pendapatan yang meningkat diikuti dengan ketersediaan
manajemen
pengelola
yang
baik
diharapkan
dapat
meningkatkan pemasaran promosi PBB melalui adanya email dan website, dan juga dapat membuat pengurusan badan hukum bagi PBB sehingga nantinya PBB dapat dipercaya oleh pihak swasta dan masyarakat dalam menjalin kerjasama. Selain itu dengan adanya strategi ini maka dapat mengatasi pedagang yang tanpa izin dan juga secara tidak langsung nantinya dapat memperluas lahan parkir di PBB dengan semakin tertatanya pedagang di PBB. Strategi ini dapat terlaksana atas dasar dukungan pemerintah dan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap PBB dikarenakan perhatian masyarakat yang memberi banyak opini kepada lembaga pengelola sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembentukan strategi ini. Adanya pemanfaatan dukungan pemerintah ini dikarenakan adanya keputusan 143
undang-undang terkait dengan kepengurusan pengelola PBB, selain itu dukungan pemerintah juga dapat terjadi sangat berarti saat adanya pergantian pengeurus pengelola karena anggota komite pengelola dipilih melalui DPRD DKI Jakarta berdasarkan masukan dari masyarakat, dan tingkat profesionalisme dan manajemen yang dimiliki calon pengurus PBB nantinya. 3)
Strategi S-T Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan Kawasan Wisata PBB untuk menghindari ancaman yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-T yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent)
atau event
organizer dan dinas kebudayaan dan pariwisata DKI Jakarta untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Penerapan strategi ini dengan menggunakan semua kekuatan yang dimiliki PBB diharapkan nantinya PBB dapat menjalin kerjasama dengan event organizer dan travel agent untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata PBB. Sehingga nantinya timbul peningkatan kepercayaan dan daya tarik para pengunjung wisata dengan adanya jaminan kepercayaan juga dari event organizer dan travel agent mereka. Sehingga secara langsung dapat menghindari ancaman dari pesaing wisata agro dan air serta adanya kondisi keamanan dan banjir yang melanda jakarta. Selain itu dengan adanya kerjasama ini maka adanya pergantian ditingkat pemerintahan secara tidak langsung dapt dihindari karena pengembangan pemasaran dan promosi dilakukan dengan pihak swasta. b)
Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour (IFT) dan masyarakat PBB. Dengan adanya penerapan strategi ini diharapkan penggunaan semua kekuatan internal PBB dapat mengatasi ancaman adanya penggunaan lahan oleh pihak lain untuk usaha pemancingan tanpa izin. Dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta ini juga diharapkan tidak mempengaruhi adanya pergantian ditingkat pemerintahan yang selama ini 144
terjadi dikarenakan kerjasama PBB bersifat monoton hanya dengan pihak pemerintah saja. Selain itu kerjasama pembentukan wisata pemancingan ini juga dapat menghindari ancaman dari pihak pesaing yang melakukan wisata memancing juga pada objek wisata airnya, sehingga diharapkan wisata pemancingan ini dapat menjadi terobosan peningkatan wisatawan ke PBB dan berdasarkan pengalaman yang diperoleh IFT dalam melakukan usaha pemancingan maka diharapkan dapat menghindari ancaman akibat banjir yang ada di Jakarta. 4)
Strategi W-T Strategi ini dibuat dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-T yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB :
a) Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum Penerapan strategi ini untuk mengurangi kelemahan pengelola yang belum meiliki badan hukum sehingga terkendala dalam melakukan kerjasama terkait pembiayaan dengan pihak swasta ataupun pengelolaan keuangan dari pemerintah. Sehingga strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pihak swasta dalam pendaanan pengembangan modal pada PBB dan dapat mengurangi ketergantungan permodalan PBB dari APBD DKI. Dengan meningkatnya permodalan maka pengelola secara tidak langsung dapat meningkatkan lahan parkir dan jalan yang kurang sehingga fasilitas di PBB semakin baik sehingga dapat meningkatkan daya tarik pengunjung terhadap objek wisata PBB dan menghindari adanya persaingan di wisata agro dan air. Selain itu dengan adanya badan hukum pengelola maka adanya pergantian di pemerintahan akan dapat dihindari pengaruhnya dikarenakan keuangan APBD dapat dikelola secara langsung oleh pengelola PBB. Diharapkan pula dengan adanya badan hukum maka akan adanya manajemen
pengelola
yang
lebih
optimal
dan
dapat
membuat
pengrekrutan dan pengendalian manajemen pengelola lebih baik lagi. 145
Dengan adanya badan hukum pengelola maka pengelola dapat bertindak tegas kepada para pedagang yang berdagang di PBB tanpa izin dan membuat tata letak pedagang yang tidak rapi, maka secara tidak langsung pengelola dapat mengurangi ketersediaan pedagang yang tidak terkoordin dan tanpa izin. b) Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia untuk pengembangan wisata agro. Strategi ini dimaksudkan untuk meminimalisir manajemen pengelola yang kurang optimal, dalam pengelolaan objek wisata di PBB, tujuannya untuk mengetahui cara pengembangan wisata agro agar tanaman/buah dapat berkembang dengan cepat dan berbuah di setiap bulannya sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata dan menghindari adanya ancaman persaingan wisata agro. Selain itu meningkatnya produktivitas wisata agro dan meningkatnya jumlah wisatawan secara tidak
langsung juga
dapat
meningkatkan pendapatan
PBB
dan
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat PBB itu sendiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan modal terhadap APBD DKI dan dapat pula nantinya meningkatkan pembangunan jalan dan lahan parkir yang kurang. Dengan masuknya wisata PBB pada AWAI maka diharapkan pengelola belajar dari para pelaku usaha agro yang mana diantaranya juga belum memiliki email dan website tapi dapat berkembang, selain itu diharapkan pengelola dapat mengetahui jumlah pelaku usaha lain yang bersaing di wisata agro dan dapat mengetahui keunggulan dan kelebihannya. Pembelajaran dari pengalaman para pelaku wisata agro diharapkan dapat meminimalisir ancaman keadaan lingkungan yang tidak menentu di jakarta untuk mengelola perkembangan usaha agro. c) Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran Pembuatan email dan website ini diharapkan dapat meminimalisir kelemahan PBB yang belum memiliki website dan email. Penggunaan 146
email dan website ini nantinya digunakan untuk menghindari ancaman dari keadaan keamanan dan situasi alam yang tidak menentu kepada para pengunjung wisata di dunia maya, sehingga nantinya diharapkan para pengunjung nmengetahui bahwa PBB dalam kondisi aman dan tidak terkena dampak lingkungan yang tidak menentu di Jakarta, dan dapat membuat kepercayaan bagi wisatawan untuk tetap mengunjungi PBB. Selain itu pembuatan email dan website ini juga bertujuan untuk mencari donasi atau modal dan pengembangan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk pengembangan PBB sehingga PBB tidak tergantung pada dana APBD DKI dan tidak terpengaruh dengan adanya pergantian kepemimpinan di pemerintahan. Diharapkan juga dengan penerapan strategi ini PBB bisa mendapatkan pegawai ahli untuk pengelola dengan cara membuka iklan lowongan kerja untuk staf dan karyawan PBB sehingga nantinya pengrekrutan dan pengendalian tidak lagi bersifat kekeluargaan tapi profesional. Berdasarkan Alternatif strategi yang diperoleh maka dapat dijabarkan kesesuaiannya menurut Strategi yang didapatkan dengan menggunakan matriks IE yaitu berada pada sel II dengan strategi Integrasi dan Intensif yang dapat dilihat pada Tabel 33, berikut :
147
Tabel 33. Pengelompokan Alternatif Strategi ke Dalam Jenis Strategi Matriks IE pada Kawasan Wisata PBB. Jenis Strategi Tindakan Alternatif Strategi INTEGRASI Integrasi Ke Depan Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata
Integrasi Belakang
ke
Integrasi Horizontal INTENSIF
Penetrasi Pasar
7.7
Pengembangan Pasar
Pengembangan Produk
(travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat PBB
Analisis Matriks QSP (QSPM) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat analisi yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan 148
dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara ojektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategi internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attravtiveness Score) menunjukan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai As diperoleh melalui kuesioner yang ditujukan kepada Ketua Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB. Nilai TAS (Total Attractiveness Score) dari responden diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score) dari responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masingmasing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari responden dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil perhitungan STAS (Sum Total Attractiveness Score) pada Lampiran 16, maka prioritas strategi alternatif terbaik yang dilakukan saat ini adalah memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja dengan STAS sebesar 6,356. Memperbaiki keadaan struktur organisasi pengelola dan sistem manajemennya dianggap menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap semua strategi yang ditawarkan oleh karena itu strategi ini menjadi perioritas strategi. Selain itu kurangnya tenaga kerja pelaksana tugas sehari-hari di PBB yang dikarenakan pengelola memiliki pekerjaan lain, sehingga menyebabkan beberapa tugas terjadi perangkapan jabatan, dan kurang maksimal sehingga pengembangan PBB pun terkesan lambat dan kurang terorganisir dengan baik. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB, dapat dilihat pada Tabel 34.
149
Tabel 34. Prioritas Alternatif Strategi Kawasan Wisata PBB Alternatif Strategi
STAS
Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan Masyarakat PBB Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia untuk pengembangan wisata agro Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum
6,356
Prioritas Strategi 1
5,942
2
5,865
3
5,853
4
5,786
5
5,764
6
5,761
7
5,650 5,527
8 9
5,342
10
Dalam melakukan pelaksanaan alternatif strategi yang ditawarkan maka ada beberapa persiapan yang harus dilakukan Pengelola PBB antara lain dapat dilihat pada Lampiran 17. Untuk menentukan strategi mana yang terlebih dahulu diprioritaskan maka urutan penerapan strateginya dapat melihat pada hasil dari matriks QSP (QSPM). Meskipun demikian, implementasi dari formulasi strategi ini diserahkan sepenuhnya kepada pengelola Kawasan Wisata PBB.
150
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Wisata PBB, maka terdapat kesimpulan yang diperoleh, sebagai berikut : 1) Dalam identifikasi lingkungan internal Kawasan Wisata PBB terdapat kekuatan
dan kelemahan utama. Kekuatan utama PBB yaitu Kawasan Wisata PBB
sebagai satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Sedangkan kelemahan utama yang perlu di atasi yaitu belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Dalam identifikasi eksternal, PBB memiliki peluang yang paling berpengaruh yaitu dukungan pemerintah terhadap
pengembangan
PBB.
Sedangkan
Ancaman
yang
paling
mempengaruhi PBB yaitu Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB. 2) Kawasan Wisata PBB dalam penerapan Strategi IE tergolong dalam sel II, dimana dalam kondisi tumbuh dan kembangkan sehingga strategi yang lebih baik digunakan yaitu strategi intensif atau strategi integrasi. Adapun strategistrategi tersebut digunakan pula dalam analisis matriks SWOT dalam menentukan alternatif strategi yang ditawarkan yaitu 1) mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat, 2) membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram, 3) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang, 4) melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB, 5) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen, 6) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer, 7) Membuat wisata pemancingan, 8) Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum, 9) Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro, 10) Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran. 151
3) Prioritas strategi yang diperoleh melalui matriks QSP (QSPM) untuk Kawasan Wisata PBB yaitu memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara
professional
untuk
meminimalisir
perangkapan
jabatan,
dan
meningkatkan produktivitas kerja dengan nilai STAS sebesar 6,356. 8.2 Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Wisata PBB, maka beberapa saran yang dapat menjadi masukan Kawasan Wisata PBB, antara lain : 1) Pihak pengelola sebaiknya melakukan pencataan dan pendataan secara baik dan benar terkait jumlah wisatawan dan jumlah kendaraan yang masuk agar nantinya dapat digunakan untuk pencatatan keuangan dan pengembangan PBB. 2) Pihak lembaga pengelola sebaiknya membuat standar operasional prosedur dalam proses manajemen PBB untuk memperbaiki sistem manajemen lembaga pengelola. 3) Pihak pengelola sebaiknya mencari pengembang usaha perairan, baik dari pihak swasta ataupun masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak termanfaatkan oleh PBB.
152
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Asosiasi Wisata Agro Indonesia. 2004. Pengertian Dasar Wisata Agro. Makalah Disampaikan dalam Penelitian Wisata Agro di Yogyakarta tanggal 15-19 Juli 2004. Yogyakarta David . 2006. Strategic Management Consept. Jakarta : Salemba Empat David. 2009. Strategic Management Consept. Jakarta : Salemba Empat. [Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Membangun Pilar Wisata Agro Indonesia. http:// database. deptan. go. id/agrowisata/viewfitur. [18 Januari 2009] Deptan,
2005.
“Agrowisata
Meningkatkan
Pendapatan
Petani”
pada
http://database.deptan.go.id Dirgantoro C. 2001. Manajemen Stratejik. Jakarta : Grasindo Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Thursday, 03 December 2009 08:10. APBD DKI 2010 Sebesar Rp 24,67 Triliun. Republika : Hal. 11 Harahap H. 2006. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia. Cisarua, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Linawati. 2009. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Mardiana. 2007. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Modern pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Nuryanti W. 1993. Pariwisata Budaya .Yogyakarta. Gajahmada University Press Hlm 2-3 Nusawanti TA. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 153
Pendit NS (a). 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramitha Pendit NS (b). 2006. Sebuah Pengantar Perdana : Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Pitana PG.2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri (a). 2005. Sosiologi Pariwisata : Kajian Sosiologi terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-dampak Pariwisata. Yogyakarta : ANDI Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005 (b). Pengantar Ilmu periwisata. Yogyakarta : ANDI Reza M. 2009. Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Soekartawi. 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan : Dengan Pokok Bahasan Khusus Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : Rajawali Pers Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : ANDI Yoeti AO. 2006. Tours and Travel marketing. Jakarta : Pradnya Paramitha
154
LAMPIRAN Lampiran 1. Grafik Indeks Daya Saing Gabungan Destinasi Internal Indonesia
Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2007)
155
Lampiran 2. Ringkasan Permasalahan kerjasama yang ada Dalam Pengelolaan Kawasan Wisata PBB terkait Pergantian Kepemimpinan. Pemerintahan. TAHUN
2001
2002
2003
2003-2005
2003
2007
2007
2008-2009
PERMASALAHAN KEGIATAN
KOORDINASI DINAS/LEMBAGA TERKAIT Penanaman Pohon di PBB Dinas yang berlokasi sama Pertamanan Departemen Pertanian Departemen kehutanan Pengembangan/penggusuran Dinas Perikanan keramba jaring apung di Dan Kelautan Setu Babakan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Penganggaran rutin dan Dinas Pariwisata kegiatan kebudayaan Dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Pembangunan perumahan Dinas Perumahan Betawi dan jalan masuk Dinas Pekerjaan PBB Umum Pembangunan saluran air Suku Dinas Setu Babakan Pekerjaan Umum Dinas Pertamanan Pembentukan Komite Bamus Betawi Lembaga Pengelola PBB dan Lembaga Kebudayaan Betawi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Pengelolaan Wisata Bebek Lembaga Air di Setu Babakan Pengelola Suku Dinas Kebudayaan Koperasi Pasir Mukti Pengembangan Kementerian Kewirausahaan warung Pariwisata Dan Betawi dan masyarakat Kebudayaan Betawi Kementerian Koperesi dan UKM Lembaga Pengelola
SEBAB PERMASALAHAN Proses pergantian di tingkat Departemen
Proses pergantian kepala Dinas dan kepala Suku Dinas
Proses pergantian Gubernur
Proses Pergantian ditingkat Kementerian
156
Lampiran 3. Peta Lokasi Kawasan Wisata PBB
Pusat Kegiatan PBB
Keterangan :
= Lahan termanfaatkan = Lahan tidak termanfaatkan
Sumber Data : Kelurahan Jagakarsa.
157
Lampiran 4. Struktur Kepengurusan Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB Berdasarkan SK Gubernur No.754/2008
KETUA dr. H. Abdul Syukur, SKM \
Komite Tata Kehidupan dan Budaya 1. Drs. H. Rusdi Saleh * 2. H. Irwan Syafiie 3. Indra Sutisna, S.Kom
Komite Kesenian dan Pemasaran 1. dr. H. Sibroh Malisi, MARS* 2. Taufik Abdullah, S.Pd 3. Hj. Poppy Sri Suryani
Komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan 1. Drs. H. Amarullah Asbah * 2. Drs. H. Yoyo Muchtar 3. Abdul Azis Kafia, S.si, M,Si
Komite Pengawasan dan Pengendalian 1. Ir. H. Agus A. Asenie, Dipl-Ing* 2. Ir. H. Rudi Saputra, MT 3. H. Abdul Khalid, BA
Keterangan : *) merupakan Koordinator Komite Sumber : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi
158
Lampiran 5. Grafik Peristiwa Terkait yang Berpengaruh Pada Pariwisata 20042006
Sumber : Departemen kebudayaan dan pariwisata RI (2007)
159
Lampiran 6a. Data Kunjungan Wisatawan Kawasan Wisata PBB Per Bulan Selama Periode Tahun 2006-2010
FEB Tahun JAN 2006 3.141 2.640 2007 6.270 4.210 2008 6.590 6.144 2009 12.140 5.145 2010 * 7.588 5.411
MAR 3.036 6.258 7.012 7.108 7.079
APR MEI 2857 5.429 6.417 10.356 6.530 7.651 7.101 7.608 7.908 8.942
Bulan JUN JUL 9.214 5.238 11.030 19.547 17.200 9.580 8.596 10.885 -
AGS SEPT 11.788 8.958 13.647 9.466 14.031 2.796 7.651 36.495 -
OKT NOV DES 28.440 10.218 7.754 29.914 8.109 9.351 29.207 10.703 16.212 9.789 8.457 14.826 -
Jumlah 98.713 134.575 133.656 135.811 36.928
Keterangan :*) Data Sementara Tahun 2010 Sumber : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi
Lampiran 6b. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Ke Kawasan Wisata PBB Selama Periode Tahun 2006-2010
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah
Wisatawan Nusantara Mahasiswa LSM, Masyarakat dan Pelajar Lembaga, Umum Pemerintah
776 689 390 4.000 6.643 10.939 12.727 11.175 9.398
2.385 1.070 2.341 8.583 1.109 11.642 15.167 10.577 7.836
Wisatawan Mancanegara Mahasiswa dan Pelajar LSM, Masyarakat Lembaga, Umum Pemerintah
Jumlah
7.069 47.546 43.800 38.833 81.964 75.901 106.610 111.736 118.292
8 151 79 208
12 25 10 49 17
73 11 179 186 56 40 60
10.230 49.375 44.545 51.919 98.834 98.713 134.575 133.656 135.811
56.737 60.710 631.751 Sumber : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi
447
113
605
757.658 160
Lampiran 7. Daerah Rawan banjir JABODETABEK Daerah
Lokasi
Jakarta Pusat
1. Matraman Dalam 2. Mangga Dua 3. Kalipasir Kwitang 4. Karang Anyar 5. Bunderan HI, Kebon Kacang, Teluk Betung 6. Serdang 7. Pejompongan/AL 8. Gunung Sahari 9. Jatipinggir 10. Cempaka Putih 1. Kapuk Kamal 2. Sungai Bambu 3. Kapuk Kamal Sediatmo 4. Papanggo 5. Pantai Indah Kapuk 6. Yos Sudarso 7. Kapuk Muara, Teluk Gong, Muara Angke 8. Sunter Timur, Kodamar 9. Pluit 10. Perum Walikota Jakarta Utara 11. Pademangan Barat 12. Kelapa Gading 13. Pademangan Timur 14. Rawa Badak, Tugu, Lagoa 15. Sunter Agung 16. Tugu Utara 17. Sunter Jaya 18. Semper 19. Lagoa Buntu 20. Dewa Ruci, Dewa Kembar 21. Kebon Bawang 22. Rorotan / Babek ABRI 23. Waraka 1. Rawa Buaya 2. Tomang Rawa Kepa 3. Duri Kosambi 4. Jati Pulo 5. Tegal Alur 6. Pinangsia 7. Kapuk Kedang/Poglar 8. Mangga Besar 9. Cengkareng 10. Tanjung Duren 11. Kembangan Green Garden 12. Grogol 13. Meruya
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Timur
Jakarta Selatan
Bekasi
14. Sukabumi Utara 15. Pesing 16. Kelapa Dua 17. Krendang, Duri Utara 18. Duri Kepa 19. Jelambar 1. ASMI, Perintis 2. Pulo Mas 3. Pulo Nangka 4. Rawa Bunga 5. Kebon Nanas 6. Cipinang Jaya 7. Cipinang Indah, Cipinang Muara, Cipinang Melayu 8. Malaka Selatan, Pondok Kelapa 9. Buluh Perindu, Tegal Amba 10. Halim Perdanakusuma 11. Kramat Jati 12. Kampung Rambutan, Ciracas, Cibubur 13. Ujung Menteng 1. IKPN 2. Pondok Pinang 3. Cireundeu Permai 4. Kebalen, Mampang Prapatan 5. Tegal Parang 6. Petogogan 7. Pondok Karya 8. Damai Jaya 9. Pulo Raya 10. Setiabudi Barat 11. Bukit Duri, Kebayoran Baru, Bidara Cina, Kampung Melayu 12. Pengadegan, Kalibata, Rawa Jati, Gang Arus 13. Cipulir, Ciledug Raya 1. Muaragembong 2. Perumahan Cempaka Mas 3. Cabangbungin 4. Perumnas I Bekasi 5. Desa Sukakarsa 6. Perumnas II Bekasi 7. Desa Sukakarya 8. Kaliabang Tengah 9. Cibarusah 10. Harapan Baru 11. Jayalaksana 12. Harapan Jaya 13. Sukadanau 14. Perumahan Perwira
161
Tanggerang
15. Sukatani 16. Teluk Pucung 17. Perumahan Jatibening Permai 18. Kayu Ringin 19. Perumahan Bumi Satria Kencana 20. Duta Kranji 21. Pondok Mitra Lestari 22. Duren Jaya 23. Perumahan Kemang Ifi 24. Aren Jaya 25. Perumahan Pondok Gede Permai 26. Villa Kartini 27. Villa Jatirasa 28. Karang Kitri 29. Perumahan Mustika Jaya 30. Perumahan Jaka Kencana 31. Perumahan Dosen IKIP, Mandosi, Jatiasih 32. Kemang Pratama 33. Perumahan Nusa Pala, Jatiasih 34. Pondok Hijau Permai 1. Komplek Perumahan Perdagangan, Karang Tengah 2. Benda 3. Ciledug Indah 4. Tajur 5. Periuk 6. Pondok Arum 7. Pamulang
Depok
Bogor
8. Ciputat 9. Paku Jaya 1. Depan terminal Depok 2. Sawangan Asri 3. Kampung Sawah, Pancoran Mas 4. Taman Duta, Cimanggis 1. Cikaret 2. DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung 3. Empang 4. DAS Cisadane 5. Bondongan 6. DAS Cipakancilan 7. Batutulis 8. Bantarjati 9. Pamoyanan 10. Kedunghalang 11. Cipaku 12. Cibuluh 13. Genteng 14. Ciparigi 15. Muarasari 16. Katulampa 17. Lawanggintung 18. Baranangsiang 19. Harjasari 20. Sukasari 21. Rancamaya 22. Gunungbatu 23. Bojongkerta 24. Cilendek Barat 25. Mulyaharja 26. Tanah Sareal 27. Pakuan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Selatan, Satuan Koordinasi Pelaksana Pengendalian Banjir dan Pengungsi (Satkorlak PBP) DKI Jakarta, kompas.com, dan hupelita.com
162
Lampiran 8. Wisata Agro dan Air di Jakarta dan sekitar Kawasan Wisata PBB Nama
Lokasi
Jenis Luas Tahun Harga Masuk per Pengelola Wisata Berdiri Pengunjung Taman Impian Jakarta Air dan 552 1964 Rp. 12.500 Pemerintah, Jaya Ancol Utara Agro Ha Swasta, dan Masyarakat Taman Mini Jakarta Agro dan 165 1970 Rp. 9.000 Pemerintah, Indonesia Selatan Air Ha Swasta, dan Indah Masyarakat Taman Jakarta Agro 8 Ha 1976 Rp. 1.000- Rp. Pemerintah, Anggrek Selatan 2.000 dan Swasta Ragunan Kebun Bibit Jakarta Agro 8 Ha 1989 Rp. 500- Rp Pemerintah Ragunan Selatan 1.000 Hutan Kali Jakarta Agro 8 2000 - (tidak Masyarakat Pesanggerahan Km diketahui ) Setu Babakan Jakarta Air dan 165 2001 Gratis Masyarakat Selatan Agro Ha Kebun Bibit Agro 19,5 2001 Cilangkap Ha Kolam Ceria I Jakarta Air dan 1,5 2003 Rp. 10.000 (I) Swasta dan II Selatan Agro Ha dan Rp. 23.000 (II) Kampung Asri Jakarta Agro 1,5 2004 Gratis Masyarakat Banjar Sari Selatan ha Kampung Jakarta Agro 12,5 2004 - (tidak Masyarakat Agrowisata Selatan Ha diketahui Rajawati ) Wisata Jakarta Agro dan 2,5 2005 Rp.12.000 Swasta Pemancingan, Selatan Air Ha Bebek Air, dan Agro Ceria Taman Balai Jakarta Perikanan 1,2 2006 - (tidak Pemerintah Benih Ikan Timur Air Ha diketahui ) Sekolah Alam Jakarta Agro 2,5 2008 Rp. 5.000 Swasta Ciganjur selatan ha
Sumber data : Direktori Wisata Agro Departemen Pertanian (2008) (diolah)
163
Lampiran 9. Rating IFE Kawasan Wisata PBB Rating Faktor Internal
Indra Sutisna
Amrullah Asbah
Joesuf
Imran S
Ratarata
Kekuatan Letak Kawasan PBB yang strategis
4
4
4
3
3,75
Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3,75
Retribusi masuk yang murah
2
3
4
4
3,25
Motivasi kerja karyawan tinggi
3
3
3
3
3
Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB
4
4
4
3
3,75
Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3,5
Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran
2
2
3
1
2
Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah
2
2
1
3
2
Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan
2
2
2
2
2
Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang
2
2
2
2
2
Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite
1
1
2
2
1,5
2
2
1
2
1,75
Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB
1
2
2
3
2
KELEMAHAN
164
Lampiran 10. Pembobotan IFE Kawasan Wisata PBB Pembobotan Faktor Internal
Indra Sutisna
Amrulla h Asbah
Joesuf
Imran S
Rata-rata
Kekuatan Letak Kawasan PBB yang strategis
0,078
0,071
0,071
0,078
0,075
Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota
0,090
0,076
0,081
0,075
0,081
0,064
0,071
0,060
0,061
0,064
Retribusi masuk yang murah
0,052
0,062
0,060
0,073
0,062
Motivasi kerja karyawan tinggi
0,066
0,064
0,060
0,073
0,066
Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB
0,071
0,071
0,069
0,075
0,072
Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata
0,085
0,076
0,083
0,080
0,081
0,059
0,060
0,055
0,063
0,059
Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran
0,043
0,057
0,050
0,041
0,048
Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah
0,083
0,071
0,069
0,058
0,070
Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan
0,076
0,081
0,090
0,078
0,081
Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang
0,073
0,069
0,067
0,068
0,069
Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite
0,047
0,062
0,067
0,053
0,057
0,036
0,040
0,040
0,046
0,041
Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB
0,076
0,067
0,079
0,078
0,075
KELEMAHAN
165
Lampiran 11. Rating EFE Kawasan Wisata PBB Indra Sutisna
Amrulla h Asbah
Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB
4
4
4
4
4
Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan
4
4
4
4
4
Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI
4
3
4
4
3,75
4
4
4
4
4
Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB
4
4
3
4
3,75
Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah
3
3
4
3
3,25
Situasi keamanan (teroris ,bom, dan isu global) di Jakarta
2
2
2
2
2
Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta)
2
2
2
2
2
Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB
1
1
2
2
1,5
Rating Raktor Eksternal
Joesuf
Imran S
Rata-rata
PELUANG
ANCAMAN
166
Lampiran 12. Pembobotan EFE Kawasan Wisata PBB Pembobotan Raktor Eksternal
Indra Sutisna
Amrullah Asbah
Joesuf
Imran S
Ratarata
PELUANG Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB
0,128
0,128
0,139
0,128
0,131
Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan
0,117
0,094
0,089
0,106
0,101
Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI
0,089
0,078
0,100
0,100
0,092
0,122
0,133
0,100
0,139
0,124
Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB
0,128
0,106
0,089
0,094
0,104
Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah
0,056
0,083
0,083
0,072
0,074
Situasi keamanan (teroris ,bom, dan isu global) di Jakarta
0,061
0,072
0,106
0,083
0,081
Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta)
0,086
0,086
0,073
0,078
0,081
Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan
0,072
0,083
0,094
0,094
0,086
0,111
0,117
0,094
0,122
0,111
Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB
0,117
0,106
0,106
0,061
0,097
ANCAMAN
167
Lampiran 13. Total Bobot Skor IFE Kawasan Wisata PBB Bobot Ratarata
KEKUATAN
Rating ratarata
Total Bobot skor ratarata
Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta.
0,081
4
0,325
Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro.
0,081
4
0,322
Letak Kawasan PBB yang strategis
0,075
3,75
0,280
Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata
0,072
3,75
0,269
0,064
3,75
0,240
0,059
3,5
0,207
Retribusi masuk yang murah
0,062
3,25
0,200
Motivasi kerja karyawan tinggi
0,066
3
0,197
Jumlah variabel kekuatan Bobot RataRating ratarata rata
2,040 Total Bobot skor ratarata
KELEMAHAN Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite
0,041
1,5
0,061
Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin
0,057
1,5
0,086
Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran
0,048
2
0,096
Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang
0,069
2
0,139
Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah
0,070
2
0,141
Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB
0,075
2
0,149
Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan
0,081
2
0,162
Jumlah variabel kelemahan
0,834
IFE
2,874
168
Lampiran 14. Total Bobot Skor EFE Kawasan Wisata PBB
PELUANG
Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah
ANCAMAN Situasi keamanan (teroris ,bom, dan isu global) di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB EFE
Bobot Rata- Rating rata- Total Bobot skor rata rata rata-rata 0,131 4 0,522 0,101 4 0,406 0,092 3,75 0,344 0,124 0,104
4 3,75
0,494 0,391
0,074 3,25 0,239 2,396 Jumlah variabel peluang Bobot Rata- Rating rata- Total Bobot skor rata rata rata-rata 0,081 2 0,161 0,081 2 0,162 0,086
2
0,172
0,111 2 0,097 1,5 Jumlah variabel ancaman
0,222 0,146 0,702 3,098
169
Lampiran 15. Analisis Matriks SWOT Kawasan Wisata PBB Kekuatan (Strength-S) 1. Letak Kawasan PBB yang strategis 2. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Faktor Internal Agro 3. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan adanya hutan kota. 4. Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB 5. Satu-satunya tempat kawasan wisata seni & Budaya masyarakat Betawi yang berada di Jakarta Faktor Eksternal 6. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata 7. Motivasi kerja karyawan tinggi 8. Retribusi masuk yang murah Peluang (Opportunities-O) Strategi SO 1. Dukungan pemerintah terhadap 1. Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan pengembangan PBB melakukan kerjasama dalam 2. Wisata bagi masyarakat Indonesia kegiatan wisata di PBB. cenderung sebagai kebutuhan 3. Peningkatan jumlah penduduk (S1,2,3,4,5,6,7,8 dan O1,2,3,4,5) Jabotabek 2. Memperluas target pasar dari 4. Peningkatan perekonomian DKI Jakarta seluruh Indonesia hingga dan APBD DKI Jakarta dapat mancanegara yaitu kalangan meningkatkan destinasi pariwisata DKI menengah keatas dan para turis 5. Meningkatnya perhatian masyarakat asing dengan membuat variasi Jakarta terhadap PBB wisata pendukung seperti 6. Adanya program PNPM pariwisata Flyingfox dan arung jeram. yang bertujuan mengembangkan usaha (S1,2,3,4,5,6,7,8 dan O1,2,3,4,5) bercirikan Budaya asli daerah 3. Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB (S1,2,3,4,5,6,7,8 dan O1,2,3,4,5) Ancaman (Threats-T) Strategi ST dengan biro 1. Situasi keamanan (teroris ,bom, isu 1. Bekerjasama perjalanan wisata (travel agent) global ) atau event organizer untuk 2. Kondisi alam yang tidak menentu menawarkan berbagai variasi (banjir di Jakarta) 3. Timbulnya persaingan antara wisata paket wisata di PBB(S1,2,3,4,5,6,7,8 agro dan wisata air di Jakarta karena dan T1,2,3,4) hambatan masuk yang kecil 2. Membuat wisata pemancingan 4. Regulasi atau deregulasi pemerintah berkonsep ramah lingkungan daerah melalui adanya perubahan bekerjasama dengan Indonesia kepemimpinan (perubahan jabatan) di Fishing Tour dan masyarakat pemerintahan PBB. (S1,2,3,4,5,6,7,8 dan T3,4,5) 5. Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha pemancingan tanpa izin pengelola PBB
Kelemahan (Weakness-W) 1. Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah 2. Pembangunan Jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang 3. Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ ruko/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin. 4. Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. 5. Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB 6. Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran 7. Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan
Strategi WO 1. Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB (W1,2,3,4 dan O1,2,3,4,5) 2. Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan keBudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB (W1,2,3,4 dan O1,2,3,4,5,6) 3. Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. (W1,2,3,4,5,6,7 dan O1,2,3,4,5,6)
Strategi WT 1. Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum (W1,2,3,4,5,7 dan T3,4,5) 2. Bekerja sama dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro. (W1,4,6,7 dan T1,2,3,4) 3. Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran. (W1,4,6,7 dan T1,2,3,4)
170
Lampiran 16. Perhitungan Matriks QSPM Alternatif Strategi Pada Kawasan Wisata PBB FAKTOR PENENTU Peluang Dukungan Pemda ke PBB Wisata bagi masyarakat sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian dan APBD DKI Meningkatnya perhatian masyarakat pada PBB Adanya program PNPM pariwisata Ancaman Adanya teroris dan bom DKI Banjir tahunan di DKI Adanya persaingan antara wisata agro dan wisata air Regulasi atau deregulasi perubahan kepemimpinan Pemda Penggunaan lahan oleh pihak lain Kekuatan Letak PBB yang strategis 3 potensi wisata berbeda : Air, Agro dan Budaya panorama setu yang indah Retribusi masuk yang murah Motivasi kerja karyawan tinggi Sifat masyarakat ramah tamah Pionir wisata Budaya Betawi di DKI Memiliki dua buah setu Kelemahan Belum memiliki email dan website modal pengembangan tergantung APBD pengrekrutan dan pengendalian kekeluargaan jalan dan lahan parkir yang kurang warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen pengelola pengelola PBB belum berbadan hukum SUM TAS
Alternatif Strategi (Total Attractive Score) S4 S5 S6 S7 0,511 0,511 0,383 0,511 0,317 0,317 0,317 0,317 0,250 0,167 0,167 0,250 0,383 0,383 0,383 0,256 0,233 0,233 0,350 0,350 0,139 0,139 0,139 0,069
S1 0,511 0,317 0,250 0,383 0,350 0,139
S2 0,383 0,317 0,167 0,511 0,350 0,139
S3 0,511 0,317 0,250 0,383 0,350 0,139
S8 0,383 0,317 0,250 0,383 0,350 0,069
S9 0,383 0,317 0,250 0,383 0,350 0,139
S10 0,383 0,317 0,250 0,383 0,350 0,069
0,200 0,259 0,233 0,342 0,111
0,200 0,259 0,233 0,342 0,111
0,133 0,173 0,156 0,342 0,333
0,133 0,173 0,233 0,342 0,333
0,133 0,173 0,156 0,342 0,222
0,200 0,259 0,233 0,342 0,222
0,133 0,259 0,233 0,342 0,333
0,067 0,086 0,156 0,342 0,111
0,133 0,173 0,156 0,342 0,222
0,067 0,173 0,156 0,342 0,222
0,224 0,332 0,203 0,114 0,131 0,214 0,242 0,178
0,224 0,249 0,203 0,114 0,131 0,214 0,242 0,178
0,224 0,249 0,203 0,114 0,196 0,143 0,161 0,178
0,224 0,249 0,203 0,114 0,196 0,214 0,242 0,178
0,224 0,332 0,203 0,228 0,261 0,214 0,242 0,178
0,224 0,249 0,203 0,171 0,196 0,214 0,242 0,119
0,224 0,249 0,203 0,114 0,196 0,214 0,242 0,178
0,224 0,249 0,135 0,114 0,196 0,214 0,242 0,178
0,224 0,249 0,203 0,114 0,196 0,214 0,242 0,119
0,224 0,249 0,203 0,114 0,196 0,214 0,242 0,178
0,150 0,154 0,235 0,143 0,109 0,114 0,214 5,853
0,150 0,232 0,235 0,214 0,109 0,114 0,142 5,764
0,050 0,232 0,235 0,214 0,219 0,114 0,142 5,761
0,100 0,232 0,235 0,214 0,164 0,114 0,142 5,786
0,200 0,232 0,314 0,214 0,219 0,152 0,285 6,356
0,150 0,232 0,235 0,214 0,164 0,114 0,142 5,865
0,150 0,232 0,235 0,214 0,109 0,114 0,214 5,942
0,150 0,232 0,314 0,071 0,109 0,114 0,285 5,342
0,150 0,232 0,157 0,143 0,109 0,114 0,214 5,527
0,200 0,232 0,235 0,214 0,109 0,114 0,214 5,650
171
Lampiran 17. Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Pengelola Kawasan Wisata PBB Sebelum Penerapan Strategi Strategi
Persiapan yang Harus Dilakukan
Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan Membuat proposal kegiatan kerjasama wisata dan berbagai bentuk perjanjian kerjasama yang akan ditawarkan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB
Membuat daftar jumlah sponsor yang akan ditawari kerjasama Menyiapkan karyawan yang bertugas untuk kegiatan kerjasama wisata Menentukan lokasi pendirian wisata Merancang lay out wisata Menentukan karyawan yang nantinya bertugas di objek wisata tersebut Menentukan harga tiket objek wisata Menjaga hubungan baik dengan wisatawan Menentukan lokasi toko/warung Merancang lay out toko/warung Menjaga hubungan baik dengan pedagang melalui musyawarah/rapat pedagang Membuat data jumlah pedagang Menyiapkan karyawan yang akan melakukan kerjasama Menentukan iuran rutin pedagang Menyiapkan karyawan yang akan mengurus kerjasama ini nantinya Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Membuat data pedagang dan masyarakat yang ingin ikut pelatihan
Memberikan pelatihan manajemen kepada pengelola Membuat daftar jumlah biro perjalanan yang akan ditawari kerjasama Membuat berbagai variasi paket wisata kerjasama Menentukan karyawan yang bertugas melakukan kerjasama Menyiapkan karyawan guide wisata
Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara Merancang struktur organisasi yang optimal dan melibatkan Keuangan. profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan Membuat SOP kerja Membuat prasyarat dan kualifikasi pengrekrutan kerja sesuai tugas dan meningkatkan produktivitas kerja tanggung jawabnya Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB
172
Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan Menentukan lokasi pendirian wisata Merancang lay out wisata bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat PBB
Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum
Menentukan karyawan yang nantinya bertugas di objek wisata tersebut Menentukan harga tiket objek wisata Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Membuat kerjasama dengan notaris Membuat profil pengelola PBB Mempersiapkan keperluan legalitas pendukung keberadaan pengelola PBB Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Menentukan karyawan yang melakukan tugas kerjasama ini
Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan Mempersiapkan/menambah karyawan yang ahli dibidang teknologi informasi Mempersiapkan informasi dan konten pemasaran yang akan ditawarkan pemasaran Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang teknologi informasi
173
Lampiran 18. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PBB
Identitas Responden
Nama
: ________________
Pekerjaan : ________________ Jabatan
: ________________
Alamat
: ________________
Peneliti, Mochamad Setyadi H34060151
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2010
174
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL Faktor Internal dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang berasal dari dalam kawasan PBB itu sendiri. Tujuan : Menentukan factor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda ( √ ) pada kolom Kekuatan pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Berikan tanda ( √ ) pada kolom Kelemahan pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam pengambangan Kawasan Wisata PBB.
Catatan : Pengisian faktor-faktor internal pada halaman berikutnya. 175
Tabel Faktor-Faktor Strategi Internal No. Faktor-Faktor Strategi Internal Kekuatan kelemahan 1. Letak Kawasan PBB yang strategis 2. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. 3. Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran 4. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota 5. Retribusi masuk yang murah 6. Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah 7. Motivasi kerja karyawan tinggi 8. Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite 9. Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang 10. Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB 11. Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin 12. Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan 13. Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB 14. Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. 15. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata
176
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL Faktor Eksternal dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Wisata Kawasan Wisata PBB (PBB) yang berasal dari luar kawasan PBB itu sendiri. Tujuan : Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok Peluang dan Ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda ( √ ) pada kolom Peluang pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi peluang dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Berikan tanda ( √ ) pada kolom Ancaman pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB.
Catatan : Pengisian faktor-faktor eksternal pada halaman berikutnya. 177
Tabel Faktor-Faktor Strategi Eksternal No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11.
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Peluang Ancaman Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain.
178
PEMBERIAN NILAI PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR INTERNAL Tujuan : Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur masingmasing variable terhadap kondisi lingkungannya (kawasan PBB). Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk Pengisian : 1. Tentukan nilai peringkat (rating) berdasarkan pada kemampuan perusahaan dalam faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB dengan menggunakan tanda ( √ ) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) berdasarkan keterangan berikut : Identitas peringkat
Definisi Nilai
4
Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama bagi PBB
3
Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil bagi PBB
2
Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil bagi PBB
1
Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan besar bagi PBB
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi pengembangan kawasan wisata PBB, terhadap faktor-faktor berikut ini.
Catatan : Pengisian faktor-faktor internal pada halaman berikutnya. 179
Tabel Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis No. Faktor-Faktor Strategi Internal 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15
4
3
2
1
Letak Kawasan PBB yang strategis Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota Retribusi masuk yang murah Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Motivasi kerja karyawan tinggi Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata
180
PEMBERIAN NILAI PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur masingmasing variable terhadap kondisi lingkungannya (kawasan PBB). Variabel faktor eksternal ini terdiri dari faktor peluang dan ancaman dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk Pengisian : 1. Tentukan nilai peringkat (rating) berdasarkan pada kemampuan perusahaan dalam faktor-faktor peluang dan ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB dengan menggunakan tanda ( √ ) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) berdasarkan keterangan berikut : Identitas peringkat
Definisi Nilai
4
Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/respon sangat baik bagi PBB
3
Jika faktor tersebut berpengaruh baik/respon baik bagi PBB
2
Jika faktor tersebut berpengaruh sedang/respon umum bagi PBB
1
Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/respon buruk bagi PBB
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi pengembangan kawasan wisata PBB, terhadap faktor-faktor berikut :
Catatan : Pengisian faktor-faktor eksternal pada halaman berikutnya. 181
Tabel Penentuan Peringkat Faktor-Faktor Strategi Eksternal No. Faktor-Faktor Strategi Eksternal 1.
2. 3. 4.
6. 7.
Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen
8.
Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain.
9. 10. 11.
3
2
1
Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek
5.
4
182
PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL (Kekuatan dan Kelemahan) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat kepentingan pada faktor-faktor strategis dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar tingkat kepentingan faktor tersebut dalam menentukan keberhasilan pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kuesioner adalah 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Contoh : “Letak Kawasan PBB yang strategis” (point A yang horizontal) kurang penting dari faktor “Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang)” (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 1 “Letak Kawasan PBB yang strategis” (point A yang horizontal) sama penting dari faktor “Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang)” (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 2 “Letak Kawasan PBB yang strategis” (point A yang horizontal) lebih penting dari faktor “Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang)” (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 3
Catatan : Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Internal yang akan Bapak/Ibu isi ada pada halaman berikutnya. 183
Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Internal Faktor-Faktor Strategi Internal (A) Letak Kawasan PBB yang strategis (B) Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. (C) Belum memiliki email dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran (D) Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota (E) Retribusi masuk yang murah (F) Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah (G) Motivasi kerja karyawan tinggi (H) Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite (I) Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang (J) Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB (K) Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin (L) Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan (M) Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB (N) Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. (O) Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata TOTAL
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
0
TOTAL
184
BOBOT
PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL (Peluang dan Ancaman) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan pada faktor-faktor strategis dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar tingkat kepentingan faktor tersebut dalam menentukan keberhasilan pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kuesioner adalah 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Contoh : “Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan” (point B yang horizontal) kurang penting dari faktor “Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta)” (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 1 “Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan” (point B yang horizontal) sama penting dari faktor “Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta)” (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 2 “Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan” (point B yang horizontal) lebih penting dari faktor “Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta)” (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 3 Catatan : Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Eksternal yang akan Bapak/Ibu isi ada pada halaman berikutnya. 185
Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K TOTAL BOBOT Faktor-Faktor Strategi Eksternal (A) Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah (B) Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan (C) Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) (D) Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) (E) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan (F) Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek (G) Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen (H) Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. (I) Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata (J) Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, (K) Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain. TOTAL
186
Lampiran 19. Kuesioner tahap Pengambilan Keputusan Prioritas (QSPM) PENENTUAN ATTRACTIVE SCORE (AS) Tujuan : 1. Untuk menetapkan daya tarik relatif (relative attractive) dari alternatifalternatif
strategi yang terpilih melalui analisis SWOT. 2. Untuk menetapkan strategi alternatif mana yang paling di prioritaskan untuk diimplementasikan oleh Lembaga Pengelola untuk pengembangan PBB.
Alternatif strategi yang didapatkan dari analisis SWOT :
1) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB. 2) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing 3) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB 4) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan keBudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB 5) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. 6) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer dan dinas kebudayaan dan pariwisata DKI Jakarta untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB 7) Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat. 8) Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum 9) Bekerja sama dengan Direktorat Wisata Agro Departemen Pertanian untuk pengembangan wisata agro dan air 10) Membuat Email dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB
Petunjuk Pegisian Tabel Skor Daya Tarik (Attractive Score) : Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari faktor eksternal (Peluang dan Ancaman) dan faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) untuk setiap alternatif strategi. Dalam menentukan nilai daya tarik unutk faktor internal dan faktor eksternal dengan mengajukan pertanyaan “ Apakah faktor ini akan mempengaruhi strategi yang akan dibuat”. Nilai daya tarik tersebut adalah 4 = Faktor tersebut sangat mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 3 = faktor tersebut cukup mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 2 = faktor tersebut sedikit mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 1 = faktor tersebut tidak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih
187
Tabel Skor Daya Tarik (Attractive Score)
FAKTOR PENENTU Peluang
Bob ot
Alternatif Strategi 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Dukungan Pemda ke PBB Wisata bagi masyarakat sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk DKI Peningkatan APBD DKI Meningkatnya perhatian masyarakat pada PBB Adanya program PNPM pariwisata
Ancaman Adanya teroris dan bom DKI Banjir tahunan di DKI Adanya persaingan antara wisata agro dan wisata air Regulasi atau deregulasi perubahan kepemimpinan Pemda Penggunaan lahan oleh pihak lain
Kekuatan Letak PBB yang strategis 3 potensi wisata berbeda : Air, Agro dan Budaya panorama setu yang indah Retribusi masuk yang murah Motivasi kerja karyawan tinggi Sifat masyarakat ramah tamah Pionir wisata Budaya Betawi di DKI Memiliki dua buah setu
Kelemahan
Belum memiliki email dan website modal pengembangan tergantung APBD pengrekrutan dan pengendalian kekeluargaan jalan dan lahan parkir yang kurang warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen pengelola pengelola PBB belum berbadan hukum
188
Lampiran 20. Dokumentasi Kawasan Wisata PBB
WISATA AIR
WISATA AGRO
WISATA BUDAYA 189