POTENSI WISATA BUDAYA DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN KELURAHAN SRENGSENG SAWAH KECAMATAN JAGAKARSA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Siti Fadjarajani¹ (
[email protected]) Restiani² (
[email protected])
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT The background of this research that the Setu Babakan Betawi Cultural Village is a heritage area that has the potential of cultural tourism can be developed. Issues raised in this study is the potential for cultural tourism owned SetuBabakanBetawi Cultural Village, the factors that influence the development of cultural tourism and the preservation of cultural tourism in Setu Babakan Betawi Cultural Village. The method used in this research is descriptive quantitative methods, data collection techniques used observation, interview, questionnaire study of literature, and documentation, instruments used are observation, interviews, questionnaires and documentation tools. The population is 11 456 households society Srengseng Sawah Village, 40 merchants, and 15,000 visitors. Sampling technique using purposive sampling, a random sample of 2% of the number of families is 38 families, randomly sampled 10% of the number of traders is 4, and the target sample of the number of visitors by 15 people. The results showed that the potential of cultural tourism in Setu Babakan Betawi Cultural Village is home Betawi, Betawi arts, Betawi traditional food, and clothing typical Betawi. Factors affecting the development of Setu Babakan Betawi Cultural Village is a manager, capital, location, facilities and infrastructure, and promotion. The preservation of cultural tourism in SetuBabakanBetawi Cultural Village is the special attention of the government, to maintain the culture, improved infrastructure, and increased promotion. Are suggested to have an affinity with the development of Setu Babakan Betawi Cultural Village to investigate further with more complex variables. Keywords : potential for cultural tourism, factors of development, preservation
1
1.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek wisata merupakan suatu industri yang bergerak dalam bidang jasa sampai saat ini sudah menjadi industri terbesar di Dunia. Khususnya di Negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para pelaku pariwisata baik domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi negara Indonesia. Untuk itu sektor pariwisata menjadi andalan penghasil devisa bagi negara Indonesia selain dari hasil bumi, (Yoeti,1983: 122). Dalam usaha meningkatkan kepariwisataan, pemerintah memberi perhatian serius dan khusus. Keseriusan ini dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 Bab IV Pasal 6 tentang Kepariwisataan, bahwa : pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Terdapat banyak tempat tujuan wisata untuk dikunjungi di negara Indonesia, mulai dari tempat-tempat yang eksotis, panorama alam yang menakjubkan, bangunan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih bisa dinikmati keindahannya maupun situs-situs bersejarah, sampai ciri khas budaya yang menjadi andalan sektor pariwisata. Hal tersebut sejalan dengan kekayaan yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, (Wahab, 1983: 23). Ibu Kota Jakarta selain dikenal sebagai pusat pemerintahan dan industri juga dikenal sebagai wilayah yang memiliki banyak potensi sebagai wilayah tujuan wisata baik wisata alam, wisata budaya, wisata buatan, wisata agro, wisata air, taman rekreasi dan lain-lain. Tidak banyak yang tahu bahwa di ujung selatan kota metropolitan, masih terdapat perkampungan tradisional dari komunitas
2
Betawi yang terawat dengan baik. Tempat yang lebih dikenal dengan Perkampungan Betawi Situ Babakan. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta pada tanggal 20 Januari 2001 bersamaan dengan acara halal bihalal masyarakat Betawi sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Setelah melewati gerbang si Pitung sebagai gerbang utama, wisatawan akan melewati lingkungan pemukiman penduduk yang mayoritas Betawi dengan bentuk rumah yang khas, yaitu teras yang luas dan bentuk atap yang unik. Setu Babakan selain sebagai kawasan lingkungan alam khas pedesaan dan kawasan budaya, di perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang banyak menjajakan makanan-makanan khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot. Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat menyaksikan pagelaran seni budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng, kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60 meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan, sunat, akikah, khatam Al-Qur‘an, dan nujuh bulan, atau juga sekedar melihat para pemuda dan anakanak latihan menari dan silat khas Betawi, Beksi. Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas maka penting untuk melakukan penelitian tentang potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya
3
Betawi Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan.
1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 3) untuk mengetahui upaya pelestarian wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
2.
METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplementasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat matematik (Sumaatmadja, 1988:115). Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data tentang potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Kelurahan Srengseng Sawah Kota Adminstrasi Jakarta Selatan.
3.
PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang ditumbuh kembangkan budaya yang meliputi seluruh hasil gagasan dan karya baik fisik maupun non fisik. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
berada di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan
Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan. Perkampungan Budaya Betawi Setu
4
Babakan mempunyai luas sekitar 289 Ha (65 Ha aset Pemda dan 224 Ha lahan penduduk). 3.2 Deskripsi Letak Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Secara administratif Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan termasuk wilayah Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan tepatnya di RW 08. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan sebuah perkampungan yang ditetapkan pemerintah untuk mengembangkan budaya betawi. Secara geografis, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan terletak pada 106o 49’ 50” BT dan 6o 20’ 23” LS. 3.3 Potensi Wisata Budaya yang Dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 3.3.1 Rumah Betawi Perkampungan Budaya Betawi merupakan objek wisata yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan, tepatnya berada di RW 08. Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan terdapat potensi-potensi wisata budaya yang bisa dinikmati, salah satunya berupa rumah adat betawi. Dilihat dari gaya arsitekturnya, rumah adat betawi seperti mendapatkan pengaruh arsitektur dari beberapa negara seperti Eropa, Arab, dan Cina. Gaya arsitektur yang mirip dengan gaya rumah negara lain terserbut terlihat dari desain pintu, jendela, lubang angin, dan beberapa ornamen rumah yang terdapat di sana. Dilihat dari struktur peletakan ruangnya, rumah adat suku Betawi mirip juga dengan rumah modern yang ada pada saat ini, terlihat dari terdapatnya ruang-ruang dengan fungsi tertentu, seperti ruang umum, ruang pribadi, dan area servis. Rumah Betawi berstruktur rangka kayu atau bambu, sementara alasnya berupa tanah atau di semen. Keunikannya dan ciri khas dari 5
rumah betawi terletak pada lisplank rumah ini adalah terbuat dari material kayu papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’ khas banget betawinya. Di bagian tengah dari rumah tersebut di pakai sebagai ruang tinggal di dalamnya ada kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi dibatasi dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara, diluarnya merupakan teras-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah yang juga bermaterialkan kayu, genteng untuk atap rumah bermaterialkan tanah. Dinding bagian depan dari rumah ini biasanya bersistem knock down atau bisa di bongkar pasang berguna jika pemilik rumah menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan ruang lebih luas. Hasil
penelitian
yang
telah
penulis
lakukan
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 64,91`% menyatakan menarik bahwa rumah betawi merupakan salah satu potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 3.3.2 Kesenian Betawi Betawi kaya akan ragam budaya, anatara lain kesenian daerah yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Betawi pada acara-acara atau upacara-upacara adat tradisional sehari-hari. Oleh sebab itu, ragam kebudayaan tersebut perlu dilestarikan untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas sebagai atraksi budaya di kawasan wisata ini. Salah satu bentuk dari pelestarian Betawi itu sendiri pada perancangan kawasan wisata ini adalah dengan mendirikan gedung pertunjukan kesenian atau teater yang menampilkan kesenian-kesenian betawi seperti, gambang kromong, lenong, tanjidor, ondel-ondel, beladiri beksi, tari topeng, dan lain-lain secara berkala untuk menarik wisatawan berkunjung. Mengingat letak Situ merupakan bagian dari 6
permukiman warga, maka tradisi-tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dan sekaligus menjadi sarana pelestarian budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan akan sangat ramai dikunjungi pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu, karena pada saat itu akan diadakan pagelaran seni budaya betawi. Hasil
penelitian
yang
telah
penulis
lakukan
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 66,67`% menyatakan menarik bahwa kesenian betawi merupakan salah satu potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 3.3.3 Prosesi Adat Upacara adat istiadat pada masyarakat Betawi sudah ada sejak dahulu dan upacara adat itu sudah mendarah daging sehingga terasa ganjil jika orang betawi tidak melaksanakan upacara itu dalam hidupnya. Pada upacara itu terkandung ajaran agar manusia harus senantiasa bersyukur, berbuat saling menolong. Manusia yang tidak bersyukur berarti manusia sombong dan sifat seperti itu dibenci tuhan. Prosesi adat Betawi itu diantaranya aqiqah, qhatam qur’an, khitan, dan prosesi nikah. Hasil
penelitian
yang
telah
penulis
lakukan
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 56,14% menyatakan menarik bahwa prosesi adat merupakan salah satu potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 3.3.4 Makanan khas Betawi Ibukota Jakarta tidak akan lepas dari peran masyarakat betawi. Meskipun tradisi dan budaya masyarakat betawi sudah mulai tergusur oleh perkembangan jaman. Namun masih ada jejak-jejak peninggalan, 7
diantaranya adalah makanan khas betawi. Adapun makanan khas betawi yang bisa dijumpai di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah kerak telor, gado-gado betawi, soto mie, kembang goyang, kue rangi, roti buaya ada juga minuman khas betawi berupa bir pletok. Hasil
penelitian
yang
telah
penulis
lakukan
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 80,70% menyatakan menarik bahwa makanan khas betawi merupakan salah satu potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. 3.3.5 Pakaian khas Betawi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan selain memiliki potensi budaya berupa rumah betawi, kesenian betawi, prosesi adat, dan makanan khas betawi juga memiliki potensi budaya berupa pakaian khas betawi. Pakaian adat betawi terdiri dari beberapa jenis baik untuk laki-laki maupun perempuan. Pakaian adat masyarakat betawi seperti halnya pakaian adat yang berlaku di provinsi lain dipengaruhi oleh kebudayaan atau adat lainnya. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari pakaian adat betawi untuk pakaian sehari-hari dan pakaian pengantin. Hasil
penelitian
yang
telah
penulis
lakukan
dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara diperoleh data bahwa sebanyak 66,67% menyatakan menarik bahwa pakaian khas betawi merupakan salah satu potensi wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
8
3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 3.4.1 Pengelola Berkembangnya suatu kawasan objek wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama pihak pengelola objek wisata, masyarakat, dan pemerintah. Oleh sebab itu, untuk pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan diperlukan suatu manajemen atau pengelola yang baik guna mencapai pengembangan objek wisata yang tepat dan sesuai. Juga peranan pemerintah sangat dibutuhkan dalam penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negeri. Selain itu pemerintah juga berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan. 3.4.2 Modal Modal
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
bagi
pengembangan pariwisata. Masalah modal untuk pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 98% dibiayai oleh Pemerintah Daerah dan 2% dari perusahaan-perusahaan asing. Pengelola
Perkampungan
Budaya
Betawi
Setu
Babakan
menyatakan bahwa seluruh dana akan digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana seperti lahan parkir, home stay, museum betawi, dan contoh perumahan betawi pesisir disekitar area pintu masuk, tepatnya di Pintu Masuk 1 bang Pitung. 3.4.3 Lokasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berlokasi di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pintu masuk utama adalah Si Pitung yang terletak di Jalan Moch Kahfi II. 9
Akses menuju lokasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan relatif mudah, karena terdapat banyak kendaraan umum yang melewati perkampungan ini. Dari terminal Pasar Minggu bisa ditempuh menggunakan kopaja no.616 dengan waktu perjalanan sekitar 30 menit. Dari Kelapa Gading bisa ditempuh ± 30 km, sedangkan jarak dari Ragunan Ke Setu Babakan bisa ditempuh ± 3 km dengan waktu perjalanan 15 menit menggunakan kendaraan pribadi. 3.4.4 Sarana dan prasarana Prasarana yang telah ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan meliputi kantor pemandu wisata, jalan beraspal menuju kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Sarana yang telah ada berupa mushola, toilet, lapangan parkir motor, bangku taman, rumah makan/warung, kios cinderamata,ruang informasi. Dengan sarana dan prasarana yang telah ada sekarang belum cukup memadai bagi pengunjung yang datang. Sehingga perlu diadakan penambahan sarana dan prasarana, seperti penginapan, lapangan parkir khusus mobil, pos satpam penjaga objek wisata,dan lain-lain. 3.4.5 Promosi Promosi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kurang maksimal, oleh karena itu pengunjung yang datang sebagian besar dari wilayah jakarta dan sekitarnya saja. Harusnya promosi dilakukan dengan secara teratur dan maksimal, selain membuat brosur, memasang baligho juga sengaja memberitakan tentang keadaan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di media elektronik maupun media cetak. Dalam perencanaan dan penyebaran promosi peran pemerintah sangat diperlukan, karena fungsi pemerintah sangat dominan dalam hal pengembangan kepariwisataan. Di dalam bidang pariwisata rencana promosi ini ditujukan kepada biro perjalanan,
10
penuntun wisata, perwakilan perusahaan angkutan, dan sebagainya (Nyoman, 2006:279).
3.5 Upaya Pelestarian Wisata Budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 3.5.1 Adanya perhatian khusus dari pemerintah Adanya perhatian khusus dari pemerintah merupakan faktor utama yang dibutuhkan untuk pelestarian wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Salah satu perhatian khusus dari pemerintah untuk pelestarian wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah membuka cagar budaya yang didalamnya terdapat segala hal yang identik dengan kebudayaan betawi, mulai dari seni pertunjukkan, makanan khas betawi, prosesi adat sampai dengan pakaian khas betawi. Pemerintah juga membuat festival betawi yang diadakan setiap setahun sekali di Kemang dan festival palang panjang, festival ini menghadirkan seni pertunjukkan, tari dan makanan khas betawi. 3.5.2 Mempertahankan budaya yang dimiliki Dengan cara mempertahankan budaya yang dimiliki merupakan salah satu upaya pelestarian untuk mengembangkan objek wisata tersebut. Salah satunya upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat sekitar dengan cara mengikut sertakan anak-anaknya untuk mengikuti pelatihan tari-tarian khas betawi. Juga membuka usaha industri dalam mengolah makanan khas betawi seperti, dodol betawi, bir pletok dan lain-lain. 3.5.3 Peningkatan sarana dan prasarana Dalam usaha pengembangan suatu daerah tujuan wisata kedudukan transportasi atau sarana angkutan merupakan faktor
11
penting, karena kepariwisataan merupakan pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1993:85). Oleh sebab itu, untuk pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan diperlukan peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang kebutuhan para pengunjung. Sehingga sarana dan prasarana yang belum ada harus segera dilengkapi untuk kenyamanan pengunjung yang sedang berwisata. Jika sarana dan prasarana sudah lengkap, maka Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan akan mengalami peningkatan pengunjung. Sarana dan prasarana yang harus ditingkatkan dan dilengkapi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah tempat parkir (parkir khusus mobil dan motor). Jalan yang berlubang harus segera diperbaiki, tempat karcis masuk dan lainlain. 3.5.4 Peningkatan Promosi Promosi merupakan kegiatan komunikasi dimana organisasi penyelenggaraan
pariwisata
berusaha
mempengaruhi
khalayak
darimana penjualan produknya bergantung. Kegiatan promosi terkait dengan penyampaian informasi tentang keberadaan suatu produk atau jasa kepada khalayak ramai. Melalui promosi yang baik dan tepat sasaran jumlah kunjungan akan semakin meningkat. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan promosi suatu objek wisata adalah daya tarik wisata yang ditawarkan dan fasilitas yang tersedia didalamnya, terutama yang menyangkut kenyamanan para pengunjung. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut, (Pitana dan Diarta: 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta, beliau menyatakan bahwa upaya pemerintah untuk pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 12
adalah peningkatan promosi yang dilakukan secara teratur dan maksimal dengan cara membuat baligho, brosur dan lain-lain.
4.
SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Potensi wisata budaya yang dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan a.
Rumah betawi, jenisnya ada tiga yaitu rumah gudang, rumah joglo, dan rumah bapang/kebaya.
b.
Keseniaan betawi diantaranya, gambang kromong, lenong, orkes samrah, beladiri beksi, tanjidor, ondel-ondel, dan lain-lain.
c.
Prosesi adatdiantaranya, aqiqah, khitanan, prosesi nikah, qhatam qur’an dan lain-lain.
d.
Makanan khas Betawi diantaranya, gado-gado, kerak telor, soto betawi, roti buaya, kembang goyang, toge goreng, dan minuman khas betawi berupa bir pletok.
e.
Pakaian khas Betawi jenisnya ada pakaian untuk sehari-hari dan pakaian pengantin.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah: pengelola, modal, lokasi, sarana dan prasarana, dan promosi
3.
Upaya pelestarian wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah: adanya perhatian khusus dari pemerintah, mempertahankan budaya yang dimiliki, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan promosi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni. Wahab, Salah. 1989. Pemasaran Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya.
14