ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
ERWAN PRAYOGA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing skripsi, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Erwan Prayoga H44080015
i
RINGKASAN ERWAN PRAYOGA. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan BENNY OSTA NABABAN Wisata alam merupakan Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro,1997). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) adalah sebuah kawasan yang dilindungi atau kawasan konservasi, sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik, yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan untuk mendukung kegiatan konservasi di TNUK yang bisa dilakukan pada zona pemanfaatan. Sebagai kawasan konservasi TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal. Kegiatan konservasi membutuhkan biaya dalam pelaksanaannya, sehingga diharapkan pengembangan wisata alam berbasis ekowisata tersebut dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu diketahui dan dikaji persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, estimasi besarnya nilai ekonomi wisata, estimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK, dan bagaimana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, Travel Cost Method, Willingness To Pay, dan analisis regresi berganda. Keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di TNUK dinilai baik oleh pengunjung walaupun penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi, dan jaringan telekomunikasi dinilai masih kurang memadai. Faktorfaktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi wisata, dan jumlah tanggungan
ii
keluarga. Semua faktor tersebut berpengaruh positif, hanya jumlah tanggungan keluarga yang berpengaruh negatif. TNUK memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata, ditunjukkan oleh nilai ekonomi wisata TNUK sebesar Rp 16.511.904.761,90. Adapun nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873,016 per kunjungan. Hal ini merupakan peluang bagi pengelola untuk mengoptimalkan manfaat dari jasa wisata, salah satunya dengan menetapkan tiket optimum yang saat ini masih dianggap terlalu murah oleh pengunjung yaitu sebesar Rp 2.500,00. Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Jika rata-rata jumlah kunjungan per tahun adalah sebesar 5.475 maka penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini dapat berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata atau hanya sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata atau sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung. Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan penerapan skenario kontribusi tersebut karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK tidak memungkinkan. Melainkan harus melalui APBN yang diajukan sebagai satu kesatuan pengajuan anggaran oleh kementerian kehutanan. Selain itu pungutan yang diberlakukan oleh BTNUK hanyalah berupa retribusi sebesar Rp 2.500,00 seperti yang diberlakukan sekarang ini (PP No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan). Namun mengacu pada PP No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam, pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain atau merintis kembali kerjasama dengan mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN sebagaimana pernah dilakukan sebelumnya. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK.
iii
ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN KONTRIBUSI KEGIATAN WISATA TERHADAP KONSERVASI DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
ERWAN PRAYOGA H44080015
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iv
Judul Skripsi
: Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten : Erwan Prayoga : H44080015
Nama NIM
Menyetujui,
Pembimbing I ,
Pembimbing II,
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP. 19690917 200604 2011
Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
v
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas atas bantuan berbagai pihak baik moril dan materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua penulis, bapak (Eman Suherman) dan ibu (Nining Nurnaningsih) serta adik (Listiani, Dicky, dan Annisa) atas segala dukungan, semangat dan senantiasa memberikan doa serta kasih sayang yang tak terhingga.
2.
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan pelajaran berharga selama penyusunan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS dan Nuva, SP, M.Sc yang berkenan sebagai dosen penguji.
4.
Dosen-dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.
5.
Pihak-pihak dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian. Bapak Otong Sontani, Bapak Andri Novi, Bapak Asep Supriyatna, Bapak Weli, Bapak Teguh, Bapak Hendar, Bapak Miskandi, Bapak Lili, Bapak Saepudin dan Bapak Rubani selaku pembimbing di lapangan.
6.
Cucu Rahayu. Terima kasih atas segala dukungan yang senantiasa selalu diberikan kepada penulis.
vi
7.
Teman-teman ESL 45, Pondok Perjuangan, Wawan, Andri, Ade, Pradipta, Azis, Vicky, Agung. Terima kasih untuk semangat, keceriaan, dan kebersamaannya.
8.
Teman-teman sebimbingan Dyah, Elok, Mirza, Evy, Nova, Nurul, dan Shinta yang selalu memberikan dukungan.
9.
Staf pelayanan akademik (Mbak Aam) yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi serta seluruh staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian.
Bogor, Februari 2013
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini adalah menganalisis persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK, menduga fungsi permintaan wisata, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK, mengestimasi surplus konsumen dan nilai ekonomi wisata TNUK serta mengetahui kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK. Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan.
Bogor, Februari 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
I.
II.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ......................................................................... Perumusan Masalah.................................................................. Tujuan Penelitian...................................................................... Manfaat Penelitian.................................................................... Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ...................................
1 3 5 6 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
7
2.1 2.2
Pariwisata Berkelanjutan .......................................................... Wisata Alam ............................................................................. 2.2.1 Wisata di Kawasan Konservasi ....................................... 2.2.2 Taman Nasional............................................................... 2.2.3 Wisata Bahari .................................................................. Permintaan dan Penawaran Wisata........................................... Konsep Persepsi ........................................................................ Konsep Nilai Untuk Sumberdaya dan WTP ............................. 2.5.1 Travel Cost Method (TCM)............................................. 2.5.2 Surplus Konsumen .......................................................... Penelitian Terdahulu ................................................................. Perbaruan (novelty) dari Penelitian...........................................
7 8 8 9 10 11 13 14 15 16 18 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...........................................................
21
IV.
METODE PENELITIAN ................................................................
25
4.1 4.2 4.3 4.4
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... Jenis dan Sumber Data ............................................................. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................ 4.4.1 Persepsi dan Preferensi Pengunjung ............................. 4.4.2 Permintaan Wisata......................................................... 4.4.3 Nilai Ekonomi Wisata ................................................... 4.4.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan .........
25 25 26 27 28 29 32 33
GAMBARAN UMUM......................................................................
35
5.1
35 36 36 38 43
2.3 2.4 2.5
2.6 2.7
V.
5.2
Gambaran Umum Kawasan TNUK ......................................... 5.1.1 Zona Kawasan TNUK .................................................. 5.1.2 Deskripsi Kawasan Wisata TNUK ............................... 5.1.3 Objek Wisata TNUK .................................................... Gambaran Umum Wisatawan ..................................................
ix
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
48
6.1
Persepsi Pengunjung TNUK .................................................... 6.1.1 Persepsi terhadap Fasilitas yang Disediakan ................. 6.1.2 Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan ....................... 6.1.3 Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Kondisi Keamanan di TNUK ....................................... Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Kawasan TNUK ...................................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata TNUK .......................................................................... 6.3.1 Model Fungsi Permintaan Wisata TNUK ..................... 6.3.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK ............................................ 6.3.3 Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata TNUK ............................ Nilai Ekonomi Wisata TNUK ................................................. Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan Surplus Konsumen.................. Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan WTP Pengunjung ............................................... Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Konservasi .......
48 48 50
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
72
6.2 6.3
6.4 6.5 6.6 6.8
7.1 7.2
51 53 55 55 58 61 62 62 63 67
Kesimpulan .............................................................................. Saran ........................................................................................
72 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
75
LAMPIRAN ...............................................................................................
79
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
94
x
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1.
Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan Nilai Ekonomi Wisata .................................................................
18
2.
Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon .......................
19
3.
Matriks Metode Analisis Data ....................................................
27
4.
Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas, Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan di Taman Nasional Ujung Kulon ................................................
5.
Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Faktor Demografi ........................................................................
6.
43
Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Karakteristik Dalam Berwisata ...................................................
7.
28
46
Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Disediakan Oleh Pengelola ............................................................................
49
8.
Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan di TNUK .....................
50
9.
Persepsi terhadap Aksesibilitas dan Keamanan di TNUK..........
52
10.
Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata TNUK ..
54
11.
Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TNUK .........
56
12.
Kesediaan Membayar Tiket Masuk Kawasan TNUK ................
64
13.
Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Tarif Masuk Kawasan Wisata TNUK ..............................................................
65
14.
Dasar Penetapan Tarif Masuk Kawasan TNUK .........................
66
15.
Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun 2012......................................
69
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Nomor 1.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di TNUK Tahun 2007-2011 .................................
3
2.
Klasifikasi Valuasi Non-Market .................................................
15
3.
Total Surplus Konsumen.............................................................
17
4.
Alur Kerangka Berpikir ..............................................................
24
5.
Panorama Pantai Pulau Peucang .................................................
39
6.
Padang Penggembalaan Cidaon ..................................................
39
7.
Gua Sanghyangsirah ...................................................................
40
8.
Panorama Pantai Selatan TNUK .................................................
40
9.
Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter.......................................
41
10.
Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan ............................................
42
11.
Panorama Curug Cikacang .........................................................
42
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
Peta Lokai Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon ..................
80
2.
Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon ........................
81
3.
Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK ......
83
4.
Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK .....
84
5.
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ................................
85
6.
Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov ..............................
85
7.
Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK .............................................................................
86
8.
Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%)....................
86
9.
Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK ...............
87
10.
Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK Tahun 2007-2011 ........................................................................
88
11.
Realisasi Keuangan BTNUK Tahun 2008-2012.........................
88
12.
Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata TNUK dengan Teknik Stepwise .....................................
13.
89
Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata TNUK .............................................................................
91
14.
Fasilitas yang Terdapat di Kawasan Wisata TNUK ...................
92
15.
Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di TNUK .......................
93
xiii
I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pariwisata
merupakan
salah
satu potensi
daerah yang
banyak
dikembangkan masyarakat Indonesia. Kekayaan alam dan uniknya budaya lokal yang kita miliki dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Indonesia. Sektor pariwisata dapat menyerap 7,43 juta orang atau 6,87% dari kesempatan kerja di Indonesia dan menyumbang devisa negara untuk pembangunan nasional rata-rata per tahun sebesar US$ 6.655.750,36 juta (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Pengembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini telah banyak dilakukan di wilayah-wilayah berpotensi wisata. Hal ini disebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap wisata di tengah kesibukan mereka. Tingginya kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,55% atau 229.658 kunjungan per tahun (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012). Salah satu kegiatan wisata yang dilakukan adalah kegiatan wisata alam. Wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suswantoro, 1997). Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam Pasal 1 menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan
1
raya, dan taman wisata alam (Dephut, 2012). Sumberdaya alam yang dimaksud adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Salah satu kawasan wisata alam yang ada di Indonesia adalah kawasan wisata alam TNUK yang secara administratif berada di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK merupakan kawasan konservasi yang sekaligus menjadi salah satu Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) di Indonesia karena merupakan habitat satwa endemik yaitu Rhinoceros sondaicus atau Badak Jawa (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Upaya untuk menghindari ancaman atau tekanan terhadap konservasi TNUK dilakukan melalui kegiatan konservasi di kawasan tersebut, dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan dana yang tidak sedikit (Statistik BTNUK, 2011). Sebagai kawasan konservasi, TNUK perlu melakukan kegiatan wisata alam berbasis ekowisata sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya). Kawasan TNUK memiliki potensi wisata alam yang dapat dikembangkan pada zona pemanfaatan dimana kegiatan wisata tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK sehingga perlu dikaji nilai ekonomi wisata dan kontribusi kegiatan wisata tersebut terhadap kegiatan konservasi di TNUK.
2
1.2
Perumusan Masalah Masyarakat modern saat ini lebih senang mengisi waktu luangnya untuk
berwisata ke alam (back to nature) sehingga menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata (Sihombing, 2011). Pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap pada koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang. Pemanfaatan pariwisata alam dapat dilakukan di zona pemanfaatan TNUK sebagai salah satu obyek wisata dengan konsep back to nature. Balai TNUK (2011) menyatakan bahwa zona pemanfaatan merupakan salah satu zona di dalam kawasan TNUK yang telah disahkan oleh Dirjen PHKA dengan nomor Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 tentang Zonasi
Taman Nasional Ujung Kulon. Jumlah pengunjung TNUK cenderung meningkat dari tahun 2008 - 2011 yang disajikan pada Gambar 1. 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2007
2008 wisatawan nusantara
2009
2010
2011
wisatawan asing
Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011
Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di Taman Nasional Ujung Kulon Tahun 2007-2011 3
Peningkatan jumlah pengunjung yang cenderung semakin tinggi sejak tahun 2008 dikhawatirkan dapat menimbulkan over carrying capacity dalam jangka panjang. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kelestarian TNUK. Nilai ekonomi perlu diketahui untuk melihat seberapa penting jasa wisata tersebut. Adapun tiket optimum perlu diestimasi sebagai upaya untuk mengontrol jumlah pengunjung sekaligus dapat berkontribusi terhadap biaya konservasi (Vanhove, 2005). Keberadaan obyek wisata alam ini bergantung pada wisatawan yang datang sehingga penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang. Potensi wisata alam di TNUK selayaknya patut dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan wisata sebagai upaya mendukung kegiatan konservasi. Selain itu dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.
4
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, terdapat permasalahan yang perlu dianalisis yaitu: 1.
Bagaimana persepsi wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan wisata TNUK ?
2.
Bagaimana besarnya nilai ekonomi wisata TNUK ?
3.
Bagaimana harga tiket optimum masuk kawasan TNUK ?
4.
Bagaimana kontribusi kegiatan wisata di TNUK terhadap kegiatan konservasi di TNUK?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: 1.
Mengetahui persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata TNUK dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di kawasan TNUK
2.
Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata TNUK
3.
Mengestimasi harga tiket optimum masuk kawasan TNUK
4.
Mengetahui sejauhmana kontribusi kegiatan wisata terhadap kegiatan konservasi di TNUK
5
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai kontribusi ekonomi kawasan wisata TNUK.
3.
Bagi pengambil kebijakan, dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam mengelola dan mengembangkan Taman Nasional Ujung Kulon.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon yang merupakan zona pemanfaatan untuk kegiatan wisata alam pada saat lose season. Responden yang diambil saat penelitian hanya dilakukan pada wisatawan nusantara dan perhitungan nilai ekonomi hanya dilakukan pada nilai langsung jasa wisata.
6
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata Berkelanjutan LIPI COREMAP II (2005) memaparkan pariwisata tidak bisa dilepaskan
sebagai salah satu faktor pembangunan yang menyeluruh. Itu sebabnya, penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, hak budaya lokal, aspek konservasi sumberdaya, pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, periwisata harus dipandang sebagai suatu sistem. Dalam sistem tersebut tercakup berbagai komitmen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, meliputi pasar, perjalanan, destinasi dan pemasaran. Oleh karena itu perlu adanya sinergi kebijakan yang mengatur penyelenggaraan pariwisata. Konsep wisata berkelanjutan merupakan jawaban atas permasalahan yang terjadi dalam pembangunan wisata. Konsep wisata berkelanjutan mengikuti konsep pembangunan berkelanjutan, sehingga mempunyai prinsip dasar yang sama. Prinsip dasar yang dipegang adalah pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu dengan tercapainya keselarasan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Syarat untuk suksesnya pembangunan berkelanjutan adalah integrasi serta kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Langkah pertama untuk menciptakan integritas dan kerjasama ketiga pelaku pembangunan tersebut adalah pemahaman dan penanaman makna dasar serta tujuan utama dari konsep pembangunan berkelanjutan (Lindberg, 2001).
7
Menurut
Gunn (1997)
dimensi
yang harus diperhatikan dalam
pembangunan wisata berkelanjutan ada tiga, yaitu: 1) Jenis wisata harus sesuai dengan kondisi sumber daya lokasi wisata tersebut, 2) Ketersediaan sumber daya yang menentukan tingkat dan arah pembangunan wisata, dan 3) Perbandingan antara jumlah kunjungan nyata ke lokasi wisata dengan jumlah kunjungan yang potensial. 2.2
Wisata Alam Wells (1997) menyebutkan bahwa pariwisata alam adalah salah satu
bentuk pariwisata yang atraksinya berada di tempat-tempat yang mempunyai nilai ekologis. Menurut Suswantoro (1997), Kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi, pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam. Semua kegiatan wisata ini dilakukan dalam obyek wisata yang ada. Pada umumnya obyek wisata tersebut berada pada suatu kawasan dimana kawasan tersebut sering disebut sebagai kawasan wisata alam. Kawasan wisata alam ini merupakan suatu kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun perairan, dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. (Suswantoro, 1997). 2.2.1
Wisata di Kawasan Konservasi Jumlah orang yang mengambil bagian dalam berbagai kegiatan outdor
semakin meningkat, seperti kegiatan hiking, cycling, dan kegiatan yang berbasis pada air seperti kayaking di muara sungai maupun laut, dan scuba diving. Dari kegiatan outdor tersebut, terdapat perkembangan minat perjalanan petualangan ringan (soft adventure) atau ekowisata ringan (nature based tourism), dimana
8
perjalanan lebih casual, sedikit pendekatan kegiatan kepada atraksi alam, dan menginginkan kenyamanan yang lebih tinggi, dan perjalanan petualangan berat (hard adventure) atau ekowisata yang melibatkan minat khusus, seperti keinginan untuk dekat dengan alam atau kehidupan liar, dengan tingkat kenyamanan yang lebih rendah. Industri wisata harus dapat merespon kisaran minat tersebut untuk mengembangkan berbagai paket relung pasar (Eagles, 2002). Menurut Eagles (2002), kawasan konservasi merupakan tempat yang menarik untuk memenuhi pertumbuhan permintaan wisata outdor (kegiatankegiatan yang memberi penghargaan pada lingkungan alam). Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola kawasan konservasi untuk memastikan bahwa pengunjung mendapatkan kegiatan wisata yang diinginkan, dan di sisi lain juga mampu meningkatkan kesadaran mereka untuk memelihara nilai-nilai yang dilindungi dengan kegiatan tersebut. 2.2.2 Taman Nasional Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan kawasan pelestarian alam sendiri didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun laut yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
9
Dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 disebutkan bahwa, kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari: 1. Zona Inti Zona inti merupakan zona dengan persyaratan yang ketat, yaitu bagian yang mutlak harus dilindungi dan dilestarikan. Perubahan sekecil apapun akibat campur tangan manusia harus dicegah. Dengan demikian zona ini tertutup untuk umum. 2. Zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan merupakan zona yang mempunyai bentuk kegiatan paling luas. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam zona pemanfaatan adalah kegiatan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pemulihan jenis tumbuhan dan satwa asli, dan kegiatan penunjang budi daya. Selain itu pembangunan sarana pariwisata alam boleh dilakukan di dalam zona pemanfaatan. 3. Zona lainnya sesuai dengan keperluan Zona di luar kedua zona tersebut yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan zona lainnya. 2.2.3 Wisata Bahari Menurut Wheat (1994) dalam LIPI COREMAP II (2005) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Menurut Siti Nurisyah (1998) dalam LIPI COREMAP II (2005) kegiatan wisata bahari ada yang memanfaatkan wilayah pesisir secara langsung dan tidak langsung. jenis-jenis wisata yang secara
10
langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: berperahu, berenang, snorkling, menyelam, dan memancing. Sedangkan jenis – jenis wisata yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir antara lain: kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati suasana pantai. LIPI COREMAP II (2005) memaparkan orientasi pemanfaatan pesisir dan lautan serta berbagai elemen pendukung lingkungannya merupakan suatu bentuk perencanaan
dan
pengelolaan
kawasan
secara
terpadu
dalam
usaha
mengembangkan kawasan wisata. Aspek kultural dan fisik merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata bahari. 2.3
Permintaan dan Penawaran Wisata Menurut Muntasib (2007), permintaan merupakan sejumlah barang atau
jasa yang dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu. Permintaan masyarakat terhadap wisata sama halnya dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Sedangkan menurut Douglass (1982), yang dimaksud dengan permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan wisata yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas yang memadai atau memenuhi keinginan masyarakat. Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat
11
dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, seperti keamanan. Menurut Wahab (1992), penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan khasanah atraksi wisata alamiah, budaya dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang yang kira-kira akan menarik orang-orang untuk mengunjungi suatu negara tertentu.
Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006). Penawaran pariwisata meliputi seluruh areal tujuan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran ini terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, barang dan jasa hasil ciptaan manusia yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk berwisata. Hal ini sejalan dengan pendapat Gold (1980), bahwa penawaran rekreasi adalah jumlah dan kualitas dari sumber daya yang tersedia untuk penggunaan pada waktu tertentu.
12
2.4
Konsep Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyektif yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya (Rakhmat, 2005). Surata dalam Tungabdi (1997) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera, dan jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan perbedaan latar belakang sosial dan budaya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuat kesan bagi seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti atau suatu penghargaan terhadap obyek tersebut. Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (1972) dalam Nurlia (2006) adalah; 1) Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas, dan intensitas, 2) faktor pribadi, termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti tingkat kecerdasan, minat dan emosi, 3) faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arahan suatu tingkah laku yang sesuai, 4) faktor perbedaan latar belakang kultural.
13
2.5
Konsep Nilai untuk Sumberdaya dan WTP Secara umum menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi didefinisikan sebagai
pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa. WTP dapat juga diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu. Menurut Fauzi (2006) teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah Market Values, Hedonic Markets, Travel Cost Method, dan Avertive Behaviour. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada kriteria di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM), dan Choice Experiments. Secara skematis, teknik valuasi nonmarket tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
14
Valuasi Non-Market
(Revealed WTP) Hedonic Pricing Travel Cost Random Utility Model
(Expressed WTP) Contingent Valuation Random Utility Model Choice Experiments
Sumber: Fauzi (2006)
Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-Market 2.5.1
Travel Cost Method (TCM) Menurut Fauzi (2006), Travel Cost Method (TCM) digunakan untuk
menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu, hiking dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Seorang konsumen misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di pantai akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat: 1.
Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.
2.
Penambahan tempat rekreasi baru.
3.
Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.
4.
Penutupan tempat rekreasi yang ada. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value)
dari sumber daya kriteria melalui pendekatan proxy, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumber daya alam digunakan sebagai
15
proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat dapat dipisahkan (separable). Haab dan McConnel (2002), menyatakan bahwa dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan: pertama, menentukan perilaku model itu sendiri dan kedua menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya (behavioural model), atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Meski dianggap sebagai suatu pendekatan yang praktis, menurut Fauzi (2006), TCM memiliki beberapa kelemahan, yakni: 1.
Harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Jadi dalam hal ini kita tidak menelaah aspek kunjungan ganda (multipurpose visit)
2.
TCM tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan mereka yang dari wilayah setempat
3.
Masalah pengukuran nilai dari waktu (value of time)
2.5.2
Surplus Konsumen Salah satu hal krusial dalam penilaian ekonomi dari sumber daya alam
adalah bagaimana surplus dari sumber daya alam dapat termanfaatkan secara optimal, untuk itu perlu pemahaman mengenai kurva permintaan dan kurva
16
penawaran sehingga konsep surplus dapat diturunkan dengan lebih rinci. Menurut Fauzi (2006) dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang berbeda, pertama, kurva permintaan dapat diturunkan dari memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang kemudian akan menghasilkan kurva permintaan biasa (ordinary demand curve) atau sering juga disebut sebagai kurva permintaan Marshall, kedua, kurva permintaan juga dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran yang akan menghasilkan kurva permintaan terkompensasi (compensated demand curve) atau sering juga disebut kurva permintaan Hicks. Sementara kurva penawaran dari suatu barang dan jasa menggambarkan kuantitas dari barang (x) yang dapat ditawarkan produsen pada tingkat harga tertentu. Pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Kurva permintaan dapat ditunjukkan dalam Gambar 3 berikut:
P
Surplus Konsumen
Garis Harga
Q Sumber: Djijono (2002)
Gambar 3. Total Surplus Konsumen
17
2.6
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata,
nilai ekonomi dan surplus konsumen telah dilakukan sebelumnya oleh Dewi (2005), Firandari (2009), dan Lianasari (2012). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penelitian Terkait Permintaan, Surplus dan Nilai Ekonomi Wisata No 1
2
Peneliti Dewi (2005)
Firandari (2009)
Judul Penelitian Hasil Penelitan Fungsi Permintaan Fungsi permintaan TSI dalam lima tahun terakhir adalah F5 = 1,887 – 6,148x10Taman Safari 2X1 + 7,473x10-2X2 + 0,902X10 Indonesia (TSI) dengan R2 sebesar 61,1%. dengan Metode Faktor-faktor yang mempengaruhi Biaya Perjalanan permintaan Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor secara nyata pada selang kepercayaan 95% adalah biaya perjalanan, pendapatan dan tempat rekreasi alternatif. Biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap permintaan TSI, sedangkan pendapatan, tempat rekreasi alternatif dan lama berada di lokasi berpengaruh positif terhadap permintaan. Surplus konsumen TSI sebagai tempat rekreasi sebesar Rp 93,71 Milyar per tahun. Analisis Permintaan Ada tiga faktor yang mempengaruhi dan Nilai Ekonomi kunjungan ke objek wisata PSG-3 yakni Wisata Pulau Situ biaya perjalanan, lama mengetahui Gintung (PSG-3) keberadaan PSG-3, dan jarak tempuh. Surplus konsumen pengunjung Pulau Situ Gintung-3 adalah sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan kemudian nilai ekonomi PSG-3 adalah sebesar Rp 3.373.130.755,00 .
18
No 3
Peneliti Lianasari (2012)
Judul Penelitian Perbandingan Surplus Konsumen Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung
Hasil Penelitan Faktor yang mempengaruhi permintaan di pantai Mutun Ms Town adalah umur, status pernikahan, pendidikan, dan lama kunjungan. Sedangkan aktor yang mempengaruhi permintaan di Pulau Tangkil adalah biaya perjalanan, jarak, dan lama mengetahui. Nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pantai Mutun MS Town sebesar Rp 2.764.045,00 sedangkan nilai surplus konsumen total kunjungan per individu per kunjungan di Pulau Tangkil sebesar Rp 1.577.320,00.
Penelitian terkait dengan Taman Nasional Ujung Kulon telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 2. Penelitian Terkait Taman Nasional Ujung Kulon No 1
Peneliti Badi’ah (2005)
Judul Penelitian Kajian Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi (Studi Kasus di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten)
Hasil Penelitan Pengelolaan wisata di Taman Nasional Ujung Kulon belum optimal, yang diindikasikan oleh kecilnya jumlah pengunjung dan defisit anggaran pengelolaan wisata. Sumberdaya pesisir dan laut TNUK seperti mangrove, terumbu karang serta kondisi perairannya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan wisata pesisir, bahari dan pulau-pulau kecil. Metode Technology of Participation (ToP) dapat digunakan untuk pengelolaan wisata, karena dapat memperbaiki efektifitas organisasi dan membangun rasa memiliki serta komitmen diantara pemangku kepentingan, sehingga mengurangi resistensi stakeholders terhadap pengelolaan taman nasional. Dengan pendekatan Visitor Experience and Resources Protection (VERP), Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai tujuh produk wisata pesisir dan bahari yang mempunyai prioritas tinggi untuk dikembangkan yaitu: Hiking, Canoing, Surfing, Bird Watching,Trecking, penelitian komunitas hutan mangrove, wildlife viewing.
19
No
2
2.7
Peneliti Miarni (2004)
Judul Penelitian Kajian Ekologi dan Ekonomi Rumput Laut Alami di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon
Hasil Penelitan Ekosistem rumput laut di muara sungai Ciguha sanpai Tanjung Sodong merupakan komunitas pendukung bagi kehidupan akuatik di laut yaitu sebagai sumber pakan bagi moluska, ikan herbivor dan penyu serta merupakan daerah perlindungan binatang akuatik. Penduduk hanya memetik rumput laut dari jenis Gellium sp, Gracilaria coronopifolia, Eucheuma serra, Gellidiella aserosa, dan Eucheuma edule karena merupakan rumput laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena tidak memahami teknologi pascapanen yang baik maka tanpa diolah rumput laut tersebut langsung dijual kepada pengumpul setelah dikeringkan dengan harga yang murah yaitu Rp. 3.500/kg. nilai ekonomi total ekosistem rumput laut di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon adalah Rp. 56.763.420,64/tahun. Sumbangan nilai yang terbesar adalah manfaat langsung ekosistem rumput laut yaitu Rp. 53.222.257,14/tahun, disusul dengan manfaat keberadaan, manfaat pilihan dan manfaat tidak langsung.
Keterbaruan (novelty) dari Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang terkait
dengan permintaan, surplus, dan nilai ekonomi wisata adalah lokasi dan waktu penelitian. Selain itu aspek keterbaruan dari penelitian ini adalah berkaitan dengan konservasi. Terkait dengan kegiatan wisata alam di kawasan konservasi masih sedikit atau belum ada penelitian yang melihat kontribusi pengembangan wisata alam terhadap kegiatan konservasi di kawasan tersebut. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan mengestimasi apakah pengembangan wisata alam di kawasan konservasi (Taman Nasional) dapat memberikan kontribusi terhadap biaya konservasi. 20
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
Objek Wisata Taman Nasional Ujung Kulon merupakan tempat wisata yang memanfaatkan potensi alam sebagai daya tarik utamanya. Objek wisata tersebut memiliki keindahan alam yang alami, kondisi udara yang segar, panorama pantai yang indah, dan hutan yang mengelilinginya menjadi nilai tambah tersendiri bagi tempat wisata ini. Kegiatan konservasi di TNUK membutuhkan biaya pelaksanaan. Adanya pengembangan wisata alam berbasis ekowisata diharapakan dapat berkontribusi terhadap kegiatan konservasi di TNUK, sehingga prospek pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNUK sangat potensial untuk dilakukan secara berkelanjutan.
Objek wisata di TNUK berhubungan erat dengan pengunjung sehingga sangat penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaaan wisata, penilaian pengunjung terhadap objek wisata TNUK, surplus konsumen dan tiket optimum yang bersedia dibayar oleh pengunjung. Wisata yang dilakukan oleh pengunjung pada suatu daerah tujuan wisata pasti akan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu yang disebut dengan biaya perjalanan. Biaya perjalanan ini terdiri atas biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain disamping biaya tiket masuk ke daerah wisata tersebut. Permintaan wisata selain dipengaruhi oleh biaya perjalanan juga dipengaruh oleh faktor sosial ekonomi pengunjung, seperti total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju lokasi wisata, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi
21
pengunjung yang telah diketahui, kemudian dilakukan analisis pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan wisata di TNUK. Jika permintaannya telah diketahui maka akan diketahui nilai ekonomi atau manfaat barang tersebut melalui perhitungan surplus konsumen. Harga tiket masuk kawasan yang terlalu rendah dapat mengarah kepada open acces, dimana jumlah pengunjung terus meningkat yang dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat mengakibatkan over carrying capacity (Ress, 1996). Penentuan tarif merupakan salah satu upaya dalam membatasi jumlah kunjungan untuk menghindari terjadinya over carrying capacity dalam jangka panjang. Adapun pengeluaran yang dibayarkan pengunjung tidak selalu sama dengan keinginan membayar yang sebenarnya ingin dibayarkan oleh pengunjung sesuai dengan konsep willingness to pay (WTP). Penetapan tiket optimum berdasarkan WTP atau berdasarkan surplus konsumen dapat pula memberikan kontribusi berupa dana konservasi yang diperlukan untuk kegiatan konservasi di kawasan tersebut (Vanhove, 2005). Besarnya biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi perlu diketahui, yaitu melalui pendekatan alokasi dana untuk kegiatan pengembangan wisata dan kegiatan konservasi yang diberikan pemerintah melalui dana APBN (Statistik BTNUK, 2011). Dana tersebut dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari tiket masuk kawasan wisata untuk mengetahui share/kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK.
22
Pengelola objek wisata TNUK dalam rangka pembangunan ekowisata juga memiliki rencana pengembangan ekowisata yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari objek wisata tersebut. Rencana pengembangan wisata oleh pengelola akan lebih bijak jika dapat disinkronkan dengan persepsi dan harapan pengunjung mengenai objek wisata tersebut. Sehingga pengembangan wisata yang akan dilakukan akan dapat bermanfaat baik bagi pengelola, pengunjung, bahkan masyarakat sekitar objek wisata. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam penetapan kebijakan oleh pihak-pihak terkait. Adapun alur kerangka berfikir ditunjukkan pada Gambar 4.
23
Taman Nasional Ujung Kulon
Fungsi Konservasi
Kegiatan Wisata Alam di Zona Pemanfaatan Penerimaan Pengelola
Pengunjung
Potensi Nilai Ekonomi wisata TNUK
Persepsi pengunjung terhadap objek wisata TNUK
Harga Tiket Optimum
Valuasi Ekonomi
Travel Cost Method
Analisis Deskriptif
Teknik WTP
Penerimaan Tiket Masuk Kawasan TNUK
Dana Pengembangan Wisata dan Konservasi Dari Pemerintah
Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Linier Berganda
Fungsi permintaan wisata TNUK
Surplus Konsumen
Nilai Ekonomi wisata TNUK
Harapan perbaikan fasilitas objek wisata yang diinginkan pengunjung
WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk TNUK
Kontribusi Terhadap Konservasi
Peranan Kegiatan Wisata di TNUK terhadap Kegiatan Konservasi
Keterangan: Kegiatan Wisata Alam Mendukung Kegiatan Konservasi di TNUK Gambar 4. Kerangka Alur Berpikir 24
IV. 4.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Taman Nasional Ujung
Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Lampiran 1). Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kawasan ini berpotensi untuk lebih dikembangkan dan memiliki perkembangan jumlah pengunjung yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir ini. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder
yang
diolah
baik
secara
kuantitatif
maupun
kualitatif
dan
diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang digunakan berupa data cross section. Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung kawasan wisata TNUK yang ditemui pada saat penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap petugas dan pengelola objek wisata TNUK. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang terdiri dari data jumlah pengunjung per tahun, jumlah PNBP dari penerimaan tiket masuk kawasan TNUK, rencana dan realisasi keuangan TNUK, sejarah dan status, luas dan letak lokasi, pembagian zonasi, dan jenis objek wisata. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari literatur yang relevan dengan topik penelitian ini.
25
4.3
Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan contoh untuk pengunjung dilakukan dengan
menggunakan metode non-probability sampling, hal ini karena populasi responden tidak diketahui dengan pasti. Responden pengunjung dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 1999). Responden yang dipilih pada penelitian ini merupakan responden yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Sedangkan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi yaitu dari jumlah pengunjung yang datang pada waktu yang sama dalam satu tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan karena waktu dan tempat penelitian. Waktu yang tepat untuk penelitian ini pada saat berlibur dan cuaca yang mendukung. Menurut Arikunto (1987), apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, sedangkan apabila jumlahnya cukup besar dapat diambil 10% - 15% atau 25% - 35%. Dengan demikian secara teoritis jumlah sampel sebanyak 30 orang (12%) dari jumlah populasi sudah memenuhi ketentuan. Selain pengunjung, dilakukan wawancara secara mendalam kepada informan (key person), yaitu kepada empat orang dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon yaitu satu orang Kelompok Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Keuangan dan Kerjasama, dan Kepala Resort Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang, satu orang dari WWF, dan Sekretaris Desa Tamanjaya dan Ujung Jaya.
26
4.4
Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan
komputer dengan program Microsoft Office Excell dan Minitab 14 for windows. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini. Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Mengidentifikasi persepsi Data primer: 1 wisatawan mengenai kawasan - Wawancara wisata Taman Nasional Ujung langsung dengan Kulon wisatawan dengan bantuan kuesioner Menduga fungsi permintaan dan Data primer: 2 faktor-faktor yang mempengaruhi - Wawancara permintaan wisata Taman langsung dengan Nasional Ujung Kulon wisatawan dengan bantuan kuesioner 3 Mengestimasi besarnya surplus Data primer: konsumen dan nilai ekonomi - Wawancara langsung dengan wisata Taman Nasional Ujung wisatawan Kulon dengan bantuan kuesioner Mengestimasi harga tiket Data primer: 4 optimum masuk kawasan Taman - Wawancara Nasional Ujung Kulon langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner Mengetahui sejauhmana Data Sekunder: 5 kontribusi kegiatan wisata di - Data jumlah TNUK terhadap kegiatan penerimaan tiket konservasi di Taman Nasional masuk kawasan Ujung Kulon TNUK - Data dana pengembangan wisata alam dan kegiatan konservasi di TNUK
Analisis Data Analisis deskriptif kualitatif
Analisis Regresi Linier Berganda
Travel Cost Method
Wilingness To Pay
Analisis Deskriptif
Sumber: Penulis (2012)
27
4.4.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kategori Fasilitas, Keamanan, Aksesibiltas, Kebersihan, Dan Keindahan Alam Persepsi pengunjung terhadap kegiatan wisata yang tengah berlangsung penting untuk diketahui. Persepsi pengunjung dilakukan pada kategori fasilitas, keadaan lingkungan, keamanan, serta aksesibiltas menuju kawasan wisata TNUK. Data tersebut diolah dengan mempersentasikan hasil tersebut kemudian hasil yang diperoleh
dianalisis
dengan
analisis
deskriptif,
tahap
akhir
adalah
menginterpretasikan data tersebut. Informasi ini akan menjadi acuan dalam pengelolaan kegiatan wisata di TNUK agar upaya perbaikan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas pelayanan dapat lebih terarah dan sesuai harapan. Adapun indikator dari persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Indikator Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Fasilitas, Aksesibilitas, Keamanan, Keindahan Alam, dan Kebersihan di Taman Nasional Ujung Kulon No Kategori Indikator Keterangan 1 Memadai - Fasilitas wisata terebut ada, jumlahnya Kondisi memenuhi kebutuhan pengunjung, dan Fasilitas Tidak Memadai
2
Aksesibilitas Mudah Sulit
3
Keamanan
Aman
Tidak Aman
kondisinya baik - Fasilitas wisata terebut ada, namun jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya buruk - kondisi jalan bagus dan banyak angkutan umum menuju kawasan. - kondisi jalan buruk dan sulit ditemukan angkutan umum menuju kawasan. - Bebas dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata terjamin - Rawan dari tindak kejahatan dan gangguan binatang, serta keamanan pengunjung ketika melakukan kegiatan wisata tidak terjamin.
Sumber: Penulis (2012)
28
No Kategori 4 Keindahan
Indikator Menarik
Alam
Cukup Menarik
Tidak Menarik
5
Kebersihan
Bersih Cukup Bersih Tidak Bersih
Keterangan - Menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah dan jarang ditemukan di tempat lain - Cukup menarik minat pengunjung untuk berwista di TNUK karena keindahan alam alam yang ada sangat indah tapi banyak ditemukan di tempat lain - Tidak menarik minat pengunjung untuk berwisata di TNUK karena keindahan alam yang ada biasa saja dan banyak ditemukan di tempat lain - Tidak terdapat sampah yang berserakan - Masih terdapat sampah yang berserakan namun jumlahnya sedikit - Banyak sampah yang berserakan
Sumber: Penulis (2012)
4.4.2
Permintaan Wisata Morley (1990) mengatakan bahwa permintaan akan pariwisata tergantung
pada ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini mempengaruhi sesorang untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuan untuk bepergian, dan pilihan tempat tujuan perjalanan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen) (Juanda, 2009). Menurut Fauzi (2006) pendugaan fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilakukan dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM), yaitu :
29
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 +b8X8 + b9X9 + b10X10 + ei …………………………………………………………………………….(1) Dimana : = Y bi = X1 = X2
=
X3
=
X4 X5 X6 X7 X8
= = = = =
X9 X10 ε b1- b10
= = = =
Jumlah kunjungan ke objek wisata dalam lima tahun terakhir Koefisien regresi untuk faktor Xi, dimana i = 1,2,3,…..,10 Biaya perjalanan individu ke objek wisata (Rupiah per kunjungan) (diasumsikan berkorelasi negatif). Pendapatan responden (Rupiah per tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). Tingkat pendidikan responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). Umur responden (tahun) (diasumsikan berkorelasi negatif). Waktu tempuh (jam) (diasumsikan berkorelasi negatif). Besarnya responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif). Lama di lokasi wisata (hari) (diasumsikan berkorelasi positif). Lama mengetahui objek wisata (tahun) (diasumsikan berkorelasi positif). Jarak ke objek wisata (km) (diasumsikan berkorelasi negatif). Tanggungan responden (orang) (diasumsikan berkorelasi negatif). Error term Koefisien regresi untuk faktor X1-X10
Pada regresi linier berganda dilakukan pengujian asumsi atau uji parameter untuk mengetahui apakah model fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain: 1.
Uji Kenormalan
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Hal tersebut dapat dilihat dari normal probability plot dan histogram. Apabila terbentuk kuva normal yang menyerupai bentuk lonceng dalam histogram dan letak titik-titik berada pada garis berbentuk linier dalam dalam normal probability plot, maka asumsi kenormalan terpenuhi. Namun, untuk meyakini data mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah uji. Salah satu uji yang dapat dilakukan
30
adalah uji Kolmogorov Smirnor. Hasil uji Kolmogorov Smirnor dapat dilihat pada hasil analisis regresi berganda yaitu pada tabel One Sample Kolmogorov Smirnov Test. 2.
Uji Multikolinearitas Multikolinear merupakan salah satu masalah yang sering timbul dalam
Ordinary Least Square (OLS), yaitu terjadinya hubungan korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multikolinear dapat diketahui dengan melihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka tidak terdapat masalah multikolinear. 3.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Kesalahan yang terjadi tidak random tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas. Heteroskedastisitas akan muncul dalam bentuk residu yang semakin besar jika pengamatan semakin besar. Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Selain itu, heteroskedastisitas dapat juga dideteksi dengan metode grafik, uji Park, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quandt, dan white test. 4.
Uji Autokorelasi Autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi antar anggota sampel atau data
pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu (time series) atau ruang (cross section). Cara untuk mendeteksi autokorelasi dalam analisis regresi berganda adalah dengan uji Durbin-Watson. Jika nilai uji Durbin-Watson berada diantara nilai 1,55 dan 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Firdaus,
31
2004), atau jika nilai Durbin-Watson berada diantara du – (4-du) maka tidak terjadi autokorelasi di dalam model (Gujarati, 2006). 4.4.3
Nilai Ekonomi Wisata Nilai ekonomi kawasan wisata TNUK diestimasi dengan menggunakan
metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2006), nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Setelah mengetahu fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi dapat diukur. Nilai surplus konsumen ini yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata TNUK. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) surplus konsumen adalah kesenjangan antara utilitas total suatu barang dengan nilai total pasarnya. Surplus konsumen tersebut dapat diukur melalui formula sebagai berikut: 𝐍
𝐒𝐊 = 𝟐𝐛𝟏 ……………………...... (2) Dimana: N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan Nilai manfaat total atau nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata TNUK merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata TNUK diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐍𝐄 = 𝐒𝐊 × 𝐓𝐍 ………………………. (3) Dimana: NE
= Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun
SK
= Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan
TN
= Total jumlah pengunjung selama satu tahun
32
4.4.4
Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Nilai WTP pengunjung terhadap kawasan wisata dengan pendekatan
surplus konsumen tidak selalu sama dengan nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata TNUK. Oleh karena itu, nilai yang sebenarnya ingin dibayarkan pengunjung terhadap tarif masuk kawasan wisata diestimasi dengan pendekatan willingness to pay (WTP). Guna mendapatkan nilai kesediaan membayar atau WTP pengunjung di kawasan wisata TNUK dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sebelum mendapatkan nilai kesediaan membayar, penulis membuat skenario Wisata alam TNUK masih dapat dikembangkan dengan berbagai rencana pengembangan oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tarik wisata dan melestarikan ekosistemnya karena kawasan ini merupakan kawasan konservasi sehingga didapat lingkungan yang lebih asri, nyaman, dan lestari sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengunjung. Usaha pengembangan tempat wisata TNUK dan kegiatan konservasi memerlukan dana yang cukup besar untuk menunjang kegiatan pengembangan dan perawatan kawasan TNUK. Usaha pengembangan wisata lebih lanjut diperlukan adanya kebijakan menaikan harga tiket masuk untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi di TNUK, mengingat tiket masuk yang berlaku saat ini hanya sebesar Rp 2.500. Seluruh responden diberi informasi mengenai skenario tersebut agar responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotesis yang dimaksud. Setelah membuat pasar hipotetik, guna mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan survei ke pengunjung. Tujuan dari survey ini
33
adalah memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung sebagai responden. Nilai penawaran yang diajukan terhadap pengunjung adalah menggunakan teknik pertanyaan payment card yaitu teknik bertanya terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang sudah disertai dengan jawabanjawaban untuk dipilih melalui kartu. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai rata-rata WTP menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus (Hanley dan Spash 1993): EWTP =
n i=1 Wi
n
……………………...…(4)
Dimana: EWTP = Dugaan rataan WTP (Rp) Wi
= Nilai WTP ke-i (Rp)
n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk kawasan wisata (i=1,2,…,n)
34
V. GAMBARAN UMUM 5.1
Gambaran Umum Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Kawasan Taman nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di
Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32” 105º37’37” BT dan 06º30’43” - 06º52’17” LS (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TNUK adalah 122.956 Ha yang terdiri dari 78.619 hektar daratan dan 44.337 hektar perairan laut (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Seluruh luas kawasan TNUK dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan untuk memudahkan pengelolaan kawasan tersebut, (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009), pembagian wilayah tersebut yaitu: 1.
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun.
2.
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Handeuleum yang berkedudukan di Pulau Handeuleum.
3.
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur yang berkedudukan di Kecamatan Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni.
35
5.1.1
Zonasi Kawasan TNUK Sebagaimana dikatakan di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990,
bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional Ujung Kulon Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 meliputi zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus (Lampiran 2). 5.1.2 Deskripsi Kawasan Wisata TNUK Objek wisata TNUK merupakan salah objek wisata yang menarik yang ada di Kabupaten Pandeglang yang menyajikan keindahan alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya karena kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi. Objek wisata TNUK juga bepotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pulau Umang, Anyer, dan Tanjung Lesung yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Suasana yang nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Setiap pengunjung TNUK harus membayar tiket masuk sebesar Rp 2.500 untuk pengunjung nusantara dan Rp 20.000 untuk pengunjung mancanegara. Selain menawarkan wisata pantai yang indah, objek wisata juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas wisata yang lain yaitu (1) Snorkling dan Diving di Ciharashas dan Cihandarusa, (2) Surfing di Legon Bajo, (3) tracking ke Karang Copong, Citerjun, dan tanjung layar, (4) melihat Banteng di padang
36
penggembalaan Cidaon, (5) Canoing di sungai Cigenter, (6) Penelitian dan Wildlife Viewing di sekitar Cigenter, dan (7) Ziarah ke Gua Sanghyang sirah. Walaupun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi objek wisata TNUK namun aksesibilitas yang sulit dan sebagian jalan yang rusak membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, jasa travel atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum kita harus menggunakan bis jurusan Jakarta/Kalideres-Labuan atau Jakarta/Kp. Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan-Sumur-Tamanjaya (Lampiran 3). Perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Rute perjalanan laut menuju objek wisata TNUK bisa dilihat pada Lampiran 3. Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan objek wisata TNUK antara lain : 1. Kantor pusat informasi dan pelayanan di Resort Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum 2. Penginapan tipe Flora A, Flora B, Fauna, dan Bivak di Resort Pulau Peucang 3. Penginapan di Resort Pulau Handeuleum 4. Dermaga untuk bersandarnya kapal kecil, speed boat atau long boat di Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum 5. Shelter atau saung yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam
37
6. Koperasi Badak diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli peralatan mandi, makanan ringan, minuman dan kenang-kenangan dari TNUK 7. Sedangkan fasilitas lainnya yaitu, mushola, kantor petugas, dan MCK 5.1.3
Obyek Wisata TNUK Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang
menarik dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikannya. Semuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk Anda kunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain. Beberapa objek wisata yang ada di TNUK antara lain: 1.
Pulau Peucang Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang banyak dikunjungi para
pengunjung. Bahkan karena keindahannya, beberapa pengunjung menjuluki pulau ini sebagai ”Dream Island”. Pulau seluas 450 Ha ini memiliki laut dengan gugusan karang dan kehidupan bawah laut yang indah sehingga sangat sesuai untuk kegiatan snorkeling dan diving. Selain itu di pulau ini, kita pun dapat bercengkrama dengan rusa (Russa timorensis) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang banyak berkeliaran. Fasilitas wisata yang dapat dijumpai di pulau ini antara lain penginapan dan visitor centre. Pulau ini terdapat sebuah batu karang mati besar yaitu Karang Copong yang terdapat di pulau Peucang bagian Utara. Selain tracking ke Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sunset dengan latar belakang laut yang membentang indah. Melalui pulau ini kita dapat menuju lokasi wisata yang menarik lainnya seperti padang penggembalaan Cidaon dan Air terjun Citerjun. Pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 5
38
Sumber: Data Primer (2012)
Gambar 5. Panorama Pantai Pulau Peucang 2. Padang Penggembalaan Cidaon Kegiatan ini dilakukan dengan tracking dari Cidaon ke Cibunar, yang merupakan hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah yang masih alami. Sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung dapat menemui berbagai macam burung dan vegetasi pakan Badak. tracking ini merupakan perjalanan dari pantai utara menembus pantai selatan dengan perbedaan karakteristik yang menarik. Setelah sampai di padang penggembalaan Cibunar, pengunjung dapat menikmati atraksi kumpulan Banteng yang sedang merumput. Padang penggembalaan Cidaon dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: BTNUK (2009)
Gambar 6. Padang Penggembalaan Cidaon 3.
Gua Sanghyangsirah Gua Sanghyangsirah terletak di bagian barat Semenanjung Ujung Kulon.
Setiap tahunnya terutama bulan Maulid dan Muharram tahun hijriyah, gua ini
39
banyak dikunjungi para peziarah. Keberadaan Gua ini sangat erat dengan mitos dan legenda perjalanan hidup Kiansantang yang hidup pada masa Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran. Gua Sanghyangsirah dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber: Data Primer (2012)
Gambar 7. Gua Sanghyang Sirah 4.
Pantai Selatan Kawasan ini membentang sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung
Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar. Kawasan ini sangat tepat bagi pengunjung yang menyukai tracking, karena disamping areal perjalanan yang panjangnya kurang lebih delapan jam perjalanan, juga terdapat berbagai tantangan yang bervariasi. Sepanjang perjalanan tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam pantai selatan yang indah. Panorama pantai selatan di TNUK dapat dilihat pada Gambar 8. :
Sumber: Data Primer (2012)
Gambar 8. Panorama Pantai Selatan TNUK
40
5.
Kepulauan Handeuleum Kepulauan Handeuleum terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah
Pulau Handeuleum besar, Handeuleum Tengah dan Handeuleum Kecil. Kekayaan jenis yang ada di ketiga pulau ini sangat beragam. Selain jenis-jenis mangrove, di ekosistem ini terdapat banyak burung, reptil, jenis-jenis biota air payau seperti udang dan kepiting bakau. Selain itu di kepulauan ini terdapat pula sungai-sungai seperti sungai Cigenter yang dapat disusuri dengan berkano (Canoeing). Pengunjung dapat bermalam di pulau Handeuleum, kemudian pada pagi hari berkano menyusuri sungai-sungai yang mengalir diantara pulau-pulau sangat kecil di Handeuleum. Selama berkano, pengunjung dapat mengamati kehidupan liar pada hutan pantai dan hutan mangrove seperti burung, ikan, kepiting bakau, ular dan lain sebagainya Canoeing di sungai Cigenter dapat dilihat pada Gambar 9
Sumber: Data Primer (2012)
Gambar 9. Kegiatan Canoeing di Sungai Cigenter 6.
Pulau Panaitan Pulau Panaitan terletak di sebelah barat laut pulau Peucang. Pulau seluas
17.500 Ha ini memiliki beberapa tempat diving seperti Legon Lentah dan Legon Kadam di Pantai Utara serta Legon Samadang dan Karang Jajar di Pantai Selatan pulau ini. Selain itu terdapat pula lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan surfing antara lain di bagian dalam teluk Kasuaris. Lokasi ini menjadi favorit para surfer
41
karena ombaknya yang cukup besar. Kegiatan surfing di Pulau Panaitan dapat dilihat pada Gambar 10.
Sumber: BTNUK (2009)
Gambar 10. Kegiatan Surfing di Pulau Panaitan 7.
Habitat Owa Jawa Curug Cikacang Curug Cikacang merupakan salah satu habitat Owa Jawa. Daerah ini
dikelilingi oleh hutan primer dan hutan sekunder sehingga sering dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan penelitian yang sering dilakukan adalah pengamatan primata, pengamatan burung, dan penelitian berbagai macam tanaman obat. Curug Cikacang di TNUK dapat dilihat pada Gambar 11.
Sumber: Negoro (2011)
Gambar 11. Panorama Curug Cikacang
42
5.2
Gambaran Umum Wisatawan Karakteristik umum responden kawasan wisata TNUK didasarkan kepada
hasil survei yang telah dilakukan terhadap 30 responden. Karakteristik responden pengunjung dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung dan karakteristik dalam berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Karakteristik responden berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) pengunjung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Responden Pengunjung TNUK Berdasarkan Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Pengunjung Tahun 2012 Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2. Umur (Tahun) 17 – 24 25 – 32 33 – 40 41 – 48 49 – 56 57 – 64 Jumlah 3. Pendidikan Terakhir SLTP SLTA D3 S1 S2 Jumlah 4. Pekerjaan Pegawai Swasta Pensiunan Pengusaha/Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
22 8 30
73,3 26,7 100,0
5 8 10 4 1 2 30
16,7 26,7 33,3 13,3 3,3 6,7 100,0
3 8 5 13 1 30
10,0 26,7 16,7 43,3 3,3 100,0
17 1 7 5 30
50,0 3,3 13,3 33,3 100,0
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
43
Karakteristik 5. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan) < 1.000.000 1.000.000 – 3.300.000 3.300.000,1 – 5.600.000 5.600.000,1 – 7.900.000 7.900.000,1 – 10.200.000 > 10.200.000 Jumlah 6. Jarak Dari Tempat Tinggal 60,1 – 100 km >100 km 7. Daerah Asal Jabodetabek Purworejo Pekanbaru Pandeglang Serang Bandung Ciamis Sukabumi Madura Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
2 3 8 9 5 3 30
6,7 10,0 26,7 30,0 16,7 10,0 100,0
2 28
6,7 93,3
17 2 2 2 1 1 2 2 1 30
56,7 6,7 6,7 6,7 3,3 3,3 6,7 6,7 3,3 100,0
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di TNUK umumnya berasal dari berbagai golongan, daerah dan profesi. Karakteristik pengunjung TNUK diperoleh dari hasil survei terhadap pengunjung yang diperoleh dari hasil menyebarkan kuisioner kepada 30 orang responden, berdasarkan hasil jawaban kuisioner responden diperoleh hasil mayoritas responden berjenis kelamin lakilaki dengan
proporsi 73,3% berjenis kelamin laki-laki dan 26,7% berjenis
kelamin perempuan. Umumnya wisatawan yang berekreasi di TNUK memiliki usia berkisar antara 33-40 tahun. Hal tersebut disebabkan karena untuk mencapai kawasan wisata TNUK harus mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarenakan aksesibiltas yang sulit dan jarak yang jauh dari kota, sehingga yang datang ke
44
kawasan TNUK mayoritas adalah usia dewasa dengan kehidupan yang sudah mapan dan mempunyai pendapatan yang tinggi. Berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh mayoritas pengunjung telah memiliki pekerjaan dan mayoritas responden bekerja sebagai karyawan swasta dengan proporsi sebesar 50%. Pendapatan dari responden juga bervariasi, mayoritas tingkat pendapatan responden berkisar antara Rp 5.600.000,1 sampai dengan Rp 7.900.000 dengan proporsi sebesar 30%. Hal ini dikarenakan usia ratarata responden berkisar antara 33-40 tahun dengan pendidikan terakhir adalah S1 dan telah memiliki pekerjaan tetap. Daerah asal pengunjung yang dijadikan responden dibagi atas beberapa daerah yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Pandeglang, Serang, Pekanbaru, Sukabumi, Ciamis, Bandung, Purworejo, dan Madura. Berdasarkan hasil kuisioner proporsi terbesar asal daerah responden adalah berasal dari Jabodetabek yaitu sebesar 56,7%. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat sekitar Jabodetabek merasa bosan dengan suasana kota, sehingga TNUK merupakan salah satu tempat wisata untuk menghilangkan raja jenuh yang dirasakan responden pengunjung yang berasal dari Jabodetabek. Wisatawan yang berkunjung TNUK umumnya berasal dari luar provinsi Banten. Hal tersebut disebabkan karena >50% pengunjung berasal dari luar Banten. Karakteristik responden pengunjung kawasan TNUK berdasarkan karakteristik dalam berwisata terdiri dari cara kedatangan menuju lokasi wisata, jumlah rombongan, lama kunjungan, waktu kunjungan, sumber informasi lokasi, dan tujuan wisata lokasi tersebut. Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
45
Tabel 6. Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata Kawasan Wisata Taman Nasional Ujung Kulon Tahun 2012 Karakteristik
Frekuensi
1. Kedatangan Kelompok Rombongan/Keluarga/Instansi
di
Persentase (%)
Jumlah
16 14 30
53,3 46,7 100,0
Jumlah
5 8 17 30
16,7 26,7 56,7 100,0
27 3 30
90,0 10,0 100,0
Jumlah
19 9 2 30
63,3 30,0 6,7 100,0
Jumlah
18 2 8 2 30
60,0 6,7 26,7 6,7 100,0
Jumlah
24 1 5 30
80 3,3 16,7 100,0
2. Cara Kedatangan Kendaraan Umum & Ojek Kapal/Boat Kendaraan Pribadi & Ojek Kapal/Boat Kendaraan Sewa & Ojek Kapal/Boat 3. Lama Kunjungan 2 – 3 Hari 4 – 5 Hari Jumlah 4. Waktu Berwisata Libur Tidak Harus Libur Akhir Pekan 5. Informasi TNUK Teman/keluarga Surat Kabar/majalah Internet Lainnya 6. Motivasi Kunjungan Rekreasi Pendidikan Ziarah Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Kedatangan pengunjung ke TNUK sebagian besar dilakukan bersama teman (bersama kelompok) yaitu sebanyak 53,3%, dan sebanyak 46,7% responden pengunjung datang bersama rombongan/keluarga/instansi. Hal ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama teman, selain itu jika pengunjung datang ke TNUK secara sendiri akan menghabiskan biaya yang sangat besar karena semua biaya perjalanan harus ditanggung sendiri. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk berwisata ke TNUK cukup besar.
46
Umumnya pengunjung yang datang ke TNUK menggunakan jasa travel atau dengan kendaraan sewa menuju dermaga di Sumur atau di Tamanjaya dan bisa juga melalui Hotel Marina di Carita, kemudian melanjutkan perjalanan melalui kapal nelayan, kapal pengelola kegiatan wisata, dan boat pemilik jasa travel. Karena waktu perjalanan yang cukup lama dan umumnya wisatawan berada di lokasi lebih dari 6 jam, maka wisatawan yang berkunjung ke TNUK harus menginap. Terutama wisatawan yang jaraknya lebih dari 100 km dan memiliki tujuan wisata khusus seperti memancing, tracking, dan diving. Sebanyak 60% responden mengetahui kawasan TNUK berasal dari teman/keluarga, berasal dari surat kabar/majalah sebesar 6,7%, berasal dari internet sebesar 26,7%, sedangkan berasal informasi lainnya seperti buku pelajaran sebesar 6,7%. Lebih dari 50% responden mengunjungi kawasan TNUK pada waktu libur panjang. Hal tersebut disebabkan karena waktunya sangat luang sehingga responden dapat menikmati kawasan wisata TNUK dengan leluasa dan tenang. Motivasi kunjungan merupakan alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan wisata ke TNUK. Setiap individu memiliki motivasi kunjungan yang berbeda-beda. Sebagian besar responden melakukan kunjungan ke kawasan wisata TNUK untuk berekreasi, yaitu sebanyak 80%. Hal tersebut membuktikan bahwa kawasan wisata TNUK memiliki potensi wisata yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi alam di kawasan tersebut.
47
VI. 6.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persepsi Pengunjung TNUK Pariwisata menawarkan produk dan jasa wisata tidak lepas dari unsur
atraksi,
aksesibilitas,
amenitas,
dan
hospitality.
Semakin
lengkap
dan
terintegrasinya unsur-unsur tersebut maka akan semakin kuat posisi penawaran suatu objek wisata dalam kepariwisataan. Guna memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan harus diperhatikan, dimana hal ini terkait dengan keunikan, otentitas, originalitas, amenitas dan keragaman. Oleh karena itu, penilaian wisatawan berupa persepsi terhadap unsur atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan hospitality sangat penting untuk diketahui dan dievaluasi (Wijayanti, 2009). Berdasarkan hal tersebut persepsi pengunjung terhadap fasilitas yang disediakan oleh pengelola, keadaan lingkungan, kemanan, dan aksesibiltas menuju kawasan wisata TNUK perlu dikaji dan dianalisis sebagai masukan bagi pihak pengelola kawasan TNUK untuk pengembangan lebih lanjut di masa yang akan datang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing dengan kawasan wisata lain. 6.1.1 Persepsi terhadap Fasilitas yang Disediakan Keberadaan dan kondisi sarana dan prasarana yang baik atau memadai merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap pengelola lokasi wisata karena akan sangat menunjang kenyamanan pengunjung yang mendatangi lokasi wisata tersebut. Persepsi responden terhadap kelengkapan dan keadaan fasilitas TNUK dapat dilihat pada Tabel 7.
48
Tabel 7. Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas yang Disediakan Oleh Pengelola Fasilitas yang Disediakan Pengelola
Memadai
Total Responden
%
∑
%
∑
%
Toilet dan Kamar Mandi
19
63,3
11
36,7
30
100
Tempat Sampah
9
30,0
21
70,0
30
100
Papan Interpretasi
13
43,3
17
56,7
30
100
Shelter
3
10,0
27
90,0
30
100
Tempat Duduk
27
90,0
3
10,0
30
100
Penginapan
20
66,7
10
33,3
30
100
Toko Souvenir
0
0,0
30
100,0
30
100
Penyewaan Alat
0
0,0
30
100,0
30
100
Informasi Tentang TNUK
28
93,3
2
6,7
30
100
Telekomunikasi
0
0,0
30
100,0
30
100
Rata-rata pilihan
Tidak Memadai
44,1
55,9
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Berdasarkan
Tabel
7,
rata-rata
pilihan
responden
pengunjung
menunjukkan penilaian memadai (44,1%) terhadap kondisi fasilitas wisata di TNUK. Sedangkan sebesar 55,9% rata-rata pilihan jawaban responden menunjukkan penilaian tidak memadai terhadap kondisi fasilitas wisata di TNUK. Adapun fasilitas yang memadai menurut responden pengunjung yaitu toilet dan kamar mandi (63,3%), tempat duduk (90,0%), penginapan (66,7%), dan informasi tentang TNUK (93,3%). Namun mengenai fasilitas berupa tempat sampah (70,0%), papan interpretasi (56,7%), shelter (90,0%), toko souvenir (100,0%), penyewaan alat (100,0%), dan telekomunikasi (100,0%) dinilai kondisinya masih tidak memadai. Berdasarkan hal tersebut pengelola harus menambahkan peralatan yang disewakan dan souvenir yang dijual agar menjadi tambahan pemasukan bagi pengelola atau juga memfasilitasi masyarakat setempat untuk menciptakan dan
49
menjual souvenir khas TNUK kepada wisatawan. Dalam hal telekomunikasi, telekomunikasi yang dimaksud adalah jaringan provider yang biasa digunakan oleh pengunjung. Pemerintah dan pihak pengelola perlu melakukan upaya kerjasama
dengan
pihak
telekomunikasi
agar
menambahkan
jaringan
telekomunikasi di semua objek wisata TNUK karena telekomunikasi merupakan salah satu komponen penting ketika sedang berwisata maupun dalam kegiatan konservasi. 6.1.2 Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan Pengembangan wisata di dalam kawasan konservasi sebagai daya tarik wisatawan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut tentu dapat mengancam keberlanjutan kawasan wisata tersebut. Oleh karena itu, persepsi responden pengunjung terhadap lingkungan perlu diketahui agar dampak negatif dari pengembangan wisata di TNUK dapat diminimalisir. Persepsi responden pengunjung terhadap lingkungan di TNUK dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persepsi terhadap Keadaan Lingkungan di TNUK Keindahan Alam
∑
%
Menarik
27
90,0
Cukup Menarik
3 0
10,0 0,0
30
100,0
Kebersihan
∑
%
Bersih
8
26,6
Cukup Bersih
17 5
56,7 16,7
30
100,0
Tidak Menarik Jumlah
Tidak Bersih Jumlah Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
50
Taman Nasional Ujung Kulon sebagai kawasan wisata alam yang memanfaatkan keindahan alam sebagai potensi utamanya menjadikan wisata ini harus terus berusaha mempertahankan keindahan alamnya agar dapat menjadi nilai jual tersendiri untuk wisata ini. Keindahan alam yang terdapat pada TNUK berupa pantai yang indah, panorama bawah laut, berbagai macam tipe ekosistem, berbagai jenis flora dan fauna, dan beberapa situs budaya. Berdasarkan hal tersebut sebanyak 90,0% responden mengatakan bahwa keindahan alam yang terdapat di TNUK menarik dan 10,0% menyatakan cukup menarik. Pengelola dalam rangka menjaga kondisi kebersihan di TNUK sudah menyediakan tempat sampah yang diletakkan pada lokasi-lokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Akan tetapi kesadaran pengunjung TNUK untuk menjaga kebersihan masih kurang baik. Hal tersebut terlihat dari sampah sisa pengunjung yang kerap ditemukan di tepi pantai, sekitar penginapan, shelter, jalur tracking dan area tempat duduk-duduk. Berdasarkan hasil Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 26,6% responden menyatakan bahwa kondisi di TNUK bersih, 56,7% responden menyatakan kondisi di TNUK cukup bersih, dan 16,7% responden menyatakan kondisi di TNUK tidak bersih. 6.1.3 Persepsi terhadap Keamanan dan Kondisi Aksesibilitas di TNUK Kawasan wisata TNUK merupakan salah satu objek wisata yang diminati oleh wisatawan sehingga kondisi keamanan harus diperhatikan demi kenyamanan para wisatawan di kawasan TNUK. Karena keamanan merupakan salah satu unsur yang menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk kembali mengunjungi atau tidaknya ke TNUK. Jika kondisi keamanan di kawasan TNUK terjamin maka wisatawan akan tertarik untuk kembali mengunjungi TNUK.
51
Kemudahan mencapai lokasi TNUK juga merupakan faktor pendukung seseorang untuk memutuskan melakukan kunjungan ke TNUK. Untuk mencapai kawasan TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum Bis jurusan Jakarta/KalideresLabuan
atau
Jakarta/Kp.Rambutan-Serang-Labuan,
kemudian
perjalanan
dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan LabuanSumur-Tamanjaya. Sedangkan perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya . Persepsi responden pengunjung terhadap Aksesibilitas dan keamanan di TNUK dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persepsi terhadap Keamanan dan Aksesibilitas di TNUK Keamanan
∑
%
Aman
30 0
100,0 0,0
30
100,0
Aksesibilitas
∑
%
Mudah
8
26,7
Sulit
22
73,3
30
100,0
Tidak Aman Jumlah
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 9 semua pengunjung merasa aman ketika mengunjungi objek wisata TNUK. Hal tersebut disebabkan karena lokasi wisata TNUK yang jauh dari pemukiman penduduk dan hanya terdapat wisatawan dan pihak pengelola saja di kawasan wisata tersebut sehingga pengunjung tidak melihat atau merasakan tindak kejahatan ketika berwisata ke TNUK.
52
Sebanyak 73% responden menilai bahwa sulit untuk mencapai lokasi TNUK. Hal tersebut disebabkan karena jaraknya jauh dari ibu kota, kondisi jalan yang rusak, kurangnya papan penunjuk jalan, dan kendaraan umum hanya beroperasi pada batas waktu tertentu. Sehingga bagi pengunjung yang berniat pergi dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi akan cukup kesulitan. Rata-rata pengunjung pergi ke TNUK menggunakan kendaraan sewa atau jasa travel. Sedangkan sebanyak 26,7% responden memiliki persepsi bahwa untuk mencapai lokasi TNUK mudah. Hal ini disebabkan karena responden merasa sarana transportasi penyebarangan menuju kawasan wisata TNUK seperti speed boat atau kapal nelayan jumlah dan kondisinya memadai, sehingga responden tidak mengalami kesulitan ketika mengunjungi kawasan wisata tersebut. 6.2
Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Kawasan Wisata TNUK Penentuan kebijakan pengembangan kawasan wisata di masa yang akan
datang memerlukan berbagai masukan dari pengunjung. Karena Kepuasan merupakan harapan pengunjung dan pihak pengelola itu sendiri. Kepuasan pengunjung akan berdampak positif pada jumlah pengunjung. Kepuasan juga akan mendorong pengunjung untuk berkunjung kembali serta promosi secara tidak langsung. Begitupun dengan pengunjung yang datang ke kawasan TNUK, mereka memiliki harapan-harapan dalam pengembangan wisata di TNUK agar ke depannya wisata di TNUK dapat berkembang menjadi wisata yang berkelanjutan baik itu dari aspek kualitas lingkungannya maupun dari aspek pelayanannya. Berdasarkan harapan pengunjung, kawasan TNUK dapat menjadi objek daya tarik
53
wisata yang tetap di kunjungi oleh pengunjung. Harapan pengunjung terhadap pengembangan kawasan wisata TNUK dapat dilihat dalam Tabel 10. Tabel 10. Harapan Responden Pengunjung Terhadap Pengembangan Kawasan Wisata TNUK ∑ No Harapan Pengembangan % 1 Kebersihan Penginapan 23 20,0 2 Menambah tempat sampah 21 18,3 3 Perbaikan infrastruktur jalan 19 16,5 4 Perbaikan Masalah Pemesanan Kamar 16 13,9 5 Membangun toko souvenir 9 7,8 6 Menyediakan atraksi hiburan tradisional 8 6,9 7 Memperbanyak toilet 7 6,1 8 Menambah papan interpretasi 7 6,1 9 Memperluas mushola 5 4,4 Jumlah 115 100,0 Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2012
Berdasarkan Tabel 10 harapan utama pengunjung objek wisata TNUK menginginkan adanya perbaikan pada kebersihan penginapan, penambahan tempat sampah, perbaikan infrastruktur jalan, toko souevenir yang disediakan, perbaikan toilet, dan masalah pemesanan kamar. Sedangkan untuk fasilitas yang lain bukan prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Pengunjung menginginkan adanya perbaikan pada kebersihan kamar di penginapan. Karena selama menginap pengunjung merasa kebersihan dari kamar tersebut tidak terjaga misalnya banyak debu, sarang laba-laba, dan bahkan kerap ditemukan tikus yang menyebabkan kenyamanan dari pengunjung menjadi terganggu. Pengunjung tidak mementingkan masalah fasilitas penginapan mewah atau tidak, yang terpenting bagi mereka adalah kebersihan dari penginapan tersebut. Pengunjung juga menginginkan penambahan tempat sampah di area kawasan wisata, pengunjung merasa kesulitan jika ingin membuang sampah dikarenakan jumlahnya yang sedikit. Hal tersebut dapat membuat kekhawatiran
54
akan menurunnya kebersihan di kawasan wisata TNUK. Selain itu kondisi jalan menuju TNUK juga masih banyak yang rusak. Perlu upaya dari pemerintah daerah setempat untuk melakukan perbaikan jalan agar kawasan wisata tersebut tidak terlalu sulit untuk diakses oleh wisatawan. Permasalahan dalam pemesanan juga harus diperbaiki karena dibeberapa objek wisata TNUK tidak terdapat jaringan telekomunikasi dan hanya mengandalkan radio call saja, sering menimbulkan kesalahpahaman dalam hal booking kamar. Banyak pengunjung yang setelah datang ke lokasi wisata tidak mendapatkan kamar untuk menginap akibat kesalahpahaman tersebut. 6.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di TNUK Permintaan terhadap manfaat wisata TNUK dilihat dari frekuensi
kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung ke TNUK dalam periode tertentu. Penelitian ini mengambil dasar waktu kunjungan lima tahun terakhir. Frekuensi kunjungan dalam lima tahun terakhir merupakan dependent variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang diduga mempengaruhi permintaan rekreasi ke TNUK. Variabel bebas tersebut adalah biaya perjalanan, pendapatan, usia, lama mengetahui TNUK, jarak ke lokasi wisata, dan tanggungan keluarga. Model fungsi permintaan wisata TNUK dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. 6.3.1 Model Fungsi Permintaan Wisata TNUK Salah satu kriteria model yang baik adalah terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan harus memenuhi asumsi
55
kenormalan. Sejumlah estimasi model permintaan wisata diperoleh dari wawancara dengan 30 orang responden wisatawan TNUK. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, diperoleh fungsi permintaan wisata ke TNUK sebagai berikut: Y = 0,212 - 0,00000021 X1 + 0,0000000041 X2 + 0,0275 X4 + 0,0386 X8 + 0,000819 X9 - 0,241 X10 Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TNUK Predictor Constant Biaya Perjalanan Pendapatan Usia Lama Mengetahui Jarak Jumlah Tanggungan S R-Sq R-Sq(adj) Durbin-Watson statistic
Coef 0,2118 -0,00000021 0,0000000041 0,02746 0,03861 0,0008187 -0,24122 0,357870 62,6% 52,8% 1,929242
T 0,76 -1,30 2,15 2,69 2,01 2,36 -3,79
P 0,458 0,205 0,030 0,021 0,052 0,038 0,001 F P - Value
VIF 1,8 1,5 2,9 1,4 2,5 3,2 6,40 0,000
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R-Sq yang dihasilkan bernilai 62,6%. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke TNUK dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 62,6% dan sisanya sebesar 37,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai F hitung sebesar 6,40 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,000 (Lampiran 4) menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jumlah kunjungan responden pada taraf α yang digunakan.
56
Pelanggaran asumsi yang biasa terjadi dalam analisis regresi linier berganda adalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Gujarati, 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan asumsi untuk mengetahui tingkat keakuratan model yang telah dibangun. Pemenuhan asumsi dan uji statistik yang dilakukan antara lain: 1.
Uji Multikolineritas Hasil analisis model menunjukkan bahwa tidak adanya multikoleniaritas
karena nilai VIF kurang dari 10 untuk semua independent variable yang diujikan (Tabel 11), sehingga variabel bebasnya tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. 2.
Uji Homoskedastisitas Uji homoskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan uji Glejser
yaitu dengan melakukan regresi linier nilai absolut residual dengan variabel prediktor (Priyatno, 2012). Dengan kriteria pengujian nilai peluang P yang lebih besar dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,05 (Lampiran 5). 3.
Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas juga dilakukan pada model tersebut yaitu dengan membuat
grafik probability plot dari residual pada normality test. Pada uji KolmogorovSmirnov (KS), peneliti menggunakan α sebesar 0,05. Dari sini dapat diketahui nilai statistik kolmogorov-smirnov pada tabel kolmogorov-smirnov (Lampiran 6). Berdasarkan tabel KS, statistik untuk α = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 30 adalah 0,242. Nilai ini akan dijadikan patokan untuk mengambil kesimpulan berdasarkan hasil uji kenormalan data yang telah dilakukan. Selanjutnya dari uji normalitas tersebut diperoleh hasil nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) sebesar 0,104
57
(Lampiran 7). Nilai statistik kolmogorov yang diperoleh dari pengamatan kurang dari nilai statistik kolmogorov pada tabel KS. Residual model regresi linier yang dibuat telah mengikuti ditribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi kenormalan dapat terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat bisa digunakan. 4.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Pengujian ini dapat dilakukan melalui uji DW (Durbin Watson). Pengujian ini menghasilkan nilai Durbin Watson sebesar 1,93 (1,83
Tingkat Pendapatan Variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan
pengunjung ke TNUK pada taraf nyata 5%. Kenaikan pendapatan pengunjung akan meningkatkan frekuensi kunjungan individu ke objek wisata TNUK.
58
Pendapatan merupakan salah satu hal yang mencerminkan kemampuan ekonomi seseorang. Semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang maka akan lebih mudah dalam menyisihkan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan tersier seperti melakukan kegiatan wisata. Kawasan TNUK merupakan salah satu kawasan wisata yang menarik dengan berbagai keunikannya. Sehingga memiliki potensi wisata yang jarang ditemukan di daerah lain. Pengunjung yang berpendapatan tinggi memiliki peluang untuk lebih sering berwisata ke kawasan tersebut karena biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi wisata tersebut tidaklah sedikit. 2.
Usia Berdasarkan hasil regresi linier berganda, koefisien variabel usia
pengunjung bertanda positif dan signifikan pada taraf 5%, hal ini berarti semakin bertambahnya usia maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke TNUK. Hasil ini sesuai dengan hasil survey di lapangan dimana pengunjung banyak mengunjungi kawasan wisata TNUK adalah orang dewasa yaitu berkisar antara 33 – 40 tahun (Tabel 5). Oleh karena itu usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi untuk melakukan kunjungan ulang ke TNUK. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi dimana objek wisata TNUK merupakan kawasan wisata alam yang masih sangat alami dan tidak terdapat sarana-sarana rekreasi seperti kebanyakan wisata lainya. Objek wisata TNUK dibiarkan apa adanya sehingga pengujung yang datang pun kebanyakan orang dewasa yang ingin menikmati suasana alam yang tenang jauh dari hiruk pikuk
59
keramaian kota yang dapat menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas yang dilakukan setiap hari. 3.
Lama Mengetahui Variabel lama mengetahui keberadaan kawasan wisata berpengaruh nyata
terhadap jumlah kunjungan wisata ke TNUK. Pengunjung yang sudah lama mengetahui keberadaan kawasan wisata tertarik untuk berkunjung ke TNUK karena banyaknya informasi mengenai keindahan alam yang di tawarkan oleh kawasan wisata TNUK baik itu melalui internet, televisi atau media lainnya. Hal ini menunjukkan lamanya individu mengetahui keberadaan kawasan wisata TNUK dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisata individu ke kawasan wisata tersebut. 4.
Jarak Tempuh Jarak tempuh merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
bagi individu untuk menentukan lokasi wisata. Variabel jarak tempuh berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke kawasan wisata TNUK pada taraf nyata 5%, artinya semakin jauh jarak ke lokasi kawasan wisata TNUK maka akan menaikkan frekuensi kunjungan wisata ke TNUK. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana jarak tempuh berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke kawasan wisata TNUK. Hal tersebut disebabkan disebabkan karena keingintahuan yang tinggi dari pengunjung yang berasal dari tempat tinggal yang jauh mengenai pesona alam TNUK. Sedangkan pengunjung yang lebih dekat dengan kawasan sudah tidak asing lagi mengenai pesona alam TNUK sehingga frekuensi kunjungannya lebih rendah. Oleh karena itu, hal ini sesuai dengan hasil survey dilapangan dimana hampir semua pengunjung yaitu sebesar 93,3%
60
memiliki jarak tempuh yang jauh (>100 km) untuk mencapai lokasi wisata TNUK (Tabel 5). 5.
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh pada taraf nyata 1% dan
memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Nasional Ujung Kulon. Artinya setiap peningkatan satu orang tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan minat responden untuk mengunjungi kembali kawasan wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Wisatawan yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak cenderung akan menurunkan frekuensi kunjungannya dalam melakukan wisata ke TNUK. Hal tersebut disebabkan karena jika memiliki tanggungan keluarga yang banyak maka biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan utama keluarga menjadi besar dan alokasi biaya untuk melakukan kegiatan wisata menjadi lebih sedikit. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi kawasan TNUK sangat besar. 6.3.3
Faktor-Faktor yang Tidak Berpengaruh Nyata Terhadap Permintaan Wisata ke TNUK Setelah dilakukan uji statistik t terhadap masing-masing variabel, terdapat
variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke TNUK. Variabel tersebut adalah biaya perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa biaya perjalanan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan individu ke kawasan TNUK karena kawasan TNUK memiliki keindahan alam yang khas dan unik sehingga dapat memberikan kepuasan tersendiri ketika mengunjungi kawasan TNUK. Oleh karena itu, biaya perjalanan tidak menjadi hambatan untuk mengunjungi kawasan wisata di TNUK.
61
6.4
Nilai Ekonomi Wisata TNUK Nilai ekonomi wisata TNUK merupakan total surplus konsumen dalam
satu periode yaitu satu tahun terakhir yang dapat dihitung dengan mengalikan surplus konsumen per kunjungan (Rp 3.015.873,016) dengan jumlah kunjungan ke TNUK selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 5.475 kunjungan (Lampiran 9), sehingga total surplus konsumen pengunjung TNUK dalam satu tahun terakhir adalah sebesar Rp 16.511.904.761,90 (Lampiran 9). Angka ini menunjukkan bahwa nilai ekonomi atau nilai manfaat wisata TNUK adalah sebesar Rp 16.511.904.761,90. Nilai manfaat wisata TNUK ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan serta keindahan alam yang natural sebagai daya tarik utamanya memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Nilai ekonomi wisata TNUK sebenarnya bisa lebih besar lagi jika kegiatan pengelolaan wisata di TNUK berjalan dengan baik. Karena dalam pengelolaanya terdapat beberapa kendala, sehingga membuat kegiatan wisata di TNUK tidak berjalan maksimal yang menyebabkan kurangnya minat dan pengetahuan pengunjung akan keberadaan objek wisata di TNUK. Padahal TNUK mempunyai pesona alam yang lengkap dan natural selain itu mempunyai satwa langka yang hanya terdapat di TNUK yaitu Badak Jawa. 6.5
Estimasi Harga Tiket Optimum Masuk Kawasan TNUK Berdasarkan Surplus Konsumen Menurut Fauzi (2006) perhitungan nilai surplus konsumen dari masing-
masing lokasi wisata diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya., setelah mengetahui fungsi permintaan kita dapat mengukur surlus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi 62
rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur dengan formula SK = Y²/2b, dimana Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Berdasarkan penjelasan pada sub bab 6.4, diperoleh nilai surplus konsumen pengunjung terhadap kawasan wisata TNUK sebesar Rp 3.015.873,016 per orang per kunjungan. Nilai surplus konsumen tersebut jauh lebih besar dari harga tiket masuk yang berlaku sekarang yaitu sebesar Rp 2.500,00 per orang. Artinya, biaya korbanan yang dikeluarkan pengunjung untuk menikmati jasa wisata di kawasan tersebut lebih besar dari harga tiket tersebut. Surplus konsumen dapat dimanfaatkan dengan mengoptimalkan harga tiket atau dengan cara lain salah satunya dengan paket wisata minat khusus untuk optimalisasi manfaat bagi pengelola maupun masyarakat sekitar kawasan TNUK. Jika dioptimalkan berupa harga harga tiket, dikhawatirkan tidak menggambarkan kemauan membayar pengunjung sehingga perlu dilihat juga WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk kawasan TNUK. 6.6
Estimasi Harga Optimum Tiket Masuk Kawasan TNUK Harga optimum untuk tiket masuk kawasan TNUK dapat berdasarkan
surplus konsumen dan WTP pengunjung. WTP pengunjung perlu ditanyakan sebagai pembanding terhadap harga tiket saat ini dan harga tiket berdasarkan surplus konsumen. Pengunjung ditanyakan kesediaan tiket masuk kawasan TNUK yang nantinya untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi serta perbaikan fasilitas yang ada di objek wisata. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk TNUK. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, semua
63
responden bersedia membayar tiket masuk kawasan TNUK. Kesediaan membayar pengunjung terhadap Tiket masuk kawasan TNUK dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Kesediaan Responden Pengunjung Membayar Tiket Masuk TNUK ∑ Kesediaan Membayar % Ya 30 100,0 Tidak 0 0,0 Jumlah 30 100,0 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Harga tiket masuk kawasan tersebut dinilai murah oleh pengunjung. Hal disebabkan karena kawasan wisata TNUK memiliki bentang alam yang amat beragam mulai dari bentang alam laut, bentang alam hutan rawa, dan ekosistem daratan. Objek wisata yang ditawarkan memiliki keunikan tersendiri sehingga pengunjung menganggap harga tiket tersebut tidak sesuai dengan keunikan alam yang ada di TNUK. Mereka bersedia membayar lebih dari tiket yang berlaku saat ini. Pengunjung berharap keindahan alam yang ada di TNUK dapat dijaga dan dilestarikan dengan adanya kenaikan harga tiket masuk kawasan, terutama dalam hal konservasinya. Selain itu, pengunjung juga mengharapkan sarana dan prasarana wisata di TNUK ditingkatkan dengan tetap memperhatikan fungsi dari TNUK itu sendiri sebagai kawasan konservasi. Nilai WTP pengunjung terhadap tarif masuk kawasan TNUK diestimasi berdasarkan kesediaan membayar dari 30 responden. Harga tarif masuk yang ditanyakan hanya tarif masuk Kawasan TNUK saja tidak termasuk harga sewa penyebrangan, atraksi wisata dan jasa guide yang ditawarkan di kawasan TNUK karena pada umumnya tujuan wisatawan yang datang ke TNUK hanya ingin menikmati keindahan pantai yang terdapat di Pulau Peucang saja, sedangkan objek yang lain hanya sebagai pelengkap aktivitas wisatawan selama berada di kawasan TNUK. Nilai penawaran ditanyakan kepada responden dengan metode
64
payment card, dimana rentang nilai penawaran sudah ditentukan sebelumnya dan dicantumkan di dalam kuisioner, dengan batas minimum sebesar harga tiket masuk yang berlaku yaitu Rp. 2.500,00. Nilai rataan WTP dari distribusi besaran WTP pengunjung. dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Besaran WTP Pengunjung Terhadap Tarif Masuk Kawasan Wisata TNUK ∑ Harga Tiket (Rp) % 10000 17 56,7 15000 4 13,3 20000 7 23,3 50000 2 6,7 30 100,0 Jumlah Minimum 10.000 Maksimum 50.000 Rata-rata 15.666,7 Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat nilai rataan WTP pengunjung terhadap tarif masuk kawasan TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung masih bersedia membayar tarif masuk kawasan TNUK hingga Rp 15.666,7. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung bersedia memberikan bantuan terhadap kegiatan konservasi di TNUK dan berkeinginan untuk mendapatkan fasilitas di lokasi wisata yang lebih baik dan lengkap sesuai dengan harapan pengunjung objek wisata. Tarif
masuk
kawasan
wisata
TNUK
dapat
diestimasi
dengan
mempertimbangkan nilai surplus konsumen, rataan WTP, dan harga tiket yang berlaku saat ini. Tabel 14 menampilkan harga tiket masuk kawasan TNUK yang dapat ditetapkan berdasarkan WTP, surplus konsumen, dan tiket yang berlaku saat ini.
65
Tabel 14. Dasar Penetapan Tarif Masuk Kawasan TNUK No Dasar Penetapan Tarif Masuk 1. Harga Tiket awal 2. Rataan WTP 3. Surplus konsumen
Nilai (Rp) 2.500,00 15.666,70 3.015.873,016
Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis, 2012
Berdasarkan Tabel 14 pengelola masih dapat menaikan tarif masuk kawasan wisata TNUK sesuai dengan WTP pengunjung sampai Rp 15.666,70. Peningkatan harga tiket sesuai dengan WTP jika dilakukan perbaikan mengenai fasilitas yang ada di kawasan wisata tersebut serta pengunjung diarahkan untuk melakukan kegiatan konservasi misalnya menanam mangrove dan pemberian materi mengenai pentingnya konservasi. Selain itu masih ada potensi untuk menaikan harga tiket masuk kawasan sampai surplus konsumen apabila dilakukan pengembangan wisata. Pengembangan tersebut yaitu mengembangkan paket wisata yang sudah berjalan berdasarkan segmentasi pasar dengan sasaran yang tepat yang dapat diarahkan ke jenis wisata minat khusus misalnya wisata minat khusus Badak Jawa dan wisata minat khusus lainnya seperti wisata pengamatan Kupu-Kupu dan Lebah Madu yang berbasis ekowisata yang bisa dikembangkan di kawasan TNUK. Surplus konsumen merupakan kepuasan pengunjung yang belum terbayarkan manfaatnya sehingga pihak pengelola kawasan TNUK dan masyarakat sekitar kawasan dapat memanfaatkan surplus konsumen yang dirasakan oleh pengujung wisata TNUK. Kontribusi yang signifikan adalah apabila surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu pembiayaan kegiatan konservasi dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan TNUK baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya sebagai
66
penyewa kapal, penyedia souvenir, porter, guide, dan menyediakan penginapan bagi pengunjung. 6.7
Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Kegiatan Konservasi di TNUK Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam merupakan
kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya perlu dijaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata dapat
diselenggarakan
melalui
kegiatan
pengusahaan
pariwisata
alam.
Penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam tersebut dilakukan dengan sebaikbaiknya sehingga tidak merusak lingkungan kawasan. Berdasarkan hal tersebut tersebut, potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di taman nasional perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya ditempuh melalui penetapan sebagian kawasan hutan atau kawasan perairan menjadi taman nasional yang salah satu fungsinya adalah sebagai obyek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan kunjungan wisata alam. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka taman nasional yang memiliki keunikan alam, keindahan alam, dan lain-lain, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata alam tersebut dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi. Oleh karena itu, modal masyarakat
67
dan teknologi yang sesuai, perlu diikut sertakan dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam. Kegiatan wisata di TNUK merupakan kegiatan yang memanfaatkan potensi alam yang dilakukan pada zona pemanfaatan yang berada di kawasan TNUK. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal. Sebagai pendukung kegiatan konservasi alangkah baiknya jika kegiatan wisata alam yang dikelola di TNUK minimalnya dapat memenuhi dana operasional untuk kegiatan wisata dari penerimaan kegiatan wisata tersebut sehingga tidak lagi dibebankan dari alokasi dana pengembangan wisata alam di TNUK yang berasal dari pemerintah. Bahkan selanjutnya diharapkan penerimaan dari kegiatan wisata tersebut mendapatkan surplus sehingga dapat pula dialokasikan sebagai dana konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu dibandingkan alokasi dana pengelolaan wisata di TNUK dari pemerintah pusat dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan wisata tersebut, serta sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Selain itu perlu diestimasi penerimaan tiket jika berdasarkan WTP dan surplus konsumen yang bisa dilihat pada Tabel 15 berikut.
68
Tabel 15. Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun 2012 % terhadap biaya % terhadap biaya Besar Keterangan pengembangan wisata dan Penerimaan wisata konservasi - Biaya Operasional 328.120.000 Pengembangan Wisata dari Pemerintah Pusat * - Alokasi Dana 9.257.415.000 Konservasi dari Pemerintah Pusat * 9.585.535.000 Jumlah - Penerimaan dengan 24,16% 0,83% 79.291.800 harga tiket saat ini * ((ERTS/COP)*100%) ((ERTS/COPK)*100%) (N x harga tiket) - Estimasi 160.833.491,50 49,02% 1,67% Penerimaan dengan ((ERTW/COP)*100%) ((ERTW/COPK)*100%) harga WTP (N x harga WTP) ** Sumber: * = Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2011 ** = Diolah oleh Penulis, 2012 Keterangan: N ERTS ERTW COP COPK
= Jumlah Kunjungan = Estimasi Penerimaan dengan harga tiket saat ini = Estimasi Penerimaan dengan harga WTP = Biaya Operasional Pengembangan Wisata = Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Alokasi Dana Konservasi dari Pemerintah
Kontribusi kegiatan wisata sebagai pendukung terhadap konservasi di TNUK dapat dilihat dengan pendekatan penerimaan tiket masuk kawasan TNUK dan besarnya biaya untuk kegiatan konservasi di TNUK. Berdasarkan tarif saat ini kegiatan wisata tersebut pengembangan
wisata
berkontribusi
tersebut.
sebesar 24,12% terhadap biaya
Sedangkan
kontribusi
terhadap
biaya
pengembangan wisata dan kegiatan konservasi adalah sebesar 0,83%, artinya sebesar 99,17% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Jika berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi dapat
69
meningkat menjadi 1,67%, artinya sebesar 98,33% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Hal ini dapat mengurangi sebesar 0,84% subsidi yang diberikan oleh pemerintah walaupun masih belum menutupi semua biaya pengembangan wisata dari pemerintah. Terjadinya peningkatan dari penerimaan kegiatan wisata tersebut dapat berkontribusi lebih besar jika dibandingkan dengan harga tiket saat ini yang dapat mengurangi beban pemerintah dalam pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK. Ada peluang memanfaatkan surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873, 016 yang jika dimaksimalkan dengan mengalikannya dengan jumlah kunjungan satu tahun terakhir diperoleh manfaat sebesar Rp 16.511.904.761,90. Manfaat ini dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK. Surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan wisata yang berbentuk paket wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya sehingga adanya kegiatan wisata di TNUK dapat membantu keberlangsungan kegiatan konservasi di TNUK. Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan untuk menggunakan secara langsung penerimaan tarif masuk dari kegiatan wisata untuk pembiayaan konservasi di TNUK. Sistem keuangan di negara Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK baik untuk tambahan dana
70
operasional pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK tidak memungkinkan, melainkan harus melalui pengajuan anggaran yang selama ini proporsi untuk kegiatan konservasi khususnya di TNUK dirasa masih kecil. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta dan perorangan dengan izin yang jelas dan wisata yang dikembangkan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga untuk pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain sebagai mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK.
71
VII. 7.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu: 1.
Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di kawasan wisata TNUK dinilai baik, namun beberapa fasilitas masih kurang memadai diantaranya penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi dan jaringan telekomunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap kegiatan wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor pendapatan, usia, lama mengetahui, dan jarak ke lokasi memiliki pengaruh positif, sedangkan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap permintaan wisata TNUK.
2.
Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat wisata alam yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai ekonomi wisata sebesar Rp 16.511.904.761,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata.
3.
Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873,016 per kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penetapan tiket optimum masuk kawasan TNUK yang saat ini baru menetapkan tarif masuk sebesar Rp 2.500,00 untuk wisatawan nusantara.
72
4.
Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung.
7.2 1.
Saran Nilai ekonomi wisata TNUK yang tinggi menandakan bahwa keberadaan kawasan ini sebagai fungsi wisata yang dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan dan pengembangan wisata alam yang mengacu pada konsep ekowisata. Aktifitas wisata di kawasan tersebut sebaiknya diarahkan pada wisata minat khusus dengan membuat segmentasi pasar yang baru atau memperbarui segmentasi yang pernah ada pada sasaran yang tepat misalnya paket wisata minat khusus Badak Jawa sehingga dapat meningkatkan penerimaan bagi pengelola.
73
2.
Pengembangan program yang berkaitan dengan wisata yang melibatkan masyarakat
perlu
ditingkatkan.
Melakukan
pemberdayaan
terhadap
masyarakat terkait pengelolaan kawasan wisata dan memfasilitasi masyarakat agar ikut andil dalam upaya pengembangan kawasan wisata tersebut misalnya sebagai penyewa kapal, penyedia souvenir, guide, dan menyediakan penginapan bagi pengunjung sehingga dapat memberikan income generating untuk masyarakat sekitar kawasan TNUK. 3.
Perlu dilanjutkan atau dirintis kembali kerjasama dengan mitra lama atau mitra baru dalam pengelolaan kegiatan wisata berbasis ekowisata, baik itu bermitra dengan pihak BUMN, pihak swasta maupun perorangan sepanjang tidak mengganggu fungsi konservasi TNUK dan sejalan dengan aturan yang belaku.
4.
Perlu penelitian lanjutan mengenai sistem kemitraan dalam pengelolaan wisata di TNUK dan sistem pengembangan wisata di TNUK berbasis ekowisata yang harus mencakup unsur konservasi dan dapat melibatkan masyarakat sekitar. Karena wisata di TNUK memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai pendukung kegiatan konservasi.
5.
Perlu penelitian lanjutan mengenai tingkat carrying capacity karena kawasan wisata TNUK merupakan kawasan konservasi yang harus tetap dijaga kelestariannya, sehingga daya dukung (carrying capacity) yang ideal harus diketahui agar wisata di TNUK tetap berlanjut di masa yang akan datang
74
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 1987. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta Badi’ah. 2004. Kajian Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi. Sekolah Parcasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Balai Taman Nasional Ujung Kulon. 2009. Sejarah dan Status Kawasan. http://www.ujungkulon.org/tentang-tnuk/sejarah-status-kawasan. Diakses pada Tanggal 2 September 2012. _________.2009. Zonasi. http://www.ujungkulon.org/tentang tnuk/pengelolaan/ zonasi. [ 2 September 2012 ]. _________. 2009. Letak dan Luas. http://www.ujungkulon.org/tentang-tnuk/letakdan-luas. [ 2 September 2012 ]. _________. 2009. Objek Wisata. http://www.ujungkulon.org/infopengunjung/obyek-wisata [ 2 September 2012 ]. _________. 2009. Public Use Planning. http://www.ujungkulon.org/tentangtnuk/sejarah-status-kawasan. [ 2 September 2012 ]. _________. 2011. Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Damanik J dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. ANDI. Yogyakarta Dewi RK. 2005. Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Djijono, 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan metode Travel Cost Method Taman Hutan Wisata di Taman Wan Abdul Rahman, Provinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Douglass RW. 1982. Forest Recreation. Pargamon Press, New York. Eagles P. 2002. Sustainable Tourism in Protected Areas Guidelines for Planning and Management. Adrian Phillips, series editor. IUCN-The World Conservation Union. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
75
Firandari T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta. Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-hill. New- York. hlm. 134-144. Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Gunn CA. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. Ed ke-3. Taylor & Francis Pr. Washington DC. hlm. 1-47 Haab dan K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited. Hanley N dan Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. Edwar elger publishing limited. England. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelam dan Pendugaan. IPB Press, Bogor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Ranking Devisa Periwisata. http://www.budpar.go.id/budpar/asp/ringkasan.asp?c=117. Diakses pada 11 Desember 2012 Lianasari E. 2012. Perbandingan Surplus Konsumen Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LIPI COREMAP II. 2005. Studi Pengembangan Ekowisata Bahari di Perairan Pulau Abang Kecamatan Galang, Kerjasama LIPI COREMAP II dengan UIB Batam. LIPI. Jakarta. _______. 2006. Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. LIPI. Jakarta. Lindberg. 2001. Tourism and Ecotourism. McGraw-Hill. New York. hlm. 1- 45 Miarni, V. 2004. Kajian Ekologi dan Ekonomi Rumput Laut Alami di Desa Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
76
Muntasib H. 2007. Diktat Mata Kuliah RAE. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Negoro. 2011. Curug Cikacang. http://woroworonegoro.wordpress.com/2011/07/05/ curug-cikacang/. [11 September 2012]
Nurlia A. 2006. Persepsi dan Prilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai Cikundul. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Peraturan Pemerintah Nomor 18. 1994. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 36. 2010. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta. Priyatno D. 2011. Uji Heteroskedastisitas. http://duwiconsultant.blogspot.com /2011/11/uji-heteroskedastisitas.html. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Editor : Tjun Sudjana. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Ress WE dan Wackernagel M. 1996. Our Ecological Footprint: Reducing Human Impact on The Earth. Canada: New Society Publishers. Roos GF. 1998. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Samuelson PA, Nordhaus WD. 2003. Ilmu Mikroekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta. Sihombing. 2011. Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh. Alfabeta. Bandung
77
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/KPTS-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar Alam Ujung Kulon dan Penunjukkan Perairan Laut di Sekitarnya. Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Suswantoro G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Tungabdi R. 1993. Persepsi dan Motivasi Kelompok Pecinta Alam Bogor-Jakarta Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Undang-undang Nomor 5. 1990. Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Vanhove N. 2005. The Economics of Turism Destination. Elsevvier. Burington Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya Paramita, Jakarta. Wells MP. 1997. Economic Perspectives On Nature Tourism, Conservation and Development. Pollution and Environmental Economics Division, Environmental Economics Series. World, Washington.
Wijayanti P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
78
LAMPIRAN
79
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas. Diakses pada tanggal 11 september 2012.
80
Lampiran 2. Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon No 1 1
Nama Zona
Luas (ha)
2 Inti Terdiri dari: - Daratan
3
4
± 28,292 + 26.974
- Lautan
Kawasan
+ 1.318
Semenanjung Ujung Kulon (Kalejetan, Tj. Tereleng, Tj. Alang-alang, Gunung Payung, Gunung Talanca, Pasir Baduis) dan Kawasan Gunung Honje Bagian Tengah.
Keterangan 5 Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.
1. Tanjung Cikaret dan Tanjung Guhapondok seluas 338 Ha. 2. Tanjung Karangbatang sebelah timur Gunung Payung seluas 479 Ha. 3. Sebelah timur kawasan pesisir Legon Haji seluas 453 Ha.
2
Rimba
+ 45.971
3
Perlindungan Bahari
42.804
4. Sebelah timur Tanjung Karang Jajar seluas 48 Ha. Pulau Panaitan, peri-peri kawasan Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum. Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun & Legon Bajo) & Semenanjung Ujung Kulon (P. Peucang dan Handeuleum)
Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut.
81
No 1 4
Nama Zona 2 Pemanfaatan Terdiri dari : - Daratan
- Lautan
5
6
7
Luas (ha) 3
Kawasan 4
+ 948 + 935
13
Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun dan Legon Bajo), Pulau Peucang, Pulau Handeuleum dan Cibiuk. Perairan Pulau Panaitan
Tradisional Terdiri dari : - Daratan - Lautan
+ 2.553
Rehabilitasi Terdiri dari : - Daratan - Lautan
+ 2.195 + 2.190 5
Gunung Honje
Khusus
+ 24
Gunung Honje, Legon Pakis dan Ciakar
+ 2.356 197
Keterangan 5 Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut.
Zona Khusus adalah bagian dari Taman Nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik. Sumber: Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011
82
Lampiran 3. Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK Rute Jalur Darat Menuju Objek Wisata TNUK No 1 2 3
Rute
Jarak
Waktu
Jakarta-Labuan
120 km
4-5 Jam
Labuan-Sumur
60 km
2 Jam
Labuan-Taman Jaya
90 km
3 Jam
Keterangan Menggunakan Bis Umum, Travel atau Kendaraan Pribadi Menggunakan Elf, Travel atau Kendaraan Pribadi Menggunakan Elf, Travel atau Kendaraan Pribadi
Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas-wisata Diakses pada tanggal 11 September 2012
Rute Jalur Laut Menuju Objek Wisata TNUK No 1
2
3
4
5
Rute
Jarak
Labuan/CaritaTamanjaya
45 Mil
Labuan/Carita-Pulau Peucang
80 Mil
Labuan/Carita-Pulau Handeuleum
60 Mil
Tamanjaya-Pulau Handeuleum Labuan/Carita-Pulau Panaitan
8 Mil
Waktu 3-4 jam
Longboat
1,5 jam
Speedboat
5-6 jam
Longboat
2 jam
Speedboat
4-5 jam
Longboat
1,5 jam
Speedboat
30 Menit
Longboat
10 Menit 80 Mil
Keterangan
Speedboat
5-6 jam
Longboat
2,5 jam
Speedboat
Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas-wisata Diakses pada tanggal 11 September 2012
83
Lampiran 4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Regression Analysis: Y versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is Y = 0,212 - 0,000000 X1 + 0,000000 X2 + 0,0275 X4 + 0,0386 X8 + 0,000819 X9 - 0,241 X10 Predictor Coef Constant 0,2118 X1 -0,00000021 X2 0,0000000041 X4 0,02746 X8 0,03861 X9 0,0008187 X10 -0,24122 S = 0,357870
SE Coef 0,2804 0,00000016 0,00000000 0,01020 0,01925 0,0003473 0,06361
R-Sq = 62,6%
T 0,76 -1,30 2,15 2,69 2,01 2,36 -3,79
P 0,458 0,205 0,042 0,013 0,057 0,027 0,001
VIF 1,8 1,5 2,9 1,4 2,5 3,2
R-Sq(adj) = 52,8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 23 29
SS 4,9210 2,9456 7,8667
MS 0,8202 0,1281
F 6,40
P 0,000
Durbin-Watson statistic = 1,92942
84
Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Regression Analysis: RESI^2 versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is RESI^2 = - 0,123 - 0,000000 X1 + 0,000000 X2 + 0,00395 X4 + 0,00362 X8 + 0,000242 X9 - 0,0281 X10 Predictor Constant X1 X2 X4 X8 X9 X10
Coef -0,1234 -0,00000002 0,00000000 0,003948 0,003624 0,0002416 -0,02812
SE Coef 0,1135 0,00000007 0,00000000 0,004129 0,007796 0,0001406 0,02576
R-Sq = 20,2%
S = 0,144892
T -1,09 -0,32 0,86 0,96 0,46 1,72 -1,09
P 0,288 0,750 0,398 0,349 0,646 0,099 0,286
VIF 1,8 1,5 2,9 1,4 2,5 3,2
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 23 29
SS 0,12216 0,48286 0,60502
MS 0,02036 0,02099
F 0,97
P 0,467
Durbin-Watson statistic = 2,34817
Lampiran 6. Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov n = 0,20 = 0,10 = 0,05 = 0,02 26 27 28 29 30 35 40 45 50
0,204 0,200 0,197 0,193 0,190 0,177 0,165 0,156 0,148
0,233 0,229 0,225 0,221 0,218 0,202 0,189 0,179 0,170
0,259 0,254 0,250 0,246 0,242 0,224 0,210 0,198 0,188
0,290 0,284 0,279 0,275 0,270 0,251 0,235 0,222 0,211
= 0,01 0,311 0,305 0,300 0,295 0,290 0,269 0,252 0,238 0,226
Sumber: Iriawan dan Astuti, 2006
85
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-1,02511E-15 0,3187 30 0,104 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0,0 RESI1
0,2
0,4
0,6
0,8
Sumber: Data Primer Diolah Peneliti, 2012 Lampiran 8. Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%) K=1 K=2 K=3 K=4 K=5 n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU 15 1.08 1.36 0.95 1.54 0.82 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21 30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83 45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78 50 1.50 1.59 1.46 1.63 1.42 1.67 1.38 1.72 1.34 1.77 60 1.55 1.62 1.51 1.65 1.48 1.69 1.44 1.73 1.41 1.77 70 1.58 1.64 1.55 1.67 1.52 1.70 1.47 1.73 1.44 1.77 75 1.60 1.65 1.57 1.68 1.54 1.71 1.51 1.74 1.49 1.77 90 1.63 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75 1.54 1.78 95 1.64 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.75 1.56 1.78 100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.57 1.78 Sumber: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu. Diakses pada tanggal 10 September 2012.
n k
= 30 =5
DW = 1,86 (1,83
86
Lampiran 9. Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK Surplus Konsumen Surplus (SK)/Individu/Kunjungan Konsumen Y (Jumlah Individu (SK)/Individu Kunjungan atau N) SK/Individu/Kunjungan CS = N² SK per individu/N individu 2b1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 1 1 1 2 1 Total Mean
2.380.952,381 9.523.809,524 9.523.809,524 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 9.523.809,524 2.380.952,381 9.523.809,524 2.380.952,381 9.523.809,524 21.428.571,43 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 9.523.809,524 2.380.952,381 133.333.333,3 4.444.444,444
2.380.952,381 4.761.904,762 4.761.904,762 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 4.761.904,762 2.380.952,381 4.761.904,762 2.380.952,381 4.761.904,762 7.142.857,143 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 2.380.952,381 4.761.904,762 2.380.952,381 9.047.6190,48 3.015.873,016
Sumber: Data Primer, Diolah (2012)
Surplus Ekonomi = 3.015.873,016 Nilai Ekonomi = Surplus Konsumen X total jumlah pengunjung 1 tahun terakhir Nilai Ekonomi = 3.015.873,016 x 5.745 = 16.511.904.761,90
87
Lampiran 10. Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK Tahun 2007-2011 Tahun lokal asing Total Pengunjung 2007 1813 472 2285 2008 1834 677 2511 2009 2940 552 3492 2010 4595 831 5426 2011 5745 946 6691 Total 16927 3478 20405 Rata-rata 3385,4 695,6 4081 Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011
Lampiran 11. Realisasi Keuangan BTNUK Tahun 2008-2012 Pengembangan Kegiatan Tahun Besaran Gaji Total Anggaran Wisata Alam Konservasi 2008
74.950.000
4.738.182.000
4.698.830.000
9.511.962.000
2009
267.350.000
4.609.786.000
4.874.874.000
9.752.010.000
2010
1.027.245.000
5.571.545.000
5.226.488.000
11.825.278.000
2011
367.193.000
7.858.382.000
6.051.987.000
14.277.562.000
2012
328.120.000
9.257.415.000
6.637.585.000
16.223.120.000
2.064.858.000 32.035.310.000 27.489.764.000 Total 412.971.600 6.407.062.000 5.497.952.800 Rata-rata Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012)
61.589.932.000 12.317.986.400
88
Lampiran 12. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata TNUK dengan Teknik Stepwise Model 1 2 3 4 5 -0,34034 -0,20986 0,19823 0,05105 0,21182 Constant X1 T-Value P-Value X2 T-Value P-Value
-0,00000 -1,24 0,230
-0,00000 -1,26 0,223
-0,00000 -1,24 0,230
-0,00000 -1,13 0,272
-0,00000 -1,30 0,205
0,00000 0,00000 1,44 1,52 0,165 0,144****
0,00000 1,80 0,085 ***
0,00000 2,08 0,050 **
0,00000 2,15 0,042**
0,027 2,69 0,013**
X3 T-Value P-Value
0,037 0,65 0,523
0,033 0,64 0,527
0,024 0,56 0,582
X4 T-Value P-Value
0,028 2,49 0,022**
0,028 2,55 0,019**
0,029 2,69 0,014**
0,029 2,73 0,012 **
X5 T-Value P-Value
0,016 0,65 0,524
0,015 0,64 0,529
0,014 0,63 0,538
0,014 0,64 0,530
X6 T-Value P-Value
-0,003 -0,23 0,819
-0,004 -0,34 0,737
X7 T-Value P-Value
0,02 0,18 0,856
89
Model Constant
1 -0,34034
2 -0,20986
3 0,19823
X8 T-Value P-Value
0,035 1,58 0,130****
0,034 1,62 0,121***
0,035 1,73 0,099***
X9 T-Value
0,00072 1,46
0,00072 1,50
0,00069 1,50 0,149 ****
0,00064 1,44
0,00082 2,36
0,164 ****
0,027**
-0,254 -3,67 0,001 * 0,368 63,77 49,97
-0,241 -3,74 0,001* 0,363 63,24 51,54
-0,241 -3,79 0,001* 0,358 62,56 52,79
P-Value X10 T-Value P-Value S R-Sq R-Sq(adj)
0,160 0,148**** -0,261 -3,47 0,003* 0,386 64,05 11,0
-0,260 -3,55 0,002 * 0,376 63,98 47,78
4 0,05105
5 0,21182
0,038 0,039 1,96 2,01 0,063*** 0,057***
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Keterangan:
= nyata pada taraf 1% = nyata pada taraf 5% = nyata pada taraf 10% = nyata pada taraf 15%
90
Lampiran 13. Harga Tiket Masuk dan Paket Wisata di Kawasan Wisata TNUK Harga Tiket Masuk Kawasan TNUK Jenis PNBP Tiket Masuk Kawasan Tiket Masuk Kendaraan Air 1. Kapal Motor < 41 PK 2. Kapal Motor 41 s/d 80 PK 3. Kapal Motor > 80 PK Tiket Masuk untuk Penelitian 1. Penelitian 1-15 hari 2. Penelitian 6-30 hari 3. Penelitian 1-6 bulan 4. Penelitian 6-12 bulan 5. Penelitian > 1 tahun Pungutan Kegiatan Pengambilan Gambar 1. Film Komersial 2. Video Komersial 3. Handycam 4. Foto Pungutan Kegiatan Olahraga atau Rekreasi Alam Bebas 1. Menyelam 2. Snorkeling 3. Berkemah 4. Kano 5. Selancar
Satuan Orang
WNI Rp 2.500
Buah Buah Buah
WNA Rp 20.000 Rp 50.000 Rp 75.000 Rp 100.000
Orang Orang Orang Orang Orang
Rp 45.000 Rp 75.000 Rp 125.000 Rp 200.000 Rp 250.000
Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 400.000 Rp 600.000 Rp 800.000
Sekali Masuk Dok. Cerita Buah Buah
Rp 2.000.000 Rp 1.500.000 Rp 15.000 Rp 5.000
Rp 3.000.000 Rp 2.500.000 Rp 150.000 Rp 5.000
Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari Orang/hari
Rp 50.000 Rp 40.000 Rp 20.000 Rp 25.000 Rp 10.000
Rp 75.000 Rp 60.000 Rp 30.000 Rp 40.000 Rp 60.000
Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012), BerdasarkanPemberlakuan PP No. 59 Th. 1998 tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
Paket Tour Wisata di TNUK Jenis Paket 1. Sunset Viewing di Karang Copong 2. Padang Penggembalaan Banten di Cidaon 3. Wisata Arkeologi (Mercusuar) di Cibom-Tanjung Layar 4. Snorkeling di Citerjun 5. Sunset Viewing di Ciujung Kulon 6. Canoing di Pulau Handeuleum
Harga/Orang Rp 10.000
Penyeberangan
Rp 10.000
Rp 150.000/6 Orang
Rp 15.000
Rp 250.000/6 Orang
Rp 15.000 Rp 15.000
Rp 150.000/6 Orang Rp 150.000/6 Orang
Rp 50.000
Rp 100.000/5 Orang
Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012)
91
Lampiran 14. Fasilitas yang Terdapat di Kawasan TNUK
1. Gazebo di Tepi Pantai P. Peucang
5. Dermaga P. Peucang
2. Pusat Informasi di P. Peucang
6. Pusat Informasi di P. Handeuleum
3. Penginapan Tipe Fauna di P. Peucang Peucang
7. Penginapan Tipe Flora di P.
4. Dermaga di Tamanjaya
92
Lampiran 15. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di TNUK
1. Suasana Tracking ke Pantai Ciramea Copong
4. Suasana Tracking ke Karang
2. Suasana Tracking ke Gua Sanghyang Sirah 5. Suasana Sunset di Karang Copong
3. 4. 5. Pemandangan Tracking ke Tanjung layar
93
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 21 Mei 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan
Bapak
Eman
Suherman
dan
Ibu
Nining
Nurnaningsih. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI di Pandeglang (1994-1996). Penulis meneruskan jenjang pendidikan formal dimulai dari SDN Sukajadi 2 (1996-2002); MTs Modern Al-Mizan Rangkasbitung (2002-2005); SMAN 6 Pandeglang (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai Staf Departemen Public Relationship HIMPRO REESA tahun 2008/ 2009, anggota Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB), dan sebagai Anggota Keluarga Mahasiswa Banten (KMB).
94