i
KAJIAN PROSES DESAIN LANSKAP WISATA ALAM PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DI PT. IDEA CONSULTANT
FIKA WIDYA NASTITI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: KAJIAN PROSES DESAIN LANSKAP WISATA ALAM PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DI PT. IDEA CONSULTANT.
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2012
FIKA WIDYA NASTITI A44070061
Study on Landscape Design Process of Nature Tourism of Peucang Island Ujung Kulon National Park in PT. Idea Consultant
Abstract
Nowadays tourism is a basic requirement for society, specifically to eliminate impact of the routine works. Indonesia has a high richness and diversity in a variety of natural formations, historical structures, cultural practices, and other resources related to tourism development. One of the tourism development is nature tourism, where the activity of nature tourism industry cause minimum impact to damage the existence and preservation of natural resources. Ujung Kulon National Park (TNUK) is one of nature tourism destination in Indonesia. TNUK as a conservation area requires landscape planning and design for the development of nature tourism activities. Therefore it is necessary to study the landscape design
for the development of nature tourism in TNUK. A
qualified nature tourism areas could be created with a good design through the right process. PT. Idea Consultant is a company engaged in the field of landscape planning and design, especially in conservation areas. By doing an internship program at PT. Idea Consultant, student learned about landscape design process by working on a project about study the landscape design for the development of nature tourism in Peucang Island, TNUK.
iii
RINGKASAN
FIKA WIDYA NASTITI. A44070061. Kajian Proses Desain Lanskap Wisata Alam Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon di PT Idea Consultant. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR dan VERA DIAN DAMAYANTI. Indonesia mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Salah satunya pengembangan wisata alam, dimana kegiatan wisata alam merupakan suatu bentuk industri yang minimal dalam mengeksploitasi atau merusak keberadaan serta kelestarian sumber daya alam. Salah satu kawasan wisata alam di Indonesia adalah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). TNUK sebagai kawasan konservasi membutuhkan perencanaan dan perancangan lanskap untuk pengembangan kegiatan wisata alam. PT. Idea Consultant sebagai konsultan lanskap memiliki pengalaman yang banyak dalam pengerjaan proyek-proyek lanskap di Indonesia terutama pada pengembangan kawasan-kawasan konservasi. Oleh karena itu kegiatan magang kali ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam proses pengerjaan suatu proyek pengembangan wisata alam serta menjadi bahan perbandingan teori yang didapat di perkuliahan dengan penerapannya di lapangan kerja. Kajian terapan desain tapak Pulau Peucang TNUK ini merupakan salah satu proyek desain lanskap yang dikerjakan oleh PT. Idea Consultant. Metode magang yang digunakan adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses Kajian terapan desain tapak Pulau Peucang TNUK pada lingkup kegiatan studio dan lapang di PT. Idea Consultant. Pelaksanaan magang mengikuti jadwal dari proses pengerjaan proyek PT. Idea Consultant. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi partisipasi aktif dalam kegiatan studio yang ada di perusahaan sesuai dengan jadwal kegiatan proyek yang sedang berlangsung, memahami sistem kerja, dan memahami struktur organisasi yang ada di PT. Idea Consultant. Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK ini merupakan proses pengkajian penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional yang akan
iv
digunakan sebagai suatu bentuk percontohan proses pengerjaan desain tapak. Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK dilakukan melalui beberapa tahapan yang berbeda dengan prosedur standar yang telah ditetapkan perusahaan, karena tahapan pengerjaan proyek ini merupakan kesepakatan antara pihak PT. Idea Consultant dengan klien. Pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan desain (design development). Tahapan pertama adalah perusahaan mempersiapkan kebutuhan teknis proyek, mengurus administrasi dan berdiskusi dengan klien, membuat jadwal serta pembagian kerja sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan proyek.. Tahap kedua adalah survei lapang dan melakukan analisis lebih lanjut menggunakan data primer yang didapat dan juga aturan-aturan yang harus diterapkan pada pengerjaan proyek ini. Hasil pengumpulan data tersebut dianalisis dan dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan konsep desain. Tahap ketiga merupakan tahap pembuatan konsep dan rencana tata ruang. Konsep desain untuk proyek ini adalah The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos. Untuk konsep ruang proyek ini terdiri dari area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau. Tahap terakhir yang merupakan tahap keempat adalah tahap pengembangan desain, dimana pada tahap ini dilakukan pembuatan site plan untuk setiap area yang direncanakan serta sarana dan prasarana yang akan dibangun pada setiap area tersebut. Desain dan material sarana dan prasarana pada proyek ini sejalan dengan prinsip “the law of the similar” menurut Simonds (1983). Terdapat dua prinsip similar yang terlihat dalam proses pengerjaan proyek ini yaitu similar dalam material dan similar dalam tekstur. Produk (output) yang dihasilkan dari pengerjaan proyek ini berupa arahan serta rekomendasi desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan pulau Peucang TNUK.
v
® Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
vi
KAJIAN PROSES DESAIN LANSKAP WISATA ALAM PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DI PT. IDEA CONSULTANT
FIKA WIDYA NASTITI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan Magang
: Kajian Proses Desain Lanskap Wisata Alam Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon di PT. Idea Consultant
Nama Mahasiswa
: Fika Widya Nastiti
NRP
: A44070061
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Disetujui, Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Dr. Ir. Aris Munandar, MS. NIP. 19561228 198303 1 003
Vera Dian Damayanti, SP, MLA. NIP. 19740716 200604 2 004
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
viii
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas kesehatan, kekuatan, dan kemauan, serta berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Proses Desain Lanskap Wisata Alam Pulau Peucang Taman Nasional Ujung Kulon di PT. Idea Consultant”. Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ayah dan Mama, Budi Widodo (alm) dan Nevo Angkasawati, adik-adik tersayang, Tasya Dewi Parastika dan Wyne Mitha Triana, yang merupakan anugrah terindah yang pernah penulis miliki atas kasih sayang, doa, perhatian, serta dukungan materil kepada penulis selama penulis berkuliah dan menyelesaikan skripsi. 2. Dr. Ir. Aris Munandar MS dan Vera Dian Damayanti SP, MLA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama masa akademik terutama dalam penyelesaian skripsi. 3. Ir. Qodarian Pramukanto MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan selama kegiatan akademik berlangsung. 4. Dr. Ir. Andi Gunawan M.Agr.Sc selaku dosen penguji atas kritik, saran dan masukannya. 5. Keluarga besar Ayah dan Mama atas kasih sayang, doa, perhatian, serta dukungan materil kepada penulis. 6. Teman-teman seperjuangan ARL 44 dan pengurus Himaskap 2010 semoga kita semua selalu diberi rahmat den berkah. 7. PT. Idea Consultant (Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D beserta semua staf) atas kerjasama yang baik dalam kegiatan magang.
ix
8. Teman-teman magang Caroline Puspita (ARL 44), Faizol Hatzri (UPM), dan Gusti Putri (UPM) atas kerjasama yang baik saat kegiatan magang berlangsung. 9. Staf pegawai Balai Taman Nasional Ujung Kulon yaitu Bapak I Putu Garjita dan Bapak Haryono, serta staf pegawai PJLKKHL yaitu Bapak Sumaedi atas bantuan dan kerjasamanya pada penulis selama enam hari berada di Pulau Peucang TNUK. 10. Teman-teman ARL lainnya dari angkatan 41, 42, 43, 45, 46, dan 47. 11. Pihak-pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat diterima dengan baik dan memberikan manfaat dan hasil yang baik sesuai dengan yang diharapkan bagi pihak PT. Idea Consultant, Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan pihak lain yang memerlukan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran yang bersifat membangun agar penulis dapat melakukan hal yang lebih baik lagi.
Bogor, April 2012
Fika Widya Nastiti A44070061
x
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Budi Widodo (alm) dan Nevo Angkasawati. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1995 dan menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Sawitri Jakarta Timur pada tahun 1996. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Negri 01 Duren Sawit, Jakarta Tmur. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 255 Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 61 Jakarta. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2008. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatankegiatan di luar akademik.
Penulis pernah menjabat sebagai anggota Divisi
Keprofesian dan Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2008-2010. Penulis bersama tim basket ARL pernah mewakili Departemen Arsitektur Lanskap dalam menjuarai kompetisi olahraga Fakultas Pertanian (Seri-A) tahun 2008, 2010, dan 2011 cabang olahraga bola basket. Penulis juga pernah mewakili tim basket Fakultas Pertanian dalam mengikuti Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2009-2011. Penulis aktif mengikuti kepanitiaan berbagai pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis (MPD dan Filedtrip ARL 2009, Pelatihan Sketch Up dan Expo Lanskap 2009, Workshop Nasional Mahasiswa Arsitektur Lanskap 2010). Penulis pernah menjadi asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Arsitektur Lanskap tahun 2011.
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3. Manfaat ..................................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................4 2.1. Lanskap ..................................................................................................... 4 2.2. Taman Nasional ........................................................................................ 4 2.3. Wisata Alam.............................................................................................. 6 2.4. Perancangan Lanskap................................................................................ 7 2.5. Konsultan Lanskap.................................................................................... 9 2.6. Manajemen Proyek ................................................................................. 11 III. METODOLOGI ............................................................................................13 3.1. Tempat dan Waktu .................................................................................. 13 3.2. Metode .................................................................................................... 13 3.3. Data ......................................................................................................... 14 3.4. Tahapan Kegiatan Magang ..................................................................... 15 3.5. Batasan Magang ...................................................................................... 16 IV. HASIL KEGIATAN MAGANG ..................................................................18 4.1. Kondisi Umum Perusahaan..................................................................... 18 4.1.1. Profil Perusahaan ............................................................................18 4.1.2. Struktur Organisasi .........................................................................19 4.1.3. Pengelolaan Proyek Lanskap..........................................................21 4.1.3.1. Fasilitas Peralatan Kerja Perusahaan ............................... 21 4.1.3.2. Cara Mendapat Proyek .................................................... 23 4.1.3.3. Prosedur dan Sistem Kerja Perusahaan ........................... 25 4.2. Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK ...... 28 4.2.1. Deskripsi Proyek ........................................................................... 28
xii
4.2.2. Kondisi Umum TNUK .................................................................. 30 4.2.1.1. Batas Geografis dan Administratif .................................. 30 4.2.1.2. Iklim ................................................................................ 32 4.2.1.3. Flora dan Fauna ............................................................... 32 4.2.1.4. Aksesibilitas .................................................................... 34 4.2.3. Kondisi Umum Pulau Peucang ...................................................... 35 4.2.4. Proses Pengerjaan Proyek.............................................................. 40 4.2.4.1. Persiapan ......................................................................... 40 4.2.4.2. Inventarisasi dan Analisis................................................ 40 4.2.4.3. Konsep dan Rencana Tata Ruang.................................... 52 4.2.4.4. Pengembangan Desain (Design Development) ............... 55 V. PEMBAHASAN ..............................................................................................73 5.1. Pengelolaan Perusahaan .......................................................................... 73 5.1.1. Fasilitas Perusahaan....................................................................... 74 5.1.2. Prosedur Pengerjaan Proyek Perusahaan....................................... 75 5.2. Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam ........... 77 5.2.1. Pengelolaan Proyek ....................................................................... 77 5.2.1.1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ................................ 77 5.2.1.2. Pengelolaan Waktu (Jadwal) ........................................... 78 5.2.1.3. Pengelolaan Biaya ........................................................... 81 5.2.1.4. Pengelolaan Komunikasi ................................................. 81 5.2.2. Tahapan Pengerjaan Proyek .......................................................... 81 5.2.2.1. Tahap Persiapan .............................................................. 82 5.2.2.2. Tahap Inventarisasi dan Analisis..................................... 82 5.2.2.3. Tahap Konsep dan Rencana Tata Ruang......................... 84 5.2.2.4. Tahap Pengembangan Desain ........................................ 85 5.3. Posisi Mahasiswa Magang ...................................................................... 89 5.4. Perusahaan Konsultan sebagai Penyedia Jasa......................................... 90 VI. SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................92 6.1. Simpulan ................................................................................................. 92 6.2. Saran ....................................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................94 LAMPIRAN..........................................................................................................96
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jadwal Kegiatan Magang ................................................................................. 13 2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Magang ......................................................... 15 3. Peralatan gambar yang digunakan Perusahaan ................................................. 22 4. Fasilitas yang digunakan Perusahaan ................................................................ 22 5. Aplikasi software yang digunakan Perusahaan ................................................. 23 6. Jenis dan Nilai Kontrak lelang .......................................................................... 24 7. Jadwal Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak ................................ 79 8. Kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges ...................................... 88
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tahapan Perancangan Lanskap dan Batasan Magang Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang ........................................16 2. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................ 20 3. Kondisi studio proyek perusahaan ................................................................... 21 4. Struktur Tim Proyek Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon ...........................................................29 5. Peta Taman Nasional Ujung Kulon .................................................................. 31 6. Satwa-satwa di TNUK...................................................................................... 33 7. Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK .......................................................... 33 8. Peta Aksesibilitas Menuju TNUK .................................................................... 35 9. Orientasi Pulau Peucang ................................................................................... 36 10. Kondisi perairan di Pulau Peucang ................................................................. 36 11. Lokasi Proyek ................................................................................................. 37 12. Lokasi Sarana dan Prasarana di Pulau Peucang .............................................. 38 13. Signage yang terdapat di Pulau Peucang ........................................................ 39 14. Wisatawan sedang mengambil foto rusa ......................................................... 39 15. Rumah tinggal Suku Baduy ............................................................................ 45 16. Kondisi rawa pada tapak ................................................................................. 46 17. Letak dan Luasan Tapak ................................................................................. 47 18. Tata Guna Lahan disekitar tapak..................................................................... 48 19. Beberapa view yang terdapat pada tapak ........................................................ 49 20. Ekosistem Hutan Pantai .................................................................................. 50 21. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada tapak ................................................. 51 22. Jenis-jenis satwa yang terdapat pada tapak ..................................................... 52 23. Konsep The Windows ...................................................................................... 52 24. Salah satu vista yang terbentuk pada tapak ..................................................... 53 25. Pembagian ruang pada tapak ........................................................................... 54 26. Lokasi mooring buoy area ............................................................................... 55 27. Ilustrasi tampak atas mooring buoy................................................................. 56 28. Rekomendasi desain mooring buoy ................................................................ 56
xv
29. Kondisi eksisting jetty area ............................................................................. 57 30. Ilustrasi tampak atas jetty area ........................................................................ 57 31. Rekomendasi desain jetty ............................................................................... 58 32. Kondisi eksisting area gedung multifungsi ..................................................... 58 33. Ilustrasi tampak atas area gedung multifungsi ................................................ 59 34. Information centre dan canteen yang dilengkapi dengan ecotoilet ................ 59 35. Rekomendasi desain bangunan pada area gedung multifungsi ....................... 60 36. Ilustrasi tampak atas area chalet 1 dan 2 ......................................................... 61 37. Kondisi eksisting area chalet 1 ....................................................................... 61 38. Kondisi eksisting area chalet 2 ....................................................................... 62 39. Kondisi eksisting area chalet 3 ....................................................................... 62 40. Kondisi eksisting area chalet 4 ....................................................................... 62 41. Ilustrasi tampak atas area chalet 3 dan 4 ......................................................... 63 42. Kasa transparan yang digunakan sebagai material untuk jendela ...................64 43. Gambar detail chalet dan ecotoilet .................................................................. 65 44. Sistem pemasangan septic tank biofil pada ecotoilet ...................................... 66 45. Kondisi eksisting area danau ........................................................................... 66 46. Ilustrasi tampak atas area danau ...................................................................... 67 47. Ilustrasi area danau .......................................................................................... 67 48. Rekomendasi desain shelter ............................................................................ 68 49. Kondisi eksisting area multifungsi .................................................................. 68 50. Imagery Boards untuk area multifungsi .......................................................... 69 51. Rekomendasi desain signage di beberapa lokasi ............................................ 70 52. Imagery Boards untuk education signage....................................................... 71 53. Rekomendasi desain boardwalk dan light walkway........................................ 72 54. Imagery Boards untuk boardwalk.................................................................. 72 55. Kesesuaian prosedur standar tahap pengerjaan proyek perusahaan dengan proses perancangan menurut Booth (1983) ....................................................76 57. Ecolodges di Laos ........................................................................................... 88
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Surat Keterangan Pembagian Tugas untuk Pengerjaan Proyek ........................ 96 2. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Chalets dan Ecotoilet .............................. 100 3. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Pedestrian Circulation............................ 101 4. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Jetty ......................................................... 102 5. Sketsa Rekomendasi Desain untuk area Gedung Multifungsi ........................ 103 6. Sketsa Potongan Rekomendasi Desain untuk Chalets dan Shelter ................. 104
1
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pariwisata sekarang ini merupakan suatu kebutuhan dasar bagi
masyarakat, yakni untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas pekerjaan. Permintaan pasar untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan wisata di Indonesia yang semakin bertambah dari tahun ke tahun (Nirwandar, 2006). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan wisata, maka dewasa ini kegiatan pariwisata lebih ditingkatkan. Selain untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan,
kegiatan
pariwisata
juga
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat disekitarnya. Indonesia mempunyai kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan. Salah satunya pengembangan wisata alam, dimana kegiatan wisata alam merupakan suatu bentuk industri yang minimal dalam mengeksploitasi atau merusak keberadaan serta kelestarian sumber daya alam. Selain itu juga minimal dalam menghasilkan bahan – bahan yang mencemari lingkungan, sehingga peluang pengembangannya akan menduduki prioritas yang tinggi (Nurisjah, 2001). Salah satu kawasan wisata alam di Indonesia adalah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Keanekaragaman hayati laut dan karakter bentang alam kawasan Ujung Kulon telah mengundang tidak hanya para peneliti, namun juga peminat perjalanan wisata alam. Kawasan Ujung Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dan pengelolaannya dibawah Balai Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Wilayah pengelolaanya TNUK meliputi Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, Pulau Handeuleum dan Gunung Honje (BTNUK, 2010). TNUK adalah salah satu taman nasional yang ada di Indonesia yang mewakili ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. TNUK merupakan kawasan konservasi dan merupakan habitat terakhir bagi kelangsungan hidup satwa langka badak jawa (Rhinoceros sondanicus). TNUK sebagai kawasan
2
konservasi
membutuhkan
perencanaan
dan
perancangan
lanskap
untuk
pengembangan kegiatan wisata alam. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian perancangan lanskap mengenai pengembangan wisata alam di TNUK. Kajian ini dilakukan oleh PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap khususnya dalam perencanaan dan perancangan kawasan-kawasan konservasi. Perencanaan dan perancangan kawasan konservasi termasuk dalam bidang ilmu arsitektur lanskap. Sikap profesionalisme di bidang arsitektur lanskap dapat diwujudkan melalui pemahaman dan aplikasi teori keilmuan dalam praktek di lapang. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan praktek kerja lapang pada suatu perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap. PT. Idea Consultant sebagai perusahaan dengan berbagai pengalaman dalam perencanaan dan perancangan kawasan-kawasan konservasi menjadi pilihan sebagai tempat kegiatan magang ini. Kegiatan magang pada PT. Idea Consultant merupakan suatu upaya dalam mempelajari proses pengerjaan proyek di bidang lanskap khususnya dalam pengembangan kawasan konservasi. Tahapan proses tersebut, baik dalam kegiatan studio maupun di lapang sangat penting untuk dipelajari dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan calon arsitek lanskap.
1.2.
Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan
beragam pengetahuan praktis, pengalaman, dan keterampilan dalam bidang arsitektur lanskap, mempelajari dan meningkatkan soft skill serta kemampuan dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap yang berfokus pada proyek kajian desain lanskap wisata alam. Secara spesifik, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah: 1. Mempelajari dan mengikuti proses bekerja di studio dan di lapang sesuai dengan manajemen kerja yang diterapkan oleh PT. Idea Consultant. 2. Mengenal berbagai jenis alat, bahan, metode, teknologi, dan sumberdaya yang digunakan oleh PT. Idea Consultant dalam pengerjaan proyek.
3
3. Menganalisis sistem dan teknik serta proses kajian desain lanskap pengembangan wisata alam Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant.
1.3.
Manfaat Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Idea Consultant bermanfaat
untuk: 1. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa di bidang arsitektur lanskap dalam menghadapi kondisi lapangan kerja. 2. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengerjaan suatu proyek pengembangan wisata alam. 3. Meningkatkan keterampilan teknik perencanaan dan perancangan lanskap serta menambah pengalaman sebagai media pertukaran informasi, ilmu dan teknologi dalam arsitektur lanskap antara mahasiswa, Departemen Arsitektur Lanskap IPB dan perusahaan tempat magang. 4. Menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan staf dan manajemen pada perusahaan tempat magang.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Lanskap Menurut Simonds dan Starke (2006) Lanskap merupakan suatu bentang
alam dengan karakteristik tertentu, yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap terdiri dari lanskap alami dan lanskap buatan. Lanskap alami terdiri dari hutan, sungai, kolam, rawa, bukit pasir, padang rumput, gunung, danau, laut, bukit, jurang, lembah dan padang pasir. Sedangkan lanskap buatan merupakan suatu lanskap alami yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menunjang aktivitas manusia tanpa merusak lanskap tersebut. Major feature (fitur lanskap mayor) merupakan bentukan-bentukan penampakan dan kekuatan lanskap alam yang dominan, sangat sedikit dapat diubah. Beberapa elemen lanskap alami yang tidak dapat diubah yaitu bentukan topografi seperti bentukan pegunungan, lembah, sungai dan pantai, penampakan presipitasi, embun, kabut dan sebagainya. Sedangkan minor feature (fitur lanskap minor) yaitu elemen lanskap yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar, dan parit, dimana seorang perencana dapat memodifikasinya (Simonds dan Starke, 2006).
2.2.
Taman Nasional Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (Pasal 1 Butir 14 UU No. 5 Tahun 1990). Dalam Pasal 32 disebutkan bahwa kawasan taman nasional dikelola dengan sistem yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluannya. Zona inti adalah bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona pemanfaatan adalan bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Zona lain adalah diluar zona tersebut, karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi dan sebagainya.
5
Kemudian dalam Pasal 34 Ayat 1 dinyatakan bahwa, pengelolaan taman nasional dilakukan oleh pemerintah dengan penjelasannya, yaitu pada dasarnya pengelolaan kawasan pelestarian alam merupakan kewajiban dari pemerintah sebagai konsekuensi pengusahaan oleh negara atas sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan atas zona pemanfaatan taman nasional pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan kepada koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, dan perorangan. Selanjutnya, dalam pasal 35 UU No. 5 tahun 1990 dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan, dan menutup taman nasional sebagian atau seluruhnya untuk waktu tertentu. Yang dimaksud adalah karena bencana alam seperti gunung meletus, keluar gas beracun, bahaya kebakaran, dan kerusakan akibat pemanfaatan terus menerus yang dapat membahayakan pengunjung atau kehidupan flora dan faunanya Menurut Arief (2001), taman nasional adalah lanskap pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Lanskap ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Ketetapan pembagian zonasi diberikan batasan atau kriteria berdasarkan kandungan jenis tumbuhan dengan kerapatan tertentu, ciri khas habitat beserta satwanya ataupun yang endemik. Kriteria batasan dalam penetapan zonasi taman nasional adalah sebagai berikut : 1. Zona Inti, yaitu mengandung jenis tumbuhan > 200 jenis spesies/1.000 hektar, mengandung jenis tumbuhan endemik, mengandung ekosistem khas, merupakan habitat/daerah jelajah satwa yang dilindungi, dan mengandung tumbuhan langka/dilindungi. 2. Zona Rimba, yaitu mengandung jenis tumbuhan 200 spesies/1.000 hektar, mengandung tegakan dan rapatan > 100 batang/hektar, dan merupakan habitat/daerah jelajah satwa liar. 3. Zona Pemanfaatan, yaitu mengandung objek wisata yang menarik dan memungkinkan dikembangkan sebagai pusat kunjungan.
6
4. Zona Pemanfaatan tradisional, yaitu lebih dari 25 % kebutuhan pokok warga desa setempat tergantung pada lanskap taman nasional, berdekatan dengan wilayah desa, dan mempunyai ekosistem yang tidak asli. 5. Zona Rehabilitasi, yaitu kandungan tegakan < 100 batang/hektar, merupakan daerah tangkapan air potensial, merupakan koridor satwa liar, dan mempunyai ekosistem yang asli. Pembentukan zonasi dalam taman nasional tersebut tidak semua sesuai dengan kriteria, sehingga hanya beberapa saja yang memenuhi kriteria. Kelima manfaat dan fungsi zona tersebut merupakan zonasi yang tidak baku sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lanskap taman nasional. Manfaat dan fungsi zonasi tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Zona Inti, yaitu zona secara khusus diperuntukkan bagi upaya perlindungan dan pelestarian, maka dalam zona ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan pengunjung kecuali kegiatan penelitian. Kedudukan zona ini sama dengan cagar alam ata suaka margasatwa. 2. Zona Rimba, yaitu zona yang dapat dikunjungi dengan berbagai kegiatan rekreasi, tetapi dalam batas-batas tertentu. Kegiatan yang ada umumnya suatu pengelolaan habitat dan pembuatan jalan setapak atau paling sedikit wisata alam terbatas. 3. Zona Pemanfaatan Intensif, yaitu zona yang dialokasikan untuk menampung bentuk kegiatan rekreasi dan penyediaan sarana untuk pengelolaan, misalnya kantor dan stasiun penelitian, bumi perkemahan, tempat parkir, dan lain-lain. Zona ini mudah dicapai oleh pengunjung dan memiliki manfaat yang jelas bagi wilayah tersebut. Zona ini sama dengan hutan wisata/taman wisata atau wana wisata.
2.3.
Wisata Alam Nurisyah dan Pramukanto (2008) berpendapat bahwa wisata merupakan
rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap.
7
Merencanakan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan. Gunn (1994) menyatakan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kawasan wisata adalah ketersediaan obyek dan atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi pendukung. Obyek dan atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata. Lebih lanjut Gunn (1994) menyatakan wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan atraksi utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari lima bentukan dasar alam, yaitu air, perubahan topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumberdaya alam yang sangat umum untuk dikembangkan adalah air seperti telaga, danau, laut, air terjun, dan sebagainya. Selain itu potensi alam seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan modifikasi lanskap serta flora dan fauna endemik yang sangat bervariatif akan sangat menarik bagi pengunjung. Sedangkan menurut Departemen Kehutanan (2001) wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
2.4.
Perancangan Lanskap Rogers (2011) menyatakan bahwa, arsitek lanskap merupakan profesi yang
menerapkan seni dan prinsip ilmu pengetahuan untuk penelitian, perencanaan, perancangan, dan manajemen lingkungan. Praktisi profesi ini menerapkan keterampilan yang kreatif dan kemampuan teknis serta pengetahuan, budaya, dan politik dalam menyusun unsur-unsur alam yang direncanakan dan dibangun diatas tanah dengan kepedulian terhadap pengelolaan dan konservasi alam, konstruksi dan sumberdaya manusia. Lingkungan yang dihasilkan harus melayani pengguna, estetik, aman, dan menyenangkan. Perancangan lanskap merupakan perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perancangan menekankan pada seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, struktur, tumbuh-tumbuhan, dan
8
kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendala-kendala di dalam tapak (Laurie, 1986). Perancangan menurut Simonds (1983) merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, dan aspek psikologis serta fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume mempunyai bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna dan kualitas lain yang dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Menurut Booth (1983), proses perancangan harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien. Proses desain menurut Booth (1983) yaitu: 1.
Penerimaan proyek (Project acceptance)
2.
Riset dan Analisis (Research and analysis) a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis c. Wawancara dengan klien d. Pengembagian program
3.
Desain/perancangan (Design) a. Diagram fungsi b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan h. Design development
4.
Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings) a. Layout plan b. Grading plan
9
c. Planting plan d. Construction details 5.
Pelaksanaan (Implementation)
6.
Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Construction Evaluation Maintenance)
7.
Pengelolaan (Management) Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa dalam merancang sebuah
lanskap terdapat sebuah prinsip, yaitu dengan mengeliminasi elemen-elemen yang buruk dan mengekspos elemen-elemen yang baik. Dalam merancang lanskap resort, karakter tapak yang menarik harus diciptakan atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi kesatuan yang harmonis. Dalam perancangan terdapat proses yang memiliki beberapa tahapan. Menurut Simonds (2006), proses perencanaan/perancangan terdiri dari enam tahapan, yaitu: 1.
Comission merupakan tahapan pemberian tugas dan persiapan, yang berhubungan dengan persetujuan kontrak dengan klien dalam bentuk tertulis sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas.
2.
Research merupakan tahap pengumpulan data berbagai informasi yang didapat dari kegiatan inventarisasi.
3.
Analysis pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang ada dan penentuan kendala serta potensi.
4.
Syntesis merupakan tahap pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi sebagai bentuk persiapan dalam menentukan alternatif perencanaan.
5.
Construction
merupakan
tahap
pelaksanaan
dengan
mempersiapkan
dokumen, kontrak kerja, supervisi, dan pengecekan pelaksanaan. 6.
Operation
merupakan
tahap
penyelesaian
proyek
yang
mencakup
pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta observasi tapak.
2.5.
Konsultan Lanskap Sharky (1994) menyatakan bahwa konsultan adalah seseorang yang
menyediakan pelayanan konsultasi dalam industri desain dengan menawarkan ide, rekomendasi, saran, dan keahlian untuk harga suatu desain. Konsultasi merupakan
10
aktivitas penyedia saran dalam bentuk informasi, rekomendasi prosedur, atau ide. Dalam pertukaran pelayanan konsultan, klien membayar konsultan dengan sejumlah biaya yang disepakati antara klien dan konsultan untuk memulai suatu pekerjaan berdasarkan spesifikasi dan penjelasan ruang lingkup pekerjaan. Jenis aktivitas konsultasi meliputi riset, investigasi, pendapat ahli, rekomendasi teknis, analisis dan evaluasi, perbaikan anggaran biaya dan modal, atau rencana kesesuaian proyek. Menurut Gold (1980), konsultan lanskap adalah pengembang swasta yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas rekreasi dalam kota. Perencana kota dan arsitek lanskap berperan penting dalam kegiatan preservasi, perancangan ruang terbuka, pembangunan fasilitas rekreasi, dan program sosial sebagai pelayanan kebutuhan rekreasi bagi manusia. Lebih lanjut Gold (1980) menyatakan, konsultan memiliki beberapa kelebihan di antaranya: 1.
Kemampuan profesional, yaitu memiliki kompetensi secara teknis berupa kemampuan dari segi perancangan yang dapat dilihat dari proyek desain yang telah dikerjakan.
2.
Penyediaan pelayanan, dimana kualitas pelayanan jasa yang telah dikerjakan dapat dievaluasi dari referensi klien sebelumnya.
3.
Kemampuan untuk menyediakan staf tim perencanaan dengan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik untuk mengerjakan suatu proyek dan menyelesaikannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
4.
Kemampuan untuk menyewa staf ahli tambahan yang dibutuhkan sesuai beban kerja yang dibutuhkan.
5.
Memiliki latar belakang pengalaman, alat-alat dan pengetahuan langsung yang berkaitan dengan situasi dan proyek yang beragam.
6.
Hasil kerja yang obyektif dan profesional.
7.
Sistem kerja berdasarkan pada jadwal kerja yang telah dibuat. Dalam Kepres No. 80 Tahun 2003 mengenai pengadaan barang dan jasa,
dijelaskan bahwa penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa. Sedangkan jasa konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan
11
konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan pengguna jasa. Dalam hal ini konsultan merupakan penyedia jasa, oleh karena itu konsultan yang baik haruslah memenuhi persyaratan sebagai penyedia jasa. Lebih lanjut dalam Kepres No. 80 Tahun 2003 disebutkan bahwa persyaratan sebagai penyedia barang/jasa adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi perundang-undangan untuk menjalankan usaha. 2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial. 3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit. 4. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk menandatangani kontrak. 5. Memenuhi kewajiban pajak. 6. Dalam waktu kurun waktu 4 tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan (termasuk pengalaman memperoleh pekerjaan sub-kontrak), kecuali bagi perusahaan yang baru berdiri kurang dari 3 tahun. 7. Memiliki SDM (termasuk tenaga ahli yang kompeten), modal, peralatan dan fasilitas. 8. Tidak termasuk dalam daftar hitam (black list). 9. Memiliki alamat tetap.
2.6.
Manajemen Proyek Stoner and Freeman (1992) menyatakan bahwa manajemen merupakan
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi yang telah ditetapkan. Proses manajemen mencakup empat fungsi utama yaitu: 1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu proses manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan perumusan perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. 2. Pengorganisasian (organizing), adalah suatu proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumberdaya dikalangan anggota
12
organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum. 3. Pengarahan (directing), merupakan tahap yang mencakup hal yang mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik. 4. Pengendalian (controlling), adalah fungsi pengendalian manajemen yang mencakup penetapan standar kerja, mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini dengan standar kerja yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan untuk mengantisipasi apabila terjadi penyimpangan. Manajemen proyek menurut Soeharto (1999) adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan yaitu: 1. Pengelolaan sumber daya manusia, bertujuan untuk mengupayakan secara efektif sumber daya manusia untuk melaksanakan proyek. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek. 2. Pengelolaan waktu (jadwal), meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan urutan kegiatan, perkiraan kurun waktu dan penyusunan jadwal. 3. Pengelolaan biaya, meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek. 4. Pengelolaan komunikasi, merupakan proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat dalam proyek, memperoleh informasi yang diperlukan pada waktu yang tepat.
13
III. METODOLOGI 3.1.
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PT. Idea Consultant yang beralamat di
Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Kabupaten Bogor. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada awal Maret 2011 sampai pertengahan Juni 2011. Jadwal harian kegiatan magang adalah hari Senin-Jumat, pukul 09.00-17.00 WIB. Jadwal pelaksanaan kegiatan magang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang No
Jenis Pekerjaan
1
Persiapan
2
Kegiatan Administrasi
3
Kegiatan Studio
Bulan Maret 1
2
3
Bulan April
4 1
2
3
Bulan Mei
Bulan Juni
4 1 2 3 4 1 2 3 4
a. Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Bogor di Rumpin b. The Bintangur Eco Camp c. The Halfway to The Wilderness d. The Tasik Betung e. Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang
3.2.
Metode Metode magang untuk kegiatan perancangan di PT. Idea Consultant
dilakukan dengan cara:
14
1. Partisipasi aktif dalam pengerjaan proyek utama yaitu Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, TNUK, dilakukan baik dalam kegiatan pengamatan (survey) lapang secara langsung maupun kegiatan studio. 2. Partisipasi aktif juga dilakukan pada proses perancangan di studio untuk beberapa proyek yang dikerjakan oleh perusahaan selama kegiatan magang berlangsung. Proyek-proyek tersebut adalah: a. “The Bintangur Eco Camp”, Riau (Sinar Mas Forestry Project). b. “The Halfway to The Wilderness”, Riau (Sinar Mas Forestry Project). c. “The Tasik Betung”, Riau (Sinar Mas Forestry Project). d. Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Bogor di Rumpin. Selain berpartisipasi aktif dalam proyek-proyek yang dikerjakan perusahaan, kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan selama magang yaitu: 1. Melakukan studi pustaka untuk membantu pengumpulan data pada proses pengerjaan proyek yang sedang berlangsung, baik melalui buku maupun website yang terkait. 2. Wawancara dengan Direktur Utama, Manager Pengelola, Manager Produksi (Perencanaan dan Perancangan), serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan proyek yaitu penanggung jawab dari pihak balai TNUK dan penanggung jawab dari pihak Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL).
3.3.
Data Jenis data magang yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu meliputi
data kelembagaan perusahaan dan data untuk keperluan proyek. Data kelembagaan perusahaan meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, jadwal kerja, bahan, alat, dan metode kerja. Data keperluan proyek meliputi lokasi proyek, tujuan proyek, inventarisasi dan analisis tapak, konsep dan rencana tata ruang, serta pengembangan desain pada tapak. Masing-masing data tersebut dibedakan berdasarkan bentuk data yaitu data deskriptif dan data spasial (Tabel 2).
15
Tabel 2. Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Magang No Jenis Data 1.
2.
3.4.
Kelembagaan a. Profil Perusahaan b. Struktur organisasi c. Sistem kerja d. Bahan, alat dan metode kerja Proyek a. Lokasi b. Tujuan c. Inventarisasi dan analisis tapak d. Konsep dan rencana tata ruang e. Pengembangan Desain
Bentuk
Sumber
Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Studi pustaka Wawancara Wawancara Wawancara, dokumentasi
Deskriptif, spasial Deskriptif Deskriptif, spasial
Perusahaan, BTNUK, wawancara, studi pustaka, tinjauan lapang
Deskriptif, spasial Deskriptif, spasial
Tahapan Kegiatan Magang Kegiatan magang dilakukan pada perusahaan PT. Idea Consultant. dengan
melalui tahapan kegiatan magang sebagai berikut: 1.
Persiapan Meliputi pembuatan proposal usulan magang dan mengurus administrasi dengan PT. Idea Consultant.
2.
Pengenalan Kelembagaan Perusahaan Kegiatan ini merupakan orientasi mahasiswa magang dengan staf yang ada di PT. Idea Consultant selain itu juga dilakukan pengenalan struktur organisasi, pembagian kerja dan prosedur pengerjaan proyek. Pengenalan Kelembagaan dilakukan pada awal kegiatan magang.
3.
Kegiatan di studio Kegiatan ini merupakan kegiatan utama yang dilakukan saat melakukan kegiatan magang yaitu mempelajari seluruh proses pengerjaan pada proyek yang dilaksanakan perusahaan. Mahasiswa magang melakukan pengumpulan data dan studi pustaka mengenai perusahaan dan proyek yang dikerjakan.
16
Sumber data berasal dari klien, pihak perusahaan, semua pihak yang terkait dengan proyek dan studi pustaka.
3.5. Batasan Magang Kegiatan magang yang dilakukan meliputi pembelajaran terhadap sistem manajemen serta mekanisme kerja studio di PT. Idea Consultant. Selain itu juga pemahaman terhadap proses selama pengerjaan proyek yang dilakukan di perusahaan. Tahapan perancangan lanskap yang dilakukan perusahaan meliputi tahap persiapan, inventarisasi dan analisis, desain konsep, pengembangan desain, pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan (Gambar 1).
Tahapan Perancangan Lanskap Perusahaan
Tahapan Pengerjaan Proyek Pulau Peucang TNUK
Persiapan
Tahap 1 – Persiapan
Inventarisasi dan analisis
Tahap 2 – Pengumpulan data dan Penilaian Tapak
Desain Konsep
Tahap 3 – Pembuatan konsep dan rencana tata ruang
Pengembangan desain
Tahap 4 – Design Development (Planning Application) BATASAN MAGANG
Pembuatan gambar kerja
Pelaksanaan Gambar 1. Tahapan Perancangan Lanskap perusahaan dan Batasan Magang Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang
Pada setiap proyek yang dikerjakan perusahaan selama kegiatan magang berlangsung,
mahasiswa
magang hanya
mengikuti
sampai
pada
tahap
17
pengembangan desain. Untuk tahap pembuatan gambar kerja dilakukan oleh tim teknis perusahaan, sedangkan tahap pelaksanaan perusahaan bisa bertindak sebagai pengawas maupun pelaksana. Untuk pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak di Pulau Peucang TNUK, lingkup pekerjaan proyek yaitu berupa pembuatan rencana tata ruang dan planning application. Tahapan yang dilakukan untuk proyek ini meliputi tahap persiapan, pengumpulan data dan penilaian tapak, pembuatan konsep dan rencana tata ruang, serta pengembangan desain (planning application) (Gambar 1). Kegiatan studio yang dilakukan untuk proyek Pulau Peucang TNUK berupa kegiatan drafting gambar teknis. Pekerjaan tersebut meliputi pembuatan gambar tampak atas, detil potongan, gambar perspektif dan gambar ilustrasi dengan gambar dalam bentuk CAD, SketchUp dan Photoshop. Output yang dihasilkan pada proyek ini berupa rekomendasi desain untuk setiap sarana dan prasarana yang akan diterapkan pada tapak.
18
IV. HASIL KEGIATAN MAGANG 4.1.
Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1. Profil Perusahaan PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant merupakan perusahaan konsultan perencanaan dan perancangan lanskap yang berbasis lingkungan dan ekologis bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Perusahaan konsultan ini beralamat di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor. PT. Idea Consultant menyediakan pelayanan untuk klien swasta dan umum dengan cakupan layanan yaitu land planning dan master planning. Dalam perencanaannya PT. Idea tidak hanya melibatkan detail studi mengenai kawasan, tetapi juga melibatkan pemahaman aspek ekologis kawasan tersebut berdasarkan pemetaan lingkungan. PT. Idea Consultant mencari metode baru dan unggul dalam setiap pengembangan kawasan untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna dengan cara yang terbaik. PT. Idea Consultant menerapkan konsep “eco” yaitu ecoperencanaan, eco-desain, eco-teknologi, dan eco-aktivitas untuk menciptakan pengembangan kawasan yang berbasis ekologis dan ramah lingkungan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup alam dan penggunanya serta masa depan yang berkelanjutan. PT. Idea Consultant menitikberatkan pada pelayanan bidang desain, master plan, perencanaan lingkungan dan ekologi, untuk hasil yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya. Layanan bidang arsitektur lanskap yang dimiliki PT. Idea Consultant memiliki sumber daya dan kemampuan untuk memandu suatu proyek dari langkah yang paling awal yaitu tahap konseptual desain hingga tahap administration construction sampai tahap akhir evaluasi dan konsultasi konstruksi. PT. Idea Consultant telah menangani beberapa proyek sejak tahun 2004. Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh perusahaan antara lain: 1.
Kajian Lanskap Prospektif Kota Lama Sawahlunto pada tahun 2009
2.
Dukungan pengembangan pariwisata daerah Kelimutu, NTT pada tahun 2007
19
3.
Rencana Pemanfaatan Pariwisata Taman Nasional Kelimutu pada tahun 2006
4.
Perancangan Zona Pemanfaatan intensif Sukamade dan Bande Alit, Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2006
5.
Master Plan Kebun Raya Kuningan pada tahun 2006
6.
Perancangan Area Parkir Baru Taman Safari Indonesia, Cisarua pada tahun 2005
7.
Master Plan Pengembangan Pariwisata Alam dan jasa lingkungan Taman Nasional Berbak, Jambi pada tahun 2004 PT. Idea Consultant juga turut berperan aktif dalam beberapa kompetisi
desain lanskap dan memperoleh beberapa penghargaan desain. Penghargaan yang pernah didapat perusahan ini antara lain: 1.
Memenangkan Juara Pertama pada Sayembara Desain Kebun Raya Kuningan yang diadakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Arsitek Indonesia pada tahun 2006.
2.
Mengembangkan Caravan Camping Ground Pertama di Asia Untuk Taman Safari Indonesia pada tahun 2005.
4.1.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam kinerja para karyawan dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi ini berfungsi untuk mengatur hubungan kerja dan juga efisiensi kerja sehingga kegiatan dalam perusahaan dapat berkembang dengan baik serta meningkatkan kinerja para karyawan. PT. Idea Consultant memiliki struktur organisasi yang sederhana untuk menjalankan perusahaannya. Perusahaan memiliki direktur yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Terdapat tiga divisi di dalam perusahaan, yaitu divisi Produksi, Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Divisi produksi merupakan bagian perencanaan dan perancangan. Divisi ini mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berhubungan dengan proses perencanaan dan perancangan lanskap. Mulai dari kegiatan awal seperti pengumpulan data, analisis, sintesis, pemmbuatan konsep, sampai mempresentasikan produk akhir. Divisi ini memiliki beberapa tenaga ahli yang dipimpin oleh manajer produksi.
20
Divisi manajemen merupakan merupakan divisi yang bertugas mengelola studio proyek perusahaan. Selain itu, manajer pengelola juga mengerjakan kegiatan yang berhubungan dengan perpajakan dan administrasi seperti menyiapkan dan membuat kontrak proyek. Divisi Pemasaran dan SDM merupakan divisi yang bertugas mengelola sumber daya manusia yang terdapat di dalam perusahaan serta mencari proyek-proyek yang dapat dikerjakan oleh perusahaan melalui kegiatan lelang/tender. Jumlah seluruh sumber daya manusia yang terdapat di perusahaan saat kegiatan magang berlangsung adalah 10 orang, yang terdiri dari 4 orang staf tetap, 4 orang mahasiswa magang dan 2 orang pekerja lepas (freelance). Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Direktur Eksekutif PT. Idea Consultant Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D
Produksi
Manajemen
Pemasaran & SDM
Manajer Produksi
Manajer Pengelola
Manajer Pemasaran & SDM
Tenaga Ahli : Regional and Urban Planner - Tourism Planner - Landscape Architect -
Keterangan :
-
Studio : Drafter GIS Operator Perpajakan & Administrasi
Alur komunikasi langsung Alur komunikasi tidak langsung
(Sumber : Idea, 2011) Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
21
Direktur Eksekutif perusahaan memberikan pengarahan kepada setiap divisi serta melakukan diskusi dalam mengerjakan proyek agar menghasilkan produk yang baik dan maksimal. Produk yang dihasilkan yaitu produk yang fungsional, estetik, tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitarnya, dan juga sesuai dengan keinginan klien. Komunikasi dua arah yang dilakukan semua staf perusahaan bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan, tercapainya efisiensi waktu pada proses perancangan, pelaksananaan dan penanganan proyek. 4.1.3.
Pengelolaan Proyek Lanskap
4.1.3.1. Fasilitas Peralatan Kerja Perusahaan PT. Idea Consultant memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam membantu pengerjaan proyek-proyek yang dikerjakan. Beberapa fasilitas yang dimiliki perusahaan dapat dilihat melalui kondisi studio proyek perusahaan pada Gambar 3.
(Sumber : Idea, 2011) Gambar 3. Kondisi studio proyek perusahaan
Peralatan kerja yang digunakan perusahaan meliputi peralatan gambar secara manual serta fasilitas lainnya. Peralatan gambar yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.
22
Tabel 3. Peralatan gambar yang digunakan Perusahaan No.
Jenis alat gambar
Kegunaan
1.
Alat gambar (spidol, drawing Pembuatan gambar secara manual pen, penggaris, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan, serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan).
2.
Tracing paper dan kertas kalkir
Pembuatan gambar secara manual serta untuk menjiplak gambar
3.
Kertas HVS ukuran A3 dan A4
Pembuatan gambar secara manual, mencetak laporan serta gambar-gambar kerja
4.
Meja kerja panjang (2 unit) dan Pengerjaan proyek kursi kerja (8 unit)
Selain peralatan gambar seperti yang telah disebutkan, terdapat juga fasilitas seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Fasilitas yang digunakan Perusahaan No.
Fasilitas
Jumlah
Kegunaan
1.
PC, komputer
3 unit
Pelaksanaan pekerjaan proyek, pembuatan gambar, pembuatan laporan, pencarian data.
2.
Printer A3 dan A4
Masingmasing 1 unit
Mencetak laporan serta gambar-gambar kerja
3.
Scanner A4
1 unit
Mendapatkan images reference untuk proyek dari sumber berupa hardcopy.
4.
Mesin Fax dan Telepon
Masingmasing 1 unit
Berkomunikasi dengan klien ataupun kontraktor, memudahkan dalam hal pengiriman data atupun informasi
5.
Harddisk
2 unit
Penyimpanan data
6.
Wifi
Memudahkan dalam penyelesaian suatu proyek, searching materi yang berhubungan dengan proyek(ide,konsep,dll) serta cara berkomunikasi dengan klien.
7.
Berbagai buku sumber (perencanaan, perancangan)
Referensi materi pengerjaan proyek
untuk
mendukung
23
Dalam kegiatan studio perusahaan didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Aplikasi software yang digunakan Perusahaan No. Software
Kegunaan
1.
AutoCAD 2004, 2007
CAD Drawing
2.
Google Sketch Up 7
3D Rendering
3.
Adobe Photoshop CS3
3D Rendering
4.
3D Studio Max
Animasi dan 3D Rendering
5.
Google Earth
Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit dilakukan dan juga untuk mengetahui lokasi proyek yang berlangsung, kondisi fisik.
6.
MS. Office 2007
Terkait untuk presentasi kepada klien, daftar RAB, list material. (Document Publishing)
4.1.3.2. Cara Mendapat Proyek Proyek yang ditangani oleh PT. Idea Consultant baik proyek mengenai perencanaan, perancangan, maupun pengelolaan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu : 1. Permintaan langsung dari klien PT. Idea Consultant mendapatkan proyek tanpa harus mengajukan penawaran pada pihak lain, melainkan permintaan langsung dari klien. Klien merupakan individu ataupun suatu perusahaan ataupun suatu lembaga pemerintahan yang mempunyai proyek dan menyediakan kebutuhan finansial dari proyek tersebut. Klien yang dimaksud adalah klien yang baru ataupun klien yang sudah berlangganan menggunakan jasa perusahaan. 2. Mengikuti tender/lelang Cara lain yang digunakan PT. Idea Consultant dalam memperoleh sebuah proyek adalah dengan mengajukan penawaran tender pada klien baik klien swasta maupun dari lembaga pemerintahan. Tahap proses lelang untuk proyek pemerintah dijelaskan sebagai berikut:
24
a. Tahap awal penetapan proyek Sebelum proses lelang dilakukan, telah terdapat Judul Proyek yang telah ditetapkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) serta produk yang akan dihasilkan dari proyek tersebut. Anggaran yang ditetapkan untuk suatu proyek berasal dari dana APBD atau APBN. Setelah penetapan judul dan anggaran proyek, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan memutuskan untuk dilakukan proses lelang. Setelah itu pihak panitia lelang membuat Term of Reference (TOR) untuk lelang tersebut. b. Tanggapan terhadap TOR Dalam proses lelang tersebut, setiap perusahaan yang mengikuti kegiatan lelang membuat usulan teknis sesuai dengan TOR yang telah dibuat panitia lelang. Dalam proses TOR perusahaan membuat usulan teknis dari proyek tersebut yang anggarannya kurang dari anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Usulan teknis berisi tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh perusahaan serta hasil produk yang dibutuhkan untuk proyek tersebut. Dalam proses lelang, masing-masing perusahaan membuat anggaran untuk pelaksanaan proyek tersebut. c. Proses lelang Peraturan lelang perusahaan swasta tidak mengikuti peraturan lelang yang dilakukan oleh pemerintah. Peraturan lelang pemerintah hanya berlaku untuk kalangan lembaga pemerintahan, BUMN dan BUMD. Jenis pengadaan jasa sesuai dengan nilai kontrak diuraikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis dan Nilai Kontrak lelang Nilai Kontrak (rupiah)
Metode Pengadaan Jasa
0 – 50 juta
Penunjukan langsung
50 – 125 juta
Lelang diikuti oleh tiga perusahaan
Lebih dari 125 juta
Lelang diikuti oleh lima perusahaan
(Sumber : Idea, 2011) Penggunaan jasa pada proyek pemerintah yang bernilai lebih dari 125 juta rupiah dilakukan dengan perbandingan 70 : 30, yang dijelaskan sebagai berikut:
25
-
Biaya sebesar 70% merupakan biaya yang digunakan langsung dalam pengerjaan proyek seperti membayar tenaga ahli untuk pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut.
-
Biaya sebesar 30% merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey, meeting ataupun kegiatan FGD (Focused Group Discusion) lainnya.
3. Kerjasama dengan lembaga Dalam mendapatkan proyek, PT. Idea Consultant juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintahan maupun swasta. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah. Contoh kerjasama PT. Idea Consultant dengan Dinas pemerintahan yaitu kerjasama dengan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas dan Departemen Kehutanan dalam proyek Rencana Penyusunan (Site Plan) Taman Nasional Bukit Dua Belas. Sedangkan kerjasama PT. Idea Consultant dengan pihak swasta yaitu kerjasama dengan Taman Safari Indonesia dalam proyek Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) dan Rancangan Arsitektur Parkir Baru Taman Safari Indonesia Cisarua.
4.1.3.3. Prosedur dan Sistem Kerja Perusahaan 1. Prosedur Kerja Perusahaan PT. Idea Consultant memiliki prosedur standar dalam mengerjakan proyek lanskap. Prosedur pengerjaan setiap proyek memiliki tahapan yang berbeda-beda tergantung kesepakatan awal dari klien. Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah ditetapkan oleh perusahaan meliputi tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. a.
Tahap persiapan Tahap pertama yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant pada semua proyek yang ditangani melalui tahap persiapan. Tahap ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan berbagai teknis kebutuhan proyek
26
dan juga urusan administrasi proyek. Pada tahap ini terjadi pertemuan pertama dengan klien. Pada pertemuan ini klien membicarakan mengenai keinginannnya dan harapannya akan proyek yang ditangani, konsep yang ingin dicapai dan kepentingan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan proyek. Selanjutnya pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih detail yang mencakup pelayanan, bentuk produk, dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Pada tahap ini dilakukan penerimaan proyek. b.
Tahap inventarisasi dan analisis Tahap
inventarisasi
merupakan
tahap
awal
pada
proses
perancangan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan pengumpulan data mengenai proyek serta mempelajari kondisi tapak. Tahap ini dilakukan secara langsung ke lokasi proyek untuk melihat kondisi awal tapak dengan survei lapang oleh staf perusahaan. Data untuk keperluan proyek diperoleh melalui data primer dan sekunder. Data primer merupakan data eksisting yang ada pada tapak seperti letak dan luas, aksesibilitas, tata guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi serta merekamnya dalam gambar berupa foto. Data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan tapak dan lingkungannya. Pencarian data sekunder dilakukan melalui internet atau melalui buku-buku yang berkaitan dengan tapak. Data ini diperlukan juga untuk proses analisis. Selanjutnya dilakukan proses analisis, yang bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh pada proses inventarisasi serta mempelajari potensi dan kendala dalam tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk mendapatkan sintesis setelah analisis dilakukan. Pada semua proyek yang dikerjakan, tahapan analisis dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama (singkat), karena staf perusahaan telah berpengalaman dalam banyak proyek lain yang sudah ditangani. c.
Tahap desain konsep (concept design) Tahap ini bertujuan untuk membuat arahan mengenai rancangan yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Pada tahap ini juga terdapat
27
proses pembuatan rencana tata ruang jika klien belum memiliki masterplan dari tapak yang akan dirancang. Desain konsep merupakan tahap awal untuk membuat perancangan lanskap secara konseptual dengan memasukan semua ide untuk menciptakan sebuah tema dan karakter yang sesuai dengan keinginan klien. Untuk pembuatan konsep awal ini dilakukan diskusi tim proyek untuk mempertimbangkan keinginan dari klien. d.
Tahap pengembangan desain (design development) Tahap pengembangan desain merupakan pengembangan dari desain konsep. Tahap ini bertujuan untuk mengaplikasikan perencanaan tapak (planning application) pada tiap zona tapak. Pada tahap ini juga dibuat gambar-gambar ilustrasi yang mendukung konsep, gambar potongan, serta imagery boards untuk memberikan gambaran kepada klien mengenai desain yang diusulkan.
e.
Tahap pembuatan gambar kerja Tahap ini merupakan tahap yang bertujuan untuk menghasilkan gambar-gambar kerja detail seperti detail rancangan, detail zonasi, detail material, detail konstruksi, RAB dan informasi lainnya yang mendukung. Produk dari tahap ini digunakan sebagai acuan dalam proses pelaksanaan.
f.
Pelaksanaan Tahap pelaksanaan memiliki tujuan untuk mewujudkan atau membangun rancangan pada tapak. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek lanskap tetap bisa memantau tahap pembangunan untuk memberikan saran apabila diperlukan.
2. Sistem Kerja Perusahaan Selain prosedur standar pengerjaan proyek, perusahaan juga memiliki sistem
kerja.
Sistem
kerja
perusahaan
merupakan
suatu
bentuk
pengorganisasian proyek dalam perusahaan. Sistem kerja perusahaan ini dalam pengerjaan proyek diketahui oleh seluruh staf dengan dilakukannya briefing terlebih dahulu dan mendapatkan penjelasan dari owner (direktur). Suatu proyek dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap proyek memiliki
28
struktur tim proyek yang dibentuk pada tahap persiapan. Tim proyek dipimpin oleh project leader. Direktur atau owner menjelaskan mengenai proyek
tersebut
kepada
project
leader
kemudian
project
leader
menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim. Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Project leader bertanggung jawab untuk mengatur dalam pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim. Main designer bertugas membuat konsep dan desain awal untuk proyek yang dikerjakan. Tim teknis pada proyek bertanggung jawab dalam pengamatan lapang serta pengerjaan pengembangan desain dan gambar kerja.
4.2.
Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK
4.2.1. Deskripsi Proyek Proyek ini mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Proyek yang terletak di Pulau Peucang ini, termasuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam TNUK dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pada pulau ini terdapat 100 ha zona pemanfaatan taman nasional yang terletak di bagian timur pulau ini. Proyek dengan judul Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, TNUK adalah proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea Consultant oleh Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL) yang berada langsung dibawah Departemen Kehutanan. Proyek ini merupakan proyek kajian terapan desain tapak sebagai suatu bentuk percontohan proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan pihak balai taman nasional lainnya dalam mengembangkan kawasan wisata alam. Maksud dari kajian tersebut adalah untuk mengkaji kesesuaian lingkungan dari zona pemanfaatan yang tersisa di Pulau Peucang dengan aktifitas dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak sebagai kawasan wisata alam. Rentang waktu proses pengerjaan proyek adalah satu bulan. Struktur tim yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini seperti terlihat pada Gambar 4.
29
CLIENT
Dinas Pemanfaatan Jasa
Balai Taman Nasional
Lingkungan Kawasan
Ujung Kulon
Konservasi dan Hutan Lindung
LANDSCAPE ARCHITECT PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant
Penanggungjawab
PROJECT LEADER
Penanggungjawab
Sumaedi
Soehartini Sekartjakrarini
I Putu Garjita
MAIN DESIGNER Puspita Galih Resi
INTERN STUDENT
INTERN STUDENT
MAPPING
Faizol Hatzri (UPM)
Fika Widya Nastiti (IPB)
Haryono
Gambar 4.Struktur Tim Proyek Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon
Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sebelumnya sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas penginapan bagi wisatawan yang berkunjung dibawah pengelolaan pihak Wana Wisata Alam Hayati (WWAH). Pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant ini adalah melakukan kajian terapan desain tapak pada 50 ha zona pemanfaatan yang tersisa. Zona pemanfaatan ini dikelola pihak balai TNUK untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam. Dari kawasan seluas 50 ha ini akan
30
diletakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata alam dimulai dari kawasan pantai hingga kawasan dalam hutan. Dalam proyek ini PT. Idea Consultant terlibat dari awal proyek dan berperan dalam penentuan tata ruang pada tapak. Sebagian besar data awal untuk proyek merupakan data sekunder yang di dapat dari pihak Balai TNUK. Disamping itu dilakukan survei langsung ke lokasi tapak serta dilakukan juga studi pustaka untuk pengerjaan proyek ini.
4.2.2. Kondisi Umum TNUK Kawasan Ujung Kulon dinyatakan sebagai calon Taman Nasional pada tahun 1982, dari fungsi awalnya sebagai Cagar Alam berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 736/Kpts/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 pada saat kongres III taman nasional sedunia di Bali. Kemudian, tahun 1992 kawasan Ujung Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dan pengelolaannya dibawah Balai Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 (BTNUK, 2010). Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan aset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1991. Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis. TNUK merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang Ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan (BTNUK, 2010).
4.2.1.1. Batas Geografis dan Administratif Secara geografis kawasan ini terletak antara 6q30’43”-6q52’17” LU dan 102q2’32”-105q37’37” BT. Secara administratif TNUK terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK memiliki batas wilayah sebagai berikut (BTNUK, 2010):
31
1. Sebelah Barat dan Utara, berbatasan dengan Selat Sunda dan Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. 2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Teluk Selamat Datang dan Kecamatan Cimanggu, Kab. Pandeglang. 3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia. TNUK yang terdiri dari daratan dan perairan merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. TNUK merupakan hutan tropis dataran rendah dengan luas wilayah 122.956 ha, yang terdiri dari 78.619 ha daratan dan 44.337 ha perairan laut. Ditetapkannya taman nasional ini bertujuan untuk pelestarian sumber daya alam serta memberikan dukungan dalam kesejahteraan masyarakat setempat. Bagian-bagian penting dalam kawasan terbagi menjadi 5 wilayah yaitu, Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje, Pulau Handeleum, Pulau Pecang, dan Pulau Panaitan (Gambar 5).
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 5. Peta Taman Nasional Ujung Kulon
32
4.2.1.2. Iklim TNUK memiliki iklim tropis laut dengan curah hujan tahunan rata-rata 3.250 mm. Suhu dalam kawasan berkisar antara 25-30qC dengan kelembaban antara 80-90%. Bulan April-Oktober merupakan musim kering, khususnya JuliOktober. Musim hujan mulai dari Bulan November dan berakhir pada Bulan Maret dengan rata-rata curah hujan 400 mm. Musim hujan terberat antara Bulan Desember-Januari dan disertai dengan angin kencang. Musim kemarau terjadi pada Bulan Mei-September dengan curah hujan normal tiap bulan rataǦ rata tidak melebihi 100 mm (BTNUK, 2010). Pada musim angin barat antara Bulan Oktober hingga Bulan April angin bertiup kencang. Musim angin barat ini sering menyebabkan pohon tumbang dan menyulitkan perjalan kapal karena ombak besar. Angin timur berlangsung selama Bulan Mei hingga Bulan September membuat perairan bagian utara Semenanjung Ujung Kulon menjadi terang dan kurang berombak.
4.2.1.3. Flora dan Fauna Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di TNUK mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820. Kurang lebih 700 spesies tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 spesies diantaranya langka seperti Merbau (Intsia bijuga), Palahlar (Dipterocarpus haseltii), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Cerlang (Pterospermum diversifolium), Ki Hujan (Engelhardia serrata) dan berbagai macam jenis anggrek (BTNUK, 2010). Satwa di TNUK terdiri dari 35 spesies mamalia, 59 spesies reptilia, 22 spesies amfibia, 240 spesies burung, 72 spesies insekta, 142 spesies ikan dan 33 spesies terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah Banteng (Bos javanicus javanicus), Ajag (Cuon alpinus javanicus), Surili (Presbytis comata comata), Lutung (Trachypithecus auratus auratus), Rusa (Cervus timorensis russa), Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing Batu (Prionailurus bengalensis javanensis), Owa (Hylobates moloch), dan Kima Raksasa (Tridacna gigas). Pada Gambar 6 dapat dilihat beberapa jenis satwa yang terdapat pada TNUK (BTNUK, 2010).
33
Rusa
Badak Jawa
Babi Hutan
Banteng dan Burung Merak
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 6. Satwa-satwa di TNUK Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK baik yang hidup di perairan laut maupun sungai antara lain Ikan Kupu-Kupu (Pantodon buchholzi), Ikan Badut (Clown Fish), Ikan Bidadari (Angle Fish), Ikan Glodok (Mudskipper) dan Ikan Sumpit (Archer Fish). Ikan Glodok dan Ikan Sumpit (Gambar 7) adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak mangsanya (serangga kecil) yang berada di daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.
Ikan Glodok
Ikan Sumpit
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 7. Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK
34
4.2.1.4. Aksesibilitas Balai TNUK beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan, Pandeglang. Aksesibilitas menuju ke kawasan Balai TNUK dapat dicapai melalui beberapa jalur darat, yaitu sebagai berikut (Gambar 7): 1. Jakarta – Serang (via jalan Tol) – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 153 km dan waktu tempuh ± 3,5 jam. 2. Jakarta – Cilegon (via jalan Tol) – Labuan, dengan jarak 153 Km dan waktu tempuh ± 3 jam. 3. Bogor – Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 160 Km dan waktu tempuh ± 4 jam. Untuk menuju kawasan-kawasan TNUK, dari Balai TNUK Labuan ditempuh melalui daerah Sumur yang merupakan kawasan transit. Daerah Sumur juga merupakan kawasan tambat kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor. Kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor digunakan sebagai kapal transit menuju kapal-kapal besar yang akan digunakan untuk penyebrangan laut. Aksesibilitas menuju kawasan-kawasan TNUK dapat ditempuh dengan melalui jalan darat atau laut (Gambar 8), antara lain: 1. Kawasan Resort Taman Jaya (90 km) Perjalanan melalui darat menggunakan kendaraan umum dari Labuan menuju Sumur dengan jarak 70 km memakan waktu ± 2 jam. Perjalanan dari Sumur menuju kawasan Resort Taman Jaya dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dan motor (20 km/jam) atau perjalanan laut dengan cara menyewa perahu motor dari Sumur (1,5 jam). 2. Pulau Handeleum Perjalanan laut (speed boat) dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 2 jam perjalanan laut (speed boat) dari Sumur dan 40 menit perjalanan laut dari Taman Jaya. 3. Pulau Peucang dan Pulau Panaitan Perjalanan laut (speed boat) dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 3,5 jam perjalanan laut (speed boat) dari Sumur dan 3 jam perjalanan laut dari Taman Jaya.
35
(Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 8. Peta Aksesibilitas Menuju TNUK
4.2.3. Kondisi Umum Pulau Peucang Pulau Peucang terletak di sebelah barat laut Semenanjung Ujung Kulon (Gambar 9). Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam kawasan TNUK dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pulau Peucang merupakan pulau dengan luas kurang lebih 450 ha. Pada pulau ini terdapat zona pemanfaatan taman nasional seluas 100 ha. Pulau Peucang memiliki hutan hujan dataran rendah yang merupakan tempat berlindung bagi aneka ragam satwa liar. Kawasan ini merupakan kawasan yang lanskap alaminya masih sangat terjaga dan terlindungi. Dari Pulau Peucang menyeberangi selat perairan laut selebar 800 m, terletak Semenanjung Ujung Kulon yang memiliki berbagai jenis daya tarik. Pulau ini terletak pada perairan yang biru jernih, serta pantainya yang berpasir putih (Gambar 10).
36
Provinsi Banten
TNUK
Pulau Peucang : Lokasi Pulau Peucang (Sumber : BTNUK, 2010) Gambar 9. Orientasi Pulau Peucang
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 10. Kondisi perairan di Pulau Peucang Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas sarana dan prasana untuk wisatawan yang berkunjung. Pengelolaan 50 ha zona pemanfaatan ini dikelola oleh Wana Wisata Alam Hayati (WWAH). Balai TNUK merencanakan 50 ha
37
zona pemanfaatan yang tersisa sebagai kawasan wisata alam. Oleh karena itu, tapak ini menjadi lokasi proyek kajian terapan desain tapak wisata alam (Gambar 11). Selain untuk pengembangan kegiatan wisata alam, proyek ini juga merupakan contoh proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan pihak balai taman nasional lain.
(Sumber: BTNUK, 2010) Gambar 11. Lokasi Proyek
Fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada di Pulau Peucang antara lain, pusat informasi, penginapan, tempat ibadah, dan restoran. Lokasi sarana dan prasarana yang ada di Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 12.
38
e f g
d c b
a
a. Darmaga
b. Restoran
c. Penginapan
d. Penginapan
e. Pusat informasi
f. Mushola
g. Kamar petugas
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 12. Lokasi Sarana dan Prasarana di Pulau Peucang
Terdapat juga fasilitas lain berupa beberapa signage di Pulau Peucang. Signage berfungsi sebagai penunjuk lokasi maupun peta objek-objek wisata yang terdapat di Pulau Peucang dan sekitarnya (Gambar 13).
39
Penunjuk Lokasi
Peta Objek-objek Wisata
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 13. Signage yang terdapat di Pulau Peucang Satwa-satwa liar seperti rusa, babi, monyet dan kadal merumput dan bermain di sekitar tempat penginapan yang tersedia. Hal ini menjadi objek yang menarik bagi wisatawan yang meyukai fotografi, untuk mengambil beberapa foto dari aktifitas yang dilakukan oleh satwa-satwa tersebut (Gambar 14).
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 14. Wisatawan sedang mengambil foto rusa
40
4.2.4.
Proses Pengerjaan Proyek
4.2.4.1. Persiapan Persiapan adalah tahap awal dari proses pekerjaan perancangan. Pada tahap ini dilakukan pengaturan terhadap semua pihak yang terkait dan menyiapkan anggota tim untuk melaksanakan proses pengerjaan proyek. Tahap awal yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant adalah membentuk suatu tim proyek yang terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Pada proyek Kajian terapan desain tapak Pulau Peucang ini mahasiswa magang bertindak sebagai tim teknis
4.2.4.2. Inventarisasi dan Analisis (1) Inventarisasi Sebelum dilakukan inventarisasi, terlebih dahulu dibuat rencana awal untuk fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak. Fasilitas utama yang akan dikembangkan pada tapak adalah darmaga dan chalets (penginapan). Inventarisasi dilakukan dengan cara survei langsung untuk mendapatkan datadata pada tapak dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan kamera. GPS dan kamera digunakan untuk menentukan titik-titik lokasi yang sesuai untuk darmaga dan chalets tersebut. (2) Analisis Analisis yang dilakukan perusahaan pada tapak menitikberatkan kepada perlindungan kawasan sehingga mengacu pada hal-hal sebagai berikut, yaitu filosofi pengembangan kawasan, prinsip panduan pengembangan kawasan, peraturan dan pedoman pengembangan kawasan, serta studi arsitektur lokal. a. Filosofi Pengembangan Kawasan Berdasarkan konsep arahan pengembangan, rencana tapak harus dibuat sebagai arahan untuk pembangunan fasilitas/sarana dan prasarana. Rencana tapak tersebut harus didasarkan pada kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan dalam pengembangan, yaitu penerapan etika ecodesign yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah menetapkan etika eco-design yang akan diterapkan dalam konsep pengembangan sarana dan prasarana wisata alam di Pulau Peucang, yaitu:
41
i)
Pengembangan sarana dan prasarana harus proporsional dengan luas area pengembangan dan tidak mendominasi sumber daya alam kawasan. Konsep pengembangan teknis tidak terlepas dari ketentuan yang mengatur pengembangan pariwisata alam di Taman Nasional, yaitu luas area yang diizinkan untuk pengembangan wisata tidak melebihi dari 10% luas seluruh Zona pemanfaatan. Dari luas area pengembangan tersebut, maksimum luas area pembangunan sarana dan prasarana dibatasi sampai dengan 10%.
ii)
Pengembangan sarana dan prasarana menghindari sejauh mungkin daerah-daerah perlindungan setempat seperti: sempadan pantai dan sungai, tumbuhan dan atau koral endemik, jelajah satwa.
iii) Pengembangan sarana dan prasarana harus seminimal mungkin melakukan perubahan terhadap lanskap yang ada, namun memberikan kepuasan kepada pengunjung semaksimal mungkin. iv) Kepedulian terhadap lingkungan harus dicerminkan dengan pengembangan
pusat
interpretasi,
yang
bertujuan
untuk
memperkaya pengalaman pengunjung melalui pelayanan yang menyenangkan dan penyampaian informasi yang akurat tentang sumber daya alam dan budaya di dalam dan di sekitar kawasan. Fungsi pusat interpretasi yaitu: (a) menjelaskan sumber-sumber daya alam dan budaya kawasan; (b) memberikan dan merangsang pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung; (c) memberikan sarana pendidikan lingkungan; (d) menambah daya tarik wisata. v)
Penurunan kualitas sumber daya kawasan harus dikurangi atau dihindari dengan memberikan alternatif atau mengembangkan desain sarana dan prasarana
yang memenuhi persyaratan
kebersihan, kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. vi) Pengembangan sarana dan prasarana kegiatan harus merupakan kesatuan sistem dengan mempertimbangkan, misalnya: waktu dan jarak yang digunakan pengunjung untuk mencapai masing-masing sarana
dan
prasarana,
koordinasi
antar
sarana
prasarana,
kemudahan mendapatkan informasi tentang sarana prasarana.
42
vii) Pengembangan sarana dan prasarana harus sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan. viii) Penggunaan bahan untuk sarana dan prasarana harus sesuai dengan kondisi iklim kawasan dan menerapkan konsep arsitektur tradisional setempat. b. Prinsip Panduan Pengembangan Kawasan Dalam penyusunan kajian ini, pemanfaatan lingkungan bertujuan untuk membangun hubungan simbiosis antara wisata dengan lingkungan yang dilandaskan pada prinsip-prinsip, antara lain : i)
Pemanfaatan untuk perlindungan.
ii) Penggalian serta penyajian produk wisata yang diselaraskan dengan potensi dan karakter lingkungan setempat dan bermuatan pendidikan dan pembelajaran. iii) Pemanfaatan
yang
memberikan
nilai
tambah
terhadap
penyelenggaraan program konservasi. iv) Keindahan lingkungan ternikmati dan terapresiasi oleh pengunjung, penyelenggara kegiatan dan masyarakat. c. Peraturan dan Pedoman Pengembangan Kawasan Untuk memastikan bahwa pengembangan tidak melebihi daya dukung dan secara bersamaan berwawasan pariwisata dan konservasi, diperlukan panduan atau pedoman penataan ruang secara menyeluruh di TNUK serta panduan pengembangan fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung program kegiatan wisata alam di Pulau Peucang. Peraturan dan pedoman yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini antara lain Peraturan Direktur Jendral No. P.3/IY-SET/2011 tanggal 9 Maret 2011 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Peraturan Direktur Jendral No. P.3/IY-SET/2011 tanggal 9 Maret 2011 mengenai Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan bahwa untuk perlindungan
43
kawasan atau tapak yang akan dimanfaatkan diberlakukan hal-hal sebagai berikut, untuk daerah mangrove diberlakukan garis sempadan 400 m dari batas terluar mangrove dan pada daerah pantai garis sempadan
adalah
100
m
dari
pasang
tertinggi.
Pengecualian
pembangunan fisik dalam kawasan diberlakukan untuk pembangunan dermaga atau jeti dan bangunan dengan konstruksi tidak permanen untuk keperluan tempat berteduh (shelter) serta fasilitas penunjang kegiatan rekreasi. Sedangkan untuk batas sempadan sungai adalah 50 m dari batas kanan dan kiri sungai. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan jika zona pemanfaatan akan diusahakan oleh pihak ketiga, areal tapak peruntukan pengembangan sarana dan prasarana maksimal 10% dari luas areal tapak yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada proyek ini adalah sebesar 10%, yang diperhitungkan dari luas tapak peruntukan. Angka koefisien ini mencakup konstruksi sarana dan prasarana yang akan dibangun pada tapak. Untuk jumlah lantai dan bangunan aturan yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) jumlah lantai bangunan maksimal dua lantai dengan tinggi maksimal bangunan sepuluh meter, (2) pengecualian diberlakukan untuk menara pengamatan yang menuntut ketinggian lebih. Arahan perancangan arsitektur yang digunakan pada proyek pengembangan wisata alam ini antara lain, yaitu dermaga dirancang dengan ketinggian minimal 50 cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang pada umumnya. Tangga/pijakan untuk naik ke dermaga harus dirancang seaman mungkin. Material yang dipilih untuk pijakan tidak boleh licin dalam keadaan basah. Arahan yang digunakan untuk arsitektur bangunan antara lain : i)
Bangunan mengambil bentuk panggung, lantai tidak melekat langsung di permukaan tanah. Ketinggian lantai dasar minimal 50 cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang.
44
ii)
Arsitektur bangunan mencerminkan ciri/karakter arsitektur lokal, minimal berupa adaptasi bentukan/kemiringan atap.
iii) Bahan atap tidak menggunakan bahan dari metal dan aluminium. Dianjurkan menggunakan atap kayu/sirap atau genting berwarna natural atau gelap. iv) Bahan bangunan menggunakan bahan-bahan asal setempat tetapi tidak
diperkenankan
mengambil/memanfaatkan
bahan
dari
kawasan pelestarian alam. v)
Pemilihan bahan dan warna bahan bangunan diserasikan dengan lingkungan alam sekitar untuk memberikan kesan harmonis. Jika pengecatan dibutuhkan, dianjurkan menggunakan warna yang netral. Aturan-aturan yang digunakan untuk Signage adalah sebagai
berikut : i)
Tanda-tanda dan petunjuk arah, larangan/peringatan dan rambu lalu lintas ditempatkan di lokasi-lokasi yang strategis dan terlihat serta terbaca jelas.
ii) Papan informasi untuk keperluan indirect interpretation, denah kawasan, dibuat dalam skala besaran yang memungkinkan untuk jelas terbaca dalam jarak yang wajar, dan ditempatkan di lokasilokasi strategis. iii) Tidak diperkenankan memajang papan reklame/iklan komersial di areal ruang terbuka. iv) Pemajangan elemen estetik dalam tatanan lanskap diperbolehkan, terbatas pada pencerminan budaya setempat atau alam lingkungan setempat. d. Studi Arsitektur Lokal Pulau Peucang merupakan pulau yang terletak di Provinsi Banten. Suku asli yang terdapat di Provinsi Banten ini adalah Suku Baduy. Oleh karena itu, ciri arsitektur bangunan yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini adalah filosofi arsitektur lokal Suku Baduy. Bangunan rumah tinggal Suku Baduy berbentuk rumah panggung. Konsep rancangannya
45
mengikuti kontur lahan, tiang penyangga masing-masing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda. Pada bagian tanah yang datar atau tinggi, tiang penyangganya relatif rendah. Adapun pada bagian yang miring, tiangnya lebih tinggi. Material atap yang digunakan adalah ijuk dengan alasan pemilihan ijuk sebagai material atap karena ijuk merupakan material yang dapat menyerap panas dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana panas di dalam rumah. Arsitektur rumah tinggal dapat dilihat pada Gambar 15.
(Sumber : www.iai-banten.org) Gambar 15. Rumah tinggal Suku Baduy (3) Hasil Inventarisasi dan Analisis
Hasil dari inventarisasi dan analisis melalui data primer dan sekunder pada tapak meliputi faktor letak dan luas, hidrologi, topografi, aksesibilitas, tata guna lahan, aspek visual, vegetasi, dan satwa. a. Letak dan luas Lokasi proyek ini terletak di Pulau Peucang, tepatnya di bagian timur Pulau Peucang. Luas keseluruhan wilayah untuk proyek kawasan wisata alam ini adalah 50 ha. Namun luas wilayah yang akan di lakukan kajian terapan desain tapak oleh PT. Idea Consultant mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah 10% dari luas wilayah yaitu 5 ha. Berdasarkan pertimbangan hasil inventarisasi dan analisis yang telah dilakukan maka luas 5 ha dari tapak yang akan dilakukan kajian terapan
46
desain tapak dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 memperlihatkan letak dan luasan tapak proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang. Tapak dikeilingi oleh hutan kecuali pada bagian sebelah timur yang berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. b. Hidrologi Di Pulau Peucang tidak dijumpai adanya sungai, tetapi pada bagian timur laut Pulau Peucang terdapat Salt lick yaitu daerah tergenang/rawa yang termasuk di dalam kawasan tapak. Apabila di area ini terjadi surut air laut, rawa tersebut akan berubah menjadi suatu danau kecil karena rawa tersebut terpisahkan oleh daratan pasir putih. Apabila air pasang atau musim hujan, rawa tersebut akan menyatu dengan air laut. Gambar kondisi rawa dan daerah disekitar rawa saat air surut dapat dilihat pada Gambar 16.
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 16. Kondisi rawa pada tapak
(Sumber : BTNUK, 2011)
7
2
5
8
4
3
1
6
Gambar 17. Letak dan Luasan Tapak
9
47
47
48
c.
Topografi Dilihat dari keadaan topografi berdasarkan hasil survei yang dilakukan, lokasi tapak dikategorikan sebagai daerah yang relatif datar. Ketinggian tanahnya berkisar antara 0 m sampai 10 m diatas permukaan laut.
d. Tata Guna lahan Sebagian besar lahan yang terdapat di Pulau Peucang merupakan kawasan hutan lebat. Terdapat banyak sekali jenis vegetasi di dalamnya, karena termasuk ke dalam hutan hujan tropis dataran rendah yang kaya akan jenis vegetasi. Terdapat satu lokasi yang tergenang/rawa. Lokasi ini merupakan tempat minum bagi satwa seperti rusa, monyet, dan babi. Keadaan air laut yang masih jernih dan belum terjadi perusakan pada sekitar daerah pantai melengkapi keindahan kawasan ini. Gambar 18 merupakan kondisi eksisting dan tata guna lahan pada tapak dan sekitarnya.
(Sumber : BTNUK, 2010)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 18. Tata Guna Lahan disekitar tapak e. Aspek Visual Kondisi eksisting pada tapak merupakan lanskap yang masih alami. Tapak merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah yang memiliki kerapatan vegetasi yang sangat tinggi. Daerah pesisir memiliki hamparan
49
pasir putih yang cukup luas dan indah, sehingga sangat potensial untuk dijadikan objek wisata. Berdasarkan kondisi eksisting tapak, beberapa view yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 19.
(Sumber: Google Earth)
a
b
c
d
e
f
g
h
(Sumber : Survei, Juni 2011) Gambar 19. Beberapa view yang terdapat pada tapak
50
f. Vegetasi Secara umum vegetasi yang terdapat di Pulau Peucang adalah hutan hujan dataran rendah. Terdapat berbagai jenis tumbuhan yang terdapat kawasan hutan Pulau Peucang antara lain Pohon Ara (Ficus carica), Pohon Salam (Syzygium polyanthum, Pohon Bayur (Pterospermum javanicum) dan Pohon Putat (Planchonia valida). Pohon Ara (Ficus carica) tumbuh dari biji yang ditimbun di dalam lubang di pohon oleh burung, kelelawar, dan binatang-binatang kecil lainnya. Sekali bertumbuh, pohon ini menyatukan selubung sulurnya ke tanah, yang kemudian membentuk kisi-kisi akar disekeliling batang pohon yang dirambati. Pohon Salam (Syzygium polyanthum), Pohon Bayur (Pterospermum javanicum), dan Pohon Putat (Planchonia valida) merupakan tumbuhan-tumbuhan yang terdapat di kawasan hutan primer Pulau Peucang. Pohon Salam (Syzygium polyanthum) merupakan salah satu jenis pohon tertinggi pada hutan primer ini. Ketinggian pohon ini dapat mencapai 40 meter melebihi tinggi kanopi jenis-jenis lainnya (BTNUK, 2010). Selain vegetasi hutan terdapat pula vegetasi hutan pantai. Menurut Nasrullah (2009), berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Formasi Pes-Caprae, Formasi Barringtonia dan Formasi Mangrove. Hutan formasi Pes Caprae didominasi oleh tumbuhan merambat, hutan formasi Barringtonia didomonasi pepohonan, sedangkan hutan mangrove di dominasi oleh jenis bakau (Gambar 20).
(Sumber: Nasrullah, 2009) Gambar 20. Ekosistem Hutan Pantai
51
Formasi ekosistem hutan pantai yang terdapat pada tapak adalah Formasi Pes-Caprae dan Formasi Barringtonia. Formasi Pes-Caprae didominasi oleh tanaman Daun Katang-Katang (Ipomea pescaprae), sedangkan Formasi Barringtonia didominasi oleh Pohon Butun (Barringtonia asiatica), Pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan Pohon Ketapang (Terminalia catappa) dan Daun Katang-Katang (Ipomea pescaprae). Jenis jenis vegetasi yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 21.
Pohon Nyamplung
Ipomea pescaprae
Pohon Putat
Pohon Salam
Pohon Butun
Pohon Ara
Pohon Bayur
(Sumber: BTNUK, 2010) Gambar 21. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada tapak g. Satwa Terdapat berbagai jenis satwa yang terdapat pada tapak antara lain rusa (Cervus timorensis), kera (Macaca fasicularis), Biawak (Varanus salvator) dan Babi Hutan (Sus verrucosos) (Gambar 22). Satwa ini
52
memperoleh sumber air minum yang berasal dari Salt lick (lokasi tergenang air/rawa pada tapak). Oleh karena itu, lokasi rawa tersebut direncanakan sebagai salah satu area yang berpotensi untuk melakukan pengamatan satwa liar pada tapak.
Rusa
Babi hutan
Monyet (Sumber: Survei, Juni 2011)
Biawak
Gambar 22. Jenis-jenis satwa yang terdapat pada tapak 4.2.4.3. Konsep dan Rencana Tata Ruang (1) Konsep Desain Konsep desain pada pengerjaan proyek ini adalah “The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos”. Konsep The Windows (Gambar 23) digunakan karena pada tapak terdapat beberapa “jendela view” yang membentuk beberapa vista ke arah lautan dan Pulau Semenanjung Ujung Kulon.
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 23. Konsep The Windows
53
The Last Home Of The Javan Rhinos menerangkan bahwa Pulau Semenanjung Ujung Kulon merupakan lokasi habitat asli penangkaran badak jawa. Jendelajendela view ini terbentuk oleh dahan-dahan pepohonan yang menjulur sehingga membentuk sebuah vista (Gambar 24). The Last Home Of The Javan Rhinos
(Sumber: Idea, 2011)
Jendela view
Gambar 24. Salah satu vista yang terbentuk pada tapak
(2) Konsep Ruang Setelah dilakukan inventarisasi dan analisis, konsep pembagian ruang pada tapak secara umum dibagi ke dalam lima ruang yaitu area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau (Gambar 25). Sarana dan prasarana yang akan didirikan pada ruangruang tersebut adalah: a.
Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area.
b.
Area gedung multifungsi terdiri dari beberpa fasilitas yaitu, information centre, canteen and resto, toko souvenir dan gudang.
c.
Area chalet dan ecotoilet merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The Windows. Area ini merupakan titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Chalet adalah jenis bangunan yang terbuat dari kayu, dengan atap yang memiliki kemiringan landai, dalam
54
proyek ini chalet direncanakan sebagai penginapan wisatawan. Sedangkan ecotoilet merupakan toilet yang mnggunakan sistem biofil. d.
Area multifungsi merupakan ruang yang akan digunakan untuk area berkemah (camping ground).
e.
Area danau merupakan daerah rawa yang membentuk sebuah danau saat air laut surut. Pada area ini akan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau.
f.
Pedestrian circulation merupakan penghubung antar fasilitas yang akan direncanakan pada tapak.
g.
Pada setiap ruang-ruang tersebut juga akan didirikan signage sebagai petunjuk lokasi.
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 25. Pembagian ruang pada tapak
55
4.2.4.4. Pengembangan Desain (Design Development) Pada tahap pengembangan desain ini, pembagian ruang yang telah dilakukan pada tahap desain konsep diterapkan pada tapak (planning application). Rencana dan rancangan sarana dan prasarana yang akan diterapkan dibuat dalam bentuk ilustrasi gambar maupun imagery board. Imagery board adalah susunan dari foto-foto referensi desain yang disusun oleh PT. Idea Consultant dan diajukan kepada klien sebagai gambaran untuk desain sarana dan prasarana yang akan diterapkan pada tapak. Tujuan dari pembuatan imagery board adalah untuk mempresentasikan jenis karakter material yang akan digunakan, serta gambargambar suasana yang memberikan kesan lanskap yang terbentuk. (1) Area penerimaan Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area. Tujuan dirancangnya fasilitas ini adalah sebagai pintu masuk utama pada tapak dari luar pulau. Mooring buoy area direncanakan untuk area darmaga apung sebagai tempat peralihan kapal. Darmaga apung ini merupakan tempat pemberhentian kapal-kapal besar, dari area ini jika akan memasuki tapak digunakan kapal-kapal boat kecil sehingga tidak merusak terumbu karang yang ada pada kawasan perairan (Gambar 26).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 26. Lokasi mooring buoy area
56
Mooring buoy didesain dengan empat sisi tambat kapal (Gambar 27). Tiang pancang dibangun dipusat darmaga apung ini yang berfungsi sebagai penahan keseimbangan darmaga apung ini (Gambar 28).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 27. Ilustrasi tampak atas mooring buoy
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 28. Rekomendasi desain mooring buoy Jetty area dirancang sebagai kawasan darmaga pemberhentian kapalkapal boat kecil. Area ini direncanakan sebagai kawasan pintu masuk utama
57
pada tapak. Pada jetty area ini juga direncanakan adanya signage Pulau Peucang yang berfungsi sebagai penunjuk lokasi pintu masuk kawasan wisata alam Pulau Peucang. Kondisi eksisting untuk untuk jetty area dapat dilihat pada Gambar 29. Jetty dirancang dengan material kayu dan memiliki dua area tambat kapal (Gambar 30).
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 29. Kondisi eksisting jetty area
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 30. Ilustrasi tampak atas jetty area Terdapat tiang-tiang tambat kapal untuk mengikatkan tali-tali kapal. Di sisi kanan dan kiri jetty terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga Selain itu, digunakan
58
beberapa lampu yang berfungsi sabagai penerangan ketika malam hari (Gambar 31).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 31. Rekomendasi desain jetty (2) Area Gedung Multifungsi Pada area ini direncanakan beberapa fasilitas yang akan didirikan antara lain information centre, kantin, toko souvenir dan gudang. Kondisi eksisting area ini dapat dilihat pada Gambar 32. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi sehingga sesuai untuk dibangun gedung multifungsi.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 32. Kondisi eksisting area gedung multifungsi
Information centre berada ditengah area di antara kantin, toko souvenir dan gudang. Gedung information centre ini berfungsi sebagai pusat informasi bagi wisatwan yang datang (Gambar 33).
59
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 33. Ilustrasi tampak atas area gedung multifungsi Seluruh bangunan pada area ini dirancang dengan bentuk panggung. Bangunan-bangunan didesain panggung mengikuti arsitektur lokal bangunan rumah Baduy. Material yang digunakan untuk atapnya adalah ijuk. Selain menggunakan filosofi arsitektur rumah Baduy, tujuan bangunan didesain berbentuk panggung yaitu agar tidak mengganggu jalur satwa yang ada pada tapak. Area ini juga dilengkapi dengan ecotoilet (Gambar 34).
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 34. Information centre dan canteen yang dilengkapi dengan ecotoilet
60
Di sisi kanan teras bangunan terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga. Material yang digunakan adalah kayu. Penggunaan material ini berfungsi agar ketika cuaca panas kayu tersebut dapat menyerap panas, sehingga suhu didalam ruangan bangunan tersebut tetap sejuk tanpa perlu menggunakan alat pendingin udara (Gambar 35).
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 35. Rekomendasi desain bangunan pada area gedung multifungsi
(3) Area Chalet dan Ecotoilet Area ini merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The Windows. Pada area ini, titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Tujuan perancangan fasilitas ini adalah untuk mengakomodasi sarana penginapan bagi wisatawan yang datang. Terdapat empat titik lokasi vista yang direncanakan akan didirikan Chalet dan ecotoilet. Keempat Chalet dan ecotoilet tersebut memiliki desain yang sama. Selain itu, pada area Chalet dan ecotoilet akan dilengkapi dengan signage dan juga bangku-bangku untuk menikmati view dan vista pada tapak. Gambar 36 menunjukkan titik lokasi Chalet 1 dan 2 beserta ecotoilet. Area chalet 1 merupakan lokasi yang sangat indah untuk melihat matahari terbit. Sedangkan area chalet 2 berpotensi sebagai lokasi snorkling karena kawasan perairan dilokasi ini memiliki terumbu karang yang sangat indah (Gambar 37 dan 38).
61
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 36. Ilustrasi tampak atas area chalet 1 dan 2
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 37. Kondisi eksisting area chalet 1
62
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 38. Kondisi eksisting area chalet 2
Area Chalet 3 dan 4 memiliki hamparan pasir putih yang luas dan berpotennsi untuk kegiatan berenang karena kondisi perairannya yang jernih (Gambar 39 dan 40). Gambar 41 memperlihatkan titik-titik lokasi Chalet 3 dan 4 beserta ecotoilet.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 39. Kondisi eksisting area chalet 3
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 40. Kondisi eksisting area chalet 4
63
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 41. Ilustrasi tampak atas area chalet 3 dan 4
Keempat bangunan chalet dan ecotoilet memiliki desain yang sama. Chalet didesain minimalis namun tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal baduy. Bangunan didesain berbentuk panggung menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Atap chalet dirancang dengan kemiringan atap 20o, dengan kemiringan tersebut udara dapat masuk ke dalam ruangan semaksimal mungkin sehingga suhu dalam ruangan menjadi sejuk. Material atap yang digunakan juga sama seperti rumah Baduy yaitu menggunakan ijuk.
64
Jendela pada chalet didesain menggunakan kasa transparan
agar dapat
menangkap cahaya matahri semaksimal mungkin (Gambar 42).
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 42. Kasa transparan yang digunakan sebagai material untuk jendela Gambar detail chalet dan ecotoilet dapat dilihat pada Gambar 43. Pada rancangan ecotoilet digunakan teknologi biofil (Gambar 44) sehingga air limbah dapat dipergunakan kembali untuk keperluan ecotoilet. Pada sistem biofil, pipa saluran pembuangan air dipisahkan dengan pipa saluran kotoran. Limbah air akan disalurkan langsung menuju sumur resapan dan saluran drainase. Untuk limbah kotoran akan masuk ke dalam tank biofil dan mengalami tiga kali penyaringan didalam tank biofil tersebut. Lalu hasil akhir limbah kotoran yang sudah bersih dialirkan ke sumur resapan dan saluran drainase.
(Sumber: Idea, 2011)
Detail Chalet
Gambar 43. Gambar detail chalet dan ecotoilet
Detail ecotoilet
Digambar oleh : Fika W. N.
65
65
66
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 44. Sistem pemasangan septic tank biofil pada ecotoilet
(4) Area Danau Area danau merupakan lokasi salt lake yang membentuk sebuah danau saat air laut surut (Gambar 45). Area ini merupakan sumber air minum bagi satwa liar yang terdapat pada tapak. Namun pada saat air laut pasang, lokasi tergenang ini akan menyatu dengan laut. Pada area ini akan direncanakan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau. Selain untuk
menikmati
pemandangan,
juga
direncanakan
sebagai
lokasi
pengamatan satwa liar.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 45. Kondisi eksisting area danau Shelter didesain dengan bentuk atap menyerupai daun (Gambar 46). Untuk atap, tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy, yaitu menggunakan material ijuk. Shelter dirancang langsung menghadap ke arah danau dengan tujuan agar wisatwan dapat langsung menikmati pemandangan
67
danau serta dapat mengamati satwa liar yang sedang minum di area ini (Gambar 47). Shelter dirancang lengkap dengan bangku untuk tempat beristirahat yang dibuat dengan menggunakan material kayu (Gambar 48). Hal ini dikarenakan material kayu merupakan material yang paling sesuai digunakan didalam kawasan hutan. Selain warna alami kayu yang tidak memantulkan cahaya seperti logam/metal, kayu juga tidak menyerap panas sehingga kondisi suhu disekitar shelter akan tetap sejuk.
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 46. Ilustrasi tampak atas area danau
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Gambar 47. Ilustrasi area danau
68
(Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Gambar 48. Rekomendasi desain shelter
(5) Area Multifungsi Area multifungsi merupakan area yang direncanakan sebagai camping ground area serta area pertemuan outdoor. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi dan keadan permukaan tanahnya datar (Gambar 49) sehingga sesuai untuk menjadi lokasi camping ground. Luas area ini direncanakan seluas 1 ha agar tidak melebih daya dukung kawasan dan tidak merusak kondisi lanskap alami hutan hujan dataran rendah. Pada area ini juga direncanakan didirikan ecotoilet.
(Sumber: Survei, Juni 2011) Gambar 49. Kondisi eksisting area multifungsi
69
Area ini tetap dibiarkan seperti kondisi aslinya. Tidak banyak sarana yang akan dibangun pada area ini, karena adanya area ini berfungsi sebagai area camping untuk wisatawan yang tidak ingin menginap di dalam chalet. Imagery boards area multifungsi ini dapat dilihat pada Gambar 50.
(Sumber: Google images, 2011) Gambar 50. Imagery Boards untuk area multifungsi
70
(6) Signage Setiap area yang telah direncanakan pada tapak juga akan dilengkapi dengan signage. Signage ini dirancang dengan bentuk sederhana dengan menggunakan material kayu agar tidak menyilaukan saat terbias oleh sinar matahari serta dilengkapi dengan bangku-bangku untuk menikmati view-view di area tersebut. Namun untuk jetty area, desain signage menggunakan material semen dan menyerupai tugu karena merupakan penunjuk lokasi Pulau Peucang (Gambar 51).
Ilustrasi signage di area Chalet 1
Ilustrasi signage di area Chalet 2 dan 3
Ilustrasi signage di area Jetty (Sumber: Idea, 2011)
Digambar oleh : Fika W. N.
Gambar 51. Rekomendasi desain signage di beberapa lokasi
71
Selain penunjuk lokasi, pada area-area tersebut direncanakan juga signage untuk edukasi (Gambar 52), dimana pada signage diberikan penjelasan mengenai kawasan yang dipandang dari spot didirikannya signage tersebut.
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 52. Imagery Boards untuk education signage
(7) Pedestrian circulation (Boardwalk) Boardwalk merupakan penghubung antar fasilitas yang telah direncanakan pada tapak. Boardwalk ini dirancang dengan sistem deck dengan material kayu. Tujuan digunakan sistem deck agar jalur jalan wisatawan tidak mengganggu jalur lintas satwa yang ada pada tapak. Selain itu, boardwalk ini juga dirancang dengan light walkway pada sisi kanan dan
72
kiri sebagai penerangan jika wisatawan berjalan pada malam hari (Gambar 53). Imagery boards untuk boardwalk dapat dilihat pada gambar 54.
Boardwalk
Light walkway
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 53. Rekomendasi desain boardwalk dan light walkway
(Sumber: Idea, 2011) Gambar 54. Imagery Boards untuk boardwalk
73
V. PEMBAHASAN 5.1.
Pengelolaan Perusahaan PT. Innovative Development for Eco Awareness (Idea) Consultant
merupakan perusahaan konsultan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap. Terdapat tiga divisi di dalam perusahan, yaitu divisi Produksi, Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Proses manajemen perusahaan dilaksanakan melalui kerjasama yang dilakukan oleh semua staf yang terdiri dari pimpinan dan ketiga divisi dalam perusahaan. Stoner dan Freeman (1992) menyatakan
bahwa
pengorganisasian
(organizing),
adalah
suatu
proses
pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumberdaya di kalangan anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum. Pada PT. Idea Consultant, pimpinan perusahaan bertugas dalam memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang dilakukan pada ketiga divisi dalam perusahaan. Pengarahan (directing) yang dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan tahap yang mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam mengerjakan setiap proyek yang dikerjakan oleh perusahaan. Perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling) yang baik dalam manajemen yang dilakukan perusahaan dapat menjadi kunci sukses pengerjaan suatu proyek (Stoner dan Freeman, 1992). Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara pimpinan perusahaan dan semua staf dari ketiga divisi dalam perusahaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses pelaksanaan dan penanganan suatu proyek. Dengan struktur organisasi yang ditetapkan perusahaaan, perusahaan dapat mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga dapat menghasilkan produk yang fungsional, estetik, dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan serta sesuai dengan keinginan klien. Hal ini terjadi karena pada pengerjaan suatu proyek, dalam menghasilkan produk perencanaan dan perancangan lanskap perusahaan mengutamakan keinginan klien dengan memperhatikan kualitas lingkungan sekitar agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.
74
Pelayanan jasa dan produk hasil dari klien yang memuaskan bagi klien menjadikan perusahaan dipercaya oleh klien dalam mengerjakan proyek lanskap. Hal inilah yang menjadikan perusahaan dapat memperoleh proyek dengan cara permintaan langsung dari klien dan kerjasama dengan lembaga. Cara komunikasi yang baik yang digunakan oleh staf dengan klien menjadi salah satu kunci mendapatkan kepercayaan dari klien. Selain itu bentuk dan cara presentasi produk yang baik kepada klien juga menjadi faktor yang dapat meyakinkan klien dan dapat memperoleh kepercayaan dari klien.
5.1.1. Fasilitas Perusahaan Dalam pekerjaan studio yang dilakukan perusahaan, terdapat dua teknik yang digunakan yaitu dengan sistem manual dan operasi komputer. Penggunaan dua sistem ini dilakukan untuk menghasilkan produk perancangan presentasi pada klien. Dalam pengerjaan proyek sistem manual digunakan peralatan gambar seperti alat gambar, kertas, dan tracing paper. Penggunaan sistem manual ini dilakukan untuk tahap-tahap awal pengerjaan proyek, antara lain tahap inventarisasi dan analisis, sintesis, serta pembuatan konsep. Dalam perusahaan untuk pengerjaan proyek menggunakan sistem operasi komputer digunakan fasilitas PC dan komputer serta aplikasi software komputer grafis untuk menghasilkan produk yang akan dipresentasikan kepada klien. Aplikasi software yang digunakan perusahaan antara lain AutoCAD, Google Sketch Up, Adobe Photosop, Google Earth, serta Microsoft Office. Dalam pengerjaan proyek aplikasi tersebut digunakan untuk mempermudah proses pengerjaan proyek terutama dalam tahap pengembangan desain yaitu proses pembuatan gambar-gambar seperti gambar potongan, site plan, gambar ilustrasi dan juga pembuatan laporan seperti RAB. Namun, perlu adanya penambahan fasilitas komputer untuk mendukung peningkatan kinerja perusahaan dalam menghasilkan produk yang menggunakan komputer grafis. Penambahan fasilitas komputer ini selain diperlukan untuk meningkatnya kinerja perusahaan, juga sangat berfungsi jika terdapat mahasiswa yang akan magang pada perusahaan atau nantinya untuk digunakan oleh tenaga teknis dengan tugas yang sama dengan yang dikerjakan oleh mahasiswa magang.
75
Selain itu, terdapat juga fasilitas lain yang dimiliki perusahaan antara lain printer, scanner, mesin fax dan telefon, wifi, serta buku-buku referensi mengenai prencanaan dan perancangan lanskap. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat menunjang kelancaran perusahaan dalam proses pengerjaan proyek. Namun perlu adanya penambahan fasilitas penunjang lain dalam perusahaan, fasilitas tersebut antara lain GPS (Global Positioning System) dan plotter. GPS diperlukan untuk melakukan kegiatan survei lapang, yaitu untuk untuk menentukan titik-titik lokasi yang menjadi potensi maupun kendala pada tapak, sedangkan plotter diperlukan untuk mencetak gambar atau peta dalam skala besar. Plotter dapat mengefisienkan waktu perusahaan dalam mengerjakan proyek, sehingga perusahaan tidak perlu membuang waktu untuk mencetak gambar atau peta berskala besar ke tempat percetakan. Jika ada kesalahan pada gambar atau peta, perusahaan juga dapat memperbaiki dan mencetaknya kembali dengan mudah. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki, perusahaan dapat mengerjakan dan menyelesaikan setiap proyek sesuai dengan prosedur dan sistem kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu perusahaan juga dapat menghasilkan produk presentasi sesuai dengan keinginan klien. Selain didukung oleh fasilitas yang ada, keberhasilan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak terlepas dari keterampilan dan kemampuan staf perusahaan.
5.1.2. Prosedur Pengerjaan Proyek Perusahaan Prosedur kerja yang dimiliki perusahaan cukup baik, karena perusahaan telah memiliki prosedur standar pengerjaan proyek yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain: tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah ditetapkan perusahaan ini, sesuai dengan pendekatan teori proses perancangan menurut Booth (1983) (Gambar 55).
76
Persiapan
Project acceptance
Inventarisasi dan analisis
Research and analysis
Desain Konsep Design Pengembangan desain
Pembuatan gambar kerja
Construction drawings
Pelaksanaan
Implementation
Prosedur standar Perancangan Idea
Standar Perancangan menurut Booth (1983)
Gambar 55. Kesesuaian prosedur standar tahap pengerjaan proyek perusahaan dengan proses perancangan menurut Booth (1983)
Untuk beberapa proyek tertentu, perusahaan mengerjakan proyek sesuai dengan prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan. Dalam proyek berskala kecil, selain bertindak sebagai konsultan, perusahaan juga dapat bertindak sebagai kontraktor sehingga desain yang diinginkan pihak perusahaan dengan klien dapat diaplikasikan sesuai dengan gambar-gambar yang diusulkan oleh perusahaan. Pada proyek lainnya, tidak semua tahapan dalam prosedur standar pengerjaan proyek dilakukan. Pada proyek berskala besar perusahaan hanya mengerjakan suatu proyek sampai tahap pengembangan desain atau tahap pembuatan gambar kerja, namun perusahaan tetap bisa menjadi konsultan pengawas pada saat pelaksanaan jika klien menginginkan.
77
5.2.
Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Pecang TNUK Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah dimiliki perusahaan
memudahkan mahasiswa dalam mengikuti proyek-proyek yang ada. Secara umum proses dan metode yang dilakukan perusahaan sesuai dengan teori yang didapat mahasiswa selama di bangku perkuliahan sehingga tidak memerlukan waktu yang lama bagi mahasiswa untuk memahami metode perencanaan dan perancangan yang dilakukan perusahaan.
5.2.1. Pengelolaan Proyek Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang merupakan proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea Consultant oleh Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (PJLKKHL) yang berada langsung dibawah Departemen Kehutanan. Proyek ini memiliki tujuan yang telah ditetapkan oleh klien untuk dilaksanakan oleh perusahaan yaitu mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan melakukan menajemen proyek agar pengerjaan proyek selesai sesuai dengan tujuan serta rentang waktu yang telah ditetapkan klien. Menurut Soeharto (1999) manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
5.2.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan untuk mengupayakan secara efektif sumber daya manusia untuk melaksanakan proyek. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek (Soeharto, 1999). Pengerjaan proyek ini menggunakan struktur tim yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah memiliki sistem kerja yang baik dengan adanya pembentukan struktur tim untuk setiap proyek yang ditangani serta pengerjaan
78
proyek secara teamwork. Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan pada tahap persiapan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Terdapat dua tenaga ahli perusahaan dalam pengerjaan proyek ini yaitu tourism planner yang memilik posisi sebagai project leader, serta arsitek lanskap sebagai main designer. Dalam pengerjaan proyek, tim teknis digantikan posisinya oleh mahasiswa-mahasiswa magang. Dalam pengerjaan proyek ini mahasiswa magang melakukan beberapa kegiatan menurut pembagian kerja yang telah ditetapkan project leader. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang pada proyek ini antara lain survei lapang serta melakukan analisis dan sintesis. Selain itu mahasiswa juga berdiskusi dengan project leader dan main designer dalam proses analisis, pembuatan konsep dan rencana tata ruang, serta pembuatan rekomendasi desain sarana dan prasarana. Pada saat survei lapang dan analisis tapak mahasiswa magang dibimbing oleh project leader untuk mengamati beberapa aspek pada tapak yang kemudian didapatkan hasil invetarisasi dan analisis yang sudah dijelaskan pada bab hasil kegiatan magang Tidak adanya peta dasar lokasi tapak merupakan salah satu kendala bagi tim dalam pengerjaan proyek ini. Namun pihak balai TNUK menyediakan tenaga ahli pemetaan, untuk pembuatan peta dasar lokasi tapak dan sekitarnya sehingga sangat membantu kelancaran tim dalam pengerjaan proyek. Dengan struktur tim dan pembagian kerja dalam pengerjaan proyek tersebut, secara keseluruhan proyek dapat berjalan dengan baik.
Hal ini dikarenakan setiap anggota tim
menyelesaikan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan.
5.2.1.2 Pengelolaan Waktu (Jadwal) Selain pengelolaan sumber daya manusia, dalam pengerjaan proyek juga diperlukan adanya pengelolaan waktu. Lebih lanjut Soeharto (1999) menyatakan dalam manajemen proyek, pengelolaan waktu (jadwal) meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan urutan kegiatan, perkiraan kurun waktu dan penyusunan jadwal. Pada tahap awal pelaksanaan proyek ini perusahaan telah membuat susunan jadwal sebagai acuan dalam pengerjaan proyek. Rentang waktu yang dimiliki perusahaan untuk mengerjakan proyek adalah satu bulan. Penyususnan jadwal yang dibuat oleh project leader dapat dilihat pada Tabel 7.
79
Tabel 7. Jadwal Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak No.
Kegiatan
1.
Pembuatan jadwal, pembagian kerja, mengurus administrasi proyek.
2.
Pencarian dan pengumpulan data sekunder, proses analisis dan konsep awal sebelum survei lapang.
3.
Diskusi dengan klien, survei lapang, analisis, pembuatan recana tata ruang, pembuatan rekomendasi desain.
4.
Pembuatan laporan dan produk presentasi, serta presentasi hasil pengerjaan proyek kepada klien.
Bulan Mei Minggu 3
Bulan Juni
Minggu 4 Minggu 1 Minggu 2
Pada tahap awal pengerjaan proyek ini yaitu pada minggu ketiga Bulan Mei, tim proyek menyusun jadwal dan membuat pembagian kerja, sedangkan pihak manajemen perusahaan mengurus administrasi proyek dengan klien. Penyusunan jadwal dan pembagian kerja dalam tim proyek merupakan pedoman bagi tim untuk melaksanakan pengerjaan proyek sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien. Pada minggu keempat Bulan Mei, tim memulai pengerjaan proyek dengan melakukan pengumpulan data sekunder tapak oleh mahasiswa magang. Melalui data sekunder ini, tim berdiskusi untuk melakukan analisis awal serta pembuatan konsep dasar untuk mendapatkan ilustrasi mengenai kondisi tapak. Selain itu pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk mempermudah tim dalam melakukan kegiatan survei lapang sehingga kegiatan survei dapat dilaksanakan tepat waktu. Sebelum melakukan survei lapang di minggu pertama Bulan Juni, tim terlebih dahulu melakukan diskusi dengan klien mengenai keinginan pihak balai TNUK dan PJLKKHL untuk produk akhir yang diinginkan oleh klien serta prosedur yang harus dilakukan saat melakukan survei lapang. Setelah mendapatkan kesepakatan dengan klien, tim melakukan survei lapang selama dua hari. Kegiatan survei ini lebih cepat dari target yang telah ditetapkan yaitu tiga
80
hari, karena tim telah terlebih dahulu melakukan pengumpulan data sekunder. Setelah itu tim melanjutkan pengerjaan proyek dengan melakukan analisis dari hasil survei lapang dan melakukan penyatuan dengan hasil analisis sebelumnya sehingga didapatlah konsep dan rencana tata ruang. Proses analisis hingga mendapatkan rencana tata ruang berlangsung selama dua hari, sehingga tersisa satu hari kerja untuk membuat pengembangan desain. Untuk kegiatan membuat pengembangan desain yaitu rekomendasi desain sarana dan prasarana dilakukan oleh main designer dan mahasiswa magang. Namun untuk pembuatan gambar dan ilustrasi rekomendasi desain ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu satu hari, mahasiswa magang melakukan lembur pada akhir minggu (weekend), sehingga pembuatan gambar dan ilustrasi desain ini dapat selesai tepat sesuai jadwal, yaitu minggu pertama Bulan Juni. Dengan adanya keterbatasan waktu, tidak adanya evauasi lebih lanjut dari project leader mengenai hasil dari pengerjaan gambar-gambar yang telah diselesaikan oleh mahasiswa magang juga merupakan kekurangan dalam proyek ini. Pada minggu terakhir rentang waktu pengerjaan proyek, project leader membuat laporan berupa presentasi produk terhadap klien. Pertemuan antara tim dengan klien dilakukan pada minggu terakhir ini, untuk mempresentasikan hasil dari pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tim. Setelah pertemuan dan diskusi dilakukan antara tim dengan klien, menghasilkan kepuasan klien terhadap produk yang telah dibuat sehingga tidak perlu ada revisi dalam pembuatan gambargambar. Pengerjaan proyek ini berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat project leader pada tahap awal pengerjaan proyek. Hanya terjadi lembur pada weekend disaat minggu pertama Bulan Juni untuk menyelesaikan pembuatan gambar-gambar rekomendasi desain. Secara keseluruhan pengerjaan proyek ini berjalan dengan baik karena dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien karena perusahaan mengerjakan proyek ini sesuai dengan jadwal yang dibuat tim pada awal tahap persiapan. Selain itu tidak ada koreksi dari klien mengenai produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan.
81
5.2.1.3 Pengelolaan Biaya Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek (Soeharto, 1999). Untuk pengelolaan biaya dan pembuatan RAB proyek ini, pihak perusahaan tidak memberikan informasi
detail
mengenai
hal
tersebut.
Namun
pihak
perusahaan
menginformasikan bahwa terdapat rentang biaya antara pendapat dan pengeluaran dimana pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan mendapat keuntungan dan melakukan pengelolaan biaya dengan baik.
5.2.1.4 Pengelolaan Komunikasi Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara project leader, main designer, mahasiswa magang serta staf dari pihak balai TNUK yang termasuk ke dalam struktur tim proyek ini. Selain itu, komunikasi dengan klien juga dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan halhal yang diinginkan oleh klien dalam pengerjaan proyek ini. Pengelolaan komunikasi ini bertujuan meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses pelaksanaan proyek. Pengelolaan komunikasi ini merupakan proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat dalam proyek, memperoleh informasi yang diperlukan pada waktu yang tepat (Soeharto, 1999).
5.2.2. Tahapan Pengerjaan Proyek Pada pembahasan mengenai prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan, terdapat kesesuaian antara prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan dengan pendekatan teori perancangan menurut Booth (1983). Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK dilakukan melalui beberapa tahapan yang telah ditetapkan perusahaan, karena tahapan pengerjaan proyek ini merupakan kesepakatan antara pihak PT. Idea Consultant dengan klien. Pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan desain (design development). Penjelasan analisis setiap tahapan pengerjaan proyek adalah sebagai berikut:
82
5.2.2.1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, perusahaan mempersiapkan kebutuhan teknis proyek, mengurus administrasi dan berdiskusi dengan klien, membuat jadwal serta pembagian kerja sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan proyek. Perusahaan terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan klien yaitu pihak PJLKKHL. Pihak klien memberikan berita acara mengenai penjelasan pengerjaan proyek (Anwijzing) mengenai syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan output (hasil akhir) dari pengerjaan proyek ini. Namun pada pertemuan tersebut, mahasiswa magang tidak terlibat langsung didalamnya, hanya pemilik perusahan dengan klien yang bertemu. Untuk tahap persiapan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sejalan dengan proses perancangan yang telah ditetapkan perusahan serta standar perancangan Booth (1983). Penyusunan jadwal dan pembagian kerja sangat penting pada tahap ini, karena merupakan pedoman untuk mengerjakan proyek. Pembagian kerja juga merupakan salah satu metode yang digunakan tim untuk mengefisiensi waktu dalam pengerjaan proyek, sehingga setiap anggota tim fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Namun masing-masing anggota tim tetap saling berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan proyek.
5.2.2.2. Tahap Inventarisasi dan Analisis Pada awal tahap inventarisasi dan analisis, perusahaan terlebih dahulu mencari referensi data sekunder serta menganalisis dan membuat konsep awal untuk pengerjaan proyek. Selanjutnya tim proyek melakukan survei lapang dan melakukan analisis lebih lanjut menggunakan data primer yang didapat dan juga aturan-aturan yang harus diterapkan pada pengerjaan proyek ini. Pada saat survei lapang, digunakan GPS sebagai alat untuk menentukan titik-titik lokasi yang menjadi potensi maupun kendala pada tapak. Setelah proses analisis selesai, tim mendapatkan sintesis untuk pengerjaan proyek pada tahap selanjutnya. Untuk tahap ini, pengerjaan proyek sejalan dengan tahapan perancangan perusahaan serta tahapan perancangan yang ditetapkan oleh Booth (1983).
83
(1)
Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder terlebih dahulu
sebelum tim melakukan kegiatan survei lapang. Dari data sekunder berupa data deskriptif kondisi umum Pulau Peucang, tim melakukan analisis dan konsep awal terhadap tapak. Pengumpulan data sekunder ini mempermudah tim pada saat kegiatan survei lapang, sehingga survei dapat selesai lebih cepat dari waktu yang telah ditargetkan. Belum adanya base map tapak mengharuskan tim melakukan survei untuk mapping area tapak. Cara paling cepat dan mudah untuk membuat mapping tapak ini yaitu dengan menggunakan GPS. Terdapat sedikit kendala karena perusahaan tidak memiliki alat GPS untuk pelaksanaan kegiatan survei lapang, namun perusahaan mendapat bantuan alat GPS dari pihak balai TNUK, sehingga proses survei lapang dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, GPS juga berguna untuk merekam posisi/lokasi penting secara geografis. Pada saat survei lapang dilakukan proses pengambilan data mengenai batas tapak dan penentuan lokasi-lokasi yang sesuai untuk sarana dan prasara yang akan direncanakan dibangun pada tapak. Untuk veegetasi, perusahaan tidak melakukan pengambilan data dan tidak melakukan identifikasi terhadap vegetasi yang terdapat pada tapak. Perusahaan hanya melakukan identifikasi terhadap keberadaan terumbu karang pada tapak untuk menentukan lokasi peletakkan darmaga pada tapak. Output yang dihasilkan pada tahap ini berupa peta tata guna lahan dan peta tutupan lahan. Namun, perusahaan diharapkan mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam perancangan suatu kawasan konservasi seperti vegetasi dan satwa yang merupakan elemen lanskap penting dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi. (2)
Analisis Perusahaan telah melakukan analisis cepat (quick analysis) secara
deskriptif dari beberapa aspek. Selain melakukan analisis melalui standar peraturan teknis dan undang-undang serta kondisi lingkungan tapak, perusahaan juga melakukan studi terhadap arsitektur lokal daerah setempat yaitu rumah Baduy. Penggunaan filosofi arsitektur lokal dalam proses kajian ini sangat diperlukan untuk menyesuaikan pengembangan sarana dan prasarana serta material yang akan digunakan terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak.
84
Namun, perlu dilakukannya analisis secara spasial yang menghasilkan produk berupa gambar site analysis mengenai kondisi kawasan, daerah-daerah yang merupakan danger signal, dan jalur lalu lintas satwa. Untuk melakukan site analysis tersebut dibutuhkan data tambahan mengenai karakter lanskap Pulau Peucang yaitu segala sesuatu elemen lanskap pembentuk Pulau Peucang mulai dari iklim, jenis tanah, aspek visual, home range dari satwa-satwa pada Pulau Peucang, dan vegetasi apa saja yang terdapat pada tapak dan dapat digunakan sebagai material dalam pembangunan proyek ini nantinya. Pihak balai TNUK perlu membuat pemetaan mengenai kondisi home range dan jalur lalu lintas satwa pada Pulau Peucang untuk keperluan proyek ini jika nantinya pembangunan proyek ini akan dilaksanakan. Home range satwa (animal behavior) penting dalam kajian ini terutama untuk pemilihan lokasi fasilitas. Hal ini dikarenakan satwa memiliki kepekaan terhadap penciuman dan pendengaran, dan jika pada home range satwa-satwa tersebut dibuat sebuah fasilitas maka dampak negatif terhadap kehidupan satwa liar tersebut.
5.2.2.3. Tahap Desain Konsep dan Rencana Tata Ruang Setelah didapatkan sintesis, dilakukan pembuatan konsep serta pembuatan rencana tata ruang. Selain dilakukan analisis terhadap kondisi tapak, perusahaan juga menelusuri sejarah TNUK sebagai World Heritage Site dan kawasan habitat asli badak jawa, sehingga menemukan desain konsep yang sesuai untuk proyek ini yaitu konsep The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos. Tidak adanya master plan TNUK merupakan kendala bagi perusahaan, namun tidak mengurangi kinerja perusahaan dalam pengerjaan pembuatan rencana tata ruang untuk proyek ini. Output dari pengerjaan proyek tahap ini adalah rencana tata ruang yang berupa bubble diagram yang terdiri dari area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau. Untuk tahap pembuatan rencana tata ruang ini, selain menggunakan hasil analisis terhadap kondisi tapak dan sekitarnya, perusahaan juga melakukan penyesuaian terhadap desain konsep yang telah ditentukan. Mahasiswa magang sebelumnya juga membuat konsep untuk proyek ini, namun setelah melalui diskusi dengan
85
project leader telah disepakati bahwa konsep yang digunakan adalah konsep yang telah dibuat oleh perusahaan.
5.2.2.4. Tahap Pengembangan Desain Pada tahap pengembangan desain proyek ini dilakukan pembuatan site plan untuk setiap area yang direncanakan serta sarana dan prasarana yang akan dibangun pada setiap area tersebut. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat site plan secara keseluruhan. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena pembuatan site plan keseluruhan tapak sangat diperlukan untuk membantu klien dalam memahami hubungan antar ruang dari desain yang dibuat perusahaan. Selain itu, untuk menghubungkan antara zona pemanfaatan yang telah dibangun sebelumnya dengan zona pemanfaatan yang akan dibangun perlu adanya jalur sirkulasi penghubung sehingga terdapat kesinambungan antara zona yang akan dibuat dengan zona sebelumnya. Hasil rencana tata ruang untuk proyek ini, merupakan arahan untuk mengembangkan aktifitas serta sarana dan prasarana yang akan direncanakan pada setiap ruang. Peletakkan sarana dan prasarana telah sesuai dengan hasil analisis, rencana tata ruang dan desain konsep yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan penentuan peletakkan sarana dan prasana yang sudah menyesuaikan dengan kondisi arus pasang surut dan persebaran terumbu karang yang telah diketahui pada tahap inventarisasi tapak. Penentuan peletakkan signage juga ditempatkan pada lokasi yang strategis dan disesuaikan dengan lokasi sarana dan prasarana. Selain itu pada lokasi-lokasi chalets juga diletakkan signage edukasi yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi kawasan sekitar tapak. Peletakan sarana mooring buoy dan jetty telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar agar tidak merusak terumbu karang yang ada disekitar tapak. Dengan empat sisi tambat kapal pada mooring buoy untuk delapan kapal berlabuh. Dua sisi tambat muoring buoy cukup memuat 4 unit kapal dengan ukuran 6x3 m, sedangkan dua sisi tambat cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5 m. Jetty dibuat dengan dua sisi tambat kapal sehingga cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5 m untuk berlabuh.
86
Menurut Harris (1998) standar kebutuhan ruang rata-rata untuk sebuah tenda adalah 200 m2. Untuk area multifungsi yaitu camping ground seluas 1 ha dapat memuat maksimal 50 tenda dimana satu tenda dapat memuat maksimal 5 orang sehingga kapasitas maksimum untuk area ini dapat memuat 250 orang. Adanya kapasitas maksimum tersebut diharapkan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu dibuat aturan lebih lanjut untuk penggunaan area berkemah ini dalam bentuk pembatasan jumlah pengunjung. Pada area ini juga direncanakan akan dilengkapi ecotoilet untuk kebutuhan toilet bagi wisatawan yang akan berkemah. Untuk standar minimal ukuran toilet adalah 1,5x1 m. Sedangkan standar minimal lebar pedestrian circulation untuk 1 orang pejalan kaki adalah 0,6 m. Namun pihak perusahaan tidak merencanakan lebih lanjut mengenai kapasitas kebutuhan ecotoilet dan lebar jalur pejalan kaki pada area ini dikaitkan dengan kemungkinan jumlah pengunjung yang dapat ditampung dengan kapasitas fasilitas akomodasi yang ada. Desain dan material sarana dan prasarana pada proyek ini sejalan dengan prinsip “the law of the similar” menurut Simonds (1983). Prinsip “the law of the similar” menjelaskan bahwa desain dan material yang digunakan dalam pengerjaan suatu proses perancangan lebih menyerupai dengan kondisi lingkungan alam sekitar. Terdapat dua prinsip similar yang terlihat dalam proses pengerjaan proyek ini yaitu similar dalam material dan similar dalam tekstur. Similar dalam material dan tekstur terlihat dari penggunaan material kayu pada sarana dan prasarana. Hal ini bertujuan agar warna bangunan sarana dan prasarana menyerupai warna batang-batang pepohonan pada tapak, karena tapak merupakan kawasan yang memiliki kerapatan vegetasi cukup tinggi. Begitu juga dengan penggunaan material atap menggunakan ijuk. Hal ini dimaksudkan agar atap menyerupai dedaunan. Namun pihak perusahaan tidak membahas lebih lanjut apakah material yang direncanakan untuk pengerjaan proyek ini akan menggunakan material yang terdapat pada tapak. Untuk material kayu sendiri banyak terdapat pada tapak. Saat survei lapang terlihat beberapa pohon besar tumbang. Menurut pihak balai kayukayu pohon tersebut dapat digunakan untuk pengerjaan proyek ini kedepannya.
87
Sedangkan untuk material ijuk tidak terdapat pada tapak sehingga perlu didatangkan dari luar pulau. Pada pengerjaan proyek ini desain yang digunakan disesuaikan dengan kondisi sekitar tapak. Material yang digunakan juga menyesuaikan dengan keberadaan satwa dan kondisi tapak sehingga desain dari sarana dan prasarana tersebut terlihat harmonis dengan lingkungan sekitar tapak. Dengan prinsip eco yang diterapkan, perusahaan perlu mempertimbangakan bagaimana kondisi dan kebutuhan material yang akan digunakan untuk sarana dan prasarana jika proyek ini nantinya akan dilaksanakan. Jika material yang diperlukan tidak ada pada tapak, perlu mendatangkan material tersebut dari luar pulau dengan konsekuensi seperti mahalnya biaya pengiriman material sehingga membutuhkan penambahan biaya. Untuk tahap pengembangan desain pada bangunan baik chalets, information centre, kantin dan gudang, perusahaan juga telah menyesuaikan desain bangunan-bangunan tersebut dengan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Terlihat dari bentuk bangunan yang berbentuk panggung, penggunaan material kayu pada dinding, dan penggunaan material ijuk untuk atap bangunan. Selain itu desain kemiringan atap yang telah ditentukan serta penggunaan material kasa pada jendela chalets juga telah disesuaikan dengan kondisi iklim setempat sehingga dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari. Dengan memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari ini, juga dapat menghemat energi sehingga tidak diperlukan pendingin udara dan energi listrik pada siang hari. Pengembangan desain bangunan dan penginapan dalam hal ini berupa chalets jika dibandingkan sesuai dengan prinsip ecolodges. Ecolodges merupakan akomodasi untuk penginapan wisatawan yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar, (2) menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat, (3) terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat, (4)
meminimalkan
penggunaan
energi
dan
pengelolaan
limbah
(www.worldwideecolodges.com). Gambar 57 menampilakan beberapa contoh ecolodges yang terdapat di Laos yang merupakan ibukota negara Kamboja.
88
(Sumber: www.ecotourismlaos.com/eco_accommodation) Gambar 56. Ecolodges di Laos
Tabel 8. Kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges No.
Ecolodges
Chalets
1.
Merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar.
Merupakan bangunan dengan 1 kamar.
2.
Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat.
Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat yaitu penerapan filosofi dan penggunan material arsitektur lokal rumah Baduy.
3.
Terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat.
Terletak pada salah zona pemanfaatan TNUK yang merupakan daerah alami dan juga merupakan kawasan konservasi sehingga mendukung konservasi lingkungan setempat.
4.
Meminimalkan penggunaan energi dan pengelolaan limbah.
Desain kemiringan atap 20o dan penggunaan material kasa dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga dapat menghemat energi. Adanya ecotoilet yang menggunakan sistem biofil merupakan bentuk aplikasi penggunaan teknologi dalam pengelolaan limbah.
Terlepas dari berbagai kekurangannya, pengerjaan proyek ini secara keseluruhan sudah berjalan cukup baik, karena tidak adanya saran atau koreksi lebih lanjut dari klien saat perusahaan mempresentasikan produk (output) dari proyek ini. Produk (output) yang dihasilkan dari pengerjaan proyek ini berupa arahan serta rekomendasi desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan pulau Peucang TNUK.
89
5.3.
Posisi Mahasiswa Magang Pada Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, Taman
Nasional Ujung Kulon, mahasiswa magang berpartisipasi aktif dari awal tahap persiapan proyek hingga tahap pengembangan desain. Mahasiswa magang juga berpartisipasi langsung pada kegiatan survei lapang ke lokasi proyek kajian Terapan Desain Tapak yaitu Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon. Pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, mahasiswa magang berada langsung dibawah arahan dan bimbingan dari project leader serta main designer dalam struktur tim proyek. Dalam Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang ini, mahasiswa magang juga ikut serta dalam proses analisis serta pembuatan konsep yang dilakukan oleh project leader dan main designer. Pada tahap pengembangan desain proyek ini, mahasiswa juga berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan detail siteplan maupun gambar ilustrasi. Aplikasi yang digunakan mahasiswa dalam pengerjaan proyek ini antara lain AutoCAD 2004, Google Sketch Up 7, Adobe Photoshop CS3, serta Google Earth. Dalam perusahaan mahasiswa magang berada pada divisi produksi yaitu divisi yang mengerjakan proses perencanaan dan perancangan setiap proyek yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk proyek Sinar Mas Forestry, mahasiswa magang berpartisipasi sebagai drafter dalam mengerjakan proyek tersebut yang saat itu sudah pada tahap pengembangan design. Sementara itu, untuk proyek Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Rumpin, mahasiswa berpartisipasi dimulai dari tahap analisis sampai dengan tahap pengembangan desain. Pada saat proses magang, mahasiswa magang juga mendapat ilmu-ilmu baru yang tidak terdapat pada bangku perkuliahan. Pengerjaan proyek yang mengutamakan kepada perlindungan kawasan dan mengusahan kondisi lanskap tetap alami seperti aslinya merupakan ilmu baru yang didapat mahasiswa saat magang. Pengerjaan proyek dalam skala besar, serta lokasi proyek yang merupakan kawasan konservasi merupakan suatu tantangan baru bagi mahasiswa magang untuk mempelajarinya. Proses survei lapang pada kawasan konservasi juga merupakan hal baru yang dialami mahasiswa magang.
90
Selain itu, terdapat penambahan ilmu mengenai pariwisata dan ekowisata yang aplikasinya pada tapak kurang dipelajari secara mendalam saat di bangku perkuliahan. Konsep eco-tourism menegaskan bahwa konsep pemanfaatan lingkungan harus diletakkan untuk ‘membangun hubungan simbiosis pariwisata – lingkungan’ yang
berfungsi untuk menciptakan wisata berkelanjutan melalui
integrasi ke empat hal berikut: (1) kepentingan pelestarian kawasan, (2) kepentingan ekonomi kawasan di sekitar kawasan TNUK, (3) kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan (4) kepentingan kelayakan pengembangan wisata, dalam sebuah hubungan timbal balik yang bergantung dan saling mempengaruhi.
5.4.
Perusahaan Konsultan sebagai Penyedia Jasa Sebagai sebuah perusahaan konsultan yaitu sebagai penyedia jasa dan
produk, perusahaan tergolong telah memiliki kriteria yang baik. Hal ini dikarenakan perusahaan telah memenuhi persyaratan sebagai penyedia jasa menurut Kepres No. 80 tahun 2003. Selain itu PT. Idea Consultant sebagai sebuah perusahaan konsultan memiliki kelebihan yang sesuai dengan beberapa kelebihan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Kelebihan perusahaan sebagai konsultan lanskap adalah: 1. Kemampuan profesional yang dimiliki oleh perusahaan adalah kemampuan menghasilkan produk perencanaan dan perancangan yang sesuai dengan keinginan klien, fungsional, estetik dan tidak merusak lingkungan. Terbukti dengan adanya sebelas proyek yang ditangani sebelumnya, serta tiga proyek yang sedang dikerjakan saat kegiatan magang berlangsung, dengan klien yang beragam baik klien swasta maupun lembaga pemerintahan. 2. Perusahaan telah memiliki pengalaman dan pengetahuan langsung dalam mengerjakan proyek-proyek sebelumnya dan penanganan proyek yang beragam. Selain itu, dalam menghasilkan produk dan hasil kerja telah menunjukkan sikap obyektif dan profesional. Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki perusahaan sebagai konsultan lanskap, perusahaan juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu di evaluasi demi kemajuan perusahaan antara lain:
91
1. Terjadi lembur (overtime) pada saat mendekati waktu deadline pengerjaan gambar-gambar yang harus segera diselesaikan. Selain itu, lembur juga terjadi untuk menyesuaikan antara jadwal pengerjaan proyek dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien, karena jadwal pengerjaan proyek Kajian terapan Desain Tapak yang ditetapkan hanya satu bulan. 2. Proses analisis yang belum komperhensif unutuk kasus kawasan konservasi serta belum lengkapnya produk yang dihasilkan dalam pengerjaan proyek Kajian terapan Desain Tapak Pulau peucang TNUK seperti kurangnya gambar site analysis dan gambar site plan keseluruhan. 3. Kurangnya beberapa fasilitas, seperti PC dan komputer, GPS dan plotter. Dengan kurangnya beberapa fasilitas tersebut tidak mennghambat kinerja perusahaan dalam pelaksanaan pengerjaan proyek. Namun akan lebih baik jika perusahaan memiliki dan menambah fasilitas tersebut sehingga kinerja perusahaan dapat lebih dioptimalkan.
92
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1.
Simpulan Kegiatan Magang pada PT. Idea Consultant merupakan kegiatan yang
sangat bermanfaat bagi mahasiswa guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan soft skill dan sikap profesionalisme di bidang arsitektur lanskap. Melalui kegiatan magang ini, perusahaan telah memberikan pengalaman dan pengetahuan untuk mahasiswa mengenai proses perencanaan dan perancangan pada lanskap alami dan kawasan konservasi, baik kegiatan di studio maupun lapang yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu mahasiswa juga dapat mengetahui dan memahami manajemen kerja serta sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam pengerjaan suatu proyek. Setelah melakukan kegiatan magang ini, mahasiswa dapat mengenal berbagai peralatan dan fasilitas yang digunakan oleh perusahaan yaitu berupa peralatan gambar serta fasilitas lainnya yang mendukung perusahaan dalam pengerjaan sebuah proyek. Selain itu, mahasiswa juga mendapat pengetahuan mengenai prosedur standar pengerjaan proyek dan sistem kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam mengerjakan proyek, terdapat dua teknik yang digunakan perusahaan yaitu dengan sistem manual dan operasi komputer. Berbagai macam teknologi berupa aplikasi software, diterapkan dalam proses pengerjaan proyek yang membutuhkan sistem operasi komputer. Secara umum proses pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK ini berjalan dengan baik karena telah dilakukan manajemen proyek saat pelaksanaan proyek ini. Proses pengerjaan proyek ini terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut antara lain: (1) tahap persiapan, (2) tahap inventarisasi dan analisis yaitu merupakan tahap penialaian tapak, (3) tahap desain konsep yang merupakan tahap pembuatan konsep dan rencana tata ruang, (4) tahap pengembangan desain (Design Development). Namun, tidak semua tahapan yang telah ditetapkan perusahaan harus dilalui dan berdiri sendiri tetapi tergantung situasi, kondisi proyek, dan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan klien.
93
Terdapat beberapa kekurangan perusahaan dalam pengerjaan proyek ini : (1) Tidak adanya analisis tapak (site analysis) secara spasial pada tahapan inventarisasi dan analisis, namun perusahaan telah melakukan analisis terhadap aspek legal serta elemen yang terdapat pada tapak, (2) Produk-produk gambar yang dihasilkan dalam pengerjaan proyek ini belum lengkap, (3) Meskipun cakupan area pengerjaan proyek ini hanya 5 ha, diharapkan perusahaan dapat mempertimbangakan lanskap total Pulau Peucang dari berbagai aspek. Terlepas dari berbagai kekurangannya, pengerjaan proyek ini secara keseluruhan sudah berjalan cukup baik, karena tidak adanya saran atau koreksi lebih lanjut dari klien saat perusahaan mempresentasikan produk (output) dari proyek ini. Produk (output) yang dihasilkan dari pengerjaan proyek ini berupa arahan serta rekomendasi desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk kegiatan wisata alam di zona pemanfaatan pulau Peucang TNUK.
6.2.
Saran Berdasarkan hasil kegiatan magang, terdapat beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan, yaitu : 1. PT. Idea Consultant sebagai konsultan lanskap hendaknya mempertahankan kualitas kerjanya dengan manajemen tim kerja yang lebih baik. Selain itu perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan evaluasi yang telah dilakukan mahasiswa magang untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Pihak perusahaan diharapkan dapat memperhatikan kondisi karakter lanskap Pulau Peucang secara total pada saat melakukan proses analisis. 3. Pihak
perusahaan
diharapkan
mempertimbangkan
standar
kapasitas
kebutuhan ruang dalam pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK dan untuk pengerjaan proyek-proyek selanjutnya. 4. Departemen Arsitektur Lanskap diharapkan dapat terus mempertahankan kegiatan magang untuk meningkatkan keterampilan pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja, serta dapat memberikan dukungan dalam hal administratif magang yaitu dengan pembuatan guidelines magang yang dapat menjadi pegangan mahasiswa saat melakukan kegiatan magang.
94
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Kearifan Masyarakat Baduy terhadap Alam merupakan tauladan bagi para Arsitek. [Terhubung Berkala] http://www.iai-banten.org/. [21 Juni 2011]. Anonim. 2012. Ecolodges. [Terhubung http://www.worldwideecolodges.com/. [2 Februari 2012].
Berkala]
Arief, Arifin. 2001. Hutan & Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius. Booth, N. K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. New York: Ohio State University. Balai TNUK. 2010. Laporan Akhir Pemantapan Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon. Banten. Balai TNUK. 2010. Taman Nasional Ujung Kulon Indonesia. Banten. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 1990. Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Jakarta. Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Company. Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning Basics, Concept, Cases. Third Edition. London: Taylor & Francis Ltd. 460p Harris C. W. dan Nicholas T. D. 1998. Time Saver Standard for Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Co. Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan Direktur Jendral No. P.3/IY-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Aalam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Jakarta. Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung: Intermata. Nasrullah, N. 2009. Materi Kuliah Desain Penanaman Pantai. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap. Nirwandar, S. 2006. Pembangunan Sektor Pariwisata Di Era Otonomi Daerah. [Terhubung Berkala] http://www.budpar.go.id/. [19 Desember 2011]. Nurisjah, S. 2001. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan, dan Pengelolaan, Volume 3, Nomor 2
95
Nurisjah, S dan Pramukanto, Q. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap. Presiden Republik Indonesia. 1994. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2003. Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang Pengadaan barang dan Jasa. Jakarta. Rogers, W. 2011. The Professional of landscape Architecture. 2nd edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Sharky, Bruce. G.1994.Ready, Set, Practice Elements of Landscape Architecture Professional Practice. New York: John Wiey & Sons, Inc.263p Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Co. Simonds, J.O. dan Starke, B.W. 2006. Landscape Architecture. fourth edition: A manual of Environment Planning and Design. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga. Stoner, M. Dan J. Freeman. 1992. Manajemen Perusahaan Edisi Kelima (Terjemahan). Gramedia. Jakarta. 154 hal
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 1. Surat Keterangan Pembagian Tugas untuk Pengerjaan Proyek
98
Lampiran 1. Lanjutan
99
Lampiran 1. Lanjutan
100
Lampiran 2. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Chalets dan Ecotoilet
Gambar dibuat oleh main designer : Puspita G.R. (Landscape architect)
101
Lampiran 3. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Pedestrian Circulation
Gambar dibuat oleh main designer : Puspita G.R. (Landscape architect)
102
Lampiran 4. Sketsa Rekomendasi Desain untuk Jetty
Gambar dibuat oleh main designer : Puspita G.R. (Landscape architect)
103
Lampiran 5. Sketsa Rekomendasi Desain untuk area Gedung Multifungsi
Gambar dibuat oleh main designer : Puspita G.R. (Landscape architect)
104
Lampiran 6. Sketsa Potongan Rekomendasi Desain untuk Chalets dan Shelter
Gambar dibuat oleh main designer : Puspita G.R. (Landscape architect)