1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI SUAKA MARGASATWA PULAU SEMAMA DAN TAMAN WISATA ALAM PULAU SANGALAKI
Oleh ALIDA NIM. 070 500 003
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010
2
HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di BKSDA Seksi Wilayah I KALTIM di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama dan Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki sejak tanggal 8 Maret sampai 8 Mei 2010.
Menyetujui Dosen Pembimbing
Penguji I
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 19600805 198803 1 003
Elisa Herawati, S.HUT, MP NIP. 19710305 199512 2 001
Penguji II
Ir. Noorhamsyah, MP NIP. 19640523 199703 1 001
Mengesahkan, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028 198803 1003
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa, maka Penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Dimana laporan ini merupakan hasil dari Praktek Kerja Lapang di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama dan Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Laut Pulau Sangalaki di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Wilayah I Berau. Pada kesempatan ini tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada ; 1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Juruan Manajemen Hutan. 3. Ibu Emy Malaysia selaku Kepala Program Studi Manajemen Hutan 4. Bapak Ir. M. Masrudy, Mp selaku dosen pembimbing yang banyak membantu dan memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan ini. 5. Ibu Elisa Herawati, S.Hut, MP sebagai penguji I. 6. Bapak Ir. Noorhamsyah,MP sebagi penguji II. 7. Kepala Balai KSDA KALTIM dan Kepala Balai KSDA Seksi wilayah I beserta Staf. 8. Kepada seluruh teman-teman di kampus yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Laporan ini sebagai salah satu syarat bagi Penulis untuk menyelesaikan studi Diploma III Kehutanan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bidang
4
studi Kehutanan. Untuk itu Penulis mengharapkan kepada semua pembaca untuk dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan Penulis khususnya.
Samarinda, Mei 2010
Penulis
5
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… i KATA PENGANTAR……………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
iv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
v
I.
PENDAHULUAN……………………………………………………….
1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. B. Tujuan……………………………………………………………… C. Hasil Yang Diharapkan……………………………………………
1 2 2
II. TINJAUAN PERUSAHAAN…………………………………………..
3
A. Tinjauan Umum BKSDA KALTIM……………………………… 1. Kedudukan……………………………………………………… 2. Visi ……………………………………………………………… 3. Misi ……………………………………………………………... 4. Organisasi BKSDA Kalimantan Timur ……………………… 5. Tugas Pokok dan Fungsi BKSDA Kalimantan Timur ........... B. Risalah Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki ……… 1. Letak dan Luas…………………………………………………. 2. Kondisi Fisik……………………………………………………. 3. Potensi Kawasan………………………………………………...
3 3 3 3 4 6 9 9 9 11
C. Risalah Kawasan SM Pulau Semama…………………………….
11
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG………………………………..
13
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek ……………………….
13
B. Pelaksanaan Praktek Manajemen Margasatwa dan Kawasan Konservasi………………………………………………………….. 1. Pelaksanaan di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama ... 2. Pelaksanaan di Kawasan Konservasi TWA Pulau Sangalaki
14 14 26
IV. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
40
A. Kesimpulan………………………………………………………… B. Saran………………………………………………………………..
40 41
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
42
LAMPIRAN………………………………………………………………….
43
6
DAFTAR TABEL
No
Tubuh Utama
Hal
1.
Rangkaian Kegiatan di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama
13
2.
Rangkaian Kegiatan di Kawasan Konservasi TWA Pulau Sangalaki
14
7
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Tubuh Utama
Hal
1.
Struktur Organisasi BKSDA KALTIM…………………………….
44
2.
Peta Wilayah Kerja Seksi Wilayah I………………………………..
45
3.
Kegiatan Monitoring (Pencarian Telur Penyu)……………………
46
4.
Kegiatan Relokasi…………………………………………………….
46
5.
Pelepas Liaran Tukik………………………………………………...
47
6.
Kegiatan Pembersihan……………………………………………….
47
7.
Kegiatan Inventarisasi……………………………………………….
48
8.
Pembuatan Spesimen Herbarium…………………………………..
48
9.
Daftar Jenis Tanaman dan Herbarium Yang Telah dibuat di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama…..…….
49
10.
Daftar Jenis Satwa yang Telah Diinventarisasi di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama...............................
49
Daftar Jenis Tanaman dan Herbarium Yang Telah Dibuat Di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Pualau Sangalaki…….
50
Daftar Jenis Satwa yang Telah Diinventarisasi di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Pualau Sangalaki……………….
50
Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi.…………………………....
52
11.
12. 13.
8
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Menurut Fitriyanto (2006), semua jenis satwa yang ada di Indonesia di
lindungi oleh undang – undang terutana jenis satwa yang hamper punah atau keberadaannya sangat diragukan lagi di antara tersebut salah satunya adalah penyu. Penyu sisik dan penyu belimbing dilindungi berdasarkan SK No. 886/kpts/11/1992, penyu belimbing dilindungi berdasarkan SK Menteri N0.327/kpts/Um/1978, penyu tempayang dan penyu lekangi berdasarkan SK No. 716/kpts/Um/1980, sedangkan penyu hijau baru masuk dalam daftar fauna yang dilindungi berdasarkan PP No. 8 tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis dan tumbuhan dan satwa. Jenis penyu yang ditemukan di perairan Indonesia adalah penyu hijau. Penyu hijau dalah reptile yang mempunyai kekhasan pada tubuhnya yang bernilai ekonomis penting. Tingkat eksploitasi yang tinggi dan intensif ditambah dengan kerusakan habitat menyebapkan penyu hijau menurun setiap tahun. Wilayah perairan Kabupaten Berau – Kalimantan Timur adalah salah satu pusat keanekaragaman dunia dan tempat peneluran penyu hijau terbesar di Asia Tenggara. Populasi penyu hijau (green turle) yang bersarang lebih dari 5000 penyu betina pertahun (Anonim,2010) Sekitar delapan puluh tempat atau lokasi bertelurnya penyu hijau yaitu Pulau Sangalaki, Semama, Derawan, Mataha,, Belambangan, Bilang bilang, Balikukup, dan Sambit.
9
Upaya untuk menjaga kepunahan populasi penyu hijau yang ada di perairan Indonesia adalah dengan menjaga kelestarian habitat tempat penyu bertelur, melakukan kampanye dan pendidikan lingkungan tentang hal –hal yang berkaitan dengan penyu dan upaya konservasi.
B. Tujuan Pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) yang dilakukan di Kawasan Konservasi Pulau Semama dan TWA pulau Sangalaki di Kabupatane Berau Kalimantan Timur, bertujuan untuk mengetahui penetasan telur penyu hijau secara alami ataupun dengan bantuan manusia dan juga untuk mengetahui pelestararian penyu yang ada di Kawasan Pulau Semama dan TWA Pulau Sangalaki. C. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dalam praktek kerja lapang (PKL) adalah bagai mana peningkatan pelestarian penyu hijau dan juga tingkat keberhasilan BKSDA bekerja sama dengan istansi terkait khususnya Yayasan Penyu Berau (wwf) untuk melestariakan penyu hijau yang hampir punah.
10
II. TINJAUAN PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) KALTIM 1. Kedudukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam adalah unit pelaksana teknis di bidang perlindungan hutan pelestarian alam yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai. 2. Visi Dalam
pelaksanaan
tugasnya
BKSDA
Kalimantan
Timur
mempunyai visi : “Terwujudnya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya di dalam dan di luar kawasan konservasi untuk mendukung mutu kehidup an dan kesejahteraan masyarakat’’. 3. Misi Misi BKSDA Kalimantan Timur adalah : a. Memantapkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsinya. b. Memantapkan perlindungan kawasan konservasi dan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. c. Meningkatkan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari sesuai dengan fungsinya. d. Meningkatkan kelembagaan, kemitraan dan partisipasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
11
4. Organisasi BKSDA Kalimantan Timur BKSDA Kalimantan Timur yang berkedudukan di Samarinda merupakan unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Lampiran1).
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kehutanan
nomor:
P.02/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam kelas I (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) dan Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam kelas II (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Mengacu pada peraturan menteri tersebut, BKSDA Kaltim merupakan Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam kelas II. Jika ditinjau dari struktur organisasinya, BKSDA Kaltim merupakan BKSDA tipe A yang memiliki 3 Seksi Konservasi Wilayah, yaitu : Seksi Konservasi Wilayah I Berau, Seksi Konservasi Wilayah II Tenggarong dan Seksi Konservasi Wilayah III Balikpapan. Fungsi BKSDA KALTIM (Kep. Menteri Kehutanan No.6187/Kpts–11/2002) adalah : a. Melaksanakan program evaluasi pengelolaan ke suaka margasatwa, cagar alam, taman wisata dan taman burun, kcnservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan.
12
b. Pengelolaan kawasan suka margasatwa, cagar alam, taman wisata laut, taman buru, konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan. c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumber daya alam di dalam dan di luar kawasan. d. Memberikan informasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan suaka margasatwa,cagar alam, taman wisata alam dan taman buru. e. Melasanakan pembinaan wisata alam dan cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. f. Melaksanakan kerja sama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati. Uu No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem pasal 21 : “Setiap orang di larang untuk menangkap, melukai, membunuh, memiliki, menyimpan, memelihara dan merpergunakan satwa yang di lindungi dalam keadaan hidup atau mati serta bagian–bagian tubuhnya” Pelanggaran terhadap undang-undang ini dikenakan hukuman pidana penjra 5 tahun dan denda sebesar Rp 100.000.000.
13
5. Tugas Pokok dan Fungsi BKSDA Kalimantan Timur Sebagai Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, tugas
pokok
BKSDA
Kalimantan
Timur
adalah
penyelenggaran
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi di Propinsi Kalimantan Timur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKSDA Kalimantan Timur menyelenggarakan fungsi- fungsi sebagai berikut : a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan, di Propinsi Kalimantan Timur. b. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan di Propinsi Kalimantan Timur. c. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung di Propinsi Kalimantan Timur. d. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan di Propinsi Kalimantan Timur.
14
e. Pengendalian kebakaran hutan. f. Promosi, informasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. g. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. h. Kerjasama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan. i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi. j. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam serta. k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Dalam struktur organisasi dan tata kerja BKSDA Kalimantan Timur terdapat Sub bagian Tata Usaha yang mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, BKSDA Kalimantan Timur dibantu oleh 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah. Uraian tugas masing- masing seksi konservasi wilayah adalah sebagai berikut : a. Seksi Konservasi Wilayah I Berau, mempunyai tugas melakukan rencana,
program
dan
evaluasi,
pengelolaan,
perlindungan,
pengamanan, dan penanggulangan kebakaran kawasan, promosi dan informasi, bina wisata alam dan cinta alam, penyuluhan, kerjasama
15
serta karantina dibidang konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan SM. P. Semama dan TWA. P. Sangalaki, serta pelaksanaan urusan tata usaha di Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan (Lampiran 2). b. Seksi Konservasi Wilayah II Tenggarong, mempunyai tugas melakukan rencana,
program
dan
evaluasi,
pengelolaan,
perlindungan,
pengamanan, dan penanggulangan kebakaran kawasan, promosi dan informasi, bina wisata alam dan cinta alam, penyuluhan, kerjasama serta karantina dibidang konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan diluar kawasan CA. Muara Kaman Sedulang dan CA. Padang Luway, serta pelaksanaan urusan tata usaha di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur dan Kota Samarinda. c. Seksi Konservasi Wilayah III Balikpapan, mempunyai tugas melakukan rencana,
program
dan
evaluasi,
pengelolaan,
perlindungan,
pengamanan, dan penanggulangan kebakaran kawasan, promosi dan informasi, bina wisata alam dan cinta alam, penyuluhan, kerjasama serta karantina dibidang konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan diluar kawasan CA. Teluk Apar dan CA. Teluk Adang, serta pelaksanaan urusan tata usaha di Kabupaten Penajam Paser Utara, Pasir dan Kota Balikpapan.
16
B. Risalah Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki 1. Letak dan Luas Menurut Syihabuddin (2006), Pulau Sangalaki ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 604/Kpts/Um/8/1982 tanggal 19 Agustus 1982. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wialayah (RTRW) Kabupaten Berau, secara administratif TWA Pulau Sangalaki terletak di Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur, terletak pada koordinat geografis 02° 1'11'' Lintang Utara dan 115°45' 14'' Bujur Timur. Luas Taman Wisata Alam pulau Sangalaki termasuk wilayah perairannya adalah seluasn ± 280 Ha, sedangkan luas pulau/daratannya ± 15,9 Ha. Batas wilayah TWA Pulau Sangalaki adalah : a. Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Gasingan b. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Lungsuran Naga c. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Kakaban dan Pulau Semama d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Karang Malalungan 2. Kondisi Fisik Menurut Surya dkk. (2006), secara geologis, Pulau Sangalaki di identifikasi sebagai gosong yaitu timbunan pasir pantai dengan satuan morfologi berupa daratan pantai yang datar. Pulau ini mempunyai laguna dangkal berpasir berdasar pasir dan ditumbuhi oleh karang dan lamun. Lebar pantai antara 12-15 meter dengan material penyusun berupa
17
fragmen karang dan butiran-butiran pasir kasar. Sistem lahan Pulau Sangalaki merupakan sistem lahan puting (PTG) yaitu pantai dengan kemiringan 2% dan tipe batuan yang berasal dari laut. Kondisi iklim Kawasan Konservasi Laut Berau (KKL Berau) termasuk di dalamnya Pulau Sangalaki, sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di Samudera Pasifik. Secara umum, iklim kawasan ini terdiri atas musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober hingga Mei dengan jumlah hari hujan kira-kira 15-20 hari per bulannya. Curah hujan terbesar terjadi pada akhir atau awal musim hujan. Musim kemarau berlangung antara bulan Juli sampai September dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu udara rata-rata berkisar antara 24,8°c - 27,9°c suhu udara minimum berkisar antara 19°c - 35,6°c. Suhu harian rata-rata tidak menunjukkan fluktuasi yang signifikan antara siang dan malam hari. Perbedaan suhu udara maksimum dengan suhu udra minimum berkisar antara 10° c - 12° c . Arah angin secara umum mengikuti musim barat (angin utara) dan musim timur (angin selatan). Kecepatan angin paling rendah terjadi pada bulan Oktober-November yang berada pada angka 4,3 knot . Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, KKL Berau termasuk tipe iklim Alpa sedangkan menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan ini termasuk golongan iklim A, yaitu curah hujan berlangsung sepanjang
18
tahun dan jarang terjadi bulan kering. Intensitas curah hujan berkisar antara 0,6-21,8 mm (Anonim, 2010). 3. Potensi Kawasan TWA Pulau Sangalaki memiliki ekosistem hutan pantai alami, padang lamun dan terumbu karang, keragaman biota laut pada kawaan ini juga tinggi. Selain berbagai jenis biota laut tersebut, hutan pantai Pulau Sangalaki juga dihuni oleh berbagai jenis fauna seperti berbagai jenis burung laut, biawak dan katak. Jenis satwa liar yang paling menarik prhatian adalah penyu hijau yang mendarat dan bertelur di pulau ini. Selain itu, di dalam perairannya terdapat ekosistem terumbu karang yang kaya akan berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya.Formasi vegetasi Pulau Sangalaki adalah hutan pantai dengan luasan yang relative kecil (Anonim, 2010). C. Risalah Kawasan Suaka Margasatwa Pulau Semama Menurut Surya dkk.(2006), Pulau Semama ditetapkan sebagai suaka margasatwa
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
604/Kpts/Um/8/1982 tanggal 19 Agustus 1982. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wialayah (RTRW) Kabupaten Berau, secara administratif Suaka Marga Pulau Sangalaki terletak di Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Suaka margasatwa Pulau Semama wilayah perairannya seluas ± 220 Ha dengan letak geografis pada koordinat 02° 1'
19
08'' LU dan 118° 19' 20'' BT dengan daerah administrasi Kehutanan Dinas Kehutanan Kabupaten Berau Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa melalui SK penunjukan Gubernur Kaltim No. 127 Tahun 1981 tanggal 2 Juni 1981 dan diperkuat dengan SK Mentan No. 604/Kpts/Um/8/1982 tanggal 19 Agustus 1982. Kawasan ini telah diusulkan untuk di tata batas, namun sampai saat ini masih belum ditata batas. Ekosistem Suaka Margasatwa Pulau Semama merupakan ekosistem hutan pantai alami, padang lamun dan terumbu karang dengan obyek wsata alamnya yaitu wisata alam laut. Kawasan perairan Suaka Margasatwa Pulau Semama termasuk wilayah DAS berada di tengah lautan, merupakan bagian pantai laut Sulawesi.
20
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Adapun tempat pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang Manajemen Margasatwa di Kawasan Konservasi di Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah I di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa (SM) Pulau Semama dan Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam(TWA) Pulau Sangalaki, sejak tanggal 8 Maret 2010 sampai tanggal 8 Mei 2010 dapat dilihat pada Lampiran 13 dengan uraian pada Tabel 1 dan 2 sebagai berikut :
Tabel 1. Rangkaian Kegiatan di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama
No
Kegiatan
1.
Perjalanan ketempat praktek
2.
Pengamanan dan pengawasan 1. Pengamanan inside a. Monitoring b. Relokasi c. Pelepas liaran tukik d. Pembersihan 2. Pengamanan outside a. patroli
3.
Inventarisasi 1. Inventarisasi Jenis tanaman 2. Inventarisasi Jenis satwa 3. Pembuatan Spesimen Herbarium
Tempat/Lokasi
Waktu pelaksanaan 08 Maret s/d Samarinda ke Berau 11Maret 2010
Suaka Margasatwa Pulau Semama
12 Maret 2010 13 Maret 2010 15 Maret 2010 12 Maret 2010 13 Maret 2010
Suaka Margasatwa Pulau Semama
19 Maret 2010 19 Maret 2010 19 Maret 2010
21
Tabel 2. Rangkaian Kegiatan di Kawasan Konsevasi Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki No 1.
Kegiatan
Tempat/Lokasi
Pengamanan dan pengawasan 1 Pengamana inside a. Monitoring b. Relokasi c. Pelepas liaran tukik d. Pembersihan 2 Pengamana outside a. Patroli
2.
pendapingan
3.
Inventarisasi 1 Inventarisasi Jenis Tanaman 2. Inventarisasi Jenis Satwa 3. Pembuatan Spesimen Herbarium
Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki
Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki
Waktu pelaksanaan
24 Maret 2010 24 Maret 2010 25 Maret 2010 24 Maret 2010 25 Maret 2010 25 Maret 2010
08 April 2010 08 April 2010 08 April 2010
B. Pelaksanaan Praktek Manajemen Margasatwa dan Kawasan Konservasi 1. Pelaksanaan di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama Kegiatan-kegiatan selama praktek Manajemen Margasatwa dan Kawasan Konservasi di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama adalah sebagai berikut : a. Pengamanan dan Pengawasan 1) Pengamanan inside a) Monitoring (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a)
Stick
(b)
Ember
22
(c)
Parang
(d)
Batok kelapa
(2) Dasar Teori Monitoring merupakan salah satu kegiatan untuk mengawasi/mengontrol keadaan sarang telur penyu, baik yang bersifat baru maupun yang sedang dalam masa pengeraman. (3) Prosedur Kerja (a) Melakukan pengamatan sepanjang jalur pantai pulau dengan cara menyusuri pantai dengan berjalan kaki. (b) Jika terdapat sarang telur yang baru, maka dilakukan kegiatan relokasi ke hatchery. (c) Jika terdapat sarang telur yang telah menetas, maka dilakukan kegiatan pelepas liaran tukik. (d) Jika terdapat areal yang perlu dibersihkan maka dilakukan kegiatan pembersihan. (4) Hasil yang Dicapai Kegiatan monitoring dilakukan sebanyak 1 kali sehari, yaitu pada saat air telah surut pada pagi atau malam hari (Lampiran 3).
23
(5) Pembahasan Hasil dari melakukan kegiatan monitoring adalah untuk mengawasi sarang telur penyu baik yang bersifat baru maupun dalam masa pengeraman. b) Relokasi (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a) Batok kelapa (b) Ember (c) Stick (d) Spidol (e) Pita identitas Bahan yang digunakan adalah telur penyu yang harus dipindahkan (2) Dasar Teori Relokasi merupakan kegiatan yang dilakukan apabila dalam kegiatan monitoring penyu ditemukan sarang-sarang yang diperkirakan akan terkena air ketika pasang tinggi untuk menyelamatkan sarang-sarang tersebut dengan memindahkan ke dalam Hatchery atau tempat lain yang lebih aman.
24
(3) Prosedur Kerja (a) Pencarian sarang penyu dalam timbunan pasir dengan menusukan stick kedalam pasir tempat penyu bertelur dengan sangat hati-hati agar telur tidak pecah. (b) Setelah posisi sarang ditemukan kemudian sarang digali dengan menggunakan batok kelapa. Penggalian harus dilakukan dengan sangat hati- hati jangan sampai batok kelapa menyentuh atau merusak telur penyu yang ada di dalam sarang. (c) Kemudian telur diambil dengan sangat hati-hati dan perlahan agar tidak merusak telur dan dipindahkan ke dalam ember dan dihitung jumlahnya dan telur siap dipindahkan ke tempat yang lebih aman (hatchery). (d) Setelah tempat ditemukan, kemudian dipastikan tidak ada batu, kayu, atau ada telur yang tertanam di dalamnya dengan cara menusukan stick ke dalam pasir. (e) Pembuatan sarang telur harus sesuai dengan aslinya (lebar pada bagian bawah) dan kedalamannya juga harus sesuai dengan kedalaman aslinya. (f) Setelah lubang siap, kemudian telur dimasukkan dengan perlahan dan hati- hati kemudian ditutup
25
dengan pasir sekitar 5-10 cm dan diberi pita identitas sarang. (g) Identitas sarang berisi tanggal relokasi, jumlah telur dan relokator. (h) Kemudian sarang ditutup lagi dengan pasir. (i) Untuk sarang yang ada di hatchery digunakan patok sebagai tanda sarang tersebut. (4) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan 3 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 1 kali relokasi dapat dilihat pada Lampiran 4. (5) Pembahasan Setelah melakukan kegiatan selama 3 jam kerja, hasil yang dicapai adalah memindahkan sarang telur penyu ke tempat lain yang lebih aman dari gangguan predator. c) Pelepas Liaran Tukik (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a) Batok kelapa (b) Stick (c) Ember (d) Alat tulis menulis
26
(2) Dasar Teori Pelepas liaran tukik merupakan salah satu upaya penyelamatan tukik (anak penyu yang baru menetas) pada waktu-waktu tertentu guna menghindarkan/meminimalkan dari banyaknya bahaya predator yang dapat memangsa tukiktukik tersebut. (3) Prosedur Kerja (a) Mencari sarang telur penyu yang telah menetas dengan cara menusukan stick ke dalam pasir atau ada tukik yang telah keluar. (b) Setelah posisi sarang ditemukan, kemudian sarang digali dengan menggunakan batok kelapa. (c) Tukik yang telah menetas kemudian dimasukan ke dalam ember dan dihitung jumlahnya. (d) Kemudian telur dihitung jumlahnya yang telah menetas dan tidak menetas (busuk dan tidak mengalami perkembangan) dan tukik yang mati. (e) Kemudian tukik dilepaskan di pesisir pantai. (4) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 1 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 1 kali pelepas liaran (Lampiran 5).
27
(5) Pembahasan Setelah melakukan kegiatan selama 1 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 1 kali pelepas liaran tukik dalam 1 hari agar melindungi dari gangguan predator. d) Pembersihan (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a) Korek api (b) Kantong plastik Bahan yang digunakan adalah : Minyak tanah (2) Dasar Teori Menurut
Syihabuddin
(2006),
semakin
tingginya
aktifitas manusia di sekitar kawasan konservasi menyebabkan bertambahnya intensitas pencemaran. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya sampah anorganik yang terdampar di pantai. Sampah tersebut berasal dari pulau yang berpenghuni atau dari daratan. Sampah dapat merusak ekosistem padang lamun dan terumbu karang. (3) Prosedur Kerja (a) Menentukan areal yang akan dibersihkan, (b) Mengambil semua kotoran, baik sampah maupun kayu yang dapat ditumpuk/diangkat yang ada di tepi pantai.
28
(c) Kotoran yang telah diambil kemudian ditumpuk pada areal yang kering dan kemudian dibakar. (d) Kayu yang tidak dapat diangkat dilarutkan ke laut pada saat air pasang. (4) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 3 jam kerja, hasil yang dicapai adalah sepanjang jalur pantai dapat dilihat pada Lampiran 6. (5) Pembahasan Hasil dari melakukan kegiatan pembersihan adalah sepanjang jalur pantai bebas dari kotoran, sampah dan kayu, sehingga tidak menghalangi penyu yang naik untuk bertelur. 2) Pengamanan outside Patroli a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1) Alat tulis menulis (2) Perahu/sampan (3) Senter (saat malam) b) Dasar Teori Menurut Anonim (2010), pengamanan kawasan yang telah dilakukan oleh BKSDA KALTIM telah diupayakan semaksimal mungkin salah satunya adalah dengan membangun pos jaga di
29
pulau tersebut. Tetapi terbatasnya jumlah personil, dana dan kondisi
kawasan
yang
sebagian
besar
berupa
perairan
membutuhkan pengamanan yang bermobilitas tinggi merupakan beberapa faktor yang membuat pengamanan belum berjalan sebagaimana mestinya. c) Prosedur Kerja (1) Mengelilingi pulau dengan menggunakan perahu/sampan. (2) Mendata para nelayan yang terdapat di sekitar kawasan suaka margasatwa, data yang diambil adalah nama kapal, nama kapten kapal, nama ABK, keperluan berada di sekitar kawasan suaka margasatwa, jenis alat-alat yang digunakan, dan lamanya para nelayan tersebut berada di sekitar kawasan suaka margasatwa. (3) Mengontrol nelayan yang berada di sekit ar kawasan suaka margasatwa. d) Hasil yang Dicapai Kegiatan patroli dilakukan sebanyak 4-5 kali sehari, yaitu pada saat pagi, siang, sore dan malam hari. (e) Pembahasan Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah mengontrol nelayan
yang
mencurigakan.
berada
disekitar
kawasan
sehingga
tidak
30
b. Inventarisasi 1) Inventarisasi jenis tanaman a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1) Parang (2) Alat tulis menulis (3) Spidol (4) Kamera b) Dasar Teori Inventarisasi jenis tanaman merupakan suatu kegiatan mendata dan mencatat tentang jenis tanaman dalam suatu kawasan tertentu yang telah ditetapkan untuk mengetahui jenisjenis tanaman yang terdapat di dalam kawasan tersebut. c) Prosedur Kerja (1) Menandai kulit batang pohon yang didata dan diberi nomor. (2) Mendata jenis tanaman/pohon yang telah diberi tanda nomor. (3) Mengambil
bagian
tanaman/pohon
untuk
specimen
herbarium. (4) Mengambil gambar/foto tanaman/pohon yang telah didata. d) Hasil yang Dicapai Melakukan kegiatan selama 4 jam, hasil yang didapatkan adalah 10 jenis tanaman di kawasan suaka margasatwa dengan hasil inventarisasi dapat dilihat pada Lampiran 7.
31
2) Pembuatan Spesimen Herbarium a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1) Parang (2) Gunting (3) Ember Bahan yang digunakan adalah : Bagian-bagian tanaman b) Dasar Teori Pembuatan spesimen herbarium merupakan suatu kegiatan membuat koleksi bagian-bagian tanaman yang telah mati. c) Prosedur Kerja (1) Mengambil bagian tanaman (daun/bunga/buah/kulit pohon) yang akan dijadikan herbarium. (2) Menandai bagian tanaman yang telah diambil dengan diberi nomor sesuai saat inventarisasi jenis tanaman/pohon. (3) Mengeringkan bagian tanman yang telah diambil. (4) Setelah dikeringkan, kemudian bagian tanaman tersebut ditaruh kedalam wadah agar tidak hancur. d) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 3 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 12 spesimen herbarium dengan hasil pembuatan herbarium dapat dilihat pada Lampiran 8.
32
3) Inventarisasi Jenis Satwa a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1)
Alat tulis menulis
(2)
Kamera
b) Dasar Teori Menurut Masrudy dkk. (2001), inventariasi jenis satwa adalah suatu cara pengumpulan data satwa, untuk mengetahui ada tidaknya satwa serta melakukan pendugaan besarnya populasi sebelum melakukan inventarisasi terlebih dahulu harus sedikit banyak diketahui gambaran umum tentang sifat-sifat hidup dari jenis satwa. c) Prosedur Kerja (1) Mengelilingi pulau dan mengamati jenis satwa yang melintas. (2) Mencatat jenis satwa yang melintas. (3) Untuk jenis burung imigrasi yang ada saat malam hari, inventarisasi dilakukan saat menjelang/tengah malam hari. (4) Mengambil gambar (dokumentasi) satwa yang telah didata. d) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 4 jam kerja, hasil yang didapat saat inventarisasi adalah sebanyak 8 jenis satwa dengan hasil inventarisasi dapat dilihat pada Lampiran 10.
33
2. Pelaksanaan di Kawasan Konservasi TWA Pulau Sangalaki Adapun kegiatan-kegiatan yang telah kami ikuti selama praktek Manajemen Margasatwa dan Kawasan Konservasi di Kawasan Konservasi SM Pulau Semama adalah sebagai berikut : a. Pengamanan dan Pengawasan 1) Pengamanan inside a) Monitoring (1) Alat Alat yang digunakan adalah : a) Stick b) Ember c) Papan data d) Batok kelapa e) Spidol f) Pita g) Senter (saat malam hari) (2) Dasar Teori Monitoring merupakan salah satu kegiatan untuk mengawasi/mengontrol keadaan sarang telur penyu, baik yang bersifat baru maupun yang sedang dalam masa pengeraman.
34
(3) Prosedur Kerja a) Melakukan pengamatan sepanjang jalur pantai pulau dengan menyusuri pantai. b) Mendata setiap penyu yang naik ke daratan, baik yang bertelur atau tidak. c) Mengamati kondisi sarang, apakah terlalu dekat dengan air laut saat air pasang atau tidak. d) Jika sarang terlalu dekat dengan air laut, maka dilakukan kegiatan relokasi, namun jika tidak, maka dibiarkan saja. e) Mendata sarang telur jika terdapat yang telah menetas. f) Jika terdapat areal yang perlu dibersihkan maka dilakukan kegiatan pembersihan. (4) Hasil yang Dicapai Kegiatan monitoring dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, sore dan malam hari (untuk saat malam dilakukan pada saat air telah surut). b) Relokasi (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : a) Batok kelapa b) Ember c) Stick d) Spidol
35
e) Pita identitas Bahan yang digunakan adalah : Telur penyu yang harus dipindahkan (2) Dasar Teori Relokasi merupakan kegiatan yang dilakukan apabila dalam kegiatan monitoring penyu ditemukan sarang-sarang yang diperkirakan akan terkena air ketika pasang tinggi untuk menyelamatkan sarang-sarang tersebut dengan memindahkan ke dalam Hatchery atau tempat lain yang lebih aman. (3) Prosedur Kerja a) Pencarian sarang penyu dalam timbunan pasir dengan menusukan stick kedalam pasir tempat penyu bertelur dengan sangat hati-hati agar telur tidak pecah. b) Setelah posisi sarang ditemukan kemudian sarang digali dengan menggunakan batok kelapa. Penggalian harus dilakukan dngan sangat hati- hati jangan sampai batok kelapa menyentuh atau merusak telur penyu yang ada di dalam sarang. c) Setelah telur-telur terlihat kemudian telur diambil dengan sangat hati-hati dan perlahan agar tidak merusak telur dan dipindahkan ke dalam ember dan dihitung jumlahnya dan telur siap dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
36
d) Ada dua pilihan tempat untuk memindahkan telur, yaitu di Hatchry dan apabila posisi sarang yang akan direlokasi jauh dari hatchery dapat dipindahkan ke tempat terdekat yang lebih aman. e) Setelah tempat ditemukan, kemudian tempat tersebut harus dipastikan dahulu bahwa sarang yang kita buat tidak ada batu, kayu, atau ada telur yang tertanam di dalamnya atau barang-barang lain yang akan merusak telur dalam pengeraman dengan cara menusukan stick ke dalam pasir. f) Pembuatan sarang telur harus sesuai dengan aslinya (lebar pada bagian bawah) dan kedalamannya juga harus sesuai dengan kedalaman aslinya. g) Setelah lubang siap, kemudian telur-telur tersebut dapat dimasukkan dengan perlahan dan hati- hati. h) Setelah telur masuk ke dalam lubang sarang semua, kemudian ditutup dengan pasir sekitar 5-10 cm dan diberi pita identitas sarang. i) Identitas sarang berupa pita yang bertuliskan tanggal relokasi, dari sektor mana ke sektor mana, jumlah telur dan relokator. j) Kemudian sarang ditutup lagi dengan pasir. k) Untuk sarang yang ada di hatchery digunakan patok identitas sebagai tanda sarang tersebut.
37
(4) Hasil yang Dicapai setelah melakukan 3 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 1 kali relokasi. c) Pelepas Liaran Tukik (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a)
Batok kelapa
(b)
Stick
(c)
Ember
(d)
Alat tulis menulis
(2) Dasar Teori Pelepas liaran tukik merupakan salah satu upaya penyelamatan tukik (anak penyu yang baru menetas) pada waktu-waktu tertentu guna menghindarkan/meminimalkan dari banyaknya bahaya predator yang dapat memangsa tukiktukik tersebut. (3) Prosedur Kerja (a) Mencari sarang telur penyu yang telah menetas dengan cara menusukan stick ke dalam pasir atau ada tukik yang telah keluar. (b) Setelah posisi sarang ditemukan, kemudian sarang digali dengan menggunakan batok kelapa yang telah dipotong.
38
(c) Setelah posisi tukik dan cangkangnya terlihat, kemudian tukik yang telah menetas kemudian dimasukan ke dalam ember, kemudian cangkang-cangkang telur yang ada di dalam sarang dikeluarkan dan dihitung jumlah cangkang yang
menetas,
tidak
menetas
(busuk
dan
tidak
mengalami perkembangan), tukik yang cacat dan tukik yang mati dan dicatat di papan data. (d) Setelah dihitung dan dicatat, kemudian tukik-tukik tersebut digabungkan dengan tukik-tukik yang lain dan siap dilepaskan pada malam hari. (4) Hasil yang Dicapai Pelepas liaran hanya dilakukan 1 kali sehari, yaitu pada saat malam hari saja sesuai peraturan yang telah ditetapkan. d) Pembersihan (1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (a) Korek api (b) Kantong plastik (c) drum Bahan yang digunakan adalah : Minyak tanah
39
(2) Dasar Teori Menurut
Syihabuddin
(2006),
semakin
tingginya
aktifitas manusia di sekitar kawasan konservasi menyebabkan bertambahnya intnsitas pencemaran. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya sampah anorganik yang terdampar di pantai. Sampah tersebut berasal dari pulau yang berpenghuni atau dari daratan. Sampah dapat merusak ekosistem padang lamun dan terumbu karang. (3) Prosedur Kerja (a) Mengambil
semua
sampah
anorganik
dan
memasukannya ke dalam kantong plastik, untuk kayu yang dapat ditumpuk/diangkat yang ada di tepi pantai ditumpuk pada areal yang kering dan kemudian dibakar. (b) Sampah
anorganik
yang
telah
diambil
kemudian
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam drum dan dibakar. (c) Kayu yang tidak dapat diangkat dilarutkan ke laut pada saat air pasang. (4) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 3 jam kerja, hasil yang dicapai yaitu sepanjang jalur pantai yang terdapat di pulau.
40
2) Pengamanan outside A. Patroli 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : Senter (saat malam) 2. Dasar Teori Menurut Syihabuddin (2006), pengamanan kawasan yang
telah
dilakukan
oleh
BKSDA
KALTIM
telah
diupayakan semaksimal mungkin salah satunya adalah dengan membangun pos jaga di pulau tersebut. Tetapi terbatasnya jumlah personil dana dan kondisi kawasan yang sebagian besar berupa perairan membutuhkan pengamanan yang bermobilitas tinggi merupakan beberapa faktor yang membuat pengamanan belum berjalan sebagaimana mestinya. 3. Prosedur Kerja a) Mengelilingi pulau dengan cara berjalan kaki menyusuri pantai. b) Menghitung jumlah nelayan yang terdapat di sekitar kawasan Taman Wisata Alam. c) Mengontrol nelayan yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam. d) Memeriksa sarang telur, baik yang alami maupun yang telah direlokasi.
41
e) Jika terdapat nelayan yang dianggap mencurigakan, maka dilakukan pengintaian pada malam hari. 4. Hasil yang Dicapai Kegiatan patroli dilakukan sebanyak 4-5 kali sehari, yaitu pada saat pagi, siang, sore dan malam hari. B. Inventarisasi 1) Inventarisasi jenis tanaman a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1) Parang (2) Alat tulis menulis (3) Spidol (4) Kamera b) Dasar Teori Inventarisasi jenis tanaman merupakan suatu kegiatan mendata dan mencatat tentang jenis tanaman dalam suatu kawasan tertentu yang telah ditetapkan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang terdapat di dalam kawasan tersebut. c) Prosedur Kerja (1) Menandai tanaman/pohon yang didata dengan member label nomor di batangnya.
42
(2) Mencatat jenis tanaman/pohon yang telah diberi tanda nomor. (3) Mengambil bagian tanaman/pohon untuk spesimen herbarium. (4) Mengambil gambar/foto tanaman/pohon yang telah didata. d) Hasil yang Dicapai Melakukan kegiatan selama 4 jam, hasil yang didapatkan adalah 10 jenis tanaman di kawasan taman wisata alam Pulau Sangalaki dengan hasil inventarisasi dapat dilihat pada Lampiran 11. 2) Pembuatan Spesimen Herbarium a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1)
Spidol
(2)
Gunting Stek
(3)
Ember
(4)
Gunting biasa
Bahan yang digunakan adalah : (1)
Bagian-bagian tanaman
(2)
Alkohol
(3)
Plastik label
43
b) Dasar Teori Pembuatan specimen herbarium di lapangan biasanya disesuaikan dengan keperluan dan jenis yang akan diambil, koleksi untuk seorang ekolog akan berbeda dengan taksonom, karena para ekolog biasanya mengumpulkan koleksi hanya sebagai bukti kalau specimen tersebut ada di habitat yang ditelitinya (specimen voucher), sehingga adakalanya yang diambil tidak terlalu lengkap, sedangkan seorang taksonom yang mempunyai tugas mengenali tumbuhan saat ini dan masa yang telah lalu, mengumpulkan koleksi selengkap dan sedetail mungkin untuk dikoleksi selamanya. Setiap specimen sedapat mungkin dikoleksi lengkap dengan bunga dan buahnya. c) Prosedur Kerja (1) Mengambil bagian tanaman (daun/bunga/buah/kulit pohon) yang akan dijadikan herbarium. (2) Menandai pohon/tanaman dan bagian tanaman yang telah diambil dengan diberi label nomor sesuai saat inventarisasi jenis tanaman/pohon. (3) Mengoles bagian-bagian tanaman yang telah diambil dengan menggunakan alkohol. (4) Mengeringkan bagian tanman yang telah dioles menggunakan alkohol.
44
(5) Setelah dikeringkan, kmudian bagian tanaman tersebut ditaruh kedalam wadah agar tidak hancur. d) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 4 jam kerja, hasil yang dicapai adalah 15 spesimen herbarium yang siap dikeringkan dengan hasil pembuatan dapat dilihat pada Lampiran 11. 3) Inventarisasi Jenis Satwa a) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : (1) Alat tulis menulis (2) Kamera b) Dasar Teori Menurut Masrudy dkk. (2001), inventariasi jenis satwa adalah suatu cara pengumpulan data satwa, untuk mengetahui ada tidaknya satwa serta melakukan pendugaan besarnya populasi sebelum melakukan inventarisasi terlebih dahulu harus sedikit banyak diketahui gambaran umum tentang sifat-sifat hidup dari jenis satwa. c) Prosedur Kerja (1) Mengelilingi pulau dan mengamati jenis satwa yang melintas. (2) Mencatat jenis satwa yang melintas.
45
(3) Mengambil gambar (dokumentasi) satwa yang telah didata. d) Hasil yang Dicapai Setelah melakukan kegiatan selama 4 jam kerja, hasil yang didapat saat inventarisasi adalah sebanyak 5 jenis satwa dengan hasil inventarisasi dapat dilihat pada Lampiran 12. C. Pendampingan 1) Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : a) Senter (jika malam) b) Stick (jika ingin melihat tukik) 2) Dasar Teori Menurut Syihabuddin (2006), pengaturan pengunjung tidak hanya ada pengaturan jumlah saja tetapi juga mengatur waktu aktifitas pengunjung. Penyu sangat sensitive terhadap cahaya dan suara ketika akan bertelur. Karena aktifitas pengunjung yang bisa menimbulkan kebisingan diharap tidak dilakukan pada saat penyu mulai naik ke pantai. 3) Prosedur Kerja a) Mendata pengunjung yang masuk kawasan konservasi untuk membayar biaya administrasi.
46
b) Mengatur waktu aktifitas pengunjung sesuai dengan minat aktifitas yang mereka inginkan. c) Mendampingi pengunjung melakukan aktifitas sesuai dengan yang telah ditetapkan. 4) Hasil yang Dicapai Kegiatan pendampingan dilakukan sejak pengunjung masuk ke dalam kawasan konservasi hingga pengunjung tersebut keluar dari kawasan konservasi
47
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Monitoring merupakan salah satu kegiatan untuk mengawasi/mengontrol keadaan sarang telur penyu, baik yang bersifat baru maupun yang sedang dalam masa pengeraman dan jika terdapat sarang telur yang telah menetas, maka dilakukan kegiatan pelepas liaran tukik. 2. Relokasi merupakan kegiatan yang dilakukan apabila dalam kegiatan monitoring sarang penyu ditemukan yang diperkirakan akan terganggu oleh predator, untuk menyelamatkan telur penyu tersebut dengan memindahkan ke dalam Hatchery. 3. Inventarisasi jenis tanaman yang dilaksanakan selama PKL berjumlah 25 jenis dan sebagian dibuat herbarium. 4. Inventariasi jenis satwa yang dilaksanakan adalah mengetahui jenis – jenis satwa yang dapat di inventarisasi adalah 29 jenis. 5. Secara administratif TWA Pulau Sangalaki terletak di Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimant an Timur, terle tak pada koordinat geografis 02° 1'11'' Lintang Utara dan 115°45' 14'' Bujur Timur. Luas Taman Wisata Alam pulau Sangalaki termasuk wilayah perairannya adalah seluasn ± 280 Ha, sedangkan luas pulau/daratannya ± 15,9 Ha.
48
6. Secara administratif Suaka Marga Pulau Sangalaki terletak di Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Suaka margasatwa Pulau Semama wilayah perairannya seluas ± 220 Ha dengan letak geografis pada koordinat 02° 1' 08'' LU dan 118° 19' 20'' BT
2.
Saran 1. Pengawasan/monitoring di lokasi praktek agar dibuat sistim shift atau pergiliran jaga supaya menekan terjadinya pencurian. 2. Karyawan yang ada agar lebih ber interaksi dengan penduduk sekitar agar pengawasan lebih mendapat dukungan penuh.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki Periode 2010-2030. Tidak diterbitkan. BKSDA KALTIM. Masrudy,Gunanto,Maryanto, 2001. Diktat Pengelolaan Margasatwa dan Kawasan Konservas Hutan. Tidak diterbitkan. POLTANESA. Surya, Edo Dwi, 2006. Survey Minat Pengunjung di TWA Pualu Sangalaki dan SM Pulau Semama. Tidak diterbitkan. BKSDA KALTIM. Syihabuddin, 2006. Laporan Kegiatan Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wista Alam Taman Wisata Alam Pulau Sangalaki. Tidak diterbitkan. BKSDA KALTIM.
50
Lampiran
51
Lampiran 1. Struktur Organisasi BKSDA KALTIM Kepala Balai. Sub. Bag. TU.
Seksi Konservasi
Seksi Konservasi
Balai Konservasi
Wil. I. Berau (Berau,
wil. II Tenggarong (
Wil. III Balikpapan
Bulungan, Tarakan,
Kutai Kartanegara,
(Balikpapan, Paser
Nunukan,
Kutai Barat, Kutai
dan Penajam Paser
Malinau).
Timur, Samarinda,
Utara ).
Bontang ).
Kelompok Jabatan Fungsional.
52
Lampiran 9. Daftar Jenis Tanaman dan Herbarium yang Telah Dibuat di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Latin Cocos nucifera Terminalia catappa Moringa oleifera Pendanus bidur Pandanus tectoris Sonneratia alba Rhizopora stylosa Bruiguierra gymnorrhiza Ipomoea pescaprae Desmodium sp. Hisbiscus tiliaceus Thalassia hemprichii
Nama Daerah Kelapa Ketapang Kelor Pandan-pandanan Pandan-pandanan
Famili Palmae combretaceae Moringacae Pandanaceae Pandanaceae
Lampiran 10. Daftar Jenis Satwa yang Telah Diinventarisasi di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama No
Nama
Family
1.
Latin Varanus salvator
Indonesia Biawak
2.
Halaetus leucogaster
accipitridae
3. 4. 5.
Haliastur indus Egretta sacra Artamus leucorhyncus
Elang laut perut putih Elang bondol Kuntul karang Kekab babi
6.
Ducula aenea
Pergam hijau
Columbidae
7.
Ducula bicolor
Pergam laut
Columbidae
8.
Birgus latro
Ketam Kelapa
Coinobitidae
Varanidae
acciptridae Ardeidae Aratamidae
Status Tidak Dilindungi Dilindungi Dilindungi Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Dilindungi
53
Lampiran 11. Daftar Jenis Tanaman dan Herbarium yang Telah Dibuat di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Pualau Sangalaki NO Nama Latin
Nama Daerah
Famili
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Kelapa Ketapang Kelor Pandan-pandanan Pandan-pandanan Nyamplung Kacang Laut Simpur Beringin Karet Kerbau Balak-balak Lalangkapan Mengkudu Buton, keben Tali putrid Rumput angin Moral babulu
Palmae Combretaceae Moringacae Pandanaceae Pandanaceae Guttiferae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Fabaceae Liliaceae Liliaceae Dilleniaceae Moraceae Moraceae Convolvulaceae Goodeniaceae Goodeniaceae Rubiaceae Polypodiaceae Lechythidaceae Lauraceae Graminae Euphorbiaceae Borraginaceae
Cocos nucifera Terminalia catappa Moringa oleifera Pendanus bidur Pandanus tectoris Clophylum inophylum Canavalia maritima Derris tifoliata Pongamia pinnata Vigna marina Desmodium sp. Pleomele elliptica Dillenia sp. Ficus anulata Ficus elastica Ipomea pescaprae Scaevolia taccada Widelia biflora Morinda citrifolia Asplenium nidus Barringtonia asiatica Cassytha filiformis Spinefex littorious Euphorbia atoto Tournefotia argentea
54
Lampiran 12. Daftar Jenis Satwa yang Telah Diinventarisasi di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Pulau Semama
No
Nama
Family
Status
1.
Latin Varanus salvator
Indonesia Biawak
2.
Halaetus leucogaster
Accipitridae
3. 4. 5.
Haliastur indus Egretta sacra Artamus leucorhyncus
Elang laut perut putih Elang bondol Kuntul karang Kekab babi
6.
Ducula aenea
Pergam hijau
Columbidae
7.
Ducula bicolor
Pergam laut
Columbidae
8. 9.
Birgus latro Todirhampus cloris
Coinobitidae Alcedinidae
10.
Lalage nigra
11. 12. 13.
Egretta sacra Fregatta minor Larus ridibundus
14. 15.
Himantopus himantopus Tringa erythropus
Ketam Kelapa Cekakak sungai Kapasan kemiri Kuntul kecil Cikalang besar Camar kepala hitam Trulek lidi, Lilimo Trinil Tutul
16.
Tringa totanus
17.
Tringa totanus
18.
Tringa totanus
Trinil Kaki Scolopacidae Merah Trinil Kaki Scolopacidae Hijau Trinil Semak Scolopacidae
19.
Tringa totanus
Trinil Hijau
Scolopacidae
20.
Tringa totanus
Trinil Rawa
Scolopacidae
21. 22.
Numenius arquata Numenius phaepus
Scolopacidae Scolopacidae
23.
Numenius
Gajahan Besar Gajahan Penggala Gajahan Timur
Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Dilindungi Dilindungi
Scolopacidae
Dilindungi
Varanidae
Acciptridae Ardeidae Aratamidae
Ampephagidae Ardeide Fregatidae Laridae Recurvirostridae Scolopacidae
Tidak Dilindungi Dilindungi Dilindungi Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Tidak Dilindungi Dilindungi Dilindungi Tidak Dilindungi Dilindungi Dilindungi Tidak Dilindungi Dillindungi
55
24.
madagascarensis Sterna nilotica
25.
Sterna dougallii
26.
Sterna albifrons
27.
Sterna hirundo
28.
Sterna bergii
29.
Alponis panayensis
Dara-Laut Tiram Dara-Laut Jambon Dara-Laut Kecil Dara-Laut Biasam Dara-Laut Jambul Perling Kumbang
Sternidae
Dilindungi
Sternidae
Dilindungi
Sternidae
Dilindungi
Sternidae
Dilindungi
Sternidae
Dilindungi
Sternidae
Dilindungi