*Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Pengaruh Leaflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Swamedikasi Di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa Leaflets in Influence on The Level of Knowledge of Self-medication Drug Use in Tingkohubu Eastern Village, Suwawa Districts Dwi Pratiwi Talawo1, Madania2, Dewi R. Moo3 1), Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG 2,3) Dosen Jurusan Farmasi, FIKK, UNG E-mail:
[email protected] ABSTRAK Swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, leaflet dapat dijadikan media untuk mengedukasi masyarakat tentang pengobatan swamedikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat dalam swamedikasi di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa, Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu dengan rancangan pretestposttest group untuk mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat swamedikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat pretest pengetahuan responden sebanyak 13 orang (18,6%) termasuk kategori baik, 47 orang (67,1%) kategori cukup, dan 10 orang (14,3%) termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan pada posttest tingkat pengetahuan semua responden termasuk dalam kategori baik 100%. Maka hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat swamedikasi di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa. Kata Kunci
: Swamedikasi, Leaflet, Tingkat Pengetahuan
Sebagai makhluk hidup, kita tidak bisa lepas dari serangan penyakit, baik ringan maupun berat. Meskipun kita tidak mengharapkan kehadirannya, namun penyakit bisa datang kapan saja, dimana saja, dan tanpa memandang usia. Itulah kehidupan yang harus dijalani dengan optimis. Karena kita juga makhluk Tuhan, tentu dapat berpikir dengan bijak. Penyakit yang menyerang kita, tentunya tidak begitu saja datang sendiri. Beberapa penyakit yang menyerang kerena adanya pergantian musim seperti flu, demam, batuk, diare dan lainnya (Manan, 2014:5). Sistem perawatan sendiri adalah pemeliharaan kesehatan yang terdiri atas peningkatan kesehatan, pengambilan keputusan mengenai kesehatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit yang sepenuhnya dikelola oleh diri sendiri. Makna dari perawatan diri sendiri meupakan subjek tindakan keputusan perawatan kesehatan dan bukan sebagai objek kesehatan. Diri sendiri bertindak sebagai sumber kesehatan utama dalam sistem pelayanan kesehatan. Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
obat atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Makna swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko dan Dian, 2011:6). Selain swamedikasi, saat ini juga berkembang perawatan sendiri (self care). Perawatan sendiri ini lebih bersifat pencegahan terjadinya penyakit atau menjaga supaya penyakit tidak bertambah parah, yaitu dengan perubahan pola hidup, menjaga pola makan, menjaga kebersihan, dan sebagainya (Manan, 2014:12-13). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini lebih relatif rendah dibandingkan dengan tingkat swamedikasi di Amerika Serikat yang mencapai 73% (Kartajaya, 2011:3). Sedangkan menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2010, penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan mandiri mencapai lebih dari 70%. Data ini dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh beberapa peneliti di masyarakat selama kurang lebih lima tahun yang menunjukkan bahwa upaya pengobatan mandiri merupakan pilihan paling utama oleh masyarakat. Tujuannya jelas, yakni sebagai langkah awal mengatasi gangguan kesehatan yang dialaminya. Disatu sisi, masyarakat sudah terbiasa melakukan “mendiagnosis” gejala maupun penyakit ringan yang dideritanya. Namun disisi lain, hal ini tidak diimbangi dengan tersedianya sumber informasi pengobatan dan perawatan yang memadai, terutama dalam bahasa awam yang mudah dipahami oleh si pengguna obat (Fitriani, 2013:2). Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, batuk, flu, diare, nyeri dan gastristis. Pelaksanaaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan. Alasan lainnya adalah karena semakin mahalnya biaya pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk berobat, atau kurangnya akses ke fasilitas-fasilitas (Atmoko & Kurniawati: 2009) Hal inilah yang mendasari peneliti perlu adanya sumber informasi yang lengkap bagi penderita untuk mengenali penyakit yang dideritanya sehingga bisa memilih sendiri obat bebas yang tersedia bagi pengobatannya. Selain obat bebas juga banyak perawatan diluar obat yang bisa menunjang penyembuhan penyakit yang diderita jika dijalankan dengan benar dan sesuai. Beberapa hasil peneliti menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi masih terbatas (Supardi: 2006). Terlebih lagi, kesadaran untuk membaca label pada kemasan obat pun masih rendah. Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat dan penggunaannya merupakan penyebab terjadinya kesalahan pengobatan dalam swamedikasi(Depkes, 2006:21). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat swamedikasi. Penelitian ini dilakukan di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa. Desa Tingkohubu Timur dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu desa yang jumlah penduduknya banyak, penelitian ditujukan agar supaya masyarakat bisa mengetahui tentang informasi swamedikasi yang baik dan benar melalui media edukasi kesehatan dalam hal ini leaflet, karena *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
sudah seharusnya media edukasi tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin, salah satunya dalam pemberian informasi tentang swamedikasi sebagai cara pengobatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu dengan rancangan pretest posttest group dengan dilakukannya kegiatan pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat swamedikasi. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa. Penelitian dilaksanakan selama tanggal 27 Juni–15 Juli 2014. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah variabel bebas, yaitu pemberian leaflet tentang swamedikasi, terhadap variabel terikat, yaitu tingkat pengetahuan masyarakat Desa Tingohubu Timur Kecamatan Suwawa tentang swamedikasi yang dilakukannya. Beberapa faktor sosiodemografi juga diketahui dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam swamedikasi, yaitu tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua masyarakat yang ada di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa dengan jumlah penduduk sebanyak 880 jiwa. Sedangkan sampel yang akan dijadikan pada penelitian ini adalah masyarakat yang memenuhi kriteria dari peneliti yang berusia 18-50 tahun sebanyak 70 orang . Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling hingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi Instrument Penelitian Pada penelitian instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpul data berupa kuesioner (daftar pertanyaan) yang digunakan untuk menganalisis pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat dalam swamedikasi di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa. Definisi Operasional Variabel 1. Tingkat pengetahuan, pengetahuan responden berdasarkan kemampuan untuk menjawab pernyataan mengenai swamedikasi, pemilihan obat, kegunaan obat, pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya. 2. Leaflet merupakan media pendidikan kesehatan untuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Leaflet termasuk salah satu media edukasi yang sederhana dan mudah dibuat. Isi informasi dapat dibuat dalam bentuk kalimat, gambar, maupun gabungan keduannya Teknik Pengolahan data dan Analisis Data Hasil yang diperoleh dari kuesioner dengan responden dinilai sesuai dengan penilaian kuosiner yang sesuai. Kemudian data yang telah ada diolah dengan menggunakan program SPSS. Analisis data yang digunakan adalah analisis paired sample t-test merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
dalam satu grup. Analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1.1.1 Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Karakteristik responden Karakteristik Jumlah Persentase No Sosiodemografi (N=70) (%) Jenis Kelamin 1 Laki-laki 45 64,3 Perempuan 25 35,7 Umur 18-28 25 35,7 2 29-39 30 42,9 40-50 15 21,4 Pendidikan Terakhir Tidak Tamat SD 2 2,8 SD 2 2,8 3 SMP 10 14,3 SMA 34 48,6 Perguruan tinggi 22 31,5 Pekerjaan Tidak Bekerja 5 7,1 4 PNS 40 57,2 Mahasiswa 15 21,4 Karyawan 10 14,3 Sumber: data primer yang diolah, 2014
1.1.2 Distribusi tempat pembelian obat yang digunakan oleh responden dalam melakukan swamedikasi Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pembelian obat yang digunakan oleh responden dalam melakukan swamedikasi No 1 2 3 4 5
Tempat Pembelian Obat Apotek Toko obat Warung Supermarket Lainnya
Jumlah (N=70) 25 10 25 3 7
Persentase (%) 35,7 14,3 35,7 4,3 10
Sumber: data primer yang diolah, 2014
*Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Persentase distribusi frekuensi pembelian obat yang digunakan oleh responden dalam melakukan swamedikasi selanjutnya dapat ditampilkan pada grafik berikut ini : Jumlah Jumlah (N=70)
25
Keterangan: 1. Apotek 2. Toko Obat 3. Warung 4. Supermarket 5. Lainnya
20 15 10 5
Gambar 4.1 Grafik Persentase pembelian obat yang digunakan oleh 0 responden dalam melakukan swamedikasi 1
2
3
4
5
Tempat Pembelian Obat
1.1.3 Distribusi sumber informasi obat yang diperoleh responden dalam melakukan swamedikasi Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sumber informasi obat yang diperoleh responden dalam melakukan swamedikasi No
Jumlah (N=70) 13 14 37 4 2
Sumber Informasi
1 2 3 4 5
Iklan Pengalaman Petugas Kesehatan Rekomendasi Lainnya
Persentase (%) 18,6 20 52,8 5,8 2,8
Sumber: data primer yang diolah, 2014
Persentase distribusi frekuensi sumber informasi obat yang diperoleh responden dalam melakukan swamedikasi selanjutnya dapat ditampilkan pada grafik berikut ini : Jumlah Jumlah (N=70) 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
Sumber Informasi
*Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Gambar 4.2 Grafik Persentase sumber informasi obat yang diperoleh responden dalam melakukan swamedikasi 1.1.4 Distribusi perbandingan tingkat pengetahuan seluruh responden saat pretest dan posttest Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perbandingan tingkat pengetahuan seluruh responden saat pretest dan posttest Baik
Kategori
Cukup
Kurang
Total
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Jumlah
13
70
47
0
10
0
70
Persentase
18,6
100
67,1
0
14,3
0
100
Sumber: data primer yang diolah, 2014
Persentase distribusi frekuensi perbandingan tingkat pengetahuan seluruh responden saat pretest dan posttest selanjutnya dapat ditampilkan pada grafik berikut ini : Jumlah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
jumlah persentase
pretest postest pretest postest pretest postest baik
cukup
kurang
Persentase
Gambar 4.3 Grafik Persentase perbandingan tingkat pengetahuan seluruh responden saat pretest dan posttest Pembahasan Pada penelitian ini yang merupakan sampel adalah masyarakat Desa Tingkohubu Timur yang memenuhi kriteria dari peneliti yang berusia 18-50 tahun sebanyak 70 orang. Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling dengan pengumpulan data yang menggunakan kuesioner dengan tujuan agar peneliti bisa menganalisis pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat swamedikasi. Dimana pada kuesioner ini berisi 23 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Sebelumnya pernyataan yang ada didalam kuesioner juga telah diuji validitas dan reliabilitas. Uji validatas dan reliabilitas ini dilakukan pada 20 orang responden dan hasil dari uji validatas *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
semua pernyataan valid dengan nilai r hitung > r tabel (0,444) dan untuk hasil dari uji reliabilitas semua pernyataan reliabel dengan nilai cronbach’s alpha > 0,6. Dalam penelitian ini laki-laki lebih banyak menjadi responden yaitu sejumlah 45 orang (64,3%) dan perempuan sejumlah 25 orang (35,7%), Perempuan cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan pengobatan dibandingkan laki-laki dan lebih memilih untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter terkait dengan obat yang akan digunakannya (Lefterofa dan Getov, 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh T.K, Dilip dan A.K pada tahun 2011 bahwa swamedikasi lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Responden sebanyak 25 orang (35,7%) adalah responden dengan umur 18-28, selanjutnya sebanyak 30 responden dengan umur 29-39 dengan presentase (42,9%), sedangakan sebanyak 15 orang responden telah berumur 40-50 tahun. Pada umur 29–39 adalah rentang umur yang paling banyak menjadi responden, karena rentang umur tersebut termasuk ke dalam kategori prima yang idealnya telah bekerja dan perkembangan mentalnya bertambah baik (Indrayanti, 2007). Karena salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur, makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2003). Selanjutnya responden yang paling banyak menjadi sampel pada penelitian ini adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 34 orang, seperti yang telah dijelaskan pada pada penelitian terlebih dahulu, bahwa prevalensi swamedikasi lebih tinggi dilakukan oleh orang-orang dengan tingkat pendidikan yang baik (Kaushal dkk :2012) dan responden yang pendidikan terakhirnya perguruan tinggi sebanyak 22 orang. Pendidikan ini penting untuk menilai tingkat pengetahuan dari responden karena pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin meningkat pula kemampuan berpikir orang tersebut. Sebanyak 40 responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai PNS, 15 orang mahasiswa, 10 orang bekerja sebagai karyawan dan 5 orang responden tidak bekerja. Dari data yang diperoleh ini bahwa responden yang paling banyak adalah PNS sebanyak 57,2% selanjutnya 21,4% adalah mahasiswa. Pekerjaan tempat responden berkecimpung selama ini mempengaruhi pengetahuan karena lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dalam tabel 4.2 distribusi frekuensi pembelian obat yang digunakan oleh responden dalam melakukan swamedikasi yang paling banyak dilakukan adalah di *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
warung sebanyak 25 orang responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden banyak melakukan pembelian di warung adalah karena warung mudah dijangkau untuk memperoleh obat yang akan digunakan, dalam hal ini pula peneliti mendapatkan informasi bahwa ada warung yang menjual antibiotik secara bebas, dan hampir sebagian besar responden yang ditemui sering menggunakan antibiotik. Sumber informasi obat yang banyak diperoleh responden dalam melakukan swamedikasi adalah melalui petugas kesehatan baik itu dokter, apoteker, dan perawat. Informasi akan mempengaruhi pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendaptkan informasi yang baik maka akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Iklan juga merupakan sumber informasi obat yang dipilih oleh 13 orang atau 18,6 responden dalam melakukan swamedikasi, karena responden mengakui bahwa efek iklan sangat berpengaruh mereka untuk menggunakan obat tertentu. Tingkat pengetahuan seluruh responden saat pretest atau pada saat responden belum membaca leaflet yang terlihat pada tabel 4.3 pengetahuan responden sebanyak 13 orang (18,6%) termasuk kategori baik, 47 orang (67,1%) kategori cukup, dan 10 orang (14,3%) kategori kurang. Berdasarkan hasil penelitian atas jawaban dari para responden sebelum membaca leaflet menunjukkan pada pernyataan awal diketahui bahwa responden masih belum memahami tentang pengertian swamedikasi, golongan obat yang bisa digunakan untuk swamedikasi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Supardi dan Notosiswoyo (2006), yang menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai golongan obat masih terbatas. Begitupun dengan istilah swamedikasi yang baru pertama kali mereka ketahui sebelum mereka membaca leaflet. Selanjutnya untuk pertanyaan penyakit, dan obat-obat yang biasa digunakan untuk penyakit pada swamedikasi sudah cukup baik kecuali pada pernyataan bahwa antibiotik adalah obat diare hampir sebagian responden membenarkan pernyataan tersebut. Hal ini tentunya menjadi perhatian tersendiri dari peneliti dimana bahwa responden masih banyak yang belum mengetahui dengan jelas kapan antibiotik itu bisa digunakan secara rasional. Sedangkan tingkat pengetahuan seluruh responden saat posttest atau pada saat responden telah selesai mendapatkan dan membaca leaflet mengalami perubahan yang signifikan (t hitung = -15,352 dan sign. = 0,000 karena t hitung < t tabel (0,000 < 1,3), maka Ho ditolak karena sign.< α atau (0,000 < 0,1) karena Ho ditolak maka rata-rata tingkat pengetahuan masyarakat saat posttest ≥ dari pada pretest) dimana semua responden atau sebanyak 70 responden sebagai sampel dalam penelitian ini masuk dalam kategori baik (100%). Hal ini dipengaruhi setelah membaca leaflet responden mengakui bahwa kesalahan yang pertama pada saat menjawab pernyataan yang belum mereka ketahui akhirnya bisa mereka pahami setelah membaca leaflet. Hal ini dikarenakan leaflet merupakan suatu bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan yang memiliki keunggulan dimana responden dapat menggunakan leaflet untuk belajar tentang informasi kesehatan secara mandiri (Ewles dan Simnett:1994). Leaflet sendiri bisa menjadi tujuan dari pendidikan kesehatan yakni untuk mengubah
*Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
perilaku individual, keluarga, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Atmoko:2011). Keberhasilan media pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan, sejalan dengan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Goma pada tahun 2012 dengan menggunakan media pendidikan kesehatan dalam hal ini menggunakan pamflet dan hasilnya responden sebelum diberikan pamflet tingkat pengetahuannya masih tergolong kurang dan setelah diberikan pamflet tingkat pengetahuannya menjadi baik, dan hasil ini menunjukkan bahwa pamflet tersebut berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat pretest pengetahuan responden sebanyak 13 orang (18,6%) termasuk kategori baik, 47 orang (67,1%) kategori cukup, dan 10 orang (14,3%) termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan pada posttest tingkat pengetahuan semua responden termasuk dalam kategori baik 100%. Maka hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat pengaruh leaflet terhadap tingkat pengetahuan penggunaan obat swamedikasi di Desa Tingkohubu Timur Kecamatan Suwawa. SARAN 1. Leaflet ini diharapkan bisa menjadi media yang bisa digunakan sebaik mungkin oleh lembaga atau badan kesehatan yang bertugas untuk memberikan atau menambah pengetahuan bagi masyarakat. 2. Sudah saatnya untuk para praktisi kesehatan yang care terhadap permasalahanpermasalahan yang terjadi di masyarakat untuk bisa mengembangkan leaflet ini sebagai media pendidikan yang lebih profesional lagi 3. Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk bisa menambah ilmu pengetahuan bagi praktisi kesehatan untuk bisa lebih berpihak pada kesehatan hidup masyarakat yang lebih baik. 4. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar bisa membandingkan antara media-media pendidikan kesehatan lainnya selain leaflet. Agar media kesehatan seperti ini menjadikan masyarakat untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pengobatan. 5. Leaflet sebagai media pendidikan kesehatan tentang swamedikasi perlu dikembangkan dan disempurnakan lagi, sehingga dapat memberikan informasi secara lebih efektif kepada masyarakat dan tujuan pemberian pendidikan kesehatan dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA Atmoko, Ragil. 2011. Jurnal Tujuan dan Manfaat Edukasi dalam Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia Atmoko, W dan Kurniawati, I. 2009. Swamedikasi : Sebuah Respon Realistik Perilaku Konsumen Dimasa Krisis. Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 2, 3, 233-247 *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunan Obat Bebas dan Obat bebas Terbatas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Djunarko dan Dian. 2011. Swamedikasi Yang Baik dan Benar. Intan Sejati. Klaten Ewles L dan Simnett. 1994. Promosi Kesehatan, Petunjuk Praktis. Gajah Mada University Press. Jogjakarta Fitriani, Dewi. 2013. Pengobatan Mandiri (Menjadi Dokter Untuk Diri Sendiri). Bhuana Ilmu. Jakarta Goma S, Mohamad. 2012. Pengaruh Pemberian Pamflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Inisiasi Menyusu Dini. Semarang Kartajaya Hermawan. 2011. Self-Medication (Who Benefits and Who Is At Loss). markPlusinsight Kaushal, J., Gupta, M. C., Jindal, P., dan Verma S. 2012. Self Medication Patterns and Drug Use Behavior in Housewives Belonging To The Middle Income Group In a City In Northern India. Indian Journal of Community Medicine, Vol. 37, 16-19 Khomsan, A. 2000. Tekhnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor. IPB Manan, El. 2014. Buku Pintar Swamedikasi (Tips Penanganan Dini Masalahmasalah Kesehatan). Saufa. Jogjakarta Morley D, 1999. Prioritas Pediatri di Negara Sedang Berkembang. Yayasan Esentia Medica. Jakarta. Notoadmodjo, S. 2003.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka cipta.Jakarta Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipt. Jakarta Nurhayati, Nunung. 2012. Menjadi Dokter di Rumah. Yrama Widya. Bandung Letterova, K dan Getov, I. 2004. Study On Consumers’ Preferences and Habits for over-the-counter Analgesics Use. Cent Eur J Publ Health;12 (1), 43-45 Potter P dan Perry A. 2009. Fundamental Keperawatan edisi 7 buku 1. Salemba Medika. Jakarta Putra, Sitintava Rizama. 2013. Buku Pintar Apoteker. Diva Press. Jogjakarta *Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Supardi, S. 2006. Penggunaan Obat Yang Sesuai Dengan Aturan Dalam Pengobatan Sendiri. Jurnal Kedokteran Yarsi Supardi, S dan Notosiswoyo, M. 2006. Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan Leaflet Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri Ditiga Kelurahan Kota Bogor. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 9,4,213-219 Tjay, TH dan Rahaja, K. 2007. Obat-obat Penting (Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya). Gramedia. Jakarta T.K., M.S., Dilip, C.S., dan A.K., A. 2011. Self medication with over the counter drugs: A questionnaire based study. Der Pharmacia Lettre, 3(1), 91-98 World Health Organization. 2006. Education For Health. World Health Organization. Geneva
*Dwi Pratiwi Talawo, 821412134, **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.