FORMULASI SEDIAAN SIRUP KOMBINASI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) DENGAN PERBEDAAN JENIS PEMANIS Ifon Ammalia, Dr Prasetyorini dan Erni Rustiani, M.Farm., Apt Program Studi Farmasi FMIPA-UNPAK ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan sirup dari kombinasi kelopak bunga rosella dan herba seledri, mengetahui pengaruh perbedaan 2 jenis pemanis terhadap daya terima panelis dan membandingkan stabilitas formula sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar dan suhu sejuk. Pada serbuk kelopak bunga rosela dilakukan penetapan kadar antosianin dan diperoleh hasil konsentrasi antosianin sebesar 27,74 mg/L sedangkan pada herba seledri dilakukan penetapan kadar flavonoid dan diperoleh hasil 0,341%. Formula A dengan pemanis stevia, formula B dengan pemanis sukrosa dan formula C dengan pemanis kombinasi keduanya (stevia dan sukrosa). Dari ketiga formula tersebut dilakukan uji hedonoik sehingga didapat formula yang paling disukai, berdasarkan hasil uji hedonik formula dengan pemanis kombinasi lebih disukai oleh panelis. Formula dengan pemanis kombinasi dilakukan pengujian lebih lanjut seperti uji stabilita dan uji cemaran mikroba. Hasil uji stabilita menunjukkan bahwa sediaan yang disimpan pada suhu sejuk (5˚-15˚C) lebih stabil dibanding dengan sediaan yang disimpan pada suhu kamar (25˚-30˚C). Kata kunci: Antosianin, Flavonoid, Herba Seledri, Kelopak Bunga Rosela,
PENDAHULUAN Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa sebesar 6−15%, 50% dari angka tersebut diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. 3 Prevalensi hipertensi pada individu berumur di atas 25 tahun sebesar 8,3%, pada laki-laki sebesar 7,4% dan pada wanita sebesar 9,1%. Rosella merupakan tumbuhan yang memiliki banyak manfaat untuk pencegahan penyakit seperti hipertensi. Rosella mengandung senyawa kimia diantaranya senyawa
gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin. Senyawa tersebut merupakan zat aktif yang paling berperan dalam bunga rosella. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid. Selain rosella, tanaman yang berkhasiat sebagai antihipertensi adalah herba seledri. Aktivitas apigenin dalam herba seledri telah dilaporkan sebagai penurun tekanan darah pada hewan uji dengan hipertensi esensial. Percobaan perfusi pembuluh darah meyakinkan bahwa apigenin juga mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya. Herba seledri juga bekerja sebagai diuretik (Mun’im et al., 2008).
TUJUAN PENELITIAN Membuat sediaan sirup dari kelopak bunga rosella dan herba seledri, mengetahui pengaruh perbedaan 2 jenis pemanis terhadap daya terima panelis dan membandingkan stabilitas formula sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar (25°-30°C) dan suhu sejuk (5°-15°C). BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang dipergunakan adalah kelopak bunga rosella, herba seledri, Na Benzoat, sukrosa dan stevia. Pelarut dan pereaksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi air, Aquadest, HCl encer, gelatin 1%, natrium klorida 10%, serbuk magnesium, HCl 2N, amil alkohol, larutan dapar kalium klorida, larutan dapar natrium asetat, HCl 4N, etil asetat, metanol, alumunium klorid 10%, Na asetat, kueresetin, pereaksi dragendorff, bouchardat, mayer, AlCl310%, Na Asetat 1 M dan kuersetin. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital, botol coklat, tabung reaksi, labu bersumbat, pH meter, penangas air, Moisture balance, alat-alat gelas dan alat spektrofotometer UV-Vis, pikno meter. Analisis Fitokimia 1. Uji Saponin Sebanyak 0,5 serbuk simplisia Herba seledri dan kelopak bunga rosella masing-masing dilarutkan dengan Aquadest lalu dipanaskan di atas penangas air. Setelah dingin, larutan dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama ± 30 detik. Hasil positif yaitu
terbentuknya busa yang konsisten selama beberapa menit dengan penambahan 1 tetes HCl encer masih terbentuk busa (DepKes RI, 1995). 2. Uji Tanin Sebanyak 0,5 serbuk simplisia Herba seledri dan kelopak bunga rosella masing-masing dimasukkan kedalam tabung reaksi dilarutkan dengan sedikit Aquadetillata kemudian dipanaskan di atas penangas air lalu diteteskan dengan larutan gelatin 1% dan natrium klorida 10% (1:1). Hasil positif terbentuknya endapan putih (Rajendra et al, 2011). 3. Uji flavonoid Sebanyak 0,5 serbuk simplisia Herba seledri dan kelopak bunga rosella masing-masing ditambahkan dengan serbuk Mg dan HCl 2N kemudian dipanaskan di atas penangas air. Setelah itu ditambahkan dengan amil alkohol, dikocok hingga tercampur rata. Hasil positifnya adalah tertariknya warna kuning-merah pada lapisan alkohol (DepKes RI, 1995). 4. Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 serbuk simplisia Herba seledri dan kelopak bunga rosella masing-masing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9 mL air suling, kemudian panaskan selama 2 menit, dinginkan kemudian disaring. Filtrat diperiksa adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, Bouchardat dan Mayer (DepKes RI, 1995). Penentuan Kadar Antosianin Serbuk Simplisia Kelopak Bunga Rosella Pengukuran konsentrasi antosianin ini diukur dengan menggunakan metode pH
differential. Sebanyak masingmasing 0,05 ml sampel dimasukkan ke dalam 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan buffer potasium klorida (0,025 M) pH 1 sebanyak 4,95 ml dan tabung reaksi kedua ditambahkan larutan buffer sodium asetat (0,4 M) pH 4,5 sebanyak 4,95 ml, pengaturan pH dalam pembuatan buffer potasium klorida dan sodium asetat menggunakan HCl pekat. Absorbansi dari kedua perlakuan pH diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 516 nm dan 700 nm setelah didiamkan selama 15 menit. Nilai Absorbansi sampel ekstrak dihitung dengan menggunakan persamaan : A = [(A516-A700)pH1-(A516-A700)pH4,5]. Konsentrasi antosianin dihitung menggunakan ekstingsi molar sebesar 29600 Lcm1- dan berat molekul 448,8. Penentuan Kadar Flavonoid Total Serbuk Simplisia Herba Seledri Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kuersetin Sebelum diukur absorban dari kuersetin, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal dari kuersetin dengan menggunakan konsentrasi terendah yaitu 10 ppm. Sebanyak 20 mL larutan standar kuersetin konsentrasi 10 ppm, ditambah 1 mL AlCl310%, 1 mL Na Asetat 1 M dan 28 mL air suling. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama 30 menit, diukur absorbannya pada panjang gelombang 415-417 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Sebanyak 20 ml larutan standar kuersetin konsentasi 10 ppm, ditambah 1 ml AlCl3 10%, 1 ml Na asetat 1 M dan 28 ml air suling. Kemudiam dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Serapan di ukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, sehingga didapat waktu optimum yang stabil. Pembuatan Kurva Standar Kuersetin Dibuat konsentrasi standar kuersetin yaitu 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 ppm, dari setiap konsentrasi diambil 20 mL, ditambah 1 mL AlCl310%, 0,1 mL Na Asetat 1 M dan 28 mL air suling. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimal. Pengukuran absorban diatas dibuat kurva antara konsentrasi larutan standar kuersetin dengan nilai absorban yang diperoleh dan akan dihasilkan persamaan regresi linier . Persamaan regresi ini untuk menghitung kadar ekstrak (ppm) dengan memasukkan absorban ekstrak sebagai nilai y ke dalam persamaan. Penentuan Kadar Falvonoid Total Sebanyak 2 g serbuk simplisia kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 50 mL, kemudian diambil 20 mL ditambah 1 mL AlCl310%, 1 mL Na Asetat 1 M dan 28 mL air suling. Larutan sampel dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, lalu serapan diukur pada panjang gelombang maksimal. Absorban yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam persamaan regresi dari kurva standar kuersetin. × 100%
Pembuatan sediaan sirup kombinasi kelopak bunga rosella dan herba seledri Tabel 1. Formulasi Sirup Kombinasi Kelopak Bunga Rosella dan Herba Seledri Bahan A
Formula B
C
herba 2% 2% 2% seledri kelopak bunga 8% 8% 8% rosella Stevia 0,12 % 0,06 % Sukrosa 7,6 % 3,8 % Na 0,26 % 0,26 % 0,26 % Benzoat Air qs 250 qs 250 qs 250 Keterangan : setiap formula dibuat sebanyak 250 ml @25 ml sekali minum
Proses Pembuatan Formula Sediaan sirup kombinasi kelopak bunga rosella dan herba seledri Siapkan serbuk simplisia kelopak bunga rosella dan herba seledri, masing-masing masukan kedalam kain batis. Rebus dalam air 100 ml dengan suhu 70-80°C selama 15 menit (larutan 1). Siapkan larutan dasar sirup (larutan sirup) dengan cara melarutkan pemanis (sukrosa dan stevia) masing-masing didalam air panas (100°C) 100 ml hingga larut (larutan 2), kemudian saring dan masukkan kedalam tangki pencampur. Larutkan Na benzoat didalam air panas sebanyak 25 ml, kemudian dicampur dengan larutan 1 dan larutan 2, diaduk hingga
homogen. Ditambahkan volume yang ditentukan. Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Hasil Uji Serbuk Simplisia
hingga
Fitokimia
Jenis Serbuk Simplisia
Jenis Pengujian Saponin
Hasil
Kelopak Bunga rosella
Flavonoid Tanin Alkaloaid
+ + +
Saponin
+
+
Flavonoid + Tanin + Alkaloid + Keterangan : + = positif mengandung senyawa tersebut Herba seledri
Hasil Uji Kadar Antosianin Serbuk Simplisia Kelopak Bunga Rosella Pengukuran konsentrasi antosianin ini diukur dengan menggunakan metode pH differential. Total antosiain ini dihitung dari selisih pengukuran absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum yang dilarutkan masing-masing dalam dua macam laruta buffer yang memiliki nilai pH yang berbeda. Pada pH 1, antosianin berada dalam bentuk kation flavilium yang menunjukan jumlah antosianin dan senyawasenyawa penggangu. Sedangkan pada pH 4,5, antosianin berada dalam bentuk karbinol yang menunjukkan jumlah senyawa pengganggu. Selisih dari kedua pengukuran akan menunjukan jumlah antosianin (Francis, 1982). Sampel diuji dengan menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang gelombang 516 nm dan 700 nm.
Pengujian kadar antosianin pada serbuk simplisia kelopak bunga rosella diperoleh hasil sebesar 27,74 mg/mL. Hasil Uji Kadar Flavonoid Total Serbuk Simplisia Herba Seledri Hasil penentuan panjang gelombang maksimal yaitu pada panjang gelombang 417 nm. Pada pembuatan kurva standar kuersetin dibuat konsentrasi 10, 20, 30,40, 50 dan 60 ppm. Persamaan regresi linier = 0,014x – 0,036 dan koefisien korelasinya r = 0,998, hasil yang didapat akurat karena mendekati 0,999. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar flavonoid total untuk serbuk simplisia herba seledri yaitu sebesar 0,341 %. Hasil Uji Mutu Sediaan Sirup Uji mutu meliputi uji organoleptik, uji pH, uji viskositas, uji bobot jenis dan uji cemaran mikroba. Uji organoleptik meliputi parameter rasa, aroma dan warna. Tabel 3. Uji Organoleptik Sediaan Sirup Parameter Rasa Aroma Warna
A Manis agak asam Khas Merah keunguan
Formula B Manis agak asam Khas Merah keunguan
C Manis agak asam Khas Merah keunguan
Sediaan sirup pada saat pertama dibuat mempunyai nilai pH, viskositas, bobot jenis dan cemaran mikroba yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 4. Hasil Uji Mutu Sediaan Sirup Uji Mutu pH Viskositas (cps) Bobot jenis (g/ml)
Formula A 3,15
Formula B 3,32
Formula C 3,21
30
31
30
1,02
1,02
1,02
Uji cemaran mikroba untuk sediaan sirup menurut Standar Nasional Indonesia (SNI, 2007) menyatakan bahwa jumlah cemaran mikroba untuk Angka Lempeng Total adalah 5 x 102 koloni/ml. Sediaan sirup yang akan diuji terlebih dahulu diencerkan dengan KH2PO4 (buffer fosfat) dan dibuat pengenceran 10-1 dan 10-2 kemudian dituangkan kedalam cawan petri, selanjutnya dimasukkan kedalam inkubator selama 2 hari dengan suhu 37oC. Hasilnya untuk pengujian awal Angka Lempeng Total sediaan sirup yaitu 3,5 × 102 koloni/ml, hasil tersebut memenuhi syarat karena kurang dari 5 x 102 koloni/ml. Hasil Uji Kesukaan Hasil penilaian uji kesukaan (30 orang) menyatakan bahwa panelis lebih menyukai formula C dengan pemanis kombinasi antara stevia dan sukrosa yang mempunya rasa manis agak asam dibandingkan dengan formula A dan B yang menggunakan pemanis masingmasing. Hasilnya dapat dilihat pada histogram dibawah ini.
4 formula 1 2
formula 2 formula 3
0 aroma rasa warna
Gambar . Histogram Uji Kesukaan
Histogram menunjukkan bahwa panelis lenih banyak menyukain formula 3. Berdasarkan hasil SPSS dengan metode RAL nonparametik menunjukkan bahwa adanya perbedaan pengaruh pada rasa wara dan aroma tidak ada perbedaan pengaruh. Hasil Uji Stabilita Pengujian ini bertujuan untuk melihat stabilitas fisik dari sediaan sirup pada kondisi suhu yang berbeda. Pengujian stabilita fisik dilakukan dengan menyimpan sampel pada suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar (25°-30°C), suhu nyata 27°C dan suhu sejuk (5°15°C), suhu nyata 7°C selama 8 minggu. Selama periode waktu penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan organoleptik dan pemeriksaan pH, bobot jenis, viskositas setiap 2 minggu. Uji Stabilitas Parameter pH Pada pengamatan stabilita berdasarkan parameter waktu penyimpanan pada suhu tertentu terhadap nilai pH sediaan terlihat bahwa semua sediaan sirup cenderung mengalami penurunan nilai pH. Pada sirup yang disimpan pada suhu sejuk perubahan pH turun
dari 3,21 pada minggu pertama menjadi 2,17 pada minggu terakhir. Berdasarkan uji pH tersebut menunjukkan bahwa sediaan sirup memiliki sifat asam. Kadar asam yang tinggi (pH rendah) pada sediaan sirup maka dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan teknik pengawetan pangan. Apabila gula ditambahkan dalam bahan pangan dengan konsentrasi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikrooganisme dan aktivitas air dari bahan pangan berkurang Hasil pengujian pH sediaan sirup memiliki pH rendah karena rosella memiliki pigmen antosianin dengan warna merah. Tabel 5. Hasil Uji Stabilitas Parameter pH Suhu kamar Suhu sejuk Minggu (25°-30°C), (5°-15°C), Kesuhu nyata suhu nyata (27°C) (7°C) 0 3,31 2 3,09 3,14 4 2,30 2,31 6 2,11 2,29 8 2,00 2,17
Uji Stabilitas Parameter Viskositas Viskositas pada sediaan sirup awal adalah 30 cps. Pada suhu kamar, viskositas meningkat pada minggu kedua menjasi 40 cps dan dapat dipertahankan pada pemeriksaan minggu keempat, cps naik menjadi 45,3 cps pada minggu keenam lalu naik pada pemeriksaan akhir menjadi 45,5 cps.
Pada suhu sejuk, viskositas pada minggu kedua yaitu 32,82 cps, viskositas masih stabil sampai minggu keempat yaitu 32,86 cps. Viskositas sirup naik menjadi 33, 12 cps pada minggu keenam dan Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Parameter Viskositas
Minggu ke-
0 2 4 6 8
Viskositas (cps) Suhu Suhu kamar sejuk (5°(25°-30°C), 15°C), suhu nyata suhu nyata (27°C) (7°C) 30 40 32,8 42,8 32,8 45,3 33,1 45,5 40,7
Pengukuran bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer pada minggu ke-0 sampai minggu ke-8 dengan pengukuran setiap 2 minggu. Hasil yang diperoleh dari sediaan sirup formula c memiliki bobot jenis yang tidak bervariasi, baik suhu sejuk maupun suhu kamar. Bobot jenis sediaan sirup dari pemekrisaan awal hingga minggu keenam menunjukkan hasil yang stabil yaitu 1,02, kemudian meningkat pada minggu kedelapan untuk suhu kamar yaitu sebesar 1,05 tetapi tetap stabil pada suhu sejuk hingga minggu kedelapan. Hasil menunjukkan bahwa sediaan dapat mengalir dengan baik dan mudah dituang.
meningkat pada minggu kedelapan menjadi 40,7 cps. Keadaan ini didukung pula oleh sediaan yang menunjukkan tidak terjadinya perubahan fisik pada sediaan. Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Parameter Bobot Jenis Minggu ke0 2 4 6 8
Suhu kamar (25°-30°C), suhu nyata (27°C) 1,02 1,02 1,02 1,02 1,05
Suhu sejuk (5°-15°C), suhu nyata (7°C) 1,02 1,02 1,02 1,02
Uji Cemaran Mikroba Pengujian terhadap Angka Lempeng Total dilakukan pada minggu ke-0 dengan jumlah koloni 3,5 × 102 koloni/mL, minggu ke-4 pada suhu sejuk diperoleh jumlah koloni 7,2 × 102 koloni/mL dan pada suhu kamar diperoleh jumlah koloni 1,7 × 104 koloni/mL, untuk minggu ke-8 jumlah koloni pada suhu sejuk diperoleh hasil 9,4 × 103 koloni/mL sedangkan pada suhu kamar jumlah koloninya 1,2 × 105 koloni/mL. Hasilnya untuk pengujian awal Angka Lempeng Total sediaan sirup yaitu 3,5 × 102 koloni/ml, menurut Standar Nasional Indonesia (SNI, 2007) hasil tersebut memenuhi syarat karena jumlah cemaran mikroba untuk Angka Lempeng Total adalah 5 x 102 koloni/ml, sedangkan untuk minggu ke-4 dan minggu ke-8 jumlah koloni lebih dari 5 x 102 koloni/ml sehingga tidak memenuhi syarat.
KESIMPULAN Kelopak bunga rosella dan herba seledri dapat dibuat sediaan berupa sirup. Perbedaan jenis pemanis terhadap daya terima panelis tidak memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada parameter aroma dan warna sedangkan parameter rasa memiliki perbedaan nyata dan
DAFTAR PUSTAKA Buckle, K.A, R.A. Edwars. G.H. Fleet dan Wooton. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono.1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia . Jakarta. Mun’im A., E. Hanani., A. Mandasari. 2008. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 1, Departemen Farmasi FMIPA UI. Hal 47-54. DepKes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta; Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1989. Hal. 141, 158-9, 170-171, 236-9. 321. Francis,
F.J. 1982. Analysis of Anthocyanins. Di dalam P. Markakis (ed).
formula C dengan pemanis gabungan sukrosa dan stevia yang paling disukai panelis. Formula sediaan sirup yang disimpan pada suhu sejuk (5°C-15°C) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar (25°C-30°C).
Anthocyanins as Colors. Academis New York.
Food Press,
Farah umar. 2008. Optimasi ekstraksi flavonoid total daun jati belanda. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian. Bogor. Rajendra CE et al. 2011. Phytochemical Screening of The Rhizome of KaempferiaGalanga. International Journal of Pharmacognosydan Phytochemical Research.3(3): 61-63. SNI 7388:2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan.