*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Uji aktivitas antimikroba ekstrak metanol herba meniran (phyllanthus niruri linn) dengan metode klt-bioautografi The Antimicrobial Activity of methanol ekstract meniran (Phyllanthus niruri Linn) herb with TLC-Bioautography method Meytha Fransiska Borong1, Hamsidar Hasan, M.Si2, Adam Mustafa, M.Sc3 1) Program Studi SI, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG 2,3) Dosen Jurusan Farmasi, FIKK, UNG E-mail :
[email protected] ABSTRAK Meyta Fransiska Borong. 2014. 821 412 130. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Dengan Metode KLT-Bioautografi. Skripsi, Program Studi S-I Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt dan Pembimbing II Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak metanol herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dengan metode KLT-Bioautografi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Dimana dilakukan uji aktivitas antimikroba ekstrak metanol herba Meniran terhadap kelompok eksperimen yaitu mikroba uji Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Penelitian pendahuluan yaitu metode KLT dengan cara menotolkan ekstrak metanol herba meniran pada lempeng KLT dengan cairan pengelusi metanol : kloroform (3 :1). Kemudian noda yang terbentuk dilihat pada lampu UV 254 nm dan 366 nm serta dihitung nilai Rf. Hasil identifikasi KLT dilanjutkan dengan Uji KLT-Bioautografi kontak dengan cara menginokulasi bakteri dan jamur dengan media pertumbuhannya. Kemudian media dibiarkan memadat dan lempeng KLT yang telah dielusi diletakkan di atas permukaan medium agar dan dibiarkan selama 60 menit. Setelah itu, lempeng tersebut diangkat dan dikeluarkan. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan pada suhu kamar selama 3 x 24 jam untuk jamur. Dari hasil uji KLT-Bioautografi menunjukan ekstrak metanol herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) memberikan aktivitas antimikroba dengan pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dihambat oleh noda pada Rf 0.72 dan terhadap Escherichia coli dan Candida albicans dapat dihambat oleh noda pada Rf 0.76. Kata Kunci : Aktivitas antimikroba, Phyllanthus niruri Linn, KLT-Bioautografi PENDAHULUAN Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, diantarannya adalah kekayaan hayati yang sejak lama digunakan manusia sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu.Saat ini penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab masalah serius di Indonesia, *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
ditambah lagi dengan semakin meluasnya resistensi mikroba terhadap obat-obatan antibiotika yang telah tersedia. Hal tersebut mendorong pentingnya penggalian sumber obat-obatan antimikroba lain dari bahan alam. Tumbuhan obat diketahui potensial untuk dikembangkan lebih lanjut pada pengobatan penyakit infeksi, namun masih banyak yang belum dibuktikan bioaktivitasnya secara ilmiah (Heyne, 2003). Resistensi mikroba disebabkan penggunaan antimikroba yang sering dimana antibiotik yang sering digunakan akan berkurang efektivitasnya. Selain itu penggunaan antimikroba untuk jangka waktu lama memberikan kesempatan bertumbuhnya kuman yang lebih resisten (Ganiswarna, 2007). Untuk menghindari adanya resistensi tersebut oleh penggunaan obat-obatan sintetik, maka dilakukan pemberian antimikroba yang berasal dari bahan alam. Dimana bahan alam yang digunakan sebagai antimikroba salah satunya adalah tumbuhan meniran (Phyllanthus niruriLinn). Herba tanaman ini memiliki khasiat sebagai obat diare, radang, ginjal, radang selaput lender mata,virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh hait, ayan, nyeri gigi, sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan infeksi saluran kencing (Dalimartha, 2008). Metode bioautografi merupakan metode sederhana yang digunakan unuk menunjukan adanya aktivitas antibakteri, antikapang, antiprotozoa. Metode ini menggabungkan penggunaan teknik kromatografi lapis tipis dengan respons dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas biologi dari suatu analit yang digunakan. Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode lain seperti difusi agar dan pengenceran adalah dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas biologi secara langsung dari senyawa yang kompleks, terutama yang terkait dengan kemampuan suatu senyawa untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, metode ini cepat, mudah dilakukan, murah, hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, dan interprestasi hasilnya relatif mudah dan akurat (Djide, 2008). Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan penelitian aktivitas antimikroba ekstrak metanol herba meniran(Phyllanthus niruri Linn) terhadap beberapa mikroba uji dengan menggunakan metode KLT-Bioautografi agar penggunaanya pada masyarakat lebih dapat dipertanggungjawabkan. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik, dimana dilakukan uji aktivitas antimikroba ekstrak metanol herba meniran kepada satu atau lebih kelompok eksperimen yaitu mikroba uji Escherichia coli, Staphylococcus aureusdan Candida albicans dengan menggunakan metode KLT-Bioautografi (Sastroasmoro, 2008). Alat –alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Smic), bejana maserasi, botol semprot, cawan petri, gelas Erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 250 ml, gelas ukur 100 ml, incubator, lampu spritus, lampu UV 254 nm dan 366 nm, lempeng TLC G 60 F254, ose bulat, oven, timbangan analitik, dan vial. Bahan-bahan yang digunakan
*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah alkohol 70%, air suling steril, mikroba uji (Escherichia coli, Staphylococcusaureus dan Candida albicans), medium Nutrient Agar (NA), medium Potato Dextrose Agar (PDA), metanol, dan sampel herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) Penyiapan Sampel Penelitian Pengambilan sampel Sampel herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) diambil pada pagi hari, pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimum dari pukul 08.00-10.00. Pengolahan sampel Herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) dicuci bersih dengan air mengalir kemudian dipotong-potong kecil dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari langsung. Penyiapan mikroba uji Mikroba uji (Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans) disiapkan dan kemudian diambil masing-masing 1 ose. Kemudian diinokulasi dengan cara digoreskan pada medium Nutrien Agar (NA) dan medium Potato Dextrose Agar (PDA) secara miring, kemudian diinkubasikan pada suhu 37 o C diinkubator selama 1 x 24 jam untuk bakteri, dan suhu kamar selama 3 x 24 jam untuk jamur. Cara Kerja Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan dicuci hingga bersih dengan air suling, kemudian alatalat gelas dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas, peralatan dari gelas seperti cawan petri di masukkan di dalam oven selam 2-3 jam pada suhu 1600 C-1700 C (Ansel, 2005). Sedangkan alat dan bahan seperti spatula, ekstrak herba meniran, media PDA dan NA disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. Ose disterilkan dengan cara dipijarkan pada lampu spritus.
Ekstraksi sampel Sampel herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) yang telah dikeringkan, ditimbang sebanyak 200 gram dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Kemudian ditambahkan metanol hingga merendam seluruh simplisia dan dibiarkan selama 3 hari dengan pengadukan beberapa kali. Setelah itu disaring dan ampasnya direndam lagi dengan cairan penyari yang baru. Hal ini dilakukan hingga proses ekstraksi sempurna. Hasil penyarian yang didapat kemudian diuapkan dengan cara di angin-anginkan hingga diperoleh ekstrak metanol kental. Pembuatan Media Untuk pembuatan PDA dengan cara menimbang serbuk PDA sebanyak 0.46 gr kemudian dilarutkan dalam 40 ml aquadest. Setelah itu dipanaskan diatas penangas air hingga larut. Setelah larut PDA lalu disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. Untuk pembuatan NA dibuat dengan cara bubuk NA sebanyak 0.92 gr dicampurkan dengan 20 ml aquadest dan dididihkan sampai larut sempurna, kemudian dimasukkan wadah dan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Pemisahan secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak dari herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x 1 cm dengan menggunakan pipa kapiler. Lalu dielusi dengan menggunakan eluen yang sesuai di dalam chamber. Lempeng dikeluarkan dari chamber, diangin–anginkan hingga cairan pengelusinya menguap. Kemudian kromatogram yang dihasilkan diamati nodanya di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm, serta penampakan noda pada penyemprotan H2SO4 10% dan dihitung nilai Rf-nya. Pengujian secara KLT-Bioautografi Hasil identifikasi KLT dilanjutkan dengan uji KLT-Bioautografi kontak yaitu dengan cara media NA steril sebanyak 10 ml dituang ke dalam cawan petri steril 1, dan media PDA steril sebanyak 10 ml di tuang ke dalam cawan petri 2 selanjutnya lempeng KLT yang telah dielusi diletakkan di atas permukaan medium agar yang telah disuspensi dengan mikroba uji yaitu untuk bakteri letakkan pada media NA (cawan petri 1) dan untuk jamur letakkan pada media PDA (cawan petri 2) dan dibiarkan selama 60 menit. Setelah itu, lempeng tersebut diangkat dan dikeluarkan. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1 x 24 jam untuk bakteri dan pada suhu kamar selama 3 x 24 jam untuk jamur. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Ekstraksi Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Dari hasil ekstraksi herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) sebanyak 200 gram dengan metode maserasi menggunakan metanol diperoleh 8.841 gram ekstrak metanol kental. Pemisahan Senyawa Secara KLT Pemisahan senyawa dari ekstrak metanol herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) secara KLT menggunakan eluen metanol : kloroform (3 : 1) Tabel 1. Hasil Pemisahan Senyawa Secara KLT Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Penampak bercak pada UV 254 UV 366 BERCAK Rf Rf 1 0.96 0.96 2 0.91 0.91 3 0.89 0.89 4 0.84 0.84 5 0.80 0.80 6 0.76 0.76 7 0.25 0.25 Hasil Pengujian Secara KLT-Bioautografi Pada pengujian ekstrak metanol herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) diperoleh hasil bahwa terdapat noda yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan nilai Rf 0.72, Escherichia coli dengan nilai Rf 0.76 candida albicans dengan nilai Rf 0.76. *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
A
B
C
Gambar 1. Hasil Pengujian KLT-Bioautografi Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Terhadap Jamur Candida albicans Keterangan : A : Cawan petri berisi jamur candida albicans B : Kromatogram yang nampak UV 254 nm C : Kromatogram yang nampak UV 366 nm Eluen : Metanol : Kloroform (3 : 1)
A B C Gambar 2. Hasil Pengujian KLT- Bioautografi Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Terhadap BakteriStaphylococcus aureu Keterangan : *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
A B C Eluen
: Cawan petri berisi bakteri Staphylococcus aureus : Kromatogram yang nampak UV 254 nm : Kromatogram yang nampak UV 366 nm : Metanol : Kloroform (3 : 1)
A B C Gambar 3. Hasil Pengujian KLT-Bioautografi Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Terhadap Bakteri Escherichia coli Keterangan : A B C Eluen
: Cawan petri berisi bakteri Escherichia coli : Kromatogram yang nampak UV 254 nm : Kromatogram yang nampak UV 366 nm : Metanol : Kloroform (3 : 1) 0.96 0.91 0.89 0.84 0.80 0.76
0.25
*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
A
B
Gambar 4. Profil Kromatogram Komponen Kimia Aktif Antimikroba Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Keterangan : A : Kromatogram yang nampak UV 254 nm B : Kromatogram yang nampak UV 366 nm Eluen : Metanol : Kloroform (3 : 1) Tabel 2. Hasil Pengujian Secara KLT-Bioautografi Ekstrak Metanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Mikroba Uji
Nilai Rf
Staphylococcus aureus Escherichia coli candida albicans
0.72 0.76 0.76
Pembahasan Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dikenal sebagai salah satu tumbuhan obat yang memiliki khasiat sebagai anti infeksi. Dimana penyakit infeksi telah menjadi masalah serius di Indonesia dan resistensi terhadap obat-obat antibiotik yang telah tersedia juga semakin bertambah. Maka perlu dilakukan pencarian antimikroba yang berasal dari bahan alam karena pada dasarnya bahanbahan alam yang sering digunakan sebagai bahan obat adalah bahan-bahan alam yang berasal dari tumbuhan yang sering dijumpai di lingkungan sekitar tanpa disadari memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Sampel tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman kecuali akar (herba) dari tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri Linn). Dasar pemilihan sampel ini yaitu pada masyarakat digunakan sebagai antikolesterol, obat sakit perut, diare, menyembuhkan luka, penyakit empedu, obat demam, asam urat, dan antimalaria. Menurut Dalimartha (2008) tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri Linn) berkhasiat sebagai obat diare, radang, ginjal, radang selaput lender mata, virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh hait, ayan, nyeri gigi, sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan infeksi saluran kencing. Berdasarkan khasiat yang telah diuaraikan maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui khasiat tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri Linn) yang digunakan pada pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba tertentu, sehingga dilakukan pengujian aktivitas antimikroba dengan metode KLT-Bioautografi untuk mengetahui komponen kimia yang diduga memberikan aktivitas antimikroba dalam ekstrak tersebut. *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antimikroba menggunakan 3 mikroba uji yaitu bakteri dari gram positif (Staphylococcus aureus), bakteri gram negatif (Escherichia coli) dan jamur (Candida albicans), pemilihan mikroba ini didasarkan pada sifat patogenik dan berdasarkan khasiat zat aktif yang diteliti. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif yang bersifat patogenik penyebab infeksi kulit dan makanan, Escherichia col imerupakan bakteri anaerob fakultatif, gram negatif yang bersifat patogenik penyebab utama diare kronik, tifoid, dan infeksi saluran kemih, Candida albicans merupakan jamur yang bersifat patogenik penyebab candidiasis dan vaginitis. Sedangkan secara tradisional khasiat herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) digunakan sebagai obat luka dan diare. Mikroba uji yang digunakan terlebih dahulu diremajakan dan untuk bakteri ditumbuhkan pada medium Nutrient Agar (NA), dimana medium ini merupakan medium yang paling baik untuk pertumbuhan bakteri karena beef ekstract dalam Nutrient Agar berperan sebagai sumber protein bagi pertumbuhan bakteri, sedangkan untuk jamur ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), medium ini merupakan medium yang baik untuk jamur karena pada medium ini terdapat kandungan ekstrak kentang yang merupakan sumber karbon bagi pertumbuhan jamur. Waktu pengambilan sampel adalah sekitar pukul 08.00-10.00 karena pada saat itu terjadi proses fotosintesis maksimum dengan tujuan agar kandungan zat aktif berkhasiat dalam tumbuhan tersebut dalam keadaan maksimum. Herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) yang diperoleh dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada sampel. Kemudian sampel dipotong menjadi potongan-potongan kecil dengan tujuan untuk memperluas permukaan bidang sentuh antara sampel dengan pelarut sehingga proses penyarian dapat lebih efektif. Setelah itu sampel dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air sehingga menghentikan proses enzimatis yang dapat yang dapat merusak zat aktif, serta mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia dan untuk mendapatkan hasil pemisahan sempurna pada proses ekstraksi. Sampel kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Dasar ekstraksi herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) dengan metode ekstraksi dingin (tanpa pemanasan) dimana dikhawatirkan adanya komponen yang rusak akibat pemanasan.. Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian diuapkan dengan cara dianginanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol kental. Ekstrak metanol kental yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan proses Kromatografi Lapis Tipis untuk mendeteksi banyaknya noda senyawa yang berkembang dalam ekstrak metanol meniran (Phyllanthus niruri Linn). Untuk mengetahui senyawa yang memberikan aktivitas antimikroba dari ekstrak metanol meniran (Phyllanthus niruri Linn) maka pengujian dilanjutkan dengan metode KLT-Bioautografi. Metode yang digunakan dalam KLT-Bioautografi ialah metode bioautografi kontak, dimana senyawa antimikroba dipindahkan dari lempeng kromatografi lapis tipis ke medium Nutrient Agar (NA) dan medium Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah diinokulasi melalui kontak langsung. Prinsip kerja dari metode ini didasarkan atas *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
difusi dari senyawa yang telah dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis. Lempeng kromatografi ini ditempatkan di atas permukaan medium NA dan PDA yang telah diinokulasikan dengan mikroorganisme yang sensitif terhadap senyawa antimikroba yang dianalisa. Setelah 15-30 menit, lempeng kromatografi kemudian dipindahkan dari permukaan medium. Senyawa antimikroba yang telah berdifusi dari kromatogram kedalam medium agar akan menghambat pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi pada waktu, tempat, dan temperatur yang tepat. Hingga noda yang menghambat tampak pada permukaan membentuk zona yang jernih. Berdasarkan uji KLT terdapat 7 noda yang tampak pada lempeng, hal ini disebabkan karena kecilnya konsentrasi ekstrak pada lempeng sehingga noda yang tampak terlihat samar-samar dan memiliki Rf yang berbeda-beda. Namun, peningkatan konsentrasi ekstrak akan menunjukan hasil pada kromatogram dengan pemisahan yang tidak baik (tailing). Selanjutnya pengujian KLTBioautografi diperoleh hasil bahwa hanya 6 noda dengan rentang nilai Rf 0.76 sampai 0.96 yang memiliki aktivitas antimikroba dengan adanya zona bening pada permukaan medium tempat berdifusi bercak dari kromatogram. Sedangkan pada nilai Rf keenam 0.25 tidak terbentuknya zona bening. Hal ini disebabkan oleh transfer senyawa aktif pada bioautografi kontak yang kurang maksimal. Salah satu kemungkinannya adalah lempeng kromatogram tidak menempel dengan baik pada permukaan agar sehingga transfer senyawa aktif tidak maksimal. Transfer senyawa aktif kurang sempurna dapat pula terjadi karena komponen tersebut terlalu sedikit sehingga banyak yang tertinggal pada kromatogram dan menghasilkan zona yang sangat tipis yang sulit untuk dikenali. Beberapa senyawa dapat berikatan dengan matriks lempeng kromatogram terutama matriks berbasis silika sehingga senyawa yang melekat pada kromatogram tidak dapat berdifusi pada saat kromatogram ditempelkan pada agar. Dari hasil pengujian diketahui noda dengan nilai Rf 0.72 menghambat pertumbuhan mikroba uji Staphylococcus aureus, sedangkan Escherichia coli dan Candida albicans dengan nilai Rf 0.76. Nilai Rf ini ditandai dengan adanya zona bening pada permukaan medium tempat berdifusi bercak dari kromatogram yang dapat menghambat mikroba uji. Hal ini disebabkan adanya komponen kimia aktif pada meniran seperti flavonoid, dimana senyawa flavonoid tidak akan tampak jika dilihat dengan mata telanjang dan akan berflouresensi jika dilihat pada Lampu UV 366 nm. Sedangkan pada lampu UV 254 kurang jelas diakibatkan pada UV 254 nm hanya lempeng yang akan berflouresensi dan semua noda akan tampak sama warna. Sedangkan pada lampu UV 366 nm terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluoresensi pada sinar UV 366 nm, noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui meniran mengandung senyawa flavonoid (evans, 1989), fenol, tanin (Wijayakusuma dkk, 1996), saponin (Mangunwardoyo, 2009) dan alkaloid (Berghe, 1991). Senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai antiinflamasi, antivirus, dan antiparasit, juga dapat berkhasiat sebagai anti alergi (Dwidjoseputro, 1994). Zat antimikroba pada flavonoid bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan pada bakteri dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma. Selain itu efek flavonoid juga dapat mencegah pembelahan bakteri sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak (Evans, 1989) dan membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Tuti, 1997) Mekanisme tanin dapat membunuh pertumbuhan mikroba karena tanin mempunyai daya toksisitas. Daya toksisitas pada tanin akan menyebabkan membrane sel bakteri mengkerutkan membran sitoplasma yang mengakibatkan perubahan permeabilitas sel (Ajizah, 2004). Membran sitoplasma merupakan tempat keluar masuknya makanan dan memelihara integritas komponenkomponen sel, sehingga apabila membran sel rusak akibatnya bakteri akan mati (Berghe, 1991). Tanin juga memiliki daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein (Ewing dan Edward, 1993).. Mekanisme kerja saponin menurut ganiswara (1995) dalam jaya (2010) yaitu mengganggu permeabilitas membrane sel bakteri. Akibatnya terjadi kerusakan membran plasma. Menurut Pratiwi (2008), membran plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan transport berbagai metabolik ke dalam dan keluar sel. Adanya gangguan kerusakan membran plasma mengakibatkan membran plasma menjadi lebih permeable sehingga menganggu kemampuan membran plasma sebagai penghalang osmosis. Akibatnya zat-zat penting dari isi sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan merembes keluar sel. Alkaloid bekerja sebagai antimikroba dengan cara merusak komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Heyne, 2003). Pada senyawa fenol dapat menyebabkan denaturasi protein (Masduki, 1966) yang akan menyebabkan sel membran mengalami lisis (Robinson, 1995). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) memiliki efek antimikroba. Hal ini dibuktikan dengan adanya daya hambat pada pengujian KLT-Bioautografi pada Rf 0.72 untuk Staphylococcus aureus, dan pada Rf 0.76 untuk Escherichia coli dan Candida albicans Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan identifikasi komponen kimia yang terdapat pada sampel herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) 2. Perlu dilakukan uji kuantitas dari ekstrak metanol herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) terhadap mikroba uji lainnya 3. Perlu dilakukan uji Spektrofotometri IR untuk mengetahui gugus-gusus yang terdapat pada ekstrak dalam menghambat aktivitas mikroba tertentu. *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
DAFTAR PUSTAKA Adnan, M. 1997.Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit Andi Yogyakarta : Yogyakarta Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella thyphimurium terhadap ekstrak daun psidium guajava L. Bioscientiae vol 1 : Jakarta Apristiani, Dwi., Puji, A. 2005. Isolasi Komonen Aktif Antibakteri Ekstrak Kloroform Daun Mimba ( Azadiracha indica) dengan Bioautografi : Yokyakarta Berghe, V. 1991. Screening methods for bacterial antiviral agent for higher plants. Harcource Brace Jauvanovich Publ : London Bresnick, S.D. 2004. Kimia Organik. Penerbit Hipokrates : Jakarta Dalimartha,S.2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Gramedia: Jakarta. Dalimartha,S.2008. Atlas Tumbuhan Obat IndonesiaJilid II.Trubus Agriwidya : Jakarta. Depkes RI. 2000.Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta Djide,M.N.,Sartini.2008, Analisis Mikrobiologi Farmasi, Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin : Makassar. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambbitan : Jakarta Evans, W.C. 1989. Trease and Evans Pharmacognosy Basic Of Therapeutic. 4th ed. W. B Sanders. Bailliere Tindall : London Ewing, H. W. and P. R. Edward. 1993. Identifikasi Of Enterobactericeae by Biochemical Reaction. Burger Publising Co. Mineapolis Ganiswarna, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta. Garrity. 2004. Taxonomic Outline Of The Prokaryotes Bergey’s Manual Systematic Bacteriology, Second Edition. Harborne, JB. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB : Bandung
*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
Hargono,D. 1986.Sediaan Galenika, Bukit Husada Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Heyne. 2003. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II . Yayasan Sauna Wana Jaya: Jakarta Holt., J.G. 2000. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology 10th Edition. The Williams & Wilkins Company, Baltimore, Maryland 21202, united State of America. Kill, M, A. 1995. Candida a Practical Hand Book For Sufferers. Bloomsburry : London. Kusumaningtyas, E., Astuti. 2008. Sensitivitas Metode Bioautografi Kontak DAN Agar Overlay Dalam Penentuan Senyawa Antikapang. Jakarta Masduki, I. 2006. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) Terhadap S. Aureus dan Bakteri. Cermin Dunia Kedokteran : Yokjakarta Mulyaningsih, S. 2004. Analisis Mikrobiologi. Farmasi FMIPA UII. Yogyakarta. Pelczar,M,J.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta. Robinson, T. 1995. Senyawa Organik Tingkat Tinggi. ITB : Bandung Rohman,A., 2007, Metode Kromatografi Untuk Analisis Makanan, Graha Ilmu : Jakarta. Sastrohamidjojo. 2002. Kromatografi. UGM-press. Yogyakarta. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta Tjay, T.H. 2007. Obat – Obat Penting. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia: Jakarta Tuti,
D.S. 1997. Isolasi dan Identifikasi Meniran.Skripsi. FF-UA : Surabaya
Triterpenoid
dari
Batang
W, Mangunwardoyo. Dkk. 2009. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) : Depok Wijayakusuma, H. S. Dkk. 1996. Tanaman Obat di Indonesia Edisi I. Pustaka Kartini : Jakarta Wonshadi, E. Dkk. 2011. Identifikasi Senyawa Antimikroba Rimpang Temu Girang Secara KLT-Bioautografi : Surabaya *Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG
*Meytha Fransiska Borong, **Hamsidar Hasan,S.Si.,M.Si.,Apt, ***Moh.Adam.Mustapa, S.Si.,M.Sc, Jurusan Farmasi, Program Studi SI Farmasi, FIKK, UNG