*Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Uji aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L) Terhadap Bakteri dan Jamur The Antimicroial Test Activity Of The Ethanol Extract of Leaf Beluntas (Pluchea indica L) Againts Bacteria And Fungi. Kartika Dwi Rahma Suparmanto1, Moh. Adam Mustapa2, Hamsidar Hasan3 1), Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG 2,3) Dosen Jurusan Farmasi, FIKK, UNG E-mail:
[email protected] ABSTRAK Beluntas merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat, Daun beluntas digunakan masyarakat untuk mengobati keputihan, penambah nafsu makan, penurun panas, peluruh keringat dan nyeri rematik Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak etanol daun beluntas (pluchea indica L) terhadap bakteri dan jamur dan pada kosentrasi berapa ekstrak etanol daun beluntas pluchea indica L) dapat menghambat bakteri dan jamur. Ekstraksi daun beluntas dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi kertas cakram. Kosentrasi ekstrak yang digunakan dalam penelitian untuk pengujian bakteri Staphylococus aureus, bakteri Escherichia coli,dan jamur Candida albicans adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Dan sebagai pembanding digunakan antibiotik ampicillin untuk bakteri dan ketokonazole untuk jamur dan NaCM digunakan sebagai kontrol negatif. Dari hasil penelitian didapatkan ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) tidak memiliki aktivitas sebagai antimikroba karena hanya memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan baketri Staphylococus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) yaitu 5%. Kata Kunci : Ekstrak etanol, beluntas (Pluchea indica), Staphylococus aureus, Escherichia coli, Candida albicans, daya hambat Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang memiliki kelembaban yang tinggi, sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya berbagai tumbuhan. Tumbuhan obat merupakan sumber bahan obat tradisional yang banyak digunakan secara turun-temurun. Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena bermanfaat dan kegunaannya besar bagi manusia dalam hal pengobatan. Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan maka perlu dilakukan upaya penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat (Nurahmi, 2006). Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui secara pasti manfaat dan khasiat dari obat tradisional.
*Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Salah satu tanaman obat yang secara empiris digunakan oleh masyarakat sebagai antimikroba adalah daun beluntas yang saat ini digunakan oleh masyarakat di suku Timor, Nusa Tenggara Timur untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Manu Ratna, 2013). Di Gorontalo dan di Madura masyarakat menggunakan daun beluntas sebagai obat keputihan. Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, minyak atsiri, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Daun beluntas berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan (stomatik), penurun demam (antipiretik), peluruh keringat (diaforetik), penyegar, TBC kelenjar, nyeri pada rematik dan keputihan (Dalimartha, 2006). Sifat antimikroba daun beluntas telah dilaporkan oleh Purnomo (2001), Sumitro (2002) dan berdasarkan penelitian Sjoekoer dkk tahun 2006, diketahui bahwa secara in vitro, dekok daun beluntas memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans. Berkhasiatnya daun beluntas diduga diperoleh dari beberapa kandungan kimia seperti alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid (Hariana, 2006). Upaya pengobatan dapat dilakukan dengan meggunakan obat-obat antimikroba. Obat-obatan antimikroba yang digunakan dapat diperoleh dari sintesis senyawa kimia maupun obat tradisional yang secara empiris digunakan oleh masyarakat sebagai obat antimikroba. Pada umumnya masyarakat menggunakan oabat tradisional masih berdasarkan pengalaman empiris, belum didasarkan pada hasil penelitian (pembuktian ilmiah). Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L). METODE PENELITIAN Desaian Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen laboratorium. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Juni-Juli Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, incubator, autoklaf, ose, hot plate, kertas cakram, oven, pinset, tabung reaksi, neraca analitik, batang pengaduk, evaporator. Bahan yang digunakan adalah daun beluntas, etanol, aquadest, media Potato Dextrose Agar (PDA), Nutrient Agar (NA), NaCMC dan mikroba yang digunakan mewakili bakteri gram positif (Staphylococcus aureus), bakteri yang mewakili gram negatif (Escherichia coli) dan jamur (Candida albicans) serta antibiotik pembanding yaitu Ampisilin dan Ketokonazol.
*Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Prosedur Penelitian 1. Sterilisasi Alat Peralatan dari gelas seperti cawan petri dimasukkan di dalam oven selam 23 jam pada suhu 1600 C-1700 C (Ansel, 2005). Sedangkan alat dan bahan seperti spatula, ekstrak daun beluntas, media PDA dan NA disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. 2. Pengambilan Sampel Tanaman yang diteliti adalah Pulcea indica L yang diambil pada pagi hari, pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimum dari pukul 08.00-10.00. Bahan yang diambil untuk penelitian ini adalah daun. 3. Pengolahan Sampel Sampel daun beluntas yang diperoleh disortasi basah yaitu dipilih daun yang masih segar selanjutnya dibersihkan, digunting kecil-kecil, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan kemudian dihaluskan. 4. Pembuatan Ekstrak Daun Beluntas dengan Metode Maserasi Daun beluntas yang telah diolah, diekstraksi dengan cara maserasi. Serbuk daun beluntas sebanyak 200 gram diekstraksi dengan metode maserasi (perendaman bahan) menggunakan pelarut etanol selama 3x24 jam sambil diaduk beberapa kali. 5. Pembuatan Media Medium pertumbuhan dengan cara menimbang serbuk PDA sebannyak 2,1 gram kemudian dilarutkan dalam aquadest 60 ml. Setelah itu dipanaskan diatas penangas air hingga larut. Setelah larut PDA lalu disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. Untuk pembuatan NA dibuat dengan cara bubuk NA dicampurkan dengan aquadest dan dididihkan sampai larut sempurna, kemudian dimasukkan wadah dan disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit. 6. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Ekstrak Daun Beluntas Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji dibuat sebagai berikut: a. Kosentrasi 5% (b/v) : 0,5 g ekstrak etanol daun beluntas + NaCMC 10 ml b. Kosentrasi 10% (b/v) : 1 g ekstrak etanol daun beluntas + NaCMC 10 ml c. Kosentrasi 15% (b/v) : 1,5 g ekstrak etanol daun beluntas + NaCMC 10 ml d. Kosentrasi 20% (b/v) : 2 g ekstrak etanol daun beluntas + NaCMC 10 ml e. Kosentrasi 25% (b/v) : 2,5 g ekstrak etanol daun beluntas + NaCMC 10 ml 7. Pengujian Daya Hambat Uji efektivitas antimikroba ekstrak daun beluntas dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Kertas cakram direndam selama 10-15 menit dalam masing-masing variasi kosentrasi ekstrak daun beluntas, kemudian ditanam pada media dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C untuk bakteri dan 48 jam untuk jamur. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung diameter zona hambat dari sampel pada masing-masing konsentrasi ekstrak daun beluntas.
*Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti dengan mengukur diameter zona bening (daerah hambat) yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong. Analisis Data Tehnik analisis data yang digunakan berdasarkan normal dan homogennya data hasil penelitian. Apabila data hasil penelitian normal dan homogen maka dianalisis secara parametik yaitu uji Anova, tetapi apabila data hasil penelitian tidak normal dan homogen maka dilakukan analisa non parametik yaitu uji Kruskall Walls . HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Staphylococus aureus
Kosentrasi 5% 10% 15% 20% 25% Kontrol (+) Kontrol (-)
Diameter Zona Hambat (mm) Ulangan I II III 13 12 11 14 14 12 15 16 14 16 19 18 22 25 23 30 27 27 -
Rata-rata Zona Hambat 12 13,33 15 17,67 23,33 28 -
Diameter Daya Hambat (mm)
Staphylococus aureus 30 25 20 15 10 5 0
Ulangan I Ulangan II Ulangan III Konsentrasi
Gambar 2 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Staphylococus aureus *Kartika Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Tabel 2 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Escherichia coli Kosentrasi 5% 10% 15% 20% 25% Kontrol (+) Kontrol (-)
Diameter Zona Hambat (mm) Ulangan I II III 10 11 10 12 13 12 15 14 13 17 15 16 19 20 18 25 23 25 -
Rata-rata Zona Hambat 10,33 12,33 14 16 19 24,33 -
Gambar 3. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Escherichia coli
Diameter Daya Hambat (mm)
Escherichia coli 25 20 15 10 5 0
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Konsentrasi
Tabel 3 Hasil Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Candida albicans
Kosentrasi 5% 10% 15% 20% 25% Kontrol (+) Kontrol (-)
Diameter Zona Hambat (mm) Ulangan I II III 33 30 35 -
Rata-rata Zona Hambat 32,67 -
*Kartika Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Diameter Daya Hambat (mm)
Candida albicans 35 30 25 20 15 10 5 0
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Konsentrasi
Gambar 4. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Beluntas terhadap Candida albicans
Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas antimikroba ekstrak etanol dari daun beluntas (Pluchea Pluchea indica L) terhadap bakteri Staphylococus aureus, aureus Escherichia coli dan jamur Candida albicans. Tanaman yang digunakan diambil dari kelurahan Wongkaditi Barat Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Proses pengambilan daun beluntas dilakukan pada pagi hari, pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimum dari pukul 08.00-10.00. 08.00 Sebelum diekstraksi, daun beluntas dicuci kemudian dirajang untuk memperkecil ukuran daun sehingga mempercepat pengeringan pengering kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diangin anginkan agar zat yang terkandung di dalam simplisia yang diinginkan tidak rusak oleh pemanasan karena sinar matahari secara langsung. Kemudian diekstraksi menggunakan metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena rena metode ini mudah untuk dilakukan, selain itu metode ini digunakan agar tidak merusak senyawa-senyawa senyawa senyawa yang tidak tahan panas. Pengujian daya hambat ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea (Pluchea indica L) menggunakan metode difusi agar yang bertujuan untuk menghitung menghitung daya hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram. Penggunaan metode difusi agar mudah untuk dilakukan karena tidak rumit dalam proses pengerjaan dan efisien karena dalam satu media agar dapat menguji maksimal 12 macam konsentrasi atau zat antimikroba oba serta tidak membutuhkan alat dan bahan yang banyak. Pertumbuhan bakteri dan jamur dihambat oleh zat antimikroba dalam kertas cakram yang berdifusi ke dalam agar. Pertumbuhan bakteri dan jamur pada media agar dihambat oleh zat antimikroba dalam kertas cakram cakram yang berdifusi kedalam agar. Dari data diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan Escherichia coli.. Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) terbentuk mulai dari konsentrasi entrasi 5% dengan diameter rata rata-rata pada masing-masing masing bakteri 12 mm *Kartika Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
untuk Staphylococus aureus dan 10,33 mm pada Escherichia coli. Untuk konsentrasi 10% diameter rata-rata pada masing-masing bakteri yaitu 13,33 mm dan 12,33 mm, konsentrasi 15% yaitu 15 mm dan 14 mm, konsentrasi 20% yaitu 17,67 mm dan 16 mm dan konsentrasi 25% yaitu 23,33 mm dan 19 mm. Menurut metode David Stout dalam Lathifah (2008) maka diameter hambatan yang terbentuk pada masing-masing bakteri termasuk dalam kategori kuat yaitu pada kisaran 10-20 mm, tetapi pada konsentrasi 25% pada bakteri Staphylococus aureus termasuk dalam kategori sangat kuat karena berada pada kisaran >20 mm. Menurut Hartman (1986) dalam Santoso (1999) yang menyatakan bahwa diameter zona hambatan akan sebanding dengan konsentrasi zat antibakterinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) memberikan diameter hambatan lebih besar pada Staphylococus aureus dibandingkan pada bakteri Escherichia coli. Adanya perbedaan kepekaan pada bakteri gram positif dan negatif terhadap zat antibakteri yang terkandung dalam daun beluntas diduga karena perbedaan struktur dinding sel dari kedua bakteri. Perbedaan kepekaan pada bakteri gram positif dan gram negatif terhadap zat antibakteri kemungkinan karena perbedaan struktur dinding sel, seperti peptidoglikan, jumlah lipid, ikatan silang dan aktivitas enzim, yang menuntukan penetrasi, pengikatan dan aktivitas antibakteri (Jewetz, 1986). Staphylococus aureus termasuk bakteri gram positif, mempunyai struktur dinding sel yang mengandung poliskarida dan protein yang bersifat antigen dan mempunyai kandungan lipid yang rendah (1-4%), sedangkan Escherichia coli termasuk bakteri gram negatif negatif memiliki 3 lapis pada dinding selnya (lipoprotein, membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida) dan kandungan lipid berkisar 1122%. Membran luar fosfolipid tersebut menyebabkan komponen kimia yang bersifat antibakteri sulit menembus dinding sel bakteri gram negatif, sehingga dinding sel bakteri Staphylococus aureus lebih mudah ditembus daripada dinding sel bakteri Escherichia coli (Poeloengan, Masniari dan Praptiwi, 2007). Aktivitas antibakteri dapat disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu tanin dan flavonoid yang diperoleh dari hasil skrining fitokimia. Hariana (2006) menyatakan bahwa di dalam daun beluntas (Pluchea indica less) mengandung beberapa kandungan kimia yaitu alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid. Menurut Purnomo (2001) flavonoid dalam daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus sp, Propionobacterium sp dan Corynebacterium. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme. Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak membran sel (Rahayu, 2000). Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Sebagian besar struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak. Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein dari sel bakteri menjadi terganggu. Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel *Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
bakteri menjadi kehilangan bentuknya, dan terjadilah lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Pelczar dan Chan, 1988). Kematian sel bakteri berarti hilangnya kemampuan bakteri secara permanen untuk bereproduksi (tumbuh dan membelah). Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri (Poeloengan, Masniari dan Praptiwi, 2007). Pembanding yang digunakan sebagai kontrol positif yaitu antibiotik ampisilin, dimana ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang berspektrum luas yang dapat membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Ampisilin mempunyai mekanisme kerja dengan menghambat sintesis dinding sel. Mekanisme kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin. Protein ini merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan mengeblok aktivitas enzim transpeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjang yang membentuk dinding sel bakteri sehingga dinding sel bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis. Pada penelitian ini diameter daerah hambat dari ampisilin lebih besar dari ekstrak etanol daun beluntas, walaupun perbedaanya tidak terlalu besar. Untuk kontrol negatif digunakan NaCMC yang menunjukan tidak adanya daerah hambatan yang terbentuk. Untuk pengujian antijamur didapatkan hasil dimana ekstrak etanol daun beluntas tidak memiliki daya hambat terhadap jamur Candida albicans. Hal ini bisa saja disebabkan karena Candida albicans yang memiliki struktur dinding sel kompleks yang terdiri dari lima lapisan berbeda dengan ketebalan dinding sel 100400 nm dengan komposisi primer berupa glukan, manan dan khitin (Segal dan Bhavin, 1994 dalam Tjampakasari 2006) sehingga bisa saja menyebabkan senyawa antijamur pada daun beluntas sulit untuk menembus dinding sel dari Candida albicans. Selain itu ada tidaknya daerah hambatan yang terbentuk diakibatkan perbedaan besarnya kandungan senyawa aktif, karena faktor-faktor yang mempengaruhi uji daya hambat adalah konsentrasi senyawa aktif, kepekaan pertumbuhan mikroba uji, ketebalan dan viskositas medium serta reaksi antara zat aktif dengan medium dan suhu inkubasi. Kecilnya zona hambat yang terbentuk dapat dipengaruhi pula oleh mutu ekstrak daun. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor biologi dan faktor kimia. Faktor biologi meliputi spesies tanaman, lokasi tanaman asal, waktu pemanenan, penyimpanan bahan baku, umur serta bagian tanaman yang digunakan. Lokasi tanaman dipengaruhi oleh lingkungan seperti tanah, cuaca, temperatur, cahaya, air, senyawa organik dan anorganik. Waktu panen juga mempengaruhi kandungan zat aktif, dimana kandungan zat aktif tersebut mencapai jumlah optimal pada saat tanaman akan berbunga (Mishra, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik. Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas data. Berdasarkan hasil uji pendahuluan tersebut *Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
didapatkan bahwa data tersebut homegen tetapi tidak terdistribusi secara normal sehingga tidak dapat dilakukan uji parametik dengan uji Anova, maka analisis data yang digunakan adalah uji nonparametik dengan uji Kruskal Wallis. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukan nilai signifikan 0.006 < α (0,05) yang berarti terdapat pengaruh ekstrak etanol daun beluntas terhadap pertumbuhan bakteri. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan bakteri Escherichia coli dimulai dengan konsentrasi terkecil 5% dengan diameter daya hambat masing-masing rata-rata sebesar 12 mm dan 10,33 mm. 2. Hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) menunjukan tidak adanya daya hambat yang terbentuk pada jamur Candida albicans dimulai dari konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% 3. Dari hasil yang didapatkan ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L) memiliki aktivitas sebagai antibakteri karena memiliki daya hambat terhadap menghambat pertumbuhan baketri Staphylococus aureus dan bakteri Escherichia coli SARAN 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bakteri dan jamur yang berbeda serta metode ekstraksi dan pelarut yang berbeda. 2. Dilakukan isolasi kandungan senyawa aktif yang memiliki aktivitas antimikroba dan dilakukan pengujian aktivitas antimikroba. 3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antimikroba daun beluntas (Pluchea indica L) untuk pengembangan obat herbal. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, S.S. 1992. Teknik Kimia Organik. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jurusan Kimia. Institut Pertanian Bogor. Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya Dewi, K.F. 2010.Aktivitas Antibaketri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)Terhadap Baketri Pembusuk Daging Segar. . Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Gandjar I, Sjamsuridzal W, dan Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Harborne,J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Bandung: ITB. Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya Jawetz, M. 2004. Mikrobiologi Kelautan. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. *Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.
Jawetz, E, J. L. Melnick and E. A. Adelberg. 1986. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC. Kusnadi, Peristiwati, Syulasmi, Purwianingsih W, Rochintaniawati, D. 2003. Mikrobiologi Comment Text Book. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Kusumaningtyas, E. 2009. Mekanisme Infeksi Candida albicans pada permukaan sel. Bogor: Lokakarya Nasional Penyakit Zoonis. Balai Penelitian Veteriner Manu, Ratna. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap Staphylococcus aereus, Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeuruginosa. Surabaya: Fakultas Farmasi Ubaya. Mansur,A.N. 1990. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC. Malthaputri,E.R. 2007. Kajian aktivitas antimikroba ekstrak kulit kayu mesoyi Cryptocaria massoia terhadap bakteri pathogen dan pembusuk pangan. Skripsi. Bogor: Fakutas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mishra, S.K., Sangwan, N.S., Sangwan, R.S. 2007. Andrographis paniculata (kalmegh): a review. Pharmacognosy Reviews Nurahmi, Yulian. 2006. Pemeriksaan Ekstran n-Heksana dan Minyak Atsiri Herba Tespong. Garut: FMIPA Universitas Garut. Poeloengan, Masniari., Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garnicia mangostana Linn), (Online), (http://digilib.litbang.depkes .go.id /files/disk1/74/jkpkbppk-gdl-grey2011-masniaripo-3692-manggism-i.pdf), diakses 10 Juli 2014. Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: UI Press Purnomo, M. 2001. Isolasi Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica Less) yang Mempunyai Aktivitas Antimikroba Terhadap Penyebab Bau Keringat Secara Bioutografi. Surabaya: Universitas Airlangga Santoso, S. 1991. Isolasi, Karateristik, dan Penentuan Kosentrasi Hambayan Minimum Senyawa Antibakteri dari Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus). Bogor: Jurusan Kimia Fakultas MIPA Institut pertanian Bogor. Santoso D dan Purwantini I. 2003. Aktivitas Antifungi (Candida albicans) Beberapa Tanaman Yang Secara Empirik Digunakan Sebagai Obat Keputihan. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Sjahid. L. R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Suparjo. 2008. Saponin, Peran Dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia. Jambi: Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Sumitro. 2002. Pengaruh Pemberian Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica Less) Terhadap Pertumbuhan Kuman Staphilococcus aureus Secara In Vitro. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
*Kartika Dwi Rahma Suparmanto, 821412144, **Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc, ***Hamsidar Hasan, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.