UJI STABILITA DAN PENERIMAAN PANELIS TERHADAP SIRUP EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN BERBAGAI JENIS PEMANIS SEBAGAI ANTIDIABETES
Rizska Rachmayanti1), Erni Rustiani2), Mira Miranti3) Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
1), 2), 3)
Abstrak Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin sehingga terjadi abnormalitas metabolisme karbohidrat , lemak dan protein. Flavonoid merupakan senyawa yang dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan sirup yang memiliki aktivitas antidiabetes dengan 3 jenis pemanis yang dapat diterima panelis dan stabil selama penyimpanan pada 3 suhu. Sediaan dibuat dalam 3 formula. Formula A mengandung 40 g gula aren, formula B mengandung 44 g gula kelapa, dan formula C mengandung 0,1 g sukralosa. Hasil pengujian dengan metode Uji Friedman menunjukan bahwa seluruh jenis pemanis yang digunakan disukai panelis. Sediaan sirup lebih stabil disimpan pada suhu sejuk (5°-15°C) dibandingkan dengan sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar (15°-30°C) dan suhu dipercepat (40°-45°C). Kata kunci : Pepaya, Antidiabetes, Sirup Abstract Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by the occurrence of hyperglycemia caused by impaired insulin secretion and insulin action or causing abnormal metabolism of carbohydrates, fats and proteins. Flavonoids are compounds that can lower blood sugar levels in the body. Papaya (Carica papaya L.) is a plant that contains flavonoids. This study aims to produce a syrup preparation which has antidiabetic activity with 3 types of sweeteners are acceptable panelists and stable during storage at three temperatures. Preparations were made in 3 formulas. Formula A contains 40 g palm sugar, formula B containing 44 g palm sugar, and formula C containing sucralose 0,1 g. The test results with the Friedman test method showed that all types of panelists preferred sweetener used. More stable syrup preparations are stored at cool temperatures (5 ° -15 ° C) compared with the syrup preparations stored at room temperature (15 ° -30 ° C) and accelerated temperature (40 ° -45 ° C). Keywords : Papaya, Antidiabetic, Syrup PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin sehingga terjadi abnormalitas metabolisme karbohidrat , lemak dan protein. Badan Kesehatan Dunia memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 dari sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000. Pepaya merupakan salah satu tanaman yang berfungsi sebagai antidiabetes. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak kental etanol 96% daun pepaya berpotensi untuk menurunkan kadar gula darah tikus dengan dosis 10 mg/kgbb (Fakeye, 2007). Senyawa flavonoid
yang terkandung pada daun papaya dalam usaha penyembuhan diabetes meningkatkan pengeluaran insulin yang dihasilkan oleh sel β pulau langerhans pankreas dengan cara merubah metabolisme Ca2+ (Hii dan Howell, 1985) dan meregenerasi pulau langerhans pankreas terutama sel β (Nuraliev dan Avezov, 1992). Flavonoid berasal dari kata flavon yang merupakan nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan sering ditemukan di alam. Beberapa golongan flavonoid yang bersifat polar merupakan senyawa yang larut dalam air yang merupakan kandungan khas tumbuhan hijau. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kulit kayu, tepung sari,
nektar, bunga, buah, biji dan ada juga terkandung pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berangberang, propolis (sekresi lebah), dan di dalam sayap kupu-kupu, dengan anggapan bahwa flavonoid tersebut tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka (Markham 1988). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan sirup yang memiliki aktivitas antidiabetes dengan 3 jenis pemanis yang dapat diterima panelis dan stabil selama penyimpanan pada 3 suhu. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa C12H22O11 tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (DepKes RI, 1997). Sirup merupakan salah satu sediaan yang memiliki banyak keuntungan diantaranya menutupi rasa dan bau tidak enak pada obat, absorpsi lebih cepat karena telah berbentuk sediaan cair (tidak mengalami proses disintegrasi maupun pelarutan seperti pada tablet) dan lebih mudah ditelan daripada sediaan yang lain. Sediaan dibuat dalam 3 formula. Formula A mengandung 40g gula aren, formula B mengandung 44g gula kelapa, dan formula C mengandung 0,1g sukralosa.
pendingin, viskometer Brookfield dan pikno meter.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan dalam penellitian ini antara lain adalah daun pepaya muda varietas papaya bangkok yang diperoleh dari perkebunan daerah Bogor. Sukralosa, gula aren, gula kelapa, sari buah jeruk nipis, Na benzoat dan potassium sorbat. Pelarut dan pereaksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi air, akuades, minyak zaitun, HCL 2 N, gelatin 1%, natrium klorida 10%, FeCl31%, asam asetat 10%, metanol, serbuk Mg, HCl pekat, pereaksi mayer, bouchardat, dan dragendorff, rutin, AlCl3 10%, NaNO25%, NaOH4%. Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan digital, oven, alat infus, kompor, kuali, panci, kain batis, gelas ukur, gelas piala, tabung reaksi, autoklaf, homogenaizer, Vacum Dry, Moisture Balance, tanur, krus, pH meter, spektrofotometer UVVis, ayakan mesh 40, termometer, lemari
Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Pepaya a) Penetapan Kadar Air Prosedur penentuan kadar air simplisia dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance b) Penetapan Kadar Abu Sebanyak ± 2,5 g simplisia ditimbang dengan seksama dimasukkan ke dalam krus platina atau silika yang sudah ditara, kemudian dipijarkan sampai arangnya habis dalam tanur pada suhu 700oC, dinginkan, ditimbang (DepKes RI, 1979).
METODE Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Pepaya Daun pepaya varietas pepaya Bangkok dipetik pada bagian tengah (3 dari atas pucuk) pada saat tanaman akan berbunga di waktu pagi hari. Daun papaya dikumpulkan dari perkebunan di Bogor dan telah dideterminasi di Herbarium Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor. Daun pepaya masing-masing dibersihkan dari kotorankotoran yang menempel (sortasi basah) lalu dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air sisa-sisa pencucian. Daun pepaya yang telah bersih dan bebas air pencucian diangin anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam oven pada suhu 500C sampai masing-masing tanaman kering, lalu sortasi kering. Simplisia kering tersebut selanjutnya digrinder hingga menjadi simplisia serbuk lalu diayak dengan ayakan mesh 40. Bobot akhir Rendemen = x100% Bobot awal
Pembuatan Ekstrak Kental Daun Pepaya Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode infus. Dicampur serbuk simplisia daun pepaya 1,5 kilogram dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air 7,5 liter, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk. Diserkai selagi panas melalui kain batis,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (DepKes RI, 1979). Ekstrak cair yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum dry Uji fitokimia a) Uji Saponin Masukkan 0,5 gram ekstrak ditambahkan 5 mL akuades dalam tabung reaksi. Larutan dikocok kuat dan diamati adanya buih yang stabil. Ditambahkan 3 tetes minyak zaitun kedalam buih dan dikocok kuat sampai teramati emulsi yang stabil (Rajendra et al., 2011). b) Uji Tanin Sebanyak 0,5 g ekstrak daun pepaya dimasukkan ke dalam tabung reaksi dilarutkan dengan sedikit akuades kemudian dipanaskan di atas penangas air lalu diteteskan dengan larutan gelatin 1% dan natrium klorida 10% (1:1). Hasil positif terbentuknya endapan putih (Rajendra et al, 2011). c) Uji flavonoid Terdapat tiga metode yang digunakan untuk uji flavonoid. Pertama, beberapa tetes FeCl31% ke dalam beberapa bagian larutan ekstrak. Warna hijau kehitaman menunjukkan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan asam asetat 10% ditambahkan ke dalam beberapa bagian ekstrak. Endapan kuning menandakan adanya flavonoid. Ketiga, sejumlah ekstrak dilarutkan dalam metanol, lalu ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCL pekat dari sisi tabung. Terbentuk warna jingga menunjukkan adanya flavonoid (Rajendra et al, 2011). d) Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL asam alkohol, didihkan dan disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 2 mL larutan ammonia dan 5 mL kloroform lalu dikocok kuat. Lapisan kloroform yang terbentuk diekstrak dengan 10 mL asam asetat lalu dibagi menjadi tiga bagian: 1) Uji Dragendorff (kalium bismuth nitrat): beberapa tetes larutan Dragendrof ditambahkan kedalam larutan kloroform, endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid 2) Uji Mayer (kalium merkuri iodida): beberapa tetes pereaksi Mayer
ditambahkan ke larutan kloroform, endapan putih kekuningan menunjukkan adanya alkaloid. 3) Uji Bouchardat (kalium iodida): beberapa tetes pereaksi Bouchardat ditambahkan ke larutan kloroform, endapan coklat menunjukkan adanya alkaloid (Rajendra et al., 2011). Penetapan Kadar Flavonoid Total Daun Pepaya a) Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Rutin Sebelum diukur absorban dari rutin, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal dari rutin dengan menggunakan konsentrasi terendah yaitu 10 ppm. Sebanyak 2 mL larutan standar rutin dalam metanol konsentrasi 10 ppm, ditambah 0,15 mL NaNO25% didiamkan selama 6 menit. Lalu 0,15 mL AlCl310% ditambahkan dan didiamkan kembali selama 6 menit. Terakhir ditambahkan 2 mL NaOH4% dan aquabidest hingga volume akhir 5,0 mL dalam labu takar. Larutan dicampur homogen dan didiamkan selama 15 menit. Diukur absorbannya pada panjang gelombang 400550 nm dengan menggunakan spektrofotometer. b) Pembuatan Kurva Standar Rutin Dibuat konsentrasi standar rutin yaitu 50, 75, 100, 125 dan 150 ppm, dari setiap konsentrasi diambil 2 mL, ditambah 0,15 mL NaNO25% didiamkan selama 6 menit. Lalu 0,15 mL AlCl310% ditambahkan dan didiamkan kembali selama 6 menit. Terakhir ditambahkan 2 mL NaOH4% dan aquabidest hingga volume akhir 5,0 mL dalam labu takar. Larutan dicampur homogen dan didiamkan selama 15 menit. Diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimal. Pengukuran absorban di atas dibuat kurva antara konsentrasi larutan standar rutin dengan nilai absorban yang diperoleh dan akan dihasilkan persamaan regresi linier . Persamaan regresi ini untuk menghitung kadar ekstrak (ppm) dengan memasukkan absorban ekstrak sebagai nilai y ke dalam persamaan. c) Penentuan Kadar Flavonoid Total Sebanyak 0,05 g ekstrak ditimbang kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol sebanyak 50 mL, kemudian diambil 2 ml ditambah 0,15
mL NaNO25% didiamkan selama 6 menit. Lalu 0,15 mL AlCl310% ditambahkan dan didiamkan kembali selama 6 menit. Terakhir ditambahkan 2 mL NaOH4% dan aquabidest hingga volume akhir 5,0 mL dalam labu takar. Larutan dicampur homogen dan didiamkan selama 15 menit. Diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimal. Absorban yang Tabel 1.Formulasi sirup ekstrak daun pepaya Bahan Formula A Ekstrak kental Daun 2,24 g pepaya Sari jeruk nipis 10 mL Gula Aren 40 g Gula kelapa Sukralosa Na Benzoat 0,6 g Potasium Sorbat 0,2 g Air ditambahkan hingga 200 mL Sumber : Handbook Of Pharmaceutical Excipients Cara pembuatan Diambil 2,24 g ekstrak kental daun papaya dilarutkan dalam air panas (100°C) 100 ml hingga larut (larutan 1). Larutan dasar sirup (larutan sirup) disiapkan dengan cara melarutkan pemanis (sukralosa, gula aren dan gula kelapa) masing-masing didalam air panas (100°C) 25 mL hingga larut (larutan 2), kemudian saring dan masukkan ke dalam tangki pencampur. Na benzoat dilarutkan didalam air panas sebanyak 15 mL (larutan 3), kemudian potasium sorbat dilarutkan dalam air panas 10 ml (larutan 4). Dicampur larutan 3 dan larutan 4 dengan larutan 1 dan larutan 2, diaduk hingga homogen. Sari jeruk nipis dilarutkan di dalam air hangat 25 mL hingga larut kemudian dicampur dengan larutan 1, larutan 2, larutan 3, dan larutan 4. Ditambahkan air mendidih hingga volume 200 mL kemudian diaduk menggunakan alat homogenaizer. Didinginkan larutan, dimasukkan dalam wadah botol coklat yang sudah disterilkan sebelumnya. Sirup kemudian dipasteurisasi menggunakan alat autoklaf. Uji Mutu sediaan Sirup a. Uji OrganoleptikUji ini meliputi penilaian terhadap karakteristik sediaan sirup yang
dihasilkan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dari kurva standar rutin. Kadar(%b/b) =
Formula B
Formula C
2,24 g
2,24 g
10 mL 44 g 0,6 g 0,2 g 200 mL
10 mL 0,1 g 0,6 g 0,2 g 200 mL
meliputi warna, aroma dan rasa dari sirup daun pepaya. b. Uji pH Pengukuran nilai pH bertujuan untuk mengetahui nilai sirup daun pepaya, pengukuran menggunakan alat pH meter. c. Uji Viskositas Pengukuran sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan kecepatan dan no spindel tertentu hingga mencapai torsi 100% pada suhu kamar. d. Uji Bobot Jenis Penetapan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer bersih dan kering serta telah dikalibrasi dengan cara menetapkan bobotnya dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C. Diatur suhu zat yang diperiksa sampai lebih kurang 20°C, isi piknometer dengan zat tersebut. Diatur suhu piknometer terisi tersebut sampai 25°C hilangkan kelebihan zat, ditimbang. Kurangkan bobot tara piknometer dari bobot piknometer terisi. e. Uji Cemaran Mikroba Pada pengujian ini diketahui seberapa besar cemaran bakteri pada sediaan sirup herbal daun pepaya. Metode yang digunakan adalah uji angka lempeng total, dengan menghitung koloni bakteri pada serial pengenceran formula
sirup. Hasil pengujian dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 7388: 2009. dimana sirup yang dihasilkan mempunyai tingkat kontamin 5 × 102 koloni/ml. Dilakukan pada minggu ke -0 dan minggu ke-8. f. Uji Hedonik Uji hedonik dilakukan terhadap 20 orang panelis dengan kriteria usia 40-60 tahun dan sebelumnya para panelis tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi penilaian. Para panelis diminta mencicipi dan menilai warna, rasa dan aroma dari sampel sediaan sirup. Para panelis diharapkan untuk mengisi kertas kuisioner yang telah disediakan. Waktu selang untuk mencicipi formula 1 dengan yang lain kurang lebih 1 menit dan setelah mencicipi sirup diharapkan panelis minum air putih atau berkumur sebelum mencicipi formula lainnya. g. Uji Stabilita Evaluasi kestabilan sirup dilakukan dalam botol kaca coklat untuk mengetahui kualitas sirup berdasarkan parameter organoleptik, pH, viskositas dan bobot jenis. Dilakukan pula penetapan kadar flavonoid total pada sirup. Uji stabilita dilakukan untuk sirup yang terpilih berdasarkan uji hedonik. Evaluasi dilakukan pada 3 suhu yang berbeda, yaitu 15°-30°C (suhu kamar), 5°-15°C (suhu sejuk) dan 40°45°C (suhu dipercepat) selama delapan minggu dengan pengambilan sampel untuk uji setiap 2 minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Serbuk Simplisia Daun Pepaya Berdasarkan identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong, Bogor identitas tumbuhan pepaya yang diperoleh dari perkebunan di daerah Bogor adalah Carica papaya L. suku Caricaceae. Besarnya rendemen simplisia daun pepaya yaitu 17%. Karakterisasi dari serbuk simplisia daun pepaya yaitu memiliki warna hijau tua, aromanya sangat khas dan memiliki rasa yang pahit. Hasil pengujian kadar air pada serbuk simplisia daun papaya 3,43% menunjukkan bahwa serbuk simplisia memenuhi syarat secara umum pada Depkes RI 1985 bahwa kadar air daun papaya tidak boleh lebih dari 5%. Sedangkan hasil pengujian kadar abu pada serbuk simplisia daun pepaya sebesar 9,52% Persyaratan kadar abu serbuk simplisia daun pepaya berdasarkan Materia Medika Indonesia Edisi V (Depkes RI, 1989) adalah tidak lebih dari 12% maka hasil tersebut memenuhi persyaratan. Ekstrak Kental Daun Pepaya Sebanyak 1,5 kilogram serbuk simplisia daun pepaya dilarutkan dalam 7,5 liter pelarut yaitu air. Ekstrak cair kemudian dipekatkan menggunaan alat Vacuum Dry. Didapatkan ekstrak kental sebanyak 265,9 gram. Hasil pengujian fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan secara kualitatif untuk menentukan kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel. Hasil pengujian dapat dillihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Fitokimia Golongan Senyawa Hasil Saponin + Tanin + Flavonoid + Alkaloid + Keterangan : + = positif mengandung senyawa tersebut Penetapan Kadar Flavonoid Total Daun Pepaya Analisis dilakukan dengan tahapan pembuatan larutan standar, yakni dengan menggunakan larutan standar rutin, optimasi panjang
gelombang, penentuan absorbansi dan kalibrasi hasil pengukuran dengan standar yang sudah dibuat. Ekstrak kental ditentukan kadar dari senyawa flavonoid dengan melihat nilai absorbansinya. Sampel yang mengandung
senyawa flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah setelah penambahan pereaksi yaitu natrium nitrat, alumunium klorida dan natrium hidroksida. Semakin pekat warna merah yang terbentuk maka semakin besar pula kandungan senyawa flavonoidnya dan ditandai dengan nilai absorbansinya yang semakin tinggi. Hasil penentuan panjang gelombang maksimal yaitu
pada panjang gelombang 450 nm. Pada pembuatan kurva standar rutin dibuat konsentrasi 0, 50, 75, 100, 125, dan 150 ppm. Persamaan regresi linier = 0,0039x + 0,0242 dan koefisien korelasinya r = 0,999, hasil yang didapat akurat karena mencapai 0,999. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar flavonoid total untuk ekstrak kental daun pepaya yaitu sebesar 0,52%.
Tabel 3. Hasil uji mutu sediaan sirup Formula Parameter uji A B Organoleptik : - Rasa - Aroma - Warna
Manis Khas Coklat
3,77 pH 11 Viskositas (cP) 1,11 Bobot jenis(g/ml) Uji organoleptik Pengujian organoleptik meliputi rasa,aroma dan warna. Masing masing formula memiliki rasa yang manis. Semua formula memberikan aroma khas papaya yang cukup kuat. Berdasarkan parameter warna, formula A dan B berwarna coklat sedangkan formula C berwarna hijau kecoklatan. Uji pH Pengujian pH dilakukan menggunakan alat pH meter terhadap ke-3 formula. Berdasarkan hasil uji mutu sediaan sirup didapat nilai pH formula A 3,77 ; formula B 3,36 dan formula C 3,37. Hal ini berarti pH sirup dari tiap tiap formula memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 01-2985-1992 yang menyatakan bahwa pH pada sirup Fruktosa yaitu 3,5 - 4,5. Uji viskositas Pengujian viskositas dilakukan menggunakan viskometer Brookfield dengan spindle 3 pada kecepatan putar 100 RPM. Pemilihan spindle dan kecepatan yang digunakan berdasarkan besarnya nilai viskositas yang dapat terukur. Viskositas merupakan ukuran resistensi suatu zat cair, makin besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir, maka makin besar pula viskositasnya(Martin dkk). Uji Bobot jenis
Manis Khas Coklat
C
Manis Khas Hijau kecoklatan 3,36 3,37 12 11 1,12 1,11 Hasil pengukuran bobot jenis diatas menunjukan nilai berat jenis semua formula berkisar antara 1,11 – 1,12. Besarnya nilai berat jenis berkaitan dengan nilai viskositas sampel yang diuji. Nilai viskositas yang relatif kecil mempengaruhi nilai berat jenis sampel tersebut. Uji Hedonik Uji hedonik merupakan suatu kegiatan pengujian yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang panelis yang mana memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap suatu produk tertentu. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik (Kartika dkk, 1988). Hasil penilaian uji kesukaan dengan metode uji friedmen 20 orang panelis yang terdiri dari 15 orang wanitadan 5 orang pria usia 40 – 60 tahun menyatakan bahwa rasa dan aroma tidak memiliki pengaruh yang berbeda sedangkan warna memiliki pengaruh yang sangat berbeda nyata. Semua panelis menyukai seluruh formula dengan pemanis gula aren, gula kelapa dan sukralosa. Uji cemaran mikroba Uji cemaran mikroba dilakukan pada minggu ke -0 dan minggu ke-8 selama uji stabilita.
dapat dilihat bahwa pada minggu ke-0 jumlah koloni bakteri memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 5 × 102. Total Angka Lempeng Total terendah didapatkan pada penyimpanan suhu sejuk dan tertinggi pada penyimpanan suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap tingginya kontaminasi. Hasil uji cemaran mikroba dapat dilihat pada table 4. Uji stabilita Uji stabilitas dilakukan terhadap formula sirup yang paling disukai panelis. Formula yang lebih disukai panelis berdasarkan parameter Suhu penyimpanan
Suhu kamar (15-30oC)
Suhu sejuk (5-15oC)
Suhu dipercepat (40-45oC)
Parameter uji Organoleptik : Rasa Aroma Warna pH Viskositas (cP) Bobot jenis (g/ml) Cemaran mikroba Kadar flavonoid total Organoleptik : Rasa Aroma Warna pH Viskositas (cP) Bobot jenis (g/ml) Cemaran mikroba Kadar flavonoid total Organoleptik : Rasa Aroma Warna pH Viskositas (cP) Bobot jenis (g/ml) Cemaran mikroba Kadar flavonoid total
warna adalah formula A dengan pemanis gula aren.. Pengujian dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu penyimpanan pada suhu 15°30°C (suhu kamar), 5°-15°C (suhu sejuk) dan 40°-45°C (suhu dipercepat). Sediaan sirup dikemas dalam botol kaca berwarna coklat selama uji stabilita. Tujuannya untuk menghindari adanya kontaminasi dari wadah sehingga dipilih wadah kaca yang sifatnya inert. Selain itu botol coklat berfungsi untuk melindungi sediaan dari paparan cahaya yang dapat mengoksidasi sediaan. Hasil uji stabilita dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. hasil uji stabilita Minggu ke0 2 4
6
Manis Khas Coklat 3,77 11
Manis Khas Coklat 4,07 11,5
Manis Khas Coklat 4,15 12,5
Manis Khas Coklat 4,26 13
8 Manis agak pahit Berubah bau Coklat 4,25 13
1,11
1,16
1,16
1,16
1,16
1x102
-
-
-
3,6x102
0,0764%
-
0,0687%
-
0,061%
Manis Khas Coklat 3,77 11
Manis Khas Coklat 4,06 12
Manis Khas Coklat 4,11 12
Manis Khas Coklat 4,16 12,5
Manis Khas Coklat 4,17 13
1,11
1,15
1,15
1,16
1,16
1x102
-
-
-
3,0x102
0,0764%
-
0,0713%
-
0,0636%
Manis Khas Coklat 3,77 11
Manis Khas Coklat 3,89 14
Manis Khas Coklat 4,20 16,5
Manis agak pahit Berubah bau Coklat 4,25 16,5
Manis agak pahit Berubah bau Coklat 4,27 17
1,11
1,15
1,15
1,16
1,16
1x102
-
-
-
3,1x102
0,0764%
-
0,0456%
-
0,0405%
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa aroma dan warna sirup relatif stabil selama penyimpanan pada suhu sejuk. Peningkatan nilai pH karena adanya kandungan flavonoid yang bersifat basa. Hasil pengujian viskositas sediaan sirup mengalami peningkatan viskositas. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu penyimpanan terhadap kekentalan sediaan. Peningkatan nilai viskositas dapat terjadi karena adanya penguapan air. Sediaan sirup mengalami peningkatan berat jenis selama penyimpanan baik pada suhu kamar, sejuk maupun pada suhu dipercepat. Hal ini dipengaruhi juga oleh peningkatan viskositas sediaan selama penyimpanan. Sedangkan kadar flavonoid total pada sediaan sirup mengalami penurunan. Penurunan kadar flavonoid total pada sirupdipengaruhi oleh waktu dan suhu penyimpanan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ekstrak daun pepaya dapat dibuat sediaan sirup 2. Perbedaan jenis pemanis terhadap daya terima panelis tidak memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada parameter aroma dan rasa sedangkan parameter warna memiliki perbedaan nyata dan formula A dengan pemanis gula aren yang paling disukai panelis 3. Formula sediaan sirup yang disimpan pada suhu sejuk (5°C-15°C) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan sirup yang disimpan pada suhu kamar (15°C-30°C) dan suhu dipercepat (40°C -45°C) Saran 1. Perlunya bahan tambahan yang dapat menutupi aroma dan rasa khas dari daun pepaya 2. Perlu dilakukan uji invivo terhadap hewan untuk mengetahui manfaat sediaan sirup sebagai antidiabetes Daftar pustaka American Pharmaceutical Association, 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Washington.
Dep.Kes.RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Dep.Kes.RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta Dep.Kes.RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V Fakeye TO, Oladipupo T, Showande O, Ogunremi Y. 2007. Effect of Coadministration of Extract of Carica papaya Linn (family Cariaceae) on Activity of Two Oral Hypoglycemic Agents. Departremen of Clinical Pharmacy & Pharmacy Administration, University of Ibadan, Ibadan, Nigeria. Hii C.S and Howell S.L. 1985. Effect on flavonoid on insulin secretion & 45Ca2+ handling in rat islets of langerhans. J Endocrinol. 107 : 1-8. Kartika, B.P. Hastuti dan S. Wahyu. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan: PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid Identification. Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. Farmasi fisik : dasar-dasar farmasi fisik dalam ilmu farmaseutik Edisi 3. 2008. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Nuraliev I.N and Avezov G.A. 1992. The Aficacy of quercetin in alloxan diabetes. Eksp Klin Farmakol. 55: 424. Rajendra CE, Gopal S.M, Mahaboob A.N, Yashoda S.V, Majula M., 2011. Phytochemical Screening of The Rhizome of Kaemferia Galanga, International journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 3 (3): 61-63. SNI. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. Bogor. Badan Standarisasi Nasional.
Saifudin A, Rahayu V, Teruna H.Y. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Jogjakarta: Graha Ilmu.