Dr. H. Budiharjo, M. Ag Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No. 03 Salatiga (0298) 323706, 323444 Kode Pos 50712 NOTA PEMBIMBING Lamp : 2 eksemplar H a l : Naskah Skripsi Sdr. Siti Nasikhah K e p a da Yth. K e t u a STAIN di – tempat Assalamu`alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara : Nama
: Siti Nasikhah
NIM
: 11408104
Jurusan/Program
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT FARDU MEMALUI METODE DRILL (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010) Sudah dapat diajukan pada sidang munaqosyah. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Salatiga, Juli 2010 Pembimbing
Dr. H. Budiharjo, M.Ag NIP. 150 218 366
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Siti Nasikhah
NIM
: 11408104
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Juli 2010 Yang menyatakan,
Siti Nasikhah
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya shalat itu bisa mencegah diri dari perbuatan keji dan muingkar
PERSEMBAHAN
Untuk suamiku tercinta dan anakku tersayang, orang tuaku, dosen-dosenku, dan teman-teman seperjuangan.
ABSTRAK Nasikhah, Siti, 2010 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT FARDU MEMALUI METODE DRILL (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010). Pembimbing: Dr. H. Budiharjo, M. Ag. Kata kunci: bacaan shalat fardu dan metode drill Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan metode pembelajaran bagi pengajaran pelajaran PAI di Sekolah dasar.. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah dapatkah penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil 'alaamin, kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar tanpa halanagan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selelu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Nur Illahi yang menyinari segenap alam dan yang semoga kita tergolong ummatnya yang akan mendapatkan syafaatnya besuk di hari qiyamah. Amin Allahumma Amin. Dalam penyelesaian skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pengerahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih, dan dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Yth: 1. Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Budiharjo, M. Ag. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam
memberikan
bimbingan,
pengarahan,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 3. Kepala SDN Kenteng 02 Ke. Susukan Kab. Semarang yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Ibu guru SDN Kenteng 02 Ke. Susukan Kab. Semarang yang telah memberikan semangat dan kerjasamanya. 5. Suami dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari karena keterbatasan yang ada, skripsi ini masih jauh dari kekurangan. Untuk itu sumbang saran dan kritik untuk terciptanya tulisan yang lebih sempurna sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya dan menjadi amal jariyah bagi penulis. Amiiin..
Salatiga, Juli 2010
Siti Nasikhah Penulis
DAFTAR ISI Hal Halaman Judul Persetujuan Pembimbing Pengesahan Pernyataan Keaslian Tulisan Motto dan Persembahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 3 D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan............................................... 4 E. Kegunaan Penelitian........................................................................................4 F. Batasan Operasional.......................................................................................5 G. Metode Penelitian.......................................................................................... 6 H. Sistematika Penulisan ...................................................................................15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Fardu................................................17 B. Metode Drill................................................................................................ 29 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I.......................................................................47
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II..................................................................... 52 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III.....................................................................56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus...................................................................................... 60 B. Pembahasan...................................................................................................73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………….....................................................………..79 B. Saran- Saran ………………………..........………....….………………….79 C. Penutup.........................................................................................................80 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Daftar Riwayat Hidup Peneliti
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas II SDN Kentang 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun 2010 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus I Tabel 4.2 Hasil Tugas Menghafal Siklus I Tabel 4.3 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus I Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus II Tabel 4.5 Hasil Tugas Menghafal Siklus II Tabel 4.6 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus III Tabel 4.8 Hasil Tugas Menghafal Siklus III Tabel 4.9 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus III Tabel 4.10 Rekap Daftar Nilai 3 Kali menghafal pada pelajaran PAI Siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Sebelum Penggunaan Metode drill
Tabel 4.11 Rekap Hasil menghafal pelajaran PAI Siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Setelah Penggunaan Metode drill Tabel 4.12 Rekap Hasil Pengamatan terhadap Perhatian Siswa Tabel 4.13 Rekap Data Ketuntasan Belajar Siswa Tabel 4.14 Rekap Hasil Pengamatan Mitra terhadap Guru
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Sekolah Dasar yang diberikan mulai kelas I sampai kelas VI.
Namun
selama ini penyampaian materi PAI pada Sekolah dasar khususnya pada kelas II. Kendala tersebut berada pada kesulitan siswa memahami materi yang diberikan. Hal ini dikarenakan materi yang ada dalam pelajaran PAI lebih banyak menyangkut halhal yang abstrak dan ibadah. Salah satu materi terpenting dalam PAI SD adalah bacaan shalat. Dikatakan penting mengingat shalat adalah rukun Islam yang kedua yang dilaksanakan setiap hari. Selain itu ibadah shalat diharapkan mampu mencegah manusia dari perbuatan yang tercela, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Ankabut: 45
ۗ
ۖ ۗ
aynitrA: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan Juga sabda nabi Muhammad SAW dalah kitab Shahih Bukhori; hadits no 8:
1
2
Artinya: “Islam didirikan atas lima (perkara) yaitu bersaksi tidakada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad utasan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa ramadhan”. Meskipun sedemikian penting namun demikian pengajaran bacaan shalat pada anak usia dini bukanlah suatu yang mudah. Anak-anak masih mengalami kesulitan untuk menghafal bacaan shalat fardu tersebut. Sebagai gambaran bahwa pada kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang di mana penulis mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6. Pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan hanya mencapai nilai 5,9 saja. Selama ini penyampaian materi PAI biasanya hanya disampaikan dengan metode ceramah saja. Di mana guru berbicara dan murid mendengarkan. Hal ini tentu akan membuat murid cepat jenuh, apalagi anak kelas II SD. Hal ini kemudian mengurangi minat belajar mereka sehingga selama proses belajar-mengajar mereka kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pelajaran PAI terapan maka penyampaian secara konvensional dengan metode ceramah saja tentu akan sangat sulit diterima oleh anak serta lebih cepat membosankan karena bersifat abstrak dan tidak memberikan pengalaman secara langsung. Untuk itu perlu contoh kongkrit yang dapat dilakukan secara langsung oleh anak. Hal ini karena sangat berhubungan dengan praktek suatu ibadah seperti bacaan shalat.
3
Apabila tidak dapat dipahami atau diucapkan secara benar maka hal ini bisa sangat membahayakan bagi anak. Hal ini bisa menimbulkan kekeliruan mengucapkan bagi anak didik yang akan terbawa sampai dewasa dan akan menjadikan ibadahnya kurang sempurna. Sehingga mutlak diperlukan praktek melafalkan langsung khususnya bagi anak yang masih kecil dan duduk di kelas II SD. Penulis berkeinginan meningkatkan hasil belajar PAI khususnya materi menghafal bacaan shalat fardu para siswa dengan berusaha memberi latihan langsung mengucapkan secara berulang (driill) sehingga anak akan lebih mudah dan cepat membaca secara benar. Karena dengan metode drill anak akan memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajarinya (Suparta; 2003:189). Untuk itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian “PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENGHAFAL
BACAAN
SHALAT
FARDU
MEMALUI
METODE DRILL (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010)” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kemampuan menghafal bacaan shalat fardu sebelum menggunakan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 2. Bagaimana penerapan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 3. Apakah penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? C. Tujuan Penelitian
4
1. Untuk mengetahui kemampuan menghafal bacaan shalat fardu sebelum menggunakan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 2. Untuk mengetahui penerapan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? 3. Untuk mengetahui penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010? D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis
adalah
suatu
jawaban
yang
bersifat
sementara
terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikuto; 1996:h67). Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara (Black, 2001: 109). Adapun hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah bahwa "penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenceng kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010” Adapun tolok ukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila: 1. Hasil belajar menghafal bacaan shalat fardu setelah menggunakan metode drill lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan metode drill. 2. Hasil belajar PAI siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 setelah menggunakan metode drill mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas minimal 75%. E. Kegunaan Penelitian
5
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penggunaan metode pembelajaran drill. 2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PAI. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah. F. Batasan Operasional Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut: 1. Peningkatan Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Fardu Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kwalitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1994: 1060). Adapun kata ”kemampuan” dari kata “mampu” yang berarti kesanggupan atau kecakapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1994: 623). Sedangkan kata ”menghafal” dari kata ”hafal” yang berarti telah masuk dalam ingatan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1994: 333). Bacaan berarti sesuatu yang di baca (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1994: 72). Adapun shalat sebgaimana tersebut dalam ensiklopesi Islam adalah rukun Islam kedua yang berupa ibadah kepada Allah SWT yang wajib dilakukan nuslim mukalaf yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam dilengkapi dengan syarat, rukun, gerakan dan bacaan tertentu (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam;
6
1997: 207). Sedangkan shalat fardu adalah shalat yang diwajiban bagi tiap-tiap orang dewasa dan berakal sebanyak 5 kali sehari-semalam (Rasyid; 1990: 53). Jadi yang penulis maksud di sini adalah usaha penulis dalam rangka meningkatkan ketrampilan anak didik dalam menghafal bacaan-bacaan yang ada dalam shalat fardu serta tidak mudah hilang dari ingatan.
2. Metode Drill Kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan drill berarti latihan yang berulang-ulang dalam waktu singkat. Adapun
metode drill yang
penulis maksud di sini adalah suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan (Armai; 2002: 174). G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Sebelum penulis memberikan laporan penelitian maka perlu kiranya penulis memberikan landasan teori tentang jalannya penelitian kali ini. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini berjalan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah yang benar. Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (Mishra, 2005:43). Adapun penilitan yang dilakukan penulis ini adalah sebuah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan (Wiraatmaja; 2004: 11).
7
Penulis melakukan semacam ini karena penelitian yang akan penulis lakukan memenuhi kreteria sebagai berikut: 1. Problem yang dipecahkan merupakan praktis yang dihadapi penulis. 2. Peneliti memberikan perlakuan/treatment yang berupa tindakan terencana 3. Langkah- langkah yang peneliti lakukan berbentuk siklus. 4. Adanya langkah berfikir reflektif (Sukardi; 2008:211-212). Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Faisal, 1982: 42). Dalam hal ini veriabel yang dikontrol dan dimanipulatisi adalah media pengajarannya. Penelitian ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan praktik mengajar supaya lebih efektif, meningkatkan pemahaman tentang praktik mengajar, dan dapat digunakan untuk meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Bell; tt: 5). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas dengan tujuan penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran (Suharjono; 2008: 20). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut.
8
b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan bertindak memecahkan masalah kritis. c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah. d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Arikunto, 2008: 57). Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil. Hal ini bertujuan agar guru dapat: a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya. b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya. c. Mengkaji pemasalahan yang dialami. d. Mengembangkan profesionalismenya. Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang halhal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
9
Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai sebagai berikut: a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan. b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflektion (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
10
spiral dan tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1 Denah Pelaksanaan Tindahan
Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya media pembelajaran media elektronik.
11
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masingmasing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masingmasing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. 2. Subyek Penelitian a. Waktu Penelitian Penelitian ini penulis lakukan pada awal Mei sampai pertengahan Juni. Penelitian ini dilakukan pada akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 6 minggu dengan 3 siklus dengan masing- masing siklus selama 2 minggu atau 2 kali pertemuan. Siklus I Pertemuan pertama: hari Sabtu, 24 april 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 1 mei 2010. Siklus II Pertemuan pertama: hari Sabtu, 8 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 15 mei 2010. Siklus III Pertemuan pertama: hari Sabtu, 22 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 29 mei 2010. b. Tempat Penelitian Penilitian ini penulis lakukan di ruang kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang.
12
c. Subyek Penelitian Subyek penelitian kali ini adalah seluruh anak kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang yang berjumlah 24 anak yang terdiri dari 8 murid lakilaki dan 16 murid perempuan.
3. Langkah- Langkah a. Perencanaan 1) Menyusun tujuan instruksional. 2) Membuat skenario pembelajaran atau RPP. 3) Menyusun pre tes dan post tes. 4) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan. b. Tindakan 1) Melaksanakan doa. 2) Melaksanakan absesnsi siswa. 3) Melaksanakan pre test kepada siswa. 4) Analisis pre tes terhadap siswa untuk mengukur sejauh mana materi telah dikuasai sebelumnya. 5) Mempersiapkan media dan alat bantu yang diperlukan. 6) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran dan tentang tugas yang akan diberikan. 7) Guru membantu siswa menghafal bacaan shalat fardu. 8) Guru mengadakan post tes. c. Refleksi
13
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya
tindakan yang telah dilakukan,
Faktor-faktor
pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilamana perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi. 4. Instrumen Penelitian Adapun instrument/alat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Rencana pembelajaran ini merupakan suatu rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. b. Materi tentang bacaan shalat fardu. c. Buku Penunjang Lembar observasi pembelajaran. Lembar pembelajaran ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode drill terhadap kemampuan menghafal bacaan salta fardu. d. Instrumen Manusia 1) Peneliti Dalam penelitian tidakan kelas sebenarnya peneliti juga masuk sebagai intrumen penelitian. Sebagai instrumen penelitian seorang peneliti haruslah memiliki karakter sebagai berikut: a) Responsif. b) Adaptif. c) Menekankan aspek holistic. d) Pengembangan berbasis pengetahuan. e) Memproses dengan segera.
14
f) Mampu memberikan klarifikasi dan kesimpulan. g) Kesempatan eksplorasi. 2. Mitra Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan peran mitra sejawat untuk melakukan observasi terhadap guru sebagai peneliti. Hal ini diperlukan untuk menilai efektifitas jalannya kegiatan belajar- mengajar. Sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dinilai secara obyektif. Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan wali kelas II SDN 02 Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang Bpk Puji Hartono, S. Si. sebagai mitra. 5. Sumber Data 1) Dokumentasi. 2) Hasil 3 kali nilai kemampuan menghafal siswa sebelum menggunakan metode drill. 3) Hasil penilaian guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 4) Hasil pengamatan teman sejawat yang membantu sebagai mitra. 6. Analisa data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif. Pada metode observasi digunakan data kualitatif cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : a. Merekapitulasi hasil capaian . Dalam penelitian tindakan kelas, peningkatan kemampuan menghafal siswa sebagai hasil tindakan merupakan aspek paling diharapkan berkaitan erat dengan analisis tentang prestasi belajar siswa seperti: analisis daya serap,
15
ketuntasan belajar, dan nilai rata-rata. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : Ketuntasan belajar secara individu. Peserta dikatakan tuntas belajar secara individu bila memperoleh persentase daya serap individu 60% % daya serap secara klasikal Skor total seluruh peserta x 100% Skor idealseluruh soal Ketuntasan belajar secara klasikal. % ketuntasan belajar Jumlah siswa yang tuntas x 100% Jumlah seluruh siswa Peserta dikatakan tuntas belajar secara klasikal bila memperoleh persentase daya secara klasikal 75 % Rata-rata hasil belajar Nilai rata rata Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa b. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 60, sedangkan secara klasikal mencapai 75 % yang telah mencapai daya serap lebih dan sama dengan 60 %. c. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh mitra sejawat pada kegiatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan perhatian siswa H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut :
16
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan skripsi. Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Fardu dan Metode Drill Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi Deskripsi Pelaksanaan Siklus I, Deskripsi Pelaksanaan Siklus II dan Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi Deskripsi per siklus, Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan. Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi Kesimpulan dan SaranSaran.
17
BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Fardu 1. Pengertian Shalat fardu Asal makna kata shalat menurut bahasa adalah ”doa”, pengertian ini seiring dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al Ahzab 56
ۚ Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya Sedangkan shalat menurut istilah ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir serta disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Adapun fardu adalah sesuatu yang harus dilaksanakan bagi umat Islam. Sehingga shalat fardu adalah shalat yang harus dilaksanakan oleh setiap mukalaf. (Rasyid, 1990:53-56) Jadi shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
18
syara’. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim, diantaranya yaitu shalat fardhu atau shalat lima waktu merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim apabila telah memenuhi syaratsyarat untuk melaksanakannya. Dalil yang mewajibkan shalat diantaranya dalam QS Al Baqoroh ayat 43:
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku' 2. Tujuan Shalat Allah memerintahkan shalat kepada manusia tentulah ada tujuannya. Tujuan tersebut bukanlah untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun kelak di akherat. Sebelum melaksanakan shalat hendaknya terlebih dahulu kita ketahui apa sebenarnya tujuannya shalat itu: a. Supaya manusia menyembah hanya kepada Allah semata, tunduk dan sujud kepada-Nya.
Artinya: ...Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku. (QS. AtThaha: 14) b. Supaya menusia selalu ingat kepada Allah yang memberikan hidup dan kehidupan.
Artinya: Dirikanlah shalat itu untuk zikir kepada-Ku.38 (QS. Thaha:14)
19
c. Sebagai wujud taatnya kepada sang pencipta
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supya mereka menyembah kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat [51] : 56).
d. Supaya manusia dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan
ۚ Artinya: Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong bagi kamu, sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: [2] :153) e. Supaya manusia terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, yang akan mendatangkan kehancuran.
ۗ
ۗ
ۖ
Artinya: dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Ankabut [29] :45) Mengingat Allah akan menghindarkan kita dari segala bentuk kemalasan dan kelesuan, serta rasa tidak tenang dan ketakutan saat melakukan kesalahan dan kelalaian dalam menjalankan kewajiban. Mengingat Allah akan menghapus dan menjauhkan kecemasan dan ketakutan. Untuk mengukuhkan bukti-bukti di atas serta untuk menarik
20
manfaat lebih banyak lagi dari apa yang terbentang di alam raya, maka ayat di atas memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan kepada umatnya bahwa: Sesungguhnya shalat yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul- Nya senantiasa dapat mencegah untuk melakukan keterjerumusan dalam kekejian dan kemungkaran. Hal itu disebabkan karena substansi shalat adalah mengingat Allah. Siapa yang mengingat Allah dia terpelihara dari kedurhakaan, dosa dan ketidakwajaran, karena shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadahibadah yang lain. Ayat di atas menjadi bahan diskusi dan pertanyaan para ulama khususnya setelah melihat kenyataan bahwa banyak diantara kita yang shalat, tetapi shalatnya tidak menghalangi dari kekejian dan kemungkaran. Persoalan ini telah muncul jauh sebelum generasi masa kini, sebab shalatnya tidak khusyuk. Banyak pendapat ulama tentang pengaitan ayat ini dengan fenomena yang terlihat dalam masyarakat. Ada yang memahaminya dalam pengertian harfiah. Mereka berkata sebenarnya shalat memang mencegah dari kekejian. Kalau ada yang masih melakukannya maka hendaklah diketahui bahwa kemungkaran yang dilakukannya dapat lebih banyak daripada apa yang terlihat atau diketahui itu, seandainya dia tidak shalat sama sekali. Ada lagi yang berpendapat bahwa kata shalat pada ayat di atas bukan dalam arti shalat lima waktu itu, tetapi dalam arti doa dan ajakan ke jalan Allah. Seakan-akan ayat tersebut menyatakan: laksanakanlah dakwah, serta tegakkan amr ma.ruf karena itu mencegah manusia melakukan kekejian dan kemungkaran. Oleh sebab itu shalat adalah cara untuk memperoleh potensi keterhindaran dari keburukan dan tidak secara otomatis atau secara langsung
21
dengan shalat itu terjadi keterhindaran dimaksud. Sangat boleh jadi dampak dari potensi itu tidak muncul karena adanya hambatan-hambatan bagi kemunculannya, seperti lemahnya penghayatan atau adanya kelengahan yang menjadikan pelaku shalat tidak menghayati makna zikirnya. Karena itu, setiap kuat zikir seseorang dan setiap sempurna rasa kehadiran Alah dalam jiwanya, serta semakin dalam kekhusyu.an dan keikhlasan, maka setiap itu pula bertambah dampak pencegahan itu, dan sebaliknya kalau berkurang maka akan berkurang pula dampak tersebut. 3. Hikmah Shalat Allah mewajibkan ibadah Shalat tentu ada hikmah dibalik itu semua, dan
hikmah
itu
tentunya
diperuntukkan
bagi
orang-orang
yang
mengerjakannya. Banyak sekali hikmah yang terkandung didalam shalat, baik yang dihasilkan melalui bacaan maupun gerakan anggota badan, baik untuk kesehatan jasmani (fisik) maupun rohani (Psikis), baik dari kesehatan (ketundukan) sebagai hamba Allah maupun dari segi peribadatan. Salah satu hikmah shalat ialah dapat mencegah diri dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, dan masih banyak hikmah-hikmah yang ditimbulkan dari shalat antara lain: a. Mendekatkan Diri Kepada Allah Mendekatkan diri kepada Allah memang langkah yang bagus adalah dengan melaksanakan shalat. Dengan shalat kita sudah termasuk membangun agama islam artinya sudah termasuk salah satu cara untuk menegakkan agama Allah. Shalat yang dilakukan dengan benar atau melakukannya dengan khusyuk akan menimbulkan kedekatan diri terhadap Allah swt. Shalat
22
yang dimaksud disini tidak cukup hanya dengan gerakan dan ucapan, akan tetapi batin kita ikut shalat, atau lebih spesifiknya shalat yang bisa membawa kedekatan seorang hamba kepada Allah ialah shalat secara formal atau secara maknawi. Hal ini akan memberi dampak positif pada hamba dan akan membentuk kedekatan diri kepada Allah. Allah berfirman:
Artinya .....Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). ( QS. Al-.Alaq: 19) b. Mencegah dari Sifat Keji dan Mungkar
Artinya: .dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu bisa mencegah diri dari perbuatan keji dan muingkar., (QS. Al-.Ankabut [29] : 45) Apabila manusia meresapi benar-benar makna thaharah dan shalat dari awal sampai akhir, niscaya itu dapat membentuk pikiran dan hatinya dengan sebaikbaiknya. Bacaan shalat yang berisi puji-pujian, pengakuan, pengaduan, doa, dan sebagainya itu merupakan penuntunan ke arah yang kebaikan. Dengan meresapi benar-benar, tidaklah terpikir untuk jahat Hikmah besar yang ditimbulkan oleh shalat adalah terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Hikmah itu akan tampak dari cerminan akhlak seseorang dalam pergaulan sehari-hari. Inilah kiranya yang dikehendaki Allah dalam firmannya diatas. Ayat tersebut mengandung arti bahwa hakekat shalat itu adalah .membersihkan diri dari perbuatan keji yang membawa kehinaan dan kemiskinan diri dari perbuatan yang busuk, sedangkan yang memelihara
23
seseorang dari perbuatan keji, dosa dan kemungkaran adalah shalat itu sendiri, karena shalat itu memelihara seseorang, selama orang tersebut memelihara shalatnya. c. Shalat menimbulkan Jiwa Yang Tenang Firman Allah SWT:
Artinya ..Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Allah....(QS. Thahaa: 14). Salah satu hikmah shalat ialah bisa menimbulkan ketenangan
bagi diri seseorang. Jiwa yang tenang itu merupakan sebuah tingkat lanjutan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapainya. Pada tingkat ketenangan, seseorang bisa merasa puas pada kehidupan, pekerjaan, dan keluarga. Semakin kita menyelam ke dalam, hati kita menjadi semakin terbuka dan kita mampu menyentuh percikan ilahiah di lubuk hati terdalam. Kalau perjuangan batiniyah telah usai, akhirnya tabir terakhir, yakni rasa keberadaan yang terpisah, menjadi tersingkap, dan tiada sesuatupun yang tertinggal, kecuali sifat ketuhanan d. Memiliki Sikap Disiplin Dan Tanggung Jawab Disiplin adalah sikap mentaati persatuan dan tata tertib, sedang disiplin disini dimaksudkan untuk ketepatan waktu dan kekhusyuan seseorang dalam mengerjakan shalat setiap hari, sehari semalam. Panggilan shalat adalah manifestasi dari rasa tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah, atas kewajiban yang harus dilaksanakan, shalat yang ditentukan waktunya oleh Allah untuk mengingatkan manusia akan tanggung jawabnya. Waktuwaktu yang telah ditentukan untuk melaksanakan shalat apabila kirta perhatikan akan mempunyai makna besar sekali sejak kita bangun difajar pagi
24
sampai kita akan tidur lagi. Siang hari misalkan tatkala kita disibukkan oleh perkerjaan, kita disuruh berhenti sejenak melepaskan kesibukan kita untuk mengingat Allah. Dengan pengaturan waktu shalat, akan membuat dampak atau efek disiplin dalam hidup kita. Dengan kewajiban shalat lima waktu sehari semalam, seorang muslim tentu seseorang yang memperhatikan perjalanan masa dan sadar tentang peredaran waktu. Kesadaran akan pentingnya waktu akan membawa hidup yang teratur dan hidup yang penuh manfaat. Waktu diibaratkan seperti pedang, dan waktu itu diibaratkan sebagai uang, tentu amat rugi bagi orang-orang yang tidak dapat mempergunakan
waktunya. e. Memupuk Rasa Solidaritas, Persatuan Dan Kesatuan Untuk mencapai jiwa persatuan tentulah banyak metode diberikan dalam ajaran islam, salah satunya adalah shalat. Shalat merupakan bentuk ibadah pertama yang diwajibkan kepada muslim baligh, berakal sehat dan suci dari haid dan nifas (bagi perempuam). Dalam kewajiban ini tidaklah dibedakan antara kewajiban orang berpangkat dengan rakyat jelata, orang kaya dengan orang miskin, orang berpendidikan tinggi dengan orang yang tidak berpendidikan, semua dihukumi wajib shalat, baik dikala sehat maupun dikala sakit, baik dikala ditempat maupun diperjalanan, baik dikala aman bahkan dikala terjadi peperangan wajib mendirikan shalat dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Dalam ibadah shalat, .kesadaran manusia vertical spiritual dan aksi sosial itu disimbolisasikan dengan ucapan takbir dipermukaan shalat dan diakhiri dengan salam sambil menengok kekanan dan kekiri. Keduanya merupakan bahasa permorfatif dan deklaratif bahwa setiap muslim yang
25
selalu menegakkan perintah shalat baru akan bermakna shalatnya kalau di lanjuti dengan sikap kepedulian sosial secara nyata. f. Melatih konsentrasi Shalat yang dilakukan dengan cara yang khusyuk akan melatih konsentrasi
pikiran,
perasaan,
kemauan
dan
hatinya
dipusatkan
(dikonsentrasikan) dan berzikir serta berdoá membaca fatihah dan membaca surat serta membaca bacaabacan shalat. Semuanya dilakukan dengan memusatkan pikiran dan pemahaman serta renungan akan isi, makna dan maksud yang terkandung dalam rangkaian kalimat tersebut..68 Hal yang demikian akan membiasakan orang terlatih konsentrasi dan memusatkan pikiran, perhatian dan perasan serta kemauannya dalam segala persoalan. Hasilnya adalah mampu menghadapi persoalan dengan konsentrasi dan perhatian yang penuh, membimbing dengan seksama, memperhatikan dengan teliti dan menghadapi masalah dengan sebaikbaiknya, barulah akan mengambil keputusan terbaik. 4. Bacaan Shalat Dalam melaksanakan sholat, maka ada berbagaimacam bacaan yang dibaca selama menjalankan ibadah tersebut. Ada yang wajib, ada pula yang sunah. Banyak pendapat tentang bacaan shalat tersebut. Namun disini penulis hanya membatasi diri dengan bacaan shalat sesuai dengan meteri PAI kelas dua yaitu a. Takbirotul ikhrom
b.
Doa iftitah
26
c. Surah Fatahihah
d. Surah pilihan misalnya surah al asr:
e. Bacaan ketika rukuk
f. Bacaan ketika i’tidal
27
g. Bacaan ketika sujud
h. Bacaan ketika dududuk antara dua sujud
i.
Bacaan tasyahud
j.
Salam
5. Macam-macam shalat fardhu
28
Shalat fardhu ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An Nisa’:103
ۚ ۚ Atinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman Juga hadits nabi:
Artnya:Apakah amal yang paling di cintai Allah, Nabi menjawab: shalat pada waktunya.(Shohih Muslim; hadits no:504) Umat muslim diperintahkan untuk menunaikan berdasarkan dengan waktunya masing masing (Rasyid; 1990: 61-62). a. Zhuhur Awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan semua itu. Sebagaimana sabda Rasululah SAW:
Artinya: Waktu dhuhur ialah apabila matahari samapai terjadinya bayangan seseorang seperti bayangannya selagi belum masuk waktu asar (al Bukhari, 1997, no: 612) b. Ashar Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai terbenamnya matahari.
29
Arinya: Dari Abu Huraihor ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: apabila kamu menemukan satu sujud dari sholat asar sebelum terbenam matahari maka sempurnakanlah shalatnya. (Shahih Muslim, hadits no:531) c. Maghrib Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq (awal senja) merah.
Artinya: waktu maghrib adalah sebelum hilangnya syafaq (al Bukhari, 1997, no: 612) d. Isya’ Waktunya mulai dari tebenam syafaq (awal senja), hingga terbit fajar. e. Subuh Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari.
Artinya: Dan waktu shalat subuh adalah sampai terbit matahari: (al Bukhari, 1997, no: 612) B. Metode Drill 1. Metode Pembelajaran Kajian tentang metode pembelajaran secara akademis telah dikembangkan sejak 2500 tahunan yang lalu. Seorang filosof bernama Plato yang hidup sekitar 427-347 sebelum Nabi Isa lahir dengan metode pembelajarannya ”dialougue” atau sekarang dikenal dengan metode diskusi.
30
Perkataan metode pembelajaran atau intructional method berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti dibalik atau di belakang hodos berarti melalui atau jalan (Rasyad; 2003:100) Plato sendiri memberikan definisi pembelajaran adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang telah dicapai (Yunus; 1999: 5). Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159). Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya diperlukan suatu strategi yang dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud, cara menyelidiki (Poerwadarminta; 1986: 649). Sedangkan metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar
31
pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir, 1998: 131). Kemudian dari dalam Ensiklopedi Pendidikan, metode diartikan sebagai jalan, cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Jadi dari bebrapa pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa metode adalah cara yang tepat dan terencana untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Seorang guru dalam proses pembelajaran tentu tidak dapat lepas dari penggunaan metode-metode pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran yang disampaikan dapat terserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan. Jadi seorang guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menghambat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Sedangkan apabila metode yang digunakan guru tepat, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Pada kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Begitu juga dengan metode yang digunakan, untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk
32
memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau untuk menjawab suatu pertanyaan tertentu, akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi berbagai persoalan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran. Hal-hal tersebut adalah (1) metode mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa, (2) mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, (3) dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan), (4) harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi, (5) mampu menyajikan materi yang bersifat pengalaman atau situasi nyata dan bertujuan, (6) dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, guru dapat menggunakan metode yang tepat untuk membelajarkan suatu materi kepada siswanya dan dengan metode tersebut tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ketika sebuah pembelajaran mengalami hambatan untuk mencapai tujuannya dengan efektif maka sebuah metode memegang peranan yang penting. Sebuah metode pembelajaran mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik Metode berfungsi sebagai alat ekstrinsik karena dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran yang lebih hidup di dalam kelas.
33
Motifasi ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar b. Sebagai strategi pembelajaran Ini terlepas dari unsur utama pembelajaran yaitu guru, peserta didik dan bahan ajar c. Sebagai alat mencapai tujuan Pembelajaran selalu mempunyai tujuan yang berbeda. Tentu saja perberbedaan tujuan pembelajaran yang ditentukan membuat seorang guru harus menggunakan metode yang berbada untuk mencapainya. Sehingga penggunaan metode yang tepat
akan mempermudah
pencapaian tujuan pembelajaran yang ditentukan. Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai.
Perlu
diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi beberapa
34
metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi. Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab, pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk: a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan. b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa. c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya (Usman, 2003: 84). Selanjutnya pengertian tentang pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
telah
dijelaskan
bahwa
kata
pembelajaran
itu
sendiribermakna proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari
35
metode pembelajaran adalah suatu taktik atau trik yang harus dikuasai dan diterapkan pendidik dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pada dasarnya proses belajar mengajar mempunyai suatu paradigma. Paradigma lama mengatakan bahwa proses belajar mengajar cenderung di istilahkan
sebagai
suatu
pengajaran,
yang
mana
term
ini
lebih
dikonsentrasikan pada kegiatan pendidik dan tidak pada peserta didik, proses belajar mengajar dapat dikatakan tercapai maksud dan tujuannya bila pendidik telah mnyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Jadi term ini sama sekali tidak dikaitkan dengan proses belajar. Berbeda dengan paradigma baru yang mengatakan bahwa proses belajar cenderung di istilahkan sebagai suatu pembelajaran tidak lagi sebagai pengajaran. Artinya term pembelajaran ini sudah mulai dikaitkan dengan proses belajar peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih dikhususkan oleh aktifitas siswa, dengan tidak melepas peranan pendidik. Seorang guru dituntut
untuk memiliki keterampilan dalam
menentukan atau memilih kegiatan yang tepat dan efektif. Untuk mencapai tujuan dari pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain guru dituntut untuk dapat menentukan metode pembeljaran yang tepat dan efektif. Namun tidak ada strategi pembelajaran yang baik untuk semua situasi dan kondisi. Setiap situasi dan kondisi tertentu memiliki metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Oleh karena itu guru harus mengetahui dasar-dasar pemilihan metode pengajaran agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.
36
Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai macam metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dari diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru sendiri maupun pagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut: a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun perencanaan, proses pembelajaran dan evaluasi. b. Adanya keterlibatan intelectual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap. c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran d. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan koordinator kegiatan relajar siswa bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas. e. Biasakan menggunakan berbagai metode, media dan alat secara bervariasi (Asrori, 2008: 91). Langkah selanjutnya dalam proses pemilihan strategi pembelajaran adalah penentuan lingkungan belajar. Dalam hal ini ada tiga setting belajar dan studi independen atau kerja praktek. Masing- masing dari ketiga tersebut mempunyai strategi pembelajaran sendiri- sendiri. Untuk ketiga kelas besar lebih cocok di gunakan metode ceramah atau diskusi kelompok, untuk kegiatan laboratorium lebih tepat di gunakan alat- alat, dan kegiatan studi praktek karena dengan praktek akan memungkinkan siswa mendapat
37
pengalaman langsung mengenai tanggungjawab yang akan diembannya kelak. Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Jika ditelusuri lebih jauh tentang kompetensi profesional, kemudian dibandingkan
dengan
apa
yang
harus
dilakukan
dalam
metode
pembelajaran, dapat diperoleh kesan bahwa: a. Dalam metode pembelajaran diperlukan landasan, baik filosofis, psikologis maupun teori-teri dalam belajar. b. Dalam
pengembangan
isi
atau
materi
diperlukan
kemampuan
mengorganisasi materi dalam pembelajaran dan urutan yang rasional. c. Dalam melaksanakan prses pembelajaran sebagai implementasi metode pembelajaran
diperlukan
kemampuan
mengangani
pelajaran,
menggunakan alat, metode dan fasilitas belajar. d. Untuk menilai hasil pencapaian pembelajaran diperlukan kemampuan mengevaluasi.
38
e. Pada tingkat yang lebih tinggi metode pembelajaran diarahkan untuk menumbuhkan kepribadian siswa sesuai dengan tujuan akhir pendidikan yang hendak di capai (Asrori, 2008: 97). Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Ada banyak sekali metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik, salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode drill/ latihan. Seberapa efektifkah metode ini dan bagaimanakah metode ini dipergunakan dalam proses pembelajaran ? 2. Metode Drill Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihanlatihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Winarno Surachmad (1979) menyatakan metode drill atau disebut metode latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktik suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan (Basyirudin, 2002: 55). Sedangkan Menurut Zuhairini (2002) metode drill adalah suatu metode dalam pembelajaran dengan cara melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Sedangkan Roestiyah NK (2002) menyatakan matode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa
39
melakukan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Sedangkan Zakiyah Darojat dkk mengatakan bahwa, penggunaan istilah ”latihan” sering disamakan dengan istilah ”ulangan” padahal yang dimaksud berbeda. Latihan dimaksudkan agar penetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki anak didik dan dikuasai sepenuhnya. Sedangkan ulangan adalah hanya sekedar untuk mengukur sejauhmana ia menyerap pelajaran tersebut (Armai, 2002:175). Metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dsb. Metode ini Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulangulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan
situasi
belajar
yang
realistis,
ia
akan
berusaha
melatih
keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut
respons
yang
berubah,
maka
keterampilan
akan
lebih
disempurnakan. Metode drill/latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan. Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar.
40
Hakekat metode drill adalah pembiasaan. Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan yang instan biasanya melupakan aspek pembiasaan ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan maka akan menjadi suatu tradisi yang sulit dilupakan (Azizy, 2004:147). Metode drill tidaklah dapat digunakan kepada semua materi pelajaran. Metode ini wajar digunakan untuk : a.
Kecakapan motoris,
misalnya:
menggunakan alat-alat
(musik,
olahraga, menari, pertukangan dan sebagainya). b.
Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya. Adapun dalam menggunakan metode drill ini hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain: a.
Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
b.
Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan.
c.
Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d.
Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e.
Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula. Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi
syarat sebagai berikut
41
a. Sebelum dimulai pelajaran, hendaknya diawali dahulu dengan pemberian materi. b. Metode yang dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis. c. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal itu dimungkinkan agar tidak membosankan siswa. d. Maksud diadakannya latihan ulangan harus memiliki tujuan yang lebih luas. e. Latihan diatus sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa (Armai, 2002: 175-176) Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud / tercapai. Karena tidak ada satupun metode didunia ini yang sempurna. Namun demikian metode mengajar yang digunakan oleh guru tidak ada yang dia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat dan dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat disebut dampak langsung (intructional effects), sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang lama dinamakan dampak pengiring (nurturant effects) (Djamarah, 2000: 193). Karena itu setiap metode selalu memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapan kelebihan metode drill antara lain: a. Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
42
b. Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan,
pembagian,
tanda-tanda/simbol,
dan
sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. d. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya. e. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari. f. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan kelemahan metode drill a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. b. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis. c. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis.
43
d. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. Adapaun usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kelemahan metode drill ini antara lain: a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb. b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai. c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan. d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan dari hal-hal yang bersifat keterpaksaan. e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik (Saputra dan Aly, 2003:189190). Adapun pelaksanaan metode drill sendiri menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Dril hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. b. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas. 1) Sebelum dilakukan anak didik perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu sendiri.
44
2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan mereka selanjutnya 3) Siswa harus mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar c. Latihan itu pertama-tama harus ditekankan pada diagnosa: 1) Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang mengurus 2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul 3) Respon yang benar harus dikenal siswa, respon yang salah harus diperbaiki 4) Siswa memerlukan waktuuntuk mewarisi latihan, perkembangan arti dan kontrol 5) Di dalam latihan, pertama-tama ketetapan, kemudian kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus tercapat. d. Masa latihan harus relatif singkat, tetapi sering dilakukan pada waktu lain. e. Masa latihan harus menarik, gembira dan menyenangkan. 1) Agar hasilnya memuaskan, minat intristif diperlukan 2) Setiap kemajuan siswa harus jelas 3) Hasil latihan terbaik harus sedikit menggunakan emosi. f. Pada wal latihan harus mendahulukan proses yang esensial. g. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan dengan perbedaan individu. 1) Tingkat kecakapan yang diterima pada suatu saat tidak harus sama 2) Latihan secara perseorangan sangat perlu untuk menambah latihan kelompok (Armai, 2002: 176-178) Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini ada dua fase. Pertama fase integratif dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada
45
fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. Kedua, fase penyempurnaan atau fase penelitian di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian yang menuntut praktek yang berulang kali. Jadi tujuannya bukan lagi untuk ketangkasan tapi utnuk mendalami arti (Basyiruddin, 2002: 57).
46
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini penulis lakukan pada awal Mei sampai pertengahan Juni tahun 2010. Penelitian ini dilakukan pada akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010. penelitian dilakukan selama kurang lebih 6 minggu dengan 3 siklus dengan masing- masing siklus selama 2 minggu atau 2 kali pertemuan. Siklus I Pertemuan pertama: hari Sabtu, 24 april 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 1 mei 2010. Siklus II Pertemuan pertama: hari Sabtu, 8 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 15 mei 2010. Siklus III Pertemuan pertama: hari Sabtu, 22 mei 2010. Pertemuan kedua: hari Sabtu, 22 mei 2010. Sebagai catatan bahwa di daerah Kec. Susukan untuk Sekolah Dasar pada hari Sabtu tidak diadakan Jadwal Pelajaran Regular namun diisi untuk pengembangan siswa. Untuk itu penulis menggunanakan waktu tersebut untuk melakukan penelitian Penilitian ini penulis lakukan di ruang yang biasa untuk melakukan proses belajar-mengajar kelas II di SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang. Subjek penelitian kali ini adalah seluruh anak kelasII SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang yang berjumlah 24 anak yang terdiri dari 12 murid
47
laki- laki dan 12 murid perempuan. Adapun secara rinci daftar siswa II SDN Kenteng 02 Kab. Semarang tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas II SDN Kentang 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Tahun 2010 No
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Rangking Kelas
Pekerjaan Orang tua
1
Afifatul Umayah
P
8
3
Sopir
2
Ahmad Zaenul Falaq
L
7
6
Tani
3
Devi Wulandarai
P
7
5
Kadus
4
Hasan Setyawan
L
7
9
Karyawan Pabrik
5
Ricky Setyawan
L
7
10
Pedagang
6
Ika Nur Aini
L
8
8
Sopir
7
Indah Puspita Putri
P
7
1
Karyawan Pabrik
8
Oktavia Wulandari
P
8
11
Buruh
9
Eslin Ernawati
P
7
2
Karyawan Toko
10
Rahmad S
L
8
15
Buruh
11
Neli Hidayati
P
7
4
Pedagang
12
Wahyu Setyawan
L
8
17
Sopir
13
Rama bintang P
L
7
16
Teknisi
14
Alip Hakim
L
7
19
PNS
15
Ridho Hanafi
L
8
22
PNS
16
M Rifki Setyawan
L
8
20
Tani
17
Egi Cahyo Prasetyo
L
7
7
Buruh
18
M Zaki
L
8
14
Sopir
19
Ita Melawati
P
8
18
Sopir
20
Uafa Nahradila
P
7
17
Tani
21
Endang Sri S
P
7
8
Karyawan Pabrik
22
Yunus Fajar
L
7
13
Pedagang
23
Salsabila Ayu Y
P
7
23
Guru Swasta
24
Zaenal Arifin
L
7
24
Tani
A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
48
Pelaksanaan tindakan siklus pertama, dalam dua pertemuan yaitu sebagai berikut. 1. Petemuan pertama Hari, tanggal : Sabtu, 24 april 2010 Waktu
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30)
Tempat
: Ruang Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab.
Semarang 2. Pertemuan ke dua Hari, tanggal : Hari Sabtu, 1 mei 2010 Waktu
: Jam Ke-IV dan Ke-V (09.00 - 10.30)
Tempat
: Ruang Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab.
Semarang Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Mata Pelajaran
: PAI
Kelas/ Semester
: II/2
Standar Kompetensi : 1 Memahami bacaan shalat fardu Kompetensi Dasar
:1.2. membaca doa iftitah
Indikator
:
Siswa mampu membaca doa iftitah dengan benar Siswa mempu menghafalkan doa iftitah Siswa mampu mempraktekkan bacaan doa iftitah Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian doa iftitah dalam shalat fardu 2. Menghafalkan doa iftitah Materi Pembelajaran 1. Bacaan shalat fardhu
49
2. Bacaan doa iftitah Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Drill Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu bacaan shalat fardhu b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi bacaan doa iftitah. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan. e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru memimpin doa 2) Guru mengabsensi siswa 3) Guru mengadakan pree test. 4) Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan contoh bacaan doa iftitah 2) Siswa menirukan bacaan doa iftitah.
50
3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan doa iftitah sebanyak 3 kali. 5) Guru memberikan bimbingan selama siswa menghafal.
c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugah menghafal satu persatu 2) Siswa melaksakan tugas menghafal 3) Guru menutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati meliputi 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Ketekunan siswa dalam menghafal. b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: 1) Kehadiran Guru. 2) Penampilan guru di depan kelas. 3) Penyampaian materi pelajaran. 4) Pengelolaan kelas. 5) Pendangan dan suara guru. 6) Bimbingan guru kepada siswa. 7) Ketepatan waktu.
51
3. Refleksi Dari 24 siswa ternyata banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti metode pembelajaran drill ini. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang dari guru khususnya dalam mempersiapkan materi pembelajaran. Hal yang menonjol adalah siswa belum mampu mengikuti bacaan yang dicontohkan oleh guru karena banyak yang kuran jelas. Pada Siklus I siswa masih menganggap menghafal itu merupkan mainan saja yang tidak mengandung unsur pendidikannya, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang. Dengan melihat hasil belajar dari 24 siswa terdapat 50 % yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar klasikal yaitu mendapat nilai kurang dari 60, sedang siswa yang tuntas belajar ada 50% yang dapat dikategorikan tuntas belajar klasikal dengan rata- rata nilai kelas 6. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 4.1 Gambar 4.1 Denah Siklus I Perencanaan - Mempersiapkan materi pembelajaan yaitu bacaan doa iftitah. - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif berupatugas menghafal - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Peghafalan bacaan doa iftitah dengan berulang-ulang - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas menghafal
Refleksi - Perhatian anak masih kurang - Nilai ketuntasan juga masih kurang - Terjadi peningkatan dari tes formatif sebelumnya - Masih terkendala suara yang kurang jelas
52
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus pertama, dalam dua pertemuan yaitu sebagai berikut. 1. Petemuan pertama Hari, tanggal : Hari Sabtu, 8 mei 2010 Waktu
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30)
Tempat
:Ruang Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang
2. Pertemuan ke dua Hari, tanggal : Hari Sabtu, 15 mei 2010 Waktu
: Jam Ke-IV dan Ke-V (09.00 - 10.30)
Tempat
:Ruang Kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Mata Pelajaran
: PAI
Kelas/ Semester
: II/2
Standar Kompetensi : 1 Memahami bacaan shalat fardu Kompetensi Dasar
:1.2. membaca bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk
antara kedua sujud Indikator
:
1.2.1 Siswa mampu membaca bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud dengan benar
53
1.2.2 Siswa mempu menghafalkan bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud. 1.2.3 Siswa mampu mempraktekkan bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud dalam shalat fardhu. 2. Menghafalkan bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud Materi Pembelajaran 1. Bacaan shalat fardu 2. Bacaan bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Drill Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu bacaan shalat fardu b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan.
54
e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan.
2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru memimpin doa 2) Guru mengabsensi siswa 3) Guru mengadakan pre test. 4) Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan contoh bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud 2) Siswa menirukan bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud. 3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan ruku’, i’tidal, sujud dan duduk antara kedua sujud sebanyak 3 kali. 5) Guru emberikan bimbingan selama siswa menghafal. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugah menghafal satu persatu 2) Siswa melaksakan tugas menghafal 3) Guru meneutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut:
55
a. Siswa Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati meliputi 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Ketekunan siswa dalam menghafal. b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: 1) Kehadiran guru. 2) Penampilan guru di depan kelas. 3) Penyampaian materi pelajaran. 4) Pengelolaan kelas. 5) Pendangan dan suara guru. 6) Bimbingan guru kepada siswa. 7) Ketepatan waktu. 3. Refleksi Pada Siklus II ini siswa yang kurang perhatian sudah berkurang, jika dibandingkan dengan Siklus I, hal ini dikarenakan siswa sebagian besar secara mandiri telah cukup menguasai bacaan tersebut, sehingga anak sudah mulai memperhatikan dengan baik. Selain itu bimbingan guru terhadap siswa serta motivasi yang diberikan cukup membuat anak mengerti pentingnya bacaan tersebut dengan materi pembelajaran. Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal dari 24 siswa menjadi 22,7%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 77,3%
56
dengan nilai rata-rata pada Siklus II 66. berarti ada peningkatan kemapuan siswa dalam hasil belajar siswa. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 4.2
Gambar 4.2 Denah Siklus II Perencanaan - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif berupa tugas menghafal - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Penghafalan bacaan surah fatikhah - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas menghafal
Refleksi - Perhatian anak baik. - Nilai ketuntasan juga baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Pelaksanaan tindakan siklus pertama, dalam dua pertemuan yaitu sebagai berikut. 1. Petemuan pertama Hari, tanggal : :Hari Sabtu, 22 mei 2010 Waktu Tempat
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30) : Ruang Kelas II SDN Kenteng
02 Kec. Susukan Kab.
Semarang 2. Pertemuan ke dua Hari, tanggal : :Hari Sabtu, 22 mei 2010 Waktu
: Jam Ke-IV dan Ke-V (09.00 - 10.30)
Tempat
: Ruang Kelas II SDN Kenteng Semarang
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut:
02 Kec. Susukan Kab.
57
Mata Pelajaran
: PAI
Kelas/ Semester
: II/2
Standar Kompetensi : 1 Memahami bacaan shalat fardu Kompetensi Dasar
:1.2. membaca bacaan tasyahud akhir.
Indikator
:
1.2.1 Siswa mampu membaca bacaan tasyahud akhir dengan benar 1.2.2 Siswa mempu menghafalkan bacaan tasyahud akhir. 1.2.3 Siswa mampu mempraktekkan bacaan tasyahud akhir Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian bacaan tasyahud akhir dalam shalat fardu. 2. Menghafalkan bacaan tasyahud akhir Materi Pembelajaran 1. Bacaan shalat fardu 2. Bacaan bacaan bacaan tasyahud akhir Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Drill Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu bacaan shalat fardhu b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
58
c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi bacaan tasyahud akhir. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan. e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal a. Guru memimpin doa b. Guru mengabsensi siswa c. Guru mengadakan pre test. d. Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru mmemberikan contoh bacaan tasyahud akhir 2) Siswa menirukan bacaan tasyahud akhir. 3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan tasyahud akhir sebanyak 3 kali. 5) Guru emberikan bimbingan selama siswa menghafal. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugah menghafal satu persatu 2) Siswa melaksakan tugas menghafal 3) Guru meneutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa
59
Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati meliputi 4) Kehadiran siswa 5) Perhatian siswa terhadap guru 6) Ketekunan siswa dalam menghafal. b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: a. Kehadiran guru. b. Penampilan guru di depan kelas. c. Penyampaian materi pelajaran. d. Pengelolaan kelas. e. Pendangan dan suara guru. f. Bimbingan guru kepada siswa. g.
Ketepatan waktu.
3. Refleksi Siswa
yang
memperhatikan
17
anak
(70,8%),
siswa
kurangan
memperhatikan 5 anak (20,8%) sedangkan siswa tidak memperhatikan 2 anak (8,4%). Adapun hasil ketuntasan belajar siswa yang tuntas belajar ada 22 Siswa (91,7 %) sedangkan yang tidak tuntas 2 siswa (8,3 %) Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus III perhatikan gambar 4.3 Gambar 4.3 Denah Siklus III Perencanaan - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Penghafalan bacaan tasyahud akhir. - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas formatif
Refleksi - Perhatian anak sudah cukup baik. - Nilai ketuntasan juga sudah baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya - Siklus penulis rasa cukup
60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus I Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I, maka diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus I No
Nama siswa
Baik
Cukup
Kurang
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
1
3
Devi Wulandarai
1
4
Hasan Setyawan
1
5
Ricky Setyawan
6
Ika Nur Aini
7
Indah Puspita Putri
8
Oktavia Wulandari
9
Eslin Ernawati
10
Rahmad S
11
Neli Hidayati
12
Wahyu Setyawan
13
Rama bintang P
1
14
Alip Hakim
1
15
Ridho Hanafi
16
M Rifki Setyawan
17
Egi Cahyo Prasetyo
18
M Zaki
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
61
19
Ita Melawati
1
20
Uafa Nahradila
21
Endang Sri S
1
22
Yunus Fajar
1
23
Salsabila Ayu Y
1
24
Zaenal Arifin
1
1
Keterangan Siswa yang memperhatikan
: 9 anak (37,5%)
Siswa Kuranga memperhatikan
: 8 anak (33,3%)
Siswa Tidak memperhatikan
: 7 anak (29,2%)
Adapun dari hasil test formatif pada siklus I ini tersaji pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Tugas Menghafal Siklus I No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
7
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
6
T
3
Devi Wulandarai
5
TT
4
Hasan Setyawan
5
TT
5
Ricky Setyawan
6
T
6
Ika Nur Aini
5
TT
7
Indah Puspita Putri
8
T
8
Oktavia Wulandari
6
T
9
Eslin Ernawati
8
T
10
Rahmad S
5
TT
11
Neli Hidayati
8
T
12
Wahyu Setyawan
5
TT
13
Rama bintang P
5
TT
14
Alip Hakim
5
TT
15
Ridho Hanafi
5
TT
16
M Rifki Setyawan
5
TT
17
Egi Cahyo Prasetyo
8
T
18
M Zaki
5
T
19
Ita Melawati
4
TT
62
20
Uafa Nahradila
5
TT
21
Endang Sri S
9
T
22
Yunus Fajar
8
T
23
Salsabila Ayu Y
7
T
24
Zaenal Arifin
5
TT
Rata- Rata
6
Keterangan Tuntas (T)
: 12 siswa ( 50 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 12 siswa (50%)
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus I diperoleh data sebagaimana terjadi pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus I Item yang diamati
Siklus I
Pendahuluan a.
ketepatan kehadiran
4,0
b.
penampilan
4,0
c.
apersepsi
2,5
Penerapan a.
penyampaian materi
3,5
b.
bantuan terhadap siswa
3,0
c.
keaktifan berkeliling
3,0
a.
ketepatan waktu
3,4
b.
pembagian tugas
3,3
c.
menutup kelas
3,2
Penutup
Rata- rata
Keterangan:
3,3
63
A nilai
:3,1 - 4,0
B nilai
:2,1 - 3,0
C nilai
:1,1 - 2,0
D nilai
:0,1 - 1,0 Didasarkan atas hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini dari 24
siswa
ternyata
banyak
siswa
yang
kurang
memperhatikan
atau
tidak
memperhatikan. Hal ini disebabkan selain metode pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang dari guru khususnya dalam mempersiapkan materi dan media pembelajaran. Hal yang menonjol adalah suara yang kurang jelas untuk ukuran 24 orang siswa. Pada Siklus I siswa masih menganggap pemutaran film itu merupkan mainan saja yang tidak mengandung unsur pendidikannya, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang.Dengan melihat hasil belajar dari 24 siswa terdapat 50 % yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar klasikal yaitu mendapat nilai kurang dari 60, sedang siswa yang tuntas belajar ada 50% yang dapat dikategorikan tuntas belajar klasikal dengan rata- rata nilai kelas yitu nilai 6. Dari data dan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I ini diperoleh hasil sebagai berikut:
64
a. Adanya beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran, karena kurang sosialisasi dari guru, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif guru selain menjelaskan materi pelajaran guru juga harus menjelaskan bahwa hafalan tersebut mempunyai keterkaitan yang kuat dengan materi. b. Adanya beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti proses pembelajaran karena kurang dapat mengikuti contoh yang diberikan oleh guru mengingat jumlah anak dalam satu kelas sebanyak 24 anak namun peralatan audio yang disiapkan kurang menjangkau seluruh kelas. c. Masih adanya beberapa siswa yang belum dapat menghafal dengan benar meskipun sudah lengkap namun terdapat kesalahan. Hal ini dikarenakan apa bila siswa mengalami kesulitan menghafal cenderung untuk mengucapkan secara asal-asalan yang penting membaca. Oleh karena itu guru dalam menjelaskan materi pelajaran jangan hanya memperhatikan yang pandai saja sehingga siswa yang kurang pandai tertinggal, di samping itu juga dalam memberikan contoh jangan terlalu cepat agar bisa diterima oleh siswa yang kurang pandai. d. Secara garis besar siklus I berlangsung cukup baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 6,0 namun masih lebih baik dibandingkan 3 kali tes formatif yang dilaksanakan sebelum penggunaan media elektronik. 2. Siklus II Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II, maka deperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.4
65
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus II No
Nama siswa
Baik
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
3
Devi Wulandarai
4
Hasan Setyawan
5
Ricky Setyawan
6
Ika Nur Aini
1
7
Indah Puspita Putri
1
8
Oktavia Wulandari
9
Eslin Ernawati
10
Rahmad S
1
11
Neli Hidayati
1
12
Wahyu Setyawan
1
13
Rama bintang P
1
14
Alip Hakim
1
15
Ridho Hanafi
1
16
M Rifki Setyawan
1
17
Egi Cahyo Prasetyo
1
18
M Zaki
1
19
Ita Melawati
1
20
Uafa Nahradila
1
21
Endang Sri S
1
22
Yunus Fajar
1
23
Salsabila Ayu Y
1
24
Zaenal Arifin
Keterangan
Cukup
Kurang
1 1 1 1
1 1
1
66
Siswa yang memperhatikan
: 12 anak (50%)
Siswa Kurang memperhatikan
: 8 anak (33,3%)
Siswa Tidak memperhatikan
: 4 anak (16,7%)
Adapun hasil tugas menghafal pada siklus II ini, didapatkan hasil sebagai tersaji pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Tugas Menghafal Siklus II No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
7
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
T
3
Devi Wulandarai
6
T
4
Hasan Setyawan
5
TT
5
Ricky Setyawan
8
T
6
Ika Nur Aini
7
T
7
Indah Puspita Putri
5
TT
8
Oktavia Wulandari
9
T
9
Eslin Ernawati
6
T
10
Rahmad S
8
T
11
Neli Hidayati
6
T
12
Wahyu Setyawan
5
TT
13
Rama bintang P
6
T
14
Alip Hakim
6
T
15
Ridho Hanafi
5
TT
16
M Rifki Setyawan
7
T
17
Egi Cahyo Prasetyo
5
TT
18
M Zaki
7
T
19
Ita Melawati
7
T
20
Uafa Nahradila
6
T
67
21
Endang Sri S
8
T
22
Yunus Fajar
8
T
23
Salsabila Ayu Y
9
T
24
Zaenal Arifin
6
T
Rata- Rata
6,6
Keterangan Tuntas (T)
: 19 Siswa ( 77,3 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 5 siswa (22,7%)
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus II diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II Item yang diamati
Siklus II
Pendahuluan a. ketepatan kehadiran
4,0
b. penampilan
4,0
c. apersepsi
3,0
Penerapan a. penyampaian materi
3,8
b. bantuan terhadap siswa
3,7
c. keaktifan berkeliling
3,6
Penutup a. ketepatan waktu
3,8
b. pembagian tugas
3,6
c. menutup kelas
3,4
Rata- rata
3,6
68
Keterangan: A nilai :3,1 - 4,0 B nilai :2,1 - 3,0 C nilai :1,1 - 2,0 D nilai :0,1 - 1,0 Pada Siklus II ini siswa yang kurang perhatian sudah berkurang, jika dibandingkan dengan Siklus I, hal ini dikarenakan suara guru sudah cukup keras dan cukup baik untuk kapasitas 24 anak. Sehingga anak sudah mulai memperhatikan contoh dengan baik. Selain itu bimbingan guru terhadap siswa serta motivasi yang diberikan cukup membuat anak mengerti hubungan pembelajaran tersebut dengan materi pendidikan. Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal dari 24 siswa menjadi 22,7%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 77,3% dengan nilai rata-rata pada Siklus II 66. berarti ada peningkatan kemapuan siswa dalam hasil belajar siswa Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus II didapatkan : a. Tidak lagi siswa yang merasa bingung dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ini. b. Suasana kelas dalam pembelajaran sudah mulai efektif, sebagian besar siswa sudah memperhatikan dengan baik karena mereka sudah mendengar contoh yang diberikan guru dengan baik.
69
c. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menghafalkan materi, walaupun sebagian kecil masih salah dikarenakan keterlambatan berfikir sehingga keterangan guru kurang dipahami. Oleh karena itu guru lebih memperhatikan siswa yang lambat sehingga hasil belajaar meningkat secara merata d. Secara garis besar, pelaksanaan Siklus II berlangsung dengan baik dan kondusif serta meningkat walaupun hasil belajar siswa baru mencapai ratarata 6,6. Ini berati ada peningkatan dibandingkan siklus 1 yang hanya mencapai 6,0. tingkat ketuntasan juga meningkat menjadi 77,3% meningkat dari siklus I yang hanya mencapai 50%. 3. Siklus III Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang
selama pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada siklus III, maka deperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap perhatian Siswa pada Siklus III No
Nama siswa
Baik
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
1
3
Devi Wulandarai
1
4
Hasan Setyawan
5
Ricky Setyawan
6
Ika Nur Aini
8
Indah Puspita Putri
9
Oktavia Wulandari
1
10
Eslin Ernawati
1
Cukup
Kurang
1 1 1 1
70
11
Rahmad S
1
12
Neli Hidayati
1
12
Wahyu Setyawan
13
Rama bintang P
14
Alip Hakim
15
Ridho Hanafi
16
M Rifki Setyawan
1
17
Egi Cahyo Prasetyo
1
18
M Zaki
19
Ita Melawati
1
20
Uafa Nahradila
1
21
Endang Sri S
1
22
Yunus Fajar
1
23
Salsabila Ayu Y
1
24
Zaenal Arifin
1
1 1 1 1
1
Keterangan: Siswa yang aktif
: 17 anak (70,8%)
Siswa Kuranga aktif
: 5 anak (20,8%)
Siswa Tidak Aktif
: 2 anak (8,4%)
Adapun hasil test formatif pada siklus III ini, didapatkan hasil sebagaimana tersaji pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil Tugas Menghafal Siklus III No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
8
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
T
71
3
Devi Wulandarai
8
T
4
Hasan Setyawan
5
TT
5
Ricky Setyawan
7
T
6
Ika Nur Aini
6
T
7
Indah Puspita Putri
7
T
8
Oktavia Wulandari
8
T
9
Eslin Ernawati
8
T
10
Rahmad S
9
T
11
Neli Hidayati
7
T
12
Wahyu Setyawan
5
TT
13
Rama bintang P
7
T
14
Alip Hakim
9
T
15
Ridho Hanafi
7
T
16
M Rifki Setyawan
7
T
17
Egi Cahyo Prasetyo
6
T
18
M Zaki
9
T
19
Ita Melawati
8
T
20
Uafa Nahradila
6
T
21
Endang Sri S
7
T
22
Yunus Fajar
9
T
23
Salsabila Ayu Y
9
T
23
Zaenal Arifin
8
T
Rata- Rata
7,4
Keterangan: Tuntas (T)
: 22 Siswa ( 91,7 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 2 siswa (8,3 %)
Adapun hasil pengamatan mitra terhadap guru selama siklus II diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.9 berikut:
72
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus III Item yang diamati
Siklus III
Pendahuluan a. ketepatan kehadiran
4,0
b. penampilan
4,0
c. apersepsi
3,7
Penerapan a. penyampaian materi
4,0
b. bantuan terhadap siswa
4,0
c. keaktifan berkeliling
4,0
Penutup a. ketepatan waktu
3,8
b. pembagian tugas
3,7
c. menutup kelas
3,9
Rata- rata
3,8
Keterangan: A nilai
:3,1 - 4,0
B nilai
:2,1 - 3,0
C nilai
:1,1 - 2,0
D nilai
:0,1 - 1,0
Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus III didapatkan:
73
a. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode drill ini berjalan lancar semua siswa telah memahami dan berjalan sendiri tanpa harus diperintah atau diberikan motivasi sebelumnya. b. Suasana kelas dalam pembelajaran sudah aktif, sebagian besar siswa kelihatan memperhatikan, suasana kelas sudah nampak menjadi tenang sebagaimana proses belajar mengajar pada umumnya. c. Sebagian besar siswa dalam kelas sudah menyadari betul pentingnya memperhatikan jalannya pembelajaran dan keterkaitannya dengan materi pelajaran. Hal ini tentu sangat membantu bagi peningkatan hasil belajar nantinya. d. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menghafal bacaan-bacaan, walaupun masih ada siswa yang salah, tetapi sangat kecil. Hal ini tidak bisa dihilangkan karena siswa yang terlambat dalam berfikir, guru sudah memperhatikan dan membimbing siswa yang terlambat berfikir, tetapi karena keterbatasan waktu, sehingga perlu waktu khusus untuk memberi bimbingan kepada siswa tersebut sehingga dapat mengikuti pelajaran selanjutnya. e. Pelaksanaan Siklus III berlangsung dengan baik dan kondusif serta aktifitas belajar siswa meningkat. Hasil belajar siswa telah mencapai rata-rata 7,4, sehingga jauh lebih baik dari siklus- siklus sebelumnya. Tingkat ketuntasanpun juga meningkat menjadi 91,7% dari 24 siswa sehingga masih 8,3% yang belum tuntas .ini sulit dihindari karena faktor keterlambatan berfikir, namun dapat dikatakan pelaksanaan Siklus III ini berhasil, karena ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal harian maupun soal tes formatif. Hal ini terbukti dari daya serap yang dicapai berturut-turut sehingga peneliti dapat mengatakan Siklus III telah berhasil dengan baik
74
B. Pembahasan Untuk membahas hasil penelitian di atas, maka untuk perlu disajikan terlebih dahulu hasil nilai hafalan 3 kali terakhir pelajaran PAI Siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang sebelum penggunaan metode drill adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Rekap Daftar Nilai 3 Kali menghafal pada pelajaran PAI Siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Sebelum Penggunaan Metode drill No
Nama siswa
Hafalan 1
Hafalan 2
Hafalan 3
1
Afifatul Umayah
7
6
7
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
7
6
3
Devi Wulandarai
6
6
6
4
Hasan Setyawan
6
5
6
5
Ricky Setyawan
6
6
7
6
Ika Nur Aini
5
6
6
7
Indah Puspita Putri
8
7
7
8
Oktavia Wulandari
5
5
6
9
Eslin Ernawati
8
7
6
10
Rahmad S
6
6
6
11
Neli Hidayati
7
7
8
12
Wahyu Setyawan
5
6
6
13
Rama bintang P
5
6
6
14
Alip Hakim
5
5
6
15
Ridho Hanafi
4
5
5
16
M Rifki Setyawan
6
4
5
17
Egi Cahyo Prasetyo
7
6
7
18
M Zaki
6
6
6
75
19
Ita Melawati
5
5
5
20
Uafa Nahradila
5
5
5
21
Endang Sri S
7
7
8
22
Yunus Fajar
6
6
6
23
Salsabila Ayu Y
5
6
6
24
Zaenal Arifin
5
6
5
Rata- Rata
5,9
5,9
5,9
Apabila dibandingkan dengan dengan hasil belajar PAI siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang antara sebelum dengan setelah penggunaan metode drill maka hasil menghafal PAI siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang setelah penggunaan metode drill adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.11 Tabel 4.11 Rekap Hasil menghafal pelajaran PAI Siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Setelah Penggunaan Metode drill No
Nama siswa
Hafalan 1
Hafalan 2
Hafalan 3
1
Afifatul Umayah
7
7
8
2
Ahmad Zaenul Falaq
6
7
7
3
Devi Wulandarai
5
6
8
4
Hasan Setyawan
5
5
5
5
Ricky Setyawan
6
8
7
6
Ika Nur Aini
5
7
6
7
Indah Puspita Putri
8
5
7
8
Oktavia Wulandari
6
9
8
9
Eslin Ernawati
8
6
8
10
Rahmad S
5
8
9
11
Neli Hidayati
8
6
7
76
12
Wahyu Setyawan
5
5
5
13
Rama bintang P
5
6
7
14
Alip Hakim
5
6
9
15
Ridho Hanafi
5
5
7
16
M Rifki Setyawan
5
7
7
17
Egi Cahyo Prasetyo
8
5
6
18
M Zaki
5
7
9
19
Ita Melawati
4
7
8
20
Uafa Nahradila
5
6
6
21
Endang Sri S
9
8
7
22
Yunus Fajar
8
8
9
23
Salsabila Ayu Y
7
9
9
24
Zaenal Arifin
5
6
8
Rata- Rata
6
6,6
7,4
Sehingga jelas sekali terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan dari data yang tersaji dalam penjalasan tiap siklus di atas maka data tersebut dapat penulis rangkum dalam tabel berikut ini. Data tentang perhatian proses pembelajaran sebagaimana tersaji dalam tabel 4.12 Tabel 4.12 Rekap Hasil Pengamatan terhadap Perhatian Siswa Perhatian Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tidak memperhatikan
7 anak (29,2%)
4 anak (16,7%)
2 anak (8,4%)
Kurang memperhatikan
8 anak (33,3%)
8 anak (33,3%)
5 anak (20,8%)
Memperhatikan
9 anak (37,5%)
12 anak (50%)
17 anak (70,8%)
Adapun data tentang ketuntasan belajar adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13
77
Rekap Data Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kurang dari 60
12 siswa (50%)
5 siswa (22,7%)
2 siswa (8,3 %)
12 siswa (50%)
19 Siswa ( 77,3 %)
22 Siswa ( 91,7 %)
( Tidak Tuntas) Lebih dari 60 (Tuntas)
Sedangkan data tentang hasil pengamatan mitra terhadap guru adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Rekap Hasil Pengamatan Mitra terhadap Guru Item yang diamati Pendahuluan
Siklus I 3,5
Siklus II 3,6
Siklus III 3,9
Penerapan
3,2
3,7
4,0
Penutup
3,3
3,6
3,8
Rata- rata
3,3
3,6
3,8
Hasil penelitian tersebut maka diperoleh suatu hasil sebagai berikut: a. Nilai menghafal pelajaran PAI siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang sangat rendah bahkan tidak mencapai Ketreria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai 6 karena rata- rata nilai dari 3 menghafal terakhir hanya diperoleh nilai 5,9. b. Penggunaan metode drill di kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang selama ini kurang banyak digunakan. c. Penggunaan mtode drill dalam pelajaran PAI dapat meningkatkan perhatian siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang.
78
d. Penggunaan metode drill dalam pelajaran PAI dapat meningkatkan hasil belajar menghafal bacaan shalat fardhu pelajaran PAI siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang Dari analisa data yang dilakukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode drill mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas II SDN Kenteng 02 Kec. Susukan Kab. Semarang. Sehingga kedua hipotesis yang yang dirumuskan sebelumnya yaitu: "Penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenceng kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010” terbukti secara meyakinkan
79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Kemampuan menghafal pada pelajaran PAI sebelum menggunakan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 sangat rendah bahkan belum mencapai KKM. 2. Penerapan metode drill pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 berjalan dengan baik. 3. Penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat fardu pada siswa kelas II SDN Kenteng Kec. Susukan Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010. B. Saran-Saran 1. Kepada para guru sebaiknya lebih variatif dalam menggunakan metode pembelajaran termasuk dengan megunakan metode drill.
80
2. Kepada para guru sebaiknya tidak takut-takut dalam mencoba metode baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar anak serta meningkatkan hasil pembelajaran. 3. Kepada para guru sebelum melaksanakan metode pembalajaran drill sebaiknya melakukan persiapan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan materi yang sesuai. 4. Kepada pihak sekolah diharapkan memberikan dorongan serta himbauan kepada para guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas
C. Penutup Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas petunjuk dan bimbinganNya, penelitan dan skripsi ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah diberikan dengan yang lebih baik. Meskipun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini masih sangat penulis harapkan. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis juga ucapkan banyak terima kasih. Tidak lupa penulis mohon maaf yang sebasar-besarnya apabila selama penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini mengganggu pihak- pihak lain. Penulis berharap penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun seluruh pembaca guna meningkatkan kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Arief, Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Wacana Prima. Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, Jakarta, Reinika Cipta. _______________, 2008.,Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara Asrori, 2008, Metode Pembelajaran, Bandung, Wacana Prima. Azizy, Qodri, 2004, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Semarang, Aneka Ilmu. Bell, Judith, tt, Doing Your Project, Jakarta, Indeks. Black, James A, 2001, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Jakarta, Refika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994,
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam; 1997, Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve Faisal, Sanipah, 1982, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional. Madya,
Suwarsih,
2008,
Penelitian
Tindakan
Kelas,
http:
www.hirteen.org/edonline/consept2class/coopcolab/index.html
Mishra, R.C., 2005, Management of Educational Rerearch, New Delhi, Publishing Coorporation. Poerwodarminto W.J.S., 1983, Kamus Besar Bahasa. Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Rasjid, Sulaiman, 1989, Fiqh Islam, Bandung, Mizan Rasyad, Aminudin, 2003, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Uhamka Press. Rusyan, Tabrani A, Atang Kusdinar, Zaenal Arifin, 1989, Pendekatan dalam Proses Relajar Mengajar, Bandung, Remaja Karya. Sanjaya, Wina, 2008, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta, Kencana. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam; 1997, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Wacana Prima. Sukamdinata, Nana S, 1998, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya. Sukardi, 2008, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara. Surakhmad, Winarno, 1980, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito. Suparta, Aly, Harry Noer, 1998, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Amissco. Tafsir, Ahmad, 1998, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Usman, Basyirudin, 2002, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta, Ciputat Press. Usman, Uzer, 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosdakarya. _____________, 2002, Menjadi guru professional, Bandung, Rosdakarya Wiraatmaja, Rachiyati, 2004, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja Rosdakarya. Yamin, Martinis, 2005, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta, GP Press. Yunus, Muhammad, 2008, Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta, Hidakarya Agung Zaeni, Hasyim, 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta, CTDS.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama
: Siti Nasikhah
Tempat/Tangga Lahir
: Kab. Semarang/ 7 Agustus 1961
Jenis Kelamain
: Perempuan
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Cukil RT II RW 03 Kec. Tengaran Kab. Semarang
Status
: Menikah
Nama Suami
: M. Khabib
Nama Orang Tua Ayah
: KH Muhammad Bilal Hasan
Ibu
: Ny. Siti Markhamah
Riwayat Pendidikan
: MI Dalaman Kenteng (Lulus Tahun 1972) PGAP Suruh (Lulus Tahun 1976) PGAA Suruh (Lulus Tahun 1979) D II IAIN WALISONGO SEMARANG (Lulus Tahun 1997)
Riwayat Pekerjaan
: -
Guru PNS di SDN Kenteng 01 (Dari tahun 1984 - 1989)
-
Guru PNS di SDN Kenteng 02 (Dari tahun 1989 – sekarang)