Oleh:
Dr.Elih Sudiapermana,M.Pd Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Disampaikan pada TOT Pendidikan Keaksaraan bagi Pengelola Rumah Pintar Angkatan I di Jambi, 15-19 Desember 2013
FALSAFAH DAN KONSEP DASAR
Mengapa Keaksaraan Penting ? • "Literacy is a human right, a tool of personal empowerment and a means for social and human development. Educational opportunities depend on literacy.” • "Literacy is at the heart of basic education for all, and essential for eradicating poverty, reducing child mortality, curbing population growth, achieving gender equality and ensuring sustainable development, peace and democracy." (UNESCO, 2010)
Keaksaran dan Buta Aksara ? • Literacy is the ability to read and write one's own name and further for knowledge and interest, write coherently, and think critically about the written word. • Literacy as the "ability to identify, understand, interpret, create, communicate and compute, using printed and written materials associated with varying contexts. Literacy involves a continuum of learning in enabling individuals to achieve their goals, to develop their knowledge and potential, and to participate fully in their community and wider society” (Unesco) • The United Nations defines illiteracy as the inability to read and write a simple message in any language.
(Pendidikan) Keaksaraan Dasar ? • "The notion of basic literacy is used for the initial learning of reading and writing which adults who have never been to school need to go through. • Pelatihan keterampilan dasar literasi adalah program pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar, terutama kemampuan membaca, kemampuan menghitung, dan kemampuan memecahkan masalah, dimana keterampilan dan kemampuan tersebut merupakan kemampuan kerja dasar umum yang cukup bagi individu sehingga mampu berfungsi secara efektif dalam masyarakat (ATLP-CE Volume I Bab 6).
Keaksaraan Fungsional • The term functional literacy is kept for the level of reading and writing which adults are thought to need in modern complex society. Use of the term underlines the idea that although people may have basic levels of literacy, they need a different level to operate in their day-to-day lives." (David Barton, Literacy: An Introduction to the Ecology of Written Language, 2nd ed. WileyBlackwell, 2006)
Keaksaraan Baru Multi Literacy • One group of scholars argues that literacy is now deictic, and see it as continually and rapidly changing as new technologies appear and new social practices for literacy emerge. (Leu, 2000). This group aims at developing a single, overarching theory to help explain new literacies (see, for example, Leu, O'Byrne, Zawilinski, McVerry, & Everett-Cacopardo, 2009; see also, below). This orientation towards new literacies is largely psycholinguistic in nature. • Other groups of scholars follow a more sociocultural orientation that focuses on literacy as a social practice, which emphasizes the role of literacy with a range of socially patterned and goal-directed ways of getting things done in the world (see, for example, Gee & Hayes, 2012; Lankshear & Knobel, 2011; Kalantzis and Cope 2011) • Accompanying the varying conceptualizations of new literacies, there are a range of terms used by different researchers when referring to new literacies, including internet literacies, digital literacies, new media literacies, multiliteracies, information literacy, ICT literacies, and computer literacy Media & Information Literacy
ROADMAP KEBIJAKAN DAN PROGRAM KEAKSARAAN BASIC AND FUNCTIONAL LITERACY
MULTI-LITERACY
EFA Education for All
LIFE Literacy Iniciative for Empowerment
MIL Media and Information Literacy
PBH PBA/KF
KF AKRAB
MULTIKEAKSARAAN
Keaksaraan Dasar (SUKMA), Keaksaraan Usaha Mandiri (STSB)
Multikeaksaraan Berbasis ICT, Aksara Kewirausahaan, Aksara Perdamaian
UNESCO
Indonesia
Keaksaraan Dasar, Lanjutan, Mandiri (SUKMA 1-2-3)
ALUR LOGIS LAYANAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN
? Keaksaraan Dasar, Lulusan Memperoleh SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksasra)
Keaksaraan Usaha Mandiri
PKH Perempuan
Paket A Kelas IV
Aksara Kewirausahaan, Bagi Lembaga yang memiliki Potensi dari KUM dan PKH
TEORI BELAJAR ORANG DEWASA
Asumsi Pendidikan Orang Dewasa (Knowles, 1980) • Konsep Diri ada sesuatu yang sudah menjadi keyakinan • Pengalaman Banyak pengalaman yang sudah dilalui • Kesiapan Belajar Mau dan bisa belajar • Orientasi Belajar Bukan sekedar pengetahuan, ingin segera diterapkan
Ragam Kebutuhan Orang Dewasa
http://www.scotland.gov.uk/Publications/2005/12/0994621/46226
Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa Malcolm Knowles, a pioneer in the study of adult learning, observed that adults learn best when: • They understand why something is important to know or do. • They have the freedom to learn in their own way. • Learning is experiential. • The time is right for them to learn. • The process is positive and encouraging
Model of Learning based on Adult Learning Ideas
http://www.scotland.gov.uk/Publications/2005/12/0994621/46226
Experiential Learning
Self-Directed Learning
Transformational Learning • Jack Mezirow suggested that the goal of adult educators must be to guide learners to transform; that is, literally to grow and mature intellectually and in turn, change as a person through critical reflection on one’s assumptions, beliefs and values. The notion that learning results in varying degrees of change is not a problem for most adult educators.
Tutor sebagai Pendidik Orang Dewasa • Pendidik orang dewasa membantu (to help) membantu dan memfasilitasi (to facilitate) orang dewasa belajar • . Peserta didik orang dewasa belajar dari perilaku dan aksi kita ketimbang kata-kata. Mereka ingin melihat jika perbuatannya sama dengan apa yang diucapkannya. Sebagai pendidik orang dewasa, kita adalah model (role model theory) • Seorang pendidik orang dewasa harus memulai dengan kepercayaan terhadap peserta didik/ warga belajar. Hindari anggapan-anggapa negatif/pesimis
STRATEGI IMPLEMENTASI
Strategi Keaksaraan Orang Dewasa • "To acquire literacy is more than to psychologically and mechanically dominate reading and writing techniques. It is to dominate those techniques in terms of consciousness; to understand what one reads and to write what one understands: it is to communicate graphically. Acquiring literacy does not involve memorizing sentences, words or syllables--lifeless objects unconnected to an existential universe--but rather an attitude of creation and re-creation, a selftransformation producing a stance of intervention in one's context." (Paulo Freire, Education for Critical Consciousness. Sheed & Ward, 1974)
PERENCANAAN • Analisis Situasi dan Kebutuhan Belajar Calon Peserta Didik • Motivasi dan Persuasi Calon Peserta Didik • Identifikasi Potensi Lokal yang bisa dikembangkan sebagai bahan belajar • Organisasikan Pembelajaran Kontrak Belajar • Siapkan Skenario Pembelajaran (Keaksaraan Dasar=114 Jam, Keaksaraan Usaha Mandiri=60 Jam) • Siapkan Bahan dan Media Pembelajaran yang akan dipergunakan
Tingkatan Kompetensi Keaksaraan Dasar
Pendidikan Keaksaraan (lanjutan)
Tingkatan Kompetensi Usaha Mandiri
Pendekatan Pembelajaran • PRA (Participatory Rural Appraisal): suatu strategi dan metode pengkajian perdesaan secara partisipatif yang memungkinkan warga masyarakat desa (khususnya buta aksara) saling berrbagi, menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kondisi kehdiuupannya dalam rangka membuat perencanaan dantindakan. • REFLECT (Regenerated Freriean Literacy Throught Empowering Community Technique): Masyarakat sasaran diupayakan memiliki pandangan terbuka terhadap keadaaan kehidupan, serta memiliki kemampuan dan keterampilan untuk secara mandii mengatasi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapidiperlukan proses penyadaran, pembelajaran, penyuluhan dan pengalihan keterampilan fungsional dari orang terdidik kepada masyarkat buta aksara.
Language Experience Approach (LEA) • Inovasi proses pembelajaran keaksaraan yang dapat memotivasi peserta didik membuat bahan belajar sendiri sesuai dengan materi yang iingin dipelajari Langka Penerapan: • Tutor meminta peserta didik mengucapkan satu kalimat dengan kata-kata sendiri • Tutor menulis setiap kata yang diucapkan peserta didik. • Tutor membaca kalimat tersebut bersama peserta didik, berulangulang hingga lancar • Tutor meulis kalimat dalam kertas kemudian dipotong-potong per kata • Tutor membantu peserta didik mengingat kata-kata dengan cara: tutup-buka, memindahkan posisi, dsb • Tutor membimbing peserta didik menyusun kata-kata sampai mebentuk kalimat • Peserta didik menyalin kalimat dalam buku catatan miliknya, dan memasukkan kata-kata baru dalam kamus pribadinya. • Tutor membimbing peserta didik untuk praktek memotong huruf dan suku kata atau memotong kata dari kalimat, sampai paham dan benar.
Metode Problem Possing • Problem Possing Metode memunculkan masalah baik individu maupun kelompok yang kurang disadari oleh pelakunya ”bagaimana memunculkan masalah?” Dan “bagaimana membuat pertanyaan kunci?” Langkah Penerapan: • Tutor memperlihatkan poster • Peserta Didik diminta untuk mengamati poster • Tutor mengajukan pertanyaan berkaitan dengan isi poster • Peserta didik mendiskusikan isi poster, menjawab pertanyaan dengan menggunaan bahasa sendiri, menulis di buku masing-masing sesuai dengan kemampuannya
Metode SAS • Peserta didik diajak untuk mensintesis suatu kalimat, menggunakan kalimat tersebut utuk mengetahui bahwa kalimat itu terdiri dari kata-kata, suku kata, higga huruf, bersama tanada baaca yang digunakan dalam kalimat tersebut. • Contoh: Nama saya Ida Nama-saya-Ida Na-ma-sa-ya-I-da N-a-m-a-s-a-y-a-I-d-a Na-ma-sa-ya-I-da Nama-saya-Ida Nama saya Ida
Metode Kata Kunci (Key Word) • Mendiskusikan masalah dan berbagai gagasan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi peserta didik • Tutor meyampaikan berbagai masalah melalui penyajiain ceritera dan penggunaan media belajar • Tutor bersama peserta didik mencari dan mendiskusikan beberapa kata kunci yang berhubungan dengan masalah/gagasan yang dibahas • Peserta didik belajar dan belatih dengan menggunakan kata-kata kunci baru • Peserta didik merangkai kata-kata dalam kalimat yang lengkap. • Peserta didik membaca dan menuliskan dalam bentuk ceritera kemudian melakukan kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
Metode Suku Kata • Mempelajari suku kata yang berasal dari kata-kata yang sering dilafalkan dan memiliki makna jelas mengulangi, menghapal, melatih huruf konsonan dan vokal yang membentuk suku kata • Langkah kerja: • Mulai dengan kata-kata yang sering diucapkan, berupa kata dasar, kongkrt dan mudah, terdiri dari dua suku kata terus kata berimbuhan, dan tiga suku kata. • Hindari huruf sengau (ng, ny, kh, ch) dan huruf yang jarang digunakan sehari-hari (q, v, x, z) • Upayakan, bila digabungkan suku kata tersebut menjadi kata baru yang sifatnya repetisi (berulang), namun punya arti yang jelas. • Tutor meminta peserta didik menyusun kalimat sederhana dari kombinasi kata-kata yang telah dipelajari.
Metode Poster Abjad Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Oo
Pp
Qq
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Belajar Dari Pengalaman • Tutor membuka pertemuan dengan menanyakan pengalaman peserta didik dan mau belajar apa • Tutor meminta peserta didik mengemukakan pengalaman atau mamsalah yang dihadapi • Tutor meminta peserta didik mendiskusikan salah satu topik • Tutor membuat tabel kosong atau peta buta atau kalenderr kegiatan (sesuai keperluan) • Tutor meminta peserta didik untuk menceriterakan kembali dan tutor menuliskan intinya pada papan tulis • Peserta didik diminta untuk membaca kembali tulisan tutor • Tutor meminta peserta didik menuliskan pada buku masing-masing • Peserta didik diminta membaca tulisannya sendiri di buku masing-masing
PENILAIAN Formatif • Lakukan penilaian selama proses pembelaaran berlangsung untuk memberikan balikan dan motivasi belajar pada perbaikan proses-proses berikutnya. Penilaian lebih difokuskan pada partisipasi dan kemajuan belajar Sumatif • Untuk mengukur ketercapaian kompetensi keaksaraan dasar, buatlah soal sesuai dengan tingkat kompetensi yang ingin dicapai. Penilaian bisa juga dilakukan dalam bentuk penugasan.
Pendidikan Keaksaraan di Rumpin • Optimalkan fungsi sentra buku/baca, sentra komputer, sentra panggung untuk pendidikan keaksaraan sejak dini peningkatan budaya baca dan tulis, berceritera, berkomunikasi, keaksaraan media dan informasi • Optimalkan fungsi Senra Kriya untuk pendidikan keaksaraan orang dewasa program keaksaraan dasar, keaksaraan mandiri, multiliterasi