PERENCANAAN DAN RANCANGAN PROGRAM PENYULUHAN SADAR WISATA BAGI PENGELOLA USAHA RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR Oleh : Ayat Taufik Arevin (Dosen AKPINDO) Abstract
Service aspect is one of the important thing in tourism industry, because the service aspect give an direct effect with level visit of tourists. The international tourists and national tourists have right to get a good service in a hotel, restoran, tourism objects, although in tourism information place/area. A good service to the tourists is one aspect that can growing a good image to Bogor Tourism. The purpose of this article is to design a planing of elucidation program to increase the effectiveness and enfficiency in elucidation activity to annylise the act of informant in motivating a changement to the clients of HRD to participate on the establishment of tourism sector. The model of elucidation program formulation process which used, according to Leagans (1961) is consist of five steps, which are Situation of Problems, Objective Solution, Teaching Plan, Evaluation, and Reconsideration. In addition, the principles of program planning are consisting of good innovation, good extension method, and good extension agent. The planning of elucidation is designed by implementation of tourism awareness (unsures of Sapta Pesona) in manage restaurant business in Bogor, the problem formulae is an effort to increase the ammount of visiting tourists to Bogor, to improve the participation from society and local businessman through the manner of guiding the businessman so that change conduct in managing the sector of tourism service.
Key words : penyuluhan, sadar wisata, rumah makan
59 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
A. P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Masalah Dekade kunjungan Indonesia (DEKUNI) 1989-1990, merupakan awal ditetapkannya sebagai tahun sadar wisata. Selanjutnya dibentuk kelompok sadar wisata di desa-desa yang telah mendapat penyuluhan sadar wisata dengan intern pokok sapta pesona: keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan. Kota Bogor memiliki prospek pariwisata yang cukup menjanjikan karena selain merupakan penyangga ibu kota negara yaitu Jakarta, juga ditunjang oleh kondisi geografis dan potensi yang dimiliki. Obyek wisata yang dimiliki kota Bogor juga cukup beragam, baik itu obyek wisata alam, budaya, sejarah, ilmiah, dan obyek wisata buatan lainnya. Obyek wisata unggulan kota Bogor antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Presiden, Museum Zoologi, Prasasti Batu Tulis, Situ Gede, ”factory outlet” dan lain-lain. Untuk menunjang keberadaan obyek wisata yang sudah ada, di kota Bogor bermunculan usaha sarana pariwisata berupa usaha penyediaan akomodasi, penyediaan makan dan minum, angkutan wisata, sarana wisata tirta, dan kawasan pariwisata. 2. Permasalahan: Bagaimana perencanaan dan rancangan program penyuluhan sadar wisata bagi pengelola rumah makan di kota Bogor? 3. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memiliki kemampuan dalam mengembangkan perencanaan dan rancangan program penyuluhan program penyuluhan sadar wisata bagi pengelola rumah makan di kota Bogor. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan Pengertian perencanaan menurut Darmojuwono (Rejeki, 1998) merupakan suatu proses kegiatan persiapan sistematik untuk penyusunan kebijakan yang konsisten menuju tercapainya suatu tujuan tertentu. Proses tersebut ditempuh oleh perencanaan guna mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu (1) memperoleh gambaran arah dan pedoman upaya, (2) memperoleh gambaran
potensi, prospek perkembangan, hambatanhambatan serta resiko-resikonya, (3) memperoleh kesempatan memilih alternatif terbaik dalam pencapaian tujuan, (4) memperoleh kemungkinan untuk menyusun skala prioritas, dan (5) memperoleh tolok ukur untuk melakukan evaluasi dan pengawasan. Pengertian program menurut Boyle (1981) adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perencanaan program, yang meliputi analisis kebutuhan, perencanaan, instruksi, promosi, evaluasi dan pelaporan. Selain itu Rejeki (1998) menuliskan bahwa program merupakan pernyataan tertulis mengenai situasi wilayah, masalah yang dihadapi, tujuan yang ingin dicapai, dan cara mencapai tujuan. Perbedaan prinsip antara perencanaan dan program dikemukakan oleh Asngari (2007) yaitu sebagai berikut perencanaan merupakan suatu proses menetapkan keadaan, masalah, tujuan dan cara, sedangkan program adalah suatu pernyataan isi tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara. Pengertian penyuluhan dirumuskan oleh Mardikanto (Rejeki, 1998:10-11) ke dalam lima pengertian yaitu: (1) Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi dalam upaya perbaikan cara-cara berusaha/berbisnis demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat melalui kegiatan pembangunan; (2) Penyuluhan sebagai proses penerangan dalam upaya memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala hal yang belum diketahui untuk dilaksanakan dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan melalui proses pembangunan; (3) Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan di kalangan masyarakat. Agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahanperubahan dalam usaha/bisnisnya; (4) Penyuluhan sebagai proses pendidikan, merupakan upaya pendidikan untuk membuat masyarakat tahu, mau dan mampu berswadaya; dan (5) Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial, untuk menciptakan perubahan perilaku masyarakat seperti yang
60 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
dikehendaki demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 2. Manfaat Perencanaan Program Penyuluhan Perencanaan program menurut Rejeki (1998) diperlukan guna (1) memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara teliti tentang halhal yang harus dilakukan, (2) menyediakan acuan tertulis yang dapat diunakan oleh masyarakat, (3) menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan terhadap adanya saran penyempurnaan, (4) memantapkan tujuan-tujuan yan hendak dicapai, (5) menghindarkan pemborosan sumberdaya yang tersedia, dan (6) menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam dan oleh masyarakat. Boyle (1965) menyebutkan beberapa asumsi yang berhubungan dengan perencanaan program penyuluhan yaitu (1) perubahan yang direncanakan merupakan syarat penting bagi kemajuan sosial bagi orang dan masyarakat; (2) program penyuluhan jika direncanakan dan dilaksanakan dengan tepat akan memberi kontribusi yang signifikan pada perubahan yang direncanakan; (3) perencanaan memungkinkan untuk memilih, mengatur, dan mengadministrasikan program yang akan memberi kontribusi pada kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat; dan (4) orang dan masyarakat memerlukan bimbingan, kepemimpinan dan bantuan penyuluhan untuk memecahkan masalahmasalah mereka dalam suatu cara yang terencana dan sistematis. 3. Model Proses Perumusan Program Penyuluhan Dalam penyusunan perencanaan program penyuluhan sadar wisata bagi pengusaha rumah makan di wilayah kota Bogor, Penulis akan menggunakan model perumusan program penyuluhan menurut Leagans (1961:178-179), terdiri dari lima langkah dalam proses perencanaan program penyuluhan diuraikan sebagai berikut : (1) Situation of Problems; (2) Objective Solution; (3) Teaching Plan; (4) Evaluation; dan (5) Reconsideration.
2
3
4
1
5 Gambar 1. Model Proses Perumusan Program Penyuluhan Menurut Leagans (1955) (a) Pada tahap awal dilakukan perumusan keadaan dan masalah melalui analisis terhadap situasi, sehingga diperlukan fakta-fakta yang menyangkut seluruh aspek dari situasi dalam jumlah yang besar. Informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan sasaran penyuluhan seperti minat, pendidikan, kebutuhan, adat istiadat, kebiasaan dan tradisinya. (b) Pada tahap kedua yaitu penetapan pemecahan masalah dan perumusan tujuan. Untuk kepentingan psikologis, sasaran harus terlibat dalam proses penetapan tujuan dan sasaran penyuluhan.. (c) Perencanaan pendidikan. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap mengajar yang meliputi materi yang perlu diajarkan dan cara yang harus dilakukan untuk mengajar. Penggunaan beberapa metode komunikasi yang berbeda sengaja dipilih untuk merangsang tindakan belajar, seperti media massa, kelompok, dan interpersonal. (d) Tahap keempat adalah mengevaluasi tindakan mengajar. Perencanaan untuk evaluasi perlu dibangun menjadi perencanaan kerja selama tahap-tahap sebelumnya. Proses evaluasi dapat dilakukan secara sederhana dan informal atau dapat pula secara formal dan kompleks.
61 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
(e) Rekonsiderasi. Merupakan tahap akhir yaitu mempertimbangkan perencanaan penyuluhan setelah evaluasi dilakukan. Tahap ini memuat suatu tinjauan upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya dan hasil-hasil yang menampakkan situasi baru. 4. Ukuran Perencanaan Program yang Baik Untuk mempercepat proses adopsi dan difusi inovasi harus dilakukan beberapa strategi, yaitu (a) memilih inovasi pertanian yang tepat guna (good innovation), (b) memilih metode penyuluhan yang efektif (good extension method), dan (c) memberdayakan agen penyuluhan secara optimal (good extension agent). Keberhasilan adopsi dan difusi inovasi tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Ada faktor lain yang secara signifikan ikut berpengaruh dan relatif lebih sulit untuk dilakukan intervensi, yaitu (a) faktor lingkungan perekonomian (jaminan pemasaran, harga produk, harga input, biaya transportasi, dan lain-lain), dan (b) faktor internal kelayan seperti umur, pendidikan, sikap terhadap risiko, sikap terhadap perubahan, pola hubungan kelayan dengan lingkungannya, motivasi berkarya, diagtotisme, dan karakteristik psikologi. Suatu inovasi dapat diadopsi oleh individu atau masyarakat pada umumnya bila inovasi itu berdifusi melalui proses penyuluhan yang efektif (Rogers Shoemaker). Secara sederhana, Adams (1988) menyatakan, “an innovation is an idea or object perceived as new by an individual.” Dalam perspektif pemasaran Kotler (2003) mengartikan inovasi sebagai barang, jasa, dan ide yang diangap baru oleh seseorang. Definisi yang lebih lengkap disampaikan oleh van den Ban dan Hawkins (1996) yang menyatakan: “an innovation is an idea, method, or object which is regarded as new by individual, but which is not always the result of recent research.” Dari beberapa definisi tersebut, inovasi mempunyai tiga komponen, yaitu (a) ide atau gagasan, (b) metode atau praktek, dan (c) produk (barang dan jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat “baru.” Sifat
“baru” tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian mutakhir. Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers and Shoemaker, 1971). Proses adopsi didahului oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka terjadilah adopsi. Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran (awareness), perhatian (interest), penaksiran (evaluation), percobaan (trial), adopsi (adopsi), konfirmasi (confirmation) (Mundy, 2000). 5. Strategi Memilih Metode Penyuluhan yang Efektif Menurut van den Ban dan Hawkins (1996) dan Adam (1988), terdapat tiga klasifikasi metode penyuluhan, yaitu (1) Metode penyuluhan media massa, metode ini ditujukan kepada khalayak umum tanpa adanya hubungan personal antara penyuluh dengan audien (Adam, 1988). Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain melalui TV, radio, koran, pamflet, dan lain-lain; (2) Metode penyuluhan kelompok, metode ini ditujukan kepada kelompok tertentu dan memerlukan pertemuan tatap muka antara penyuluh dengan kelayan (Adam, 1988). Beberapa teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain ceramah, widyakarya, diskusi kelompok, pelatihan, demontrasi/peragaan teknologi; (3) Metode penyuluhan individu, metode ini ditujukan kepada individuindividu kelayan yang memperoleh perhatian secara khusus dari petugas penyuluh (Adam, 1988). Menurut Bunch (2001), rancangan terbaik di dunia pun tidak akan menjadi program yang berhasil kalau petugasnya tidak berkemampuan dan kemauan untuk menjadikannya berhasil. Strategi untuk memilih kelayan penyuluh adalah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (1)
62 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
diutamakan dari kelayan yang berhasil (masuk dalam klasifikasi inovators dan early adopter), (2) mempunyai pengaruh dan citra kepribadian yang baik di desanya, (3) mempunyai rasa empati terhadap kelayan lain (bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain), (4) mempunyai kemauan dan motivasi yang tinggi untuk memajukan masyarakatnya, dan (5) dipilih lebih dari satu orang (minimal dua orang). 7. Penjabaran Konsep Sadar Wisata Masyarakat sebagai salah satu mitra pembangunan memiliki peran strategis tidak saja sebagai penerima manfaat pengembangan, namun sekaligus menjadi pelaku yang mendorong keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya masing-masing. Keberhasilan pengembangan pariwisata perlu iklim yang kondusif dalam bentuk dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di daerahnya masing-masing. Untuk itu perlu peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat melalui peningkatan sadar wisata. Program sadar wisata merupakan salah satu inovasi, yang didefinisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah/tempat. Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait dengan penciptaan kondisi yang mampu memndorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, antara lain unsur keamanan, kebersihan, ketertiban, kenyamanan, keindahan, keramahan, dan unsur kenangan. Aman (Keamanan), tujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata. Tertib (Ketertiban), tujuan menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. Bersih (Kebersihan), tujuan menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan
yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. Sejuk (Kesejukan), tujuan menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga menimbulkan rasa “betah” bagi wisatawan. Indah (Keindahan), tujuan menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan. Ramah (Keramah-tamahan), tujuan menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan. Kenangan, tujuan menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan. C. PEMBAHASAN PERMASALAHAN 1. Profil dan Prospek Pariwisata Kota Bogor Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang perlu diberdayakan, karena selain sebagai sumber penerimaan daerah, serta pengembangan dan pelestarian seni budaya kota Bogor, juga membangkitkan sektor perekonomian masyarakat kota. Sasaran pengembangan kepariwisataan kota Bogor diarahkan kepada peningkatan seluruh potensi pariwisata, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, peningkatan lama tinggal wisatawan, penyerap angkatan kerja secara maksimal, peningkatan kontribusi pada PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan citra kota Bogor yang bersaing dengan kota-kota lain, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penerapan konsep Sapta PesonaPariwisata. Salah satu upaya dalam mencapai sasaran tersebut adalah menyediakan fasilitas dan mengembangkan objek daya tarik wisata (ODTW) yang dilakukan dengan mengoptimalkan peran serta
63 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
kalangan pengusaha kepariwisataan Kota Bogor. Pembinaan kepariwisataan dilakukan oleh Kantor Pariwisata Seni dan Budaya bekerjasama dengan PHRI, ASITA, HPI. Pengelola ODTW Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, Sanggar Kesenian, BKKNI. Museum dan instansi terkait dengan tujuan untuk meningkatkan sarana, pengembangan daya tarik wisata, dan promosi obyek daya tarik wisata. Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara (jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km). Asset Obyek daya tarik wisata unggulan kota Bogor pada tahun 2001 meliputi Kebun Raya, Museum Zoologi dan Istana Bogor. Hal ini terukur dari tingkat kunjungan wisatawan ke tempattempat tersebut yang relatif lebih tinggi dari tingkat kunjungan ke objek-objek wisata lainnya, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Bogor tahun 2001 NO
OBJEK WISATA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kebun Raya Istana Bogor Museum Zoologi Museum Etnobotani Prasasti Batu tulis Danau Situgede Taman Topi (Plaza Kapten Muslihat) Museum Tanah Museum PETA Museum Perjuangan
8. 9. 10.
TINGKAT KUNJUNGAN 1.337.208 58.731 51.748 8.345 1.294 1.631 156.394 698 10.399 1.315
Sumber : www.kotabogor.go.id, 2007 Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak 1.571.465 0rang terdiri dari 1.529.572 wisatawan nusantara dan 41.893 wisatawan mancanegara. Selain obyek-obyek wisata unggulan di Kota Bogor masih terdapat lokasi yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata antara lain wisata kampung tour di Kelurahan Cikaret Pancasan Bogor, kebun penelitian tanaman obat industri Cimanggu, Kawasan pedesaan Situ Gede dan pusatpusat penelitian lainnya. Selain kunjungan ke obyek-obyek wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga tercermin dari keramaian di pusat-pusat
perdagangan makanan jajanan dan buahbuahan serta factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana, Siliwangi, Pajajaran, dan Tajur terutama pada Hari Sabtu, Minggu dan hari-hari libur. Fasilitas kepariwisataan yang telah tersedia di Kota Bogor meliputi : Tabel 2. Jenis Fasilitas Kepariwisataan Kota Bogor NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
18. 19.
JENIS JUMLAH KETERANGAN FASILITAS Hotel Bintang 3 Hotel Bintang 2 Hotel Bintang 1 Hotel Melati Pondok Wisata Rumah Makan Bioskop Lapangan Golf Gedung Pertemuan Kol.Renang Lapangan Tenis Karaoke Biliard TV Games Kios cenderamata Biro Perjalanan Wisata Agen Perjalanan Pramuwisata Sanggar Seni Tourist Information Centre
2 unit 1 unit 2 unit 34 unit 5 unit 179 unit
172 kmr 282 tpt tidur 44 kmr 90 tpt tidur 150 kmr 209 tpt tidur 961 kmr 1477 tidur 60 kmr 136 tpt tidur
6 unit 2 lokasi
8.780 Kursi 3954 meja 2.598 kursi 27 Hole
3 unit
4.500 kursi
11 unit 11 lokasi
13 kolam 23 lapangan
5 lokasi 18 lokasi 18 lokasi 15 lokasi
55 meja 275 meja 620 mesin
14 biro
8 agen 58 orang 29 sanggar 1 unit
Sumber : www.kotabogor.go.id, 2007 Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak 1.571.465 0rang terdiri dari 1.529.572 wisatawan nusantara dan 41.893 wisatawan mancanegara. 2. Keadaan Pariwisata Kota Bogor Berdasarkan data letak geografis, profil dan prospek pariwisata kota Bogor
64 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
yang telah dideskripsikan tersebut, dapat dirumuskan keadaan pengembangan pengelolaan usaha rumah makan di kota Bogor melalui program penyuluhan sadar wisata. Perumusan keadaan itu adalah sebagai berikut : (1) Tingkat kunjungan wisatawan di kota Bogor pada tahun 2003 sebanyak 1.571.465 orang terdiri dari 1.529.572 wisatawan nusantara dan 41.893 wisatawan mancanegara. (2) Pelayanan yang baik terhadap para wisatawan adalah aspek yang dapat menumbuhkan kesan citra yang baik wisatawan terhadap kota Bogor. Kesan baik itulah wisatawan akan senantiasa memiliki keinginan untuk kembali ke Kota Bogor atau menceritakan kesan baik tersebut kepada wisatawan lain, sehingga diharapkan akan semakin banyak wisatawan berkunjung ke Kota Bogor. (3) Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor, tidak saja akan berpengaruh terhadap meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melainkan juga berpengaruh terhadap perkembangan usaha hotel, restoran dan berbagai objek wisata. Secara tidak langsung juga berpengaruh besar bagi kesejahteraan seluruh pekerja di bidang pariwisata di kota Bogor. (4) Jumlah usaha rumah makan di kota Bogor sebanyak 179 unit dengan jumlah kursi tersedia 8.780 kursi, artinya kapasitas rata-rata 1 unit rumah makan 49 kursi.
(5)
Para pelanggan yang berasal dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan memuaskan selama menikmati jamuan makan di rumah makan yang dikunjungi. 3. Perencanaan dan rancangan program penyuluhan sadar wisata bagi pengelola rumah makan di kota Bogor Perencanaan penyuluhan berisi materi yang perlu diajarkan, metode yang digunakan, bentuk media yang dimanfaatkan dan alokasi waktu yang dibutuhkan. Materi yang diajarkan adalah menyangkut penerapan program sapta pesona dalam pengelolaan usaha rumah makan (Tabel 3). Berdasarkan rencana pendidikan sebelumnya, evaluasi perlu dilakukan untuk menilai keberhasilan hasil penyuluhan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Keberhasilan tindakan mengajar dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Termasuk kategori tinggi apabila perubahan perilaku yang telah terjadi terhadap sasaran penyuluhan sesuai dengan tujuan perubahan perilaku yang dirumuskan. Termasuk rendah apabila sama sekai tidak terjadi perubahan perilaku. Kategori sedang menunjukkan telah terjadi perubahan perilaku umum belum mampu memenuhi tujuan yang digariskan. Dibawah ini disajikan urutan rencana kegiatan penyuluhan, yang mencakup materi, metode, media dan waktu penyuluhan.
65 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
Tabel 3. Perencanaan Penyuluhan bagi Pengelola Rumah Makan No
Urutan Kegiatan
1.
Pendahuluan
Deskripsi Materi Penyuluhan
Metode Penyuluhan
1. Pengertian umum dan mengenali dampak pem-bangunan pariwisata ter-hadap ekonomi, sosial & budaya 2. Pengenalan & suskes dlm usaha sarana pariwisata
3.
Penyajian
Penutup
Implementasi Sadar Wisata (unsur-unsur Sapta Pesona) dalam pengelolaan usaha rumah makan : 1. Keamanan 2. Ketertiban 3. Kebersihan 4. Kesejukan 5. Keindahan 6. Keramahan 7. Kenangan Komitmen para pengelola mengaplikasikan unsur-un-sur Sapta Pesona pada kegi-atan usahanya.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut dan melalui tinjauan kepustakaan yang menunjang dapat ditetapkan pemecahan masalahnya, yaitu meliputi : (1) Agar pengelolaan rumah makan lokal dapat mendukung dalam pengembangan pariwisata di kota Bogor, maka perlu ada perubahan sikap dan kemampuan bagi pengelola usaha rumah makan melalui implementasi program Sapta Pesona secara intensif. (2) Agar mampu memberikan citra positif dan meningkatkan kepuasan tamu yang berkunjung, maka pihak pengelola usaha rumah makan lokal perlu diberikan keterampilan dalam mengelola usaha melalui penyuluhan sadar wisata dengan intern pokok sapta pesona: keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramah-tamahan, dan kenangan.
Waktu Penyuluhan
Ceramah
Komputer, Infocus, Screen. Audio (suara)
30 menit
Diskusi ttg pengalaman lapangan
Tokoh peng-usaha sukses (Objek/benda)
30 menit
Pemaparan melalui tayangan film Praktikum pemecahan masalah (Workshop) Presentasi hasil peme-cahan
Audio Visual Bahan cetak
30 menit
Bahan Cetak
60 menit
Head
60 menit
Diskusi ha-sil Presenta-si
Komputer, Infocus, Screen. Audio (suara)
30 menit
pengelolaan
3. Pentingnya Partisipasi & dukungan masyarakat da-lam mendorong terwujudnya iklim yang kondu-sif dalam pengembangan kepariwisataan di suatu wilayah/tempat 2.
Media Penyuluhan
Over Projector
(3) Agar para pengelola usaha rumah makan lokal memiliki pengertian dan sadar bahwa program sapta pesona penting untuk diterapkan dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bagi usahanya. (4) Agar para pengelola usaha rumah makan lokal memiliki pengetahuan, kemauan, dan keterampilan untuk melaksanakan unsur-unsur penting dalam penjabaran sapta pesona yaitu : (a) Keamanan, yaitu menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas. (b) Ketertiban, yaitu menciptakan lingkungan yang tertib dengan memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. (c) Kebersihan, yaitu mnciptakan lingkungan yang bersih dengan memberikan layanan higienis bagi wisatawan.
66 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
(d)
Kesejukan, yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk. (e) Keindahan, yaitu menciptakan lingkungan yang indah dengan menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan. (f) Keramah-tamahan, yaitu menciptakan lingkungan yang ramah dengan menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan. (g) Kenangan, yaitu menciptakan kesan yang dapat terus membekas dalam benak wisatawan. Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan program penyuluhan adalah: (1) Pengelola usaha rumah makan lokal dapat mendukung dalam pengembangan pariwisata di kota Bogor, melalui implementasi progam Sapta Pesona secara intensif. (2) Pengelola usaha rumah makan lokal mampu mengupayakan citra positif melalui peningkatan kepuasan tamu yang berkunjung. (3) Pengelola usaha rumah makan lokal memiliki pengertian dan sadar bahwa program sapta pesona penting dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bagi usahanya. Pengelola usaha rumah makan lokal di kota Bogor tahu, mau, dan trampil dalam mengelola usaha rumah makannya dengan cara menerapkan program sapta pesona melalui bentuk aksinya yaitu (1) Keamanan, bentuk aksinya menolong dan melindungi wisatawan, bersahabat terhadap wisatawan, memelihara keamanan lingkungan, membantu memberi informasi kepada wisatawan, dan menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular. (2) Ketertiban, bentuk aksinya mewujudkan budaya antri, melihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku, dsiplin waktu/tepat waktu, serba teratur, rapi dan lancar. (3) Kebersihan, bentuk aksinya turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan, mnyiapkan sajian
(4)
(5)
(6)
(7)
makanan dan minuman yang higienis, menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih, pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi. Kesejukan, bentuk aksinya melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon, memelihara penghijauan, menjaga kondisi sejuk dalam ruangan makan. Keindahan, bentuk aksinya menata lingkungan secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter kelokalan dengan elemen estetika lingkungan yang bersifat natural. Keramah-tamahan, bentuk aksi bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan, memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan, para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji, dan menampilkan senyum dan keramah-tamahan yang tulus. Kenangan, bentuk aksinya menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal, menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik, dan menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang diperoleh setelah menyelesaikan tulisan ini: 1. Konsep pengembangan pariwisata berorientasi pada kekuatan masyarakat dan berwawasan lingkungan yang alami dan menjunjung tinggi nilai budaya tradisional setempat perlu dikembangkan secara terencan. Untuk itu dibutuhkan penyuluhan sadar wisata agar masyarakat berperan aktif dalam pengembangan pariwisata di wilayahnya. Sosialisasi dengan melaksanakan sapta pesona dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tempat kerja, tempat hiburan, dan tempat ibadah. Sapta pesona yang disosialisasikan dalam penyuluhan ialah aman, tertib, sejuk, bersih, indah, ramahtamah, dan kenangan. 2. Perencanaan program penyuluhan adalah
67 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
proses pengambilan keputusan yang menghasilkan suatu pernyataan tertulis mengenai situasi, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Untuk hasil yang lebih efektif, sesuai dengan misi penyuluhan yaitu pemberdayaan masyarakat, maka jenis rumah makan yang akan diberdayakan adalah usaha yang dikelola oleh masyarakat lokal. 3. Jika si pengelola usaha rumah makan sudah mau dan mampu untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai jabaran dalam konsep sapta pesona maka akan lebih mudah menjangkau karyawan yang bertanggungjawab untuk kegiatan operasionalnya. Sehingga kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM rumah makan, khususnya pramusaji yang diarahkan pada pembentukan tenaga kerja yang profesional yang maju, mandiri, dan beretos kerja tinggi, produktif dan kompetitif. 2. Saran Saran yang disampaikan penulis dalam tulisan ini adalah, di samping melakukan penyuluhan sadar wisata melalui sapta pesona, perlu dilakukan sosialisasi dengan melaksanakan sapta pesona dalam kehidupan sehari-hari di rumah, tempat kerja, tempat hiburan, dan tempat ibadah.
DAFTAR PUSTAKA Ardiwidjaja, Roby. Menilik Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan http://www.sinarharapan.co.id Asngari, Pang S, Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya manusia Pengelola Agribisnis. Fakultas Peternakan IPB, 2001 Berlo,
D.K, The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practise. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York, 1960
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Panduan Sadar Wisata, Jakarta. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional, 20042009 Hilda Sabri Sulistyo, Bersyukur dan sadar wisata, http://www.bisnis.com/ Rabu, 04/04/2007 10:39 WIB Lippitt, R., Jeanne Watson dan Bruce Westley, The Dynamics of Planned Change: a Comparative Study of Principles and Techniques. Horcourt, Brace & World. Inc.: New York, 1958 Musyafak, Akhmad., dan Tatang M. Ibrahim. 2005. STRATEGI PERCEPATAN ADOPSI DAN DIFUSI INOVASI PERTANIAN MENDUKUNG PRIMA TANI. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3 No. 1, Maret 2005 : 20-37 Pitana, I Gde. Msi, Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi Yogyakarta, 2005 Rejeki, MC Ninik Sri, Perencanaan Program Penyuluhan (Teori dan Praktek), Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1998 Rogers, Everett M., dan F. Floyd Shoemaker, Communication of Innovation : A Cross Cultural Approach. Second Edition. The Free Press, 1971, P.476 Slamet, M, Perpsektif Ilmu Penyuluhan dan Pembangunan Menyosong Era Tinggal Landas dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad XXI., PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta, 1992 Soekartawi, Prinsip Dasar: Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta, 1988
68 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007
Suranti,
Ratna Suranti, PARIWISATA BUDAYA DAN PERAN SERTA MASYARAKAT, Workshop Wisata Budaya Bagi Kelompok Masyarakat Propinsi DKI Jakarta 12 Juli 2005
Syahyuti, 30 Konsep penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta, 2006, P 218-219. Yustina, Ida., dan Adjat Sudradjat (Ed), Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor, 2003 Yoeti,
H.Oka A, Pariwisata Budaya, Masalah dan Solusinya. PT Pradnya Paramita. Jakarta, 2006
Wiwoho, B, Pariwisata, Citra dan Manfaatnya. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta, 1990
______,PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA : INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ______,PROFIL PARIWISATA KOTA BOGOR. http://www.kotabogor.go.id/ index.php?option=com_content&tas k=view&id=3232&Itemid=694&dat e=2007-05-01 ______, Sektor Pariwisata di Kab. Bogor Belum Digarap Serius. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0505/09/040 4.htm
69 Panorama Nusantara Edisi III / Juli – Desember 2007