DEIKSIS SOSIAL PADA SURAT PEMBACA HARIAN KOMPAS EDISI JULI 2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh : Siti Sarah Ismiani 1112013000056
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
DEIKSIS SOSIAL PADA SURAT PEMBACA HARlAN KOMPAS EDISI JULI 2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Satjana Pendidikan
Oleh SITI SARAH ISMIANI NIM: 1112013000056
Mengetahui, Dosen Pembimbing
NIP. 19820628 200912 2 003
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi betjudul Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli
2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP disusun oleh Siti Sarah Ismiani, NIM. 1112013000056, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 15 Desember 2016
Yang mengesahkan, Pembimbing
NIP. 19820628 200912 2 003
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH Skripsi berjudul Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli
2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP disusun oleh Siti Sarah Ismiani, NIM 1112013000056, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 29 Desember 2016 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, 29 Desember 2016 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Tanggal
1~.:-.. ~.!~.?- 0 '7
Dr. Makyun Subuki, M.Hum. NIP. 19800305 200901 1015 Sekertaris Panitia (Sekertaris Jurusan/Prodi)
Toto Edidarmo, M.A.
f ~:-:-J::.f..P.tf
NIP. 19760225 200801 1020 Penguji I
Dr. Hindun, M.Pd. NIP. 19701215 200912 2001
1?. j.G1:.'Y~-'~ ;
Penguji II
Ira Mayasari, M.A. NIP.-
.lO..~.Q.l.::.~l7
~·~~~ .......C:.Oj-:!!,C:V'-----
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen
FORM (FR)
Jl. lr. H. JuandtJ No 95 CiputtJI 15412 Indonesia
FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit
1 Maret 2010
No. Revisi : Hal
01 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI . Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Siti Sarah Ismiani
Tempat/Tgl.Lahir
: Bekasi, 15 Mei 1994
NIM
: 1112013000056
J urusan I Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
: Deiksis Sosia1 pada Surat Pembaca Harian Kampa.<; Edisi Ju1i 2016 dan lmplikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.
Dosen Pembimbing
:Dr. Nuryani, M.A.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar basil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang say a tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai snlah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 15 Desember 2016 Mahasiswa Ybs.
~ 5~~o~o t""-fiisu RUPIAH
Siti Sarah Ismiani NIM. 1112013000056
ABSTRAK SITI SARAH ISMIANI, 1112013000056, “Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dosen Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk deiksis sosial pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik dokumen. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari surat pembaca harian Kompas yang telah dikumpulkan selama bulan Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 245 deiksis sosial berupa kata, frasa, dan klausa. Deiksis sosial berbentuk kata berjumlah 89, deiksis sosial berbentuk frasa berjumlah 154, dan deiksis sosial berbentuk kalusa berjumlah 2. Sementara itu, fungsi pemakaian deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 yakni: 1) sebagai pembeda tingkat sosial, 2) menjaga sopan santun berbahasa, 3) untuk mengefektifkan kalimat, dan 4) sebagai pembeda identitas sosial. Wujud deiksis sosial yang ditemukan dalam surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 menunjukkan adanya perbedaanperbedaan sosial antarpartisipan yang terlibat dalam komunikasi media massa cetak. Perbedaan latar belakang sosial antara pengirim surat, pembaca, dan orang yang dituju dalam kolom surat pembaca harian Kompas menyebabkan adanya pemilihan kata atau seleksi kata sebagai dasar kesopanan dan etiket dalam berbahasa. Penelitian ini diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia siswa SMP kelas IX semester dua, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kompetensi dasar menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah. Melalui hasil penelitian ini, guru dapat menerapkan pendekatan pragmatik untuk melatih siswa membuat surat pembaca yang sesuai dengan kriteria surat pembaca yang baik dan menggunakan diksi yang tepat.
Kata Kunci: Pragmatik, Deiksis Sosial, Surat Pembaca, Harian Kompas.
i
ABSTRACT SITI SARAH ISMIANI, 1112013000056, “Social Deixis on Reader’s Letters of Kompas Newspaper, July 2016 edition and The Implications Toward Learning Indonesian Language and Literature at Junior High School”, Department of Education Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah Science and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, Advisor: Dr. Nuryani, M.A. The purpose of this research to describe the social deixis on reader’s letters column on Kompas daily newspaper, July 2016 edition and the implications towards learning Indonesian language and literature in junior high school. This research used descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques used the technique of the document. Source of data in this research were obtained from reader’s letters in the daily Kompas newspaper that has been collected during the month of July 2016. The results of this research showed that there were 245 social deixis in the form of words, phrases, and clauses. 89 social deixis form of words, 154 social deixis are phrases, and 2 social deixis form of clause. Meanwhile, social deixis user functions on a reader's letters in July 2016 edition of Kompas daily newspaper are: 1) as a differentiator social level, 2) maintain polite language, 3) to streamline the sentence, and 4) as a differentiator social identity. A form of social deixis found in a reader's letters in July 2016 edition of Kompas daily newspaper show their social differences from each participant involved in printed mass media communication. Differences in social background between the senders of the letter, readers and individuals referenced in the reader’s letters column Kompas cause their election or selection of word as a basic courtesy and etiquette in the language. This reserach implicated to learning Indonesian language and literature for students of class IX Junior High School on their second semester, based on Curriculum KTSP with basic competence on writing reader’s letters about school environment. Through this research, the teacher can be apply a pragmatic approach to train students to make a good reader’s letters in accordance with the criteria of a good reader’s letters and used proper diction.
Keywords: Pragmatics, Social Diexis, Reader’s Letters, Kompas daily newspaper
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga buah dari perjuangan dengan penuh kesabaran telah terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang telah melakukan revolusi dari nalar jahiliah dan mengantarkan kita kepada nalar islami yang diridhoi Allah Swt. Skripsi yang berjudul “Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP” adalah untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjana srata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan aral melintang yang menghambat penulis. Namun berkat doa, kesungguhan hati, kerja keras, dan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya yang tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menyongsong masa depan. 2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dorongan semangat selama penulis melaksanakan penyusunan skripsi. 3. Dr. Hindun, M.Pd. dan Ira Mayasari, M.Hum. selaku dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk menguji, memberikan arahan dan saran agar skripsi ini lebih baik sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap dunia akademis.
iii
4. Rosida Erowati, M.Hum. selaku dosen Penasehat akademik Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5. Dr. Nuryani, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku dosen pembimbing PPKT yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 7. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan inspirasinya kepada penulis selama perkuliahan. 8. Bapak Jito Marulloh dan Ibu Maani, kedua orangtua penulis yang selalu melimpahkan kasih sayang, motivasi, dan doa yang tiada henti. 9. Fujiatur Riza, A.Md.Kom., Naila Azmi dan Muhammad Fadly Syamil, sebagai anggota keluarga yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan. 10. Amin Nur, A.Md.Kep., teman dekat sejak SMA yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan secara moril maupun materil. Terima kasih atas kelapangan waktu untuk selalu menjadi tempat penulis berkeluh kesah. 11. Teman seperjuangan PBSI angkatan 2012, kelas A dan B khususnya untuk sahabat yang selalu ada dalam suka duka dan selalu menyemangati dalam penyelesaian skripsi Aufalina Husna, Haiza Hazrina, Anis Rozanah, Bernika Liana, Hasna Puspita Sari, Titih Sundari, Sa’adah Abadiyyah, Indah Dwi Wahyuni, Ika Farhana, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan namanya. 12. Pusat Informasi Kompas yang telah memberikan informasi lengkap mengenai sejarah dan penerbitan harian Kompas. 13. Teman-teman alumni MI At-Taqwa 20 Bekasi, alumni MTsN 15 Jakarta, dan alumni SMAN 115 Jakarta dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah Swt membalas hal sekecil apappun yang kalian berikan kepada penulis dengan kebaikan yang berlipat ganda.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan laporan. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta pihak yang membutuhkan pada umumnya.
Jakarta, 15 Desember 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5 D. Perumusan Masalah .......................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pragmatik .......................................................................................... 7 B. Konteks ............................................................................................. 10 C. Deiksis 1. Hakikat Deiksis .......................................................................... 13 2. Jenis Deiksis ............................................................................... 16 D. Deiksis Sosial .................................................................................... 24 1. Bentuk Deiksis Sosial ................................................................ 25 2. Fungsi Deiksis Sosial ................................................................. 28 E. Media Massa Cetak 1. Pengertian Media Massa Cetak .................................................. 30 2. Pengertian Surat Kabar .............................................................. 31 3. Pengertian Surat Pembaca .......................................................... 32 4. Fungsi Surat Pembaca ................................................................ 33 5. Kriteria Surat Pembaca .............................................................. 34
vi
F. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ............................................................................ 39 B. Sasaran ............................................................................................. 40 C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 40 D. Teknik Pengolahan Data 1. Teknik pengumpulan Data ......................................................... 40 2. Teknik Analisis Data .................................................................. 41 E. Instrumen Analisis Data .................................................................... 43 F. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 43 BAB IV PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Harian Kompas ....................................................... 44 B. Analisis Deiksis Sosial pada Surat Pembaca harian Kompas Edisi Juli 2016 ............................................................................................ 46 C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia................................................................................ 152 BAB V PENUTUP A. Simpulan .......................................................................................... 155 B. Saran ................................................................................................ 156 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Bagan Pronomina Persona
Tabel 3.1
Contoh Judul Surat Pembaca harian Kompas yang
18
Dikumpulkan
41
Tabel 3.2
Contoh Instrumen Analisis Data Deiksis Sosial
43
Tabel 4.1
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Gaji Ditahan” Kompas Edisi Jumat, 1 Juli 2016
Tabel 4.2
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masalah Sepanjang “By-Pass” Kompas Edisi Jumat, 1 Juli 2016
Tabel 4.3
48
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Lippo Membantah” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016
Tabel 4.4
46
49
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Bumiputera” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016
Tabel 4.5
52
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan 3” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016
Tabel 4.6
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mohon Kembalikan SIM Saya” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016
Tabel 4.7
53
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Berita Lapindo” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016
Tabel 4.8
52
55
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Telepon Mati” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016
viii
57
Tabel 4.9
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Perbaiki Jalan Warga” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016
Tabel 4.10
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Panitia SBMPTN” Kompas Edisi Selasa, 5 Juli 2016
Tabel 4.11
71
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Denda Kartu Tamu” Kompas Edisi Selasa, 12 Juli 2016
Tabel 4.20
71
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tas Plastik Berbayar” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016
Tabel 4.19
70
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Menunggu Hadiah” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016
Tabel 4.18
69
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Prosedur Tilang” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016
Tabel 4.17
67
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Terima Kasih Petugas Badara” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016
Tabel 4.16
66
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kenal tetapi Tidak Kenal” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016
Tabel 4.15
65
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BRI” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016
Tabel 4.14
62
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan PAN Pacific Insurance” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016
Tabel 4.13
59
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Antareja Kami Bangga” Kompas Edisi Selasa, 5 Juli 2016
Tabel 4.12
58
73
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mengatasi Banjir Ciliwung” Kompas Edisi Selasa, 12 Juli 2016
ix
74
Tabel 4.21
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “BPJS Ditolak” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016
Tabel 4.22
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tagihan Transaksi Gagal” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016
Tabel 4.23
91
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tunjangan Sertifikasi” Kompas Edisi Sabtu, 15 Juli 2016
Tabel 4.32
87
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pendidikan Dokter” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
Tabel 4.31
86
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mulai dari Diri Sendiri” Kompas Edisi Jumat, 15 Juli 2016
Tabel 4.30
84
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kuda Hitam” Kompas Edisi Jumat, 15 Juli 2016
Tabel 4.29
83
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Hak Pejalan Kaki” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016
Tabel 4.28
82
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan RSI Cempaka Putih” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016
Tabel 4.27
81
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan RSUP Dr Sardjito” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016
Tabel 4.26
77
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Visa „On Arrival‟” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016
Tabel 4.25
76
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Sungkemlah kepada Rakyat” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016
Tabel 4.24
75
92
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Idul Fitri” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
x
94
Tabel 4.33
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “informasi Tol” Kompas Edisi Senin, 18 Juli 2016
Tabel 4.34
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pulsa Hilang” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
Tabel 4.35
97
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Semanggi I-II dan Trisakti” Kompas Edisi Selasa, 19 Juli 2016
Tabel 4.37
96
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Macet “Brexit”” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
Tabel 4.36
95
99
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Stop Pemberian Gelar Dr HC” Kompas Edisi Selasa 19 Juli 2016
Tabel 4.38
104
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kontribusi Tiga Duta Besar” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016
Tabel 4.39
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tunjangan Sertifikasi” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016
Tabel 4.40
110
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Subsidi Transjakarta” Kompas Edisi Kamis, 21 Juli 2016
Tabel 4.43
109
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Kementrian LHK” Kompas Edisi Kamis, 21 Juli 2016
Tabel 4.42
107
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tentang “Aku” dan “Saya”” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016
Tabel 4.41
106
111
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Ihwal Dosen Pindah Antaruniversitas” Kompas Edisi Jumat, 22 Juli 2016
Tabel 4.44
113
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Batu xi
Kapur di Bahorok” Kompas Edisi Jumat, 22 Juli 2016 Tabel 4.45
115
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Memenangkan dan Memenangi” Kompas Edisi Sabtu, 23 Juli 2016
Tabel 4.46
116
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Sulit Kuliah ke Luar Negeri” Kompas Edisi Sabtu, 23 Juli 2016
Tabel 4.47
117
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masih Ada MOS” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016
Tabel 4.48
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Polisi Baik” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016
Tabel 4.49
130
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Barang Tak Datang” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016
Tabel 4.55
129
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Harapan pada Kapolri” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016
Tabel 4.54
127
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Harga Daging Sapi” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016
Tabel 4.53
126
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pesawat Batal” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016
Tabel 4.52
124
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “UGD Penuh” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016
Tabel 4.51
122
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Vaksin Palsu” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016
Tabel 4.50
120
132
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kepastian Hukum” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016 xii
133
Tabel 4.56
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tertipu Kursus” Kompas Edisi Kamis, 28 Juli 2016
Tabel 4.57
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masuk Provinsi” Kompas Edisi Kamis, 28 Juli 2016
Tabel 4.58
142
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BPJS” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016
Tabel 4.65
141
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Batik Air” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016
Tabel 4.64
141
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Bukan Gerilyawan” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016
Tabel 4.63
140
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BRI” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016
Tabel 4.62
139
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca“Tanggapan Bank Mega” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016
Tabel 4.61
137
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Surat Tak Lengkap” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016
Tabel 4.60
136
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Parkir Liar” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016
Tabel 4.59
135
143
Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Macet Jalan Pramuka” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016
xiii
145
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Uji Referensi
Lampiran 2
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3
: Surat Pembaca harian Kompas Edisi Juli 2016
Lampiran 4
: Lembar Surat Bimbingan Skripsi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik berbentuk ide, informasi atau opini. Baik bahasa lisan maupun tulisan, keduanya memiliki fungsi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial antara satu dengan yang lainnya, berpikir, berperilaku seperti yang diinginkan, dan lain sebagainya. Bahasa juga digunakan masyarakat untuk meneruskan pesan komunikasi dalam berbagai media (seperti surat, telepon, radio, televisi, dan sebagainya). Pemakaian bahasa dikatakan tepat apabila seorang pembicara menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa pembicaraan, baik dalam bahasa tulis maupun lisan. Wujud bahasa yang diungkapkan seseorang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi: siapa yang menjadi lawan bicara, apa tujuan pembicaraan tersebut, masalah apa yang dibicarakan serta kapan, di mana, dan dalam keadaan apa orang dituju. Faktor-faktor tersebut menunjukan bahwa penggunaan bahasa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang disebut konteks dan ilmu yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang kontekstual yakni deiksis. Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri.1 Istilah deiksis mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian orang, bahkan ada yang belum mengetahuinya, walaupun dalam ujaran sehari-hari seseorang pasti mengandung kata-kata deiktis seperti saya, di sini, sekarang, Bapak, Ibu, dan sebagainya yang 1
T. Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 50
1
2
rujukannya selalu berpindah-pindah. Deiksis diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa. Jadi, perlu pemahaman yang tepat mengenai kata-kata deiktis antara pembicara dengan lawan bicara. Penggunaan deiksis tidak hanya bisa kita jumpai dalam percakapan secara langsung, namun kita juga bisa menemukannya di dalam percakapan radio maupun televisi. Selain itu, deiksis juga bisa kita jumpai dalam bahasa tulis seperti cerpen, novel, naskah drama, maupun dalam media massa cetak seperti majalah, tabloid, surat kabar, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan ini, peneliti tertarik untuk membahas deiksis sosial yang terdapat dalam surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu media cetak yang banyak diminati oleh masyarakat sebagai sarana penuangan gagasan secara tertulis. Masyarakat berlomba-lomba untuk menuangkan gagasannya menggunakan bahasa yang mudah dipahami pembaca dengan gaya bahasa jurnalistik yang dikenal lugas, longgar, dan tidak normatif. Selain itu, di era reformasi seperti saat ini kebebasan untuk bersuara membuat dunia jurnalistik kita semakin berkembang. Berkembangnya berbagai media penyalur informasi pada dasarnya harus diiringi dengan berkembangnya pemikiran masyarakat bahasa yang bisa menerapkan bahasa yang baik, hingga akhirnya akan mewujudkan masyarakat yang cerdas, kreatif, dan inovatif. Media massa cetak seperti surat kabar yang hingga sekarang berkembang pesat juga telah menjadi salah satu sarana penunjang informasi untuk masyarakat yang haus akan berita atau peristiwa yang sedang hangat. Meskipun telah hadir berbagai berita melalui media online seperti yang bisa didapatkan dengan mudah di telepon genggam, surat kabar dengan berbagai rubriknya memiliki daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. Penikmat media massa cetak masih menaruh kepercayaan yang penuh terhadap surat kabar sebagai sarana penyampai informasi
yang
mengedepankan
akurasi
data,
menjaga
prinsip
3
pertimbangan berita, dan memelihara keselarasan informasi. Informasiinformasi yang disampaikan di surat kabar juga sering bersifat investigasi (dengan merekam fakta, melakukan peninjauan, percobaan, dan sebagainya). Hal ini membuat pembaca lebih kritis dalam menanggapi berita yang dimuat dalam surat kabar tersebut. Salah satu surat kabar yang masih memiliki eksistensi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di Ibu Kota adalah harian Kompas. Harian Kompas dipilih penulis karena Kompas telah dipercaya oleh masyarakat sebagai sumber berita yang akurat dan lengkap sejak tahun 1965. Sebagai surat kabar yang sudah lama eksis di Indonesia Kompas selalu memberikan berita aktual dan terbaru serta berita yang menjadi sorotan publik secara rinci. Rubrik yang terdapat di dalamnya pun beragam di antaranya yaitu Berita Utama, Bisnis dan Keuangan, Humaniora, Opini, Sosok, Politik dan Hukum, Nama dan Peristiwa, Nusantara, Metropolitan, dan Olahraga. Salah satu bagian yang tak kalah penting dalam harian Kompas bagi masyarakat yang ingin menuangkan gagasan, kritik, serta sarannya mengenai masalah publik adalah kolom “Surat Pembaca”. Sebagai media penyalur aspirasi masyarakat “Surat Pembaca” berisikan tulisan dari masyarakat megenai kritikan atau protes terhadap suatu instansi ataupun terhadap peristiwa tertentu yang tidak mampu memberikan pelayanan yang baik. Sebagai media aspirasi publik “Surat Pembaca” bukan sekadar sarana penyampai protes atau kritik. Lebih dari itu bisa juga dijadikan wadah bertukar pendapat atau forum dialog mengenai banyak hal yang terjadi di masyarakat. Dalam
kolom
“Surat
Pembaca”
bahasa
yang
digunakan
mengandung ungkapan deiksis sosial yang selalu berpindah-pindah atau berbeda makna dan rujukannya. Setiap harinya, harian Kompas selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya lewat forum ini sebanyak 2-4 Surat Pembaca. Di setiap suratnya, pengirim memberikan tanggapan atau protes terhadap lembaga,
4
pelayanan publik ataupun peristiwa yang berbeda. Hal tersebut menandakan bahwa yang diacu dalam pembicaraan pun berbeda-beda. Selain itu, latar belakang sosial sosial yang berbeda di setiap masyarakat yang mengirimkan surat juga menimbulkan adanya sistem sapaan atau pemilihan kata yang berbeda kepada pihak yang dituju. Seperti halnya panggilan
yang
menunjukkan
kehormatan,
keakraban,
maupun
merendahkan. Hal ini menunjukan bahwa deiksis sosial bukan hanya sekedar mencerminkan bahasa, melainkan wujud dari sebuah budaya. Perkembangan bahasa di media massa cetak seyogyanya dapat mencerminkan bahasa yang tetap mengedepankan unsur kesantunan dalam berbagai penulisan rubriknya. Terlebih, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam penggunaan deiksis sosial yang sesuai dengan nilai rasa atau budaya yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji deiksis sosial lebih dalam lagi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana wujud deiksis sosial yang tergambar dalam kolom Surat Pembaca harian Kompas yang ditulis oleh berbagai kalangan masyarakat. Dengan adanya analisis deiksis sosial pada kolom Surat Pembaca, diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa akan lebih mudah memahami maksud sebuah ujaran/teks apabila siswa memahami deiksis sosial. Begitu juga saat menulis sebuah karangan, siswa akan mengetahui deiksis sosial apa saja yang bisa digunakan sesuai dengan konteks. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji pemakaian deiksis sosial yang ada dalam Surat Pembaca harian Kompas. Searah dengan permasalahan, judul dalam penelitian ini adalah “Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa rubrik Surat Pembaca yang terdapat pada harian Kompas adalah sebuah wadah bagi masyarakat dari berbagai golongan dan tingkatan sosial yang beraneka ragam untuk menuangkan kritik, komentar, saran atau usulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan terhadap suatu lembaga atau pelayanan publik. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, timbullah identifikasi masalah sebagai berikut: a. Perkembangan media massa cetak yang pesat harus dibarengi dengan penggunaan bahasa yang tetap mengedepankan unsur kesantunan, salah satunya penggunaan deiksis sosial yang tepat. b. Perlunya pembahasan secara mendalam mengenai bentuk deiksis sosial yang terdapat dalam Surat Pembaca harian Kompas. c. Pemakaian deiksis sosial dalam berbagai media, bukan hanya mencerminkan bahasa, melainkan wujud dari sebuah budaya. d. Perlunya peningkatan pengetahuan siswa terhadap deiksis sosial dalam memahami Surat Pembaca maupun dalam menulis Surat Pembaca sebagai implikasi dari pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan tersebut, agar ruang lingkup pembahasan lebih terkonsentrasi, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti pada “Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP” D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
6
1. Bagaimana bentuk deiksis sosial yang terdapat dalam rubrik Surat Pembaca harian Kompas edisi Juli 2016? 2. Bagaimana implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis lebih rinci mengenai hal-hal yang sudah dirumuskan dalam pembatasan masalah, yakni: 1. Untuk mendeskripsikan bentuk deiksis sosial yang terdapat dalam kolom Surat Pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. 2. Untuk mendeskripsikan implikasi penelitian terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis mengenai kajian ilmu pragmatik hingga dapat memperkaya pengetahuan mengenai deiksis terutama deiksis sosial, menambah khasanah bahasa, serta dapat menjadi tambahan referensi ilmiah tentang penelitian media massa cetak. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan menjadi suatu bahan masukan untuk menambah wawasan bagi para praktisi maupun pendidik bahasa Indonesia untuk dijadikan acuan dalam memberikan informasi mengenai pemakaian bahasa, khususnya pemakaian deiksis sosial dalam surat pembaca harian Kompas. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam memberikan masukan pada pembuat surat pembaca dalam pemakaian deiksis sosial secara benar.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pragmatik Pragmatik merupakan disiplin ilmu bahasa yang mengkaji makna yang erat kaitannya dengan penutur/pemakai bahasa dan atau lawan tuturnya, keadaan/situasi, serta konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan tersebut. Nadar mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu.1 Sementara itu, Leech menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).2 Definisi mengenai pragmatik juga diungkapkan oleh beberapa pakar pragmatik seperti Morris dalam Purwo yang mengungkapkan bahwa “pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara lambang dan penafsirnya”.3 Definisi tersebut juga sejalan dengan apa yang dikatakan Verhaar, ia mengatakan bahwa Pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tandatanda bahasa pada hal-hal „ekstralingual‟ yang dibicarakan.4 Pragmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa.5 Jadi, pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji fungsi penggunaan bahasa secara ekstralingual seperti maksud pembicara, konteks, dan keadaan.
1
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 2 Geoffery Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2011), h.8 3 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h.15 4 J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), Cet. Ke-1, h.14 5 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005), h.104 2
7
8
Nababan merangkum dua definisi pragmatik dari pendapat Levinson. (1) “Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa”, merujuk kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungan dengan konteks pemakaiannya, (2) “pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu”.6 Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik mengkaji makna bahasa yang diselaraskan dengan konteks yang mendasari suatu kalimat sesuai dengan kemampuan pengetahuan pemakai bahasa di luar kalimat itu sendiri. Sementara itu, Yule memberikan empat definisi penting mengenai pragmatik. 1. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. 2. Pragmatik adalah studi tentang kontekstual. Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. 3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Pendekatan ini juga perlu 6
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 2-3
9
menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang disampaikan. 4. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Pandangan ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkaan. Jawaban yang mendasar terikat pada gagasan jarak keakraban, baik keakraban fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang semakin dekat atau jauh jarak pendengar, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang dituturkan .7 Dari kempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang berkaitan dengan bagaimana seorang penutur menyampaikan
suatu
maksud
terhadap
lawan
tuturnya
dengan
menyesuaikan konteks situasi ujaran. Pragmatik berusaha menafsirkan makna tersirat yang terkandung di dalam ujaran/proses komunikasi. Biasanya, seringkali seorang penutur berharap apa yang ingin disampaikan lebih banyak daripada apa yang dituturkan. Namun, terkadang lawan tuturnya tidak menangkap secara penuh apa yang dimaksudkan oleh penutur. Oleh karena itu, untuk memahami setiap ujaran dalam proses komunikasi dibutuhkan pengetahuan yang sama antara penutur dan lawan tutur mengenai konteks yang melatarbelakangi ujaran mereka. Pragmatik
mencakup
studi
interaksi
antara
pengetahuan
kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia yang dimiiki oleh pendegar/pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan konteks.8 7
George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajab), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h. 3-4 8 T. Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.48
10
B. Konteks Mey dalam Nadar mendefinisikan konteks sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Searle, Kiefer, dan Bierwich dalam Nadar juga menegaskan bahwa pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks.9 Seseorang yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan dapat memahami ujaran apabila ia mengetahui bagaimana situasi lingkungan yang menyebabkan peristiwa pertuturan tersebut terjadi. Situasi lingkungan di sini bermakna luas, yakni segala yang mendukung peserta
pertuturan
untuk
berkomunikasi.
Bagaimana
seseorang
menginterpretasikan pemahamannya mengenai sebuah tuturan tergantung pada bagaimana cara dia memahami kondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut. Konsep teori konteks dipelopori oleh antropolog Inggris Bronislaw Malinowski. Malinowski berpendapat bahwa untuk memahami ujaran harus diperhatikan konteks situasi. Berdasarkan analisis konteks situasi ujaran itu, kita dapat memecahkan aspek-aspek bermakna bahasa sehingga aspek linguistik dan aspek nonlinguistik dapat dikorelasikan. Teori konteks intinya adalah: (a) makna tidak terdapat pada unsur-unsur lepas yang berwujud kata, tetapi terpadu pada ujaran secara keseluruhan, (b) makna tak boleh ditafsirkan secara dualis (kata dan acuan) atau secara
9
3-4
F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h.
11
trialis (kata, acuan, tafsiran), tetapi makna merupakan satu fungsi atau tugas yang terpadu dalam tutur yang dipengaruhi oleh situasi.10 Seseorang tidak bisa memahami sebuah ujaran hanya dengan mengartikan kata demi kata yang ada di dalamnya. Namun, harus mengartikan ujaran tersebut
secara menyeluruh yang didukung oleh
situasi. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Sejalan dengan pernyataan tersebut Leech dalam Nadar menyebutkan konteks merupakan latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Dengan demikian konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.11 Interpretasi seseorang mengenai sebuah tuturan sangat bergantung pada latar belakang pemahaman yang dimilikinya terkait tuturan tersebut. Syafi‟ie dalam Lubis mengatakan bahwa konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau pendengar; (3) konteks linguistik (linguistic context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar.12
10
Mansoer Pateda, Linguistik (Sebuah Pengantar), (Bandung: Angkasa, 2011 ), h. 118 Nadar, Op.Cit., h. 6-7 12 A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung : Agkasa, 2011), h. 60 11
12
Konteks erat kaitannya dengan tempat terjadinya pertuturan, latar belakang pengetahuan yang dimiliki peserta pertuturan, kalimat-kalimat lain yang mendukung kejelasan makna keseluruhan tuturan, dan relasi sosial/latar sosial yang melengkapinya. Firth dalam Wijana mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung dan dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan.13 Jadi, kontekslah yang menjadi pijakan utama di dalam analisis pragmatik. Yang dimaksudkan dengan konteks termasuk ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam tindakan yang mengutarakan kalimat itu.14 Jika kita menganalisis sebuah bahasa, terutama dalam analisis pragmatik, maka tidak mungkin dapat kita lepaskan dari konteks yang melingkupinya, berupa segala yang relevan yang terlibat/terkait dalam kalimat yang diujarkan. Konteks merupakan ciri/gambaran yang berfokus pada budaya dan linguistik sesuai dengan ujaran yang dihasilkan dan interpretasinya. Beberapa ciri/gambaran konteks adalah adanya pengetahuan tentang: 1. Norma (norma pembicaraan dan kaidah sosial) dan status (konsepkonsep tentang status sosial 2. Ruang dan waktu, 3. Tingkat formalitas, 4. Media (sarana), 5. Tema, 6. Wilayah bahasa.
13
I Dewa Putu Wijana, Dasar-Dasar Pragmatik, (Yogyakarta : ANDI, 1996), h. 5 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h. 14 14
13
Konsep konteks mencakup pula dunia sosial dan psikologis yang dimanfaatkan oleh pemakai bahasa terhadap latar temporal, sosial, spasial, aksi (verbal dan nonverbal) serta tingkat pengetahuan dan kepedulian dalam interaksi sosial.15 Dapat disimpulkan bahwa ketika kita berbicara pragmatik, konteks merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari kaitan antara bahasa dan konteks berusaha untuk menafsirkan dan
mengaitkan
suatu
kalimat
dengan
berbagai
aspek
yang
melatarbelakanginya. Termasuk di dalamya pengetahuan yang dimiliki penutur dan lawan tutur, situasi bahasa, situasi sosial, dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa definisi mengenai konteks yang telah dijabarkan, penulis mengambil fokus konteks menurut Syafi‟ie yang akan penulis gunakan dalam menganalisis temuan data.
C. Deiksis 1. Hakikat Deiksis Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos, yang berarti „hal penunjukan secara langsung‟. dalam logika istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung. Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.16 “The most obvious way in which the relationship between language and context is reflected in the structures of languages themselves, is through the phenomenon of deixis.” (Levinson dalam bukunya menyebutkan bahwa cara yang paling jelas untuk mencerminkan hubungan antara bahasa dan konteks 15
T. Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 48-49 16 Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 1-2
14
dalam struktur bahasa itu sendiri adalah melalui deiksis.)17 Deiksis memang terkait erat dengan konteks. Hal-hal penunjukan yang terdapat dalam suatu kalimat yang dituturkan seseorang tentu dapat kita kaitkan dengan segala konteks yang melingkupinya. Alwi mengatakan bahwa deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan. Kata atau konstruksi seperti itu bersifat deiktis. Deiksis merujuk kepada waktu, tempat, persona, dan semua hal yang berhubungan dengan situasi pembicaraan.18 Sementara itu, Verhaar mempunyai definisi tersendiri mengenai deiksis, menurutnya deiksis adalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar pada identitas penutur. Semantik itu dapat bersifat gramatikal, dapat bersifat leksikal pula bila hal yang diacu merupakan akar referensi sehingga perlu diketahui identitas.19 Seorang penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang, waktu maupun tempat. Kata-kata yang lazim disebut sebagai deiksis tersebut berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan tergantung pada pemahaman deiksis yang digunakan oleh seorang pentur.20 Suatu ungkapan deiksis dapat dipahami benar apabila kalimat yang diujarkan seseorang dapat dipahami oleh lawan tutur/pembacanya. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata seperti ini tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata seperti kursi, rumah, kertas. Siapa pun yang mengucapkan kata kursi, rumah, kertas, di tempat mana pun, pada
17 18
Stephen C. Levinson, Pragmatics, (England : Cambridge University Press, 1983), h. 54 Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
h. 42 19
J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 397 20 20 F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 54-55
15
waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang, barulah dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan.21 Hal tersebut dapat tergambar dalam contoh berikut: 1. Buku ini saya beli di situ 2. Buku itu saya beli di sana Pada (1) buku ini dan pada (2) buku itu, kata ini dan itu sebagai penanda takrif (definite). Buku ini maksudnya buku yang ada di sini atau buku yang dekat dengan pembicara; buku itu maksudnya buku yang ada di situ atau buku yang tidak dekat dengan pembicara.22 Seseorang bisa memahami acuan kata di sini, di sana, ini, dan itu secara benar dalam kalimat tersebut apabila ia terlibat dalam pembicaraan atau tidak terlibat tetapi mengetahui bagaimana konteks yang melatarbelakangi pembicaraan tersebut. Ciri khas ungkapan deiksis adalah selalu berpindah-pindah pada tiap situasi maupun konteksnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Alan Cruse “Deixis means different things to different people”23 (deiksis berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda). Deiksis berhubungan erat dengan cara menggramatikalisasikan ciriciri konteks ujaran atau peristiwa ujaran yang berhubungan pula dengan interpretasi tuturan yang sangat bergantung pada konteks tuturan itu sendiri. Deiksis disebut juga sebagai informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu merupakan beberapa kata deiktik yang memberi penunjuk pada konteks tertentu yang berarti bahwa makna ujaran tersebut harus 21
Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h. 17 22 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik II Relasi Makna Paradigmatik-SintagmatikDerivasional, (Bandung : PT Refika Aditama, h. 66 23 Alan Cruse, Meaning In Language; An Introdustion to Semantic and Pragmatic, (New York : Oxford University, 2004), h. 332
16
dipahami dengan tegas. Tenses atau kala juga merupakan jenis deiksis, misalnya then hanya dapat dirujuk dari situasinya. Untuk menafsirkan deiksis-deiksis itu, semua ungkapan bergantung pada penafsiran penutur dan pendengar dalam konteks yang sama.24 Sebuah
kata
dikatakan
acuan/rujukan/referennya
bersifat
berpindah-pindah
deiksis atau
apabila
berganti-ganti
bergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat tempat dituturkannya kata itu. Makna dari kata atau kalimat yang bersifat deiksis disesuaikan dengan konteks. Artinya, makna tersebut berubah bila konteksnya berubah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah kata yang memiliki referen atau acuan yang berubah-ubah bergantung pada pembicara saat mengutarakan ujaran tersebut dan dipengaruhi oleh konteks dan situasi yang melatarbelakanginya. 2. Jenis-jenis Deiksis Deiksis dapat dibedakan ke dalam beberapa macam. Beberapa pakar mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai jenis deiksis. Bambang Kaswanti Purwo dalam bukunya menyebutkan bahwa deiksis dapat dibedakan menjadi (1) deiksis luar-tuturan, yang terdiri dari: deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu, (2) deiksis dalam tuturan (endofora), (3) pembalikan deiksis, dan (4) peka konteks.25 Di pihak lain Nababan membagi deiksis dalam kajian pragmatik menjadi lima macam deiksis, yakni: (1) deiksis orang, (2) deiksis tempat, (3) deiksis waktu, (4) deiksis wacana, (4) deiksis sosial.26 Dalam penelitian ini penulis mengacu pada pembagian deiksis menurut Nababan. 24
George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajab), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h. 14 25 Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984)h. 7-8 26 P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 40-41
17
a. Deiksis Orang/persona (person deixis) Deiksis orang yang menjadi kriteria ialah peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama ialah orang pertama yaitu kategori rujukan
pembicara
kepada
dirinya
atau
kelompok
yang
melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.27 Person deixis concerns the encoding of the role of the participants in the speech event which the utterance in question is delivered.28 (deiksis persona berhubungan dengan pemahaman mengenai peserta pertuturan dalam situasi pertuturan di mana tuturan tersebut dibuat) Acuan yang ditunjuk oleh pronomina persona bergantiganti bergantung kepada peranan yang dibawakan peserta tindak ujaran. Orang yang sedang berbicara (aku, saya, kami) mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila ia tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar maka ia berganti menjadi persona kedua (engkau, kami, anda, kalian). Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan secara aktif) disebut persona ketiga (ia, dia, beliau, mereka).29 Oleh karena itu, untuk mempelajari ungkapan-ungkapan deiksis, kita harus menemukan
27
Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, (Surabaya : Airlangga University Press, 1995), h. 218 28 Stephen C. Levinson, Pragmatics, (England : Cambridge University Press, 1983), h. 62 29 T. Fatimah Djajasudarma, Semantik II Relasi Makna Paradigmatik-SintagmatikDerivasional, (Bandung : PT Refika Aditama), h. 52
18
pergantian percakapan masing-masing orang dari kedudukannya sebagai saya menjadi kamu secara konstan.30 Deiksis
persona
dapat
dilihat
pada
bentuk-bentuk
pronominal. Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu ada yang mengacu pada jumlah satu atau lebih dari satu. Ada yang bersifat eksklusif, inklusif, dan ada yang bersifat netral. Berikut ini pronomina persona yang disajikan dalam bagan.31 Tabel 2.1 Bagan Pronomina Persona Persona
Makna Tunggal Netral
Pertama Kedua
Ketiga
Saya, aku, ku-, -ku, daku Engkau, kamu, Kalian, Anda, dikau, kamu, kau-, -mu sekalian, Anda sekalian Ia, dia, beliau, Mereka -nya
Jamak Eksklusif kami
Inklusif kita
Dalam ragam nonstandar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut karena pemakaian nonstandar tergantung dari daerah pemakaiannya.32 Ragam nonstandar yang sering kita gunakan sehari-hari mislanya kata gue/elu, atau dalam bahasa Jawa misalnya mengguakan kowe, dan lain sebagainya. 30
George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajab), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h.15 31 Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.249 32 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1994) h.75
19
Intinya, acuan yang ditunjuk oleh kata ganti persona bergantiganti sesuai dengan peranan yang digunakan oleh peserta tutur. b. Deiksis Tempat/ruang (place deixis) Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Lokasi dalam sebuah bahasa biasanya terbagi menjadi yang dekat dengan pembicara (di sini), yang bukan dekat kepada pembicara/yang dekat dengan pendengar (di situ), dan yang bukan dekat dengan pembicara dan pendengar (di sana). Dalam tata bahasa, kata/frasa seperti ini disebut kata/frasa keterangan tempat.33 Place deixis concerns the encoding of spatial locations relative to location of the participants in the speech event.34 (deiksis tempat berhubungan dengan pemahaman lokasi atau tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan). Deiksis ruang berkaitan dengan lokasi relatif penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam interaksi. Dalam hal tertentu tidakan kita sering kali bertalian dengan ruang. Jika kita hendak menunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, misalnya, kita memakai kata begini. Jika kita merujuk pada suatu tindakan, kita memakai kata begitu.35 Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa deiksis tempat berhubungan erat antara orang dan benda yang ditunjukkan. Seperti yang dekat atau jaraknya terjangkau oleh penutur dan jaraknya jauh; tidak terjangkau oleh penutur. Berikut adalah contoh kalimat yang mengandung deiksis tempat: 1. Duduklah kamu di sini. 2. Di sini dijual gas elpiji. 33
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 41 34 Stephen C. Levinson, Pragmatics, (England : Cambridge University Press, 1983), h.62 35 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005), h. 111-112
20
3. (Jakarta sangat padat dengan mobil). Di sini manusia harus hidup dengan prinsip selaras, serasi, dan seimbang. 4. (Indonesia adalah negara budaya Timur). Di sini manusia harus hidup dengan prinsip selaras, serasi, dan seimbang. Frasa di sini pada kalimat (1) mengacu pada sebuah kursi atau sofa. Pada kalimat (2) acuannya lebih luas, yakni suatu toko atau tempat pejualan yang lain. Pada kalimat (3) ruang lingkupnya Jakarta, dan pada kalimat (4) ruang lingkupnya Indonesia.36 Dari beberapa contoh kalimat yang mengandung deiksis tempat tersebut terlihat bahwa yang diacu dalam pernyataan berbeda-beda. Meskipun semua kalimat terdapat kata di sini, namun masing-masing memiliki rujukan yang berbedabeda sesuai dengan konteks yang mendukungnya.
c. Deiksis Waktu (time deixis) Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentan waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa, yaitu sekarang, pada waktu itu, kemarin, bulan ini, dan sebagainya.37 Deiksis waktu berkaitan dengan waktu relatif penutur atau penulis dan mitra tutur atau pembaca. Penggunaan waktu di setiap bahasa berbeda-beda yang mengungkapkannya secara leksikal, yaitu dengan kata tertentu.38 Intinya deiksis ini berhubungan dengan struktur temporal. Kata-kata penunjuk waktu dapat bersifat deiktis dan tidak deiktis. Kata-kata penunjuk waktu seperti pagi, siang, sore, dan malam tidak bersifat deiktis karena perbedaan masing-masing 36
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
37
Nababan, Op.Cit., h. 41 Kushartanti, dkk, Op.Cit., h. 112
h. 42 38
21
kata itu ditentukan berdasarkan patokan posisi planet bumi terhadap matahari. Kata-kata penunjuk waktu dapat bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan adalah si pembicara. Kata sekarang bertitik labuh pada saat si pembicara mengucapkan kata itu (dalam kalimat) atau yang disebut saat tuturan. Kata kemarin bertitik labuh pada satu hari sebelum saat tuturan. Kata besok bertitik labuh pada satu hari sesudah saat tuturan.39 Time deixis concerns the encoding of temporal points and spans relative to the time at which an utterance was spoken (or a writen message inscribed.40 (deiksis waktu berhubungan dengan pemahaman titik ataupun rentang waktu saat tuturan dibuat (atau pada saat pesan tertulis dibuat). Dengan demikian, deiksis waktu merupakan pemberian bentuk tentang waktu yang mengacu pada berlangsungnya kejadian, baik masa lampau, kini, maupun mendatang. Contoh mengenai deiksis waktu adalah sebagai berikut: 1)
Kita harus berangkat sekarang.
2)
Harga barang naik semua sekarang.
3)
Sekarang pemalsuan barang terjadi di mana-mana.
Pada kalimat (1) sekarang merujuk ke jam atau bahkan menit. Pada kalimat (2) cakupan waktunya lebih luas, mungkin sejak minggu lalu sampai ke hari ini. Pada kalimat (3) cakupannya lebih luas lagi, mungkin berbulan-bulan dan tidak mustahil bertahun-tahun pula. Kata sekarang beroposisi dengan kata deiktis penunjuk waktu lain, seperti besok atau nanti, acuan kata sekarang selalu merujuk pada saat peristiwa pembicaraan.41 d. Deiksis Wacana (discourse deixis)
39
Bambang Kaswanti Purwo, Deiksis Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 71 40 Stephen C. Levinson, Pragmatics, (England : Cambridge University Press, 1983), h. 62 41 Hasan Alwi, dkk, Op.Cit., h. 42
22
Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan dan/atau yang sedang dikembangkan. Dalam tata bahasa ini disebut anafora (merujuk kepada yang sudah disebut) dan katafora (merujuk kepada yang akan disebut). Bentuk-bentuk yang termasuk dalam deiksis wacana adalah kata/frase ini, itu, yang terdahulu, yang berikut, yang pertama disebut, begitulah, dan sebagainya.42 Berikut adalah contoh anafora dan katafora dalam deiksis wacana: (1) Paman datang dari desa kemarin dengan membawa hasil palawijanya. (2) Karena aromanya yang khas, mangga itu banyak dibeli. Dari kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa –nya pada kalimat (1) mengacu ke Paman yang sudah disebut sebelumnya, sedangkan contoh (2) mengacu ke mangga yang disebut kemudian.43 Dalam deiksis wacana ungkapan linguistik digunakan untuk mengacu pada suatu bagian tertentu dari wacana yang lebih luas (baik teks tertulis maupun/ataupun teks lisan) tempat terjadinya ungkapan-ungkapan ini. Hal tersebut berupa adanya aspek-aspek ruang dan waktu, maka sudah biasa bila deiksis wacana harus diungkapkan melalui banyak unsur linguistik yang sama yang digunakan untuk mengungkapkan ruang deiksis ruang dan waktu44 Deiksis wacana berkaitan dengan bagian-bagian tertentu dalam wujud kebahasaan yang merujuk pada suatu wacana tertentu. Bahasan deiksis wacana yang lebih luas juga
42
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 42 43 Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, (Surabaya : Airlangga University Press, 1995), h. 219 44 Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 40
23
dikarenakan di dalamnya melibatkan aspek orang, ruang, dan waktu yang dirujuk dengan sebutan anafora dan katafora. e. Deiksis Sosial (social deixis) Deiksis sosial ialah rujukan yang dinyatakan berdasarkan perbedaan kemasyarakatan yang mempengaruhi peran pembicara dan pendengar. Perbedaan itu dapat ditunjukkan dalam pemilihan kata. Dalam masyarakat Jawa pada umumnya digunakan etiket bahasa, yaitu pemilihan tingkatan bahasa yang menurut kedudukan sosial pembicara, pendengar, atau orang yang dibicarakan. Sebagai contoh bentuk sapaan yang sepadan dengan Anda dapat dinyatakan dengan kowe, sampeyan, panjenengan, yang bertentangan dari tingkatan kesopanan berbahasa dari paling rendah hingga paling tinggi.45 Deiksis
mencakup
ungkapan-ungkapan
dari
kategori
gramatikal yang memiliki keragaman sama banyaknya seperti kata ganti dan kata kerja, menerangkan berbagai entitas dalam konteks sosial,linguistik, atau ruang-waktu ujaran yang lebih luas.46 Deiksis sosial mencakup rujukan yang biasanya dikaitkan dengan konteks sosial di masyarakat, sehingga wujudnya bisa beragam dan banyak. Berikut adalah contoh kalimat yang mengandung deiksis sosial: “Kepada Prof. Dr. Fadly Syamil, M.Pd. selaku Wakil Rektor dipersilakan untuk memberikan sambutan” Kalimat di atas menunjukan bahwa terdapat adanya rasa ketakziman terhadap seorang yang status sosialnya lebih tinggi, yakni adanya sebutan gelar. Kalimat tersebut dapat diungkapkan karena pembicara telah mengetahui konteks yang terkait dalam pembicaraanya. Jadi, deiksis sosial mengungkapkan adanya 45
Cahyono, Op.Cit., h. 219 Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), h. 31 46
24
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang terwujud dalam peristiwa berbahasa. D. Deiksis Sosial Social deixis concerns the encoding of social distinctions that are relative to participant-roles, particularly aspects of the social relationship holding between speakers and adresses or speaker and some referent.47 (Deiksis sosial berhubungan dengan suatu ungkapan yang menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial yang terdapat di antara peran-peran peserta pembicara terutama aspek peran sosial antara pembicara dengan rujukan yang lain). Deiksis sosial adalah suatu ungkapan yang menunjukkan adanya perbedaan sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam peristiwa berbahasa antarpartisipan. Deiksis ini berhubungan dengan aspek sosial budaya suatu masyarakat dan menyebabkan timbulnya kesopanan atau etiket berbahasa. Semua itu disesuaikan dengan aspek sosial budaya yang ada pada partisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa. Dalam beberapa bahasa perbedaan tingkat sosial antara pembicara dengan si alamat/ pendengar diwujudkan dalam seleksi kata dan/atau sistem morfologi kata-kata tertentu. Dalam bahasa Jawa misalnya, memakai kata nedo dan kata dahar (makan); memilih kata omah dan griyo (rumah); menyebut si alamat kowe atau sampeyan atau panjenengan, menunjukan perbedaan sikap atau kedudukan sosial antara pembicara, pendengar
dan/atau
orang
yang
dibicarakan/bersangkutan.
Secara
tradisional variasi bahasa seperti itu disebut “tingkatan bahasa”, ngoko, madyo, kromo, dan kromo inggil dalam sistem pembagian empat. Aspek berbahasa seperti ini disebut “kesopanan berbahasa”.48 Perbedaan tingkatan sosial di masyarakat menyebabkan adanya pemilihan kata/ungkapan dalam sistem morfologi. Dalam masyarakat pada umumnya misalnya untuk memanggil seorang yang lebih tinggi derajat 47
Stephen C. Levinson, Pragmatics, (England : Cambridge University Press, 1983), h. 63 P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 42 48
25
sosialnya
menggunakan kata yang menunjukkan kesopanan atau
kehormatan. Selain itu, derajat keakraban/kedekatan antara peserta dalam situasi ujar juga menimbulkan adanya pemilihan kata yang menunjukkan keakraban. Jika dalam peristiwa bahasa orang yang terlibat atau yang dituju tingkatan sosialnya lebih tinggi akan menunjukkan ketakziman sedangkan jika sederajat atau lebih rendah dan akan cenderung biasa saja, merendahkan atau bahkan menyindir. Semua peristiwa tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh pengetahuan pembicara mengenai konteks yang terkait dengan orang yang dituju maupun peristiwa yang terkait dengan pembicaraan.
Untuk
menangkap
aspek
sosial
deiksis
diperlukan
menambah satu dimensi lagi yang relatif pada tingkatan sosial, di mana kedudukan sosial pembicara lebih tinggi, rendah, atau sama dengan penerima. Dalam banyak bahasa ada kendala-kendala sosial yang melarang pemakaian pronomina personal untuk penutur dan si tersapa secara langsung. Dalam beberapa dialek bahasa Indonesia, misalnya penutur dapat menyebut diri adik, atau abdi, atau hamba, atau penulis. Sebaliknya orangtua pun bila berbicara dengan anaknya, tidak jarang mempertahankan pengacuan pada dirinya dan anaknya dengan penyebutan nominal, misalnya dengan memakai nomina Ibu atau Bapak.49 Hal tersebut menandakan bahwa deiksis sosial memang sekaligus dapat mencakup deiksis persona. Deiksis sosial membahas penunjukkan/ungkapan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial budaya yang terdapat pada antarpartisipan dalam peristiwa berbahasa. Dengan adanya deiksis sosial diharapkan semua masyarakat bahasa mampu menyerasikan ungkapan yang sesuai dengan kadar sosial dan sopan santun yang berlaku di masyarakat. 1. Bentuk Deiksis Sosial
49
J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), h. 403
26
Nababan mengungkapkan bahwa dalam beberapa bahasa, perbedaan tingkat sosial antara pembicara dengan pendengar diwujudkan dalam bentuk seleksi kata dan/atau sistem morfologi katakata tertentu. Misalnya, dalam bahasa Jawa memakai kata nedho dan dhahar yang berarti makan, memilih kata omah dan griyo (rumah). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk deiksis sosial yang diwujudkan dalam bentuk seleksi kata. Bentuk deiksis sosial lainnya dapat berupa frasa, klausa, dan kalimat yang terangkum dalam bentuk kebahasaan yang mengandung arti. Kata merupakan satuan gramatikal bebas terkecil yang berciri ketakterselaan, dan berkemungkinan pindah tempat.50 Ramlan juga mengungkapkan bahwa kata adalah satuan gramatikal bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan kata. Jadi satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan, kependudukan, negara, negarawan, pemimpin, kepemimpinan, dan sebagainya masing-masing merupakan kata karena masing-masing merupakan satu satuan bebas.51 Deiksis sosial dapat dikelompokkan ke dalam tiga unit yaitu berupa kata, kelompok kata, dan juga kalimat. Seperti dalam contoh berikut: “Masih dijumpai dalam bus reguler eks APTB penumpang duduk di lantai bus karena lelah berdiri, terutama kaum ibu dan anak-anak.” Dari contoh tersebut terdapat tiga bentuk deiksis sosial dalam satu kalimat. 1) penumpang dan anak-anak merupakan deiksis sosial yang berbentuk kata, 2) kaum ibu merupakan deiksis sosial berbentuk kelompok kata. Bentuk deiksis sosial merupakan bentuk yang tentunya mengandung arti. Ramlan menyatakan bahwa bentuk kebahasaan merupakan bentuk-bentuk yang mengandung arti baik arti leksikal 50 51
33-34
Djoko Kentjono, Sintaksis (Handout Perkuliahan), h. 10 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskritif, (Yogyakarta : CV Karyono, 2009), h.
27
maupun arti gramatikal. Bentuk kebahasaan yang digunakan yaitu dalam tataran gramatikal, berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dalam bahasa Indonesia istilah frasa atau frase (phrase) biasanya disebut pula dengan istilah kelompok kata karena unsur langsung yang membentuknya terdiri atas dua kata (bentuk bebas) atau lebih.52 Kata dapat digolongkan berdasarkan tugas pokok dan perilaku gramatikalnya, kata digolongkan menjadi kata leksikal (kata dasar, kata jadian, kata ulang, kata majemuk) dan kata tugas. (1) Kata dasar adalah kata yang umumnya berupa satuan bebas yang belum mengalami pemrosesan seperti pengimbuhan atau afiksasi. (2) Kata jadian dibentuk dari kata dasar dan imbuhan atau afiks (awalan, sisipan, akhiran, apitan, gabungan imbuhan). (3) Kata ulang dibentuk dengan mengulang kata dasar secara penuh atau tidak secara penuh, tanpa atau dengan perubahan bunyi. (4) kata majemuk dibentuk dari dua atau lebih kata dasar. Makna kata majemuk umumnya tidak merupakan gabungan makna kata-kata dasar yang membentuknya sedangkan kata tugas adalah kata yang bukan pembawa makna leksikal, bertugas menghubungkan atau menunjukkan hubungan antarkata leksikal.53 Frasa merupakan satuan gramatikal bebas yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak menunjukkan hubungan predikasi. Frasa digolongkan menjadi dua jenis, yakni frasa endosentrik (berinduk) dan frasa eksosentrik (tak berinduk). Frasa endosentrik terbagi lagi menjadi dua, yakni berinduk satu dan berinduk ganda.54 Frasa yang termasuk berinduk satu yakni frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa adverbial. Contohnya mahasiswa baru, akan pergi, amat sangat, dan sebagainya. Frasa berinduk ganda yakni frasa koordinatif (Ayah Ibu) dan apositif (Bung Karno presiden pertama
52
Ibid, h. 27 Kentjono, Op.Cit., h. 11 54 Ibid, h. 12 53
28
RI).
Sementara itu, frasa tak berinduk bentuknya berupa frasa
preposisional misalnya di rumah, kepada Ibu. Klausa adalah satuan gramatikal yang disusun dari kata dan/atau frasa yang di dalamnya terdapat suatu predikasi.55 Artinya, klausa dibentuk oleh komponen yang bisa berupa kata ataupun frasa yang berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa juga umumnya merupakan konstituen dasar kalimat. Klausa berdasarkan kemampuannya berdiri sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni klausa bebas dan klausa tak bebas. Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibentuk oleh konstituen dasar yang umumnya berupa klausa, kata peghubung (jika ada), dan intonasi final dinyatakan dengan tanda baca (.), (?), (!).56 Kalimat dilihat dari bentuk sintaksis terbagi menjadi empat macam, yakni kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan kalimat ekslamatif. Pertama, kalimat deklaratif berupa kalimat yang berisi berita. Kedua, kalimat imperatif berupa perintah atau suruhan dan permintaan yang memiliki partikel penegas, penghalus, kata tugas, kata ajakan, harapan, permohonan, dan larangan seperti ayolah, marilah, tolong, coba, silahkan, sudikah dan kiranya, janganlah, dsb. Ketiga, kalimat interogatif atau kalimat tanya yang ditandai dengan kata tanya seperti apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana. Keempat, kalimat ekslamatif atau dikenal dengan kalimat seru. Kalimat ini ditandai dengan kata alangkah, betapa, atau bukan main. 2. Fungsi Deiksis Sosial Sistem penggunaan bahasa yang mendasari bahasa yang dipengaruhi oleh kedudukan sosial disebut “sopan santun berbahasa” atau honorifics. Bahasa-bahasa berbeda dalam kompleksitas sistem “sopan-santun berbahasa”, namun semua mempunyainya dan secara
55 56
Ibid Ibid, h. 13
29
lazim diungkapkan dengan kata ganti orang, sistem sapaan, dan penggunaan gelar, seperti: engkau, Anda, Tuan, Saudara, Bapak, Ibu Tuti, Nyonya Hendro, Drs., Prof. Dr., dan sebagainya.57 Dimensi „honorifik‟ dimasukkan ke dalam pembicaraan untuk menerangkan pembedaan-pembedaan pronomina-pronomina persona dalam bahasabahasa tertentu, tidak berdasarkan hubungannya dengan peran-peran para peserta dalam situasi ujaran, tetapi berdasarkan status bertalian atau derajat keakrabannya.
yang
58
Sering juga kita menemukan penggunaan kata-kata khusus untuk menunjukkan sikap hormat dan/atau rasa segan terhadap orang yang disebut/bersangkutan. Gejala kebahasaan tersebut dikenal dengan eufimisme (pemakaian „kata halus‟). Inilah yang membuat orang memakai kata wafat atau meninggal untuk mengganti kata mati, WTS untuk pelacur, singkatan WC untuk jamban, dan sebagainya. Nampaknya jelas bahwa eufimisme erat hubungannya dengan sistem sopan santun berbahasa.59 Deiksis sosial pada dasarnya mengacu kepada perbedaan status sosial yang dimiliki seseorang ketika terjadi pertuturan. Perbedaan latar belakang sosial antara pembicara dengan pendengar atau penulis dengan pembaca diwujudkan dalam seleksi kata, frasa maupun klausa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan adanya kesopanan dalam berbahasa yang secara tidak langsung memberikan rasa saling menghormati satu sama lain. Deiksis sosial dalam masyarakat digunakan sebagai etika bahasa yang mempengaruhi kedudukan sosial antara pembicara, pendegar, atau yang dibicarakan. Chaniago dalam Rachmanita membagi fungsi pemakaian deiksis sosial menjadi: (1) sebagai salah satu bentuk
57
P.W.J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 43 58 John Lyons (Penerjemah I. Soetikno), Pengantar Teori Linguistik, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 274 59 Nababan, Op.Cit., h. 43
30
efektivitas kalimat, misalnya Kapolwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial/status sosial seseorang antara penutur dan lawan tutur, maupun antara penulis dan pembaca (Prof, Drs, Tuan, Nyonya, Kyai Haji), (3) untuk menjaga sopan santun berbahasa, misalnya menggunakan kata meninggal untuk mati, PSK, Istri, dsb. (4) untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan, misalnya: menundukan kepala ketika lewat di depan orang, sungkem. Fungsi deiksis sosial mencakup penyebutan deiksis orang tertentu.60
E. Media Massa Cetak 1. Pengertian Media Massa Cetak Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan cetak. Bentuk dari media massa cetak berbeda-beda, di antaranya adalah surat kabar (Koran), majalah, tabloid, buletin, dan sebagainya. Melalui media massa berbagai informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh masyarakat dengan mudah. Mengingat pada saat ini informasi
merupakan
kebutuhan
primer
dalam
mengikuti
perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Salah satu media massa cetak yang menjadi penunjang informasi setiap harinya adalah surat kabar. Informasi di media massa secara umum terdiri atas berita dan opini, yang tentu saja dilengkapi dengan foto/gambar pada media cetak. Berita dikatakan sebagai informasi yang menarik perhatian masyarakat (pembaca atau pendengar) yang disusun sedemikian rupa dan disebarluaskan secepatnya, sesuai periodisasi media. 61 Pentingnya media massa cetak bagi masyarakat menuntut berbagai penyedia informasi untuk terus memberikan informasi secara
60
Amanah Ari Rachmanita, “Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2016, h. 28, tidak dipublikasikan. 61 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2008), h. 83
31
cepat dan terbaru. Mengingat banyak masyarakat, terlebih lagi masyarakat kota sangat membutuhkan informasi terbaru yang akurat, terpercaya dan memiliki daya tahan informasi yang baik. Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga memiliki kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak secara umum terletak dari “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media massa, media cetak (surat kabar, majalah, dan tabloid) memiliki kelebihan yang tidak dimiliki media massa lain. Hasil cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya, sampai mengerti isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan. Selain itu, halaman media cetak bisa terus ditambah seandainya diperlukan.62 2. Pengertian Surat Kabar Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal. Surat kabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lembaran-lembaran kertas yang berisikan lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita dan sebagainya. Surat kabar harian memiliki kelebihan khusus bila dibandingkan dengan media cetak lain. Sesuai periodesasi terbitnya, informasi surat kabar harian diterima pembaca setiap hari sehingga informasi diperoleh
terus
secara
berkesinambungan.
Informasi
yang
disampaikan surat kabar lebih “lengkap” dibanding radio dan televisi. Dengan halaman yang cukup banyak, apalagi kini banyak surat kabar yang terbit dengan 32 halaman atau lebih, informasi tentang suatu peristiwa dapat diberitakan secara mendalam dari berbagai sisi, sedangkan radio dan televisi butuh jam tayang khusus guna melakukan hal itu.63 Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Takomala surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan
62 63
Ibid, h. 21 Ibid, h. 21-22
32
yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca. Jadi, surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi informasi tertentu dan terbit secara periodik/berkala. Menurut Karl Batwizh mengemukakan lima syarat surat kabar: a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar diketahui masyarakat umum. b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua terbitan bersifat teratur dan tetap. Misalnya, surat kabar harian sore terbit setiap sore hari, kecuali hari libur. c. Aktualitas:
artinya
isinya
aktual,
belum
pernah
dimuat
sebelumnya. Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual). d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja. Misalnya tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua persoalan yang menjadi perhatian manusia, seperti pendidikan, politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain. e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita
persidangan
Akbar
Tanjung
sampai
vonis
hakim
dijatuhkan.64 3. Pengertian Surat Pembaca Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia surat pembaca memiliki 64
Aris Takomala, “Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 17-19, tidak dipublikasikan.
33
arti sebagai surat yang dimuat dalam surat kabar, dan sebagainya.65 Surat pembaca dalam surat kabar atau majalah berisi persoalan yang perlu diketahui oleh masyarakat luas, yang dikirim seorang pembaca kepada redaksi, dengan harapan agar dapat dimuat atau disiarkan dan diketahui
masyarakat
umum;
dan
diharapkan
masalah
yang
dikemukakan bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat serta dicarikan jalan keluarnya. Sedangkan yang dimaksud pembaca di sini, ialah pertama, dari luar kalangan surat kabar atau majalah bersangkutan; kedua, dari dalam kalangan surat kabar atau majalah bersangkutan.66 Haris mengungkapkan definisinya mengenai surat pembaca. Menurutnya surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi keluhan atau komentar pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat. Panjang surat pembaca rata-rata 2-4 paragraf. Rubrik surat pembaca lebih merupakan layanan publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat. Dalam rubrik ini, pembaca boleh menuliskan apa saja dan ditujukan kepada siaa saja. Syaratnya antara lain pembaca harus menyertakan fotokopi KTP atau identitas lain yang masih berlaku seperti fotokopi SIM atau kartu mahasiswa, misalnya tentang telepon umum yang tidak berfungsi, jalan berlubang, layanan kantor-kantor pemerintah pihak perusahaan atau badan dan organisasi yang mengecewakan, atau makin banyaknya tayangan acara pada televisi yang dianggap menonjolkan sisi pornografi, kekerasan , dan sadisme.67 4. Fungsi Surat Pembaca 65
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta : Pusat Bahasa,
66
A.A Sahab, Cara Mudah Menjadi Jurnalis, (Jakarta: Diwan Publishing, 2008), h.143-
2008) 144 67
AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet. Ke-3, h. 4
34
Secara umum ada dua fungsi pokok surat pembaca bagi surat kabar maupun majalah a. Sebagai alat penyaring bermacam-macam pendapat pembaca yang mempunyai kepentingan umum, dan perlu pula untuk diketahui masyarakat luas. Di samping itu, ada kemungkinan masalah yang diungkapkan tidak diketahui redaksi atau reporter. b. Sebagai sarana demokratisasi, karena isi surat pembaca tidak hanya terbatas pada pernyataan kalangan elite, penguasa, atau pengusaha. Rubrik surat pembaca justru menempatkan dirinya lebih untuk menyuarakan kepentingan kalangan rakyat biasa. Bagi surat kabar maupun majalah, rubrik surat pembaca mempunyai manfaat untuk menyerap aspirasi pembaca khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kadangkala, justru bermula dari informasi surat pembaca, sebuah isu bisa menjadi berita besar. Hal ini dapat terjadi karena adanya keterbatasan peliputan, terutama yang berhubungan
dengan
faktor:
keterbatasan
jumlah
reporter,
keterbatasan kemampuan reporter, atau keterbatasan jumlah halaman surat kabar atau majalah. Sedangkan bagi khalayak pembaca, rubrik surat pembaca merupakan sarana menyampaikan persoalan, pendapat, pikiran, dan ekspresi diri, agar diketahui masyarakat luas serta pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini dimaksudkan agar masalah yang diungkap tidak berulang menimpa pihak lain; dan bagi yang berkepentingan terdorong untuk mencarikan solusinya.68 5. Kriteria Surat Pembaca Penyajian surat pembaca pada umumnya seperti halnya surat. Namun bisa juga bergaya seperti sebuah makalah atau puisi.
68
A.A Sahab, Op.Cit., h. 144-145
35
Sementara kriteria untuk dapat dimuat sebuah pembaca harus memenuhi lima syarat berikut: a. Mengandung unsur nilai berita. Syarat ini berlaku selayaknya sebuah berita, selain harus menarik dan penting bagi sebanyak mungkin pembaca. b. Isinya berupa public service atau bersifat umum. c. Jelas persoalannya, dan bukan sentimen pribadi. d. Ditulis dengan jelas menggunakan bahasa yang baik serta mudah dimengerti. e. Surat pembaca harus disertai identitas pengirim yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kriteria dan syarat-syarat tersebut di atas, tugas redaktur tidak hanya sekadar melakukan penyuntingan saja. Namun, ia juga harus melakukan check and recheck isi maupun identitas pengirim. Sejauh menyangkut isi, redaktur juga harus memperhatikan apakah surat pembaca mengandung unsur penghinaan, pencemaran nama baik, fitnah, dan sebagainya.69 Surat pembaca memiliki ciri yang membedakan dengan macam surat lainnya. Ciri dari surat pembaca di antaranya yaitu: a. Merupakan surat yang berisi pesan: keluhan, pujian, himbauan, undangan, dan sebagainya kepada instansi atau orang tertentu. selain itu surat pembaca dapat juga berupa balasan/tanggapan dari surat yang dikirimkan untuk menjawab keluhan surat pembaca sebelumnya. b. Bersifat umum, artinya surat yang boleh dibaca oleh orang banyak, mengingat isi pesan yang disampaikan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. c. Singkat, padat, dan jelas. Surat pembaca terdiri atas 1-4 paragraf. Isi yang disampaikan dalam surat pembaca langsung ke pokok pembicaraan. 69
Ibid
36
d. Menggunakan bahasa yang baku, sopan, dan komunikatif.70 Dengan adanya penjelasan mengenai surat pembaca yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa surat pembaca yang dikirim dari seseorang
kepada suatu instansi, lembaga,
pelayanan publik, ataupun orang lain harus mencakup beberapa karakteristik, termasuk di dalamnya penggunaan deiksis sosial yang tepat. Deiksis sosial merupakan ungkapan/rujukan yang didasarkan pada perbedaan sosial kemasyarakatan. Penggunaan deiksis sosial yang tepat pada surat pembaca diharapkan mampu mencerminkan bahasa yang tetap mengedepankan unsur sopan-santun dalam media massa cetak seperti koran.
F. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian relevan yang pertama mengenai deiksis pernah dilakukan oleh Dian Rahmawati, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Penelitiannya berjudul “Analisis Deiksis Sosial pada Cerpen Karya Siswa Kelas X TKJ 2 SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi”. Objek penelitian yang dikaji adalah jenis, maksud serta hubungan deiksis sosial dengan kesopanan berbahasa yang terdapat pada cerpen karya siswa kelas X TKJ 2. Subjek penelitiannya adalah cerpen karya siswa kelas X TKJ 2. Data dalam penelitian ini adalah kata, frase, klausa, kalimat yang di dalamnya terdapat jenis dan maksud penggunaan deiksis sosial dalam cerpen karya siswa kelas X TKJ 2. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data skunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi. Dari data yang terkumpul sebanyak 20 cerpen dari siswa kelas X TKJ2 diperoleh 60 deiksis sosial, terdapat 4 deiksis sosial jenis gelar, 7 deiksis sosial jenis jababatan, 13 deiksis sosial jenis profesi, dan terdapat 36 deiksis sosial 70
Kang Mousir, “Pengertian, Ciri, dan Cara Menulis Surat Pembaca”, dalam http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-ciri-dan-cara-menulis-suratpembaca.html?m=1 , diunduh pada Senin, 08 Agustus 2016 Pukul 07.35 WIB
37
jenis julukan. Serta deiksis yang mengandung maksud untuk menyatakan penghormatan sebanyak 12 data, 12 data menyatakan profesi, 12 data menyatakan sifat, dan 24 data menyatakan panggilan. Dari ke-60 deiksis sosial tersebut diperoleh 21 data yang menyatakan makna sangat sopan, 18 data menyatakan sopan, 2 data menyatakan agak sopan, 17 data menyatakan kurang sopan, dan 2 data mengandung makna yang netral. Penelitian relevan mengenai deiksis yang selanjutnya dilakukan oleh Erlina Dwi Octavia Sari Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul penelitiannya yakni “Deiksis Sosial dalam Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi Desember-Januari 2010/2011”. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah bentuk-bentuk deiksis sosial, dan kategorisasi deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember-Januari 2010/2011. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Tajuk Rencana dalam surat kabar harian Kompas edisi Desember-Januari 2010/2011. Teknik instrumen dan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Keabsahan data penelitian ini menggunakan validitas data jenis triangulasi teoritis. Teknik analisis data yang digunakan metode padan dengan teknik referensial dan teknik pragmatik. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember- Januari 2010/2011, dikelompokkan menjadi dua, yaitu, (1) bentuk honorifics (berupa jabatan: presiden, menteri, ketua, kepala badan, gubernur, dan direktur; berupa gelar, berupa profesi, dan berupa julukan), (2) bentuk eufimisme (berupa makna positif atau baik, dan makna negatif atau tidak baik), dan kategorisasi deiksis sosial dalam Tajuk Rencana surat kabar harian Kompas edisi Desember- Januari 2010/2011, dibagi menjadi dua, yaitu kategorisasi deiksis sosial berupa kata, dan kategorisasi deiksis sosial berupa frasa.
38
Penelitian mengenai deiksis juga pernah dibahas oleh Nofitasari pada tahun 2012, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Judul penelitiannya yakni “Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sintaksis deiksis sosial, jenis ungkapan deiksis sosial, fungsi deiksis sosial, dan maksud deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Hasil penelitian pada deiksis sosial meliputi empat macam yang pertama bentuk deiksis sosial dikelompokkan menjadi tiga yaitu deiksis sosial berupa kata, frasa dan klausa. Kedua deiksis sosial tersebut dibedakan menurut makna ungkapannya yaitu lugas dan kias. Ketiga dijabarkan lagi dengan penggunaan fungsi yaitu fungsi pembeda tingkatan sosial seseorang, menjaga sikap sosial, dan menjaga sopan santun berbahasa. Keempat maksud deiksis sosial mencakup enam maksud, yaitu maksud merendah, meninggikan, kasar, netral/normal, halus, sopan, melebih-lebihkan dan menyindir. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan ketiga penelitian yang tersebut
yakni sama-sama mengkaji deiksis sosial,
sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajian penelitiannya. Dian Rahmawati mengidentifikasi deiksis sosial pada karangan cerpen Karya Siswa Kelas X TKJ2 SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi. Erlina mengkaji deiksis yang terdapat pada Tajuk Rencana surat kabar Harian Kompas. Nofitasari menitikberatkan kajiannya pada deiksis sosial novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Sementara itu, penulis memilih untuk memfokuskan kajian deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas. Sejauh ini, belum ada penelitian yang membahas deiksis sosial pada surat pembaca di surat kabar manapun. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan khazanah baru dan dapat dijadikan pengembangan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data). Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik analisis isi. Dengan analisis deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.1 Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. 2 Data dalam penelitian ini penulis peroleh dari surat kabar harian Kompas yang telah dikumpulkan selama bulan Juli 2016. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, yang dikenal sebagai analisis isi (content analysis) yang berusaha mengkaji isi suatu teks secara mendalam. Hal tersebut didasari dari pendapat Guba dan Lincoln dalam Moleong yang berpendapat bahwa analisis/kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.3 Analisis isi diperlukan dalam penelitian ini untuk menemukan bentuk, fungsi, dan makna deiksis sosial yang terdapat pada surat pembaca. Analisis isi ini didasari oleh sebuah penafsiran, sehingga dasar penafsiran dalam analisis isi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat dari adanya
1
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2009), h. 4 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kulaitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11 3 Ibid, h. 220
39
40
bentuk komunikasi yang terjadi. Untuk meneliti isi maka yang harus dilakukan adalah menganalisis suatu dokumen/teks. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan surat kabar harian Kompas edisi Juli 2016 yang berperan sebagai dokumen dalam penelitian ini. B. Sasaran Sasaran atau objek penelitian ini berupa deiksis sosial yang digunakan oleh pengirim surat dalam kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa deskripsi mengenai deiksis sosial yang di dalamnya mencakup bentuk dan fungsi deiksis sosial. C. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan teknik dokumentasi, maka yang menjadi sumber data adalah dokumen atau catatan, sedangkan isi catatan merupakan subjek penelitian atau variabel penelitian.4 Data dalam penelitian ini adalah berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang berbentuk deiksis sosial. Sumber data penelitian diperoleh dari kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. D. Teknik Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yakni teknik dokumen. Teknik dokumen berusaha mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 172
41
masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.5 Jenis dokumen yang penulis teliti adalah surat kabar harian Kompas. Selama bulan Juli 2016 Kompas terbit 27 kali (terpotong hari libur nasional), dari 27 edisi peneliti medapatkan 23 edisi yang di dalamnya memuat surat pembaca. Dalam satu hari biasanya terdapat 2-4 buah surat pembaca di setiap edisinya. Semua surat pembaca edisi Juli 2016 tersebut penulis kumpulkan kemudiaan masuk ke tahap mengolah data. 2. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan
data
berlangsung,
dan
setelah
selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam menganalisis data sebagai berikut: a. Mengumpulkan dan Menyediakan Data Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data berupa suratsurat yang dikirim oleh pembaca Kompas. Surat pembaca yang dikumpulkan berjumlah 65 surat selama bulan Juli 2016. Contoh judul-judul surat pembaca harian Kompas bulan Juli: Tabel 3.1 Contoh Judul Surat Pembaca harian Kompas yang Dikumpulkan No
Judul Rubrik Surat
Pengirim
Pembaca
1.
Gaji Ditahan
Metha Anjar Viratri
2.
Membeli Jalan
Hadi
3.
Masalah
4.
Sepanjang Ir.
“By-pass”
Pudjonggo
Lippo Membantah
Danang Jati
5
Ibid, h. 274
Krisno
Edisi Jum’at, 1 Juli 2016
Kemayan Sabtu, 2 Juli
42
5.
Tanggapan
Puspita Pratiwi
2016
Bumiputera 6.
Tanggapan 3
Julandi
George
Fransiskus 7.
Mohon Kembalikan Maulana Hidayat SIM Saya
b. Menyeleksi Data Tahap ini berkaitan erat dengan menyeleksi, memfokuskan, merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok
dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.6 Data-data dalam penelitian ini peneliti kumpulkan kemudian diseleksi dan dipilah-pilah surat mana yang di dalamnya terdapat deiksis sosial, pernyataan mana yang merupakan deiksis sosial, dsb. c. Penyajian Data Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah berupa tabel yang telah dikelompokkan menjadi: wujud deiksis sosial, bentuk deiksis sosial, fungsi deiksis sosial, teks (kutipan kalimat/pernyataan pengirim surat), dan konteks yang mendukung kejelasan makna temuan data tersebut. Setelah semua data dikelompokkan ke dalam tabel, masing-masing temuan data (kata, frasa, klausa, dan kalimat) dianalisis satu per satu sesuai dengan makna dan fungsi deiksis sosialnya.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), h. 247
43
E. Instrumen Analisis Data Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri karena dalam penelitian ini peneliti yang mencari, menemukan, dan menganalisis sendiri penggunaan deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas. Penelitian ini menggunakan teknik dokumen yang dibantu oleh tabel kerja. Tabel 3.2 Contoh Instrumen Analisis Data Deiksis Sosial Wujud Bentuk No Deiksis Deiksis Sosial Sosial 1. 2. 3. 4. 5. Analisis Data:
Fungsi Deiksis Sosial
Teks
Konteks
............................................................................................................ F. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian adalah langkah langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Adapun langkahlangkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Mengumpulkan referensi yang berisi teori mengenai kajian pragmatik. 2. Membaca dengan cermat surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. 3. Membaca ulang dengan cermat surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 untuk menemukan deiksis sosial apa saja yang terdapat di dalamnya. 4. Mengumpulkan
data
berupa
deiksis
sosial
dan
mengelompokkannya ke dalam tabel. 5. Mendeskripsikan dan menganalisis data dengan sudut pandang pragmatik.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Harian Kompas Harian Kompas merupakan salah satu media cetak terbesar dan terkemuka di Indonesia. Awal mula berdirinya Kompas adalah terbitnya majalah Intisari pada 7 Agustus 1963. Ide awal penerbitan majalah Intisari datang dari PK Ojong selaku pemimpin redaksi Star Weekly dan Jakoeb Oetama selaku pemimpin redaksi majalah Penabur ingin menerobos isolasi pembaca dari kurangnya akses informasi.1 Awal terbit majalah Intisari dengan 22 artikel, dan tiras pertama sebanyak 10.000 eksemplar habis terjual. Ukuran majalah Intisari kecil 14 x 17,5 cm, dan tebalnya 128 halaman, hitam putih dan tanpa cover. Jakob Oetama menjadi pemimpin redaksinya, dan PK Ojong bersama Adi Subrata sebagai penulis berita. Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas. Hal ini disebabkan oleh PKI yang melakukan kegiatan sepihak dengan melakukan penyerobotan tanah negara, bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah yaitu ABRI. Kemudian datang ide dari Letjen Ahmad Yani selaku Mentri/Pangad meminta Frans Seda selaku Ketua Partai Katolik dan juga Mentri Perkebunan agar Partai Katolik memiliki sebuah koran sebagai corong partai. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakan dengan Josef Kasimo sesama rekan Partai Katolik—dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari. Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama.2 PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan koran. Pada awalnya surat kabar itu bernama Bentara Rakyat. Penggunaan nama tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. 1
FA Santoso, Sejarah, Organisasi dan Visi Misi Kompas, diperoleh dari Pusat Informasi Kompas pada Sabtu, 24 September 2016, h. 1 2 Ibid, h. 1-2
44
45
Kemudian ketika Frans Seda menghadap presiden Soekarno di Istana Merdeka, Bung Karno mengusulkan nama Kompas yang berarti sebagai penunjuk arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Jadilah koran itu bernama Kompas, sedangkan Bentara Rakyat dipakai sebagai nama penerbit koran tersebut.3 Maka pada tanggal 28 Juni 1965 terbitlah Kompas di tengah usaha untuk menembus situasi keterbatasan informasi yang terjadi pada saat itu. Kompas berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras awal sebanyak 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional menjadi 63.747 eksemplar. Pada tahun 1980-an oplah Kompas mencapai 600.000 eksemplar. Bahkan pada saat ulang tahun Bung Karno ke-100, oplah Kompas mencapai 750.000 eksemplar dalam edisi khusus. Pembaca koran ini mencapai 2.25 juta orang di seluruh Indonesia.4 Dengan idealisme dan semangat untuk memberikan informasi yang objektif
kepada
masyarakat,
Kelompok
Kompas
Gramedia
(KKG)
mengkhususkan diri untuk bergerak di bidang media komunikasi, baik melalui media cetak maupun media audio visual. Kemudian pada sekitar tahun 1980-an, Kelompok Kompas Gramedia mulai melakukan diversifikasi usaha, di luar bidang utamanya. Selain untuk mendukung usaha inti di bidang komunikasi, pengembangan ini juga dimaksudkan untuk memperluas lapangan pekerjaan sejalan dengan usaha pemerintah untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian olahraga. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan dan perkembangan bisnis perusahaan, secara struktur organisasi Kelompok Kompas Gramedia terbagi atas berbagai kelompok usaha (SBU) berdasarkan jenis usaha/jasa layanan yang dilakukan seperti: Kelompok Percetakan, Kompas, Majalah, Gramedia 3 4
Ibid, Hlm.2 Ibid, Hlm. 3
46
Pustaka Utama (GPU), Penerbitan dan Multi Media (MMSP), Perdagangan dan industri, Hotel Santika, Media Olahraga (Medior), Pers Daerah, Radio Sonora, PT Kompas Cyber Media. Pada saat ini tercatat kurang lebih 12.000 orang karyawan tergabung dalam Kelompok Kompas Gramedia, yang tersebar hampir seluruh wilayah.5
B. Analisis Deiksis Sosial pada Surat Pembaca harian Kompas Edisi Juli 2016 Dalam pembahasan penulis menganalisis Surat Pembaca harian Kompas yang telah dikumpulkan selama satu bulan, terhitung tanggal 1-30 Juli 2016. Tabel 4.1 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Gaji Ditahan” Kompas Edisi Jumat, 1 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Guru
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Karyawan Kontrak
Frasa
Pembeda tingkat sosial
3.
Bapak Mel, bagian HRD
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
No 1.
5
Ibid
Teks
Konteks
“Saya bekerja di Froggy Edutography sebagai guru selama 1 tahun 3 bulan, sejak 2 Februari 2015.” “Tanggal 2 Mei 2015 saya menjadi karyawan kontrak dengan syarat menyerahkan ijazah terakhir.” “Bulan Maret saya mendapat informasi dari Bapak Mel, bagian HRD bahwa saya memiliki 14 hari dan 4 jam hari libur sebagai
Surat tersebut ditulis oleh MAV yang ditujukan kepada lembaga Frogy Edutography. Pengirim surat berprofesi sebagai guru yang berstatus kontrak dan masa jabatannya sudah habis tanggal 13 April tahun 2016. Ia menuntut gajinya yang ditahan segera dicairkan. Ia menyatakan bahwa ia sudah menghubungi pihak terkait namun tidak ada jawaban.
47
4.
Manajeme n
Kata
Pembeda tingkat sosial
pengganti lembur dan hak cuti. Jadi hari terakhir saya bekerja adalah 13 April 2016.” “Kurang lebih 1 bulan sebelum kontrak habis, saya sudah mengirim surat pemberitahuan kepada manajemen bahwa saya akan berhenti.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Gaji Ditahan” ditemukan 4 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 2 deiksis sosial berbentuk kata.
1) kata guru bermakna sebagai orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Fungsi deiksis sosial guru sebagai pembeda tingkat sosial yang menandakan bahwa pengirim surat yang berinisial MAV berprofesi sebagai guru. Guru merupakan pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya. 2) frasa karyawan kontrak bermakna sebagai karyawan yang bekerja berdasarkan kontrak kerja dan tidak tetap. Fungsi deiksis sosial karyawan kontrak sebagai pembeda tingkat sosial. Seseorang yang berstatus karyawan kontrak kedudukannya lebih rendah jika dibandingkan dengan karyawan tetap. Penyebutan karyawan kontrak merujuk kepada pengirim surat yang merupakan guru tidak tetap di Frogy Edutography. 3) frasa Bapak Mel, Bagian HRD, panggilan Bapak terhadap laki-laki yang bernama Mel merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang jabatannya lebih tinggi dan/atau lebih tua di bagian HRD. Fungsi deiksis sosial Bapak Mel, Bagian HRD adalah untuk menjaga sopan santun berbahasa. Sapaan Bapak yang dituliskan oleh pengirim surat
dalam
menyebutkan seseorang yang berada di bagian HRD menunjukkan adanya sikap sopan santun. 4) kata manajemen bermakna sebagai pihak yang berwenang mengurus/mengatur jalannya suatu bidang pekerjaan. Fungsi
48
deiksis sosial manajemen sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Hal tersebut menandakan adanya perbedaan tingkatan sosial yang dimiliki oleh pengirim surat dengan manajemen. Tabel 4.2 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masalah Sepanjang “By-Pass” Kompas Edisi Jumat, 1 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Warga Koja
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Calon Frasa penumpang
Pembeda identitas sosial
3.
Gubernur Fauzi Bowo
Frasa
Pembeda tingkat sosial
4
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Frasa
Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Mulai dari Pasar Ular yang berlokasi bukan di fasilitas umum/sosial hingga separator baru di sekitar Plumpang yang membuat perjalanan warga Koja bertambah panjang." “Calon penumpang bebas berdiri menunggu bus yang berhenti seenaknya di jalur cepat...” “Terhitung sejak Gubernur Fauzi Bowo taman itu sudah 5-8 kali dibongkar pasang.” “Tak lama lagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal panen pohon tumbang karena berimpitan.”
Surat tersebut ditulis oleh IKP yang mengkritik masalah sepanjang “By-pass” di Jakarta Utara. Ia meresahkan bahwa banyak hal yang menyebabkan jalan tidak lancar/macet sehingga mengganggu mobilitas warga. Pengirim surat menyinggung bus yang berhenti sembarangan dan calon penumpang yang berdiri di mana saja. Ia juga menyindir pemerintah kota Jakarta yang selalu lamban dalam menangani proyek, hingga tidak pernah selesai sepanjang tahun.
49
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Masalah Sepanjang ByPass” ditemukan 4 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa warga Koja bermakna sebagai anggota/perkumpulan/penduduk yang mendiami wilayah Koja. Fungsi deiksis sosial warga Koja adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang tinggal di daerah/sekitar Koja dengan sebutan warga Koja. 2) frasa calon penumpang bermakna sebagai orang yang hendak naik kendaraan umum. Fungsi deiksis sosial calon penumpang adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang atau sekelompok orang yang sedang menunggu bus dengan sebutan
calon
penumpang, penyebutan tersebut
mencirikan
identitas/posisi seseorang/kelompok dalam konteks tempat yang dibicarakan penulis (sekitar Plumpang-Cempaka Putih). 3) Frasa Gubernur Fauzi Bowo, sebutan Gubernur untuk Fauzi Bowo bermakna sebagai seorang kepala pemerintah tingkat provinsi. Fungsi deiksis sosial Gubernur Fauzi Bowo adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatannya. Pengirim surat menggunakan sebutan gubernur kepada Fauzi Bowo yang pernah mempimpin Provinsi DKI Jakarta. 4) frasa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan Provinsi DKI Jakarta. Fungsi deiksis sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatannya. Tabel 4.3 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Lippo Membantah” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016 No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Edy Frasa Nasution, Ketua Panitera PN Jakarta Pusat
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Terkait pembacaan dakwan Doddy A Supeno dan Edy Nasution, Ketua Panitera PN Jakarta Pusat
Surat tersebut ditulis oleh DKJ selaku direktur Lippo. Ia menyampaikan klarifikasi lewat surat terhadap
50
2.
Saudara Dody
Frasa
3.
Karyawan
Kata
4.
Rekanan Lippo
Frasa
5.
Saudara Edy Sindoro
Frasa
6.
Presiden Komisaris
Frasa
7.
Direktur
Kata
8.
Pengusaha
Kata
Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda tingkat sosial
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
(Kompas, 20/6), dengan menjunjung tinggi proses hukum yang berjalan, kami sampaikan klarifikasi berikut” “Saudara Doddy keluar dari Lippo Cikarang tahun 2009, dan sejak saat itu bukan karyawan dan bukan rekanan Lippo.” “Pemberitaan yang menyebutkan Saudara Eddy Sindoro adalah Presiden Komisaris Lippo Group juga sama sekali tidak benar.” “Yang bersangkutan pernah menjadi direktur, tetapi sejak 2009 pensiun dari Lippo dan menjadi pengusaha yang tidak terkait Lippo.”
berita Kompas tentang pembacaan dakwaan Doddy dan Edy terkait Lippo. Lippo membantah telah menjalin hubungan kerja sama dengan PT Paramont dan PT APA. Pengirim surat menyatakan bahwa Doddy bukan lagi karyawan Lippo sehingga tidak berhak atas urusan apa pun terkait Lippo. Selain itu, pengirim surat juga mengklarifikasi bahwa terjadi kesalahan dalam pemberitaan yang menyebutkan Edy sebagai Presiden Komisaris tidak benar. Edy pernah menjabat sebagai direktur tetapi sejak tahun 2009 ia telah pensiun. Melalui surat tersebut pengirim surat memohon kepada media untuk tidak mengaitkan kasus Lippo dengan kasus Doddy.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Lipppo Membantah” ditemukan 8 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk kata dan 5 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa Edy Nasution, Ketua Panitera PN Jakarta Pusat bermakna sebagai orang yang mengepalai atau mempimpin sebuah
51
perkumpulan bernama Panitera Jakarta Pusat. Fungsi deiksis sosial Edy Nasution, Ketua Panitera PN Jakarta Pusat sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) frasa Saudara Doddy, panggilan saudara terhadap laki-laki yang bernama Dody bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Doddy adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. 3) kata karyawan bermakna sebagai orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapat gaji (upah). Fungsi deiksis sosial karyawan adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 4) frasa rekanan Lippo bermakna sebagai orang yang mempunyai hubungan timbal balik di dunia usaha atau dagang; nasabah usaha perusahaan Lippo. Fungsi deiksis sosial rekanan Lippo sebagai pembeda identitas sosial. Penyebutan tersebut mencirikan identitas Doddy bahwa ia pernah menjadi rekanan Lipppo. 5) frasa saudara Edy Sindoro, panggilan saudara terhadap laki-laki yang bernama Edy Sindoro bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Edy Sindoro adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Penulis menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. 6) frasa Presiden Komisaris yang bermakna sebagai kepala yang ditunjuk oleh anggota (pemegang saham, dsb) untuk melakukan suatu tugas. Fungsi deiksis sosial Presiden Komisaris sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 7) kata direktur bermakna sebagai pemimpin tertinggi suatu perusahaan. Fungsi deiksis sosial direktur sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 8) kata pengusaha bermakna sebagai orang yang berusaha di bidang perdagangan, industri, dsb. Fungsi deiksis sosial pengusaha sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya.
52
Tabel 4.4 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Bumiputera” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016 No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Bapak Iman Frasa Hardiantara
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Menanggapi surat Bapak Iman Hardiantara berjudul “menutup asuransi” di Kompas (3/5), dengan ini kami menyampaikan permohonan maaf.”
Surat tersebut dikirimkan oleh pihak Bumiputera kepada Bapak Iman yang berisi permohonan maaf. Pengirim surat menyatakan bahwa keluhan sudah diselesaikan dan pihak Bumiputera telah membayar kekurangan klaim habis kontrak kepada Bapak Iman. Pihak Bumiputera juga menyediakan layanan bagi para pengguna asuransi Bumiputera melalui telepon atau email.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan Bumiputera” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa Bapak Iman Hardiantara, panggilan Bapak bermakna sebagai sapaan terhadap laki-laki yang dipandang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Iman Hardiantara untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Tabel 4.5 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan 3” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Bapak
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga
Teks “Sehubungan
Konteks Surat
tersebut
53
Nurul Hadi Amrullah
2.
Pelanggan
sopan santun berbahasa
Kata
Pembeda identitas sosial
dengan keluhan Bapak Nurul Hadi Amrullah (Kompas, 21/6) mengenai sinyal Tri, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.” “Pelanggan bisa menghubungi di nomor 123 dari kartu Tri,....”
dikirim oleh Head Customer Operation seluler Tri kepada pelanggannya yang mempunyai keluhan, yakni Bapak Nurul. Atas terganggunya sinyal yang dialami pelanggannya, pihak operator memohon maaf. Pihak Tri juga memberikan layanan yang bisa dihubungi para pelanggan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan 3” ditemukan 2 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Bapak Nurul Hadi Amrullah, panggilan Bapak kepada laki-laki yang bernama Nurul Hadi Amrullah merupakan sapaan terhadapnya sebagai laki-laki yang dipandang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Nurul Hadi Amrullah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. 2) kata pelanggan bermakna sebagai orang yang membeli/menggunakan barang secara tetap. Fungsi deiksis sosial pelanggan adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut dirinya sebagai pelanggan kartu Tri yang mencirikan bahwa dirinya sering/secara tetap menggunakan operator seluler tersebut. Tabel 4.6 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mohon Kembalikan SIM Saya” Kompas Edisi Sabtu, 2 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Sopir taksi
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat
Teks “Saya sopir
Konteks
seorang Surat tersebut taksi dikirimkan oleh
54
sosial 2.
Pengemudi Klausa yang menyimpan SIM A saya
Pembeda identitas sosial
3.
Pengemudi Ertiga
Frasa
Pembeda identitas sosial
4.
Bapak pengemudi ertiga
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
bernama Maulana Hidayat.” “Melalui surat ini saya memohon kepada pengemudi yang menyimpan SIM A saya untuk mengembalikan.” “Dengan sertamerta pengemudi Ertiga keluar dari mobil.” “Melalui surat ini saya bermaksud memohon maaf secara terbuka atas kejadian tersebut, sekaligus memohon kepada bapak pengemudi Ertiga untuk berkenan menghubungi dan mengembalikan SIM saya.”
seorang sopir taksi bernama Maulana Hidayat yang SIMnya digadaikan oleh pengemudi lain saat terjadi peristiwa kecelakaan. Pengirim surat mengungkapkan bahwa ia dimarahi oleh pengemudi Ertiga karena mobil taksinya menyenggol bumper belakang mobil Ertiga pengemudi tersebut. Melalui surat tersebut ia menyatakan permohonan maaf kepada pengemudi Ertiga yang bumper belakang mobilnya tertabrak dan meminta SIMnya dikembalikan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Mohon Kembalikan SIM Saya” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk klausa. 1) frasa sopir taksi bermakna sebagai pengemudi taksi. Fungsi deiksis sosial sopir taksi adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya. 2) frasa pengemudi ertiga bermakna sebagai orang yang mengendarai mobil ertiga. Fungsi deiksis sosial frasa pengemudi ertiga adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang pengemudi yang dituju dalam pembicaraannya dengan sebutan pengemudi ertiga. Hal tersebut menandakan bahwa identitas/posisi seseorang tersebut dalam konteks peristiwa kecelakaan di jalan tol sebagai
55
pengendara mobil bermerk ertiga. 3) klausa pengemudi yang menyimpan SIM A saya bermakna sebagai sebagai orang yang mengendarai mobil dan membawa SIMsi pengirim surat. Fungsi deiksis sosialnya yakni sebagai pembeda identitas sosial. Hal tersebut menandakan bahwa identitas/posisi seseorang tersebut dalam konteks peristiwa kecelakaan di jalan tol sebagai orang yang menyimpan/menyita SIM penulis. 4) frasa Bapak pengemudi ertiga, panggilan Bapak kepada orang yang mengemudi ertiga merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak pengemudi ertiga adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan Bapak terhadap pengemudi mobil suzuki ertiga yang bumper belakang mobilnya ia tabrak. Tabel 4.7 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Berita Lapindo” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Calo tanah
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
2.
Korban
Kata
3.
Warga
Kata
Pembeda identitas sosial
4.
Janda dua Frasa anak
Pembeda identitas sosial
No
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Saya disebut sebagai calo tanah dan menekan korban lain untuk mau melepaskan tanah dan rumah dengan harga terendah” “Pemberitaan ini bertentangan dengan sikap saya yang justru menyarankan warga untuk tidak menjual tanah tanpa kejelasan dari Lapindo.” “Saya juga mempertanyakan penyebutan janda
Surat tersebut dikirimkan oleh H yang merasa tersinggung atas pemberitaan yang diterbitkan Kompas yang menyatakan dirinya sebagai calo tanah dan mengambil keuntungan dari korban Lapindo. Pengirim surat menyangkal atas apa yang telah dituliskan tentang dirinya dalam berita Kompas. Ia justru
56
5.
Orangtua tunggal
Frasa
6.
Suami saya
Frasa
7.
Pemerintah Kata
Pembeda identitas sosial Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda tingkat sosial
dua anak.” “Saya memang berstatus janda dua anak, tetapi saya menyebut diri sebagai orang tua tunggal sejak suami saya meninggal.” “Selama ini saya dan para korban Lapindo lainnya terus berusaha mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk memperjuangkan nasib kami, yang terus menerus ditipu oleh Lapindo dan pemerintah.”
berpendapat bahwa ia yang menyarankan warga agar tidak menjual tanahnya. Pengirim surat juga merasa tidak nyaman dengan penyebutan identitas dirinya yang menggunakan istilah janda dua anak. Melalui surat tersebut, ia memohon kepada redaksi Kompas untuk mencabut berita tersebut.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Berita Lapindo” ditemukan 7 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk kata dan 4 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa calo tanah bermakna sebagai orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan tanah berdasarkan upah. Fungsi deiksis sosial calo tanah adalah sebagai pembeda identitas sosial. Penulis menyebut seseorang yang menjadi perantara dalam mengurus tanah dengan sebutan calo tanah, penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks musibah Lapindo. 2) kata korban bermakna sebagai orang yang menderita akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb. Fungsi deiksis sosial korban adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang yang menderita akibat musibah lapindo dengan sebutan korban. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks musibah lapindo. 3) kata warga bermakna sebagai anggota/perkumpulan /penduduk yang mendiami suatu wilayah. Fungsi deiksis sosial warga adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang
57
tinggal di Sidoarjo dengan sebutan warga. 4) frasa janda dua anak bermakna sebagai wanita yang tidak bersuami lagi/ orangtua tunggal yang mengurus dua anak. Fungsi deiksis sosial janda dua anak adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyinggung berita yang menyebutkan dirinya
seorang wanita yang tidak bersuami dan memiliki anak dengan
sebutan janda dua anak. Penyebutan tersebut mencirikan identitas/posisi seseorang dalam keluarganya. 5) frasa orangtua tunggal bermakna sebagai seseorang yang berperan menjadi ayah sekaligus ibu. Fungsi deiksis sosial orangtua tunggal adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat merasa lebih dihormati jika sebutan untuk seorang yang berperan ganda sebagai ayah dan ibu dengan sebutan orangtua tunggal. 6) frasa suami saya bermakna sebagai pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri). Fungsi deiksis sosial suami saya adalah untuk kesantuan. Pengirim surat menyebut seseorang yang menjadi pasangan resminya dengan sebutan suami saya. 7) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.8 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Telepon Mati” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Teknisi
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Janjinya teknisi akan datang hari itu juga. Lagi-lagi tak datang.”
Surat tersebut dikirimkan oleh BK yang mengeluhkan telepon di kantornya mati. Pengirim surat mengaku sudah menelpon ke pihak Telkom namun teknisinya tak kunjung datang. Ia
58
juga merasa sangat dirugikan karena empat line telepon mati semua. Dari surat pembaca berjudul “Telepon Mati” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk kata. Kata teknisi bermakna sebagai seorang yang ahli teknik. Fungsi deiksis sosial teknisi sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya. Teknisi dipandang sebagai seorang yang mempunyai pengetahuan dan menguasai teknologi tertentu. Tabel 4.9 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Perbaiki Jalan Warga” Kompas Edisi Senin, 4 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pemerintah Kabupaten Semarang
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Masyarakat Kata
Pembeda identitas sosial
3.
Warga setempat
Pembeda identitas sosial
Frasa
Teks
Konteks
“Kepada Pemerintah Kabupaten Semarang, kami berharap jalan kami segera diperbaiki.” “Jalan tersebut merupakan jalur utama masyarakat untuk berangkat dan pulang kerja, ke sekolah, sembahyang, dan berbagai aktivitas lainnya.” “Warga setempat sejak lama mengeluhkan dampaknya, termasuk bertambah banyaknya suku cadang kendaraan yang harus segera diganti karena
Surat tersebut dikirimkan oleh F warga Semarang yang memohon kepada pemerintah Semarang untuk memperbaiki jalan. Pengirim surat menyatakan bahwa jalan tersebut sangat penting dan merupakan jalan utama masyarakat sekitar untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Melalui surat tersebut Pengirim surat memohon kepada pemerintah Kabupaten Semarang beserta pejabat berwenang untuk segera
59
4.
Pejabat berwenang
Frasa
Pembeda tingkat sosial
terperosok menyurvei dan lubang-lubang.” memperbaiki jalan warga. “Mohon Pemerintah Kabupaten Semarang beserta pejabat berwenang sengera menyurvei dan memperbaiki jalan tersebut.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Perbaiki Jalan Warga” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deikis sosial berbentuk kata. 1) frasa pemerintah kabupaten Semarang bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan kabupaten Semarang. Fungsi deiksis sosial pemerintah kabupaten Semarang sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) kata masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah manusia yang ada di sekitar kabupaten Semarang dan sekitarnya dengan sebutan masyarakat. 3) frasa warga setempat bermakna anggota/perkumpulan/penduduk yang mendiami suatu tempat. Fungsi deiksis sosial warga setempat sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang tinggal di sekitar kabupaten Semarang dengan sebutan warga setempat. 4) frasa pejabat berwenang bermakna sebagai pegawai pemerintah yang mempunyai/mendapat hak dan kekuasaan untuk memegang jabatan penting. Fungsi deiksis sosial pejabat berwenang sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatannya. Tabel 4.10 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Panitia SBMPTN” Kompas Edisi Selasa, 5 Juli 2016 No
Wujud Deiksis
Bentuk Deiksis
Fungsi Deiksis
Teks
Konteks
60
Sosial Saudara Ike Farida
Sosial Frasa
Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Personel panitia
Frasa
Pembeda identitas sosial
3.
Peserta SBMPTN
Frasa
Pembeda identitas sosial
4.
Panitia lokal Jakarta
Frasa
Pembeda identitas sosial
1.
“Terkait surat pembaca di Kompas, Rabu (22/6), yang ditulis Saudara Ike Farida sebagai orangtua peserta SBMPTN 2016, kami sampaikan penjelasan berikut.” “Pengaduan kami tindaklanjuti dengan memeriksa personel panitia yang terlibat dalam pelaksanaan ujian tertulis SBMPTN di ruang 18..” “Kami mengumpulkan semua keterangan yang relevan dari pihak terkait untuk menjamin tidak ada peserta SBMPTN yang dirugikan.” “berdasarkan hasil pemeriksaan panitia lokal Jakarta sebagai unit pengelola ujian tertulis SBMPTNdisimpulkan bahwa apa yang disampaikan Saudara Ike Farida tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta di
Surat tersebut ditulis oleh RW yang merupakan panitia pusat SBMPTN 2016 sebagai tanggapan dari pengaduan yang dilakukan oleh Saudara IF yang merupakan orang tua peserta tes. Pengirim surat mengatakan bahwa apa yang disampaikan Saudara IF tidak benar karena setelah hasil pemeriksaan panitia lokal tidak ditemukan suatu kelalaian dan apa pun. Ia juga menegaskan bahwa panitia tidak pernah membiarkan kecurangan dan kelalaian terjadi.
61
5.
Panitia pusat SBMPTN
Frasa
Pembeda identitas sosial
lapangan.” “Surat jawaban atas laporan pengaduan terkait dugaan keterlambatan ujian tertulis SBMPTN 2016, yang berisi penjelasan rinci sekaligus bantahan panitia, telah disampaikan kepada Saudara Ike Farida dengan tembusan para pihak sesuai surat pengaduannya.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan Panitia SBMPTN” ditemukan 5 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa saudara Ike Farida, panggilan saudara kepada seseorang yang bernama Ike Frida bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Ike Farida adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. 2) frasa personel panitia bermakna sebagai sekelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya. Fungsi deiksis sosial personel panitia sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang yang mengurus jalannya SBMPTN dengan personel pantia. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks pelaksanaan SBMPTN. 3) frasa peserta SBMPTN bermakna sebagai orang yang ikut serta/orang yang mengikuti tes SBMPTN. Fungsi deiksis sosial peserta SBMPTN sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang mengikuti tes SBMPTN dengan sebutan peserta SMBPTN. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks pelaksanaan
62
SBMPTN. 4) frasa panitia lokal Jakarta bermakna sebagai sekelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan dan bertanggung jawab dalam lingkup Jakarta. Fungsi deiksis sosial panitia lokal Jakarta sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang yang mengurus jalannya SBMPTN di Jakarta dengan sebutan panitia lokal Jakarta. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks pelaksanaan SBMPTN. 5) frasa panitia pusat SBMPTN bermakna sebagai sekelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan dan bertanggung jawab atas bagian-bagian yang dibawahi. Fungsi deiksis sosial panitia pusat SBMPTN sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut Penulis menyebut sejumlah orang yang mengurus dan menjadi pumpunan jalannya SBMPTN dengan sebutan panitia pusat SBMPTN. Tabel 4.11 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Antareja Kami Bangga” Kompas Edisi Selasa, 5 Juli 2016 No 1.
2.
3.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Penggemar Frasa wayang
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Presiden Joko Widodo Gubernur
Pembeda tingkat sosial Pembeda
Frasa
Frasa
Teks
Konteks
“Sebagai penggemar wayang, kami bahagia dan bangga membaca artikel di Kompas, 18 Mei 2016, bahwa Antareja bersama dengan cincin pusakanya, Mustikabumi telah menembus Bumi Pertiwi.” “Inilah tonggak sejarah transportasi publik dari
Surat tersebut dikirimkan oleh OS yang mewakili para penggemar wayang. Ia merasa bangga atas penamaan proyek pengeboran MRT yang dinamai Antareja. Pengirim surat mengucapkan terima kasih kepada Presiden yang telah menamai mesin bor bawah tanah dengan sangat
63
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
tingkat sosial
4.
Pak Jokowi
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
5.
Pujangga Jawa
Frasa
Pembeda identitas sosial
6.
Pak Basuki
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
7.
Warga Jakarta dan Sekitarnya
Frasa
Pembeda identitas sosial
8.
Rakyat Jelata
Frasa
9.
Warga
Kata
Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas
Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.” “Terima kasih Pak Jokowi, yang sudah memberikan nama yang sangat kultural Indonesia untuk mesin bor bawah tanah.” “Antareja adalah salah satu tokoh wayang yang tidak ada dalam kisah asli Mahabharata, karena merupakan tambahan dari pujangga Jawa.” “Untuk itu kami mohon kepada Pak Basuki sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyelenggaraka n pergelaran wayang kulit dengan lakon Antareja. “...Pergelaran wayang bisa menjadi sarana sosialisasi dan komunikasi dengan seluruh warga Jakarta dan sekitarnya..” “Semoga Presiden Jokowi juga merestui dan berkenan menonton bareng
kultural. Pengirim surat membahas sedikit tentang kisah Antareja yang mungkin hanya dikethui orang yang paham akan cerita wayang. Ia juga memohon kepada gubernur Jakarta untuk menyelenggarakan pergelaran wayang Antareja. Ia sangat berharap kepada Presiden untuk sesekali bisa berkumpul bersama dengan warga masyarakat untuk menyaksikan bersama pergelaran wayang.
64
sosial
dengan kami, rakyat jelata, sekadar “tombo ati” warga mengingat saban hari kami merasakan macetnya lalu lintas di sepanjang jalan lintasan MRT.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Antareja, Kami Bangga” ditemukan 9 deiksis sosial, 8 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa penggemar wayang bermakna sebagai orang yang menggemari pertunjukan wayang. Fungsi deiksis sosial penggemar wayang sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang yang sangat menyukai wayang dengan sebutan penggemar wayang. 2) frasa presiden Joko Widodo, sebutan presiden untuk Joko Widodo menandakan bahwa beliau adalah seorang kepala negara. Fungsi deiksis sosial presiden Joko Widodo sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Penulis menghargai jabatan yang disandang oleh BJ Habibie sebagai presiden RI ke-3 3) frasa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, sebutan gubernur untuk Basuki Tjahaja Purnama bermakna kepala pemerintah tingkat provinsi DKI Jakarta yang dijabat olehnya. Fungsi deiksis sosial Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 4) frasa Pak Jokowi bermakna sebagai sapaan terhadap presiden Jokowi yang dipandang sebagai orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Pak Jokowi untuk Menjaga sopan santun berbahasa. 5) frasa pujangga jawa bermakna sebagai orang yang ahli sastra/ pengarang hasil-hasil sastra jawa. Fungsi deiksis sosial pujangga jawa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang yang ahli dalam sastra jawa dengan sebutan pujangga jawa. 6) frasa Pak Basuki bermakna sebagai sapaan terhadap gubernur Basuki yang dipandang sebagai orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Pak Basuki untuk Menjaga sopan
65
santun berbahasa. 7) frasa warga Jakarta dan sekitarnya bermakna sebagai anggota/perkumpulan/penduduk yang mendiami wilayah Jakarta
dan
sekitarnya. Fungsi deiksis sosial warga Jakarta dan sekitarnya sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang tinggal di daerah/sekitar Jakarta dengan sebutan warga Jakarta dan sekitarnya. 8) frasa rakyat jelata bermakna sebagai penduduk suatu negara yang bukan bangsawan atau hartawan; orang biasa. Fungsi deiksis sosial rakyat jelata sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan struktur lapisan masyarakat. 9) kata
warga
bermakna
sebagai
anggota/perkumpulan/penduduk
yang
mendiami suatu wilayah fungsi deiksis sosial warga sebagai pembeda identitas sosial. Tabel 4.12 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan PAN Pacific Insurance” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Bapak Roni Susanto
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Menanggapi surat pembaca berjudul “Auransi kendaraan” dari Bapak Roni Susanto Hadi di harian Kompas, Minggu (29/5), kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Bapak Roni Susanto Hadi.”
Surat tersebut dikirimkan oleh C sebagai Head of Corporate Secretary PT Pan Pacific Insurance yang meminta maaf kepada Bapak Roni yang mengalami lamanya proses klaim yang diajukan. Melalui surat tersebut pengirim surat mengklarifikasi bahwa proses klaim sudah diselesaikan dan ia juga sudah menghubungi Bapak Roni untuk
66
menjelaskan namun belum bisa terhubung. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan PAN Pacific Insurance” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa Bapak Roni Susanto, panggilan Bapak kepada laki-laki yang bernama Roni Susanto merupakan sapaan terhadapnya sebagai laki-laki yang lebih tua atau yang dipandang layak untuk dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Roni Susanto untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan Bapak terhadap pengguna asuransi yang disebut dalam pembicaraan sebagai penghormatan. Tabel 4.13 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BRI” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Saudara Sixtus Hutauruk
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Nasabah penerima transfer
Frasa
Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Terkait keluhan saudara Sixtus Hutauruk (Kompas, 28/5) dengan judul “Salah Kirim Uang”. “Kami menginformasikan bahwa BRI telah mengunjungi nasabah penerima transfer dan meminta kesediaannya untuk mengembalikan kepada Saudara Sixtus.
Surat tersebut ditulis oleh HS selaku pihak dari BRI yang menanggapi masalah yang dialami Saudara SH mengenai kesalahan transfer. Pengirim surat mengklarifikasi kepada Saudara SH bahwa pihak BRI telah bertemu dengan nasabah yang menerima kesalahan transfer untuk mengembalikan uangnya.
67
Berdasarkan
surat
pembaca
yang
berjudul
“Tanggapan
BRI”
diitemukan 2 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa saudara Sixtus Hutauruk, panggilan saudara kepada seseorang bernama Sixtus Hutauruk bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Sixtus Hutauruk adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan terhadap orang yang segolongan; sepaham; sederajat. 2) frasa nasabah penerima transfer bermakna sebagai orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank yang menerima transfer. Fungsi deiksis sosial nasabah penerima transfer sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang menerima transfer dalam konteks kesalahan mengirim uang dengan sebutan nasabah penerima transfer. Tabel 4.14 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kenal tetapi Tidak Kenal” Kompas Edisi Sabtu, 9 Juli 2016
1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Menteri Frasa Pendidikan dan Kebudayaan
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Saksi
Pembeda
No
Frasa
Teks
Konteks
“Membaca paparan berjudul “Teks Pidato” yang merupakan koreksi atas naskah pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan timbul keinginan saya untuk menambahkan pendapat yang intinya bermakna serupa dengan surat pembaca di Kompas, 14 Mei 2016.” “Dalam suatu
Surat tersebut dikirimkan oleh FSH yang terinspirasi dari dari koreksian atas naskah pidato Mendikbud untuk menambahkan pendapatnya. Pengirim surat membahas persoalan pemakaian kalimat “kenal tetapi tidak kenal” yang ia ujarkan saat menjadi saksi di persidangan. Jaksa yang
68
pelapor 3.
Jaksa
Kata
4.
Anda
Kata
5.
Penadah
Kata
6.
Presiden Amerika
Frasa
identitas sosial Pembeda tingkat sosial Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda identitas sosial Pembeda tingkat sosial
persidangan, saya sebagai saksi pelapor ditanya jaksa, “Anda Kenal dengan Penadah?”
mendengar kalimat tersebut malah memarahinya. Melalui surat tersebut ia menjelaskan makna dari kalimat yang ia ucapkan.
“Saya yakin semua di ruang sidang ini mengenal siapa Presiden Amerika, tetapi saya juga yakin belum satu pun yang kenal dengan dia.”
Dari surat pembaca berjudul “Kenal tetapi Tidak Kenal” ditemukan 6 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bermakna sebagai kepala departemen pendidikan/pembantu kepala negara dalam melaksanakan urusan pendidikan dan kebudayaan. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) frasa saksi pelapor bermakna sebagai orang yang dimintai hadir pada suatu peristiwa yang dianggap mengetahui suatu kejadian. Fungsi deiksis sosial saksi pelapor sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang mengetahui/menceritakan suatu kejadian sebagai saksi pelapor. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks suatu persidangan. 3) kata jaksa bermakna sebagai pejabat di bidang hukum yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan. Fungsi deiksis sosial jaksa sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya. 4) kata Anda bermakna sebagai sapaan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi. Fungsi
69
deiksis sosial Anda untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menuliskan kata Anda saat menggambarkan dialog persidangan antara jaksa dan saksi pelapor untuk Menjaga sopan santun berbahasa yang tidak membedakan tingkat, kedudukan, dan umur seorang. 5) kata penadah bermakna sebagai orang yang menerima atau memperjualbelikan barangbarang curian. Fungsi deiksis sosial penadah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang memperjualbelikan barangbarang curian dengan sebutan penadah. 6) frasa presiden Amerika bermakna sebagai pemimpin/kepala negara Amerika. Fungsi deiksis sosial presiden Amerika sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.15 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Terima Kasih Petugas Badara” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pengelola bandara
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Saya berterima kasih kepada PT Angkasa Pura I selaku pengelola bandara dan PT Sriwijaya Air, yang telah mengembalikan telepon genggam saya yang tercecer di area ruang tunggu Terminal B.”
Surat tersebut dikirimkan oleh AR yang mengucapkan terima kasih kepada petugas bandara Sriwijaya Air karena telah menemukan telepon genggamnya yang tertinggal di area ruang tunggu.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Terima Kasih Petugas Bandara” ditemukan
1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa pengelola
bandara bermakna sebagai orang yang mengelola bandara. Fungsi deiksis sosial pengelola bandara sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan
ungkapan
pengelola
untuk
seseorang/kelompok dalam lingkungan bandara.
mencirikan
identitas
70
Tabel 4.16 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Prosedur Tilang” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Anggota polisi
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tigkat sosial
2.
Penyidik
Kata
3.
Terdakwa
Kata
Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
No 1.
Teks
Konteks
“Pada 23 Juli 2016 saya terjaring razia di Tegal Rotan oleh anggota polisi dari Polres Tangerang Selatan (Tangsel) karena tidak memakai helm.” “Tanpa penjelasan, penyidik menyuruh saya menandatangani surat pernyataan terdakwa pada lembar lembar Tilang Nomor Register B5741704.”
Surat tersebut dikirmkan oleh ZK yang terjaring razia karena tidak memakai helm. Pengirim surat diminta menandatangani surat yang berisi kesediaan mengikuti sidang dan membayar denda. Namun, tidak dijelaskan secara rinci mengenai nominal yang harus ditransfer dan melalui bank apa. Melalui surat tersebut ia meminta kejelasan atas penilangan terhadap dirinya.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Prosedur Tilang” ditemukan 3 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk frasa dan 2 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa anggota polisi bermakna sebagai orang/badan yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu badan pemerintah negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Fungsi deiksis sosial anggota polisi sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) kata penyidik bermakna sebagai pejabat polisi Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan khusus sesuai dengan undang-undang untuk menyidik. Fungsi deiksis sosial penyidik sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang berwenang
71
untuk melakukan penyelidikan dengan sebutan penyidik. 3) kata terdakwa bermakna sebagai orang yang didakwa/dituntut /dituduh telah melakukan tindak pidana. Fungsi deiksis sosial terdakwa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang telah dikenakan tuduhan atas perbuatan pidana dengan sebutan terdakwa. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks persidangan. Tabel 4.17 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Menunggu Hadiah” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pemenang
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Saya adalah salah satu pemenang program Bakmi Mewah, sesuai pengumuman pada 16 Februari 2016.”
Surat tersebut dikirimkan oleh WP yang menjadi pemenang dari program Bakmi Mewah. Ia memprotes kepada pihak terkait bahwa hadiah yang dijanjikan tak kunjung datang.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Menunggu Hadiah” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk kata. Kata pemenang bermakna sebagai orang yang menang; yang meraih/mendapat hadiah. Fungsi deiksis sosial pemenang sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang mendapatkan hadiah dengan sebutan pemenang. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks penyelenggaraan kuis yang diadakan. Tabel 4.18 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tas Plastik Berbayar” Kompas Edisi Senin, 11 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
72
1.
Deiksis Sosial Pemerintah
Deiksis Sosial Kata
2.
Masyarakat Kata
3.
Tukang sayur
Frasa
4.
Tukang roti
Frasa
5.
Tukang buah
Frasa
6.
Pelanggar lalu lintas
Frasa
7.
Pedagang liar
Frasa
Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
“Di Hilir, pemerintah tidak bisa mengelola sampah sementara kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan juga masih rendah.” “Di pasar tradisional, di tukang sayur, tukang roti, tukang buah, semua mengemas barang yang dibeli dengan tas kresek.” “Sekalian tidak hanya menegakkan pelestarian lingkungan, tetapi juga menertibkan pelanggar lalu lintas, kriminalitas, pedagang liar, dan sebagainya.”
Surat tersebut ditulis oleh MF yang mengkritik kebijakan KLH mengenai tas plastik berbayar. Menurutnya penerapan tas plastik berayar di swalayan saja belum bisa meminimalisir penggunaan plastik di masyarakat. Pengirim surat menyarankan kepada KLH untuk meniru Singapura apabila membuat kebijakan dan harus bekerjasama juga dengan pihak-pihak terkait.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tas Plastik Berbayar” ditemukan 7 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk kata dan 5 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) kata masyarakat bermakna sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda
73
identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah manusia yang tinggal di Indonesia dengan sebutan masyarakat. 3) frasa tukang sayur bermakna sebagai orang yang pekerjaannya menjual sayuran. Fungsi deiksis sosial tukang sayur sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 4) frasa tukang roti bermakna sebagai orang yang pekerjaannya menjual roti. Fungsi deiksis sosial tukang roti sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 5) frasa tukang buah bermakna sebagai orang yang pekerjaannya menjual buah-buahan. Fungsi deiksis sosial tukang buah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 6) frasa pelanggar lalu lintas bermakna sebagai orang yang melanggar tata tertib berkendara. Fungsi deiksis sosial pelanggar lalu lintas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seorang yang tidak mematuhi tata tertib lalu lintas dengan sebutan pelanggar lalu lintas. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks perihal perjalanan
(hilir mudik) masyarakat. 7) frasa
pedagang liar bermakna sebagai orang yang mencari nafkah dengan berdagang tanpa izin resmi dari yang berwenang. Fungsi deiksis sosial pedagang liar sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sesorang yang berdagang di sembarang tempat tanpa izin dengan sebutan pedagang liar. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks ketertiban lingkungan. Tabel 4.19 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Denda Kartu Tamu” Kompas Edisi Selasa, 12 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Rekan
Bentuk Deiksis Sosial kata
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Petugas
Kata
Pembeda
No
Teks
Konteks
“Usai rapat saya dan rekan fokus mencari taksi sehingga lupa menukar tanda pengenal gedung.” “aturan tersebut
Surat tersebut ditulis oleh IM yang komplain mengenai denda kartu tamu. Saat ia rapat di Gedung Mayapada II ia mendapatkan kartu
74
identitas sosial
3.
Saudara Junianto
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
sangat memberatkan, apalagi tak ada penjelasan dari petugas.” “Komplain saya memang diterima baik Saudara Junianto dan saya diminta menandatangani surat pernyataan , tetapi ke depan perlu dipertimbangkan aturan lain yang lebih adil.”
tamu dan ia lupa menukarkannya kepada petugas karena sibuk mencari taksi bersama rekannya hingga akhirnya kartu tersebut terbawa dan ia dikenakan denda saat mengembalikannya. Ia merasa kecewa karena tidak ada penjelasan yang rinci dari petugas.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Denda Kartu Tamu” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk kata dan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata rekan yang bermakna sebagai teman (sekerja). Fungsi deiksis sosial rekan untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Penulis menggunakan kata rekan untuk menyebut orang yang bekerja dengan dia/ satu pekerjaan dengannya. 2) kata petugas bermakna sebagai orang yang bertugas melakukan sesuatu. Fungsi deiksis sosial petugas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang yang bertugas di gedung yang ia datangi dengan sebutan petugas. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks tempat; gedung Mayapada Tower II. 3) frasa saudara Junianto, panggilan saudara kepada seseorang yang bernama Junianto bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Junianto adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. Tabel 4.20 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mengatasi Banjir Ciliwung” Kompas Edisi Selasa, 12 Juli 2016
75
No 1.
Wujud Deiksis Sosial Konsultan hidrologi dan bangunan air
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Sekitar tahun 2000, saya sebagai konsultan hidrologi dan bangunan air mendapat tugas menelaah kondisi banjir Ciliwung dan mencarikan solusi termurah.
Surat tersebut dikirimkan oleh LT yang menyebutkan bahwa dirinya pernah menjadi konsultan hidrologi dan bangunan air. Dalam surat tersebut ia berargumen halhal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi banjir Ciliwung.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Mengatasi Banjir Ciliwung” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa konsultan hidrologi dan bangunan air bermakna sebagai orang (ahli) yang tugasnya memberi petunjuk atau nasihat mengenai masalah tentang air dan bangunan air. Fungsi deiksis sosial konsultan hidrologi dan bangunan air sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.21 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “BPJS Ditolak” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Ayah saya
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Ayah saya, Suseno Purwoto, 75 tahun dengan nomor anggota BPJS 0001335xxx, Rabu (15/6), pukul 14.00
Surat tersebut ditulis oleh SP yang menyebutkan bahwa Ayahnya masuk UGD dengan menggunakan kartu BPJS.
76
2.
Dokter
Kata
Pembeda tingkat sosial
masuk UGD RS Hermina Jatinegara.” “Ia ditangani dokter jaga dan diagnosa menderita sakit berat.”
Namun, tidak ditangani secara cepat oleh dua rumah sakit yang ia tuju dengan alasan kamar penuh dan fasilitas tidak memadai. Pengirim surat berpesan kepada pihak BPJS agar memperbaiki SOP.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “BPJS Ditolak” ditemukan 2 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa ayah saya merupakan panggilan kepada orangtua kandung lakilaki si pengirim surat. Fungsi deiksis sosial ayah saya untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orangtua laki-laki kandungnya dengan sebutan ayah saya. 2) kata dokter bermakna sebagai lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Fungsi deiksis sosial dokter sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaannya. Tabel 4.22 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tagihan Transaksi Gagal” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Pengguna kartu kredit Bank Mega Kasir
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Kata
Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Saya pengguna kartu kredit Bank Mega dengan nomor 42019200-9799xxx.” “Kasir menyatakan bahwa transaksi tidak berhasil dan akhirnya saya membayar tunai.”
Surat tersebut ditulis oleh S yang merupakan pengguna kartu kredit Bank Mega. Pengirim surat merasa sangat kecewa karena ia mendapat tagihan atas transaksi pembayaran
77
3.
Oknum penagih utang
Frasa
Pembeda identitas sosial
“Saya betul-betul kecewa terhadap Bank Mega yang terkesan tidak peduli dengan komplain saya, apalagi oknum penagih utang Bank Mega begitu tidak sopan menelepon dan menagih ke nomor telepon kantor dan HP saya berkalikali.”
dengan kartu kredit yang transaksinya gagal. Pengirim surat kesal karena terus menerus ditagih oleh oknum penagih utang, padahal ia sudah protes dan komplain ke pihak terkait. Ia merasa sangat kecewa terhadap Bank Mega karena tidak menerima kompalin dengan baik.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tagihan Trasaksi Gagal” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa pengguna kartu kredit bank Mega bermakna sebagai orang yang menggunakan kartu kredit bank Mega. Fungsi deiksis sosial pengguna kartu kredit bank Mega sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut dirinya orang yang menggunakan kartu kredit bank mega dengan sebutan pengguna kartu kredit bank mega. Penyebutan tersebut mencirikan identitas pengirim surat dalam konteks transaksi belanja. 2) kata kasir bermakna sebagai pegawai yang bertugas menerima dan membayarkan uang. Fungsi deiksis sosial kasir sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3) frasa oknum penagih utang bermakna sebagai orang yang menagih utang. Fungsi deiksis sosial oknum penagih utang sebagai pembeda identitas sosial. Penyebutan tersebut mencirikan seseorang/pihak dari bank mega yang meminta tagihan kepadanya dengan sebutan penagih utang. Tabel 4.23 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Sungkemlah kepada Rakyat” Kompas Edisi Rabu, 13 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
78
1.
Deiksis Deiksis Sosial Sosial Masyarakat Kata
Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Sang pejabat
Frasa
3.
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Frasa
Pembeda tingkat sosial
4.
Menteri
Kata
5.
Penegak hukum
Frasa
6.
Politikus
Kata
7.
Presiden Joko Widodo
Frasa
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
8.
Ibu Iriani Frasa Joko Widodo
Menjaga sopan santun berbahasa
“Para pejabat selalu menggelar open house, mengundang masyarakat datang ke rumah atau kantor sang pejabat untuk bermaafmaafan.” “Seusai shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar open house di Istana Wakil Presiden pada Rabu (6/7).” “Sejumlah menteri, penegak hukum, dan politikus juga menggelar open house.”
“Presiden Joko Widodo tak mengikuti tradisi berlebaran para presiden RI sebelumnya dengan menggelar open house di Istana Kepresidenan.” “Presiden Jokowi bersama Ibu Iriani Joko Widodo menggelar open house di Istana
Surat tersebut ditulis oleh S yang menyinggung tradisi open house di kalangan para pejabat. Penulis menyebutkan bahwa setiap Hari Raya Idul Fitri open house telah menjadi tradisi yang rutin dilaksanakan sejak pemerintahan presiden Soeharto. Tradisi open house dinilai penulis sebagai cerminan sikap rakyat yang memaklumkan kesalahan pejabat negara yang punya banyak kesalahan. Hal tersebut bertentangan dengan sistem demokrasi di negeri ini. Pengirim surat menyarankan agar pejabatlah yang seharusnya meminta maaf langsung kepada rakyat
79
9.
Presiden Soeharto
Frasa
Pembeda tingkat sosial
10.
Raja
Kata
Pembeda tingkat sosial
11.
Pejabat negara
Frasa
Pembeda tingkat sosial
12.
Rakyat
Kata
Pembeda identitas sosial
Kepresidenan Gedung Agung, Yogyakarta, pada Sabtu (9/7).” “Acara open house menjadi sakral ketika Presiden Soeharto berkuasa.” “Soeharto waktu itu seperti seorang raja yang membuat rakyat tunduk, patuh, bahkan takut.” “Tradisi ini memaklumkan pejabat negara tak punya kesalahan, tak bisa salah.” “karena itu para pejabat secara langsung datang kepada rakyat meminta maaf.”
Dari surat pembaca berjudul “Sungkemlah pada Rakyat!” ditemukan 12 deiksis sosial, 6 deiksis sosial berbentuk frasa dan 6 deiksis sosial berbentuk kata. 1) kata masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang biasa (bukan pejabat) dengan sebutan masyarakat dalam konteks tradisi open house. 2) frasa sang pejabat bermakna sebagai pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting yang dianggap mulia. Fungsi deiksis sosial sang pejabat untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan kata sang untuk pejabat sebagai bentuk penghormatan atau memuliakan pejabat. 3) frasa wakil presiden Jusuf Kalla, sebutan wakil presiden untuk Jusuf Kalla menandakan bahwa beliau
80
adalah seorang yang mewakili kepala negara. Fungsi deiksis sosial wakil presiden Jusuf Kalla sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 4) kata menteri bermakna sebagai kepala departemen/pembantu kepala negara dalam melaksanakan urusan (pekerjaan) negara. Fungsi deiksis sosial menteri sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 5) frasa penegak hukum bermakna sebagai orang yang menegakkan peraturan. Fungsi deiksis sosial penegak hukum sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 6) kata politikus bermakna sebagai seseorang yang ahli politik; ahli kenegaraan/ orang yang berkecimpung di bidang politik. Fungsi deiksis sosial politikus sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 7) frasa presiden Joko Widodo, sebutan presiden untuk Joko Widodo menandakan bahwa beliau adalah seorang kepala negara. Fungsi deiksis sosial presiden Joko Widodo sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 8) frasa Ibu Iriani Joko Widodo bermakna sebagai sapaan atau panggilan takzim kepada wanita. Fungsi deiksis sosial Ibu Iriani Joko Widodo untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan Ibu untuk menyebutkan istri presiden sebagai rasa takzim/hormat. 9) frasa presiden Soeharto, sebutan presiden untuk Soeharto menandakan bahwa beliau adalah seorang yang pernah menjabat sebagai kepala negara. Fungsi deiksis sosial Presiden Soeharto sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Penulis menghargai jabatan yang dulu pernah disandang oleh Soeharto sebagai presiden RI ke-2. 10) kata raja bermakna sebagai orang yang besar kekuasaannya dalam suatu lingkungan. Fungsi deiksis sosial raja sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan kekuasaan. 11) kata pejabat negara bermakna sebagai pegawai pemerintah yang mempunyai/mendapat hak dan kekuasaan untuk memegang jabatan penting dalam lingkup negara. Fungsi deiksis sosial pejabat negara sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 12) kata rakyat bermakna sebagai penduduk suatu negara; orang biasa. Fungsi deiksis sosial rakyat sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut penduduk suatu negara dengan sebutan rakyat. Penyebutan
81
tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks negara Indonesia. Tabel 4.24 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Visa „On Arrival‟” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Bapak M
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Presiden Joko Widodo
Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Dua keponakan saya pemegang paspor Amerika Serikat” “Saat tiba di bagian imigrasi, mereka dilayani Bapak M dan dikenakan biaya visa on Arrival masing-masing 35 dollar AS.”
Surat tersebut dikirimkan oleh RA yang memohon penjelasan mengenai penerapan biaya visa on arrival saat dua keponakannya yang merupakan pemegang paspor Amerika tiba di Riau selepas dari Singapura. Keponakannya dimintai biaya visa on arrival sebesar 35 dollar AS oleh Bapak M. Melalui surat tersebut pengirim surat meminta kejelasan kembali tentang pengetahuannya mengenai Perpres yang menyatakan bebas visa kunjungan. Apakah benar atau tidak.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Visa „On Arrival‟” ditemukan 2 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa Bapak M, panggilan Bapak terhadap laki-laki berinisial M bermakna sapaan terhadapnya sebagai
82
orang yang dipandang sebagai laki-laki yang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak M untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut seorang laki-laki yang melayani di bagian migrasi dengan sebutan Bapak M. 2) frasa presiden Joko Widodo, sebutan presiden untuk Joko Widodo menandakan bahwa beliau adalah seorang kepala negara. Fungsi deiksis sosial presiden Joko Widodo sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.25 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan RSUP Dr Sardjito” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Saudara Ainun Najib
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
2.
Pasien
Kata
3.
Ibu Warsidah
Frasa
4.
Dokter
Kata
Pembeda tingkat sosial
5.
Petugas
Kata
Pembeda identitas
No 1.
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda identitas sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Terkait keluhan Saudara Ainun Najib dalam surat kepada redaksi Kompas, Kamis (30/6), tentang obat kemoterapi, dapat kami jelaskan bahwa pasien atas nama Ibu Warsidah dengan nomor rekam medis 0597561 memang pasien RSUP Dr Sardjito.” “Dokter memberikan resep obat kemoterapi iressa tab 250mg di mana ketersediaan obat tersebut memang kosong saat akan diambil.” “petugas menjanjikan akan
Surat tersebut ditulis oleh THN Kepala Humas RSUP Dr Sardjito yang menaggapi keluhan AN. Pengirim surat mengakui dan mengenal bahwa Ibu Warsidah memang merupakan pasien RSUP Dr Sardjito. Pengirim surat mengklarifikasi bahwa obat kemoterapi yang diresepkan oleh dokter untuk Ibu Warsidah saat itu memang benarbenar kosong saat akan diambil. Pengirim surat memohon maaf kepada Ibu Warsidah bahwa pihak rumah sakit
83
sosial
mengabari apabila obat tersedia, dan sore harinya obat telah tersedia.”
tidak bisa memberikan obat lagi saat ia datang kembali meminta untuk persediaan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan RSUP Dr Sardjito” ditemukan 5 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa saudara Ainun Najib, panggilan saudara untuk seseorang bernama Ainun Najib bermaka sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Ainun Najib adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. 2) kata pasien bermakna sebagai orang sakit (yang dirawat dokter); penderita sakit. Fungsi deiksis sosial pasien sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut Ibu warsidah dengan kata pasien. Hal tersebut mencirikan identitas Ibu Warsidah dalam konteks pengobatan di RSUP Dr Sardjito. 3) frasa Ibu Warsidah, panggilan Ibu untuk Warsidah bermakna sebagai sapaan terhadapnya yang dipandang sebagai perempuan yang lebih tua atau yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Ibu untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut seorang pasien perempuan yang dipandang lebih tua/dihormati dengan sapaan Ibu Warsidah. 4) kata dokter bermakna sebagai seorang lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Fungsi deiksis sosial dokter sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 5) kata petugas bermakna sebagai orang yang bertugas melakukan sesuatu. Fungsi deiksis sosial petugas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang yang melayani pengobatan di RS dengan sebutan petugas. Tabel 4.26 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan RSI Cempaka Putih” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
84
1.
Deiksis Deiksis Sosial Sosial Bapak Indra Frasa Lesmana
Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
“Menanggapi keluhan Bapak Indra Lesmana di Kompas, Rabu (29/6)dengan judul “Tagihan Beda”, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indra dan keluarga atas kepercayaannya kepada RS Islam Jakarta Cempaka Putih dan sekaligus memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.”
Surat tersebut dikirimkan oleh NH selaku Humas RSIJ Cempaka Putih yang ditujukan untuk Bapak IL. Pengirim surat meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Bapak IL. Pengirim surat berusaha memperbaiki nama baik RS Islam dengan menyatakan bahwa pihak rumah sakit akan terus memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggannya.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan RSI Cempaka Putih” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. frasa Bapak Indra Lesmana, panggilan Bapak untuk laki-laki yang bernama Indra Lesmana bermakna sebagai sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang sebagai orang yang lebih tua lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Indra Lesmana
untuk
Menjaga
sopan
santun
berbahasa.
Pengirim
surat
menggunakan sapaan Bapak terhadap laki-laki yang menjadi pelanggan rumah sakit sebagai penghormatan. Tabel 4.27 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Hak Pejalan Kaki” Kompas Edisi Kamis, 14 Juli 2016
85
Wujud Deiksis Sosial Pejalan kaki
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Pengguna sepeda motor
Frasa
Pembeda identitas sosial
3.
Gubernur DKI Jakarta
Frasa
Pembeda tingkat sosial
No 1.
Teks
Konteks
“Saya berjalan dari Simpang Salemba, Universitas Indonesia, dan harus berebut untuk menggunakan trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki.” “Belum lagi para pengguna sepeda motor, yang sering memaksa masuk ke trotoar.” “Mohon Gubernur DKI Jakarta atau pihak terkait mencari solusi atas permasalahan ini.”
Surat tersebut ditulis oleh RT yang memprotes bahwa haknya sebagai pejalan kaki direnggut oleh orang-orang yang berjualan dan pengguna motor yang sering memaksa masuk trotoar. Pengirim surat memohon kepada gubernur Jakarta untuk membenahi masalah tersebut.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Hak Pejalan Kaki” ditemukan 3 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa pejalan kaki bermakna sebagai orang yang biasa atau suka berjalan; orang yang berjalan kaki. Fungsi deiksis sosial pejalan kaki sebagai pembeda identitas sosial. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/sekelompok orang yang sering berjalan kaki di trotoar sekitar Jalan Salemba dengan sebutan pejalan kaki. 2) frasa pengguna sepeda motor bermakna sebagai seseorang yang berkendara menggunakan motor. Fungsi deiksis sosial pengguna sepeda motor sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pengguna sepeda motor untuk menyebut seseorang/kelompok yang berkendara dengan motor yang menyerobot jalur pejalan kaki. 3) frasa Gubernur DKI Jakarta
86
bermakna sebagai kepala pemerintah tingkat provinsi DKI Jakarta. Fungsi deiksis sosial gubernur DKI Jakarta sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.28 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kuda Hitam” Kompas Edisi Jumat, 15 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Tim elit
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Publik
Kata
Menjaga sopan santun berbahasa
3.
Masyarakat Frasa Inggris
No
Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Di dalamnya, antara lain, tertulis Italia merupakan tim elit berstatus kuda hitam.” “Istilah kuda hitam berasal dari bahasa Inggris, dark horse, yang artinya (menurut Longman Dictionary of Contemporary English, 2001) seseorang tak banyak diketahui dan mengejutkan publik dengan memenagi suatu kompetisi.” “Di masyarakat Inggris yang gemar pacuan kuda, “kuda hitam” selalu mengejutkan karena muncul tiba-tiba, seolaholah dari ruang gelap (dark) dan jadi pemenang.”
Surat tersebut ditulis oleh WBK yang mengoreksi tulisan yang dibuat oleh redaksi Kompas. Pengirim surat mengoreksi pemakaian istilah kuda hitam yang selama ini tidak sesuai sehingga bertentangan dengan arti istilah tersebut dalam bahasa Inggris. Dalam tulisan yang ia kritisi ia menyebutkan bahwa ada yang menyebut Tim Italia merupakan kuda hitam, di mana arti kuda hitam tersebut dalam bahasa Inggris merupakan “sesuatu yang tak banyak diketahui, bertentangan dengan Tim Italia yang selama ini telah terkenal dan
87
banyak dikethui masyarakat. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Kuda Hitam” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa tim elit bermakna sebagai kelompok/regu terbaik; terpandang; berderajat tinggi. Fungsi deiksis sosial tim elit sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan tim elit untuk menyebutkan tim sepak bola Italia. Penyebutan tersebut mecirikan identitas suatu kelompok dalam konteks sepak bola dunia. 2) kata publik bermakna sebagai sebutan untuk orang banyak (umum); semua orang yang datang (menonton; mengunjungi, dsb). Fungsi deiksis sosial publik untuk Menjaga sopan santun berbahasa.
Pengirim
surat
menggunakan
ungkapan
publik
untuk
menyebutkan orang banyak yang mengikuti pertandingan sepak bola dengan sebutan publik. 3) frasa masyarakat Inggris bermakna sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan Inggris. Fungsi deiksis sosial masyarakat Inggris adalah sebagai pembeda identitas sosial. Ungkapan tersebut mencirikan identitas sekelompok orang yang tinggal di negara inggris. Tabel 4.29 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Mulai dari Diri Sendiri” Kompas Edisi Jumat, 15 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Polisi
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Bapak Boy Frasa Rafli Amar
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Dalam tulisan “Polisi dan Revolusi Mental” di Kompas, Jum‟at (1/7), Bapak Boy Rafli Amar, antara lain menginformasikan bahwa polri berupaya menjadi penggerak
Surat tersebut ditulis oleh SP yang memberikan tanggapan atas pemberitaan redaksi Kompas yang membahas polisi dan revolusi mental. Pengirim surat
88
3.
Masyarakat
Kata
Pembeda identitas sosial
4.
Warga korupsi
Frasa
5.
Warga jahat
Frasa
6.
Warga pelanggar lalu lintas
Frasa
Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
7.
8.
Anggota Frasa DPR yang korupsi Hakim Kata
9.
Jaksa
Kata
10.
Pengusaha tambang yang merusak
Klausa
11.
Pengusaha Frasa kebun sawit serakah
Pembeda identitas sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial
Pembeda identitas sosial
revolusi dan pelopor tertib sosial di ruang publik.” “Informasi itu menimbulkan harapan pada masyarakat yang sudah lama merindukan bangsa yang tertib hukum dan bermoral, bermartabat, dan sejahtera.” “Intisari revolusi sosial adalah revolusi mental yang hendak mengubah warga korupsi menjadi anti korupsi, warga jahat menjadi baik, warga pelanggar lalu lintas menjadi tertib lalu lintas.” “Selanjutnya anggota DPR yang korupsi juga harus menjadi anti korupsi, hakim dan jaksa mafia peradilan menjadi pembela keadilan yang hakiki.” “Pengusaha tambang yang merusak menjadi pelestari lingkungan.” “Demikian juga pengusaha kebun sawit serakah yang merusak konservasi lahan
berpendapat bahwa seharusnya revolusi mental yang selama ini dijunjung tinggi harus memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Mengubah warga Indonesia yang sebelumnya tidak baik menjadi baik. Menurut Pengirim surat perubahan akan terjadi jika semua dimulai dari diri sendiri.
89
menjadi peraturan.”
taat
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Mulai dari Diri Sendiri” ditemukan 11 deiksis sosial, 4 deiksis sosial berbentuk kata dan 6 deiksis sosial berbentuk frasa, dan 1 deiksis sosial berbentuk klausa. 1) kata polisi bermakna sebagai orang/badan yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu badan pemerintah negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Fungsi deiksis sosial polisi sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) frasa Bapak Boy Rafli Amar, panggilan Bapak untuk Boy Rafli Amar bermakna sebagai sapaan terhadapnya sebagai lakilaki yang dipandang lebih tua atau orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Boy Rafli Amar untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan Bapak terhadap Boy Rafli Amar sebagai Kepala Divisi Humas Mabes Polri yang dianggap sebagai orang yang dihormati. 3) kata masyarakat bermakna sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah manusia yang tinggal di Indonesia dengan sebutan
masyarakat.
4)
frasa
anggota/perkumpulan/penduduk penyalahgunaan
uang
negara
warga
yang
korupsi
melakukan
(perusahaan
dsb)
bermakna
sebagai
penyelewengan untuk
atau
kepentingan
pribadi/orang lain. Fungsi deiksis sosial warga korupsi sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang yang melakukan penyalahgunaan uang negara/lainnya dengan sebutan warga korupsi. Ungkapan tersebut mecirikan identitas seseorang/kelompok yang melakukan korupsi dalam lingkup negara. 5) frasa warga jahat bermakna sebagai anggota/perkumpulan/penduduk yang melakukan perbuatan buruk. Fungsi deiksis sosial warga jahat sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat meyebut sejumlah orang yang melakukan perbuatan buruk dengan sebutan warga jahat. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok yang melakukan tindak kejahatan dalam lingkup negara. 6) frasa warga
90
pelanggar lalu lintas bermakna sebagai anggota/perkumpulan/penduduk yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan/tata tertib jalan. Fungsi deiksis sosial warga pelanggar lalu lintas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang yang melakukan pelanggaran lalu lintas dengan sebutan warga pelanggar lalu lintas. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam lingkup negara. 7) frasa anggota DPR yang korupsi bermakna sebagai sekelompok dewan perwakilan rakyat yang yang melakukan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara. Fungsi deiksis sosial anggota DPR yang korupsi sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim
surat
menyebut
seseorang/sekelompok
orang
yang
menyalahgunakan uang negara dan tergolong dalam anggota DPR dengan sebutan anggota DPR yang korupsi. 8) kata hakim bermakna sebagai orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah). Fungsi deiksis sosial hakim sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 9) kata jaksa bermakna sebagai pejabat di bidang hukum yang bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan terhadap orang yang diduga melanggar hukum. Fungsi deiksis sosial jaksa sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 10) klausa pengusaha tambang yang merusak bermakna sebagai orang yang berusaha di bidang pertambangan yang membuat kerusakan pada lingkungan di mana dia melakukan usaha tersebut. Fungsi deiksis sosial pengusaha tambang yang merusak sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan tersebut untuk mencirikan identitas seseorang/sekelompok orang yang melakukan perusakan lingkungan karena usaha tambang yang mereka jalankan dengan sebutan pengusaha tambang yang merusak. 11) frasa pengusaha kebun sawit serakah bermakna sebagai orang yang berusaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang suka merusak lahan konservasi. Fungsi deiksis sosial pengusaha kebun sawit serakah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat mencirikan identitas seseorang/sekelompok pengusaha kebun sawit yang merusak konservasi lahan dengan sebutan pengusaha kebun sawit serakah.
91
Tabel 4.30 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pendidikan Dokter” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Dokter
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Perawat
Kata
Pembeda tingkat sosial
No
Teks
Konteks
“Padahal, awal perkembangan pendidikan dokter di Indonesia, dokter selain dididik sebagai dokter untuk menangani segala jenis dan tindakan kedokteran, juga dididik sebagai ilmuwan.” “Pelayanan kedokteran primer diserahkan pada perawat yang dulu disebut mantri juru rawat.”
Surat tersebut dituliskan oleh VSS yang merupakan dokter ahli fisiologi Jakarta, ia mengkritik pendidikan dokter yang ada di Indonesia. Menurutnya pendidikan dokter tidak serta merta hanya fokus pada pelayanan kedokteran primer. Padahal, perlu ditambahkan ilmu manajemen dan penelitian sehingga dapat terciptanya pengetahuan pilar kedokteran memadai. Pengirim surat menuturkan bahwa dokter harus menjadi ilmuwan, bukan hanya sekadar memberikan pelayanan bagi pasiennya karena pelayanan kedokteran primer telah menjadi tugas perawat.
92
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Pendidikan Dokter” ditemukan 2 deiksis sosial berebentuk kata. 1) kata dokter bermakna sebagai lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Fungsi deiksis sosial dokter sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) kata perawat bermakna sebagai orang yang mendapat pendidikan khusus untuk merawat, terutama merawat orang sakit. Fungsi deiksis sosial perawat sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.31 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tunjangan Sertifikasi” Kompas Edisi Sabtu, 15 Juli 2016 No 1.
2.
3. 4.
Wujud Deiksis Sosial Saudara Juanda Saragih Guru
Bentuk Fungsi Deiksis Deiksis Sosial Sosial Frasa Menjaga sopan santun berbahasa Kata Pembeda tingkat sosial
Operator Frasa disdik Operator Frasa Kemdikbud
Teks
“Menanggapi surat Saudara Juanda Saragih “Tunjangan Sertifikasi”, (Kompas, 8/6), kami menyampaikan guru yang bersangkutan saat ini telah memenuhi syarat untuk memperoleh tunjangan sertifikasi guru non-PNS periode Januari-Juni 2016.” Mengefektifk “Perlu kami an kalimat informasikan juga operator Mengefektifk bahwa sekolah an kalimat bertanggung jawab dalam hal sinkronisasi diapodik, sedangkan operator
Konteks Surat tersebut ditulis oleh AS yang merupakan Kepala Biro Layanan Masyarakat Kemikbud. Ia menanggapi surat yang dituliskan oleh Saudara JS tentang tunjangan sertifikasi. Pengirim surat juga menyinggung kepada operatoroperator baik dalam sekolah, disdik kabupaten/kota, dan kemdikbud untuk menjalankan
93
disdik kabupaten/kota dan operator Kemdikbud bertugas menarik data yang telah diinput operator sekolah.”
tugasnya dengan baik. Pengirim surat menjelaskan bahwa kekurangan jam mengajar guru SMP dapat ditambahkan dengan mengajar di SMA dengan syarat mata pelajaran harus linier dengan sertifikasi guru yang bersangkutan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tunjangan Sertifikasi” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa saudara Juanda Saragih. Sebutan Saudara untuk seseorang bernama Juanda Saragih bermakna sapaan kepadanya sebagai orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial saudara Juanda Saragih adalah untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orang yang dituju dalam pembicaraan dengan sebutan saudara sebagai sapaan yang segolongan; sepaham; sederajat. 2) kata guru bermakna sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Fungsi deiksis sosial guru sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3)
frasa operator disdik
bermakna sebagai orang yang bertugas menjaga, melayani, dan menjalankan segala yang berkaitan dengan dinas pendidikan. Fungsi deiksis sosial operator disdik untuk mengefektifkan kalimat. Pengirim surat menggunakan ungkapan operator disdik untuk sebutan orang yang bertugas di bagian dinas pendidikan. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat dinas pendidikan menjadi disdik. 5) frasa operator Kemdikbud bermakna sebagai orang yang bertugas menjaga, melayani, dan
94
menjalankan segala yang berkaitan dengan urusan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Fungsi deiksis sosial operator Kemdikbud untuk mengefektifkan kalimat. Pengirim surat menggunakan ungkapan operator Kemdikbud untuk orang yang bertugas di bagian Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ungkapan
tersebut
memudahkan
tercapainya
tujuan
pembicaraan dengan menyingkat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kemdikbud. Tabel 4.32 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Idul Fitri” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Buya Ahmad Syafi‟i Maarif
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Beliau
Kata
Menjaga sopan santun berbahasa
No
Teks
Konteks
“Mungkin kata aidil (kalau bisa dihubungkan dengan aud/audah dalam bahasa Arab) dimaksudkan Buya Ahmad Syafi‟i Maarif sebagai “kembali” seperti beliau tulis pada 2008.” “Baru-baru ini dalam renungan Idul Fitri 1437 H (Kompas, 5/7) beliau menuliskan fitr disebut juga iftar dan juga bermakna “menciptakan”.
Surat tersebut ditulis oleh BN yang membahas tentang makna esensial dari Idul Fitri. Ia mendefinisikan kembali secara lengkap bagaimana makna Idul Fitri sebagaimana yang telah dibahas oleh Buya Ahmad Syafi‟i Maarif. Menurut Buya Ahmad Idul Fitri bermakna kembalinya manusia dalam keadaan yang bersih , suci dan tanpa dosa seperti bayi.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Idul Fitri” ditemukan 2 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk
95
kata. 1) Buya Ahmad Syafi’i Maarif, panggilan Buya untuk Ahmad Syafi‟i Maarif bermakna sebutan untuk seorang guru/kiai. Fungsi deiksis sosial Buya Ahmad Syafi’i Maarif untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sebutan Buya untuk Syafi‟i Maarif sebagai seorang kiai/tokoh agama yang dianggap berilmu tinggi. 2) kata beliau bermakna pronomina honorifik sebagai sebutan untuk orang yang dibicarakan (digunakan untuk menghormatinya). Fungsi deiksis sosial beliau untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan kata ganti honorifik beliau untuk menyebut Syafi‟i Maarif yang dianggap perlu dihormati. Tabel 4.33 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “informasi Tol” Kompas Edisi Senin, 18 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Pengguna e-toll card
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Petugas
Kata
Pembeda identitas sosial
3.
Operator jalan tol
Frasa
Pembeda identitas sosial
4.
Pengguna jalan tol
Frasa
Pembeda identitas
No 1.
Teks
Konteks
“Kami selaku pengguna e-toll card pun mencari-cari gerbang tol otomatis (GTO).” “Di gerbang itu saya sempat menegur petugas yang kebetulan berjaga dan ternyata bisa melayani pengendara nonGTO.” “Seharusnya operator jalan tol tidak mengumumkan disediakan jalur khusus pengguna e-toll card dalam running text.” “Kami selaku pengguna jalan
Surat tersebut ditulis oleh OT selaku pengguna e-toll card. Ia merasa bingung ketika akan memasuki gerbang tol. Kurangnya informasi yang jelas membuatnya mencari-cari gerbang tol yang khusus melayani e-toll card karena di running text tertulis seperti itu, padahal dalam kenyataannya etoll card bisa digunakan di semua gerbang Pengirim surat menyarankan agar pengumuman yang dibuat harus
96
5.
Pengelola jalan tol
Frasa
sosial Pembeda identitas sosial
tol meminta pengelola jalan tol agar mengkaji setiap kebijakan.”
lebih jelas lagi dan jika terdapat kesalahan segera dikoreksi ulang.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Informasi Tol” ditemukan 5 deiksis sosial, 4 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa pengguna e-toll card bermakna sebagai orang yang menggunakan kartu elektronik yang digunakan untuk membayar biaya masuk jalan tol. Fungsi deiksis sosial pengguna e-toll card sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pengguna e-toll card untuk mencirikan identitasnya dalam konteks pegendara yang masuk gerbang tol. 2) kata petugas bermakna sebagai orang yang bertugas melakukan sesuatu. Fungsi deiksis sosial petugas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang yang berjaga di pintu gerbang tol yang ia dengan sebutan petugas. 3) frasa operator jalan tol bermakna sebagai orang yang mengelola, memelihara, dan menjalankan pengadaan jaringan jalan tol. Fungsi deiksis sosial operator jalan tol sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan operator jalan tol untuk mencirikan identitas
seseorang/kelompok yang bertugas dalam memelihara dan
mengelola pengoperasian jalan tol. 4) frasa pengguna jalan tol bermakna sebagai orang yang menggunakan jalan tol dalam akses perjalanannya. Fungsi deiksis sosial pengguna jalan tol sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pengguna jalan tol untuk mencirikan identitas seseorang/kelompok yang menggunakan jalan tol dalam setiap perjalanannya. 5) frasa pengelola jalan tol bermakna sebagai orang yang mengelola jalan tol. Fungsi deiksis sosial pengelola jalan tol sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pengelola untuk mencirikan identitas seseorang/kelompok yang berperan terhadap pengaturan jalan tol. Tabel 4.34 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pulsa Hilang” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016
97
No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Konsumen Frasa biasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Saya memang konsumen biasa dengan jumlah pulsa secukupnya.”
Surat tersebut ditulis oleh K yang kehilangan pulsa. Ia memohon kepada operator jaringan agar segera menindaklanjuti kasus kehilangan pulsa tersebut, meskipun ia hanya konsumen dengan pemakaian jumlah pulsa yang wajar/biasa-biasa saja, ia juga berhak untuk meminta kejelasan pulsanya.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Pulsa Hilang” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa konsumen biasa bermakna sebagai pemakai jasa/pelanggan pada umumnya. Fungsi deiksis sosial konsumen biasa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan konsumen biasa untuk menyebut seseorang yang memakai jasa operator seluler sewajarnya. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks pemakaian operator seluler. Tabel 4.35 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Macet “Brexit”” Kompas Edisi Sabtu, 16 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pemudik
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda idetitas sosial
Teks
Konteks
“Kemacetan panjang memaksa pemudik menginap di jalan tol puluhan jam.”
Surat tersebut ditulis oleh PM yang turut serta dalam arus mudik lebaran tahun
98
2.
Pemerintah Kata
Pembeda tingkat sosial
“Pemerintah memang bukan satu-satunya yang harus dipersalahkan dalam kasus ini, tetapi mengapa di era modern dengan sarana komunikasi dan transportasi yang maju, tidak ada helikopter untuk menjemput pemudik yang kritis dan membutuhkan pertolongan segera.”
2016. Pengirim surat mengatakan bahwa mudik tahun ini merupakan catatan hitam yang terekam selama sepanjang sejarah mudik. Ia mengalami sendiri betapa kemacetan luar biasa tersebut menuntut pemudik untuk menginap di jalan tol puluhan jam. Hingga banyak korban berjatuhan karena tak tahan berhadapan dengan macet yang begitu parah. Melalui surat tersebut Pengirim surat mengkritik pemerintah yang seharusnya siaga dalam menangani kejadian tersebut.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Macet “Brexit” ditemukan 2 deiksis sosial berupa kata. 1) kata pemudik bermakna sebagai orang yang pulang ke kampung halaman. Fungsi deiksis sosial pemudik sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pemudik untuk menyebut orang yang pulang ke kampung halamannya yang biasanya terjadi setiap hari raya atau libur panjang. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks kegiatan mudik/pulang kampung. 2) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan.
99
Tabel 4.36 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Semanggi I-II dan Trisakti” Kompas Edisi Selasa, 19 Juli 2016 Wujud Bentuk No Deiksis Deiksis Sosial Sosial 1. Jaksa Agung Frasa HM Prasetyo
2.
Presiden BJ Frasa Habibie
3.
Warga sipil
Frasa
4.
ABRI
Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
“Jaksa Agung HM Prasetyo pada Kompas (2/7) kembali menyatakan bahwa penyelesaian dugaan pelanggaran HAM di masa lalu melalui jalur hukum terkendala pengumpulan bukti.” Pembeda “Beberapa hari tingkat setelah peristiwa sosial itu terjadi, Presiden BJ Habibie mengatakan, “dalam kerangka ini kami berjanji akan melakukan pengusutan yang adil, transparan, dan tuntas dengan menegakkan prinsip keadilan dan kesamaan hukum (Kompas, 18/11/1998).” Pembeda “Pertama, identitas Komisi sosial Penyelidikan Mengefektif- Pelanggaran kan kalimat HAM Trisakti, Semanggi I, dan
Konteks Surat tersebut ditulis oleh S yang merupakan salah satu dari orangtua korban tragedi Semanggi. Pernyataan Jaksa Agung HM Prasetyo memunculkan ingatannya kembali akan tragedi Semanggi tahun 1998 silam. Jaksa Agung HM Prasetyo menyatakan bahwa pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu akan terselesaikan jika tidak ada kendala dalam pengumpulan bukti. Pengirim surat menuturkan bahwa adanya bukti yang masih tersimpan di pihak aparat yang berwajib dapat ditelusuri. Pengirim surat mengindikasikan bahwa kasus tersebut
100
5.
Ibu korban
Frasa
Pembeda identitas sosial
6.
Danpomdam Frasa Jaya Hendardji Supandji
Pembeda tingkat sosial
7.
Keluarga korban
8.
Aparat yang Frasa berwajib
Pembeda identitas sosial Pembeda tingkat sosial
Frasa
Semanggi II bentukan Komnas HAM saat melakukan penyelidikan, warga sipil banyak hadir memenuhi undangan dan memberi keterangan seputar kejadian peristiwa. Dari ABRI hanya hadir satu orang dan satu orang dari kepolisian.” “Kedua, banyak Ibu Korban turut memandikan anaknya. Mereka umumnya merelakan anak mereka diotopsi; dada dibelah dari tenggorokan sampai perut.” “Danpomdam Jaya Hendardji Supandji pernah bilang, keluarga korban boleh meminta fotokopi visum apabila digunakan dalam sidang pengadilan.” “Ini berarti visum, anak peluru tajam yang bersarang di tubuh para korban, dan alat bukti lain masih
mengandung unsur pelanggaran HAM berat. Terbukti dari adanya penolakan dan usaha mengagalkan penyelesaian kasus tersebut dan kasus tersebut terulur waktu, entah sampai kapan. Melalui surat tersebut pengirim surat menyatakan bahwa untuk menyelesaikan kasus tersebut harus ada keberanian penguasa atau pihak lain, sebagaimana yang telah dikatakan Presiden Jokowi.
101
9.
Jendral Kivlan Zein
Frasa
10.
Jendral Wiranto
Frasa
11.
DPR
Kata
12.
Panitia khusus
Frasa
13.
Pemerintah
Kata
14.
Orangtua korban
Frasa
15.
Masyarakat
Kata
16.
Penguasa
Kata
tersimpan oleh aparat yang berwajib dan bisa ditelusuri.” Pembeda “Jendral Kivlan tingkat Zein secara sosial terbuka menyatakan, dia Pembeda ditugasi Jendral tingkat Wiranto sosial mengerahkan Pamswakarsa membuat demonstrasi tandingan...” Mengefektif- “Sebelum UU kan kalimat No 26/2000 diterbitkan, Pembeda keluarga korban identitas dan para sosial pendamping Pembeda menuntut DPR tingkat membentuk sosial panitia khusus dengan harapan ada pengawasan dan mendesak pemerintah menyelesaikan ketiga kasus itu.” Pembeda “Penolakan identitas berkas sosial penyelidikan Komnas HAM Pembeda itu bisa saja identitas dimaksudkan sosial mengulur waktu, menunggu semua orangtua korban meninggal dan masyarakat melupakannya.” Pembeda “Penyelesaian tingkat kasus Semanggi
102
17.
Presiden Jokowi
Frasa
sosial Pembeda tingkat sosial
I , Semanggi II, dan Trisakti melalui jalur hukum memerlukan keberanian penguasa membuat terobosan, seperti kata Presiden Jokowi dalam peringatan Hari HAM sedunia.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Semanggi I-II dan Trisakti” ditemukan 17 deiksis sosial, 12 deiksis sosial berbentuk frasa dan 5 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Jaksa Agung HM Prasetyo bermakna sebagai jabatan
kepala
kejaksaan
tertinggi;
bidang
hukum
yang
bertugas
menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan. Fungsi deiksis sosial Jaksa Agung HM Prasetyo sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Pengirim surat menyebutkan jabatan yang disandang HM Prasetyo sebagai kepala kejaksaan tertinggi dengan sebutan Jaksa Agung. 2) frasa Presiden BJ Habibie, sebutan presiden untuk BJ Habibie menandakan bahwa beliau adalah seorang yang pernah menjabat sebagai kepala negara. Fungsi deiksis sosial Presiden BJ Habibie sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Pengirim surat menghargai jabatan yang dulu pernah disandang oleh BJ Habibie sebagai presiden RI ke-3. 3) frasa warga sipil bermakna sebagai seseorang yang bukan merupakan anggota militer atau dari angkatan bersenjata. Fungsi deksis sosial warga sipil sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan warga sipil untuk menyebut identitas seseorang yang bukan dari kalangan militer. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks kewarganegaraan. 4) kata ABRI bermakna sebagai singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang terdiri dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Fungsi deiksis sosial ABRI
103
untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi ABRI. 5) frasa ibu korban bermakna sebagai sebutan untuk wanita yang telah melahirkan seseorang (korban tragedi Semanggi dan Trisakti). Fungsi deiksis sosial ibu korban sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan ibu korban untuk menyebut orangtua perempuan dari si korban. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks Tragedi Semanggi. 6) frasa Danpomdam Jaya Hendardji Supandi, sebutan Danpomdam untuk Jaya Hendardji Supandi bermakna sebagai Komandan Polisi Militer Kodam (pangkat kemiliteran). Fungsi deiksis sosial Danpomdam Jaya Hendardji Supandi sebagai pembeda tingkat sosial berdasrkan jabatan/pangkat. 7) frasa keluarga korban bermakna sebagai Ayah Ibu/sanak saudara/kerabat korban. Fungsi deiksis sosial keluarga korban sebagai pembeda identitas sosial.
Pengirim surat
menggunakan ungkapan keluarga korban sebagai orang yang bertalian saudara dengan korban tragedi Semanggi. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks tragedi Semanggi. 8) frasa aparat yang berwajib bermakna sebagai badan pemerintahan; instansi pemerintah; pegawai negeri yang berwenang. Fungsi deiksis sosial aparat yang berwajib sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 9) frasa Jendral Kivlan Zein, sebutan jendral untuk Kivlan Zein bermakna sebagai kelompok pangkat perwira tinggi dalam angkatan darat. Fungsi deiksis sosial Jendral Kivlan Zein sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pangkat. Pengirim surat menggunakan sebutan jendral kepada Kivlan Zein atas pangkat yang telah disandangnya. 10) frasa Jendral Wiranto, sebutan jendral untuk Wiranto bermakna sebagai kelompok pangkat perwira tinggi dalam angkatan darat. Fungsi deiksis sosial Jendral Wiranto sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pangkat. 11) kata DPR bermakna sebagai singkatan dari Dewan Perwakilan Rakyat; lembaga yang memegang kekuasaan legislatif. Fungsi deiksis sosial DPR untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan
104
menyingkat Dewan Perwakilan Rakyat menjadi DPR. 12) frasa panitia khusus
bermakna
sebagai
kelompok
orang
yang
ditunjuk
untuk
mempertimbangkan atau mengurus hal-hal yang ditugaskan secara khusus. Fungsi deiksis sosial panitia khusus sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan panitia khusus untuk menyebut sejumlah orang yang mengurus secara khusus kasus Semanggi dan Trisakti. Ungkapan tersebut mencirikan identitas sekelompok orang dalam konteks penanganan kasus tragedi Semanggi dan Trisakti. 13) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 14) frasa orangtua korban bermakna sebagai Ayah Ibu orang yang menderita (meninggal) akibat tragedi Semanggi dan Trisakti. Fungsi deiksis sosial orangtua korban sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan orangtua korban untuk menyebut ayah dan ibu si korban dalam tragedi Semanggi. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang dalam konteks kasus tragedi Semanggi dan Trisakti.
15) kata
masyarakat bermakna sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah manusia yang tinggal di Indonesia dengan sebutan masyarakat. 16) kata penguasa bermakna sebagai orang yang berkuasa (untuk menyelenggarakan sesuatu, memerintah, dsb); pemegang kekuasaan. Fungsi deiksis sosial penguasa sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan kekuasaan. 17) frasa Presiden Jokowi, sebutan presiden untuk Jokowi menandakan bahwa beliau adalah seorang kepala negara. Fungsi deiksis sosial presiden Jokowi sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.37 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Stop Pemberian Gelar Dr HC” Kompas Edisi Selasa 19 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
105
1.
Deiksis Deiksis Sosial Sosial Komunitas Frasa ilmiah
2.
Komunitas Frasa politik
3.
Komunitas Frasa bisnis
4.
Publik
Kata
Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
Menjaga sopan santun berbahasa
“Di sana Daoed mengusulkan agar komunitas ilmiah jangan “terombangambing jadi permainan komunitas politik dan komunitas bisnis, tereduksi hanya menjadi pemberi gelar Dr HC. Keadaan ini harus distop.” “Karena Daoed sudah transparan mengungkapkan indikasi nonilmiah pemberian gelar Dr HC, pihak pemberi gelar layak diminta mempertanggungja wabkan kepada publik dengan argumentasi ilmiah mengenai pemberian gelar itu.”
Surat tersebut ditulis oleh WKL yang menyinggung masalah pemberian gelar Dr HC. Penulis mengutip usulan yang dilontarkan oleh Daoed bahwa pemberian gelar Dr HC harus distop. Adanya pernyataan Daoed tersebut menyebabkan pengirim surat menyinggung kepada pihak pemberi gelar (komunitas ilmiah) untuk secara transparan mempertanggungjawabkan gelar yang diberikan. Pengirim surat menekankan bahwa publik harus mengetahui alasan apa saja hingga seseorang diberi gelar Dr HC.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Stop Pemberian Gelar Dr HC” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa, 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa komunitas ilmiah bermakna sebagai kelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi dalam lingkup ilmu pengetahuan. Fungsi deiksis sosial komunitas ilmiah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan komunitas ilmiah untuk menyebut sekelompok orang yang brminat dan berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan
dengan
sebutan
komunitas
ilmiah.
Ungkapan
tersebut
106
mencirikan
identitas
kelompok
dalam
konteks
berbagai
perkumpulan/komunitas yang ada. 2) frasa komunitas politik bermakna sebagai kelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi dalam lingkup politik. Fungsi deiksis sosial komunitas politik sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan komunitas politik untuk menyebut sekelompok orang yang berminat dan berkecimpung di dunia politik dengan sebutan komunitas politik. Ungkapan tersebut mencirikan identitas kelompok dalam konteks berbagai perkumpulan/komunitas yang ada. 3) frasa komunitas bisnis bermakna sebagai kelompok orang yang hidup dan saling berinteraksi dalam lingkup bisnis. Fungsi deiksis sosial komunitas bisnis sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan komunitas bisnis untuk menyebut sekelompok orang yang berminat dan berkecimpung di dunia bisnis dengan sebutan komunitas bisnis. Ungkapan tersebut mencirikan identitas kelompok dalam konteks berbagai perkumpulan/komunitas yang ada. 4) kata publik bermakna sebagai sebutan untuk orang banyak (umum); semua orang yang datang (menonton; mengunjungi, dsb). Fungsi deiksis sosial publik untuk menjaga sopan santun berbahasa.
Pengirim
surat
menggunakan
ungkapan
publik
untuk
menyebutkan orang banyak/khalayak umum dengan sebutan publik. Tabel 4.38 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kontribusi Tiga Duta Besar” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016 No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Duta besar Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Perlu diketahui bahwa saya menulis artikel opini tersebut bersama dengan dua duta besar, Duta Besar Kanada untuk Indonesia Donal Bobiash dan Duta
Surat tersebut ditulis oleh RB selaku dubes AS untuk Indonesia. Ia menyayangkan bahwa dua nama dubes yang telah turut serta dalam penulisan artikel yang dimuat di
107
2.
Penulis
Kata
Pembeda identitas sosial
Besar Meksiko untuk Indonesia Federico Salas.” “Namun sayangnya, nama kedua dubes tersebut tidak tercantum sebagai penulis.”
harian Kompas tidak dimasukkan. Pengirim surat menyatakan bahwa dua nama tersebut juga layak diberi penghargaan atas kontribusi dan dukungan yang mereka lakukan dan seharusnya mereka juga dicantumkan sebagai penulis.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Kontribusi Tiga Duta Besar” ditemukan 2 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa duta besar bermakna sebagai wakil diplomatik tertinggi suatu negara yang mewakili pemerintah suatu negara di negara lain. Fungsi deiksis sosial duta besar sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) kata penulis bermakna sebagai orang yang menulis. Fungsi deiksis sosial penulis sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan penulis untuk menyebut dua dubes yang ikut berkontribusi dalam tulisan berita yang dimuat harian Kompas. Tabel 4.39 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tunjangan Sertifikasi” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016 Wujud No Deiksis Sosial 1. Guru honorer
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Frasa
Pembeda tingkat
Pegawai Negeri
Teks
Konteks
“Saya telah menjadi guru honorer sejak Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK)Somba Opu didirikan pada tahun 1984-1985.” “Saya juga diangkat menjadi Pegawai
Surat tersebut ditulis oleh MN yang menyinggung masalah tunjangan sertifikasi. Di awal surat ia menyatakan
108
Sipil
3.
Operator sekolah
sosial
Frasa
Pembeda identitas sosial
Negeri Sipil (PNS)1989 Nomor Induk Pegawai (NIP) terakhir 195509081989031005.” “Adalah hak saya untuk mempertanyakan kekhilafan ini meski kedua operator sekolah dan daerah kabupaten tak menanggapinya secara benar.”
bahwa dirinya dulu menjadi guru honorer sejak sekolah tempatnya mengajar didirikan. Melalui surat tersebut pengirim surat menyampaikan protesnya bahwa terdapat kekeliruan dalam memasukkan tanggal pensiunnya, hingga ia dirugikan sebanyak Rp 3.373.055,00
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tunjangan Sertifikasi” ditemukan 3 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa guru honorer bermakna sebagai guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan. Fungsi deiksis sosial guru honorer sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) frasa pegawai negeri sipil bermakna sebagai orang yang bekerja pada pemerintah/negara yang gajinya dibayarkan dengan APBN dan APBD. Fungsi deiksis sosial pegawai negeri sipil sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3) frasa operator sekolah bermakna sebagai orang yang bertugas menjaga, melayani, dan menjalankan sekolah (staff, guru, dsb). Fungsi deiksis sosial operator sekolah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan operator sekolah untuk sebutan orang yang mengurus segala hal baik administrasi, pengajaran, dsb di lingkungan sekolah. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks pendidikan di sekolah.
109
Tabel 4.40 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tentang “Aku” dan “Saya”” Kompas Edisi Rabu, 20 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Rakyat biasa
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Demikianlah kata aku dimuliakan sehingga rakyat biasa dianggap tak pantas, tak sopan, dan angkuh memakainya.”
Surat tersebut ditulis oleh MPL yang menyatakan bahwa pemakaian kata aku sebenarnya adalah merupakan pronomina persona pertama tunggal yang paling asli. Pemakaian kata saya baru muncul pada masa kejayaan feodalisme. Sehingga kata aku diganti dengan saya (sahaya). Adanya perubahan tersebut menjadikan kata aku dianggap tak sopan dan tak pantas diucapkan oleh rakyat biasa.
Berdasarkan surat pembaca berjudul “Tentang “Aku” dan “Saya” ditemukan 1 deiksis sosial berupa frasa. Frasa rakyat biasa bermakna sebagai orang kebanyakan; bukan bangsawan; bukan hartawan. Fungsi deiksis sosial rakyat biasa sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan struktur lapisan masyarakat. Tabel 4.41 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Kementrian LHK” Kompas Edisi Kamis, 21 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
110
1.
Deiksis Deiksis Sosial Sosial Masyarakat Kata
Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Bupati
Kata
3.
Walikota
Kata
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
“Kebijakan ini mengajak masyarakat untuk untuk aktif peduli lingkungan, dengan belanja bijak membawa kantong belanja sendiri.” “Selain Aprindo juga melibatkan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Bupati/Walikota.”
Surat tersebut ditulis oleh N selaku Humas Kementerian LHK yang menaggapi surat yang dikirimkan oleh MF tentang “Tas Plastik Berbayar” yang hanya diterapkan di Swalayan. Pengirim surat menyatakan bahwa penerapan kantong plastik berbayar sudah diatur oleh Kementerian LHK dan sudah sudah ada surat edarannya untuk menekan sampah dan mengelolanya secara terpadu. Menurut pengirim surat alasan penerapan tas plastik di mulai dari toko ritel yakni karna mudah dipantau dibandingkan pasar tradisional dan adanya kebiijakan tas plastik berbayar diharapkan mampu mengajak masyarakat yang selama ini selalu menggunakan plastik saat berbelanja untuk
111
beralih membawa tas belanja sendiri. Adanya kebijakan pengurangan kantong plastik sudah dirancang dan sudah dikoordinasikan dengan berbagai pihak. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan Kementrian LHK” ditemukan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) kata masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah manusia yang belum secara penuh sadar akan pelestarian lingkungan dengan sebutan masyarakat. 2) kata bupati bermakna sebagai kepala daerah tingkat kabupaten (daerah tingkat II). Fungsi deiksis sosial bupati sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 3) kata walikota bermakna sebagai kepala kota madya; kepala wilayah kota administratif. Fungsi deiksis sosial walikota sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.42 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Subsidi Transjakarta” Kompas Edisi Kamis, 21 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pemprov DKI Jakarta
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Teks Sosial Mengefektif- “Subsidi Rp 3,2 kan kalimat triliun untuk biaya operasional PT Transjakarta dari Pemprov DKI Jakarta siap dikucurkan guna memperluas layanan
Konteks Surat tersebut ditulis oleh MH yang menyinggung masalah subsidi Transjakarta. Pengirim surat mengusulkan beberapa poin untuk
112
2.
Masyarakat Kata
Pembeda identitas sosial
3.
Warga Bogor
Frasa
Pembeda identitas sosial
4.
Penumpang Kata
5.
Kaum Ibu
Frasa
6.
Anak-anak
Kata
Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
transjakarta.” “Dengan peningkatan kapasitas dan jangkauan pelayanan, masyarakat tentu mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.” “Padahal banyak warga Bogor (Ciawi-BubulakCibinong) beraktivitas di Jakarta.” “Masih dijumpai dalam bus reguler eks APTB penumpang duduk di lantai bus karena lelah berdiri, terutama kaum ibu dan anak-anak.”
memperluas akses Transjakarta. Menurutnya, adanya perluasan operasional yang dilakukan oleh pihak Transjakarta secara opitimal akan membuat masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum. Pengirim surat menyayangkan perluasan operasional TJ belum bisa melayani sampai ke Bogor padahal banyak warga Bogor yang beraktivitas di Jakarta setiap harinya, untuk itu diperlukan transportasi umum yang memadai.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Subsidi Transjakarta” ditemukan 6 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Pemprov DKI Jakarta bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Fungsi deiksis sosial Pemprov DKI Jakarta untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menjadi
113
Pemprov DKI Jakarta. 2) kata masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang dalam lingkup Jakarta dengan sebutan masyarakat. 3) frasa warga bogor bermakna sebagai anggota/perkumpulan/penduduk yang mendiami wilayah Bogor. Fungsi deiksis sosial warga Bogor adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut orang yang tinggal di daerah/sekitar Bogor dengan sebutan warga Bogor. 4) kata penumpang bermakna sebagai orang yang naik kendaraan umum. Fungsi deiksis sosial penumpang adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang atau sekelompok orang menggunakan transjakarta dengan sebutan penumpang. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks tansportasi umum transjakarta. 5) frasa kaum Ibu bermakna sebagai golongan wanita yang sudah bersuami. Fungsi deiksis sosial kaum ibu sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan kaum ibu untuk mencirikan sekelompok perempuan yang sudah bersuami dengan sebutan kaum ibu. 6) kata anak-anak bermakna sebagai manusia yang masih kecil. Fungsi deiksis sosial anak-anak sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan
ungkapan
anak-anak
untuk
menyebutkan
penumpang
transjakarta yang masih kecil dengan sebutan anak-anak. Tabel 4.43 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Ihwal Dosen Pindah Antaruniversitas” Kompas Edisi Jumat, 22 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Dosen
2.
Pemerintah Kata
No
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Pembeda tingkat
Teks
Konteks
“Perpindahan dosen antaruniversitas jelas banyak manfaatnya.” “Pemerintah tidak pernah membuat
Surat tersebut ditulis oleh RTC yang merupakan dosen ITB. Ia mengatakan bahwa perpindahan dosen
114
sosial
3.
Asisten ahli
Frasa
Pembeda tingkat sosial
4.
Lektor
Kata
5.
Lektor kepala
Frasa
6.
Guru besar
Frasa
7.
Pelamar
Kata
8.
Mahasiswa Kata
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
keputusan bahwa seorang dosen dari universitas A harus pindah ke universitas B dengan alasan apapun.” “Saat seseorang diterima jadi dosen baru di PTN/PTS di Indonesia pasti akan memulai karirnya dari jenjang asisten ahli.” “Tak pernah ada lowongan untuk lektor, lektor kepala, atau guru besar di Indonesia.”
dari universitas tertentu ke universitas lain untuk mengajar banyak manfaatnya. Menurutnya tidak ada aturan dari pemerintah mengenai perpindahan dosen. Pengirim surat menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada lowongan yang mengkhususkan untuk lektor, lektor kepala, dsb. Ia juga menyatakan bahwa dosen tetap di negara-negara Eropa bisa kerja “Pelamar diberi berpindah antaruniversitas, kesempatan kasih kuliah di depan bahkan antarnegara. Hal mahasiswa.” tersebut dikarenakan status dosennya yang bukan PNS seperti di Indonesia sehingga mereka tidak terikat oleh institusi.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Ihwal Dosen Pindah Antaruniversitas” ditemukan 8 deiksis sosial, 5 deiksis sosial berbentuk kata dan 3 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata dosen bermakna sebagai tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Fungsi deiksis sosial dosen sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas
115
untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 3) frasa asisten ahli bermakna sebagai pangkat atau jabatan dosen setingkat di bawah lektor muda (di perguruan tinggi). Fungsi deiksis sosial asisten ahli sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 4) kata lektor bermakna sebagai pengajar di perguruan tinggi, berpangkat pembina atau golongan IV/a; asisten profesor. Fungsi deiksiss sosial lektor sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan/pangkat. 5) frasa lektor kepala bermakna sebagai pengajar di perguruan tinggi yang bergolongan IV/c. Fungsi deiksis sosial lektor kepala sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan/pangkat. 6) frasa guru besar bermakna sebagai pangkat guru pada perguruan tinggi; profesor. Fungsi deiksis sosial guru besar sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pangkat. 7) kata pelamar bermakna sebagai orang yang meminta pekerjaan. Fungsi deiksis sosial pelamar sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pelamar untuk menyebutkan seseorang/kelompok yang mengajukan pekerjaan sebagai dosen. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks lowongan pekerjaan di perguruan tinggi.8) kata mahasiswa bermakna sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. Fungsi deiksis sosial mahasiswa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan sebutan mahasiswa untuk menyebutkan seseorang/kelompok yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tabel 4.44 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Batu Kapur di Bahorok” Kompas Edisi Jumat, 22 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pengusaha nasional
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Saya menyayangkan jika izin kerja sama itu terwujud sebab pada 1996 ada pengusaha
Surat tersebut ditulis oleh S yang merasa terkejut dan kecewa jika akan dibangun pabrik semen di
116
nasional yang sudah survei di sana dan benar ada pegunungan kapur sebagai bahan baku semen.”
Bohorok. Ia sangat menyayangkan apabila izin kerja sama tersebut terwujud karena akan merusak wisata lingkungan di Konservasi Orangutan Bukit Lawang yang selama ini penulis upayakan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Batu Kapur di Bahorok” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Frasa Pengusaha nasional bermakna sebagai orang yang berusaha di bidang perdagangan, industri, dsb di tingkat nasional. Fungsi deiksis sosial pengusaha nasional sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.45 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Memenangkan dan Memenangi” Kompas Edisi Sabtu, 23 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Bapak Yanwardi
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Maling
Kata
Pembeda identitas sosial
3.
Anak telantar
Frasa
Pembeda identitas sosial
No 1.
Teks
Konteks
“Menanggapi tulisan Bapak Yanwardi ihwal akhiran mana yang lebih pas, akhiran –kan atau –i (Kompas, 2/7), sebetulnya tidak sulit.” “Sementara memukuli maling artinya memberi pukulan berulangulang kepada maling.” “Sementara mengurusi anak terlantar berarti
Surat tersebut ditulis oleh PD yang menjelaskan pemakaian akhiran –kan dan akhiran –i yang menurutnya tidak sulit. Akhiran – kan bermakna „membuat‟ sedangkan –i terkait dengan „memberi‟. Melalui surat tersebut Pengirim surat berharap pembaca dapat memahami
117
memberi bagaimana pengurusan (dari penggunaan kata dasar urus) akhiran –kan dan kepada anak –i yang disertai telantar.” dengan beberapa contoh. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Memenangkan dan Memenangi” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Bapak Yanwardi, panggilan Bapak untuk laki-laki bernama Yanwardi merupakan sapaan kepadanya sebagai orang yang dipandang sebagai laki-laki yang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Yanwardi untuk Menjaga sopan santun berbahasa. 2) kata maling bermakna sebagai orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi/pencuri. Fungsi deiksis sosial maling sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebutkan seseorang yang mengambil barang orang lain secara diam-diam dengan sebutan maling. 3) frasa anak telantar bermakna sebagai seseorang yang masih kecil dan tidak terpelihara/tidak terawat/serba tidak kecukupan. Fungsi deiksis sosial anak telantar sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan anak telantar untuk menyebut seorang anak yang tidak terpelihara. Tabel 4.46 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Sulit Kuliah ke Luar Negeri” Kompas Edisi Sabtu, 23 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Keluarga miskin
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Calon mahasiswa
Frasa
Pembeda identitas
Teks
Konteks
“Meski dari keluarga miskin, sejak SD saya bercita-cita agar saat tamat SMA bisa kuliah di 100 besar universitas top dunia.” “Saya memilihi Universitas
Surat tersebut ditulis oleh VEW yang merupakan siswa lulusan SMAN 1 Prambanan dan sudah bercita-cita untuk bisa masuk ke universitas terkenal di dunia.
118
sosial
3.
Keluarga mampu
Frasa
Pembeda tingkat sosial
4.
Pemerintah Kata
Pembeda tingkat sosial
5.
Orangtua siswa
Pembeda identitas sosial
Frasa
Melbourne. Namun, semua calon mahasiswa dari negara berkembang, termasuk Indonesia harus melalui kelas fondation selama 10 bulan.” “Selama ini banyak tamatan SMA Indonesia dari keluarga mampu yang langsung ikut fondation di luar negeri.” “Namun, kalau pemerintah bisa membuka kelas khusus fondation di tiap provinsi, peluang akan lebih terbuka lebar bagi tamatan SMA kita untuk kuliah di luar negeri.” “Selain itu, uang dari setiap orangtua siswa tidak mudah mengalir ke luar negeri segingga mengurangi dampak negatif pada kondisi ekonomi negara kita.”
Namun, ia menyatakan bahwa dirinya kesulitan untuk kuliah ke luar negeri. Pengirim surat menyatakan bahwa dirinya memilih universitas Melbourne. Sesuai ketetapan pemerintah luar negeri, calon mahasiswa dari negara-negara berkembang harus mengikuti kelas fondation. Namun, sayangnya di Indonesia ia merasa kesulitan untuk mendapatkan kelas fondation lulusan SMA karena sebagian besar hanya disediakan untuk S1, S2, dan S3. Pengirim surat yang lulusan SMA merasa sangat dirugikan karena terkendala oleh kelas fondation yang sulit ia dapatkan. Melalui surat tersebut ia memberikan solusi kepada Mendikbud untuk membuka kelaskelas persiapan khusus standar fondation di Ibu
119
kota provinsi untuk menampung anak-anak yang mau melanjutkan S1 ke luar negeri. Menurutnya, hal tersebut akan membantu memudahkan citacita anak bangsa sekaligus menghemat biaya yang harus mereka keluarkan. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Sulit Kuliah ke Luar Negeri” ditemukan 5 deiksis sosial, 4 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa keluarga miskin bermakna sebagai anggota seisi rumah yang tidak berharta; serba kekurangan. Fungsi deiksis sosial keluarga miskin sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan struktur lapisan masyarakat. 2) frasa calon mahasiswa bermakna sebagai seseorang yang hendak menjadi seorang pelajar di perguruan tinggi. Fungsi deiksis sosial calon mahasiswa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan
ungkapan
calon
mahasiswa
untuk
menyebutkan
seseorang/sekelompok orang yang hendak belajar di perguruan tinggi negeri dengan sebutan calon mahasiswa. 3) frasa keluarga mampu bermakna sebagai anggota seisi rumah yang berada; kaya; mempunyai harta berlebih. Fungsi deiksis sosial keluarga mampu sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan struktur lapisan masyarakat. 4) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 5) frasa orangtua siswa bermakna sebagai ayah ibu kandung seorang siswa. Fungsi deiksis sosial orangtua
siswa
sebagai
pembeda
identitas
sosial.
Pengirim
surat
menggunakan sebutan orangtua siswa untuk menyebut seorang ayah/ibu dari siswa.
120
Tabel 4.47 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masih Ada MOS” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Orangtua siswa
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
2.
Guru
Kata
3.
Kakak kelas Frasa
Pembeda tingkat sosial Pembeda identitas sosial
4.
Bapak guru
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
5.
Wakil Kepala Sekolah
Frasa
Pembeda tingkat sosial
No 1.
Teks
Konteks
“Saya selaku orangtua siswa merasa bangga anak saya di SMA Negeri 6 Bekasi." “Sebenarnya para orangtua sudah datang ke sekolah dan menanyakan kepada guru, mengapa ada pengarahan dari kakak kelas, apakah berarti akan ada MOS?” “Namun, bapak guru yang kami tanya-sayang kami tidak tahu namanya— menjawab bahwa ia juga tidak tahu apa yang dilakukan kakak kelas itu.” “Pada waktu daftar ulang, saat bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah dan para guru, ada pengarahan bahwa MOS akan begini dan begitu: intinya seperti MOS pada masa
Surat tersebut ditulis oleh S selaku orangtua siswa dari salah satu siswa baru di SMAN 6 Bekasi. Pengirim surat merasa kecewa saat mendapatkan kabar bahawa di sekolah tersebut masih ada MOS yang berlebihan. Namun, pihak guru justru tidak mengetahui apaapa. Melalui surat tersebut Pengirim surat ingin menekankan bahwa MOS yang tidak mendidik sudah dilarang oleh Mendikbud.
121
6.
Siswa
Kata
Pembeda identitas sosial
7.
Mentri Frasa Pendidikan dan Kebudayaan
Pembeda tingkat sosial
lampau yang seharusnya tidak ada lagi.” “Pada hari Sabtu dan Minggu sebelum hari pertama masuk sekolah, 18 Juli 2016, murid kelas 1 (atau kelas 10) sudah diperintah dalam bentuk teka-teki dan siswa harus menerjemahkan artinya.” “Kami sebagai orangtua sudah mendapat informasi bahwa ada surat edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang melarang MOS-MOS-an.”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Masih Ada MOS” ditemukan 7 deiksis sosial, 5 deiksis sosial berbentuk frasa dan 2 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa orangtua siswa bermakna sebagai ayah ibu kandung seorang siswa. Fungsi deiksis sosial orangtua siswa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan sebutan orangtua siswa untuk menyebut seorang ayah/ibu dari siswa. 2) kata guru bermakna sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Fungsi deiksis sosial guru sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3) frasa kakak kelas bermakna sebagai panggilan kepada orang (laki-laki atau perempuan) yang lebih tua/lebih tinggi kelasnya. Fungsi deiksis sosial kakak kelas sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan kaka kelas untuk sebutan seorang yang di sekolah tingkatan kelasnya lebih tinggi. Ungkapan tersebut mencirikan
122
identitas seseorang/sekelompok orang dalam konteks lingkungan sekolah. 4) frasa Bapak guru bermakna sebagai sapaan terhadap seorang guru laki-laki yang dipandang sebagai orang yang patut dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak guru untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan bapak kepada seorang guru yang dimaksud untuk menunjukkan kesopanan. 5) frasa wakil kepala sekolah bermakna sebagai sebutan jabatan untuk seseorang yang mewakili/membantu kepala sekolah. Fungsi deiksis sosial wakil kepala sekolah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 6) kata siswa bermakna sebagai murid/pelajar pada tingkat dasar/menengah. Fungsi deiksis sosial siswa sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebutkan seseorang yang belajar di tingkat sekolah menengah dengan ungkapan siswa. 7) frasa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
bermakna sebagai
kepala departemen
pendidikan/pembantu kepala negara dalam melaksanakan urusan pendidikan dan kebudayaan. Fungsi deiksis sosial Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. Tabel 4.48 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Polisi Baik” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Cucu saya
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Polisi
Kata
3.
Taruna
Kata
Pembeda tigkat sosial Pembeda identitas sosial
4.
Pak Polisi
Frasa
No
Menjaga sopan
Teks
Konteks
“Pada Selasa, 7 Juni 2016, pukul 11.30 cucu saya mendadak kejang.” “Berkat bantuan polisi tersebut beserta empat taruna di dalamnya, kami segera tiba di rumah sakit.” “Terima kasih Pak Polisi.”
Surat tersebut ditulis oleh J yang menuliskan ucapan terima kasih karena ada polisi baik yang menolong cucunya saat kejangkejang. Ketika di perjalanannya terhambat kemacetan hingga kemudian meminta bantuan menggunakan
123
santun berbahasa
mobil patroli dan akhirnya mereka membantu. Pengirim surat sangat berterimakasih karena berkat bantuan polisi dan empat tarunanya anaknya tiba di rumah sakit dan mereka menunggu hingga si cucu penulis sadar.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Polisi Baik” ditemukan 4 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 2 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa cucu saya, cucu bermakna sebagai sebutan terhadap anak dari anak; keturunan ketiga. Fungsi deiksis sosial cucu saya untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan ungkapan cucu saya untuk menyebut seorang anak yang dilahirkan dari anaknya si pengirim surat. 2) kata polisi bermakna sebagai orang yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu badan pemerintah negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Fungsi deiksis sosial polisi sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3) kata taruna bermakna sebagai pelajar/siswa sekolah di akademi kepolisian. Fungsi deiksis sosial taruna sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan taruna untuk menyebutkan empat anak muda yang masih berstatus pelajar di akademi kepolisian. 4) frasa Pak polisi bermakna sebagai sapaan terhadap seorang polisi laki-laki yang dipandang patut untuk dihormati. Fungsi deiksis sosial Pak polisi untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan Pak kepada polisi yang dimaksud untuk kesopanan. Tabel 4.49 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Vaksin Palsu” Kompas Edisi Senin, 25 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
124
Deiksis Deiksis Sosial Sosial Pemerintah Kata
Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Distributor resmi
Frasa
Pembeda identitas sosial
3.
Rakyat
Kata
Pembeda identitas sosial
4.
Pendidik swasta
Frasa
Pembeda tingkat sosial
1.
“Kedua, karena pemerintah mengakui praksis ini sudah bertahun-tahun terjadi, apakah itu berarti bahwa Kementrian Kesehatan juga bertahun-tahun teledor— sepanjang 20032016—tidak mengontrol hal penting ini.” “Ketiga, berkalikali juga dikatakan bahwa distributor resmi tidak menyediakan vaksin sehingga akhirnya rumah sakit swasta dan berbagai lembaga kesehatan mencari vaksin dari sumber lain.” “Keempat, kalau didesak kebutuhan, rumah sakit tertentu akan berusaha mendapatkan kebutuhannya— apalagi dengan alasan membantu rakyat dengan cara yang mereka bisa.” “Keenam, dengan analogi serupa, salahkah
Surat tersebut ditulis oleh BSM yang menyinggung masalah beredarnya vaksin palsu. Ia mempertanyakan siapa yang seharusnya paling bertanggung jawab atas beredarnya vaksin palsu selama 13 tahun ini. Ia mengkritik bahwa pemerintah telah teledor membiarkan kasus tersebut terjadi bertahun-tahun. Pengirim surat juga melontarkan kritiknya bahwa tidak ada distributor resmi yang menyediakan vaksin. Sehingga wajar apabila pihak rumah sakit yang lembaga kesehatan lainnya mencari vaksin tersebut dari sumber lain.
125
5.
Abdi rakyat
Frasa
Pembeda tingkat sosial
penyedia sekolah atau pendidik swasta? Jadi, pemerintah itu sebenarnya abdi rakyat atau pemegang monopoli semua bidang; kesehatan, pendidikan, keagamaan?”
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Vaksin Palsu” ditemukan 5 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk kata dan 3 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersamasama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) frasa distribuor resmi bermakna sebagai orang atau badan yang bertugas mendistribusikan barang (dagangan); penyalur secara sah (dari pemerintah atau yang berwajib). Fungsi deiksis sosial distributor resmi sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan distributor resmi untuk menyebutkan seseorang/sekelompok orang yang menyediakan vaksin dari pemerintah atau pihak resmi. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/sekelompok orang dalam konteks ketersediaan vaksin. 3) kata rakyat bermakna sebagai penduduk suatu negara; orang biasa. Fungsi deiksis sosial rakyat sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut penduduk suatu negara dengan sebutan rakyat. Penyebutan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks negara Indonesia. 4) frasa pendidik swasta bermakna sebagai orang yang mendidik di badan bukan milik pemerintah. Fungsi deiksis sosial pendidik swasta sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 5) frasa abdi rakyat bermakna sebagai pegawai pemerintah yang pada dasarnya mempunyai kewajiban dalam masyarakat. Fungsi deiksis sosial abdi rakyat sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan.
126
Tabel 4.50 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “UGD Penuh” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016 Wujud Deiksis Sosial Bapak Sutomo Purwoto
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Pasien
Kata
Pembeda identitas sosial
3.
Keluarga pasien
Frasa
Pembeda identitas sosial
No 1.
Teks
Konteks
“Menanggapi surat Bapak Sutomo Purwoto di Kompas (13/7). “BPJS Ditolak”, kami mengucapkan terima kasih kepada yang bersangkutan dan keluarga atas kepercayaan kepada Rumah Sakit St Carolus Salemba, Jakarta.” “Untuk menanggapi hal itu, bersama ini kami sampaikan informasi bahwa pasien tidak dibawa ke UGD RS St Carolus Salemba, jakarta.” “Pukul 21.20 keluarga pasien membawa surat rujukan ke bagian Administrasi Rawat Inap RS St Carolus untuk mencari kamar ICU.”
Surat tersebut ditulis oleh RN yang menanggapi surat Bapak Sutomo Purwoto yang membahas “BPJS Ditolak”. Menurut Bapak Sutomo pihak rumah sakit yang ia datangi seolaholah menolak pasien BPJS. kemudian, pihak RS St Carolus mengklarifikasikan bahwa hal tersebut tidak benar. Pengirim surat juga mengklarifikasi bahwa pihak RS St Carolus telah menginformasikan kepada RS Hermina Jatinegara yang sebelumnya didatangi Bapak Sutomo bahwa kamar ICU benarbenar penuh. Namun, keluarga pasien tetap tiba di rumah sakit dengan membawa surat rujukan. Pihak rumah sakit bukan menolak
127
tapi memang fasilitasnya yang tidak tersedia. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “UGD Penuh” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Bapak Sutomo Purwoto. Panggilan Bapak untuk laki-laki bernama Sutomo Purwoto merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Sutomo Purwoto
untuk
Menjaga
sopan
santun
berbahasa.
Pengirim
surat
menggunakan sapaan bapak kepada Sutomo Purwoto sebagai bentuk kesopanan. 2) kata pasien bermakna sebagai orang sakit (yang dirawat dokter); penderita sakit. Fungsi deiksis sosial pasien sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut Bapak Suseno Purwoto yang merupakan ayah dari Sutomo Purwoto dengan kata pasien. Hal tersebut mencirikan identitas Bapak Suseno dalam konteks kejadian UGD penuh di RS St Carolus dan RS Hermina Jatinergara. 3) frasa keluarga pasien bermakna sebagai Ayah Ibu/sanak saudara/kerabat dari orang yang sakit. Fungsi deiksis sosial keluarga pasien sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebutkan sejumlah orang yang menjadi kerabat/saudara orang yang sakit dengan sebutan keluarga pasien dalam konteks kejadian UGD penuh di RS St Carolus dan RS Hermina Jatinergara. Tabel 4.51 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Pesawat Batal” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016 Wujud No Deiksis Sosial 1. Suami saya
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
Teks
Konteks
“Suami saya membeli tiket Susi Air pulang pergi JakartaCilacap-Jakarta seharga Rp 3.270.000.”
Surat tersebut ditulis oleh L yang memprotes atas buruknya pelayanan sebuah maskapai penerbangan. Ia
128
2.
Petugas Susi Air
Frasa
Pembeda identitas sosial
3.
Penumpang Kata
Pembeda identitas sosial
“Tanggal 9 Juli 2016 siang suami saya ditelepon petugas Susi Air bernama Ita, memberitahukan bahwa penerbangan Susi Air dari Cilacap khusus flight pagi SI233 dibatalkan. “ “Begitu mudahnya manajemen Susi Air membuat keputusan tidak mempertimbangk an nasib suami saya dan ke 11 penumpang lain agar bisa kembali ke Jakarta.
menyatakan bahwa suaminya batal terbang melalui Susi Air untuk perjalanan CilacapJakarta. Pengirim surat merasa sangat kecewa karena dengan mudahnya pihak manajemen membuat keputusan tersebut tanpa mempertimbangka n nasib penumpang lain.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Pesawat Batal” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa suami saya, sebutan suami bermakna sebagai seorang pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang (wanita) istri. Fungsi deiksis sosialnya untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan ungkapan suami saya untuk menyebutkan pasangan hidupnya. 2) frasa petugas Susi Air bermakna sebagai orang yang bertugas di maskapai penerbangan Susi Air. Fungsi deiksis sosial petugas Susi Air sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan petugas Susi Air untuk menyebut seseorang yang melayaninya dalam penerbangan Susi Air. 3) kata penumpang bermakna sebagai orang yang naik kendaraan umum. Fungsi deiksis sosial penumpang adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang atau sekelompok orang menggunakan transportasi pesawat Susi Air dengan sebutan penumpang.
129
Tabel 4.52 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Harga Daging Sapi” Kompas Edisi Selasa, 26 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Peternak sapi lokal
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Pemerintah Kata
Pembeda tingkat sosial
3.
Tenaga kerja
Frasa
4.
Dokter hewan
Frasa
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
5.
Petani
Kata
6.
Peternak
Kata
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Izinkan saya menyumbang saran dari sudut pandang seorang peternak sapi lokal dalam program pemerintah agar harga daging sapi di pasar eceran dapat dijual dengan harga Rp 80.000/kilogram.” “Patokan harga itu berat dan tidak akan tercapai tanpa terobosan ekstrem pemerintah.” “Biaya produksi meliputi biaya pakan, tenaga kerja, dokter hewan, obat, vitamin, dan perawatan kandang.” “Sayang, sampai saat ini pemerintah hanya menaruh perhatian pada petani saja, sementara peternak kurang.”
Surat tersebut ditulis oleh ML yang merupakan seorang peternak sapi lokal yang membahas mengenai kesejahteraan peternak. Pengirim surat mengakui bahwa dirinya terlibat dalam program pemerintah agar harga daging sapi lokal dapat dijual Rp 80.000/kg. Menurutnya harga tersebut tidak cukup untuk menutupi biaya produksi yang cukup mahal untuk seekor sapi. Harga yang dipatok mungkin bisa dicapai dengan terobosan ekstrem pemerintah. Namun, Pengirim surat merasa peternak kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Hal tersebut berdampak pada ketersediaan sapi siap potong yang
130
tidak menentu dan dengan daging yang kualitasnya belum layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Harga Daging Sapi” ditemukan 6 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berebentuk kata. 1) frasa peternak sapi lokal bermakna sebagai seseorang yang pekerjaannya beternak sapi asli Indonesia. Fungsi deiksis sosial peternak sapi lokal sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 2) pemerintah bermakna sebagai sekelompok orang yang bersamasama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Fungsi deiksis sosial pemerintah adalah sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 3) frasa tenaga kerja bermakna sebagai orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu. Fungsi deiksis sosial tenaga kerja sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 4) frasa dokter hewan bermakna sebagai dokter yang ahli dalam penyakit hewan. Fungsi deiksis sosial dokter hewan sebagai pembeda tigkat sosial berdasarkan pekerjaan. 5) kata petani bermakna sebagai orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Fungsi deiksis sosial petani sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 6) kata peternak bermakna sebagai orang yang pekerjaannya beternak. Fungsi deiksis sosial peternak sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.53 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Harapan pada Kapolri” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Selamat bertugas sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik
Surat tersebut ditulis oleh SP yang mengucapkan selamat atas
131
2.
Bapak Tito Karnavian Warga Frasa Sipil
3.
Kapolri baru
Frasa
4.
Masyarakat Kata
Indonesia, Bapak Tito Karnavian!” Pembeda “Sebagaimana identitas pernah saya tulis sosial 12 tahun lalu di Kompas (Senin, 10/9/2004), “Senjata Api Warga Sipil”, harapan saya adalah kepolisian hendaklah tegas soal kepemilikan senjata api.” Mengefektif- “Semoga Kapolri kan kalimat baru tegas dan tuntas menangani senjata api ini.” Pembeda “Masyarakat identitas diberi waktu 1-2 sosial bulan untuk menyerahkan senjata api yang dimiliki tanpa izin.”
terpilihnya Kapolri baru. Pengirim surat memiliki harapan besar kepada Kapolri baru untuk tegas dan tuntas menangani senjata api. Menurut Pengirim surat Kapolri-kapolri sebelumnya belum benarbenar serius menangani pemakaian senjata api pada warga sipil.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Harapan kepada Kapolri” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Bapak Tito Karnavian, sebutan Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia untuk Tito Karnavian menandakan bahwa dia adalah seorang pemimpin/ketua kepolisian. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) frasa warga sipil bermakna sebagai seseorang yang bukan merupakan anggota militer atau dari angkatan bersenjata. Fungsi deksis sosial warga sipil sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan warga sipil untuk menyebut identitas seseorang yang bukan dari kalangan militer. Ungkapan tersebut mencirikan identitas seseorang/kelompok dalam konteks kewarganegaraan. 3) frasa Kapolri baru bermakna sebutan untuk Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang baru.
132
Fungsi deiksis sosial Kapolri baru untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tesebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Kepala Kepolisian Republik Indonesia menjadi Kapolri. 4) kata masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Fungsi deiksis sosial masyarakat adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut sejumlah orang dalam lingkup Jakarta dengan sebutan masyarakat. Tabel 4.54 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Barang Tak Datang” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Bapak
Bentuk Deiksis Sosial Kata
2.
Ibu
Kata
3.
Operator
Kata
No
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa Menjaga sopan santun berbahasa
Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Jawaban e-mail dari Customer Service Tiki Online saat saya kontak adalah : “....perihal kiriman Bapak/Ibu tersebut., sesuai data di sistem blank/kosong.” “Operator yang ada menjawab akan menindaklanjuti kepada pihak terkait.”
Surat tersebut ditulis oleh ARS yang mengeluh bahwa barang yang ia beli secara online di Lazada tak kunjung datang. Ia sudah mencoba mengecek nomor resi namun tak ditemukan. Penulis juga menge-mail Customer Tiki Online namun jawabannya adalah data tersebut tidak tercantum/blank. Pengirim surat kemudian menelepon pihak Lazada dan operator berjanji akan menindaklanjuti. Namun, tidak ada
133
tindak lanjut yang jelas. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Barang Tak Datang” ditemukan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) kata Bapak bermakna sebagai sapaan terhadap orang yang dipandang sebagai laki-laki yang lebih tua atau yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menuliskan sapaan yang digunakan customer service Tiki Online kepadanya dengan sapaan Bapak/Ibu. 2) kata Ibu bermakna sebagai sapaan terhadap orang yang dipandang sebagai perempuan yang lebih tua atau yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Ibu untuk Menjaga sopan santun berbahasa. 3) kata operator bermakna sebagai orang yang bertugas menjaga, melayani, dan menjalankan peralatan, mesin, telepon, radio, dsb. Fungsi deiksis sosial operator sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan operator untuk menyebut seorang yang bertugas melayani belanja online di Lazada. Tabel 4.55 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Kepastian Hukum” Kompas Edisi Rabu, 27 Juli 2016 Wujud Bentuk No Deiksis Deiksis Sosial Sosial 1. Menteri Frasa Koordinat or Maritim dan Sumber Daya RI Rizal Ramli
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
2.
Pengemban Kata g
3.
Investor
Kata
4.
Pengusaha
Kata
Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda
Teks “Belum lama ini, pemerintah melalui Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI Rizal Ramli mengumumkan hambatan total reklamasi pulau G di Teluk Jakarta.” “Bagi pengembang/investor Pulau G, hal ini jelas merupakan malapetaka.”
Konteks
Surat tersebut ditulis oleh FN yang membahas kepastian hukum mengenai adanya pelanggaran berat dalam pelaksanaan reklamasi pulau G. Menurutnya adanya pembatalan proyek tanpa adanya “Bandingkan dengan
134
tingkat sosial
5.
Masyarakat Frasa awam
Pembeda identitas sosial
kenyataan, ada pengusaha yang sudah mendapat surat keterangan lunas dari pemerintah terdahulu, tetapi masih dikejar-kejar.” “Masyarakat awam hanya bisa mendugaduga apa sebenarnya yang terjadi?”
kejelasan dan kepastian hukum akan menimbulkan malapetaka bagi para investor ataupun pengembang. Pengirim surat berpesan agar kepastian hukum dapat benar-benar ditegakkan, sekarang dan pada masa yang akan datang.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Kepastian Hukum” ditemukan 5 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 3 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI Rizal Ramli, sebutan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya RI untuk Rizal Ramli menandakan bahwa ia adalah kepala departemen/pembantu kepala negara dalam melaksanakan urusan maritim dan sumber daya. Fungsi deiksis sosialnya sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) kata pengembang bermakna sebagai orang yang mengembangkan suatu proyek atau sesuatu. Fungsi deiksis sosial pengembang sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 3) kata investor bermakna sebagai penanam uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Fungsi deiksis sosial investor sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 4) kata pengusaha bermakna sebagai orang yang berusaha di bidang perdagangan, industri, dsb. Fungsi deiksis sosial pengusaha sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. 5) frasa masyarakat awam bermakna sejumlah manusia/orang kebanyakan yang biasa-biasa saja dan bukan ahli apa-apa. Fungsi deiksis sosial masyarakat awam sebagai pembeda
135
identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan masyarakat awam untuk menyebut sejumlah orang dari kalangan biasa yang tidak mengetahui apa-apa tentang kepastian/kejelasan hukum dari kasus Pulau G. Tabel 4.56 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tertipu Kursus” Kompas Edisi Kamis, 28 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Staf TU
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Teks Sosial Mengefektif- “Saya diterima kan kalimat staf TU dan mendapat penjelasan yang sesekali diselingi bahasa Inggris, kemudian saya harus membayar di muka Rp 11 juta untuk paket kursus privat selama 900 jam.”
Konteks Surat tersebut ditulis oleh MSH yang merasa sangat kecewa karena anaknya telah ditipu oleh lembaga kursus. Pengirim surat diharuskan membayar di muka untuk paket kursus sebanyak Rp 11 juta. Setelah kursus berjalan selama tiga bulan, tibatiba tempat kursus tersebut tidak buka lagi dengan alasan pindah tempat. Namun, setelah dua bulan lebih tidak ada kabar. Ia pun akhirnya menyadari bahwa ia dan konsumen yang lain telah tertipu. Ia berpesan kepada pembaca agar berwaspada terhadap jasa-jasa kursus atau
136
lainnya yang meminta pembayaran di muka. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tertipu Kursus” ditemukan 1 deiksis sosial berupa frasa. 1) frasa staf TU bermakna sebagai sekelompok orang yang bekerja sama membantu seorang ketua dalam mengelola administrasi/Tata Usaha. Fungsi deiksis sosial staf TU untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Tata Usaha Menjadi TU. Tabel 4.57 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Masuk Provinsi” Kompas Edisi Kamis, 28 Juli 2016
1.
Wujud Deiksis Sosial Walikota
Bentuk Deiksis Sosial Kata
2.
Bupati
Kata
3.
Gubernur
Kata
Pembeda tingkat sosial
4.
Guru
Frasa
Pembeda
No
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Kebijakan ini akan melepaskan tanggung jawab pihak Kabupaten/Kota, padahal yang paling tahu masalah pendidikan menengah adalah kabupaten kota (walikota/bupati) karena dekatnya jarak ke sekolah daripada ibu kota provinsi.” “Hal ini akan menyulitkan pihak provinsi (gubernur) memantau langsung masalah sekolah.” “Belum lagi
Surat tersebut ditulis oleh HS yang merupakan guru SMKN 5 Telkom. Ia membahas perihal diberlakukannya kewenangan SMK/SMA ke Provinsi. Menurutnya, kebijakan tersebut akan melepaskan tanggug jawab pihak kabupaten/kota. Padahal yang paling tahu dan yang paling dekat dengan SMA/SMK yang ada adalah di tingkat kabupaten/wali
137
honorer
tingkat sosial
masalah honorer sekolah.”
guru kota). Pengirim di surat juga menyatakan bahwa tingkat provinsi terlalu sibuk dengan hal politis sehingga kurang perhatian pada masalah pendidikan.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Masuk Provinsi” ditemukan 4 deiksis sosial, 3 deiksis sosial berbentuk kata dan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata walikota bermakna sebagai kepala kota madya; kepala wilayah kota administratif. Fungsi deiksis sosial walikota sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 2) kata bupati bermakna sebagai kepala daerah tingkat kabupaten (daerah tingkat II). Fungsi deiksis sosial bupati sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 3) kata gubernur bermakna sebagai kepala pemerintah tingkat provinsi. Fungsi deiksis sosial gubernur sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan jabatan. 4) frasa guru honorer bermakna sebagai guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan. Fungsi deiksis sosial guru honorer sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.58 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Parkir Liar” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016 No 1.
2.
Wujud Deiksis Sosial Istri petugas parkir
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Penganggu Kata ran
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“Saya istri petugas parkir di Jalan Malioboro.” “Ketika berlangsung revitalisasi penataan jalur pedestrian
Surat tersebut ditulis oleh RA yang menyebutkan bahwa dirinya merupakan seorang istri petugas parkir di Jalan Malioboro.
138
3.
Tukang parkir
Frasa
Pembeda tingkat sosial
Malioboro, suami saya menjadi pengangguran.” “Semua serasa tak adil bagi saya karena semua tukang parkir di Jalan Malioboro dipindahkan ke Kawasan Abu Bakar Ali, ditertibkan.”
Ia menyaatakan bahwa kini suaminya yang berprofesi sebagai petugas parkir menjadi pengangguran karena sedang berlangsung proyek penataan jalur pedestrian Malioboro. Pengirim surat merasa kesal karena ada sejumlah oknum yang memanfaatkanny a sebagai parkir liar di Jalan Pabrigan dan dibiarkan saja. Sedangkan ia merasa hal itu tidak adil baginya dan suaminya karena tukang parkir di di Jalan Malioboro dipindahkan ke Kawasan Abu Bakar Ali dan ditertibkan.
Berdasarkan surat pembacar yang berjudul “Parkir Liar” ditemukan 3 deiksis sosial, 2 deiksis sosial berbentuk frasa dan 1 deiksis sosial berbentuk kata. 1) frasa istri petugas parkir bermakna sebagai seorang wanita yang bersuami petugas parkir. Fungsi deiksis sosial istri petugas parkir sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyatakan sendiri identitasnya bahwa suaminya berprofesi sebagai tukang parkir. 2) kata pengangguran bermakna sebagai orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Fungsi deiksis sosial pengangguran sebagai pembeda tingkat sosial. Pengirim surat
139
menggunakan ungkapan tersebut untuk menyebutkan suaminya yang menganggur/tidak punya pekerjaan dengan sebutan pengangguran. Orang yang berstatus pengangguran biasanya dipandang rendah dibandingkan dengan orang yang mempunyai pekerjaan. 3) frasa tukang parkir bermakna sebagai seseorang yang memarkirkan kendaraan orang lain dan menjaganya. Fungsi deiksis sosial tukang parkir sebagai pembeda tingkat sosial berdasarkan pekerjaan. Tabel 4.59 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Surat Tak Lengkap” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pengurus
Bentuk Deiksis Sosial Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Mohon pengurus dan instansi terkait membantu saya menyelesaikan masalah ini.”
Surat tersebut ditulis oleh M yang membeli Bajaj TVS Biru di Koperasi Jasa Transportasi Nasional (Koptrannas). Ia protes karena tidak mendapatkan kelengkapan surat kendaraan seperti STNK dan BPKB asli. Pengirim surat memohon kepada pengurus agar bisa membantu masalah yang ia alami.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Surat Tak Lengkap” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk kata. Pengurus bermakna sebagai orang yang mengurus suatu hal. Fungsi deiksis sosial pengurus sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pengurus untuk
140
menyebutkan orang yang bertanggung jawab atas kepengurusan surat kendaraannya yang tidak lengkap saat ia membelinya. Tabel 4.60 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Bank Mega” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Ibu Stephanie
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Teks Sosial Menjaga “Pada 18 Juli sopan santun 2016, Ibu berbahasa Stephanie telah menerima penjelasan yang diberikan dan sudah tidak mempermasala hkan.”
Konteks Surat tersebut ditulis oleh CMD selaku Corporate Secretary Bank Mega. Penulis menanggapi surat yang ditulis oleh Ibu Stephanie yang mengalami transaksi gagal saat melakukan pembayaran menggunakan kartu kredit Bank Mega tetapi malah mendapat tagihan. Menurut penulis masalah tersebut telah diselesaikan dan Ibu Stephanie telah menerima pejelasan dan tidak mempermasalahkan lagi.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan Bank Mega” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa, yakni Ibu Stephanie. Sebutan Ibu untuk perempuan bernama Stephanie merupakan sapaan terhadapnya sebagai perempuan yang dipandang lebih tua atau lebih dihormati. Fungsi deiksis sosial Ibu Stephanie untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menghormati Stephanie sebagai pelanggan bank mega dengan sapaan Ibu.
141
Tabel 4.61 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BRI” Kompas Edisi Jumat, 29 Juli 2016 No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Sdr Heru Frasa Subiyanto ro
Fungsi Deiksis Teks Sosial Mengefektif- “Terkait surat kan kalimat pembaca Sdr Heru Subiyantoro (Kompas, 30/6) berjudul “Kemajuan Teknologi Vs SDM”, kami mohon maaf atas ketidaknyamana n yang terjadi.”
Konteks Surat tersebut ditulis oleh HSA yang merupakan Corporate Secretary BRI. Pengirim surat menanggapi surat yang ditulis oleh Sdr Heru beberapa waktu yang lalu. Ia memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan Sdr Heru dan masalah tersebut telah diselesaikan dengan baik.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan BRI” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa, yakni Sdr Heru Subiyantoro. Sebutan Sdr bermakna sebagai sapaan kepada orang yang diajak berbicara (pengganti orang kedua). Fungsi deiksis sosial Sdr Heru Subiyantoro untuk mengefektifkan kalimat. Ungkapan tersebut memudahkan tercapainya tujuan pembicaraan dengan menyingkat Saudara menjadi Sdr. Tabel 4.62 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Bukan Gerilyawan” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016 No 1.
Wujud Bentuk Deiksis Deiksis Sosial Sosial Gerilyawan Kata
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda tingkat sosial
Teks
Konteks
“”Seko” setahu Surat tersebut saya bukan nama ditulis oleh AR seorang yang
142
2.
Ayah saya
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa
gerilyawan, melainkan istilah dalam militer Jepang bermakna „berjaga‟ (konsinyer).” “Lukisan ayah saya tersebut memang mengekspresikan gerilyawan Indonesia yang sedang berjaga, bersiaga.”
membenarkan kesalahan penggunaan istilah „seko‟ yang diartikan sebagai gerilyawan pada berita Kompas „Pameran Koleksi Istana Menjadi Tradisi Baru‟. Menurutnya „seko‟ bukanlah seorang gerilyawan, melainkan istilah dalam militer Jepang yang bermakna „berjaga‟
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Bukan Gerilyawan” ditemukan 2 deiksis sosial, 1 deiksis sosial berbentuk kata dan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) kata gerilyawan bermakna sebagai orang atau pasukan yang berperang (yang biasanya dilakukan dngan sembunyi-sembunyi dan secara tiba-tiba). Fungsi deiksis sosial gerilyawan sebagai pembeda tingkat sosial. Seseorang yang disebut sebagai gerilyawan biasanya dipandang terhormat. 2) frasa ayah saya merupakan panggilan kepada orangtua kandung laki-laki si penulis. Fungsi deiksis sosial ayah saya untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menyebut orangtua laki-laki kandungnya dengan sebutan ayah saya. Tabel 4.63 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan Batik Air” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Bapak Hilarius Soro
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Menjaga sopan santun
Teks
Konteks
“Terkait masalah Surat tersebut yang ditulis oleh AMS disampaikan yang merupakan
143
berbahasa
2.
Penumpang Frasa setia
Pembeda identitas sosial
Bapak Hilarius Soro di Kompas (Kamis, 16/6) ihwal “Uang Tiket Belum Kembali”, kami telah menghubungi secara langsung Bapak Hilarius Soro di Biara Kasisiakum dan seluruh permasalahan telah selesai.” “Kami berharap Bapak Hilarius Soro dan penumpang setia kami lainnya dapat terus terbang bersama Batik Air.”
PR Manager Lion Air yang menanggapi surat Bapak Hilarius yang menyatakan „uang tiket belum kembali‟. Pengirim surat sudah menghubungi Bapak Hilarius dan menyatakan bahwa permasalahan tersebut telah selesai. Ia juga berharap kepada penumpang setia untuk terus dan tetap terbang bersama Batik Air.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan Batik Air” ditemukan 2 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa Bapak Hilarius Soro, panggilan Bapak untuk Hilarius Soro merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang lebih tua atau orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Hilarius Soro untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan bapak kepada Hilarius Soro sebagai bentuk kesopanan. 2) frasa penumpang setia bermakna sebagai orang yang selalu setia naik kendaraan umum. Fungsi deiksis sosial penumpang setia adalah sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menyebut seseorang atau sekelompok orang yang menaiki pesawat Batik Air dengan sebutan penumpang setia. Tabel 4.64 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Tanggapan BPJS” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016 No
Wujud
Bentuk
Fungsi
Teks
Konteks
144
Deiksis Sosial Bapak Sutomo Purwoto
Deiksis Sosial Frasa
Deiksis Sosial Menjaga sopan santun berbahasa
2.
Bapak Suseno
Frasa
3.
Pasien jaminan
Frasa
4.
Pasien umum
Frasa
Menjaga sopan santun berbahasa Pembeda identitas sosial Pembeda identitas sosial
1.
“Sehubungan dengan dimuatnya surat Bapak Sutomo Purwoto di Kompas (Jumat, 13/7) berjudul “BPJS Ditolak”, bersama ini kami sampaikan penjelasan berikut.” “Kami juga turut berdukacita atas meninggalnya Bapak Suseno.” “Dalam hal melayani pasien, BPJS tidak membedabedakan antara pasien jaminan dan pasien umum.”
Surat tersebut ditulis oleh I yang merupakan Kepala Grup Komunikasi Publik dan HAL, BPJS. Pengirim surat menanggapi surat yang dikirim oleh Bapak Sutomo yang merasa bahwa pasien dengan BPJS ditolak di dua Rumah Sakit yang ia tuju. Pengirim surat mengklarifikasikan hal tersebut bahwa yang demikian tidak benar. Ia menegaskan bahwa BPJS tidak pernah membedabedakan antara pasien jaminan dan pasien umum. BPJS terus berupaya untuk berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit dan terus berusaha meningkatkan pelayanannya.
Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Tanggapan BPJS” ditemukan 4 deiksis sosial berbentuk frasa. 1) frasa Bapak Sutomo Purwoto, panggilan Bapak untuk laki-laki bernama Sutomo Purwoto merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang lebih tua atau orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Sutomo Purwoto untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan bapak kepada Sutomo
145
Purwoto sebagai bentuk kesopanan. 2) frasa Bapak Suseno, panggilan Bapak untuk laki-laki bernama Suseno merupakan sapaan terhadapnya sebagai orang yang dipandang lebih tua atau orang yang dihormati. Fungsi deiksis sosial Bapak Suseno untuk Menjaga sopan santun berbahasa. Pengirim surat menggunakan sapaan bapak kepada Suseno sebagai bentuk kesopanan. 3) frasa pasien jaminan bermakna sebagai orang sakit (yang dirawat dokter); penderita
sakit
yang
biayanya
ditanggung
oleh
pihak
jaminan
kesehatan/asuransi. Fungsi deiksis sosial pasien jaminan sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pasien jaminan untuk menyebut seseorang/sekelompok orang yang menggunakan kartu BPJS dalam pengobatannya. 4) frasa pasien umum bermakna sebagai orang sakit (yang dirawat dokter); penderita sakit yang biayanya ditanggung sendiri, sebagaimana orang kebanyakan. Fungsi deiksis sosial pasien umum sebagai pembeda identitas sosial. Pengirim surat menggunakan ungkapan pasien umum untuk menyebut seseorang/sekelompok orang yang biaya pengobatan di rumah sakit ditanggung sendiri. Tabel 4.65 Deiksis Sosial pada Kolom Surat Pembaca “Macet Jalan Pramuka” Kompas Edisi Sabtu, 30 Juli 2016 No 1.
Wujud Deiksis Sosial Pengguna jalur lambat
Bentuk Deiksis Sosial Frasa
Fungsi Deiksis Sosial Pembeda identitas sosial
Teks
Konteks
“Pengguna jalur lambat pindah ke jalur cepat untuk menghindari kemacetan di sekitar rel kereta.”
Surat tersebut ditulis oleh K yang mengeluhkan macet di Jalan Pramuka. Menurut Pengirim surat hal itu disebabkan karena diambilnya satu jalur cepat untuk jalur bus transjakarta, banyaknya kendaraan di jalur lambat yang memaksa keluar
146
ke jalur cepat, sehingga pengguna jalur lambat pindah ke jalur cepat untuk menghindari kemacetan di sekitar rel kereta. Berdasarkan surat pembaca yang berjudul “Macet Jalan Pramuka” ditemukan 1 deiksis sosial berbentuk frasa. Pengguna jalur lambat bermakna sebagai seseorang/sekelompok orang yang menggunakan jalur lambat di jalan raya. Fungsi deiksis sosial pengguna jalur lambat sebagai pembeda identitas sosial. Ungkapan pengguna jalur lambar mencirikan tindakan yang dilakukan seseorang dalam konteks berkendara di jalan raya. Berdasarkan temuan dan analisis data yang telah diuraikan, bentuk deiksis sosial yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 berupa kata, frasa, dan klausa. a. Kata Kata adalah satuan gramatikal bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan kata. kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem yang membentuknya (afiks). Bentuk deiksis sosial berupa kata yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 di antaranya: Guru, manajemen, karyawan, direktur, pengusaha, pemerintah, teknisi, jaksa, dokter, kasir, menteri, politikus, raja, rakyat, polisi, perawat, hakim, penguasa, bupati, walikota, gubernur, dosen, dan lain-lain. b. Frasa Frasa adalah satuan gramatikal bebas yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak menunjukkan hubungan predikasi. Frasa merupakan kelompok kata yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata tersebut tidak melebihi batas fungsi kalimat karena tidak memiliki fungsi sebagai subjek dan predikat serta fungsi-
147
fungsi kalimat lainnya. Bentuk deiksis sosial berupa frasa yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 di antaranya: karyawan kontrak, gubernur Fauzi Bowo, Presiden Komisaris, sopir taksi, pejabat berwenang, presiden Joko Widodo, rakyat jelata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, presiden Amerika, anggota polisi, tukang sayur, tukang roti, dan lain-lain. c. Klausa Klausa adalah satuan gramatikal yang disusun dari kata dan/atau frasa yang di dalamnya terdapat suatu predikasi. Artinya, klausa dibentuk oleh komponen yang bisa berupa kata ataupun frasa yang berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa juga umumnya merupakan konstituen dasar kalimat. Bentuk deiksis sosial berupa frasa yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 di antaranya: Pengemudi yang menyimpan SIM A saya, pengusaha tambang yang merusak. Fungsi deiksis sosial yang ditemukan pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 yakni sebagai pembeda tingkat sosial, Menjaga sopan santun berbahasa, mengefektifkan kalimat, dan pembeda identitas sosial. a. Pembeda Tingkat Sosial Pembagian masyarakat berdasarkan tingkat sosial sering juga dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Pembeda tingkat sosial atau stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.6 Menurut konsep status sosial, bahwa di dalam sekelompok masyarakat tertentu pasti di dalamnya terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada orang lainnya. Status ekonomi, biasanya juga ada beberapa orang yag memiliki faktor ekonomi yang lebih tinggi daripada yang lainnya,
6
82
Abdulsyani, Sosiologi; Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.
148
begitu seterusnya bagi status-status lain yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.7 Ada beberapa ciri umum tentang faktor-faktor yang menentukan stratifikasi sosial, yaitu: 1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya strata dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan seseorang dalam masyarakat. 2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau pekerja teknis dan sebagainya; semua ini sangat menentukan status seseorang dalam masyarakat. 3. Ketaatan seseorang dalam beragama; jika seseorang sungguhsungguh penuh ketulusan dalam menjalankan agamanya, maka status seseorang tadi akan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat. 4. Status atas dasar keturunan dari orang yang dianggap terhormat (ningrat) merupakan ciri seseorang yang memiliki status tertinggi dalam masyarakat. 5. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang atau sekelompok orang tinggal pada suatu tempat. Pada umumnya seseorang sebagai pendiri suatu kampung atau perguruan tertentu, biasanya dianggap masyarakat sebagai orang yang berstatus tinggi, terhormat, dan disegani. 6. Status atas dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu juga jenis kelamin; laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam kelarga dan dalam masyarakat. Fungsi deiksis sosial yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 sebagai pembeda tingkat sosial di antaranya: guru, pengusaha, teknisi, jaksa, dokter, kasir, menteri, politikus, raja, rakyat, polisi, perawat, hakim, presiden Joko Widodo, 7
Ibid, Hlm. 85-86
149
rakyat jelata, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Jendral Kivlan Zein, pengangguran, tukang parkir, dsb. Bentuk-bentuk deiksis tersebut menandakan adanya perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Adanya perbedaan sosial kemasyarakatan terlihat dalam ungkapan yang merujuk pada pekerjaan, jabatan, pangkat, dan struktur lapisan masyarakat yang bertingkat antara satu dengan yang lainnya. b. Menjaga sopan santun berbahasa Sebagian besar ujaran yang kita komunikasikan dalam kegiatan berbahasa ditentukan oleh hubungan sosial kita terhadap lawan bicara maupun pihak lain yang dibicarakan. Hal tersebut menandakan bahwa kita sebagai pembicara harus memperhatikan berbagai macam faktor yang berkaitan dengan kesenjangan dan kedekatan sosial. Adanya kesenjangan sosial antara pembicara yang berstatus lebih rendah dibandingkan dengan lawan bicara akan menimbulkan penggunaan bentuk-bentuk sebutan titel/pangakat/gelar, dsb. Selain itu, kita sebagai pembicara juga sering berinteraksi dengan orang asing yang tidak memiliki kedekatan sosial kita, di situlah faktor-faktor eksternal sangat dominan dalam menentukan kesenjangan sosial.8 Faktor lain seseorang mempertimbangkan sopan santun dalam kegiatan berbahasa yakni derajat keakraban/kekerabatan. Kekerabatan lebih menekankan status berupa posisi atau kedudukan sosial dan saling berhubungan antarstatus sesuai dengan prinsip kebudayaan yang berlaku. Jadi kekerabatan adalah hubungan yang dekat, pertalian keluarga, sedarah daging, sanak saudara, atau dari keturunan yang sama. Terdapat empat fungsi dari kekerabatan, dan ini amat mendukung kokohnya norma masyarakat. Pertama, menarik garis pemisah antara
8
George Yule, (Penerjemah Rombe Mustajab), Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), h. 102-103
150
yang merupakan kerabat dan bukan kerabat. Kedua, menentukan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang lain secara lebih tepat. Ketiga, mengukur jauh-dekatnya hubungan kekerabatan individu dengan yang lain. Keempat, menentukan bagaimana individu bertingkah laku terhadap individu lain sesuai dengan aturan-aturan kekerabatan yang telah disepakati bersama. 9 Derajat keakraban antara pengirim surat dengan orang yang dituju atau disebutkan dalam pembicaraan mempengaruhi pengirim surat untuk mempertimbangakan aspek berbahasa yang baik dengan pemilihan kata yang sesuai dengan etiket berbahasa. Berdasarkan analisis data di atas penulis banyak menemukan ungkapan-ungkapan honorifik yang didasarkan karena adanya kesenjangan hubungan sosial antara pengirim surat dengan orang yang dituju/yang dibicarakan. Fungsi deiksis sosial yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 untuk menjaga sopan santun berbahasa di antaranya: Bapak Iman Hardiantara, Saudara Ike Farida, Pak Jokowi, Buya Ahmad Syafi’i Maarif Beliau, Anda, Ibu Stephanie, dsb. c. Mengefektifkan kalimat Proses kegiatan berbahasa antara pembicara dengan lawan bicara yang dibatasi oleh waktu, tempat, dan media yang terbatas menyebabkan para peserta pertuturan mencari cara termudah dan tersingkat untuk mencapai tujuan pembicaraan sehingga dapat menghemat tenaga biaya dan waktu. Cara yang digunakan yakni dengan melakukan penyingkatan kata yang sering digunakan dalam media massa seperti koran atau majalah.10 Salah satu bentuk deiksis 9
Eko A. Meinarno, dkk., Manusia dalam Kebudayaan dan Kemasyarakatan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 157 10 Anonim. “Bentuk, Makna, dan Fungsi Akronim Bahasa Indonesia dalam Radar Madura” (Jurnal S.Pd., M.Pd.). dalam stkippgribkl.ac.id/download/bentuk-makna-danfungsi-akronim-bahasa-indonesia- dalam-radar-madura/, diakses pada Senin, 19 September 2016.
151
yang menunjukkan efektivitas dalam kalimat, misalnya ungkapan Kapolwil untuk penyebutan Kepala Kepolisian Wilayah, ungkapan ABRI untuk penyebutan Angkatan bersenjata Republik Indonesia, dsb. Fungsi deiksis sosial yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 untuk mengefektifkan kalimat di antaranya: ABRI, DPR, Pemprov DKI Jakarta, Kapolri baru, Sdr Heru Subiyantoro, operator disdik, operator Kemdikbud, staff TU.
d. Pembeda Identitas Sosial Identitas sosial berkaitan dengan keadaan orang yang dilihat oleh pihak lain. Identitas sosial seperti halnya konsep diri yang timbul melalui interaksi dengan orang lain. William James dalam Walgito menyatakan bahwa identitas sosial lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak—istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangya, teman-temannya, miliknya, uangnya, dan lain-lain. Lebih lanjut disimpulkan bahwa diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat-sifat, latar belakang budaya, pendidikan, dan semua atribut yang melekat pada diri seseorang.11 Identitas sosial merupakan atribut yang dimiliki oleh seorang individu di mana individu tersebut merupakan bagian dari suatu kelompok sosial. Identitas sosial sangat bergantung pada semua tindakan yang dilakukan dalam kehidupan kelompok sosial di mana individu tersebut tergabung. Identitas sosial suatu kelompok memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan kelompok sosial lain dan itu merupakan sesuatu yang unik.
11
Bimo Walgito, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), h. 109
152
Fungsi deiksis sosial yang terdapat pada kolom surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 sebagai pembeda identitas sosial di antaranya: pelanggan, pengemudi, calo tanah, korban, warga, janda dua anak, orangtua tunggal, masyarakat, warga setempat, siswa, penulis, masyarakat awam, dsb.
C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pragmatik, sebagaimana yang diperbincangkan di Indonesia paling tidak dapat dibedakan atas dua hal: (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan atau (2) pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan masih dapat dibedakan lagi atas; pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai salah satu segi dalam bahasa, yang lazim disebut “fungsi komunikatif bahasa”.12 Keterampilan berbahasa siswa harus terus ditingkatkan dengan cara menerapkan pendekatan pragmatik dalam setiap proses pembelajaran bahasa dengan mengajak siswa terampil menggunakan bahasa melalui konteks nyata dan situasi yang kompleks. Melalui penerapan tersebut siswa diharapkan mampu memahami situasi dan konteks berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbahasa melekat pada siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan mencakup tataran morfologi, sintaksis, dan semantik. Hal yang demikian menuntut pemahaman seseorang terhadap struktur internal dari bahasa yang dipelajari, sedangkan pragmatik sebagai “fungsi komunikatif” yakni menjelaskan bahwa di dalam ujaran-ujaran bahasa tertentu terdapat tujuantujuan seperti menyatakan rasa puas/tidak puas, menyatakan setuju/tidak setuju, menyampaikan ucapan salam atau selamat, dan sebagainya. Dalam 12
Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h. 1-2
153
praktik pembelajaran bahasa Indonesia, siswa juga perlu diajarkan bahwa berkomunikasi dengan bahasa tentu ada bagian-bagian yang selalu dikaitkan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi, seperti: (1) Siapa yang berbahasa degan siapa; (2) Untuk tujuan apa; (3) Dalam situasi apa (tempat dan waktu); (4) Dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana); (5) Dengan jalur mana (lisan atau tulisan); (6) Media apa (tatap muka, telepon, surat, dll); (7) Dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, dll). Hal-hal tersebut terangkum dan dipelajari dalam ilmu pragmatik , yakni: (i) deiksis, (ii) praanggapan (presupposition), (iii) tindak ujaran (speech act), (iv) implikatur percakapan (conversational implicature). Untuk mengetahui rincian unsur pragmatik dalam bahasa tulis, khususnya yang berwujud media cetak seperti surat kabar, diperlukan analisis pragmatik dalam karya tulis yang bersangkutan, guna memahami makna di luar bahasa yang terkandung di dalamnya.13 Hubungan antara pragmatik dengan pembelajaran bahasa Indonesia bisa dikatakan sangat erat karena yang terpenting dalam pembelajaran bahasa adalah siswa dapat menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan aspek situasi ujaran dan sopan santun, di mana itu semua ditentukan oleh faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah diharapkan mampu dijadikan pedoman bagi guru
untuk mengembangkan rancangan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, agar tujuan pendidikan yang sesungguhnya dapat tercapai. Misalnya,
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia guru dapat menerapkan pendekatan
13
Burhan Nurgiantoro, “Analisis Deiksis Sosial Percakapan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Lintang KemukusDini Hari dan Jantera Bianglala”, Laporan Penelitian pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: 1990, h. 2
154
pragmatik dalam melatih siswanya membuat surat pembaca, seperti dalam standar kompetensi kurikulum KTSP kelas IX SMP yang menuntut siswa untuk menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah. Hal yang demikian bisa dikaitkan dengan deiksis sosial sebagaimana dalam penelitian ini. Guru dapat menyelipkan penerapan pendekatan pragmatik dalam menjelaskan materi menulis surat pembaca. Selain itu, guru juga dapat mencantumkan evaluasi dalam RPP untuk menilai sejauh mana siswa dapat menggunakan ungkapan-ungkapan yang menunjukkan perbedaan sosial dalam masyarakat secara tepat melalui hasil surat pembaca tentang lingkungan sekolah yang siswa kerjakan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 1. Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang penulis lakukan mengenai deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 245 deiksis sosial berupa kata, frasa, dan klausa. Deiksis sosial berbentuk kata berjumlah 89, deiksis sosial berbentuk frasa berjumlah 154, dan deiksis sosial berbentuk kalusa berjumlah 2. Sementara itu, fungsi pemakaian deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016 yakni: 1) sebagai pembeda tingkat sosial, 2) menjaga sopan santun berbahasa, 3) untuk mengefektifkan kalimat, dan 4) sebagai pembeda identitas sosial. Wujud deiksis sosial dalam surat pembaca harian Kompas edisi Juli
2016
menunjukkan
adanya
perbedaan-perbedaan
sosial
antarpartisipan yang terlibat dalam komunikasi media massa cetak. Adanya perbedaan sosial kemasyarakatan menyebabkan timbulnya kesopanan atau etiket berbahasa serta pemilihan kata/ungkapan yang dilakukan pengirim surat terhadap orang/instansi yang dituju dan/atau yang dibicarakan. 2. Implikasi penelitian terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sangat berhubungan dan relevan. Sebagaimana kurikulum KTSP yang telah diterapkan, terdapat Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kemampuan menulis, salah satunya yakni Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah. Penelitian ini dapat menunjang proses pembelajaran siswa untuk bisa menulis surat pembaca sesuai dengan kriteria surat pembaca yang baik dan bisa menyesuaikan penggunaan deiksis sosial secara tepat sesuai dengan konteks sosial yang melatarbelakangi penulisan surat tersebut.
155
156
B. Saran Penelitian yang sederhana ini tidak banyak memberikan kontribusi terhadap persoalan bahasa bahasa di Indonesia, namun betapapun sebuah kerja ilmiah tentu tulisan ini bermanfaat bagi para pelajar, mahasiswa, dan pengguna bahasa lainnya agar lebih mendalami pemahaman tentang pragmatik, khususnya mengenai deiksis sosial pada surat pembaca harian Kompas edisi Juli 2016. Ada beberapa saran yang penulis ajukan, yakni: 1. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong peneliti lain, agar meneliti rubrik surat pembaca baik di Kompas ataupun surat kabar lainnya dengan fokus pada jenis deiksis lainnya secara lebih mendalam lagi ataupun membahas rubrik surat kabar dari persoalan yang berbeda selain penggunaan deiksis. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk dapat memaksimalkan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Teori deiksis sosial dapat disampaikan kepada siswa saat menyampaikan materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan
menulis/berbicara
agar
siswa
mengetahui
dan
menerapkan penggunaan deiksis sosial yang tepat sesuai dengan konteks sosial.
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. Sosiologi; Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2003. Anonim. “Bentuk, Makna, dan Fungsi Akronim Bahasa Indonesia dalam Radar Madura”
(Jurnal
S.Pd.,
M.Pd.).
dalam
stkippgri-
bkl.ac.id/download/bentuk-makna-dan-fungsi-akronim-bahasa-indonesiadalam-radar-madura/, diakses pada Senin, 19 September 2016. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Cahyono, Bambang Yudi. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga University Press, 1995. Cruse, Alan. Meaning In Language; An Introdustion to Semantic and Pragmatic. New York : Oxford University, 2004. Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pusat
Bahasa, 2008. Djajasudarma, T. Fatimah . Semantik II Relasi Makna Paradigmatik-SintagmatikDerivasional. Bandung : PT Refika Aditama, 2013. --------------------------------.Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT Refika Aditama, 2012. Mousir, Kang. “Pengertian, Ciri, dan Cara Menulis Surat Pembaca”. Dalam http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-ciri-dan-cara-menulissurat-pembaca.html?m=1. Diunduh pada Senin, 08 Agustus 2016 Pukul 07.35 WIB. Kentjono, Djoko. Sintaksis (Handout Perkuliahan). Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005. Leech, Geoffery. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia, 2011 Levinson, Stephen C. Pragmatics. New York : Cambridge University Press, 1983 Lubis, A. Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung : Agkasa, 2011 Meinarno, Eko A.
dkk. Manusia dalam Kebudayaan dan Kemasyarakatan.
Jakarta: Salemba Humanika, 2011. Moleong, Lexy J.
Metodologi Penelitian Kulaitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor : Ghalia Indonesia, 2008. Nababan, P.W.J. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987. Nadar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. Nurgiantoro, Burhan. “Analisis Deiksis Sosial Percakapan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Lintang KemukusDini Hari dan Jantera Bianglala”. Laporan Penelitian pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta: 1990. Pateda, Mansoer. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa, 2011. Purwo, Bambang Kaswanti. Deiksis Dalam Bhasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1984. -----------------------------------. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta : Kanisius, 1990. Rachmanita, Amanah Ari. “Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2016. Tidak dipublikasikan. Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta : CV Karyono, 2009. Sahab, A.A, Cara Mudah Menjadi Jurnalis. Jakarta: Diwan Publishing, 2008.
Santoso, FA. Sejarah, Organisasi dan Visi Misi Kompas. Diperoleh dari Pusat Informasi Kompas pada Sabtu, 24 September 2016. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin.
Dasar-dasar Penelitian Kualitatif
Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007. Takomala, Aris.
“Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar
Republika Edisi Desember 2008”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2009. Tidak dipublikasikan. Verhaar, J. W. M.
Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996. Walgito, Bimo. Teori-Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset, 2011. Wijana, I Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : ANDI, 1996. Yule, George (Penerjemah Rombe Mustajab). Pragmatik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014.
UJI REFERENSI Nama
: Siti Sarah Ismiani
NIM
: 1112013000056
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judu1 Skripsi
: "Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP."
Dosen Pembimbing
: Dr. Nuryani, M.A.
Paraf Referensi
No
Pembimbing 1.
Abdulsyani. Sosiologi; Skematika. Teori dan Terapan.
! ~\
Jakarta: Bumi Aksara, 2007. 2.
"
~
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
12~
Jakarta: Bala! Pustaka, 2003. .).
')
Anonim. " Bentuk, Makna, dan Fungsi Akronim Bahasa Indonesia dalam Radar M.Pd.).
Dalam
Madura"
(Jumal
S.Pd.,
stkippgti-bkl.ac.id/download/bentuk-
makna-dan-fungsi-akronim-bahasa-indonesia-dalam-
4
radar-madura/, diakses pad a Senin, 19 September 2016. 4
Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. 5.
Cahyono, Bambang Yudi. Kristal-Kristal Jlmu Bahasa. Surabaya : Airlangga University Press, 1995.
6.
Cruse, Alan. Meaning In Language; An Introdustion to
Semantic
and Pragmatic.
New
York
Oxford
Sebuah
Perspekt(f
University, 2004. 7.
Cummings,
Louise.
Pragmatik
~ ~
~ rill
Multidisipliner. Y ogyakarta : Pus taka Pelajar, 2007.
8.
Depart em en Pendidikan Nasional,
Kamus
Bahasa
Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa, 2008.
9.
Djajasudarma, T. Fatimah . Semantik II Relasi Makna Paradigmatik-Sintagmatik-Derivasional. Bandung : PT
Refika Aditama, 2013. 10.
n
{
Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana dan Pragmatik.
(l
Bandung: PT Refika Aditama, 2012.
I
I
11.
Kentjono, Djoko. Sintaksis (Handout Perkuliahan)
12.
Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa
,\
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994.
~ t'.
13.
Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta
Gramedia Pustaka,
2005. 14.
Levinson,
Stephen
c.
Pragmatics.
New
York
Lubis, A. Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa, 2011.
17.
18.
19.
~ (;_
Cambridge University Press, 1983. 16.
I
Leech, Geoffery. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia, 2011.
15.
~
Lyons, John (Penerjemah I. Soetikno). Pengantar Teori
~
\
Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995.
(,~
Meinamo, Eko A.
dkk. MamtSia dalam Kebudayaan
I '
dan Kemasyarakatan. Jakarta Salemba Humanika, 2011.
q\
Moleong, Lexy J.
Metodologi Penelitian Kulaitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. 20.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
21.
Mousir, Kang. "Pengertian, Ciri, dan Cara Menulis Surat Pembaca". Dalam
"
~
'
i
httg://www .kelasindonesia.com/20 15/05/gengertian-ciridan-cara-menulis-
surat-gembaca.html ?m= 1.
diunduh pada Senin, 08 Agustus 2016 Pukul 07.35 WIB. 22. Nababan,
P.W.J.
Ilmu
Pragmatik
(Teori
dan
Penerapannya) . Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1987. 23.
Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.
Nadar, F.X.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. 24.
Nurgiantoro,
Burhan
"Analisis
Deiksis
Sosial
~ ~
Percakapan Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk Lintang KemukusDini Hari dan Jantera Bianglala". Laporan Penelitian pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
~
Yogyakarta: 1990. 25.
26.
27.
Pateda,
Mansoer.
Linguistik
(Sebuah
Pengantar).
Bandung: Angkasa, 2011.
(~
Purwo, Bambang Kaswanti. Deiksis Dalam Bahasa
(
Indonesia. Jakarta: Balai Pus taka, 1984.
c~
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran
~
Bahasa : Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta :
Kanisius, 1990. 28.
Rachmanita, Amanah Ari. "Deiksis Sosial dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
di SMP". Skripsi pada UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Jakarta, 29.
Ramlan, M.
2016. Tidak dipublikasikan. Morfologi Suatu Tinjauan Deskritif.
Yogyakarta: CV Karyono, 2009. 30.
~
Sahab, A.A, Cara Mudah Menjadi Jurnalis. Jakarta:
t1 (~
Diwan Publishing, 2008. 31.
Santoso, FA. Sejarah,
Organisasi dan
Visi Misi
Kompas. diperoleh dari Pusat Informasi Kompas pada Sabtu, 24 September 2016. 32.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin.
Teoritisasi Data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitat[f, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009. 34.
Sumadiria, AS Haris. Menu lis Artikel dan
Tajuk
Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. 35.
Takomala, Aris.
Skripsi pad a UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 2009. Tidak dipublikasikan. Verhaar, J. W. M.
Asas-Asas Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. 37.
Walgito,
Bimo.
Teori- Teori
Psikologi
Sosial.
Yogyakarta: Andi Offset, 2011. 38.
Wijana, I Dew a Putu.
Dasar-Dasar Pragmatik.
Yogyakarta: ANDI, 1996. 39.
Yule,
George
~
L \
rt;y \
"Analisis Bahasa Jumalistik Berita
Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008".
36.
q
Dasar-dasar
Penelitian Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-teknik
33.
~
(Peneijemah
Rombe
Mustajab).
Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
~ \ ~~
~ ~ \
~ Jakarta, 5 Desember 2016 Pembimbing
.A.
NIP. 19820628 200912 2 003
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
: SMP
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: IX/2
Topik
: Menulis
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi 12. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca.
B. Kompetensi Dasar 12.3. Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mampu menentukan permasalahan di lingkungan sekolah yang perlu mendapat perhatian atau penanganan. 2. Mampu menuliskan permasalahan tersebut menjadi sebuah surat pembaca yang santun, sesuai dengan konteks sosial yang ada di lingkungan sekolah.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mengamati keadaan lingkungan sekolah, peserta didik dapat menentukan sebuah permasalahan yang perlu mendapat perhatian atau penanganan. 2. Melalui permasalahan yang ditemukan, peserta didik dapat menentukan siapa yang perlu menangani permasalahan tersebut. 3. Melalui permasalahan yang ditemukan, peserta didik dapat menulis surat pembaca sesuai dengan kadar sosial dan sopan santun yang berlaku di lingkungan sekolah.
4. Berdasarkan surat pembaca yang dibuat oleh temannya satu kelas, peserta didik dapat menanggapi dengan bahasa yang santun.
E. Materi Pokok 1. Menulis surat pembaca dengan bahasa yang santun dan diksi yang tepat berdasarkan permasalahan lingkungan sekolah 2. Menanggapi surat pembaca tentang lingkungan sekolah dengan bahasa yang santun dan sesuai kadar sosial yang berlaku di lingkungan sekolah.
F. Alokasi waktu 2 x 40 menit
G. Metode dan Model Pembelajaran 1. Metode pembelajaran : Tanya jawab, Diskusi, Penugasan 2. Model pembelajaran : Inkuiri
H. Kegiatan Pembelajaran No
Kegiatan Belajar
1.
Kegiatan Awal Apersepsi:
Guru mengucapkan salam dan mengondisikan kelas
Guru mengecek kehadiran peserta didik
Peserta didik mencermati surat pembaca dari harian Kompas.
Peserta didik
menentukan hal-hal pokok dalam surat
pembaca
Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang isi surat pembaca
Motivasi:
Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran
menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah sesuai dengan kadar sosial dan sopan santun yang berlaku. 2.
Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru mengajak peserta didik bertanya jawab tentang surat pembaca di majalah atau koran
Guru membentuk kelompok utuk peserta didik. Kelompok ditentukakn berdasarkan piket kelas. Tiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda. Senin: toilet sekolah Selasa: kantin sekolah Rabu: perpustakaan sekolah Kamis: tempat sampah Jumat: Mushola sekolah Sabtu: penghijauan/tanaman sekolah
Setiap
kelompok
medapat
tugas
untuk
mencari
permasalahan yang telah dikelompokkan. Permasalahan tersebut berupa pendapat atau saran setelah peserta didik melakukan pengamatan.
Setiap peserta didik membuat surat pembaca berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan bahasa yang sopan sesuai dengan kedudukan sosial seseorang yang dirujuk.
Salah satu hasil pekerjaan peserta didik dalam setiap kelompok
ditukarkan
dengan
kelompok
lain
untuk
ditanggapi.
Guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
Memberi
kesempatan
untuk
berpikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut .
Memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.
Konfirmasi
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah.
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3.
Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa mengadakan refleksi dengan cara tanya jawab tentang manfaat surat pembaca.
Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajarab.
Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Penugasan.
I. Alat/Bahan/Sumber 1. Buku Belajar Berbahasa Belajar Berkomunikasi (Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs.) oleh Barokah Santoso, dkk 2. Surat kabar harian Kompas 3. Kang Mousir, “Pengertian, Ciri, dan Cara Menulis Surat Pembaca”, dalam http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-ciri-dan-caramenulis-surat-pembaca.html?m=1
4. LCD/proyektor 5. Power Point
J. Penilaian Hasil Belajar Tes lisan dan tulis Bentuk instrumen subjektif uraian terbatas Contoh instrumen: 1. Lakukan pengamatan di lingkungan sekolah! 2. Tentukan permasalahan yang layak untuk diangkat dalam surat pembaca 3. Permasalahan tersebut bisa berupa saran maupun kritikan 4. Tulislah saran atau kritikanmu dalam bentuk surat pembaca dengan pilihan kata/rujukan yang sesuai dengan kadar sosial dan sopan santun yang berlaku! 5. Tukarlah pada teman sebangkumu! 6. Berikan komentar atas pekerjaan temanmu dengan bahasa yang santun!
Skor Maksimum Format penilaian surat pembaca No 1.
Uraian
Skor
Mengidentifikasi permasalahan sekolah
2
dengan baik
2.
Penggunaan diksi yang tepat
2
3.
Menggunakan bahasa yang santun
2
4.
Keefektifan kalimat
2
5.
Kesesuaian seleksi kata atau pilihan kata
2
dengan perbedaan sosial yang ada di lingkungan sekolah
Skor Perolehan
NILAI = ------------------------------- x 100 Jumlah = ----------
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
Bahasa Indonesia
-----------------------------------
---------------------------
/"'\
~
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No . Dokumen
FORM (FR)
Jl. Jr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit
1 Maret 2010
No . Revisi :
01
Hal
1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.Ol!Fl/KM.Ol.3/1264/2016 Lamp. Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 22 Agustus 2016
Kepada Yth . -£r-...}.luryani, M .A.
Pembimbing Skripsi Fakultas I1mu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Assalamu 'alaikum wr. wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing 1/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
: Siti Sarah lsmiani
NIM
: 1112013000056
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester
: IX (Sembilan)
Judul Skripsi
: "Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli-Agustus 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP"
Judul terse but telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pad a tanggal 9 Agustus 2016, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (en am) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan . Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih . Wassalamu 'alaikum wr. wb.
a.n. Dekan Kajur PBS!
t9'!!1f.~T!~
Maiy~unuKi, 1 .Hum. NIP.l9800305 200901 l 015 Tembusan : 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs .
..,J
RIWAYAT PENULIS
SITI SARAH ISMIANI lahir di Bekasi pada 15 Mei 1994, biasa dipanggil Sarah. Sarah adalah anak kedua dari empat bersaudara dari Ayah yang bernama Jito Marulloh dan Ibu yang bernama Maani. Menuntaskan pendidikan Sekolah Dasar di MI At-Taqwa 20 Bekasi, kemudian melanjutkan pendidikannya di MTs Negeri 15 KJ Rorotan, setelah itu melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 115 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2012, ia memilih meneruskan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat SMP ia pernah tergabung dalam anggota paskibraka dan mengikuti lomba PBB setingkat Jabodetabek dengan mendapatkan predikat Juara Umum III. Saat duduk di bangku perkuliahan pernah mengikuti lomba musikalisasi puisi bersama grup dalam rangka memperingati bulan bahasa dan mendapatkan juara III. Tahun 2014 tergabung dalam kepanitiaan Seminar Internasional yang diselenggarakan oleh jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat semester VII pernah melakukan magang di kantor penerbitan buku bernama Gema Insani Press Depok sebagai editor. Semester VIII melaksanakan PPKT (Praktik Profesi Keguruan Terpadu) di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Penulis yang bertempat tinggal di Bekasi ini memiliki hobi mengerjakan hal-hal yang berkenaan dengan kerajinan tangan, menata dan merapikan ruang, dan mendengarkan musik.
Semoga karya ilmiah ini yang
berjudul “Deiksis Sosial pada Surat Pembaca Harian Kompas Edisi Juli 2016 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP” dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan menjadi awal dari kesuksesan untuk masa yang akan datang.