PENGGUNAAN PENASALAN PADA KOLOM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh SerlindaNurmalaShinta 1112013000010
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGGUNAAN PENASALAN PADA KOLOM
TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh
Serlinda Nurmala Shinta
NrM
1112013000010
Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing
NrP 19820628200912 2 003
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016
I(EMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA F'ITK Jl. ft. H. Juanda No 95 Ciputat
15412
FORM (rR)
lndowsio
STTRAT
No.
Dokumen
Tgl.
Terbit
: :
FITK-FR-AKD-089
I Maret
No. Revisi:
0t
Hal
t/'l
PBRI{YATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah
ini,
Nama
: Serlinda Nurmala Shinta
Tempat/Tgl.Lahir
:
NIM
:1112013000010
Jurusan i Prodi
.
Judul Skripsi
:
Pekalongan,23 lanuari 1994
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana
Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Dosen Pembimbing
:
Dr. Nuryani, M. A
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 19 Desember 2016 Mahasiswa Ybs.
Serlinda Nurmala Shinta NiM. 1112013000010
2010
ABSTRAK Serlinda Nurmala Shinta, 1112013000010 “Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Dr. Nuryani M. A. 2016 Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif karena data yang diteliti berupa kata yang terdapat pada kolom Tajuk Rencana surat kabar Harian Kompas edisi 1-10 Agustus. Hasil penelitian ini adalah dari 234 data yang dikumpulkan, semua data sudah tepat. Penggunaan penasalan yang tepat adalah nasal /m/ sebanyak 58 data; nasal /n/ sebanyak 69 data; nasal /ny/ sebanyak 29 data; nasal /ng/ sebanyak 78 data, sedangkan penggunaan nasal /nge/ tidak ditemukan. Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-kan pada tajuk rencana surat kabar harian Kompas adalah makna „melakukan yang disebut bentuk dasarnya‟, makna „menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya‟, makna „melakukan yang disebut kata dasarnya akan‟, makna „melakukan untuk orang lain‟ dan makna „menjadikan berada di‟; Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-i adalah makna „merasa pada‟, makna „membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada‟, makna „memberi pada‟, dan makna „melakukan pada‟; untuk makna yang didapat sebagai hasil afiks pe-an adalah menyatakan makna proses, hal, peristiwa, dan tempat. Penelitian ini dapat diterapkan pada RPP kurikulum KTSP dengan standar kompetensi: Memahami penggunaan imbuhan dalam penulisan paragraf argumentasi. Implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah siswa dapat menerapkan pengetahuan mengenai penggunaan penasalan pada kegiatan menulis di sekolah, baik menulis cerita, karangan, pidato, paragraf dan lainnya. Siswa juga dapat mengetahui makna kata yang memperoleh afiksasi atau imbuhan. Pemanfaatan surat kabar sebagai sumber belajar juga dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca artikel atau teks berita dari berbagai surat kabar. Kata Kunci: Penasalan, Tajuk Rencana, Surat Kabar Kompas.
i
ABSTRACT Serlinda Nurmala Shinta, 1112013000010 "The use nasalization in Editorial Column of Kompas Daily Newspaper and Implications on Indonesia Language Learningin high school". Education Department of Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor Dr. Nuryani M. A. 2016 This study is an analysis of the editorial daily newspaper Kompas. The purpose of the study was to describe the use of nasalization in the editorial column of the daily newspaper Kompas and its implications Indonesia Language Learning in high school. The research method used is descriptive qualitative method because data is examined in the form of „words‟ contained in the editorial column of Kompas newspaper edition is dated early August 1-10. The result of the research is from 234 data collected, all data is correct. Nasalization proper usage is nasal /m/ as many as 58 of the data; nasal /n/ as many as 69 of the data; nasal /ny/ as many as 29 of the data; nasal /ng/ 78 data, while the use of nasal /nge/ not found. Meaning obtained as a result of me-kan affix the Kompas newspaper editorial is the meaning of doing so-called basic form, meaning causing so-called basic word, meaning perform the so-called basic word will be, and the meaning is in the making; Meaning obtained as a result affix me-i was meaning was on, meaning to make so-called basic word on, meaning to give to, and meaning do on; for meaning obtained as a result of affixes pe-an are stated meaning the process, things, events, and places. The research can be applied to the RPP curriculum KTSP with the standards of competence: Understand the use of affixation in writing paragraphs argument. Implications Indonesia Language Learningis that students can apply the knowledge about the use of nasalization in writing activities at school, good writing stories, essays, speech, and other paragraphs. Students can also find out the meaning of words that gain or affix affixation. Utilization of the newspaper as a learning resource can also increase the interest of students to read an article or text news from various newspapers.
Keywords: Nasalization, Editorial, Newspaper Kompas.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi program studi jenjang S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.” Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis haturkan banyak terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A. 2. Ketua Jurusan dan Dosen PenasehatAkademik Dr. Makyun Subuki M. Hum. telah memberikan nasehat dan motivasi yang berguna untuk penulis. 3. Dosen Pembimbing, Dr. Nuryani, M. A.
yang dengan segala
kebijaksanaannya telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan selama penulis menjalani perkuliahan; 5. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi. 6. Bapak Sunarto dan Ibu Rumayah. Selaku orang tua penulis, yang dengan kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan tidak pernah putus berdoa untuk kesuksesan penulis.
iii
7. Keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa, kakak Isma Prastio, Putri Veranita, Adik-adik, Enjel, Nada, dan Anam serta nama-nama lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. 8. Rahmat Kurniadi yang selalu memotivasi dan memberikan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan, Apriani, Aini, Cahya, Isma terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. 10. Sahabat-sahabat jauh Endah, Kiki Amalia, Riri, Vera, Tiya yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis 11. Sahabat-sahabat kelas A angkatan 2012, yang telah mengajari arti kebersamaan, kekeluargaan, persaudaraan, dan persahabatan. Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, hanya doa tulus yang dapat penulis panjatkan kepada Allah SWT, semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.
Jakarta, 25 Desember 2016
Serlinda Nurmala Shinta
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
4
C. Batasan Masalah
5
D. Rumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
6
BAB II KAJIAN TEORI
7
A. Deskripsi Teoretis
7
1. Morfologi
7
2. Proses Pembentukan Kata
8
a. Proses Perulangan (Reduplikasi)
8
b. Proses Pemajemukan (Komposisi)
11
c. Pemendekan
12
d. Afiksasi
13
3. Kaidah Penasalan
25
4. Hakikat Komunikasi Massa
28
5. Media Cetak
33
v
6. Surat Kabar
33
7. Pengertian Tajuk Rencana
35
8. Fungsi Tajuk Rencana
38
9. Langkah Menulis Tajuk Rencana
38
10. Bentuk Tajuk Rencana
40
B. Penelitian Relevan
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
44
A. Metode Penelitian
44
B. Sumber Data
45
C. Instrumen Penelitian
46
D. Teknik Pengumpulan Data
46
E. Teknik Analisis Data
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Harian Kompas
49 49
1. Visi dan Misi Harian Kompas
50
2. Struktur Redaksi Harian Kompas
51
B. Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016
51
C. Rekapitulasi Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016
139
D. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesiadi SMA
140
BAB V PENUTUP
142
A.
SIMPULAN
142
B.
SARAN
143
DAFTAR PUSTAKA
144
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas
46
Tabel 4.1. Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Mengapa Harus Terjadi” Kompas Edisi Senin, 1 Agustus 2016
52
Tabel 4.2.Penasalan pada Tajuk Rencana “Langkah Indonesia Sudah Tepat” Kompas Edisi Senin, 1 Agustus 2016
54
Tabel 4.3. Penasalan pada Tajuk Rencana “Mengendalikan Ujaran Kebencian” Kompas Edisi Selasa, 2 Agustus 2016
58
Tabel 4.4. Penasalan pada Tajuk Rencana “Seruan Paus kepada Generasi Muda”Kompas Edisi Selasa, 2 Agustus 2016
65
Tabel 4.5. Penasalan pada Tajuk Rencana “Menyikapi Euforia Pasar” Kompas Edisi Rabu, 3 Agustus 2016
69
Tabel 4.6. Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “UU yang Rawan Disalahgunakan” Kompas Edisi Rabu, 3 Agustus 2016
75
Tabel 4.7. Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana“Memberantas Terorisme” Kompas Edisi Kamis, 4 Agustus 2016
82
Tabel 4.8. Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Ankara, Washington DC, dan Brussels” Kompas Edisi Kamis, 4 Agustus 2016
85
Tabel 4.9. Penasalan pada Tajuk Rencana “Indeks Demokrasi Merosot” Kompas Edisi Jumat, 5 Agustus 2016
91
Tabel 4.10. Penasalan pada Tajuk Rencana “Korut Kembali Bermain Api” Kompas Edisi Jumat, 5 Agustus 2016
95
Tabel 4.11. Penasalan pada Tajuk Rencana “Mengelola Anggaran Belanja” Kompas Edisi Sabtu, 6 Agustus 2016
99
Tabel 4.12. Penasalan pada Tajuk Rencana“Draf Konstitusi Thailand Dikritik” Kompas Edisi Sabtu, 6 Agustus 2016
104
Tabel 4.13. Penasalan pada Tajuk Rencana “Setelah Haris Menulis” Kompas Edisi Senin, 8 Agustus 2016 Tabel 4.14. Penasalan pada Tajuk Rencana “Jaringan NIIS di ASEAN”
vii
110
Kompas Edisi Senin, 8 Agustus 2016
116
Tabel 4.15. Penasalan pada Tajuk Rencana “Masalah Penyanderaan WNI” Kompas Edisi Selasa, 9 Agustus 2016
120
Tabel 4.16. Penasalan pada Tajuk Rencana “Demokrasi Mundur 23 Tahun” Kompas Edisi Selasa, 9 Agustus 2016
126
Tabel 4.17. Penasalan pada Tajuk Rencana “Ketika Negara Absen” Kompas Edisi Rabu, 10 Agustus 2016
131
Tabel 4.18. Penasalan pada Tajuk Rencana “Akihito dan Kesetaraan” Kompas Edisi Rabu, 10 Agustus 2016
136
Tabel 4.19. RekapitulasiAnalisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana SuratKabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016
139
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang penting bagi masyarakat. Segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia disampaikan melalui bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Seseorang harus dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Terlebih jika penyampaian informasi atau pesan tersebut melalui tulisan, karena penggunaan bahasa tulis harus memperhatikan kaidah yang sudah ditentukan, seperti pemilihan kata, pembentukan kata, ejaan dan tanda baca karena penyampaian pesan atau informasi melalui bahasa tulis tidak dilakukan secara langsung. Pemberi pesan dan penerima pesan tidak terikat pada situasi dan waktu tertentu. Lain halnya dengan penyampaian pesan secara
lisan,
seseorang
dalam
menggunakan
bahasa
lisan
harus
memperhatikan intonasi, lafal, dan artikulasi serta informasi atau pesan disampaikan kepada lawan bicara secara langsung pada situasi dan waktu tertentu. Selain itu, bahasa lisan bersifat lebih praktis dan tidak begitu terikat dengan kaidah tata bahasa seperti bahasa tulis. Bahasa dikatakan sebuah sistem karena tersusun dari unsur-unsur atau komponen yang secara utuh membentuk sebuah pola, jadi pemakai bahasa harus mengikuti tata cara penulisan yang sesuai dengan kaidah tata bahasa. Salah satu yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam membuat tulisan adalah
struktur
kalimatnya,
struktur
berkaitan
erat
dengan
proses
pembentukan kata. Misalnya proses pengimbuhan, beberapa unsur dalam kalimat mengalami proses imbuhan. Hal ini karena terdapat satuan bahasa yang tidak dapat berdiri sendiri atau tidak bermakna jika tidak dilengkapi dengan morfem lain. Proses pengimbuhan menyebabkan munculnya nasal akibat bertemu dengan bentuk dasar yang diawali fonem tertentu. Afiks mekan, me-i, pe- an merupakan imbuhan yang cukup banyak menghasilkan
1
2
proses penasalan sehingga lebih mudah ditemukan kesalahan pada kata dasar yang diberi afiks ini. Ketentuan yang mengharuskan berubahnya bunyi pada kata-kata yang diawali dengan huruf tertentu masih belum dipahami secara jelas oleh pemakai bahasa. Berdasarkan survei sementara terhadap beberapa pemakai bahasa, masih ditemukan kebingungan oleh pemakai bahasa dalam memahami proses penasalan. Hal itu terlihat masih ditemukannya kesalahankesalahan yang dilakukan penulis dalam menuliskan kata atau kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut dianggap sepele karena ketidaktahuan pemakai bahasa itu sendiri mengenai bagaimana penulisan kata atau kalimat yang benar sesuai dengan kaidah tata bahasa karena masyarakat lebih sering menggunakan ragam lisan daripada ragam tulis yang sesuai pedoman umum ejaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan-kesalahan tersebut telah mengakar kuat dan terus-menerus digunakan oleh pemakai bahasa akibat tidak mengetahui ilmu bahasa yang benar. Kesalahan penulisan terlihat pada kutipan berikut: “Krisis politik inimempengaruhi situasi keamanan dengan terjadinya sejumlah kerusuhan.”1 Pada kutipan di atas kata pengaruh memperoleh afiks me-i, seharusnya penulisannya bukan mempengaruhi tetapi memengaruhi. Pada proses pengimbuhan, kata dasar yang diawali fonem /p/ seharusnya luluh atau disenyawakan dengan nasal /m/ sehingga menjadi memengaruhi.2 Penulisan
yang
benar
seperti
kutipan
berikut:
“Namun,
pada
perumusannya, anggota DPR yang memiliki jaringan dan koneksi luas bisa memengaruhi
keputusan
pemerintah
saat
menentukan
detail
dana
3
optimalisasi.” Pada kutipan kedua, kata dasar pengaruh memperoleh afiks me-i mengalami peluluhan sehingga menjadi memengaruhi, dalam kamus besar bahasa Indonesia penulisan yang benar adalah memengaruhi. 1
Nobel Penghargaan: Penghargaan untuk Pejuang Demokrasi Tunisia, Kompas Edisi10 Oktober 2015. h. 1 2 M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV Karyono, 2009), h. 98 3 Dana Optimalisasi Menjadi Bancakan Anggota DPR Bermain Proyek, Kompas Edisi 1 Juli 2016, h. 1
3
Ragam tulis sering digunakan untuk menyampaikan informasi dan berita di media massa, kini informasi tidak hanya dapat diketahui melalui media cetak yang berupa surat kabar, majalah, dan tabloid dan media eletronik seperti televisi, radio, dan situs-situs berita online tetapi juga dapat diketahui melalui media sosial. Setiap orang dapat memberikan informasi kepada orang lain dengan mudah melalui media sosial tanpa harus menjadi seorang wartawan atau jurnalis terlebih dahulu, karena segala peristiwa yang terjadi di lingkungan kita dapat dibagikan kepada khalayak umum melalui media sosial. Kita perlu memilih media dan sumber yang terpercaya untuk memperoleh informasi yang terpercaya dan teraktual. Semakin maraknya ragam media yang tersebar di masyarakat, media cetak yang hingga saat ini masih populer, baik di masyarakat kalangan atas maupun kalangan bawah. Media cetak masih diminati oleh masyarakat karena harganya cukup terjangkau untuk semua kalangan. Selain itu, informasi yang disajikan cukup terpercaya dan teraktual. Surat kabar terdiri dari beberapa bagian, informasi yang disajikan tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Hal itu menunjukkan bahwa informasi yang disajikan tidak terbatas pada beritaberita yang terjadi di dalam negeri, kecuali surat kabar lokal. Selain luasnya cakupan informasi yang disajikan, surat kabar juga menyajikan informasi dari berbagai bidang seperti kriminal, politik, bisnis, kuliner, internasional, hiburan, properti, dan lainnya. Setiap informasi yang ada dalam surat kabar harus memiliki gaya bahasa sesuai tata bahasa yang benar, bahasa yang digunakan harus singkat, padat, dan jelas
sehingga dapat dipahami oleh
pembaca, serta menarik sehingga pembaca mau membacanya hingga akhir. Oleh karena itu, penulisan informasinya diharuskan menggunakan kata baku. Namun, seperti yang kita tahu bahwa kaidah penulisan kalimat yang benar memiliki keragaman pendapat. Artinya, setiap ahli bahasa memiliki pendapatnya masing-masing dalam menggunakan sistem bahasa yang berlaku khususnya pada proses penasalan. Akhirnya berakibat pada penerapannya,
4
terdapat beberapa bentuk penulisan kata yang mengalami penasalan pada surat kabar dan adanya ketidakkonsistenan penulis dalam menulis kata-kata yang mengalami penasalan. Padahal surat kabar sebagai media cetak memiliki kelebihan salah satunya dapat dilihat atau dibaca berkali-kali, sehingga jika kesalahan tersebut terus terjadi maka secara tidak langsung akan memengaruhi kemampuan menulis pembaca. Dalam proses pembelajaran di sekolah, analisis mengenai penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana dapat diaplikasikan pada keterampilan menulis seperti menulis paragraf, karangan, surat, cerpen, dan lain sebagainya, karena menulis merupakan kegiatan mandiri siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasannya. Melalui latihan-latihan tersebut siswa menjadi terbiasa dan memahami penulisan kata atau kalimat yang tepat sesuai pedoman umum ejaan bahasa Indonesia khususnya pada proses penasalan. Penulis memilih surat kabar Kompas karena Kompas merupakan salah satu surat kabar yang cukup populer di skala nasional, Kompas sudah terbit cukup lama dibanding surat kabar lainnya. Selain itu menurut penulis, tata cara penulisan pada surat kabar Kompas menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik. Kompas juga memiliki kolom tajuk rencana sehingga dapat diaplikasikan pada proses pembelajaran di sekolah. Tajuk rencana merupakan opini dari redaksi penerbitan tentang suatu topik. Melalui tajuk rencana dapat dilihat bagaimana penulisan kalimat dari redaksi Kompas sendiri dan bagaimana redaksi tersebut menulis kata yang mengalami proses penasalan. Hal itu yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
5
1. Masih ditemukan kesalahan dalam penggunaan penasalan akibat proses afiksasi. 2. Sudah ditemukan ketepatan penggunaan penasalan akibat proses afiksasi. 3. Ditemukan penggunaan afiksasi baik yang sudah tepat maupun yang tidak tepat dalam tulisan siswa. 4. Ditemukan kebingungan terhadap proses penasalan oleh pemakai bahasa.
C. Batasan Masalah Surat kabar harian Kompas memiliki banyak rubrik pada setiap masa terbitnya, hal itu disebabkan karena Harian Kompas merupakan surat kabar nasional yang menyajikan berita tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri. Oleh karena, itu peneliti perlu membatasi masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan diteliti dibatasi pada penggunaan penasalan afiks me-i, me-kan, dan pe-an pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas edisi bulan Agustus yaitu tanggal 1-10 .
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas? 2. Bagaimana implikasi penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mendeskripsikan penggunaan penasalan yang terdapat pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas.
6
2. Untuk mendeskripsikan implikasi penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.
F. Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.
Manfaat Teoretis a. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan penulisan kata yang mengalami proses penasalan, khususnya pada tajuk rencana. b. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari proses penasalan pada afiksasi.
2.
Manfaat Praktis a. Hasil
penelitian
Pendidikan
ini
Bahasa
diharapkan dan
Sastra
bermanfaat Indonesia
bagi
mahasiswa
dalam
menambah
pengetahuan mengenai penasalan sebagai dasar acuan bagi penelitian berikutnya. b. Selain itu, juga bermanfaat bagi pendidik sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. c. Dapat memberikan motivasi pada pendidik untuk menggunakan media cetak sebagai bahan pembelajaran di sekolah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretis 1. Morfologi Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua buah morfem, yaitu morph „bentuk‟ dan logy „ilmu‟. Menurut Chaer morfologi merujuk kepada „Ilmu yang mengenai bentuk‟. Dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Artinya setiap bentuk bahasa yang berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran untuk dikaji.1 Morfologi adalah ilmu yang membahas morfem-morfem bahasa. Menurut Verhaar, morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Menurut Ramlan dalam Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi, dan Semantik) menjelaskan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata; atau morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsinya perubahan-perubahan kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.2 Jadi dapat dikatakan morfologi sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk pembentukan kata tetapi juga mempelajari pengaruh proses pembentukan kata itu terhadap bentuk dan makna yang dihasilkan. Objek kajian morfologi adalah bentuk kata, semua satuan bahasa sebelum menjadi kata, seperti morfem dengan beragam tipe serta bentuk, dan proses pembentukan kata. Pembentukan kata mencakup beberapa proses seperti morfem bebas maupun terikat, imbuhan; morfofonemik, reduplikasi, komposisi, infleksi, dan derivasi.3 1
Darsita Suparno, Morfologi Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 8 Novi Resmini, dkk, Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi, dan Semantik), (Bandung: UPI Press, 2006), h. 97 3 Suparno, op. cit., h. 10 2
7
8
Fokus kajian morfologi tentang rangkaian kerja menganalisis objek morfologi yaitu menganalisis unsur-unsur bahasa dan alat-alat analisis terjadinya pembentukan kata. Tahapan kajiannya, yaitu: a) Unsur bahasa yang dianalisis mencakup morfem dasar, morfem terikat, kata. b) Alat analisis pembentukan kata menggunakan peranti, yaitu bentuk dasar, alat pembentuk kata (yaitu imbuhan, reduplikasi, komposisi, morfofonemik, infleksi, derivasi. c) Makna gramatikal dari sebuah kata akibat proses pembentukan kata, dari satu bentuk ke bentuk lain.4
2. Proses Pembentukan Kata a. Proses Pengulangan (Reduplikasi) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan perubahan bunyi ataupun tidak. Satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.5 Proses pengulangan juga diartikan sebagai peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.6 Proses pengulangan yang terjadi terhadap bentuk dasar baik pengulangan sebagian atau seluruh, berkombinasi afiks atau tidak, akan menghasilkan makna yang berbeda dari bentuk dasar. Proses pengulangan memiliki beberapa fungsi, fungsinya adalah sebagai berikut: 1) Fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kata kerja, misalnya tulis-menulis, jilid-menjilid, cetak-mencetak, dan lain sebagainya.
4
Ibid., h. 19 Resmini, op. cit., h. 203 6 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 48 5
9
2) Fungsi sebagai pembentuk kata keterangan dari kata sifat, misalnya
sepandai-pandainya,
setinggi-tingginya,
dan
sebagainya. Makna proses pengulangan kata, yaitu: 1) Menyatakan makna „banyak‟ Makna
banyak
tidak
selalu
dinyatakan
dengan
proses
pengulangan, misalnya beberapa rumah bukan beberapa rumahrumah. Selain itu, makna „banyak‟ yang berhubungan dengan bentuk dasar, ada lagi makna „banyak‟ yang berhubungan dengan kata yang diterangkan oleh proses pengulangan pada bentuk dasar, misalnya rumah itu besar-besar. 2) Menyatakan makna „tak bersyarat‟, yaitu makna yang sama dengan meskipun. Contohnya: Kotor-kotor dipakai
: „meskipun kotor dipakai‟
Duri-duri diterjang
: „meskipun duri diterjang‟
3) Menyatakan makna „yang menyerupai yang tersebut pada bentuk dasar‟. Contohnya: Mobil-mobilan
: „menyerupai mobil‟
Gedung-gedungan
: „menyerupai gedung‟
4) Menyatakan „perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berkali-kali‟. Contohnya: Meninju-ninju
: „meninju berkali-kali‟
Memukul-mukul
: „memukul berkali-kali‟
5) Menyatakan „perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan enak, santai, atau dengan senang‟. Contohnya: Berjalan-jalan
: „berjalan dengan santai‟
Berdesak-desakan
: „saling mendesak‟
10
6) Menyatakan „hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar‟.7 Contohnya: Gunting-menggunting : „hal-hal yang berhubungan dengan menggunting‟ Dalam bahasa Indonesia ada empat jenis pengulangan, jenis pengulangan akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengulangan Seluruh Pengulangan seluruh ialah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Contohnya :
batu
= batu-batu
Sampah
= sampah-sampah
2) Pengulangan Sebagian Pengulangan sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Contohnya :
berkata
= berkata-kata
berlari
= berlari-lari
perlahan
= perlahan-lahan
3) Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pembubuhan Afiks Pengulangan yang berkombinasi afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara bersamasama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti. Contohnya : Rumah
+
(pengulangan)- an
= rumah-rumahan
Kuda
+
(pengulangan)-an
= kuda-kudaan
Baik
+
se-(pengulangan)-nya = sebaik-baiknya
4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan perubahan fonem. Misalnya, kata 7
Resmini, op. cit., h. 204-205
11
ulang gerak-gerik. Telah diketahui bahwa kata ulang itu berbentuk dasar gerak setelah dibandingkan dengan bentukbentuk, misalnya menggerakkan, digerakkan, penggerakkan, bergerak, dan pergerakan. Di samping bentuk dasarnya diulang, yaitu gerak, fonem /a/ pada bentuk dasarnya diubah menjadi fonem /i/ sehingga pengulangannya menjadi gerik. Dalam
bahasa
Indonesia
ada
dua
macam
model
pengulangan dengan perubahan fonem yaitu pengulangan fonem vokal dan pengulangan fonem konsonan. Contoh pengulangan fonem vokal serba-serbi (bentuk dasar: serba). Contoh pengulangan dengan perubahan fonem konsonan lauk-pauk (bentuk dasar: lauk).8
b. Proses Pemajemukan atau Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Alisjahbana berpendapat bahwa kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang bukan merupakan gabungan makna unsur-unsurnya. Pendapat lain menjelaskan bahwa komposisi adalah kata majemuk kalau identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsur-unsurnya. Misalnya, bentuk lalu lintas mempunyai unsur lalu yang berkategori verba dan unsur lintas berkategori verba. Namun komposisi lalu lintas bukan berkategori verba melainkan nomina.9 Verhaar menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk apabila hubungan kedua unsurnya tidak bersifat sintaktis. Misalnya komposisi matahari, bumiputera, daya juang adalah kata majemuk, 8 9
Muslich, op. cit., h. 52-55 Achmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 65-67
12
sebab matahari tidak dapat dikatakan matanya hari berbeda dengan mata ibu. Menurut Kridalaksana, kata majemuk haruslah tetap berstatus kata, kata majemuk harus dibedakan dari idiom. Bentuk seperti orang tua, dalam arti „ayah ibu‟, meja hijau dalam arti „pengadilan‟ bukan kata majemuk karena tidak memenuhi persyaratan sebagai bentuk yang berstatus kata.10 Proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru.11 Apabila dilihat dari hubungan unsur-unsur yang mendukungnya, bentuk majemuk dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu: 1) Bentuk majemuk yang unsur pertama diterangkan (D) oleh unsur kedua (M). Contohnya: Orang kecil
= rakyat jelata
Meja hijau
= pengadilan
2) Bentuk majemuk yang unsur pertama diterangkan (D) oleh unsur kedua (M). Pada umumnya berasal dari unsur serapan, terutama dari bahasa sansekerta. Misalnya perdana menteri, bumiputra, bala tentara. 3) Bentuk
majemuk
yang
unsur-unsurnya
tidak
saling
menerangkan, tetapi hanya merupakan rangkaian sejajar (kopulatif). Apabila dilihat hubungan antarunsurnya, ada yang setara, berlawanan, dan ada yang bersinonim. Misalnya kaki tangan, jual beli, pucat pasi.12
c. Pemendekan Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
10
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 188 Muslich, op. cit., h. 57 12 Ibid, h. 62 11
13
Hasil proses pemendekan dibedakan atas penggalan, singkatan, dan akronim. Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan. Misalnya, lab atau labor dari laboratorium, perpus dari perpustakaan. Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, berupa: 1) Pengekalan huruf awal dan sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya; l (liter), R (radius), H. (haji), kg (kilogram), km (kilometer), UI (Universitas Indonesia). 2) Pengekalan beberapa huruf dan sebuah leksem. Misalnya; hlm (halaman), dgn (dengan), dan bhs (bahasa). 3) Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk pengganti huruf yang sama. Misalnya; P3 (Partai Persatuan Pembangunan), Lp2P (laporan pajak-pajak pribadi). 4) Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dan sebuah leksem. Misalnya; As (asisten), Ny. (nyonya), Okt (oktober). 5) Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dan sebuah leksem. Misalnya; Ir (insinyur), Fa (firma), Pa (perwira). Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Wujud pemendekannya dapat berupa pengekalan huruf-huruf pertama, yang berupa pengekalan sukusuku kata dan gabungan leksem, atau bisa juga tidak beraturan. Misalnya: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), inpres (instruksi presiden), wagub (wakil gubernur).13
d. Afiksasi Afiksasi merujuk kepada suatu runtunan perubahan yang dilalui oleh bentuk dasar atau sebuah leksem sehingga leksem itu menjadi kata, entah kata tunggal ataupun kata kompleks. Menurut Muslich, afiksasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan 13
HP, op. cit., h. 68-69
14
afiks pada bentuk dasar.14 Afiksasi juga merupakan penggabungan morfem bebas dengan morfem terikat. Akibat penggabungan itu fonem yang langsung berurutan ada kalanya mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi di daerah perbatasan kedua morfem yang bergabung. Fonem pembuka dan penutup morfem menentukan wujud perubahan tersebut.15 Ditinjau dari aspek konstruksi afiksasi bahasa Indonesia, terdapat dua jenis afiksasi, yaitu: a) Konstruksi Afiksasi Monoleksemis Konstruksi afiksasi monoleksemis adalah peristiwa menempelnya sebuah afiks, misalnya prefiks kepada sebuah leksem untuk menjadi kata. Contoh: {MeN-}
={memfasilitasi}= „memberi
+
{fasilitasi}
+
{bombardir} = {memborbardir}= „diserbu‟
fasilitas‟ { MeN-}
b) Konstruksi Afiksasi Polileksemis Konstruksi afiksasi polileksemis adalah peristiwa menempelnya sebuah afiks, misalnya prefiks kepada dua leksem yang berkomposisi untuk menjadi kata. {ber-} +{komputer tablet}
= {berkomputertablet}
=
= {mewipedata}
=
„mempunyai computer tablet {meN-}+{wipe data} „menghapus data‟ Setiap leksem yang mengalami proses afiksasi dapat dilihat adanya tiga perubahan, yaitu: 1) bentuk; 2) kelas kata; 3) makna.16
1. Jenis-Jenis Afiksasi Dalam bahasa Indonesia, beberapa ahli memiliki pendapat masingmasing mengenai jenis afiksasi. Berikut akan dijelaskan jenis afiksasi 14
Darsita Suparno, Morfologi Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 37 Sudarno, Morfofonemik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990), h. 87 16 Suparno, op. cit, h. 37-39 15
15
menurut beberapa ahli beserta makna yang dihasilkan akibat proses afiksasi tersebut. Chaer dalam Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) menjelaskan jenis afiksasi sebagai berikut: 1. Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefisk per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-. 2. Infiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu infiks –el-, infiks –em-, dan infiks –er-. 3. Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, sufiks –i, sufiks –an, dan sufiks –nya. 4. Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan karena konfiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-an, konfiks per-an, dan konfiks se-nya. 5. Bentuk kata berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya, tetapi pembubuhannya tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata-kata berklofiks dalam bahasa Indonesia adalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ter-per, teper-kan, teper-i.17 Makna yang didapat dari afiks me-kan, me-i, dan pe-an menurut Chaer akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Makna yang didapat dari afiks me-kan, antara lain menyatakan: a. Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Untuk mendapatkan makna „menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya imbuhan gabungan me-kan harus diimbuhkan pada: 1) Kata sifat 17
23-24
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.
16
Contoh: - pemerintah akan melebarkan jalan di muka sekolah kami. Melebarkan artinya „membuat jadi lebar‟ 2) Kata kerja yang menyatakan keadaan. Contoh: - Serangan udara Israel telah merontokkan puluhan pesawat tempur Suriah. Merontokkan artinya „membuat jadi rontok (jatuh)‟ 3) Kata benda yang mempunyai ciri khas. Contoh: - Pemerintah menghutankan kembali daerah itu. Menghutankan artinya „menjadikan hutan‟ 4) Kata keterangan yang menyatakan derajat. Contoh: - Dia selalu melebihkan muatannya. Melebihkan artinya „menjadikan lebih‟ 5) Kata kerja keadaan yang berbentuk kata jadian. Contoh: - Pemerintah akan memberlakukan kembali peraturan itu. Memberlakukan artinya „membuat jadi berlaku‟ 6) Kata kerja keadaan atau kata sifat yang berbentuk gabungan kata. Contoh: - Pemerintah bertekad untuk melipatgandakan produksi pangan. Melipatgandakan artinya „membuat jadi berlipat ganda‟ b. Untuk mendapatkan makna „melakukan untuk orang lain‟ imbuhan gabungan me-kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang sudah transitif. Contoh: - Kakak membukakan tamu pintu. Membukakan artinya „membuka untuk (tamu)‟ c. Untuk mendapatkan makna „menjadikan berada di…‟. Imbuhan gabung me-kan harus diimbuhkan pada kata dasar yang menyatakan lokasi, wadah, atau ruang. Contoh: - Kami akan mengasramakan anak ini.
17
Mengasramakan artinya „menyebabkan jadi berada di asrama‟ d. Untuk mendapatkan makna „melakukan yang disebut bentuk dasarnya‟ imbuhan gabung me-kan harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh: - Mereka melemparkan batu ke arah kamu. Melemparkan artinya „melakukan lempar akan (batu)‟ e. Untuk mendapatkan makna „melakukan yang disebut kata dasarnya akan…‟ imbuhan gabung me-kan harus diimbuhkan pada kata kerja. Contoh: - Jangan mengharapkan bantuan lagi. Mengharapkan artinya „mengharap akan (bantuannya)‟ 2. Makna yang didapatkan dari afiks me-i, antara lain menyatakan: a. Untuk mendapatkan makna „membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada objeknya‟ imbuhan gabung me-i harus digunakan pada kata sifat. Contoh: - Bulan menerangi bumi. Menerangi artinya „membuat jadi terang pada (bumi)‟ b. Untuk mendapatkan makna „memberi atau membubuhi yang disebut kata dasarnya pada objeknya‟ afiks me-i harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat, atau bahan. Contoh: - Kakak menggulai teh untuk ayah. Menggulai artinya „membubuhi gula pada (teh)‟ c. Untuk mendapatkan makna „melakukan atau berbuat sesuatu pada atau di‟ afiks me-i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh: - Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman hias. Menanami artinya melakukan pekerjaan tanam di (halaman rumahnya)
18
d. Untuk mendapatkan makna „melakukan berulang-ulang‟ afiks me-i harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh: - Israel menembaki kubu-kubu gerilyawan Palestina. Menembaki artinya „berulang kali menembak‟ e. Untuk mendapatkan makna „merasa sesuatu pada‟ afiks me-i harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan emosi atau sikap batin. Contoh: - Kami tidak menyukai sikap anak itu. Menyukai artinya „merasa suka pada (sikap anak itu)‟18 3. Makna yang didapatkan dari afiks pe-an, antara lain menyatakan: a. Menyatakan makna hal atau peristiwa. Contoh: - Pembinaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Pembinaan artinya „hal membina‟ b. Menyatakan makna proses. Contoh: - Pengadilan terhadap koruptor itu tersendat-sendat. Pengadilan artinya „proses mengadili‟ c. Menyatakan makna tempat. Contoh: - Ayah bekerja di pelelangan ikan. Pelelangan artinya „tempat melelang‟ d. Menyatakan makna alat. Contoh: - Ibu membelikan penggorengan baru. Penggorengan artinya alat menggoreng.19 Harimurti
Kridalaksana
membagi
jenis-jenis
afiks
secara
tradisional, jenis afiks tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, di, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-, 2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, dan –in-, 18
Ibid., h. 233-238 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 156 19
19
3. Sufiks, yaitu afiks yang dilakukan di belakang dasar, contoh: -an, kan, -i. 4. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar. Dalam bahasa Indonesia simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya adalah membentuk verba, ajektiva, atau kelas kata lain. Contoh: kopi- ngopi, soto – nyoto, sate – nyate. 5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Contoh: ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. 6. Superfiks atau suprafiks, yaitu sufiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. 7. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar. Afiks ini merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal tersendiri, tetapi berasal dari proses yang berlainan. Contoh: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, perkan, dan se-nya.20 Harimurti Kridalaksana menjelaskan makna yang diperoleh dari afiks me-kan, me-i, dan pe-an sebagai berikut: 1. Makna dari afiks me-kan a. Menyatakan makna kausatif, V V Contoh: Tawanan itu melarikan diri dari penjara. b. Menyatakan makna „mengarahkan ke (kausatif)‟, F. Preposisi V
Contoh: Setiap peserta berhak mengemukakan pendapatnya dalam rapat itu. 20
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 28-29
20
c. Menyatakan makna „kausatif‟, N V Contoh: Peduduk primitif itu merajakan dokter yang sedang berpraktik di daerah mereka. d. Menyatakan makna „membuat jadi (kausatif)‟, A V Contoh: Adikku menghitamkan warna gambarnya. e. Menyatakan makna „membuat jadi”, Adv V Contoh: Ibu melebihkan masakan hari ini karena ayah mengundang dua orang temannya. f. Menyatakan makna „membuat jadi (kausatif)‟, Num V Contoh: Kami berusaha menyatukan pendapat kami yang saling berbeda. g. Menyatakan makna „melakukan untuk orang lain (benefaktif)‟, V V Contoh: Adik membawakan koran pagi untuk ayah. h. Menyatakan makna „benefaktif‟, N V Contoh: Saya curiga ketika ia membisikkan sesuatu kepada teman saya. i. Menyatakan makna „melakukan perbuatan dengan alat‟, V V Contoh: Tanpa sadar ia menikamkan keris pusakanya ke tubuh lawannya. j. Menyatakan makna „melakukan dengan sungguh-sungguh‟, V V
Contoh: Pada setiap upacara bendera kami selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya. k. Menyatakan makna „menghasilkan (resultatif)‟, N V Contoh: Penyanyi itu menelurkan dua album terbarunya. l. Menyatakan makna „memasukkan ke dalam‟, N V Contoh: Jangan memenjarakan orang yang tidak bersalah. m. Menyatakan makna „menghasilkan (resultatif)‟, Ka. Fatis V Contoh: Ia tidak mempunyai pendirian, selalu mengiakan pendapat siapa pun.
21
n. Menyatakan makna „melakukan‟, Int V Contoh: Mereka mengapakan dia? o. Menyatakan makna „melakukan untuk orang lain (benefaktif)‟, NA Contoh: Pertunjukan balet di Balai Sidang Senayan itu sungguh mengesankan. p. Menyatakan makna „membuat jadi (kausatif)‟, N V Contoh: Kelakuannya yang tidak terpuji itu memalukan orang tuanya.21
2. Makna dari Afiks me-i, antara lain: a. Menyatakan makna „repetitif‟, V V Contoh: Pak Amat sedang memotongi rumput di pekarangan rumahku. b. Menyatakan makna „bersikap, berlaku sebagai‟, N V Contoh: Ia merajai pertandingan itu. c. Menyatakan makna „menyebabkan mendapat‟, N V Contoh: Setiap pagi Aminah menguliti bawang. d. Menyatakan makna „bersikap terhadap‟, A V Contoh: Murid-murid nakal itu terus membohongi gurunya. e. Menyatakan makna „membuat keadaan‟, Ad V Contoh: Gedung itu tingginya melebihi tugu Monas. f. Menyatakan makna „terhadap, Pron V Contoh: Akhirnya anak itu mengakui kesalahannya. g. Memyatakan makna „membuat keadaan‟, A V Contoh: Ia selalu berusaha mengungguliku tetapi selalu gagal. h. Menyatakan makna „melakukan secara sungguh-sungguh (intensif)‟, N V Contoh: Ia mengobati lukanya supaya tidak kena infeksi. i. Menyatakan makna „menyebabkan mendapat‟, A V 21
Ibid., h. 53-54
22
Contoh: Jangan menyakiti hati orang tuamu. j. Menyatakan makna „melakukan perbuatan di (lokatif)‟, V V Contoh: Kita harus hati-hati menuruni tebing terjal ini. k. Menyatakan makna „melakukan secara sungguh-sungguh‟, A V Contoh: Ia membakari rumput sampai habis. l. Menyatakan makna „kontinuatif‟, N V Contoh: Maukah kau menemaniku pergi berbelanja? m. Menyatakan makna „dengan sungguh-sungguh (intensif)‟, N V22 Contoh: Manusia harus saling mengasihi satu sama lain. 3. Makna afiks pe-an, antara lain23: a. Menyatakan makna V N (me + V) „proses‟ Contoh:
Penunjukan
dia
sebagai
wakil
kita
sudah
dipertimbangkan dengan seksama. b. Menyatakan makna V V (me + A) „proses‟ Contoh: Pengotoran air laut oleh bahan kimia buangan pabrik sangat membahayakan kehidupan binatang laut. Dalam buku Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, Ramlan menjelaskan makna yang didapat dari afiks me-kan, me-i, dan pe-an sebagai berikut: 1. Afiks me-kan a. Menyatakan
makna
„benefaktif‟,
maksudnya
perbuatan
tersebut pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain. Contoh: Ibu membacakan adik dongeng Kancil. b. Menyatakan makna „kausatif‟. Makna ini dapat digolongkan menjadi empat golongan, antara lain:
22 23
Ibid., h. 51-52 Ibid., h. 73
23
1) Menyebabkan (…) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya. Contoh: memberhentikan
:
„menyebabkan
(…)
berhenti‟ 2) Menyebabkan ( …) menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini timbul sebagai akibat pertemuan afiks –kan dengan bentuk dasar yang berupa kata sifat. Contoh: meluaskan
: „menyebabkan (…) jadi luas‟
3) Menyebabkan (…) jadi atau menganggap (…) sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh: menganaktirikan
: „menganggap (…) sebagai anak tiri‟
Mengurbankan
: „menyebabkan (…) jadi kurban‟
4) Membawa/memasukkan (…) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar.24 Contoh: menyeberangkan
: „membawa (…) ke seberang‟
2. Makna Afiks me-i a. Menyatakan bahwa „perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang‟. Contoh: Warga memukuli pencuri sepeda motor. b. Menyatakan makna „memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar pada…‟ Contoh: Bapak Kepala Kantor sedang menandatangani surat. c. Objeknya menyatakan „tempat‟. Contoh: Orang itu sering mendatangi rumahku. d. Menyatakan makna „kausatif‟. Dalam hal ini, makna afiks me-i sejajar dengan makna afiks me-kan.25 24
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV Karyono, 2009), cet. 13, h. 143-146
24
Contoh: Orang itu mengotori kamar saya. 3. Makna Afiks pe-an, antara lain26: a. Menyatakan makna „hal melakuka perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟ Contoh:
pembacaan
: „hal membaca‟
Penulisan
: „hal menulis‟
b. Menyatakan makna „hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟ itu bergeser menjadi makna „cara melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟. Contoh: Materi yang dibicarakan sangat menarik, tetapi penampilannya kurang baik. Penampilannya artinya „cara menampilkan‟ c. Menyatakan makna „hasil perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟, atau dengan kata lain, menyatakan apa-apa yang di…‟ Contoh: Menurut pendengaran saya, ia termasuk mahasiswa yang rajin dan cerdas. Pendengaran artinya hasil usaha mendengarkan atau apa-apa yang didengar. d. Menyatakan makna „alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟. Contoh: Penglihatannya sudah agak kabur. Penglihatan artinya alat untuk melihat. e. Menyatakan makna „tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟ Contoh: Pembuangan sampah itu sudah penuh. Berdasarkan beberapa teori makna afiksasi yang sudah dijelaskan, penulis mengacu pada teori Abdul Chaer yang ditulis dalam buku 25 26
Ibid., h. 149-152 Ibid., h. 163-166
25
Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan proses). Alasan penulis menggunakan acuan tersebut karena dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan proses) logis dan tidak rumit.
3. Kaidah Penasalan Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan tiga hal, yaitu (1) tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu, (2) upaya pembentukan kata sebagai istilah, (3) upaya pemberian makna tertentu. a.
Kaitan dengan tipe verba Dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi. Keempat verba itu adalah a) verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i; b) verba berprefiks me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-i; c) verba berprefiks ber-; dan d) verba dasar (tanpa afiks apapun). Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pedan nomina pe-an) yang diturunkannya adalah sebagai berikut. 1) Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/. Contoh: (1) Meloncat, peloncat, peloncatan (2) Merawat, perawat, perawatan (3) Mewarisi, pewaris, pewarisan (4) Meyakinkan, peyakin, peyakinan (5) Meminang, peminang, peminangan (6) Menanti, penanti, penantian (7) Menyanyi, penyanyi, penyanyian (8) Menganga, penganga, pengangaan 2) Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /b, p, f/. Contoh: (1) Membina, pembina, pembinaan (2) Memilih, pemilih, pemilihan
26
(3) Memfitnah, pemfitnah, pemfitnahan Bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /p/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem tersebut luluh. Sebaliknya bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/ dan /f/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-}, fonem tersebut tidak luluh.27 Pemakaian bahasa bentuk tulisan dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat ketidakseragaman di antara pemakai bahasa. Seperti pada bentuk kata mempercayai (p tidak luluh) dan memercayai (p luluh). Luluh tidaknya bunyi disebabkan oleh dua hal. Pertama, sangkaan orang bahwa suku pertama pada kata itu sama dengan imbuhan atau tidak. Jika p-e-r itu disangka sama dengan imbuhan, fonem /p/ tidak diluluhkan sehingga dipakai bentuk seperti mempercayai, memperkarakan, memperkosa. Sebaliknya, jika p-e-r itu dipandang tidak sama dengan imbuhan, fonem /p/ diluluhkan sehingga digunakan bentuk memercayai, memergoki, memerlukan. Kedua, anggapan orang bahwa bentuk dasarnya masih asing atau tidak. Jika bentuk dasar itu dianggap asing, fonem /p/ cenderung tidak diluluhkan
sehingga
muncul
bentuk
seperti
mempermutasi,
mempersentasekan, mempermanenkan.28 3) Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d/, /t/, atau /s/. fonem /s/ yang dimaksud di sini hanya yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Contoh: (1) Mendengar, pendengar, pendengaran (2) Mendapat, pendapat, pendapatan (3) Menemukan, penemu, penemuan (4) Menentukan, menentu, penentuan (5) Mensuplai, pensuplai, pensuplaian 27
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), cet. 4,
h. 42 28
Dendy Sugono, . Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009), h. 9-10
27
Bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, apabila mengikuti morfem afiks {meN-} dan {peN-} fonem tersebut luluh, tetapi apabila berawal dengan fonem /d/ dan fonem /s/ (yang berasal dari bentuk asing dan masih terasa keasingannya, fonem tersebut tidak luluh.29 4) Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /s, c, dan j/. Contoh: a) Menyambut, penyambut, penyambutan b) Menyakiti, penyakit, penyakitan c) Menyoblos, penyoblos, penyoblosan d) Menycuri, penycuri, penycurian e) Menyjahit, penyjahit, penyjahitan f)
Menyjual, penyjual, penyjualan
Proses penasalan yang terjadi pada kata tertentu harus diketahui dari bentukan katanya. Bentukan kata yang benar dapat dilihat dalam kamus bahasa Indonesia. Kata dasar yang diawali dengan huruf c, contohnya kata colok dan cium. Apabila kata dasar tersebut diberi imbuhan me-, muncul bentukan kata menyolok dan mencolok, menyium dan mencium. Perbedaan bentukan kata itu timbul karena adanya perbedaan pemahaman mengenai proses terjadinya bentukan kata itu. Sesuai dengan kaidah, kata dasar yang berawalan dengan fonem /c/, misalnya kata cuci dan cium, jika mendapat imbuhan me-, bentukannya menjadi mencuci dan mencium, bukan menyuci dan menyium, karena fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh. Kata dasar colok juga berawalan dengan fonem /c/, jika mendapat imbuhan me-, bentukannya menjadi mencolok bukan menyolok.30 5) Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/. Contoh: a) Mengirim, pengirim, pengiriman 29
Muslich, op. cit., h. 43 Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2009), cet. 6, h. 5 30
28
b) Menggali, penggali, penggalian c) Menghina, penghina, penghinaan d) Mengkhianati, pengkhianat, pengkhianatan e) Mengadu, pengadu, pengaduan f)
Mengiris, pengiris, pengirisan
g) Mengukur, pengukur, pengukuran h) „mengelak, pengelak, pengelakan i)
Mengobati, pengobat, pengobatan
Perlu diperhatikan bahwa fonem awal /k/, seperti pada kata dasar khianat tidak mengalami peluluhan ke dalam fonem /ŋ/. Akan tetapi, peluluhan /k/ kadang-kadang terjadi jika dirasakan perlu untuk membedakan makna tertentu. Prefiks meng- yang dihubungkan dengan
kaji,
misalnya
menghasilkan
mengaji
(memperdalam
pengetahuan tentang agama Islam dengan belajar kepada guru agama) dan mengkaji (memikirkan secara mendalam).31 6) Akan muncul nasal /nge-/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Contoh: a) Mengetik, pengetik, pengetikan b) Mengelas, pengelas, pengelasan c) Mengecat, pengecat, pengecatan d) Mengebom, pengebom, pengeboman
B. Hakikat Komunikasi Massa 1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa dikatakan sebagai kegiatan komunikasi yang menggunakan media sebagai sarananya. Komunikasi massa menurut Bittner: “Messages communicated through a mass medium to a large number of people”
31
h. 110.
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
29
Komunikasi oleh sejumlah orang dengan menggunakan media yang tersebar di berbagai tempat. Media massa yang digunakan merupakan alat transmisi informasi, seperti koran, majalah, buku, film, radio, televisi atau komunikasi dari media itu.32 Komunikasi massa memiliki beberapa ciri yaitu: 1) Komunikasi berlangsung satu arah. Artinya ketika kita membaca sebuah artikel pada surat kabar, kita tidak dapat secara langsung memberikan respon apakah kita setuju dengan pendapat dalam artikel tersebut atau tidak. 2) Komunikatornya bersifat melembaga. Kelembagaan komunikator dikarenakan media yang digunakan menjadi melembaga dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi. Komunikator media massa bertindak atas nama lembaga, banyak pihak yang terlibat dalam pembuatan berita hingga penyampaian pesan. 3) Pesan yang disampaikan bersifat umum. Bersifat umum karena persoalan yang disampaikan bersifat umum dan ditujukan secara umum. Jadi semua orang dapat mengonsumsi berita atau informasi yang disajikan media massa. 4) Media yang digunakan menimbulkan keserempakan. Komunikan dapat mengakses atau mengetahui informasi secara serempak dalam waktu bersama tanpa menunggu giliran. Semua orang dapat menyaksikan berita baik dalam televisi maupun surat kabar dimana dan kapan saja informasi itu dipublikasikan. 5) Komunikannya bersifat heterogen. Dimaksud heterogen karena komunikan terdiri dari berbagai kalangan yang tersebar dimana saja, tidak ada kesepakatan yang dijadikan ukuran oleh media sehingga dengan ciri-ciri itu dapat dirumuskan pesan-pesan yang lebih relevan.33
32
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan dan Teori, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 73 33 Ibid., h. 73-77
30
Komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Komunikasi melalui media massa bersifat satu arah34 Secara teoretis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan, dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak hanya memengaruhi sikap seseorang namun pula dapat memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Hal tersebut dapat memengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehingga dengan cepat dapat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang lama. Media massa yang juga dapat memberikan efek kepada khalayaknya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali.35 Kusumaningrat dan Kusumaningrat menunjukkan 8 fungsi dari pers yaitu: a.
Fungsi Informatif, sebagai sarana untuk memberi informasi melalui berita secara teratur kepada khalayak. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menulisnya.
b.
Fungsi kontrol, pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan berjalan tidak baik. Fungsi kontrol ini harus dilakukan pers dengan lebih aktif daripada kelompok masyarakat lainnya.
34
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 7, h. 50 35 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 11
31
c.
Fungsi Interpretatif, pers memberikan interpretasi dan bimbingan bagi khalayak. Pers harus menjelaskan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian. Ini dapat dilakukan pers melalui tulisan pada tajuk rencana (editorial) atau tulisan-tulisan latar belakang.
d.
Fungsi menghibur, pers menyajikan humor, drama dan musik, atau berbagai hal yang berkaitan dengan seni lainnya. Termasuk tentang pariwisata dan makanan.
e.
Fungsi regeneratif, pers menceritakan bagaimana sesuatu dilakukan di masa lampau, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah. Jadi pers menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru supaya terjadi regenerasi dari angkatan yang lebih tua kepada angkatan yang kebih muda.
f.
Fungsi pengawalan hak-hak warga negara, pers mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi seseorang. Pers bertanggung jawab untuk dapat menjamin hak setiap pribadi supaya didengar dan diberi penerangan yang dibutuhkannya. Dalam beberapa hal rakyat hendaknya diberikan kesempatan untuk menulis atau mengungkapkan dalam media guna melakukan kritik-kritiknya terhadap sesuatu yang terjadi di kehidupan masyarakat.
g.
Fungsi ekonomi, pers melayani sistem ekonomi melalui iklan yang tersedia di media massa itu.
h.
Fungsi
swadaya,
pers
mempunyai
kewajiban
memupuk
kemampuannya sendiri, supaya dapat membebaskan dirinya dari berbagai pengaruh, seperti tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.36 Media massa adalah alat atau sarana yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan/penerima)
dengan
menggunakan
alat-alat
komunikasi
mekanis, seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan internet. 36
h. 80-83
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
32
McQuaill dalam bukunya Mass Communication Theories (1989), menyatakan ada enam perspektif tentang peran media massa dalam konteks masyarakat modern, yaitu sebagai berikut. a.
Media massa sebagai sarana belajar untuk mengetahui berbagai informasi dan peristiwa.
b.
Media massa adalah refleksi fakta, terlepas dari rasa suka atau tidak suka.
c.
Media massa sebagai filter yang menyeleksi berbagai informasi dan issue yang layak mendapat perhatian atau tidak.
d.
Media massa sebagai penujuk arah berbagai ketidakpastian atau alternatif yang beragam.
e.
Media massa sebagai sarana untuk menyosialisasikan berbagai informasi atau ide kepada publik untuk memperoleh tanggapan/umpan balik.
f.
Media massa sebagai interkulator, tidak sekadar tempat “lalu lalang” informasi,
tetapi
memungkinkan
terjadinya
komunikasi
yang
interaktif.37 Menurut F. Bond (1961), ada empat fungsi jurnalistik, yaitu: a.
To inform (untuk menginformasikan) Jurnalistik merupakan sarana untuk menginformasikan fakta dan peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan manusia yang patut diketahui oleh publik.
b.
To interpret (untuk menginterpretasikan) Jurnalistik merupakan sarana untuk memberikan tafsiran atau interpretasi terhadap fakta dan peristiwa yang terjadi, sehingga publik dapat memahami dampak dan konsekuensi dari berita yang disajikan.
c.
To guide (untuk mengarahkan) Jurnalistik merupakan acuan untuk mengarahkan atau memberi petunjuk dalam menyikapi suatu fakta dan peristiwa yang disajikan
37
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu pengantar Teori dan praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 37
33
dalam berita sehingga dapat menjadi pedoman bagi publik dalam memberi komentar, pendapat, opini atau dalam mengambil keputusan. d.
To entertain (untuk menghibur) Jurnalistik merupakan sarana untuk menghibur, menyegarkan, dan menyenangkan pembacanya dengan menyajikan berita atau informasi yang ringan dan rileks sesuai dengan kebutuhan gaya hidup manusia.38
2. Media Cetak Media cetak tergolong dari jenis media massa yang paling populer. Media cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Kelebihan media cetak secara umum dibanding media elektronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media massa, media cetak (surat kabar, majalah, tabloid) memiliki kelebihan yang tidak dimiliki media massa lain. Hasil cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya, sampai mengerti isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan. Surat kabar memiliki kelebihan khusus dibandingkan dengan media cetak lain. Sesuai periodesasi terbitnya, informasi surat kabar harian diterima pembaca
setiap
hari
sehingga
informasi
diperoleh
terus
secara
berkesinambungan. Informasi yang disampaikan surat kabar lebih lengkap dibanding radio dan televisi.39
3. Surat Kabar Surat kabar adalah media komunikasi yang berisikan informasi aktual dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya, seni, olahraga, luar negeri, dalam negeri, dan sebagainya. Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers 38 39
Ibid, h. 38 Mondry, op. cit, h. 22-23
34
Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum. Surat kabar dapat dikatakan sebagai media massa tertua sebelum ditemukannya film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitikberatkan pada penyebaran informasi (fakta ataupun peristiwa) agar diketahui publik. Kelebihan surat kabar antara lain mampu menyajikan informasi/berita secara komprehensif, bisa dibawa ke mana-mana, bisa didokumentasikan, bisa dibaca berulang-ulang, dan mudah diperoleh jika diperlukan. Dari segi periode terbit, ada surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari, baik dalam bentuk edisi pagi maupun edisi sore. Surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Surat kabar sebagai salah satu medium jurnalistik, menurut Agee, mengemban fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer surat kabar terdiri dari tiga, yaitu: 1) Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia. 2) Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita. 3) Menyediakan
keperluan
informasi
bagi
pembaca
yang
membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media. Fungsi sekunder surat kabar terdiri atas: 1) Mengampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu. 2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus. 3) Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah
35
4) Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.40 Adapun karakteristik dari surat kabar adalah: a)
Publisitas: surat kabar diperuntukkan bagi masyarakat umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh membaca dan tidak boleh membaca. Oleh karena itu, berita, artikel, tajuk rencana, dan rubrik-rubrik harus menyangkut kepentingan umum.
b) Universalitas: Menyampaikan pesan yang beragam dan dari seluruh dunia tentang segala aspek hidup dan kehidupan manusia. Untuk memenuhi syarat ini, surat kabar besar biasanya memiliki wartawan-wartawan yang meliput peristiwa dari berbagai bidang. c)
Aktualitas: surat kabar harus mampu menyampaikan berita secara cepat kepada khalayak.41
4. Pengertian Tajuk Rencana Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, tajuk rencana diartikan sebagai induk karangan. Tajuk, berarti mahkota, sehingga tajuk rencana merupakan mahkota dari media cetak seperti surat kabar, tabloid, atau majalah.42 Rivers dan kawan-kawan mendefinisikan tajuk rencana atau editorial sebagai pikiran sebuah institusi opini publik, yang menyajikan fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum. Menurut Pulitzer “The editorial as the expression of the papers conscience courage and conviction,”
40
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu pengantar Teori dan praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 40-41 41 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan dan Teori, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 80-81 42 Mondry, op.cit , h. 226
36
Editorial merupakan ekspresi dari keteguhan dan keyakinan surat kabar. Tajuk rencana merupakan opini pemilik atau manajemen media ihwal soal yang jadi perhatian publik.43 Menurut Mondry, tajuk rencana merupakan artikel yang dibuat jajaran redaksi atau orang yang diminta redaksi guna menulisnya. Tulisannya tidak terlalu panjang, diletakkan pada posisi yang tetap, biasanya dalam boks khusus. Tidak disebutkan siapa penulisnya, karena isi tulisan itu merupakan tanggung jawab redaksi dan merupakan pendapat dari media massa itu tentang suatu masalah. Assegaff mengutip pendapat Lyle Spencer, yang menyebutkan tajuk rencana merupakan pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, dan menarik, ditinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk memengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa, sehingga kebanyakan pembaca surat kabar, akan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tersebut.44 Jadi dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah sebuah tulisan atau karangan dari pihak redaktur yang membahas mengenai suatu persoalan yang tengah menjadi topik hangat di masyarakat, penulisan tajuk rencana sebagai bentuk opini dari pihak surat kabar mengenai suatu topik. Tajuk rencana mewakili redaksi suatu surat kabar, dimuat secara rutin di tempat yang tetap pada bagian surat kabar. Tajuk rencana, menurut Suherman, dulu dikenal dengan nama induk karangan, dari bahasa Belanda “Hoofd artikel”. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “Leader”. Kini biasa disebut editorial, atau disingkat dengan tajuk. Menurut Suherman ada unsur penting dalam tajuk rencana, yaitu: 1) Fakta. Berdasar fakta, berbagai opini tajuik rencana dibuat. Gambaran
43
permasalahan
dideskripsikan,
dan
dicarikan
atau
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 64 44 Mondry, op. cit., h. 225-226
37
diusulkan jalan keluarnya. Tanpa landasan fakta, pendapat (opini) sebuah media akan dinilai sebagai fitnah. 2) Interpretasi. Interpretasi menjadi proses penting lain. Menurut kamus komunikasi, susunan Onong U. Effendy, interpretasi adalah proses memadukan kegiatan memahami suatu fenomena dengan kegiatan mengungkapkan, menerangkan, dan menerjemahkannya menjadi suatu pesan yang siap untuk dikomunikasikan kepada orang lain. 3) Opini. Opini di sini merupakan pernyataan media terhadap persoalan yang tengah dibahasnya. Melalui pernyataan-pernyataannya, sikap sebuah media terlihat.45 Tajuk rencana merupakan bagian yang tradisional dari surat kabar. Dalam suratkabar-suratkabar di tanah air, tajuk rencana biasanya ditempatkan di halaman opini dan biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi surat kabar bersangkutan. Tajuk rencana ditempatkan di sebelah pojok kiri atas halaman. Tajuk rencana boleh jadi mencerminkan kepribadiankepribadian mereka yang menulisnya (apakah ia pemimipin redaksi atau seorang redaktur yang ditugasi menulis tajuk rencana), meskipun ia dimaksudkan sebagai cerminan pendirian suatu koran. Isi tajuk rencana senantiasa licin, didasari alasan kuat, dan meredam sekuat mungkin sikap menyerang terhadap sesuatu kebijakan isu publik. Sebuah tajuk rencana yang baik memuat hal-hal berikut: pernyataan masalah pokok atau topik, alasan mengapa hal itu penting, penyajian faktafakta yang yang bersangkutan dengan topik, pernyataan sikap yang diambil terhadap topik tersebut, evaluasi terhadap mereka yang mengambil sikap lain, pernyataan alternatif lain, pembuatan perbandingan atau analogi dengan isu-isu atau topik-topik lain, dan akhirnya kesimpulan.46
45
Santana, op. cit.,, h. 66-67 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet. 2, h. 248-249 46
38
5. Fungsi Tajuk Rencana Tajuk rencana berfungsi menjelaskan pandangan atau opini pihak media terhadap suatu fenomena atau permasalahan, tajuk rencana juga mengulas latar belakang dan penyebab terjadinya fenomena tersebut. Tajuk rencana juga memberikan prediksi bagaimana peristiwa tersebut di masa yang akan datang. Prediksi didasarkan pada gejala-gejala unik yang ditunjukkan oleh fenomena tersebut. Fungsi lain tajuk rencana adalah memberikan panduan moral bagi publik sekaligus pelaksanaan fungsi pengawasan media.47 Tajuk rencana sebagai mahkota karangan atau tulisan yang berisi ulasan, pemikiran, pandangan, surat kabar, mengenai suatu fakta, kejadian, atau opini yang berkembang di masyarakat. Pemberian ulasan mengenai sebuah berita dilakukan dengan cara memberikan klarifikasi, menjelaskan latar belakang, menerangkan masa depan berita, merenungkan, dan menitipkan pesan-pesan moral di dalamnya. Cara penyampaian pendapat dengan nada yang
bermacam-macam,
seperti
menggurui,
mendakwah,
memberi
perenungan, teoretis, menyerang, menyalahkan, menghardik, mencela, menegur, pesimis/sinis, terkadang sarkatis. Terkadang juga bersifat mendukung, membujuk, informatif, dan menghibur dengan kata-kata bijak.48
6. Langkah Menulis Tajuk Rencana Waldrop A. Gayle merinci langkah menulis tajuk rencana, antara lain: a) Reporting Tahap ini adalah tahap mencari permasalahan, dan mengumpulkan bahan. Penulis melakukan dua kegiatan: by reading dan by talking. Dengan by reading, penulis membaca buku, media, kliping, internet, dan teks-teks lainnya, sebagai sumber informasi. Melalui by talking, penulis melakukan wawancara dengan para narasumber: dengan 47
Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 53 48 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 142-143
39
pejabat, tokoh masyarakat, atau pihak-pihak yang layak dan kompeten dengan masalah yang akan ditulis. b) Reflection Reflection adalah tahap memilah-milah dan mengklasifikasi bahanbahan dari berbagai sumber. Proses ini sering membuat penulis menemukan bahan untuk judul, pegantar, isi, dan kesimpulan. Tahap ini berarti pula melakukan cek dan ricek terhadap data yang diragukan kebenarannya. c) Writing Tahap menulis: menyusun dan menyajikan data, fakta, atau bahan yang ada ke dalam sebuah tulisan tajuk yang menarik, kuat, dan penting.49 Dalam buku yang ditulis Suhaimi dan Rulli Nasrullah, tahapan menulis tajuk rencana dijelaskan sebagai berikut: 1) Perencanaan ide atau topik Topik yang dipilih haruslah isu yang mmenarik, unik, dan memiliki dampak
luas
bagi
publik,
baik
secara
nasional
maupun
internasional. Adapun kriteria penetapan topik sangat ditentukan oleh: a) Topik harus menyangkut berita atau peristiwa yang sedang aktual atau kontroversial, sehingga memiliki daya tarik bagi pembaca. b) Topik harus sesuai dengan filosofi, visi, misi, dan kebijakan umum media penerbitan tersebut. c) Topik sejalan dengan wilayah penyebaran sirkulasi media penerbitan. d) Topik harus sesuai dengan kaidah dan nilai standar jurnalistik seperti aktualitas, objektivitas, human interest dari segi dampaknya pula, akurat, dan prinsip liputan berimbang.
49
Santana, op. cit., h. 69-71
40
e) Topik tidak bertentangan dengan aspek ideologis, yuridis, sosiologis, dan aspek etis yang terdapat di dalam masyarakat atau bangsa. f) Topik selalu berorientasi pada nilai-nilai luhur yang universal pada peradaban manusia sekarang ini. 2) Menyusun poin utama editorial Penulis editorial perlu menyusun poin-poin utama editorial agar mendapatkan panduan dalam menulis dan tetap fokus pada sasaran editorial. Selain itu, penyusunan topik utama juga untuk menegaskan bahwa penulis editorial harus memahami masalah yang akan diungkap. 3) Riset fakta Penulis editorial harus melakukan riset. Data harus dikumpulkan dan opini harus dipertimbangkan pula, tidak mencampuradukkan antara data dengan opini. 4) Struktur editorial Editorial dalam kerangka (1) pendahuluan, (2) isi berita atau bukti, dan (3) kesimpulan. Yang harus diperhatikan oleh penulis editorial adalah dalam menyajikan fakta harus akurat, memberikan opini haruslah yang terbaik dan mendukung fakta atau bukti.50
7. Bentuk Tajuk Rencana Tajuk rencana memiliki bentuk-bentuk yang berbeda. Bentuk tajuk rencana yang sering ditulis redaksi media massa, menurut Supriyanto, meliputi tajuk interpretatif, tajuk kritik, tajuk persuasif, serta tajuk pujian. a) Tajuk Interpretatif Tajuk interpretatif merupakan tajuk rencana yang memaparkan pendapat tentang suatu masalah yang muncul di masyarakat. Tujuan penulisannya untuk menyajikan pendapat redaksi guna memperoleh
50
Suhaimi, op. cit., h. 55-56
41
opini publik atau membentuk opini tertentu di tengah masyarakat pembacanya. b) Tajuk Kritik Tajuk rencana yang menyajikan kritik konstruktif disampaikan redaksi media terhadap keganjilan di masyarakat. Tujuannya supaya terjadi perubahan di masyarakat yang dilakukan lembaga berwenang demi kepentingan umum. c) Tajuk Persuasif Tajuk persuasif atau membujuk bertujuan mengajak masyarakat melakukan perbuatan tertentu demi kepentingan umum. d) Tajuk pujian Tajuk yang berisi pujian yang ditampilkan guna memupuk rasa kebersamaan demi suatu tujuan tertentu. Tajuk pujian juga sering digunakan kepada seseorang atau sekelompok orang yang berprestasi di bidang atau profesinya demi kepentingan bangsa dan negara.51
8. Penelitian Relevan Penelitian yang menjadikan surat kabar sebagai objek bukanlah yang pertama kali dilakukan. Penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah, mahasiswi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 dengan judul “Penggunaan Diksi dalam Surat Pembaca Surat Kabar Harian Kompas dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX SMP”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan surat kabar harian Kompas sebagai objek penelitian. Akan tetapi, Uswatun meneliti pada rubrik surat pembaca dan penulis pada rubrik tajuk rencana. Perbedaannya, penelitian Uswatun Khasanah meneliti penggunaan diksinya sedangkan 51
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 231-238
42
penulis meneliti penggunaan penasalan. Hasil penelitian Uswatun Khasanah menujukkan bahwa diksi yang digunakan dalam surat pembaca antara lain istilah asing, kata serapan, konotasi, kata baku, kata umum, akronim, dan kata ilmiah. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Diana Listya Wati, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 dengan judul “Penggunaan Preposisi pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Republika Edisi Oktober 2013 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Kelas X”, skripsi yang ditulis Diana dengan penelitian yang dilakukan penulis sama-sama meneliti Tajuk Rencana pada surat kabar harian, perbedaannya Diana meneliti surat kabar Republika sedangkan penulis menggunakan surat kabar harian Kompas. Selain itu, Diana juga meneliti penggunaan preposisinya sedangkan penelitian
yang
dilakukan
penulis
adalah
meneliti
penggunaan
penasalannya. Hasil penelitian Diana menemukan beberapa jenis preposisi, antara lain: 1) preposisi dasar; preposisi dasar terbuka, 2) preposisi turunan: a) turunan gabungan: gabungan preposisi dengan preposisi dan b) turunan pindahan kelas: i) transposisi: denominal, deverbal, dekonjungsional, dan ii) berafiks: denominal, deverbal. Penelitian relevan ketiga, Skripsi oleh Siti Kartini mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2013 dengan judul “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar untuk Tingkat SMP”. Skripsi yang ditulis Siti memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama-sama menggunakan surat kabar sebagai objek penelitian. Perbedaannya, Siti meneliti penggunaan diksi pada berita utama sedangkan penulis meneliti penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana. Selain itu, Siti juga menggunakan surat kabar Tangsel Pos sedangkan penulis memilih surat kabar harian Kompas. Hasil penelitian yang dilakukan Siti diperoleh 145 data dari enam kolom berita utama yang digunakan. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi
43
berupa penggunaan kata umum khusus 1,4%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 3,4%, penggunaan kata yang hamper bersinonim 2,8%, penggunaan kata yang mirip ejaannya 2,1%, penggunaan kata idiom 1,4%, kelangsungan pilihan kata 3,4%, dan penggunaan kata akhiran asing tidak ditemukan kesalahan. Penggunaan bahasa dalam Tangsel Pos cukup ringan dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Penelitian relevan keempat, jurnal yang ditulis oleh Fitri Megawati mahasiswi Universitas Pakuan pada tahun 2012 dengan judul “Analisis Makna pada Tajuk Rencana Kompas dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Jurnal yang ditulis Fitri memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tajuk rencana surat kabar Kompas. Perbedaan penelitian yang ditulis oleh peneliti dengan jurnal yang ditulis Fitri adalah Fitri meneliti makna afiks ber- dan men-, sedangkan subjek penelitian peneliti adalah penggunaan penasalan. Hasil penelitian yang dilakukan Fitri yaitu bahwa dalam 15 Tajuk Rencana koran Kompas terdapat 50 kata berafiks ber- dan 120 kata berafiks men-, kata berafiks ber- yang mengandung makna „suatu perbuatan‟ berjumlah 11 kutipan, bermakna „dalam keadaan‟ berjumlah 13 kutipan‟,
bermakna
„kumpulan‟
berjumlah
5
kutipan,
bermakna
„mengeluarkan‟ berjumlah 1 kutipan, dan bermakna „memiliki‟ berjumlah 20 kutipan. Sedangkan kata berafiks meN- mengadung makna „suatu perbuatan aktif‟ berjumlah 68 kutipan, bermakna „proses‟ berjumlah 25 kutipan‟, bermakna „memakai‟ berjumlah 1 kutipan, bermakna „menuju‟ berjumlah 1 kutipan, bermakna „membuat‟ berjumlah 10 kutipan, bermakna „dalam keadaan‟ berjumlah 15 kutipan. Hasil penelitian tersebut memberikan implikasi positif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, tajuk rencana koran Kompas cocok digunakan sebagai bahan ajar karena terdapat macam-macam afiks yang memiliki berbagai makna, sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut McMillan & Schumacher1 penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat sekitar. Pendekatan ini mengharuskan peneliti menjelaskan fenomena dan tujuan yang menjadi fokus penelitian, pendekatan kualitatif sangat tepat digunakan untuk penelitian mengenai masalah sosial, pendidikan, dan terkait dengan fenomena kehidupan secara nyata. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena sosial yang akan diteliti dengan terlibat secara langsung dalam fenomena tersebut, sehingga peneliti mampu mengetahui dan memahami makna dari fenomena yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen penelitian paling penting.2 Menurut Sukmadinata penelitian deskriptif adalah penelitian dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.3 Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak
1
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 73 2 Ibid., h. 74 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 72
44
45
berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya.4 Jadi dapat disimpulkan, penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang menyajikan dan mendeskripsikan data berupa kata-kata sesuai dengan
hasil
pengamatannya
terhadap
suatu
fenomena.
Berdasarkan
kesimpulan tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang akan diteliti adalah surat kabar harian Kompas. Objek penelitiannya berupa kata yang terdapat pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompas, karena objek penelitiannya berupa kata-kata (tidak berupa angkaangka) maka peneliti menggunakan metode dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dinilai tepat untuk digunakan dalam mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data.
B. Sumber Data Sumber data yang diperoleh adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pustaka yang sudah ada. Apabila peneliti menggunakan tulisan maupun data yang dikumpulkan dari dokumen, penerbitan agen-agen perdagangan, balai penelitian baik yang diterbitkan atau tidak maka data tersebut disebut data sekunder. Data sekunder juga dapat mempunyai data primer atau data sekunder, disebut data sekunder bersumber primer apabila pengumpulan data dan penerbitannya berada dalam satu tangan, sedangkan data sekunder bersumber sekunder apabila pengumpulan data dan penerbitannya berlainan tangan.5 Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari tajuk rencana yang terdapat pada surat kabar harian Kompas yang diambil pada edisi bulan Agustus 2016 tanggal 1-10. Data yang diambil berupa kata-kata yang mengalami penasalan akibat proses afiksasi.
4 5
Ibid., h. 94 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 23-25
46
C. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Biklen; Lincoln dan Guba dalam Moleong; Nana Sudjana dan Ibrahim; H.B. Sutopo salah satu ciri penelitian kualitatif adalah manusia sebagai alat (instrumen) utama pengumpul data. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.6 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tabel cek. Penggunaan tabel cek dimaksudkan untuk mempermudah penyajian data dan memberikan gambaran lebih jelas mengenai data yang dikumpulkan. Berikut tabel analisis yang akan digunakan:
Tabel 3.1 Penggunaan Penasalan pada Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Penggalan kalimat
Afiks
Para graf
Nasal m
n
ny
ng
nge
= X=
= X=
= X=
= X=
= X=
Makna Imbuhan
me-kan me-i pe-an Jumlah
Keterangan: : Penasalan tepat X : Penasalan tidak tepat
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi dokumen. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan 6
Ibid., h. 38
47
menggunakan dokumen tertulis berupa arsip maupun buku-buku tentang teori, jurnal, dan lain-lain. Teknik ini merupakan alat pengumpulan data yang utama karena penjelasan mengenai fenomena yang diteliti lebih rasional dan logis.7 Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber nonmanusia. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Dokumen tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, naskah, editorial surat kabar, catatan kasus, skrip televisi, dan fotofoto. Penggunaan sumber dokumen dan rekaman dikarenakan sumber ini selalu tersedia dan murah, keakuratannya stabil dalam merefleksikan situasi di masa lampau tanpa adanya perubahan, dan dapat memenuhi akuntabilitas.8 Peneliti mengumpulkan dokumen tertulis berupa surat kabar harian Kompas edisi bulan Agsustus 2016 dari tanggal 1-10 untuk memperoleh data yang diperlukan.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi, teknik analisis isi adalah teknik analisis data yang mendasarkan pada isi dari data deskriptif.9 Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Tajuk rencana surat kabar Kompas dikumpulkan selama edisi awal bulan Agustus 2016 yaitu tanggal 1-10 Agustus 2016. 2. Mencari dan mendata kata yang memperoleh afiks me-kan, me-i, pe-an dan mengandung penasalan dalam tajuk rencana surat kabar Kompas. 3. Setelah data terkumpul, data dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan jenis afiks dan bunyi nasal yang dihasilkan. Baik data yang tepat maupun yang tidak tepat.
7
Ibid., h. 181 Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), cet. 3, h. 108-109 9 Cholid, Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 65 8
48
4. Mendeskripsikan penggunaan penasalan dan makna pada data yang dikumpulkan. 5. Menjelaskan bentuk kesalahan data dan memperbaiki kesalahan penulisan penasalan dalam tajuk rencana surat kabar Kompas 6. Menyimpulkan hasil analisis penggunaan penasalan dalam tajuk rencana surat kabar Kompas.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Harian Kompas Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh PK. Ojong dan Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965. Kompas terbit pertama kali dengan empat halaman, masing-masing halaman sembilan kolom. Terbitan pertama dicetak dengan tiras hampir 5.000 eksemplar dan beredar di Jakarta. Kompas sempat dilarang terbit pada 02 Oktober 1966 terkait dengan peristiwa Gerakan 30 September. Sehubungan dengan krisis kertas Koran, ukuran Kompas menyusut dari sembilan kolom menjadi enam kolom, dengan jumlah halaman tetap empat lembar. Kondisi ini berlangsung hingga 9 September 1966, kemudian diresmikan percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan untuk mendukung perkembangan Kompas. Tiras Kompas menjadi sekitar 96.000 eksemplar dengan tebal 12 halaman. Kompas juga pernah mengalami pelarangan terbit untuk kedua kalinya, hingga 4 Februari 1978 baru terbit kembali. Pada 2 November 1986 jumlah halaman Kompas terus bertambah, sejak saat ini seminggu sekali jumlah halaman menjadi 16 halaman. Seiring perkembangannya Kompas kemudian menerapkan cetak jarak jauh melalui percetakan Bawen yang melayani pengiriman surat kabar untuk pelanggan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Kompas juga memanfaatkan teknologi dengan mengeluarkan versi internet yang diperkenalkan dengan nama Kompas Online. Saat ini pelanggan Kompas semakin dimanjakan dengan dihadirkannya format e-paper yang pertama kali diluncurkan untuk publik pada 1 Juli 2009, format ini menawarkan pengalaman yang berbeda bagi pembaca sebagai gerbang transformasi ke era digital.
49
50
Bersamaan dengan HUT ke-40, Kompas tampil dengan desain dan ukuran baru, dari sembilan kolom menjadi tujuh kolom. Lembar klasifikasi iklan Kompas Klasika terbit perdana.1 1. VISI dan MISI Harian Kompas Motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. a) VISI Visi
Kompas
adalah
menjadi
institusi
yang
memberikan
pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan. Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanism transcendental (persatuan dan perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur, seperti uraian sebagai berikut: Pertama, Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. Kedua, Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompokkelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi. Ketiga, Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok. Keempat, Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. Kelima, Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan. b) MISI Misi Kompas adalah mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan (TrendSetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi terpercaya. Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis 1
http://profile.print.kompas.com/sejarah/, diunduh pada 3 September 2016 pukul 14.15 WIB
51
dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahan lain. Pertama, Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. Kedua, Kompas
memiliki
bobot
jurnalistik
yang
tinggi
dan
terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. Ketiga, kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memhami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain,
selalu
berusaha
mendudukkan
persoalan
dengan
penuh
pertimbangan tetapi kritis dan teguh pada prinsip. Keempat, berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan meningkatkan tiras. 2. Struktur Redaksi Harian Kompas Pemimpin Umum
Jakob Oetama
Wakil Pemimpin Umum
Lilik Oetama, Rikard Bagun
Pemimpin
Redaksi/Penanggung Budiman Tanuredjo
Jawab Wakil Pemimpin Redaksi
Trias Kuncahyono, Ninuk Mardiana Pambudy, James Luhulima
Redaktur Senior
St. Sularto, Ninok Leksono
Redaktur Pelaksana
Mohammad Bakir
Wakil Redaktur Pelaksana
Rusdi Amral, Try Harijono, P. Tri Agung Kristanto, Sutta Dharmasaputra
Sekretaris Redaksi
Subur Tjahjono, Mohammad Nasir2
B. Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016 Dalam pembahasan penulis akan menganalisis Tajuk Rencana Kompas yang telah dikumpulkan edisi awal bulan, tanggal 1-10 Agustus 2016. 2
Harian Kompas Edisi 2 September 2016, h. 6
52
Tabel 4.1 Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Mengapa Harus Terjadi” Kompas Edisi Senin, 1 Agustus 2016 Penggalan kalimat
Afiks
me-kan
Sejarah menunjukkan bagaimana negara hancur Tragedi yang menghancurkan Balkan Peristiwa di Tanjung Balai mengingatkan, membangunkan Kita tidak menginginkan hal itu terjadi Menyayangkan, mengapa tragedi Tanjung Balai harus terjadi
Nasal
Para graf
m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
Melakukan disebut dasarnya
3
Menyebabkan jadi yang disebut kata dasar (hancur) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasar (ingat dan bangun) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasar (ingin) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasar (sayang/sesal)
3 4
6 7
me-i pe-an Jumlah Keterangan:
:1
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:1
:1
:3
yang kata
1. Afiks me–kan Paragraf 3, kalimat 3 : Sejarah menunjukkan bagaimana negara hancur ketika pluralisme, keberagaman, diabaikan. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Makna kata yang dihasilkan akibat adanya pengimbuhan itu menyatakan „melakukan yang disebut kata dasar’ sedangkan makna menunjukkan dalam kalimat tersebut adalah menunjuk akan (memperlihatkan) keadaan hancur ketika pluralisme, keberagaman,
53
diabaikan. Subjek pada kalimat di atas adalah sejarah, sejarah menunjuk akan (memperlihatkan) keadaan hancur. Paragraf 3, kalimat 5 : Sebut saja, misalnya, tragedi yang menghancurkan Balkan, Kashmir, Afganistan, dan juga Nigeria. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar hancur yang diawali fonem /h/ sehingga muncul bunyi nasal /ng/. Makna kata yang dihasilkan akibat adanya pengimbuhan itu menyatakan „menyebabkan jadi yang disebut kata dasar‟. Makna kata menghancurkan dalam kalimat tersebut adalah tragedi yang membuat jadi/menjadikan hancur keadaan dari negara Balkan, Kashmir, Afganistan, dan Nigeria. Paragraf 4, kalimat 3 : Namun, peristiwa di Tanjung Balai mengingatkan, membangunkan, kita dari “tidur” bahwa fondasi itu agak rapuh. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar ingat dan bangun. Muncul nasal /ng/ karena bentuk dasar diawali fonem /i/. Makna kata mengingatkan adalah menyatakan keadaan yang berarti membuat jadi ingat/menjadikan ingat akan peristiwa di Tanjung Balai. Imbuhan pada bentuk dasar bangun muncul nasal /m/ karena diawali fonem /b/. Kata membangunkan juga memiliki makna yang sama yaitu membuat jadi bangun dalam arti menyadarkan. Konteks kalimat di atas adalah bahwa peristiwa yang terjadi di Tanjung Balai membuat kita jadi ingat, menyadarkan kita bahwa fondasi agak rapuh. Paragraf 6, kalimat 1 : Tentu kita tidak menginginkan hal itu terjadi, di tengah majunya teknologi komunikasi yang kadang membuat orang, masyarakat, terombang-ambing karena informasi yang asal dan kadang dipakai untuk membuat situasi tidak menentu. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar ingin. Muncul nasal /ng/ karena bentuk dasarnya diawali dengan fonem /i/. Makna imbuhan tersebut menyatakan „menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya‟ yang dalam kalimat di atas berarti membuat jadi ingin (sesuatu) terjadi.
54
Konteks kalimat di atas, yang tidak menjadi ingin adalah „kita‟ sebagai subjek. Subjek pada kalimat tersebut tidak menjadikan ingin masyarakat memperoleh informasi yang asal dan dipakai untuk situasi yang tidak menentu. Paragraf 7, kalimat 4 : Karena itu, kita prihatin, menyayangkan, mengapa tragedi Tanjung Balai harus terjadi. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar sayang. Muncul nasal /ny/ karena bentuk dasar diawali fonem /s/. Makna imbuhan tersebut menyatakan „menyebabkan jadi yang disebut kata dasar‟. Dalam kalimat di atas kata menyayangkan bermakna menjadikan sayang tetapi memiliki makna idiomatikal menyesalkan, dalam kalimat di atas berarti menyesalkan peristiwa Tanjung Balai yang telah terjadi.
2. Afiks me-i Pada tajuk rencana edisi ini tidak ditemukan bentuk dasar yang memperoleh afiks me-i yang dapat memunculkan bunyi nasal.
3. Afiks pe-an Pada tajuk rencana edisi ini tidak ditemukan bentuk dasar yang memperoleh afiks pe-an yang dapat memunculkan bunyi nasal.
Tabel 4.2 Penasalan pada Tajuk Rencana “Langkah Indonesia Sudah Tepat” Kompas Edisi Senin, 1 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat Kedubes Turki untuk Indonesia menyebutkan Kedubes Turki untuk Indonesia pun menyebutkan Pun menegaskan tidak akan memenuhi
Para graf
Nasal m
n
ny
2 2 5
Makna Imbuhan ng
nge Melakukan yang disebut kata dasarnya akan Melakukan yang disebut kata dasarnya akan Melakukan yang disebut kata dasarnya
55
me-i
pe-an
Kesembilan sekolah menggunakan kurikulum Indonesia Mereka menggunakan bahasa Inggris Murid-murid dapat menyelesaikan sekolahnya Negara lain juga harus menghormati Apabila setiap kali Indonesia memenuhi permintaan Pun menegaskan tidak akan memenuhi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pengungkapan kesembilan sekolah itu
Melakukan sesuatu dengan
Melakukan sesuatu dengan
5
5
Menjadikan selesai (berakhir)
7
3
Merasa hormat pada Membuat (permintaan) jadi terpenuhi
4
Membuat terpenuhi
5
Hal mendidik
6
Proses mengungkap
7
Jumlah Keterangan:
:2
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:2
jadi
:3
:4
1. Afiks me – kan Paragraf 2, kalimat 2 : Dalam siaran persnya, Kedubes Turki untuk Indonesia menyebutkan, kesembilan sekolah itu terkait dengan Gerakan Gulen yang dinyatakan Pemerintah Turki sebagai organisasi teroris. Kalimat 3 : Bukan itu saja, Kedubes Turki untuk Indonesia pun menyebutkankesembilan sekolah itu secara rinci. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar sebut, Fonem/s/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Kata menyebutkan memiliki makna yang menyatakan „menyebut akan‟, yang dalam kalimat di atas berarti menyebut akan kesembilan
56
sekolah berkaitan dengan Gerakan Gulen yang menurut pemerintah Turki merupakan organisasi teroris. Subjek yang menyebut adalah Kedubes Turki untuk Indonesia. Paragraf 5, kalimat 1 : Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, pun menegaskan tak akan memenuhi permintaan untuk menutup kesembilan sekolah itu, apalagi kesembilan sekolah itu menggunakan kurikulum Indonesia. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar tegas dan guna. Fonem/t/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Kata menegaskan memiliki makna menyatakan tindakan. Dalam konteks kalimat di atas, Muhadjir Effendy melakukan tindakan yaitu mengatakan dengan tegas bahwa tidak akan memenuhi permintaan untuk menutup kesembilan sekolah di Indonesia, sedangkan fonem/g/ pada bentuk dasar guna tetap diwujudkan tetapi muncul bunyi nasal /ng/ karena diawali fonem /g/. Kata menggunakan memiliki makna menyatakan tindakan yaitu „melakukan sesuatu dengan‟ (kurikulum) Indonesia. Paragraf 5, kalimat 3 : Para guru asal Turki itu mengajar Sains, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi, dan mereka menggunakan bahasa Inggris. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar guna. Fonem/g/ pada kata dasar guna tetap diwujudkan tetapi muncul bunyi nasal /ng/ karena diawali fonem /g/. Kata menggunakan memiliki makna menyatakan tindakan yaitu memakai/melakukan sesuatu dengan bahasa Inggris, yaitu mengajar. Pada kalimat tersebut yang melakukan tindakan dengan memakai bahasa Inggris adalah para guru asal Turki yang mengajar Sains, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Paragraf 7, kalimat 1 : Dengan tidak ditutupnya sekolah-sekolah itu, diharapkaan proses belajar-mengajar tetap dapat berlangsung dan muridmurid dapat menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Pada kalimat tersebut, afiks me–kan diimbuhkan pada bentuk dasar selesai. Fonem/s/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi
57
nasal
/ny/.
Kata
menyelesaikan
memiliki
makna
menyatakan
„menyebabkan jadi selesai atau menjadikan (sekolah) selesai. Konteks kalimat tersebut adalah bahwa yang diharapkan dapat menjadikan sekolahnya selesai adalah murid-murid dari kesembilan sekolah itu.
2. Afiks me–i Paragraf 3, kalimat 4 : Demikian pula sebaliknya, Negara lain juga harus menghormati urusan dalam negeri Indonesia. Pada kalimat tersebut, afiks me–i diimbuhkan pada bentuk dasar hormat. Fonem /h/ pada kata dasar hormat tetap diwujudkan tetapi muncul nasal /ng/. Kata menghormati memiliki makna „merasa pada‟ yaitu negara lain harus merasa hormat pada urusan Negara atau menghargai urusan dalam negeri Indonesia. Paragraf 4, kalimat 1 : Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi apabila setiap kali Indonesia memenuhi permintaan dari negara lain, untuk urusan dalam negeri itu? Pada kalimat tersebut, afiks me–i diimbuhkan pada bentuk dasar penuh. Fonem /p/ pada kata dasar penuh tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /m/. Kata memenuhi memiliki makna „membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada‟ yaitu membuat permintaan negara lain terpenuhi/mengabulkan permintaan negara lain. Konteks kalimat di atas adalah apa yang akan terjadi jika Indonesia membuat permintaan negara lain mengenai urusan Indonesia sendiri jadi terpenuhi. Paragraf 5,
kalimat 1 : Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan yang baru, pun menegaskan tak akan memenuhi permintaan untuk menutup kesembilan sekolah itu, apalagi kesembilan sekolah itu menggunakan kurikulum Indonesia. Pada kalimat tersebut, afiks me–i diimbuhkan pada bentuk dasar penuh. Fonem /p/ pada kata dasar penuh tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /m/. Kata memenuhi memiliki makna „membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada‟ yaitu membuat permintaan negara lain
58
terpenuhi. Konteks kalimat di atas menjelaskan bahwa Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan tidak akan membuat permintaan negara Turki untuk menutup kesembilan sekolah itu terpenuhi.
3. Afiks pe–an Paragraf 6, kalimat 1 : Kerja sama itu dilakukan secara terbuka, dengan rekomendasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada kalimat tersebut, afiks pe–an diimbuhkan pada bentuk dasar didik. Fonem /d/ pada kata dasar didik tetap diwujudkan tetapi muncul nasal /n/. Kata pendidikan memiliki makna „menyatakan hal mendidik‟. Paragraf 7,
kalimat 2 : Pengungkapan nama kesembilan sekolah itu
secara rinci dalam siaran pers Kedubes Turki sangat disayangkan karena bukan tidak mungkin akan merusak citra dari kesembilan sekolah itu, padahal kebenaran tuduhan itu belum dibuktikan. Pada kalimat tersebut, afiks pe–an diimbuhkan pada bentuk dasar ungkap. Fonem/u/ pada kata dasar ungkap tetap diwujudkan tetapi muncul nasal /ng/. Kata pengungkapan memiliki makna menyatakan proses yaitu proses mengungkap nama kesembilan sekolah secara rinci dalam siaran pers oleh Kedubes Turki. Tabel 4.3 Penasalan pada Tajuk Rencana “Mengendalikan Ujaran Kebencian” Kompas Edisi Selasa, 2 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat Kelompok radikal menggunakan media sosial Kepolisian Negara RI mengeluarkan surat Mendamaikan pihak-pihak yang berselisih Perbuatan tidak menyenangkan
Para graf
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
3 4
nge Melakukan sesuatu dengan media sosial Membuat jadi keluar Menjadikan damai
4 5
Menjadikan senang
59
Media sosial digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian Mereka yang menyuarakan kebebasan berpendapat Mengendalikan ujaran kebencian
me-i
pe-an
Kelompok masyarakat untuk menyuarakan pendapat Masyarakat kita yang mengedepankan toleransi dan kerukunan Resiko membatasi kebebasan berpendapat Kelompok masyarakat tanpa menghalangi kebebasan menyatakan pendapat Tentang penanganan ujaran kebencian Ujaran kebencian mencakup penghinaan, pencemaran nama baik Ujaran kebencian mencakup penghinaan, pencemaran nama baik, provokasi, dan penghasutan Sifat penyebarannya missal dan viral
Jumlah Keterangan:
Menyebar (kebencian)
akan
Bersuara kebebasan berpendapat
akan
6
7
Melakukan yang disebut kata dasarnya akan Bersuara akan kebebasan berpendapat
Membuat jadi (paling) depan/ mengutamakan toleransi dan kerukunan
8 9
9
Memberi (batas) pada
8
Melakukan sesuatu yang disebut kata dasarnya akan
8
Proses menangani
4
Hal menghina
5
Hal mencemari
5
5
Hal menghasut
Proses menyebarkan
6 :1
:3
:5
:7
60
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 3 : Bahkan, kelompok radikal menggunakan media sosial untuk merekrut anggota baru. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar guna yang diawali fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/. Fonem /g/ tetap diwujudkan. Imbuhan me-kan pada bentuk dasar guna menyatakan makna „melakukan yang disebut kata dasarnya akan‟ yaitu memanfaatkan media sosial untuk merekrut anggota baru/melakukan sesuatu dengan media sosial. Subjek pada kalimat di atas adalah kelompok radikal. Paragraf 4, kalimat 1 : Kepolisian Negara RI mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian pada Oktober 2015. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar keluar yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Imbuhan tersebut menyatakan makna „membuat jadi yang disebut kata dasarnya‟. Makna mengeluarkan pada kalimat di atas adalah membuat jadi keluar Surat Edaran Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian pada Oktober 2015 oleh Kepolisian Negara RI. Paragraf 4, kalimat 2 : Anggota kepolisian diminta lebih peka mengantisipasi kemungkinan konflik sosial dengan mendamaikan pihakpihak yang berselisih. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar damai yang diawali fonem /d/ sehingga muncul nasal /n/. Akan tetapi fonem /d/ tetap diwujudkan. Mendamaikan menyatakan makna „membuat jadi damai‟. Pada kalimat tersebut, pihak yang membuat jadi damai adalah anggota kepolisian dan yang didamaikan adalah pihak-pihak yang berselisih.
61
Paragragf 5, kalimat 1 : Di dalam surat edaran Polri, ujaran kebencian mencakup penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi, penghasutan, dan berita bohong. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar senang sehingga muncul nasal /ny/ karena bentuk dasar senang diawali dengan fonem /s/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Makna yang didapatkan adalah menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menyenangkan artinya menjadikan senang. Terkait dengan konteks kalimat tersebut, bahwa perbuatan yang tidak menjadikan senang termasuk ke dalam ujaran kebencian yang terdapat pada surat edaran Polri. Paragraf 6, kalimat 2 : Komisi Eropa, misalnya, bersepakat bersama perusahaan teknologi informasi untuk tidak memberi peluang media sosial digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar sebar yang diawali fonem /s/ sehingga muncul nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Imbuhan me-kan mendapatkan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Dalam kalimat di atas menyebarkan bermakna menyebar akan (ujaran kebencian). Sesuai konteks kalimat di atas bahwa Komisi Eropa bersama perusahan teknologi informasi merupakan pihak yang tidak bersepakat jika media sosial digunakan untuk menyebar akan ujaran kebencian. Paragraf 7, kalimat 2 : Ujaran kebencian bukan hanya merugikan individu dan atau kelompok sasaran, melainkan juga mereka yang menyuarakan kebebasan berpendapat, toleransi, dan anti diskriminasi. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar suara sehingga muncul nasal /ny/ karena bentuk dasar suara diawali fonem /s/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Makna yang didapatkan adalah melakukan yang disebut kata dasarnya akan.
Pada
kalimat
di
atas
menyuarakan
bermakna
bersuara
akan/menyampaikan (kebebasan berpendapat). Terkait dengan konteks
62
kalimat bahwa yang melakukan tindakan (bersuara) adalah mereka yang mengacu pada individu dan kelompok. Paragraf 8, kalimat 1: Mengendalikan ujaran kebencian mengandung risiko membatasi kebebasan berpendapat. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kendali yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Makna yang didapatkan adalah melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan. Pada kalimat di atas mengendalikan memiliki arti mengendali akan ujaran kebencian mengandung risiko membatasi kebebasan berpendapat. Paragraf 9, kalimat 1: Kita berharap pemerintah dan penegak hukum bekerja sama dengan komunitas dan kelompok masyarakat untuk menyuarakan pendapat bahwa ujaran kebencian tidak mendapat tempat di masyarakat kita yang mengedepankan toleransi dan kerukunan. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar suara yang diawali fonem /s/ sehingga muncul nasal /ny/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Pada kalimat di atas
menyuarakan
memiliki
makna
bersuara
akan/menyampaikan
(pendapat), dalam hal ini yang menyampaikan pendapat adalah pemerintah dan penegak hukum yang bekerja sama dengan komunitas dan kelompok masyarakat. Pada bentuk dasar ke depan yang diawali fonem /k/ muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Makna yang didapatkan adalah meyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, afiks me-kan diimbuhkan pada kata yang menyatakan keadaan. Mengedepankan artinya membuat jadi paling (depan)/mengutamakan toleransi dan kerukunan. Konteks kalimat di atas adalah bahwa masyarakat kita (Indonesia) tidak menyetujui adanya ujaran kebencian karena lebih mengutamakan toleransi dan kerukunan.
63
2. Afiks me-i Paragraf 8, kalimat 1: Mengendalikan ujaran kebencian mengandung risiko membatasi kebebasan berpendapat. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar batas yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/. Fonem /b/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan menyatakan „memberi pada‟, pada kalimat tersebut membatasi artinya memberi batas pada kebebasan berpendapat. Paragraf 8, kalimat 2: Sebab itu, kebijakan pemerintah dan penegak hukum kita inginkan berada dalam konteks mencari keseimbangan antara melindungi kepentingan individu dan atau kelompok masyarakat tanpa menghalangi kebebasan menyatakan pendapat. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar halang yang diawali fonem /h/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /h/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan menyatakan „melakukan pada‟, pada kalimat di atas menghalangi artinya melakukan halang pada (kebebasan menyatakan pendapat). Pada konteks kalimat di atas yang diharapkan tidak melakukan halang pada kebebasan menyatakan pendapat adalah kebijakan pemerintah dan penegak hukum.
3. Afiks pe-an Paragraf 4, kalimat 1: Kepolisian Negara RI mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian pada Oktober 2015. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar tangan yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Imbuhan pe-an pada kalimat tersebut menyatakan makna „proses‟, penanganan artinya proses menangani ujaran kebencian.
64
Paragraf 5, kalimat 1: Di dalam surat edaran Polri, ujaran kebencian mencakup penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, provokasi, penghasutan, dan berita bohong. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar hina yang diawali fonem /h/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /h/ tetap diwujudkan. Penghinaan menyatakan makna hal menghina, hal menghina termasuk ke dalam ujaran kebencian. Afiks pe-an juga diimbuhkan pada bentuk dasar cemar yang diawali fonem /c/ sehingga muncul nasal /n/, tetapi fonem /c/ tetap diwujudkan. Pencemaran memiliki makna hal mencemari, hal mencemari nama baik termasuk ke dalam ujaran kebencian. Selain itu, pada kalimat di atas afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar hasut yang diawali fonem /h/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /h/ tetap diwujudkan. Makna penghasutan adalah hal menghasut, hal menghasut pada konteks kalimat di atas termasuk ke dalam ujaran kebencian sesuai dengan surat edaran Polri. Paragraf 6, kalimat 1: Media sosial menjadi perhatian karena sifat penyebarannya masal dan viral, dapat anonim, dan dampaknya bisa merusak. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar sebar yang diawali fonem /s/ sehingga muncul nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan nasal /ny/. Penyebarannya memiliki makna proses menyebarkan. Media sosial menjadi perhatian karena proses menyebarkannya masal dan viral, dapat anonim dan dampaknya bisa merusak.
Tabel 4.4 Penasalan pada Tajuk Rencana “Seruan Paus kepada Generasi Muda” Kompas Edisi Selasa, 2 Agustus 2016 Afiks me-kan
Penggalan kalimat Digunakan
untuk
Para graf 3
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge Melakukan yang
65
menggambarkan generasi muda Untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat Tidak hanya mementingkan diri sendiri
me-i
pe-an
Di dalam dunia modern yang mengagungkan gaya hidup Yang menjadikan mereka sebagai sasaran komunisme Produk gawai elektronis yang menenggelamkan Untuk menghadiri Hari Pemuda Sedunia Budaya yang mengikutinya atau mengiringinya Budaya yang mengikutinya atau mengiringinya Melainkan justru menguasai kita Upaya pencarian identitas diri yang tiada akhir
disebut kata dasarnya akan Melakukan yang disebut bentuk dasar/tindakan Menjadikan penting/ Mengutamakan diri sendiri Menjadikan agung/ Memuliakan (gaya hidup) Membuat jadi sasaran
3 3 5 6
Menyebabkan jadi tenggelam
6 2
Hadir pada Hari Pemuda Sedunia
6
6
Melakukan yang disebut kata dasarnya akan Melakukan yang disebut bentuk dasar
6
5
Jumlah Keterangan:
Berkuasa atas kita Proses mencari
:2
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:3
:6
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 2: Istilah tersebut secara umum digunakan untuk menggambarkan generasi muda masa kini yang lebih menikmati kenyamanan dan kurang keluar dari kenyamanan diri sendiri untuk
66
memberikan sumbangsih kepada masyarakat berdasarkan bakat, talenta, dan kemampuannya. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar gambar yang diawali fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan. Menggambarkan menyatakan makna melakukan tindakan, yaitu menggambar akan generasi muda masa kini yang lebih menikmati kenyamanan dan kurang keluar dari kenyamanan diri sendiri. Selain itu, afiks me-kan juga diimbuhkan pada bentuk dasar beri yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/, tetapi fonem /b/ tetap diwujudkan. Imbuhan tersebut menyatakan makna „melakukan yang disebut kata dasarnya akan‟. Memberikan artinya memberi akan (sumbangsih). Pada konteks kalimat di atas subjek yang melakukan tindakan memberi akan sumbangsih kepada masyarakat adalah generasi muda. Kalimat 3: Dengan kata lain, generasi muda diajak untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar penting yang diawali fonem /p/ sehingga muncul nasal /m/, fonem /p/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan nasal /m/. Imbuhan me-kan tersebut mendapatkan makna „menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya‟, imbuhan me-kan diimbuhkan pada kata keterangan yang menyatakan derajat. Mementingkan memiliki makna imbuhan menjadikan penting/ mengutamakan diri sendiri. Pada konteks kalimat di atas, generasi muda diajak untuk tidak membuat dirinya sendiri menjadi penting/utama, tetapi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Paragraf 5, kalimat 2: Kita saksikan, kaum muda berada di dalam dunia modern yang sangat mengagungkan gaya hidup dan citra diri, bahkan kepentingan diri berlebihan, yang kurang (bahkan ada yang tidak) peduli terhadap lingkungan sekitar (meski tidak semua).
67
Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar agung yang diawali dengan fonem /a/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /a/ tetap diwujudkan. Makna imbuhan me-kan menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Mengagungkan artinya menjadikan gaya hidup dan citra diri agung/megah atau memuliakan gaya hidup dan citra diri. Pada konteks kalimat di atas bahwa kaum muda di dunia modern ini menjadikan gaya hidup dan citra diri pada derajat yang agung, bahkan kepentingan diri berlebihan. Paragraf 6, kalimat 1: Hal semacam itu ditangkap dengan begitu cerdas dan jitu oleh dunia industri dan hiburan, yang menjadikan mereka sebagai sasaran konsumerisme. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar jadi yang diawali dengan fonem /j/ sehingga muncul nasal /n/, tetapi fonem /j/ tetap diwujudkan. Makna yang didapat dari imbuhan tersebut adalah menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya dan menyatakan keadaan. Menjadikan pada kalimat tersebut artinya membuat (mereka) jadi sasaran konsumerisme. Mereka pada kalimat di atas mengacu pada generasi muda. Kalimat 4: Misalnya, produk gawai elektronis yang menenggelamkan bahkan seluruh kesadaran kita. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tenggelam yang diawali dengan fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Imbuhan me-kan pada bentuk dasar tenggelam menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya/menyatakan keadaan. Menenggelamkan pada kalimat di atas artinya membuat jadi tenggelam (seluruh kesadaran). Pada kalimat di atas yang menyebabkan jadi tenggelam bahkan seluruh kesadaran kita adalah produk gawai elektronis.
68
2. Afiks me-i Paragraf 2, kalimat 2: Acara di Brzegi merupakan puncak kunjungannya yang dilakukan sejak hari Rabu lalu untuk menghadiri Hari Pemuda Sedunia. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar hadir yang diawali fonem /h/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /h/ tetap diwujudkan. Makna imbuhan me-i menyatakan melakukan atau berbuat sesuatu pada atau di. Menghadiri pada kalimat di atas memiliki makna hadir pada Hari Pemuda Sedunia. Pada kalimat di atas yang hadir pada Hari Pemuda Sedunia adalah Paus Fransiskus, yang mengacu pada kalimat sebelumnya. Paragraf 6, kalimat 2: Semua produk peradaban atau zaman, dengan budaya yang mengikutinya atau mengiringinya, datang bukan untuk kita kuasai melainkan menguasai kita. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar ikut yang diawali fonem /i/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /i/ tetap diwujudkan. Mengikutinya memiliki makna mengikut/menyertai pada zaman. Pada bentuk dasar iring muncul nasal /ng/ karena diawali fonem /i/ atau vokal. Fonem /i/ tetap diwujudkan. Mengiringi pada kalimat di atas memiliki makna mengiring pada zaman. Pada bentuk dasar kuasa, imbuhan me-i memunculkan nasal /ng/ karena diawali fonem /k/, fonem /k/ menjadi luluh atau disenyawakan dengan nasal /ng/. Menguasai memiliki makna berkuasa atas (kita).
3. Afiks pe-an Paragraf 5, kalimat 3: Hari-hari mereka diwarnai dengan upaya pencarian identitas diri yang tiada akhir. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar cari yang diawali dengan fonem /c/ sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /c/ tetap diwujudkan. Imbuhan pe-an pada kalimat di atas menyatakan makna
69
proses, pencarian artinya proses mencari identitas diri yang tiada akhir. Subjek yang melakukan upaya pencarian identitas yang tiada akhir adalah generasi muda.
Tabel 4.5 Penasalan pada Tajuk Rencana “Menyikapi Euforia Pasar” Kompas Edisi Rabu, 3 Agustus 2016 Afiks
me-kan
me-i
pe-an
Penggalan kalimat Lebih menggembirakan lagi Serta menerjemahkannya dalam kebijakan Menghilangkan segala bottleneck Kita perlu mengingatkan ini Pelayanan aparat yang mengecewakan Bajir likuiditas bukan menggerakkan sektor riil Rupiah terus mengalami penguatan Mendekati Rp 13.000 per dollar AS Otoritas moneter kemungkinan tak menghendaki Agar tak mencederai daya saing ekspor Bagaimana kita menyikapi ini? Penguatan indeks juga ditopang kinerja keuangan Rupiah terus mengalami penguatan Didukung penguatan daya beli Dana asing yang
Para graf
Nasal m
n
ny
5
8
Makna Imbuhan ng
9
9
10
4
4
4 6
Membuat jadi gembira Melakukan yang disebut kata dasar
8
4
nge
Membuat hilang Membuat ingat Membuat kecewa Menjadikan bergerak
jadi jadi
Merasai (menanggung) Membuat jadi dekat Merasa (ingin) pada Membuat cedera Bersikap terhadap
jadi
3
Proses menguatkan
4
Proses menguatkan
5
6
Proses menguatkan Proses
jadi
70
menopang penguatan di bursa Risiko pembalikan sangat besar
menguatkan 7
Jumlah Keterangan:
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:1
Proses membalikan
:3
:1
:11
1. Afiks me-kan Paragraf 5, kalimat 2: Lebih menggembirakan lagi, kegairahan juga mulai merambat ke sektor riil sejalan realisasi belanja negara dan keyakinan pelaku usaha, yang tercermin dari meningkatnya produksi manufaktur. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar gembira yang diawali dengan fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan tidak disenyawakan dengan bunyi nasal. Afiks me-kan menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, pada kalimat di atas menggembirakan memiliki makna membuat jadi gembira. Konteks pada kalimat di atas, yang membuat jadi gembira lagi, kegairahan juga mulai merambat ke sektor riil sejalan realisasi belanja negara dan keyakinan pelaku usaha, yang tercermin dari meningkatnya produksi manufaktur. Paragraf 8, kalimat 1: Bagaimana kita mengapitalisasi dan memanfaatkan momentum banjir likuiditas dan sentimen positif serta menerjemahkannya ke dalam kebijakan yang bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, jadi penting di sini. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar terjemah yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Afiks mekan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasar. Menerjemahkan artinya melakukan terjemah/mengartikan akan banjir likuiditas dan senitmen positif ke dalam kebijakan yang bisa
71
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, jadi penting di sini. Subjek pada kalimat di atas adalah kita. Kalimat 2: Menghilangkan segala bottleneck, salah satunya. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar hilang yang diawali fonem /h/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /h/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, dan diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan keadaan. Menghilangkan memiliki makna membuat jadi hilang. Pada kalimat di atas membuat jadi hilang segala bottleneck. Paragraf 9, kalimat 1: Kita perlu mengingatkan ini, sebab terkait pelaksanaan amnesti, misalnya, meski animo wajib pajak sangat besar, risiko capaian program tak sesuai harapan sehingga mengancam fiskal masih ada. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar ingat yang diawali fonem /i/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /i/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Mengingatkan artinya menjadikan ingat. Pada kalimat tersebut yang menjadikan ingat adalah kita sebagai subjek. Kalimat 2: Di lapangan, masih banyak laporan ketidaksiapan dan pelayanan aparat yang mengecewakan. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kecewa yang diawali dengan fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Mengecewakan artinya menjadikan kecewa. Pada kalimat di atas, yang menjadikan kecewa adalah masih banyak laporan ketidaksiapan dan pelayanan aparatnya.
72
Paragraf 10, kalimat 2: Tanpa kesiapan ini, bukan tak mungkin banjir likuiditas bukan menggerakkan sektor riil, melainkan sebaliknya justru mengancam stabilitas makroekonomi. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar gerak yang diawali dengan fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/, tetapi fonem /g/ tetap diwujudkan tidak disenyawakan. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasar. Menggerakkan pada kalimat tersebut artinya menjadikan bergerak sektor riil, mengubah keadaan sektor riil. Pada kalimat di atas, banjir likuiditas bukan menjadikan bergerak sektor riil, melainkan sebaliknya justru mengancam stabilitas makroekonomi.
2. Afiks me-i Paragraf 4, kalimat 1: Rupiah terus mengalami penguatan, mendekati Rp 13.000 per dollar AS, kendati otoritas moneter kemungkinan tak menghendaki apresiasi rupiah terlalu cepat agar tak mencederai daya saing ekspor. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar alam yang diawali fonem /a/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Afiks me-i pada kalimat di atas menyatakan makna merasai (menjalani, menanggung). Mengalami artinya menjalani, menanggung penguatan. Pada kalimat di atas yang merasai/menanggung penguatan adalah nilai rupiah. Afiks me-i juga diimbuhkan pada bentuk dasar dekat yang diawali fonem /d/ sehingga muncul nasal /n/. Fonem /d/ tetap diwujudkan. Afiks me-i menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Mendekati artinya membuat jadi dekat. Pada kalimat di atas maksudnya membuat rupiah jadi dekat terhadap nilai Rp 13.000 per Dollar AS. Nasal /ng/ muncul akibat afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar hendak yang diawali fonem /h/, fonem /h/ tetap diwujudkan. Afiks me-i pada kalimat di atas menyatakan makna merasa pada. Menghendaki
73
artinya merasa ingin (berkehendak). Konteks pada kalimat di atas adalah otoritas moneter kemungkinan tak merasa ingin (berkehendak) apresiasi rupiah terlalu cepat agar tak mencederai daya saing ekspor. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar cedera menghasilkan bunyi nasal /n/ karena bentuk dasar cedera diawali fonem /c/, fonem /c/ tetap diwujudkan. Afiks me-i pada kalimat di atas menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Mencederai artinya membuat jadi cedera. Pada kalimat di atas maksudnya membuat jadi cedera daya saing ekspor. Paragraf 6, kalimat 1: Bagaimana kita menyikapi ini? Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar sikap yang diawali fonem /s/ sehingga muncul nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Afiks me-i pada kalimat tersebut menyatakan makna melakukan atau berbuat sesuatu pada. Menyikapi artinya bersikap terhadap. Konteks kalimat di atas adalah menanyakan (interogatif), bagaimana kita bersikap terhadap (ini)? Ini merujuk pada kalimat sebelumnya.
3. Afiks pe-an Paragraf 3, kalimat 2: Penguatan indeks juga ditopang kinerja keuangan korporasi yang cukup impresif. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar kuat yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks pe-an pada bentuk dasar kuat menyatakan makna proses. Penguatan artinya proses menguatkan, dalam kalimat tersebut proses menguatkan indeks juga ditopang kinerja keuangan korporasi yang cukup impresif. Paragraf 4, kalimat 1: Rupiah terus mengalami penguatan, mendekati Rp 13.000 per dollar AS, kendati otoritas moneter kemungkinan tak menghendaki apresiasi rupiah terlalu cepat agar tak mencederai daya saing ekspor.
74
Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar kuat yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks pe-an pada bentuk dasar kuat menyatakan makna proses. Penguatan dalam kalimat di atas artinya rupiah mengalami proses menguatkan. Paragraf 5, kalimat 2: Membaiknya sentimen bisnis diharapkan juga diikuti menguatnya kepercayaan konsumen yang didukung penguatan daya beli dan stabilnya kurs rupiah serta harga-harga. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar kuat yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks pe-an pada bentuk dasar kuat menyatakan makna proses, pada kalimat itu artinya proses menguatkan daya beli dan stabilnya kurs rupiah serta harga-harga. Paragraf 6, kalimat 3: Selain risiko eksternal seperti perlambatan ekonomi global, efek Brexit, kebijakan suku bunga AS yang bisa memicu sentimen negatif, arus masuk dana asing yang menopang penguatan di bursa juga rentan berbalik jika ternyata ekspetasi mereka pada faktor domestik, termasuk kinerja kabinet, ternyata meleset. Pada kalimat di atas, bentuk dasar kuat yang diawali dengan fonem /k/ memperoleh imbuhan pe-an, sehingga menghasilkan nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Imbuhan pe-an tersebut menyatakan makna proses menguat di bursa juga rentan berbalik jika ternyata ekspetasi mereka pada faktor domestik, termasuk kinerja kabinet, ternyata meleset. Paragraf 7, kalimat 1: Risiko pembalikan sangat besar mengingat investasi portofolio sifatnya jangka pendek dan kepemilikan asing yang sangat besar (sekitar 60 persen di bursa saham dan 40 persen di SUN) yang sewaktu-waktu bisa hengkang. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar balik yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan dan tidak disenyawakan dengan bunyi nasal. Afiks pe-an pada
75
kalimat tersebut menyatakan makna proses. Pembalikan artinya proses membalikkan. Konteks kalimat di atas adalah risiko proses membalikkan sangat besar mengingat investasi portofolio sifatnya jangka pendek dan kepemilikan asing yang sangat besar (sekitar 60 persen di bursa saham dan 40 persen di SUN) yang sewaktu-waktu bisa hengkang.
Tabel 4.6 Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “UU yang Rawan Disalahgunakan” Kompas Edisi Rabu, 3 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat
Para graf
Ada kekhawatiran pemerintah menyalahgunakan UU itu UU DKN itu memberikan keleluasaan Pemerintah untuk memberlakukan keadaan darurat Dengan memberlakukan keadaan darurat Pemerintah dimungkinkan untuk menangguhkan kebebasan sipil Pemerintah pun dimungkinkan untuk mengirimkan tentara Dan mendapatkan persetujuan parlemen Malaysia Memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemerintah UU DKN akan menggantikan ISA
2
Nasal m
n
2
2
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Menjadikan berlaku Menjadikan berlaku Membuat jadi tangguh (tertunda)
2
3
nge Melakukan salah guna
2
4
Makna Imbuhan ng
2
3
ny
Melakukan yang disebut kata dasarnya akan
Membuat (mendapat)
jadi
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
76
me-i
pe-an
UU DKN akan menggantikan ISA
5
Banyaknya kalangan di dalam negeri Malaysia yang memojokkan PM Najib Razak Yang dituduh telah menggelapkan dana 1 Malaysia Development Berhad Kita tidak boleh membiarkan lembaga-lembaga UU itu diperlukan untuk memerangi terorisme Dimaksudkan untuk memerangi terorisme yang semakin berkembang Indonesia pun pernah mengalaminya semasa Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Melakukan penangkapanpenangkapan Diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Semasa Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
5
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Menjadikan berada di (pojok)
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
5
7
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Melakukan perang terhadap terorisme Melakukan perang terhadap terorisme
1 2
Merasai pada masa Kopkamtib
6
Peristiwa (penangkapan)
2
Proses (memerintah)
Hal (memulihkan)
3
6
Jumlah Keterangan:
:10
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:3
:1
:5
77
1. Afiks me-kan Paragraf 2, kalimat 1: Walaupun UU Dewan Keamanan Nasional (DKN) dimaksudkan untuk memerangi terorisme yang semakin berkembang akhir-akhir ini, ada kekhawatiran pemerintah menyalahgunakan UU itu. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar salah guna yang merupakan gabungan kata. Bentuk dasar salah guna diawali fonem /s/ sehingga muncul nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Afiks me-kan menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menyalahgunakan artinya membuat jadi salah guna. Konteks pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai subjek adalah pemerintah, predikat adalah membuat jadi salah guna, dan objeknya adalah UU Dewan Keamanan Nasional (DKN). Paragraf 2, kalimat 2: Oleh karena, UU DKN itu memberikan keleluasaan kepada pemerintah untuk memberlakukan keadaan darurat ini berpotensi melanggar hak asasi manusia. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar beri yang diawali dengan fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/, fonem /b/ tidak diluluhkan tetapi tetap diwujudkan. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna „melakukan yang disebut kata dasarnya akan‟. Memberikan pada kalimat di atas artinya UU DKN memberi akan keleluasaan kepada pemerintah. Selain itu, afiks me-kan juga diimbuhkan pada bentuk dasar berlaku yang diawali fonem /b/ yang merupakan kata kerja keadaan yang berbentuk kata jadian. Afiks me-kan pada bentuk dasar berlaku memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan adalah menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, memberlakukan pada kalimat tersebut artinya menjadikan berlaku keadaan darurat ini berpotensi melanggar hak asasi manusia.
78
Paragraf 2, kalimat 3: Dengan memberlakukan keadaan darurat, pemerintah dimungkinkan untuk menangguhkan kebebasan sipil di wilayah yang dianggap berada dalam situasi darurat. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar berlaku yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan adalah menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, memberlakukan pada kalimat tersebut artinya menjadikan berlaku keadaan darurat. Pada bentuk dasar tangguh, afiks me-kan memunculkan nasal /n/ karena bentuk dasar tangguh diawali fonem /t/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Makna yang didapatkan adalah makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menangguhkan pada kalimat tersebut artinya membuat jadi tangguh (tertunda) kebebasan sipil di wilayah darurat. Subjek kalimat di atas adalah pemerintah. Paragraf 2, kalimat 4: Selain itu, pemerintah pun dimungkinkan untuk mengirimkan tentara dan melakukan penangkapan-penangkapan. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kirim yang diawali fonem /k/ sehingga memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Afiks me-kan menyatakan makna melakukan yang disebut bentuk dasar. Mengirimkan pada kalimat tersebut artinya melakukan kirim akan (tentara). Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai subjek adalah pemerintah dan yang berfungsi sebagai objek adalah tentara. Pemerintah yang melakukan kirim akan tentara dan melakukan penangkapan-penangkapan. Paragraf 3, kalimat 1: UU DKN yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak, dan mendapatkan persetujuan parlemen Malaysia pada bulan Desember 2015, memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemerintah untuk berbuat nyaris apa saja dengan alasan keamanan nasional. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar dapat yang diawali dengan fonem /d/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /d/ tetap
79
diwujudkan. Makna afiks me-kan pada kalimat tersebut adalah melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Mendapatkan artinya mendapat akan persetujuan parlemen Malaysia. Pada kalimat di atas, yang mendapat persetujuan parlemen Malaysia adalah UU DKN yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak. Pada bentuk dasar beri yang diawali fonem /b/ muncul nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan tidak mengalami peluluhan. Makna yang didapat sama dengan makna pada bentuk dasar dapat yaitu melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Memberikan artinya memberi akan kekuasaan yang besar. Pada kalimat di atas, yang memberi kekuasaan besar adalah UU DKN yang diajukan oleh Perdana Menteri Najib Razak. Paragraf 4, kalimat 3: Ada kekhawatiran yang sangat besar bahwa UU DKN akan menggantikan ISA yang dicabut pada tahun 2011. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar ganti yang diawali fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan adalah melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Menggantikan pada kalimat tersebut artinya UU DKN mengganti akan ISA yang dicabut pada tahun 2011. Paragraf
5,
kalimat
1:
Kekhawatiran bahwa UU
DKN
akan
menggantikan ISA itu dilandasi oleh banyaknya kalangan di dalam negeri Malaysia yang memojokkan PM Najib Razak, yang dituduh telah menggelapkan dana 1 Malaysia Development Berhad, lembaga dan investasi Pemerintah Malaysia. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar ganti yang diawali fonem /g/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan. Makna yang didapatkan adalah melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Menggantikan pada kalimat tersebut artinya UU DKN mengganti akan (ISA). Afiks me-kan pada bentuk dasar pojok menyebabkan munculnya nasal /m/ karena diawali fonem /p/, fonem /p/ disenyawakan dengan nasal /m/ tersebut. Memojokkan pada kalimat di atas memiliki makna menjadikan
80
berada di pojok. Konteks pada kalimat di atas adalah bahwa banyak kalangan di dalam negeri Malaysia yang menempatkan PM Najib Razak dalam keadaan tidak enak. Pada bentuk dasar gelap, memunculkan nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan. Makna yang didapat adalah melakukan penggelapan dana 1 Malaysia Development Berhad. Pada kalimat di atas, yang dituduh melakukan penggelapan adalah PM Najib Razak. Paragraf 7, kalimat 1: Kita tidak boleh membiarkan lembaga-lembaga seperti itu muncul kembali, apapun alasannya. Afiks me-kan pada bentuk dasar biar yang diawali fonem /b/ memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Membiarkan artinya melakukan pembiaran atau tidak menghiraukan. Subjek pada kalimat di atas adalah kita, kita tidak boleh melakukan pembiaran atau tidak menghiraukan lembaga-lembaga itu muncul kembali.
2. Afiks me-i Paragraf 1, kalimat 2: UU itu diperlukan untuk memerangi terorisme. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar perang memunculkan nasal /m/ karena bentuk dasar perang diawali fonem /p/, fonem /p/ menjadi luluh dan disenyawakan dengan bunyi nasal. Memerangi pada kalimat di atas artinya melakukan perang terhadap terorisme. Konteks pada kalimat di atas adalah UU itu diperlukan untuk melakukan perang terhadap teorisme. Paragraf 2, kalimat 1: Walaupun UU Dewan Keamanan Nasional (DKN) dimaksudkan untuk memerangi terorisme yang semakin berkembang akhir-akhir ini, ada kekhawatiran pemerintah menyalahgunakan UU itu. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar perang memunculkan nasal /m/ karena bentuk dasar perang diawali fonem /p/, fonem /p/ menjadi luluh dan disenyawakan dengan bunyi nasal. Memerangi pada kalimat di atas artinya melakukan perang terhadap terorisme. Pada kalimat di atas yang melakukan perang terhadap terorisme adalah UU DKN.
81
Paragraf 6, kalimat 2: Indonesia pun pernah mengalaminya semasa Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang dibubarkan pada tahun 1988. Afiks me-i pada bentuk dasar alam menyebabkan muncul nasal /ng/ karena diawali fonem /a/, fonem /a/ tetap diwujudkan. Mengalaminya artinya merasainya pada masa Kopkamtib yang dibubarkan pada tahun 1988, yang mengalami adalah Indonesia.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 4: Selain itu, pemerintah pun dimungkinkan untuk mengirimkan tentara dan melakukan penangkapan-penangkapan. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar tangkap yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ diluluhkan pada bunyi nasal /n/. Makna yang didapatkan adalah menyatakan proses, pada kalimat tersebut penangkapan artinya proses menangkap. Paragraf 3, kalimat 1: UU DKN yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak, dan mendapatkan persetujuan parlemen Malaysia pada bulan Desember 2015, memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemerintah untuk berbuat nyaris apa saja dengan alasan keamanan nasional. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar perintah menyebabkan munculnya nasal /m/ karena bentuk dasar diawali dengan fonem /p/, fonem /p menjadi luluh dengan bunyi nasal /m/. Pemerintahan pada kalimat di atas artinya proses memerintah oleh PM Najib Razak. Paragraf 6, kalimat 2: Indonesia pun pernah mengalaminya semasa Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang dibubarkan pada tahun 1988. Bunyi nasal yang muncul akibat afiks pe-an bertemu dengan bentuk dasar pulih yang diawali fonem /p/ adalah nasal /m/. Fonem /p/ disenyawakan dengan bunyi nasal. Afiks pe-an pada kalimat ini
82
menyatakan makna hal yaitu hal memulihkan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).
Tabel 4.7 Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Memberantas Terorisme” Kompas Edisi Kamis, 4 Agustus 2016 Penggalan kalimat
Para graf
Banyak teori yang menjelaskan mengapa orang menjadi teroris Hal itu tidak serta merta mengakhiri, mematikan terorisme Kebijakan mengatasi terorisme belum berkesinambungan Pembahasan masalah terorisme bersifat naik-turun Kebijakan penanganan teroris yang tertangkap Perlu dilakukan juga pendekatan bersifat kreatif
3
Afiks
me-kan
me-i
pe-an
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
Melakukan tindakan, memberi penjelasan
5
Membuat jadi akhir (berakhir)
6
6
Menjadikan (terorisme) teratasi
Proses membahas
7
Proses menangani
8
Jumlah Keterangan:
Proses mendekati
:1
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:3
:2
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 3: Banyak teori yang menjelaskan tentang mengapa orang menjadi teroris, mulai dari kemiskinan hingga kebodohan; mulai dari alasan politik hingga lingkungan tempat tinggal. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar jelas yang diawali fonem /j/ sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /j/ tetap
83
diwujudkan. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna melakukan tindakan, menjelaskan artinya melakukan tindakan memberi penjelasan. Banyak teori yang memberi penjelasan tentang mengapa menjadi teroris, mulai dari kemiskinan hingga kebodohan; mulai dari alasan politik hingga lingkungan tempat tinggal.
2. Afiks me-i Paragraf 5, kalimat 3: Namun, hal itu tidak serta merta mengakhiri, mematikan, terorisme. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar akhir yang diawali fonem /a/ sehingga muncul nasal /ng/. Fonem /a/ tetap diwujudkan karena huruf vokal. Makna yang didapatkan adalah membuat jadi yang disebut kata dasarnya, mengakhiri pada kalimat tersebut artinya membuat (terorisme) berakhir. Konteks pada kalimat di atas adalah bahwa hal itu (yang dijelaskan sebelumnya) tidak serta merta membuat terorisme berakhir, mematikan terorisme. Paragraf 6, kalimat 2: Hal itu antara lain karena kebijakan mengatasi terorisme belum berkesinambungan dan komprehensif. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar atas yang diawali fonem /a/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Makna yang didapatkan adalah menjadikan yang disebut kata dasarnya. Mengatasi pada kalimat tersebut memiliki makna menjadikan terorisme teratasi. Konteks pada kalimat di atas adalah bahwa kebijakan menjadikan terorisme teratasi belum berkesinambungan dan komprehensif.
3. Afiks pe-an Paragraf 6, kalimat 3: Ada kesan bahwa pembahasan masalah terorisme bersifat naik-turun, bergantung pada kejadian atau peristiwa terorisme serta, harus diakui, liputan media.
84
Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bahas yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks pe-an menyatakan makna proses, pada kalimat tersebut pembahasan artinya proses membahas masalah terorisme bersifat naikturun, bergantung pada kejadian atau peristiwa terorisme serta, harus diakui, liputan media. Paragraf 7, kalimat 1: Kebijakan penanganan teroris yang tertangkap dan kemudian dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) juga dikatakan kurang pas. Afiks pe-an pada bentuk dasar tangan menghasilkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Penanganan pada kalimat tersebut menyatakan proses menangani teroris yang tertangkap dan kemudian dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) juga dikatakan kurang pas. Paragraf 8, kalimat 1: Barangkali, perlu juga dilakukan pendekatan bersifat kreatif dan juga tidak menstigma mereka yang keluar dari penjara sebagai sampah masyarakat sehingga bisa menjadi manusia normal. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar dekat menyebabkan munculnya nasal /n/, fonem /d/ pada bentuk dasar tersebut tetap diwujudkan. Makna afiks pe-an pada kalimat tersebut menyatakan proses, yaitu hal atau proses mendekati bersifat kreatif dan juga tidak menstigma mereka yang keluar dari penjara sebagai sampah masyarakat sehingga bisa menjadi manusia normal.
Tabel 4.8 Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana “Ankara, Washington DC, dan Brussels” Kompas Edisi Kamis, 4 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat Erdogan pun berencana menerapkan
Para graf 3
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge Melakukan yang disebut kata dasarnya akan
85
me-i
kembali hukuman mati Jajak pendapat di Turki menunjukkan mayoritas rakyat Turki Erdogan membalas dengan mengancam akan membatalkan kesepakatan migran UE-Turki Eropa semakin membutuhkan Turki untuk menghentikan banjir pengungsi Eropa semakin membutuhkan Turki untuk menghentikan banjir pengungsi Kudeta gagal itu memengaruhi relasi AnkaraWashington DC Keengganan AS menanggapi permintaan ini memunculkan dugaan Mayoritas rakyat Turki memercayai “teori konspirasi” ini Para pemimpin dunia tentunya menyadari kebuntuan solusi Yang saling menghormati dan bukan lewat ancaman atau gertakan Semangat ini semoga bisa menjembatani Ankara, Brusels, dan Washington DC
4
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
6
Membuat jadi batal kesepakatan migran UE-Turki
7
Membuat jadi butuh/memerlukan
7
2
4
Merasa percaya pada (teori konspirasi)
8
Merasa sadar pada kebuntuan solusi
8
8
Membuat jadi pengaruh pada (relasi AnkaraWashington DC Melakukan tanggap pada (permintaan)
4
Membuat jadi berhenti banjir pengungsi
Merasa hormat
Menghubungkan AnkaraWashington DC
86
pe-an
Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan pembersihan habishabisan Rival Erdogan yang sudah 15 tahun berada di pengasingan AS Diaktifkannya kembali pembicaraan keanggotaan Turki di UE Termasuk pembersihan lawan politik Serta rencana penerapan kembali hukuman mati Pembicaraan keanggotaan Turki tidak akan dilakukan
2
Proses membersihkan
2
Menyatakan tempat
5
Proses (membicarakan)
6
Proses (membersihkan)
6
6
Jumlah Keterangan:
Proses (menerapkan)
:8
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
Proses (pembicaraan)
:5
:1
:3
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 3: Erdogan pun berencana menerapkan kembali hukuman mati yang sudah dihapus pada 2004. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar terap yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Menerapkan artinya menerap akan hukuman mati yang sudah dihapus pada 2004, sedangkan yang melakukan atau subjek pada kalimat di atas adalah Erdogan.
87
Paragraf 4, kalimat 4: Jajak pendapat di Turki menunjukkan, mayoritas rakyat Turki memercayai “teori konspirasi” ini. Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/ sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Imbuhan ini menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Menunjukkan artinya menunjuk akan mayoritas rakyat Turki yang memercayai “teori konspirasi” ini. Paragraf 6, kalimat 3: Erdogan membalas dengan mengancam akan membatalkan kesepakatan migran UE-Turki dan tidak akan mencegah pengungsi menyeberang ke Yunani. Afiks me-kan pada kalimat di atas menghasilkan bunyi nasal /m/ karena diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/. Makna yang didapatkan pada afiks me-kan tersebut adalah menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Membatalkan artinya membuat jadi batal. Pada kalimat di atas yang akan membuat jadi batal kesepakatan migrant UE-Turki dan tidak akan mencegah pengungsi menyeberang ke Yunani adalah Erdogan. Paragraf 7, kalimat 2: Singkatnya, Eropa semakin membutuhkan Turki untuk menghentikan banjir pengungsi. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar butuh menghasilkan nasal /m/ karena bertemu dengan fonem /b/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, membutuhkan artinya membuat jadi butuh/memerlukan Turki untuk menghentikan banjir pengungsi, sedangkan yang membutuhkan dalam konteks kalimat di atas adalah Eropa. Pada bentuk dasar henti muncul bunyi nasal /ng/ karena bentuk dasarnya diawali fonem /h/. Fonem /h/ juga tetap diwujudkan. Makna menghentikan adalah membuat jadi berhenti banjir pengungsi, yang membuat jadi berhenti adalah Turki.
88
2. Afiks me-i Paragraf 2, kalimat 1: Kecurigaan adanya “keterlibatan asing” (baca AS) dalam kudeta gagal itu memengaruhi relasi Ankara-Washington DC, seperti diberitakan, Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan pembersihan habis-habisan terhadap semua aspek masyarakat di Turki yang dianggap punya kaitan dengan Fethullah Gulen, rival Erdogan yang sudah 15 tahun berada di pengasingan AS, dan resmi dituduh sebagai dalang kudeta. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar pengaruh menyebabkan munculnya nasal /m/, fonem /p/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal karena berasal dari bahasa Indonesia asli bukan serapan. Afiks me-i tersebut menyatakan makna membuat jadi yang disebut kata dasarnya, memengaruhi artinya membuat jadi pengaruh pada hubungan Ankara-Washington DC. Pada kalimat di atas, yang memengaruhi relasi Ankara-Washington DC adalah kecurigaan adanya “keterlibatan asing” dalam kudeta gagal itu Paragraf 4, kalimat 3: Keengganan AS menanggapi permintaan ini memunculkan dugaan dan sudah menjadi tuduhan bahwa AS dan CIA berada di belakang upaya kudeta. Bentuk
dasar
tanggap
yang
memperoleh
imbuhan
me-i
menghasilkan bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan bunyi nasal. Makna afiks me-kan tersebut menyatakan melakukan pada. Menanggapi artinya melakukan tanggap pada permintaan. Konteks kalimat di atas adalah AS enggan melakukan tanggap pada permintaan ini memunculkan dugaan dan sudah menjadi tuduhan bahwa AS dan CIA berada di belakang upaya kudeta. Paragraf 4, kalimat 2: Jajak pendapat di Turki menunjukkan, mayoritas rakyat Turki memercayai “teori konspirasi” ini. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar percaya menghasilkan bunyi nasal /m/, fonem /p/ disenyawakan dengan bunyi
89
nasal karena kata percaya berasal dari bahasa Indonesia asli. Afiks mei tersebut menyatakan makna merasa pada. Memercayai artinya merasa percaya pada „teori konspirasi‟ ini. Paragraf 8, kalimat 2: Para pemimpin dunia tentunya menyadari kebuntuan solusi hanya bisa diselesaikan lewat perundingan yang saling menghormati dan bukan lewat ancaman atau gertakan. Nasal /ny/ muncul akibat bertemunya afiks me-i dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem /s/, fonem /s/ menjadi luluh pada bunyi nasal. Menyadari artinya merasa sadar. Pada bentuk dasar hormat, nasal yang muncul adalah nasal /ng/ dan fonem /h/ tetap diwujudkan. Afiks me-i ini menyatakan makna merasa pada. Menghormati artinya merasa hormat. Konteks kalimat di atas adalah para pemimpin dunia tentunya merasa sadar pada kebuntuan solusi hanya bisa diselesaikan lewat perundingan yang saling merasa hormat dan bukan lewat ancaman atau gertakan. Paragraf 8, kalimat 3: Semangat ini semoga bisa menjembatani Ankara, Brusels, dan Washington DC. Afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar jembatan yang diawali fonem /j/ sehingga memunculkan nasal /n/. Menjembatani artinya menjadi perantara/menghubungkan. Konteks kalimat di atas, semangat ini semoga bisa menjadi perantara Ankara, Brusels, dan Washington DC.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 1: Kecurigaan adanya “keterlibatan asing” (baca AS) dalam kudeta gagal itu memengaruhi relasi Ankara-Washington DC, seperti diberitakan, Presiden Recep Tayyip Erdogan melakukan pembersihan habis-habisan terhadap semua aspek masyarakat di Turki yang dianggap punya kaitan dengan Fethullah Gulen, rival Erdogan yang sudah 15 tahun berada di pengasingan AS, dan resmi dituduh sebagai dalang kudeta.
90
Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bersih yang diawali fonem /b/ sehingga menghasilkan bunyi nasal /m/. Afiks pe-an pada kalimat tersebut menyatakan proses. Pembersihan artinya proses membersihkan. Pada bentuk dasar asing yang diawali fonem /a/ menghasilkan nasal /ng/. Pengasingan menyatakan tempat. Paragraf 5, kalimat 3: Imbalannya, Turki memperoleh 8 miliar euro, warganya akan memperoleh bebas visa ke UE, dan diaktifkannya kembali pembicaraan keanggotaan Turki di UE. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar bicara menghasilkan nasal /m/ karena diawali fonem /b/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Pembicaraan artinya proses membicarakan. Pada kalimat di atas maksudnya proses membicarakan keanggotaan Turki di UE. Paragraf 6, kalimat 1: Namun, perkembangan politik di Turki, termasuk pembersihan lawan politik dengan cara yang diduga melanggar HAM, serta rencana penerapan kembali hukuman mati, membuat UE khawatir. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bersih yang diawali fonem /b/ sehingga menghasilkan bunyi nasal /m/. Afiks pe-an pada kalimat tersebut menyatakan proses. Pembersihan artinya proses membersihkan. Konteks pembersihan pada kalimat di atas adalah proses membersihkan lawan politik dengan cara yang diduga melanggar HAM. Fonem /t/ pada bentuk dasar terap yang diimbuhkan pada afiks pean menghasilkan nasal /n/, karena diawali fonem /t/ maka tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Penerapan artinya proses menerapkan. Konteks penerapan pada kalimat di atas adalah rencana
perbuatan menerapkan kembali hukuman mati,
membuat UE khawatir. Kalimat 2: UE menyatakan, jika hukuman mati diberlakukan, pembicaraan keanggotaan Turki tidak akan dilanjutkan.
91
Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar bicara menghasilkan nasal /m/ karena diawali fonem /b/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Pembicaraan artinya proses membicarakan. Dalam kalimat tersebut pembicaraan yaitu proses membicarakan keanggotaan Turki tidak akan dilanjutkan.
Tabel 4.9 Penasalan pada Tajuk Rencana “Indeks Demokrasi Merosot” Kompas Edisi Jumat, 5 Agustus 2016 Afiks
me-kan
me-i
pe-an
Penggalan kalimat
Para graf
BPS juga menempatkan tingkat demokrasi dalam kategori sedang Turunnya presiden Soeharto mengantarkan Indonesia ke arah transisi demokrasi Seharusnya telah menjadikan Indonesia Harus bisa memastikan bahwa kebebasan berkeyakinan merupakan hak yang dijamin konstitusi Badan Pusat Statistik merilis hasil survei mengenai Indeks Demokrasi Indonesia 2015 Penurunan indek demokrasi Indonesia Dalam standar pengukuran yang disusun BPS Pembangunan budaya demokrasi
2
Nasal m
n
1
2
Melakukan yang disebut bentuk dasar
Membuat (Indonesia)
jadi
Membuat pasti
jadi
Berkenaan atau berhubungan dengan Indeks Demokrasi Indonesia 2015 Proses menurunkan
2
nge Memberi tempat tingkat demokrasi dalam kategori sedang
3
5
Makna Imbuhan ng
3
4
ny
Hal mengukur
Proses membangun
92
menjadi penting Mandeknya pembentukan masyarakat sipil Penyelesaian kasus hukum masa lalu
6
Proses membentuk
6
Jumlah Keterangan:
:3
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:3
:1
Proses menyelesaikan
:3
1. Afiks me-kan Paragraf 2, kalimat 3: BPS juga menempatkan tingkat demokrasi dalam kategori sedang. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tempat yang diawali dengan fonem /t/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna memberi tempat, menempatkan artinya memberi tempat demokrasi berada di kategori sedang. Pada kalimat di atas yang memberi tingkat demokrasi berada di kategori sedang adalah BPS. Paragraf 3, kalimat 2: Turunnya Presiden Soeharto mengantarkan Indonesia ke arah transisi demokrasi, melalui perubahan konstitusi dan liberalisasi politik. Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar antar yang diawali dengan fonem /a/, karena diawali huruf vokal /a/ maka muncul nasal /ng/. Afiks me-kan menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Pada kalimat di atas, mengantarkan artinya melakukan antar Indonesia ke arah transisi demokrasi. Pada kalimat di atas, yang melakukan antar Indonesia ke arah transisi demokrasi melalui perubahan konstitusi dan liberalisasi politik adalah Presiden Soeharto.
93
Paragraf 3, kalimat 4: Tiga kali sirkulasi kekuasaan secara damai atau enam belas tahun setelah reformasi seharusnya telah menjadikan Indonesia dengan tingkat demokrasi yang matang (mature democracy). Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar jadi yang diawali dengan fonem /j/ sehingga memunculkan bunyi nasal /n/, fonem /j/ tetap diwujudkan. Menjadikan artinya membuat jadi. Konteks kalimat di atas adalah setelah tiga kali sirkulasi kekuasaan secara damai atau enam belas tahun setelah reformasi seharusnya telah membuat jadi Indonesia dengan tingkat demokrasi yang matang. Paragraf 4, kalimat 3: Presiden Joko Widodo dengan aparat di bawahnya harus bisa memastikan bahwa kebebasan berkeyakinan merupakan hak yang dijamin konstitusi. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar pasti yang diawali dengan fonem /p/ menyebabkan fonem /p/ itu menjadi luluh atau disenyawakan dengan bunyi nasal /m/. Makna afiks me-kan pada bentuk dasar tersebut menyatakan menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Memastikan artinya membuat jadi pasti. Makna memastikan pada kalimat di atas adalah Presiden Joko Widodo dengan aparat di bawahnya harus bisa membuat jadi pasti bahwa kebebasan berkeyakinan merupakan hak yang dijamin konstitusi. Pada kalimat di atas yang harus bisa membuat jadi pasti adalah Presiden Joko Widodo dengan aparat di bawahnya.
2. Afiks me-i Paragraf 1, kalimat 1: Badan Pusat Statistik merilis hasil survei mengenai Indeks Demokrasi Indonesia 2015. Afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar kena yang diawali fonem /k/ sehingga muncul nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Mengenai artinya berkenaan atau berhubungan dengan Indeks Demokrasi Indonesia 2015. Subjek pada
94
kalimat di atas adalah Badan Pusat Statistik, predikat yaitu merilis dan hasil survei adalah objek.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 1: Penurunan indeks demokrasi Indonesia pada tingkat nasional dari 73,04 pada tahun 2014 menjadi 72,82 pada tahun 2015 disebabkan tiga variabel. Bentuk dasar turun mendapat imbuhan pe-an sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ pada bentuk dasar turun disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Penurunan menyatakan makna proses yaitu proses menurunkan. Makna penurunan pada kalimat di atas yaitu proses menurunkan indeks demokrasi Indonesia pada tingkat nasional dari 73,04 pada tahun 2014 menjadi 72,82 pada tahun 2015 disebabkan tiga variabel. Paragraf 2, kalimat 4: Dalam standar pengukuran yang disusun BPS, indeks demokrasi dikatakan baik jika berada di atas angka 80, sedang di angka 60-80, dan buruk di bawah 60. Bunyi nasal /ng/ muncul ketika afiks pe-an bertemu dengan bentuk dasar ukur yang diawali dengan fonem /u/ karena bentuk dasar diawali huruf vokal maka fonem /u/ tetap diwujudkan. Arti pengukuran pada kalimat di atas adalah proses atau perbuatan mengukur yang disusun BPS, indeks demokrasi dikatakan baik jika berada di atas angka 80, sedang di angka 60-80, dan buruk di bawah 60. Paragraf 5, kalimat 4: Pembangunan budaya demokrasi menjadi penting. Afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bangun yang diawali dengan fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Pembangunan pada kalimat tersebut artinya proses membangun budaya demokrasi menjadi penting. Paragraf 6, kalimat 2: Demokrasi beku diartikan tidak membaiknya kondisi perekonomian bangsa, mandeknya pembentukan masyarakat sipil, konsolidasi sosial politik yang tak kunjung tuntas, dan penyelesaian kasus hukum masa lalu yang tak kunjung tuntas.
95
Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bentuk yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/. Pembentukan artinya proses membentuk. Makna pembentukan pada kalimat di atas adalah proses membentuk masyarakat sipil. Pada bentuk dasar selesai, fonem /s/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Penyelesaian pada kalimat di atas artinya proses menyelesaikan kasus hukum masa lalu yang tak kunjung tuntas.
Tabel 4.10 Penasalan pada Tajuk Rencana “Korut Kembali Bermain Api” Kompas Edisi Jumat, 5 Agustus 2016 Afiks
me-kan
me-i pe-an
Penggalan kalimat
Para graf
Komando Strategis Amerika Serikat dalam laporannya menyebutkankedua rudal Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, mengatakan Menunjukkan Jepang akan bersikap lebih tegas Dilakukan untuk menunjukkan ketidaksukaan Korut Kita sangat mengkhawatirkan sikap Korut Korut perlu memperhatikan kemarahan Jepang Adalah perempuan kedua yang mendudukijabatan menteri pertahanan Penunjukan Tomomi Inada
2
Jumlah
Nasal m
n
ny
ng
nge
3
4
5
6
7
Makna Imbuhan Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
Menjadikan khawatir
4
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya Duduk pada
4
Proses menunjuk
X:1
:4
:1
:2
96
Keterangan:
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
1. Afiks me-kan Paragraf 2, kalimat 1: Komando Strategis Amerika Serikat dalam laporannya menyebutkan, kedua rudal itu diluncurkan dari Provinsi Hwanghae Selatan, Korut, pukul 07.50 waktu setempat. Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar sebut yang diawali dengan fonem /s/, fonem /s/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Makna yang didapatkan pada afiks me-kan ini menyatakan melakukan yang disebut bentuk dasarnya. Menyebutkan artinya menyebut atau menuturkan/mengatakan. Kaitan arti menyebutkan pada kalimat di atas adalah Komando Strategis Amerika Serikat (berfungsi sebagai subjek) menyebut akan/ menuturkan, kedua rudal itu diluncurkan dari Provinsi Hwanghae Selatan, Korut, pukul 07.50 waktu setempat. Paragraf 3, kalimat 1: Ia mengatakan “Ini ancaman serius terhadap keamanan di negeri kami”. Nasal yang muncul akibat bertemunya afiks me-kan dengan bentuk dasar kata yang diawali fonem /k/ adalah nasal /ng/, karena diawali fonem /k/ maka bunyinya disenyawakan dengan nasal tersebut. Makna yang didapat
dari
afiks
me-kan
ini
menyatakan
berkata
akan
atau
menuturkan/menyebutkan. Kaitan arti mengatakan pada kalimat di atas adalah ia (sebagai subjek) berkata “Ini ancaman serius terhadap keamanan negeri kami”. Paragraf 4, kalimat 2: Penunjukan Tomomi Inada sebagai menteri pertahanan yang baru menunjukkan Jepang akan bersikap lebih tegas terhadap Korut dan Tiongkok. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak
97
diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Makna dari menunjukkan menyatakan menunjuk akan Jepang akan bersikap lebih tegas terhadap Korut dan Tiongkok. Paragraf 6, kalimat 1: Kita sangat mengkhawatirkan sikap Korut dan sikap Tiongkok di laut Tiongkok Timur dan laut Tiongkok Selatan, yang berpotensi
mendorong
Jepang
kembali
membangun
kemampuan
militernya untuk melindungi keamanan wilayah dan warga negaranya. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar khawatir yang diawali fonem /k/, seharusnya fonem /k/ disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/ akan tetapi karena bentuk dasar khawatir dimulai dengan
gugus
konsonan
maka
fonem
/k/
tetap
diwujudkan.
Mengkhawatirkan artinya merasa khawatir. Pada kalimat tersebut yang merasa khawatir adalah kita, merasa khawatir pada sikap Korut dan sikap Tiongkok di laut Tiongkok Timur dan laut Tiongkok Selatan. Paragraf 7, kalimat 2: Korut perlu memperhatikan kemarahan Jepang, yang dicerminkan oleh kata-kata PM Abe, bahwa Jepang sudah tidak dapat menoleransi tindakan Korut, yang melepaskan rudal jarak menengah hingga memasuki wilayah Jepang. Bertemunya afiks me-kan dengan bentuk dasar hati memunculkan nasal /m/, bentuk dasar hati memiliki bentuk turunan perhati yang artinya amati/cermati. Penggunaan afiks pada kalimat di atas tepat karena fonem /p/ tetap diwujudkan. Penulisan yang tepat adalah memperhatikan sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia. Memperhatikan pada kalimat di atas artinya Korut perlu melakukan perhati akan kemarahan Jepang, yang dicerminkan oleh kata-kata PM Abe, bahwa Jepang sudah tidak dapat menoleransi tindakan Korut, yang melepaskan rudal jarak menengah hingga memasuki wilayah Jepang.
2. Afiks me-i Paragraf 4, kalimat 3: Inada (57) yang dikenal sebagai politisi ultrakonservatif adalah perempuan kedua yang menduduki jabatan menteri
98
pertahanan setelah Yuriko Koike, yang kini menjabat sebagai Gubernur Tokyo. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar duduk yang diawali dengan fonem /d/ sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /d/ tetap diwujudkan. Afiks me-i pada kalimat tersebut menyatakan makna melakukan sesuatu pada, menduduki pada kalimat di atas artinya duduk pada, perempuan kedua yang duduk pada jabatan menteri pertahanan setelah Yuriko Koike, yang kini menjabat sebagau Gubernur Tokyo.
3. Afiks pe-an Paragraf 4, kalimat 2: Penunjukan Tomomi Inada sebagai menteri pertahanan yang baru menunjukkan Jepang akan bersikap lebih tegas terhadap Korut dan Tiongkok. Afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/ memunculkan bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Penunjukan pada kalimat di atas menyatakan makna proses menunjuk Tomomi Inada sebagai menteri pertahanan yang baru menunjukkan Jepang akan bersikap lebih tegas terhadap Korut dan Tiongkok.
Tabel 4.11 Penasalan pada Tajuk Rencana “Mengelola Anggaran Belanja” Kompas Edisi Sabtu, 6 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Nasal
Penggalan kalimat
Para graf
Menteri keunganan menjanjikan pemotongan tidak akan mengganggu Program jaring pengaman sosial Untuk menurunkan jumlah orang miskin
3
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
3
Menjadikan turun
m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
99
Ketentuan perundangundangan mengharuskan defisit anggaran Di tengah keuangan negara kurang menggembirakan Ini sejalan dengan program pemerintah menurunkan kemiskinan
4
Membuat jadi harus/ wajib
5
Membuat gembira
6
jadi
Menjadikan turun
Proses menerima
me-i
pe-an
Dibayangi penerimaan pajak tidak sesuai target Termasuk program pengampunan pajak Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Kemungkinan kekurangan pendapatan negara Jika target penerimaan dari pengampunan pajak tak tercapai Jika target penerimaan dari pengampunan pajak tak tercapai Dapat terjadi pemotongan anggaran belanja lagi Target penerimaan negara sulit tercapai Langkah pemotongan harus dilakukan untuk menjaga APBN Dengan proyeksi kekurangan pendapatan dari pajak sebesar Rp
1
Hal mengampuni
1
Hal mendapatkan/ hasil kerja
Hal mendapatkan/ hasil kerja
Proses menerima
2
2
2
Hal mengampuni
2
Proses memotong
2
Proses menerima
4
Proses memotong
4
4
Hasil kerja
100
219 Triliun Kecuali pertambangan dan penggalian yang terkontraksi
5
Jumlah Keterangan:
:2
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:9
:5
Hal menggali
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 1: Menteri Keuangan menjanjikan pemotongan tidak akan mengganggu program jaring pengaman sosial untuk menurunkan jumlah orang miskin dan proyek infrastruktur, terutama yang sudah disepakati. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar janji yang diawali fonem /j/ sehingga memunculkan nasal /n/, tetapi fonem /j/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan ini menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Menjanjikan pada kalimat di atas bermakna Menteri keuangan berjanji bahwa pemotongan tidak akan mengganggu program jaring pengaman sosial untuk menurunkan jumlah orang miskin dan proyek infrastruktur, terutama yang sudah disepakati. Pada bentuk dasar turun yang diawali fonem /t/ muncul bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Menurunkan pada kalimat di atas artinya menjadikan turun jumlah orang miskin dan proyek infrastruktur, terutama yang sudah disepakati. Paragraf 4, kalimat 2: Langkah pemotongan harus dilakukan untuk menjaga APBN tetap sehat, terutama karena ketentuan perundangundangan mengharuskan defisit anggaran tidak boleh lebih besar dari 3 persen terhadap produk domestik bruto. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar harus yang diawali fonem /h/ memunculkan nasal /ng/, tetapi fonem /h/ tetap diwujudkan. Afiks mekan pada kalimat di atas menyatakan makna menyebabkan jadi,
101
mengharuskan artinya ketentuan perundang-undangan membuat jadi harus/wajib bahwa anggaran tidak boleh lebih besar 3 persen terhadap produk domestik bruto. Paragraf
5,
kalimat
1:
Di
tengah
keuangan
negara
kurang
menggembirakan, kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi triwulan II-2016 tumbuh 5,18 persen. Bentuk dasar gembira mendapatkan imbuhan me-kan sehingga memunculkan nasal /ng/, karena diawali fonem /g/ maka fonem /g/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan ini menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menggembirakan pada kalimat di atas artinya di tengah keuangan negara kurang menjadikan gembira kemarin Badan Pusat Statistik melaporkan ekonomi triwulan II-2016 tumbuh 5,18 persen. Paragraf 6, kalimat 4: Ini sejalan dengan program pemerintah menurunkan kemiskinan. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar turun yang diawali fonem /t/ sehingga muncul bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Menurunkan pada kalimat di atas bermakna sejalan dengan program pemerintah menjadikan kemiskinan turun.
2. Afiks me-i Pada tajuk rencana ini tidak ditemukan penggunaan afiks me-i pada bentuk dasar yang dapat memunculkan bunyi nasal.
3. Afiks pe-an Paragraf 1, kalimat 1: Dibayangi penerimaan pajak tidak sesuai target, termasuk program pengampunan pajak, pemerintah memotong kembali anggaran belanja. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar terima yang diawali fonem /t/ sehingga muncul bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Afiks pe-an
102
pada kalimat di atas menyatakan makna proses/hal menerima pajak tidak sesuai target. Pada bentuk dasar ampun nasal yang muncul adalah /ng/ karena diawali fonem /a/ huruf vokal. Pengampunan pada kalimat di atas artinya program hal mengampuni pajak, pemerintah memotong kembali anggaran belanja. Paragraf 2, kalimat 1: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memotong anggaran belanja untuk kementerian dan transfer daerah sebesar Rp 133 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar dapat yang diawali dengan fonem /d/ sehingga memunculkan nasal /n/. Fonem /d/ tetap diwujudkan. Pendapatan pada kalimat di atas menyatakan makna hal mendapatkan/hasil kerja. Paragraf 2, kalimat 2: Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan kekurangan pendapatan negara Rp 219 triliun akibat tak terpenuhinya target pajak. Afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar dapat yang diawali dengan fonem /d/ sehingga menmunculkan nasal /n/. Fonem /d/ tetap diwujudkan. Pendapatan pada kalimat di atas menyatakan makna penghasilan/hasil kerja negara Rp 219 triliun akibat tak terpenuhinya target pajak. Paragraf 2, kalimat 3: Jika target penerimaan dari pengampunan pajak tak tercapai, dapat terjadi pemotongan anggaran belanja lagi. Bentuk dasar terima mendapat imbuhan pe-an sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Penerimaan menyatakan makna proses menerima dari pengampunan pajak tak tercapai, dapat terjadi pemotongan anggaran belanja lagi. Pada bentuk dasar ampun nasal yang dihasilkan adalah nasal /ng/ karena bentuk dasar diawali fonem /a/ yang merupakan huruf vokal. Pengampunan menyatakan makna proses mengampuni. Pada bentuk dasar potong yang diawali fonem /p/ maka nasal yang dihasilkan adalah nasal
103
/m/, fonem /p/ disenyawakan dengan nasal /m/. Pemotongan menyatakan makna proses memotong anggaran belanja lagi. Paragraf 4, kalimat 1: Langkah memotong anggaran belanja, kita sepakat, menjadi pilihan realistis ketika kemungkinan besar target penerimaan negara sulit tercapai. Bentuk dasar terima mendapat imbuhan pe-an sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Penerimaan pada kalimat di atas menyatakan makna kemungkinan besar target proses menerima negara sulit tercapai. Kalimat 2: Langkah pemotongan harus dilakukan untuk menjaga APBN tetap sehat, terutama karena ketentuan perundang-undangan mengharuskan defisit anggaran tidak boleh lebih besar dari 3 persen terhadap produk domestik bruto. Pada bentuk dasar potong yang diawali fonem /p/ maka nasal yang dihasilkan adalah nasal /m/, fonem /p/ disenyawakan dengan nasal /m/. Pemotongan menyatakan makna proses memotong. Kaitan dengan kalimat di atas adalah langkah proses memotong harus dilakukan untuk menjaga APBN tetap sehat, terutama karena ketentuan perundang-undangan mengharuskan defisit anggaran tidak boleh lebih besar dari 3 persen terhadap produk domestik bruto. Kalimat 3: Dengan proyeksi kekurangan pendapatan dari pajak sebesar Rp 219 triliun, defisit dapat mencapai 2,5 persen. Nasal yang muncul akibat pengimbuhan pe-an pada bentuk dasar dapat adalah nasal /n/. Fonem /d/ tetap diwujudkan. Pendapatan pada kalimat di atas menyatakan makna penghasilan/hasil kerja dari pajak sebesar Rp 219 triliun, defisit dapat mencapai 2,5 persen. Paragraf 5, kalimat 3: Pertumbuhan terjadi di semua sektor kecuali pertambangan dan penggalian yang terkontraksi. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar gali yang diawali fonem /g/ memunculkan nasal /ng/, fonem /g/ tetap diwujudkan. Penggalian menyatakan makna proses menggali yang terkontraksi.
104
Tabel 4.12 Penasalan pada Tajuk Rencana “Draf Konstitusi Thailand Dikritik” Kompas Edisi Sabtu, 6 Agustus 2016 Afiks
me-kan
me-i
Penggalan kalimat Keinginan pemerintah junta militer Thailand untuk mengendalikan kehidupan politik Dan memberikan para jenderal peranan Draft konstitusi itu menetapkan bahwa pemerintahpemerintah Thailand Draft konstitusi juga menetapkan, Dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer Akan mengerjakan tugasnya Mengumpulkan sekitar 3.000 siswa Untuk menyukseskan referendum Dari 50 warga pemilih akan juta memberikan suaranya Menyerahkan urusan politik kembali kepada sipil Untuk secara permanen mengawasi pembangunan ekonomi Thailand Untuk mengikuti Rencana Pembangunan Nasional
Nasal
Para graf
m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
Melakukan yang disebut kata dasarnya akan
1
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
2
3
Menjadikan tetap
3
Menjadikan tetap
Menyediakan sesuatu (kursi)
3
4
6
Melaksanakan tugas Melakukan kumpul Menjadikan sukses
6
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya
6
Melakukan yang disebut kata dasar
8 2
Melakukan pengawasan
3
Melakukan ikut pada (Rencana Pembangunan Nasional)
105
pe-an
Agar mereka mengawasi anggota parlemen terpilih Pembangunan ekonomi Thailand Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun Komisi Pemilihan Umum (KPU) Thailand
3
2
3
7
Jumlah Keterangan:
Melakukan pengawasan pada anggota parlemen Proses membangun Proses membangun Proses memilih
:5
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:3
:2
:6
1. Afiks me-kan Paragraf 1, kalimat 1: Keinginan pemerintah junta militer Thailand untuk mengendalikan kehidupan politik masih terus dikritik oleh partai politik Thailand. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kendali yang diawali fonem /k/ sehingga memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Mengendalikan artinya melakukan kendali akan kehidupan politik masih terus dikritik oleh partai politik Thailand. Pada kalimat di atas yang melakukan kendali adalah pemerintah junta militer Thailand. Paragraf 2, kalimat 2: Partai politik di Thailand mempersoalkan klausul draf konstitusi yang dianggap akan melemahkan peran partai politik dan memberikan para jenderal peranan untuk secara permanen mengawasi pembangunan ekonomi Thailand. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar beri yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/.Fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan yang disebut bentuk dasar yang menyatakan tindakan. Memberikan artinya memberi para jenderal
106
peranan untuk secara permanen mengawasi pembangunan ekonomi Thailand. Paragraf 3, kalimat 1: Draf konstitusi itu menetapkan bahwa pemerintahpemerintah Thailand mendatang wajib untuk mengikuti Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Nasal /n/ muncul akibat bentuk dasar tetap mendapat afiks me-kan, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Menetapkan pada kalimat di atas artinya menjadikan tetap bahwa pemerintah-pemerintah Thailand mendatang wajib untuk mengikuti Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Pada kalimat di atas yang menjadikan tetap/menentukan adalah draf konstitusi. Paragraf 3, kalimat 2: Bukan itu saja, draf konstitusi juga menetapkan, junta militer akan menunjuk anggota Senat, dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer agar mereka mengawasi anggota parlemen terpilih. Pada kalimat di atas, afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar tetap dan cadang memunculkan bunyi nasal /n/. Akan tetapi, fonem /t/ pada bentuk dasar tetap disenyawakan dengan bunyi nasal /n/ sedangkan fonem /c/ tetap diwujudkan dan tidak disenyawakan. Menetapkan artinya menjadikan tetap dan mencadangkan pada kalimat di atas artinya menyediakan kursi untuk para komandan militer agar mereka mengawasi anggota parlemen terpilih. Paragraf 4, kalimat 1: Dengan demikian, para komandan militer itu dapat menjamin setiap perubahan akan dilaksanakan, dan pada saat yang sama meyakinkan bahwa pemerintah terpilih akan mengerjakan tugasnya sesuai dengan apa yang dibebankan kepada mereka. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kerja memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ pada bentuk dasar tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan berupa tindakan.
107
Mengerjakan artinya melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang dibebankan kepada mereka. Pada kalimat di atas, yang bekerja adalah pemerintah terpilih. Paragraf 7, kalimat 1: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Thailand, Kamis lalu, mengumpulkan sekitar 3.000 siswa, pegawai negeri, dan taruna militer di Royal Plaza, Bangkok, untuk menyukseskan referendum. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar kumpul yang diawali fonem /k/ memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan
melainkan
disenyawakan
dengan
bunyi
nasal
/ng/.
Mengumpulkan pada kalimat di atas menyatakan melakukan kumpul terhadap sekitar 3.000 siswa, pegawai negeri, dan taruna militer di Royal Plaza, Bangkok, untuk menyukseskan referendum. Pada bentuk dasar sukses, nasal yang muncul adalah nasal /ny/ karena bentuk dasar diawali dengan fonem /s/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, menyukseskan artinya menjadikan sukses referendum. Pada kalimat di atas, yang dapat menjadikan referendum sukses adalah siswa, pegawai negeri, dan taruna militer yang telah dikumpulkan. Kalimat 2: KPU berharap 80 persen dari 50 juta warga pemilih akan memberikan suaranya. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar beri yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/. Fonem /b/ tetap diwujudkan. Memberikan artinya memberi akan suaranya. Pada kalimat di atas yang memberikan suaranya adalah warga pemilih. Paragraf 8, kalimat 3: Kita hanya bisa berharap militer Thailand sadar bahwa era campur tangan militer dalam politik sudah berlalu dan menyerahkan urusan politik kembali kepada sipil. Afiks me-kan di atas menyebabkan munculnya bunyi nasal /ny/ karena diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Afiks me-kan
108
tersebut menyatakan makna melakukan tindakan, menyerahkan artinya melakukan serah akan urusan politik kembali kepada sipil. Pada kalimat di atas, yang melakukan serah adalah militer Thailand.
2. Afiks me-i Paragraf 2, kalimat 2: Partai politik di Thailand mempersoalkan klausul draf konstitusi yang dianggap akan melemahkan peran partai politik dan memberikan para jenderal peranan untuk secara permanen mengawasi pembangunan ekonomi Thailand. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar awas menyebabkan muncul bunyi nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Afiks me-i tersebut menyatakan makna melakukan pada. Mengawasi artinya melakukan pengawasan pada pembangunan ekonomi Thailand. Pada kalimat di atas, yang melakukan pengawasan adalah para jenderal. Paragraf 3, kalimat 1: Draf konstitusi itu menetapkan bahwa pemerintahpemerintah Thailand mendatang wajib untuk mengikuti Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar ikut yang diawali dengan huruf vokal /i/ sehingga memunculkan nasal /ng/. Fonem /i/ tetap diwujudkan. Mengikuti pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan ikut pada Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Pada kalimat di atas, yang melakukan ikut adalah pemerintah-pemerintah Thailand. Kalimat 2: Bukan itu saja, draf konstitusi juga menetapkan, junta militer akan menunjuk anggota Senat, dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer agar mereka mengawasi anggota parlemen terpilih. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar awas menyebabkan muncul bunyi nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Mengawasi artinya melakukan pengawasan pada anggota
109
parlemen terpilih. Pada kalimat di atas, yang melakukan pengawasan adalah para komandan militer.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 2: Partai politik di Thailand mempersoalkan klausul draf konstitusi yang dianggap akan melemahkan peran partai politik dan memberikan para jenderal peranan untuk secara permanen mengawasi pembangunan ekonomi Thailand. Afiks pe-an pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar bangun yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks pe-an tersebut menyatakan proses, pembangunan artinya proses membangun ekonomi Thailand. Paragraf 3, kalimat 1: Draf konstitusi itu menetapkan bahwa pemerintahpemerintah Thailand mendatang wajib untuk mengikuti Rencana Pembangunan Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Afiks pe-an pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar bangun yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks pe-an tersebut menyatakan proses, pembangunan artinya perihal membangun Nasional 20 Tahun yang ditetapkan oleh militer. Paragraf 7, kalimat 1: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Thailand, Kamis lalu, mengumpulkan sekitar 3.000 siswa, pegawai negeri, dan taruna militer di Royal Plaza, Bangkok, untuk menyukseskan referendum. Afiks pe-an pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar pilih yang diawali fonem /p/ sehingga memunculkan nasal /m/, fonem /p/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /m/. Pemilihan menyatakan
hal
memilih
Umum
(KPU)
Thailand,
Kamis
lalu,
mengumpulkan sekitar 3.000 siswa, pegawai negeri, dan taruna militer di Royal Plaza, Bangkok, untuk menyukseskan referendum.
110
Tabel 4.13 Penasalan pada Tajuk Rencana “Setelah Haris Menulis” Kompas Edisi Senin, 8 Agustus 2016
Afiks
Penggalan kalimat Mengungkapkan adanya keterlibatan aparat Budi mengatakan
me-kan
me-i
Freddy menyebutkan ada keterlibatan TNI, Polri, dan BNN Freddy mengaku memberikan keuntungan RP 450 miliar kepada BNN dan memberikan Rp 90 miliar kepada pejabat Mabes Polri. Dan menersangkakan Haris Haris telah memberikan informasi kepada pemerintah transaksi mencurigakan yang mengalir ke senjumlah pejabat Pasal 310 KUHP ayat 3 juga menyebutkan Biarlah hukum secara seimbang menyelesaikannya Bagaimana menindaklanjuti laporan itu Atau justru menelusuri kebenaran tulisan Haris Diminta bantuan untuk menelusuri
Nasal
Para graf
m
n
ny
Makna Imbuhan ng
3
3
4
nge Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Berkata Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan
4
Menjadikan tersangka
5
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan
6
Menimbulkan curiga
7
8
8 5
5
7
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Menjadikan selesai Melakukan tindak lanjut pada laporan Melakukan telusur pada kebenaran Melakukan telusur
pada
111
pe-an
transaksi mencurigakan Tentang pengakuan terpidana mati kasus narkotika Apa yang ditulis Haris sudah menjadi pengetahuan Apakah langsung memeriksa laporan pencemaran nama baik Bisa dikonstruksikan sebagai pencemaran nama baik Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis jika perbuatan jelas dilakukan
transaksi 1
Proses mengaku
2
Hal diketahui
yang
5
Hal mencemari
8
Hal mencemari
8
Hal mencemari
Jumlah Keterangan:
:2
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:9
:3
:3
:1
1. Afiks me-kan Paragraf 3, kalimat 1: Pernyataan Kepala BNN Budi Waseso saat bertemu Slank tahun 2015 mengungkapkan adanya keterlibatan aparat. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar ungkap yang diawali fonem /u/ sehingga memunculkan nasal /ng/. Fonem /u/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Mengungkapkan artinya mengungkap akan keterlibatan aparat. Pada kalimat di atas yang mengungkap adalah Kepala BNN Budi Waseso.
112
Kalimat 2: Saat itu, seperti dikutip Tribunnews.com, 13 November 2015, dan videonya, Budi mengatakan, “Apa lagi dikita ini banyak oknumnya juga, kan. Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar kata yang diawali dengan fonem /k/ sehingga memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /ng/. Afiks me-kan menyatakan makna melakukan tindakan. Mengatakan artinya menyebut atau mengutarakan. Pada kalimat di atas yang mengatakan adalah Budi Waseso. Paragraf 4, kalimat 3: Freddy menyebutkan ada keterlibatan TNI, Polri, dan BNN dalam kasus narkotika. Nasal /ny/ muncul akibat bentuk dasar sebut mendapat imbuhan mekan, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Menyebutkan artinya menyebut atau mengatakan ada keterlibatan TNI, Polri, dan BNN dalam kasus narkotika. Pada kalimat di atas yang menyebut/mengatakan adalah Freddy Budiman. Kalimat 4: Bahkan, Freddy mengaku memberikan keuntungan Rp 450 miliar kepada BNN dan memberikan Rp 90 miliar kepala pejabat Mabes Polri. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar beri menyebabkan munculnya nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Memberikan pada kalimat di atas menyatakan makna memberi akan keuntungan Rp 450 miliar kepada BNN dan memberikan Rp 90 miliar kepala pejabat Mabes Polri. Pada kalimat di atas yang melakukan tindakan memberi adalah Freddy. Paragraf 5, kalimat 3: Apakah langsung memeriksa laporan pencemaran nama baik dan menersangkakan Haris atau justru menelusuri kebenaran tulisan Haris. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tersangka yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan
113
di atas menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menersangkakan artinya membuat (Haris) jadi tersangka. Pada kalimat di atas, yang menersangkakan Haris adalah Mabes Polri. Keterangan tersebut terdapat pada kalimat sebelumnya. Paragraf 6, kalimat 2: Padahal, Haris telah memberikan informasi kepada pemerintah melalui Juru Bicara Presiden Johan Budi. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar beri menyebabkan munculnya nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Memberikan pada kalimat di atas menyatakan makna memberi akan informasi kepada pemerintah melalui Juru Bicara Presiden Johan Budi. Pada kalimat di atas, yang memberi informasi adalah Haris. Paragraf 7, kalimat 2: Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) bisa diminta bantuan menelusuri transaksi mencurigakan yang mengalir ke sejumlah pejabat. Nasal /n/ muncul akibat afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar curiga yang diawali fonem /c/, fonem /c/ pada bentuk dasar tetap diwujudkan. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasar, mencurigakan artinya menimbulkan curiga. Pada kalimat di atas maksudnya, Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) bisa diminta bantuan menelusuri transaksi yang menimbulkan curiga yang mengalir ke sejumlah pejabat. Paragraf 8, kalimat 2: Namun, pasal 310 KUHP Ayat 3 juga menyebutkan, “Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.” Nasal /ny/ muncul akibat bentuk dasar sebut mendapat imbuhan mekan, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Menyebutkan artinya menyebut akan atau mengatakan. Kalimat 3: Biarlah hukum secara seimbang menyelesaikannya. Bentuk dasar selesai yang diawali fonem /s/ mendapat imbuhan me-kan sehingga memunculkan nasal /ny/, fonem /s/ menjadi tidak diwujudkan
114
melainkan disenyawakan dengan nasal. Menyelesaikan artinya membuat jadi selesai. Pada kalimat di atas, yang membuat jadi selesai adalah hukum.
2. Afiks me-i Paragraf 5, kalimat 2: Namun, sepenuhnya tergantung Mabes Polri bagaimana menindaklanjuti laporan itu? Menindaklanjuti merupakan kata kerja keadaan yang berbentuk gabungan, yaitu gabungan dari tindak dan lanjut karena fonem awalnya /t/ maka nasal yang muncul adalah nasal /n/. Fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-i ini menyatakan makna melakukan pada. Menindaklanjuti artinya melakukan tindak lanjut pada laporan itu. Pada kalimat di atas yang melakukan tindak lanjut terhadap laporan itu ialah Mabes Polri. Kalimat 3: Apakah langsung memeriksa laporan pencemaran nama baik dan menersangkakan Haris atau justru menelusuri kebenaran tulisan Haris. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar telusur menyebabkan muncul bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Makna yang didapatkan juga menyatakan melakukan pada, pada kalimat di atas menelusuri artinya melakukan telusur pada kebenaran tulisan Haris. Pada kalimat di atas, yang melakukan telusur adalah Mabes Polri, keterangan tersebut merujuk pada kalimat sebelumnya. Paragraf 7, kalimat 2: Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) bisa diminta bantuan menelusuri transaksi mencurigakan yang mengalir ke sejumlah pejabat. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar telusur menyebabkan muncul bunyi nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Pada kalimat di atas menelusuri artinya melakukan telusur pada transaksi mencurigakan yang mengalir ke
115
sejumlah pejabat.Pada kalimat di atas yang melakukan telusur ialah Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
3. Afiks pe-an Paragraf 1, kalimat 1: Tulisan Haris Azhar di media sosial tentang pengakuan terpidana mati kasus narkotika, Freddy Budiman telah membelah sebagian masyarakat. Afiks pe-an pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar aku yang diawali dengan fonem /a/ sehingga memunculkan nasal /ng/, fonem /a/ karena merupakan huruf vokal tetap diwujudkan. Afiks pe-an tersebut menyatakan makna proses/hal. Pengakuan artinya hal mengaku. Paragraf 2, kalimat 5: Sebagian kelompok menilai, apa yang ditulis Haris sudah menjadi pengetahuan. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar tahu yang diawali fonem /t/, nasal yang muncul adalah nasal /ng/. Makna afiks pe-an tersebut menyatakan hal yang diketahui. Paragraf 5, kalimat 3: Apakah langsung memeriksa laporan pencemaran nama baik dan menersangkakan Haris atau justru menelusuri kebenaran tulisan Haris. Nasal /n/ muncul akibat afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar cemar yang diawali fonem /c/, fonem /c/ tetap diwujudkan. Pencemaran pada kalimat di atas artinya proses/hal mencemari nama baik dan menersangkakan Haris atau justru menelusuri kebenaran tulisan Haris. Paragraf 8, kalimat 1: Apa yang dilakukan Haris bisa saja dikonstruksi sebagai pencemaran nama baik sebagaimana diatur dalam pasal 310 KUHP. Kalimat 2: Namun, pasal 310 KUHP Ayat 3 juga menyebutkan, “Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.
116
Pada kedua kalimat di atas, afiks pe-an sama-sama diimbuhkan pada bentuk dasar cemar yang diawali fonem /c/ sehingga muncul nasal /n/. Pencemaran pada kedua kalimat di atas menyatakan makna yang sama yaitu menyatakan hal mencemari.
Tabel 4.14 Penasalan pada Tajuk Rencana “Jaringan NIIS di ASEAN” Kompas Edisi Senin, 8 Agustus 2016 Afiks
me-kan
me-i
pe-an
Penggalan kalimat
Para graf
Kepolisian negara RI mengatakan
1
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto di Markas Besar Polri mengatakan Kita tidak dapat membiarkankelom pok manapun Menggunakan wilayah Indonesia Menjalankan tugas dengan sebaikbaiknya Tetapi juga mengamankan dirinya sendiri dari serangan teroris Dianggap menghalangi tujuan yang ingin mereka capai Terungkap dari penangkapan terduga teroris Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri
Jumlah
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan
3
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan
4
Melakukan pembiaran
6 6
Melakukan sesuatu dengan Melakukan/melak sanakan(tugas)
Menjadikan aman
Melakukan halang pada tujuan yang ingin dicapai Peristiwa menangkap
7
7 7
2
3
:1
:3
Hal menerangkan
:6
117
Keterangan:
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
1. Afiks Me-kan Paragraf 1, kalimat 1: Kepolisian Negara RI mengatakan, Negara Islam di Irak dan Suriah memiliki jaringan antar negara, yakni Malaysia, Indonesia, Tiongkok, dan Thailand. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar kata memunculkan bunyi nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan
makna
melakukan
yang
disebut
kata
dasarnya.
Mengatakan artinya berkata/menuturkan Negara Islam di Irak dan Suriah memiliki jaringan antar negara, yakni Malaysia, Indonesia, Tiongkok, dan Thailand. Dalam hal ini yang berkata/menuturkan adalah Kepolisian Negara RI. Paragraf 3, kalimat 4: Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan, GRD juga memiliki kaitan dengan Nur Rochman, pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta, 5 Juli menjelang lebaran lalu. Nasal /ng/ muncul akibat afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar ungkap yang diawali fonem /u/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan, mengungkapkan artinya mengungkap akan/mengatakan, GRD juga memiliki kaitan dengan Nur Rochman, pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta, 5 Juli menjelang lebaran lalu. Pada kalimat di atas, yang mengungkapkan adalah Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian. Paragraf 4, kalimat2: Apalagi, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri mengatakan, keenam terduga teroris itu berniat melakukan serangan teror ke Singapura dari Batam.
118
Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar kata memunculkan bunyi nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan
dengan
nasal
/ng/.
Mengatakan
artinya
berkata/menuturkan. Pada kalimat di atas, yang berkata/menuturkan adalah Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri. Paragraf 6, kalimat 1: Bagaimanapun, kita tidak dapat membiarkan kelompok manapun menggunakan wilayah Indonesia untuk melakukan kegiatan terorisme di dalam negeri, maupun di luar negeri, khususnya di negara-negara tetangga, termasuk Singapura. Pada kalimat di atas afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar biar yang diawali fonem /b/ sehingga muncul bunyi nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Membiarkan menyatakan makna melakukan pembiaran/tidak menghiraukan. Pada bentuk dasar guna, nasal yang muncul adalah nasal /ng/, karena bentuk dasar diawali fonem /g/. Fonem /g/ juga tetap diwujudkan. Menggunakan menyatakan makna melakukan sesuatu dengan wilayah Indonesia, untuk melakukan kegiatan terorisme di dalam negeri, maupun di luar negeri, khususnya di negara-negara tetangga, termasuk Singapura. Paragraf 7, kalimat 1: Dalam kaitan itulah kita sangat berharap Tim Densus 88 Anti Teror Polri, dan juga Polri secara keseluruhan, menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya agar tidak saja mencegah wilayah Indonesia digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, tetapi juga mengamankan dirinya sendiri dari serangan teroris. Nasal /n/ muncul akibat afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar jalan yang diawali fonem /j/, fonem /j/ tetap diwujudkan. Menjalankan menyatakan makna melakukan tugas/melaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak saja mencegah wilayah Indonesia digunakan
untuk
melakukan
kegiatan
terorisme,
tetapi
juga
mengamankan dirinya sendiri dari serangan teroris. Pada bentuk dasar aman, nasal yang muncul adalah nasal /ng/ karena bentuk dasar diawali dengan fonem /a/. Mengamankan menyatakan
119
makna menjadikan aman dirinya sendiri.Pada kalimat di atas, yang menjalankan tugas dan mengamankan diri adalah Tim Densus 88 Anti Teror Polri, dan juga Polri.
2. Afiks me-i Paragraf 7, kalimat 2: Akhir-akhir ini, ada indikasi bahwa aparat Polri menjadi target dari serangan teroris karena dianggap menghalangi tujuan yang ingin mereka capai. Afiks me-i
yang diimbuhkan pada bentuk dasar
halang
menyebabkan munculnya nasal /ng/ karena diawali dengan fonem /h/. Fonem /h/ tetap diwujudkan dan tidak disenyawakan dengan nasal. Afiks me-i pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan pada. Menghalangi artinya melakukan halang pada tujuan yang ingin mereka capai. Pada kalimat di atas yang dianggap melakukan halang ialah Polri.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 1: Adanya jaringan itu terungkap dari penangkapan terduga teroris dari Khatibah Gonggong Rebus di Batam, Kepulauan Riau. Bentuk dasar tangkap yang mendapat imbuhan pe-an akan menghasilkan bunyi nasal /n/ karena bentuk dasar itu diawali fonem /t/, fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan nasal /n/. afiks pe-an tersebut menyatakan makna proses. Penangkapan artinya peristiwa menangkap terduga teroris dari Khatibah Gonggong Rebus di Batam, Kepulauan Riau. Paragraf 4, kalimat 2: Apalagi, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri mengatakan, keenam terduga teroris itu berniat melakukan serangan teror ke Singapura dari Batam. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar terang yang diawali fonem /t/ memunculkan nasal /n/, fonem /t/
120
menjadi tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan nasal /n/. Penerangan menyatakan makna proses menerangkan.
Tabel 4.15 Penasalan pada Tajuk Rencana “Masalah Penyanderaan WNI” Kompas Edisi Selasa, 9 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat
Para graf
Di tengah upaya pemerintah membebaskan 10 warga negara Indonesia Bisa menimbulkan persoalan pelanggaran kedaulatan negara tetangga Pemerintah Filipina meningkatkan pengamanan di perairannya Setelah memberikan perhatian serius
1
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge Melakukan untuk orang lain
Menyebabkan timbul persoalan
Menaikkan akan
7
8
9
Memberi akan
me-i
pe-an
Penyanderaan seperti meledek otoritas Membahas pengamanan di perairan Sulu Ketika masalah pembentukan pos komando gabungan Terjadi penyanderaan terhadap Herman bin Manggak Peristiwa penyanderaan WNI Penyanderaan pertama berlangsung bulan Maret
Perbuatan menyandera
2
2
Proses membentuk
3
Peristiwa menyandera
Peristiwa menyandera
Peristiwa menyandera
3
3
4
Hal mengamankan
121
Terjadi lagipenyanderaant erhadap 7 WNI pada bulan Juni Karena pengiriman komoditas seperti batu bara, dan aktivitas perikanan Upaya pembebasan sandera
Mampu melaksanakan aksi pembebasan sandera secara militer Pemerintah Filipinameningkatk an pengamanan di perairannya Terhadap pemberantasan narkoba
Peristiwa menyandera
4
Proses mengirim
5
6
7
Proses membebaskan Perbuatan membebaskan
Proses mengamankan
8
Proses memberantas
9
Jumlah Keterangan:
:7
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:2
:5
:3
1. Afiks me-kan Paragraf 1, kalimat 1: Di tengah upaya pemerintah membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf, seorang WNI lain kembali disandera. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar bebas yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/. Fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan untuk orang. Membebaskan artinya melepaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, seorang WNI lain kembali disandera. Pada kalimat di atas, yang berupaya membebaskan 10 WNI adalah pemerintah. Paragraf 7, kalimat 4: Hal ini tentu bisa menimbulkan persoalan pelanggaran kedaulatan negara tetangga.
122
Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar timbul, karena diawali dengan fonem /t/ maka nasal yang muncul adalah nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna menyebabkan jadi, menimbulkan artinya menyebabkan timbul persoalan pelanggaran kedaulatan negara tetangga. Pada kalimat di atas, yang dapat menyebabkan timbul persoalan pelanggaran kedaulatan negara tetangga adalah apabila dilakukan operasi militer untuk membebaskan WNI yang disandera. Keterangan tersebut dijelaskan pada kalimat sebelumnya. Paragraf 8, kalimat 1: Paling masuk akal adalah Pemerintah Filipina meningkatkan pengamanan di perairannya. Nasal /n/ muncul akibat afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /t/ yaitu tingkat. Fonem /t/ tidak diwujudkan karena disenyawakan dengan nasal /n/. Meningkatkan artinya menaikkan pengamanan di perairannya. Dalam hal ini, yang meningkatkan pengamanan adalah Pemerintah Filipina. Paragraf 9, kalimat 1: Kita berharap pemerintahan baru Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, bisa segera berkonsolidasi di dalam negeri, dan setelah memberikan perhatian serius terhadap pemberantasan pengedar narkoba, selanjutnya bisa memberikan perhatian lebih besar pada masalah yang terjadi di perairan selatan negaranya. Pada bentuk dasar beri yang diawali fonem /b/, nasal yang muncul adalah nasal /m/ tetapi untuk fonem /b/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut kata dasarnya akan. Memberikan artinya memberi akan perhatian serius terhadap pemberantasan pengedar narkoba, selanjutnya bisa memberikan perhatian lebih besar pada masalah yang terjadi di perairan selatan negaranya. Pada kalimat di atas, yang memberi perhatian adalah pemerintahan Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte.
123
2. Afiks me-i Pada tajuk rencana ini, tidak ditemukan bentuk dasar yang memperoleh afiks me-i, yang dapat memunculkan bunyi nasal.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 1: Penyanderaan seperti meledek otoritas, karena sehari sebelumnya tiga menteri pertahanan dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina bertemu di Bali untuk membahas pengamanan di perairan Sulu, Filipina selatan. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada dua bentuk dasar. Pertama, bentuk dasar sandera yang diawali fonem /s/ sehingga memunculkan nasal /ny/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Kedua, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar aman yang diawali fonem /a/, nasal yang muncul adalah nasal /ng/. Fonem /a/ tetap diwujudkan. Afiks pe-an yang diiimbuhkan pada dua bentuk dasar tersebut menyatakan makna hal/peristiwa. Penyanderaan artinya peristiwa menyandera, pengamanan menyatakan hal/ peristiwa mengamankan perairan Sulu, Filipina Selatan. Paragraf 3, kalimat 1: Justru ketika masalah pembentukan pos komando gabungan, rute pelayaran yang diamankan, dan operasi ketiga negara dibahas ketiga negara, terjadi penyanderaan terhadap Herman bin Manggak (38) yang merupakan kapten kapal penangkap udang berbendera Malaysia. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar bentuk memunculkan nasal /m/ karena bentuk dasar diawali fonem /b/. Pembentukan pada kalimat di atas menyatakan proses membentuk pos komando gabungan, rute pelayaran yang diamankan, dan operasi ketiga negara dibahas ketiga negara. Pada bentuk dasar sandera yang diawali fonem /s/ memunculkan nasal /ny/. Fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Penyanderaan pada kalimat di atas artinya peristiwa menyandera
124
terhadap Herman bin Manggak (38) yang merupakan kapten kapal penangkap udang berbendera Malaysia. Setidaknya masih ada enam bentuk penyanderaan yang muncul di beberapa paragraf, antara lain paragraf tiga, empat, lima, enam, sembilan tetapi karena konteks yang dibicarakan sama maka penulis tidak menganalisis satu per satu karena analisis pada bagian sebelumnya sudah dianggap mewakili. Paragraf 5, kalimat 2: Jika tidak, ketiga negara akan sama-sama merugi karena pengiriman komoditas seperti batubara, dan aktivitas perikanan tak bisa dijalankan dengan benar. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar kirim yang diawali fonem /k/, bunyi nasal yang muncul adalah /ng/, karena bentuk dasar diawali fonem /k/ maka fonem tersebut tidak diwujudkan tetapi disenyawakan. Pengiriman menyatakan makna proses mengirim komoditas seperti batubara, dan aktivitas perikanan tak bisa dijalankan dengan benar.. Paragraf 6, kalimat 1: Hal lain yang tidak kalah penting adalah jika aksi seperti penyanderaan terus terjadi, dan upaya pembebasan sandera tak bisa dilakukan dengan segera, akan muncul persepsi di pihak penyandera bahwa mereka di atas angin, bisa berbuat semau mereka tanpa dapat dihalangi. Afiks pe-an yang diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/ akan memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Pembebasan pada kalimat di atas menyatakan makna proses membebaskan sandera tak bisa dilakukan dengan segera, akan muncul persepsi di pihak penyandera bahwa mereka di atas angin, bisa berbuat semau mereka tanpa dapat dihalangi. Paragraf 7, kalimat 3: Seandainya Indonesia mau dan mampu melaksanakan aksi pembebasan sandera secara militer, operasinya akan berlangsung di wilayah kedaulatan Filipina.
125
Nasal yang muncul akibat afiks pe-an diimbuhkan bentuk dasar bebas adalah nasal /m/. Pembebasan pada kalimat di atas menyatakan makna proses membebaskan sandera secara militer, operasinya akan berlangsung di wilayah kedaulatan Filipina.. Paragraf 8, kalimat 1: Paling masuk akal adalah Pemerintah Filipina meningkatkan pengamanan di perairannya. Afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar aman yang diawali fonem /a/, nasal yang muncul adalah nasal /ng/. Pengamanan pada kalimat tersebut artinya hal/peristiwa mengamankan wilayah perairannya. Paragraf 9, kalimat 1: Kita berharap pemerintahan baru Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, bisa segera berkonsolidasi di dalam negeri, dan setelah memberikan perhatian serius terhadap pemberantasan pengedar narkoba, selanjutnya bisa memberikan perhatian lebih besar pada masalah yang terjadi di perairan selatan negaranya. Pada kalimat di atas afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar berantas yang diawali fonem /b/ sehingga muncul nasal /m/. Pemberantasan pada kalimat di atas, menyatakan makna proses memberantas pengedar narkoba, selanjutnya bisa memberikan perhatian lebih besar pada masalah yang terjadi di perairan selatan negaranya.
Tabel 4.16 Penasalan pada Tajuk Rencana “Demokrasi Mundur 23 Tahun” Kompas Edisi Selasa, 9 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat Salah satu klausul draft konstitusi itu menetapkan Dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer Pemerintah terpilih akan mengerjakan tugas
Para graf
Nasal m
n
ny
Makna Imbuhan ng
nge
Menjadikan tetap
Menyediakan sesuatu
2
2
3
Melaksanakan (tugas)
126
Jenderal Thawip Netniyom mengatakan Jenderal Wimol Wongwanich yang memutuskan untuk mengakhiri peranan militer Kita menyaksikan bahwa partai politik Thaiand Dinilai hanya ingin mengembalikan militer ke politik KPU Thailand menargetkan sebanyak 80 persen Sebanyak mungkin pemilih yang sah harus memberikan suaranya Menyetujui draft konstitusi
me-i
pe-an
Berkata
3
Menjadikan putus/menetapkan
4
Melakukan yang disebut kata dasarnya Membuat jadi kembali
5
5
Menjadikan target
6
Memberi akan
7
2
Yang akan mengawasi anggota parlemen untuk mengakhiri peranan militer di politik Dipilih lewat pemilihan umum
2
4
2
Dari data Komisi Pemilihan Umum Thailand Komisi Pemilihan Umum Thailand menargetkan sebanyak 80 persen Hasil pemilihan umum keluar Biasanya enggan berpartisipasi dalam pemilihan umum Jumlah
2
Menyatakan setuju pada (draft konstitusi) Melakukan pengawasan pada anggota parlemen Membuat jadi berakhir/ menyudahi Proses memilih Proses memilih
6
Proses memilih
6
7
Proses memilih
Proses memilih
:7
:3
:2
:5
127
Keterangan:
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
1. Afiks me-kan Paragraf 2, kalimat 2: Padahal, salah satu klausul draf konstitusi itu menetapkan, junta militer akan menunjuk anggota Senat, dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer yang akan mengawasi anggota parlemen yang dipilih lewat pemilihan umum. Pada kalimat di atas, afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar tetap dan cadang memunculkan bunyi nasal /n/. Akan tetapi, fonem /t/ pada bentuk dasar tetap disenyawakan dengan bunyi nasal /n/ sedangkan fonem /c/ tetap diwujudkan dan tidak disenyawakan. Menetapkan artinya menjadikan tetap. Pada kalimat di atas, maksudnya menetapkan adalah menjadikan tetap/menentukan, junta militer akan menunjuk anggota Senat dan
yang menjadikan
tetap
adalah
salah
satu
draf
konstitusi.
Mencadangkan artinya menyediakan kursi untuk para komandan militer. Paragraf 3, kalimat 1: Tujuannya agar para komandan militer itu dapat menjamin setiap perubahan dilaksanakan, dan pada saat yang sama juga menjamin bahwa pemerintah terpilih akan mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang dibebankan kepada mereka. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar kerja memunculkan nasal /ng/ karena bentuk dasar kerja diawali fonem /k/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut bentuk dasar. Pada kalimat di atas, mengerjakan artinya melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang dibebankan kepada mereka. Pihak yang mengerjakan tugas itu adalah pemerintah terpilih. Kalimat 2: Bahkan, Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand Jenderal Thawip Netniyom mengatakan, “Para komandan militer itu akan melakukan apa yang disebutkan sebagai „baby sitting’ (mengasuh bayi),”
128
Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar kata memunculkan bunyi nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Mengatakan artinya berkata/menuturkan. Pada kalimat di atas yang berfungsi sebagai subjek adalah Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand Jenderal Thawip Netniyom. Paragraf 4, kalimat 4: Adalah Panglima Angkatan Darat Thailand Jenderal Wimol Wongwanich yang memutuskan untuk mengakhiri peranan militer di politik. Afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar putus yang diawali fonem /p/, nasal yang muncul adalah nasal /m/, karena diawali dengan fonem /p/ maka fonem tersebut tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna menjadikan putus. Memutuskan artinya menentukan, menetapkan untuk mengakhiri peranan militer di politik. Subjek pada kalimat di atas adalah Panglima Angkatan Darat Thailand Jenderal Wimol Wongwanich. Paragraf 5, kalimat 2: Apalagi, kita menyaksikan bahwa partai politik Thailand menolak draf konstitusi yang diajukan junta militer karena dinilai hanya ingin mengembalikan militer ke politik. Afik me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada dua bentuk dasar yang diawali fonem /s/ dan fonem /k/. Oleh karena itu, fonem /s/ dan fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal yang muncul. Pada bentuk dasar saksi memunculkan nasal /ny/, sedangkan pada bentuk dasar kembali nasal yang muncul adalah nasal /ng/. Afiks me-kan pada bentuk dasar saksi menyatakan makna melihat bahwa partai politik Thailand menolak draf konstitusi. Pada kalimat di atas yang melihat partai politik Thailand menolak draf konstitusi adalah kita (subjek). Pada bentuk dasar kembali, afiks me-kan menyatakan makna menyebabkan jadi. Mengembalikan artinya membuat jadi kembali militer ke politik. Pada kalimat di atas, yang dinilai hanya ingin mengembalikan militer ke politik adalah draf konstitusi yang diajukan junta militer
129
Paragraf 6, kalimat 2: Padahal, Komisi Pemilihan Umum Thailand menargetkan sebanyak 80 persen dari jumlah pemilih yang sah berpartisipasi dalam referendum. Pada
bentuk
dasar
target
yang
mendapat
imbuhan
me-kan
memunculkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan pada kalimat tersebut menyatakan makna menjadikan yang disebut kata dasarnya. Menargetkan artinya menjadikan target sebanyak 80 persen dari jumlah pemilih yang sah berpartisipasi dalam referendum. Pada kalimat di atas, subjeknya adalah Komisi Pemilihan Umum Thailand. Paragraf 7, kalimat 4: Itu sebabnya, jika ingin adanya suatu perubahan, sebanyak mungkin pemilih yang sah harus memberikan suaranya. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar beri menyebabkan munculnya nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Memberikan pada kalimat di atas menyatakan makna memberi akan suaranya. Subjek kalimat di atas adalah pemilih yang sah.
2. Afiks me-i Paragraf 2, kalimat 1: Dalam referendum yang diadakan pada Minggu (7/8), sebanyak 61,5 persen memilih ya, atau menyetujui draf konstitusi yang diajukan pemerintah junta militer Thailand. Afiks me-i pada bentuk dasar setuju memunculkan nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Afiks me-i pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan pada. Menyetujui artinya menyatakan setuju akan draf konstitusi yang diajukan pemerintah junta militer Thailand. Pihak yang menyetujui adalah 61,5 persen pemilih. Paragraf 2, kalimat 2: Padahal, salah satu klausul draf konstitusi itu menetapkan, junta militer akan menunjuk anggota Senat, dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer yang akan mengawasi anggota parlemen yang dipilih lewat pemilihan umum.
130
Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar awas menyebabkan muncul bunyi nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Afiks me-i tersebut menyatakan makna melakukan pada. Mengawasi artinya melakukan pengawasan pada anggota parlemen yang dipilih lewat pemilihan umum. Pada kalimat di atas, yang mengawasi adalah para komandan militer. Paragraf 4, kalimat 4: Adalah Panglima Angkatan Darat Thailand Jenderal Wimol Wongwanich yang memutuskan untuk mengakhiri peranan militer di politik. Pada kalimat di atas, afiks me-i diimbuhkan pada bentuk dasar akhir yang diawali dengan fonem /a/ sehingga memunculkan nasal /ng/, fonem /a/ tetap diwujudkan. Afiks me-i pada kalimat tersebut menyatakan makna membuat jadi, mengakhiri artinya membuat jadi berakhir/menyudahi peranan militer di politik. Pada kalimat di atas, yang memutuskan untuk mengakhiri peranan militer di politik adalah Panglima Angkatan Darat Thailand Jenderal Wimol Wongwanich.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 2: Padahal, salah satu klausul draf konstitusi itu menetapkan, junta militer akan menunjuk anggota Senat, dengan mencadangkan kursi untuk para komandan militer yang akan mengawasi anggota parlemen yang dipilih lewat pemilihan umum. Paragraf 6, kalimat 1: Setelah diikuti dengan saksama, dari data Komisi Pemilihan Umum Thailand, diketahui bahwa yang ikut berpartisipasi dalam referendum pada hari Minggu lalu hanya 55 persen dari 50 juta pemilih yang sah. Kalimat 2: Padahal, Komisi Pemilihan Umum Thailand menargetkan sebanyak 80 persen dari jumlah pemilih yang sah akan berpartisipasi dalam referendum.
131
Paragraf 7, kalimat 1: Seperti juga di Indonesia, kalangan yang kritis, atau anti kemapaman, yang diharapkan bisa membawa perubahan, biasanya enggan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Afiks pe-an di atas digunakan pada bentuk dasar pilih yang diawali fonem /p/, nasal yang muncul adalah nasal /m/. Fonem /p/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /m/. Pemilihan menyatakan makna proses memilih secara umum atau bersama-sama.
Tabel 4.17 Penasalan pada Tajuk Rencana “Ketika Negara Absen” Kompas Edisi Rabu, 10 Agustus 2016 Afiks
me-kan
Penggalan kalimat Karut marut distribusi obat menunjukkan ironi Laporan harian ini menunjukkan negara absen Dilarang menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat Dilarang menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat Ini menunjukkan abainya pemerintah Situasi ini membahayakan masyarakat Dan menimbulkan kerugian secara ekonomi Negara berperan menegakkan aturan distribusi obatobatan
Nasal
Para graf
m
n
ny
Makna Imbuhan ng
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Melakukan yang disebut kata dasarnya
1
2
3
3
nge
Melakukan disebut dasarnya
yang kata
Melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan Membuat jadi bahaya
Menjadikan timbul
Menjadikan tegak
4
5
5
7
132
Otoritas pemerintah abai menegakkan aturan Tetapi juga menegakkan kembali aturan soal tata niaga obat Yang pernah mengatakan bahwa esensi demokrasi adalah mendengar Akan berbuat sesuatu untuk menertibkan tata niaga obat-obatan
Menjadikan tegak
Menjadikan tegak
7
7
Berkata akan
7
Menjadikan tertib
7
me-i
pe-an
Untuk pengawasan distribusi obat Apakah penyimpanan obat itu sesuai dengan standar penyimpanan obat Kebijakan pembangunan kesehatan tidak cukup dengan hanya Kartu Jakarta Sehat
2
4
7
Jumlah Keterangan:
Proses mengawasi Proses menyimpan
:3
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
Proses membangun
:8
:2
:3
1. Afiks me-kan Paragraf 1, kalimat 1: Karut-marut distribusi obat menunjukkan ironi praktik berpemerintahan negara ini. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk menghasilkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan yang disebut bentuk dasarnya akan. Menunjukkan artinya
133
menunjuk akan ironi praktik pemerintahan negara ini. Pada kalimat di atas, ironi praktik pemerintahan negara ini ditunjukkan melalui karut-marut distribusi obat. Paragraf 2, kalimat 1: Laporan harian ini menunjukkan negara absen untuk urusan pengawasan distribusi obat. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Makna dari menunjukkan pada kalimat di atas menyatakan menunjuk akan negara absen mengurus pengawasan distribusi obat. Paragraf 3, kalimat 4: Pada Ayat 2 ditulis, “Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang menyimpan, mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada dua bentuk dasar yaitu promosi dan edar. Bentuk dasar promosi yang diawali fonem /p/ memunculkan nasal /m/, fonem /p/ tetap diwujudkan karena dimulai dengan
gugus
konsonan.
Mempromosikan
artinya
melakukan
promosi/propaganda. Pada bentuk dasar edar yang diawali dengan fonem /e/ memunculkan nasal /ng/, fonem /e/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Mengedarkan artinya melakukan edarakan obat dan bahan yang bekhasiat. Paragraf 4, kalimat 5: Ini menunjukkan abainya pemerintah terhadap distribusi obat-obatan. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tunjuk yang diawali fonem /t/ sehingga muncul nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal /n/. Makna dari menunjukkan pada kalimat di atas menyatakan menunjukakan abainya pemerintah terhadap distribusi obat-obatan. Paragraf 5, kalimat 3: Situasi ini membahayakan kesehatan masyarakat dan menimbulkan kerugian secara ekonomi.
134
Pada kalimat di atas, ada dua bentuk dasar yang mendapat afiks mekan.Pertama, bentuk dasar bahaya yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/, fonem /b/ tetap diwujudkan. Kedua, bentuk dasar timbul yang diawali fonem /t/ sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan pada kedua bentuk dasar di atas menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Membahayakan artinya menjadikan bahaya akan kesehatan masyarakat. Menimbulkan artinya menjadikan timbul kerugian ekonomi. Paragraf 7, kalimat 1: Negara berperan menegakkan aturan distribusi obat-obatan. Kalimat 3: Ketika otoritas pemerintah abai menegakkan aturan, maka UU kesehatan tidak punya makna. Kalimat 4:Kebijakan pembangunan kesehatan tidak cukup dengan hanya Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Indonesia Sehat, tetapi juga menegakkan kembali aturan soal tata niaga obat. Pada ketiga kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar tegak yang diawali fonem /t/ sehingga memunculkan nasal /n/. Fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna melakukan tindakan. Menegakkan artinya menjadikan tegak aturan distribusi obat-obatan dan soal tata niaga obat. Paragraf 7, kalimat 5: Kita yakin, Presiden Joko Widodo, yang pernah mengatakan bahwa esensi demokrasi adalah mendengar, akan berbuat sesuatu untuk menertibkan tata niaga obat-obatan sebelum korban jatuh. Afiks me-kan yang diimbuhkan pada bentuk dasar kata memunculkan bunyi nasal /ng/. Fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Mengatakan artinya berkata/menuturkan. Pada kalimat di atas yang berkata adalah Presiden Joko Widodo. Pada bentuk dasar tertib yang diawali fonem /t/ memunculkan nasal /n/, fonem /t/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/.
135
Menertibkan artinya menjadikan tertib tata niaga obat-obatan sebelum korban jatuh.
2. Afiks me-i Pada tajuk rencana ini tidak ditemukan penggunaan afiks me-i pada bentuk dasar yang dapat menghasilkan bunyi nasal.
3. Afiks pe-an Paragraf 2, kalimat 1: Laporan harian ini menunjukkan negara absen untuk urusan pengawasan distribusi obat. Pada kalimat di atas, afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar awas yang diawali fonem /a/ sehingga memunculkan nasal /ng/. Fonem /a/ tetap diwujudkan karena merupakan huruf vokal. Pengawasan menyatakan makna proses mengawasi distribusi obat. Pada kalimat di atas, yang absen untuk pengawasan distribusi obat adalah negara. Paragraf 4, kalimat 4: Tidak diketahui apakah penyimpanan obat itu sesuai dengan standar penyimpanan obat atau tidak. Afiks pe-an pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar simpan sehingga memunculkan bunyi nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Penyimpanan menyatakan makna proses menyimpan obat-obatan. Konteks kalimat di atas adalah bahwa kita tidak mengetahui bagaimana proses menyimpan obat itu dilakukan apakah sesuai standar atau tidak. Paragraf 7, kalimat 4: Kebijakan pembangunan kesehatan tidak cukup dengan hanya Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Indonesia Sehat, tetapi juga menegakkan kembali aturan soal tata niaga obat. Nasal /m/ muncul akibat afiks pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar bangun yang diawali dengan fonem /b/. Fonem /b/ tetap diwujudkan. Pembangunan menyatakan makna proses membangun kesehatan tidak cukup dengan hanya Kartu Jakarta Sehat atau Kartu Indonesia Sehat, tetapi juga menegakkan kembali aturan soal tata niaga obat.
136
Tabel 4.18 Penasalan pada Tajuk Rencana “Akihito dan Kesetaraan” Kompas Edisi Rabu, 10 Agustus 2016 Penggalan kalimat
Para graf
Ini periode sangat menentukan di era Jepang modern Akihito menyampaikan keinginan itu melalui pidato
1
Akihito juga menciptakan tradisi baru Dan akan membicarakannya dengan parlemen
4
Diplomat lulusan universitas Harvard dan Oxford yang menguasai sejumlah bahasa asing menteri pertahanan
8
Afiks
me-kan
me-i
Nasal m
n
ng
nge
Menjadikan pasti/tentu
2
6
Ny
Makna Imbuhan
Makna idiomatikal mengutarakan/ mengatakan
Mencipta akan tradisi baru
Melakukan runding dengan parlemen (merundingkan) Berkuasa atas (Sejumlah bahasa)
pe-an Jumlah Keterangan:
:1
: Penasalan tepat
X
: Penasalan tidak tepat
:2
:1
:1
1. Afiks me-kan Paragraf 1, kalimat 1: Ini periode sangat menentukan di era Jepang modern. Bentuk dasar tentu mendapatkan afiks me-kan sehingga memunculkan nasal /n/, fonem /t/ di awal bentuk dasar tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /n/.Afiks me-kan pada kalimat di atas menyatakan makna menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya. Menentukan artinya menjadikan pasti/tentu di era Jepang modern.
137
Paragraf 2, kalimat 1: Dengan alasan kesehatan, Akihito menyampaikan keinginan itu melalui pidato yang disiarkan secara langsung. Nasal yang muncul akibat diimbuhkannya afiks me-kan dengan bentuk dasar sampai adalah nasal /ny/, fonem /s/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ny/. Menyampaikan menyatakan makna idiomatikal mengutarakan/mengatakan. Pada kalimat di atas yang mengutarakan/mengatakan adalah Akihito (subjek). Paragraf 4, kalimat 1: Akihito juga menciptakan tradisi baru. Afiks me-kan pada kalimat di atas diimbuhkan pada bentuk dasar cipta yang diawali fonem /c/ sehingga memunculkan nasal /n/. Fonem /c/ tetap diwujudkan. Afiks me-kan tersebut menyatakan makna menyebabkan jadi. Menciptakan artinya mencipta/membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada (tercipta). Subjek pada kalimat di atas adalah Akihito, Akihito yang membuat tradisi baru. Paragraf 6, kalimat 1: Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan akan mempertimbangkan permintaan Akihito dan akan membicarakannya dengan parlemen. Pada kalimat di atas, afiks me-kan diimbuhkan pada bentuk dasar bicara yang diawali fonem /b/ sehingga memunculkan nasal /m/. Fonem /b/ tetap diwujudkan. Membicarakan menyatakan makna berbicara/ berunding dengan parlemen. Pada kalimat di atas yang berfungsi sebagai subjek adalah Perdana Menteri Shinzo Abe.
2. Afiks me-i Paragraf 8, kalimat 1: “Korban”-nya adalah Putri Masako, diplomat lulusan Universitas Harvard dan Oxford yang menguasai sejumlah bahasa asing. Afiks me-i yang diimbuhkan pada bentuk dasar kuasa memunculkan nasal /ng/, fonem /k/ tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan nasal /ng/. Menguasai pada kalimat di atas menyatakan makna melakukan
138
kuasa (berkuasa) atas sejumlah bahasa asing. Pada kalimat di atas, yang berkuasa atas sejumlah bahasa asing adalah Putri Masako.
3. Afiks Pe-an Pada tajuk rencana edisi ini, penggunaan afiks pe-an pada bentuk dasar yang dapat memunculkan nasal tidak ditemukan.
C. Rekapitulasi Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016 Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas Edisi 1-10 Agustus 2016
Tanggal 1 Agustus 2016 2 Agustus 2016 3 Agustus 2016 4 Agustus 2016 5 Agustus 2016 6 Agustus 2016 8 Agustus 2016 9 Agustus 2016 10 Agustus 2016
Jumlah
Tajuk Rencana 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
m 1 2 1 2 2 8 1 9 3 1 2 5 3 1 6 3 7 1 : 58 X:0
n 1 2 3 3 3 3 3 5 3 4 9 3 9 3 2 3 8 2 : 69 X:0
Nasal ny 1 3 5 0 1 1 0 1 1 1 0 2 3 0 5 2 2 1 : 29 X: 0
ng 3 4 7 6 11 5 2 3 3 2 5 6 3 6 3 5 3 1 : 78 X: 0
nge
: 0 X:0
Berdasarkan analisis dari tabel data di atas, diperoleh 18 tajuk rencana dari tanggal 1-10 Agustus. Setiap edisi terdiri dari dua tajuk rencana. Dapat
139
diketahui penggunaan penasalan pada penulisan tajuk rencana surat kabar harian Kompas edisi tanggal 1-10 Agustus 2016 adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan nasal /m/ yang tepat berjumlah 58 dan tidak terdapat penggunaan yang tidak tepat. 2. Penggunaan nasal /n/ yang tepat berjumlah 69 dan tidak terdapat penggunaan yang tidak tepat. 3. Penggunaan nasal /ny/ yang tepat berjumlah 29 dan tidak terdapat penggunaan yang tidak tepat. 4. Penggunaan nasal /ng/ yang tepat berjumlah 78 dan tidak terdapat penggunaan yang tidak tepat. 5. Penggunaan nasal /nge/ tidak ditemukan. Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-kan pada tajuk rencana surat kabar Kompas adalah makna „melakukan yang disebut bentuk dasarnya‟, „menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya‟, „melakukan yang disebut kata dasarnya akan‟, „menjadikan berada di‟ dan melakukan untuk orang lain‟. Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-i adalah makna „merasa pada‟, „membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada‟, „memberi pada‟, „melakukan pada‟. Makna yang didapat sebagai hasil afiks pe-an adalah menyatakan makna proses, peristiwa, hal, dan tempat.
D. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah. Selain merupakan mata pelajaran yang wajib diujikan pada ujian nasional, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memberikan peranan penting pada keterampilan berbahasa siswa. Dari tingkat dasar hingga menengah, keterampilan berbahasa yang diajarkan adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di tingkat menengah, setiap siswa dituntut untuk dapat menuangkan ide dan pemikirannya melalui kegiatan menulis seperti menulis cerpen, paragraf, karangan dan lain sebagainya.
140
Pada kegiatan menulis siswa sering merasa kesulitan akibat kurangnya ide dan juga kurangnya pemahaman dalam menulis kalimat yang sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk mengajarkan kepada siswa mengenai kaidah tata bahasa Indonesia yang benar khususnya pada penggunaan penasalan sebagai akibat adanya proses afiksasi. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui dan memahami penggunaan nasal yang muncul pada proses afiksasi, siswa juga lebih memahami bentuk kata yang luluh dan tidak serta mengetahui makna kata yang memperoleh imbuhan. Pembelajaran mengenai imbuhan/afiksasi dapat diajarkan pada Rencana Pelaksaan Pembelajaran kurikulum KTSP dengan kompetensi dasar: Mengunakan imbuhan dalam menulis paragraf argumentasi, dengan salah satu indikator pencapaian mampu menulis paragraf argumentasi dengan memperhatikan penggunaan imbuhan atau afiksasi. Pada proses pembelajaran guru dapat memanfaatkan sumber belajar surat kabar, khususnya pada kolom tajuk rencana. Siswa dapat menerapkan pengetahuan mengenai penggunaan penasalan pada kegiatan menulis di sekolah, baik menulis cerita, karangan, pidato, paragraf dan lainnya. Siswa juga dapat mengetahui makna kata yang memperoleh afiksasi atau imbuhan. Pemanfaatan surat kabar sebagai sumber belajar juga dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca artikel atau teks berita dari berbagai surat kabar.
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan pada penelitian tentang penggunaan penasalan pada kolom tajuk rencana surat kabar harian Kompasdan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan penasalan pada kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Kompas telah memenuhi ketepatan, yakni dari 234 data yang dikumpulkan, semua data sudah tepat. Penggunaan penasalan yang tepat adalah nasal /m/ sebanyak 58 data; nasal /n/ sebanyak 69 data; nasal /ny/ sebanyak 29 data; nasal /ng/ sebanyak 78 data, sedangkan penggunaan nasal /nge/ tidak ditemukan. Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-kan pada tajuk rencana surat kabar Kompas adalah makna ‘melakukan yang disebut bentuk dasarnya’, makna ‘menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya’, makna ‘melakukan yang disebut kata dasarnya akan’, makna ‘melakukan untuk orang lain’ dan makna ‘menjadikan berada di’. Makna yang didapat sebagai hasil afiks me-i adalah makna ‘merasa pada’, makna ‘membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada’, makna ‘memberi pada’, makna ‘melakukan pada’. Makna yang didapat sebagai hasil afiks pe-an adalah menyatakan makna proses, peristiwa, hal dan tempat. 2. Implikasi penggunaan penasalan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dapat diterapkan pada siswa kelas X untuk aspek pembelajaran menulis, dengan standar kompetensi: memahami penggunaan imbuhan dalam penulisan paragraph argumentasi, dengan salah satu indikator pencapaian mampu menulis paragraf argumentasi dengan memperhatikan penggunaan imbuhan atau afiksasi. Siswa dapat menerapkan pengetahuan mengenai penggunaan penasalan pada kegiatan menulis di sekolah, baik menulis cerita, karangan, pidato, paragraf dan lainnya. Siswa juga dapat mengetahui makna kata yang memperoleh
141
142
afiksasi atau imbuhan. Pemanfaatan surat kabar sebagai sumber belajar juga dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca artikel atau teks berita dari berbagai surat kabar.
B. SARAN Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan masukan untuk pihak terkait, di antaranya: 1. Saran untuk siswa, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa lebih memperhatikan kaidah penulisan yang benar. Khususnya pada pengunaan penasalan sebagai akibat adanya afiksasi. Siswa harus memahami bagaimana penulisan bentuk dasar yang tepat setelah memperoleh afiks, nasal apa yang dihasilkan dan luluh tidaknya bentuk dasar. Serta memahami makna yang dihasilkan setiap jenis afiks. 2. Saran untuk guru, dalam proses pembelajaran diharapkan guru tidak hanya mengacu pada sumber buku teks tetapi juga diharapkan dapat menggunakan surat kabar sebagai sumber belajar, salah satunya surat kabar Kompas yang memiliki kaidah penulisan yang baik sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari sedikitnya bahkan hampir tidak ada kesalahan penulisan yang ditemukan pada penelitian ini. 3. Diharapkan bagi mahasiswa bahasa agar dapat melakukan penelitian berikutnya mengenai penggunaan penasalan baik pada surat kabar yang lainnya ataupun pada objek selain surat kabar agar pembaca dapat mengetahui bagaimana penggunaan penasalan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003. AR, Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga, 2010. Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta, 2008. . Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Rosdakarya, 2002.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Fitri Megawati, “Analisis Makna pada Tajuk Rencana Kompas dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA” Jurnal pada Universitas Pakuan, Bogor : 2012. Tidak dipublikasikan. HP, Achmad dan Alek Abdullah. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, 2013.
K, Septiawan Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Kartini, Siti, “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar Untuk Tingkat SMP”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013. Tidak dipublikasikan. Khasanah, Uswatun. “Penggunaan Diksi dalam Surat Pembaca Surat Kabar
148
144
Harian Kompas dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas IX SMP”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2014. Tidak dipublikasikan. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan dan Teori. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999. Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono, 2009.
Resmini, Novi, dkk, Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI Press, 2006. Sudarno. Morfofonemik Bahasa Indonesia. Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990.
Sugono, Dendy. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. . Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
145
Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Suparno, Darsita. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Press, 2015.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu pengantar Teori dan praktik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Wati, Diani Listya, “Penggunaan Preposisi Pada Kolom Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Umum Republika Edisi Oktober 2013 dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA Kelas X”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2014. Tidak dipublikasikan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH MATA PELAJARAN SEMESTER WAKTU
: : Bahasa Indonesia : 2 (Genap) : 2 X 45 menit
A.
Standar Kompetensi : Menulis: Memahami penggunaan imbuhan dalam penulisan paragraf argumentasi
B.
Kompetensi Dasar : Mengunakan imbuhan dalam menulis paragraf argumentasi
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi: 1. Mampu menunjukkan ciri-ciri paragraf argumentasi 2. Mampu menulis paragraf argumentasi dengan memperhatikan penggunaan imbuhan. 3. Mampu menyunting paragraf argumentasi dengan memperhatikan penggunaan imbuhan dan tata bahasa.
D.
Materi Pembelajaran : Membaca paragraf argumentasi di koran Menentukan ciri-ciri paragraf argumentasi Memilih topik yang akan dikembangkan menjadi paragraf argumentasi Menulis paragraf argumentasi
E.
Tujuan Pembelajaran : Setelah kegiatan pembelajaran diharapkan: 1. Siswa dapat menulis paragraf argumentasi 2. Siswa dapat menggunakan imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an. 3. Siswa dapat menyunting paragraf argumentasi teman dengan memperhatikan penggunaan imbuhannya.
F.
Metode Pembelajaran : Diskusi Kelompok Tanya Jawab Ceramah
1
G.
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran : No.
1.
2.
Kegiatan Belajar
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Religius, Bersahabat/ Komunikatif
Kegiatan Awal: Guru memberi salam Guru mengabsen kehadiran siswa Guru mengulas kembali materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya Guru membacakan indikator pelajaran. Kreatif, Kegiatan Inti: Inovatif A. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi : Peserta didik mencermati tajuk rencana pada surat kabar Kompas Peserta didik menentukan ciri-ciri paragraf argumentasi Peserta didik menentukan topik dalam tajuk rencana Peserta didik mencermati penggunaan imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an pada tajuk rencana Guru menjelaskan makna imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an.
B. Elaborasi Siswa menyusun paragraf argumentasi sesuai dengan topik masing-masing Siswa menulis paragraf argumentasi dengan memperhatikan penggunaan imbuhan Hasil kerja setiap siswa ditukarkan dengan teman sekelas Siswa menyunting paragraf argumentasi yang ditulis oleh temannya dengan memperhatikan penggunaan imbuhan C. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi: Guru meminta siswa untuk menyimpulkan
2
tentang hal-hal yang belum diketahui dan kesulitan
apa
saja
yang
dialami
saat
mengerjakan tugas. Guru menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui siswa 3.
Bersahabat/ Kegiatan Akhir: Bersama-sama dengan peserta didik membuat Komunikasi rangkuman/simpulan pelajaran. Siswa
diajak
merefleksikan manfaat dan
nilai-nilai serta kecakapan hidup (live skill) yang bisa dipetik dari pembelajaran. Guru memberi pekerjaan rumah.
H. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN : Buku Bahasa Indonesia Power point Surat Kabar Harian Kompas I.
Penilaian Hasil Belajar: 1. Tes lisan dan tulis 2. Bentuk instrumen Contoh instrumen: 1. Pilihlah topik berikut untuk dijadikan paragraf argumentasi! a. Kesehatan b. Pendidikan c. Kriminal 2. Tulislah paragraf argumentasi dengan menggunakan imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an! 3. Sunting paragraf argumentasi hasil pekerjaan teman sebangku dengan memperhatikan penggunaan imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an.
3
Rubrik Penilaian Menulis Paragraf Argumentasi
No.
Aspek yang dinilai
1.
Siswa mampu menulis paragraf argumentasi sesuai topik kesehatan/pendidikan/kriminal Siswa mampu menggunakan imbuhan mekan, me-i, dan pe-an pada kata Siswa mampu menyunting hasil kerja teman berdasarkan penggunaan imbuhan me-kan, me-i, dan pe-an pada kata dengan tepat
2. 3.
Skor maksimal 10
Nilai
10 10
Skor maksimum (30) Nilai akhir:
Mengetahui, Kepala Sekolah
Tangerang, Februari 2016 Guru Mata Pelajaran
NIP:
NIP:
4
Lampiran 1: Tajuk Rencana Kompas Edisi 1 Agustus 2016
Lampiran 2: Tajuk Rencana Kompas Edisi 2 Agustus 2016
Lampiran 3: Tajuk Rencana Kompas Edisi 3 Agustus 2016
Lampiran 4: Tajuk Rencana Kompas Edisi 4 Agustus 2016
Lampiran 5: Tajuk Rencana Kompas Edisi 5 Agustus 2016
Lampiran 6: Tajuk Rencana Kompas Edisi 6 Agustus 2016
Lampiran 7: Tajuk Rencana Kompas Edisi 8 Agustus 2016
Lampiran 8: Tajuk Rencana Kompas Edisi 9 Agustus 2016
Lampiran 9: Tajuk Rencana Kompas Edisi 10 Agustus 2016
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No.
Dokumen
Tgl. Terbit No. Revisi:
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia
Hal
; : :
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010 01
1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.O 1/F1,/KM.0 1.3/t 26412016 Lamp. :............... Hal : Bimbingan Skripsi
I akarla, 26 septembe r 20 1 6
Kepada Yth.
Dr. Nuryani, M.A .',1-:..-L:.. ,, c1-,:.- i rr)-urrrUlrliulllB JNi ipSl
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As
s
alamu' alaikum wr.wb.
Dengan
ini diharapkan
kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
(materi/teknis) penulisan skipsi mahasiswa:
llll
Nama
Serlinda Nurmala Shinta
NIM
I I 12013000010
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester
VIII (Delapan)
Judul Skripsi
Penggunaan Penasalan pada Kolom Tajuk Rencana Kompas dan
impiikasinya I'erhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMA Judul tersebut tefah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 23 Januari 2016. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu
6
(enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Was
s
alamu' alaikum wr.wb.
didikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tembusan:
l. 2.
Dekan FITK Mahasiswa ybs,
foki, M. HuBps "# 200901 1 015
Biografi Penulis
Penulis dilahirkan di Kabupaten Pekalongan tepatnya di Desa Kalijoyo Kecamatan Kajen pada tanggal 23 Januari 1994 dari ayah yang bernama Sunarto dan ibu bernama Rumayah. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 01 Kalijoyo pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kajen dan tamat pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Kajen dan lulus pada tahun 2012. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri, tepatnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan tamat tanggal 29 Desember tahun 2016.