perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
Skripsi
Oleh
Bangkit Sugeng Subagyo X 1207006
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
Oleh
BANGKIT SUGENG SUBAGYO NIM X1207006
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Purwadi.
Dra. Raheni Suhita, M. Hum.
NIP 195401031981031003
NIP 196303091988032001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jumat Tanggal : 23 Desember 2011 Tim Penguji Skripsi, Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
_______
: Dr. Andayani, M. Pd.
Sekretaris : Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum. Penguji I : Drs. Purwadi.
________ _______
Penguji II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum.
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 196007271987021001
commit to user iv
________
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bangkit Sugeng Subagyo. X1207006. ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2011. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kohesi dan koherensi dalam wacana tajuk rencana harian SOLOPOS dan relevansinya sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan sumber data utama adalah tajuk rencana harian SOLOPOS edisi bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Teknik sampling penelitian ini menggunakan purposive sampling dan menggunakan teknik analisis mengalir dalam menganalisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan, substitusi, dan konjungsi. Dalam hal ini, aspek pengacuan persona yang digunakan adalah pengacuan persona I Jamak, yaitu kami dan kita. Pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan untuk waktu kini dan waktu lampau. Penggunaan substitusi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tidak memiliki peran khusus, sedangkan penggunaan konjungsi secara langsung menunjukkan bahwa terdapat kepaduan antara bagian-bagian yang dihubungkan dengan konjungsi. Kohesi leksikal yang digunakan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan ekuivalensi. Penggunaan repetisi epizeuksis mendominasi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis juga merupakan kata kunci dalam tajuk rencana. Koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan dengan sistematika penulisan yang runtut. Peran konjungsi dan repetisi epizeuksis juga menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS. Hal ini menunjukkan adanya hubungan makna antara pembahasan sebelum dengan setelah konjungsi, baik berupa kata maupun klausa. Repetisi yang ada menjadi penanda kepaduan konteks tajuk rencana harian SOLOPOS. Dalam hal ini aspek dari kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal memiliki peran dalam pembentukan teks dalam wacana, sehingga tajuk rencana menjadi koheren. Tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki relevansi untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA dilihat dari kesesuaian unsur-unsur penyusun tajuk rencana dengan beberapa kompetensi dasar yang ada di tingkat pendidikan SMA, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan keberadaan harian SOLOPOS yang memasyarakat.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Lhe, lathi ndadekne mukti ning yo bisa nggowopati. Ojo sok uni-uni,yen uni-uni sing ngati-ati” (Bapak lan simbok Peneliti ).
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua peneliti; 2. Ketiga kakak peneliti; 3. Keluarga besar peneliti; 4. Keluarga besar Perum Perhutani BKPH Lawu Utara; 5. Teman-teman Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia FKIP UNS angkatan 2007; 6. Teman-teman Pasar Jungke Karangnyar; dan 7. Adik Dian tersayang.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah bagi Allah atas segalanya yang telah diberikan kepada peneliti, termasuk atas kehendak-Nya peneliti masih diberikan kesempatan menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Dr Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP-UNS yang telah memberi izin penelitian skripsi kepada peneliti; 3. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberi izin penelitian skripsi; 4. Dra. Raheni Suhita, M. Hum., selaku Pembimbing Akdemik dan Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan menasihati peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini; 5. Drs. Purwadi.,
selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan; 6. sahabat-sahabatku di Program Studi Bahasa Indonesia angkatan 2007; dan 7. semua pihak yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu per satu. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan menjadi sarana untuk tetap menjalin silaturahim. Aamiin.
Surakarta, Desember 2011
Peneliti commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ...........................................................................................................
i
PENGAJUAN ................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...........................................................................................
iii
PENGESAHAN ....................................................................... .....................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
MOTTO .........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vii
PENGANTAR ...............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B.
Rumusan Masalah .....................................................................
4
C.
Tujuan Penelitian .......................................................................
4
D.
Manfaat Penelitian .....................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................
6
A.
Tinjauan Pustaka .......................................................................
6
1. Hakikat Wacana .........................................................................
6
1) Wacana Lisan dan Tulis .........................................................
9
2) Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog .................................
9
3) Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi, dan Narasi 10 2. Hakikat Kohesi ..........................................................................
11
3. Hakikat Koherensi .....................................................................
16
4. Hakikat Materi Ajar ...................................................................
18
5. Hakikat Tajuk Rencana ............................................................. commit to user B. Penelitian yang Relevan ................................................................
23
ix
26
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Kerangka Pemikiran......................................................................
27
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
29
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
29
B.
Metode dan Pendekatan Penelitian .............................................
29
C.
Sumber Data ...............................................................................
30
D.
Teknik Pengambilan Sampel ......................................................
30
E.
Teknik Pengumpulan Data .........................................................
30
F.
Uji Validitas Data .......................................................................
31
G.
Teknik Analisis Data ..................................................................
31
H.
Prosedur Penelitian .....................................................................
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
33
A.
Deskripsi Data ...........................................................................
33
1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS .....................
33
2. Koherensi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS ................
68
3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran
B.
Bahasa Indonesia di SMA ........................................................
70
Pembahasan ...............................................................................
72
1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS .....................
72
2. Koherensi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS ................
73
3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran bahasa Indonesia di SMA .........................................................
74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................
78
A.
Simpulan ....................................................................................
78
B.
Implikasi .....................................................................................
79
C.
Saran ..........................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis di SMA ...............................................................................................
23
2. Jadwal Penelitian................................................................................
29
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Alur Kerangka Berpikir .....................................................................
27
2. Model Analisis Mengalir ...................................................................
31
commit to user xii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah Alat paling penting dalam komunikasi adalah bahasa. Bahasa sangat diperlukan oleh manusia, sebab manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya selalu menginginkan adanya kontak dengan manusia lain. Oleh karena itu, bahasa memang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Bahasa sangat penting bagi manusia dan bahkan tetap menjadi bagian hidup dari manusia, serta menjadi milik masyarakat pemakainya. Bahasa dan pemakainya selalu dihubungkan dengan kegiatan di dalam masyarakat. Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi ideasional dan interpersonal sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan adanya wacana. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra tutur, pembicara dan mitra bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui dua bahasa dalam wujud konkret berupa wacana lisan atau tulis (Sumarlam, 2003: 4). Wacana memiliki fungsi untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial. Selain itu, wacana juga memiliki fungsi tekstual pada hakikatnya merupakan sarana bagi terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi ideasional dan fungsi interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek kajian penelitian ini salah satu contohnya adalah dalam bentuk media cetak atau surat kabar. Harian merupakan sarana komunikasi yang dalam penyajiannya menggunakan bahasa tulis. Harian SOLOPOS menjadi salah satu sarana komunikasi yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat surakarta karena dapat memberikan informasi yang aktual dan luas. Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif kompleks lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi hal yang penting dalam proses commit user massa sebenarnya sebagian dari pembelajaran bahasa. Ekspresi sikap kritistomedia 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
pelaksanaan fungsi kontrolnya. Tentu saja dalam keleluasaan menjalankan fungsi kontrolnya, media massa tidak boleh kehilangan sikap mawas diri. Bekerja di media massa bukanlah pekerjaan mudah, tidak asal-asalan karena berbagai kekukarangan, kelemahan, dan keterbatasannya media massa mempunyai peran penting dalam mengembangkan fungsi menyebarkan informasi dan edukasi bagi kemajuan masyarakat. Analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunan bahasa sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (2001: 231) mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dalam herarki gramatikal, merupakan satuan tertinggi dan terbesar. Lebih lanjut diterangkan, wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Harian SOLOPOS sebagai salah satu media massa yang menggunakan bahasa sebagi alat vital untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan bahasalah segala disajikan, meskipun ada pula beberapa variasi seperti gambar, diagram, tabel, dan lainnya. Bahasa sebagai komponen utama dalam penyajiannya. Bahasa Harianharuslah berpegang teguh pada kaidah-kaidah kebahasaan bahasa Indonesia, harus memperhatikan kepaduan antarkalimat satu dengan kalimat yang lainnya, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Kepaduan inilah yang akan mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca terhadap informasi yang disampaikan. Rubrik tajuk rencana memiliki kedudukan yang sangat penting karena beberapa faktor. Faktor pertama, setiap harian pasti mempunyai tajuk rencana yang mengkaji masalah yang hangat dibicarakan di masyarakat. Faktor kedua, tajuk rencana itu merupakan pandangan redaktur yang mewakili sebuah harian terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan di masyarakat. Faktor ketiga tajuk rencana itu memberikan pemahaman atas suatu permasalahan. Tajuk rencana sebagai sebuah wacana kebahasaan harus memenuhi persyaratan yang baik, karena wacana itu harus dipahami dan dimengerti oleh semua kalangan atau pembaca. Apabila tajuk rencana itu menjadi sebuah wacana commit to user maksud redaktur yang hendak yang baik maka pembaca akan mudah menangkap
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disampaikan. Oleh karena itu tajuk rencana harus memenuhi persyaratan kohesi dan koherensinya. Kohesi adalah pengungkapan keserasian hubungan bentuk (struktur lahir) antara unsur yang satu dengan unsur lain secara verbal dalam wacana. Dan yang dimaksud koherensi adalah merupakan pertalian makna atau isi sehingga memiliki gagasan atau stuktur wacana yang teratur dan amanatnya yang terjalin rapi, akan mempermudah pendengar atau pembaca untuk memahaminya. Kajian analisis wacana khususnya tajuk rencana terdapat pula di dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas XI SMA. Di Dalam silabus kurikulum KTSP 2006 terdapat sebuah kompetensi dasar yang menyatakan bahwa membedakan fakta dan opini pada editorial atau tajuk rencana dengan membaca intensif dengan demikian analisis wacana pada tajuk rencana menjadi bagian yang penting dalam kompetensi dasar yang harus di kuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji tajuk rencana dalam harian SOLOPOS ditinjau dari aspek kohesi dan koherensinya. Hal ini sangat penting untuk dikaji karena tajuk rencana dalam harian SOLOPOS dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta didik sehingga tajuk rencana dalam koran harian SOLOPOS harus memenuhi kriteria yang baik untuk dijadikan bahan belajar peserta didik. Penelitian ini mengkaji wacana teks tajuk rencana pada harian SOLOPOS yang merupakan wacana yang berisi pokok pikiran, pandangan, dan gagasan dari seorang penulis berita atau redaktur terhadap sebuah permasalahan atau kejadian aktual. Dalam penyajiannya, seorang penulis tajuk rencana harus memperhatikan aspek pemahaman pembaca sehingga pesan yang disampaikan pun dapat diterima oleh pembaca dengan tepat. Penelitian yang mendalam terhadap wacana tajuk rencana pada harian SOLOPOS dilakukan dengan menggunakan kajian secara linguistik. Kajian linguistik yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Analisis wacana tajuk rencana pada harian SOLOPOS ini menggunakan
pendekatan
mikrostruktural.
Pendekatan
mikrostruktural
menitikberatkan pada mekanisme kohesi tekstual untuk mengungkapkan urutan kalimat yang dapat membentuk sebuah wacana menjadi koheren, (Sumarlam, commit to user 2003:138).
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Harian SOLOPOS merupakan koran lokal terbesar di Solo dan sekitarnya. Pemasarannya sudah meluas sampai pelosok- pelosok yang jauh dari keramaian karena sangat mudah sekali didapat oleh masyarakat. Tata bahasanya juga sangat mudah dipahami oleh pembaca khususnya masyarakat kecil. Selain itu harganya juga sangat terjangkau oleh kalangan siapa pun. Kaitannnya dengan bahan ajar bahasa Indonesia, SOLOPOS mudah didapatkan oleh peserta didik. Sebagian besar sekolah dari SD sampai SMA/SMK juga berlangganan koran ini. Sejauh usaha peneliti mencari yang relevan dengan kaitannnya dengan penelitian ini, belum ada yang mengkaji analisis tekstual kohesi dan koherensi pada rubrik tajuk rencana. Alasan peneliti memilih tajuk rencana sebagai objek penelitian karena sangat menarik untuk dianalisis dengan penelitian analisis wacana tekstual kohesi dan keherensi denagn pembaharuan data. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan di dalam analisis wacana dihasilkan proses komunikasi verbal yang berkesinambungan dari awal hingga akhir. Selain itu penggunaan bahasa dalam rubrik tajuk rencana sangat unik dan khas sehingga membuat penulis tertarik untuk mengkaji secara linguistik. Berkaitan dengan latar belakang di atas, permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah analisis wacana tekstul yang terdapat dalam tajuk rencana pada harian SOLOPOS. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kohesi
dalam wacana tajuk rencana pada
harian
SOLOPOS? 2. Bagaimanakah koherensi dalam wacana tajuk rencana pada harian SOLOPOS? 3. Bagaimanakah
relevansinya
Tajuk
rencana
sebagai
bahan
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA? C. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini untuk mendiskripsikan 1. Kohesi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar SOLOPOS. 2. Koherensi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar SOLOPOS. commit to user
ajar
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Relevansi Tajuk rencana sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Secara teoritis hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu dan pengetahuan mengenai praktik analisis wacana danpenelaah kohesi dan koherensi sebuah wacana yang dalam hal ini adalah Tajuk Rencana. 2) Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, yaitu hasil penelitian ini dapat a. Bagi Redaktur Dijadikan sebagai rujukan khususnya bagi redaksi untuk meningkatkan kualitas menulis tajuk rencana. b. Bagi Guru Sebagai materi ajar memahami teks tajuk rencana oleh guru
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Bagi Peserta didik Memberikan informasi kepada pembaca mengenai analisis keutuhan wacana ditinjau dari aspek kohesi dan koherensi. d. Bagi Peneliti Menjadi acuan bagi peneliti bahasa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan masalah yang sama atau berkaitan dengan penelitian ini.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinajuan Pustaka
1. Hakikat Wacana Istilah wacana (discourse) yang berasal dari Bahasa Latin, discursus, telah digunakan baik dalam arti terbatas maupun luas. Secara terbatas, istilah ini menunjuk pada aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lebih luas, istilah wacana menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola yang menjadi ciri jenis-jenis bahasa dalam tindakan (Ronald, 1997). Analisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan dengan konteks lebih luas yang mempengaruhi makna rangkaian ungkapan secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih besar bahasa ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana mempertimbangkan konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu mempengaruhi makna kalimat (Deborah Tannen, 2004). Sebagaimana telah disebut, analisis wacana tidak hanya mengemukan dalam kajian bahasa, tetapi juga dalam berbagai lapangan kajian lain. Kalau dalam linguistik, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat yang memusatkan perhatian pada aras lebih tinggi dari hubungan ketata-bahasaan (grammatical), dalam sosiologi, analisis wacana menunjuk pada kajian hubugan konteks sosial dengan pemakaian bahasa. Kalau dalam psikologi sosial, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap struktur dan bentuk percakapan atau wawancara, dalam ilmu politik, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap praktik pemakaian bahasa dan tali-temalinya dengan kekuasaan. Tampak jelas, digunakan dalam lapangan kajian apa pun, istilah analisis wacana niscaya menyertakan telaah bahasa dalam pemakaian. commit to user 6
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Para ahli bahasa umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam hal satuan bahasa yang terlengkap (utuh), tetapi dalam hal lain ada perbedaanya. Perbedaanya terletak pada wacana sebagian unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh dengan amanat lengkap dan dengan koherensi serta kohesi tinggi. Sebenarnya, wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang koheren, sedangkan kohesif dipertimbangkan dari keruntutan unsur pendukung (bentuk). Dalam hubungan dengan penggunaan kohesi, selain teks dalam pengertian dalam bahasa tertulis, kohesi juga akan berhubungan dengan konsep wacana yaitu sebagai
kesinambungan
cerita
dengan
bahasa
yang
mudah
dan
kesinambungan ini ditunjang oleh jalinan informasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, wacana didefenisikan sebagai: (1) ucapan, perkataan, tutur; (2) keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku, atau artikel, atau pada pidato, khotbah, dan sebagainya. Anton M. Moeliono (1988:334) menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan dan menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain membentuk satu kesatuan dengan kata lain terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu. Di dalam definisi ini unsur kesatuan hubungan antara kalimat dan keserasian makna merupakan ciri penting atau esensial di dalam wacana. Kesatuan hubungan antara kalimat dan keserasian makna tersebut harus didukung dengan adanya hubungan proposisi, yaitu konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari suatu pembicaraan. Berdasarkan bahasan itu, dapat diketahui bahwa suatu pembentuk wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan. Bambang Kaswanti Purwo (1993:23) mengemukakan bahwa pada umumnya suatu wacana dipahami sebagai unit bahasa yang lengkap dan lebih besar daripada kalimat. Unit itu dapat berupa paragrap, undangan tulis, cerita pendek, dan lainlain. Kenyataannya tidak selalu demikian. Wacana lisan lebih sering pedekcommit to pendek-pendek, user pendek dan terdiri drai unit-unit yang juga bahkan sering kurang
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lengkap, kurang gramatikal dan informal. Hal ini terjadi karena wacana lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor nonbahasa. Sebaliknya, wacana tulis biasanya lengkap dan lebih gramatikal, menggunakan bentuk-bentuk baku, dan penuh informasi penjelas agar tidak disalah tafsirkan oleh pembaca. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) dan pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun (Abdul Chaer, 1994:267). Wacana dikatakan satuan bahasa yang lengkap karena wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan
kewacanaan
lainya
(kohesi
dan
koherensi).
Wacana
yang
mempeunyai keserasian hubungan antarunsur yang ada (kohesi) maka bisa menciptakan wacana yang apik dan benar (koheren). Sumarlam (2003:15) mendefinisikan wacana merupakan satuan terlengkap yang dinyatakan secara lisan atau tertulis, yang dilihat dari struktur lahir (dari segi bentuk) bersifat kohesif atau saling terkait, dan dari struktur batin (dari segi makna) bersifat koheren atau terpadu. Selain itu, Mulyana (2005:1) juga mengatakan bahwa unsur kebahasaan yang relative paling kompleks dan lengkap adalah wacana. Satuan pendukung kebahasaanya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang kompleks dan lengkap atau satuan kebahahasaan yang paling tinggi, selain itu juga dapat dikatakan sebagai unsur bahasa yang bersifat pragmatis. James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the psychology of a Language (dalam Henry Guntur Tarigan, 1987:25) menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebuah wacana menurut Deese harus memenuhi commit to user syarat sebagi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
a) Merupakan seperangkat proposisi, yaitu konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi dari pembicara b) Isi komunikasi itu harus saling berhubungan, artinya antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain saling berhubungan c) Keterkaitan antarproposisi itu menghasilkan rasa kepaduan, baik kepaduan bentuk maupun kepaduan makna. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, paragraph, kalimat atau kata, yang membawa amanat yang lengkap (Harimurti Kridalaksana, 2001:179). Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Jenis-jenis wacana Bahasa Indonesia, antara lain; 2. Wacana Lisan dan Tulis Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat. 3. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Apabila dalam to user suatu komunikasi hanya ada satucommit pembicara dan tidak ada balikan langsung dari
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
peserta yang lain, wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog. 4.
Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana
dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, terkompleks, yang dalam tingkatan gramatikal merupakan satuan yang tertinggi atau terbesar, yang dinyatakan secraa lisan dan tertulis, yang dilihat dari stuktur lahir (dari segi bentuk) bersifat kohesif atau saling berkait, dan commit user bersifat koheren atau terpadu. yang dilihat dari struktur batin (dari segitomakna)
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wacana dapat dipilah-pilah berdasarkan sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan wacana secara umum adalah berdasrkan media atau sarana penyampaian, bahasa, bentuk, jumlah penutur, isi, sifat, gaya atau cara dan tujuan pemaparan. 2) Hakikat Kohesi Anton M. Moeliono (1988:343) mengemukakan bahwa kohesi adalah kesatuan hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Wacana yang kohesif, akan menciptakan kekoherenan yaitu isi wacana yang apik dan benar. Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan itu kohesi adalah 'organisasi sintaktik'. Organisasi sintaktik ini adalah merupakan wadah ayat-ayat yang disusun secara padu dan juga padat. Dengan susunan demikian organisasi tersebut adalah untuk menghasilkan tuturan. Ini bermaksud bahawa kohesi adalah hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan dapat menghasilkan wacana yang baik. Dalam kohesi, kaidah- kaidah yang digunakan adalah berdasarkan penyampaian informasi lama dan informasi baru. Kaidah-kaidah itu adalah seperti kaidah perujukan, kaidah penggantian, kaidah pengguguran, kaidah konjungsi dan kohesi leksikal. Wacana juga dicirikan oleh kesinambungan informasi yang diartikan sebagai kesatuan makna. Kesatuan makna dalam wacana ini pula dapat dilihat dari segi makna logik dan makna kohesi. Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki kesatuan. Hal ini berarti bahwa hubungan makna baik makna leksikal maupun makna gramatikal, perlu diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang membentuk teks. Kohesi ialah ikatan-ikatan dan hubungan-hubungan yang ada di dalam teks. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kohesi mengacu pada perpaduan bentuk. Kohesi menjadi aspek penting dan menjadi titik berat dalam suatu wacana. Kohesi merupakan hubungan yang logis antara kalimat-klaimat dalam suatu teks atau wacana yang dinyatakan secara struktur atau leksikal. Kohesi adalah hubungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dan saling berkaitan. dapat dikatakan bahwa kohesi merujuk pada pertautan bentuk wacana. Menurut Mulyana (2005:133) konsep kohesi mengacu pada hubungan bentuk. Maksudnya unsur-unsur (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun wacana, memiliki keterkaitan yang padu dan utuh, dengan kata lain kohesi adalah aspek internal dari struktur wacana. Kohesi menyangkut pengungkapan hubungan antar kalimat secara verbal. Kohesi membuat karangan menjadi padu dan konsisten suatu karangan terbentuk dari kekohesifan karangan itu sendiri. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kohesi memiliki hubungan atau berkaitan dengan koherensi, dan hubungan tersebut dalam wacana (terutama wacna tulis) tidak dapat dipisahkan. Henry Guntur Tarigan (1993:97) menyatakan bahwa suatu teks atau wacana benar-benar bersifat kohesif
bila terdapat kesesuaian secara bentuk
bahasa terdapat konteks (situasi dalam bahasa). Dalam pembentukan suatu wacana yang kohesif dibutuhkan sarana dan alat-alat untuk membentuknya. Menurut Henry Guntur Tarigan ada dua tipe kohesi, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis dan konjungsi. Kohesi leksikal berupa repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, hiponim, serta ekuivalensi. Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan pengertian kohesi. Kohesi adalah pengungkapan keserasian hubungan bentuk (struktur lahir) antara unsur yang satu dengan unsur yang lain secara verbal dalam wacana, sehingga tercipatalah keterkaitan yang utuh dan pengertian yang apik atau koheren. Wacana yang padu dan konsisten akan memudahkan pembaca atau pendengar memahaminya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
a. Kohesi Gramatikal Segi atau struktur lahir wacana disebut aspek kohesi gramatikal (Sumarlam, 2003:23). Kohesi gramatikal adalah hubungan semantik antarunsur yang dimarkahi alat gramatikal, yaitu alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa. Unsur-unsur kohesi gramatikal terdiri dari pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjuction). 1) Pengacuan atau penunjukkan (Referensi) Referensi (pengacuan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Pengacuan merupakan bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya (M. Ramlan, dalam Mulyana 2005:133). Referensi merupakan ungkapan kebahasaan yang digunakan oleh seorang pembicara atau penulis untuk mengacu kepada hal-hal yang dibicarakan atau ditulis. Referensi dibedakan menjadi dua, yaitu referensi endofora dan referensi eksofora. Referensi endofora adalah pengacuan pada kalimat atau bagian-bagian dalam konteksnya, sedangkan referensi eksofora adalah pengacuan yang dilakukan dengan merujuk pada hal-hal di luar konteksnya. Pengacuan secara endofora bersifat anaforis dan kataforis. Pengacuan endofora yang anaforis adalah pengacuan terhadap hal-hal yang telah disebut di depannya. Pengacuan endofora yang kataforis adalah pengacuan terhadap hal-hal yang akan diebutkan kemudian. 2) Penyulihan (Substitusi) Substitusi adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur untuk memperoleh unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu (Harimurti kridalaksana, 2001:204). Substitusi terletak pada gramatikalnya. Substitusi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Substitusi nominal, unsure yang diganti dan yang menggantikan berupa nominal (kata benda). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b. Substitusi verbal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa verbal (kata kerja). c. Substitusi klausal, unsur yang diganti dan yang menggantikan berupa klausa (Sumarlam, 2003:27-28). 3) Pelesapan (Elipsis) Elipsis merupakan peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Harimurti Kridalaksana, 1993:101). Adapun fungsi pelesapan dalam wacana sebagai berikut. a) Menghasilkan kalimat yang efektif b) Efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa c) Mencapai aspek kepaduan wacana d) Bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa e) Untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan 4) Perangkaian (Konjungsi) Menurut Sumarlam (2003:32) konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menggabungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu. Konjungsi terbagi menjadi enam bagian, yaitu: a) Konjungsi adversatif, di antaranya “tetapi” b) Konjungsi kausatif, di antaranya “karena” c) Konjungsi koordinatif, di antaranya “karena, dengan, atau” d) Konjungsi korelatif, di antaranya “tidak tahu” e) Konjungsi subordinatif, di antaranya “bila, jika” f) Konjungsi temporal, di antaranya “sebelumnya, sesudahnya” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
b. Kohesi Leksikal Kohesi leksikal adalah segi makna atau struktur batin wacana, maksudnya hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik (Sumarlam, 2003:35). Menurut Mulyana (2005:134) bahwa kohesi leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif. 1) Repetisi (Pengulangan) Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003:35) 2) Sinonimi (Padan Kata) Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama, atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1994:85). Hubungan dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama disebut sinonim. Sinonim berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lainnya. Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) sinonimi antar morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat. 3) Antonimi (Lawan kata) Antonimi secara harafiah dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda yang lain (Sumarlam, 2003:40). Antonimi dapat disebut sebagai leksem yang berpasangan secara antonimi yaitu oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. Berdasarkan sifatnya, antonimi atau oposisi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu oposisi mutlak (pertentangan makna secara mutlak), oposisi kutub atau gradasi (tidak bersifat mutlak relatif dan terdapat tingkatan makna pada kata-kata tersebut), oposisi hubungan atau relasional (memperlihatkan kesimetrian dalam makna anggota pasangannya commithirarkial to user (menyatakan deret jenjang atau atau bersifat melengkapi), oposisi
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkatan, dan biasanya berupa kata-kata yang menunjuk pada satuan ukuran, hitungan, penanggalan), dan oposisi majemuk (terjadi pada beberapa kata yang biasanya lebih dari dua). 4) Kolokasi (Kata sanding) Kolokasi merupakan asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat (Harimurti Kridalaksana, 2001:113). Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satuan domain atau jaringan tertentu. 5) Hiponimi (Hubungan atas bawah) Hiponimi adalah sama dengan sinonimi, hanya dalam hiponimi unsur pengulangannya
mempunyai
makna
yang
mencakupi
makna
unsur
pengulangan. Pendapat lain mengatakan bahwa hiponimi merupakan hubungan dalam semantik antara makna spesifiks dan makna genetik (Harimurti Kridalaksana, 2001:74). Hiponimi merupakan satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual lain. 6) Ekuivalensi (Kesepadanan) Ekuivalensi dalam wacana dapat berupa kata-kata yang maknanya berdekatan dan merupakan lawan kata dari kesamaan bentuk hasil proses afiksasi. Menurut Sumarlam (2003:46) ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Ekuivalensi merupakan pengembangan dari bentuk dasar sebagai akibat adanya afiksasi yang masih mempunyai persamaan bentuk dasrnya. 3) Hakikat Koherensi Sama halnya dengan kohesi, pengertian koherensi juga dikemukakan oleh banyak ahli bahasa. Istilah koherensi mengandung makna „pertalian‟. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (Henry Guntur Tarigan, dalam Mulyana, 2005:30). Berdasarkan hal tersebut, wacana yang koheren memiliki ciri-ciri, susunannya teratur dan amanatnya tejalin rapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
sehingga mudah diinterpretasikan. Pengertian koherensi tidak terlepas dari bahasa, keutuhan wacana lebih ditentukan oleh kesatuan maknanya, sedangkan kesatuan makna hanya terjadi bila dalam wacana tersebut terdapat sarana-sarana koherensi yang mampu mempertalikan kalimat-kalimat dalam wacana. Pentingnya isi suatu wacana merupakan sarana yang ampuh dalam pencapaian koherensi di dalam wacana berarti pertalian pengertian yang lain (Henry Guntur Tarigan, 1993:32). Koherensi adalah suatu upaya membuat jalan pikiran dari satu ke yang lain berhubungan erat dan lancar, serta menghasilkan kejelasan. Penulis menuntun pembaca mengikuti jalan pikirannya secara logis dan jelas dari satu bagian ke bagian yang lain. Dengan adnya upaya tersebut, pembaca dengan mudah pula dapat melihat hubungan antarunsur pembentuk wacana. Kalimat-kalimat pada paragraph akan tampak dihubungkan dengan menggunakan penanda bahasa. Hubungan semacam ini disebut hubungan struktural. Hubungan struktural dapat dibagi menjadi dua, yaitu hubungan yang bersifat eksplisit (hubungan secara jelas dan tegas ditampakkan oleh adanya perangkat penanda bahasa), dan hubungan yang bersifat implicit (secara tersirat terasa ada hubungan antara bagian yang satu dan yang lain). Penanda koherensi diwujudkan dalam bentuk kata yang muncul dalam sebuah wacana. Penanda tersebut menggabungkan antara dua klausa atau lebih unsur bahasa dalam sebuah wacana yang menimbulkan makna sebab akibat. Penanda-penanda koherensi itu antara lain: a) Penanda koherensi yang bermakna sebab akibat b) Penanda koherensi yang bersifat penekanan c) Penanda koherensi yang bermakna lokasi/kala d) Penanda koherensi yang bermakna penambahan e) Penanda koherensi yang bermakna penyimpulan f) Penanda koherensi yang bermakana contoh atau missal g) Penanda koherensi yang bermakna pertentangan Menurut Mulyana (2005:36) bahwa koherensi berhubungan dengan aspek commitwacana, to user aspek makana (meaning), aspek kerapian dan kesinambungan struktur
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
batiniah, dan berhubungan dengan organisasi semantik, sehingga koherensi merupakan unsur bahasa yang bersifat eksternal. Susunan dan struktur wacana agar serasi, runtut, dan logis maka dipakailah aspek atau sarana koherensi. Keserasian terletak pada kesesuaian (cocok dan harmonis) hubungan antarposisi dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, dan bertautan satu sama lain, sedangkan keruntutan umumnya terjadi pada susunan kalimat (struktur). Sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti. Ayu B. Hararap (2007) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan koherensi adalah keterkaitan unsure-unsur dunia teks, yaitu susunan gagasan dan konsep. Isi teks dapat dipahami dengan adanya hubungan-hubungan tersebut. Menurut Maillard (dalam Ayu B. Harahap) koherensi dapat dipertahankan apabila terpenuhi aturan aturan seperti aturan pengulangan, aturan perkembangan, aturan hubungan, dan aturan tidak adanya kontradiksi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa koherensi merupakan pertalian makna/isi sehingga memiliki kesatuan gagasan. Struktur wacana yang teratur dan amanatnya yang terjalin rapi, akan mempermudah pendengar atau pembaca untuk memahaminya.
4) Hakikat Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan
ajar,
yakni
antara
lain;
ketersediaan
bahan
sesuai
tuntutan
kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan commit to user mengembangkan bahan ajar sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dan bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Bandono, 2009). Sejalan dengan pengertian tersebut, Ahmad Sudrajat (2008) menambahkan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. b. Sumber Bahan Ajar Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber menurut Ahmad Sudrajat (2008), yaitu: (a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb., (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokokcommit to user pokok materi, (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan yang
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu
diingat,
dalam
menyusun
rencana
pembelajaran
berbasis
kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satusatunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik dalam mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada di dalam dirinya. Standar kompetensi mata pelajarana Bahasa Indonesia adalah berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra commit to user kemanusiaan. Oleh karena itu adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 260) menyatakan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1) peserta
didik
dapat
mengembangkan
potensinya
sesuai
dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap karya kesastraan dan hasil intektual bahasa sendiri; 2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembagan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; 4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; 5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan 6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di atas diharapkan peserta didik mampu untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Adapun tujuan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasrkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas
budi
pekerti,
serta
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan berbahasa; 6) Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia; Sedangkan ruang lingkup dari mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspekaspek seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir pendidikan di SMA, diharapkan peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya lima belas buku sastra dan nonsastra. Berikut ini beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di SMA, kelas XI serta yang menyangkut berbagai kemampuan , baik mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan membaca dan menulis Tajuk Rencana: commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk kelas XI semester 2: Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menulis : Mengungkapkan informasi Menulis gagasan untuk mendukung melalui penulisan paragraf dan teks suatu pendapat dalam bentuk paragraf pidato
argumentatif
Indikatornya : 1. Mendaftar topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi. 2. Menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu dengan demikian, oleh sebab itu, dll) dalam paragraf argumentasi. 5) Hakikat Tajuk Rencana Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. (Wikipedia bahasa Indonesia: 2011). Imung pujanarko juga menjelaskan tajuk rencana atau editorial adalah opni berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadaap persoalan aktual fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Tajuk rencana atau editorial secara keseluruhan opini yang ditulis dari redaksi diassumsikan mrwakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan karena pentingnya masalah yang berkembang di masyarakat ( Imung, 2008). commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana merupakan opini yang berisi tulisan dari sebuah media masa yang berisi reaksi terhadap suatu peristiwa yang actual yang terjadi dimasyarakat. Biasanya tajuk rencana ditulis dari redaksi tetapi sudah mewakili pandangan pada suatu media surat kabar. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk rencana mempunyai sifat: 1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan dan bulanan. 2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu
aspek
sosial,
politik,
ekonomi,
kebudayaan,
hukum,
pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. 3. Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana. 4. Terkait erat dengan politik media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungimedia tersebut. Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencamtumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita. Idealnya tajuk rencana adala pekerjaan, dan hasil pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihaddiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasaalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan. Maka setelah tercapai pokok-pokok pikiran, dituangkan commit to userawak redaksi yang telah ditunjuk dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
dalam rapat. Dalam Koran harian biasanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namum semangat isinya tetap mencerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses tanggung jawabnya yang terbatas. Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri diantaranya : 1. Hati-hati 2. Normatif 3. Cenderung konservatif 4. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam 5. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis. Namun, tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle low media) berlaku sebaliknya. Berbeda dengan ciri-ciri tajuk rencana pers papan atas, cirri-ciri dari tajuk rencana pers papan tengah adalah: 1. Lebih berani 2. Atraktif 3. Progresif 4. Tidak tanggung jawab untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan “tembak langsung”. 5. Lebih memilih pendekatan sosiologis dari pada pendekatan politis Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hamper di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang berbeda-beda (Imung, 2008).commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Penelitian Mulyana yang terdapat pada bukunya yang berjudul “Kajian Wacana: Teori, Metode, dan aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana” (2005). Mulyana meneliti tentang: Kajian Keutuhan Wacana “Kata Pengantar” dalam skripsi mahasiswa tahun 2003 Fakultas Bahasa dan sastra Indonesia (FBS) Universitas
Negeri
Yogyakarta
(UNY).
Penelitian
tersebut
berusaha
mendeskripsikan dan menjelaskan aspek-aspek yang menjadi sarana keutuhan wacana “Kata Pengantar” skripsi mahasiswa angkatan 2003 Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia (PBSI) dan Pendidikan Bahasa Daerah (PBD) PBS UNY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana “Kata Pengantar” ditulis dengan gaya naratif. Aspek keutuhan wacana “Kata Pengantar” yang tampak menonjol adalah kohesi, koherensi, dan topikalisasi. Secara linguistis masingmasing aspek tersebut, baik secara format (bentuk) maupun maknawi (semantik), menjalin hubungan yang rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan wacana yang padu dan lengkap. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, penelitian Tarhan, dkk. (2008) menyatakan bahwa
“Problem based learning is away of constructing and
teaching course using problem as a stimulus and focus student aktivity.” Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pembentukan konsep-konsep dan keterampilan sosial. Hal ini tertuang dalam kutipan hasil penelitiannya berikut. Hasil penelitian tersebut menurut peneliti dapat dikaitkan dengan hasil penelitian ini. Tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat membentuk kepribadian sosial karena siswa dapat diajak langsung mengumpulkan dan mengintegrasikan pembahasan yang ada dalam tajuk rencana. Sejalan dengan hasil penelitian di atas,
Nathan Hughes, dkk. (2011)
secara khusus menyatakan bahwa “In particular, academic writing skills support commit user skills allow for evidence-based effective professional communication andto research
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
practice.”. hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa keterampilan menulis akademik dapat mendukung komunikasi profesional dan keterampilan riset yang efektif
untuk praktik berbasis bukti. Praktek berbasis bukti yang dimaksudkan
adalah menulis dengan menggunakan fakta-fakta. Hal ini tertuang dalam kutipan di bawah ini. C. Kerangka Pemikiran Pada penelitian mengenai “Analisis Tekstual Tajuk Rencana”, peneliti akan
menganalisis mengenai teks (kohesi dan koherensi). Analisis terhadap
kohesi ada dua macam, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Ada empat unsur dalam kohesi gramatikal yaitu pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction). Unsur yang ada dalam kohesi leksikal dibedakan menjadi enam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padanan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atasbawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan). Selain menganalisis dari aspek kohesi, untuk mengetahui kekoherenan sebuah teks juga dilakukan analisis terhadap aspek koherensi. Analisis koherensi meliputi koherensi antar kalimat dalam paragraf, antar paragraf satu dengan yang lain, paragraf dengan judul. Dari analisis kohesi dan koherensi teks, akan diperoleh sebuah keterpaduan teks. Adapun bagan dari kerangka pemikiran yang disampaikan peneliti sebagai berikut: Rubrik Wacana Tajuk Rencana
Teks
Kohesi
Koherensi
Simpulan commit to user Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan cara mempelajari buku-buku yang ada kaitannya dengan objek penelitian (tekstual yang ada pada tajuk rencana harian SOLOPOS edisi bulan Februari 2011), sehingga diharapkan dapat menghasilkan analisis yang tepat. Kesimpulannya penelitian ini tidak terikat oleh tempat. Waktu yang diperlukan dalam penelitian dari menyusun proposal sampai laporan direncanakan selama 6 bulan, yaitu bulan Januari 2011 sampai Juli 2011. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Jadwal Penelitian No
Kegiatan
Bulan dan Tahun (2010) Januari
1.
Pengajuan Judul
--x-
2.
Pembuatan Proposal
---x
3.
Pengurusan Izin Penelitian
4.
Pengumpulan Data
5
Analisis Data
6.
Penyusunan Laporan
Februari
Maret
April Mei
xx--xxXxxx xxxx Xxx
B. Metode dan Pendekatan Penelitian Dilihat dari analisis datanya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang datanya bukan berdasarkan angka-angka tetapi berdasarkan dari konsep-konsep, kategori-kategori, dan bersifat abstrak. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan dan menganalisis penggunaan kohesi dan koherensi pada sebuah teks wacana pada rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian SOLOPOS edisi bulan Maret sampai dengan Mei 2011. Adapun pendekatan penelitian ini menggunakan analisis isi commit to user (content analysis). 29
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Sumber Data Penelitian ini menggunakan sumber data berupa dokumen dan informan. Dokumen yang dimaksud, yaitu rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian SOLOPOS. Data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan teks (terutama dari aspek kohesi dan koherensi), berasal dari dokumen yakni teks wacana yang terdapat pada rubrik Tajuk Rencana surat kabar harian SOLOPOS edisi bulan Februari 2011. Hal tersebut dikarenakan, menurut pengamatan peneliti rubrik Tajuk Rencana merupakan rubrik yang digemari oleh pembaca yang memuat Pendapat dari redaktur. Peneliti memilih rubrik Tajuk Rencana karena pada rubrik tersebut berisikan ungkapan dari redaktur yang menyoroti suatu hal atau peristiwa yang masih hangat dan rubrik ini paling banyak diminati oleh pembaca SOLOPOS dipilih sebagai sumber data karena beberapa alasan. Yang pertama, SOLOPOS memiliki pasar yang luas atau dengan kata lain keberadaannya sudah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Yang kedua, surat kabar harian SOLOPOS, berita yang disajikan merupakan berita terkini. Yang ketiga, surat kabar harian Solpos mudah didapat. D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan tujuan atau maksud tertentu. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil sample berupa teks wacana tajuk rencana Harian SOLOPOS. Cuplikan ini (sampling) bukan mewakili populasi tetapi mewakili informasinya, sehingga bila generalisasi harus dilakukan, maka arahnya cenderung sebagai generalisasi teori (Sutopo, 2002: 37). Dalam hal ini peneliti mengambil sample tajuk rencana harian SOLOPOS bulan Maret, aprli, dan Mei 2011. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka. Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh guna mendapatkan data yang diperlukan. Sesuai dengan bentuk penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis commit to user dokumen.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Uji Validitas Data Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi teori. Peneliti memeilih trianggulasi teori mengingat karakteristik data penelitian yang dilakukan menggunakan perspektif lebih dari satu teori. Dari bebrapa perspektif teori itu akan akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bias dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahut korelasi dan kohesi yang terdapat pada rubrik Tajuk Rencana. G. Teknik Analisis Data Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir atau flow model of analisis mengingat karakteristik data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dokumen sudah dilakukan sejak awal sebelum kegiatan pengumpulan data, yaitu sejak awal penulisan proposalpenelitian. Kemudian proses reduksi data dilanjutkan pada saat pengumpulan data. Selain itu juga dilakukan penyajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Berikut adalah gambar skema model analisis mengalir (flow model of analysis) menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1994).
Pengumpulan Data Reduksi Data PRA
POST Sajian Data POST Penarikan Kesimpulan/Verifikasi POST
Gambar 2. Model Analisis Mengalir commit to user
ANALISIS
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yang terdiri dari rang kaian tahap demi tahap kegiatan penelitian dari awal sampai akhir. Apapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan, meliputi penyusunan proposal penelitian. Peneliti mengajukan judul penelitian yang kemudian disusul dengan pembuatan proposal penelitian. Adapun tujuan dari penyusunan proposal ini untuk membuat rencana penelitian secara global dari keseluruhan penelitian sehingga penelitian dapat terkontrol. Selain itu untuk memeberikan gambaran secara praktis tentang tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pembaca dan peneliti lain. 2. Tahap pelaksanaan, meliputi pengkajian yang mendalam yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Kegiatan yang dilakukan pada tahao ini adalah pengumpulan data dari wacana teks rubrik Tajuk Rencana dalam surat kabar harian SOLOPOS. 3. Tahap penyusunan laporan, setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, direduksi, dianalisis, dan disusun sehingga kesimpulan dapat dibuat. Data yang dianalisis, kemudian dirumuskan secara cermat guna mendapatkan landasan yang kuat.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hal pertama yang akan dibahas dalam hal ini adalah kohesi yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. Pembentukan kohesi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal yang berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir bahasa. Penanda aspek gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction). Di samping keempat jenis aspek gramatikal di atas, terdapat pula aspek leksikal, yaitu hubungan antar unsur dalam wacana secara semantik. Kohesi leksikal ini terdiri atas pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata (antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), dan kesepadanan (ekuivalensi). Berikut adalah deskripsi data mengenai pembentukan kohesi pada tajuk rencana harian SOLOPOS dengan pemanfaatan aspek gramatikal dan leksikal. A. Deskripsi Data 1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS Analisis Kohesi Wacana 1 Pertanyaan yang perlu dijawab (Senin Legi, 14 Maret 2011) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona 1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah “kebohongan pemerintah” yang digulirkan sejumlah tokoh agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi “gempa” akibat isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di commit to user Jakarta, yang dimuat oleh dua media Australia, Jumat lalu. 33
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Yang jelas, terkuaknya isi kawat komunikasi tersebut telah menimbulkan kegelisahan bagi kita karena tidak mungkin ada asap tanpa ada api. Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan klarifikasi yang gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan rakyat makin bertambah. 3) Tentunya kita juga tidak ingin skandal Watergate – yang terjadi di negara yang mengaku guru demokrasi, Amerika Serikat, saat partai berkuasa menyalahgunakan CIA untuk memata-matai partai oposisi – juga terjadi di sini. Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 2, dan 3) pronomina I jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau redaktur dalam tajuk rencana yang ditulis. Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demonstratif Waktu 1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah “kebohongan pemerintah” yang digulirkan sejumlah tokoh agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi “gempa” akibat isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yang dimuat oleh dua media Australia, Jumat lalu. Pengacuan
satuan
lingual
dengan
kata
“Jumat
lalu”,
menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan waktu lampau. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu sebelumnya (sebelum penulisan tajuk rencana ini) menjadi dasar penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengacuan Demonstratif Tempat 1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah “kebohongan pemerintah” yang digulirkan sejumlah tokoh agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi “gempa” akibat isi b 2) ocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yang dimuat oleh dua media Australia, Jumat lalu. 3) Sumber pemberitaan itu merupakan sebagian kecil dari bocoran komunikasi
angtara Kedubes AS di sejumlah negara –
termasuk Indonesia – dengan Washington yang diperoleh di situs Wikileaks. 4) Tentunya kita juga tidak ingin skandal Watergate – yang terjadi di negara yang mengaku guru demokrasi, Amerika Serikat, saat partai berkuasa menyalahgunakan CIA untuk mematamatai partai oposisi – juga terjadi di sini. Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui kata “di Jakarta”, “di sejumlah negara”, “di situs Wikileaks”, dan “di negara yang mengaku guru demokrasi” secara langsung penulis tajuk rencana menunjukkan tempat yang dimaksudkan dengan jelas. Kemudian, pada kutipan wacana (3) terdapat kata “di sini” menunjukkan bahwa penulis menunjuk pada lokasi atau tempat yang sedang ditempati dan yang dimaksud adalah di Indonesia. Pengacuan Komparatif (Perbandingan) 1) Terlepas dari motivasi pihak-pihak di Australia itu pertanyaan terbesar adalah apakah isi kawat diplomatik itu benar? Satuan lingual terlepas dari pada tuturan di atas secara tersirat menandakan adanya perbandingan antara motivasi pihak-pihak Australia yang disebutkan pada kutipan wacana di atas dengan kebenaran isi kawat diplomatik. Artinya benar atau tidaknya isi kawat commit to user kutipan wacana di atas memiliki diplomatik yang dibicarakan dalam
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai atau bersifat lebih penting dibandingkan dengan apa motivasi pihak-pihak Australia. Fungsi adanya hubungan komparasional (perbandingan) dalam kutipan wacana tersebut adalah mengajak atau mengungkapkan kepada pembaca hal yang lebih penting yang perlu diperhatikan dalam konteks pembahasan tajuk rencana tersebut. Hal ini (perbandingan) ditunjukan juga dengan kata “terbesar” pada kutipan tersebut. Hal ini menandakan bahwa penulis tajuk rencana menunjukkan objek bahasan mana yang perlu mendapat perhatian bagi pembaca sebelum melakukan pembahasan di bagian-bagian yang lain dalam konteks pembahasan wacana tajuk rencana ini. b. Perangkaian (Konjungsi) 1) Pertanyaan mendasar itu patut kita ajukan, mengingat masalah “kebohongan pemerintah” yang digulirkan sejumlah tokoh agama dan menimbulkan kegeraman luar biasa dari pemerintah belum juga terselesaikan dengan baik, sudah muncul lagi “gempa” akibat isi bocoran kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yang dimuat oleh dua media Australia, Jumat lalu. (P1) 2) Pihak Istana Kepresidenan sendiri dengan tegas membantah seluruh isi pemberitaan kedua media Australia itu. Namun demikian, masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Pertama, mengapa media Australia memuat berita sensitif tersebut pada saat Wakil Presiden Boediono sedang melakukan kunjungan ke negara itu? Pemilihan waktu tayang tersebut jelas memiliki pertimbangan tertentu dan ini patut dipertanyakan motivasinya. (P4) 3) Amerika sendiri tidak mengiyakan atau mebantah isi kawat itu dan hanya menyatakan penyesalan pengungkapan isi kawat tersebut. Sejumlah nama pejabat dan tokoh Indonesia yang disebut pun sudah beramai-ramai membantah. (P5) commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Yang jelas, terkuaknya isi kawat komunikasi tersebut telah menimbulkan kegelisahan bagi kita karena tidak mungkin ada asap tanpa ada api. Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan klarifikasi yang gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan rakyat makin bertambah. Tentunya kita juga tidak ingin skandal Watergate – yang terjadi di negara yang mengaku guru demokrasi,
Amerika
Serikat,
saat
partai
berkuasa
menyalahgunakan CIA untuk memata-matai partai oposisi – juga terjadi di sini. (P6) Kojungsi
dan
pada
kutipan
wacan
(1)
berfungsi
menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang mengapitnya yang menekankan pada hal kebohongan pemerintah yang digulirkan tokoh agama dan kegeraman pemerintah. Kata juga pada kutipan wacana (1) menyatakan hubungan penambahan (aditif) dari penambahan (aditif) pada hubungan koordinatif sebelumnya. Penggunaan kata dan yang menyatakan hubungan penambahan (aditif) juga ditemukan pada kutipan wacana (2), (3), dan (4). Begitu juga dengan pengunaan kata juga pada kutipan wacana (4) yang memiliki fungsi menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif) seperti pada kutipan wacana (1). Koshesi Leksikal a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Presiden Susilo Bambang Yodhoyono disebut-sebut dalam kawat itu melakukan yang bisa dikategorikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan, mulai dari indikasi menggunakan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memata-matai lawan maupun sekutu polotiknya hingga laporan soal penerimaan dana dari pengusaha. Masih ada beberapa laporan lainnya, yang isinya terus terang membuat gelisah bila hal itu didengar. commit to user (P3)
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Rakyat butuh jawaban, konfirmasi, dan klarifikasi yang gamblang. Jangan sampai ketidakpercayaan rakyat makin bertambah. (P6) Pengulangan satuan lingual (kata) laporan pada kutipan wacana (1) di atas menunjukkan bahwa kata tersebut (laporan) merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pengulangan serupa juga didapati pada kutipan wacana (3) dengan pengulangan satuan rakyat. Repetisi tautotes 1) Amerika sendiri tidak mengiyakan atau mebantah isi kawat itu dan hanya menyatakan penyesalan pengungkapan isi kawat tersebut. (P5) Pengulangan satuan lingual berupa frasa isi kawat yang diulang pada sebuah konstruksi kalimat menandakan bahwa frasa tersebut merupakan frasa yang menjadi pusat perhatian atau yang ditekankan untuk dibahas dalam konstruksi kalimat tersebut. Namun, jika dilihat pada wacana yang utuh, pengulangan satuan lingual isi kawat tidak hanya menjadi hal yang ditekankan dalam konstruksi kalimat tersebut melainkan juga pada keseluruhan wacana tersebut secara utuh. Berdasarkan analisis data pada wacana 1 di atas, dapat dketahui bahwa wacana I telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif waktu, demonstratif tempat, dan komparatif), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis dan repetisi tautotes. Analisis Kohesi Wacana 2 Hentikan truk BBM kencing! ( Selasa Kliwon, 8 Maret 2011 ) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Dengan adanya fenomena itu, kita sebagai masyarakat pantas khawatir, jangan-jangan adanya kencing BBM yang merugikan SPBU itu akan berimbas pada kerugian masyarakat konsumen. 2) Kami tentu tak ingin hal itu terjadi. 3) Kami berharap kejahatan di jalur distribusi BBM itu segera ditangani dengan tegas oleh pihak berwenang. Para pelakunya dan juga beking harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. Pada ketiga kutipan wacana (1) di atas, pronomina I jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau editor dalam tajuk rencana yang ditulis. Selanjutnya, pada kutipan wacana (2) dan (3), kata (kami) merupakan pronomina I jamak yang juga mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Dalam hal ini, pembaca diajak penulis untuk sama-sama memiliki keinginan dan harapan seperti yang tertuang dalam kutipan wacana tersebut. Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demosntratif Waktu 1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nakal. 2) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan, yang sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing di jalan. Pada kutipan wacana
(1) satuan lingual
”waktu
lalu”
menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan waktu lampau. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu sebelumnya (sebelum penulisan
tajuk rencana ini) menjadi dasar
penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada kutipan (2), satuan lingual “Kini” menunjuk pada keadaan yang sedang terjadi saat ini. Artinya, keadaan atau peristiwa yang saat ini terjadi juga menjadi data atau fakta yang dijadikan dasar untuk mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini. Pengacuan Demonstratif Tempat 1) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan, yang sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing di jalan. 2) Truk tangki BBM yang seharusnya menyetor BBM ke SPBU mengurangi muatannya di jalan. 3) Bahkan disinyalir ada aparat yang menjadi beking aksi pencurian BBM di jalan. 4) Modus yang dilakukan para pelaku adalah menyedot BBM di jalan pun bervariasi. 5) Bahkan untuk mengembalikan citra baik di masyarakat, label jaminan ”Pasti Pas” pun di pasang di SPBU-SPBU. 6) Kekhawatiran itu sangat beralasan karena pihak SPBU tentu tidak mau merugi sehingga dikhawatirkan kerugian akibat pencurian jatah BBM di jalan itu dibebankan pada masyarakat dengan cara pengurangan takaran. Berdasarkan data temuan di atas, pada kutipan wacana (1-6) ditemukan adanya penggunaan satuan lingual “di jalan”. Hal ini menunjukkan bahwa pengacuan tempat yang menjadi fokus bahasan utama dalam tajuk rencana ini adalah “di jalan”. Hal ini berkaitan dengan konteks pembahasan utama tajuk rencana ini, yaitu adanya truk tangki BBM yang kencing di jalan. Artinya, lokasi tempat kejadian dari peristiwa utama dalam pembahasan tajuk rencana ini merupakan bagian utama dari peristiwa ini. b. Penyulihan (substitusi) Substitusi Frasal 1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal stasiun commit user (SPBU) nakal. Ditengarai ada pengisian bahan bakartoumum
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SPBU yang mengurangi takaran dan dianggap merugikan konsumen. (P1) Pada kutipan wacana di atas, kata “nakal” disubstitusikan dengan frasa “mengurangi takaran” dan frasa “merugikan konsumen” dalam kalimat yang sama. c. Perangkaian (Konjungsi) 1) Ditengarai ada SPBU yang mengurangi takaran dan dianggap merugikan konsumen. Begitu berita itu merebak, Pertamina segera merespons dengan memperketat pengawasan dan memberikan sanksi kepada SPBU yang melanggar aturan takaran. (P1) 2) Masyarakat konsumen pun merasa terlindungui dan percaya dengan pelayanan SPBU. (P2) 3) Tampaknya sepele, istilah yang dipakai pun sekadar kencing. Tetapi kerugian yang diderita pihak SPBU besar. Uang ratusan ribu yang seharusnya masuk SPBU melayang setiap hari. Seorang pengelola SPBU mengaku kerugian karena tangki BBM kencing dalam sehari bisa mencapai Rp 900.000. Coba jika itu dikalikan 30 hari dan berapa tangki BBM yang beroperasi setiap hari. (P4) 4) Kencingnya truk tangki BBM itu jelas merupakan kejahatan. Dan yang terjadi, hal itu tidak hanya melibatkan kru tangki (sopir dan kernet) namun melibatkan banyak orang. (P5) 5) Kekhawatiran itu sangat beralasan karena pihak SPBU tentu tidak mau merugi sehingga dikhawatirkan kerugian akibat pencurian jatah BBM di jalan itu dibebankan pada masyarakat dengan cara pengurangan takaran. (P6) 6) Para pelakunya dan beking harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. (P7) commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Dalam persoalan ini sudah jelas, ada praktik pencurian dan ada pihak yang dirugikan sehingga harus segera ditangani dan dihentikan. (P8) Kojungsi
dan
pada
kutipan
wacan
(1)
berfungsi
menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang mengapitnya yang menekankan pada SPBU yang mengurangi takaran dan merugikan konsumen. Penggunaan kata dan yang menyatakan hubungan penambahan (aditif) juga ditemukan pada kutipan wacana (2), (3), (4), (6), dan (7). Pada kutipan wacana (4) kata dan yang diletakkan di awal kalimat
tetap menunjukkan
adanya hubungan penambahan (aditif), yaitu fakta mengenai bentuk kencingnya truk BBM ditambahkan dengan tidak hanya melibatkan kru truk BBM saja yang dalam hal ini adalah sopir dan kernetnya. Konjungsi tetapi pada kutipan wacana (3) dan konjungsi namun pada kutipan wacana (4) menunjukan adanya hubungan yang dipertentangkan oleh konjungsi tersebut. Pada kutipan wacana (3) yang dipertentangkan adalah istilah kencing yang digunakan seakan sepele jika sebatas diartikan dengan besarnya kerugian yang diterima SPBU. Hal ini kemudian dibuktikan dengan kalimat-kalimat penjelas setelahnya. Pada kutipan wacana (4) yang dipertentangkan adalah pelaku yang tidak hanya sebatar kru truk tangki BBM (sopir dan kernet) melainkan juga melibatkan banyak orang. Kohesi Leksikal Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Beberapa waktu lalu, di masyarakat muncul rumor soal stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nakal. Ditengarai ada SPBU yang mengurangi takaran dan commit tokonsumen. user dianggap merugikan Begitu berita itu merebak,
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertamina
segera
merespons
dengan
memperketat
pengawasan dan memberikan sanksi kepada SPBU yang melanggar aturan takaran. (P1) 2) Bahkan untuk mengembalikan citra baik di masyarakat, label jaminan ”Pasti Pas”
pun di pasang di SPBU-SPBU.
Masyarakat konsumen pun merasa terlindungui dan percaya dengan pelayanan SPBU. (P2) 3) Kini, dunia perdagangan BBM kembali diterpa persoalan, yang sebenarnya bukan hal baru: truk tangki BBM kencing di jalan. Truk tangki BBM yang seharusnya menyetor BBM ke SPBU mengurangi muatannya di jalan. Tentu saja hal itui tanpa sepengetahuan pihak SPBU pemilik jatah BBM itu. (P3) 4) Tampaknya sepele, istilah yang dipakai pun sekadar kencing. Tetapi kerugian yang diderita pihak SPBU besar. Uang ratusan ribu yang seharusnya masuk SPBU melayang setiap hari. Seorang pengelola SPBU mengaku kerugian karena tangki BBM kencing dalam sehari bisa mencapai Rp 900.000. (P4) 5) Kencingnya truk tangki BBM itu jelas merupakan kejahatan. Dan yang terjadi, hal itu tidak hanya melibatkan kru tangki (sopir dan kernet) namun melibatkan banyak orang. Bahkan disinyalir ada aparat yang menjadi beking aksi pencurian BBM di jalan. Modus yang dilakukan para pelaku adalah menyedot BBM di jalan pun bervariasi. Begitu pula tempat yang digunakan untuk kencing pun berpindah-pindah. (P5) 6) Dengan adanya fenomena itu, kita sebagai masyarakat pantas khawatir, jangan-jangan adanya kencing BBM yang merugikan SPBU itu akan berimbas pada kerugian masyarakat konsumen. Kekhawatiran itu sangat beralasan to user karena pihakcommit SPBU tentu tidak mau merugi sehingga
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikhawatirkan kerugian akibat pencurian jatah BBM di jalan itu dibebankan pada masyarakat dengan cara pengurangan takaran. (P6) Pengulangan satuan lingual (akronim) SPBU dan BBM pada kutipan-kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kedua akronim tersebut (SPBU dan BBM) merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Seringnya pengulangan pada kedua akronim tersebut menunjukan bahwa konteks pembahasan tajuk rencana ini berkaitan dengan SPBU dan BBM. Di sisi lain, pengulangan yang dilakukan pada wacana (tajuk rencana) inimerupakan bentuk penegasan
berkaitan
dengan
masalah
yang
dibahas
atau
ditunjukkan dengan pengulangan. Berdasarkan analisis data pada wacana 2 di atas, dapat dketahui bahwa wacana 2 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif waktu, demonstratif tempat,, dan komparatif), substitusi frasal, dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis. Analisis Kohesi Wacana 3 Beri kami rasa aman (Senin Pahing 4 April 2011) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona 1) Tindakan berani dan nekat para perampo kini memperlihatkan bahwa mereka bukan pelaku kelas teri. 2) Mereka adalah pemain lama yang kerap meresahkan masyarakat. 3) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus adaapa dibalik aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak berlanjut. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Polisi harus mengembangkan pola komunikasi yang lebih intens kepada warga masyarakat, sehingga warga mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan jikia sewaktu-waktu mereka menghadapi kejahatan. Pada kutipan wacana (1), (3), dan (4), kata (mereka) merupakan pronomina III jamak yang mengacu pada para pelaku perampokan. Pada kutipan wacana (2), kata (kami) merupakan pronomina I jamak yang mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Dalam hal ini, pembaca diajak penulis untuk sama-sama memiliki keinginan dan harapan seperti yang tertuang dalam kutipan wacana tersebut. Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demonstratif Tempat 1) Pada akhir Maret di Karanganyar, dalam sehari terjadi dua aksi perampokan dengan modus mengangkut brangkas kantor gudang. Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan Ngasem, Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta. 2) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda dan Olahraga (Disdikpora) disatroni maling yang mencongkel brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5 juta. 3) Sehari sebelumnya, sebuah BPR di Klaten juga dirampok dengan nilai kerugian Rp 2 juta. Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui kata “di Karanganyar”, “di Ngringo, Jaten dan Ngasem, Colomadu”, “di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda dan Olahraga (Disdikpora)”, dan “di Klaten” secara langsung penulis tajuk rencana menunjukkan tempat yang dimaksudkan dengan jelas. Pengacuan Komparatif (Perbandingan) Kesigapan
aparat
dalam
menuntaskan
aksi
ini
juga
memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih commit to user dari itu, polisi harus berada di garis depan dalam
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi lagi. Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal lainnya. Selama ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang konsisten digalakkan. (P6-P8) Pada kutipan wacana di atas, kata “Di sisi lain” menunjukkan adanya perbandingan yang ada antara sikap yang dilakukan aparat kepolisian dengan warga. Dalam kutipan wacana di atas disebutkan bahwa aparat atau polisi memilki kesigapan dan berada di garis depan dalam menghadapi kasus pencurian yang dibahas dalam tajuk rencana ini. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh warga. Petikan wacana “Selama ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang konsisten digalakan”, menunjukkan bahwa persiapan dalam menghadapi atau mengantisipasi adanya kasus pencurian yang dilakukan oleh aparat atau polisi berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh warga. Secara tidak langsung, penulis tajuk rencana memberikan saran kepada pembaca dan hal ini pada akhirnya secara langsung ditunjukan pada akhir tajuk rencana. c. Penyulihan (substitusi) Substitusi Nominal 1) Tindakan berani dan nekat para perampok ini memperlihatkan bahwa mereka bukan pelaku kelas teri. (P3) 2) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus ada apa dibalik aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak berlanjut. Kesigapan dan kecakapan petugas dalam menyelesaikan rangkaian aksi perampokan ini akan memberi pesan tegas kepada para perampok agar jera dan mengakhiri aksinya. commit to user (P5)
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kesigapan
aparat
dalam
menuntaskan
aksi
ini
juga
memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih dari itu, polisi harus berada di garis depan dalam meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi lagi. (P6) Pada kutipan wacana (1), kata “perampok” disubstitusikan dengan kata ”pelaku”. Selanjutnya, pada kutipan wacana (2), kata “polisi” disubstitusikan dengan ”petugas”. Berhubungan dengan kutipan wacana (2), kata “aparat” kutipan wacana (3) disubstitusikan dengan “polisi”. Substitusi Verbal 1) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan pemmuda dan
Olahraga
(Disdikpora)
disatroni
maling
yang
mencongkel brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5 juta. Sehari sebelumnya, sebuah BPR di Klaten juga dirampok dengan nilai kerugian Rp 2 juta. (P2) Pada kutipan wacana di atas, kata “disatroni” disubstitusikan dengan kata “dirampok”. Substitusi Frasal 1) Apakah kejadian ini dilakaukan oleh satu sindikat atau dua kelompok
atau
lebih.
Apakah
rentetan
kasus
ini
dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif kriminal murni. (P3) 2) Selama ini, gerakan siskamling di banyak daerah kurang konsisten digalakkan. Adanya kasus perampokan seperti ini seolah
mengingatkan
kembali
kepada
warga
untuk
melakukan tindakan preventif yang amat berguna ini. (P8) Pada kutipan wacana (1), kata “kejadian” disubstitusikan dengan frasa “rentetan kasus”. Berbeda dengan kutipan wacana (1), pada kutipan wacana (2) terdapat subtitusi antara frasa “gerakan commit user siskamling” dengan frasato“tindakan preventif”.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Perangkaian (Konjungsi) 1) Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan Ngasem, Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta. (P1) 2) Sedangkan di Boyolali, Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga
(Disdikpora)
disatroni
maling
yang
mencongkel brangkas dan menggondol uang tunai Rp 19,5 juta. (P2) 3) Tindakan
berani
dan
nekat
para
perampok
ini
memperlihatkan bahwa mereka bukan pelaku kelas teri. (P3) 4) Apakah kejadian ini dilakaukan oleh satu sindikat atau dua kelompok
atau
lebih.
Apakah
rentetan
kasus
ini
dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif kriminal murni. (P3) 5) Kami berharap polisi dengan kekuatan jaringan dan koordinasi yang dilikinya, mampu mengendus ada apa dibalik aksi kriminal ini dan memastikan tindakan ini tidak berlanjut.
Kesigapan
dan
kecakapan
petugas
dalam
menyelesaikan rangkaian aksi perampokan ini akan memberi pesan tegas kepada para perampok agar jera dan mengakhiri aksinya. (P5) 6) Kesigapan aparat dalam menuntaskan aksi ini juga memberikan pesan berupa rasa aman kepada publik. Lebih dari itu, polisi harus berada di garis depan dalam meningkatkan kewaspadaan agar kasus serupa tidak terjadi lagi. (P6) 7) Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal lainnya. (P7) commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Sebaliknya, warga harus meningkatkan kewaspadaan dan secarta konsisten menghidupkan siskamling secara swadaya. (P10) Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif).
Pada
kutipan
wacana
(1)
menunjukkan
adanya
penambahan terkait lokasi kejadian perampukan yang sebelumnya disebutkan di Ngringo, Jaten ditambahkan dengan di Ngasem, Colomadu. Pada kutipan (2) menunjukkan adanya penambahan aktivitas maling yang mencongkel brangkas dengan menggondol uang tunai sebesar 19,5 juta rupiah. Selanjutnya, kata dan ada kutipan wacana (3), (5), dan (8) juga memiliki fungsi menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif) seperti pada kutipan wacana (1) dan (2). Konjungsi atau pada kutipan (4) berfungsi untuk menunjukkan adanya pilihan (alternatif) yang dapat digunakan dalam konteks pembahasan pada kutipan ini. Dalam kutipan wacana (4), memberikan pilihan kepada pembaca dalam alternatif dugaan bahwa kejadian perampokan tersebut dapat dilakukan oleh satu sindikat atau dua kelompok atau lebih. Pada kutipan wacana (4) juga terdapat pilihan atau alternatif dugaan mengenai latar belakang terjadinya kasus pencurian, yaitu apakah ada desain politik tertentu atau murni tindakan kriminal. Selanjutnya, dalam wacana ini juga terdapat konjungsi agar. Pada kutipan wacana (5), kata agar pada “...memberi pesan tegas kepada para perampok agar jera..” menunjukkan adanya tujuan dari tindakan yang disebutkan sebelumnya, yaitu memberi pesan tegas yang bertujuan agar perampok jera. Pada kutipan commit to user wacana (6), kata agar pada “...meningkatkan kewaspadaan agar
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kasus serupa tidak terjadi lag”, menunjukkan bahwa adat tujuan dari
peningkatan
kewaspadaan,
yaitu
agar
kasus
serupa
(perampokan) tidak terjadi lagi. Kohesi Leksikal a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Pada akhir Maret di Karanganyar, dalam sehari terjadi dua aksi perampokan dengan modus mengangkut brangkas kantor gudang. Kerugian dalam perampokan di Ngringo, Jaten dan Ngasem, Colomadu ini ditaksir Rp 19 juta. (P1) 2) Masyarakat mungkin bertanya-tanya, ada apa di balik kejadian perampokan yeng seolah bergerak dari barat ke timur dalam waktu beberapa hari ini. Apakah kejadian ini dilakaukan oleh satu sindikat atau dua kelompok atau lebih. Apakah rentetan kasus ini dilatarbelakangi desain politik tertentu atau bermotif kriminal murni. (P3) 3) Yang tak kalah penting adalah kemudahan akses laporan dari warga kepada polisi. Polisi harus mengembangkan pola komunikasi yang lebih intens kepada warga masyarakat, sehingga warga mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu mereka menghadapi kejahatan. (P9) Pengulangan satuan lingual yang terdapat
pada kutipan-
kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada kutipan wacana (1), kata perampokan merupakan hal yang menjadi pembahasan utama tidak hanya dalam kutipan ini saja melainkan juga dalam keseluruhan wacana ini. Pada kutipan wacana (2), kata tanya apakah diulang sebanyak dua kali yang menandakan commit topembahasan user adanya penegasan terhadapa kasus perampokan dalam
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tajuk rencana ini. Selanjutnya, pada kutipan wacana (3), kata polisi diulang karena padakutipan wacana ini berisi tentang saran yang secara tegas disampaikan kepada polisi terkait permasalahan yang dibahas dalam tajuk rencana ini. b. Hiponimi (Hubungan Atasa Bawah) 1) Di sisi lain, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan secara swadaya, misalnya dengan mengaktifkan kembali pos ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal lainnya. (P7) Pada kutipan wacana di atas, kata-kata mengaktifkan kembali pos ronda kampung, siskamling, atau bentuk pengamanan internal lainnya merupakan hiponim. Ketiga kata-kata tersebut merupakan penjabaran hipernim atau subordinatnya, yaitu kewaspadaan secara swadaya. c. Ekuivalensi (Kesepadanan) 1) Kesigapan dan kecakapan petugas dalam menyelesaikan rangkaian aksi perampokan ini akan memberi pesan tegas kepada para perampok agar jera dan mengakhiri aksinya. (P5) Hubungan kesepadanan pada kutipan wacana di atas ditunjukan oleh kata perampokan dan perampok yang keduanya berasal dari kata dasar rampok yang mengalami proses afiksasi. Berdasarkan analisis data pada wacana 3 di atas, dapat dketahui bahwa wacana 3 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat,, dan komparatif), substitusi (nominal, verbal, dan
frasal), dan konjungsi.
Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis, hiponimi, dan ekuivalensi. Analisis Kohesi Wacana 4 Lindungi Keluarga dari NII (Kamis Legi, 28 April 2011) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Terkuaknya informasi tentang ratusan orang yang direkrut gerakan Negara Islam Indonesia telah menyadarkan kita bahwa kelompok radikal ini belum mati. 2) Mereka ingin mendirikan negara sendiri dengan sebutan NII. 3) Kita telah mendengar,melihat, dan membaca berbagai cara yang digunakan oleh NII untuk “menyeret” masuk anggota baru. 4) Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon anggota baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga dan masuk ke komunitas NII. 5) Di permukaan tak terlalu tampak, namun bisa saja mereka terus bergerak dan beraktivitas. 6) Keluaraga
adalah
benteng
utama
kita
mencegah
berkembangnya gerakan radikal. 7) Pemahaman tentang kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di keluarga kita. 8) Gerakan radikal tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang. Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 3, 6 dan 7) pronomina I jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau editor dalam tajuk rencana yang ditulis. Selanjutnya, pada kutipan wacana (2), (5) dan (8), kata (mereka) merupakan pronomina III jamak yang mengacu pada kelompok gerakan radikal sedangkan pada kutipan wacana (4), kata (mereka) mengacu kepada calon anggota NII. Artinya, kata (mereka) mengacu kepada kelompok yang menjadi objek bahasan pada tajuk rencana yang disusun. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demonstratif Waktu 1) Kalangan mahasiswa kini menjadi salah satu sasaran utama rekrutmen anggota baru NII. Pada kutipan wacana di atas, satuan lingual “kini” menunjukkan bahwa penulus mengungkapkan fakta yang sedang terjadi dalam menyusun tajuk rencana ini. Pemilihan fakta atau peristiwa yang sedang terjadi pada saat ini menunjukkan tajuk rencana ini membahas peristiwa atau kasus yang sedang hangta dibicarakan di masyarakat. Pengacuan Demonstratif Tempat 1) Contoh kasus terjadi di Klaten. Pada kutipan wacana di atas, satuan lingual “di Klaten” secara langsung
penulis
tajuk
rencana
menunjukkan
tempat
yang
dimaksudkan dengan jelas. Pengacuan Komparatif (Perbandingan) Keluaraga adalah benteng utama kita mencegah berkembangnya gerakan radikal. Pemahaman tentang kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di keluarga kita. Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi yang mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan radikal tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang. Pada kutipan wacana di atas, kata “di satu sisi” menunjukan adanya perbandingan pemberian tindakan yang dilakukan oleh keluarga dengan
pemerintah
melalui
aparat
keamanan
dalam
menyikapi
berkembangnya gerakan radikal (NII) di masyarakat. Perbandingan tindakan yang ditunjukan dalam petikan wacana di atas adalah bahwa keluarga perlu melakukan pencegahan berkembangnya gerakan radikal commit to user dengan memberikan pemahman kemajemukan, saling menghargai, dan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saling menghargai sedangkan tindakan pencegahan yang dilakukan oleh aparat atau polisi adalah dengan tindakan tegas melalui pemangkasan embrio gerakan radikal sejak dini secara tegas melalui aparat yang berwenang (secara hukum). e. Penyulihan (substitusi) Substitusi Frasal 1) Salah satu mahasiswi mantan anggota NII berbohong kepada orangtuanya dengan meminta uang Rp 20 juta yang ternyata untuk menyokong dana gerakan radikal tersebut. (P3) Pada kutipan wacana di atas, frasa “NII” dengan frasa “gerakan radikal”. Satuan lingual “NII” oleh peneliti dikategorikan sebagai frasal karena merupakan akronim dari Negara Isalm Indonesia. f. Perangkaian (Konjungsi) 1) Kita telah mendengar, melihat, dan membaca berbagai cara yang digunakan oleh NII untuk “menyeret” masuk anggota baru. Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon anggota baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga dan masuk ke komunitas NII. (P3) 2) Persoalan ini tentu saja bukan tanggung jawab orang per orang. Pemerintah dan masyarakat secara bersama wajib mewaspadai gerakan-gerakan seperti ini. Gerakan radikal seperti NII bagaikan api di dalam sekam. Di permukaan tak terlalu tampak, namun bisa saja mereka terus bergerak dan beraktivitas. Jika tak terkendalikan maka NII bisa menjadi bom waktu yang setiap saat meledak. (P4) 3) Keluaraga berkembangnya
adalah
benteng
gerakan
utama
radikal.
kita
Pemahaman
mencegah tentang
kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di keluarga kita. (P5) commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi yang mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan radikal tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang. Sejak awal NII jelas sebuah gerakan makar dan musuh negara. Apapun alasannya, makar terhadap pemerintah yang sah tak bisa dibenarkan. Pemerintah diharapkan tak hanya melihat warganya dilanda keresahan dengan kabar kembali munculnya NII. Pemerintah harus bertindak dan memberi penjelasan tentang posisi dan kebenaran NII saat ini. (P6) Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi menghubungkan
secara
koordinatif
antara
dua
klausa
yang
mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif). Pada kutipan wacana (1) di atas, kata dan pada “Kita telah mendengar,
melihat,
dan
membaca...”
menunjukkan
adanya
hubungan koordinatif antara mendengar, melihat, dan mendengar yang artinya semua aktivitas tersebut berhubungan dan dilakukan. Selanjutnya,
pada
“...meninggalkan
kutipan
keluarga
wacana dan
(1),
masuk
kata ke
dan
komunitas
pada NII.”
Menunjukkan adanya hubungan koordinatif antara meninggalkan keluarga dengan masuk ke komunitas NII dan ini berarti kedua hal tersebut mutlak berhubungan. Sejalan dengan fungsi konjungsi dan pada kutipan wacana (1), konjungsi dan dalam kutipan wacana (4) pada “...bertindak dan memberi penjelasan...” yang menjunjukkan adanya hubungan koordinatif pada kedua kata yang mengapitnya tersebut. Lain halnya dengan fungsi dan pada pemaparan di atas, fungsi konjungsi dan dalam kutipan wacana (2) pada “Pemerintah dan masyarakat...” menunjukkan hubungan penambahan untuk kata commit to user Fungsi konjungsi dan serupa Pemerintah dengan kata masyarakat.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kutipan wacana (2) juga ditemukan dalam kutipan wacana (3) pada “Pemahaman tentang kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa...”, dalam kutipan wacana (4) pada “...gerakan dan aksi...” dan “... gerakan makar dan musuh negara.”. Kohesi Leksikal a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Sejak diproklamasikan pada Agustus 1949, NII yang dulunya dikenalsebagai Darul Islam (DI) dengan tegasnya menolak sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka ingin mendirikan negara sendiri dengan sebutan NII. (P2) 2) Kita telah mendengar, melihat, dan membaca berbagai cara yang digunakan oleh NII untuk “menyeret” masuk anggota baru. Salah satunya adalah dengan mencuci otak calon anggota baru sehingga mereka mau meninggalkan keluarga dan masuk ke komunitas NII. Kalangan mahasiswa kini menjadi salah satu sasaran utama rekrutmen anggota baru NII. (P3) 3) Keluaraga berkembangnya
adalah
benteng
gerakan
utama
radikal.
kita
Pemahaman
mencegah tentang
kemajemukan, saling menghargai, dan tenggang rasa perlu ditanamkan sejak awal di keluarga kita. (P5) 4) Di satu sisi, pemerintah melalui aparat keamanan perlu bertindak tegas terhadap setiap kegiatan gerakan dan aksi yang mengancam kerukunan hidup bermasyarakat. Gerakan radikal tak akan berkembang jika embrio mereka sudah terpangkas sejak dini oleh aparat berwenang. (P6) 5) Pemerintah diharapkan tak hanya melihat warganya dilanda keresahan dengan kabar kembali munculnya NII. Pemerintah harus bertindak dan memberi penjelasan tentang posisi dan kebenaran NIIcommit saat ini.to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengulangan satuan lingual yang terdapat
pada kutipan-
kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada kutipan wacana (1), kata (yang sebenarnya merupakan akronim) NII yang juga ditunjukkan pada kutipan wacana (2) dan (5) merupakan hal yang menjadi pembahasan utama tidak hanya dalam kutipan ini saja melainkan juga dalam keseluruhan wacana ini. Dominasi pengulangan kata (akronim) NII juga merupakan bentuk penegasan bahwa kasus ini menjadi bahasan utama dalam tajuk rencana ini. Selanjutnya, pada kutipan wacana (3) terdapat pengulangan kata keluarga, lalu pada kutipan wacana (4) terdapat pengulangan kata aparat, dan pada kutipan wacana (5) dengan pengulangan kata pemerintah menunjukkan adanya penegasan dari penulis kepada pihak-pihak yang disebutkan tersebut. Pihak-pihak tersebut merupakan subjek utama yang ditunjuk penulis untuk melaksanakan apa yangdituliskan oleh penulis dalam kutipan tajuk rencana di atas. Berdasarkan analisis data pada wacana 4 di atas, dapat dketahui bahwa wacana 4 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat, demonstratif waktu, dan komparatif), substitusi
frasal, dan konjungsi.
Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis. Analisis Kohesi Wacana 5 Prioritaskan gedung sekolah (Senin Kliwon, 2 Mei 2011) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona 1) Bagaimana siswa bisa berkonsentrasi belajar jika mereka harus kehujanan di dalam kelas? commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Sehebat apapun kemampuan seorang pelajar, tak kan bisa memaksimalkan kemampuan otak jika setiap hari diliputi rasa waswas lantaran atap ruang belajar mereka terancam runtuh. Pada kedua kutipan wacana di atas, kata (mereka) merupakan pronomina III jamak yang mengacu pada para siswa yang menjadi objek bahasan pada tajuk rencana yang disusun. Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demonstratif Waktu 1) Senin (2/5) ini bangsa indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). 2) Salah satu contoh adalah runtuhnya atap bangunan sebuah SDN di Dukuh, Tangen, Sragen lantaran lapuk dimakan usia, 23 April lalu. Satuan lingual “Senin (2/5) ini” menunjukkan waktu penulisan tajuk rencana ini yang isinya disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal tersebut, yaitu Hari Pendidikan Nasional. Pengacuan satuan lingual dengan kata “lalu”, menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan waktu lampau. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu sebelumnya (sebelum penulisan tajuk rencana ini) menjadi dasar penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini. Pengacuan Demonstratif Tempat 1) Masih banyak sekolah di kawasan Soloraya (dan banyak tempat di Tanah Air) dalam kondisi rusak, sebagian bahkan tidak bisa dipakai sama sekali. Salah satu contoh adalah runtuhnya atap bangunan sebuah SDN di Dukuh, Tangen, Sragen lantaran lapuk dimakan usia, 23 April lalu. 2) Kasus serupa juga banyak terjadi di banyak tempat di Soloraya. Di Karanganyar, 637 ruang kelas sekolah dasar (SD) rusak, 213 kelas termasuk kategori rusak berat dan sisanya rusak commit to user ringan.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Ratusann sekolah di Sukoharjo juga bernasib serupa. 4) Di SMPN Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan. Pada kutipan wacana (1), (2), dan (3) yang ditunjukkan melalui kata “di kawasan Soloraya”, “di Dukuh, Tangen, Sragen”, “di Soloraya”, “Di Karanganyas”,
dan “di Sukoharjo”dan “ Di SMPN
Baki” secara langsung penulis tajuk rencana menunjukkan tempat-tempat yang dimaksudkan dengan jelas. Pengacuan Komparatif (Perbandingan) 1. Kondisi berkebalikan justru terjadi pada tingkat kesejahteraan para pendidik berstatus PNS. Kesejahteraan guru meningkat tajam dengan adanya tunjangan sertifikasi. Bertepatan momen Hardiknas kali ini, alangkah baik dan bijaksana bila – pusat maupun daerah – melihat kembali bagaimana kondisi bangunan sekolah yang rusak itu. (P7) Pada kutipan wacana di atas, kata “Kondisi berkebalikan” secara langsung telah menunjukkan adanya perbandingan yang diungkapkan oleh penulis dalam tajuk rencana yang disusunnya. Perbandingan yang diungkapkan oleh penulis dalam konteks ini adalah antara kesejahteraan pendidik berstatus PNS yang meningkat tajam dengan adanya sertifikasi dengan banyaknya bangunan sekolah di beberapa yang rusak parah dan kurang mendapat perhatian seperti yang telah disebutkan dalam tajuk rencana ini. Perbandingan yang dimunculkan oleh penulis dalam tajuk rencana ini secara tegas menunjukkan kepada pembaca di negara kita saat ini terdapat hal yang sangat kontras dan perlu mendapat perhatian serius. Pada akhirnya, penulis menyampaikan simpulan dan saran berkaitn dengan perbandingan ini seperti yang dituliskan secara langsung pada bagian akhir tajuk rencana ini.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Perangkaian (Konjungsi) 1) Hardiknas identik dengan sosok Ki Hajar Dewantara yang punya keyakinan hanya generasi yang pandai dan cakap yang mampu membangun bangsa dan negara. (P1) 2) Masih banyak sekolah di kawasan Soloraya (dan banyak tempat di Tanah Air) dalam kondisi rusak, sebagian bahkan tidak bisa dipakai sama sekali. (P2) 3) Kasus serupa juga banyak terjadi di banyak tempat di Soloraya. Di Karanganyar, 637 ruang kelas sekolah dasar (SD) rusak, 213 kelas termasuk kategori rusak berat dan sisanya rusak ringan. Kerusakan itu merata di semua SD di kecamatan itu meliputi. Kerusakan itu meliputi bagian dinding dan atap. (P3) 4) Ratusan sekolah di Sukoharjo juga bernasib serupa. Di SMPN Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan. Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo mencatat 360 ruang kelas SMPN dan swasta dalam kondisi rusak. (P4) 5) Ada kelas yang atapnya harus disangga dengan bambu, ada dinding yang retak menganga, genteng bocor, dan lain sebagainya. (P5) 6) Pendidikan berkualitas tidak hanya didukung sistem yang baik namun juga infrastruktur yang memadai. Bagaimana siswa bisa berkonsentrasi belajar jika mereka harus kehujanan di dalam kelas? Sehebat apapun kemampuan seorang pelajar, tak kan bisa memaksimalkan kemampuan otak jika setiap hari diliputi rasa waswas lantaran atap ruang belajar mereka terancam runtuh. (P6) 7) Bertepatan momen Hardiknas kali ini, alangkah baik dan bijaksana bila – pusat maupun daerah – melihat kembali bagaimana kondisi bangunan sekolah yang rusak itu. (P7) commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara dua klausa yang mengapitnya dan menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif). Konjungsi dan pada kutipan wacana (1) pada “...yang pandai dan cakap yang mampu membangun bangsa dan negara.” menunjukan adanya hubungan penambahan dari kata sebelum konjungsi dengan ditambahkan dengan kata setelah konjungsi. Hal serupa juga ditemukan dalam kutipan wacana (2) pada “...di kawasan Soloraya (dan banyak tempat di Tanah Air”, dalam kutipan wacana (3) pada “...rusak berat dan sisanya rusak ringan.” dan “..dinding dan atap.”, lalu dalam kutipan wacana (4) pada ”... SMPN dan swasta.”, dan dalam kutipan (7) pada “...baik dan bijaksana...”. Lain halnya dengan fungsi dan pada pemaparan di atas, fungsi konjungsi dan dalam kutipan wacana (5) pada “...disangga dengan bambu, ada dinding yang retak menganga, genteng bocor, dan lain sebagainya.” menunjukan hubungan penambahan terkait indikator-indikator
kerusakan
sebuah
bangunana
sekolah.
Hugungan penambahan (aditif) ditunjukan pula dengan konjungsi juga, yaitu dalam kutipan wacana (3) pada “Kasus serupa juga banyak terjadi...” dan dalam kutipan wacan (6) pada “...juga infrastruktur yang memadai.”. Selanjutnya, terdapat juga konjungsi karena padakutipan wacana (4), yaitupada “...para siswa harus belajar di aula karena ruang kelas rusak parah.”. fungsi konjungsi karena padakutipan wacana (4) adalah menunjukan adanya hubungan sebabakibat antara klausa sebelum konjungsi dengan klausa setelah konjungsi. Klausa sebelum konjungsi karena merupakan akibat dari klausa setelah konjungsi. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kohesi Leksikal a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Senin (2/5) ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hardiknas identik dengan sosok Ki Hajar Dewantara yang punya keyakinan hanya generasi yang pandai dan cakap yang mampu membangun bangsa dan negara. (P1) 2) Kerusakan itu merata di semua SD di kecamatan itu meliputi. Kerusakan itu meliputi bagian dinding dan atap. (P3) 3) Di SMPN Baki para siswa harus belajar di aula karena ruang kelas rusak parah dan tidak bisa digunakan. Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo mencatat 360 ruang kelas SMPN dan swasta dalam kondisi rusak. (P4) 4) Pemerintah harus memprioritaskan perbaikan gedung sekolah yang rusak. Perbaikan itu harus jadi prioritas utama. (P8) Pengulangan satuan lingual yang terdapat
pada kutipan-
kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada kutipan wacana (1), pengulangan kata (yang sebenarnya merupakan akronim) hardiknas merupakan bentuk penekanan pada peristiwa yang sedang terjadi dan merupakan pembahasan utama dalam tajuk rencana ini. Selanjutnya, dalam kutipan wacana (2), ditemukan pengulangan pada kata kerusakan yang merupakan menjadi sorotan permasalahan pada peringatan Hardiknas dan sedang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Lebih lanjut lagi, padakutipan wacana (3) terdapat pengulangan kata rusak yang merupakan kata dasar dari kata kerusakan yang mendapat pengulangan di paragraf sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa kerusakan-kerusakan yang ada benarcommit user benar menjadi masalah yang to ditekankan pada tajuk rencna ini. Pada
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian akhir tajuk rencana, yaitu pada kutipan wacana (4) ditemukan pengulangan kata perbaikan. Kata tersebut mengalamipengulangan sebagai tanda penegasan saran dari penulis tajuk rencana berkaitan dengan penekanan masalah pada paragraf sebelumnya
yang
ditunjukan dengan pengulangan kata kerusakan. b. Hiponimi (Hubungan Atasa Bawah) 1) Rata-rata bangunan sekolah itu belum pernah dipugar menyeluruh. Ada kelas yang atapnya harus disangga dengan bambu, ada dinding yang retak menganga, genteng bocor, dan lain sebagainya. (P5) Pada kutipan wacana di atas, kata-kata atapnya, dinding, dan genteng merupakan hiponim. Ketiga kata-kata tersebut merupakan penjabaran hipernim atau subordinatnya, yaitu bangunan sekolah. Berdasarkan analisis data pada wacana 5 di atas, dapat dketahui bahwa wacana 5 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona, demonstratif tempat, demonstratif waktu, dan komparatif), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis dan hiponimi. Analisis Kohesi Wacana 6 Sudahilah konflik itu (Senin Legi, 23 Mei 2011 ) Kohesi Gramatikal a. Pengacuan Pengacuan Persona 1) Huru-hara di PSSI sebenarnya sangat kontraproduktif terhadap upaya peningkatan kualitas sepakbola kita. 2) Mutu sepak bola kita ditentukan oleh prestasi tim nasional. 3) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu. Sudahilah huruhara itu demi peningkatan kualitas sepak bola kita. 4) Politisasi hingga militerisasi pembinaan tim nasional hanya akan berujung semakin tak bermutunya sepak bola kita. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokoh-tokoh adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai kepedulian terhadap dunia sepak b 6) FIFA membayangi sepak bola kita. Pada ketiga kutipan wacana di atas (1, 2, 3, 4 dan 6) pronomina I jamak (kita) mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca. Artinya, kutipan teks di atas diposisikan untuk penulis maupun pembaca. Dengan demikian, munculah kesan bahwa pembaca diajak memikirkan atau merasakan apa yang diungkpkan penulis atau editor dalam tajuk rencana yang ditulis. Pada kutipan wacana (5), kata (kami) merupakan pronomina I jamak yang mengacu pada penutur (penulis tajuk rencana) dan pembaca yang disampaikan kepada pihak yang berkonflik di PSSI. Dalam hal ini, pembaca diajak penulis untuk sama-sama menyampaikan gagasan seperti yang tertuang dalam kutipan wacana tersebut. Pengacuan Demonstratif Pengacuan Demonstratif Waktu 1) Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5) gagal. 2) Hampir saja adu jotos terjadi. Lalu, Minggu (22/5) sore, melalui tayangan televisi secara langsung, pecinta sepak bola menyaksikan kericuhan pertandingan Persidafon vs Persiba Bantul di Stadion m,anahan, Solo. 3) Kini, sepak bolabukan lagi permainan yang menghibur, enak ditonton. Aroma politik menyeruak. 4) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu. Pada kutipan wacana (1) satuan lingual ”Jumat (20/5)” menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana ini dikaitkan dengan waktu lampau. Penyulisan “Jumat (20/5) mengacu padahari Jumat tanggal 20 bulan Mei sedangkan tajuk rencana ini diterbitkan pada tanggal 23 Mei 2011. Hal serupa juga ditemukan pada kutipan wacana commit to user sore .” yang menunjukan hari (2), yaitu pada ” Minggu (22/5)
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebelum penerbitan tajukrencana ini. Artinya, data atau peristiwa yang ada pada waktu sebelumnya (sebelum penulisan tajuk rencana ini) menjadi dasar penulisan bagi penulis (fakta) dalam mengembangkan argumentasi melalui tajuk rencana ini. Pada kutipan (2), satuan lingual “Kini” menunjuk pada keadaan yang sedang terjadi saat ini. Artinya, pengembangan argumentasi melalui tajuk rencana ini merupakan tanggapan untuk keadaan yang sedang terjadi. Substitusi Nominal 1) Huru-hara di PSSI sebenarnya sangat kontraproduktif terhadap upaya peningkatan kualitas sepakbola kita. Mutu sepak bola kita ditentukan oleh prestasi tim nasional. (P4) Pada kutipan wacana (1), kata “kualitas” disubstitusikan dengan kata ”mutu”. Substitusi Verbal 1) Kongers penuh konflik. Pihak-pihak yang berkonflik itu berpijak pada “bahasa” yang sama, yaitu cinta sepak bola nasional. Kongres yang merupakan kelanjutan dari huru-hara di tubuh PSSI ini seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki PSSI dan kualitas sepak bola nasional. (P3) 2) Kini saatnya menyudahi konflik tak bermutu itu. Sudahilah huru-hara itu demi peningkatan kualitas sepak bola kita. (P6) Pada kutipan wacana (1), kata “konflik” disubstitusikan dengan kata ”huru-hara”. Selanjutnya, substitusi yang serupa dengan kata yang sama juga terdapat pada kutipan wacana (2), kata “konflik” disubstitusikan dengan ”huu-hara”. 5) Perangkaian (Konjungsi) 1) Ternyata, antara pemain dan pengurus organisasi sepak bola Tanah Air tak jauh berbeda. (P2) commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kongres yang merupakan kelanjutan dari huru-hara di tubuh PSSI ini seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki PSSI dan kualitas sepak bola nasional. (P3) 3) Prestasi tim nasional tak mungkin selama PSSI sebagai induk tim nasional masih betah berkonflik dan menebar huru-hara. (P4) 4) Calon pengurus yang berkonflik, keputusan yang berubahubah ihwal kompetisi, keputusan yang berubah-ubah ihwal sanksi untuk pelanggaran antar kompetisi, ketentuan tak jelas tentang kesebelasan yang layak didegradasi dan tidak, serta “militerisasi” tim nasional adalah sebagian dari kebijakan “aneh bin ajaib” PSSI. (P5) 5) Hentikan politisasi PSSI demi kepentingan seseorang atau kelompok tertentu. (P6) 6) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokohtokoh adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai kepedulian terhadap dunia sepak bola Tanah Air. (P7) Kojungsi dan pada kutipan-kutipan wacana di atas berfungsi menyatakan adanya hubungan penambahan (aditif). Konjungsi dan dalam kutipan wacana (1) pada “...pemain dan pengurus...”, dalam kutipan wacana (2) pada “...memperbaiki PSSI dan kualitas sepak bola nasional.”,dalam kutipan wacana (3) pada “...berkonflik dan menebar huru-hara.”, dan dalam kutipan wacana (6) pada “...berkonflik dan menebar huru-hara”. Konjungsi dan yang telah ditemukan tersebut menyatakan adanya penambahan dari kata sebelumkonjungsi dengan kata setelah konjungsi. Dalam wacana ini selain konjungsi dan ditemukan konjungsi serta pada kutipan wacana (4) yang berfungsi juga untuk menyatakan adanya hubungan penambahan. hal ini ditunjukan pada kutipan wacana (4) pada “Calon pengurus yang berkonflik, commit to userihwal kompetisi, keputusan yang keputusan yang berubah-ubah
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berubah-ubah ihwal sanksi untuk pelanggaran antar kompetisi, ketentuan tak jelas tentang kesebelasan yang layak didegradasi dan tidak,” ditambahkan dengan “militerisasi” tim nasional adalah sebagian dari kebijakan “aneh bin ajaib” PSSI.” dengan konjungsi kata serta di antaranya. Kohesi Leksikal Repetisi (Pengulangan) Repetisi Epizeuksis 1) Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5) gagal. Kongres itu diwarnai kericuhan. (P1) 2) Sejak beberapa bulan lalu, persoalan masih berkutat pada calon nahkoda PSSI. Kongers penuh konflik. Pihak-pihak yang berkonflik itu berpijak pada “bahasa” yang sama, yaitu cinta sepak bola nasional. Kongres yang merupakan kelanjutan dari huru-hara di tubuh PSSI ini seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki PSSI dan kualitas sepak bola nasional. (P3) 3) Kami kira, George Toisutta dan Arifin Panigoro dan tokohtokoh adalah tokoh-tokoh yang selama ini mempunyai kepedulian terhadap dunia sepak bola Tanah Air. Tapi, perlu diingat bahwa ada hal yang sangat penting bagi sepak bola Tanah Air, yaitu mengesampingakn ego pribadi. (P7) Pengulangan satuan lingual yang terdapat pada kutipan-kutipan wacana di atas menunjukkan bahwa kata atau hal yang disebutkan berulang-ulang merupakan hal dipentingkan untuk dibahas atau dengan kata lain menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Pada kutipan wacana (1), pengulangan kata kongres merupakan bentuk penekanan pada peristiwa yang sedang terjadi dan merupakan pembahasan utama dalam tajuk rencana ini. Selanjutnya, dalam kutipan wacana (2), ditemukan pengulangan
pada
kata PSSI yang merupakan menjadi subjek commitpadapermasalahan to user permasalahan pada peringatan utama yang dibahas
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
dalam tajuk rencana ini. Pada bagian akhir wacana ini terdapat pengulangan kata sepak bola tanah Air yang ditunjukkan pada kutipan wacana (3) di atas. Berdasarkan analisis data pada wacana 6 di atas, dapat dketahui bahwa wacana 6 telah menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan (persona dan demonstratif waktu),, substitusi (nominal dan verbal), dan konjungsi. Selanjutnya, kohesi leksikal yang digunakan meliputi repetisi epizeuksis. 2. Koherensi Wacana Tajuk Rencana Harian SOLOPOS Wacana I Wacana I dengan judul “Pertanyaan yang perlu dijawab” sudah koheren. Koherensi pada wacana I ditunjukkkan dengan konsistensi pembahasan terkait dengan judul tersebut. Fokus atau konteks pembahasan wacana ini adalah tentang kebenaran ini kawat yang bocor.konsistensi pembahasan ini selain ditunjukkan dengan konteks pembicaraan yang fokus juga didukung dengan adanya pengulangan bagian-bagian terpenting yang ditekankan oleh penulis terkait masalah ini, seperti yang telah dibahas dalam analisis kohesi pada bagian sebelumnya. Wacana II Koherensi pada wacana II dengan judul “Hentikan truk BBM kencing!” ditunjukkan dengan adanaya konsistensi pembahasan berkaitan dengan judul wacana ini. Pengulangan satuan lingual-satuan lingual seperti yang dibahas dalam analisi kohesi pada bagian sebelumnya menunjukkan adanya konsistensi pembahasan tentang truk BBM kencing dan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah utama pembahasan ini. Wacana III Koherensi pada wacana III dengan judul “Beri kami rasa aman” sudah memiliki koherensi yang baik. Keruntutan pembahasan (sistematika) yang baik menjadi salah satu penanda bahwa wacana ini koherensi yang baik. Selain itu, konsistensi pembahasan (konteks) dan adanya pengulangancommit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengulangan bagian penting dalam wacana ini menjadi penanda koherensi yang baik dalam penyusunan tajuk rencana ini. Wacana IV Koherensi pada wacana IV dengan judul “Lindungi keluarga dari NII” ditunjukkan dengan sistematika penulisan yang runtut dalam penyajiannya. Selain itu, terlihat adanya hubungan pada bagian awal dan bagian akhir. Pada bagian awal dijabarkan mengenai NII kemudian dibagian akhir dipaparkan argumen dan saran kepada keluarga untuk mengantisipasi pergerakan NII. Repetisi-repetisi yang ada dalam tajuk rencana ini, seperti yang dipaparkan pada bagian kohesi sebelumnya juga merupakan penanda koherensi pada wacana ini. Wacana V Koherensi pada wacana dengan judul “Prioritaskan gedung sekolah” terlihat dari adanya pembahasan mengenai gedung sekolah yang berkaitan dengan judul wacana ini. Konteks wacana ini (peringatan Hardiknas) memaparkan adanya hubungan kontradiktif antara peningkatan kesejahteraan guru dengan parahnyabkeadaan gedung sekolah. Pada bagian akhir dipaparkan saran kepada pemerintah untuk menyikapi parahnya keadaan sekolah dengan alasan yang tepat. Repetisi-repetisi yang ada dalam tajuk rencana ini, seperti yang dipaparkan pada bagian kohesi sebelumnya juga merupakan penanda koherensi pada wacana ini. Wacana VI Koherensi pada wacana dengan judul “sudahilah konflik itu” ditunjukan dengan adanya pembahasan mengenai kasus-kasu di PSSI dengan sistematis mulai dari awal mulapermasalahan, dampak yang ditimbulkan, sampai dengansaran-saran terhadap penyelesaian kasus ini. Selain itu, repetisi-repetisi yang ada dalam tajuk rencana ini, seperti yang dipaparkan pada bagian kohesi sebelumnya juga merupakan penanda koherensi pada wacana ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Tajuk rencana merupakan salah satu bentuk praktek berbahasa yang terdapat di surat kabar selain bentuk-bentuk wacana lain yang disajikan dalam sebuah surat kabar. Tajuk rencana pada Harian SOLOPOS berisikan tentang fakta-fakta yang disajikan oleh penulis tajuk rencana (redaktur surat kabar) dan argumen-argumen atau bentuk pemikiran lain dari penulis yang disampaikan kepada pembaca sebuah surat kabar berkaitan dengan permasalah terkini. Artinya, sebuah tajuk rencana tersusun atas fakta dan opini. Berkaitan dengan pemaparan di atas, hasil wawancara antara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Gemolong, Arif Rahmawan, menyatakan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS dapat digunakan sebagai bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan kutipan wawancara di bawah ini. Peneliti
: Menurut mas Arif, apakah tajuk rencana dalam harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan atau materi ajar di tingkat SMA? Arif : Oh, tentu saja bisa mas Bangkit. lebih lanjut lagi, Arif Rahmawan memberikan keterangan bahwa terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang dapat menggunakan tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai bahan ajarnya. Hal ini ditunjukkan dalamkutipan wawancara berikut. Peneliti
Arif
: berarti intinya bisa digunakan sebagai bahan ajar akternatif bagi guru dan siswa, ya, mas. Untuk penerapannya sendiri misalnya seperti apa mas? : misalnya ada beberapa KD ada kegiatan tentang analisis tajuk rencana, bisa menentukan pokok masalah, gagasan utama,membedakan kalimat fakta dan opini, dan masih banyak lagi. Berkaitan dengan petikan wawancara di atas, peneliti menemukan
beberapa kompetensi dasar (KD) yang berkaitan dengan apa yang dimaksud oleh narasumber dan KD lain yang dapat didukung dengan materi pembelajaran tajuk rencana harian SOLOPOS. Kompetensi dasar-kompetensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
dasar yang dapat didukung dengan tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai berikut. Kelas X Semester I - Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit) - Mengidentifikasi ide pokok teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif - Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf Argumentatif - Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif Kelas XI Semester I - Menjelaskan secara lisan uraian topik tertentu dari hasil membaca (artikel atau buku) - Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kata per menit - Membedakan fakta dan opini pada editorial dengan membaca intensif Kelas XII - Menemukan ide pokok suatu teks dengan membaca cepat 300-350 kata per menit - Menentukan kalimat kesimpulan (ide pokok) dari berbagai pola paragraf induksi, deduksi dengan membaca intensif Berdasarkan kutipan wacana di atas, dapat diketahui bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS menurut nara sumber dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk kompetensi dasar menganalisis tajuk rencana, menemukan gagasan utama, menentukan pokok permasalahan, dan menentukan fakta dan opini. Berdasarkan hasil analisis pada hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki relevansi untuk digunakan sebagai bahan ajarcommit BahasatoIndonesia di SMA. Tajuk rencana dapat user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijadikan sebagai pengenalan bentuk praktek berbahasa kepada siswa. Selain itu, adanya pembahasan kohesi dan koherensi pada bagian sebelumnya jugamerupakan faktor pendukung terkait seberapa besar relevansi tajuk rencana Harian SOLOPOS untuk dijadikan sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA. B. Pembahasan 1. Kohesi dalam Tajuk Rencana Harian SOLOPOS Berdasarkan hasil analisi data di atas, dapat diketahui bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang tepat sehingga mampu membentuk sebuah wacana yang memiliki kepaduan bentuk. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan, substitusi, dan konjungsi. Dalam hal ini, aspek pengacuan persona yang digunakan adalah pengacuan persona I Jamak, yaitu kami dan kita. Penggunaan kedua kata tersebut menyatakan bahwa dalam tajuk rencana yang ditulis terdapat adanya kesetaraan antara pembaca dan manulis. Kata kita dan kami dalam tajuk rencana secara langsung mengacu kepada penulsi dan pembaca. Selanjutnya, jenis pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan untuk waktu kini dan waktu lampau. Pengacuan waktu bentuk lampau menunjukkan bahwa data yang
digunakan
berupa
fakta
sedangka
pengacuan
waktu
kini
menunjukkan bahwa pembahasan tajuk rencana dikaitkan dengan saat ini atau peristiwa yang sedang hangat. Penggunaan substitusi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tidak memilki peran khusus, sedangkan penggunaan konjungsi secara langsung menunjukkan bahwa ada kepaduan antara bagian-bagian yang dihubungkan dengan konjungsi. Kohesi leksikal yang digunakan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan ekuivalensi. Dari ketiga bentukkohesi leksikal tersebut, penggnaan repetisi memiliki dominasi yang sangat besar khususnya untuk repetisi epizeuksis. Jenis repestsi epizeuksis secara langsung menunjukkan bahwa bagian yang mengalami commit bagian to user yang ditekankan pembahasannya pengulangan tersebut merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
oleh penulis tajuk rencana. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis juga merupakan kata kunci-kata kunci dalam sebuah tajuk rencana. Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat diketahui pula bahwa karakteristik wacana tajuk rencana harian SOLOPOS adalah adanya penggunaan penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan ini. Ini berarti secara bentuk atau format penulisan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyana (2005) yang menyatakan bahwa unsur penyusun keutuhan wacana adalah kohesi dan koherensi. Secara linguistis masing-masing aspek tersebut, baik secara format (bentuk) maupun maknawi (semantik), menjalin hubungan yang rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan wacana yang padu dan lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembahasan ini memiliki keterkaitan dengan hasil pembahasan mengenai koherensi pada tajuk rencana harian SOLOPOS. 2. Koherensi Wacana Tajuk Rencana Harian SOLOPOS Koherensi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan dengan sistematika penulisan tajuk rencana yang runtut yang ditunjukan oleh pengacuan demonstratif waktu. Konsistensi penggunaan pengacuan persona juga menjadi penanda koherensi wacana tajuk rencana harian SOLOPOS. Selain itu, peran konjungsi yang merupakan bagian aspek gramatikal juga menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS. Hal ini menunjukkan adanya hubungan makna antara pembahasan sebelum konjungsi dengan pembahasan setelahnya, baik berupa kata maupun klausa. Aspek kohesi leksikal berupa repetisi epizeuksis pun menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS. Pengulangan-pengulangan yang ada menandakan adanya kepaduan konteks pembahasan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. Dalam hal ini masing-masing aspek dari kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal ini memiliki peran dalam pembentukan teks dalam wacana, sehingga wacana dapat tersusun secara koheren. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyana (2005) yang menyatakan bahwa unsur penyusun keutuhan wacana adalah kohesi dan koherensi. Secara linguistis masing-masing aspek tersebut, baik secara format (bentuk) maupun maknawi (semantik), menjalin hubungan yang rapat dan saling membutuhkan membentuk keutuhan wacana yang padu dan lengkap. Kedua aspek ini akan selalu berkaitan dalam membangun keutuhan sebuah wacana. Hasil penelitian yang telah dibahas di atas telah menunjukkan keterkaitan antara kedua aspek tersebut. 3. Relevansi Tajuk Rencana sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Berdasarkan analisis data pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki potensi untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Hal ini terlihata dari kesesuaian unsur penyusun tajuk rencana dengan beberapa kompetensi dasar-kompetensai dasar yang ada di tingkat pendidikan SMA. Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti bahasa yang tajuk rencana harian SOLOPOS termasuk bahasa yang mudah dipahami
oleh
pembaca.
Keberadaan
harian
SOLOPOS
yang
memasyarakat di masyarakat di Surakarta khususnya menjadi faktor pendukung tambahan sebagai indikator relevansi tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai bahan ajar pelajaran bahasa Indonesia di SMA. Selain itu, hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa tajuk rencana membahasa berbagai permasalahan yang di masyarakat. Dengan demikina, tajuk rencana ini pu relevan untuk digunakan sebagai bahan ajar bahasa indoensia di SMA ditinjau dari tujuan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didasarkan pada isi
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 22 Tahun 2006 di antaranya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis dan menggunakan
bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan commit to userdan sosial dan menikmati. intelektual, serta kematangan emosional
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berkaitan dengan pembahasan di atas, dapat diketahuia bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat membentuk kepribadian sosial karena siswa dapat diajak langsung mengumpulkan dan mengintegrasikan pembahasan yang ada dalam tajuk rencana. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, penelitian Tarhan, dkk. (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pembentukan konsepkonsep dan keterampilan sosial. Hal ini berarti, konsep-konsep yang tertuang dalam tajuk rencana harian SOLOPOS dapat dijadikan sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA dapat diterapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah mengingat isi tajuk rencana harian SOLOPOS membahas masalah-masalah yang ada di masyarakat dengan tambahantanggapan atau argumentasi dari redaktur terhadap masalah yang sedang dibahas. Sejalan dengan pembahasan di atas, Nathan Hughes, dkk. (2011) menyatakan bahwa secara khusus, keterampilan menulis akademik dapat mendukung komunikasi profesional dan keterampilan riset yang efektif untuk praktik berbasis bukti. Praktek berbasis bukti yang dimaksudkan adalah menulis dengan menggunakan fakta-fakta. Pembahasan mengenai kohesi dan koherensi pada bagian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penulisan tajuk rencana harian SOLOPOS didasarkan pada peristiwa yang telah lamu. Hal ini berarti peristiwa lampau tersebut merupakan fakta yang mendasari penulisan tajuk rencana harian SOLOPOS.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil temuan penelitian tentang kohesi dan koherensi pada tajuk rencana harian SOLOPOS diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Harian SOLOPOS menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang tepat sehingga mampu membentuk sebuah wacana yang memiliki kepaduan bentuk. Aspek kohesi gramatikal yang digunakan meliputi pengacuan, substitusi, dan konjungsi. Dalam hal ini, aspek pengacuan persona yang digunakan adalah pengacuan persona I Jamak, yaitu kami dan kita. Selanjutnya, jenis pengacuan waktu yang digunakan adalah pengacuan untuk waktu kini dan waktu lampau. Penggunaan substitusi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tidak memilki peran khusus, sedangkan penggunaan konjungsi secara langsung menunjukkan bahwa ada kepaduan antara bagianbagian yang dihubungkan dengan konjungsi. Kohesi leksikal yang digunakan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS meliputi repetisi, hiponimi, dan ekuivalensi. Repestsi epizeuksis mendominasi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS dan secara langsung menunjukkan bahwa bagian yang mengalami pengulangan tersebut merupakan bagian yang ditekankan pembahasannya oleh penulis tajuk rencana. Kata-kata yang mengalami repetisi epizeuksis juga merupakan kata kunci-kata kunci dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. 2. Koherensi dalam tajuk rencana harian SOLOPOS ditunjukan dengan sistematika penulisan tajuk rencana yang runtut. Selain itu, penggunaan konjungsi dan repetisi epizeuksis juga menjadi penanda koherensi tajuk rencana harian SOLOPOS. Hal ini menunjukkan adanya hubungan makna antara pembahasan sebelum konjungsi dengan pembahasan setelahnya, baik berupa kata maupun klausa. Pengulangan-pengulangan yang ada menandakan adanya kepaduan konteks pembahasan dalam tajuk rencana harian SOLOPOS. Dalam hal ini masing-masing aspek dari kohesi, baik kohesi commit to user 78
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gramatikal maupun kohesi leksikal ini memiliki peran dalam pembentukan teks dalam wacana, sehingga wacana dapat tersusun secara koheren. 3. Berdasarkan analisis data pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki potensi untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Hal ini terlihat dari kesesuaian unsur penyusun tajuk rencana dengan beberapa kompetensi dasar-kompetensai dasar yang ada di tingkat pendidikan SMA, menggunakan bahasa yang mudah, dan keberadaan harian SOLOPOS yang memasyarakat. B. Implikasi Berdasarkan simpulan yang diperoleh di atas, hasil penelitian ini secara langsung menunjukkan bahwa kohesi dan koherensi yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS pada hakikatnya merupakan hasil dari praktik berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia di SMA dapat menggunakan tajuk rencana harian SOLOPOS sebagai bahan ajar. Meskipun hasil penelitian ini menunjukan bahwa tajuk rencana harian SOLOPOS memiliki relevansi untuk digunakan sebagai bahan ajar, guru tetap dituntut untuk lebih kreatif dalam mengolah bahan ajar ini agar menjadi lebih bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar yang dapat didukung dengan bahan ajar ini hendaknya selalu diarahkan ke arah praktek berbahasa yang kritis dan produktif. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil yang telah diuraikan di atas, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikit. 1. Guru hendaknya lebih kreatif dalam mencari dan menentukan bahan ajar bagi siswa. 2. Bagi redaktur, hendaknya menjaga konsistensi dalam menyusun tajuk rencana atau rubrik-rubrik lain dalam sebuah surat kabar karena secara tidak langsung hal ini termasuk kegiatan mendidik masyarakat dalam menggunakan bahasa. commit to user